Pasca Panen Komoditi Jeruk

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah pasca panen komoditi jeruk

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangJeruk merupakan salah satu komoditas buah strategis dilihat dari tingkat konsumsi dan nilai perdagangannya. Jeruk merupakan buah paling digemari masyarakat dengan tingkat konsumsi sekitar 5,1 kg/kapita/tahun (Badan Pusat Statistik, 2011). Pada tahun 2013, jeruk yang dihasilkan Indonesia sebesar 1.411.229 ton (Badan Pusat Statistik, 2013).Sebagai komoditas hortikultura, buah jeruk segar pada umumnya memiliki sifat mudah rusak karena mengandung banyak air dan setelah dipanen komoditas ini masih mengalami proses hidup, yaitu proses respirasi, transpirasi dan pematangan. Buah jeruk harus mendapatkan teknologi pascapanen yang tepat agar kesegaran sekaligus umur simpannya dapat bertahan lama. Penanganan pascapanen buah jeruk yang tidak tepat dapat mengakibatkan kehilangan hasil (penampakan, susut bobot dan penurunan nilai gizi) yang tinggi. Kehilangan hasil pascapanen buah jeruk dapat disebabkan oleh cara panen yang tidak tepat, penampakan yang kurang menarik karena adanya bintik coklat/hitam pada permukaan kulit buah atau warna kulit buah yang tidak seragam, ukuran dan tingkat ketuaan yang tidak seragam, teknik pengemasan dan pengangkutan yang tidak tepat, higiene pegawai dan sanitasi peralatan/perlengkapan yang kurang.

1.2 TujuanTujuan dari makalah penanganan pascapanen jeruk adalah mengetahui penanganan yang tepat untuk komoditi jeruk setelah dipanen.

BAB IIISI

2.1 Karakteristik Buah JerukBuah jeruk segar setelah dipetik masih melangsungkan proses hidup. Beberapa proses hidup yang penting pada buah jeruk adalah respirasi, transpirasi, dan proses pematangan buah. Proses biokimia tersebut menurunkan mutu kesegaran buah jeruk yang dapat dilihat dari penampakan, susut bobot dan penurunan nilai gizinya. Respirasi adalah proses pengambilan oksigen dari udara dan pelepasan karbondioksida ke udara. Oksigen digunakan untuk memecah karbohidrat dalam buah dan sayur menjadi karbondioksida dan air. Proses ini juga menghasilkan energi panas, sehingga buah dan sayur harus segera diberi perlakuan pendinginan agar tidak cepat layu dan busuk. Jeruk tergolong buah yang laju respirasinya rendah, yaitu 5 10 mg CO2/kg-jam pada kisaran suhu 5oC (Santoso dan Purwoko, 1995).Transpirasi atau penguapan air dapat terjadi karena perbedaan tekanan uap air di dalam bagian tanaman dengan tekanan uap air di udara. Proses transpirasi akan menyebabkan susut bobot pada buah dan sayur yang disimpan. Untuk melindungi dari transpirasi buah dan sayur harus disimpan dalam ruangan dengan kelembaban udara (Relatif Humidity/RH) yang tepat.Jeruk termasuk buah non-klimakterik. Buah non-klimakterik tidak menunjukkan perubahan (peningkatan) laju produksi etilen dan CO2 setelah dipanen, artinya buah jeruk harus dipanen setelah masak dipohon karena tidak mengalami pemeraman. Produksi etilen buah jeruk sangat rendah, yaitu kurang dari 0,1 L/kg-jam pada suhu 20 oC (Cantwell, 2001).Buah jeruk matang memiliki kadar air 77- 92%, pada masa kekeringan air dari buah ditarik ke daun. Kadar gula bagian yang dapat dimakan bervariasi dari 2-15%, biasanya sekitar 12% pada jeruk manis matang. Kadar proteinnya kurang dari 2% dari bagian yang dapat dimakan. Buah jeruk manis mengandung 1-2% asam sitrat dan mungkin mengandung asam tartarat, malat dan oksalat dalam jumlah kecil. Kadar vitamin C-nya sekitar 50 mg per 100 ml jus jeruk. Vitamin A juga ada dalam jeruk. Ikatan glukosida utama pada sebagian besar buah jeruk adalah hesperidin. Selain itu, kulit jeruk banyak berisi pektin (Verheij dan Coronel,1992).2.2 Indeks Kematangan Buah JerukBuah jeruk harus dipanen pada saat yang tepat. Jeruk tidak boleh dipanen terlalu muda karena termasuk buah non-klimakterik yaitu tidak mengalami pematangan selama pemeraman dan tidak boleh dipanen terlalu tua karena waktu penyimpanannya akan pendek. Petunjuk atau tanda kemasakan berbagai varietas jeruk berbeda - beda. Contohnya, jeruk siam dapat dipanen pada umur 6 - 8 bulan setelah bunganya mekar. Waktu panen juga dapat dilihat dari ciri- ciri fisik buahnya, seperti kulit buahnya kekuning-kuningan, buahnya tidak terlalu keras jika dipegang, dan bagian bawah buahnya agak empuk dan bila dijentik dengan jari, bunyinya tidak nyaring lagi (Tim Penulis PS, 2003).Proses kematangan buah jeruk ditandai oleh perubahan warna kulit, rasa menjadi lebih manis, rasa asam/hambar berkurang, dan kadar jusnya meningkat maksimum kemudian menurun lagi. Jeruk yang matang dapat ditandai oleh kadar jus dan rasio total padatan terlarut/TPT (dalam oBrix) dengan persentase asam sitrat bebas air dalam jus Buah jeruk siap dipanen bila kandungan jusnya 33 40%, dan nilai TPT nya 10 - 12 oBrix (Anonim, 2004).2.3 Faktor Penyebab Perubahan Karakteristik Jeruk Pasca PanenSetiap komoditi sayur dan buah akan mengalami perubahan setelah masa pemanenan. Begitu pula dengan buah jeruk yang dapat mengalami perubahan bahkan