20
Partisipasi Kader Lansia Dalam Memberikan Pelayanan di Posyandu Lansia (Studi Kasus Pada Posyandu Lansia RW 011, di Kelurahan Malaka Jaya, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur) Debora Priskila & Wisni Bantarti Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik E-mail: [email protected] Abstrak Skripsi ini membahas mengenai partisipasi lansia sebagai kader di posyandu lansia RW 011, Kelurahan Malaka Jaya, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. Tujuannya adalah memberikan gambaran partisipasi yang dilakukan kader lansia. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan ada tiga faktor yang melatarbelakangi partisipasi kader lansia di posyandu yaitu kemauan, kemampuan, dan kesempatan, selain itu ada dua bentuk partisipasi kader lansia di posyandu yaitu partisipasi subyektif dan partisipasi obyektif. Partisipasi kader lansia di posyandu lansia tersebut didukung oleh beberapa faktor seperti lama tinggal, jarak tempuh, apresiasi, kebermanfaatan program, tingkat pendidikan, dukungan keluarga, dan dukungan masyarakat. Selain itu terdapat pula faktor penghambat partisipasi kader lansia di posyandu lansia seperti faktor fisik, dan ketersediaan sarana dan prasarana posyandu. Kata kunci: Lansia, Partisipasi, Partisipasi kader lansia, Posyandu Lansia Elderly Participation As Cadre in Providing Services at Posyandu Elderly Service (Case Study in Posyandu Elderly Service RW 011, Malaka Jaya Village, Duren Sawit Sub-districts, East Jakarta) Abstract This research reviews about the elderly participation as cadre in posyandu elderly service RW 011, Malaka Jaya Village, East Jakarta. The goal is to give everyone idea about the participation of the elderly. As known that elderly are often regarded as a weak object. This research was qualitative research with descriptive design. The result showed that there are three factors which aspect influenced the participation of elderly cadres that is willingness, ability, opportunity. And two forms of participation of elderly cadres that is participation subjectively and objectively. It is supported by many factors such as lenght of stay, mileage, awards, usefulness program, level of education, family support, and community support and there are hinder factors of elderly participation as cadre in posyandu elderly service such as physical factors and availibility of facilities and infrastructure. Key Words: Elderly, Participation, Elderly Participation as Cadre, Posyandu Elderly Service Pendahuluan Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, yang menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut undang – undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 Partisipasi kader..., Debora Priskila, FISIP UI, 2014

Partisipasi Kader Lansia Dalam Memberikan Pelayanan di

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Partisipasi Kader Lansia Dalam Memberikan Pelayanan di

Partisipasi Kader Lansia Dalam Memberikan Pelayanan di Posyandu Lansia (Studi Kasus Pada Posyandu Lansia RW 011, di Kelurahan Malaka

Jaya, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur)

Debora Priskila & Wisni Bantarti

Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

E-mail: [email protected]

Abstrak

Skripsi ini membahas mengenai partisipasi lansia sebagai kader di posyandu lansia RW 011, Kelurahan Malaka Jaya, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. Tujuannya adalah memberikan gambaran partisipasi yang dilakukan kader lansia. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan ada tiga faktor yang melatarbelakangi partisipasi kader lansia di posyandu yaitu kemauan, kemampuan, dan kesempatan, selain itu ada dua bentuk partisipasi kader lansia di posyandu yaitu partisipasi subyektif dan partisipasi obyektif. Partisipasi kader lansia di posyandu lansia tersebut didukung oleh beberapa faktor seperti lama tinggal, jarak tempuh, apresiasi, kebermanfaatan program, tingkat pendidikan, dukungan keluarga, dan dukungan masyarakat. Selain itu terdapat pula faktor penghambat partisipasi kader lansia di posyandu lansia seperti faktor fisik, dan ketersediaan sarana dan prasarana posyandu. Kata kunci: Lansia, Partisipasi, Partisipasi kader lansia, Posyandu Lansia

Elderly Participation As Cadre in Providing Services at Posyandu Elderly Service (Case Study in Posyandu Elderly Service RW 011, Malaka Jaya Village, Duren Sawit Sub-districts,

East Jakarta)

Abstract

This research reviews about the elderly participation as cadre in posyandu elderly service RW 011, Malaka Jaya Village, East Jakarta. The goal is to give everyone idea about the participation of the elderly. As known that elderly are often regarded as a weak object. This research was qualitative research with descriptive design. The result showed that there are three factors which aspect influenced the participation of elderly cadres that is willingness, ability, opportunity. And two forms of participation of elderly cadres that is participation subjectively and objectively. It is supported by many factors such as lenght of stay, mileage, awards, usefulness program, level of education, family support, and community support and there are hinder factors of elderly participation as cadre in posyandu elderly service such as physical factors and availibility of facilities and infrastructure.

Key Words: Elderly, Participation, Elderly Participation as Cadre, Posyandu Elderly Service

Pendahuluan

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia

harapan hidup penduduk, yang menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat

dari tahun ke tahun. Menurut undang – undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan

Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60

Partisipasi kader..., Debora Priskila, FISIP UI, 2014

Page 2: Partisipasi Kader Lansia Dalam Memberikan Pelayanan di

tahun ke atas. Diseluruh dunia penduduk Lansia (usia 60+) tumbuh dengan sangat cepat

bahkan tercepat dibanding kelompok usia lainnya. Saat ini di seluruh dunia diperkirakan ada

500 juta lansia dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan

mencapai 1,2 milyar (Nugroho, 2000).

Walaupun merupakan salah satu dampak dari keberhasilan pembangunan, proses

penuaan penduduk berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, maupun

kesehatan. Dalam bukunya Hurlock (1999) disebutkan bahwa “Seperti periode lainnya dalam

rentang kehidupan seseorang, lanjut usia memiliki perubahan karakteristik fisik serta

psikologis” (p. 380). Perubahan penampilan lansia terlihat dari mulai munculnya kerutan –

kerutan pada kulit, penurunan kecepatan gerakan, rambut menipis dan berubah warna

(Zastrow, 1994, p. 567). Perubahan pada bagian dalam tubuh terlihat dari mulai menurunnya

kemampuan tubuh dan penurunan daya tahan tubuh para lansia. Hal ini membuat mereka

merasakan munculnya gangguan kesehatan seperti gangguan pencernaan. Jantung,

pernafasan, dan lain – lain (Hurlock, 1991, p. 389).

Selain mengalami proses penuaan, muncullah stigma negatif tentang lansia. Stigma

tersebut menurut Jahja (2011) seperti cerita rakyat yang menggambarkan lansia sebagai

seseorang yang tidak menyenangkan, pendapat klise lama dimana keadaan fisik dan mental

lansia yang loyo, usang, sering pikun, dan sulit hidup bersama karena hari – hari yang penuh

dengan manfaat telah lewat, sehingga orang usia lanjut tidak lagi dapat berperan aktif dan

melakukan produktivitas yang tinggi dalam suatu lembaga tertentu dikarenakan kemampuan

fisik dan mentalnya lemah (p. 313-314). Melihat permasalahan lansia, diperlukan program

pelayanan untuk meningkatkan kesejahteraan lansia yang terencana dan untuk menstabilkan

fisik para lansia serta memenuhi kebutuhan biopsikososial lansia.

