84
PASTUR MENUDUH SANTRI MENJAWAB Di edarkan oleh : Rahamanhadiq Kata pengantar Segala puji bagi Allah swt yang telah menurunkan nikmat dan karuniaNYA kepada hambaNYA yang mau mengikuti petunjuk. Salam dan shalawat kita panjatkan pada junjungan kita Muhammad SAW, penutup para Nabi dan Rasul. tak lupa doa' kita panjatkan pada hambahambanya yang tetap berpegang pada kitab suci Al Qur'an dan Sunnah Nabinya. Semoga petunjuk diberikan kepada hambahambaNya yang mau mencari petunjuk, dan tiada petunjuk kecuali atas izinNya. Sesungguhnya kebenaran Islam dan kemurnian agamanya telah mengundang perhaitan dari kalangan non Islam untuk turut mempelajarinya. Sayangnya mereka mempelajari selukbeluk kitab Al Qur'an dan sejarah Nabi bukan untuk mencari kebenaran , namun hanya untuk meniupkan api keraguraguan kepada umat islam sendiri. Mereka gunakan agama islam yang dikiranya mengandung kelemahan, untuk digunakan sebagai senjata makan tuan. Kedengkian mereka jauhjauh hari sudah diperingatkan Allah dalam firmannya ; Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka . katakanlah. Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) (QS Al Baqarah 2:120) Semoga kita semua dijauhkan dari keraguankeraguan dan semoga Allah memberi petunjuk pada yang mau tetap bepegang pada pentunjuknya. PENDAHULUAN Memperkenalkan dua palaku dialog Pastu Z (nama selengkapnya Patur Zwimer, Pent) adalah seorang pendeta Nsrani yang mempelajari islam dengan maksud tidak terpuji. Ia mempelajari islam tidak untuk mencari kebenaran. Ia meneliti islam tidak dalam kedudukannya sebagai seorang Pastur Nasrani yang baik, tetapi ia bermaksud untuk memperoleh bahan yang dapat menimbulkan keraguanraguan seorang muslim terhadap agamanya, dengan mengemukakan beberapa hal yang dianggap kabur dan Judul asli : Liman Dzaa Anan Muslimin? Oleh : Abdul Muta’al AsSa’idy Penerbit : Maktab AlAdab – Jammazat Cairo

Pastur Menuduh Santri Menjawab

Embed Size (px)

DESCRIPTION

rahmanhadiq membagi buku debad islam- kristen di Kairo mesir

Citation preview

Page 1: Pastur Menuduh Santri Menjawab

PASTUR MENUDUH SANTRI MENJAWAB

Di edarkan oleh : Rahamanhadiq

 

 

 

 

Kata pengantar 

Segala puji bagi Allah swt yang telah menurunkan nikmat dan karuniaNYA kepada hambaNYA yang mau 

mengikuti petunjuk.  Salam dan shalawat kita panjatkan pada junjungan kita Muhammad SAW, penutup 

para Nabi dan Rasul.  tak  lupa doa' kita panjatkan pada hamba‐hambanya yang  tetap berpegang pada 

kitab  suci Al Qur'an dan Sunnah Nabinya. Semoga petunjuk diberikan kepada hamba‐hambaNya yang 

mau mencari petunjuk, dan tiada petunjuk kecuali atas izin‐Nya.  

Sesungguhnya kebenaran  Islam dan kemurnian agamanya  telah mengundang perhaitan dari kalangan 

non Islam untuk turut mempelajarinya. Sayangnya mereka mempelajari seluk‐beluk kitab Al Qur'an dan 

sejarah  Nabi  bukan  untuk mencari  kebenaran  ,  namun  hanya  untuk meniupkan  api  keragu‐raguan 

kepada umat islam sendiri. Mereka gunakan agama islam yang dikiranya mengandung kelemahan, untuk 

digunakan sebagai senjata makan tuan. 

Kedengkian mereka jauh‐jauh hari sudah diperingatkan Allah dalam firmannya ;  

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka . katakanlah. Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) (QS Al Baqarah 2:120)

 Semoga kita semua dijauhkan dari keraguan‐keraguan dan semoga Allah memberi petunjuk pada yang 

mau tetap bepegang pada pentunjuknya. 

 

PENDAHULUAN 

Memperkenalkan dua palaku dialog   Pastu Z  (nama selengkapnya Patur Zwimer, Pent) adalah seorang 

pendeta Nsrani yang mempelajari  islam dengan maksud tidak terpuji. Ia mempelajari  islam tidak untuk 

mencari kebenaran.  Ia meneliti  islam  tidak dalam kedudukannya sebagai seorang Pastur Nasrani yang 

baik, tetapi ia bermaksud untuk memperoleh bahan yang dapat menimbulkan  keraguan‐raguan seorang 

muslim  terhadap  agamanya,  dengan  mengemukakan  beberapa  hal  yang  dianggap  kabur  dan 

Judul asli :    Liman Dzaa Anan Muslimin?          Oleh : Abdul Muta’al As‐Sa’idy                       Penerbit :  Maktab Al‐ Adab – Jammazat Cairo 

Page 2: Pastur Menuduh Santri Menjawab

mengajukan pemikiran yang kontras. Seandainya dia mempelajari  islam untuk memperolah pandangan 

yang benar, niscayalah hal‐hal yang masih kabur  itu gampang dimengerti dan tentu tidak akan senang 

mereka mengajukan  hal‐hal  yang  kabur  tersebut  terhadap  seorang muslim  agar  timbul  keraguannya 

terhadap kebenaran agamanya , sehingga ia menghadapi agamanya dengan rasa menghina, karena sifat 

remeh dan sepele masalahnya. 

Sedangkan Muhammad Muhktar  ,  salah  seorang  penduduk  Kairo  ,  adalah  seorang  anak  yang  oleh 

ayahnya sejak kecil dididik dalam suasana keagamaan. Ia telah hafal Al Qur’an, mengerti aqidah‐aqidah 

agamanya secara benar, bersopan santun secara baik menurut  islam dan berkepribadian terpuji.   Pada 

waktu  ia  berumur  sepuluh  tahun  ,  ia  dimasukkan  sekolah  dasar Amiryah  .  Ia  tergolong murid  rajin  , 

sehingga setiap tahun memperoleh derajat bintang kelas. Setelah menamatkan sekolah dasarnya, oleh 

ayahnya dimasukkan ke sekolah  lanjutan Pertama di Amiriyah. Di sinipun  ia memperoleh keberhasilan 

seperti  ketika  di  Sekolah  Dasar  ,  sehingga  ayahnya  sangat  mencintainya  dan  menjadi  anak  yang 

memperoleh perhatian besar  . Setiap  tahun dibawa oleh ayahnya berlibur ke kota  Iskandaryah untuk 

menghabiskan  waktu  liburan  di musim  panas  dan  untuk menghilangkan  ketegangan  belajar  selama 

setahun. Ketika tiba musim panas tahun 1345 H, atau 1926 M , ayahnya berangkat lebih dahulu ke kota 

Iskandaryah, sedangkan Muhammad ditinggal untuk mengikuti ujian dan supaya ia menyusul nanti. 

Tatkala Muahammad  telah menyelesaikan  ujiannya,  lalu  dia  berjalan‐jalan menelusuri  separuh  kota 

Iskandaryah.  Ia  menumpang  kereta  api  pagi  hari  yang  berangkat  di  kota  Kairo  ke  Iskandaryah.  Ia 

mengambil  tempat duduk di dalam kereta api bersebelahan dengan Pastus Z, yang pada hari  itu  juga  

berpergian menuju  kota  Iskandaryah dalam  tugas misionaris Nasrani.  Sang  Pastur  ini dengan  teman‐

temannya  sesama  misionaris  Nasrani  mencurahkan  seluruh  hidupnya  untuk  kegiatan  misi  Kristen,  

sehingga kesempatan sekecil apapun pasti mereka gunakan sebaik‐baiknya dan  tidak pernah berhenti 

baik  ketika  dalam  perjalanan maupun  di  kampung  halaman. Demi misinya  ini, mereka  bertebaran  di 

berbagai kota dan desa, di rumah‐rumah dan jalan‐jalan, di tempat pertemuan umum maupun khusus, 

tidak pernah mau merasa jenuh maupun letih, dan tidak pernah memperdulikan kesulitan dan rintangan 

apapun.  Sekalipun  demikian  toh  mereka  tidak  memperoleh  sukses  dakwah  di  negeri‐negeri  islam. 

Ketidak  suksesan  ini bukanlah  lantaran usaha mereka yang kurang  ,  tetapi hanyalah karena kekuatan 

aqidah  Islam.  Aqidah  yang  kuat  semacam  ini  seandainya  berada  di  tangan  para  da’i  yang memiliki 

semangat dan aktivitas yang ada pada kaum misionaris Nasrani  tersebut  , niscayalah berduyun‐duyun 

manusia  menjadi  muslim.  Islam  seperempat  abad  setelah  munculnya,  telah  berhasil  menyebar  ke 

sebagian besar   daerah di belahan bumi  ini, padahal  tidak memiliki  sarana dakwah  yang  terorganisir 

seperti  yang  dipergunakan  oleh  kaum misionaris  Kristen. Maka  betapalah  jadinya  keadaan  sekarang 

kalau  islam  memiliki  sarana‐sarana  lengkap  seperti  itu  dan  dalam  pengembangan  dakwahnya 

menggunakan berbagai jalan seperti tersebut yang menyediakan dana yang tidak terbatas seperti yang 

dilakukan oleh golongan Nasrani. 

Tak  seberapa  lama  Muhammad  duduk  disamping  Pastur  Z  yang  lihai  tersebut,  sudah  muncullah 

semangatnya   untuk menjadikan   Muhammad  sebagai mangsa dan Muhammad  terpedaya oleh  gaya 

pakaian  Eropahnya.  Sang  Pastur  mengira  anak  kecil  ini  tidak  mengerti  apa‐apa  tentang  agamaya  .           

Ia merasakan menemukan  jalanan  yang beruntung,    karena duduk disamping  seorang pemuda   belia 

Page 3: Pastur Menuduh Santri Menjawab

yang  dapat  dijadikan  umpan  menanamkan  pengaruhnya  dan  menimbulkan  keraguan  didalam 

agamanya. 

Sang Pastur berpaling kepada Muhammad seraya  berujar ; 

Partur (P) : Mari, silahkan Affandi (bahasa jawanya sama dengan “Mas”) 

Muhamamd (M) : Terima Kasih Mr. 

P : Saya bukan Mr, tetapi saya Pastur Z, penginjil di Mesir ini. Lalu dia menanyakan nama sang pemuda  

M: Nama saya Muhammad 

P: Jadi anda seorang Muslim? 

M: Ya , saya Muslim 

P: Adakah anda mengafal sesuatu ayat al‐qur’an yang  diturunkan kepada Muhammad Nabi anda? 

M: Saya hafal semuanya 

Sang Pastur nampak sekali terkejut. Sebab ia belum pernah mengenal anak seumur Muhammad ini yang 

menaruh kesungguhan dalam menghafal al Qur’an. Lalu sang Pastur  berkata kepadanya. 

P : Golongan nasrani mendapat pujian yang baik di dalamAl Qur’an surat Al Maidah 82‐85; 

“ Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang

paling dekat persabahatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani". Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu

(orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri (82). Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan

kepada Rasul (Muhammad), kamu melihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Qur'an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan

kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur'an dan keNabian Muhammad saw.) 83. Mengapa kami tidak akan beriman kepada Allah dan kepada kebenaran yang datang kepada kami, padahal kami sangat ingin agar Tuhan kami

memasukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang saleh?"84. Maka Allah memberi mereka pahala terhadap perkataan yang mereka ucapkan, (yaitu) surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya,

sedang mereka kekal di dalamnya. Dan itulah balasan (bagi) orang-orang yang berbuat kebaikan (yang ikhlas keimanannya). (QS Al Maidah 5: 82- 85). “

M;  Benar  Pastur.  Ayat  itu memuji  kaum  nasrani  dan melebihkan mereka  dari  kaum  Yahudi.  Secara 

keseluruhan umat Nasrani  lebih dekat rasa kecintaannya kepada kaum muslimin dibandingkan dengan 

umat Yahudi.   Karena kaum Nasrani agamanya diikuti oleh berbagai macam bangsa,   bangsa Romawi  , 

bangsa Mesir, Habsy dan  lain  sebagainya,  sedangkan agama Yahudi hanya diikuti bangsa Yahudi  saja. 

Page 4: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Jadi  mereka  punya  fanatisme  keagamaan  dan  kebangsaan  sekaligus.  Disamping  itu  mereka  punya 

anggapan  sebagai  bangsa  pilihan  dan  memandang  bangsa  lain  dengan  penuh  kebencain  dan 

penghinaan. Mereka sangat berbangga diri dengan agamanya sebagai bukti Tuhan melebihkan mereka 

dari bangsa‐bangsa  lainnya. Sikap  ini membuat mereka menaruh  jarak dengan bangsa‐bangsa  lain dan 

tidak mau  menyempaikan dakwah kepada orang luar untuk masuk agamanya. Karakter ini mereka bawa 

sampai zaman kita sekarang. Selain  itu dapat pula dilihat betapa besarnya pengaruh‐pengaruh  islam di 

Negara‐negara  Nasrani  dan  sambutan  rakyat  kepada  agama  ini,  sehingga  dapat  menjadi  agama 

mayoritas. Sebaliknya dengan bangsa Yahudi mereka menjauh diri dari Islam dan lebih senang diusir dari 

negeri arab yang beriman kepada islam. Umat islam tidaklah berbuat jahat karena mengusir Yahudi dari 

negari mereka tetapi hanyalah mengembalikan   mereka ke tanah air mereka semula, yakni negri syam 

(Syria)  yang  sejak   mereka  terusir  dari  bangsa  Romawi  dilarang menetap  dinegri  ini,  bahkan  negri 

mereka digusur. 

P: Tetapi kami melihat Al Qur’an anda memuji umat Nasrani di dalam ayat‐ayat tersebut, kemudian di 

ayat‐ayat lain mencelanya. Celaan itu diantara lain terdapat juga dalam surat al Maidah 72‐73; 

“ Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putra Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan

Tuhanmu" Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang penolong pun 72. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan

Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (QS Al Maidah 5:72-73)”.

Bagaimana Al Qur’an anda  ini, sekali memuji tetapi   kali  ini mencela umat Nasrani di dalam surat yang 

sama pula, serta caci maki dan berdebat secara tidak sehat dan tidak sanggup menerima kritik terhadap 

agamanya,  sehingga  seolah‐olah  ia memaksa  kehendaknya  kepada  orang  lain  dan  bukan  bermaksud 

membuat lawan bicaranya menerima dengan penuh rasa hormat. 

M:  Al Qur’an kami mengajarkan kepada kami cara‐cara bertukar pikiran di dalam urusan agama . Kami 

diperintahkan untuk bertukar pikiran secara  lemah  lembut dan berlaku baik. Allah berfirman di dalam 

surat Al Ankabut  29:46 ; 

“ Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang lalim di antara mereka, dan katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-

kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri ( QS Al Ankabuut 29:46)".

Boleh jadi , wahai Pastur , anda sepakat dengan saya bahwa cara untuk memperoleh kebenaran agama 

yakni dengan melakukan pembahasan tentang pokok‐pokok agama. Sedangkan cara yang anda tempuh 

dengan  menaburkan  keraguan  disana  sini  tidaklah  akan  dapat  memperoleh  kebenaran  dan  hanya 

Page 5: Pastur Menuduh Santri Menjawab

bertujuan memasang duri di tengah jalan menuju kepada tidakbenaran yang membuat manusia menjadi 

bingung memikirkan masaalahnya. 

P : Wahai Muhammad, kalau demikian tidak ada lagi peluang baik terhadap anda kecuali menyetujui apa 

yang anda sebutkan tadi , tetapi saya melihat anda menyia‐nyaikan waktu begitu banyak dengan urusan‐

urausan   kecil agama anda. Anda  telah mengabaikan usaha di dalam urusan keduniaan anda sehingga 

anda  hanya mengikuti  undang‐undang  buatan manusia.  Tetapi  anehnya  saya melihat  anda  ini  tetap 

bersikap fanatik memegang prinsip‐prinsip keislaman yang begitu hebat.  

Cobalah  anda  katakan  kepadaku  , wahai Muhammad;  apa  sebabnya  anda menjadi  seorang muslim? 

Padahal perintah Islam telah abaikan dan anda sibuk melaksanakan hal‐hal sepele dari ajaran islam. 

M: memang , wahai Pastur. Akan saya terangkan kepada anda mengapa saya menjadi muslim? Mengapa 

keislaman kami  tetap bertahan sekalipun kami berlebih‐lebih melaksanakan hal‐hal yang sepele. Akan 

saya terangkan kepada anda batapa kuatnya prinsip‐prinsip islam yang menyebabkan orang‐orang tetap 

bertahan dengan cara yang mengangumkan itu, padahal mereka begitu berlebih‐lebihan dalam soal‐soal 

yang sepele dan tersita perhatiannya  pada hal‐hal yang remeh tersebut.   

Sementara itu Kereta Api sudah pun telah masuk kota Iskandarya. Kedua orang ini sepakat mengadakan 

dialog‐dialog di dalam masaalah agama  ini   dengan mengundang banyak orang   bertempat di gedung 

Seminary di kota Iskandariayah ini. 

