8
PARU PALPASI Pada pemeriksaan palpasi terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan: 1. Gerak dinding thorax saat inspirasi dan ekspirasi Tetapkan amplitude gerak napas hemithorax kanan dan kiri lalu bandingkan. Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada tempat-tempat yang simetris. Normal amplitude gerak kedua hemithorax sama, bila tidak sama kemungkinan terdapat emfisema, efusi pleura, atelektasis, fibrosis pada salah satu sisi. Atau pada kedua sisi terdapat kelainan yang tidak sama 2. Vocal fremitus Pasien diminta untuk menyebutkan angka 77 berulang-ulang sehingga getaran suara yang ditimbulkan akan lebih jelas. Getaran ini diraba oleh kedua telapak tangan yang diletakkan masing-masing pada hemithorax secara simetris. Bandingkan vocal fremitus secara bertingkat dari atas ke tengah dan seterusnya ke bawah. Hal ini dikerjakan pada bagian depan dan belakang dada. Hasil yang didapar dari fremitus ini adalah normal, melemah, atau mengeras. Keadaan melemah terdapat pada penyakit empiema, hidrotoraks, atelektasis. Keadaan mengeras terdapat pada penyakit infiltrat (pneumonia, tuberkulosis paru aktif), kavitas.

paru.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: paru.docx

PARU

PALPASI

Pada pemeriksaan palpasi terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan:

1. Gerak dinding thorax saat inspirasi dan ekspirasi

Tetapkan amplitude gerak napas hemithorax kanan dan kiri lalu bandingkan. Kedua

telapak tangan pemeriksa diletakkan pada tempat-tempat yang simetris. Normal

amplitude gerak kedua hemithorax sama, bila tidak sama kemungkinan terdapat

emfisema, efusi pleura, atelektasis, fibrosis pada salah satu sisi. Atau pada kedua sisi

terdapat kelainan yang tidak sama

2. Vocal fremitus

Pasien diminta untuk menyebutkan angka 77 berulang-ulang sehingga getaran suara yang

ditimbulkan akan lebih jelas. Getaran ini diraba oleh kedua telapak tangan yang

diletakkan masing-masing pada hemithorax secara simetris. Bandingkan vocal fremitus

secara bertingkat dari atas ke tengah dan seterusnya ke bawah. Hal ini dikerjakan pada

bagian depan dan belakang dada. Hasil yang didapar dari fremitus ini adalah normal,

melemah, atau mengeras. Keadaan melemah terdapat pada penyakit empiema,

hidrotoraks, atelektasis. Keadaan mengeras terdapat pada penyakit infiltrat (pneumonia,

tuberkulosis paru aktif), kavitas.

3. Friction fremitus

Dapat teraba getaran pada dinding thorax akibat gesekan permukaan kedua pleura yang

meradang (pleuritis) atau akibat gesekan permukaan kedua permukaan perikardium pada

perikarditis. Pada ‘friction fremitus’ pleural, getaran teraba sinkron dengan gerak

inspirasi-ekspirasi sedangkan pada’friction fremitus’ perkardial, getaran teraba sinkron

dengan systole diastole jantung.

4. Menetapkan besar angulus costae

Dengan kedua telapak tangan pada masing-masing arcus costae, sudut yang dibentuk oleh

kedua ibu jari pemeriksa ditetapkan. Normal 700-900

Page 2: paru.docx

PERKUSI

Perkusi dilakukan dengan meletakkan jari tengah ke dinding ain, dengan sendi pergelangan

tangan sebagai penggerak. Jangan menggunakan poros siku, oleh karena ini akan memberikan

ketokan yang tidak seragam. Sifat-sifat ketoka, selain didengar, juga harus dirasakan oleh jari-

jari. Perkusi dada dilakukan secara beraturan dari dada kiri ke kanan dan ke bawah (zig-zag)

sehingga sampai ke batas dada bawah dengan perut. Kemudian dibuat perbandingan dari perkusi

tiap-tiap sisi paru tersebut.

