22
BAB I PENDAHULUAN Ventilasi mekanik adalah upaya bantuan nafas dengan alat bantu nafas mekani ventilator sebagai alat pengganti fungsi pompa dada yang mengalami kelelaha kegagalan. Vesalius adalahorang pertamayang mendiskripsikan konsep ventilasi mekanik dengan memasukkan tongkat kayu yang berongga pada bagian dalamnya k dalam trakea hewan dan memasukkan sejumlah udara dengan meniupnya. (Byrd,R.P.2006) Tujuan utama penggunaan ventilasi mekanik adalah menjamin ventilasi-oksig yang adekuat, mengurangi kerja nafas atau “ work of breathing”memperbaiki g pertukaran oksigen di alveoli.Ventilator mekanik yang pertama kali ventilator dengan penerapan ventilasi mekanik bertekanan negative ( ironlung ) ditemukan oleh Drinker dan Shaw pada tahun 1929. Selanjutnya wabah poliomye Eropa Utara pada tahun 1950-an mendorong pemakaian ventilator secara merawat pasien yang mengalami paralysis otot pernapasan. Namun pemakaian ir lambat laun ditinggalkan karena alatnya yang cukup besar dan tidak praktis, mahal dan tidak higienis. (Mangku,2002) Konsep yang dikembangkan oleh militer pada perang dunia ke 2 untu oksigen dan gas pada pilot yang beroperasi pada ketinggian tinggi dikembangkannya ventilasi tekanan positif. Dalam perkembangannya, ventilasi positif menggantikaniron lung.Ventilasi mekanik dengan tekanan positif mulai digunakan secaraluas pada bidang anestesi dan terapi intensif pada tahun 1950.Perkmbangan ini didasari usaha mengatasi polio yang saat itu banyak di dan meningkatnya penggunaan pelumpuh otot selama anestesia. (Byrd,R.P.2006) Saat ini berbagai mode telah berkembang dalam usaha penyempurnaan ventilasi mekanik. Namun penggunaan ventilasi mekanaiktidak selamanya menguntungkan pasien. Strategi penerapan ventilasi mekanik yang tidak tepat dapatmenimbulkan ketergantungan dan bahkan dapat memperparah kondisi pasien. Untuk itu penge terhadap fisiologi pernapasan dan mekanisme kerja ventilator mekanik mutlak diperlukan untuk memperoleh hasil akhir yang optimal. 1

Paper Ventilasi Mekanik Wulan Yang Fix

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN

Ventilasi mekanik adalah upaya bantuan nafas dengan alat bantu nafas mekanik atau ventilator sebagai alat pengganti fungsi pompa dada yang mengalami kelelahan atau kegagalan. Vesalius adalah orang pertama yang mendiskripsikan konsep ventilasi mekanik dengan memasukkan tongkat kayu yang berongga pada bagian dalamnya ke dalam trakea hewan dan memasukkan sejumlah udara dengan meniupnya. (Byrd,R.P.2006) Tujuan utama penggunaan ventilasi mekanik adalah menjamin ventilasi-oksigenasi yang adekuat, mengurangi kerja nafas atau work of breathingmemperbaiki gangguan pertukaran oksigen di alveoli.Ventilator mekanik yang pertama kali digunakan adalah ventilator dengan penerapan ventilasi mekanik bertekanan negative ( iron lung ) ditemukan oleh Drinker dan Shaw pada tahun 1929. Selanjutnya wabah poliomyelitis di Eropa Utara pada tahun 1950-an mendorong pemakaian ventilator secara luas untuk merawat pasien yang mengalami paralysis otot pernapasan. Namun pemakaian iron lung lambat laun ditinggalkan karena alatnya yang cukup besar dan tidak praktis, biayanya mahal dan tidak higienis. (Mangku,2002) Konsep yang dikembangkan oleh militer pada perang dunia ke 2 untuk memasok oksigen dan gas pada pilot yang beroperasi pada ketinggian tinggi merupakan dasar dikembangkannya ventilasi tekanan positif. Dalam perkembangannya, ventilasi tekanan positif menggantikan iron lung. Ventilasi mekanik dengan tekanan positif mulai digunakan secara luas pada bidang anestesi dan terapi intensif pada tahun 1950.Perkmbangan ini didasari usaha mengatasi polio yang saat itu banyak ditemukan dan meningkatnya penggunaan pelumpuh otot selama anestesia. (Byrd,R.P.2006) Saat ini berbagai mode telah berkembang dalam usaha penyempurnaan ventilasi mekanik. Namun penggunaan ventilasi mekanaik tidak selamanya menguntungkan pasien. Strategi penerapan ventilasi mekanik yang tidak tepat dapat menimbulkan ketergantungan dan bahkan dapat memperparah kondisi pasien. Untuk itu pengetahuan terhadap fisiologi pernapasan dan mekanisme kerja ventilator mekanik mutlak diperlukan untuk memperoleh hasil akhir yang optimal.