kerusakan pasca panen. Perubahan- perubahan tersebut dapat dipici oleh beberapa faktor, di antaranya oleh faktor kimia atau biokimia di dalam buah jeruk itu sendiri, fisik atau mekanik, dan biologis atau mikrobiologis.2.3.1 Faktor Kimia/ BiokimiaPerubahan yang dapat terjadi pada buah jeruka, di antaranya perubahan vitamin C dalam buah. Kandungan asam askorbat akan mengalami penurunan selama penyimpanan terutama pada suhu penyimpanan yang tinggi. Kandungan asam askorbat setelah penyimpanan kira-kira 1/2 sampai 2/3 pada waktu panen (Pantastico, 1986). Selain peurbahan jumlah asam askorbat, proses respirasi dan transpirasi yang dilakukan terus menerus dapat mempercepat laju kerusakan, seperti menjadi mudah busuk dan perubahan cita rasa terus menerus karena adanya perubahan susunan komponen kimiawi pada buah jeruk.Asam askorbat sangat peka terhadap adanya oksidasi terutama oleh karena adanya enzim asam askorbat oksidase yang terdapat dalam jaringan tanaman (Apandi, 1984). Enzim lain yang dapat merusak asam askorbat secara tidak langsung adalah fenolase, sitokhrom oksidase dan peroksidase. Asam askorbat sangat mudah teroksidasi menjadi L-dehidroaskorbat yang masih mempunyai keaktifan sebagai vitamin C. Asam L-dehidroaskorbat secara kimia sangat labil dan dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam L-diketogulat yang tidak memiliki keaktifan vitamin C lagi (Winarno dan Aman, 1981).2.3.2 Faktor Fisik atau MekanikFaktor fisik dan mekanik sangat mempengaruhi ketahanan dan kualitas dari buah jeruk. Benturan- benturan fisik yang diakibatkan selama transportasi ataupun pemanenan dapat menyebabkan tekstur buah jeruk berubah. Contohnya, luka yang ditimbulkan selama pemanenan akibat terkena pisau atau gunting pemotong dan benturan yang terjadi selama transportasi, dapat menyebabkan sintesis gas etilen, sehingga pematangan dari buah jeruk akan berlangsung terus menerus. Selain itu, luka tersebut dapat memicu pertumbuhan kapang dan mikroorganisme lainnya, sehingga dapat menyebabkan busuk lunak.2.3.3 Faktor Mikrobiologis dan BiologisSerangan hama dan mikroorganisme dapat menimbulkan penurunan kualitas dan penyakit pada buah jeruk. Berikut ini merupakan contoh penyakit akibat serangan hama dan mikroorganisme pada buah jeruk:1. Thrips (Scirtotrips citri)Proses terjadinya penyakit burik diawali saat berbunga, bunga yang mekar merupakan stadia yang paling rentan terhadap serangan hama Thrips (Scirtothrips citri). Telur Thrips berukuran sangat kecil diletakkan pada jaringan daun muda, tangkai, kuncup, dan buah. Setelah 6 sampai 8 hari telur menetas berupa instar pertama berwarna putih transparan kemudian telur sebagian besar berwarna kuning dan coklat. Bekas serangan akan meninggalkan luka burik di sekeliling tangkai buah, luka tersebut tidak bisa sembuh sampai buah tua, sehingga kulit buah berwarna coklat kasar dan tidak bisa hilang. Pengendalian hama Thrips dapat dilakukan dengan menjaga agar lingkungan tajuk tidak terlalu rimbun; membersihkan kebun dari gulma dan sisa tanaman yang sudah mati; menggunakan insektisida dengan bahan aktif Cyhexatin, Dicofol, Alfametrin, dan Alfa sipermetrin.2. Tungau karat (Phyloccoptura oleivera Ashmed)Tungau karat memangsa dengan memasukkan cheliceral stylet dalam sel tanaman dan menghisap cairan tanaman pada hampir semua varietas jeruk. Imago berwarna kuning sampai orange, panjang lebih kurang 0.2 mm. Telur diletakkan pada permukaan daun dan buah. Siklus hidup berlangsung sampai imago antara 7-10 hari pada musin panas atau 14 hari pada kondisi dingin. Imago betina hidup kurang dari 20 hari dan selama masa hidupnya mampu bertelur sebanyak 20 butir.Tungau karat memangsa terutama pada buah muda mulai yang ukurannya sebesar kacang dan kerusakannya biasanya tampak setelah buah berukuran sebesar kelereng. Lapisan epidermis kulit buah ikut rusak dan seiring dengan membesarnya buah akan tampak gejala bekas tusukan pada buah, walaupun hama tungaunya sudah tidak ada. Apabila serangannya parah, selain cabang, daun, dan buah muda, buah yang masak bisa juga terserang. Serangan awal pada buah menimbulkan gejala warna buah keperakan (pada jenis lemon dan grapefruit) atau coklat keperakan (pada jeruk jenis lain). Pada fase selanjutnya buah yang terserang warnanya berubah menjadi coklat, sampai ungu kehitaman. Serangan P. Oleivora berpengaruh terhadap diameter, bobot, dan kandungan nutrisi buah serta dapat mengakibatkan gugur buah lebih dini. Varietas jeruk berpengaruh terhadap tingkat serangan pada buah.Di lapangan populasi tungau dikendalikan secara alami oleh predator Amblyseius citri. Secara kimia hama tungau dapat dikendalikan dengan akarisida antara lain yang berbahan aktif propagit, dikofol, heksitiazoks, dan amitraz. Apabila pengendalian terhadap serangan penyakit menggunakan fungisida yang berbahan aktif belerang (sulfur) seperti maneb, mankozeb zineb atau bubur california maka pengendalian terhadap tungau kadang-kadang tidak diperlukan lagi karena sulfur diketahui dapat mengurangi populasi tungau.

