PAPARAN PENGELOLAAN OBAT BINFAR.pdf

  • Upload
    endri

  • View
    43

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

  • KEBIJAKAN PENGELOLAAN

    OBAT Dalam Era

    Jaminan Kesehatan Nasional Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    Kementerian Kesehatan RI

  • TATA SAJI

    KEBIJAKAN OBAT

    NASIONAL

    MANFAAT OBAT DALAM

    JKN AKSESIBILITAS

    KETERJANGKAUAN

    PENGGUNAAN OBAT

    RASIONAL

    KEBIJAKAN PENGELOLAAN

    OBAT

    PENUTUP

    2

  • Kebijakan Obat Nasional

    Ketersediaan,

    pemerataan & keterjangkauan obat,

    termasuk obat esensial

    Menjamin keamanan, khasiat dan

    mutu obat yang beredar serta

    melindungi masyarakat dari

    penggunaan yang salah dan

    penyalahgunaan obat

    Penggunaan Obat Yang Rasional

    SK Menkes No. 189/Menkes/SK/III/2006

  • 4

    ARAH KEBIJAKAN

    KONAS

    1.Aksesibilitas

    2.Keterjangkauan

    3.Penggunaan obat yang rasional dan alkes

    yang tepat guna

    4.Jaminan keamanan, mutu & manfaat

    Pelayanan kesehatan yang prima, merata dan

    terjangkau, termasuk pelayanan kefarmasian

  • MANFAAT OBAT

    DALAM

    JAMINAN KESEHATAN

    NASIONAL

  • MANFAAT OBAT DALAM JKN

    Promotif Preventif

    Kuratif Rehabilitatif

    Pelayanan Obat dan

    BMHP

    JAMINAN KEAMANAN, MUTU

    & MANFAAT

    POR

    KENDALI MUTU & KENDALI BIAYA

    KETERSEDIAAN KETERJANGKAUAN

    Pelayanan Kesehatan bagi

    Peserta Jaminan Kesehatan

  • Aksesibilitas

    Pemerintah menjamin ketersediaan obat generik untuk PKD mengacu pada DOEN

    Pemerintah menjamin ketersediaan obat program nasional (P2PL, Gizi KIA, keswa dan vaksin haji)

    Ketersediaan obat di pelayanan kesehatan Tingkat I sektor pemerintah 87%

    Manajemen suplai di Puskesmas diselenggarakan melalui 458 Instalasi Farmasi Kab/Kota (perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian)

    Pendanaan obat untuk pelayanan kesehatan dasar sektor publik sebagian besar melalui APBN (DAK dan APBN Kemkes)

  • 90% Kebutuhan obat nasional dipenuhi dari industri farmasi dalam negeri, dan 90% alkes masih dipenuhi dari impor

    TKDN alkes rendah karena bahan baku alkes masih impor Sarana produksi dan distribusi di 33 propinsi: 208 industri farmasi (BUMN, PMDN, PMA) 234 sarana produksi alkes 2.463 PBF 21.852 apotek 5.625 toko obat berizin 368 penyalur alkes

    Aksesibilitas

  • Pemerintah menjamin ketersediaan obat dan BMHP yang dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan SJSN

    Pelayanan obat alkes dan BMHP untuk peserta Jamkes berpedoman pada daftar dan harga obat, alkes dan BMHP yang ditetapkan oleh Menteri ( perpres 111/th 20123 )

    Daftar obat, alkes dan BMHP dituangkan dalam Fornas dan Kompendium Alkes

    Pendanaan obat :

    BPJS

    APBN

    APBD

    Pemerintah menyusun daftar obat dan BMHP yang akan dijamin

    Aksesibilitas

  • 10

    Peningkatan

    Ketersediaan

    Obat

    Alokasi Anggaran

    Mekanisme Penyediaan dan Distribusi

    Pemenuhan Standar, Kecukupan, Dan

    Keterjangkauan

  • Dalam rangka mengendalikan harga obat, Pemerintah menetapkan Harga obat dan alkes melalui e-catalog