1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Sistem Pernapasan Sistem pernapasan pada manusia terdiri dari komponen-komponen : pusat nafas, saluran nafas, dada dan paru. Agar sistem pernapasan berfungsi optimal, keempat komponen ini harus normal dan berfungsi optimal. Pusat nafas terdiri dari sekelompok neuron yang tersebar luas didalam substansia retikularis medula oblongota dan pons yang terbagi menjadi tiga daerah utama, yaitu area inspirasi, area ekspirasi dan area pneumotaksik.(Pierce,A.P dkk,1995)

Gambar 2.1 Pusat Nafas ( Sumber Respirasion,2006) Secara anatomis, saluran nafas dibagi menjadi bagian atas ( upper ) yang terdiri dari hidung, ruang hidung, sinus paranasalis dan faring, yang berfungsi menyaring, menghangatkan dan melembabkan udara yang masuk ke daluran pernafasan dan bagian bawah ( lower ) yang terdiri dari laring, trakea, bronki, bronkioli dan alveoli.(Latief, S.A.,2002) Dada atau rongga dada dibentuk oleh otot dan tulang dengan paru terdapat di dalamnya. Otot yang berperan dalam proses pernafasan terutama adalah diafragma. Selain itu, gerakan tulang-tulang rusuk oleh berbagai macam jenis otot-otot pernafasan lainmnya juga dapat membantu berlangsungnya proses bernafas. Otot-otot tersebut antara lain M.intercostalis internus, M.intercostalis ekternus, M.sternocleidomastoideus, M. Rectus abdominis, M.scalenus dan M serratus anterior.(Pierce,A.P dkk,1995)

2

Gambar 2.2 Anatomi saluran nafas (sumber: Respiration,2006) Paru sebagai sunit fungsional terdiri dari alveoli berjumlah sekitar 300 sampai 500 juta di dalam paru-paru pada rata-rata orang dewasa. Fungsinya sebagai tempat pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan aliran darah. Setiap alveolus terdiri atas ruang udara mikroskopik yang dikelilingi oleh dinding yang tipis yang terdiri atas satu lapis epitel mukosa, yang memisahkan satu alveolus dengan alveolus lainnya, dan dari kapiler didekatnya. Di antara sel epitel terdapat surfaktan yang melapisi permukaan dalam dinding alveolar.Tanpa surfaktan, tekanan permukaan akan menjadi demikian besar sehingga membutuhkan upaya muskular yang sangat besar untuk mengembangkan kembali alveoli.(Nurcerdas,2009) 2.2 Fisiologi Sistem Pernafasan Fisiologi pernapasan adalah serangkaian proses interaksi dan koordinasi yang kompleks yang mempunyai peranan sangat penting dalam mempertahankan kestabilan, atau homeostasis lingkungan internal tubuh kita. Pengaturan pertukaran gas antara sel-sel tubuh dan darah yang bersirkulasi adalah inti dari fisiologi pernapasan. Secara fungsional, sistem pernapasan terdiri atas serangkaian proses teratur yang terintegrasi yang mencakup ventilasi pulmonal (bernapas), pertukaran gas dalam paru-paru dan jaringan, transpor gas oleh darah, dan regulasi pernapasan secara keseluruhan. (Nurcerdas,2009) Ventilasi pulmonal adalah istilah teknis dari bemapas. Salah satu fase dari ventilasi pulmonal adalah inspirasi yaitu gerakan perpindahan udara masuk ke dalam paru-paru

3

dan fase lainnya adalah ekspirasi yaitu gerakan perpindahan udara meninggalkan paruparu.