3. Tungau merah (Panonychus citri Mcgregor)Telur yang berwarna merah tua dan berbentuk bulat adalah fase yang mudah untuk membedakan dari tungau jenis lain. Telur sebagian besar diletakkan di permukaan bagian atas sepanjang tulang daun, tetapi sebagian lainnya diletakkan pada permukaan daun bagian bawah dan pada imago betina dari tungau ini berbentuk oval, berwarna merah tua dan mempunyai bulu-bulu yang panjang dan menarik perhatian. Tungau jantan ukuran tubuhnya lebih kecil, lebih runcing dan mempunyai kaki yang relatif panjang dan geraknya lebih aktif daripada yang betina.Populasi tungau merah banyak ditemukan di permukaan daun bagian atas, dan sebagian kecil menyerang buah dan cabang. Dalam proses memangsa, tungau merah menghisap klorofil dari daun, sehingga warnanya berubah menjadi bintik-bintik kelabu dan keperakan.Serangan lebih parah di musim kering dimana kelembaban dalam tanaman menurun. Pada kondisi demikian dari efek serangan tungau, iklim dan faktor fisiologis dapat mengakibatkan gugurnya buah dan ranting muda mati. Buah yang masih hijau lebih disenangi daripada yang tua, tetapi gejala serangan lebih jelas terlihat pada buah yang tua dan bersifat permanen. Pengendalian yang harus dilakukan sama dengan teknologi pengendalian tungau karat.4. Kudis (Spaceloma Fawcetti Jenk)Pada awalnya penyakit ini banyak menyerang terutama pada batang bawah JC (Japanese Citron), RL (Rough Lemon), Sour Orange, Rangpur Lime, dan Carrizo Citrange tetapi akhir-akhir ini dilaporkan telah menyerang pada spesies komersial terutama jeruk Siam (C. suhuiensis Tan.).Serangan pada daun muda menyebabkan titik penetrasi memanjang vertikal yang selanjutnya menyebabkan bercak kudis (coklat timbul) pada daun. Serangan pada daun, ranting, dan buah menyebabkan kudis/tonjolan kutil keras yang tidak bisa hilang sampai buah tua. Pada daun, serangan terutama pada bagian bawah, yang terkumpul seperti kerak. Serangan parah menyebabkan daun berkerut, pertumbuhan kerdil dan malformasi titik tumbuh.Pengendalian dan pencegahan disarankan mulai buah pentil sampai berumur 2 bulan yang merupakan fase kritis buah; tidak membuat pembibitan di sekitar tanaman produksi; menggunakan pestisida dengan bahan aktif Captafol, Benomyl, Thiophanate-metyl, dan Dithianon.5. Embun tepung (Oidium Tingitanium Carter)Gejala khas ditunjukkan dengan adanya tepung putih yang merupakan masa spora. Tunas dan daun muda merupakan kondisi rentan adanya serangan embun tepung (Oidium tingitanium Carter). Jamur ini termasuk obligat parasit yang dapat tumbuh hanya pada jaringan tanaman yang masih hidup.Jamur tumbuh di luar jaringan tanaman, tetapi memasukkan organ pemakan (Haustorium) ke dalam sel epidermis. Serangan mengakibatkan rusaknya jaringan epidermis daun dan buah yang tidak dapat sembuh kembali. Meskipun jamur dapat dikendalikan, tetapi bekas luka pada jaringan epidermis tetap meninggalkan luka.Pengendalian dilakukan dengan membuang tunas dan daun yang memiliki tanda terserang sebelum fase pertunasan untuk mengurangi sumber patogen, sedangkan fungisida yang disarankan menggunakan bahan aktif Siprokonazol, Copper Hidroxide, Propineb dan Benomyl.6. Kanker jeruk (Xanthomonas Axonopodis Pv. Citri)Buah burik dapat pula disebabkan oleh adanya serangan bakteri Xanthomonas axonopodis pv. citri penyebab kanker pada jeruk. Bakteri akan dapat berkembang cepat pada kondisi suhu lingkungan 20 sampai 300 OC, pada kondisi yang sesuai dengan bantuan sedikit air, patogen akan migrasi melakukan penetrasi melalui lubang alami atau luka oleh serangga maupun mekanis.Serangan bakteri akan menyebabkan jaringan tanaman membuat pertahanan dengan timbulnya kanker yang tumbuh pada jaringan daun, ranting dan buah. Kanker yang tumbuh tidak dapat sembuh kembali dan mengakibatkan ranting kering, daun gugur, atau buah yang ditumbuhi banyak kanker.Pengendalian yang disarankan adalah membuang bagian tanaman yang terserang agar tidak menjadi sumber patogen penular, membersihkan alat pertanian dengan alkohol 70% atau sodium hipoklorit 0.5%; menggunakan bakterisida atau menggunakan pestisida berbahan aktif tembaga (cooper).Penyebab buah burik sudah diketahui masing-masing cara pengendaliannya. Penurunan persentase buah burik dapat dilakukan dengan beberapa hal yaitu pemahaman pengelola tanaman terhadap penyebab-penyebab tersebut, pelaksanaan pengendalian harus tepat waktu, tepat buah, tepat cara, dan tepat dosis. 