59
i PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial S1 pada Program Studi Ilmu Politik Oleh: Ilham Nugraha NIM 3312413027 JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

i

PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS)

DI KOTA SEMARANG

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial S1 pada Program Studi Ilmu Politik

Oleh:

Ilham Nugraha

NIM 3312413027

JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

Page 2: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

ii

Page 3: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

iii

Page 4: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

iv

Page 5: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

1. Mati mulia atau mati sia-sia.

2. Tidak akan ada ujian yang melampaui batas kemampuan manusia, maka teruslah

berusaha dengan penuh kesabaran.

Persembahan:

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karya

kecilku ini saya persembahkan kepada:

1. Kedua orang tua tercinta yaitu Ibu Ika Kartika dan Bapak Hidayat yang

telah memberikan doa, kasih sayang, semangat dan dukungan dalam

hidup yang tidak ternilai harganya.

2. Untuk Nenek tercinta Maemunnah yang telah sabar merawat dan

membesarkan saya dengan penuh cinta.

3. Kedua kakak tercinta yaitu Iwan Kurniawan dan Novi Silvia yang

senantiasa memberikan semangat.

4. Teruntuk KH. Sufyan Sauri, Lc., M.Ag. pimpinan Ma’had Syatibi

Sholih yang telah memberikan ilmu agama dan merawat saya dengan

baik.

5. Para penghapal Al-Qur’an, santri Ma’had Syatibi Sholih.

6. Teman-teman KIFS UNNES dan HIMA PKn UNNES yang senantiasa

memberikan semangat.

7. Teman-teman Program Studi Ilmu Politik UNNES angkatan 2013.

8. almamaterKu UNNES

Page 6: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

vi

PRAKATA

Segala kesyukuran, puja dan puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala

berkat dan rahmatnya hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini ini denga

judul PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN

SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG. Shalawat dan salam kepada baginda

Rasulullah SAW beserta keluarganya, sahabatnya, dan kepada orang-orang yang mengikuti

ajarannya.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan yang

ada dalam skripsi ini, disebabkan masih sedikitnya referensi dan bacaan yang secara

komrehensif membahas tentang penelitian ini serta pengalaman dalam meneliti yang masih

minim.

Peneliti menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini melibatkan berbagai

pihak, baik secara langsung maupun tidak lansung. Oleh karena itu, penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dan untaian doa kepada sang Khalik untuk

kemurahan-Nya untuk semua pihak yang telah membantu penulis.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih

yang setulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Fathur Rakhman. M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang

yamg telah memberikan kesempatan bagi saya untuk menimba ilmu di perguruan

tinggi.

2. Bapak Drs Moh. Solehatul Mustofa, MA., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Negeri Semarang yang telah mengelolala akademik, kemahasiswaan dan sarana

prasarana perkuliahan di lingkungan fakultas.

3. Bapak Drs. Tijan, M.Si, Ketua Jurusan Politik dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu

Sosial Universitas Negeri Semarang.

4. Kedua dosen pembimbing skripsi, Bapak Drs. Ngabiyanto, M.Si. dan Bapak Moh.

Aris Munandar, S.Sos. yang telah sabar membimbing penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Page 7: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

vii

5. Kedua orang tua tercinta, Ibu Ika Kartika dan Bapak Hidayat yang telah memberikan

doa dan dukungan kepada penulissepanjang waktu untuk terselesaikannya skripsi ini.

6. Keluarga besar penghapal Al-Qur’an Ma’had Syatibi Sholih, Irsyad Zakiyuddin,

Muhammad Muammar, Panduan Pridayyanto, Iman Khusu Firdaus, Ndaru Wibisono,

Imam Marwan Asy-syafi’i, Muhammad Faris As-sajad.

7. Keluarga besar Hima PKn 2014 dan 2015. Terimakasih telah memberikan

pengalaman luar biasa dan menjadi tempat belajar keorganisasian selama

perkuliahan.

8. Rekan-rekan PKn Mengajar SDN Sadeng 03, Hapid, Rini, Putri, dan lainnya.

9. Teman-teman KIFS (Kerohanian Islam Fakultas Ilmu Sosial) yang selalu

memberikan semangat dan motivasi kepada penulis untuk segera menyelesaikan

skripsi ini.

10. Teman-teman mahasiswa Program Studi Ilmu Politik Universitas Negeri Semarang

yang secara tidak langsung memberikan motivasi kepada penulis untuk segera

menyelesaikan skripsi ini.

11. Berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga amal baik dari bantuan yang telah diberikan senantiasa mendapat pahala

dari Allah SWT. dan semua penulisan dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Semarang, 31 Mei 2017

Penulis

Page 8: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

viii

SARI

Nugraha, Ilham. 2017. Partisipasi Politik Kader Perempuan pada Partai Keadilan

Sejahtera (PKS) di Kota Semarang. Jurusan Politik dan Kewarganegaraan FIS UNNES.

Pembimbing Drs. Ngabiyanto, M.Si. dan Moh. Aris Munandar, S.Sos., MM.

Kata Kunci : Kader Perempuan, Partisipasi Politik, PKS.

Partisipasi politik merupakan salah satu aspek mendasar dalam jalannya demokrasi

pemerintahan. Dengan demikian, seluruh warga negara berhak untuk berpartisipasi politik,

termasuk juga perempuan. Tetapi kenyataannya peran perempuan diranah politik masih

sangat kecil dan masih kalah dengan dominasi laki-laki. Seharusnya, perempuan diberikan

kebebasan diranah politik selayaknya laki-laki. Salah satu bentuk kebebasan perempuan

dalam politik yaitu dengan adanya regulasi penetapan 30% keterwakilan perempuan

diranah politik. Dengan demikian, partai politik harus melibatkan perempuan diranah

politik. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Semarang telah memberikan ruang bagi

perempuan untuk berpartisipasi politik yaitu dengan adanya platform partai yang

mendukung kesetaraan perempuan dan laki-laki diranah politik, ditambah dengan

banyaknya jumlah kader perempuan PKS Kota Semarang yang mencapai 54%.

Perumusan masalah (1) Bagaimana partisipasi politik kader perempuan pada Partai

Keadilan Sejahtera (PKS) di Kota Semarang, (2) Apa faktor penghambat partisipasi politik

kader perempuan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Kota Semarang. Penelitian ini adalah

penelitian kualitatif dengan lokasi penelitian di Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai

Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Semarang. Metode pengumpulan data menggunakan

metode wawancara secara mendalam dan metode dokumentasi. Teknik analisis data

menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa partisipasi politik yang dilakukan kader

perempuan PKS Kota Semarang dapat dilihat melalui pendekatan Behavioralisme (perilaku

dalam aktivitas atau kegiatan keorganisasian). Secara prilaku, kader perempuan PKS Kota

Semarang berpartisipasi politik melalui berbagai macam aktivitas keorganisasian (program

partai) dan melalui aktivitas personal (individu). Adapun bentuk partisipasi politik kader

perempuan PKS Kota Semarang tergolong pada partisipasi politik Konvensional yaitu

suatu bentuk partisipasi politik yang normal dalam demokrasi modern dengan tanpa adanya

tindak kekerasan. Adapun partisipasi politik yang dilakukan kader perempuan PKS Kota

Semarang yaitu dengan melakukan kampanye partai melalui prewedding academy,

ekonomi keluarga, dan RKI (Rumah Keluarga Indonesia). Penataan basis massa melalui

program konsultan keluarga, pasutri (pasangan suami istri), dan pemahaman agama kepada

masyarakat. Dan dalam pemilu dengan menyiapkan calon legislatif perempuan PKS

melalui kajian perempuan dan politik, dan pematangan calon legislatif perempuan PKS

melalui training Aleg (Anggota Legislatif) perempuan. Faktor yang menghambat kader

perempuan PKS Kota Semarang dalam melakukan partisipasi politik terhadap partai yaitu:

pertama, karena kesibukan kader perempuan di luar kegiatan partai yang mengakibatkan

kurang maksimalnya kader perempuan PKS Kota Semarang dalam berpartisipasi politik di

partai. Kedua, faktor keluarga, dan ketiga, kurangnya pendanaan bagi perempuan.

