32
PAJAK PENGHASILAN (PPh) Pajak penghasilan adalah pajak yang dibebankan pada penghasilan perorangan, perusahaan atau badan hukum lainnya. Pajak penghasilan bisa diberlakukan progresif, proporsional, atau regresif. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, subyek pajak penghasilan adalah sebagai berikut: 1. Subyek pajak pribadi yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia. 2. Subyek pajak harta warisan belum dibagi yaitu warisan dari seseorang yang sudah meninggal dan belum dibagi tetapi menghasilkan pendapatan, maka pendapatan itu dikenakan pajak. 3. Subyek pajak badan badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:

Paper PPh 15Nov Jam SETENGAH EMPAT.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Paper PPh 15Nov Jam SETENGAH EMPAT.doc

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

Pajak penghasilan adalah pajak yang dibebankan pada penghasilan perorangan,

perusahaan atau badan hukum lainnya. Pajak penghasilan bisa diberlakukan progresif,

proporsional, atau regresif.

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, subyek pajak penghasilan adalah

sebagai berikut:

1. Subyek pajak pribadi yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia,

orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)

hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam

suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat

tinggal di Indonesia.

2. Subyek pajak harta warisan belum dibagi yaitu warisan dari seseorang yang sudah

meninggal dan belum dibagi tetapi menghasilkan pendapatan, maka pendapatan

itu dikenakan pajak.

3. Subyek pajak badan badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia,

kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:

- pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

- pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

- penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau

Pemerintah Daerah; dan

- pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara; dan

4. Bentuk usaha tetap yaitu bentuk usaha yang digunakan oleh orang pribadi yang

tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di indonesia tidak lebih dari 183

Page 2: Paper PPh 15Nov Jam SETENGAH EMPAT.doc

hari dalam jangka waktu dua belas bulan, atau badan yang tidak didirikan dan

berkedudukan di Indonesia, yang melakukan kegiatan di Indonesia.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 menjelaskan tentang apa yang tidak termasuk

obyek pajak sebagai berikut:

1. Badan perwakilan negara asing.

2. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat - pejabat lain dari negara asing

dan orang - orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat

tinggal bersama mereka dengan syarat bukan warga negara indonesia dan negara yang

bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.

3. Organisasi internasional yang ditetapkan oleh keputusan menteri keuangan dengan syarat

Indonesia ikut dalam organisasi tersebut dan organisasi tersebut tidak melakukan

kegiatan usaha di Indonesia. Contoh: WTO, FAO, UNICEF.

4. Pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh keputusan menteri

keuangan dengan syarat bukan warga negara indonesia dan tidak memperoleh

penghasilan dari Indonesia.

Objek pajak penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau

diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat

dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan

nama dan dalam bentuk apapun.

Semua jenis penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak

digabungkan untuk mendapatkan dasar pengenaan pajak. Apabila dalam satu Tahun Pajak suatu

usaha atau kegiatan menderita kerugian, maka kerugian tersebut dikompensasikan dengan

penghasilan lainnya, kecuali kerugian yang diderita di luar negeri. Namun demikian, apabila

suatu jenis penghasilan dikenakan pajak dengan tarif yang bersifat final atau dikecualikan dari

Objek Pajak, maka penghasilan tersebut tidak boleh digabungkan dengan penghasilan lain yang

dikenakan tarif umum.

Page 3: Paper PPh 15Nov Jam SETENGAH EMPAT.doc

Pajak Penghasilan Pasal 21

Dasar hukum : Pasal 21 Undang undang Pajak Penghasilan Aturan Pelaksanaan

a. Peraturan Menteri Keuangan No. 252/PMK.03/2008

b. Peraturan Dirjen Pajak Nomor 31/PJ/2009

c. Peraturan Dirjen Pajak Nomor 57/PJ/2009

d. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2009

Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21

Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 adalah:

penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai tetap, baik berupa penghasilan

yang bersifat teratur maupun tidak teratur;

penghasilan yang diterima atau diperoleh Penerima pensiun secara teratur berupa

uang pensiun atau penghasilan sejenisnya;

penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan penghasilan

sehubungan dengan pensiun yang diterima secara sekaligus berupa uang pesangon,

uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, dan pembayaran lain

sejenis;

penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah

mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan;

imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan

imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan;

imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi,

uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk

apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.

Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) termasuk pula penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan

lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh:

1) bukan Wajib pajak;

2) Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final; atau

3) Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma penghitungan

khusus (deemed profit).

Page 4: Paper PPh 15Nov Jam SETENGAH EMPAT.doc

Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditanggung Pemerintah

Besarnya PPh pasal 21 yang ditanggung pemerintah diberikan kepada pekerja yang

bekerja kepada pemberi kerja yang berusaha pada kategori usaha tertentu dengan jumlah

penghasilan bruto di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dan tidak lebih dari

Rp5.000.000,00 dalam satu bulan.

Termasuk dalam pengertian usaha tertentu tersebut meliputi:

1. Kategori usaha pertanian

2. Kategori usaha perikanan

3. Kategori usaha industri pengolahan

Pajak Penghasilan Pasal 22

PPh pasal 22 adalah pajak yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah baik pemerintah

pusat maupun pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga

negara lainnya berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang, dan badan-badan tertentu

baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan

usaha di bidang lain.