Dalam UU Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, pasal 4

disebutkan bahwa “Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bertujuan untuk memperpanjang

usia harapan hidup dan masa produktif, terwujudnya kemandirian dan kesejahteraannya,

terpelihara sistem nilai budaya dan kekerabatan bangsa Indonesia serta lebih mendekarkan

diri kepada Tuhan Yang Maha Esa”. Dalam UU tersebut bab 2 pasal 3 juga disebutkan bahwa

upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia diarahkan agar lanjut usia tetap dapat

diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan fungsi,

kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia dan kondisi fisiknya, serta

terselenggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial lanjut usia.

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah menciptakan posyandu lansia.

Dalam buku Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia (Komnas Lansia, 2010), dikatakan

Partisipasi kader..., Debora Priskila, FISIP UI, 2014

Page 3: Partisipasi Kader Lansia Dalam Memberikan Pelayanan di

bahwa program ini merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan yang bersumber daya

masyarakat dan diselenggarakan oleh masyarakat. Meskipun bersumber daya masyarakat,

tetapi pemerintah tetap ikut andil dalam hal penyediaan bantuan, teknis, dan kebijakan.

Pemerintah dalam posyandu lansia berusaha memberdayakan para lansia untuk ikut

berpartisipasi aktif dalam pembangunan guna mengurangi kemiskinan, meningkatkan derajat

kesehatan, dan mendukung kehidupan sosial lansia itu sendiri. Sehingga dapat dikatakan

bahwa posyandu lansia merupakan salah satu bentuk kebijakan pelayanan kesehatan yang

dirumuskan pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia

untuk mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna. Selain untuk meningkatkan derajat

kesehatan lansia, posyandu lansia juga bertujuan untuk memenuhi aspek biopsikososial lansia

dengan mengajak lansia berpartisipasi secara aktif di posyandu lansia.

Pada kenyataannya banyak faktor yang mempengaruhi turut tidaknya partisipasi lansia

dalam upaya pencapaian suatu program. Kenyataan yang ada dibeberapa daerah partisipasi

lansia masih kurang, seperti beberapa data yang dijelaskan dibawah ini.

Beberapa hasil penelitian selama ini hanya menjelaskan mengenai pemanfaatan

posyandu lansia oleh lanjut usia, dimana partisipasinya bersifat obyektif, yang menurut Rusidi

(1994) yang didukung oleh hasil penelitian Aprillia (2004), partisipasi obyektif berarti

partisipan melibatkan diri dalam suatu kegiatan di mana ia sendiri sebagai obyek dari kegiatan

itu, dengan melibatkan diri sebagai obyek berarti menyumbangkan diri terhadap kegiatan

untuk menerima (memanfaatkan) sesuatu dari kegiatan itu, sehingga tujuan yang hendak

dicapai untuk kepentingan bersama bisa tercapai. Sedangkan di posyandu lansia Malaka Jaya

partisipasi lansia bukan hanya obyektif, tetapi partisipasi subyektif. Partisipasi subyektif

adalah partisipasi dimana partisipan diharapkan dapat menyumbangkan sesuatu dalam

kegiatan. Dalam National Commission for Older Persons (2002) dianjurkan untuk penduduk

berpartisipasi penuh dalam kehidupan keluarga dan kemasyarakatan di masa tua, hal ini

bertujuan untuk memperpanjang umur harapan hidup secara sehat dan kualitas hidup seluruh

penduduk di masa tua. Berpartisipasi penuh berarti bukan hanya menerima layanan, tetapi

juga menyumbangkan sesuatu.

Adapun penelitian ini akan menggambarkan partisipasi lansia bukan hanya secara

objektif tetapi secara subyektif, dimana lansia bertindak sebagai (kader) yang memberikan

pelayanan kepada lansia dan menyumbangkan sesuatu baik itu tenaga, material, maupun

pikiran, yakni di posyandu lansia RW 011, Kelurahan Malaka Jaya, Jakarta Timur.

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka pertanyaan penelitian yang timbul adalah

sebagai berikut :

Partisipasi kader..., Debora Priskila, FISIP UI, 2014

Page 4: Partisipasi Kader Lansia Dalam Memberikan Pelayanan di

1. Apa latar belakang kader lansia memberikan pelayanan di posyandu lansia?

2. Bagaimana partisipasi kader lansia dalam memberikan pelayanan di posyandu lansia?

3. Apa faktor – faktor yang mendukung dan menghambat partisipasi kader lansia di posyandu

lansia?

Tujuan penelitian ini adalah memberikan gambaran mengenai latar belakang kader

lansia dalam memberikan pelayanan di posyandu lansia, melihat bagaimana partisipasi lansia

dalam memanfaatkan dan berkontribusi terhadap pelayanan di posyandu lansia dan faktor –

faktor apa pendukung dan penghambat partisipasi kader lansia sehingga dapat berperan aktif

di posyandu lansia.

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif, dimana dalam penelitian berusaha menyajikan

gambaran yang lengkap mengenai setting sosial dan hubungan yang terdapat dalam

penelitian. Menurut Neuman (2007), tujuan penelitian deskriptif adalah menggambarkan

secara detail dan spesifik suatu situasi, setting sosial, atau sebuah hubungan (p. 22).

Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif

merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan

menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan,

diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif (Saryono, 2010, p. 1)

Kerangka Teori

Lansia dan Klasifikasi Lansia

Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia menyatakan bahwa lansia

adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

(dalam Nugroho, 2008), lansia adalah seseorang yang berusia 65 tahun ke atas untuk Amerika

Serikat dan Eropa menggolongkan lansia menjadi 4 yaitu: Usia pertengahan (middle age)

adalah 45 – 59 tahun; Lanjut usia (elderly) adalah 60 – 74 tahun; Lanjut usia tua (old) adalah

75 – 90 tahun; Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Nugroho, 2008).

Masalah pada Lansia

Ada beberapa masalah umum bagi orang yang memasuki usia lanjut (Hurlock, 1991, p. 387) :

1. Keadaan fisik lemah dan tidak berdaya, sehingga bergantung pada orang lain

2. Status ekonomi lansia terancam karena pendapatan mereka berkurang.

3. Sulit untuk mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang telah

meninggal atau pergi jauh atau cacat

4. Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang semakin bertambah

5. Dll

Partisipasi kader..., Debora Priskila, FISIP UI, 2014

Page 5: Partisipasi Kader Lansia Dalam Memberikan Pelayanan di

Perubahan pada Lansia

Aspek Fisik. Sistem indera lansia seperti penglihatan mulai mengalami penurunan.

Ketajaman penglihatan pun sudah mulai kabur, lansia mulai kehilangan gigi, liver mengecil,

sensitivitas di lambung menurun, berat badan menurun, dll.

Aspek Psikologis. Lansia akan mengalami perubahan yaitu akan lebih mudah merasa frustasi

atau kesepian dikarenakan jumlah mereka diantara keluarga dan lingkungannya yang mulai

menjadi minoritas. Selain itu mereka juga akan merasa takut kehilangan yang berlebihan,

karena banyak rekannya bahkan suami atau istrinya yang telah meninggalkan mereka, selain

itu mereka juga takut ditinggalkan oleh anak – anak mereka karena anak – anak yang sudah

mulai dewasa dan memiliki kehidupan dengan keluarga barunya, takut menghadapi kematian,

perubahan keinginan, dan depresi.

Aspek Sosial. Penurunan fungsi tubuh lansia membuat lansia tidak lagi produktif dan dapat

bersosialisasi dengan baik seperti sebelumnya. Lansia juga mengalami perubahan peran

dimana lansia seringkali dianggap tidak berguna lagi. Lebih jauh lagi lansia diharapkan

mengurangi peran aktifnya dalam urusan masyarakat dan sosial. Hal ini mengakibatkan

pengurangan jumlah kegiatan yang dapat dilakukan oleh lansia (Hurlock, 1999, p. 384).