2.4 Penanganan Pasca Panen Buah JerukSebagai komoditas hortikultura, buah jeruk segar pada umumnya memiliki sifat mudah rusak karena mengandung banyak air dan setelah dipanen komoditas ini masih mengalami proses hidup, yaitu proses respirasi, transpirasi dan pematangan. Buah jeruk harus mendapatkan teknologi pascapanen yang tepat agar kesegaran sekaligus umur simpannya dapat bertahan lama.Penanganan pascapanen buah jeruk yang tidak tepat dapat mengakibatkan kehilangan hasil (penampakan, susut bobot dan penurunan nilai gizi) yang tinggi. Kehilangan hasil pascapanen buah jeruk dapat disebabkan oleh cara panen yang tidak tepat, penampakan yang kurang menarik karena adanya bintik coklat/hitam pada permukaan kulit buah atau warna kulit buah yang tidak seragam, ukuran dan tingkat ketuaan yang tidak seragam, teknik pengemasan dan pengangkutan yang tidak tepat, higiene pegawai dan sanitasi peralatan atau perlengkapan yang kurang. Berikut ini proses penanganan pasca panen buah jeruk secara umum:2.4.1 Pencucian Pencucian diperlukan untuk menghilangkan kontaminasi residu fungisida yang disemprotkan, spora jamur dan tanah/kotoran. Klorin membunuh organisme penyebab penyakit dalam suspensi air, tetapi tidak sampai menembus jaringan buah atau mengontrol penyakit yang disebabkan infeksi. Pencucian tidak dapat menggantikan fungsi fungisida pascapanen, akan tetapi sama-sama digunakan untuk memperbaiki sanitasi peralatan dan wadah pencucian. Klorin merupakan salah satu sanitiser yang efektif dan relatih murah, tetapi memiliki beberapa keterbatasan.Klorin yang direkomendasi digunakan untuk pemeliharaan adalah 100-150 ppm klorin bebas (HOCl) pada pH air resirkulasi 6,5 -7,5. Bentuk utama klorin yang dapat digunakan adalah natrium hipoklorit (NaOCl), kalsium hipoklorit (Ca(OCl)2) dan gas klorin (Cl2). Natrium hipoklorit sering dijual sebagai larutan 12 -15%. Kalsium hipoklorit biasanya dijual dalam bentuk bubuk atau tablet. Namun, kalsium hipoklorit tidak mudah larut dalam air, dan partikel yang tidak larut dapat melukai buah. Gas klorin tersedia dalam tabung bertekanan dan harus ditangani secara hati-hati (Ritenour et al, 2004). Faktor yang mempengaruhi aktivitas klorin antara lain : pH air, kadar klorin, waktu terpapar (exposure time), jumlah bahan organik dalam air (seperti buah, daun dan tanah), suhu, air, tipe dan tahap pertumbuhan mikroba patogen (Ritenour et al., 2004). Selain klorin, terdapat beberapa sanitiser lain seperti klorin dioksida, ozon, campuran bromo-kloro dan bromin.2.4.2 Sortasi dan Grading Sortasi diperlukan untuk memisahkan buah yang cacat dan rusak, dan untuk mengkelaskan buah berdasarkan permintaan/spesifikasi pasar. Sortasi dapat dilakukan secara manual dengan tangan atau dengan peralatan sortasi elektronik. Peralatan sortasi elektronik perlu digunakan di awal jalur pengemasan untuk memisahkan buah yang tidak layak kemas dari perlakuan fungisida dan pelapisan lilin. Hal ini dapat mengurangi ukuran dan biaya dari penggunaan mesin pengemas. Dalam sortasi elektronik, scanner video menyediakan informasi ke komputer yang menilai apakah tiap buah mutunya layak untuk dikemas, atau harus ditolak. Peralatan sortasi elektronik dapat diprogram untuk atau menolak berbagai tingkat cacat. Beberapa cacat seperti pengkerutan sulit dikelaskan secara elektronik sehingga sortasi dengan tangan tetap diperlukan untuk pengecekan akhir buah. Para petani biasanya mengkelaskan buah jeruk dengan tangan (manual), antara jari tengah dan ibu jari. Pengkelasan dilakuan bersamaan dengan sortasi jenis kemasakan, gejala nekrosa pada buah, warna-warna tidak normal, dan kriteria lain yang berhubungan dengan selera konsumen. Sebagai contoh, pengkelasan untuk jeruk siam didasarkan atas kelas A, B, C dan D. Kelas A berdiameter buah rata-rata 7,6 cm, sekitar 6 buah per kg. Kelas B berdiameter buah rata-rata 6,7 cm, sekitar 8 buah per kg. Kelas C berdiameter buah rata-rata 5,9 cm, sekitar 10 buah per kg. Kelas D berdiameter buah rata-rata 5,8 cm, sekitar 12-14 buah per kg (Tim Penulis PS, 2003).Departemen Perindustrian dan Perdagangan RI membuat ketentuan pengkelasan jeruk keprok (SNI 01-3168-1992) yang agak berbeda dengan kebutuhan pasar (dalam negeri). Dalam ketentuan tersebut, jeruk keprok digolongkan dalam empat ukuran yaitu A, B, C, dan D berdasarkan berat tiap buah. Kemudian masing-masing kelas digolongkan dalam dua jenis mutu, yaitu mutu I dan II (Tabel 2). Kelas A memiliki berat lebih besar atau sama dengan 151 g/buah atau berdiameter 7,1 cm. Kelas B memiliki berat 101 150 g/buah atau berdiameter 6,1-7,0 cm. Kelas C memiliki berat 51-100 g/buah atau berdiameter 5,1-6,0 cm. Kelas D