Dasar hukum : Pasal 22 Undang undang Pajak Penghasilan

Aturan Pelaksanaan:

a. Keputusan Menter Keuangan Nomor 254/KMK.03/2001

b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 392/KMK.03/2001

c. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 236/KMK.03/2003

d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2007

e. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 08/PMK.03/2008

f. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 210/PMK.03/2008

g. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 253/PMK.03/2008

Page 5: Paper PPh 15Nov Jam SETENGAH EMPAT.doc

Pajak Penghasilan Pasal 23

PPh pasal 23 merupakan Pajak Penghasilan yang dipotong atas penghasilan yang

diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap yang berasal dari

modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong Pajak

Penghasilan Pasal 21, yang dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah atau Subjek Pajak

dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap atau perwakilan perusahaan luar

negeri lainnya.

Dasar Hukum : Pasal 23 Undang undang Pajak Penghasilan

Aturan Pelaksanaan

a. Peraturan Dir Jen Pajak Nomor Per-70/PJ./ 2007

b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008

c. Peraturan Dir Jen Pajak Nomor Per-70/PJ./ 2007 berlaku untuk penghitungan PPh Pasal

23 sampai dengan tahun pajak 2008.

d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008 berlaku untuk penghitungan PPh

Pasal 23 mulai tahun pajak 2009.

Uraian PPh Pasal 23 dibawah ini didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan No.

244/PMK.03/2008 tentang Jenis Jasa Lain

Pajak Penghasilan Pasal 26

Dasar hukum : Pasal 26 UU PPh

Pemotong PPh Pasal 26

Badan pemerintah,Subyek Pajak dalam negeri,penyelenggara kegiatan,bentuk usaha

tetap,atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya. Pemotongan pajak berdasarkan ketentuan

ini wajib dilakukan oleh pemotong yang melakukan pembayaran kepada Wajib Pajak luar negeri

selain bentuk usaha tetap di Indonesia,dengan tarif sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah

bruto.

Objek Pajak PPh Pasal 26

Jenis-jenis penghasilan yang wajib dilakukan pemotongan:

a. dividen

b. bunga termasuk premium,diskonto, premi swap dan imbalan karena jaminan

pengembalian utang,

Page 6: Paper PPh 15Nov Jam SETENGAH EMPAT.doc

c. royalti, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

d. imbalan sehubungan dengan jasa ,pekerjaan,dan kegiatan;

e. hadiah dan penghargaan;

f. pensiun dan pembayaran berkala lainnya.

Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak

Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha tetap di Indonesia

dikenakan pajak sebesar 20% (dua puluh persen),kecuali penghasilan tersebut ditanamkan

kembali di Indonesia yang ketentuannya ditetapkan lebih lanjut dengan keputusan Menteri

Keuangan . (Nomor 257/PMK.03/2008 ).

Sifat pemotongan

Pemotongan pajak sebagaimana dimaksud diatas bersifat final, kecuali :

pemotongan atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b dan

huruf c UU PPh ;

pemotongan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan luar

negeri yang berubah status menjadi Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap.

Pajak Penghasilan Yang Dibayar Sendiri, PPh Pasal 25

Yakni Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh

Wajib Pajak untuk setiap bulan adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutang menurut Surat

Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi dengan :

Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21,dan Pasal 23

serta Pajak Penghasilan yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ; dan

Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24; dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan

dalam bagian tahun pajak.(Psl 25 ay (1))

Page 7: Paper PPh 15Nov Jam SETENGAH EMPAT.doc

KASUS PPh

PT. TANI MAJU (“Perusahaan”) adalah perusahaan manufaktur sekaligus perdagangan alat

dan produk pertanian yang didirikan pada tanggal 20 April 2003 dan berkedudukan di daerah

Cikarang, Jawa barat. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pengukuhan Pengusaha

Kena Pajak (NPPKP) perusahaan: 01.490.056.9.021.000. Pembukuan Perusahaan menggunakan

Bahasa Indonesia dan mata uang rupiah dengan metode akrual.

Struktur kepemilikan Perusahaan adalah sebagai berikut:

Nama AlamatPersentase Kepemilikan

PT. Makmur Jaya Jl. Kalimantan No. 102, Jakarta 10340 40%Harahap Jl. Antasari No. 220, Jakarta 28%PT. Jaya Utama Jln. Thamrin No. 3, Jakarta  20%Ani Kusuma Jln. Aceh No. 180, Jakarta 12%

PERMASALAHAN PERPAJAKAN PERUSAHAAN

Doni merupakan Manajer Pajak baru di PT TANI MAJU. Sebelum memutuskan untuk menerima

tawaran menjadi manajer pajak di PT TANI MAJU, DONI mendapatkan informasi awal dari

Direktur Keuangan bahwa Perusahaan dalam 5 tahun terakhir secara rutin diperiksa oleh Kantor

Pelayanan Pajak. Hasil dari setiap pemeriksaan pajak tersebut adalah adanya SKPKB PPh Badan

yang menunjukkan bahwa Perusahaan selalu mengalami kurang bayar yang material untuk

perhitungan PPh Badannya. Direktur Keuangan merasa bahwa adanya SKPKB PPh Badan

selama 5 tahun berturut-turut tersebut menunjukkan bahwa terdapat permasalahan penanganan

perpajakan di Perusahaan. Oleh karena itu, Direktur Keuangan berharap manajer pajak yang baru

dapat mengindikasi permasalahan yang ada dan mencari solusi pemecahannya sehingga

Perusahaan tidak lagi menerima SKPKB PPh Badan yang jumlahnya signifikan. Doni merasa

tertantang dengan hal ini dan bersedia menerima pekerjaan sebagai Manajer Pajak di PT. TANI

MAJU.