    Harga obat generik bermerk (branded-generic) dan paten akan lebih terkendali

    Pemerintah mendorong penggunaan obat generik pada seluruh fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta

    KETERJANGKAUAN

  • HARGA OBAT

    NAMA OBAT

    HABIS MASA PATEN

    MASIH MASA PATEN

    OBAT INOVASI

    OBAT INOVASI

    Nama paten Tinggi

    OBAT GENERIK

    Nama dagang

    Variasi sangat lebar

    Generik Rendah

    Rasionalisasi

    Rasionalisasi

    Harga terjangkau

    KENDALI HARGA

    Keterjangkauan Kondisi Harga Obat di Indonesia Saat Ini

  • DRUG SUPPLY

    MANAGEMENT

    Rencana Kebutuhan Obat

    Pembiayaan ( Apbn/D, Blu/D )

    e- Catalogue Drug Supply

    Management

    NSPK Pengelolaan

    Obat dan Alkes Terpadu

  • -SATKER PUSAT

    -SATKER

    DAERAH

    SATKER PUSAT

    &

    SATKER

    DAERAH

    e-PURCHASING

    e-CATALOGUE

    TRANSPARAN

    AKUNTABEL

    EFEKTIF

    EFISIEN

    LELANG SATUAN

    HARGA OBAT

    (LKPP-

    KEMENKES)

    NAMA OBAT KEMASAN PENYEDIA HARGA

    Pemanfaatan - Catalog Obat

  • 15

  • Implementasi e-Catalogue Obat Tahun 2014*)

    Mencakup obat generik dan nama dagang

    Ditayangkan sejak 16 Maret 2014, secara bertahap

    Telah ditayangkan + 607 sediaan *) DAFTAR OBAT

    70-an Industri Farmasi telah berpartisipasi PENYEDIA

    e-Catalogue digunakan oleh Satker Dinkes dan Faskes (RS, Klinik dan Apotek) PENGGUNA

    KETENTUAN

    Harga Jual Obat dalam e-Catalogue adalah harga satuan terkecil sudah termasuk pajak, biaya distribusi (franco Kab/Kota)

    *) September 2014

  • Pemerintah melakukan upaya kendali

    biaya obat utk meningkatkan

    keterjangkauan

    Pemerintah

    menetapkan harga

    obat melalui

    e-catalog.

    Pemerintah

    mendorong

    penggunaan obat

    generik pada seluruh

    fasilitas pelayanan

    kesehatan

    pemerintah/swasta

    .

    Seleksi obat yang

    aman, berkhasiat, dan

    cost effective dalam

    Fornas

    .

  • PENGGUNAAN OBAT RASIONAL

    Pemerintah melakukan upaya peningkatan POR mll:

    Penetapan DOEN dan Formularium Nasional

    Pedoman penggunaan obat berbasis bukti ilmiah (EBM)

    Monev peresepan dan kepatuhan terhadap ForNas

    Advokasi, sosialisasi dan promosi penggunaan obat generik dan penggunaan obat secara rasional berdasarkan Pedoman

    Peningkatan mutu pelayanan kefarmasian melalui pembinaan dan peningkatan kapasitas SDM (apoteker dan TTK) safety, efficacy,

    quality, economic

    POR bertujuan untuk menjamin bhw masyarakat

    memperoleh obat yg aman, bermutu

    dan efektif dgn biaya yg

    terjangkau

  • Upaya Peningkatan Ketersediaan Obat Dalam Mendukung Keselamatan Pasien

    Formularium Nasional

    E- Katalogue

    Standar Pelayanan Kefarmasian

    Kebijakan dan Program Peningkatan Ketersediaan Obat

    dan POR Jaminan Ketersediaan Obat yang bermutu, aman dan berkhasiat

    Keselamatan Pasien

    (Patient Safety)

    RUMAH SAKIT

  • Banyak Obat dengan bukti ilmiah terbatas atau tanpa bukti ilmiah

    yang valid

    Obat yang beredar mungkin saja

    tergolong obat yang tidak aman dan

    palsu) Penggunaan obat tanpa pedoman dapat menyebabkan

    kendala dalam kendali mutu dan biaya

    Penggunaan Antibiotik yang berlebihan dapat

    menyebabkan resistensi

    Mengoptimalkan ketersediaan dan distribusi obat agar akses

    masyarakat merata

    Mengapa Memerlukan Fornas?

