16
IDENTIFIKASI DEFORMASI PERMUKAAN GEMPA BUMI TURKI 24 JANUARI 2020 DENGAN TEKNIK INTERFEROMETRIC SYNTHETIC APERTURE RADAR (INSAR) Hidayat Panuntun 1* , Anindya Sricandra Prasidya 2 1,2 Teknologi Survei dan Pemetaan Dasar, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada *E-mail: [email protected] ABSTRAK Identifikasi deformasi permukaan yang disebabkan oleh gempa dangkal (<15 km dari permukaan bumi) sangat penting untuk menentukan lokasi patahan aktif penyebab gempa tersebut. Deformasi permukaan yang disebabkan oleh gempa dangkal biasanya mempunyai cakupan wilayah yang luas. Deformasi tersebut bisa diamati dengan menggunakan berbagai metode. Salah satu metode yang populer digunakan adalah metode survei terestris. Karena luasnya cakupan wilayah terdampak, pengamatan berbasis survei terestris tidak efisien untuk digunakan. Pengamatan dengan metode berbasis satelit menjadi alternatif solusi, yaitu dengan memanfaatkan Teknik Differential Interferometric SAR (Synthetic Aperture Radar) . Penelitian ini menggunakan Citra satelit Sentinel-1 yang disediakan oleh European Space Agency (ESA) untuk mengindentifikasi deformasi permukaan gempa bumi dangkal yang terjadi di Turki pada tanggal 24 Januari 2020. Citra Sentinel-1 dengan mode polarisasi VV dan VH diproses dengan menggunakan bantuan perangkat lunak berbasis UNIX, GMTSAR. Tahapan pengolahan yang dilakukan antara lain adalah pembentukan interferogram yang diperoleh dari penggabungan dari minimal dua citra satelit dari dua epok yang berbeda, filtering dan unwrapping dengan menggunakan algoritma SNAPHU untuk mendapatkan deformasi permukaan dengan satuan metrik. Hasil pengolahan menunjukkan bahwa deformasi permukaan yang disebabkan oleh gempa Turki bisa teridentifikasi dengan baik menggunakan Teknik InSAR. Hasil pengolahan menunjukkan bahwa gempa dangkal tersebut menyebabkan terjadinya deformasi permukaan dengan besar nilai yang berkisar antara ¿182.9 mm ~ 340.3 mm relatif terhadap garis pandang satelit (Line of Sight). Daerah yang terletak pada radius ~20 km di sekitar epicenter gempa bumi cenderung mengalami kenaikan (uplift), sedangkan daerah yang terletak di daerah selatan lebih 1

repository.ugm.ac.id paper Hidayat... · Web viewGambar 1. Lokasi gempa Turki 2020. Garis merah putus-putus menunjukkan lokasi tumbukan antar lempeng benua di Negara Turki. Bintang

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

IDENTIFIKASI DEFORMASI PERMUKAAN GEMPA BUMI TURKI 24 JANUARI 2020 DENGAN TEKNIK INTERFEROMETRIC SYNTHETIC APERTURE RADAR (INSAR)

Hidayat Panuntun1*, Anindya Sricandra Prasidya2

1,2Teknologi Survei dan Pemetaan Dasar, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada

*E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Identifikasi deformasi permukaan yang disebabkan oleh gempa dangkal (<15 km dari permukaan bumi) sangat penting untuk menentukan lokasi patahan aktif penyebab gempa tersebut. Deformasi permukaan yang disebabkan oleh gempa dangkal biasanya mempunyai cakupan wilayah yang luas. Deformasi tersebut bisa diamati dengan menggunakan berbagai metode. Salah satu metode yang populer digunakan adalah metode survei terestris. Karena luasnya cakupan wilayah terdampak, pengamatan berbasis survei terestris tidak efisien untuk digunakan. Pengamatan dengan metode berbasis satelit menjadi alternatif solusi, yaitu dengan memanfaatkan Teknik Differential Interferometric SAR (Synthetic Aperture Radar). Penelitian ini menggunakan Citra satelit Sentinel-1 yang disediakan oleh European Space Agency (ESA) untuk mengindentifikasi deformasi permukaan gempa bumi dangkal yang terjadi di Turki pada tanggal 24 Januari 2020.