Sebagai manajer yang baru, salah satu hal yang Doni coba pelajari adalah tentang pembagian

tugas yang ada di Divisi Perpajakan. Terdapat 3 staf perpajakan yang membantu tugas Manajer

Pajak, dimana pembagian tugasnya adalah satu orang bertugas mengurus pajak potong/pungut

(withholding taxes) dan PPh Pasal 25, satu orang mengurusi PPN dan satu orang

bertanggungjawab atas perhitungan PPh badan dan pajak yang lain. Tugas staf pajak mulai dari

Page 8: Paper PPh 15Nov Jam SETENGAH EMPAT.doc

membuat dokumen pajak terkait dengan transaksi sampai dengan membuat laporan pajak dan

menyimpannya sesuai dengan jenis pajak. Dokumen perpajakan disimpan oleh masing-masing

staf pajak sesuai dengan pembagian tugasnya. Penyimpanan dokumen dilakukan masing-masing

staf dengan cara yang menurut mereka masing-masing paling memudahkan dalam bekerja.

DATA PERPAJAKAN PERUSAHAAN TAHUN 2010

Terkait dengan perhitungan PPh badan tahun pajak 2010, Doni juga mulai mengumpulkan data-

data yang dia rasa perlu dengan dibantu oleh staf yang bertugas untuk melakukan perhitungan

PPh badan. Berikut adalah data-data yang berhasil dikumpulkan oleh stafnya tersebut:

OMSET USAHA

Besarnya penghasilan usaha yang dilaporkan dalam laporan laba rugi komersial Perusahaan

tahun 2010 adalah Rp 4,4 Milyar.

Berdasarkan SPT Masa PPN yang dilaporkan Perusahaan selama tahun 2010 terlihat:

1. Omset Penjualan Dalam Negeri Rp 5 Milyar

Omset Penjualan Ekspor Rp 0 Milyar

2. Penjualan Dalam Negeri yang menggunakan Faktur Pajak Standar Rp 4,5 Milyar

Penjualan Dalam Negeri yang menggunakan Faktur Pajak Sederhana Rp 0,5 Milyar

3. Penjualan Dalam Negeri yang PPNnya dipungut sendiri Rp 3,5 Milyar

Penjualan Dalam Negeri yang PPNnya dibebaskan Rp 1 Milyar

Berikut adalah beberapa informasi lain terkait dengan omzet perusahaan tahun 2010:

Pada bulan Desember 2009 Perusahaan melakukan penjualan alat pertanian senilai Rp

450 juta yang sampai dengan akhir Desember 2009 belum diterima pembayarannya.

Faktur pajak dibuat Perusahaan pada bulan Januari 2010.

Pada bulan Desember 2010 Perusahaan melakukan penjualan produk pertanian yang

PPNnya dibebaskan senilai Rp 200 juta yang sampai dengan akhir Desember 2010 belum

diterima pembayarannya.

Pada bulan Juli 2010 Perusahaan menggunakan sebagian persediaan produk pertanian

yang dimilikinya senilai Rp 50 juta untuk ditanam di area kantor dan gudang Perusahaan.

Page 9: Paper PPh 15Nov Jam SETENGAH EMPAT.doc

Pada tahun 2010 Perusahaan berperan serta mensukseskan Hari Lingkungan Hidup

dengan menyumbangkan produk pertanian senilai Rp 100 juta kepada Pemerintah

Daerah.

BEBAN KARYAWAN

Rincian dari beban karyawan berdasarkan General Ledger adalah sebagai berikut:

Karyawan Tetap

Gaji Rp 875 juta

Lembur Rp 87,5 juta

Tunjangan Transportasi Rp 50 juta

Bonus dan THR Rp175 juta

PPh 21 Karyawan Rp 235 juta

Makan Siang Rp 70 juta

Biaya pengobatan Rp 120 juta

Pakaian Seragam Rp 30 juta

Dalam penghitungan PPh Badan, staf bagian pajak melakukan koreksi atas makan siang dan

pakaian seragam. Menurut staf pajak tersebut, koreksi atas akun-akun ini sudah dilakukan

Perusahaan sejak dahulu sehingga dia tetap melanjutkannya. Doni kemudian meminta informasi

dari bagian akuntansi dan mendapatkan informasi bahwa makan siang hanya diberikan kepada

karyawan bagian gudang sedangkan pakaian seragam diberikan kepada satpam yang menjaga

gudang dan gedung kantor Perusahaan.

Informasi mengenai remunerasi karyawan juga diperoleh dari perhitungan PPh 21 yang terdapat dalam

SPT 1721. Berikut adalah daftar penghasilan yang dimasukkan dalam perhitungan PPh 21 perusahaan:

Karyawan Tetap

Gaji Rp 875 juta

Lembur Rp 87,5 juta

Tunjangan Transportasi Rp 50 juta

Bonus dan THR Rp175 juta

Page 10: Paper PPh 15Nov Jam SETENGAH EMPAT.doc

PPh 21 Karyawan tidak dimasukkan dalam perhitungan karena pajak ini dibayarkan langsung

oleh Perusahaan ke kas negara. Biaya pengobatan juga tidak dimasukkan dalam perhitungan

karena dibayarkan langsung oleh Perusahaan ke rumah sakit.

Sedangkan alasan tidak memasukkan makan siang dan pakaian seragam dalam perhitungan PPh

21 karena merupakan natura bagi karyawan.

BEBAN BUNGA

Perusahaan mendapatkan pinjaman dari Bank ABC senilai Rp 2 Milyar. Tingkat bunga 10%

selama 4 tahun. Jumlah yang dibayar pada tahun 2010 adalah sebesar Rp 700 juta dimana Rp

500 juta merupakan pembayaran pokok pinjaman dan sisanya adalah bunga. Perusahaan

mengakui keseluruhan beban bunga tersebut dalam perhitungan laba fiskalnya.

