4
Nama : I Gede Putu Alit Anggara Putra NIM : 1309005022 Kelas : A PARVO PADA ANJING Parvo merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Parvovirus, yang merupakan virus DNA rantai tunggal ( 4 -6 kb), berukuran kecil, dan tidak berkapsul. Parvovirus memiliki ciri ciri tidak beramplop, bulat, T = 1 ikosahedral symetry, dengan diameter 18 – 26 nm, dan kapsidnya mengandung 60 salianan dari CP protein. Parvovirus yang meyerang anjing ada 2 tipe yaitu tipe Canine parvovirus-1 (CPV-1), juga dikenal sebagai “minute virus of canine”, yang relative dikenal sebagai virus nonpatogenik yang kadang dihubungkan dengan gastroenteritis, pneumonitis, dan/atau myokarditis di anak anjing yang sangat muda. Canine parvovirus-2 (CPV-2) lebih dikenal sebagai enteritis klasik dari parvovirus. Setelah virus memasuki tubuh inang, replikasi virus akan dimulai di jaringan limfoid gastrointestinal, dari sini virus akan menyebar ke kripta dari usus kecil. Virus berlokasi di epithelium lidah, mulut, dan mukosa esophagus, usus kecil, dan jaringan limfoid. Karena CPV-2 menginfeksi sel germinal pada kripta intestinum, sel menjadi rusak dan filinya memendek. Aktifitas mitosis dari sel myeloid dan sel limfoid juga menjadi target, menyebabkan terjadi neutropenia dan limfopenia.

parvovirus mikrobiologi 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

vet

Citation preview

Nama: I Gede Putu Alit Anggara Putra NIM: 1309005022Kelas: A

PARVO PADA ANJING

Parvo merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Parvovirus, yang merupakan virus DNA rantai tunggal ( 4 -6 kb), berukuran kecil, dan tidak berkapsul. Parvovirus memiliki ciri ciri tidak beramplop, bulat, T = 1 ikosahedral symetry, dengan diameter 18 26 nm, dan kapsidnya mengandung 60 salianan dari CP protein. Parvovirus yang meyerang anjing ada 2 tipe yaitu tipe Canine parvovirus-1 (CPV-1), juga dikenal sebagai minute virus of canine, yang relative dikenal sebagai virus nonpatogenik yang kadang dihubungkan dengan gastroenteritis, pneumonitis, dan/atau myokarditis di anak anjing yang sangat muda.Canine parvovirus-2 (CPV-2) lebih dikenal sebagai enteritis klasik dari parvovirus.Setelah virus memasuki tubuh inang, replikasi virus akan dimulai di jaringan limfoid gastrointestinal, dari sini virus akan menyebar ke kripta dari usus kecil. Virus berlokasi di epithelium lidah, mulut, dan mukosa esophagus, usus kecil, dan jaringan limfoid. Karena CPV-2 menginfeksi sel germinal pada kripta intestinum, sel menjadi rusak dan filinya memendek. Aktifitas mitosis dari sel myeloid dan sel limfoid juga menjadi target, menyebabkan terjadi neutropenia dan limfopenia. Infeksi Canine Parvo Virus melalui inhalasi/ingesti, terbawa sistem limfatik, tonsil, nodus limfatik regional dan usus berkaitan dengan jaringan limfoid, tergantung rute masuknya. Di sini replikasi primer virus terjadi dan dalam 3-5 hari akan terjadi viremia. Target replikasi selanjutnya tergantung umur anjing. Jika anjing berumur 7 minggu dimana sel myokardium secara cepat berkembang, maka sel ini menjadi sasaran utama CPV, menimbulkan infeksi myokardial. Imunosupresi juga akan terjadi jika jaringan limfoid dan sel yang sedang berkembang cepat pada sumsum tulang juga terinfeksi. Pada anjing berumur lebih dari 7 minggu, dimana perkembangan myokardium selesai sempurna, maka CPV akan mengubah targetnya ke saluran gastrointestinal, sehingga akan timbul gejala klinis yang terkait dengan organ-organ pencernaan, sejalan dengan adanya imunosupresi akibat infeksi pada sistem limfoid.

Hubungan antara antigen dengan inangCanine parvo virus yang menyerang anjing ialah CPV-1 dan CPV-2. Berdasarkan sejarah virus CPV-2 telah berkembang dan terdapat 3 macam strain yaitu CPV-2a, CPV-2b, dan CPV-2c. CPV-2b biasanya lebih pathogen pada beberapa anjing. CPV-2b juga biasa menyerang kucing. Virus merusak kripta intestinal dan membuat vili runtuh, diare, muntah, perdarahan usus dan invasi bakteri berikutnya; bagaimanapun juga, beberapa hewan mempunyai gejala yang ringan atau bahkan subklinik.Namun tidak semua ras anjing memiliki kerentan yang sama terhadap virus ini. Anjing ras Rottwailer, Pomerian, Minipincher, dan Chihuahua lebih rentan terhadap virus ini dibandingkan ras anjing lainnya. Sedangkan ras Herder dan poodel memiliki kerentanan yang rendah. (I Noman Suartha, 2011). Dijelaskan juga bahwa faktor jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap kepekaan virus ini. Faktor yang lain adalah faktor umur dimana anjing dengan umur dibawah 3 bulan sangat peka terhadap virus ini. Vaksinasi dan booster vaksinasi juga memiliki faktor penting dalam penentuan kepekaan. Selain itu virus ini juga dapat melakukan reaksi silang dimana akan terus menghasilakn mutan tipe baru yang memungkinkan menginfeksi inang spesies lain. CPV-2, yang telah diketahui merupakan mutan dari virus FPL dan MEV berdasarkan sekuen genomnya dan setelah tahun 1978 terdapat varian lain yang diduga merupakan mutan CPV, yang kemudian diberi nama CPV 2a hingga tahun 1982.

Hubungan antigen dengan lingkungan Antigen parvovirus dapat bertahan pada lingkungan selama berbulan bulan bahkan bertahun tahun, sangat stabil pada pH 3 hingga 9 dan pada suhu 60C selama 60 menit. Karena virus ini tidak beramplop maka virus ini sangat tahan terhadap pelarut lemak. Virus CPV dapat diekresikan melalui feses, air seni, air liur dan kemungkinan melalui muntah. Virus CPV pada feses dapat terdeteksi selama 1014 hari. Transmisi penularan CPV dapat terjadi melalui makanan, piring, tempat tidur dan kandang yang telah terkontaminasi virus CPV. Penularan secara vertikal diduga dapat terjadi pada anjing yang sedang bunting (APPEL et al., 1980). Dengan sangan mudahnya virus ini menyebar dan bertahan pada lingkungan akan meningkatkan infeksi virus ini.

Hubungan inang dengan lingkunganPeranan musim sangat berpengaruh terhadap penyebaran peyakit ini. Hal ini disebabkan oleh ketahanan tubuh inang yang dipengaruhi oleh musim dan cuaca. Prevalensi penyakit parvovirus lebih tinggi terjadi pada musim kemarau, dengan suhu lingkungan di atas 28oC dan kelembaban udara berkisar antara 76-80%. Tingginya angka prevalensi penyakit virus parvo pada anjing saat musim kemarau terutama terjadi pada bulan-bulan peralihan ke musim hujan yaitu bulan Septmber. Hal tersebut dapat dipahami karena pada bulan peralihan musim cuaca tidak menentu dan berpengaruh terhadap penurunan kondisi fisik hewan.