Citra Sentinel-1 dengan mode polarisasi VV dan VH diproses dengan menggunakan bantuan perangkat lunak berbasis UNIX, GMTSAR. Tahapan pengolahan yang dilakukan antara lain adalah pembentukan interferogram yang diperoleh dari penggabungan dari minimal dua citra satelit dari dua epok yang berbeda, filtering dan unwrapping dengan menggunakan algoritma SNAPHU untuk mendapatkan deformasi permukaan dengan satuan metrik.

Hasil pengolahan menunjukkan bahwa deformasi permukaan yang disebabkan oleh gempa Turki bisa teridentifikasi dengan baik menggunakan Teknik InSAR. Hasil pengolahan menunjukkan bahwa gempa dangkal tersebut menyebabkan terjadinya deformasi permukaan dengan besar nilai yang berkisar antara 182.9 mm ~ 340.3 mm relatif terhadap garis pandang satelit (Line of Sight). Daerah yang terletak pada radius ~20 km di sekitar epicenter gempa bumi cenderung mengalami kenaikan (uplift), sedangkan daerah yang terletak di daerah selatan lebih dari 25 km dari epicenter gempa bumi cenderung mengalami penurunan (subsidence).

Kata kunci: Sentinel-1, gempa Turki 2020, deformasi permukaan, Interferometric SAR

ABSTRACT (Times new roman 11, Bold, Italic, Capital, Centre text)

Since the earthquake causes deformation in broadscale area, identification of surface deformations due to an earthquake cannot be carried out conventionally using terrestrial surveys. Alternatively, satellite-based observation offers efficient way to map the surface deformation due to an earthquake. The deformation map then can be used as a tool for post-disaster assessment as part of disaster management systems.

Here, the 24 January 2020 Turkey earthquake was investigated using Differential Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR). A pair of InSAR data was formed using two Sentinel-1 Single Look Complex (SLC) images. The surface deformation then was mapped using converted interferograms through filtering, phase unwrapping and geocoding processes. GMTSAR, an open-source UNIX-based code, was used to process all image data.

The results showed that surface deformation due to the 2020 Turkey earthquake is well-mapped by InSAR images. In this case, the most heavily affected area due to this earthquake is easily identified. Coseismic deformation signal is clearly imaged up to a radius of ~20 km from the earthquake epicenter. The result shows an uplift pattern in the vicinity of the epicenter area. The Line of Sight (LOS) displacement are observed from 182.9 mm (subsidence) to 340.3 mm (uplift).

Keywords: Sentinel-1, Turkey Earthquake, Interferometric SAR, coseismic deformation

PENDAHULUAN

Gempa bumi adalah salah satu dari jenis bencana alam yang dianggap paling merusak diantara bencana alam lainnya. Secara bahasa, definisi dari gempa bumi adalah suatu peristiwa alam berupa getaran atau gerakan gelombang pada permukaan bumi yang disebabkan oleh pelepasan tenaga secara tiba-tiba dari bawah permukaan bumi. Energi yang menyebabkan terjadinya gempa bumi tersebut dilepaskan melalui patahan atau sesar aktif.

Gempa bumi biasanya menyebabkan perubahan bentuk/posisi pada permukaan bumi (deformasi). Berdasarkan waktu kejadiannya, deformasi dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu deformasi setelah (postseismic), sesaat (coseismic), dan sebelum (interseismic) gempa bumi (Panuntun et al. 2018). Perubahan atau deformasi tersebut dapat diamati dengan menggunakan metode pengamatan teliti berbasis GNSS (Global Navigation Satellite Systems). Pengamatan dengan metode ini bisa mendapatkan posisi titik koordinat dengan tingkat ketelitian yang tinggi sehingga sangat baik digunakan untuk mendeteksi ketiga jenis deformasi gempa bumi.