 Lalu  kedua  orang  ini  turun  dari  Kereta  Api  dan  saling  mengucapkan    selamat  berpisah,  setelah 

menyepakati  waktu  dan  tempat  untuk  melakukan  dialog‐dialog  yang  akan  datang.  Muhammad 

kemudian  pindah  ke  tempat  yang  akan menuju  ketempat  ayahnya  berlibur musim  panas  di  daerah 

Ramal   kota  Iskadaryah. Ketika  ia sampai ditempat,   ayahnya menayakan apa yang  ia kerjakan selama 

ujian. Ia menjawab telah dapat mengerjakan sola‐soal dengan baik. Ayahnya merasa sangat gembira dan 

berdoa semoga  ia  lulus dan berhasil. Lalu Muhammad bercerita kepada ayahnya kejadian yang dialami 

selama  dalam  perjalan  dalam  Kereta Api  dengan  seorang  Pastur. Ayahnya  semakin  bergembira    dan 

memberinya  semangat  untuk melaksanakan  dialog‐dialog  tersebut  agar  dia  bisa    tergolong    sebagai 

pembela‐pembela di jalan Allah dan memperoleh keridlaan Allah di dunia dan akhirat. 

ooOoo 

 

 

 

 

 

 

Page 6: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Dialog ke satu:

TAUHID DALAM ISLAM, YAHUDI DAN NASRANI 

 

Muhammad  dan  ayahnya  telah  menghabiskan  waktu  beberapa  hari  untuk  menikmati  udara  kota 

Iskandaryah yang sejuk. Setiap pagi mereka pergi ke Laut. Mereka berjalan‐jalan menelusuri pantai yang 

indah menawan. Kota ini memiliki ciri menarik yang merupakan karunai Allah kepadanya. 

 Sebelum  tiba  saat  yang  disepekati  ,  sebagaimana  tertera  dalam  undangan  dari  kantor  Seminary 

Iskandaryah, Mahammad  telah  tiba  dikota  tersebut.  Pada  saat  yang  telah  ditentukan  ,  ia  bersama 

ayahnya dan saudara perempuannya serta beberapa orang teman kerabatnya dan sejumlah besar umat 

Islam  kota  Iskadaryah datang  ke  kantor  Seminary  tersebut. Di  sana  ia melihat  sebuah  ruangan besar 

yang  memang  disediakan  untuk  dialog‐dialog  semacam  ini.  Di  ruangan  ini  kursinya  tertata  rapi. 

Rombangan Muhammad masuk   dan mengambil  tempat di  ruangan  tersebut,  kemudian Muhammad 

ditemui  oleh  Pastur  Z  seraya memberi  salam.  Kedua  orang  ini  kemudian mulai  berbincang‐bincang 

tentang keadaan masing‐masing setelah berpisah  beberapa hari sesudah pertemuan pertama.  

Selanjutnya pastur mengajukan pertanyaannya.  

Pastur: Bagaimana pengertian anda mengenai ajaran tauhid menurut islam? 

M: Ajaran Tauhid di alam agama  islam berpedoman kepada Al qur’an yang   menjelaskannya  sejak 13 

abad yang lalu. Kami umat islam meyakini bahwa  bahwa Al Qur’an sungguh‐sungguh berasal dari Allah 

bukan  buatan  seorang  Nabi  yang  buta  huruf  yang  nota  bene  tidak  pernah  belajar  agama‐agama 

manusia. Sedangkan pengetahuan bangsa Arab saat  itu belumlah sampai ke  tingkat pendapat seperti, 

menurut anggapan dari penganut agama Yahudi dan Nasrani berkata serupa dengan keyakinan orang‐

orang kafir sebelumnya. 

Seorang muslim harus berpendirian dengan aqidah yang murni  ,    tentang keesaan Allah dengan sikap 

gagah,  argumentatif  dan  penuh  keberanian  terhadap  kaum  peng‐ingkar    yang  tidak mengakui    ujud  

Tuhan, dan terhadap  penyembah berhala yang menyembah patung dan batu, serta terhadap ahli kitab  

yang  ternyata  ajaran    aqidah  agamanya  terpengaruh  dengan  ajaran  dari  sebagaian  kepercayaan 

politeisme. 

Seorang muslim  bila  berhadapan  dengan  seorang  Atheis   maka  dia  akan menyodorkan  secara  telak  

bukti alam yang mengagumkan dengan segala tatanan yang begitu rapi dan kokoh. Alam semacam  ini 

tidak  mungkin  muncul  secara  kebetulan    lagi  membabi  buta  seperti  anggapan  kaum  atheis    itu. 

Sekiranya  bukti  alam    yang  semacam  ini  tidak  mampu  meyakinkan  si  Atheis  ,  maka  keyakinannya 

tentang adanya Tuhan berguna bagi dirinya  , kalau  ia bersunguh‐sungguh dalam keyakinannya dan  ia 

tidak merasa rugi seandainya salah di dalam keyakinan  ini. Tetapi bagi si Atheis   dengan tidak percaya 

kepada Allah membuat kerugian buat didrinya  sendiri,  jika keyakinan  itu  tidak benar. Sebab  si Atheis 

kelak akan mendapatkan murka dan sama sekali tertutup dari kesempatan memperoleh pahala. Maka 

keyakinan  seseorang  terhadap  adanya  Allah  itu  menjadi  kekuatan  penyelamat  bagi  dirinya  , 

Page 7: Pastur Menuduh Santri Menjawab

menguntungkan  nasibnya  di  kemudian  hari.  Karena  itu  ia  seharusnya  lebih  mengutamakan 

keyakinannya ini dari yang lainnya. 

Adapun  seorang  Nasrani  ,  kalau  berhadapan  dengan  seorang  Atheis  tidak  sanggup  memberikan 

kepuasan  kepadanya  dalam memberikan  pengertian  tentang  Trinitas  atau  Yesus  sebagai  putra Allah. 

Sebab Yesus adalah manusia biasa yang butuh makan seperti manusia lainnya dan minum sebagaimana 

orang  lain minum.  Yesus  lahir  dari  seorang  ibu  dan  keluar  dari  perut  ibunya  seperti  bayi‐bayi  lain. 

Kepercayaan semacam ini menurut agama Nasrani adalah suatu perkara yang tidak dapat dinalar sesuai 

akal,  sebab  isinya  kontradiktif.  Karena  itu merekapun mempercayainya  tidak  dengan  rasa  kepuasan 

rasional dan argumentasi yang nalar. Tetapi mereka terima keyakinan ini secara membeo. Aqidah yang 

seperti  ini bagi si Atheis sama sekali tidak berguna. Sebab  ia hanya percaya kepada akal semata‐mata, 

tidak mau tunduk kepada keterangan –keterangan yang tidak argumentatif. 

Bila seorang muslim berhadapan dengan seorang Nasrani yang berkeyakinan Trinitas, maka  ia mampu 

menunjukkan dan memaparkan kesalahannya dengan menggunakan ayat‐ayat suci kitab mereka senidri, 

yang diakuinya telah diturunkan Tuhan kepada Nabinya dari sejak Nabi Adam sebagai bapak   manusia 

sampai Nabi  Isa  As.  Kitab  Taurat  yang  berada  ditangan  bangsa    Yahudi  ,  tidaklah  dirasakan  sebagai 

halangan bagi seorang muslim untuk menggunakannya sebagai argumentasi dalam masalah Tirnitas  ini 

ketika berhadapan dengan Nasrani,  sebaliknya  si Nasrani  tidak dapat melarikan diri dari kitab  sucinya 

sendiri, sebab dia percaya kepada Taurat sebagaimana ia percaya kepada Injilnya. 

P;  Tetapi  bagaimana  seorang muslim  bisa  rela  berargumentasi  dengan  ayat‐ayat  Taurat  ,  padahal  ia 

meyakini adanya pemalsuan kitab suci tersebut? 

M: Sekalipun seorang muslim percaya bahwa Taurat telah dipalsukan , namun tidak berarti bahwa setiap 

ayat‐ayat  Taurat mesti  palsu.  Sebab  kepercayaan  tentang  keesaan  Allah  tetap  tercantum  di  dalam 

Taurat dan banyak  lagi masalah‐masalahh  lain yang masih terjaga kemurniannya.  Islam tidak melarang 

seorang muslim untuk menggunakan nara sumber Ahli Kitab selagi  ini mendukung kebenaran. Banyak 

terdapat  di  dalam  ayat‐ayat Al Qur’an mengenai  persoalan  ini  dan  antara  lain  terdapat  dalam  surat 

Yunus : 94 ; 

“Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu. Sesungguhnya

telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu (QS Yunus 10:94)”.

Dengan demikian kami ridha untuk bersama‐sama dengan penganut Nasrani bernara sumberkan agama 

Yahudi di dalam masalah keesaan Allah. Karena umat yahudi adalah Ahli Kitab terdahulu yang masih ada 

sampai  sekarang. Tidak disangsikan  lagi  jika  kami menggunakan mereka    sebagai nara  sumber dalam 

keEsaan Allah  ini sama saja halnya dengan sikap kami bernara sumber   kepada agama Nasrani. Sebab 

mereka  semua  sepakat  dengan  kami  di  dalam  kepercayaan  monotheis,  dan  menolak  kepercayaan 

adanya Tuhan berputra maupun Trinitas. 

Page 8: Pastur Menuduh Santri Menjawab

P:  Sekalipun  agama  Yahudi  menolak  kepercayaan  Trinitas,  namun  mereka  punya  keyakinan  Tuhan 

berputra. Qur’an  anda  sebagaimana  ayat  terdahulu  telah menerangkan  bahwa mereka  berkeyakinan 

Uzair  sebagai  putra  Allah  dan  siapa  yang  berkeyakinan  Tuhan  berputra,  tentulah  dia  berkeyakinan 

Trinitas. 

M: Mayoritas umat  Yahudi  tidaklah berkepercayaan Uzair  sebagai putra Allah. Hanya minoritas  tidak 

terkenal lagi terkucilkan yang berkeyakinan seperti itu. Ibnu Hazm di dalam bukunya “ Mila wan‐Nihal” 

menulis bahwa di dalam  setiap  setiap  agama  tidaklah  akan pernah  terlapas dari  adanya  sekelompok 

kecil  penyelewengan. Di  dalam  islampun  ada  sekelompok  kecil  yang berkeyakinan bahwa Ali bin Abi 

Thalib  itu seperti halnya  Isa As di dalam kepercayaan umat Nasrani. Adanya kelompok‐kelompok kecil 

penyelewengan  ini  tidaklah boleh dijadikan dasar penilaian  aqidah  agama  yang bersangkutan.  Tetapi 

yang dijadikan dasar penilaian adalah mayoritas pengikutnya. Yang serupa dengan kepercayaan tentang 

Uzair sebagai putra Allah pada  lingkungan minoritas Yahudi adalah satu kepercayaan yang diikuti oleh 

seluruh umat yahudi, bahwa mereka adalah putra –putra Allah dan kekasih‐kekasih Allah, sebagaimana 

Allah kisahkan di dalam Al Qur’an surat Al Maaidah 18, baik tentang umat Yahudi maupun umat Nasrani 

“ Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: "Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya". Katakanlah: "Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?" (Kamu

bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang diciptakan-Nya. Dia mengampuni bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada

antara keduanya. Dan kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu) (QS Al Maidah 5:18)”.

 

Ini berarti bahwa Uzair sebagai putra Allah bukanlah dalam pengertian hakiki, tetapi dengan pengertian 

sebagai kekasihNYa, sehingga dia  dipandang tidak memiliki sifat‐sifat ketuhanan. 

P: Kalau begitu hai Muhammad., aqidah  tauhid kami sama dengan aqidah  tauhid Yahudi. Lalu dimana 

letak  kelebihan  kamu dari mereka di  dalam   masalah  tauhid?  Lalu  apa bedanya  antara  agama  kamu 

dengan agama mereka kalau ketauhidan sama? 

M: sekalipun kami sepaham dengan agama Yahudi di dalam satu prinsip  , namun pada prinsip‐prinsip 

lain berbeda. Banyak masalah –masalah cabang yang tidak sama. Contohnya, mereka mendustakan Nabi 

Isa As. Namun kami meyakini kebenarannya, mempercayai kerasulannya. Kami menolak anggapan keji 

terhadap diri beliau dan diri  ibundanya. Disamping  itu kami menyatakan umat yahudi  itu sebagai umat 

kafir karena ketidak percayaannya itu. Namun sayang tuan tidak membalas kami dengan kebajikan. Dan 

dengan serbuan tuan itu, diperoleh suatu hasil gemilang dalam menghancurkan umat islam, yang tidak 

pernah didapat oleh Yahudi hasil seperti itu dari tuan. 

Sampai pada pembicaran  ini para hadirin merasa  cukup berkepanjangan  jalannya dialog,  lalu mereka 

minta kepada kedua pembicara agar dicukupkan  sampai disini dahulu untuk hari  ini dan besok dapat 

dilanjutkan kembali. 

Page 9: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Kedua pembicara memperkenankan permintaan   hadirin. Merekapun bubar dan meninggalkan tempat 

dialog untuk kembali lagi mengikuti acara beriutnya besok pagi. 

ooOoo 

 

 

Dialog kedua: 

PANDANGAN ISLAM , YAHUDI DAN  NASRANI TENTANG RASUL ALLAH 

 

 Telah tiba saat dialog kedua. Muhammad dan teman‐temannya pergi ke gedung Seminary dan disana 

ruangan  telah  penuh  dengan  para  peserta.  Semua  orang  menunggu  kedatangannya  untuk  dapat 

mendengarkan dialog yang penting ini. Mereka sangat tertaik oleh sikap anak remaja  yang tenang dan 

pemikirannya  yang  jernih,  tutur  katanya  yang  baik,  dan  logikanya  yang  kuat  pada  dialog  kemarin. 

Kemudian  ia , dan Pastur  lawan bicaranya menuju ke tempat yang tersedia. Pada dialog pertama telah 

dibicarakan tentang prinsip‐prinsip  islam, kemudian pada kesempatan kali    ini akan dilanjutkan dengan 

prinsip yang lainnya yaitu “ Mengakui kebenaran semua Rasul” 

Pada dialog kali  ini Muahammad memulai pembicaraan berkisar pada prinsip kedua ajaran  islam, yaitu 

mengakui kebenaran semua rasul. 

M: Prinsip yang kedua ini mencakup pula pengertian mempercayai segala ajaran yang dibawa oleh para 

Rasul, baik berupa  iman kepada malaikat, kitab‐kitab  suci yang diturunkan kepada Rasul, hari akhirat 

dan prinsip‐prinsip serta bagian‐bagian  iman  lainnya. Dalam hal  ini  islam  telah mengakui semua umat 

memperoleh pengiriman Rasul. Karena Al Qur’an menyatakan bahwa tidak satupun umat yang dibiarkan 

tanpa mempunyai Rasul Allah, sebagaimana firmanNYa pada surat Fathir :24 

“ Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang

pemberi peringatan (QS Fathir 35: 24)”.

Adapun  umat  Yahudi  dan  Nasrani  tidaklah mengakui  adanya  pengiriman  rasul  Allah  kepada  segala 

golongan umat manusia. Mereka hanya mengakui bahwa Rasul Allah  itu  tidak  keluar dari  lingkungan 

bani  Israel.  Adanya  pengakuan  islam  sepeti  ini  menjadikan  islam  sebagai  agama  toleran  dan 

memperlakukan  semua  bangsa  dengan  baik.  Hal  ini  berbeda  dengan  Yahudi  dan  Nasrani  yang 

memperlakukan  bangsa‐bangsa  lain  tidak  sebaik  dari  pengakuan  islam.  Sebab mereka  beranggapan 

bangsa‐bangsa  lain tidak sama dengan dirinya dalam pandangan Tuhan, seperti  islam memandang nya 

sama. Hal ini dikatakan Al Qur’an dalam surat Al Hujarat 49:13 

“ Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.

Page 10: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS Al Hujarat 49 : 24)”.

P:  Islam  sejalan dengan Yahudi dan Nasrani dalam hal menganggap bani  Israel mempunyai kelebihan 

kelebihan di atas bangsa‐bangsa lain. Hal ini disebutkan dalam qur’an anda surat Ali Imran 33 

Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing), (QS Ali Imran 3:33)”

 

M:  Yang  dimakasud  oleh  Al  Qur’an  tersebut  adalah  mengakui  kelebihan  para  Nabi  dan  Rasul  dari 

keturunan Adam, Nuh, Ibrahim dan Imran di atas orang‐orang lain, bukan pengakuan tentang kelebihan 

bani  Israel atas  segala bangsa‐banga  lain. Karena  islam  tidak mengakui  kelebihan atas bangsa‐bangsa 

terhadap bangsa  lain, kecuali karena  taqwa dan amal kebajikannya. Allah melebihkan kaum muslimin 

dari  umat  yang  lain  dalam  pengertian  kelebihan  karena  kemanusiaan  dan  kebangsannya,  tetapi 

kelebihannya semata‐mata berdasarkan norma‐norma sebagaimana tersebut di dalam surat Ali Imran : 

110 ; 

“ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-

orang yang fasik (QS Ali Imran 3:110)”.