memiliki berat lebih kecil atau sama dengan 50 g/buah atau berdiameter 4,0-5,0 cm. 2.4.3 Pelilinan ( Waxing)Tujuan pelapisan lilin pada buah jeruk adalah membuat kulit buah tampak bersinar dan mampu bertahan selama proses pemasaran, serta mengurangi susut bobot buah yang terjadi selama penyimpanan. Buah jeruk dibersihkan atau dicuci untuk menghilangkan kontaminan pada permukaan buah. Namun, hal itu dapat mengganggu lapisan alami lilin, mengakibatkan peningkatan kehilangan uap air. Pada kondisi komersial pelapisan lilin mampu mengurangi susut berat minimal 30%, namun pada kondisi percobaan yang memadai pengurangan susut bobot 50% dapat dicapai (SARDI, 2004).Pelapisan lilin terhadap buah-buahan dapat mengurangi respirasi dan transpirasi, sehingga proses biologis penurunan kandungan gula dan unsur organik buah jeruk dapat diperlambat dan umur simpan buah jeruk dapat lebih lama. Pelapisan lilin dapat dilakukan dengan pembusaan, penyemprotan, pencelupan, atau pengolesan. Lilin-lilin harus diformulasikan dengan benar untuk memastikan bahwa lilin tersebut dapat melindungi buah tanpa merusaknya dan dapat diterapkan secara komersial. Terdapat beberapa jenis lilin yang biasa digunakan dalam pelapisan lilin. Carnauba memiliki sinar yang rendah, harga lilin murah. Lilin berbahan dasar shellac memiliki sinar terbaik, namun harganya paling mahal. Lilin berbahan dasar shellac disarankan untuk digunakan pada buah yang diekspor ke Jepang. Lilin berbahan dasar polyethylen harganya murah namun menyediakan kontrol yang efektif terhadap susut berat dan sinar. Lilin berbahan dasar resin dapat melukai kulit buah jeruk, namun dapat merefleksikan sinar yang bagus (SARDI, 2004).Berikut adalah spesifikasi dalam memilih lilin : sinar mampu bertahan lama (durability), tidak mudah memutih atau menjadi seperti kapur, mengurangi susut berat dari 30% sampai 50%, tidak menyebabkan perubahan flavor, cepat kering, mudah dibersihkan, dibentuk dari bahan yang aman dikonsumsi (food grade materials) dan harga yang kompetitif (SARDI, 2004).Dengan pelapisan lilin (emulsi lilin 6%), umur simpan jeruk dalam suhu kamar dapat diperpanjang sekitar 100%, yaitu dengan susut berat maksimum 10% selama 18 hari. Kontrol (tanpa pelapisan lilin) hanya bertahan 9 hari dengan susut berat 10%. Emulsi lilin yang dipakai terdiri dari lilin lebah, parafin, lechitin, air biasa dan larutan fungisida Benomyl 200 ppm (Tirtosoekotjo, 1990). Emulsi lilin juga bisa dibuat dari lilin, asam oleat dan trietanol amin.2.4.4 Penguningan ( Degreening)Penguningan dilakukan untuk membuat warna kuning kulit buah jeruk lebih merata dan seragam. Penguningan merupakan proses perombakan pigmen hijau (klorofil) pada kulit jeruk secara kimiawi dan sekaligus membentuk warna kuning jingga (karotenoid) pada kulit jeruk. Proses ini tidak berpengaruh terhadap bagian dalam jeruk; gula, asam dan jus jeruk tidak terpengaruh. Penguningan biasanya menggunakan zat perangsang metabolik berupa gas alifatis tidak jenuh yang disebut etilen. Etilen sulit diperoleh (harus diimpor) di Indonesia, sebagai pengganti dapat digunakan asetilen (karbid) dan ethrel (asam 2 kloroetilfosfonat) .Penguningan dengan etilen dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu the shot methode, trikle degreening, dan tents or room (SARDI, 2004). Namun prinsipnya sama, yaitu, gas etilen dengan dosis tertentu dimasukkan ke dalam suatu ruangan yang tertutup rapat/bersirkulasi berisi jeruk yang mau dikuningkan dengan mengatur suhu dan kelembaban optimum agar proses penguningan dapat berjalan lancar.Ritenour et al. (2004) merekomendasi beberapa kondisi dalam penguningan (dengan etlilen) , yaitu : suhu, konsentrasi etilen, kelembaban relatif, ventilasi dan sirkulasi udara. Suhu 82-83oF (28-29oC) adalah suhu optimum dalam penguningan. Suhu diatas atau dibawah suhu tersebut cenderung memperlambat proses penguningan. Konsentrasi 5 ppm etilen cukup untuk mencapai laju penguningan yang maksimal. Kelembaban relatif 90-95% direkomendasikan untuk penguningan dan dapat dijaga dengan steam or pneumatic atomizing nozzles yang mencampur air dengan udara.Prinsip proses penguningan jeruk dengan asetilen sama dengan etilen karena bentuknya sama, yaitu gas. Adapun proses penguningan dengan ethrel sangat sederhana. Buah jeruk dibersihkan dengan kain lap basah, dianginkan, kemudian dicelupkan dalam larutan ethrel dengan konsentrasi dan selama waktu tertentu. 