Mitigasi gempa bumi yang baik pada saat sebelum dan setelah kejadian menjadi kunci untuk meminimalisir jatuhnya korban jiwa. Peta menjadi salah satu instrumen yang penting untuk mendukung proses mitigasi setelah kejadian (Markogiannaki et al. 2020). Peta tersebut digunakan untuk identifikasi deformasi sesaat setelah terjadinya gempa bumi sehingga dapat diketahui tingkat kerusakan untuk masing-masing area terdampak. Karena daerah terdampak bencana gempa bumi mempunyai cakupan yang luas, pengamatan menggunakan GNSS menjadi tidak efisien. Hal ini disebabkan karena informasi posisi yang dihasilkan dari pengamatan GNSS hanya terbatas di titik pengamat saja. Pengamatan dengan teknik pengindraan jauh berbasis satelit radar (Satellite-based Synthetic Aperture Radar) menjadi alternatif solusi. Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR) adalah salah satu teknik dari teknologi remote sensing yang bisa digunakan untuk mendeteksi deformasi permukaan yang disebabkan oleh gempa bumi (Xu et al. 2020). Dengan menggunakan gelombang mikro, teknik ini menggunakan prinsip perhitungan beda fase gelombang untuk mendeteksi perubahan saat dan .

Pada penelitian ini, citra SAR digunakan untuk mendeteksi deformasi permukaan yang disebabkan oleh gempa bumi yang terjadi pada tanggal 24 Januari 2020 pukul 17:55:14 UTC di kota Elazig, Turki bagian tengah (Gambar 1, setelah ini disebut dengan Gempa Turki 2020). Tujuan utama dari penelitian ini adalah melihat kemampuan citra SAR untuk mendeteksi deformasi dari gempa bumi dan menginvestigasi luasan daerah terdampaknya. Gempa Turki 2020 telah menyebabkan jatuhnya korban jiwa sebanyak 41 orang dan lebih dari 1600 orang terluka. Berdasarkan informasi dari USGS (United Stated Geological Survey), epicenter gempa tersebut terletak di 38.390° lintang utara dan 39.081° bujur timur. Oleh USGS, gempa bumi ini terjadi karena pergerakan lempeng dengan mekanisme sesar geser yang terletak dekat dengan pertemuan antara lempeng Arabia dan lempeng Eurasia (lihat gambar 1).

Gambar 1. Lokasi gempa Turki 2020. Garis merah putus-putus menunjukkan lokasi tumbukan antar lempeng benua di Negara Turki. Bintang berwarna hijau menunjukkan lokasi gempa Turki 2020. Garis hitam mengindikasikan batas antar negara.

METODE PENELITIAN

Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah citra SAR yang direkam oleh satelit Sentinel-1 dalam format single look complex (SLC). Data tersebut diperoleh dari Copernicus Open Access Hub (https://scihub.copernicus.eu/dhus/#/home). Untuk dapat mendeteksi deformasi permukaan yang disebabkan oleh gempa bumi, dibutuhkan minimal 2 citra SAR yang merekam target yang sama pada dua waktu yang berbeda, yaitu sesudah dan sebelum terjadi gempa bumi. Citra SAR pada saat sebelum gempa bumi disebut master dan saat setelah gempa bumi disebut dengan slave. Pada penelitian ini data master dan slave yang digunakan adalah data yang direkam pada tanggal 15 Januari 2020 (9 hari sebelum gempa terjadi) dan 27 Januari 2020 (3 hari setelah gempa terjadi). Deformasi permukaan yang disebabkan karena gempa bumi bisa terdeteksi apabila terdapat perbedaan fase master dan slave (Gambar 2). Data Sentinel-1 yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat lebih rinci pada Tabel 1. Selain itu, dibutuhkan juga data Digital Elevation Model (DEM) dari Shuttle Radar Topography Mission (SRTM) dengan resolusi 1 arc second untuk melakukan pemrosesan diferensial interforemetrinya.

Gambar 2. Ilustrasi perekaman citra SAR saat (a) sebelum gempa, (b) setelah gempa, serta (c) geometri dari Line of Sight (arah pandang) satelit. adalah sudut insiden (incident angle). Anak panah hitam pada (a) dan (b) menunjukkan arah datang dan kembali sinyal sensor satelit.