Gambar 2.3 Mekanisme ventilasi paru (sumber :Nurcerdas,2009)(a). saat rangka iga bergerak keatas atau diafragma bergerak kebawah, volume rongga dada akan bertambah. (b). dari anterior saat diafragma diam, tidak ada pergerakan udara. (c).inspirasi: rangka iga terangkat dan diafragma berkontraksi akan menyebabkan peningkatan volume rongga dada dan turunnya tekanan didalam paru sehingga udara bergerak masuk paru. (d). ekspirasi: saat rangka iga kembali ke posisi awal, volume ronga dada berkurang dan tekanan bertambah sehingga udara keluar paru.

Pernafasan atau disebut juga respirasi ialah pertukaran gas-gas antara organisme hidup dan lingkungan sekitarnya. Pada manusia dikenal dua macam respirasi, yaitu respirasi eksternal dan respirasi internal.

Gambar 2.4 Respirasi Eksternal (sumber :Respiration,2006) Respirasi eksternal adalah pertukaran gas-gas antara darah dan udara sekitarnya O2 berdifusi masuk ke kapiler dan CO2 berdifusi masuk ke alveoli yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan parsial O2 dan CO2 antara alveoli dan kapiler. Proses ini berlangsung 4

sampai tercapainya keseimbangan dimana darah yang meninggalkan alveoli mempunyai kondisi yang sama dengan alveoli yaitu PO2 100 mmHg dan PCO2 40 mmHg. (Nurcerdas,2009) Respirasi internal adalah pertukaran gas-gas antara darah dan jaringan. O2 berdifusi keluar dari kapiler masuk ke jaringan dan CO2 berdifusi keluar dari jaringan masuk ke darah kapiler. Proses berlanjut sampai tercapai keseimbangan antara tekanan parsial kapiler dan jaringan, yaitu PO2 40 mmHg dan PCO2 45 mmHg. (Nurcerdas,2009)

Gambar 2.5 Respirasi Internal (sumber :Respiration,2006) 2.3 Mekanisme Ventilasi Pulmonal Udara mengalir masuk dan keluar dari paru-paru dengan dasar hukum yang sama seperti cairan, baik dalam bentuk cair maupun gas, yaitu mengalir dari satu tempat ke tempat lainnya karena adanya perbedaan tekanan. Adanya perbedaan tekanan ini (tekanan gradien) menyebabkan cairan mengalir atau berpindah. Cairan selalu mengalir dari tempat dengan tekanan yang tinggi ke tempat dengan tekanan yang lebih rendah. Dalam kondisi standar, udara atmosfir mengeluarkan tekanan 760 mm Hg. Udara dalam alveoli pada akhir satu ekspirasi dan sebelum dimulai inspirasi berikutnya juga mengeluarkan tekanan 760 mm Hg. Itulah sebabnya pada titik ini, udara tidak memasuki dan tidak meninggalkan paru-paru. Mekanisme yang menyebabkan ventilasi pulmonal adalah mekanisme yang menimbulkan tekanan gradien antara udara atmosfir dan udara alveolar.(Nurcerdas,2009) Proses inspirasi adalah sebagai berikut; diafragma berkontraksi, bergerak ke arah bawah, dan mengembangkan rongga dada dari atas ke bawah. Otot-otot interkosta eksternal menarik iga ke atas dan ke luar, yang mengembangkan rongga dada ke arah samping kiri kiri dan kanan serta ke depan dan ke belakang.