Manusia  sekarang  dapat  dikatakan  tergabung  di  dalam  tiga  agama  monotheis  (Islam,  Kristen  dan 

Yahudi).  Permusuhan  dan  perperangan  yang  berjalan  sesama  mereka  titik  pangkalnya  pun  pada 

pertentangan ini. 

Sekiranya sesame mereka berhasil diperoleh satu kesepakatan untuk berpegang kepasa satu agama saja 

,  niscaya  permusuhan    dan  perperangan  bisa  dihindarkan,  dan  tidak  diragukan  lagi  islam  akan 

merupakan agama yang paling  tepat untuk merealisasikan  tujuan akhir yang diperjuangkan oleh para 

pembela islam pada abad kita ini. Seruan ke arah perdamaian ini, telah  jauh lebih dahulu diketengahkan 

oleh AL Qur’an pada surat Al Baqraah 208 : 

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu

(QS Al Baqaraah 2:208)”.

Islam agama yang paling andal merealisasikan tujuan  ini, karena  ia memandang semua bangsa dengan 

pandangan yang telah lama berjalan, percaya kepada Isa As yang menjadi Rasul umat Nasrani di samping 

percaya kepada rasul‐rasul yang lainnya. Maka kalau orang Yahudi dan Nasrani menjadi Muslim, ia telah 

menemukan  adanya pengakuan  yang  sama  terhadap  kebenaran  rasul‐rasul mereka  sendiri dan  islam 

akan menyambut mereka di tengah jalan dengan baik sebagaimana mereka akui sendiri. 

Page 11: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Adapun Yahudi , walaupun beragama, namun mereka mendustakan Isa dan Muhammad. Dengan sikap 

seperti  ini  kaum Nasrani  dan Muslim  tidaklah  akan  bisa menyatu  ke  dalam  agama mereka  ,  karena 

adanya jarak perselisihan di dalam masalah keimanan ini antara mereka dengan pemeluk kepada agama 

tersebut. 

Adapun umat nasrani, walaupun beragama, namun mereka mendustai Nabi Muhammad saw, sehingga 

tidak mungkin umat islam bisa menyatu ke dalam agama mereka. 

 Umat Yahudi dan Nasrani bersifat ekstrim terhadap Isa As. Umat Yahudi menuduh beliau sebagai anak 

zina.  Sedangkan  umat Nasrani mempercayai  beliau  sebagai  putra Allah. Adapun  umat  islam  percaya 

bahwa beliau adalah Ruh dan kalimat Allah yang ditiupkan ke dalam diri Maryam As. Beliau adalah salah 

seorang hamba Allah dan sama dengan hamba Allah  lainnya. Adapaun beliau  lahir  tanpa ayah, hal  ini 

berbeda  dengan  proses  penciptaan  Adam  As,  yang  diciptakan  hanya  dari  tanah  tanpa  ibu‐bapak 

sebagaimana tersebut dalam surat Ali Iman 59; 

Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia),

maka jadilah dia (QS Ali Imran 3:59)”.

Tidak ada keraguan mengenai pendapat umat  islam  tentang diri Nabi  Isa as, bahwa dengan pendapat 

seperti  itu ketiga agama monotheis  ini pasti bisa  sepakat. Sebab  islam bersikap moderat antara  sikap 

agama Yahudi yang rasialis anti Isa dan sikap umat Nasrani yang cinta secara fanatik kepada beliau. 

Sebagian  misionaris Nasrani di dalam sebuah bulletin menyebutkan bahwa pengertian Isa sebagai putra 

Allah  ialah  dalam  arti  kata  Isa  sebagai  kekasih‐Nya. Dalam  pengertian  seperti  itu  tidak  bertentangan 

dengan islam, ialah Isa Al Masih sebagai kekasih Allah tidaklah diingkari oleh agama ini. Al qur’an telah 

menyebutkan di dalam banyak ayatnya kata‐kata yang mempunyai pengertian kiasan. 

Kami muslim memberikan  arti  dengan mudah  pada  kata‐kata  kiasan  seperti  itu  sejalan  dengan  akal 

mengenai ke Maha sempurnaan Allah seperti firmannya pada surat Thaha :5 ‘ 

(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas 'Arsy (QS Thaha 20:5)”

Bila umat Nasrani sepakat dengan perubahan arti kata Isa purta Allah dengan pengertian kekasih Allah, 

maka  ia padat memasuki tahap baru dalam masalah  ini dan dapat   diperoleh kesepakatan antara kami 

dengan mereka. 

P: Wahai  anak muda  ,  apakah  kalau  kami menerima  perubahan  pengertian  Isa  sebagai  putra  Allah 

dengan arti sebagai kekasih Allah, lalu kalian  bisa bersama‐sama kami memeluk agama nasrani? 

M:  Wahai  tuan  Pastur  yang  terhormat,  seharusnya  andalah  yang  bila  sudah  menerima  perubahan 

pengertian keputraan Isa dengan arti seperti  itu,   untuk masuk kedalam  islam. Karena tindakan seperti  

ini berarti kalian mengakui pandangan Islam tentang diri Isa sebelum terjadinya takwil yang baru ini. Bila 

Isa  sebenarnya  sebagai  kekasih  Allah  , maka  hal  ini  sesungguhnya  sama  dengan  Ibrahim  yang  juga 

menjadi  kekasih Allah  ,  atau Musa  yang menjadi orang  yang dapat berdialog  langsung dengan Allah. 

Page 12: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Dengan demikian keyakinan Trinitas menjadi batal. Sebab pada hakekatnya tidak ada bapak atau anak 

dalam  hubungan  dengan  Allah.  Padahal  keyakinan  Trinitas merupakan  salah  satu  keyakinan  utama 

dalam agama Nasrani.  Jika keyakinan  ini batal, maka ajaran‐ajaran keyakinan nya  tidak berhak dinilai 

sebagai suatu agama yang memiliki keistimewaan dari agama –agama  yang lain. 

Selanjutnya  ,  islam  tidak  pernah  memaksa  umat  Yahudi  atau  Nasrani  yang  sudah  mengakui  Allah 

sebagaimana semestinya, kecuali mereka harus mengakui kerasulan Muhammad.saw,   terhadap hal  ini 

mereka  tidaklah dipaksa  secara membuta  atau untuk menerimanya dengan mengenyampingkan  akal 

atau merugikan mereka. Untuk mengakui kerasulan Muhammad saw, cukuplah dengan memperhatikan 

sejarah kehidupan  beliau tanpa mempedulikan mukjizat‐mikjizat yang mengokohkan kebenaran beliau, 

sepeti  yang  diterima  oleh  rasul‐rasul  lainnya.  Bila  umat  Yahudi  dan  Nasrani mau menyadari  hal  ini, 

niscaya mereka mau beriman kepada Muhammad, Nabi umat islam, sebagaimana  umat Musa percaya 

kepada Musa, Nabi umat Yahudi, dan kepada Isa , Nabi  umat Nasrani. Bila mereka ini berbuat demikian, 

maka  seluruh  umat  manusia  hidup  dalam  persaudaraan  yang  diliputi  penuh  ketenangan  dan 

keselamatan, dan terhindar dari perperangan dan permusuhan. 

Tidak  diragukan  lagi,  bahwa  inilah  satu‐satunya  cara  untuk mempersatukan  semua  bangsa‐bangsa  di 

dunia  ini.  Sebab  selama  agama  berbeda‐beda  tentu  kata  sepakat  yang  jujur  tidak  akan    diperoleh. 

Karena  setiap pemeluk  agama berkeyakinan merekalah  yang  kelak di  akhirat  yang menjadi  golongan 

yang selamat, sedangkan yang  lain akan mengalami siksa. Maka kalau mereka bersatu dalam agama  , 

nisaya akan dapat menghilangkan rintangan yang menghalangi terwujudnya persatuan mereka. 

P: Wahai Muhammad,  kami  telah mengikuti  perubahan  pengertian  Isa  sebagai  putra  Allah.  Namun 

kalian ternyata tetap menolak peristiwa penyaliban orang‐orang Yahudi terhadap beliau. Padahal Taurat 

mengesankan hal ini pada kami. Penyaliban bukan semata‐mata soal keagamaan, tetapi merupakan soal 

keagamaan dan  sejarah  sekaligus. Peristiwa penyaliban  telah diterangkan dalam buku  sejarah‐sejarah 

modern.  Kepercayaan  terhadap  penyaliban  merupakan  salah  satu  kepercayaan  kaum  Nasrani  yang 

penting. 

M:  Tuan  telah menjadikan masalah  penyaliban  Isa  sebagai  suatu  kepercayaan  agama.  Tuan  katakan 

bahwa  beliau  mempersembahkan  dirinya  ditiang  salib  untuk  menebus  dosa‐dosa  manusia  yang 

diwariskan dari bapak mereka, yaitu Adam As.  Ia berdosa sehingga diusir dari syorga. Padahal tidaklah 

diragukan bahwa perbuatan ini dilakukan oleh Adam As, tidaklah pada tempatnya anda anggap sebagai 

persolan yang dominan, sebab bila Adam  telah berbuat salah,   maka  tidaklah dengan sendirinya anak 

cucunya  turut melakukan kesalahannya  itu. Karena  seseorang  tidaklah dapat dibebani  tanggungjawab 

atas kesalahan orang  lain. Penyaliban  Isa sama sekali tidak ada hubungannya dengan kesalahan Adam, 

sehingga Isa dijadikan sebagai alat penebusnya. Umat Nasrani mengakui hal seperti ini dalam keyakinan 

penyaliban. Soal penyaliban  ini bagi mereka  sama dengan kepercayaan Trinitas yang bersumber pada 

sikap menerima secara membabi buta. Sebab soal penyaliban merupakan bagian ajaran iman yang tidak 

dapat dinalar sebagai tak ada gunanya dipikirkan. Sikap yang seperti ini oleh manusia pada jaman kita ini 

tidaklah dapat disetujui. 

Page 13: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Demikianlah nilai kepercayaan penyaliban  Isa dari aspek kefahaman menurut penilaian  islam. Adapun 

dari aspek sejarahnya, islam tidaklah menyangkal bahwa peristiwa penyaliban itu pernah terjadi, namun 

terjadinya bukan pada diri  Isa As. Tetapi orang yang disalib  itu adalah seseorang yang berwajah persis 

dengan beliau, yaitu Yudas Asharit, yang semula menjadi petunjuk  jalan musuh untuk menangkap  Isa. 

Yudas  ini  telah mati  pada malam  hari,  saat mana  orang menganggap  sebagai waktu  penyaliban  Isa. 

Maka orang yang disalib itu sebenarnya adalah Yudas setelah mengalami perubahan wajah menyerupai 

Isa.  Lalu dia disalib oleh   musuh‐musuh  Isa, dan mereka berkeyakinan  telah berhasil menyalib  Isa  itu 

sendiri.  Kejadian  luar biasa  ini  adalah  suatu hal biasa  yang dialami Nabi  Isa As.  Sebab beliau banyak 

mengalami mukjizat yang  lebih besar dari pada  itu. Masalah  ini dikabarkan oleh  seorang Rasul Allah, 

yaitu Muhammad  saw. Para  rasul adalah manusia yang  lebih  tahu dari kita  tentang masalah‐masalah 

seperti  ini.   Bila mereka mengabarkan sesuatu masalah ghaib sudah   tentu tidak ada seorangpun yang 

dapat membantahnya, atau mengatakan  , bahwa peristiwa terjadi atau tidak terjadi. Sebab Allah telah 

menjadikan Yudas berwajah persis  Isa as. Adalah suatu kejadian tanpa memeperlihatkan kepada siapa 

pun. Oleh  sebab  itu  , manusia  bukan  Rasul  tentulah  tidak  akan  dapat memberikan  sanggahan  yang 

meyakinkan. 

Selanjutnya dapatlah kami mengatakan bahwa penyaliban  Isa As   hanyalah semata‐mata soal sejarah. 

Kami dapat menyatakan bahwa yang menjadi kepentingan sejarah hanyalah menjelaskan bahwa pada 

malam  itu  terjadi  penyaliban.  Sejarah  tidak  menganggap  suatu  yang  istimewa,  apakah  korban 

penyaliban  itu  Isa atau orang  lain yang persis dengan beliau. Sebab masalah  ini berbeda di  luar objek 

pembicaraan sejarah. 

Sampai disini Muhammad melihat para pendengarnya agaknya ingin mengakhiri pembicaraan pada hari 

ini    sampai  di  sini  saja.  Lalu  ia mengumumkan  berakhirnya  pertemuan  dan  diharapkan  bisa  kembali 

untuk ikut mendengarkan pada dialog ketiga besok pagi. 

ooOoo 

 

 

Dialog ketiga: 

PRINSIP MENGUSAHAKAN KEMASHLAHATAN DAN MENOLAK BAHAYA 

Esok  harinya Muhammad  datang  ke  asrama  para misionaris  Nasrani.  Ia  disertai  ayahnya  ,  saudara‐

saudaranya  dan  teman‐temannya.  Sesampai  di  sana  ia menuju  ruang  dialog,  lau mengambil  tempat 

berdampingan  dengan  sang  Pastur  Z.  Selanjutnya  kedua  pembicara  melanjutkan  dialognya  tentang 

prinsip islam yang ketiga yaitu; 

Prinsip mengusahakan kemashlahatan dan menolak bahaya 

M: Dua prinsip sebelumnya adalah dua prinsip tentang aqidah islam, yang keduanya merupakan pondasi 

seluruh aqidah.  Sedangkan prinsip‐prisisp  islam  tentang masalah  syari’ah berpangkal pada  satu dasar 

Page 14: Pastur Menuduh Santri Menjawab

yang menjadi  pondasi  seluruh masalah  hukum,  yaitu  prisip  ;  “ mengusahakan  kemashlahatan  dan 

menolak bahaya”. Prinsip  ini merupakan dasar utama yang tidak dapat dibantah oleh siapapun. Sebab 

manusia  butuh  kemashlahatan  dunia  dan  kemashlahatan  akhirat.  Begitu  pula,  manusia  butuh 

kemashlahatan khusus dan kemashlahatan umum. Masing‐masing kemashlahatan ini menjadi perhatian 

agama  islam  dan  kepada masing‐masingnya  diberikan  perhatian  secara  tepat.  Ketentuan‐ketentuan 

islam mengenai  prisip ini tersebut dalam sabda rasululah saw; 

Tidak boleh menimbulkan bahaya dan membalas dengan cara berbahaya” 

Dan dalam al Qur’an dinyatakan pada surat Qashas 77; 

“ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang

lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS Al

Qashas 28:77)”.

Di dalam ayat  ini terdapat   celaan terhadap orang‐orang yang mengutamakan kepentingan diri sendiri 

diatas kepentingan masyarakat yang juga tercantum , di dalam firman Allah surat At Taubah :58 

Dan di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang (pembagian) zakat; jika mereka diberi sebahagian daripadanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebahagian

daripadanya, dengan serta merta mereka menjadi marah (QS At Taubah 9 : 58”.

 

P: Di dalam persoalan ini agama islam,  sebenarnya tidak berbeda dari agama–agama lain. Karena agama 

pada hakekatnya  segala  ketentuan hukumnya bertujuan mengupayakan  kemashlahatan dan menolak 

bahaya. 

M: Itu tidak benar. Karena syareat agama Yahudi dan Nasrani tidak sama dengan Islam , di dalam aspek 

ini.  Sebab  kedua  agama  tersebut mengadakan  perbedaan  kebangsaan.  Tetapi  Islam  universal  untuk 

semua bangsa, tidaklah  membedakan bangsa atau dengan lainnya dalam aspek kemashlahatan. Agama 

Yahudi di satu agama yang khusus untuk bani Israel dan   semata‐mata memperhatikan kemashlahatan 

bangsa  ini,  akibatnya    bangsa  Yahudi  mencintai  dirinya  sendiri  begitu  rupa  dan  mengutamakan 

kepentingan materi  untuk  dirinya  sendiri  di  atas  bangsa  lain.  Akibatnya  kemashlahatan  agama  dan 

kebangsaan menjadi satu kesatuan bagi mereka. Mereka begitu mencintai   materi dan kesengan  lebih 

besar daripada mencintai rohani dan budi‐budi yang luhur. Sebab mencintai rohani dan budi‐budi luhur 

merupakan  dorongan  kemanusiaan  secara  universal.  Dan  pandangan  sebagai  bangsa  pilihan  di  atas 

bangsa lain. 