Pengolahan

Citra Sentinel-1 diolah menggunakan perangkat lunak open source berbasis UNIX, GMTSAR (Sandwell et al. 2011). Secara umum, proses pengolahan untuk menghasilkan interferogram dari sepasang citra berformat SLC dengan GMTSAR dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram alir pengolahan data format SLC dengan GMTSAR

Secara umum, proses pengolahan data dengan GMTSAR adalah sebagai berikut ini:

a. Koregistarasi citra

Koregistrasi dibutuhkan untuk memastikan data yang terekam pada citra SAR mempunyai koordinat yang sama. Pada tahap ini, piksel pada citra slave diselaraskan (aligning) dengan piksel pada citra master.

b. Pembentukan interferogram

Proses ini dilakukan setelah koregistrasi citra selesai dilakukan. Pada tahap ini, citra master dikalikan silang dengan citra slave untuk membentuk interferogram.

c. Differential InSAR processing

Tahapan yang dilakukan untuk mereduksi noise dan mengurangi efek topografi dengan menggunakan data DEM. Pada penelitian ini, proses filtering dilakukan dengan menggunakan metode advance goldstein filter (Goldstein and Werner 1998).

d. Phase unwrapping

Pada tahapan ini, nilai beda fase dari citra master dan citra slave diubah menjadi nilai deformasi. Proses perubahan tersebut dilakukan dengan menggunakan algoritma SNAPHU (Chen and Zebker 2002). LOS displacement yang disebabkan karena gempa bisa dihitung menggunakan persamaan berikut:

(1)

Dimana adalah beda fase unwrapped, adalah panjang gelombang sensor satelit Sentinel-1 (0.056 m).

e. Geocoding

Tahapan ini dikerjakan untuk mengubah sistem koordinat pada interferogram dari sistem koordinat radar menjadi sistem koordinat georeferensi.

Tabel 1. Data citra Sentinel-1 yang digunakan dalam penelitian ini

No

Tipe

Path

Tanggal Perekaman

Arah Orbit

Polarisasi

1

Master

116

15 Januari 2020

Ascending

vv

2

Slave

116

27 Januari 2020

Ascending

vv

Hasil dan pembahasan

Interferogram Koseismik

Teknik interferometri yang dieksekusi dengan GMTSAR dari dua waktu pengamatan menghasilkan satu interferogram. Beda fase antara citra master dan slave akan mengakibatkan munculnya fringe pada interferogram yang dihasilkan. Semakin banyak garis fringe yang terbentuk, mengindikasikan semakin besarnya deformasi permukaan yang terjadi. Interferogram koseismik Gempa Turki 2020 yang diolah dari satu pasang citra SAR Sentinel-1 ditunjukkan oleh gambar 4. Dari Gambar 4 terlihat jelas bahwa Gempa Turki 2020 terekam dengan sangat baik oleh citra tersebut. Rendahnya nilai korelasi di beberapa lokasi pada citra master dan citra slave menyebabkan munculnya pola fringe yang terlihat tidak sempurna (blur). Rendahnya nilai korelasi biasanya disebabkan karena banyaknya vegetasi pada area tersebut (Suresh and Yarrakula 2018). Selain itu, tanah longsor dan proses likuifaksi tanah juga bisa menyebabkan rendahnya nilai korelasi antara citra master dan slave (Vaka et al. 2019).

Gambar 4. Interferogram dari Gempa Turki 2020 hasil pengolahan dengan GMTSAR.

Proses unwrapping dilakukan untuk mendapat nilai deformasi permukaan. Selain itu, nilai beda fase harus dirubah menjadi satuan metrik dengan menggunakan rumus (1). Gambar 5 adalah hasil yang diperoleh setelah melakukan proses unwrapping.