Berdasarkan rekapitulasi SPT PPh Pasal 23 tahun 2010, tidak ditemukan pemotongan PPh pasal

23 atas pembayaran bunga kepada Bank ABC.

BEBAN JASA KONSULTASI MANAJEMEN

Pada tahun 2010 Perusahaan membayar beban jasa konsultasi manajemen kepada PT. Jaya

Utama (pemegang saham) sebesar Rp 100 juta. Besarnya nilai konsultasi manajemen yang sama

dari perusahaan lain adalah Rp 75 juta.

INFORMASI LAIN-LAIN

Selain informasi tentang item-item di atas, Doni juga mendapatkan informasi lainnya bahwa:

1. Perusahaan memiliki rata-rata deposito selama tahun 2010 sebesar Rp 2 Milyar

sedangkan rata-rata pinjaman yang dimiliki Perusahaan (pinjaman dari Bank ABC) senilai

Rp 1,75 Milyar.

2. Perusahaan tidak membagikan deviden pada tahun 2010 ini.

3. Terdapat beberapa jenis biaya yang selalu dikoreksi oleh pemeriksa pajak yaitu:

Beban perjalanan dinas, beban ini diberikan untuk pimpinan dan staf karyawan yang

melakukan perjalanan dinas secara lump sum.

Page 11: Paper PPh 15Nov Jam SETENGAH EMPAT.doc

Beban sumbangan, dimana Perusahaan memberikan sumbangan kepada

perorangan/institusi yang memberikan proposal /meminta langsung ke perusahaan

maupun sumbangan kepada korban-konban bencana nasional di Indonesia.

4. Perusahaan seharusnya memiliki kredit pajak PPh Pasal 25. Namun, dokumen terkait

dengan pajak ini belum berhasil ditemukan karena staf pajak yang mengurusi pajak ini cuti

melahirkan selama 3 bulan.

BAHAN DISKUSI :

1. Menyangkut staf karyawan pajak, menurut Anda apakah ada yang perlu diperbaiki terkait dengan

pembagian tugas dan pekerjaan mereka?

Jawaban:

Kelebihan adanya pembagian tugas dan pekerjaan staf:

a. Terdapat spesialisasi pekerjaan, para staf fokus dengan pekerjaan mereka masing-masing

sesuai job description yang diberikan dan lebih terstruktur;

b. Karena bersifat kontinuitas, penyelesaian pekerjaan akan menjadi lebih cepat;

c. Adanya tanggung jawab penuh terhadap pekerjaan masing-masing.

Kelemahan adanya pembagian tugas dan pekerjaan staf:

a. Kemungkinan staf menjadi tidak tahu pekerjaan lain di luar job description yang mereka

pegang;

b. Pekerjaan menjadi monoton;

c. Apabila salah seorang tidak ada, tidak ada yang dapat menangani pekerjaan staf tersebut

dan memegang data yang dimiliki.

Penyimpanan dokumen yang dilakukan masing-masing staf dengan cara yang menurut

mereka masing-masing paling memudahkan dalam bekerja tidak tepat. Seharusnya ada

prosedur baku (Standar Operating Procedure) yang dibuat, sehingga ketika ada staf

yang tidak hadir atau berhalangan, dokumen perpajakan tidak ikut hilang bersamanya

(tidak dapat ditunjukkan) karena prosedur baku mengenai penyimpanan dokumen

memungkinkan staf yang lain dapat mencari dokumen perpajakan yang diperlukan.

Meskipun terdapat pembagian tugas, harus ada koordinasi karena ada beberapa kondisi

dimana tugas staf yang satu saling berkaitan dengan staf lainnya misalnya staf yang

Page 12: Paper PPh 15Nov Jam SETENGAH EMPAT.doc

mengurus pajak potong/pungut (withholding tax) berkaitan dengan tugas staf yang

mengurusi PPN seperti ketika staf PPN menerima faktur pajak atas jasa yang diberikan

oleh WP Badan Dalam Negeri, ada kemungkinan timbul kewajiban pemotongan PPh

pasal 23, sehingga diperlukan koordinasi dengan staf yang mengurusi withholding tax.

2. Menyangkut omset perusahaan:

a. Apakah diperlukan koreksi fiskal atas penghasilan usaha yang dilaporkan dalam laporan laba

rugi perusahaan? Jelaskan jawaban Anda!

Jawaban:

Penghasilan usaha yang dilaporkan dalam laba rugi perusahaan tidak perlu dikoreksi secara

fiskal sepanjang penyebab perbedaan omset/DPP menurut PPN dengan omset menurut PPh

bukan karena kesalahan Wajib Pajak.. Dalam hal terdapat perbedaan, maka penyebab

perbedaan tersebut harus dapat dijelaskan. Rincian perhitungan untuk kasus pada soal

adalah sbb:

Omset menurut PPN 5.000.000.000

Penyebab perbedaan:

1. Pendapatan tahun 2009 dengan faktur pajak

dibuat tahun 2010

(450.000.000)

2. Pemakaian sendiri produk pertanian (50.000.000)

3. Pemberian cuma-cuma (sumbangan) (100.000.000) (600.000.000)

Omset yang dilaporkan di SPT PPh 4.400.000.000

Penjelasan:

1) Pada bulan Desember 2009 Perusahaan melakukan penjualan alat pertanian senilai Rp

450 juta yang sampai dengan akhir Desember 2009 belum diterima pembayarannya.

Faktur pajak dibuat Perusahaan pada bulan Januari 2010

Perusahaan menggunakan metode pembukuan akrual sehingga atas transaksi ini,

pendapatan telah diakui di tahun 2009 sehingga seharusnya sudah dilaporkan di SPT

PPh 2009.

Menurut ketentuan UU PPN, saat terutang PPN adalah saat penyerahan (Desember 2009).

