12
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida. Satu di antara seribu kehamilan, gejala-gejala menjadi lebih berat. Mual dan muntah dikeluhkan oleh sekitar tiga perempat ibu hamil, umumnya terjadi selama trimester pertama. Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering .Mual dan muntah terjadi dalam 50- 90% kehamilan. Gejalanya biasanya dimulai pada gestasi minggu 9- 10, memuncak pada minggu 11-13, dan berakhir pada minggu 12-14. Pada 1-10% kehamilan, gejala dapat berlanjut melewati 20-22 minggu. Hiperemesis berat yang harus dirawat inap terjadi dalam 0,3-2% kehamilan. Di masa kini, hiperemesis gravidarum jarang sekali menyebabkan kematian, tapi masih berhubungan dengan morbiditas yang signifikan. Mual dan muntah mengganggu pekerjaan hampir 50% wanita hamil yang bekerja.Hiperemesis yang berat dapat menyebabkan depresi. Sekitar seperempat pasien hiperemesis

PAPER OBGYN.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PAPER OBGYN.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida. Satu di

antara seribu kehamilan, gejala-gejala menjadi lebih berat. Mual dan muntah dikeluhkan oleh

sekitar tiga perempat ibu hamil, umumnya terjadi selama trimester pertama. Mual (nausea) dan

muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering .Mual dan muntah terjadi

dalam 50-90% kehamilan. Gejalanya biasanya dimulai pada gestasi minggu 9-10, memuncak

pada minggu 11-13, dan berakhir pada minggu 12-14. Pada 1-10% kehamilan, gejala dapat

berlanjut melewati 20-22 minggu. Hiperemesis berat yang harus dirawat inap terjadi dalam 0,3-

2% kehamilan.

Di masa kini, hiperemesis gravidarum jarang sekali menyebabkan kematian, tapi masih

berhubungan dengan morbiditas yang signifikan. Mual dan muntah mengganggu pekerjaan

hampir 50% wanita hamil yang bekerja.Hiperemesis yang berat dapat menyebabkan depresi.

Sekitar seperempat pasien hiperemesis gravidarum membutuhkan perawatan di rumah sakit

lebih dari sekali. Wanita dengan hiperemesis gravidarum dengan kenaikan berat badan dalam

kehamilan yang rendah (7 kg) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan neonatus

dengan berat badan lahir rendah, kecil untuk masa kehamilan, prematur, dan nilai Apgar 5 menit

kurang dari 7.

Page 2: PAPER OBGYN.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita

hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi

buruk, karena terjadi dehidrasi. Muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur

kehamilan 20 minggu.

B. Faktor predisposisi

Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti

bahwa penyakit ini disebabkan oleh factor toksis; juga tidak ditemuakn kelainan

biokimiawi. Beberapa pendapat mengatakan bahwa faktor predisposisi berikut:

1. Primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar

HCG.

2. Faktor organik

Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolic

akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan

ini merupakan faktor organik.

3. Faktor psikologik

Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap

kehamilan, dan persalinan, rasa takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu

Page 3: PAPER OBGYN.docx

dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memberat mual dan muntah

sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai

pelarian kesukaran hidup.

C. GEJALA DAN TANDA

Batasan mual dan muntah berapa banyak yang disebut hiperemesis gravidarum

tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan, bias lebih dari 10 kali muntah; akan tetapi

keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai hiperemesis. Hiperemesis gravidarum

menurut berat ringannya gejala dapat dibagi ke dalam 3 tingkatan.

o Tingkat I (Ringan )

Mual dan muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum

penderita, ibu merasa lemas, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan

merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 per menit, tekanan

darah sistolik menurun, turgor kulit mengurang, lidah mongering dan mata

cekung.

o Tingkat II (Sedang)

Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang, lidah

mongering dan Nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik

dan mata sedikit ikterris. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi

turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam

hawa pernafasan, karena aroma khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.

Page 4: PAPER OBGYN.docx

o Tingkat III (Berat)

Keadaan umum jelek, kesadaran sangat menurun, somnolen sampai koma ,

nadi kecil, halus dan cepat; dehidrasi hebat, suhu badan naik, dan tensi turun

sekali, ikterus. Komplikasi yang berakibat fatal terjadi pada susunan saraf

pusat (ensefalopati wernick) dengan adanya : nistagmus, diplopsia, perubahan

mental.