Line of Sight displacement

Pergeseran relatif terhadap arah pandang satelit atau Line of Sight (LOS) displacement adalah pergeseran suatu objek di permukaan bumi relatif terhadap arah pandang satelit (lihat Gambar 2c). Nilai ini diperoleh setelah proses unwrapping dan konversi satuan pada interferogram selesai dilakukan (Gambar 6). Dalam hal ini, komponen deformasi yang didapatkan adalah komponen vertikal saja (deformasi 1-dimensi). Nilai positif menunjukkan objek permukaan bumi bergerak mendekati sensor satelit (terjadi uplift), sedangkan nilai negatif mengindikasikan objek tersebut bergerak menjauhi sensor satelit (terjadi subsidence). Sebaran nilai deformasi akibat Gempa Turki 2020 ditunjukkan pada gambar 6. Gambar 5 dan 6 menunjukkan bahwa Gempa Turki 2020 menyebabkan deformasi permukaan yang cukup signifikan pada area seluas hampir ~2000 km2. Secara lebih spesifik, dari gambar tersebut menunjukkan bahwa Gempa Turki 2020 menyebabkan terjadinya uplift di area seluas ~800 km2 di sekitar epicenter. Area dengan luas 1120 km2 yang terletak dua puluh kilometer sebelah selatan epicenter mengalami subsidence (penurunan). Dengan teknik InSAR, diperoleh informasi bahwa nilai deformasi permukaan akibat Gempa Turki 2020 berkisar antara ~340 mm sampai ~183 mm terhadap Line of Sight. Gambar 6b menunjukkan lebih detil penampang melintang dari LOS displacement.

Gambar 5. Interferogram (a) sebelum dan (b) sesudah proses phase unwrapping.

Penentuan posisi dengan menggunakan citra SAR mempunyai kerapatan titik yang jauh lebih tinggi dibandingkan pengukuran dengan GNSS. Penentuan posisi dengan menggunakan kedua teknologi tersebut bisa mendapatkan ketelitian hingga level centi-milimeter. Akan tetapi, dengan luas daerah terdampak yang mencapai lebih dari 1000 km2, dibutuhkan banyak stasiun GNSS agar deformasi permukaan bisa dipetakan dengan baik. Oleh karena itu, identifikasi deformasi permukaan berbasis citra satelit jauh lebih efisien dan murah dibandingkan dengan menggunakan teknologi GNSS.

Pola fringe pada interferogram mengindikasikan bahwa Gempa Turki 2020 kemungkinan dipicu karena adanya aktifitas sesar geser. Beberapa contoh gempa bumi yang mempunyai pola fringe yang hampir mirip dengan Gempa Turki 2020 adalah gempa Aketao tahun 2016 (He et al. 2018), gempa Palu tahun 2019 (Socquet et al. 2019), dan gempa Ridgecrest tahun 2019 (Ross et al. 2019). Pada kasus gempa bumi dengan mekanisme sesar geser, diskontinuitas yang terdapat pada interferogram bisa menjadi petunjuk lokasi sesar aktif yang menyebabkan terjadinya gempa tersebut. Lokasi diskontinuitas pada kasus Gempa Turki 2020 bisa dilihat pada Gambar 6a.

Gambar 6. Deformasi permukaan akibat Gempa Turki 2020. (a) Line of Sight (LOS) displacement hasil pengolahan data interferogram dengan mode orbit ascending. Bintang hitam menujukkan posisi epicenter gempa. Panah menunjukkan lokasi discontinuity displacement. Garis hitam putus-putus adalah sampel lokasi penampang melintang dari deformasi permukaan akibat Gempa Turki 2020. (b) plot penampang melintang garis A-A’, B-B’, dan C-C’.

KESIMPULAN

Pada penelitian ini, citra Sentinel-1 digunakan untuk menginvestigasi deformasi permukaan dan luasan terdampak akibat gempa bumi yang terjadi di Negara Turki tahun 2020. Dengan menggunakan teknik InSAR, deformasi permukaan yang disebabkan karena Gempa Turki 2020 terekam dengan sangat jelas sehingga persebaran spasial deformasi permukaan akibat gempa ini bisa dikatahui. Dengan kata lain, teknik InSAR cukup efisien digunakan untuk memetakan area terdampak akibat gempa bumi. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, Gempa Turki 2020 menyebabkan terjadinya uplift (relatif terhadap arah pandang satelit) yang mencapai ~0.34 m di area yang dekat dengan epicenter gempa, dan subsidence (relatif terhadap arah pandang satelit) yang mencapai ~0.18 m di area yang terletak di sebelah selatan epicenter. Gempa Turki 2020 menyebabkan deformasi permukaan yang cukup signifikan pada area seluas hampir ~2000 km2. Nilai sebaran deformasi permukaan selanjutnya akan digunakan untuk menghitung parameter gempa tersebut melalui analisis inversi (naskah sedang ditulis).