Page 9: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................................... iii

PERNYATAAN ................................................................................................. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v

PRAKATA ......................................................................................................... vi

SARI ................................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 6

D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 6

E. Batasan Istilah ............................................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 10A. Deskripsi Teoretis..................................................................................... 10

1. Perempuan dan Politik ....................................................................... 10

2. Tinjauan Tentang Partisipasi Politik ................................................... 16

3. Partai Politik ...................................................................................... 28

4. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 33

B. Kerangka Berpikir .................................................................................... 38

Page 10: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

x

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 40 A. Dasar Penelitian........................................................................................ 40

B. Lokasi Penelitian ...................................................................................... 41

C. Fokus Penelitian ....................................................................................... 41

D. Sumber Data Penelitian ............................................................................ 42

E. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 42

F. Keabsahan Data ........................................................................................ 44

G. Metode Analisis Data ............................................................................... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 48 A. Hasil Penelitian ........................................................................................ 48

1. Gambaran Umum PKS DPD Kota Semarang ..................................... 48

2. Partisipasi Politik Kader Perempuan pada PKS kota Semarang .......... 51

a. Partisipasi Kader Perempuan dalam Kegiatan Partai ....................... 55

1) Kegiatan Pengurus Partai .......................................................... 55

a) Mengkampanyekan Partai ..................................................... 55

b) Penataan Basis Massa Partai ................................................. 66

2) Kegiatan Rutin Kader ............................................................... 72

b. Partisipasi Kader Perempuan dalam Pemilu ................................... 77

1) Persiapan Caleg Perempuan ...................................................... 77

2) Pematangan Caleg Perempuan .................................................. 83

3. Faktor Penghambat Partisipasi Politik Kader Perempuan pada PKS

di Kota Semarang ............................................................................... 87

a. Kesibukan Kader Perempuan di luar Kegiatan Partai....................... 88

b. Keluarga ......................................................................................... 89

c. Kurangnya Pendanaan ..................................................................... 90

B. Pembahasan .............................................................................................. 91

1. Partisipasi Politik Kader Perempuan pada PKS kota Semarang ............. 91

2. Faktor Penghambat Partisipasi Politik Kader Perempuan pada PKS

di Kota Semarang................................................................................. 111

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 114A. Simpulan .................................................................................................. 114

B. Saran ........................................................................................................ 115

Page 11: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

xi

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 117

LAMPIRAN ....................................................................................................... 120

Page 12: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Piramida Politik .................................................................................. 22

Gambar 2: Kerangka Berpikir Model Penelitian ................................................... 41

Gambar 3: Kegiatan Prewedding Academy .......................................................... 58

Gambar 4: Kegiatan Ekonomi Keluarga ............................................................... 59

Gambar 5: Kegiatan RKI (Rumah Keluarga Indonesia) ........................................ 62

Gambar 6: Kelompok Ekonomi yang Memproduksi Makanan Kecil dan

Mendaur ulang Barang Bekas ............................................................ 67

Gambar 7: Kelompok Tani Nandur Sedekah ........................................................ 69

Gambar 8: Buku Liqo/Halaqoh Kader Perempuan PKS kota Semarang ............... 74

Page 13: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Jumlah Kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Semarang .............. 5

Tabel 2: Persentase Keterwakilan Perempuan dari Tahun 1955-2014 ................... 15

Tabel 3: Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik ........................................................... 25

Tabel 4: Jumlah Kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Semarang .............. 48

Tabel 5: Jumlah Pengurus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Semarang ......... 49

Tabel 6: Nama Pengurus dan Bidang yang ditangani ............................................ 49

Tabel 7: Kegiatan Kader Perempuan PKS Kota Semarang ................................... 50

Page 14: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. SK Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi........................................ 121

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian ......................................................................... 122

Lampiran 3. Surat Hasil Penelitian ....................................................................... 123

Lampiran 4. Struktur Organisasi DPD PKS kota Semarang .................................. 124

Lampiran 5. SK Pengurus DPD PKS Kota Semarang ........................................... 125

Lampiran 6. Instrumen Penelitian......................................................................... 126

Lampiran 7. Pedoman Wawancara ....................................................................... 134

Page 15: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, peran perempuan diranah politik masih sangat kecil, sehingga

usulan yang dibuat perempuan mengalami hambatan, terutama untuk

memperjuangkan kepentingan perempuan. Diskriminasi perempuan membuat

sebagian perempuan trauma untuk memberikan peluang bagi dirinya untuk

menempuh jalur politik. Peran politik perempuan dalam menentukan arah

kebijakan selalu terbungkam dan kalah oleh dominasi kekuasaan dan

kepentingan laki-laki dengan tidak memberikan ruang bagi perempuan untuk

mengkritisi ketimpangan struktur tersebut (Wahib, 2007:72).

Dalam tatanan sosial masyarakat, perempuan dinilai tidak mampu

memimpin dan ikut andil dalam dunia politik. Perempuan dianggap sebagai

sosok yang lebih mengutamakan perasaan dibandingkan rasionalitas. Konstruksi

yang demikian membuat masyarakat berpikir bahwa perempuan adalah makhluk

lemah yang tidak berdaya menguasai sesuatu, termasuk dalam hal berpolitik.

Kaum perempuan tidak pernah diberi kesempatan dalam bidang apapun, itulah

mengapa saat ini banyak perempuan menuntut status baru. (Beauvoir dalam

Wolf, 2013:297).

Di Indonesia, peran perempuan diranah politik telah muncul pada zaman

penjajahan. Munculnya tokoh perempuan Indonesia seperti R. A Kartini, R.

Page 16: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

2

Dewi Sartika, dan Cut Nyak Dien dapat menjadi contoh. Akantetapi, semua itu

belum dapat merubah tatanan yang ada. Menurut penelitian Republika (dalam

Sastriyani, 2009: 56) masih terdapat kendala yang dialami perempuan untuk

tampil diranah politik, yaitu adanya kendala struktural dan kendala kultural.

Kendala struktural tersebut sering kali berkaitan dengan permasalahan

pendidikan, status sosial, ekonomi, dan pekerjaan. Sementara kendala kultural

terkait dengan faktor budaya dalam masyarakat seperti menempatkan perempuan

sebagai sekedar untuk tinggal di rumah dan hanya bekerja di rumah. Padahal

secara teologis antara laki-laki dan perempuan diciptakan sama yaitu sederajat

dan semartabat.

Ide normatif dalam ajaran agama, khususnya agama Islam memberikan

pandangan yang sama antara laki-laki dan perempuan diciptakan dengan

kedudukan yang sama. Ajaran Islam membawa nilai-nilai keadilan dan

kesetaraan bagi makhluk, baik laki-laki maupun perempuan. Hal tersebut dapat

dilihat dalam Al-quran yang menjelaskan kesetaraan antara laki-laki dan

perempuan. Al-quran menyetarakan antara laki-laki dan perempuan dalam hal

menerima kewajiban amar makruf dan nahi munkar, sebagaimana firman Alloh

SWT. yang artinya “dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan,

sebagian mereka adalah menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka

menyuruh mengerjakan yang ma’ruf, mencegah yang munkar, mendirikan

shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Alloh dan Rasul-Nya. Mereka

Page 17: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

3

itu akan diberi rahmat oleh Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Perkasa lagi Maha

Bijaksana” (QS. At-Taubah: 71).

Al-quran menyetarakan antara laki-laki dan perempuan dalam hal

keimanan dan beramal shaleh, sebagaimana firman Alloh SWT. yang artinya

“barangsiapa mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan

dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya

kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka

dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS. An-

Nahl: 97).

Al-quran juga mencatat kisah Ratu Bilqis, seorang perempuan yang

cerdas dan mengukir sejarah kepemimpinan. Al-quran mengisahkan bahwa

beliau mengumpulkan rakyatnya untuk diminta pendapat mengenai Sulaiman.

Berkata dia (Bilqis), “hai para pembesar, berilah aku pertimbangan dalam urusanku ini. Karena aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan

sebelum kamu berada dalam majelisku.” Mereka menjawab, “kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan juga memiliki keberanian yang

tinggi (dalam peperangan), dan keputusan berada di tanganmu, maka

pertimbangkanlah apa yang engkau perintahkan”. Dia (Bilqis) berkata, sesungguhnya raja-raja apabila menaklukkan suatu negeri, mereka tentu

membinasakannya, dan menjadikan kedudukannya yang mulia menjadi

hina, dan demikian yang akan mereka perbuat.” (QS. An-Naml: 32-34).

Berdasarkan dalil-dalil tersebut sejatinya, antara laki-laki dan perempuan

diciptakan setara. Qardhawy (1997:215) dalam bukunya yang berjudul Fiqih

Negara mengemukakan bahwa kaum perempuan berhak memberikan nasehat dan

mengemukakan pendapat, melakukan amar makruf nahi munkar, serta

Page 18: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

4

mengatakan ini salah dan itu benar, maka tidak ada yang menghalangi

perempuan untuk terlibat dalam sektor publik, baik sosial maupun politik.

Ajaran tersebut sesuai dengan yang dicita-citakan pemerintah Indonesia

mengenai kesetaraan perempuan diranah politik, yaitu dengan adanya regulasi

perempuan di politik dengan menetapkan kuota 30% keterwakilan perempuan

diranah politik yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012.

Artinya, dengan adanya dalil dan ketetapan tersebut, maka partai politik,

terutama partai politik Islam harus melibatkan perempuan dalam ranah politik.

Salah satu partai politik Islam yang memberikan ruang bagi perempuan

untuk berpartisipasi politik adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Hal tersebut

dapat dilihat dalam platform PKS yang khusus untuk perempuan, yaitu

mendorong suasana kemitraan yang tulus antara kaum perempuan dan laki-laki

di atas landasan ketaqwaan, dengan orientasi kerja menebar kemakrufan dan

mencegah kemungkaran. Mewujudkan perempuan Indonesia yang bertaqwa,

sejahtera, cerdas, berdaya, dan berbudaya. Selain itu juga, ditambah dengan

jumlah kader perempuan PKS yang banyak yang tersebar di tiap daerah di

Indonesia.