2.4.5 PengemasanPengemasan buah bertujuan melindungi buah dari luka, memudahkan pengelolaan (penyimpanann, pengangkutan, distribusi), mempertahankan mutu, mempermudah perlakuan khusus, dan memberikan estetika yang menarik konsumen. Kemasan dan lebel jeruk perlu di desain sebaik mungkin baik warna dan dekorasinya karena kemasan yang bagus dapat menjadi daya daya tarik bagi konsumen.Bila jeruk akan dikirim keluar kota, buah jeruk yang diangkut dengan peti akan lebih aman dari pada dengan keranjang bambu atau karung karena keranjang atau karung tidak dapat meredam goncangan selama penggangkutan. Peti jeruk harus di paku kuat-kuat, bagian ujung dan tengah-tengahnya diikat tali kawat atau bahan pengikat kain yang kuat. Bahan peti dipilih yang ringan dan murah misalnya kayu senggon laut (albazia falcata) atau kayu pinus. Bentuk peti disesuaikan dengan bak angkutan, disarankan persegi panjang (60 x 30 x 30 cm) atau bujur sanggkar (30 x 30 x 30 cm), tebal papan 0,5 cm, lebar 8 cm, jarak antar 1,5 cm agar udara di dalam peti tidak lembab tetapi juga tidak terlalu panas. Bobot maksimal setiap peti sebaiknya tidak melebihi 30 kg. Buah jeruk lebih baik jika dibungkus dengan kertas tissue (potongan/sobekan kertas) kemudian peti diberi tanda diantaranya yaitu nama barang, jumlah buah setiap peti, berat peti dan jeruk, kualitas, tanda merek dagang, daerah/negara asal.2.4.6 PenyimpananPenyimpanan buah jeruk bertujuan untuk memperpanjang kegunaan, menampung hasil panen yang melimpah, menyediakan buah jeruk sepanjang tahun, membantu pengaturan pemasaran, meningkatkan keuntungan financial, mempertahankan kualitas jeruk yang disimpan. Prinsip dari perlakuan penyimpanan : mengendalikan laju respirasi dan transpirasi, mengendalikan atau mencegah penyakit dan perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki oleh konsumen.Penyimpanan di ruang dingin dapat mengurangi aktivitas respirasi dan metabolisme, pelunakan, kehilangan air dan pelayuan, kerusakan karena aktivitas mikroba (bakteri, kapang/cendawan). Jeruk yang disimpan hendaknya bebas dari lecet kulit, memar, busuk dan kerusakan lainnya. Untuk mendapatkan hasil yang baik, suhu ruang penyimpanan dijaga agar stabil. Suhu optimum untuk penyimpanan buah jeruk adalah 5 10oC. Jika suhu terlalu rendah dapat menyebabkan kerusakan buah (chiling injury). Jika kelembaban rendah akan terjadi pelayuan atau pengkeriputan dan jika terlalu tinggi akan merangsang proses pembusukan, terutama apabila ada variasi suhu dalam ruangan. Kelembaban nisbi antara 85-90% diperlukan untuk menghindari pelayuan dan pelunakan pada beberapa jenis sayuran. Beberapa produk bahkan memerlukan kelembaban sekitar 90-95%. Kelembaban udara dalam ruangan pendinginan dapat dipertinggi antara lain dengan cara menyemprot lantai dengan air. Kelembaban yang tepat akan menjamin tingkat keamanan bahan yang disimpan terhadap pertumbuhan mikroba. Sirkulasi udara diperlukan secukupnya untuk membuang panas yang berasal dari hasil respirasi atau panas yang masuk dari luar.2.5 Hal-hal yang diperhatikan untuk memperthankan umur simpan jerukPenyimpanan buah jeruk bertujuan : memperpanjang kegunaan, menampung hasil panen yang melimpah, menyediakan buah jeruk sepanjang tahun, membantu pengaturan pemasaran, meningkatkan keuntungan financial, mempertahankan kualitas jeruk yang disimpan. Prinsip dari perlakuan penyimpanan : mengendalikan laju respirasi dan transpirasi, mengendalikan atau mencegah penyakit dan perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki oleh konsumen.Penyimpanan di ruang dingin dapat mengurangi aktivitas respirasi dan metabolisme, pelunakan, kehilangan air dan pelayuan, kerusakan karena aktivitas mikroba (bakteri, kapang/cendawan). Jeruk yang disimpan hendaknya bebas dari lecet kulit, memar, busuk dan kerusakan lainnya. Untuk mendapatkan hasil yang baik, suhu ruang penyimpanan dijaga agar stabil. Suhu optimum untuk penyimpanan buah jeruk adalah 5 10oC. Jika suhu terlalu rendah dapat menyebabkan kerusakan buah (chiling injury). Jika kelembaban rendah akan terjadi pelayuan atau pengkeriputan dan jika terlalu tinggi akan merangsang proses pembusukan, terutama apabila ada variasi suhu dalam ruangan. Kelembaban nisbi antara 85-90% diperlukan untuk menghindari pelayuan dan pelunakan pada beberapa jenis sayuran. Beberapa produk bahkan memerlukan kelembaban sekitar 90-95%. Kelembaban udara dalam ruangan pendinginan dapat dipertinggi antara lain dengan cara menyemprot lantai dengan air. Kelembaban yang tepat akan menjamin tingkat keamanan bahan yang disimpan terhadap pertumbuhan mikroba. Sirkulasi udara diperlukan secukupnya untuk membuang panas yang