62
RESUME I. TAMBAHAN Apakah transaksi saham di Bursa Efek termasuk kategori judi? Sesuai dengan kamus besar bahasa Indonesia, judi didefinsikan sebagai permainan dengan memakai uang atau barang berharga sebagai taruhan. Para ahli fikih mengkategorikan judi sebagai permainan yang sifatnya zero sum game. Misalnya, ada 4 (empat) orang bermain kartu dengan taruhan Rp 1.000. Maka dalam satu kali permainan maka akan ada satu orang pemenang dengan mendapatkan uang sebanyak Rp 3.000 dan ada tiga orang yang kalah, masing-masing kalah Rp 1.000 atau total Rp 3.000. Sato orang pemenang akan mendapat positif Rp 3.000 dan tiga orang yang kalah akan membayar/negative Rp 3.000. Positif Rp 3.000 kalau dijumlahkan dengan negative Rp 3.000 maka kan menghasilkan nilai nol (0). Pemain yang kalah jika ingin modalnya balik atau uang yang diperoleh melebihi modalnya maka dia harus bertaruh lagi (menyetor uang lagi). Itulah konsepsi dasar dari perjudian. Berbeda dengan judi, transaksi saham di bursa efek tidaklah bersifat zero sum game. Hal ini dapat

PASAR MODAL SYARIAH

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pengertian dan penjelasan tentang pasar modal syariah yang ada di Indonesia

Citation preview

RESUME

I. TAMBAHAN

Apakah transaksi saham di Bursa Efek termasuk kategori judi?

Sesuai dengan kamus besar bahasa Indonesia, judi didefinsikan sebagai

permainan dengan memakai uang atau barang berharga sebagai taruhan. Para ahli

fikih mengkategorikan judi sebagai permainan yang sifatnya zero sum game.

Misalnya, ada 4 (empat) orang bermain kartu dengan taruhan Rp 1.000. Maka

dalam satu kali permainan maka akan ada satu orang pemenang dengan

mendapatkan uang sebanyak Rp 3.000 dan ada tiga orang yang kalah, masing-

masing kalah Rp 1.000 atau total Rp 3.000. Sato orang pemenang akan mendapat

positif Rp 3.000 dan tiga orang yang kalah akan membayar/negative Rp 3.000.

Positif Rp 3.000 kalau dijumlahkan dengan negative Rp 3.000 maka kan

menghasilkan nilai nol (0). Pemain yang kalah jika ingin modalnya balik atau

uang yang diperoleh melebihi modalnya maka dia harus bertaruh lagi (menyetor

uang lagi). Itulah konsepsi dasar dari perjudian.

Berbeda dengan judi, transaksi saham di bursa efek tidaklah bersifat zero

sum game. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Bahwa transaksi saham di

bursa efek adalah transaksi jual-beli. Oleh karena itu, untung atau rugi seseorang

tidak mengakibatkan untung atau rugi pihak lain (bukan merupakan zero sum

game). Misalnya seorang investor A membeli saham PT Telkom Tbk pada harga

Rp7.000. Selanjutnya, setelah beberapa saat saham tersebut dimilikinya, investor

A berniat untuk menjualnya. Terdapat dua kemungkinan potensi harga jual atas

saham PT Telkom Tbk. tersebut, yaitu bisa lebih tinggi atau lebih rendah dari

harga belinya.

Pada kemungkinan pertama harga jualnya lebih tinggi dari harga belinya,

misalnya harga di pasar senilai Rp7.500, maka investor A akan memperoleh

keuntungan (capital gain) sebesar Rp500. Pada transaksi ini, keuntungan yang

diperoleh investor A dari penjualan saham tersebut bukan akibat dari kerugian

lawan transaksinya (pembeli). Pada kemungkinan kedua harga jualnya lebih

rendah dari harga belinya, misalnya diharga Rp6.500, maka investor A akan

menderita kerugian (capital loss) sebesar Rp500. Pada transaksi ini, kerugian yang

diderita investor A dari penjualan saham tersebut bukan akibat dari keuntungan

lawan transaksinya (pembeli).

Berdasarkan deskripsi kedua transaksi tersebut di atas, terlihat jelas bahwa

tidak ada transaksi yang bersifat zero sum game diantara kedua belah pihak

penjual dan pembeli pada transaksi jual-beli saham tersebut.

Apa perbedaan Sukuk, Obligasi Konvensional dan Saham?

Deskripsi Sukuk Obligasi Saham

Prinsip Dasar

Bukan merupakan

surat utang,

melainkan

kepemilikan

bersama atas suatu

aset/proyek

Surat pernyataan

utang dari issuer

Kepemilikan

saham dalam

perusahaan

Klaim

Klaim kepemilikan

didasarkan pada

aset/proyek yang

spesifik

Emiten

menyatakan

sebagai pihak

peminjam

Menyatakan

kepemilikan

terhadap

perusahaan

Penggunaan

Dana

Harus digunakan

untuk kegiatan usaha

yang tidak

bertentangan dengan

prinsip syariah

Dapat digunakan

untuk apa saja

Dapat digunakan

untuk apa saja

Jenis

Penghasilan

Imbalan, bagi hasil,

margin, capital gain

bunga/kupon,

capital gain

Dividen/capital

gain

Underlying

AssetPerlu Tidak perlu Tidak perlu

Apa perbedaan Reksa Dana Syariah dan Reksa Dana Konvensional?

Deskripsi Reksa Dana Syariah Reksa Dana konvensional

PengelolaanDikelola sesuai prinsip

syariah

Dikelola tanpa

memperhatikan prinsip

syariah

InvestasiInvestasi hanya pada Efek

Syariah yang diperbolehkan

Investasi pada seluruh Efek

yang diperbolehkan

Mekanisme

Pembersihan

Harta

Terdapat mekanisme

pembersihan harta Non-

Halal (Cleansing)

Tidak menggunakan konsep

pembersihan harta

Tenaga

Pengelola

Profesional

Wajib dikelola oleh

profesional yang mengerti

kegiatan yang dilarang

berdasarkan prinsip syariah

- memiliki Dewan

Pengawas Syariah (DPS)

Tidak perlu profesional yang

mengerti kegiatan yang

dilarang berdasarkan prinsip

syariah dan tidak perlu

memiliki Dewan Pengawas

Syariah (DPS)

Apa yang dimaksud dengan Daftar Efek Syariah dan apa perbedaanya

dengan Jakarta Islamic Index (JII)?

Daftar Efek Syariah (DES) adalah kumpulan efek yang tidak bertentangan

dengan prinsip-prinsip syariah di pasar modal yang ditetapkan oleh Bapepam dan

LK atau Pihak lain yang disetujui Bapepam dan LK. DES tersebut berisi antara

lain surat negara, sukuk korporasi, saham syariah, unit penyertaan reksa dana

syariah. Saham yang masuk DES terdiri dari saham yang tercatat di Bursa Efek

Indonesia, saham Perusahaan Publik dan saham yang sudah tidak tercatat lagi di

Bursa Efek Indonesia yang memenuhi criteria saham syariah sebagaimana diatur

dalam Peraturan Bapepam dan LK no.II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan DES.

Sedangkan Jakarta Islamic Index merupakan indeks yang berisi 30 saham syariah

yang dibuat oleh Bursa Efek Indonesia. Saham-saham yang masuk JII dipilih dari

saham saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia yang masuk DES yang

ditetapkan Bapepam dan LK serta dipilih berdasarkan urutan terbesar dari rata-

rata nilai kapitalisasi dan nilai perdagangan dalam setahun.

II. TAMBAHAN

Bagi investor yang ingin berinvestasi saham dengan prisip syariah, BEI telah

memperkenalkan Jakarta Islamic Index yang diluncurkan pada tanggal 3 Juli

2000. JII mengacu pada 30 saham yang sektor usahanya memenuhi prinsip

Syariah Islam. Fatwa-fatwa DSN MUI tahun 2004 tersebut mengatur prinsip-

prinsip syariah di bidang pasar modal yang menyatakan bahwa suatu

sekuritas/efek di pasar modal dipandang telah memenuhi prinsip-prinsip syariah

apabila telah memperoleh pernyataan kesesuaian syariah secara tertulis dari DSN-

MUI.

Ke -30 saham anggota JII tersebut dinilai memenuhi syarat yang ditetapkan

oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI. Intinya saham-saham yang masuk ke

dalam JII-30 harus memenuhi unsur yang sama dengan indeks lainnya kecuali

unsur haram dalam pandangan MUI. Unsur haram yang disyaratkan DSN MUI

pada umumnya terkait dengan kegiatan bisnis, yaitu tidak melakukan kegiatan

bisnis yang terkait: Alkohol, Perjudian, Produksi dengan bahan baku babi,

Pornografi, Jasa Keuangan dan Asuransi konvensional. Untuk memilih saham-

saham yang layak menjadi anggota JII, dilakukan seleksi khusus.

Pertama, BEJ memilih kumpulan saham yang memiliki usaha utama yang

tidak bertentangan dengan syariah islam. Saham ini harus sudah tercatat di

BEJ lebih dari 3 bulan, kecuali jika saham itu masuk dalam kelompok 10

saham dengan kapitalisasi pasar terbesar.