Salah satu daerah yang ditempati PKS yang memiliki kader perempuan

banyak adalah Kota Semarang. Di Kota Semarang PKS memiliki 1.023 kader,

dengan laki-laki berjumlah 473 kader dan perempuan berjumlah 550 kader,

dengan persentase 46% kader laki-laki dan 54% kader perempuan. Adapun

datanya sebagai berikut:

Page 19: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

5

Tabel 1. Jumlah Kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Semarang.

KADER JUMLAH JUMLAH KADER TOTAL

PERSEN KADER

Laki-laki

Perempuan473

5501.023

1.02346%

54%Sumber: wawancara dengan Bapak Guruh pada tanggal 5 maret 2017.

Dengan melihat data tersebut, sangat jelas bahwa jumlah kader

perempuan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Semarang lebih banyak dari

jumlah kader laki-laki.

Melihat data tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti partisipasi

politik kader perempuan di PKS Kota Semarang. PKS sebagai partai berasas

Islam yang memiliki jumlah kader perempuan yang lebih banyak dibanding laki-

laki. Maka peneliti melakukan penelitian dengan judul Partisipasi Politik Kader

Perempuan pada Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Kota Semarang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas bahwa dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana partisipasi politik kader perempuan pada Partai Keadilan Sejahtera

(PKS) di Kota Semarang?

2. Apa faktor penghambat partisipasi politik kader perempuan pada Partai

Keadilan Sejahtera (PKS) di Kota Semarang?

Page 20: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

6

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujun yang ingin dicapai dalam penyusunan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui partisipasi politik kader perempuan pada Partai Keadilan

Sejahtera (PKS) di Kota Semarang.

2. Untuk mengetahui faktor penghambat partisipasi politik kader perempuan

pada Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Kota Semarang.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoretis maupun praktis, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi wawasan dan

pengetahuan terkait dengan partisipasi politik kader perempuan pada Partai

Keadilan Sejahtera (PKS) di Kota Semarang, dapat menjadi referensi serta

sumber pustaka, bagi akademisi, maupun masyarakat pada umumnya, serta

dapat digunakan sebagai bahan acuan di bidang penelitian yang sejenis

dan/atau sebagai pengembangan penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Sebagai media untuk mentransformasikan ilmu yang diperoleh di

bangku kuliah dengan di lapangan guna menambah wawasan ilmu

Page 21: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

7

pengetahuan dan pengalaman mengenai partisipasi politik kader

perempuan pada Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Kota Semarang.

b. Bagi Mahasiswa

Sebagai literatur dalam pembelajaran bagi mahasiswa yang

akan menyusun skripsi dan menambah pengetahuan tentang

partisipasi politik perempuan setra untuk memberikan gambaran objektif

mengenai partisipasi politik kader perempuan pada Partai Keadilan

Sejahtera (PKS) di Kota Semarang.

c. Bagi Masyarakat

Diharapkan masyarakat dapat mengetahui gambaran umum

perihal partisipasi perempuan diranah politik agar dapat mengkikis

pandangan masyarakat mengenai diskriminasi perempuan diranah

politik.

E. Batasan Istilah

Judul dalam penelitian ini adalah “Partisipasi Politik Kader Perempuan

Pada Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Kota Semarang”. Untuk memahami

penelitian ini, maka diperlukan penegasan istilah yang dimaksudkan untuk

menghindari timbulnya salah penafsiran pada penelitian ini, sehingga dapat

diperoleh persepsi dan pemahaman yang jelas. Oleh sebab itu peneliti

menegaskan istilah-istilah berikut:

Page 22: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

8

1. Partisipasi Politik

Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang

untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan

memilih pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung

mempengaruhi kebijakan pemerintah. Kegiatan ini mencakup tindakan

seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum,

menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan

hubungan dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen, mencalonkan

diri menjadi anggota parlemen dan sebagainya.

Adapun partisipasi politik dalam penelitian ini adalah partisipasi

politik yang dilakukan kader perempuan PKS Kota Semarang terhadap partai

dan hambatan apa yang kader perempuan PKS Kota Semarang alami dalam

melakukan partisipasi politik tersebut.

2. Kader Perempuan

Adapun yang dimaksud dengan kader dalam penelitian ini yaitu

kader perempuan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Kota Semarang yang

terdaftar sebagai kader di Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai Keadilan

Sejahtera (PKS) Kota Semarang sejumlah 550 kader.

3. Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

Partai Keadilan Sejahtera (PKS), adalah sebuah partai politik

berbasis Islam di Indonesia. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang dimaksud

Page 23: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

9

dalam penelitian ini adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Dewan

Pengurus Daerah (DPD) Kota Semarang.

Page 24: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoretis

1. Perempuan dan Politik

Berbicara mengenai perempuan dan politik tentunya tidak terlepas

dari konsep gender yang saat ini selalu disinggung oleh setiap kalangan,

terutama aktifis perempuan. Untuk memeahami konsep gender harus

dibedakan antara gender dengan kata sex (jenis kelamin). Pengertian sex

(jenis kelamin) merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin

manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin

tertentu. Misalnya, bahwa manusia jenis kelamin laki-laki adalah manusia

yang memiliki atau bersifat seperti daftar berikut ini: laki-laki adalah

manusia yang memiliki penis, memiliki jakala (kala menjing) dan

memproduksi sperma. Sedangkan perempuan memiliki alat reproduksi

seperti rahim dan saluran untuk melahirkan, memproduksi telur, memiliki

vagina, dan mempunyai alat menyusui. Alat-alat tersebut secara biologis

melekat pada manusia jenis perempuan dan laki-laki selamanya. Artinya,

secara biologis alat-alat tersebut tidak bisa dipertukarkan antara alat biologis

yang melekat pada manusia laki-laki dan perempuan. Secara permanen tidak

berubah dan merupakan ketentuan biologis atau sering dikatakan sebagai

ketentuan Tuhan atau kodrat (Fakih, 2008: 7-8).

Page 25: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

11

Sementara itu yang dimaksud dengan konsep gender adalah suatu

sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan karena dikonstruksikan

secara sosial dan kultural. Karena konstruksi tersebut berlangsung selama

terus menerus dan dilanggengkan dalam berbagai pranata sosial maka

seolah-olah sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan tersebut

merupakan suatu yang harus dimiliki oleh keduanya. Misalnya, bahwa

perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, keibuan, nrimo,

manut, tidak neka-neka. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan,

perkasa. Sebenarnya ciri atau sifat itu sendiri merupakan sifat yang dapat

dipertukarkan. Perubahan sifat-sifat yang dikonstruksikan pada laki-laki dan

perempuan tersebut dapat berubah dari tempat ketempat lain, dari waktu ke

waktu, dan dari masyarakat yang berbeda. Jadi semua hal yang dapat

dipertukarkan antara sifat laki-laki dan perempuan, yang bisa berubah dari

waktu ke waktu, dari tempat ke tempat lainnya, itulah yang dikenal dengan

konsep gender. (Marhaeni, 2011: 3).

Dari penjelasan tersebut bahwa telah jelas perbedaan gender dan sex

(jenis kelamin). Inti dari kedua pendapat ahli tersebut yaitu Fakih dan

Marhaeni bahwa gender dan sex (jenis kelamin) tidak dapat disamakan,

karena konsep gender lebih mengarah pada perubahan konstruksi sosial

masyarakat mengenai laki-laki dan perempuan. Seperti misalnya masyarakat

telah lazim menganggap laki-laki itu kuat dan perempuan itu lemah lembut,

sebenarnya kedua hal tersebut tidak mesti terjadi karena ada laki-laki yang

Page 26: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

12

lemah lembut dan ada perempuan yang kuat, maka konstruksi sosial itu

dapat dipertukarkan. Berbeda dengan sex (jenis kelamin) adalah sesuatu

yang mesti dan tidak dapat dipertukarkan antara laki-laki dan perempuan,

dan itu merupakan pemberian Tuhan atau disebut kodrat.

Pemahaman dan pembeda antara konsep sex dan gender sangatlah

diperlukan dalam melakukan analisis untuk memahami persoalan-persoalan

ketidakadilan sosial yang menimpa kaum perempuan. Hal ini karena ada

kaitan erat antara perbedaan gender (gender differences) dan ketidak adilan

gender (gender inequalities) dengan struktur ketidak adilan masyarakat

secara lebih luas. (Handayani dan Sugiarti, 2008: 3-4).

Perbedaan gender sesungguhnya tidaklah menjadi masalah

sepanjang tidak melahirkan ketidak adilan gender (gender inequalities).

Namun yang menjadi persoalan, ternyata perbedaan gender telah melahirkan

berbagai ketidak adilan, baik bagi kaum laki-laki dan perempuan. Ketidak

adilan gender merupakan sistem dan struktur dimana baik kaum laki-laki dan

perempuan menjadi korban dari sistem tersebut. Ketidakadilan gender

termanifestasikan dalam berbagai bentuk ketidakadilan, yakni: marginalisasi

atau proses pemiskinan ekonomi, subordinasi atau anggapan tidak penting

dalam keputusan politik, pembentukan streotipe atau melalui pelabelan

negatif, kekerasan (violence), beban kerja lebih panjang dan lebih banyak

(burden). (Fakih, 2008: 12-13).