Agama Nasrani datang dan menerima sikap ekstrim yang berlawanan dengan pandangan bangsa Yahudi 

terhadap materi. Agama Nasrani mengutamakan  aspek  rohani  dan mestrerilkan  hubungan  satu  pola 

tertinggi bagi mereka dan suatu citra yang paling ideal bagi pemeluknya. Mereka mencurahkan segenap 

Page 15: Pastur Menuduh Santri Menjawab

pikiran  untuk  dapat  mencapai  tujuan  tersebut.  Agama  Nasrani  tidak  memperhatikan  hukum 

keduniawian secara patut. Karena  itu dalam urusan hukum agama Nasrani berpegang pada ketentuan 

Taurat  yang  telah  ada  sebelumnya. Padahal hukum Taurat  khusus untuk bangsa Yahudi bukan untuk 

bangsa‐bangsa  lain  di  dunia  ini.  Jadi  hanya  Islam  sajalah  yang  merupakan  jalan  tengah  dalam 

memperhatikan  kemashlahatan  kehidupan manusia,  tanpa mengabaikan  yang  satu  dan melebihkan 

yang lain. Agama Nasrani telah membawa hukum cinta kasih, yang timbul sebagai reaksi  terhadap sikap 

permusuhan yang terpendam di dada bangsa Yahudi terhadap bangsa‐bangsa lain. Namun hukum cinta 

kasih  seperti  itu hanyalah merupakan  aturan moral,  sedangkan  sebaliknya  cinta  kasih di dalam  Islam 

merupakan ketentuan hukum dan moral sekaligus 

Dialog ketiga ini terjadi pada hari ahad. Para peserta yang ada di gedung  Seminary tidak menginginkan 

diperpanjang lebih lama dari waktu pembicaraan tersebut. Maka diberhentikanlah pembicaraan sampai 

disini dan ditunda pada dialog berikutnya pada hari senen besok. 

ooOoo 

 

 

Dialog ke empat : 

FAKTOR‐FAKTOR WAKTU DAN TEMPAT MODERAT 

 

Dialog  kali  ini  diadakan  tepat  waktunya. Muhammad  dan  sang  Pastur  duduk  di  tempat  yang  telah 

disediakan kemudan kedua pembicara mulai memasuki pokok pembicaraan prinsip ke empat dan kelima 

dari ajaran –ajaran islam. 

Prinsip ke empat : faktor waktu dan tempat. 

M:  Hukum  Islam  yang  berprinsip  “  mengusahakan  kemashlahatan  dan  menolah  bahaya”.  Maka 

selanjutnya dari prinsip  ini muncul dua prinsip baru yang saling berkaitan atau dapat dikatakan kedua 

prisnsip  ini merupakan cabangnya. Namun disamping  itu kedua prinsip baru  ini pun termasuk diantara 

prinsip‐prinsip  islam yang utama. Jadi kalau kedua prinsip baru  ini kita tambahkan pada prinsip‐prinsip 

sebelumnya, maka ia akan merupakan prinsip ke empat dan kelima. 

Prinsip ini yaitu faktor waktu dan tempat. Hukum hubungan antara pinsip ini dengan ke tiga ialah bahwa 

kemashlahatan ini berkaitan dengan waktu dan tempat. Islam tidaklah merupakan sesuatu hukum untuk 

bangsa  tertentu  dan waktu  tertentu  sehingga  kemashlahatan  tempat  atau waktu  ini menjadi  pokok 

perhatian  bagi  bangsa  tertentu.  Akan  tetapi  Islam merupakan  syariatnya  untuk  semua  bangsa  dan 

sepanjang  masa.  Karena  itu  sudah  tentu  prinsip  ke  empat  ini  menjadi  perhatian  Islam  agar 

kemashlahatan yang ingin diwujudkan dapat terealisir di  segala waktu dan tempat.  

Page 16: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Agama Yahudi dan Nasrani menolak prinsip yang dibawa oleh islam ini. Sebab agama Nasrani dan Yahudi 

menolak  adanya penghapusan hukum  ilahi  yang  telah  ada  sebelumnya dan mencela  tindakan  agama 

Islam dalam soal penghapusan hukum  ini.   Disamping  itu kedua agama tersebut menolak adanya sifat 

berangsur‐angsur di dalam penetapan hukum  ilahi, dimana sesuatu hukum ditetapkan pada jaman dan 

tempat  yang  selaras  dengan  tuntutannya.  Tatkala  umat  Yahudi  dan  Nasrani  mencela  adanya 

penghapusan hukum yang diakui oleh Islam, maka Allah telah berfirman di dalam Al Baqaraah 106: 

Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tiadakah kamu mengetahui bahwa

sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu? (QS Al Baqaraah 2:106)”.

Dengan adanya prinsip ke empat  ini, maka terbukalah pintu  ijtihat dalam Islam dan akan terus berlaku 

sampai waktu yang dikehendaki oleh Allah. Karena itu pintu ijtihad tidak tertutup karena wafatnya Nabi 

saw. Bahkan terus terbuka untuk segenap ulama Islam. Agar mereka dapat menggariskan hukum sesuai 

dengan waktu dan tempat dan tidak mengalami satu kesulitan pelaksanaan hukum seperti yang pernah 

membelenggu kehidupan umat Nasrani dan Yahudi dahulu.  

Karena  itu pembinaan hukum  Islam mempunyai sifat  luwes dan  fleksibel, sehingga hukum  Islam  tidak 

mengalami  kesulitan  untuk  menerima  pembaharuan  yang  bermamaat  kepada  pelakunya.  Adapun 

agama Yahudi dan   Nasrani tidaklah memiliki sifat keluwesan dan    fleksibelitas di dalam hubungannya 

sebagai  suatu penghapusan dan penggantian hukum‐hukum  Tuhan.  Sebagai  akibatnya hukum  agama 

mereka menjadi belenggu dan beban berat pada pemeluknya, serta tidak bisa dilaksanakan dengan baik. 

Inilah yang diisyaratkan oleh firman Allah dalam suarat Al A’raf 157; 

(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang umi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan

mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya,

memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung (QS Al A’raf 7 : 157)”.

Seharusnya umat Yahudi dan Nasrani menyambut baik agama  Islam yang menyelamatkan mereka dari 

sikap  keagamaan  yang  kolot,  melepaskan  mereka  dari  kebekuan  dan  belenggu  yang  menghambat 

mereka.  Namun  mereka  ternyata  tidak  dapat  menghargai  nikmat  Islam  kepada  mereka  seperti  ini 

bahkan mereka mulai meributkan penghapusan hukum oleh agama  islam dan menyerang Allah  serta 

beranggapan bahwa adanya penghapusan hukum berarti bukti kebodohan Tuhan, padahal Tuhan suci 

dalam  urusan  ini  ataupun  yang  lainnya.  Sebenarnya masalah  bagi mereka  adalah  sebagaimana  kata 

penyair ; 

 

 

Page 17: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Masa-masa datangnya ujian

Sesorang akan tersingkap

Sehingga bisa terjadi

Barang buruk terlihat baik

Barang baik terlihat salah

Prinsip ke lima  Moderat, tidak mengutamakan materi, tetapi tidak pula mengabaikan materi. 

M : Prinsip ke lima ini merupakan salah satu dari prinsip‐porinsip ajaran islam yang sudah tercakup pada 

prinsip kemashlahatan diatas. Karena cara   yang moderat mempertemukan kepentingan–kepentingan  

manusia  pada  berbagai  tingkat  dan  keadaan  untuk  selamanya.  Islam menuju  adanya  sikap  tengah‐

tengah dan moderat dalam segala urusan. Allah  menjadikan umat Islam sebagai umat yang moderat di 

tengah  umat‐umat yang lain, sebagaimana difirmankan NYa di dalam surat Al Baqaarah 143; 

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan)

kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh

(pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang kepada manusia (QS Al Baqaraah 2 : 143)”.

Karena itu Islam memperhatikan aspek rohani dan jasmani di dalam setiap ketentuan hukumnya.  Begitu 

pula  aspek  duniawi  dan  ukhrawi.  Sebab  hukum  Islam  dibuat  untuk  tujuan mendidik  jiwa  agar  dapat 

mengontrol emosi.  Ini adalah merupakan pokok hikmah yang praktis.  Jadi sikap  tengah‐tengah adalah 

merupakan tuntunan ajaran  islam di dalam tiap urusan, walaupun dalam bidang  ibadah. Sebagai suatu 

contoh, diriwayatkan bahwa Nabi melihat seorang laki‐laki sangat tekun dalam ibadah sampai matanya 

sembab. Lalu Nabi bersabda kepadanya : “islam ini agama yang kokoh. Maka lakukanlah dengan penuh 

rasa  sayang.  Orang  yang  memaksakan  dirinya  ,  takkan  bumi  ditembus,  takkan  punggung  dapat 

menahan”. 

Sikap  mengabaikan  yang  satu  dan  melebih‐lebihkan  yang  lain  dalam  hal  papun  dicela  oleh  Islam, 

sebagaimana hal seperti  ini dicela dalam hikmah praktis. Atas dasar prinsip  inilah  Islam membenarkan 

setiap muslim untuk berusaha mendapatkan dunia dan perhiasan sesuai dengan haknya, asalkan tidak 

berlaku berlebih‐lebihan, sebagaimana Tuhan firmakan pada surat Al A’raf 31; 

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan

(QS Al A’raf 7 : 31)”.

Page 18: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Islam jelas bertentangan dengan agama Yahudi dalam prinsip ini. Karena umat Yahudi berlebihan dalam 

mencintai materi dan mengabaikan akherat. 

Kemudian,  setiap muslim  juga  dibenarkan  bersikap mengambil  jarak  dengan  kesenangan  dunia  dan 

kebutuhan materi dengan tidak berlebih‐lebihan. Sikap seperti  ini bertentangan dengan ajaran Nasrani 

yang  menuntut  cara  hidup  kependetaan  begitu  rupa  ,  memutuskan  diri  kesenangan  duniawi  dan 

menyendiri di gereja jauh dari kegiatan duniawi. 

Pernah  seorang  laki‐laki  datang  kepada  Nabi  saw  menawarkan  diri  untuk  memupus  syahwatnya 

(dikebiri)  supaya  tidak punya  selera pada wanita.  Lalu Nabi  saw bersabda kepada nya  ; ”  Islam  tidak 

kenal  kependetaan”.  Sebab  sikap  hidup  kependetaan  tidak  sejalan  dengan  fitrah manusia  dan  tidak 

akan  dapat memenuhi  tuntutan membangun  kesejahteraan  hidup.  Dan  ternyata  peradaban modern 

muncul  kepermukaan  dunia    dengan  sikap  memerangi  cara  hidup  kependetaan.  Karena  itu  bagi 

peradaban  modern,  islam  sejalan  pandangannya  dari  pada  dengan  pandangan  agama‐agama 

sebelumnya. Dalam masalah materipun  Islam bersikap moderat,  Islam mengharamkan cinta membuta 

kepada  harta,  sehingga melahirkan  sifat  bathil.  Hal  ini  berlawanan  dengan  sikap  umat  Yahudi  yang 

sangat  rakus  terhadap  harta  sampai  mau  menghalalkan  segala  cara,  sehingga  membolehkan  riba, 

asalkan  dilakukan  terhadap  non  Yahudi.  Islam  pun melarang   mempergunakan  harta  secara  boros, 

sebagaimana Allah menyebutkan di dalam surat Al Isra’ 27; 

Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya (QS Al Isra’ 17: 27)”.

Kemudian  Islam  menyuruh  bersikap  moderat  antara  bakhil  dan  boros  sebagaimana  firman  Allah 

tersebut di dalam ayat sesudahnya ( Al Isra’ 29) ; 

Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal (QS AL Isra’ 17 : 29)”.

Sebagai  realisasi  Islam  telah  menentukan  adanya  infaq  (derma)  untuk  hal‐hal  kebaikan  dan  juga 

penetapan wajib zakat. Orang yang mau melaksanakan kewajiban  ini  terhadap harta yang dimiliknya  , 

maka  ia akan  selamat dari  sikap‐sikap ekstrim yaitu  sikap bakhil dan boros. Dengan demikian  ia  tidak 

menjadi seorang yang bakhil atau seorang pemboros. Karena pemborosan bukanlah hal terpuji dan    ia 

hanya merupakan bagian dari pelampiasan duniawi. 

Islampun menentukan  sikap  tengah‐tengah mengenai masalah  wanita.  Islam  tidaklah merendahkan 

wanita seperti yang dilakukan oleh agama‐agama  lain. Tetapi  juga  tidak menyamakannya dengan  laki‐

laki secara mutlak, seperti yang dilakukan oleh beberapa aliran lain. Namun islam menyamakan hak dan 

kewajiban  wanita  dengan  laki‐laki  selaras  dengan  kodratnya.,  bahkan  Islam  dalam  beberapa  hal 

melebihkan laki‐laki sesuai dengan fitrah dan tuntunan kehidupan sosial sebagai mana diisyaratkan oleh 

firmanNya pada surat An Nisa’ 34; 

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah

Page 19: Pastur Menuduh Santri Menjawab

menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka

di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar

(QS An Nisaa’ 4 : 34)”.

Syariat agama Yahudi dan agama‐agama yang lain tidak membenarkan wanita memperoleh warisan, dan 

hanya  laki‐laki yang berhak menjadi pewaris. Sedangkan beberapa undang‐undang menyamakan  laki‐

laki dan wanita dalam memperoleh warisan. Tindakan seperti ini tidak selaras dengan kaedah kehidupan 

soaial,  karena  laki‐laki  lebih  banyak menerima  tanggung  jawab  daripada  wanita,  disamping  adanya 

kecendrungan  pada  pemberi waris  untuk melebihkan  laki‐laki  dari wanita.  Kecendrungan  seperti  ini 

adakalanya berlebih‐lebihan, sehingga diantara mereka melarang wanita mewarisi hartanya. Dalam hal 

ini  islam bukan  semata‐mata menempuh  jalan  tengah antara  kedua macam hukum  yang berlawanan 

tersebut, tetapi  islam menentukan wanita memperoleh hak waris setengah dari  laki‐laki. Ketentuan  ini  

adalah adil tanpa wanita merasa dizalimi atau laki‐laki dirugikan. 

Demikianlah dalam setiap hukum  islam bersikap tengah‐tengah, sehingga kaum muslimim mempunyai 

kodifikasi hukum  yang  tidak  tersamai  oleh hukum‐hukum  lain  dalam  kekayaan pemikiran hukumnya, 

aliran  pikirannya,  perbedaan‐perbedaan  ketetapannya,  sekalipun  pada  masa‐masa  umat  islam 

menghalami  kemegahan. Umat  islam  dapat berbangga diri berhadapan dengan  kedua hukum  agama 

langit  sebelumnya,  yang  senantiasa berlomba untuk menyainginya.  Sebab di dalam  kedua  agama  itu 

tidak terdapat pembinaan hukum yang luas, sehingga pemeluknya tidak merasa perlu hukum yang lain. 

Perhatikanlah bangsa‐bangsa Kristen dewasa ini yang berada pada masa kemegahannya, tetapi ternyata 

mereka mempergunakan perundang‐undangan modern Eropah  yang  kini  sebenarnya  sedang berjalan 

mendekati syariat Islam. Bahkan banyak hukum barat yang jujur mengakui bahwa hukum barat modern 

menyadur dari fiqih islam. 

P:  Wahai  anak  muda  ,  saya  rasa  sudah  cukup  anda  menerangkan  prinsip‐prinsip  Islam  yang  anda 

inginkan. Saya telah bersabar untuk memberikan kesempatan kepada anda sehingga dapatlah apa yang 

anda  kehendaki  tercurahkan  sepenuhnya.  Sikap  sopan  santun  dan  keterangan  anda  memberikan 

pengaruh yang besar terhadap rasa kesabaran saya untuk mendengarkan anda. 

Karena  itu bersediakah  anda utuk bersama pindah  kepada beberapa hal pokok pembicaraan  tentang 

Islam yang akan kami  sodorkan? Maukah anda bersabar  seperti kesabaran yang  saya  lakukan kepada 

anda? Dan  maukah anda melanjutkan dialog yang tenang sampai  kita selesai? 

M; anda berhak untuk  itu wahai Pastur. Saya sangat berterima kasih atas pujian anda. Saya memohon 

kepada Allah semoga saya diberi hidayah untuk memperoeh keridhaannya dalam kesempatan  ini, apa 

yang tuan inginkan , waktu nya akan tiba pada dialog berikut nanti. 

ooOoo 

Page 20: Pastur Menuduh Santri Menjawab

 

Dialog ke lima : 

POLIGAMI DAN POSISI WANITA 

 

Pengunjung  pada  dialog  kali  ini  lebih  banyak  dari  sebleumnya  ,  karena  Pastur    Z  sebelumnya  telah 

mengumumkan  akan mengajukan  beberapa  gugatan  keras  terhadap  ajaran  Islam.  Sebab  itu  banyak 

orang  yang  ingin  mendengarkan  sanggahan‐sanggahan  Pastur  tersebut  dan  bagaimana  jawaban‐

jawaban Muhammad 

P:  Mengapa anda berpendapat bahwa islam berlaku adil kepada wanita, bukan menghinanya? Padahal 

Islam  membenarkan  Poligami.  Sedangkan  Poligami  ini  besar  bahayanya  terhadap  mereka  dan 

menciptakan pertengkaran di dalam kehidupan suami‐istri. Padahal seharusnya kehidupan antara suami 

istri   berjalan penuh kerja sama secara  ikhlas. Sedangkan keikhlasan dapat tercipta bila   berada dalam 

satu ikatan baik rumah, kekayaan maupun anak‐anak. 

M: Anda  terlalu  ekstrim melihat  poligami  di  dalam  Islam.  Seolah‐olah  Islam membenarkan  apa  yang 

dilarang agama‐agama sebelumnya, seperti zina atau perbuatan‐perbuatan maksiat lainnya. Seolah‐olah 

perbuatan‐perbuatan  tersebut  tidak  dibenarkan  oleh  Islam  padahal  oleh  agama  –agama  sebelumnya 

dibenarkan. Juga seolah‐olah Islam tidak menertibkan dan tidak membolehkan lebih dari 4 istri. Padahal 

poligami  pada  agama  –agama  sebelumnya  tidak  mempunyai  batas,  sebagaimana  pembatasasn  itu 

dilakukan oleh islam. 