Kedua, BEJ memilih saham yang memiliki rasio kewajiban terhadap

aktiva tidak melebihi 90%, berdasarkan laporan tahunan atau semesteran

terakhir.

Ketiga, mereka memilih 60 saham dari saham-saham itu yang memiliki

rata-rata kapitalisasi pasar terbesar dalam setahun terakhir.

Keempat, akan diseleksi lagi 30 saham dari saham-saham tadi yang

memiliki nilai likuiditas perdagangan reguler rata-rata paling tinggi dalam

setahun terakhir.

Jadi, bisa disimpulkan, saham-saham yang masuk kriteria JII adalah saham-

saham halal, yang operasionalnya tidak mengandung unsur ribawi dan struktur

permodalan perusahaan bukan mayoritas dari hutang. Selain halal, saham-saham

yang masuk dalam JII juga merupakan saham-saham yang paling besar

kapitalisasi pasarnya, dan paling likuid. Maka saham-saham JII ini pada umumnya

mempunyai struktur modal yang sehat dan tidak terbebani bunga hutang

berlebihan, dengan kata lain debt-to equity rasionya masih proporsional. Rasio

DER yang lebih wajar berpotensi meningkatkan keuntungan emiten dan terhindar

dari beban keuangan jangka panjang.

Seperti indeks saham lainnya, indeks JII bersifat dinamis dalam arti secara

periodik di update agar senantiasa responsif dengan pergerakan pasar dan sesuai

dengan syariah. Jika ada yang perlu diganti, setiap enam bulan - pada bulan

Januari dan Juli - BEJ akan melakukan penggantian dan mengumumkan daftar

anggota JII yang baru. Investor bisa menggunakan JII sebagai tolok ukur untuk

mengukur kinerja portofolio investasi di saham-saham syariah. Contohnya adalah

reksadana syariah. Selain itu, JII memudahkan investor yang memang hanya mau

berinvestasi di saham-saham halal. Investor ini tinggal memilih saja satu atau

beberapa saham yang jadi anggota JII itu.

III. TAMBAHAN

Umumnya di bursa saham dunia mengenal lebih dari satu indeks. Contohnya

di AS, ada S&P500, Dow Jones, Nasdaq. Sedangkan di BEI, ada Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG) atau Jakarta Composite Index (JCI), Indeks LQ45,

Jakarta Islamic Index (JII), Indeks Sektoral, serta Indeks Individual. Selain indeks

utama tersebut, indeks lainnya adalah Kompas-100 dan Bisnis-27.

IHSG pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983. Tapi, hari dasar

perhitungan IHSG adalah tanggal 10 Agustus 1982 dengan nilai 100. Kalau IHSG

merepresentasikan rata-rata dari seluruh saham di BEI, LQ45 hanya menghitung

indeks untuk 45 saham unggulan yang cukup aktif. Jakarta Islamic Index (JII)

memuat 30 saham pilihan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Dewan

Syariah Nasional (DSN) MUI. Indeks sektoral sesuai namanya memuat saham

yang memiliki kesamaan bidang bisnis. Sedangkan Indeks Individual, tentu saja

satu saham saja.Kompas-100 adalah indeks dari 100 saham yang diterbitkan para

analis harian Kompas. Sedangkan Bisnis-27 adalah indeks yang dirilis harian

Bisnis Indonesia.

IV. TAMBAHAN

Instrumen / efek syariah

Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat-surat berharga

(efek) yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal.  Efek adalah setiap

setiap surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi,

sekuritas kredit, tanda bukti utang, right, warrans, opsi atau setiap derivatif dari

efek atau setiap instrumen yang ditetapkan oleh Bapepam LK sebagai efek.  Sifat

efek yang diperdagangkan di pasar modal biasanya berjangka waktu panjang. 

Instrumen yang paling umum diperjualbelikan melalui buesa efek antara lain

saham, obligasi, rights, obligasi konversi.

       Sedangkan pasar modal syariah secara khusus memperjualbelikan efek

syariah.  Efek syariah adalah efek yang akad, pengelolaan perusahaan, maupun

cara penerbitannya memenuhi prinsip-prinsip syariah yang didasarkan atas ajaran

Islam yang penetapannya dilakukan oleh DSN-MUI dalam bentuk fatwa.   Secara

umum ketentuan penerbitan efek syariah haruslah sesuai dengan prinsip syariah di

pasar modal.  Prinsip-prinsip  syariah di pasar modal adalah prinsip-prinsip

hukum islam dalam kegiatan di bidang pasar modal berdasarkan fatwa  Dewan

Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), baik fatwa DSN-MUI

yang ditetapkan dalam peraturan Bapepam dan LK maupun fatwa DSN-MUI yang

telah diterbitkan sebelum ditetapkannya peraturan Bapepam dan LK.

       Sampai saat ini, efek-efek syariah menurut fatwa DSN MUI No. 40/DSN-

MUI/X/3003 tentang pasar modal dan pedoman umum penerapan prinsip syariah

di bidang pasar modal mencakup, saham syariah, obligasi syariah, reksadana

syariah, kontrak investasi kolektif efek beragun aset (KIK EBA) syariah, dan surat

berharga lainnya yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.  Belakangan,

instrumen keuangan syariah bertambah dalam fatwa DSN-MUI  No. 65/DSN-

MUI/III/2008 tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) Syariah

dan fatwa DSN-MUI No. 66/DSN-MUI/III/2008 tentan Waran Syariah pada

tanggal 6 maret 2008.

1.  Saham Syariah

       Saham atau stocks adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal

pada suatu perusahaan terbatas.  Dengan demikian si pemilik saham merupakan

perusahaan.  Semakin besar saham yang dimilikinya, maka semakin besar pula

kekuasaannya di perusahaan tersebut.  Keuntungan yang diperoleh dari saham

dikenal dengan nama dviden.  Pembagian dividen  ditetapkan pada penutupan

laporan keuangan berdasarkan RUPS ditentukan berapa dividen yang dibagi dan

laba ditahan.

       Sedangkan saham syariah adalah sertifikat yang menunjukkan bukti

kepemilikan suatu perusahaan yang diterbitkan oleh emiten  yang kegiatan usaha

maupun cara pengelolaanya tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

       Dalam prinsip syariah , penyertaan modal dilakukan pada perusahaan-

perusahaan yang tidak melanggar prinsip-prinsip syariah, seperti bidang

perjudian, riba, memproduksi barang yang diharamkan seperti minuman

berakohol.  Penyertaan modal dalam bentuk saham yang dilakukan pada suatu

perusahaan yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah dapat

dilakukan dengan akad musyarakah dan mudharabah.  Akad musyarakah

umumnya dilakukan pada saham perusahaan privat, sedangkan akad mudharabah

umumnya dilakukan pada saham perusahaan publik.

       Di Indonesia, prinsip-prinsip penyertaan modal syariah  tidak diwujudkan

dalam bentuk saham syariah maupun non syariah, melainkan berupa pembentukan

indeks saham yang memenuhi prinsip-prinsip syariah.  Dalam hal ini, di Bursa

Efek Indonesia terdapat Jakarta Islamic Index (JII) yang merupakan 30 saham

yang memenuhi kriteria syariah yang ditetapkan Dewan Syariah Nasional

(DSN).  Indeks JII dipersiapkan oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama

dengan PT Danareksa Investman Management.

       Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok ukur

(bencmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham berbasis syariah. 

Melalui index ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk

mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah.

       Penerbitan efek syariah berbentuk saham oleh emiten atau perusahaan publik

yang menyatakan bahwa kegiatan usaha serta cara pengelolaan usahanya

dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip syariah di pasar modal.  Emiten yang

melakukan penerbitan efek syariah berupa saham, wajib mengikuti ketentuan

umum pengajuan pernyataan pendaftaran atau pedoman mengenai bentuk dan isi

pernyataan pendaftaran perusahaan publik serta ketentuan tentang penawaran

umum yang terkait lainnya yang diatur oleh Bapepam LK dan mengungkapkan

informasi tambahan dalam prospektus bahwa kegiatan usaha serta cara

pengelolaan usahanya dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip syariah di pasar

modal.

   

      Secara umum perusahaan yang akan menerbitkan efek syariah harus

memenuhi hal-hal berikut :

Dalam anggaran dasar dimuat ketentuan bahwa kegiatan usaha serta cara

pengelolaan  usahanya dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip syariah di pasar

modal.

Jenis usaha, produk barang, jasa yang diberikan, aset yang dikelola, akad,

dan cara pengelolaan emiten atau perusahaan publik dimaksud tidak bertentangan

dengan prinsip-prinsip syariah di pasar modal.

Emiten atau perusahaan publik memiliki anggota direksi dan anggota

komisaris yang mengerti kegiatan-kegiatan yang bertentangandengan prinsip-

prinsip syariah di pasar modal.

2.   Obligasi Syariah (Sukuk)

       Obligasi atau bonds secara konvensional adalah merupakan bukti utang dari

emiten yang dijamin oleh penanggung yang mengandung janji pembayaran bunga

atau janji lainya serta pelunasan pokok pinjaman yang dilakukan pada tanggal

jatuh tempo.