Page 27: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

13

Mayoritas di masyarakat ketika disebut kata gender, anggapan umum

selalu identik dengan perempuan, hal tersebut dikarenakan secara kuantitas

dan kualitas memang kaum perempuan masih tertinggal dan mengalami

berbagai kendala untuk menuju kesetaraan dan keadilan gender. (Marhaeni,

2011: 1). Peran perempuan dalam dunia publik terutama politik masih

dihegemoni oleh faham patriarki yang tidak menghendaki kaum perempuan

untuk muncul diranah publik karena yang memegang kekuasaan atas semua

peran penting dalam masyarakat adalah laki-laki. Seharusnya perempuan

berhak beraktivitas diranah publik termasuk juga beraktivitas di politik.

Sebagaimana Al-Bana dalam Ishaq (2012: 103) berpandangan bahwa

perempuan berhak menentukan posisi politiknya dan meyakinkan orang lain

dengan posisinya itu.

Patriarki yang dimaksud adalah konsep bahwa laki-laki memegang

kekuasaan atas semua peran penting dalam masyarakat, dalam pemerintahan,

militer, pendidikan, industri, bisnis, perawatan kesehatan, iklan, agama, dan

lain sebagainya. Selain hukum hegemoni patriarki diatas ketidakseimbangan

gender juga disebabkan karena sistem kapitalis yang berlaku, yaitu siapa

yang mempunyai modal besar itulah yang menang. Hal ini yang

mengakibatkan laki-laki yang dilambangkan lebih kuat dari pada perempuan

akan mempunyai peran dan fungsi yang lebih besar (Handayani dan Sugiarti,

2008: 11).

Page 28: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

14

Selain itu juga, berdasarkan penelitian Republika dalam Sastriyani

(2009: 56) masih terdapat kendala perempuan untuk terjun diranah publik

terutama politik. Kendala tersebut berupa kendala struktural dan kendala

kultural. Kendala struktural tersebut sering kali berkaitan dengan

permasalahan pendidikan, status sosial, ekonomi, dan pekerjaan. Hal

tersebut seperti yang disampaikan oleh Sjamsuddin, dkk.dalam Efriza

(2012:194) “bahwa rendahnya partisipasi politik sangat ditentukan oleh tiga

faktor, yaitu pendidikan, ekonomi, dan fasilitas yang memungkinkan

terjadinya partisipasi politik”. Sementara kendala kultural terkait dengan

faktor budaya dalam masyarakat seperti menempatkan perempuan sebagai

sekedar untuk tinggal di rumah dan hanya bekerja di rumah.

Banyak data yang menunjukkan bahwa persentase perempuan yang

bekerja di sektor publik berada dibawah laki-laki. Misalnya penempatan

dokter perempuan, pejabat pengambil keputusan, maupun pada bidang-

bidang jasa dan juga politik. Dari data persentase perempuan di Indonesia

dalam dunia politik dari tahun 1955 sampai 2014 masih sangat kecil, yaitu

masih dibawah 20% keterwakilan perempuan diranah politik. Adapun

datanya dapat dilihat pada tabel 2.

Page 29: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

15

Tabel 2. Persentase Keterwakilan Perempuan dari Tahun 1955 sampai

2014.

Pemilu Persentase Keterwakilan Perempuan

1955

1971

1982

1987

1992

1997

1999

2004

2009

2014

3,8%

7,16%

8,04%

13%

12,5%

10,8%

9%

11,45%

18,03%

17%

Sumber: dpr.go.id

Dari data tersebut dapat di simpulkan bahwa budaya patriarki yang

masih dominan membatasi peluang perempuan secara umum untuk terjun ke

dalam dunia politik. Berdasarkan budaya patriarkhi, dominasi kaum laki-laki

dilegitimasikan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam politik.

Konsekuensinya perempuan hanya dibenarkan atau diterima perannya dalam

lingkup publik atau politik sekedar untuk mengisi kekosongan yang

diakibatkan oleh kematian atau pemenjaraan salah satu seorang anggota

keluarga laki-laki (Marhaeni, 2011:18).

Berdasarkan budaya tersebut menjadikan peran perempuan diranah

politik semakin kecil. Ditambah juga dengan faktor budaya politik yang

masih ada image bahwa “politik itu kejam”, “politik itu hanya

mementingkan kepentingan individu atau kelompok”, budaya politik adalah

Page 30: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

16

“budaya kekerasan” yang mana kesemuanya itu tidak dapat dilakukan oleh

para perempuan. (Marhaeni, 2011: 23).

2. Tinjauan Tentang Partisipasi Politik

a. Definisi Partisipasi

Secara etimologis, konsep partisipasi dapat ditelusuri dari akar

katanya dari bahasa Inggris, yaitu kata “part” yang berarti bagian.Jika kata

“part” dikembangkan menjadi kata kerja, maka akan menjadi “to

participate” yang bermakna turut ambil bagian. Jadi partisipasi jika

dihubungkan dengan politik berarti mengambil bagian atau mengambil

dalam aktivitas atau kegiatan politik suatu negara (Damsar, 2011:177).

Trubus Rahardian P dalam Efriza (2012:151) berpendapat bahwa

partisipasi secara harfiah berarti keikutsertaan, dalam konteks politik hal ini

mengacu pada keikutsertaan warga dalam berbagai proses politik.

Keikutsertaan warga dalam proses politik tidaklah hanya berarti warga

mendukung keputusan atau kebijakan yang telah digariskan para

pemimpinnya, tetapi ikut andil dalam proses pembentukan suatu

keputusan.

Partisipasi juga dimengerti sebagai kegiatan atau keadaan

mengambil bagian dalam suatu aktivitas untuk mencapai suatu

kemanfaatan secara optimal (Dusseldorp dalam Basrowi, dkk, 2012: 65).

Sedangkan Basrowi, dkk (2012:65-66) berpendapat bahwa esensi dari

Page 31: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

17

partisipasi adalah keterlibatan (baik yang berkaitan dengan sikap maupun

perbuatan nyata) dalam kegiatan penyusunan rencana, pelaksanaan,

pemanfaatan, hasil, evaluasi, dan bahkan dalam memikul resiko dan

tanggung jawab suatu program. Dari esensi partisipasi dapat

dimanifestasikan dalam bentuk sikap dan perbuatan yang berupa frekuensi

dari partisipasi masyarakat itu.

Berbeda dengan Yahya (2012:87) yang mendefinisikan partisipasi

merupakan ciri khas adanya modernisasi politik yaitu kegiatan yang

dilakukan warga negara untuk terlibat dalam proses pengambilan

keputusan dengan tujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan

yang dilakukan oleh pemerintah. Partisipasi politik warga negara perlu

mendapat ruang yang luas, bukan hanya terbatas pada saat pemilu

(partisipasi lima tahunan), akan tetapi juga dalam setiap perumusan,

implementasi dan pertanggungjawaban kebijakan publik.

b. Partisipasi Politik

Menurut Budiardjo (2008: 367) partisipasi politik adalah kegiatan

seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam

kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pemimpin negara dan,

secara langsung atau tidak langsung, memengaruhi kebijakan pemerintah

(public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara

dalam pemilihan umum, mengahdiri rapat umum, mengadakan hubungan

Page 32: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

18

(contacting) atau lobbying dengan pejabat pemerintah atau anggota

parlemen, menjadi anggota partai atau salah satu gerakan sosial dengan

direct actionnya, dan sebagainya.

Herbert McClosky dalam Rohaniah (2015: 470) berpendapat bahwa

partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat

melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa,

dan secara langsung atau tidak langsung, dalam proses pembentukan

kebijakan umum. Kegiatan tersebut mencakup tindakan politik seperti

memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri kampanye,

mengadakan lobi dengan politikus atau pemerintah (Arifin, 2011:211).

Menurut Keith Faulks dalam Efriza (2012:154) partisipasi politik

adalah keterlibatan aktif individu maupun kelompok dalam proses

pemerintahan yang berdampak pada kehidupan mereka. Hal ini meliputi

keterlibatan dalam pembuatan keputusan maupun aksi oposisi.

Ada pula berpendapat, partisipasi politik hanya mencakup kegiatan

yang bersifat positif (Efriza, 2012:167) tetapi Huntington dan Nelson

(1994:6) memberikan definisi yang berbeda, bahwa partisipasi politik

adalah kegiatan warga negara preman (private citizen) yang bertindak

sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk memengaruhi pembuatan

keputusan oleh pemerintah. Beberapa aspek dari devinisi inti ini perlu

dicatat.

Page 33: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

19

1) Partisipasi politik yang menyangkut kegiatan-kegiatan dan bukan

sikap-sikap. Dalam hal ini komponen-komponen subjektif seperti

orientasi-orientasi politik yang meliputi pengetahuan tentang politik,

minat terhadap politik, perasaan-perasaan mengenai kompetisi dan

keefektifan politik, dan persepsi-persepsi mengenai relevansi politik

tidak dimasukkan. Hal-hal, seperti sikap dan perasaan politik hanya di

pandang sebagai sesuatu yang berkaitan dengan bentuk tindakan

politik, tetapi terpisah dari tindakan politik.

2) Subyek yang dimaksud dalam partisipasi politik itu adalah warga

negara preman atau lebih tepatnya lagi, perorangan-perorangan dalam

peranan mereka sebagai warga negara biasa, bukan orang-orang

professional dibidang politik, seperti pejabat-pejabat pemerintah,

pejabat-pejabat partai, calon-calon politikus, lobby professional.