    Alokasi Obat terbatas, Kebutuhan Obat semakin meningkat

    Melindungi Masyarakat dan Provider untuk Patient Safety

  • Posisi Formularium Nasional

    Aspek

    Universal

    Aspek

    Legal

    Aspek

    Keterjangkauan

    UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN

    Perpres No. 12 Tahun 2013 tentang

    JKN Permenkes No. 71 Tahun 2013

    tentang Pelayanan JKN

    Seluruh negara yang menganut

    sistem pembiayaan yankes pasti

    menggunakan drug formulary

    Memungkinkan masyarakat

    memiliki hak yang sama terhadap

    setiap obat

  • Hanya mencakup obat dengan bukti ilmiah terkini dan valid

    Aspek Scientific

    Hanya obat yang paling cost - effective

    Aspek kemampuan pembiayaan

    Hanya obat yang memiliki safety profile terbaik

    Indikasi obat sesuai yang disetujui saat registrasi di BPOM

    Aspek perlindungan masyarakat

    dan provider

    Posisi Formularium Nasional

  • Konsep Obat Esensial Dalam JKN

    OBAT BEREDAR (Safety, Efficacy, Quality)

    FORNAS (Benefit Risk,

    Cost-Effective)

    DOEN

    KONSEP OBAT

    ESENSIAL

    Bukti ilmiah diperoleh dari meta analysis atau systematic review terhadap uji klinik acak terkendali tersamar ganda dengan pembanding.

    Bukti ilmiah diperoleh dari sekurang-kurangnya satu uji klinik acak

    terkendali, tersamar ganda dengan pembanding.

    Ia

    Ib

  • 24

    FORMAT FORMULARIUM NASIONAL

    Kelas terapi Nama generik obat Kekuatan dan bentuk sediaan

    Obat Rujuk Balik Restriksi peresepan (Indikasi/Kontraindikasi/ Perhatian Khusus) Fasilitas Kesehatan (TK 1, TK 2, TK 3)

    SEBARAN KEBUTUHAN OBAT

    BERDASARKAN TINGKAT PELAYANAN DALAM FORNAS

    Tingkat III

    Tingkat II

    Tingkat

    I

    RS rujukan tersier (tipe

    A/B)

    RS rujukan sekunder

    (tipe C/D)/ Klinik utama

    Puskesmas/ Klinik

    pratama/ praktek dokter

    513/909

    429/770

    518/919

    SISTEMATIKA PENULISAN

  • 25

    KEBIJAKAN PENERAPAN

    FORNAS

    1. Fornas menjadi acuan dalam pelaksanaan JKN.

    2. Obat yang ada dalam Fornas harus tersedia di faskes.

    3. Apabila obat yang dibutuhkan tidak tercantum dalam Fornas dapat digunakan obat lain secara terbatas berdasarkan rekomendasi Komite Farmasi dan Terapi dan disetujui oleh Komite Medik atau Kepala/Direktur Rumah Sakit.