Teori Aktivitas (Activity Theory)

Teori aktivitas dikembangkan oleh (Palmore dan Lemon et al.). Teori aktivitas

menyatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung pada bagaimana individu atau lansia

merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas.Havighurst (1952) adalah orang pertama

yang menulis tentang pentingnya tetap aktif secara sosial sebagai alat untuk penyesuaian diri

yang sehat untuk lansia. Seseorang yang dimasa mudanya aktif biasanya akan meneruskan

keaktifan pada masa tuanya. Sense of Integrity yang dibangun pada masa mudanya akan

terpelihara sampai tua. Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan mengikuti

banyak kegiatan sosial. Hal tersebut untuk mempertahankan antara sistem sosial dengan

individu agar kehidupan lansia tetap stabil. (Nugroho, 2000)

Lansia aktif (active aging)

Istilah active aging diadopsi oleh WHO pada akhir tahun 1990. Maksud dari istilah

tersebut adalah mengakui bahwa ada faktor – faktor lain yang mempengaruhi penuaan

penduduk selain faktor kesehatan atau pelayanan kesehatan. Karena itu WHO, mendefinisikan

active aging sebagai proses mengoptimalkan peluang kesehatan, partisipasi, dan keamanan

untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang di masa tua (WHO, 2002).

Partisipasi kader..., Debora Priskila, FISIP UI, 2014

Page 6: Partisipasi Kader Lansia Dalam Memberikan Pelayanan di

Aktif berarti turut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sosial, ekonomi, budaya,

spiritual, dan kemasyarakatan. Lansia diharapkan bukan hanya aktif dalam angkatan kerja

saja, tetapi mereka yang telah memasuki masa pensiun dapat tetap berkontribusi dalam

lingkungan keluarga, masyarakat, bahkan negara. Tujuan lansia aktif adalah untuk

memperluas harapan hidup lansia dan meningkatkan kualitas hidup para lanjut usia termasuk

mereka yang lemah, cacat, dan memerlukan perawatan (WHO, 2002).

Posyandu Lansia

Posyandu lansia adalah suatu sarana pelayanan kesehatan yang dipergunakan untuk

melayani lanjut usia dalam tingkat masyarakat. Program pengembangan dari kebijakan

pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia, sebagai suatu forum komunikasi dalam

bentuk peran serta masyarakat usia lanjut, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial

dalam penyelenggaraanya, dalam upaya peningkatan tingkat kesehatan secara optimal.

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah

tertentu yang sudah di sepakati, yang di gerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa.

Partisipasi

Adi (2008, p. 110), mengatakan bahwa partisipasi adalah keikutsertaan masyarakat

dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan

pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan

upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengavaluasi perubahan

yang terjadi. Menurut Adi (2007) apabila masyarakat tidak banyak dilibatkan dalam berbagai

tahapan perubahan dan hanya bersifat pasif dalam perencanaan, maka masyarakat akan

cenderung menjadi lebih dependent (tergantung) pada orang lain dan semakin meningkat.

Margono dalam Mardikanto (2003), menjabarkan tiga faktor utama yang mendukung

partisipasi tersebut:

1. Adanya kesempatan yang diberikan masyarakat untuk berpartisipasi

2. Adanya kemauan untuk berpartisipasi

3. Adanya kemampuan dalam berpartisipasi

Faktor lain yang Mempengaruhi Partisipasi

a. Penghargaan

Ife dalam Adi (2008) mengatakan bahwa berbagai bentuk partisipasi harus diakui serta

dihargai. Ini akan semakin membuat masyarakat terdorong untuk berpartisipasi.

Partisipasi kader..., Debora Priskila, FISIP UI, 2014

Page 7: Partisipasi Kader Lansia Dalam Memberikan Pelayanan di

b. Dukungan struktur masyarakat

c. Kebiasaan

Adi (2008, p. 260) mengatakan bahwa setiap individu pada umumnya akan bereaksi

sesuai dengan kebiasaannya. Kebiasaan merupakan salah satu hal yang dapat

mempengaruhi sikap. Dalam hal ini, kebiasaan dapat menjadi penghambat partisipasi

maupun mendorong partisipasi.

d. Kebermanfaatan program

Balu dalam Ndraha (1990) mengatakan bahwa semakin banyak manfaat program yang

akan diperoleh suatu pihak dari pihak lain melalui kegiatan tertentu, maka keterlibatan

mereka dalam kegiatan tersebut juga semakin besar. (p. 105)

e. Dukungan Keluarga

Rodin & Salovey (1989) dalam Smet (1994) menyatakan bahwa perkawinan dan keluarga

merupakan sumber dukungan sosial terpenting. Terkait dengan partisipasi lansia dalam

posyandu lansia, dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau

kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia.

f. Jarak tempuh

Yang dimaksud dengan jarak adalah ukuran jauh dekat kegiatan pelaksanaan posyandu

dilakukan dengan tempat tinggal para lansia. Ife (2008) mengatakan bahwa ketika

seseorang berpartisipasi dibutuhkan sarana pendukung seperti akses yang mudah dan

letak tempat kegiatan yang dekat dengan tempat tinggal masyarakat.

g. Faktor Pekerjaan dan Penghasilan

Menurut Angell, pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari -

hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat. Hal ini

berarti bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana

yang mapan dalam perekonomiannya (Angell dalam Ross, 1967, p. 130).

h. Faktor Tingkat Pendidikan

Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap seseorang terhadap lingkungannya,

suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat (Angell

dalam Ross, 1967, p. 130).

i. Faktor Lama Tinggal

Faktor ini dianggap mempengaruhi partisipasi karena warga masyarakat yang lebih lama

tinggal akan lebih besar perasaan “memiliki” nya daripada warga yang tinggal untuk

sementara waktu saja. Sehingga mereka yang tinggal menetap selalu berusaha untuk

Partisipasi kader..., Debora Priskila, FISIP UI, 2014

Page 8: Partisipasi Kader Lansia Dalam Memberikan Pelayanan di

menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesejahteraan lingkungan hidupnya melalui

partisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan yang ada (Angell (dalam Ross, 1967, p. 130).

Bentuk – bentuk Partisipasi

menurut Rusidi (1994, p. 12) berdasarkan beberapa pengertian dan bentuk partisipasi

yang dikemukakan para pakar,dapat disimpulkan bahwa partisipasi adalah peran serta atau

ikut ambil bagian dalam suatu kegiatan untuk mencapai suatu tujuan yang bermanfaat bagi

kepentingan umum, dengan cara menyumbangkan pikiran dan material atau tenaga. Dalam

hal ini partisipasi dilihat dari dua segi yaitu segi subyektif dan obyektif. Segi subyektif artinya

partisipan dipandang sebagai subyek yang menyumbangkan sesuatu. Sedangkan segi

obyektif, artinya partisipan melibatkan diri dalam suatu kegiatan di mana ia sendiri sebagai

obyek dari kegiatan itu, dengan melibatkan diri sebagai obyek berarti menyumbangkan diri

terhadap kegiatan untuk menerima (memanfaatkan) sesuatu dari kegiatan itu, sehingga tujuan

yang hendak dicapai untuk kepentingan bersama bisa tercapai (Rusidi, 1994, p. 14).