PPN yang terutang wajib dipungut dengan menggunakan faktur pajak yang dibuat pada

Januari 2010 (saat pembuatan faktur pajak mengacu kepada ketentuan sebelum

diberlakukannya UU PPN No. 42 tahun 2009, yaitu paling lambat akhir bulan berikutnya

Page 13: Paper PPh 15Nov Jam SETENGAH EMPAT.doc

setelah bulan penyerahan). Selanjutnya, sesuai ketentuan UU PPN, faktur pajak yang

dibuat pada Januari 2010 akan dilaporkan di SPT Masa PPN bulan Januari 2010.

Dengan demikian, pada tahun 2010 omset PPN akan lebih tinggi 450 juta daripada omset

menurut PPh.

2) Pada bulan Desember 2010 Perusahaan melakukan penjualan produk pertanian yang

PPNnya dibebaskan senilai Rp 200 juta yang sampai dengan akhir Desember 2010

belum diterima pembayarannya.

Perusahaan menggunakan metode pembukuan akrual sehingga atas transaksi ini,

pendapatan telah diakui di tahun 2010 sehingga seharusnya sudah dilaporkan di SPT

PPh 2010.

Menurut ketentuan UU PPN, saat terutang PPN adalah saat penyerahan (Desember 2010).

PPN yang terutang wajib dipungut dengan menggunakan faktur pajak yang dibuat pada

Desember 2010 (mengacu ke UU PPN perubahan terakhir No. 42 tahun 2009).

Selanjutnya, faktur pajak yang dibuat pada Desember 2010 akan dilaporkan di SPT

Masa PPN bulan Desember 2010. Dengan demikian, pada tahun 2010 atas transaksi ini

nilai omset PPN akan sama dengan PPh

3) Pada bulan Juli 2010 Perusahaan menggunakan sebagian persediaan produk pertanian

yang dimilikinya senilai Rp 50 juta untuk ditanam di area kantor dan gudang

Perusahaan.

Pemakaian sendiri Barang Kena Pajak terutang PPN (Pasal 1A ayat (1) huruf d UU PPN

1984), namun bukanlah omset menurut PPh. Hal ini akan menyebabkan omset menurut

PPN lebih tinggi sebesar 50 juta dari omset menurut PPh. Pada tahun 2010 Perusahaan

berperan serta mensukseskan Hari Lingkungan Hidup dengan menyumbangkan produk

pertanian senilai Rp 100 juta kepada Pemerintah Daerah.

Pemberian cuma-cuma Barang Kena Pajak terutang PPN (Pasal 1A ayat (1) huruf d UU

PPN 1984), namun bukanlah omset menurut PPh. Hal ini akan menyebabkan omset

menurut PPN lebih tinggi sebesar 100 juta dari omset menurut PPh.

Dengan demikian, perusahaan pada tahun 2010 sudah benar melaporkan omset menurut

PPN yaitu Rp5 miliar dan penghasilan menurut PPh sebesar Rp4,4 miliar (tidak perlu

dilakukan koreksi fiskal).

Page 14: Paper PPh 15Nov Jam SETENGAH EMPAT.doc

b. Jelaskan hal-hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan omset usaha perusahaan dalam

laporan laba rugi dengan yang terdapat di dalam SPT PPN!

Jawaban:

1) Salah satu hal yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan omset usaha

perusahaan dalam laporan laba rugi dengan yang terdapat di dalam SPT PPN adalah

adanya perbedaan pengakuan penghasilan secara fiskal dalam penentuan PPh dengan

saat penerbitan faktur pajak.

Dalam kasus PT Tani Maju, misalnya untuk transaksi penjualan alat pertanian senilai

Rp 450 juta pada bulan Desember 2009, jika secara komersial penghasilan tersebut

sudah diakui di tahun 2009 dan tidak bertentangan dengan ketentuan fiskal, maka

akan terjadi perbedaan saat pengakuan penghasilan dengan saat penerbitan faktur

pajak. Untuk transaksi tersebut berlaku ketentuan saat pembuatan faktur pajak

sebagaimana diatur dalam Peraturan Dirjen Pajak nomor 159/PJ./2006 yaitu paling

lama akhir bulan berikutnya setelah bulan terjadinya penyerahan Barang Kena Pajak

dan/atau Jasa Kena Pajak dalam hal pembayaran diterima setelah akhir bulan

berikutnya setelah bulan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak.

jadi penjualan tersebut masuk ke laporan laba rugi untuk perhitungan PPh tahun

2009, tetapi faktur pajak terbit dan dilaporkan di SPT masa PPN Januari 2010

2) Hal lain yang dapat menjadikan perbedaan adalah berdasarkan pasal 1A ayat (1)

huruf d UU PPN, pemakaian sendiri dan pemberian cuma-cuma Barang Kena Pajak

termasuk dalam pengertian penyerahan. Dalam laporan laba-rugi, pemakaian sendiri

dan pemberian cuma-cuma tidak masuk dalam “omset”, akan tetapi harus diterbitkan

Faktur Pajak dan masuk dalam “peredaran” PPN.

Disamping kedua hal diatas, yang dapat menjadikan perbedaan adalah adanya transaksi

antar cabang ketika menganut prinsip desentralisasi (diakui menurut PPN, namun tidak

diakui menurut PPh) serta adanya penghasilan diterima di muka (diakui menurut PPN,

dicatat sebagai utang sehingga bukan pendapatan menurut PPh – basis pembukuan

akrual).

c. Terkait pertanyaan (b), apakah tindakan yang harus dilakukan PT TANI MAJU?