       Sedangkan obligasi syariah sesuai dengan fatwa Dewan syariah Nasional No.

32 / DSN – MUI / IX / 2002 adalah suatu surat berharga jangka panjang

berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi

syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang

obligasi syariah berupa nagi hasil / margin/ fee, serta membayar kembali dana

obligasi pada saat jatuh tempo.  Dengan demikian, pemegang obligasi syariah

akan mendapatkan keuntungan bukan dalam bentuk bunga melainkan dalam

bentuk bagi hasil / margin/ fee.

       Sukuk pada prinsipnya mirip seperti obligasi konvensional, dengan perbedaan

pokok, antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai

pengganti bunga, adanya suatu tansaksi pedukung (underlying transaction) berupa

sejumlah tertentu aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk, dan adanya akad atau

perjanjian anatara para pohak yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip syariah. 

Selain itu, sukuk juga harus distruktur secara syariah agar instrumen keuangan ini

aman dan terbatas dari riba, gharar, dan maysir.

       Sukuk merupakan efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang

bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahan atau tidak

terbagi atas  kepemilikan aset berwujud tertentu, nilai manfaat dan jasa atas aset

proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu.

       Ditinjau dari segi jenis akadnya, obligasi syariah terbagi pada obligasi syariah

mudharabah, ijarah, musyarakah, murabahah, salam, istishna.   Disamping itu, ada

juga  obligasi syariah mudharabah konversi.  Sedangkan ditinjau dari institusi

yang menerbitkan obligasi syariah, maka obligasi syariah terbagi dua, yaitu

obligasi korporasi (perusahaan) dan obligasi negara (SBSN).

  

      Bebagai jenis struktur sukuk yang dikenal secara internasional dan telah

mendapatkan endorsement dari The Accounting and Auditing Organisation for

Islamic Financial Institutions (AAOIFI) dan diadopsi dalam UU No. 19 Tahun

2008 tentang SBSN antara lain :

Sukuk Ijarah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau

akad ijarah dimana satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menjual

atau  menyewakan hak manfaat atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan

harga dan periode yang disepakati, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan

aset itu sendiri.  Sukuk ijarah dibedakan menjadi Ijarah Muntahiya bittamlik (sale

and lease back) dan Ijarah Headlease and sublease.

Sukuk Mudharabah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian

atau akad mudharabah dimana satu pihak menyediakan modal dan pihak lain

menyediakan tenaga dan keahlian, keuntungan dari kerjasama tersebut akan

dibagi berdasarkan perbandingan yang telah disetujui sebelumnya.  Kerugian yang

timbul akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak yang menjadi penyedia modal.

Sukuk Musyarakah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian

atau akad  musyarakah dimana dua pihak atau lebih bekerjasama menggabungkan

modal untuk membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang telah ada,

atau membiayai kegiatan usaha.  Keuntungan maupun kerugian yang timbul

ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing-masing

pihak.

Sukuk Istisna, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian akad

istisna diantara para pihak menyepakati jual beli  dalam rangka pembiayaan suatu

proyek/barang.  Adapun harga, waktu pembayaran, dan spesifikasi barang/proyek

ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan.

       Disamping itu, ada juga  obligasi syariah mudharabah konversi.  Sedangkan

ditinjau dari institusi yang menerbitkan obligasi syariah, maka obligasi syariah

terbagi dua, yaitu obligasi korporasi (perusahaan) dan obligasi negara (SBSN).

2.1.   Sukuk Korporasi   

         Sukuk korporasi merupakan jenis obligasi syariah yang diterbitkan oleh

suatu perusahaan yang memenuhi prinsip syariah.  Dalam penerbitan sukuk

korporasi terdapat beberapa pihak yang terlibat, yaitu :

Obligor, adalah emiten yang betanggung jawab atas pembayaran imbalan

dan nilai nominal sukuk yang diterbitkan samapai dengan sukuk jatuh tempo.

Wali amanat (trustee) untuk mewakili kepentingan investor.       

Investor, yaitu pemegang sukuk yang memiliki hak atas imbalan, margin,

dan nilai nominal sukuk sesuai partisipasi masing-masing.

2.2.      Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)

        Surat berharga syariah negara atau sering juga disebut sukuk negara, adalah

surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti

atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun

valuta asing.

SBSN memiliki karakteristik :

Sebagai bukti kepemilikan suatu aset berwujud atau hak manfaat;

pendapatan berupa  imbalan, margin, dan bagi hasil, sesuai jenis akad yang

digunakan.

Terbebas dari unsur riba, gharar dan maysir

Penerbitannya melalui wali amanat berupa special purpose vehicle (SPV)

Memerlukan underlying asset.  Aset yang menjadi objek perjanjian harus

memiliki nilai ekonomis, dapat berupa aset berwujud atau tidak berwujud.  Fungsi

underlyin asset adalah untuk menghindari riba, sebagai prasyarat untuk dapat

diperdagangkannya sukuk di pasar sekunder, dan akan menentukan jenis struktur 

sukuk.

Penggunaan proceeds harus sesuai prinsip syariah.

       Sukuk negara diterbitkan dengan tujuan :

Memperluas basis sumber pembiayaan anggaran negara.       

Mendorong pengembangan pasar modal syariah.

Menciptakan benchmark di pasar keuangan syariah.

Diversifikasi basis investor.

Mengembangkan alternatif instrumen investasi.

Mengoptimalkan pemanfaatan barang milik negara.

Memanfaatkan dana-dana masyarakat yang belum terjangkau oelh sistem

keuangan  konvensional.    

3.   Reksa Dana Syariah

      Reksa dana syariah  adalah reksa dana yang beroperasi menurut ketentuan dan

prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik

harta (shohibul mal) dengan manager investasi, begitu pula pengelolaan dana

investasi, begitu pula pengelolaan dana investasi sebagai wakil shohibul mal,

maupun antara manajer investasi sebagai wakil shohibul mal dengan pengguna

investasi.

       Disamping investasi secara mandiri atau secara langsung, investor juga dapat

meminta pihak lain yang dipercaya dan dipandang lebih memiliki kemampuan

untuk mengelola investasi.  Sehingga timbul kebutuhan akan manajer investasi

yang memahami investasi secara syariah dan kebutuhan akan reksa dana syariah. 

Manajer investasi, dengan akad wakalah akan menjadi wakil dari investor untuk

kepentingan dan atas nama investor.  Sedangkan reksa dana syariah akan

bertindak dalam akad mudharabah sebagai mudharib yang mengelola dana milik

bersama dari pemilik dana.  Sebagai bukti penyertaan pemilik dana akan

mendapat unit penyertaan dari reksa dana syariah.

       Tetapi reksa dana syariah sebenarnya tidak bertindak sebagai mudharib murni

karena reksa dana syariah akan menempatkan kembali dana ke dalam kegiatan

emiten melalui pembelian efek syariah.  Dalam hal ini, reksa dana syariah

berperan sebagai mudharib dan emiten berperan sebagai mudharib.  Oleh karena

itu hubungan ini disebut sebagai ikatan mudharabah bertingkat.

       Dalam kedua situasi tersebut manajer investasi akan memberikan jasa secara

langsung atau tidak langsung kepada investor yang ingin melakukan investasi

mengikuti prinsisp syariah.  Oleh karena itu disamping memahami investasi

mengikuti prinsip syariah, manajer investasi juga harus mampu melakukan

kegiatan pengelolaan yang sesuai syariah.

4.   Efek Beragun Aset Syariah

       Efek beragun aset syariah adalah efek yang diterbitkan oleh kontrak investasi

kolektif EBA syariah yang portofolionya terdiri dari aset keuangan berupa tagihan

yang timbul dari surat berharga komersial, tagihan yang timbul di kemudian hari,

jual beli pemilikan aset fisik oleh lembaga keuangan, efek bersifat investasi yang

dijamin oleh pemerintah, sarana peningkatan investasi/arus kas serta aset

keuangan setara, yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

5.   Hak Memesan Efek Terlebuh Dahulu (Rights Issue)

       Fatwa DSN-MUI No : 65/DSN-MUI/III/2008 tentang Hak Memesan Efek

Terlebih Dahulu (HMETD) memastikan bahwa kehalalan investasi di pasar modal

syariah tidak hanya berhenti pada istrumen efek yang bernama saham saja, tetapi

juga pada produk derivatifnya.  Produk terunan saham (derivatif) yang dinilai

sesuai dengan kriteria DSN adalah produk rights (HMETD).  Produk yang bersifat

hak dan melekat dengan produk induknya itu menjadi produk investasi yang

sudah memenuhi criteria DSN.

       Mekanisme HMETD ini dipandang lebih menguntungkan dibandingkan harus

meminjam ke bank karena dana yang diperoleh lebih murah, tak ada biaya

tambahan, provisi, dan maslah administrasi bank lainnya, karena dana dipasok

oleh pemegang sahamnya sendiri.