Hamijoyo (2007) tentang tiga macam partisipasi dalam segi subyektif, yaitu berupa

ide, dana/peratalan dan tenaga, seperti penjelasan berikut ini:

1. Memberikan sumbangan berupa ide (gagasan/pikiran)

2. Memberikan sumbangan berupa material (dana, uang, barang, alat)

3. Memberikan sumbangan tenaga

Hasil Penelitian

Posyandu lansia adalah salah satu bentuk pelayanan berbasis masyarakat, dari, oleh,

dan untuk masyarakat yang dibuat oleh pemerintah yang dilakukan dengan dukungan petugas

kesehatan seperti dokter dan petugas puskesmas, untuk meningkatkan kesejahteraan lansia.

Tujuan posyandu lansia adalah meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia

dimasyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia,

serta mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam

pelayanan kesehatan. Menurut Adi (2007, p. 23) Tujuan intervensi sosial untuk lansia yang

berbasis masyarakat seperti posyandu lansia adalah untuk meningkatkan taraf hidup para

lansia. Dalam meningkatkan kesejahteraan para lansia menurut Adi (2007) dibutuhkan

pengetahuan akan masalah (problems), kebutuhan (needs), dan kondisi yang diinginkan oleh

lansia (expected condition). Dan informasi mengenai hal ini hanya digali kebenarannya dari

lansia itu sendiri. Karena itu lansia adalah sumber daya utama yang dibutuhkan dalam

meningkatkan program berbasis masyarakat seperti posyandu lansia. Hal tersebut berarti,

Partisipasi kader..., Debora Priskila, FISIP UI, 2014

Page 9: Partisipasi Kader Lansia Dalam Memberikan Pelayanan di

partisipasi lansia sebagai pelaku perubahan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan tujuan dan

meningkatkan taraf hidup lansia melalui posyandu lansia. Partisipasi lansia dalam posyandu

biasanya hanya sebagai pengguna layanan. Tetapi sebagai pelaku perubahan lansia bukan

hanya menerima layanan saja tetapi sedapat mungkin juga masuk dalam struktur organisasi

posyandu. Seperti yang terjadi di posyandu lansia RW 011, dimana lansia bertindak sebagai

kader posyandu. Kelurahan Malaka Jaya terdiri dari tiga orang kader yang merupakan lansia

dan satu orang kader yang merupakan pra lansia. Lansia yang diteliti menurut WHO (1989)

adalah mereka yang termasuk Lanjut usia (elderly) yang berusia 60 – 74 tahun.  

Latar belakang lansia menjadi kader

Keterlibatan kader lansia dalam memberikan pelayanan di posyandu lansia menjadi

perhatian khusus. Hal ini dikarenakan menurut Jahja (2011), lansia sering kali dianggap

sebagai seseorang yang tidak lagi produktif dan dapat bersosialisasi dengan baik. Dengan

keterlibatan para lansia ini sebagai kader dalam posyandu lansia mematahkan mitos – mitos

yang kurang baik mengenai lansia. Penelitian ini menemukan beberapa alasain umum yang

melatarbelakangi lansia terlibat dalam memberikan pelayanan di posyandu lansia, yaitu:

Pertama adalah karena penunjukan. Kader lansia dapat berpartisipasi dalam posyandu

lansia dikarenakan penunjukkan. Penunjukkan terjadi karena adanya kepercayaan kepada

orang yang ditunjuk. Selain itu orang yang ditunjuk oleh masyarakat adalah orang yang

memiliki pendidikan yang baik, yang dapat berkomunikasi dengan baik dengan warga.

Alasan kedua adalah untuk mengisi waktu luang. Beberapa dari kader lansia

perempuan juga sudah kehilangan suami, dan merasa bosan selalu berada dirumah, sehingga

butuh menyibukkan diri untuk mengisi waktu kosong mereka. Hal ini sesuai pernyataan

Achir, et. al. (2001) yang menyatakan bahwa usia harapan hidup perempuan lebih tinggi

dibandingkan laki – laki.

Alasan lainnya adalah hobi. Kegemaran masuk dalam organisasi merupakan salah satu

hal yang melatar belakangi lansia menjadi kader. Para lansia ditemukan tidak lagi

mengharapakan uang dari kegiatan mereka, hal tersebut juga dikarenakan status sosial

ekonomi para kader lansia cukup baik.

Selanjutnya yang membuat para lansia ini mau memberikan pelayanan di posyandu

adalah karena waktu yang tepat untuk berpartisipasi. Beberapa lansia memiliki tugas lain di

masa tua mereka seperti mengurus cucu ketika anak – anak mereka bekerja. Lansia ini dapat

mengurus cucunya yang masih balita sementara orangtuanya dapat bekerja tanpa terganggu

dihari – hari kerja orangtuanya. Dan anak – anak mereka dapat berkarir dengan baik. Karena

Partisipasi kader..., Debora Priskila, FISIP UI, 2014

Page 10: Partisipasi Kader Lansia Dalam Memberikan Pelayanan di

waktu pelaksanaan posyandu biasanya hanya satu kali dalam sebulan dan pada hari libur dan

untuk rapat kader hanya diadakan satu kali dalam satu bulan juga, sehingga lansia dapat ikut

memberikan pelayanan. Sehingga tidak dapat dipungkiri waktu yang sesuai bagi lansia

mempengaruhi partisipasi lansia tersebut dalam memberikan pelayanan.

Alasan lain para lansia ini mau menjadi kader adalah sebelum memasuki masa lansia,

dua informan merupakan seorang pegawai negri sipil (bekerja). Dalam teori active aging,

aktif berarti turut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sosial, ekonomi, budaya, spiritual,

dan kemasyarakatan. Teori ini mengharapkan agar lansia bukan hanya aktif dalam angkatan

kerja saja, tetapi mereka yang telah memasuki masa pensiun dapat tetap berkontribusi dalam

lingkungan keluarga, masyarakat, bahkan negara.

Hal ini senada dengan hasil penelitian dimana informan yang telah memasuki masa

pensiun dapat berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan kemasyarakatan. Seperti ditemukan

dua informan sebelumnya bekerja sebagai pegawai negri sipil setelah memasuki masa pensiun

tetap berkontribusi dalam lingkungan keluarganya dan lingkungan masyarakatnya dimana

mereka menjadi kader posyandu. Kontribusi lain yang dilakukan oleh informan dalam

lingkungan keluarga adalah ikut membantu mengurus cucu mereka.

Ada pula kader lansia yang kegiatan sebelum memasuki usia lansia merupakan ibu

rumah tangga, tetapi ketika masa mudanya ia banyak mengikuti kegiatan kemasyarakatan

seperti PKK, pengajian dan arisan – arisan. Hal ini sesuai dengan teori aktivitas (activity

theory) yang dikemukakan oleh Nugroho (2000), dimana seseorang yang dimasa mudanya

aktif biasanya akan meneruskan keaktifan pada masa tuanya. Sense of Integrity yang dibangun

pada masa mudanya akan terpelihara sampai tua. Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang

aktif dan mengikuti banyak kegiatan sosial. Para kader ini pada masa mudanya adalah orang –

orang yang aktif, ada yang merupakan pegawai, ada pula yang merupakan ibu rumah tangga

yang telah lama aktif dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan. Hal tersebutlah yang

mendorong mereka menjadi kader di posyandu lansia. Pekerjaan mereka sebelum memasuki

masa lansia dan keaktifan mereka sebelum memasuki masa lansia juga mempengaruhi

penunjukkan terhadap kader.