berasal dari hasil respirasi atau panas yang masuk dari luar.Mutu buah setelah dipanen harus selalu dijaga dengan cara-cara penanganan yang baik, sehingga diperoleh hasil dengan penampilan yang menarik. Dalam rangka menjaga mutu panen yang baik, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah : cara pemetikan yang benar dan cara penyimpanan yang baik sesuai dengan dengan ketentuan yang berlaku. Di negara-negara yang maju ada peraturan yang mengatur tata cara panen yang baik. Tujuan dari peraturan ini adalah menjamin kualitas jeruk yang setinggi-tingginya. Dalam peraturan tersebut ditentukan bahwa tiap-tiap jeruk yang sudah dipetik, dijual, dibawa ke pabrik jeruk, harus mengandung prosentase sari jeruk, zat-zat asam tertentu dan warna yang ditetapkan menurut standar masing-masing.Penelitian yang dilakukan BPTP Kalimantan Barat Departemen Pertanian tahun 2012 menunjukkan hasil pengkajian yang telah dilakukan maka teknologi cara pemetikan, penyimpanan dan pengemasan baik untuk jeruk yang dapat dianjurkan untuk mendapatkan umur daya simpan > 15 hari, adalah sebagai berikut:1. Cara pemetikan.Pemetikan jeruk harus dilakukan dengan baik dan pada waktu yang tepat. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pemetikan buah jeruk antara lain adalah : 1) Jangan memetik jeruk sebelum embun pagi lenyap, 2) Tangkai buah yang terlalu panjang harus dipotong dengan gunting yang tajam dan disisakan sekitar 1 2 cm dari buah, 3) Usahakan agar buah jeruk tidak jatuh agar daging buah dan kulitnya tidak rusak, 4) Pemetikan buah jeruk pada pohon yang tinggi harus menggunakan tangga agar cabang dan ranting tidak rusak. Maka setiap pemetik harus membawa keranjang atau kantong yang dapat diikat pada leher, dan 5) Jangan memetik buah jeruk dengan cara memanjat pohon, karena cara ini dapat merusak pohon.Cara pemetikan dengan menyisakan tangkai buah sekitar 1-2 cm berdasarkan hasil pengkajian baik untuk dilakukan karena dapat mengurangi respirasi sehingga dapat memperpanjang umur daya simpan.2. Cara PenyimpananPenyimpanan pada suhu rendah (100 C) yang disertai dengan pelapisan lilin berdasarkan hasil kajian terbukti dapat menunda/memperlambat proses kematangan buah, yang terlihat secara nyata dengan lambatnya penurunan Susut Bobot, Diameter, Kadar Asam dan Vitamin C jika dibandingkan dengan tanpa perlakuan palapisan lilin3. Cara Pengemasan Pengemasan jeruk yang telah diberi lapisan lilin kemudian dikemas dengan kantong plastik dan disimpan pada suhu rendah berdasarkan hasil kajian terbukti dapat mempertahankan mutu dan memperpanjang umur daya simpan lebih dari 15 hari.2.6 Macam-macam olahan buah jerukJeruk selain dipasarkan dalam bentuk jeruk utuh namun dapat juga dijual dalam bentuk olahan-olahan untuk menambah nilai guna produk dan menambah panjang umur simpan dari jeruk. Jeruk biasa diolah menjadi sari buah, minyak kulit jeruk, pudding dan lain-lain. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut:1. Minyak kulit jerukKulit jeruk mengandung atsiri yang terdiri dari berbagai komponen seperti terpen, sesquiterpen, aldehida, ester dan sterol3. Rincian komponen minyak kulit jeruk adalah sebagai berikut: limonen (94%), mirsen (2%), llinalol (0,5%), oktanal (0,5%), dekanal (0,4%), sitronelal (0,1%), neral (0,1%), geranial (0,1%), valensen (0,05%),sinnsial (0,02%), dan sinensial (0,01%).Minyak kulit jeruk dapat digunakan sebagai flavor terhadap produk minuman, kosmetika, dan sanitari. Harga ekstrak minyak jeruk relatif mahal. Proses ekstraksi minyak kulit jeruk dapat dikerjakan dengan metode sederhana dengan menggunakan peralatan yang tidak terlalu mahal. Minyak kulit jeruk disimpan di dalam botol kaca berwarna gelap dalam keadaan tertutup rapat pada tempat yang tidak panas.2. Sari buah jerukSari buah jeruk adalah sari buah yang diperoleh dengan memeras atau menekan isi buah jeruk. Diminum di banyak tempat di dunia, sari buah jeruk biasanya menjadi bagian makan pagi atau sarapan.Pengekspor terbesar sari buah jeruk adalah Brasil, diikuti oleh Amerika Serikat, terutama negara bagian Florida. Sari buah jeruk biasanya diekspor dalam bentuk kering dan ditambah air di negara tujuan. Sari buah yang dikirim dalam bentuk cair disebut dengan istilah "disarikan langsung" (direct juice) oleh produsen yang mengirimnya. Di Amerika Serikat dan Kanada sari buah seperti ini selalu dicantumi tulisan "Tidak Berasal dari Konsentrat" (Not from Concentrate).Sari buah jeruk segar memiliki rasa buah alami dan sedikit asam, dan mengandung banyak vitamin C (asam askorbat).