Islam menetapkan  kebolehan poligami bukanlah  sebagai  sesuatu  yang wajib  atau  sunnah, melainkan 

hanya  suatu  ketetapan mubah.  Ketetapan mubah  dalam  Poligami merupakan  hukum  yang  sungguh 

terpuji, karena sesuai dengan sifat Islam sebagai agama universal, yang berlaku untuk segala masa dan 

tempat serta segala macam bangsa. Sebab hukum mubah tidaklah sama dengan empat ketentuan yang 

lainnya  (wajib,  sunat,  haram  dan  makhruh).  Dengan  demikian  mubah  dapat  diterapkan  pada 

kebanyakan hukum,  sehingga pihak pemerintah   dapat melakukan perubahan  atau menggantikannya 

sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi. Poligami dalam islam termasuk kategori hukum yang elastis, 

sehingga  hukum  poligami    berlaku menurut  tuntutan  kebutuhan.  Jika  ternyata  dengan  poligami  ini 

menimbulkan  hal‐hal  yang  merusak    dapatlah  diadakan  larangan.  Sekiranya  Islam  mengharamkan 

poligami secara mutlak, niscaya manusia akan mengalami kesulitan sepanjang jaman, misalnya keadaan 

sesudah perang yang pada umumnya jumlah wanita lebih banyak dari laki‐laki dan umat tersebut sangat 

membutuhkan pertambahan penduduk setelah masa perang. Keadaan seperti  ini memerlukan system 

poligami.  Karena  poligami  adalah  satu‐satunya  cara  terbaik mengantisipasi  perzinaan. Walaupun  di 

dalam  sistim poligami  ini  terdapat hal‐hal  yang negatif padahal  sebenarnya  kenegatifan  ini  ada pada  

pelaksanaan, bukan pada hakekat poligami, namun  toh negatifnya  jauh  lebih kecil daripada perzinaan 

yang selamanya berbahaya dan menimbulkan kerugian besar terhadap kesehatan tubuh, keluarga dan 

lingkungan  kehidupan  umat,  serta  membuat  yang  bersangkutan  menjadi  proaktif  bila  membiarkan 

dikuasai oleh dorongan seksual kebinatangan. 

Page 21: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Islam  tidaklah  melupakan  adanya  bahaya  poligami  karena  penyalahgunaan.  Karena  itu  islam 

menetapkan  syarat‐syarat  yang  ketat,  yaitu  poligami  hanya  dibenarkan  bagi  orang  yang  yakin  dan 

mampu berlaku adil  sesama  istrinya, agar kehidupan  rumah  tangga  terajaga dengan baik, penuh  rasa 

ihklas, penuh keterbukaan dan kejujuran antara istri dan suami, antara anak‐anak, ayah dan ibu mereka. 

Poligami ini penetapan hukumnya tercantum dalam firman Allah suara an nisa’ 3 

Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat.

Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya

(QS An Nisaa’ 4 : 3)”.

 

Dan firman Allah dalam surat An Nisaa’ 129 

Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri- istri (mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang

kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun

lagi Maha Penyayang ( QS An Nisaa’ 4 : 129)”.

Maksud ayat ini adalah sikap adil yang menjadi syarat kebolehan poligami adalah tidak dapat dipenuhi 

oleh  seseorang  secara  tuntas.  Karena  itu  seseorang  agar  lebih  selamat  kepentingan  agamanya 

hendaknya  ia  tidak  bermonogami,  ini  berarti  bahwa  poligami  pada  dasarnya  dipandang makhruh, 

karena  kebolehan  ini  tidak  begitu  saja  boleh  dilaksanakan  dan  terlepas  dari  sifat makhruh,  tanpa 

adanya suatu keperluan yang mendesak. Poligami yang kebolehannya bersyarat bukanlah timbul oleh 

serangan‐serangan  terhadap hukum poligami pada  zaman  kita  ini,  akan  tetapi  seorang  ulama besar 

bernama  Syihabudin Ahmad  bin Muhammad  bin Ali  Rabi’  dalam  bukunya  “  Sulukul malik  I  fadbiril 

mamalik”,  menegaskan  kepada  para  suami  untuk  memenuhi  enam  tugas  kepada  istri  dan  tugas 

kelimanya  ialah  sebaik‐baiknya bermonogami  sejauh dirasakan  cukup bagi dirinya.  Sebab monogami 

lebih mampu menegakkan ketertitaban rumah tangga. Hal ini dengan jelas menunjukkan bahwa beliau 

beranggapan  berpologami  itu    makruh  seperti  pendapat  saya,    beliau  berbeda  dengan  kalangan 

mayoritas  ulama karena ia berpendapat pada dasarnya hukum poligami tidak mubah. 

P: Saya ingat bahwa poligami adalah cara yang terbaik untuk mengantisipasi perzinaan. Namun kenapa 

umat  Islam yang membolehkan poligami  ini tetap terdapat perzinaan seperti yang terdapat di tengah 

masyarakat Nasrani, yang notabene melarang poligami? 

 

M:  Saya hanya mengatakan bahwa poligami hanya  salah  satu  cara  , bukan  satu‐satunya  cara untuk 

mengantisipasi perzinaan. Bila  yang menjadi  soal adalah pemberantasan perzinaan  itu  sendiri, maka 

poligami semata‐mata tidak cukup memberantas penyakit sosial ini. Tetapi ia sudah pasti memerlukan 

perangkat‐perangkat  lain,  seperti  hukuman  terhadap  pelaku  zina  di  dunia  ini  dan  lain  sebagainya. 

Page 22: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Semua  cara‐cara  ini  hanyalah  bertujuan  untuk memperkecil  penyakit‐penyakit  sosial  yang menimpa 

kehidupan  masyarakat.  Sebab  menghilangkannya  sama  sekali  adalah  tidak  mungkin  .  tetapi  suatu 

kenyataan yang tidak dapat diragukan lagi, perzinaan yang terjadi di negri‐negri islam jauh lebih sedikit 

dibandingkan dengan negeri‐negeri  lain. Terutama sekali pada saat hukum‐hukum  islam  itu berlaku di 

negri mereka  sendiri  dan  bukan  di  saat  umat  islam  di  bawah  cengkraman  penjajah  Kristen.  Sebab 

penjajahan ini memaksa untuk diperbolehkannya perzinaan dan minuman keras secara terbuka. Hal‐hal 

seperti ini sudah merupakan suatu perbuatan yang tersebar di  negeri‐negeri islam dibawah kekuasaan 

penjajah. 

P: Wahai anak muda, kalau anda beranggapan poligami pada dasarnya makhruh, maka mengapa Nabi 

anda membolehkan hal itu untuk dirinya sendiri? Mengapa beliau membolehkan  dirinya sendiri untuk 

berpoligami  dalam  jumlah  yang  lebih  dari  yang  diperbolehkan  untuk  penganutnya?  Beliau  telah 

beristrikan sembilan orang dan bukan sampai batasan 4 orang, sebagaimana yang diberlakukan kepada 

orang‐orang lain untuk mencukupkan diri beristri 4 orang saja? 

M: Baiklah wahai Pastur yang mulia, tidaklah benar jika Nabi kami hanya membolehkan dirinya sendiri 

berpoligami dengan sejumlah istri, yang beliau sendiri melarang orang lain untuk berpoligami sejumlah 

yang beliau  lakukan. Perlu diketahui bahwa ketentuan berpolohami  turun pada akhir  tahun 8 hijrah. 

Padahal Nabi  telah berpoligami dengan  sejumlah  istri beliau  sebelum  tahun  tersebut dan  istri beliau 

yang terakhir ialah Maimunah putri Harits Al Halaliyah, janda yang terakhir pamam beliau yaitu Hamzah 

bin Abdul Muthalib pahlawan perang Uhud, dan  juga bibi Abdullah bin Abbas. Perkawinan  ini  terjadi 

pada  saat beliau melakukan Umratul Qodho’  (tahun 7 Hijriah). Nabi  tidaklah mencampuri  istrinya  ini 

terkecuali  setelah  keluar dari Mekkah  yaitu di  kampung  Safir. Tatkala hukum poligami  ini  turun dan 

dilarang beropoligami  lebih dari empat  istri, maka Nabipun dilarang untuk kawin  lagi  lebih dari  jumah 

istri‐istri  beliau  yang  sudah  ada.  Berkenaan  dengan  ini  Allah menurunkan  firmanNYa  pada  surat  Al 

Ahzab : 52; 

Tidak halal bagimu mengawini perempuan-perempuan sesudah itu dan tidak boleh (pula) mengganti mereka dengan istri-istri (yang lain), meskipun kecantikannya menarik hatimu kecuali perempuan-

perempuan (hamba sahaya) yang kamu miliki. Dan adalah Allah Maha Mengawasi segala sesuatu (QS Al Ahzab 33 : 52)”

Dalam  masalah  poligami  tidaklah  ada  perlakuan  istimewa  terhadap  diri  Nabi,  terkecuali  beliau 

dibolehkan  untuk  tetap  meneruskan  poligami  dengan  sembilan  istrinya    dan  tidak  disuruh  untuk 

menceraikan yang lebih dari empat istri, sedangkan orang lain disuruh menceraikan istrinya bila istrinya 

berjumlah  lebih  dari  4.  Pengertian  seperti  ini  adalah  untuk  kemasylahatan  istri‐istri  Nabi.  Karena 

mereka tentu tidaklah rihdo untuk menerima orang lain sebagai gantinya, karena kedudukan Nabi tidak 

sama dengan orang‐orang    lain.   Maka kemashlahatan di dalam pengecualian tersebut bukanlah demi 

kepentingan Nabi, tetapi untuk kepentingan istri‐istrinya. Sebab itu isti‐istri Nabi tidak dihalalkan untuk 

diambil  orang  lain  sepeninggal  beliau,  sehingga mereka  tetap menyendang  gelar  “ibu‐ibu Mukmin” 

sampai wafatnya. Jadi beliau tidak dibenarkan untuk menceraikan salah seorang istrinya. 

Page 23: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Sang  Pastur  nampaknya  berharap  bahwa  pembicaraan  yang  belum  selesai  ini  bisa  diteruskan  pada 

dialog berikutnya, karena itu dialog kelima  ini ditutup sampai disini. 

ooOoo 

 

Dialog ke enam : 

THALAQ DAN HAK WANITA 

 

Jumlah  pengunjung  tidaklah  berkurang  dibandingkan  dengan  jumlah  sebelumnya.  Pastur    Z  mulai 

mengajukan gugatan‐gugatan dan Muhammad memberikan jawabannya; 

 P:  Masih terdapat persoalan tertinggal yang dapat kita bicarakan mengenai islam ini, yaitu soal Thalaq.  

Islam  telah  memberikan  senjata  yang  kejam  kepada  laki‐laki  untuk  membunuh  sang  istri, 

menghancurkan  ketenangan  hidup  berkeluarga  dan  tidak memberikan  suasana  kehidupan  bersama 

kepada  sang    suami  yang  penuh  kasih  sayang,  tetapi  penuh  ketakutan  bukan  suasana  penuh 

kebahagiaan dan ketenangan. 

M:  Persoalan  Thalaq pada  agama  kami  sama dengan persoalan  poligami.  Islam  tidak membenarkan 

dengan begitu saja, padahal agama‐agama sebelumnya mengharamkannya, tetapi Islam membolehkan  

sesuatu yang agama‐agama sebelumnya  juga   dibolehkan.    Jadi dalam persoalan Thalaq agama  Islam 

tidaklah melakukan  hal‐hal  yang  tercela.  Anda mengetahui  bahwa  hukum mubah  termasuk  dalam 

kategori  eksperimen diantara hukum‐hukum yang lima. Mubah ini merupakan suatu ketentuan hukum 

yang  mudah  karena  mengingatkan  kondisi  dan  situasi,  sehingga  ia  terkadang  tetap  mubah  dan 

terkadang  bisa  dilarang,  terkadang  tanpa  syarat  dan  terkadang  terikat  oleh  syarat‐syarat.  Dengan 

demikian hukum melakukan Thalaq bisa  selalu  sejalan dengan  segala  jaman dan  tempat dan  selaras 

pula dengan hukum –hukum lainnya dari agama islam yang universal ini. 

Sebab  islam  tidaklah  memberikan  kebolehan  melaksanakan  Thalaq  secara  bebas  begitu  saja.  “ 

perbuatan  halal  yang  paling  dibenci  oleh Aklah  adalah  “Thalaq”.  Jadi  sebenarnya  kebolehan  Thalaq 

hanyalah karena keadaan sangat mendesak. Jika tidak ada tuntutan yang sangat mendesak hukumnya 

makhruh, dan kalau  tidak ada alasan apa‐apa maka hukumnya haram. Sebab  thalaq adalah  tindakan 

kelaliman  kepada  istri dan berbuat zalim adalah haram dalam urusan apapun. 

Selain  itu  Islam  tidaklah  melupakan  bahaya  Thalaq  dan  adanya  penyalahgunaan  sehingga 

mengakibatkan kecaunya tatanan keluarga dan bahaya besar yang menimpa umat. Thalaq dibolehkan 

dengan  syarat  adanya  tuntutan  kepentingan  yang menguntungkan  dan  demi mengatasi  kerusakan 

hubungan  suami  istri  yang  tidak  dapat  didamaikan.  Jadi  thalaq  bukan  seenak  hawa  nafsu  untuk 

melaksanakannya  .   Bahkan  islam mendorong sang suami untuk  tetap melangsungkan  ikatan dengan 

istrinya, walaupun  rasa cintanya sudah pudar dan keinginan suami pada  istri,  tidak  tumbuh  lagi.  Jadi 

Thalaq  ini hanya boleh dilakukan  kalau hubungan  suami  istri  rusak dan  tidak harmonis,  segala  jalan 

Page 24: Pastur Menuduh Santri Menjawab

sudah buntu untuk memperbaiki kerusakan  tersebut. Hal  ini dinyatakan dalam  firman Allah di dalam 

surat An Nisa’ 19 ; 

Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang

telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka

bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak (QS An Nisaa’ 4 : 19)”.

Thalaq di dalam Islam di atas untuk tujuan –tujuan yang menjadi tuntutan hidup manusia, antara lain ; 

karena adanya hubungan suami‐istri yang buruk akibat kepribadian yang tidak cocok dan sebagainya. 

Pada  saat  seperti  ini bercerai adalah  lebih baik daripada meneruskan kehidupan  rumah  tangga yang 

buruk, sebab akibatnya merusak akhlak dan pendidikan anak‐anak disamping nama cemar dan riwayat 

hidup yang  jelek. Sebelum melakukan Thalaq  Islam menyuruh agar sang suami  lebih dulu melakukan 

upaya mendidik terhadap istrinya dan janganlah baru bertindak (untuk mendidik) setelah terjadi krisis. 

Tindakan  yang  tepat    adalah menasehati dan pisah  ranjang.  Juga  suruh    agar  suami mengupayakan 

perdamaian  dengan  istrinya  lewat  bantuan  keluarga  masing‐masing,  jika  tidak  mampu 

menyelesaikannya sendiri. Hal ini Allah Firmankan dalam surat An Nisaa’ 34‐35 

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah

menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka

di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar 34. Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu

bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-istri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS An NIsaa’ 4 : 34-35)”.

 

Jika  semua  ini  ternyata  tidak  berhasil, maka  Allah mengizinkan  dilakukan  Thalaq.  Thalaq  satu  kali 

bukanlah Thalaq untuk berpisah selamanya, melainkan sebagai tenggang waktu yang ada kemungkinan 

rujuk  kembali.  Thalaq  ini  tidaklah  hanya  diizinkan  sekali  untuk  selama‐lamanya,  tetapi  sesudah  itu 

dibolehkan  untuk  rujuk  kembali  kepada  istrinya,  bila  hal‐hal  yang menyebabkan  perpecahan  sudah 

hilang. Bahkan Islam memperbolehkan Thalaq sampai tiga kali. Sesudah yang pertama dan yang kedua 

suami masih boleh kembali. Sebab dua kali percoban ini dipandang cukup bagi kedua belah pihak untuk 

saling mengoreksi diri.  Tetapi dilarang untuk  rujuk  setelah  Thalaq  ke  tiga. Hal  ini dimaksudkan  agar 

perkawinan  tidak  menjadi  permainan  dan  tidak  menyia‐nyiakan  sesuatu  yang  berharga  dalam 

pandangan masyarakat. Allah telah menyatakan ketentuan Thalaq ini di dalam surat Al Baqaraah 229 ; 

Page 25: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang makruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali dari sesuatu yang

telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami istri) tidak dapat menjalankan

hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang lalim (QS Al Baqaraah 2:229)” .

 

Dengan  uraian  ini  tidaklah  dapat  disangsikan  lagi  bahwa  Thalaq  dalam  hukum  islam  adalah  suatu 

ketentuan  yang  adil dan  suatu  cara  yang mutlak dibutuhkan dalam  kehidupan masyarakat manusia. 