Faktor yang melatarbelakangi partisipasi kader lansia di posyandu lansia

Dalam penelitian terlihat bahwa ada faktor – faktor yang melatarbelakangi partisipasi

kader lansia di posyandu lansia. Menurut Margono dalam Mardikanto (2003), ada tiga faktor

utama yang mendukung partisipasi yaitu:

Partisipasi kader..., Debora Priskila, FISIP UI, 2014

Page 11: Partisipasi Kader Lansia Dalam Memberikan Pelayanan di

Adanya kesempatan yang diberikan masyarakat untuk berpartisipasi. Kesempatan

yang diberikan masyarakat kepada lansia merupakan faktor pendorong para lansia menjadi

kader. Kesempatan yang diberikan biasanya berdasarkan unsur kepercayaan serta hubungan

yang terjalin baik antara kader lansia dengan masyarakat sekitar, sehingga menimbulkan

kepercayaan di lingkungan sekitar terhadap kinerja para lanjut usia. Hubungan yang terjalin

baik berarti aspek sosial lansia sehat. Penunjukkan merupakan salah satu bentuk kesempatan

yang diberikan masyarakat untuk lansia dapat berpartisipasi dalam memberikan pelayanan di

posyandu lansia. kesempatan lainnya adalah karena lansia tinggal sendiri dan beberapa lansia

sudah ditinggal oleh pasangan dan anak – anak mereka, serta sudah pensiun sehingga lansia

memiliki kesempatan untuk berpartisipasi di lingkungan posyandu.

Adanya kemauan untuk berpartisipasi. Menjadi kader ditemukan dalam penelitian

adalah kemauan sendiri, setelah memasuki masa lansia hal inilah yang menjadi kunci utama

bagi tumbuh dan berkembangnya partisipasi. Karena berpartisipasi merupakan keinginan

yang timbul dari dalam diri sendiri, maka tugas yang dilakukan pun akan dikerjakan pun akan

terasa lebih mudah seperti penjelasan para informan. Selain itu terlihat juga bahwa kegemaran

lansia masuk kedalam organisasi dan perasaan senasib sepenanggungan membuat para lansia

memiliki kemauan untuk memberikan pelayanan di posyandu.

Adanya kemampuan dalam berpartisipasi. Hal lainnya yang tidak kalah pentingnya

adalah kemampuan untuk berpartisipasi. Saat seorang lansia sudah memiliki kesempatan dan

kemauan, tetapi tanpa kemampuan yang baik maka partisipasi nya tidak akan maksimal. Hal

ini karena dalam berpartisipasi seperti di posyandu lansia, seorang kader lansia perlu untuk

menentukan dan memahami kesempatan – kesempatan yang ada dalam posyandu, hal tersebut

sudah dilakukan oleh para kader melalui sumbangan pemikiran yang mereka berikan yang

mencakup ide – ide baru untuk kegiatan posyandu yang dilihat dari kesempatan –

kesempatan yang ada. Selain itu lansia diharapkan mampu untuk melaksanakan kegiatan

posyandu yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki. Dalam

hal ini pendidikan memang merupakan salah satu hal yang mendukung seseorang memiliki

kemampuan untuk berpartisipasi. Hal tersebut pun dilakukan oleh para kader lansia, misalnya

pendidikan petugas kesehatan atau menjahit, maka kader posyandu ini memberikan pelayanan

di bidang kesehatan atau mengajarkan keterampilan menjahit.

Partisipasi kader lansia di posyandu lansia

Partisipasi subyektif kader lansia

Partisipasi kader..., Debora Priskila, FISIP UI, 2014

Page 12: Partisipasi Kader Lansia Dalam Memberikan Pelayanan di

Partisipasi yang dilakukan oleh kader lansia di posyandu lansia terdiri dari banyak hal.

seperti melaksanakan tugas administrasi posyandu yang ada dalam Depkes RI (2003b),

memberikan pelayanan secara langsung kepada para anggota posyandu, memberikan

informasi yang dibutuhkan anggota posyandu, memberikan pelatihan keterampilan kepada

anggota, memberikan pelayanan kesehatan kepada anggota posyandu, dan beberapa hal

lainnya. Hal ini berarti bentuk partisipasi yang dilakukan oleh kader lansia adalah partisipasi

subyektif. Menurut Rusidi (1994), partisipasi dalam segi subyektif artinya partisipan

dipandang sebagai subyek yang menyumbangkan sesuatu. Dalam hal ini lansia yang

menyumbangkan sesuatu. Hamijoyo (2007) menjelaskan dalam partisipasi subyektif, bentuk

partisipasinya dapat kita lihat dalam tiga bentuk seperti dijelaskan dibawah ini:

Memberikan sumbangan berupa ide (gagasan/pikiran). Partisipasi dalam bentuk

sumbangan ide / gagasan / pikiran dilakukan lansia dengan memberikan masukan – masukan

yang bersifat membangun demi terlaksananya tujuan yang diharapkan bersama, seperti ide –

ide baru untuk kegiatan posyandu agar lebih menarik. Sumbangan dalam bentuk ide lebih

banyak dan memungkinkan untuk dilakukan oleh lansia karena menurut Jahja (p. 322) dalam

psikologi perkembangan, mobilitas lansia semakin rendah karena kecepatan lansia menurun

serta kekuatannya pun semakin menurun, karena lanjut usia memerlukan waktu yang lebih

banyak untuk mendapakan kekuatan kembali. Sehingga jika tenaga yang diberikan terlalu

banyak, maka lansia akan sedikit mengalami kesulitan untuk mendapatkan kekuatan kembali.

Memberikan sumbangan berupa material (dana, uang, barang, alat). Salah satu

masalah lansia adalah status ekonomi mereka yang terancam karena pendapatan mereka

berkurang dan biaya pemeliharaan kesehatan meningkat. Tetapi ternyata tidak mengurangi

partisipasi mereka dalam bentuk swasembada dana dalam berbagai kegiatan posyandu. Para

kader lansia ini bekerja tanpa dibayar, mereka bukan hanya tidak dibayar tetapi justru mereka

juga menyumbangkan dana, uang, dan peralatan mereka untuk pelaksanaan posyandu lansia.

Partisipasi dalam bentuk sumbangan material, dapat berupa sumbangan dana/uang

yang dilakukan dalam bentuk iuran perbulan/perminggu, atau bisa juga sumbangan sukarela

yang diberikan sewaktu – waktu. Dalam hal ini lansia telah memberikan dana mereka untuk

membeli makanan dan minuman, untuk kegiatan administrasi, serta alat kesehatan milik para

informan pun juga diberikan untuk kegiatan posyandu. Menurut Hurlock (1991) salah satu

permasalahan yang dihadapi lansia adalah status ekonomi lansia terancam karena pendapatan

mereka berkurang. Walaupun memang tidak dapat dipungkiri pendapatan para lansia

berkurang dikarenakan mereka telah memasuki masa pensiun, tetapi penelitian ini

menemukan bahwa kader lansia tidak menganggap bahwa status ekonomi mereka terancam

Partisipasi kader..., Debora Priskila, FISIP UI, 2014

Page 13: Partisipasi Kader Lansia Dalam Memberikan Pelayanan di

saat mereka sudah mengalami masa pensiun dan lansia, terbukti dari keinginan mereka

memberikan dana mereka, bahkan peralatan yang mereka miliki untuk kegiatan posyandu.

Sehingga dapat dikatakan para kader telah memberikan sumbangan berupa material mereka.