3) Kegiatan dari apa yang disebut partisipasi politik itu hanyalah kegiatan

yang dimaksud untuk memengaruhi pengambilan keputusan

pemerintah yang ditujukan kepada pejabat-pejabat pemerintah yang

mempunyai wewenang politik.

4) Partisipasi politik mencakup semua kegiatan yang memengaruhi

pemerintah, terlepas apakah tindakan itu mempunyai efek atau tidak,

berhasil atau gagal.

5) Partisipasi politik mencakup tidak hanya kegiatan yang oleh pelakunya

sendiri dimaksudkan untuk memengaruhi pengambilan keputusan

Page 34: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

20

pemerintah, tetapi juga kegiatan yang oleh orang lain di luar si pelaku

dimaksudkan untuk memengaruhi pengambilan keputusan pemerintah.

Weiner sebagaimana dikutip Handoyo, dkk (2010:227) mengartikan

partisipasi politik sebagai kegiatan sukarela yang bertujuan memberikan

pengaruh agar memilih strategi umum atau memilih pemimpin-pemimpin

politik tingkat regional maupun nasional. Dalam hal ini, Weiner dalam

Sastroatmodjo (1995:71) menegaskan bahwa partisipasi politik bersifat

suka rela, sehingga tindakan-tindakan masyarakat yang tidak didasarkan

pada suka rela tidaklah masuk dalam partisipasi politik. Partisipasi politik

juga diartikan sebagai aktivitas warga negara yang bertujuan untuk

memengaruhi kebijakan politik (Kaid & Haltz-Bach dalam Subaikto,

2012:64). Aktivitas warga negara itu meliputi pemberian suara (voting),

menandatangani petisi, dan demonstrasi. Partisipasi politik meliputi warga

negara yang tidak termasuk sebagai politisi atau pejabat pemerintahan

termasuk pegawai negeri (Subaikto, 2012:64). Hal inipun sama seperti

yang di sampaikan Surbakti (2010:180) bahwa partisipasi politik sebagai

keterlibatan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan yang

menyangkut atau mempengaruhi hidupnya.

Rush dan Althoff dalam Raga (2007:147) berpendapat bahwa

partisipasi politik dianggap sebagai akibat dari sosialisasi politik. Selain

definisi tersebut, partisipasi politikpun dapat dijelaskan sebagai usaha

Page 35: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

21

terorganisir oleh para warga negara untuk memilih pemimpin-pemimpin

mereka dan mempengaruhi bentuk dan jalannya kebijaksanaan umum

(Raga, 2007:147).

Trubus Rahardiansah P dalam Rohaniah (2015:473) bahwa

partisipasi politik juga dapat diartikan sebagai kegiatan seseorang atau

sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik,

seperti memilih pemimpin negara atau upaya-upaya memengaruhi

kebijakan pemerintah.

Dari pendapat yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat ditarik

kesimpulan bahwa partisipasi politik adalah hal-hal yang berkaitan dengan

kegiatan atau aktivitas seseorang atau kelompok dalam menentukan atau

menjadi bagian dari pengambilan kebijakan pemerintah, baik dalam

memilih atau dipilih sebagai pemimpin dan penentuan sikap terhadap

kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, baik secara langsung atau tidak

langsung. Partisipasi politik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

partisipasi politik yang dikhususkan pada perempuan dalam memilih partai

politik atapun dipilih oleh partai politik untuk mewakili partainya.

c. Tipologi Partisipasi Politik

Menurut Dusseldorp dalam Efriza (2012:168) salah satu cara untuk

mengetahui kualitas partisipasi politik masyarakat dapat dilihat dari

bentuk-bentuk keterlibatan seseorang dalam berbagai tahap proses

Page 36: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

22

pembangunan yang terencana mulai dari perumusan tujuan sampai dengan

penilaian.

Roth dan Wilson dalam Damsar (2011:183) dalam buku “The

Comparative Study of Politics,” Roth dan Wilson membuat tipologi

partisipasi politik atas dasar piramida partisipasi.Pandangan Roth dan

Wilson tentang piramida politik menunjukkan bahwa semakin tinggi

intensitas dan derajat aktivitas politik seseorang, maka semakin kecil

kualitas orang yang terlibat di dalamnya. Roth dan Wilson dalam Budiardjo

(2010:372) menjelaskan piramida partisipasi politik melihat masyarakat

yang terbagi dalam empat kategori: a. Aktivis (activists), b. Partisipan

(participants), c. Penonton (onlookers), dan d. Apolitis (apoliticals).

Gambar 1. Piramida Politik Sumber: Miriam Budiardjo (2010:373)

Adapun yang masuk dalam kelompok aktivisadalah pemimpin dan

para fungsionaris partai atau kelompok kepentingan, serta anggota partai

atau kelompok kepentingan yang mengurus organisasi secara penuh (full-

Page 37: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

23

time). Lapisan berikutnya setelah lapisan puncak dikenal sebagai

partisipasn. Kelompok ini mencakup berbagai aktivitas seperti petugas atau

juru kampanye, mereka yang terlibat dalam program dan proyek sosial,

sebagai pelobi politik, aktif dalam parpol dan kelompok

kepentingan.Lapisan selanjutnya adalah adalah kelompok pengamat.

Mereka ikut dalam kegiatan politik yang tidak banyak menyita waktu, tidak

menuntut prakarsa sendiri, tidak intensif dan jarang melakukannya.

Misalnya memberikan suara dalam pemilihan umum (legislatif dan

eksekutif), mendiskusikan isu politik, dan menghadiri kampanye politik.

Sedangkan lapisan terbawah adalah kelompok yang apolitis, yaitu

kelompok orang yang tidak peduli sesuatu yang berhubungan dengan

politik atau mereka tidak melibatkan diri dari kegiatan politik (Roth dan

Wilson dalam Damsar, 2011:183-184).

Paige sebagaimana dikutip Surbakti (2010:184-185),

mengemukakan kategori partisipasi politik sebagai berikut:

1. Kelompok aktif, apabila seseorang memiliki kesadaran politik

dan kepercayaan kepada pemerintah yang tinggi.

2. Kelompok pasif-tertekan (apatis), apabila kesadaran politik dan

kepercayaan kepada pemerintah rendah.

3. Kelompok militant radikal, yaitu apabila kesadaran politik

tinggi, tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat rendah.

4. Kelompok tidak aktif (pasif), apabila kesadaran politik sangat

rendah, tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat tinggi.

Charles Andrian-James Smith dalam Arifin (2011:214) juga

mengelompokkan partisipolitik sebagai bagian dari partisipasi secara

Page 38: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

24

umum ke dalam tiga bentuk partisipasi, yaitu: (1) partisipasi yang lebih

pasif, (2) partisipasi yang lebih aktif, dan (3) partisipasi yang berupa

kegiatan-kegiatan protes. Kelompok yang pertama (partisipasi pasif) adalah

orang-orang yang memiliki minat terhadap politik, karena memandang

politik itu sesuatu yang penting, dan sering melakukan diskusi politik

denga kawan-kawannya, namun tidak terlibat atau tidak aktif dalam

organisasi sosial. Kelompok kedua (partisipasi aktif) ialah orang-orangyang

aktif dalam organisasi sosial. Sedangkan kelompok ketiga (partisipasi

dalam kegiatan protes), ialah orang-orang yang ikut dalam demonstrasi,

menandatangani petisi, atau melakukan boikot. Kemudian Arifin

(2011:214) menambahkan bahwa dalam kelompok ketiga itu termasuk

orang-orang yang menamakan dirinya golput (golongan putih) yang

sengaja tidak mau datang memberikan suaranya dalam pemilihan umum.

Olsen memandang partisipasi politik sebagai dimensi utama dari

stratifikasi sosial. Berdasarkan cara pandang ini, Olsen dalam Surbakti

(2010:183) membagi partisipasi politik dalam enam lapisan, yaitu

pemimpin politik, aktivis politik, komunikator politik (orang yang

menerima dan menyampaikan ide-ide, sikap, dan informasi politik lainnya

kepada orang lain), warga negara, marginal (orang yang sangat sedikit

melakukan kontak dengan sistem politik), dan orang yang terisolasi yakni

orang yang jarang melakukan partisipasi politik.

Page 39: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

25

Gabriel A. Almond dalam Sunarto (2016:29), Almond

membedakan partisipasi politik atas dua bentuk, yaitu:

1. Partisipasi politik konvensional, yaitu suatu bentuk partisipasi

politik yang “normal” dalam demokrasi modern.

2. Partisipasi politik non-konvensional, yaitu suatu bentuk

partisipasi politik yang tidak lazim dilakukan dalam kondisi

normal, bahkan dapat berupa kegiatan illegal, penuh kekerasan

dan revolusioner.