D. PATOFISIOLOGI

Etiologi mual dan muntah yang terjadi selama kehamilan masih belum diketahui, namun

terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan terjadinya hiperemesis gravidarum. Faktor

sosial, psikologis dan organobiologik, yang berupa perubahan kadar hormon-hormon selama

kehamilan, memegang peranan dalam terjadinya hiperemesis gravidarum. Disfungsi pada

traktus gastrointestinal yang disebabkan oleh pengaruh hormon progesteron diduga menjadi

salah satu penyebab terjadinya mual dan muntah pada kehamilan. Peningkatan kadar

progesteron memperlambat motilitas lambung dan mengganggu ritme kontraksi otot-otot

polos di lambung (disritmia gaster). Selain progesteron, peningkatan kadar hormon human

chorionic gonadotropin (hCG) dan estrogen serta penurunan kadar thyrotropin-stimulating

hormone (TSH), terutama pada awal kehamilan, memiliki hubungan terhadap terjadinya

hiperemesis gravidarum walaupun mekanismenya belum diketahui..

E. DIAGNOSA

Secara klinis penegakan diagnosis hiperemesis gravidarum dilakukan dengan

menegakkan diagnosis kehamilan terlebih dahulu (amenore yang disertai dengan tanda-

tanda kehamilan). Lebih lanjut pada anamnesis didapatkan adanya keluhan mual dan

Page 5: PAPER OBGYN.docx

muntah hebat yang dapat mengganggu pekerjaan sehari-hari. Pada pemeriksaan fisis

diijumpai tanda-tanda vital abnormal, yakni peningkatan frekuensi nadi (>100 kali per

menit), penurunan tekanan darah, dan dengan semakin beratnya penyakit dapat dijumpai

kondisi subfebris dan penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan fisis lengkap dapat

dijumpai tanda-tanda dehidrasi, kulit tampak pucat dan sianosis, penurunan berat badan,

uterus yang besarnya sesuai dengan usia kehamilan dengan konsistensi lunak, dan serviks

yang livide saat dilakukan inspeksi dengan spekulum. Pada pemeriksaan laboratorium

dapat diperoleh peningkatan relatif hemoglobin dan hematokrit, hiponatremia dan

hipokalema, benda keton dalam darah, dan proteinuria.

F. PENATALAKSANAAN

Non Medikamentosa

Edukasi

Edukasi tentang persalinan dan proses kelahiran dengan tujuan untuk mengurangi

rasa takut pada pasien jika faktor resikonya berhubungan dengan proses

psikologis.

Diet

o Diet Hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya

berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersamaan

makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makann ini kurang mengandung zat gizi,

kecuali vitamin C sehingga hanya diberikan beberapa hari.

o Diet Hiperemesis II diberiakn bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara

berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman

tidak diberikan bersamaan makanan. Makanan ii rendah dalam semua zat gizi,

kecuali vitamin A dan D.

Page 6: PAPER OBGYN.docx

o Diet Hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.

Menurut kesangguapan penderita minuman boleh diberikan bersamaan

makann. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi, kecuali kalsium.

Medikamentosa

Cairan Parenteral

Hiperemesis Gravidarum menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan

nutrisi. Apabila ditemukan kekurangan cairan dan elektrolit maka diberikan cairan

parenteral yang mengandung elektrolit, protein, dan glukosa sebanyak 2-3 liter/

24 jam dan hitung input dan output cairan. Bila ada kekurangan protein, dapat

diberikan asam amino secara intravena. Terapi nutrisi pada Hiperemesis

Gravidarum pada prinsipnya memungkinkan melalui saluran cerna atas, namun

bila ditemui hambatan per oral maka digunakan NGT, modifikasi diet yang

diberikan adalah makan dalam porsi kecil tapi sering, diet tinggi karbohidrat,

rendah lemak dan protein.

Antiemetik

Tidak dijumpai adanya teratogenitas dengan menggunakan dopamine antagonis

(metoklopramid, domperidon), fenotiazin (klopromazin, prokloperazin),

antikolinergik (disiklomin) atau antihistamin H1-reseptor antagonis

(promeraklizin). Namun, bila masih tetap tidak memberikan respons, dapat juga

diberi kombinasi kortikosteroid dengan reseptor antagonis 5-Hidrokstritamin

(Ondansetron, sisaprid).

Vitamin

Vitamin B1,B2,dan B6 masing-masing 50-100 mg/hari /infus

Page 7: PAPER OBGYN.docx

Vitamin B12 200 µg/hari/infuse, vitamin c 200 mg/hari/infus

G. PENCEGAHAN

Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan:

Penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik

Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan

gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4

bulan.

Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil

dan sering

H. RESIKO

Maternal

Akibat defisiensi tiamin B1 akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi nervus

Abducens, Nnistagmus, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani, akan

terjadi psikosis korsakoff (amnesia, kemampuan untuk beraktivitas) ataupun

kematian. Oleh karena itu, untuk hiperemesis tingkat III perlu pertimbangan

terminasi kehamilan.

Fetal

Penurunan berat badan yang kronik akan meningkatkan kejadian gangguan

pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR).

Page 8: PAPER OBGYN.docx

I. PROGNOSIS

Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan.

Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkat yang berat,

penyakitini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.