Memberikan sumbangan tenaga. Menurut Hurlock (1991) para lansia seringkali

dianggap mengalami masalah di masa tua mereka seperti keadaan fisik lemah dan tidak

berdaya, sehingga bergantung pada orang lain. Namun dalam penelitian ini memperlihatan

bahwa para lansia ini mengalami ketidakberdayaan bahkan mereka masih dapat melayani

orang lain dimasa tua mereka. Para kader lansia ini juga dapat berjalan kaki, memasak,

mengikuti rapat – rapat, bahkan menjadi instruktur senam di posyandu lansia.

Karena para kader lansia di posyandu lansia telah memberikan ide mereka, sumbangan

material mereka, serta sumbangan tenaga mereka maka dapat dikatakan bahwa para lanjut

usia ini telah berpartisipasi secara subyektif dalam pelaksanaan posyandu lansia Malaka Jaya,

bukan hanya seperti pandangan masyarakat selama ini bahwa para lansia hanya berpartisipasi

sebagai obyek yang menerima layanan saja.

Dalam melakukan konseling dan kunjungan para lansia ini dapat berkomunikasi

dengan santai. Selain itu saat melakukan konseling, para kader lansia juga dapat

mendengarkan secara mendalam apa keluhan anggota posyandu tersebut. Hal ini mematahkan

mitos yang mengatakan bahwa lansia sudah tidak produktif lagi serta sulit untuk

berkomunikasi dengan lansia secara lebih dalam dan santai.

Menurut Jahja (2011) lansia sering dianggap sebagai pria dan wanita yang keadaan

fisik dan mentalnya loyo, usang, sering pikun, dan sulit hidup bersama dengan siapapun,

karena hari – hari yang penuh dengan manfaat telah lewat, sehingga orang usia lanjut tidak

lagi dapat berperan aktif dalam melakukan produktivitas yang tinggi dalam suatu lembaga

tertentu dikarenakan kemampuan fisik dan mentalnya lemah.

Hal tersebut tidak sepadan dengan hasil penelitian ini, walaupun tidak dapat

dipungkiri para lanjut usia ini mengalami penurunan fisik, Tetapi hal tersebut tidak berarti

mereka para lanjut usia merupakan orang – orang yang loyo dan usang seperti yang dikutip

dari pernyataan Jahja (2011). Hal ini terlihat dari kontribusi secara aktif para lanjut usia dalam

memberikan pelayanan di posyandu lansia seperti ketiga informan. Walaupun terjadi beberapa

perubahan fisik pada lansia, tetapi hal tersebut tidak membuat para kader lansia berhenti

memberikan pelayanan dengan kekuatan fisik yang mereka miliki. Justru di usia mereka yang

sudah memasuki lansia, mereka dapat memberikan tenaga mereka serta melewati hari – hari

bermanfaat dengan berkontribusi di posyandu, memiliki kegiatan di hari tua dan tidak merasa

frustasi karena memiliki banyak teman seusianya.

Partisipasi kader..., Debora Priskila, FISIP UI, 2014

Page 14: Partisipasi Kader Lansia Dalam Memberikan Pelayanan di

Partisipasi Obyektif kader lansia

menurut Rusidi (1994, p. 12) partisipasi dalam segi obyektif, artinya partisipan

meliabatkan diri dalam suatu kegiatan, di mana dalam hal ini kader lansia juga sekaligus

sebagai obyek dari kegiatan posyandu, dengan melibatkan diri sebagai obyek berarti

menyumbangkan diri terhadap kegiatan untuk menerima (memanfaatkan) sesuatu dari

kegiatan itu, sehingga tujuan yang hendak dicapai yaitu untuk meningkatkan kesehatan para

lansia bisa tercapai. Dalam bentuk partisipasi obyektif, bentuk partisipasi adalah

memanfaatkan dan melaksanakan pelayanan posyandu. Seperti yang telah dijelakan bahwa

kader lansia melibatkan diri dalam kegiatan, selain ia sebagai subyek, ia pun menempatkan

diri sebgai dimana ia sendiri sebagai obyek dari kegiatan posyandu. Seperti mengikuti

pemeriksaan kesehatan di posyandu, mengikuti penyuluhan kesehatan di posyandu, serta

mengikuti senam bersama untuk lansia yang ada di posyandu.

Faktor – faktor yang mendukung dan menghambat partisipasi kader lansia

Faktor pendukung partisipasi

a. Lama tinggal

Faktor lain yang tidak dapat dipungkiri mempengaruhi partisipasi para kader posyandu

adalah faktor lama tinggal. Seluruh kader informan merupakan orang – orang yang sudah

tinggal lama di daerah tersebut. Hal itulah yang membuat para lansia ini mengenal banyak

masyarakat di daerah itu dan dikenal oleh masyarakat di daerah tersebut serta kepercayaan

masyarakat pada kader lansia ini akan semakin meningkat. Selain itu menurut (Angell dalam

Ross, 1967, p. 130) faktor ini dianggap mempengaruhi partisipasi karena warga masyarakat

yang lebih lama tinggal akan lebih besar perasaan “memiliki” nya daripada warga yang

tinggal untuk sementara waktu saja dan hal ini yang terjadi pada para kader lansia ini.

b. Jarak tempuh

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jarak

kegiatan pelaksanaan posyandu dilakukan dengan tempat tinggal para lansia. Para lanjut usia

yang mengalami penurunan fisik sebagian besar mengalami kesulitan jika jarak yang harus

ditempuh dari tempat tinggal mereka sampai ke posyandu jauh. Tetapi, karena jarak tempuh

antara tempat kegiatan posyandu dengan rumah mereka tidak lebih dari 500 meter, sehingga

membuat para lansia dengan leluasa datang ke posyandu lansia. Hal ini diperkuat dengan

pernyataan salah satu informan yang mengatakan bahwa sedikit malas untuk datang jika jarak

yang harus ia tempuh jauh. Sehingga tidak dapat dipungkiri jarak tempuh mempengaruhi

keterlibatan lansia dalam memberikan pelayanan.

Partisipasi kader..., Debora Priskila, FISIP UI, 2014

Page 15: Partisipasi Kader Lansia Dalam Memberikan Pelayanan di

c. Apresiasi / Penghargaan

Penghargaan yang terdapat di dalam undang – undang belum didapatkan oleh para

kader lansia. Terbukti bahwa pemerintah belum serius dalam menangani masalah lansia.

Walaupun begitu, penghargaan telah diterima kader lansia dari masyarakat yang tidak

berbentuk fisik, seperti dukungan dari para anggota posyandu, ucapan terimakasih dari

anggota, dan pujian para anggota. Penghargaan pun dapat membuat lansia merasa tetap

berguna di masa tuanya. Jika penghargaan fisik diberikan, maka para lanjut usia akan lebih

merasa dihargai dan berusaha lebih baik lagi, seperti penjelasan informan bahwa dukungan

anggota lansia adalah sebuah penghargaan yang membuatnya terpacu untuk lebih kreatif dan

inovatif lagi. Apalagi jika penghargaan yang diberikan itu adalah penghargaan berbentuk

fisik. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Ife dalam Adi (2008) bahwa berbagai bentuk

partisipasi yang dihargai akan semakin membuat masyarakat terdorong untuk berpartisipasi.

d. Kebermanfaatan program

Peter M. Balu (dalam Ndraha 1990) mengatakan bahwa semakin banyak manfaat

program yang diperoleh suatu pihak, makan akan meningkatkan keterlibatan pihak tersebut

dalam program. Para informan yang merupakan kader lansia merasakan banyak manfaat dari

keikutsertaannya menjadi kader. Hal tersebut membuat mereka bersemangat untuk

berpartisipasi dalam memberikan pelayanan.

e. Tingkat pendidikan

Angell (dalam Ross, 1967) mengatakan bahwa Pendidikan merupakan syarat mutlak

untuk berpartisipasi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dimana pendidikan mempengaruhi

para lansia bersikap terhadap lingkungannya, yaitu dengan berinisiatif masuk dalam kegiatan

sosial didaerahnya. Seluruh kader lansia di posyandu lansia ini juga memiliki pendidikan

yang cukup tinggi, yaitu minimal SMA. Hal tersebut ditemukan sangat penting karena tanpa

pendidikan maka akan sulit para kader ini berkomunikasi dengan para lansia, serta menyerap

ilmu – ilmu dan informasi yang didapat dari penyuluhan untuk kader.

f. Dukungan keluarga

Keberadaan para informan tidak terlepas dari keluarga yang ada disekitar mereka.