Telah  cukup  banyak  bukti  pada  pemerintah‐pemerintah  Kristen  ,  baik  di  Amerika maupun  Negara‐

negara Eropah sekarang telah mulai memberlakukan hukum perceraian sesuai menurut syariat  Islam, 

padahal agama Kristen sama sekali melarangnya. 

P: Kenyatan‐kenyataan tersebut tidaklah dapat dijadikan argumentasi untuk menyalahkan kami. Sebab 

pemerintah‐permerintah  tersebut,  ternyata membolehkan  perzinaan  dan  perbuatan  tercela  lainnya 

yang  dilarang  oleh  agana Nasrani  (Kristen).  Jadi masalah  bolehnya  thalaq  di  negara  tersebut,  sama 

halnya dengan membolehkan zina dan lainnya. 

M: Wahai Pastur, sungguh amat jauh berbeda antara soal Thalaq dan zina. Karena apa yang saya uraikan 

tentang  langkah  pemerintah‐pemerintah  anda  di  dalam  soal membolehkan  perceraian  itu  bukanlah 

suatu  masalah  yang  pada  hakekatnya  negarif,  terlepas  dari  bagaimana  pemerintah‐permerintah 

tersebut menjadikannya.  

Sampai disini Muhammad dan Pastur bersepakat untuk menghakhiri dialog kali  ini pada masalah yang 

sudah dibicarakan dan akan dilanjutkan besok pada dialog berikutnya. 

ooOoo 

 

 

Dialog ke tujuh: 

PERBUDAKAN DAN HARKAT MANUSIA 

 

Dialog  yang  lalu  berakhir  dengan  rasa  puas  para  hadirin  ,  tentang  betapa  sikap  adil  hukum  islam 

mengatur wanita. Pembicaraan dalam dialog kali  ini berpindah dalam mengatur wanita. Pembicaraan 

dalam dialog  ini pada masalah perbudakan dalam  islam.  Inilah masalah yang  sekarang akan dijadikan 

topik dan banyak dibicarakan oleh orang. 

Page 26: Pastur Menuduh Santri Menjawab

P: Wahai   anak muda, anda mengatakan bahwa Islam memandang semua manusia  itu sama, tidak ada 

kelebihan  antara  bangsa    Arab  dengan  bangsa  lain,  kecuali  karena  taqwa.  Tetapi  mengapa  Islam 

mengakui  perbudakan  dan  menjadikan    sebagian  orang  laksana  barang  dan  binatang  yang  dapat 

diperjual  belikan  dipasar,  lalu  dibebani  kerja  paksa dan  penghinaan  sebagai budak  selama  hidupnya. 

Fakta ini tidaklah mungkin dapat dianggap bahwa semua manusia itu sama dan martabatnya  dihadapan 

Allah.   Kami  , umat Kristen   telah berjuang mati‐matian pada abad  ini dengan perjuangan yang terpuji 

untuk  menghapus  perbudakan  manusia  sehingga  seluruh  permukaan  bumi  telah  merasakan  hasil 

perjuangan kami  dari  bangsa‐bangsa di segenap penjuru dunia menikmati kemerdekaan. 

M:  Islam di dalam membenarkan adanya perbudakan  sebenarnya tidaklah membolehkan sesuatu  yang 

oleh agama‐agama sebelumnya diharamkan. Sebab dalam agama Yahudi dan Nasrani yang ada sebelum 

Islam dan perundang‐undangan yang ada sesudahnya membenarkan adanya perbudakan. Umat Kristen 

dalam  perjuangan  modernnya  untuk  menghapuskan  perbudakan  bukanlah  suatu  hal  yang  dapat 

dianggap kebajikan utama, tetapi  justru kami memandang sebagai   suatu perjuangan yang cacat. Kami 

melihat upaya pembebasan perbudakan tidak mempunyai makna penting. 

P : Anak muda, mengapa anda menolak anggapan kebajikan utama dari perjuangan semacam ini? 

M:  Memang saya menolak anggapan kebajikan dari perjuangan semacam itu, wahai Pastur yang mulia. 

Anda   memang dapat dimaafkan karena  tidak bisa merasakan apa yang kami  rasakan  , orang –orang 

timur pada umumnya, kaum muslimin khususnya merasakan perbudakan yang anda paksakan kepada 

kami. Padahal kami , sebelum anda datang menjadi tuan di tengah kaum muslimin dan orang‐orang yang 

berkemajuan. Namun setelah anda menjajah kami, semuanya menjadi budak anda, darah kami   begitu 

saja dialirkan sia‐sia, harta benda kami dirampok, kemerdekaan kami ditumpas. Wahai sang pastor, tidak 

ada perbudakan keji dari pada yang kami derita sekarang. Karena memperbudak bangsa‐bangsa  lebih 

tercela dari pada memperbudak individu. 

Wahai sang Pastur, anda telah mengabaikan begitu rupa kata perbudakan, ketika anda menyangka telah 

berjuang  melakukan  penghapusan  perbudakan  di  jaman  ini.  Padahal  perbudakan  pada  hakekatnya 

belumlah  terhapuskan.,  selama  belum  berhenti  perperangan  antar  manusia.  Selama  masih  terjadi 

perperangan selama itu masih ada tawanan, dan selama ada tawanan, niscaya ada perbudakan. Karena 

perbudakan  merupakan  konsekwensi  adanya  tawanan.  Perbudakan  akan  tetap  ada  selama  ada 

perperangan. Seseorang tertawan tidak memiliki dirinya sendiri di tangan penawannya. Ia tidak memiliki 

kemerdekaan dan kemauan sendiri. Jika perperangan tidak berhenti dengan perdamaian antara kedua 

belah pihak, lalu para tawanan dibebaskan dan memperoleh kemerdekaannya kembali, maka selama itu 

pula para tawanan menjadi budak di tangan mereka. 

Perbudakan  Islam bukanlah pengertian  seperti  ini  (tawanan perang),  yang akan  selalu  terus berjalan. 

Para budak dalam Islam adalah para tawanan perang yang bisa lepas bila dibebaskan secara gratis atau 

melalui penebusan dengan perdamaian. Islam tidak mengakui perbudakan yang dilakukan dalam bentuk 

perampokan dan perampasan terhadap orang‐orang merdeka. Bahkan perbudakan semacam ini adalah 

bathil  dan memperjualbelikan  budak  semacam  ini  termasuk  dosa  besar.  Para  tawanan  yang  hidup 

ditengah umat islam, yang tidak berhasil untuk memperoleh pembebasan dirinya secara damai tidaklah 

Page 27: Pastur Menuduh Santri Menjawab

diragukan  lagi bahwa  kepentingan  yang  lebih  luas memang menuntut  adanya penguasaan mereka di 

bawah  umat  islam.  Karena  itu  tidaklah mereka  berhak  diberi  kemerdekaan  untuk  bergerak  ditengah 

umat islam. Sebab mereka bersikap permusuhan terhadap islam. Dengan ditempatkan mereka dibawah 

penguasaan umat  islam, maka mereka  tidak dapat menimbulkan bahaya  terhadap   kaum muslim dan 

melakukan  kegiatan mata‐mata untuk musuh.  Jika masa perbudakan  sudah berjalan  cukup  lama dan 

dirasakan  cukup  aman  keadaan  mereka,  karena  masuk  Islam  atau  lain  sebagainya,  maka  Islam 

menganjurkan pada umatnya untuk membebaskan manusia.  

Islam dengan keras merangsang umat Islam menghapuskan perbudakan yang telah ditetapkan beberapa 

cara untuk membebaskan  ini. Barang siapa membebaskan seorang budak di dalam masa hidupnya  ini, 

dengan  harapan  memperoleh  pahala  dari  Allah  demi  memperhatikan  akhiratnya  dengan  sebagian 

hartanya akan merupakan penebusan dosa dan mendapatkan pahala yang tidak terhitung banyaknya. 

Selanjutnya  kami  katakan  bahwa  pada  dasarnya  Islam  tidak  membenarkan  perbudakan.  Karena 

perbudakan sebagai sesuatu yang tidak diinginkan. Perbudakan dapat disamakan dengan kasus   Thalak 

dan sejenisnya, yang dibolehkan hanya karena darurat. 

Perbudakan  di  dalam  islam  tidaklah  mempunyai  tempat.  Hanya  sedikit  sekali  hukum  yang 

membicarakan perbudakan  ini. Sebagian dari perbudakan  ini adalah sebagai pernyataan belas kasihan 

terhadap budak,  sebagaian  lagi pembicaraan  tantang budak yang  timbul  sebagai kasus yang memang 

sudah  ada  si  tengah‐tengah masyarakat.  Padahal  sebenarnya  para  budak  dan  orang‐orang merdeka 

adalah  sama di hadapan Allah. Bahkan mereka bisa mempunyai kelebihan dari orang‐orang merdeka, 

bila  bertaqwa  dan  beramal  saleh.  Islam  memandang  para  budak  bersaudara  dengan  orang‐orang 

merdeka.  Orang‐orang merdeka  tidak  boleh melanggar  dan menempatkan  diri mereka  di  atas  para 

budak,  baik  dalam  soal makan, minum,  pakaian  dan  lain‐lainnya.  Tidak  boleh  bersikap  kasar  kepada 

mereka atau merendahkan martabat mereka. Perbudakan di dalam pandangan Islam telah memperoleh 

kedudukan sedemikian terhormat yang tidak pernah diberikan oleh agama lain. Diantara para budak ada 

yang memperoleh kedudukankan  sebagai Raja,   Gubernur, Menteri, Politikus,  Jendral    serta Panglima 

Perang  dan  lain‐lainnya.  Dan  Nabi  saw  ada  diriwayatkan  sebuah  sabda  beliau  yang menyatakan  :  “ 

dengarkanlah dan taatilah, walaupun yang memerintah kamu seorang budak habsy kecil lagi hitam.” 

 Bila demikian halnya, islam menangani soal perbudakan ini berarti Islamlah yang pertama kali berupaya 

untuk menghapuskan perbudakan  , dengan syarat dilakukan untuk mencari keridaah Allah dan  jangan 

sampai  setelah menghapuskan perbudakan  secara  induvidu‐induvidu  justru memaksakan perbudakan 

atas suatu bangsa. Islam sama sekali tidak memberikan hak untuk melakukan perbudakan. Islam hanya 

memberikan ketentuan mubah yakni sebagaimana yang telah disebutkan,  adalah suatu persoalan yang 

diserahkan pada  kebijakan pemimpin‐pemimpin umat  islam untuk mempergunakan  atau  tidak  sesuai 

dengan tuntutan kepentingan dan dibenarkan menjalankan sesuai dengan situasi dan kondisi. 

Sampai  disini  sang  Pastur meminta  kepada muhammad  untuk menghentikan  pembicaran  dan  tanpa 

memberikan  komentar  apapun.  Kemudian  para  hadirin  bubar  untuk  kembali  lagi  besok,  guna 

mendengarkan dialog selanjutnya. 

ooOoo 

Page 28: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Dialog kedelapan: 

NABI MUHAMMAD DAN PARA RAJA SERTA  PENGUASA DUNIA 

 

Ketika  esok  hari  tiba  ,  dialog  diadakan  tepat  pada  waktunya.  Muhammad  dan  Pastur  sepakat 

pembicaraan kali ini ialah perang dalam Islam. 

P:  Nabi  anda  dalam  pandangan  kami  adalah  seorang  raja,  bukan  seorang  Nabi.  Kerena  sepanjang 

hidupnya  menyerupai  kehidupan  raja‐raja.  Beliau  menjalankan  urusannya  dengan  perang  dan 

menggunakan pedang. Pola dakwahnya tidaklah bersifat damai dan bersih seperti yang dilakukan oleh 

Nabi yang  lain, yang bertopang kepada mukjizat –mukjizat ketuhanan dan  tanda‐tanda  Ilahiyah yang 

biasa digunakan  rasul‐rasul Tuhan sebagai alat pendukung. Orang   yang mau beriman kepada  tanda‐

tanda tersebut, mereka akan selamat, sedangkan yang mengingkari akan dihukum oleh Tuhan baik di 

dunia maupun di aklhirat. Di dalam hal  ini tidaklah ada hak bagi seorang Nabi untuk memerangi atau 

membunuh manusia  yang   menjadi  objek  dakwahnya.  Karena  Tuhan mengutus  para  Nabi  sebagai 

penyuluh yang memberikan kabar baik dan ancaman bukan untuk menjadi raja‐raja penakluk.  Namun 

agama  anda memberikan  hak  kepada  pemeluknya  untuk melakukan  penaklukan,  sehingga  terkenal 

pedang  mereka  di  tengah‐tengah  umat  manusia  dan  menjadikan  seluruh    dunia  sebagai  medan 

peperangan yang kejam lagi lestari. Dengan demikian agama anda hanya mempunyai kesan ditengah –

tengah masyarakat dalam bentuk kekerasan, karena agama anda ditegakkan dengan perperangan dan 

jihad dianggap sebagai salah satu kewajiban yang ditekankan.  

M: sabar sebentar, wahai Pastur yang mulia. Anda  telah melepaskan tuduhan tidak benar. Saya akan 

manyampaikan jawaban tersebut kepada anda satu persatu. 

Pertama anda menuduh bahwa Nabi kami menurut pandangan anda seorang raja, bukan seorang Nabi. 

Karena kehidupan beliau menyerupakan pola hidup  raja daripada kehidupan para Nabi.  Ini berarti anda 

punya anggapan, bahwa antara keNabian dan raja tidak bisa di satu tangan. Anggapan anda ini sama sekali 

tidak  mempunyai  nilai  kebenaran.  Sebab  antara  keNabian  dan  jabatan  raja  sama  sekali  tidak  saling 

bertentangan. Sebab beberapa Nabi sebelum Nabi kami Muhammad saw. Ada yang memang menjadi Nabi 

saja,  tetapi ada sebagian yang menjadi Nabi  juga  raja; misalnya  ; Nabi Daud  , beliau memegang  jabatan 

raja  di  tengah  bangsa  mereka  yang  pertama.  Contoh  lain  ialah  Nabi  Sulaiman,  beliau  menjadi  raja 

sepeninggal Nabi  Daud.  Beliau menjadi  pewaris  raja  seperti  yang  berlaku  pada  kerajaan‐kerajaan  lain. 

Namun  demikian Nabi  kami  bukanlah  seorang Nabi  yang menjadi  raja.  Tidak  seorangpun  dari  kerabat 

beliau  yang menggantikan  sebagai  raja  setelah  beliau wafat. Ada  sebagian  gubernur  di  zaman  khalifah 

Umar bin Abdul Aziz ingin memungut pajak kepala dari sementara orang‐orang yang masuk islam sebagai 

siasat mengelak dari pengutan pajak kepala,  tetapi khalifah Umar menolaknya dan melarang memungut 

pajak tersebut dari mereka khalifah berkata; “ Allah mengutus Muhammad saw untuk menjadi penyuluh 

kebenaran dan bukan sebagai penarik pajak”. 

Kedua  ,    anda  menuduh  bahwa  islam  ditegakkan  dengan  perang,  dan  dahwah  Islam  tidaklah 

dihalangkan  secara  damai  lagi  bersih,  seperti  agama‐agama  lainnya.  Tuduhan  seperti  ini  adalah  tidak 

Page 29: Pastur Menuduh Santri Menjawab

benar, sebab dahwah  Islam berjalan dengan damai  lagi bersih seperti agama‐agama  langit  lainnya. Nabi 

saw di dalam menyamapaikan dakwah diperkuat dengan berbagai mukjizat  seperti halnya yang berlaku 

kepada Nabi‐Nabi  lain.  Bukankah  umat  islam  seharusnya menempuh  jalan  kepada  perdamaian  seperti 

firman Allah dalam surat Al Baqaraah 208 ; 

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu

(QS Al Baqaraah 2:208)”.

Kemudian islam , menyuruh kepada para pengikutnya agar bersikap mengutamakan perdamaian bila 

musuh‐musuh merekapun bersikap serupa, sekalipun mereka itu tidak melakukannya secara ikhlas. Hal 

ini Allah nyatakan dalam surat An Anfal 61‐63; 

“ Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui 61. Dan jika

mereka bermaksud hendak menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mu'min 62, dan Yang

mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi

Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS Al Anfaal 8:61-63)”.

Islam  tinggal  di Makkah  selama  13  tahun  dan  selama  itu  dakwah  dilakukan  secara  damai,  bersabar 

menerima  siksaan  yang  tiada  terperikan  penderitaannya,  sampai  tiba  saat  golongan  musyrik 

berkomplot untuk membunuh Nabi saw, disaat itulah beliau meninggalkan cara ini untuk bertahan dan 

membalas  serangan mereka.  Perang  terhadap mereka  bukan  untuk mengajak mereka masuk  Islam, 

tetapi untuk mencegah berlanjutnya permusuhan mereka    terhadap  islam,    sebagaimana  yang Allah 

sebutkan di dalam surat Al Hajj, 39‐40  

Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu 39. (yaitu) orang-

orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah". Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan)

sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan mesjid-mesjid, yang di dalamnya banyak disebut nama

Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama) -Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa (QS Al Hajj 22 : 39-40)” .

 

 

 

Page 30: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Dan surat Al Baqaraah 190‐191 

“ Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas 190. Dan

bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu

memerangi mereka di Masjidilharam, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir

(QS Al Baqaraah 2:190-191)”.