    4. Penambahan dan atau pengurangan daftar obat yang tercantum dalam Fornas ditetapkan oleh Menkes setelah mendapatkan rekomendasi Komnas Fornas (Adendum Fornas)

  • 0,00

    20,00

    40,00

    60,00

    80,00

    100,00

    120,00

    2010 2011 2012f 2013f 2014f 2015f 2016f 2017f 2018f 2019f 2020f

    37,53

    42,53

    48,19

    54,61

    61,89 62,65

    69,07

    76,15

    83,95

    92,56

    102,05

    MARKET (Rp. Triliun)

    Source : business Monitor Q3 2011

    Perkiraan Total Pasar Farmasi Indonesia 2010 - 2020

    14,33 15,93 17,71

    19,68 21,88

    24,33 26,69

    29,28 32,12

    35,24 38,66

    0,00

    20,00

    40,00

    60,00

    80,00

    100,00

    120,00

    2010 2011 2012f 2013f 2014f 2015f 2016f 2017f 2018f 2019f 2020f

    MARKET (Rp. Triliun)

    GENERIK

    TOTAL

  • Model Pelayanan Obat

    Tersier TIPE A dan B

    Pendidikan

    Sekunder RS Tipe D, C

    dan Non

    Pendidikan

    Primer Puskesmas,

    Praktek Dokter

    Umum/Gigi,

    Klinik

    IFRS, Apotek Jejaring

    Obat termasuk

    komponen INA

    CBGs

    Instalasi Farmasi, Apotek

    Jejaring

    Obat Termasuk

    dalam komponen

    kapitasi Apotek PPK BPJS

    Obat Program Rujuk

    Balik dapat

    ditagihkan diluar

    kapitasi*

    * Catatan : Untuk obat program nasional

    disediakan oleh Kementerian kesehatan RI

  • Kebijakan Pengelolaan dan Pelayanan Obat

    NO Uraian Era JKN

    1 Ruang Lingkup 1. Obat RJTP/ Obat RITP 2. Obat RJTL/ Obat RITL

    2 Pemberi Layanan Tingkat Pertama

    1. PKM : RuangFarmasi 2. Klinik : Instalasi Farmasi / Apotek Jejaring 3. Dokter Praktek Perorangan: Apotek Jejaring

    3 Pemberi Layanan Tingkat Lanjutan

    IFRS atau IFRS beserta Apotek Jejaring RS

    4 Sistem Pembiayaan Obat dan BMHP

    1. Faskes Primer : Komponen Kapitasi 2. Faskes Lanjutan :

    Komponen Paket INA CBGs Dibayar terpisah diluar paket INA CBGs (Obat

    Kronis dan Obat Sitotoksik)

  • Kebijakan Pengelolaan Pelayanan Obat (2)

    NO Uraian Era JKN

    5 Daftar Obat Formularium Nasional Yang ditetapkan oleh Menteri

    6 Harga Obat Harga obat ditetapkan melalui E-Catalog

    7 Tata Cara Pemesanan Obat

    1. PKM : Melalui E-Purchasing yang dilakukan oleh Dinkes Kab/Kota

    2. RS Pemerintah : E-Purchasing atau pengadaan lain sesuai mekanisme perundang-undangan

    3. Faskes Primer lainnya/RS Swasta : Surat Pemesanan Obat mengacu E-Catalogue

    8 Peresepan obat diluar Daftar dan Harga Obat

    Berdasarkan persetujuan Komite Medik dan Kepala/Direktur Rumah Sakit. Biaya sudah termasuk paket INA CBGs dan tidak ditagihkan terpisah ke BPJS kesehatan dan pasien tidak boleh diminta urun biaya

  • Pelayanan Obat PRB NO Uraian BPJS KESEHATAN

    1 Landasan Hukum Peraturan Menteri Kesehatan & Peraturan BPJS

    2 Pemberi Layanan Apotek atau ruang farmasi fasilitas kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama dengan BPJS kesehatan untuk program rujuk balik

    3 Cakupan PRB DM, HT, jantung, asma, PPOK, epilepsi, skizofren, sirosis

    hepatis, stroke dan SLE

    4 Acuan Daftar Obat Daftar Obat FORNAS untuk program PRB

    5 Sistem Pembiayaan Obat PRB

    Fee For Service langsung kepada Apotek

    6 Acuan Harga Obat E-Catalog (HNA+PPN) + Faktor Pelayanan + Embalage

  • Implementasi dan

    Permasalahan

  • 0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    RS.