Menurut WHO dalam Notoadmodjo (2007) seseorang berperilaku tertentu dipengaruhi oleh 4

hal, salah satunya adalah pengaruh orang – orang yang mereka anggap penting dalam hal ini

lansia mengganggap bahwa keluarga adalah hal terpenting dari diri mereka. Secara

keseluruhan, para informan mengakui bahwa mereka selalu mendapatkan dukungan dari anak

– anak mereka. Hal ini terlihat dari izin yang diberikan kepada orangtua mereka bahkan anak

– anak para informan yang menyuruh para kader ini melakukan kegiatan. Hal tersebut berarti

Partisipasi kader..., Debora Priskila, FISIP UI, 2014

Page 16: Partisipasi Kader Lansia Dalam Memberikan Pelayanan di

pengetahuan keluarga akan manfaat dari kegiatan yang dilakukan lansia salah satunya dalam

memberi pelayanan di posyandu sangat diperlukan. Tanpa dukungan orang – orang terdekat,

maka para lansia mengaku tidak akan maksimal dalam memberikan pelayanan di posyandu

lansia. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keluarga informan selalu mendukung para

lansia untuk terlibat aktif dan berpartisipasi dalam kegiatan posyandu.

g. Dukungan masyarakat

Dukungan struktur masyarakat turut mempengaruhi tinggi rendahnya partisipasi lanjut

usia dalam memberikan pelayanan di posyandu lansia RW 011 Malaka Jaya. Para lanjut usia

yang merupakan kader keseluruhan mengaku bahwa dukungan struktur masyarakat sangat

menentukan berhasil tidaknya kegiatan di posyandu. Dukungan dari masyarakat sekitar

seperti pemberian tanda tangan, menghimbau warganya untuk mengikuti posyandu, serta

membantu membagikan undangan sangat membantu. Tanpa dukungan masyarakat dan

lingkungan sekitar maka kegiatan posyandu dapat terhambat. Dengan adanya dukungan

masyarakat para informan ini merasa sangat terbantu. Sehingga dukungan struktur masyarakat

sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya partisipasi lansia.

Faktor penghambat partisipasi

a. Faktor Fisik

Walaupun para lansia ini mengalami apa yang disebut sebagai active aging, tidak

dapat dipungkiri para lansia ini sudah memasuki tahap lansia dimana mereka mengalami

penurunan fungsi organ tubuh. Ada perubahan – perubahan fisik yang terjadi pada lansia

seperti sistem panca indera yang mulai mengalami penurunan, seperti ketajaman mulai kabur,

juga berat badan menurun mudah lelah, kram, dan lainnya. Hal tesebut tidak dapat dipungkiri

mempengaruhi lansia dalam memberikan pelayanan. Hal ini dapat dicegah dengan tidak

memforsir para lansia ini melakukan kegiatan yang melelahkan dalam satu hari yang sama.

Penurunan paling terlihat dari lansia adalah kelenturan otot – otot yang menopang

tubuh lansia. Lansia memerlukan waktu yang lebih lama untuk mendapat kekuatan kembali

dibandingkan dengan mereka yang masih muda. Misalnya jika kegiatan posyandu dilakukan

dua hari berturut – turut, maka para lansia akan lelah dan tidak sanggup. Karena itu kegiatan

hanya diadakan satu kali dalam satu bulan

b. Sarana dan prasarana posyandu

Hal lain yang menjadi penghambat adalah dana dan peralatan dari dinas kesehatan

yang minim. Menurut Pemkot Jogja, 1997, Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di

Posyandu Lansia, dibutuhkan sarana dan prasarana penunjang seperti tempat kegiatan, meja

Partisipasi kader..., Debora Priskila, FISIP UI, 2014

Page 17: Partisipasi Kader Lansia Dalam Memberikan Pelayanan di

dan kursi, timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, Kartu Menuju

Sehat (KMS), dll. Sedangkan posyandu lansia ini belum memiliki seluruh sarana dan

prasarana yang dibutuhkan, misalnya stetoskop, tensi meter, laboratorium sederhana,

thermometer, serta K, sehingga diperlukan peran pemerintah untuk membantu melengkapi

sarana dan prasarana yang dibutuhkan posyandu lansia

Kesimpulan

Dengan mengambil subjek penelitian partisipasi kader lanjut usia posyandu lansia RW

011, Kelurahan Malaka Jaya, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, maka dapat

disimpulkan bahwa lansia sebagai pihak yang mengalami banyak perubahan, baik fisik,

psikologi, maupun sosial, ternyata masih dapat berpartisipasi secara aktif di posyandu lansia.

bentuk partisipasinya adalah partisipasi obyektif dan partisipasi subyektif. Partisipasi

subyektif dimana lansia menyumbangkan pemikiran (ide), materi, maupun tenaga. Dan

partisipasi obyektif dimana lansia menyumbangkan diri untuk menerima layanan.

Ada berbagai hal yang melatarbelakangi lansia menjadi kader di posyandu lansia. Hal

tersebut digabungkan menjadi tiga faktor utama yang mendukung para lansia ini memberikan

pelayanan yaitu adanya kemampuan, kemauan dan kesempatan yang diberikan oleh

masyarakat. Ketiganya sangat mempengaruhi lansia dapat berpartisipasi di posyandu lansia.

Ada beberapa faktor yang mendukung lansia dalam memberikan pelayanan di

posyandu lansia, seperti usia, jenis kelamin, jarak tempuh, tingkat pendidikan, lama tinggal,

kebermanfaatan program, dukungan keluarga, dukungan struktur masyarakat.

Selain itu terdapat faktor lain yang cukup mempengaruhi ada tidaknya partisipasi para

lansia ini sebagai kader di posyandu lansia, yaitu penghargaan. Tanpa adanya penghargaan

lansia dapat tetap berpartisipasi di posyandu lansia. hanya jika penghargaan diberikan akan

dapat meningkatkan partisipasi lansia tersebut.

Ada pula faktor penghambat lansia menjadi kader di posyandu yaitu penurunan fisik

yang terjadi pada lansia, hal ini dapat dicegah dengan tidak memforsir para lansia ini dalam

suatu kegiatan dalam satu hari. Dana dan peralatan dari dinas kesehatan yang minim. Hal ini

tentunya memerlukan peran serta pemerintah untuk meningkatkan partisipasi para kader ini.