Jawaban:

Sepanjang penyebab perbedaannya dapat dijelaskan dan tidak bertentangan dengan

ketentuan, PT Tani Maju tidak perlu melakukan tindakan apa-apa.

Page 15: Paper PPh 15Nov Jam SETENGAH EMPAT.doc

3. Terkait beban karyawan:

a. Apakah perusahaan melakukan kesalahan dalam pengakuan beban karyawan untuk

menghitung laba fiskal? Jelaskan jawaban Anda!

Jawaban:

Beban Gaji Karyawan

Gaji, lembur, tunjangan transportasi, bonus dan THR merupakan penghasilan yang

dipotong PPh Pasal 21 menurut PMK 252/PMK.03/2013 Pasal 5 Ayat (1a). Dengan

demikian biaya-biaya tersebut merupakan biaya yang dapat dikurangkan dalam

menghitung penghasilan kena pajak perusahaan.

Beban PPh Pasal 21

Tindakan perusahaan yang tidak membebankan PPh Pasal 21 dalam perhitungan PPh

sudah tepat karena berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf h UU PPh, Pajak Penghasilan tidak

boleh dikurangkan

Beban Makan Siang

Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf e UU PPh, natura tidak dapat dikurangkan dari

penghasilan bruto, tetapi ada pengecualian, diantaranya penyediaan makanan dan

minuman bagi seluruh pegawai. Menurut PMK-83/PMK.03/2009 Pasal 1 Pemberian

natura dan kenikmatan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pemberi kerja dan

bukan merupakan penghasilan bagi Pegawai yang menerimanya termasuk pemberian atau

penyediaan makanan dan/atau minuman bagi seluruh pegawai yang berkaitan dengan

pelaksanaan pekerjaan

Tindakan perusahaan yang tidak membebankan Beban makan siang dalam perhitungan

PPh sudah tepat, tetapi alasannya tidak tepat. Seharusnya alasan tidak dibebankannya

adalah karena pemberian makanan tersebut tidak diberikan kepada seluruh pegawai,

bukan karena alasan melanjutkan koreksi yang sudah terjadi sejak dahulu.

Biaya pengobatan

Tindakan perusahaan yang tidak membebankan biaya pengobatan dalam perhitungan PPh

sudah tepat, karena berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf e UU PPh, penggantian atau

imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura

tidak dapat dikurangkan dalam perhitungan PPh (S-1821/PJ.21/1985 “Jika biaya

pengobatan karyawan dibayarkan langsung kepada Klinik, Dokter, dan Rumah Sakit lain

di luar perusahaan, maka bagi karyawan merupakan kenikmatan, yang tidak dikenakan

Page 16: Paper PPh 15Nov Jam SETENGAH EMPAT.doc

PPh, dengan demikian biaya tersebut tidak boleh dikurangkan dalam menghitung

penghasilan kena pajak perusahaan”)

Pakaian seragam

Berdasarkan pasal 9 ayat (1) huruf e UU PPh, pemberian seragam petugas keamanan

dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Menurut PMK-83/PMK.03/2009 Pasal 5

Pemberian natura dan kenikmatan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto

pemberi kerja dan bukan merupakan penghasilan bagi Pegawai yang menerimanya

meliputi meliputi pakaian dan peralatan untuk keselamatan kerja, pakaian seragam

petugas keamanan (satpam), sarana antar jemput Pegawai, serta penginapan untuk awak

kapal, dan yang sejenisnya. Seharusnya PT Tani Maju dapat membebankan pengeluaran

atas pakaian seragam tersebut

b. Berikan masukan Anda kepada perusahaan mengenai kewajiban perpajakan yang terkait

dengan beban karyawan!

Jawaban:

1) Atas koreksi fiskal, staf pajak perlu diberikan pelatihan atau pemahaman lebih

mendalam sehingga dasar dilakukan atau tidaknya koreksi fiskal adalah ketentuan

peraturan perpajakan, bukan “tradisi”

2) Perlu adanya pemahaman lebih lanjut terkait perbedaan perlakuan atas Natura,

Tunjangan maupun Natura yang diberikan dalam bentuk Tunjangan. Perusahaan

harus dapat memilih dan memilah jenis-jenis biaya mana yang dapat dikurangkan

dari penghasilan bruto, misalnya mana yang harus perusahaan pilih antara

memberikan tunjangan pengobatan atau pengobatan ditanggung perusahaan. Dengan

manajemen perpajakan seperti ini, beban pajak yang ditanggung perusahaan dapat

berkurang.

a) Natura (menurut Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-03/PJ.23/1984, Undang

– Undang Nomor 36 tahun 2008, PMK-83/PMK.03/2009,

PMK-252/PMK.03/2008)

Natura dan kenikmatan dari sisi biaya dapat dikelompokan menjadi dua yaitu

natura yang sifatnya deductible expense (diperbolehkan untuk dibiayakan) serta

natura yang sifatnya non deductible expense (tidak diperbolehkan menjadi

biaya). Natura yang sifatnya deductible expense adalah pemberian makanan

dan atau minuman untuk seluruh pegawai, natura atau kenikmatan yang

diberikan berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah tertentu dalam

Page 17: Paper PPh 15Nov Jam SETENGAH EMPAT.doc

rangka menunjang kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan di

daerah tersebut, dan natura dan kenikmatan yang merupakan keharusan dalam

pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat

pekerjaan tersebut mengharuskannya. Pemberian natura dan kenikmatan di luar

tiga hal tadi merupakan non deductible expense.