Bilamana merupakan suatu keharusan berdakwah secara damai, maka juga merupakan suatu keharusan 

penegak dakwah diberi hak mempertahankan diri,   sebab hak seperti  ini merupakan  fitrah yang  tidak 

boleh  diingkari.  Kalau  hak  fitrah  seperti  ini  tidak  ada  ditengah  masyarakat  niscaya  rusaklah 

kehehahteraan hidup dan tatanan sosial, sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al Baqarah 251; 

Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah,

(sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi

ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam (QS Al Baqaraah 2:251)”.

Ketiga  ,  anda menuduh  islam memberikan  hak  kepada  pemeluknya  untuk mengadakan  penaklukan, 

sehingga pedang mereka menjadi begitu terkenal di seluruh penjuru dunia dan selalu melakukan perang 

yang tiada berkesudahan. Padahal sebenarnya Islam tidak memberikan hak seperti ini sedikitpun kepada 

pemeluknya.  Sebab  Islam  bertujuan menegakkan  keadilan  dari  tengah‐tengah  umat manusia      dan 

menghapus  pemerintahan  yang didasarkan pada  penindasan  dan pengrusakan.  Kaum muslimin  telah 

menaklukkan negeri Parsi dan Romawi  tanpa melakukan penyerangan kecuali kepada  fihak‐fihak yang 

terlibat,  tidak  pula mereka menimpakan  diri  sebagai  golongan  istimewa  di  kalangan  para  penduduk, 

bahkan  bergabung menjadi  satu  dengan  penduduk, mengikuti  sebagian  besar  tradisi‐tradisi mereka, 

melakukan  perkawinan  dengan  mereka    dan  lain  sebagainya,  sehingga  fihak  penguasa  menyatu 

kepribadiannya  kepada  rakyat  dan  menjadi  suatu  bangsa  baru  tanpa  perbedaan  penguasa  dengan 

rakyat. Realitas semacam ini bukanlah sebuah penaklukan suatu golongan atas suatu bagsa. Tetapi yang 

sebenarnya terjadi  ialah upaya pendekatan antar bangsa dan melenyapkan faktor‐faktor pertentangan  

yang  dapat  menimbulkan  perpecahan  antar  mereka.  Hal  seperti  ini  tidak  dapat  diragukan  lagi 

merupakan maksud yang mulia dan tujuan yang paling utama. 

Islam  sama  sekali  tidak memberikan  hak  kepada  pemeluknya  untuk melakukan  penaklukan,  kecuali 

dalam  rangka  memperthankan  diri  dalam  menyampaikan  kebenaran.  Bila  dirasakan  aman 

menyampaikannya  kepada  suatu  kaum, maka  tidaklah  akan  dilakukan  perang  terhadap mereka  atau 

bermaksud merampas negeri dan harta mereka. Kaum muslimin  tumbuh di negeri mereka, di  jazirah 

Arab.  Sebagian  dari  negeri  ini  dikuasi  oleh  imperium  Parsi  dan    sebagian  lain  dikuasai  oleh  Romawi 

tatkala  kaum Muslimin  jaya  di  negeri  Arab  , mulailah mereka meminta  kepada  imperium  Parsi  dan 

omawi mengembalikan    wilayah  dan menyampaikan  seruan masuk  Islam  secara  damai  lagi  bersih. 

Page 31: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Namun mereka bersikap menentang dan bermusuhan  sehingga  terjadilah perang antar dua golongan 

dan  terjadilah  berbagai    penaklukan‐penaklukan  Islam  dan  kekuatan  iman  berhasil  mengalahkan 

perlengkapan  dan  jumlah  militer  yang  lebih  kuat,  sehingga  Kaisar  dan  raja  Romawi  yang  congkak 

menjadi terhina, sedangkan Abu Bakar dan Umar yang begitu rendah  hati menjadi perkasa dan jaya. 

Apa  yang dicapai oleh  Islam di dalam bidang  ini  samalah dengan  yang diperoleh umat Yahudi dalam 

masa perkembangan di Mesir. Kemudian umat Yahudi pergi ke tanah yang dijanjikan yakni Palestina dan 

Syria untuk ditaklukkannya dan mendirikan Negara Yahudi menggantikan Negara paganism yang  telah 

berdiri sebelumnya di sana. Dalam kasus seperti ini sudah merupakan sunatullah bahwa hamba‐hamba 

yang  shaleh akan memperoleh kekuasaan di atas buminNYa,  sebagaimana  firmanNYa pada Al Anbya’ 

105 ; 

Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lohmahfuz, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh ( QS Al Anbiyaa’ 21:105)”.

Golongan  orang‐orang  baik  yang  datang mensejahterakan  dunia  ini, merubah  tanah  tandus menjadi  

subur,  suasana  ketakutan menjadi  aman, dan  kekacauan menjadi  ketentraman,  sehingga masyarakat 

dapat berdaya guna dan warga masyarakat memperoleh kesejahteraan dan kebajikan,. 

Lalu sang Pastur berkata kepada Muhammad , “cukupklah samai disini dulu wahai anak muda dan besok 

akan kita lanjutkan dialog berikutnya. 

ooOoo 

 

 

Dialog ke Sembilan ; 

MU’JIZAT PARA NABI SEBELUM MUHAMMAD  

DAN MU’JIZAT NABI MUHAMMAD 

 

Pastur  Z  melihat  argumentasi  Muhammad  selalu  kuat  di  dalam  segala  persoalan  yang  telah 

diketengahkannya.  Maka  dalam  dialog  kali  ini  sang  Pastur  ingin  mengungkapkan  persoalan  yang 

menurut  anggapan  Muhammad  tidak  akan  mampu  mengutarakan  argumentasinya,  sebagaimana 

berjalan pada persoalan‐persoalan sebelumnya. Kali  ini Pastur mengajukan topik pembahasan mukjizat 

Al Qur’an; 

P:  Suatu  risalah  keNabian  tidaklah dipandang benar bila  tanpa mukjizat. Allah  senantiansa mengutus 

seorang  rasul  dengan  disertai mukjizat  yang membuktikan  kerasulannya. Misalnya  Nabi  Nuh  punya 

mukjizat angin topan, Nabi Ibrahim punya mukjizat tidak termakan oleh api yang membakarnya. Nabi Isa 

As punya mukjizat menghidupkan orang mati dan  lain sebagainya. Tetapi Nabi anda  tidak mempunyai 

Page 32: Pastur Menuduh Santri Menjawab

mukjizat  seperti Nabi‐Nabi  sebelumnya.  Kaum  beliau menuntut mukjizat‐mukjizat  seperti  itu,  namun 

beliau tidak pernah membuktikannya, bahkan beliau berkata kepada kaumnya seperti yang di nyatakan 

dalam surat Al Israa’ 59 ; 

“ Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. Dan

telah kami berikan kepada Tsamud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk

menakuti (QS Al Israa’ 17 : 59)”.

dan pada ayat berikutnya 90‐91 ; 

“ Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air dari bumi untuk kami 90, atau kamu mempunyai sebuah kebun kurma dan anggur, lalu kamu alirkan

sungai-sungai di celah kebun yang deras alirannya (QS Al Israa’ 17 : 90-91)”,

M: Sesungguhnya Nabi kami , Muhammad saw punya mukjizat yang besar dan jika boleh dikatakan dan terabadikan  sepanjang  zaman,  yakni Al Qur’an.  Kaum  beliau  telah  ditantang  sebagaimana Nabi‐Nabi yang lain ditantang kaum mereka dengan mukjizat‐mukjizatnya, sebagaimana tersebut di dalam firman Allah pada surat Hud 13; 

“ Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Qur'an itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surah-surah yang dibuat-buat yang menyamainya, dan

panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar"(QS Hud 11:13).

 

Kemudian  di  dalam  surat  An Nisaa’  diumumkan  kelemahan manusia  dan  jin  untuk  bisa menyambut tantangan ini, sebagaimana firmanNya dalam surat al israa’ 88 

“ Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka

menjadi pembantu bagi sebagian yang lain"( QS Al Israa’ 17:88)”.

Dengan  demikian  sempurnalah  mukjizat  beliau  dan  setelah  terbukti  kebenarannya,  kami  tidak  lah maksudkan sekedar segi kesusasteraannya yang ternyata membuat lawan‐lawannya tidak berdaya atau menarik perhatian orang dan lain sebagainya. Yang orang katakan sebagai keunggulan Al Qur’an ini. 

P:  Jika seperti  itulah mukjizat Nabi anda, apa artinya ayat‐ayat yang saya sebutkan kepada Nabi anda tadi, yakni ayat yang dengan jelas menyatakan bahwa Tuhan tidak mengirim sesuatu tanda sebagaimana yang telah dikirimkan kepada para Nabi sebelumnya. 

M: Kata‐kata “tanda” yang dimaksud oleh tuhan di dalam firmanNYa, Al  Israa’ 59  ; adalah dengan arti azab yang membinasakan kaum “ad”, Thamud, kaum Nuh dan lain sebagainya, yang telah mendustakan rasul‐rasul mereka. Karena risalah Nabi Muhammad saw adalah misi rahmat bukan misi azab. Sebab itu Allah memilihkan mukjizat Al Qur’an yang bersifat langgeng, agar kaumnya dapat menerima dengan rasa puas  bukan  dengan  rasa  penuh  ketakutan,  dan  tetap  ada  harapan  bagi  mereka  untuk  mengimani 

Page 33: Pastur Menuduh Santri Menjawab

mukjizat  (Al Qur’an)  karena  lestarinya  tanpa pernah putus  dan  jangan  sampai mereka di  jatuhi  azab dunia  seperti yang menimpa umat‐umat  sebelumnya,  sesudah putusnya mukjizat kepada mereka dan mereka mendustakannya.  Sebab  sudah  tidak  ada  harapan mereka  untuk  beriman  setelah  putusnya mukjizat. 

Tuduhan anda wahai Pastur yang mulia bahwa kerasulan  tidak dapat diakui  kebenarannya bila  tanpa mukjizat  adalah  tidak benar, mukjizat  itu dibutuhkan untuk membuktikan  kerasulan  seseorang.  Pada umumnya sikap seperti ini hanyalah tumbuh karena kebodohan dan keingkaran orang‐orang yang tidak mau  menggunakan  akal.  Mereka  hanya  mau  percaya  berdasarkan  apa  yang  tertangkap  oleh  indra mereka.  Iman semacam  ini adalah kerdil  , tidak akan  lestari.  Iman model  ini dilakukan oleh bani  Israel  pada  waktu  di    Mesir.  Allah  telah  memperlihatkan  kepada  mereka  mukjizat‐mukjizat  yang  hebat sebagiaman mereka  dapat menyaksikan, mereka  diselamatkan  dari  kezaliman  firu’n  yang  selama  ini menyembelih  anak‐anak  laki‐laki  mereka  dan  membiarkan  hidup  anak  –anak  perempuan  mereka. Kemudian diantara mereka ini Allah telah sebutkan perangainya di dalam surat Al A’raf 130; 

“ Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Firaun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran

(QS Al A’raf 7 : 130)”.

Begitulah juga sebagaian bagi Allah telah sebutkan karakternya di dalam surat Al Maidah, yang karakter ini menjadikan salah satu faktor mereka mengalami penderitaan di padang Tursina yang disebut dalam ayat 20‐26; 

Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat Nabi-Nabi di antaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka, dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorang pun di antara umat-

umat yang lain"20. Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-

orang yang merugi 21. Mereka berkata: "Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke luar

daripadanya. Jika mereka ke luar daripadanya, pasti kami akan memasukinya.22". Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas

keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-

benar orang yang beriman"23. Mereka berkata: "Hai Musa, kami sekali-sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama

Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja 24." Berkata Musa: "Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu 25" Allah berfirman: "(Jika demikian),

maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih

hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu." (QS Al Maidaah 20-26)”.

 

Inilah  kadar  iman  bani  Israel  kepada  Nabi Musa  setelah  berlalunya mukjizat‐mukjizat  yang  bersifat indrawi. Hal  ini  tidaklah dapat disebut  sebagai suatu perbandingan bila dihadapkan dengan keimanan kaum muslimin kepada mukjizat Al Qur’an. Mereka menerima Al Qur’an dengan sifat argumenatif dan 

Page 34: Pastur Menuduh Santri Menjawab

memuaskan akal. Nabi  saw pernah mengalami  sesuatu kejadian ketika perang Badar  seperti kejadian Nabi Musa dengan kaumnya. Lewat  seorang  juru bicara bernama Miqdad bin AL Aswad para  sahabat Nabi  berkata  kepada  Nabi;  “wahai  rasululah  teruskanlah melaksanakan  apa  yang  Allah  perintahkan kepada  tuan.  Demi  Allah,  kami  tidak  akan  berkata  kepada  tuan  sperti  bani  Israel  kepada Musa  ;  “ Pergilah engkau  sendiri dan Tuhanmu  lalu berperanglah engkau berdua,  sedangkan kami akan duduk disini  saja”.  Namun  kami  berkata;  ”pergilah  tuan  dan  Tuhan  tuan  untuk  berperang  bersama  kami menyertai  tuan  berdua.  Demi  Allah  sekiranya  tuan  memberi  kami  berjalan  sampai  daerah  Baequl Ghamat  niscaya  kami menyertai  tuan  dengan  sabar  untuk  kepentingan  itu  sehingga  kami  sampai  di tempat itu”. 

ooOoo 

 

 

Dialog ke sepuluh; 

ISI AL QUR’AN YANG SALING BERTENTANGAN  

SATU SAMA LAINNYA 

 

 Muhammad datang ke gedung Seminary ketika terjadi dialog kesepuluh dan ia dapati sang Pastur sudah menunggunya disana. Kemudian terjadilah dialog antara keduanya. 

P:  Wahai  Muhammad,  mukjizat  Al  Qur’an  tidaklah  cukup  membuat  bangsa  Arab  lemah  untuk menandinginya jika sekedar mengenai aspek gaya bahasa dan susunannya yang indah. Tetapi disamping itu  haruslah  Al  Qur’an  mempunyai  sifat  tidak  terjamah  oleh  kebathilan  baik  semasanya  maupun kemudian hari, sebagaiman disebutkan pada beberapa suratnya. Sekiranya Al Qur’an benar dari Tuhan , tentulah  tidak  ada  saling  bertentangan  di  dalamnya  atau  kesalahan  di  dalam menyebutkan  kejadian sejarah atau keterangan asal‐usul keturunan  dan lain sebagainya. 

M:  Kami umat islam , mengakui apa yang anda katakan itu wahai Pastur dan kamipun mempercayainya. Hal seperti itu Tuhan sendiri telah memfirmankan di dalam surat Fushilat 42; 

“ Yang tidak datang kepadanya (Al Qur'an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji (QS Ash Fushilat 41:42)”.

Hal ini menurut kami sudah termasuk dalam bagian kemukjizatan Al Qur’an. Karena kalau Al Qur’an ini buatan  manusia  sudah  tentu  akan  mengalami  kekeliruan  dan  kelupaan  sebagai  bagian  dari  sifat manusia. 

P: Wahai Muhammad, saya tidaklah mengatakan sesuatu secara ngawur. Saya mengatakan sesuatu  itu dengan dengan fakta‐fakta dan akan saya sebutkan contoh‐contohnya. 

Al Qur’an menyebutkan Nasab Maryam , ibu isa , kepada Imran, bapak Musa dan dikatakannya sebagai saudara Harun. Padahal Musa jauh lebih dahulu adanya dari Isa yang kurang lebih 1600 tahun yang lalu. Sedangkan bapak Maryam namanya adalah Haali atau Aali, keturunan Nabi Dawud dan Daud keturunan Lawi bin  Ya’qub.  Sedangkan Musa   dan Harun  kerutunan  Lawi  bin  Ya’qub.    Karena  itu bagaimana Al 

Page 35: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Qur’an bisa menyebutkan Imran sebagai bapak Mmaryam dan harus sebagai saudaranya? Padahal yang sebenarnya rasal‐usul keturunan Maryam seperti saya sebutkan tadi. 

Asal‐usul keturunan Maryam ini dikatakan dari Imran , tersebutkan di dalam surat Tahrim 12; 

“ dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-kitab-

Nya; dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat (QS At Tahrim 66:12)”.

Dan surat Ali Imran 33‐36 

Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing) 33, (sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (keturunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui 34. (Ingatlah), ketika istri Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitulmakdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari

padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui"35. Maka tatkala istri Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan

untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada setan yang terkutuk."(QS Ali Imran 3 : 33-36)”.

Lalu dalam hal ini apa yang hendak engkau katakan wahai Muhammad? 

M: Saya akan  jawab   masalah  ini kepada anda, bukan sekedar cukup soal  itu saja sekalipun bagi orang 

yang  mau  berpikir  jernih  ayat‐ayat  tersebut  sudah  cukup  jelas.  Sebab  nampaknya  anda  ingin 

memperoleh suatu pengesahan untuk mencela Al Qur’an sekiranya terdapat kesempatan pembenaran 

Al Qur’an  terhadap segala  isi yang ada di dalam kitab‐kitab suci anda,  tetapi  ternyata oleh     Al Quran 

tidak  diterima  kebenarannya.  Bahkan  terdapat  banyak  ayat  Al  Qur’an  yang  menjelaskan  adanya 

pemalsukan  yang  anda masukkan  di  dalam  kitab  suci  anda.  Dengan  dimikian  Al  Qur’an merupakan 

korektor  terhadap  kitab‐kitab  suci  itu  dan  tidak  sebaliknya,  yakni  kitab‐kitab  suci  tersebut menjadi 

korektor terhadap Al Qur’an, sehingga dapat dijadikan suatu alasan untuk mencela Al Qur’an. 