BAB IIIKESIMPULAN

Buah jeruk segar setelah dipetik masih melangsungkan proses hidup. Beberapa proses hidup yang penting pada buah jeruk adalah respirasi, transpirasi, dan proses pematangan buah. Jeruk tergolong buah yang laju respirasinya rendah, yaitu 5-10 mg CO2/kg-jam pada kisaran suhu 5oC Produksi etilen buah jeruk sangat rendah, yaitu kurang dari 0,1 l/kg-jam pada suhu 20oC Buah jeruk harus dipanen pada saat yang tepat. Jeruk tidak boleh dipanen terlalu muda karena termasuk buah non-klimakterik yaitu tidak mengalami pematangan selama pemeraman dan tidak boleh dipanen terlalu tua karena waktu penyimpanannya akan pendek. Proses kematangan buah jeruk ditandai oleh perubahan warna kulit, rasa menjadi lebih manis, rasa asam/hambar berkurang, dan kadar jusnya meningkat maksimum kemudian menurun lagi sehingga buah jeruk siap dipanen bila kandungan jusnya 33 40%, dan nilai TPT nya 10-12 oBrix Perubahan setelah masa pemanenan buah jeruk dapat dipicu oleh beberapa faktor, di antaranya oleh faktor kimia atau biokimia di dalam buah jeruk itu sendiri, fisik atau mekanik, dan biologis atau mikrobiologis. Buah jeruk harus mendapatkan teknologi pascapanen yang tepat agar kesegaran sekaligus umur simpannya dapat bertahan lama. Penanganan pascapanen buah jeruk yang tidak tepat dapat mengakibatkan kehilangan hasil (penampakan, susut bobot dan penurunan nilai gizi) yang tinggi yang disebabkan oleh cara panen yang tidak tepat, penampakan yang kurang menarik karena adanya bintik coklat/hitam pada permukaan kulit buah atau warna kulit buah yang tidak seragam, ukuran dan tingkat ketuaan yang tidak seragam, teknik pengemasan dan pengangkutan yang tidak tepat, higiene pegawai dan sanitasi peralatan atau perlengkapan yang kurang. Proses penanganan pasca panen buah jeruk secara umum berupa pencucian, sortasi dan grading, pelilinan (waxing), penguningan (degreening), pengemasan, penyimpanan Penyimpanan buah jeruk bertujuan: memperpanjang kegunaan, menampung hasil panen yang melimpah, menyediakan buah jeruk sepanjang tahun, membantu pengaturan pemasaran, meningkatkan keuntungan finansial, mempertahankan kualitas jeruk yang disimpan. Prinsip dari perlakuan penyimpanan: mengendalikan laju respirasi dan transpirasi, mengendalikan atau mencegah penyakit dan perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki oleh konsumen. Jeruk selain dipasarkan dalam bentuk jeruk utuh namun dapat juga dijual dalam bentuk olahan-olahan untuk menambah nilai guna produk dan menambah panjang umur simpan dari jeruk, seperti sari buah, minyak kulit jeruk, pudding dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKAAnonym. 2008. Minyak Kulit Jeruk dan Sari Buah Jeruk. Available at: http://www.ristek.go.id/ (diakses pada 18 Mei 2014)Cantwell M, 2001. Properties And Recommended Conditions For Long -Term Storage of Fresh Fruits And Vegetables. Available atHttp ://postharvest.ucdavis.edu/Produce /Storage/Propertiesenglish.pdf. Diakses tanggal 17 Mei 2014.Handoko, Dody. 2010. Penanganan Pascapanen Buah Jeruk. Jurnal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, Medan.Rachmat, et al. 2012. Teknologi Pemetikan, Penyimpanan, dan Pengemasan Buah Jeruk. Available at: http://kalbar.litbang.deptan.go.id/ (diakses pada 18 Mei 2014)Sutopo, Ir. 2011. Penanganan Panen dan Pasca Panen Buah Jeruk. Available at: http://kalbar.litbang.deptan.go.id/ (diakses pada 18 Mei 2014)SARDI (South Australia Research And Development Institute). 2004. Postharvest handling of citrus. Available at http://www.sardi.sa.gov.au/pages/horticulture/citrus/postharvest handling of citrus. Diakses tanggal 17 Mei 2014.Tim Penulis PS. 2003. Peluang Usaha dan Pembudidayaan Jeruk Siam. Penebar Swadaya, Jakarta. Verheij, E.W.M. dan R.E. Coroner (Ed.). 1992. Plant Resources of South-East Asia No 2 : Edible Fruits and Nut. Prosea, Bogor.