Adapun rincian dari pandangan Almond tentang dua bentuk

partisipasi politik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 3. Bentuk-bentuk Partisipasi Politik

Konvensional Non-Konvensional� Pemberian suara (voting)� Diskusi politik

� Kegiatan kampanye

� Membentuk dan bergabung

dalam kelompok kepentingan

� Komunikasi individual dengan

pejabat politik dan

administrative

� Pengajuan petisi

� Demonstrasi

� Konfrontasi

� Mogok

� Tindak kekerasan politik

terhadap benda (perusahaan,

pemboman, pembakaran)

� Tindak kekerasan politik

terhadap manusia (penculikan,

pembunuhan)

� Perang Grilya dan Revolusi

Sumber: Efriza (2012:171)

Hubtington dan Nelson dalam Suryadi (2010:131-133)

membedakan bentuk partisipasi politik ke dalam bentuk-bentuk yang

berbeda jenis perilakunya, yaitu sebagai berikut:

1. Kegiatan pemilihan mencakup suara, akan tetapi juga

sumbangan-sumbangan untuk kampanye, bekerja dalam suatu

Page 40: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

26

pemilihan, mencari dukungan dibagi seorang calon, atau setiap

tindakan yang bertujuan mempengaruhi hasil proses pemilihan.

2. Lobbyingmencakup upaya-upaya perorangan atau kelompok

untuk menghubungi pejabat-pejabat pemerintah dan pemimpin-

pemimpin politik dengan maksud mempengaruhi keputusan-

keputusan mereka mengenai persoalan-persoalan yang

menyangkut sejumlah besar orang.

3. Kegiatan organisasi menyangkut partisipasi sebagai anggota

atau pejabat dalam suatu organisasi yang tujuan utama dan

eksplisit adalah mempengaruhi pengambilan keputusan

pemerintah.

4. Mencari koneksi (contacting)merupakan tindakan perorangan

yang ditunjukkan terhadap pejabat-pejabat pemerintah dan

biasanya dengan maksud memperoleh manfaat bagi hanya satu

orang atau segelintir orang.

5. Tindakan kekerasan (violence)juga dapat merupakan satu

bentuk partisipasi politik, dan untuk keperluan analisis ada

manfaatnya untuk mendefinisikannya sebagai satu kategori

tersendiri; artinya sebagai upaya untuk mempengaruhi

pengambilan keputusan pemerintah dengan jalan menimbulkan

kerugian fisik terhadap orang-orang atau harta benda.

Huraerah dalam Septyasa (2013:61) memaparkan bentuk-bentuk

partisipasi masyarakat (warga negara) dapat dilihat sebagai berikut:

1. Partisipasi buah pikiran, yang diberikan partisipan dalam ajang sono, pertemuan atau rapat.

2. Partisipasi tenaga, yang diberikan partisipan dalam berbagai

kegiatan.

3. Partisipasi harta benda, yang diberikan orang dalam berbagai

kegiatan yang biasanya berupa uang, makanan, dan sebagainya.

4. Partisipasi keterampilan dan kemahiran.

5. Partisipasi sosial, yang diberikan orangt sebagai tanda

keguyuban.

Sulaiman dalam Miaz (2012:22) juga merumuskan hal yang serupa

mengenai bentuk-bentuk partisipasi politik, diantaranya: a) partisipasi

dalam kegiatan bersama secara fisik dan tatap muka; b) partisipasi dalam

Page 41: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

27

bentuk iuran uang, barang, dan prasarana; c) partisipasi dalam proses

pengambilan keputusan; dan d) partisipasi dalam bentuk dukungan.

Sedangkan jenis-jenis partisipasi politik menurutnya adalah: a) partisipasi

pikiran (psychological participation); b) partisipasi tenaga (physical

participation); c) partisipasi pikiran dan tenaga (psychological and

physicial participation); d) partisipasi keahlian (participation with skill); e)

partisipasi barang (material participation); dan f) partisipasi uang/dana

(money participation).

Sedangkan Rush dan Althof (1990:124) dalam bukunya Pengantar

Sosiologi Politik, mengidentifikasikan bentuk-bentuk partisipasi politik

sebagai berikut:

Sumber: (Rush & Althoff: 124)

Page 42: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

28

3. Partai Politik

Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu

kelompok terorganisir yang anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai,

dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh

kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik (biasanya) dengan

carakonstitusional untuk melaksanakan programnya (Budiardjo, 2008:403).

Kegiatan seseorang dalam partai politik merupakan bentuk partisipasi

politik. Partisipasi politik mencakup semua kegiatan sukarela melalui mana

seseorang turut serta dalam proses pemilihan pemimpin-pemimpin politik

dan turut serta secara langsung atau tidak langsung dalam pembentukan

kebijaksanaan umum (Budiardjo, 1998:161). Partai politik juga diartikan

sebagai perantara yang besar yang menghubungkan kekuatan-kekuatan dan

ideologi sosial dengan lembaga-lembaga pemerintah yang resmi (Neumann

dalam Budiardjo, 2008:404).

Sedangkan Appadorai dalam Rohaniah (2015:352) berpendapat

bahwa partai politik adalah kelompok yang kurang lebihnya terorganisir

merupakan warga terorganisir yang bertindak bersama-sama sebagai unit

politik, memiliki tujuan yang berbeda, dan opini tentang pernyataan-

pernyataan politik terkemuka kontroversi dalam negara, dan yang bertindak

bersama-sama sebagai suatu unit politik, berusaha untuk mendapatkan

control pemerintah. Hal ini didasarkan pada dua dasar sifat manusia;

manusia berbeda dalam pendapat mereka, dan suka berteman; mereka

Page 43: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

29

berusaha untuk mencapai kombinasi apa yang mereka tidak dapat dicapai

secara individual. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa parpol

itu pada pokoknya memiliki kedudukan (status) dan peranan (role)yang

sentral dan penting dalam setiap sistem demokrasi.

Dalam buku yang ditulis Budiardjo (2008: 404) menuliskan definisi

partai politik menurut beberapa ahli, diantaranya sebagai berikut:

Carl J. Friendrich berpendapat bahwa partai politik adalah

sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan

merebut atau mempertahankan penguasa terhadap pemerintah bagi

pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini, memberikan

kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idil serta

materil (A political, party is a group of human beings, stably organized with the objective of securing or maintaining for its leaders the control of a government, with the futher objective of giving to members of the party, through such control ideal and material benefits and advantages).

Sigmund Neumann mengemukakan definisi sebagai berikut:

Partai politik adalah organisasi dari aktivitas-aktivitas politik yang

berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintah serta merebut

dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan atau

golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda

(A political party is the articulate organization of society’s active political agents; those who are concerned with the control of governmental polity power, and who compete for popular support with other group or groups holding divergents views).

Partai politik sebagai badan hukum memiliki fungsi khusus, adapun

fungsi dari partai politik menurut Budiardjo (2008:405) terdapat empat

fungsi. Keempat fungsi ini meliputi: (a) sarana komunikasi politik, (b)

sosialisasi politik (political socialization), (c) sarana rekruitmen politik

(political recruitment), dan (d) pengatur konflik (conflict management).

Page 44: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

30

Keempat fungsi tersebut sama-sama terkait satu dengan yang

lainnya. Sebagai sarana komunikasi politik, partai berperan sangat penting

dalam upaya mengartikulasikan kepentingan (interests articulation) atau

political interest yang terdapat atau kadang-kadang yang tersembunyi

dalam masyarakat. Peran partai politik sebagai sarana sosialisai politik

ialah proses pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota

masyarakat. Fungsi ketiga partai politik adalah sarana rekruitmen politik

(political recruitment), bahwa partai dibentuk memang dimaksudkan

memang untuk menjadi kendaraan yang sah untuk menyeleksi kader-kader

pemimpin negara pada jenjang-jenjang dan posisi-posisi tertentu. Dan

fungsi keempat adalah pengatur dan pengelola konflik yang terjadi dalam

masyarakat. Dalam hal ini partai berperan sebagai sarana agregasi

kepentingan yang menyalurkan ragam kepentingan yang berbeda-beda itu

melalui saluran kelembagaan politik partai.

Adapun menurut Maurice Duverger dalam Efriza (2012:236) bahwa

fungsi partai politik ada enam, yaitu:

1. Pendidikan Politik (Political Education)2. Seleksi Politik (Political Selection)3. Penghimpunan (kegiatan) politik (Political Aggregation)4. Saluran Pernyataan Kepentingan (Interest Articulation)5. Pengawasan atau Pengendalian Politik (Political Control)6. Komunikasi Politik (Political Communication)

Pada penelitian ini, penulis mengambil studi pada Partai Keadilan

Sejahtera (PKS). PKS adalah sebuah partai politik yang pada awalnya

Page 45: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

31

dinamai Partai Keadilan (PK) yang bergerak melalui gerakan dakwah

kampus yang kemudian menjelma menjadi gerakan politik. Partai Keadilan

Sejahtera (PKS) adalah partai yang bercorak Islam. Hal ini dapat dilihat

pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PKS pasal

2 ayat (1) bahwa PKS merupakan Partai yang berasaskan Islam. Visi Partai

Keadilan Sejahtera (PKS) adalah menjadi partai pelopor dalam

mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud

dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945. Sedangkan misi dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yaitu

menjadikan partai sebagai sarana perwujudan masyarakat madani yang

adil, sejahtera, dan bermartabat yang diridhai Allah subhanahuwa ta’ala,

dalam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Kemunculan PKS tentunya tidak lepas dari peran aktivis dan

intelektual muda muslim. Tercatat lebih dari 50 pendiri partai ini,

diantaranya Dr. H Hidayat Nur Wahid, M.A, Luthfi Hassan Ishaaq, M.A,

Salim Segaf Aljufri, dan Dr. Ir. H. Nur Mahmudi Islmail, M.Sc. Nur

Muhammad Ismail kemudian menjadi Presiden Partai Keadilan (PK),

sedangkan Hidayat Nur Wahid duduk sebagai Ketua Majelis Pertimbangan

Partai. Kemudian partai ini dideklarasikan pada tanggal 9 Agustus 1998 di

Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakartadengan dihadiri oleh sekitar

50.000 massa (Dhakidae, dkk, 2004:301-302).