Teknik perkusi Perkusi secara zig-zag

Bunyi ketokan yang didapat adalah:

a. Sonor (resonant), terjadi bila udara cukup banyak dalam jaringan (alveolus), terdapat

pada orang normal

b. Pekak (dull) terjadi pada jaringan tanpa udara di dalamnya, misalnya tumor paru,

penebalan pleura

c. Redup (stony-dull), bila bagian padat jaringan lebih banyak dari udara di dalamnya,

misalnya : infiltrate, konsolidasi, cairan di rongga pleura.

d. Hipersonor (hiperresonant) bila udara lebih banyak dari pada jaringan padat, misalnya

pada emfisema paru, kavitas besar yang letaknya di tepi pneumotoraks, bula yang besar.

Di samping menentukan kelainan pada paru dengan perkusi dapat ditentukan batas-batas paru

dengan organ sekitarnya:

a. Menetapkan batas paru-hepar

Page 3: paru.docx

Perkusi dari atas ke bawah pada garis midclavicularis kanan. Normalnya batas antara

bunti sonor (paru) dan redup (hati yang diliputi paru) adalah pada sela iga IV dan batas

bunyi redup itu ke bunyi pekak (hati yang tak diliputi jaringan paru lagi) adalah pada

iga/sela iga VI. Hal tesebut dalam keadaan pasien ekspirasi. Bila pasien dalam keadaan

inspirasi, maka batas itu normalnya akan lebih rendah kira-kira 2 jari. Perbedaan batas

bawah paru dalam keadaan ekspirasi dan inspirasi disebut peranjakan. Bila terdapat

kelainan pada bagian bawah paru atau ada cairan pada cavum pleura hingga bagian

bawah paru tidak dapat mengembang dengan bebas pada inspirasi, makan perankan akan

lebih kecil atau menghilang sama sekali.

b. Menetapkan batas paru-lambung

Perkusi dari atas ke bawah pada garis axilaris anterior kiri dengan posisi pasien tegak dan

perut kosong (setelah makan 2-3 jam). Batas bawah paru (sonor) dan batas atas lambung

(timpani) normalnya adalah di sela iga VIII.

c. Menentukan batas bawah paru di belakang

Perkusi pada garis scapularis kiri dan kanan. Perubahan bunyi sonor ke redup/pekak

merupakan batas paru bagian bawah. Normal bagian bawah paru kiri setinggi vertebra

thoracalis XI, bagian bawah paru kanan setinggi vertebra thoracalis X. Ditetapkan juga

peranjakannya, yang normalnya kira-kira 2-3 jari (4-6 cm)

Pada pemeriksaan perkusi terdapat hal khusus seperti daerah Kronig yaitu daerah supraskapula

seluas 3 sampai 4 jari di pundak. Perkusi di daerah ini sonor. Adanya bunyi selain sonor pada

daerah ini menunjukkan kelainan apeks paru, misalnya tumor paru, tuberkulosis paru.

Pada efusi pleura yang hebat, dapat ditetapkan batas atas/permukaan efusi yang merupakan

sebuah garis lengkung dari titik pada garis axilaris media sebagai puncak ke titik pada garis

midspinalis dan dinamakan garis Ellis-Damoisseau. Daerah segitiga di atas garis itu bila

diperkusi memperdengarkan bunyi perkusi hipersonor dan disebut daerah segitiga Garland.

Daerah di bawah garis Ellis-Damoisseau memperdengarkan bunyi redup,demikian juga daerah

segitiga pada sisi kontralateral yang disebut daerah segitiga Grocco.

Page 4: paru.docx

AUSKULTASI

Pemeriksaan auskultasi adalah pemeriksaan yang penting dalam pemeriksaan fisis paru-paru.

Aliran turbulensi udara terjadi pada trakea dan jalan udara yang besar. Suara yang

ditimbulkannya mempunyai nada yang keras, dinamakan suara trakeal. Selanjutnya pada

percabangan-percabangan bronkus yang besar, akan terdengar suara bronkus vesicular.