       Mekanisme rights bersifat opsional dimana rights merupakan hak untuk

membeli saham pada harga tertentu pada waktu yang telah ditetapkan.  Rights ini

diberikan kepada pemegang saham lama yang berhak untuk mendapatkan

tambahan saham baru yang dikeluarkan perusahaan pada saat second offering.

                  

6.   Warran Syariah

       Fatwa DSN-MUI  Nomer : 68/DSN-MUI/III/2008 tentang warran syariah

pada tanggal  6 Maret 2008 memastikan bahwa kehalalan investasi di pasar modal

tidak hanya berhenti pada instrument efek yang bernama saham saja, tetapi juga

pada produk derivatifnya.  Produk turunan saham (derivatif) yang dinilai sesuai

dengan criteria DSN adalah juga warran.  Berdasarkan fatwa pengalihan saham

dengan imbalan, seorang pemegang saham dibolehkan untuk mengalihkan

kepemilikan sahamnya kepada orang lain dengan mendapatkan imbalan.

       Mekanisme warran bersifat opsional dimana warran merupakan hak untuk

membeli sebuah saham pada harga yang telah ditetapkan dengan waktu yang telah

ditetapkan pula.  Misalkan warran saham ABU jatuh tempo pada  Agustus 2011

dengan exercise price Rp 5.000, artinya jika investor memilki wararan saham

ABU, maka dia berhak untuk membeli satu saham ABU itu pada bulan Agustus

2011  pada harga Rp 5.000.  Warran sebelum jatuh tempo bisa diperdagangkan. 

Dan hasil penjualannya warran tersebut merupakan keuntungan bagi investor yang

memilikinya.

RESUME PART II

Pasar Modal Syariah

PENDAHULUAN

Salah satu ciri negara berkembang adalah tingkat tabungan masyarakat

yang masih rendah, sehingga dana untuk investasi menjadi tidak mencukupi.

Untuk menngatasi kelangkaan dana tersebut, banyak negara berkembang yang

terlibat dengan pinjaman luar negeri. Yang perlu diperhatikan dalam era

pembangunan seperti ini adalah mengusahakan efektifitas pengarahan dana

masyarakat ke sektor – sektor yang produktif. Dalam hal ini lembaga keuangan

perbankan maupun non-perbankan perlu dituntut bekerja lebih keras untuk

meningkatkan penarikan dana masyarakat.

Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana efektif untuk

mempercepat pembangunan suatu negara. Hal ini dimungkinkan karena pasar

modal merupakan wahana yang dapat menggalang pengerahan dana jangka

panjang dari masyarakat untuk disalurkan ke sektor – sektor produktif. Apabila

pengerahan dana masyarakat melalui lembaga - lembaga keuangan maupun pasar

modal sudah dapat berjalan dengan baik, maka dana pembangunan yang

bersumber dari luar negeri makin lama makin dikurangi. Dalam usaha

peningkatan modal perusahaan dengan menarik dana dari luar perusahaan akan

selalu memperhatikan masalah jumlah dana dan jangka waktu untuk

memperolehnya. Di samping itu, jenis dana yang akan ditarik juga tidak kalah

pentingnya untuk dipertimbangkan. Apakah yang ditarik itu pinjaman atau modal

sendiri, akan tergantung pada posisi keuangan perusahaan yang telah ada. Dengan

demikian, bank tidak akan selalu dapat memenuhi kredit bagi perusahaan yang

bersangkutan karena keterbatasan leverage. Umumnya, perbankan

mengalokasikan kreditnya sebagai modal kerja (jangka pendek) karena mereka

memang memiliki dana jangka pendek lebih banyak. Sedangkan untuk investasi

mutlak yang memerlukan dana jangka panjang, pilihan yang paling tepat bagi

perusahaan adalah berpaling ke pasar modal. Sebab di pasar modal tersedia dana

jangka panjang, jenis utang maupun modal sendiri. 

Pasar modal memiliki peran yang besar bagi perekonomian suatu negara

karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan

fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar

menyediakan fasilitas yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang

memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (emiten).

Dengan adanya pasar modal maka pihak yang mempunyai kelebihan dana dapat

menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return)

sedangkan pihak memerlukan dana (emiten) dapat memanfaatkan dana tersebut

untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi

perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal

memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi

pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.

Peran pasar modal dilihat dari sudut ekonomi makro adalah sebagai suatu

piranti untuk melakukan alokasi sumber daya ekonomi secara optimal. Kelebihan

lagi, dibanding kredit perbankan, bahwa pasar modal merupakan sumber

pembiayaan yang tidak menimbulkan inflatoir. Sumber daya ekonomi yang ada

melalui pasar modal dialokasikan sedemikian rupa sehingga kedudukan berubah

yaitu dari titik Pareto Inefficiency menjadi ke titik Pareto Efficiency. Ini dapat

terjadi apabila informasi yang tersedia di pasar modal cepat, tepat, dan akurat. 

PASAR MODAL

Pengertian Dan Karakteristik Pasar Modal

Pasar modal pada hakikatnya adalah jaringan tatanan yang memungkinkan

pertukaran klaim jangka panjang, penambahan financial assets (dan hutang) pada

saat yang sama, memungkinkan investor untuk mengubah dan menyesuaikan

portofolio investasi (melalui pasar sekunder). Berlakunya fungsi pasar modal

adalah meningkatkan dan menghubungkan aliran dana jangka panjang dengan

“kriteria pasarnya” secara efisien yang akan menunjang pertumbuhan riil ekonomi

secara keseluruhan. 

Menurut Marzuki Usman, pasar modal adalah pelengkap di sektor

keuangan terhadap dua lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan.

Pasar modal memberikan jasanya yaitu menjembatani hubungan antara pemilik

modal (investor) dengan pihak yang membutuhkan dana (emiten). Para pemodal

meminta intrumen pasar modal untuk keperluan investasi portofolio sehingga

pada akhirnya dapat memaksimumkan penghasilan. Intrumen pasar modal terbagi

atas dua kelompok besar yaitu instrument pemilik (equity) seperti saham dan

intrumen utang (obligasi) seperti obligasi perusahaan, obligasi langganan, obligasi

yang dapat dikonversikan dengan menjadi saham dan sebagainya. Perlu diketahui,

berbeda sekali antara investasi secara portofolio yang biasanya dengan member

instrument – instrument di pasar modal dengan investasi secara langsung dan

biasanya ikut langsung dalam proses pendirian perusahaan.

Sedangkan menurut Warkum Sumitro, pasar modal merupakan salah satu

sarana untuk melakukan kegiatan investasi. Pasar modal sama seperti pasar pada

umumnya, yaitu tempat bertemunya penjual dan pembeli dengan objek yang

diperjualbelikan adalah hak kepemilikan perusahaan dan surat pernyataan utang

perusahaan. Pasar modal Indonesia diatur melalu Undang-undang No 8 Tahun

1995 (selanjutnya disebut UUPM). Pengertian pasar modal berdasarkan ketentuan

UUPM, adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan

perdagangan efek, perusahaan publik yg berkaitan dengan efek yang

diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar

Modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan

ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka

panjang. Dalam menjalankan fungsinya, pasar modal dibagi menjadi tiga macam,

yaitu: 

Pasar Perdana, adalah penjualan perdana efek atau penjualan efek oleh

perusahaan yang menerbitkan efek sebelum efek tersebut dijual melaui

bursa efek. Pada pasar perdana efek dijual dengan harga emisi, sehingga

perusahaan yang menerbitkan emisi hanya memperoleh dana dari

penjualan tersebut. 

Pasar Sekunder, adalah penjualan efek setelah penjualan pada pasar

perdana berakhir. Pada pasar sekunder ini harga efek ditentukan

berdasarkan kurs efek tersebut. 

Bursa Paralel, merupakan bursa efek yang ada. Bagi perusahaan yang

menerbitkan efek yang akan menjual efeknya melalui bursa dapat

dilakukan melalui bursa paralel. Bursa paralel merupakan alternative bagi

perusahaan yang go public memperjualbelikan efeknya jika dapat

memenuhi syarat yang ditentukan pada bursa efek

 

Pasar Modal di Indonesia pada hari ini, memiliki kemajuan yang pesat dalam

hal daya jangkau perdagangan efek. Selain sebagai wadah transaksi efek yang

bersifat umum yang diatur berdasrkan hukum konvensional (aturan Negara/

UUPM ), ditemukan pula transaksi efek yang berbasis Al-qur’an dan Assunah

serta Ijma (berbasis syariah). Perbedaan basis pengaturan transaksi perdagangan

efek ini telah membagi 2 (dua) Pasar Modal di Indonesia yaitu Pasar Modal

Syariah dan Pasar Modal Konvensional. Pasar Modal menurut pasal 13 UU

Nomor. 8 Tahun 1995 adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran

Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek

yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.

Sedangkan prinsip syari`ah menurut pasal 1 ayat (13) UU No. 10 tahun 1998

adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain

untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan

lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain, pembiayaan

berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip

penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh

keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip

sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan

kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa

iqtina).