UCAPAN TERIMA KASIH

Semua gambar yang ditampilkan pada naskah ini dibuat menggunakan GMT (Wessel et al. 2019). Penelitian ini didanai oleh skema penelitian Dana Masyarakat Sekolah Vokasi UGM tahun 2020.

DAFTAR PUSTAKA

Chen CW, Zebker HA (2002) Phase unwrapping for large SAR interferograms: statistical segmentation and generalized network models. IEEE Transactions on Geoscience and Remote Sensing 40 (8):1709-1719. doi:10.1109/TGRS.2002.802453

Goldstein RM, Werner CL (1998) Radar interferogram filtering for geophysical applications. Geophysical Research Letters 25 (21):4035-4038. doi:10.1029/1998gl900033

He P, Ding K, Xu C (2018) The 2016 Mw 6.7 Aketao earthquake in Muji range, northern Pamir: Rupture on a strike-slip fault constrained by Sentinel-1 radar interferometry and GPS. International Journal of Applied Earth Observation and Geoinformation 73:99-106. doi:10.1016/j.jag.2018.06.001

Markogiannaki O, Karavias A, Bafi D, Angelou D, Parcharidis I (2020) A geospatial intelligence application to support post-disaster inspections based on local exposure information and on co-seismic DInSAR results: the case of the Durres (Albania) earthquake on November 26, 2019. Natural Hazards. doi:10.1007/s11069-020-04120-7

Panuntun H, Miyazaki S, Fukuda Y, Orihara Y (2018) Probing the Poisson's ratio of poroelastic rebound following the 2011 Mw 9.0 Tohoku earthquake. Geophysical Journal International 215 (3):2206-2221. doi:10.1093/gji/ggy403

Ross ZE, Idini B, Jia Z, Stephenson OL, Zhong M, Wang X, Zhan Z, Simons M, Fielding EJ, Yun S-H, Hauksson E, Moore AW, Liu Z, Jung J (2019) Hierarchical interlocked orthogonal faulting in the 2019 Ridgecrest earthquake sequence. Science 366 (6463):346. doi:10.1126/science.aaz0109

Sandwell D, Mellors R, Tong X, Wei M, Wessel P (2011) Open radar interferometry software for mapping surface Deformation. Eos, Transactions American Geophysical Union 92 (28):234-234. doi:10.1029/2011eo280002

Socquet A, Hollingsworth J, Pathier E, Bouchon M (2019) Evidence of supershear during the 2018 magnitude 7.5 Palu earthquake from space geodesy. Nature Geoscience 12 (3):192-199. doi:10.1038/s41561-018-0296-0

Suresh D, Yarrakula K (2018) InSAR based deformation mapping of earthquake using Sentinel 1A imagery. Geocarto International:1-10. doi:10.1080/10106049.2018.1544289

Vaka DS, Rao YS, Bhattacharya A (2019) Surface displacements of the 12 November 2017 Iran–Iraq earthquake derived using SAR interferometry. Geocarto International:1-16. doi:10.1080/10106049.2019.1618927

Wessel P, Luis JF, Uieda L, Scharroo R, Wobbe F, Smith WHF, Tian D (2019) The Generic Mapping Tools Version 6. Geochemistry, Geophysics, Geosystems 20 (11):5556-5564. doi:10.1029/2019GC008515

Xu X, Sandwell DT, Smith‐Konter B (2020) Coseismic Displacements and Surface Fractures from Sentinel‐1 InSAR: 2019 Ridgecrest Earthquakes. Seismological Research Letters 91 (4):1979-1985. doi:10.1785/0220190275

2