    Ah

    mad

    Mu

    chta

    r, B

    uki

    t Ti

    ngg

    i

    RS.

    M. D

    jam

    il, P

    adan

    g

    RS.

    Kar

    yad

    i

    RS.

    M. T

    hah

    er

    RSC

    M

    RS.

    Per

    sah

    abat

    an

    RS.

    Has

    an S

    adik

    in, B

    and

    un

    g

    RS.

    So

    eto

    mo

    , Su

    rab

    aya

    RSU

    D. D

    epo

    k

    RS.

    Str

    oke

    , Bu

    kit

    Tin

    ggi

    RS.

    Ad

    am M

    alik

    RSP

    AD

    RS.

    Dh

    arm

    ais

    RS.

    Silo

    am

    RS.

    Tan

    gera

    ng

    RS.

    Cen

    gkar

    eng

    RS.

    Has

    an B

    ash

    ori

    , Ter

    nat

    e

    RS.

    Pri

    nga

    di

    RS.

    Pem

    angk

    at, K

    alb

    ar

    RSU

    D. S

    aras

    Hu

    sad

    a, P

    urw

    ore

    djo

    RS.

    Sya

    ifu

    l An

    war

    , Mal

    ang

    RSU

    D. M

    atar

    am

    RS.

    Ab

    du

    l Mo

    elu

    k

    RSU

    P. S

    angl

    ah

    RS.

    Hu

    sein

    RS

    Mar

    gon

    o S

    oek

    arjo

    RSU

    Pro

    v Su

    lbar

    RSU

    P D

    r. S

    arjit

    o

    RSU

    D K

    ota

    Yo

    gyak

    arta

    77,08 85

    99,7 90

    86 90

    57

    85

    98

    55,16 59,08 60

    70

    60 60

    70

    46,2

    98,5

    80 80 81,13 75

    70

    80 85

    80 72,56

    83,9

    71,09

    PERSENTASE KESESUAIAN OBAT DENGAN FORMULARIUM NASIONAL DI 29 RS

    PERSENTASE (%)

    APOTEKER BERPERAN BESAR DALAM MEMASTIKAN

    KESESUAIAN OBAT DENGAN FORNAS DI RS

  • 0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    Dinas Kesehatan Prov/Kab/Kota

    RSU dan RSUD

    173 176

    514

    592

    Faskes yg melaksanakan E-Purchasing berdasarkan E-Catalogue

    Total Faskes

    Faskes E-Catalogue Jumlah Persentase (%)

    Dinkes Provinsi/Kab/Kota 173 514 34 %

    RSUP / RSUD 175 592 30%

    Faskes yang Melaksanakan e-Purchasing Berdasarkan e-Catalogue Tahun 2014

  • Upaya yang dilakukan

    Penyelesaian e-Catalogue Tahun 2014

    dipercepat dan mengusulkan memperpanjang

    masa kontrak payung menjadi 2 tahun

    Penyelesaian Permenkes ttg Petunjuk

    Pelaksanaan e-Purchasing berdasarkan e-

    Catalogue

    Frekuensi dan cakupan sosialisasi

    ditingkatkan (termasuk mengenai tatacara pengadaan obat dengan e-Catalogue)

  • 35

    Implementasi FORNAS dan e-katalog sebagai upaya menjamin aksesibilitas obat yang aman, berkhasiat , dan bermutu serta cost-effective

    Implementasi FORNAS dan e-katalog seyogyanya bersinergi dengan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan terkait penyediaan obat dan alkes yang cost-effective

    PENUTUP

  • Penanganan Keluhan

    Hotline service (e-catalogue contact centre) melalui :

    e-mail: [email protected]

    HP. No. 0812 8175 3081

  • KEMENKES MELAKUKAN

    PENANDATANGANAN KOMITMEN PENGENDALIAN

    GRATIFIKASI DENGAN 11 STAKEHOLDERS

    TERIMA KASIH