Page 46: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

32

Sebagai partai yang berasaskan Islam, sudah seharusnya Partai

Keadilan Sejahtera (PKS) menerapkan nilai-nilai agama dalam ideologi

partai maupun dalam setiap aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh

para kadernya. Maka dari itu, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dikenal

sebagai partai dengan keislamannya yang sangat kental.Stereotip terhadap

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang dikenal sebagai partai yang memiliki

keislaman yang sangat kental, menjadikan PKS dikenal sebagai partai yang

eksklusif oleh sebagian masyarakat. Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

berkecenderungan meletakkan dasar agama dalam argumen bernegara.

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bertujuan untuk membentuk

mayarakat madani yang berbasis Islam (religious-based civil society), yang

memungkinkan bagi umat beragama untuk menghadirkan rahmatan lil

alamin (Qodir, 2013:149). Hal inipun sama dengan cita-cita Partai

Keadilan Sejahtera (PKS) seperti yang di canangkan dalam visi misi partai

dan juga dalam Platform PKS yaitu “Terwujudnya Masyarakat Madani

yang Adil, Sejahtera, dan Bermartabat”. Adapun penjelasannya dalam

Platform adalah sebagai berikut:

Masyarakat Madani iniadalah masyarakat berperadaban tinggi

danmaju yang berbasiskan pada: nilai-nilai, norma, hukum, moral

yang ditopang oleh keimanan; menghormati pluralitas; bersikap

terbuka dan demokratis; dan bergotong-royong menjaga kedaulatan

Negara. Pengertian genuin dari masyarakat madani itu perlu

dipadukan dengan konteks masyarakat Indonesia di masa kini yang

merealisasikan Ukhuwwah Islamiyyah (ikatan keislaman),

Ukhuwwah Wathaniyyah (ikatan kebangsaan) dan Ukhuwwah

Basyariyyah (ikatan kemanusiaan), dalam bingkai NKRI.

Page 47: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

33

Adil adalah kondisi dimana entitas dan kualitas kehidupan baik

pembangunan politik, ekonomi, hukum, dan sosial-budaya

ditempatkan secara proporsional dalam ukuran yang pas dan

seimbang, tidak melewati batas. Itulah sikap moderat, suatu

keseimbangan yang terhindar dari jebakan dua kutub ekstrem:

mengurangi dan melebihi (ifrath dan tafrith).

Sejahtera mengarahkan pembangunan pada pemenuhan kebutuhan

lahir dan batin, agar manusia dapat memfungsikan dirinya sebagai

hamba dan khalifah Allah.Kesejahteraan tidak mencerminkan

jumlah alat pemenuhan kebutuhan, tetapi keseimbangan antara

kebutuhan dan sumber pemenuhannya.Kesejahteraan dalam artinya

yang sejati adalah keseimbangan hidup yang merupakan buah dari

kemampuan seseorang memenuhi tuntutan-tuntutan dasar seluruh

dimensi dirinya (ruh, akal, dan jasad). Kesejahteraan seperti itu

yang akan melahirkan kebahagiaan hakiki bagi bangsa Indonesia.

Bermartabat menuntut bangsa Indonesia untuk menempatkan

dirinya sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Bangsa yang

bermartabat adalah bangsa yang mampu menampilkan dirinya, baik

dalam aspek sosial, politik, ekonomi, maupun budaya secara elegan

sehingga memunculkan penghormatan dan kekaguman dari bangsa

lain. Martabat muncul dari akhlak dan budi pekerti yang baik,

mentalitas, etos kerja dan akhirnya bermuara pada produktivitas dan

kreativitas.Kreativitas bangsa yang tinggi dapat mewujud dalam

karya-karya adiluhung dalam berbagai bidang yang tak ternilai.

Dari sana muncul rasa bangga pada diri sendiri dan penghormatan

dari bangsa lain. Martabat memunculkan rasa percaya diri yang

memungkinkan kita berdiri sama tegak, dan tidak didikte oleh

bangsa lain.

4. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Dina Anggita Lubis (2009),

penelitian ini dilakukan di DPD Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota

Medan mengkaji tentang Partisipasi Politik Perempuan di DPD Partai

Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Medan (persoalan, hambatan, dan strategi),

Page 48: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

34

dengan fokus penelitian pada bagaimana partisipasi politik perempuan di

Partai Keadilan Sejahtera di Kota Medan dilihat dari tingkat

keterwakilannya dan faktor-faktor yang menjadi penyebab rendahnya

tingkat keterwakilan perempuan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Kota

Medan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Adapun hasil dari penelitiannya adalah bahwa partisipasi politik di

Partai Keadilan Sejahtera di Kota Medan sebenarnya relatif cukup tinggi.

Karena keterlibatan perempuan bukan hanya pada saat hari pencoblosan

saja, tetapi jauh-jauh hari mereka sudah menunjukkan partisipasi

mereka.Ini bisa dilihat pada saat pemilu legislatif. Calon-calon yang

diajukan oleh PKS sudah melebihi dari kuota yang ditetapkan pemerintah

yaitu 30%. Tetapi tidak satupun calon legislatif yang diajukan untuk DPRD

Kota Medan berhasil mendapatkan kursi. Padahal jika dilihat kualitasnya

sama dengan laki-laki. Hal ini disebabkan karena adanya kendala yang

menyebabkan keterwakilan perempuan di Dewan Perwakilan Rakyat

rendah, yakni masih adanya anggapan bahwa dunia politik adalah dunia

laki-laki. Dimana sistem dan struktur sosial patriarkhi telah menempatkan

perempuan pada posisi yang tidak sejajar dengan laki-laki.

Penelitian yang dilakukan oleh Indah Suryani (2010), dengan judul

Partisipasi Perempuan dalam Komunikasi Politik: (Studi tentang Partisipasi

Perempuan dalam Komunikasi Politik di Pos Wanita Keadilan (Pos-WK)

Page 49: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

35

Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

Sukoharjo Tahun 2009). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.

Adapun hasil dari penelitian ini adalah bahwa dapat disimpulkan

mengenai partisipasi perempuan dalam komunikasi politik di Pos Wanita

Keadilan (Pos-WK) Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai Keadilan

Sejahtera (PKS) Sukoharjo pada tahun 2009.

Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi perempuan dalam

komunikasi politik di Pos-WK DPD PKS Sukoharjo terdiri dari alasan

internal dan eksternal. Mereka ingin memberdayakan perempuan-

perempuan Indonesia di semua sektor kehidupan, termasuk didalamnya

politik. Berdakwah memperbaiki kehidupan negara, memperoleh

kekuasaan, adanya dukungan partai dan keluarga, keinginan untuk

memperjuangkan hak-hak perempuan serta membangun citra positif partai

melalui sosialisasi politik.

Faktor-faktor yang menjadi kendala partisipasi perempuan dalam

komunikasi politik di Pos-WK DPD PKS Sukoharjo dipengaruhi oleh

kondisi internal dan eksternal perempuan. Beban ganda yang disandang

perempuan, minimnya sumber daya manusia karena tingkat pendidikan dan

ekonomi. Adanya kesalahan terhadap pemahaman politik, kondisi

geografis, minimnya kesempatan berpolitik perempuan, sulitnya

membangun koordinasi dengan organisasi pemberdayaan perempuan lain,

money politics, gender, serta kurangnyadukungan partai membuat

Page 50: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

36

perempuan kurang percaya diri untuk berpartisipasi secara aktif dalam

politik.

Bentuk komunikasi politik perempuan di Pos-WK DPD PKS

Sukoharjo yang pertama, perempuan sebagai komunikator politik,

membangun komunikasi dengan khalayak baik anggota Pos-WK, pejabat

pembuat kebijakan, dan organisasi pemberdayaan perempuan.Keduan,

perempuan menciptakan pesan dan perempuan menjadi pesan itu

sendiri.Pesan yang disampaikan perempuan lebih disesuaikan dengan

tujuan atau efek komunikasi politik yang mereka inginkan seperti untuk

sosialisasi partai politik, pemberdayaan perempuan, dan mempengaruhi

kebijakan. Ketiga, perempuan melalui organisasi Pos-WK DPD PKS

Sukoharjo juga dapat bertindak sebagai saluran komunikasi politik

disamping menggunakan media komunikasi personal dan media massa.Dan

keempat, perempuan juga tidak segan menggunakan media komunikasi

politik seperti demonstrasi untuk meraih tujuan politik mereka.

Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Nawawi (2009), dengan

judul Partisipasi Politik Perempuan: Studi Kasus Bupati Perempuan dalam

Pemerintahan Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini menggunakan

metode kualitatif. Penelitian ini melihat dari permasalahan yang ada pada

saat ini bahwa perempuan belum dapat di sejajarkan dengan laki-laki,

terutama dalam masalah politik. Masih adanya diskriminasi terhadap gerak

perempuan dalam menentukan kebijakan yang masih di kuasai oleh laki-

Page 51: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

37

laki. Adanya anggapan bahwa perempuan tidak pantas untuk bergelut di

dunia publik terutama politik. Dari permasalahan tersebut, peneliti pada

penelitian ini memfokuskan penelitiannya pada partisipasi politik bupati

perempuan dalam pemerintahan Kabupaten Karang anyar. Adapun isi dari

penelitian tersebut yaitu bahwa tidak semestinya persepsi tentang

kepemimpinan perempuan dalam pemerintahan di daerah maupun diskala

nasional seorang perempuan selalu dianggap sebagai sosok yang lemah,

sehingga jika perempuan terlibat dengan politik, maka kekhawatiran akan

hadir, karena gaya kepemimpinan yang mendepankan genderisasi akan

berakibat pada lemahnya pemerintahan yang dikelolanya. Dengan hadirnya

Bupati perempuan di Karanganyar yang bernama Rina Iriani Sri

Ratnaningsih telah menapak tilaskan bahwa kesetaraan gender sudah

semestinya diangkat kepermukaan untuk disepadankan dengan kaum laki-

laki yang ada di parlemen (khususnya politisi yang ada di DPRD).

Page 52: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

38

B. Kerangka Berpikir

Gambar 2. Kerangka Berpikir Model Penelitian

Skema tersebut adalah pola berfikir yang dilakukan oleh peneliti dalam

melakukan penelitian ini sehingga dapat terjawab apa yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini. Dapat digambarkan bahwa mulai dari

kurangnya kebebasan perempuan di ranah politik yang seharusnya perempuan

diberikan kebebasan untuk terjun pada politik peraktis, salah satunya dengan

perempuan masuk pada partai politik, yaitu menjadi kader partai. Pada penelitian

ini, peneliti mengambil kader perempuan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota

Semarang, karena PKS Kota Semarang telah memberikan ruang bagi perempuan

untuk berpolitik di dalam partai. Dengan demikian, peneliti ingin mengetahui

bagaimana partisipasi politik kader perempuan pada PKS di Kota Semarang dan

Partisipasi Perempuan dalam Politik

Partisipasi Politik Kader Perempuan

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota

Semarang

Faktor Penghambat

Tujuan kader perempuan

Partai Keadilan Sejahtera

(PKS) Kota Semarang

Page 53: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

39

apa yang mereka lakukan untuk partai. Setelah itu, peneliti mencari apa saja

faktor penghambat partisipasi politik kader perempuan Partai Keadilan Sejahtera

(PKS) di Kota Semarang untuk mencapai tujuan kader perempuan Partai

Keadilan Sejahtera (PKS) di Kota Semarang.

Page 54: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

114

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Partisipasi politik yang dilakukan kader perempuan PKS Kota Semarang

dapat dilihat melalui pendekatan Behavioralisme (perilaku dalam aktivitas

atau kegiatan keorganisasian). Secara prilaku, kader perempuan PKS Kota

Semarang berpartisipasi politik melalui berbagai macam aktivitas

keorganisasian (program partai) dan melalui aktivitas personal (individu).

Adapun bentuk partisipasi politik kader perempuan PKS Kota Semarang

tergolong pada partisipasi politik Konvensional yaitu suatu bentuk partisipasi

politik yang normal dalam demokrasi modern dengan tanpa adanya tindak

kekerasan. Adapun partisipasi politik yang dilakukan kader perempuan PKS

Kota Semarang yaitu dengan melakukan kampanye partai melalui

prewedding academy, ekonomi keluarga, dan RKI (Rumah Keluarga

Indonesia). Penataan basis massa melalui program konsultan keluarga,

pasutri (pasangan suami istri), dan pemahaman agama kepada masyarakat.

Dan dalam pemilu dengan menyiapkan calon legislatif perempuan PKS

melalui kajian perempuan dan politik, dan pematangan calon legislatif

perempuan PKS melalui training Aleg (Anggota Legislatif) perempuan.

Page 55: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

115

2. Faktor yang menghambat kader perempuan PKS Kota Semarang dalam

melakukan partisipasi politik terhadap partai yaitu: pertama, karena

kesibukan kader perempuan di luar kegiatan partai yang mengakibatkan

kurang maksimalnya kader perempuan PKS Kota Semarang dalam

berpartisipasi politik di partai. Kedua, faktor keluarga, dan ketiga, kurangnya

pendanaan bagi perempuan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, saran yang dapat peneliti

sampaikan antara lain:

1. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Semarang harus terus memberikan

ruang bagi perempuan untuk dapat beraktivitas dan berpartisipasi politik di

partai agar tercipta image positif bagi perempuan bahwa perempuan bukan

hanya bisa mengurusi domestik saja, tetapi juga bisa melakukan pekerjaan

publik.

2. Partai harus terus memberikan dukungan kepada kader perempuan dengan

memberikan pendanaan yang cukup agar partisipasi politik kader perempuan

terhadap partai bisa lebih maksimal.

3. Bidang perempuan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Semarang harus

lebih aktif berperan di masyarakat yaitu dengan memperbanyak RKI (Rumah

Keluarga Indonesia) agar dapat menumbuhkan motivasi politik perempuan

Page 56: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

116

dan mendorong perempuan untuk ikut terlibat secara aktif dalam aktivitas

politik.

Page 57: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

117

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Anwar. 2011. Komunikasi Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA.

Budiardjo, Miriam. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

----- 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia

----- 2010. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Basrowi, dkk. 2012. Sosiologi Politik. Bogor: Ghalia Indonesia.

Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: KENCANA.

Dhakidae, Daniel, dkk. 2004. Partai-Partai Politik Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku

Kompas.

Efriza. 2012. Political Explore. Bandung: Alfabeta.

Fakih, Mansoer. 2008. Analisis Gender & Transformasi Sosial. Yogyakarta:

PUSTAKA PELAJAR.

Huntington dan Nelson. 1994. Partisipasi Politik di Negara Berkembang. Jakarta:

PT. RINEKA CIPTA.

Handoyo, Eko, dkk. 2010. Etika Politik dan pembangunan. Semarang: Widya Karya.

Handayani, Trisakti dan Sugiarti. 2008. Konsep dan Teknik Penelitian Gender. Malang: Universitas Muhammadiyyah Malang.

Moleong, Lexy J. 2016. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Nawawi, Hadari & Mariti, Mimi. 2001. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Pudji Astuti, Tri Marhaeni. 2011. Konstruksi Gender dalam Realitas Sosial.Semarang: Unnes Press.

Page 58: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

118

Rohaniah, Yoyoh dan Efriza. 2015. Pengantar Ilmu Politik. Malang: Intrans

Publishing.

Qardhawy, Yusuf. 1997. Fiqih Negara. Jakarta: Robbani Press.

Qodir, Zuly. 2013. HTI dan PKS Menuai Kritik: Perilaku Gerakan Islam Politik Indonesia. Yoyakarta: PUSTAKA PELAJAR.

Raga, Rafael Maram. 2007. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Rineka Cipta.

Sorensen, Georg. 2003. Demokrasi dan Demokratisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sastroatmodjo, Sudijono. 1995. Prilaku Politik. Semarang: IKIP Semarang Press.

Subiakto & Ida, Rachmah. 2012. Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi. Jakarta:

Kencana.

Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.

Sunarto. 2016. Sistem Politik Indonesia. Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama.

Sastriyani, Siti Hariti. 2009. GENDER and Politics. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung:

ALFABETA.

Suryadi, Budi. 2007. Sosiologi Politik. Yogyakarta: IRCiSoD.

Wahib, Abdul Situmorang. 2007. Gerakan Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nimrah, Siti dan Sakaria. 2015. Perempuan Dan Budaya Patriarki Dalam Politik (Studi Kasus Kegagalan Caleg Perempuan Dalam Pemilu Legislatif 2014). Dalam Jurnal Magister Ilmu Politik Universitas Hasanuddin. No. 2. Hal. 173-181.

Yahya, Muhammad Arwiyah. 2012. Status Sosial Ekonomi dan Kualitas Partai Politik dalam Meningkatkan Partisipasi Politik. Dalam Mimbar. No. 1.

Hal. 85-92.

Page 59: PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI …lib.unnes.ac.id/31900/1/3312413027.pdfi PARTISIPASI POLITIK KADER PEREMPUAN PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI KOTA SEMARANG

119

Septyasa, Nuring Laksana. 2013. Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa dalam Program Desa Siaga di Desa Bandung Kecamatan Playen Kabupaten Gunung Kidul Pravinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam Kebijakan dan Management Politik. No. 1. Hal. 56-66.

Undang-Undang Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012

Web Sumber: http://www.kpu.go.id . di unduh pada tanggal 9 Januari 2017.

Sumber: www.dpr.go.id/.../STRATEGI_MENINGKATKAN_KETERWAKILAN_PEREMPUAN_DI LEGISLATIF/. di unduh pada tanggal 10 Januari 2017.

Dokumen AL-QUR’AN(AD/ART) PKS

PLATFORM PKS