Natura dari sisi penghasilan dapat dikelompokan menjadi natura yang taxable

(terutang pajak penghasilan) dan natura yang non taxable (tidak terutang pajak

penghasilan). Natura sebagai penghasilan yang sifatnya taxable (terutang pajak

penghasilan) adalah penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan

lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh bukan

Wajib pajak, Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final;

atau Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma

penghitungan khusus (deemed profit).

b) Tunjangan (UU 36 Tahun 2008, PMK Nomor 252/PMK.03/2008)

Segala macam tunjangan merupakan penghasilan bagi pegawai tetap dan

sifatnya taxable atau terutang serta wajib dipotong Pajak Penghasilan.

Tunjangan yang diberikan oleh pemberi kerja adalah biaya yang diperbolehkan

menjadi pengurang penghasilan bruto karena merupakan biaya untuk

mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan.

c) Natura yang diberikan dalam bentuk Tunjangan

Natura yang diberikan dalam bentuk tunjangan jika berpatokan pada pasal 1

angka 15 dan 16 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008

tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak atas Penghasilan Sehubungan

Dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi adalah bahwa segala

macam tunjangan merupakan penghasilan yang diberikan oleh pemberi kerja

kepada pegawai tetap yang bersifat teratur maupun tidak teratur. Jika pemberi

kerja memberikan penghasilan berupa tunjangan kepada penerima penghasilan

yang merupakan bukan pegawai maka itu tidak dapat dibenarkan.

4. Terkait beban bunga, apakah perusahaan melakukan kesalahan dalam pengakuan beban bunga

untuk menghitung laba fiskal? Jelaskan jawaban Anda!

Jawaban:

Berdasarkan Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE -46/PJ.4/1995, apabila jumlah rata-rata

pinjaman sama besarnya dengan atau lebih kecil dari jumlah rata-rata dana yang ditempatkan

Page 18: Paper PPh 15Nov Jam SETENGAH EMPAT.doc

sebagai deposito berjangka atau tabungan lainnya,maka bunga yang dibayar atau terutang atas

pinjaman tersebut seluruhnya tidak dapat dibebankan sebagai biaya.

Karena rata-rata pinjaman yang dimiliki Perusahaan senilai Rp 1,75 Milyar lebih kecil dari rata-

rata deposito selama tahun 2010 sebesar Rp 2 Milyar, bunga yang dibayar atau terutang atas

pinjaman tersebut seluruhnya tidak dapat dibebankan sebagai biaya.

Jadi, walaupun bunga yang dibayarkan sudah tepat jumlahnya, namun mengacu aturan di atas

maka perusahaan melakukan kesalahan karena mengakui seluruh beban bunga dalam perhitungan

laba rugi fiskal. Seharusnya keseluruhan beban bunga tersebut tidak dapat dibebankan sebagai

biaya dalam perhitungan laba rugi fiskal.

5. Sehubungan dengan beban konsultasi manajemen, jelaskan apakah diperlukan koreksi atas beban

konsultasi manajemen yang diakui perusahaan? Jelaskan jawaban Anda!

Jawaban:

Hubungan Istimewa menurut ketentuan peraturan perundang-undangan pajak diatur dalam Pasal

18 ayat (4) UU Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir

dengan UU Nomor 36 Tahun 2008 sebagai berikut:

Hubungan istimewa dianggap ada apabila:

a. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah 25%

(dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain; hubungan antara Wajib Pajak dengan

penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih; atau

hubungan di antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir;

b. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak berada di bawah

penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau

c. terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus

dan/atau ke samping satu derajat.

Karena kepemilikan PT Jaya Utama adalah 20%, hubungan istimewa dianggap tidak terjadi.

Berdasarkan pasal 10 ayat (1) UU PPh, harga perolehannya untuk transaksi yang tidak

dipengaruhi hubungan istimewa adalah jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan. Jadi jika jumlah

yang sesungguhnya dikeluarkan adalah Rp.100 juta, tidak perlu dilakukan koreksi

Page 19: Paper PPh 15Nov Jam SETENGAH EMPAT.doc

6. Sehubungan dengan beban-beban yang sering dikoreksi:

a. Menurut pendapat Anda, apakah yang menyebabkan beban-beban tersebut dikoreksi oleh

pemeriksa pajak selama ini?

Jawaban:

1) Terkait Biaya Perjalanan Dinas

Terdapat dua kebijakan dalam biaya perjalanan dinas yaitu diberikan secara lump-sum dan

reimbursement. Biaya perjalanan dinas secara lump-sum diberikan kepada karyawan di awal

atau sebelum karyawan tersebut melakukan perjalanan dinas bersangkutan berdasarkan

perkiraan jumlah biaya dari kebutuhan dalam perjalanan seperti transportasi, akomodasi, dan

uang saku yang kemudian karyawan tersebut harus memberikan laporan

pertanggungjawaban atas penggunaan dana tersebut. Biaya perjalanan dinas secara

reimbursement diberikan kepada karyawan di akhir atau setelah karyawan tersebut telah

selesai melakukan perjalanan dinas bersangkutan, perusahaan memberikan penggantian

kepada karyawan segala biaya yang telah dibayarkan oleh karyawan terkait kebutuhan dalam

perjalanan berdasarkan bukti-bukti transaksi yang ada namun tetap harus dalam batas jumlah

yang wajar. Kedua kebijakan tersebut memang tidak diatur secara tegas dalam ketentuan

perpajakan yang ada, namun reimbursement mendorong efisiensi perusahaan dan sistem

kendali internal yang baik, karena untuk mendapat penggantian karyawan harus memiliki

bukti transaksi yang sah terkait pengeluaran yang dibayarkannya, sementara lump-sum justru

mendorong penghamburan dana perusahaan karena karyawan akan cenderung menghabiskan

kas di tangan yang telah diberikan.