Dari kedua defenisi dapat disimpulkan bahwa pasar modal syariah adalah

yang seluruh mekanismenya berdasarkan prinsip syariah. Pasar modal syariah

secara resmi diluncurkan pada tanggal 14 Maret 2003 bersamaan dengan

penandatanganan MOU antara BAPEPAM dengan Dewan Syariah Nasional –

Majelis Ulama Indonesia (DSN – MUI). Walaupun secara resmi diluncurkan pada

tahun 2003, namun instrumen pasar modal syariah telah hadir di Indonesia pada

tahun 1997. Hal ini ditandai dengan peluncuran Danareksa Syariah pada 3 Juli

1997 oleh PT. Danareksa Investment Management. Selanjutnya Bursa Efek

Jakarta berkerjasama dengan PT. Danareksa Investment Management

meluncurkan Jakarta Islamic Index pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan untuk

memandu investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah.

Perkembangan selanjutnya , instrumen investasi syariah di pasar modal terus

bertambah dengan kehadiran Obligasi Syariah PT. Indosat Tbk pada awal

September 2002. Instrumen ini merupakan obligasi syariah pertama dan

dilanjutkan dengan penerbitan obligasi syariah lainnya. Pada tahun 2004, terbit

untuk pertama kali obligasi syariah dengan akad sewa atau dikenal dengan

obligasi syariah Ijarah Selanjutnya, pada tahun 2006 muncul instrumen baru yaitu

Reksa Dana Indeks dimana indeks yang dijadikan sebagai underlying adalah

Indeks JII. Fungsi dari keberadaan pasar modal syariah :

Memungkinkan bagi masyarakat berpartispasi dalam kegiatan bisnis

dengan memperoleh bagian dari keuntungan dan risikonya.

Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna

mendapatkan likuiditas

Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk

membangun dan mengembangkan lini produksinya

Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek pada

harga saham yang merupakan ciri umum pada pasar modal konvensional

Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh kinerja

kegiatan bisnis sebagaimana tercermin pada harga saham.

Sedangkan karakteristik yang diperlukan dalam membentuk pasar modal syariah

adalah sebagai berikut :

(a) Semua saham harus diperjualbelikan pada bursa efek

(b) Bursa perlu mempersiapkan pasca perdagangan dimana saham dapat

diperjualbelikan melalui pialang

(c) Semua perusahaan yang mempunyai saham yang dapat diperjualbelikan di

Bursa efek diminta menyampaikan informasi tentang perhitungan

(account) keuntungan dan kerugian serta neraca keuntungan kepada

komite manajemen bursa efek, dengan jarak tidak lebih dari 3 bulan

(d) Komite manajemen menerapkan harga saham tertinggi (HST) tiap-tiap 

perusahaan dengan interval tidak lebih dari 3 bulan sekali

(e) Saham tidak boleh diperjual belikan dengan harga lebih tinggi dari HST

(f) Saham dapat dijual dengan harga dibawah HST

(g) Komite manajemen harus memastikan bahwa semua perusahaan yang

terlibat dalam bursa efek itu mengikuti standar akuntansi syariah

(h) Perdagangan saham mestinya hanya berlangsung dalam satu minggu

periode perdagangan setelah menentukan HST

(i) Perusahaan hanya dapat menerbitkan saham baru dalam periode

perdagangan, dan dengan harga HST

Manfaat Pasar Modal

Manfaat pasar modal bagi emiten yaitu:

Jumlah dana yang dapat dihimpun bisa lebih besar;

Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai;

Tidak ada “convenant” sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam

pengelolaan dana;

Solvabilitas perusahaan tiunggi sehingga dapat memperbaiki citra

perusahaan;

Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil;

Tidak ada bebas finansial yang tetap;

Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas;

Profesionalisme dalam manajemen meningkat.

Sedangkan manfaat pasar modal bagi investor adalah:

Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. Peningkatan

tersebut tercermin pada meningkatnya harga saham yang mencapai kapital

gain;

Memperoleh dividen bagi pemegang saham dan bunga tetap/ mengambang

bagi pemegang obligasi;

Mempunyai hak suara dalam RUPS bagi pemegang saham dan

mempunyai hak suara dalam RUPO bila diadakan bagi pemegang obligasi;

Dapat dengan mudah mengganti intrumen investasi, misal dari saham A ke

saham B sehingga dapat meningkatkan keuntungan atau mengurangi

risiko;

Dapat sekaligus melakukan investasi dalam meningkatkan beberapa

instrumen yang mengurangi risiko.

Manfaat pasar modal bagi lembaga penunjang yaitu:

Menuju kearah profesional di dalam memberikan pelayanannya sesuai

denga bidang dan tugas masing-masing;

Sebagai pembentuk harga saham dalam bursa paralel;

Semakin memberi variasi pada jenis lembaga penunjang;

Likuiditas efek semakin tinggi.

Sedangkan manfaat pasar modal bagi pemerintah adalah:

Mendorong laju pembangunan;

Mendorong investasi;

Penciptaan lapangan kerja;

Memperkecil Debt Service Ratio (DSR);

Mengurangi  beban anggaran bagi BUMN (Badan Usaha Milik Negara).

Struktur Pasar Modal Indonesia

PENAWARAN UMUM

Pengeritan Go Public

Secara mudah, go public merupakan penawaran saham atau obligasi kepada

masyarakat umum pertama kalinya. Pertama kali si sini berarti bahwa pihak

penerbit pertama kalinya melakukan penjualan saham atau obligasi. Kegiatan ini

disebut sebagai pasar perdana. Selanjutnya pemegang saham ini dapat

mentransaksikannya di pasar sekunder. Pasar sekunder ini dilakukan di bursa

efek. Menurut UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal disebutkan bahwa

“penawaran umum adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten

untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam

uandang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya”. Karena merupakan

penawaran, berarti melibatkan pihak penerbit dan pembeli baik saham atupun

obligasi. Penerbit di sini sering disebut dengan emiten, sedangkan pihak pembeli

sering disebut dengan investor.

Manfaat dan Konsekuensi Go Public

Manfaat going public diantaranya sebagai berikut:

Kemudahan meningkatkan modal di masa mendatang. Adanya

keterbukaan informasi keuangan antara pemilik dan investor.

Meningkatkan likuiditas bagi pemegang saham. Perusahaan sudah

mempunyai pasar untuk jual-beli sahamnya. 

Nilai pasar perusahaan sudah diketahui. 

Kerugian going public diantaranya sebagai berikut:

Biaya laporan yang meningkat.

Pengungkapan (disclosure) semua informasi perusahaan. 

Ketakutan untuk diambil-alih.

Prosedur Pendaftaran Sekuritas di BEI

Persiapan untuk going public

(a) Harus mendapat persetujuan dari pemegang saham untuk going public;

(b) Menghubungi institusi maupun profesi yang bersangkutan seperti,

penjamin emisi, akuntn publik, notaris publik, konsultan hukum, biro

administrasi sekuritas dan lain sebagainya dalam penyediaan dokumen;

(c) Mempersiapkan semua dokumen untuk penawaran publik;

(d) Mempersiapkan kontrak awal dengan bursa;

(e) Mengumumkan ke publik;

(f) Mendatangani perjanjian-perjanjian yang berhubungan dengan going

public;

(g) Untuk yang akan menjual obligasi, perusahaan harus mendaftarkan ke

agen peringkat untuk mendapatkan peringkat untuk obligasi yang akan

ditawarkan. Agen peringkat yang ditunjuk adalah PT. Pemeringkat Efek

Indonesia (PEFINDO);

(h) Mengirim pernyataan registrasi dan dokumen-dokumen pendukung ke

BAPEPAM.

(i) Registrasi di BAPEPAM

(j) Jika semua dokumen yang dibutuhkan untuk registrasi di bapepam sudah

dikirimkan, maka bapepam akan mengevaluasi usulan tersebut dengan

melakukan:

(k) Menerima pernyataan registrasi dan dokumen-dokumen pendukung dari

perusahaan dan dari underwriter.

(l) Pengumuman terbetas di BAPEPAM.

Mempelajari dokumen-dokumen yang diperlukan.

(m) Deklarasi pernyataan registrasi efektip berlaku yang didasarkan pada tiga

hal utama, yaitu kelengkapan dokumen, kebenaran dan kejelasan dari

informasi dan pengungkapan tentang aspek-aspek legalitas, akuntansi,

keuangan dan menajemen. Jikaselama 30 hari BAPEPAM tidak memberi

jawaban, maka registrasi akan dianggap efektip secara otomatis.

(n) Pencatatan di bursa, setelah registrasi diterima, selajutnya underwriter

dapat menjual saham perdana di pasar primer. Setelah penawaran perdana

selesai, emiten dapat mencantumkan sahamnya di pasar sekunder dengan

proses sebagai berikut:

Emiten mengisi dan menyerahkan aplikasi formulir yang disediakan oleh

BEJ.

BEJ akan mengevaluasi aplikasi berdasarkan kriteria yang sudah

ditentukan.

Jika aplikasi memenuhi kriteria yang disyaratkan, maka BEJ akan

menyetujuinya.