Selanjutnya percabangan bronkus kecil sampai distal akan memberikan nada yang lebih rendah

karena adanya jaringan paru.

Suara napas dilukiskan sebagai normal atau menurun dalam kualitasnya. Penyebab menurunnya

suara napas terdapat pada emfisema paru, pneumotoraks, penebalan pleura dan penebalan otot

dada/lemak pada obesitas. Auskultasi dilakukan berurutan dengan selang seling dada kiri dan

kanan (zig-zag). Termasuk diauskultasi juga daerah aksila selanjutnya berpindah ke bagian

belakang yang sama diauskultasi seperti bagian depan.

Suara napas

Normal:

a. Suara napas tracheal : suara inspirasi ekspirasi di trakea (didengar di daerah leher). Fase

inspirasi:ekspirasi =1:3

b. Suara napas bronchial: Nada lebih tinggi daripada suara napas tracheal, berasal dari

bronkus besar. Again sentral. Didengar di dada bFase inspirasi:ekspirasi = 1:2

c. Suara napas subbronchial/bronchovesikuler: Nada lebih tinggi dari suara napas bronchial.

Berasal dari bronkus sedang. Didengar di daerah dada bagian tengah. Fase

inspirasi:ekspirasi = 1:1

d. Suara napas vesikuler : Nada lebih tinggi daripada suara napas subbronkial. Didengar

diseluruh daerah perifer dada. Berasal dari bronkus kecil/bronkiolus. Fase

inspirasi:ekspirasi 3:1

Abnormal:

a. Suara napas tracheal, bronchial atau subbronkial tidak pada tempat seharusnya : bisa

disebabkan karena bronkiolus dan alveolus mengalami infiltrasi/konsolidasi.

b. Suara napas vesicular memanjang : bila lumen bronkiolus mengalami penyempitan

Page 5: paru.docx

c. Suara napas amforik : Terdengar bila terdapat suatu kavitas besar yang berhubungan

terbuka dengan suatu bronkus

d. Suara napas cog wheel : Suara napas tersendat-sendat. Terdapat pada pleuritis adhesiva.

Suara napas tambahan :

a. Ronki kering : adalah bunyi yang terputus, terjadi oleh getaran dalam lumen saluran

napas akibat penyempitan. Kelainan ini terdapat pada mukosa atau adanya secret yang

kental atau lengket. Terdengar lebih jelas pada ekspirasi walaupun pada inspirasi sering

terdengar. Dapat didengar di semua bagian bronkus, makin kecil diameter lumen, makin

tinggi dan makin keras nadanya. Wheezing adalah ronki kering yang tinggi nadanya dan

panjang yang biasa terdengar pada serangan asma.

b. Ronki basah (rales) adalah suara yang berisik dan terputus akibat aliran udara yang

melewati cairan. Ronki basah halus, sedang, atau kasar tergantung besarnya bronkus yang

terkena dan umumnya terdengar pada inspirasi. Ronki basah halus biasanya terdapat pada

bronkiale, sedangkan yang lebih halus lagi berasal dari alveoli yang sering disebut

krepitasi, akibat terbukanya alveoli pada akhir inspirasi. Krepitasi terutama terjadi pada

keadaan-keadaan seperti fibrosis paru, emfisema dan pada orang lanjut usia. Sifat ronki

basah ini dapat nyaring (infiltrate) atau tidak nyaring (pada edema paru)

c. Bunyi gesekan pleura : yang menebal atau menjadi kasar karena peradangan. Biasanya

terjadi karena peradangan dan terdengar pada akhir inspirasi dan awal ekspirasi.

d. Hippocrates succusion adalah suara cairan pada hidropneumotoraks yang terdengar bila

pasien digoyang-goyangkan.

Abdurrahman, N. Penuntun Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis. Jakarta: Pusat

Penerbitan Departemen Penyakit Dalam FKUI; 2007. 116-23