Apapun kebijakan yang digunakan oleh perusahaan, biaya perjalanan dinas tersebut dapat

diperhitungkan sebagai biaya untuk menentukan besarnya PKP sesuai Pasal 6 UU No. 36

Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan, apabila terdapat dasar bukti transaksi yang jelas.

Namun dalam praktiknya, dengan eksposur yang terdapat dalam pilihan kebijakan lump-sum

bukti transaksi pengeluaran cenderung tidak cukup memadai..

2) Terkait beban sumbangan

Berdasarkan UU No. 7 Tahun 1983 sebagaimana telah dilakukan perubahan terakhir yaitu

UU No. 36 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan Pasal 6 ayat (1) huruf i, huruf j, huruf k,

huruf l beban sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional, beban

sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia, biaya

pembangunan infrastruktur sosial, dan sumbangan fasilitas pendidikan dapat diperhitungkan

sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan untuk menentukan

Page 20: Paper PPh 15Nov Jam SETENGAH EMPAT.doc

Penghasilan Kena Pajak bagi WP dalam negri atau bentuk usaha tetap, ketentuan teknis dari

peraturan ini diatur dalam PP No. 93 Tahun 2000.

Selanjutnya berdasarkan Pasal 1 PP No. 93 Tahun 2010 sumbangan dan/atau biaya yang

dapat dikurangkan sampai jumlah tertentu dari penghasilan bruto dalam rangka penghitungan

penghasilan kena pajak bagi WP terdiri atas:

a) Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional, yang merupakan

sumbangan untuk korban bencana nasional yang disampaikan secara langsung melalui

badan penanggulangan bencana atau disampaikan secara tidak langsung melalui

lembaga atau pihak yang telah mendapat izin dari instansi/lembaga yang berwenang

untuk pengumpulan dana penanggulangan bencana;

b) Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan, yang merupakan sumbangan

untuk penelitian dan pengembangan yang dilakukan di wilayah Republik Indonesia

yang disampaikan melalui lembaga penelitian dan pengembangan;

c) Sumbangan fasilitas pendidikan, yang merupakan sumbangan berupa fasilitas

pendidikan yang disampaikan melalui lembaga pendidikan;

d) Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga; yang merupakan sumbangan untuk

membina, mengembangkan dan mengoordinasikan suatu atau gabungan organisasi

cabang/jenis olahraga prestasi yang disampaikan melalui lembaga pembinaan olahraga;

e) Biaya pembangunan infrastruktur sosial merupakan biaya yang dikeluarkan untuk

keperluan membangun sarana dan prasarana untuk kepentingan umum dan bersifat

nirlaba.

Berdasarkan Pasal 2 PP No.93 Tahun 2010, sumbangan dan/atau biaya yang disebutkan

tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dengan syarat:

a) WP mempunyai penghasilan neto fiskal berdasarkan SPT Pajak Penghasilan Tahun Pajak

sebelumnya;

b) Pemberian sumbangan dan/atau biaya tidak menyebabkan rugi pada Tahun Pajak

sumbangan diberikan;

c) Didukung oleh bukti yang sah; dan

d) Lembaga yang menerima sumbangan dan/atau biaya memiliki NPWP, kecuali badan

yang dikecualikan sebagai subjek pajak sebagaimana diatur dalam UU tentang Pajak

Penghasilan.

Pasal 3 PP No. 93 Tahun 2010 menyebutkan besarnya nilai sumbangan dan/atau biaya

pembangunan infrastruktur sosial yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sebagaimana

Page 21: Paper PPh 15Nov Jam SETENGAH EMPAT.doc

dimaksud dalam Pasal 1 untuk 1 (satu) tahun dibatasi tidak melebihi 5% dari penghasilan neto

fiskal Tahun Pajak sebelumnya.

Selanjutnya berdasarkan Pasal 5 ayat (1), sumbangan yang dimaksud dalam Pasal 1 huruf a,

huruf b, huruf c, dan huruf d (yang telah dijelaskan di atas) dapat diberikan dalam bentuk uang

dan/atau barang. Namun untuk biaya pembangunan infratruktur sosial diberikan hanya dalam

bentuk sarana dan/atau prasarana.

Jadi, koreksi atas beban-beban sumbangan yang dilakukan oleh pemeriksa pajak selama ini

dapat terjadi karena sumbangan-sumbangan tersebut tidak memenuhi persyaratan dalam PP

No. 93 Tahun 2010 antara lain tidak diberikan kepada badan berwenang atau lembaga yang

telah mendapatkan izin dari pemerintah untuk menyalurkan sumbangan-sumbangan tersebut

dan/atau sumbangan-sumbangan tersebut tidak memenuhi syarat untuk dapat dikurangkan dari

penghasilan bruto sesuai dengan Pasal 2 PP No. 93 Tahun 2010 dan/atau melebihi batas

pemberian sumbangan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 3 PP No. 93 Tahun 2010 dan/atau

bentuk sumbangan yang diberikan tidak sesuai dengan Pasal 5 PP No. 93 Tahun 2010.

b. Jelaskan tindakan dan kebijakan apa yang harus diubah/dilakukan PT TANI MAJU

untuk menjamin koreksi semacam itu tidak terjadi lagi?

Jawaban:

1) perusahaan sebaiknya mengubah kebijakan pengeluaran biaya perjalanan dinas

secara reimbursement yang dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam

lingkungan internal perusahaan

2) Perusahaan harus lebih memahami ketentuan mengenai sumbangan yang dapat

dikurangkan dari penghasilan bruto, sehingga dalam perhitungan pph tidak terjadi

pembebanan yang tidak seharusnya atas sumbangan yang berdasarkan ketentuan

tidak diperkenankan untuk dikurangkan dari penghasilan bruto.