Emiten kemudian membayar biaya pencantuman (listing fee). Biaya

pencantuman terdiri dari dua macam, yaitu biaya pencantuman awal

(Initial Listing Fee atau ILF) dan biaya jasa pencantuman tahunan (Annual

Listing Fee atau ALF). Besar IFL minimum Rp10 juta dan maksimum

Rp100 juta. Sedang untuk ALF ditentukan sebesar Rp5 juta sampai Rp59

juta dihitung berdasarkan nilai nominal saham.

BEJ kemudian mengumumkan pencantuman sekuritas.

Sekuritas yang sudah tercantum siap untuk diperdagangakan.

Kriteria yang disyaratkan oleh BEJ adalah: 

a) Sudah dideklarasikan efektip oleh BAPEPAM. 

b) Laporan keuangan sudah diaudit oleh akuntan publik. 

c) Jumlah minimum adalah 1 juta lembar saham. 

d) Jumlah pemegang saham awal adalah 200 investor dengan @500 lembar. 

e) Semua sekuritas yang dikeluarkan dan sudah terjual harus dicantumkan. 

f) Perusahaan sudah established dan sudah beroperasi paling sedikit 3 tahun. 

g) Telah mendapatkan laba bersih dan laba operasi selama dua tahun fiskal

terakhir. 

h) Mempunyai aktiva minimum sebanyak Rp20 milyard. 

i) Minimun kapitalisasi setelah penawaran ke publik sebesar Rp4 milyard. 

j) Angota dewan direksi perusahaan mempunyai reputasi yang baik. 

Pelaporan yang diwajibkan perusahaan yang sudah mencatatkan sahamnya di

pasar bursa berarti telah menjadi perusahaan publik yang sahamnya juga dimiliki

oleh publik. Untuk melindungi publik yang BAPEPAM dan BEJ mengharuskan

perusahaan tersebut menyerahkan laporan rutin ataupun laporan khusus yang

menerangkan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi. Kemudian laporan-laporan

itu akan disebarkan ke publik melalui pengumuman di bursa.

Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah Di Pasar Modal Prinsip -

Prinsip Syariah Di Pasar Modal

Dalam Kamus Perbankan Syariah disebutkan bahwa Prinsip Syariah

adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain

untuk penyimpanan dana dan atau kegiatan pembiayaan usaha, atau kegiatan

lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan

berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip

penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh

keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip

sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan

kepemilikan atau barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa

iqtina). melakukan transaksi keuangan termasuk investasi berdasarkan prinsip

syariah haruslah menjauhi hal-hal berikut ini:

Riba.

Uang bukan komoditi, tetapi sebagai alat tukar saja.

Gharar atau ketidakpastian.

Maisir, yaitu tindakan berjudi atau gambling

Dalam setiap hasil harus menanggung resiko terhadap hasil tersebut.

Prinsip-prinsip syariah di pasar modal yang terdapat dalam pasal 2 Fatwa DSN-

MUI No. 40/ IX/ 2003 yaitu :

i) Pasar modal beserta seluruh mekanisme kegiatannya terutama mengenai

emiten, jenis efek yang diperdagangkan dan mekanisme perdagangannya

dipandang telah sesuai dengan syariah apabila telah memenuhi prinsip-

prinsip syariah.

ii) Suatu Efek dipandang telah memenuhi prinsip-prinsip syariah apabila

telah memperoleh Pernyataan Kesesuaian Syariah. Instrumen Pasar Modal

Syariah Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat-surat

berharga (efek) yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Efek

adalah setiap surat pengakuan hutang, surat berharga komersil, saham,

obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti utang, right, warrants, opsi atau

setiap derivatif dari efek atau setiap instrumen yang ditetapkan oleh

Bapepam sebagai efek.

Prinsip Syariah Pada Pembiayaan Dan Investasi

Kegiatan pembiayaan dan investasi keuangan menurut Syariah pada

prinsipnya adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pemilik Harta (Investor) terhadap

Pemilik Usaha (Emiten) untuk memberdayakan Pemilik Usaha dalam melakukan

kegiatan usahanya dimana Pemilik Harta (Investor) berharap untuk memperoleh

manfaat tertentu. Karena itu kegiatan pembiayaan dan investasi keuangan adalah

termasuk kegiatan usaha dari pemilik harta namun secara pasif. Sehingga prinsip

Syariah dalam pembiayaan dan investasi keuangan pada dasarnya sama dengan

pada kegiatan usaha lainnya yaitu prinsip kehalalan dan keadilan. Secara umum

prinsip tersebut adalah:

Pembiayaan dan investasi hanya dapat dilakukan pada aset atau kegiatan

usaha yang halal, dimana kegiatan usaha tersebut adalah spesifik dan

bermanfaat sehingga atas manfaat yang timbul dapat dilakukan bagi hasil.

Karena uang adalah alat bantu pertukaran nilai dan Pemilik Harta akan

menerima bagi hasil dari manfaat yang timbul dari kegiatan usaha, maka

pembiayaan dan investasi harus pada mata uang yang sama dengan

pembukuan kegiatan usaha.

Aqad yang terjadi antara Pemilik Harta (Investor) dengan Pemilik Usaha

(Emiten), dan tindakan maupun informasi yang diberikan Pemilik Usaha

(Emiten) serta mekanisme pasar (Bursa dan Self Regulating Organization

lainnya) tidak boleh menimbul kondisi keraguan yang dapat menyebabkan

kerugian.

Pemilik Harta (Investor) dan Pemilik Usaha (Emiten) tidak boleh

mengambil resiko yang melebihi kemampuan (maysir) yang dapat

menimbulkan kerugian yang sebenarnya dapat dihindari.

Pemilik Harta (Investor), Pemilik Usaha (Emiten) maupun Bursa dan Self

Regulating Organization lainnya tidak boleh melakukan hal-hal yang

menyebabkan gangguan yang disengaja atas mekanisme pasar, baik dari

segi penawaran (supply) maupun dari segi permintaan (demand).

Penerapan Prinsip-Prinsip Syariah Di Pasar Modal

Seperti diketahui, bentuk ideal dari pasar modal dapat dicapai dengan

terpenuhinya empat pilar pasar modal, yaitu:

Emiten dan efek yang diterbitkannya memenuhi kaidah keadilan, kehati-

hatian dan transparansi;

Pelaku pasar (investor) yang telah memiliki pemahaman yang baik tentang

risiko dan manfaat transaksi di pasar modal

Infrastruktur informasi bursa efek yang transparan dan tepat waktu yang

merata di publik yang ditunjang oleh mekanisme pasar yang wajar;

Pengawasan dan penegakan hukum oleh otoritas pasar modal dapat

diselenggarakan secara efisien, efektif dan ekonomis.

Dari penjelasan tersebut di atas, terlihat bahwa prinsip-prinsip Syariah sudah

meliputi semua prinsip dari pasar modal yang ideal. Namun prinsip-prinsip

Syariah juga memberikan penekanan (emphasis) pada:

Kehalalan produk/jasa dari kegiatan usaha, karena menurut prinsip Syariah

manusia hanya boleh memperoleh keuntungan atau penambahan harta dari

hal-hal yang halal dan baik.

Adanya kegiatan usaha yang spesifik dengan manfaat yang jelas, sehingga

tidak ada keraguan akan hasil usaha yang akan menjadi obyek dalam

perhitungan keuntungan yang diperoleh.

Adanya mekanisme bagi hasil yang adil baik dalam untung maupun rugi-

menurut penyertaan masing-masing pihak.

Penekanan pada mekanisme pasar yang wajar dan prinsip kehati-hatian

baik pada emiten maupun investor.

Emiten Dengan Prinsip Syariah

Pembiayaan dan investasi keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip

Syariah hanya dapat diberikan kepada perusahaan yang kegiatan usahanya tidak

bertentangan dengan prinsip-prinsip Syariah. Kegiatan perdagangan dan usaha

yang sesuai dengan syariah Islam adalah kegiatan yang tidak berkaitan dengan

produk atau jasa yang haram (misalnya makanan haram, perjudian, maksiat) dan

menghindari cara perdagangan dan usaha yang dilarang (termasuk riba, gharar,

maysir). Karena itu tidak semua perusahaan dapat memenuhi kualifikasi sebagai

emiten syariah, sehingga diperlukan fatwa ulama untuk memastikan pemenuhan

kualifikasi tersebut.

Secara umum dapat dikatakan bahwa Syariah menghendaki kegiatan

ekonomi yang halal, baik dari produk yang menjadi obyek, dari cara

perolehannya, serta dari cara penggunaannya. Sehingga ketentuan umum

mengenai Emiten yang sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah adalah:

Halal Produk dan jasa.

Emiten dilarang mempunyai obyek usaha yang haram seperti makanan-

minuman yang tergolong haram, hal-hal yang berkaitan dengan maksiat

dan pornografi, narkoba, begitu juga yang lebih banyak mudharat

dibanding dengan manfaatnya misalnya senjata dan rokok. Bahkan Emiten

yang bergerak pada dunia hiburan serta perusahaan jasa hospitality yang

memudahkan terjadinya maksiat juga umumnya dihindari oleh Investor.

Halal Cara Perolehan.