5

Dengan mengembangnya rongga dada, pleura parietal ikut mengembang. Tekanan intrapleura menjadi makin negatif karena terbentuk isapan singkat antara membran pleura.Dengan mengembangnya paru-paru, tekanan intrapulmonal turun di bawah tekanan atmosfir, dan udara memasuki hidung dan terus mengalir melalui saluran pernapasan sampai ke alveoli. Masuknya udara terus berlanjut sampai tekanan intrapulmonal sama dengan tekanan atmosfir; ini merupakan inhalasi normal. Ekspirasi atau yang juga disebut ekshalasi dimulai ketika diafragma dan otot-otot interkosta rileks. Karena rongga dada menjadi lebih sempit, paru-paru terdesak, dan jaringan ikat elastiknya yang meregang selama inhalasi, mengerut dan juga mendesak alveoli. Dengan meningkatnya tekanan intrapulmonal di atas tekanan atmosfir, udara didorong ke luar paru-paru sampai kedua tekanan kontraksi otot-otot lain. (Nurcerdas,2009) Mekanisme ventilasi disajikan dalam gambar berikut : sama kembali.

Gambar 2.6 Mekanisme ventilasi pulmonal (sumber :Nurcerdas,2009) 2.4 Ventilasi Mekanik Ventilasi mekanik adalah upaya bantuan nafas dengan alat bantu nafas mekanik atau ventilator sebagai alat pengganti fungsi pompa dada yang mengalami kelelahan atau kegagalan. Tujuan utama penggunaan ventilasi mekanik adalah menjamin ventilasi -oksigenasi yang adekuat, mengurangi kerja nafas atau work of breathing dan memperbaiki gangguan pertukaran oksigen di alveoli.(Mangku,2002)

6

2.4.1.Indikasi Indikasi utama penggunaan ventilasi mekanik adalah bila ada kegagalan fungsi pernafasan, sehingga ventilasi spontan pasien tidak adekuat untuk menunjang kehidupannya. Gagal nafas merupakan ketidakmampuan sistim pernafasan untuk memasukkan oksigen dan atau mengeluarkan karbondioksida yang dapat terjadi secara mendadak pada paru-paru yang semula sehat.(Pierce, L. N.B,1995) Klasifikasi berbagai macam kelainan yang dapat memicu terjadinya kegagalan fungsi pernafasan dapat dilihat pada tabel 2.1. Selain itu ventilasi mekanik juga diindikasikan pada keadaan setelah tindakan operasi mayor. Tabel 2.1 Categories of intrapulmonary and extrapulmonary disorders predisposing to respiratory failure( Sumber : Pierce, L. N.B,1995)

Category

Examples

Disorders of the CNS associated with a reduced drive Overdose of respiratory depressant drugs (sedatives and to breathe narcotics) Cerebrovascular accident Cerebral trauma Subarachnoid hemorrhage Disorders associated with neuromuscular function Guillain-Barre Syndrome Multiple sclerosis Poliomyelitis Myastenia gravis Spinal cord injury Kyphoscoliosis Flail chest, Pleural effusion Pneumothorax, Hematothorax Upper airway obstruction Post-extubation laryngeal edema Asthma Bronchospasm Pulmonary contusion, pneumonia Pulmonary edema ARDS

Disorders associated with musculosceletal and pleural Function Disorders of the conducting airways

Disorders of the gas exchanging units (alveoli and pulmonary capillaries)

Indikasi umum penggunaan ventilasi mekanik meliputi (Mangku,2002) : 1. Kegagalan fungsi pompa dada akibat depresi pusat nafas, misalnya akibat intoksikasi, trauma kepala , infeksi intrakranial, stroke dan tumor otak. 2. Depresi pada dada, misalnya pada trauma toraks, lesi medula spinalis, penyakit saraf otak, distensi abdomen, pasca laparotomi, pasca torakotomi.

7

3. Kegagalan fungsi pertukaran gas di alveoli misalnya pada odema paru, pneunomi, atelektasis dan lain-lainya. 4. Hipoksia jaringan, karena hipoksemik, anemik, syok dan histotoksik. 5. Pasca iskemia otak, akibat henti jantung. Sedangkan kriteria untuk memberikan tunjangan ventilasi mekanik berdasarkan parameter mekanik dan parameter kimiawi pernafasan dapat dilihat pada Tabel 2.2 Tabel 2.2 Kriteria Aplikasi Ventilasi Mekanik(sumber : Gde Mangku,2002)

PARAMETER MEKANIK Frekuensi nafas Volume tidal Kapasitas vital

APLIKASI >35 X / menit