Oleh karena itu dapat dikatakan peran kader lansia sangat penting baik bagi dirinya

sebagai lansia, bagi anggota lansia lain bahkan bagi keluarganya. Bagi dirinya sendiri banyak

manfaat yang didapat, seperti dengan berpartisipasi para lanjut usia akan lebih sehat

dibandingkan dengan mereka yang hanya berdiam diri saja dirumah. Aktivitas yang dilakukan

Partisipasi kader..., Debora Priskila, FISIP UI, 2014

Page 18: Partisipasi Kader Lansia Dalam Memberikan Pelayanan di

saat berkontribusi dalam kegiatan posyandu membuat para lansia mencegah proses penuaan

mereka seperti dalam teori active ageing.

Saran

Saran untuk Pemerintah

a. Dari temuan lapangan didapatkan bahwa salah satu hambatan kader lansia berpartisipasi

adalah kurang lengkapnya fasilitas posyandu lansia, sehingga disarankan agar pemerintah

dapat memfasilitasi posyandu lansia diseluruh RW yang ada di Indonesia dengan cara

menyediakan berbagai macam fasilitas seperti alat kesehatan dan alat olahraga.

b. Dari temuan lapangan didapatkan bahwa salah satu manfaat partisipasi kader lansia

adalah mengurangi angka ketergantungan lansia, sehingga disarankan agar pemerintah

dapat mendukung dan menggalakkan partisipasi lansia dalam kegiatan – kegiatan

kemasyarakatan, seperti sebagai kader di posyandu lansia.

c. Dari data yang ada didapatkan bahwa sampai saat ini baru Kementrian Kesehatan yang

lebih terfokus terhadap pelayanan lansia seperti posyandu, sehingga disarankan agar

Kementrian Kesehatan dapat bekerja sama dengan Kementrian Sosial dalam perencanaan

dan peningkatan kualitas posyandu lansia, karena masalah lansia bukan hanya biologis,

tetapi ada pula masalah psikosial lansia yang menghambat lansia untuk mencapai hidup

yang lebih baik, berpartisipasi, dan melakukan banyak hal.

d. Dari temuan lapangan didapatkan bahwa penghargaan terhadap kader terutama lansia

belum diberikan oleh pemerintah, sehingga disarankan agar pemerintah dapat

memberikan penghargaan kepada para kader – kader, terutama kader lansia yang sesuai

dengan kriteria penilaian pemerintah di posyandu lansia.

Saran untuk Puskesmas Kelurahan Malaka Jaya

a. Dari temuan lapangan ditemukan bahwa fasilitas dan dana sangat dibutuhkan oleh para

kader lansia untuk mendukung partisipasi mereka di posyandu lansia, sehingga

disarankan agar puskesmas Kelurahan Malaka Jaya yang melakukan pembinaan terhadap

posyandu lansia RW. 011, dapat lebih mendukung partisipasi para kader lansia di

posyandu lansia, seperti membantu menyampaikan informasi kepada pemerintah pusat

terkait fasilitas dan dana bagi posyandu.

b. Dari temuan lapangan didapatkan bahwa salah satu faktor yang dapat mendukung para

kader lansia dalam memberikan pelayanan adalah bantuan dari masyarakat sehingga

disarankan agar puskesmas sebagai lembaga pembinaan untuk lansia dapat membantu

Partisipasi kader..., Debora Priskila, FISIP UI, 2014

Page 19: Partisipasi Kader Lansia Dalam Memberikan Pelayanan di

meningkatkan peran serta masyarakat sekitar untuk mengajak dan mendorong anggota

keluarga mereka yang sudah masuk tahap lansia untuk datang ke posyandu lansia.

Saran untuk kader lansia di posyandu lansia

Dari temuan lapangan didapatkan bahwa banyak manfaat yang diterima para kader lansia saat

mereka berpartisipasi secara aktif lansia di posyandu lansia, sehingga disarankan agar para

kader lansia dapat mengajak lansia – lansia lainnya di lingkungan mereka untuk berpartisipasi

secara aktif di posyandu.

Saran untuk lansia

Dari temuan lapangan didapat bahwa banyak manfaat yang diterima lansia saat berpartisipasi

aktif lansia sebagai kader di posyandu lansia, sehingga disarankan agar lansia turut

berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan – kegiatan yang dibuat oleh pemerintah, khususnya

pelayanan bagi lansia yang berbasis masyarakat.

Daftar Pustaka Buku Achir, Yaumil C. Agoes. Dkk. (2001). Psikologi perkembangan pribadi, dari bayi sampai

lanjut usia. Jakarta: UI-Press. Adi, Isbandi Rukminto. (2007). Perencanaan partisipatoris berbasis asset komunitas: Dari

pemikiran menuju penerapan (Seri pemberdayaan masyarakat 04). Jakarta: FISIP UI Press.

----------------------------------. (2008). Intervensi komunitas; Pengembangan masyarakat sebagai upaya pemberdayaan masyarakat. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Hamijoyo. (2007). Partisipasi dalam pembangunan. Jakarta: Depdikbud RI. Hurlock, Elizabeth B. (1991). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang

kehidupan. Jakarta: Erlangga. ------------------------------. (1999). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang

rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga. Ife, Jim & Frank Tesoriero. (2008). Community development: Alternatif pengembangan

masyarakat di era globalisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Jahja, Yudrik. (2011). Psikologi perkembangan. Jakarta: Kencana. Mardikanto, T. (2003). Redefenisi penyuluhan. Jakarta: Puspa. Ndraha, Talizihudu. (1990). Pembangunan masyarakat: Mempersiapkan masyarakat tinggal

landas. Jakarta: Rineka Cipta.

Partisipasi kader..., Debora Priskila, FISIP UI, 2014

Page 20: Partisipasi Kader Lansia Dalam Memberikan Pelayanan di

Notoadmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Neuman, W. Laurance. (2007). Social research methods: qualitative & quantitative approach

(2nd ed).. Boston: Pearson Education. Nugroho, W. (2000). Keperawatan gerontik edisi kedua. Jakarta: EGC. Ross, Murray G., and B.W. Lappin. (1967). Community organization: theory, principles and

practice. Second edition. NewYork: Harper&Row Publishers. Rusidi. (1994). Pengukuran partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Bandung:

Universitas Padjajaran Bandung. Saryono. (2010). Metodologi penelitian kualitatif dalam bidang kesehatan. Yogyakarta: Nuha

Medika. Smet, Bart. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta: Grasindo. Zastrow, Charles. (1994). Understanding human behaviour and human environment.

Chicago. Nelson Hall Publisher. Dokumen Lain Departemen Kesehatan RI. (2003a) Pedoman pembinaan kesehatan usia lanjut bagi petugas

kesehatan. Jakarta:Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI. (2003b). Pedoman puskesmas santun lanjut usia bagi petugas

kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Kelurahan Malaka Jaya. Data Kelurahan Malaka Jaya periode 2013/2014. Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Provinsi DKI Jakarta. 2008. Profil kesehatan provinsi DKI

Jakarta tahun 2007. Jakarta: Sundinkesmas Provinsi DKI Jakarta. Internet Komnas Lansia. (2010). Pedoman pelaksanaan posyandu lanjut usia. Jakarta. 21 Februari

2014. http://www/komnaslansia.go.id PemkotJogja. (2008). Pemkot Jogja peduli lansia. 25 April 2014.

http://mediainfokota.jogja.go.id Skripsi dan Thesis Aprillia, Wennie Yashinta. (2004). Partisipasi Generasi Muda Dalam Memanfaatkan Waktu

Luangnya di Community Centres (Studi Kasus Gelanggang Remaja Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur). Depok: Sosiologi UI.

Undang – Undang Undang – undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut

Usia.

Partisipasi kader..., Debora Priskila, FISIP UI, 2014