Emiten harus mendapat penghasilan usaha dari usaha ekonomi secara

ridho sama ridho serta tidak bertindak zholim dan tidak boleh

diperlakukan zholim

Halal Cara Perolehan (Prinsip Keterbukaan)

Emiten harus menjalankan kegiatan usaha dengan cara yang baik,

memenuhi prinsip keterbukaan. Dalam penawaran perdana, Emiten harus

menyatakan dengan jelas pada kegiatan usaha spesifik yang mana hasil

emisi akan digunakan.

Halal Cara Pemakaian Dalam Manajemen Usaha.

Emiten harus mempunyai manajemen yang berperilaku Islami,

menghormati hak azazi manusia, menjaga lingkungan hidup,

melaksanakan good corporate governance, serta tidak spekulatif dan

memegang teguh prinsip kehati-hatian

Halal Cara Pemakaian.

Emiten harus mempunyai pembukuan yang jelas –dan sebaiknya

terpisah- mengenai kegiatan usaha yang dibiayai, sehingga dapat

dinyatakan dengan transparan dan adil manfaat atau hasil usaha yang

diperoleh pada kegiatan usaha yang dibiayai.

Efisiensi Pasar Modal Syariah

Salah satu pilar dari bentuk pasar modal ideal adalah adanya infrastruktur

informasi bursa efek yang transparan, tepat waktu dan merata di publik ditunjang

oleh mekanisme pasar yang wajar. Mekanisme Bursa Efek yang wajar juga

menyangkut kewajaran permintaan dan penawaran serta menyangkut niat Investor

dalam melakukan transaksi. Secara umum mekanisme Bursa Efek yang wajar

menurut Syariah meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

(a) Kewajaran Penawaran - menjual Efek yang Belum Dimiliki 

Prinsip Syariah melarang suatu pihak untuk menjual barang (Efek) yang

belum dimiliki. Akibatnya short selling dengan menjual Efek yang belum

dimiliki untuk kemudian (berusaha) membeli Efek yang sama pada hari

yang sama untuk memenuhi kewajiban yang terbentuk pada saat menjual

Efek, menjadi dilarang.

(b) Kewajaran Penawaran - mengganggu Jumlah Efek yang Beredar 

Prinsip Syariah melarang gangguan pada penawaran yang dicontohkan

dengan praktek menimbun barang dan praktek membeli hasil pertanian

dari petani sebelum petani tersebut sampai di pasar.

(c) Kewajaran Permintaan - adanya Permintaan Palsu 

Prinsip Syariah melarang suatu pihak membeli atau mengajukan

permintaan untuk membeli tanpa memiliki kebutuhan dan daya beli.

Karena itu transaksi marjin dilarang karena Investor pembeli sebenarnya

tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli Efek tersebut.

(d) Kewajaran Kekuatan Pasar - Likuiditas Perdagangan 

Pasar yang wajar akan menghasilkan harga transaksi yang wajar sehingga

disebut sebagai harga pasar wajar. Oleh karena itu prinsip Syariah

menginginkan adanya kegiatan pasar yang wajar, termasuk dalam hal

likuiditas perdagangan. Sehingga harga yang terbentuk dalam transaksi di

Bursa Efek merefleksikan kekuatan tawar menawar pasar yang

sebenarnya.

KEGIATAN DAN MEKANISME

Investasi Keuangan Syariah – Saham

Emisi Saham Syariah adalah saham-saham yang memenuhi ketentuan

Dewan Syariah Nasional untuk dikategorikan sebagai saham yang sesuai

dengan prinsip-prinisp Syariah Islam.Investasi menurut definisi adalah

menanamkan atau menempatkan aset, baik berupa harta maupun dana,

pada sesuatu yang diharapkan akan memberikan hasil pendapatan atau

akan meningkat nilainya di masa mendatang. Sedangkan investasi

keuangan adalah menanamkan dana pada suatu surat berharga yang

diharapkan akan meningkat nilainya di masa mendatang. Investasi

keuangan menurut Syariah dapat berkaitan dengan kegiatan perdagangan

atau kegiatan usaha, dimana kegiatan usaha dapat berbentuk usaha yang

berkaitan dengan suatu produk atau aset maupun usaha jasa. Namun

investasi keuangan menurut Syariah harus terkait secara langsung dengan

suatu aset atau kegiatan usaha yang spesifik dan menghasilkan manfaat,

karena hanya atas manfaat tersebut dapat dilakukan bagi hasil. Karena itu

salah satu bentuk investasi yang sesuai dengan Syariah adalah membeli

saham perusahaan, baik perusahaan non publik (private equity) maupun

perusahaan publik/terbuka.

Investasi Keuangan Tidak Langsung - Reksa Dana

Reksa Dana Syariah adalah Reksa Dana yang beroperasi menurut

ketentuan dan prinsip Syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara

pemodal sebagai pemilik harta (shahib al-mal/rabb al-mal) dengan

Manajer Investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun antara Manajer

Investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi.

Disamping investasi secara mandiri atau secara langsung, Investor juga

dapat meminta pihak lain yang dipercaya dan dipandang lebih memiliki

kemampuan untuk mengelola investasi. Sehingga timbul kebutuhan akan Manajer

Investasi yang memahami investasi secara syariah dan kebutuhan akan Reksa

Dana Syariah. Manajer Investasi, dengan aqad Wakala, akan menjadi wakil dari

Investor untuk kepentingan dan atas nama Investor. Sedangkan Reksa Dana

Syariah akan bertindak dalam aqad Mudharabah sebagai Mudharib yang

mengelola dana/harta milik bersama dari para Pemilik Harta. Sebagai bukti

penyertaan Pemilik Dana akan mendapat Unit Penyertaan dari Reksa Dana

Syariah. Tetapi Reksa Dana Syariah sebenarnya tidak bertindak sebagai Mudharib

murni karena Reksa Dana Syariah akan menempatkan kembali dana ke dalam

kegiatan Emiten melalui pembelian Efek Syariah. Dalam hal ini Reksa Dana

Syariah berperan sebagai Mudharib dan Emiten berperan sebagai Mudharib. Oleh

karena itu hubungan ini disebut sebagai ikatan Mudharaba Bertingkat.

Pembiayaan Usaha Syariah - Obligasi Syariah

Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan

prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah

yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang

obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali

dana obligasi pada saat jatuh tempo. Pembiayaan usaha berjangka panjang

dalam bentuk bukan ekuitas dalam pasar modal dikenal sebagai

pembiayaan dengan menerbitkan Obligasi. Menurut definisi Obligasi

adalah surat berharga (efek) hutang jangka panjang yang diterbitkan oleh

sebuah perusahaan atau pemerintah (emiten) dengan ketentuan suku bunga

dan tanggal jatuh tempo tertentu.Jenis-jenis akad yang dapat digunakan

dalam penerbitan Obligasi Syariah adalah:

i) Mudharabah(Muqaradhah)/Qiradh

ii) Musyarakah

iii) Murabahah

iv) Salam 

v) Istishna

vi) Ijarah

Prinsip Syariah melarang untuk meminta atau memberi tambahan (imbalan)

atas pemberian hutang karena hutang dikategorikan sebagai kegiatan tolong

menolong yang lebih sarat unsur sosialnya. Sehingga dalam transaksi ekonomi

Syariah tidak dikenal adanya hutang. Namun prinsip Syariah mengenal Kewajiban

yang hanya timbul akibat adanya transaksi atas aset/produk (maal) atau jasa

(amal) yang tidak tunai, sehingga terjadi transaksi pembiayaan. Kewajiban ini

umumnya berkaitan dengan transaksi perniagaan dimana kondisi tidak tunai

tersebut dapat terjadi karena penundaan pembayaran atau penundaan penyerahan

obyek transaksi (mal atau amal).

Mekanisme Transaksi

Dalam konteks pasar modal syariah, menurut Alhabshi, idealnya pasar modal

syariah itu tidak mengandung transaksi ribawi, transaksi yang meragukan

(gharar), dan saham perusahaan yang bergerak pada bidang yang diharamkan.

Pasar modal syariah harus bebas dari transaksi yang tidak beretika dan amoral,

seperti manipulasi pasar, transaksi yang memanfaatkan orang dalam (insider

trading), menjual saham yang belum dimiliki dan membelinya belakangan (short

selling). 

Sementara itu Obaidullah mengemukakan etika di pasar modal syariah, yaitu

setiap orang bebas melakukan akad (freedom contract) selama masih sesuai

syariah, bersih dari unsur riba (freedom from al-riba), gharar (excessive

uncertainty), al-qimar/judi (gambling), al-maysir (unearned income), manipulasi

dan kontrol harga (price control and manipulation), darar (detriment) dan tidak

merugikan kepentingan publik (unrestricted public interest), juga harga terbentuk

secara fair (entitlement to transact at fair price) dan terdapat informasi yang

akurat, cukup dan apa adanya (entitlement to equal, adequate, and accurate

infromation). 

Inti dari apa yang disebutkan oleh Alhabshi dan Obaidullah tersebut adalah

pasar modal syariah harus membuang jauh-jauh setiap transaksi yang

berlandaskan spekulasi. Inilah bedanya dengan pasar modal konvensional yang

meletakkan spekulasi saham sebagai cara untuk mendapatkan keuntungan.

Meskipun dalam kasus-kasus tertentu seperti insider trading dan manipulasi pasar

dengan membuat laporan keuangan palsu dilarang dalam pasar modal

konvensional.

Irfan Syauqi menjelaskan perihal spekulasi ini, pertama, spekulasi hakikatnya

bukanlah kegiatan investasi, kedua, spekulasi menyebabkan peningkatan

pendapatan bagi sekelompok masyarakat tanpa memberikan konstribusi apapun

baik yang bersifat positif maupun produktif, ketiga, spekulasi merupakan sumber

penyebab krisis keuangan, dan keempat, spekulasi datang dari mental “ingin cepat

kaya”. Dalam mekanisme transaksi produk pasar modal syariah, Irfan Syauqi

mengemukakan wacana bahwa transaksi pembelian dan penjualan saham tidak

boleh dilakukan secara langsung. Dalam pasar modal konvensional investor dapat

membeli atau menjual saham secara langsung dengan menggunakan jasa broker

atau pialang. Keadaan ini memungkinkan bagi para spekulan untuk

mempermainkan harga. Akibatnya perubahan harga saham ditentukan oleh

kekuatan pasar bukan karena nilai intrinsik saham itu sendiri. Menurut Irfan

Syauqi hal ini dilarang dalam Islam. Untuk itu dalam proses perdagangan saham,

emiten memberikan otoritas kepada agen di lantai bursa, selanjutnya agen tersebut

bertugas untuk mempertemukan emiten dengan calon investor tetapi bukan untuk

menjual dan membeli saham secara langsung. Kemudian saham tersebut

dijual/dibeli karena sahamnya memang tersedia dan berdasarkan prinsip first

come - first served. Perkembangan harga saham dalam pasar modal konvensional

sudah lepas dari nilai instrinsiknya yang dipicu oleh transaksi spekulatif, juga

muncul dari keinginan para pelaku pada umumnya agar harga saham terus

meningkat.

Dalam perdagangan obligasi syariah, menurut Muhammad Gunawan tidak

boleh diterapkan harga diskon atau harga premium yang lazim dilakukan pada

obligasi konvensional. Prinsip transaksi obligasi syariah adalah al-hawalah

(transfer service atau pengalihan piutang dengan tanggungan bagi hasil), sehingga

jual beli obligasi syariah hanya boleh pada harga nominal pelunasan jatuh tempo

obligasi. Sedangkan untuk perdagangan Reksa Dana Syariah, manajer investasi

menawarkan kepada pembeli Reksa Dana Syariah yang bersifat jangka pendek di

pasar uang dan Reksa Dana Syariah jangka panjang di pasar saham. Misalnya

Danareksa Syariah mengalokasikan 80% investasinya di saham dan 20% di pasar

uang atau surat utang. Keuntungan yang diperoleh investor dalam Reksa Dana

Syariah ini sangat bergantung pada bagaimana manajer investasi

menginvestasikan dana yang dikelolanya.

Indeks Syariah atau Jakarta Islamic Index (JII)

Investasi dalam pasar modal, khususnya dalam saham, memiliki profil

resiko dan hasil yang berbeda dengan investasi keuangan lainnya. Karena itu

setiap investor perlu memahami apakah investasinya telah memberikan hasil yang

lebih baik dari rata-rata pasar. Sehingga di pasar modal yang telah maju

diperlukan adanya tolok ukur (benchmark) yang umumnya berupa suatu indeks

harga, misalnya indeks harga saham. Disamping sebagai tolok ukur, indeks

syariah diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan investor dan untuk

mengembangkan reksa dana syariah. Melalui indeks syariah diharapkan investor

lebih mendapatkan transparansi akan laporan keuangan yang disumbangkan oleh

para praktisi, pemenuhan ketentuan syariah sebagai hasil peran serta Dewan

Syariah Nasional serta accountibility dari pihak Bursa Efek yang melakukan

monitoring.

Di pasar modal sebuah indeks diharapkan memiliki 5 fungsi, yaitu :

Sebagai indicator trend saham

Sebagai indicator tingkat keuntungan

Sebagai tolak ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio.

Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif.

Memfasilitas berkembangnya produk derivatif.

Ada beberapa macam pendekatan atau metode penghitungan yang digunakan unit

menghitung indeks, yaitu :

Menghitung arichmatic mean harga saham yang masuk dalam anggota

indeks.

Menghitung geometric mean dari indeks individual saham yang masuk

anggota indeks.

Menghitung rata-rata tertimbang nilai pasar.

Untuk bisa masuk dalam JII antara lain perusahaan tidak mencakup hal-hal yang

dilarang dalam syariah islam meliputi : 

Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan

yang dilarang;

Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan

asuransi konvensional;

Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan

makanan dan minuman yang tergolong haram;

Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta menyediakan barang-

barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat.

Sesuai dengan pedoman yang ditetapkan dalam menentukan kriteria

saham-saham emiten yang menjadei komponen dari Jakarta Islamic Index

tersebut adalah :

Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak

bertentangan dengan prinsip hukum syari’ah dan sudah tercatat lebih dari

tiga bulan (kecuali bila termasuk di dalam saham-saham sepuluh

berkapitalisasi besar).

Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah

tahunan berakhir yang memiliki kewajiban terhadap aktiva maksimal

sebesar 90% 

Memilih 60 saham dari susunan di atas berdasarkan urutan rata-rata

kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir

Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata

nilai perdagangan selama satu tahun terakhir.

Pengkajian ulang akan diulang 6 bulan sekali dengan penentuan komponen

indeks awal bulan januari dan juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan pada

jenis usaha emiten akan dimonitor secara terus menerus berdasarkan data publik

dan media. Indeks harga saham setiap hari dihitung menggunakan harga terakhir

yang terjadi di bursa.

Proses Penyaringan Emiten JII

Seleksi Syariah

Emiten tidak menjalankan usaha perjudian/permintaan yang tergolong judi,

dan perdagangan yang dilarang

Bukan merupakan lembaga keuangan konvensional

Tidak memproduksi, mendistribusikan serta menyediakan barang-barang

ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat

Seleksi Kapitalisasi

Proses ini menyaring 60 saham dengan nilai kapitalisasi pasar tertinggi di

BEJ

Seleksi Nilai Volume Transaksi

Proses ini menyaring 30 saham dengan nilai transaksi rata-rata tertinggi

harian di BEJ

PROSES EVALUASI EMITEN SETIAP 6 BULAN SEKALI

KESIMPULAN

Pengertian Pasar Modal menurut Undang-Undang Repiblik Indonesia No.

8 Tahun 1995 merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum

dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang

ditebitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek tersebut.

Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan

perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan

jangka panjang.

Perbedaan secara umum antara pasar modal konvensional dengan pasar

modal syariah dapat dilihat pada instrumen dan mekanisme transaksinya,

sedangkan perbedaan nilai indeks saham syariah dengan nilai indeks saham

konvensional terletak pada kriteria saham emiten yang harus memenuhi prinsip-

prinsip dasar syariah. Secara umum konsep pasar modal syariah dengan pasar

modal konvensional tidak jauh berbeda meskipun dalam konsep pasar modal

syariah disebutkan bahwa saham yang diperdagangkan harus berasal dari

perusahaan yang bergerak dalam sektor yang memenuhi kriteria syariah dan

terbebas dari unsur ribawi, serta transaksi saham dilakukan dengan

menghindarkan berbagai praktik spekulasi.

Prinsip Syariah sebenarnya cukup jelas dan berkeadilan, sehingga sangat

sesuai untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dalam menjaga keimanan,

kehidupan, akal, keturunan dan harta benda mereka. Sayangnya banyak konsep

yang baik dari Solusi Syariah ini belum difahami oleh masyarakat. Aqad-aqad

Syariah penunjang transaksi ekonomi juga mempunyai rentang cakupan yang

cukup luas dan layak diterapkan. Sementara investasi pada Efek berupa Saham

maupun Obligasi pada hakekatnya sesuai dengan prinsip Syariah, kecuali pada

hal-hal tertentu yang memerlukan penyesuaian. Khususnya pada kegiatan usaha

dan hasil usaha Emiten yang harus memenuhi prinsip halal dan baik.

Mekanisme perdagangan Bursa Efek melalui sistim lelang menerus juga

sesuai dengan prinsip Syariah. Namun ketentuan yang ada masih memungkinkan

terciptanya kondisi gharar dan maysir dengan praktek tadlis (ketidak sempurnaan

informasi), ikhtikar (gangguan pada penawaran) dan najasy (gangguan pada

permintaan). Oleh karena itu perlu diterapkan tambahan ketentuan bagi Efek yang

dicatat sebagai mengikuti prinsip Syariah (Efek Syariah). Ketentuan ini akan

berlaku baik bagi Emiten maupun bagi Investor. Dengan demikian sebenarnya

tidak perlu dibentuk bursa efek terpisah sebagai Bursa Efek Syariah. Namun bila

dapat didirikan bursa efek terpisah sebagai Bursa Efek Syariah tentunya

penerapan prinsip Syariah di Pasar Modal dapat lebih mudah dilaksanakan.