Tidaklah  diragukan  dengan  keterangan  ini  apa  yang  anda  sebutkan  secara  tidak  kritis  dan  tanpa 

penelitian menjadi batal. Karena anda tidak mungkin membantah suatu dalil naqli secara provokatif, bila 

tidak  diketahui  sampai  di  mana  akuratnya  penukilan  tersebut  seperti  yang  telah  diakui  oleh  ilmu 

pengetahuan dan perdebatan.  

P: Uraian  ini cukuplah merupakan jawaban wahai Muhammad. Namun tidaklah dapat memuaskan hati 

terhadap apa yang  sudah  saya  sebutkan  tadi. Lebih‐lebih orang yang  tidak mengakui kebenaran kitab 

kamu dan kitab kami dan ia hanya bersandar pada anggapan  bahwa ayat‐ayat kitab suci itu hanya bathil 

karena adanya saling bertentangan di dalam dirinya sendiri. 

M: Memang , wahai Pastur, terkadang orang‐orang yang memusuhi agama menggunakan hal‐hal seperti 

itu untuk mencela agama. Namun menurut saya bahwa  jika apa yang sudah  saya  jawab  itu  tadi  tidak 

Page 36: Pastur Menuduh Santri Menjawab

cukup untuk membuktikan batalnya apa yang anda katakan,   akan saya  tambahkan  jawaban  lain yang 

dapat diterimanya kebenaran isi dari kitab‐kitan suci ini.  

P: Wahai Muhammad, kalau anda dapat menyetujui apa yang ada pada kitab suci kamu dan kitab suci 

kami, seperti yang anda katakan maka berarti kita peroleh kesepakatan  tuntas. Dan dengan demikian 

anda telah mempunyai pandangan baik terhadap kitab‐kitab suci kami dan kitab suci anda. 

M: Memang  tidak  ada  salahnya,  kalau  Imran  yang  disebutkan  sebagai  asal‐usul Maryam  di dalam Al 

Qur’an  itu adalah  Imran ayah Musa. Karena dalam hal  ini beliau seperti halnya  Ibrahim,  Ishaq, Ya’qub 

dan para leluhur yang syah sebagai asal‐usul keturunan setiap orang Yahudi, karena mereka popular dan 

dihormati ditengah‐tengah bangsa Yahudi. Di dalam Bible disebutkan  Isa duduk di atas kursi ayahnya , 

yakni Dawud. Padahal masa antara beiau dan Nabi Daud berjarak  lebih dari  sepuluh keturunan. Nabi 

Ya’qub pun berkata kepada Yusuf putranya di alam surat Yusuf 6; 

“ Dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari takbir mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada

keluarga Yakub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha

Bijaksana (QS Yusuf 12:6)”.

Padahal Ibrahim adalah kakek tingkat kedua dan Ishaq kakek tingkat pertama. 

Anda , wahai Pastur , jika mau meneliti kembali ayat‐ayat yang anda kutip dari surat Ali Imran, dengan 

jelas anda akan menemukan bahwa Imran yang tersebut di dalam ayat‐ayat ini orang satu. Karena nama 

tertentu kalau kembali lagi di sebutkan berarti orangnya itu‐itu juga. Dan tidak diragukan bahwa Imran 

yang tersebut pada surat Ali Imran 33 adalah Imran ayah Musa. 

Ibu Maryam namanya Hannad Putri Faqudza, saudara perempuan dari Isyasa (Ali Shabat) yang menjadi 

istri dari Nabi Zakaria. Keduanya keturunan Nabi Harun bin  Imran. Dengan demikian  Imran  ini adalah 

kakek    dari  ibu Maryam. Maka  adalah  benar  jika  dikatakan  bahwa Maryam  putri  dari  Imran,  karena 

kakek yang sama  seperti yang juga disebutkan  di dalam Lukas 1 : 5 pada kitab Bible. 

5Pada zaman Herodes, raja Yudea, adalah seorang imam yang bernama Zakharia dari rombongan Abia. 

Isterinya juga berasal dari keturunan Harun, namanya Elisabet. 6Keduanya adalah benar di hadapan 

Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat. (Lukas 1:5) 

P:  Wahai Muhammad, apakah Imran ini sama dengan Ibrahim, Ishaq, Ya’qub dan nenek moyang bangsa 

Yahudi  yang  dahulu  sehingga  dipadang  benar  menghubungkan  keturunan  tiap‐tiap  orang    Yahudi 

kepadanya? 

M:  Imran  sama  dengan  Ibrahim  dan  nenek moyang  bangsa  Yahudi  terdahulu.  Dan  cukuplah  untuk 

dikatakan bahwa  anak  keturunannya  disebut bersama‐sama dengan  anak  keturunan  Ibrahim  sebagai 

orang‐orang  yang Allah beri  kelebihan di antara manusia  seluruh alam  seperti  yang disebut di dalam 

surat  Ali  Imran  diatas. Mengapa  Imran  dan  keluarganya  boleh  dianggap  sama  dengan  Ibrahim  dan 

keluarganya? Bukankah Musa dan Harun yang merupakan kedua putra Imran adalah orang‐orang yang 

Page 37: Pastur Menuduh Santri Menjawab

mengangkat derajat bani Israel, menyelamatkan mereka dari perbudakan di negeri Mesir dan membawa 

mereka  ke  tanah  yang  dijanjikan  bagi mereka  sehingga mereka menjadi    bangsa  yang  penting  dan 

termasuk salah satu Negara besar. 

P: Wahai Muhammad  sekiranya  saya bisa menerima  keterangan mu bahwa Maryam boleh dikatakan 

sebagai putri  Imran dalam pengertian seperti  itu. Namun bisakah dibenarkan bahwa  ia adalah saudara 

perempuan Harun, purta  Imran. Mengapa anda mengatakan  ia sebagai saudara perempuannya, bukan 

saudara perempuan Musa, yang menjadi saudara  laki‐laki Harun? 

M: Wahai Pastur,   soal  ini mesti kembali kepada sejarah bani  Israel, yang Nabi kami Muhammad saw, 

tidaklah  mengetahui  soal  itu  karena  beliau  buta  huruf.  Namun  beliau  adalah  rasul  Allah.  Beliau 

mendapat  ilmu dari Allah apa yang  tadinya  tidak pernah diketahuinya. Di dalam Al Qur’an disebutkan 

kepadanya tentang masalah ini dan lain sebagainya sebagai bukti bahwa keterangan tersebut bukan dari 

beliau sendiri. 

Para pendeta Yahudi  adalah  anak  keturunan Harun, para dukun bani  Israel  adalah penerima warisan 

mereka. Mereka menjadi  pelayan  baitul Maqdis  seperti  halnya  bangsa  Arab  yang  terdapat  di  dalam 

golongan yang menjadi pelayan di Ka’bah. Ketika Hanna,  ibu Maryam menjadi dewasa  , namun belum 

punya anak , lalu berdoa kepada Allah agar dikarunia anak laki‐laki. Iapun bernazar untuk menyerahkan 

purtanya berkhidmat di Baitul Maqdis untuk menjadai  salah  seorang pendeta dan pelayanNYa. Allah 

mengabulkan  permintaanyanya,  sehingga  kemudian  ia  mengandung  Maryam.  Ketika  Maryam  lahir, 

suaminya  sudah meninggal  dunia.  Tatkala  bayi  perempuan  itu  lahir,  ibunya membungkusnya  dalam 

sebuah  kain dan dibawanya  ke Baitul Maqdis,  lalu  ia  titipkan pada  salah  seorang pendeta  keturunan 

Harun.  Para    pendeta  ini  bersaing,  siapakah  yang  memelihara  bayi  perempuan  ini?  Lalu  mereka 

mengadakan undian dan yang keluar dari undian ini sebagai pemenangnya adalah Zakaria, suami bibinya 

Isyasa. Beliau  sangat meperhatikan  pendidikan  si Maryam.  Tatkala Maryam  tumbuh  sebagai  seorang 

gadis, beliau membangun  sebuah Mihrab di Baitul Maqdis untuk  kepentingan Maryam. Bangunan  ini 

pintunya  ditengah. Untuk masuk  kedalamnya  harus memakai  tangan  dan  tidak  ada  orang  yang  bisa 

masuk kedalam tempat  Maryam ini selain dari Zakaria sendiri. 

Dengan   pendidikan seperti  ini akhirnya Maryam menjadi salah seorang pendeta Yahudi, sebagaimana 

Allah sebutkan dalam surat At Tahrim 12 ; 

“ dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-kitab-

Nya; dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat (QS At Tahrim 66:12)”.

Di atas telah disebutkan bahwa para pendeta Yahudi adalah keturunan Harun, Sebab beliaulah  asal usul  

Kakek  yang  pertama  bagi mereka. Dalam  hal  ini  dapat  disamakan  dengan  kakek  dari Qabilah‐qabila 

bangsa Arab, suku Quraisy  Tamin, Qais, dan lain sebagainya. Antar suku Arab satu dengan yang lainnya 

memanggil dengan sebutan “ saudara Quraysi “ tersebut. Dengan ini dapatlah dikatakan bahwa adalah 

benar pengilan terhadap seseorang pendeta Yahudi dengan “saudara Harun”  bagi yang laki‐laki begitu 

pula bagi perempuan  yang mengikuti  jejak    kependetaan  ini, dipanggil dengan  “saudara  perempuan 

Harun”. 

Page 38: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Ketika  Maryam  mengandung  isa,  kaumnya  mencuriagainya  berlaku  serong  dan  mereka  berkata 

kepadanya sebagaimana disebutkan di dalam surat Maryam 28; 

“ Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina", (QS Maryam 17:28)”.

Kaumnya memilih penggilan seperti itu kepada Maryam, karena seorang wanita seperti dia,  yang akan 

menjadi pendeta adalah  tidak patut melakukan perbuatan yang menurut anggapan mereka dilakukan 

oleh  Maryam.  Tidaklah  diragukan  bahwa  hal  ini  juga  menunjukkan  adanya  pembenaran  untuk 

menyatakan Maryam sebagai Putri Imran, ayahnya Harun. Karena kalaulah benar, menyatakan Maryam 

sebagai   “saudara perempuan Harun “   berarti dibenarkan  juga menyatakannya    sebagai “ putri dari 

ayah Harun”. 

P: Wahai Muhammad  , keterangan  ini baik sekali. Tetapi sayang  , di dalam kitab‐kitab  tafsir dan kitab 

ulama anda yang terdahlu tidak saya temukan keterangan seperti itu. 

M: Wahai Pastur, berapa banyak peluang yang ditinggalkan orang  terdahulu bagi angkatan kemudian. 

Tetapi  saya  ingin mengingatkan anda   untuk  selanjutnya  , bahwa  telah berselisih  tentang nama ayah 

Maryam. Didalam  injil    Ya’qub,  sekalipun  anda  tidak mau mengakuinya,    bahwa  ayah Maryam  ialah 

Yahwi Yaqim, sebagaimana disebutkan Ibnu Khaldun, yang sama artinya dengan Imran ( dalam bukunya 

Al‐bar hal 144). 

Di    dalam  injil  Lukas    ,  namanya  disebut  Haali  atau  Thaali.  Kata  Lukas  :  ketika  telah  Yesus  telah 

menginjak umur kurang  lebih 30  tahun, beliau  ini dianggap oleh masyarakat sebagai putra Yusuf  ibnu 

Halali bin Minsat  ( edisi Bible    Indonesia =     anaknya Yusuf, anaknya Eli dan anaknya Matat)  . Hal  ini 

jelaslah bahwa Haali adalah ayah Yusuf bukan ayah Maryam.  

" 23Ketika Yesus memulai pekerjaan‐Nya, Ia berumur kira‐kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan 

orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli, 24anak Matat, (Lukas 3:23) 

Tetapi Injil Matius  menjelaskan asal keturunan Yesus sebagai putra Yusuf bin Ya’qub bin Matan. Maka 

jelaslah bahwa ayah Yusuf adalah Yaqub bukan Halii ; 

“ Matan memperanakkan Yakub, 16Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus 

yang disebut Kristus (matius 1: 15‐16)” 

Ketika  para  pendeta  menemukan  pertentangan‐pertentangan  antara  sesama  Injil,  maka  mereka 

mendakwakan bahwa Haali  adalah ayah Yusuf dari pihak Maryam ( saudara tiri), padahal ayah Maryam 

tidak mempunyai anak  laki‐laki. Lalu didalam  injil Lukas dinisbatkan Yesus kepada Yusuf sesuai dengan 

apa yang sudah  terkenal di kalangan bangsa yahudi. 

Dialog  ini  berhenti  sampai  disini.  Para  pengunjung  bubar  untuk  hadir  kembali  besok mendengarkan 

dialog berikutnya.     

ooOoo 

Page 39: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Dialog ke sebelas; 

BENARKAH AGAMA MUHAMMAD  

KELANJUTAN AGAMA SEMUA NABI? 

 

 Para  hadirin  dalam  dialog  kali  ini  telah  berkumpul  pada  waktunya,    dan  Pastur  Z  menyampaikan 

beberapa tuduhan kepada Muhammad. 

P  : Wahai Muhammad anda beranggapan, bahwa  islam adalah agama Nabi  Ibrahim,  Ismail,  Ishaq dan 

para Nabi‐Nabi dahulu, seperti tersebut pada surat Al Baqaraah 132 ; 

“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah

kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam" (QS Al Baqaraah 2:132)”.

Bagaimana anda bisa dikatakan mengikuti agama para Nabi dahulu? Padahal para Nabi  itu kiblatnya di 

Baitul Maqdis,  sedangkan  kalian  berkiblat  ke  Ka’bah.  Sekiranya  agama  anda  sama  dengan mereka, 

tentulah kiblat anda ke Baitul Maqdis seperti mereka. 

M: Tuduhan semacam ini telah pernah dikemukanan orang Yahudi di masa hayat  Rasullulah. Namun Al 

Qur’an telah membantahnya dengan menyatakan bahwa kiblat bukanlah persoalan pokok agama. Sebab 

pada dasarnya agama dapat dilihat dari ciri‐ciri prinsip‐prinsip yang benar, hukum‐hukum yang adil dan 

aturan  akhlak  yang  mulia  yang  menjadi  materi  dakwahnya.  Sedangkan  Kiblat  bukanlah  merupakan 

pokok persoalan yang permanen dalam agama, karena Tuhan berfirman dalam surat Al Baqaraah 177 

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-

kitab, Nabi-Nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang

menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang

yang bertakwa (QS Al Baqaraah 2:177)”.

Selanjutnya  Kiblat  dipergunakan  sebagai  arah  di  dalam  shalat  tempat  manusia  menghadap  dirinya 

kepada Tuhannya. Sedangkan Allah tidak bertempat di sesuatu arah yang khusus sebagaimana disebut 

di dalam firmannya di surat Al Baqaraah 115; 

“ Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke mana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui (QS Al Baqaraah 2 : 115)”.

Page 40: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Batul Maqdis baru dibangun pada masa Nabi Sulaiman dan hanya sejak saat itulah dijadikan Kiblat . Jadi 

Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq, dan Nabi‐Nabi sebelumnya tidak menghadap ke Baitul Maqdis. 

P:  Tidak disangsikan lagi , bahwa Baitul Maqdis lebih baik dari Ka’bah. Karena yang membangun adalah 

salah  satu  Nabi  Allah,  sedangkan  Ka’bah merupakan  salah  satu  tempat  pemujaan  berhala.  Dimana 

patung  dan  area mereka  tidak  patut menjadikan  Ka’bah  sebagai  kiblat  dan  bersekutu  dengan  kaum 

penyembah berhala dalam menghormati tempat tersebut. 

M : Sejarah membantah keterangan anda tentang Ka’bah itu, wahai Pastur. Karena tempat ini dibangun 

oleh  Nabi  Ibrahim  dan  Ismael.  Ibrahim  telah  diwajibkan  untuk  melakukan  haji  sesudah  selesai 

membangun  .  Ibrahim  memohon  kepada  Allah  supaya  Makkah  dijadikan  sebuah  kota  yang  aman. 

Penduduknya dilimpahi penuh  rezki, buah‐buahan dan umat manusia dijadikan hatinya  selalu  tertarik 

kepadanya. Dengan demikian Ka’bah merupakan  rumah  suci  yang  lebih  tua dari pada Baitul Maqdis. 

Bahkan  rumah  tertua  yang  pernah  dibangun  oleh manusia  untuk  tempat  beribat menyembah  Allah, 

sebagaimana tersebut di dalam  surat Ali Imran 96; 

Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia

(QS Ali Imran 3:96)”.

Jadi Ka’bah  lebih baik dari Baitul Maqdis  ,   karena pendirinya  ialah  Ibrahim  , bapak para Nabi,  rumah 

pertama  yang  dibangun  oleh  manusia  untuk  tempat  beribadat.  Setiap  yang  kuno  memiliki    nilai 

kehormatan  dan  kesuciannya.  Jika  bangsa  Arab  mengotori  Ka’bah  ini  dengan  patung  dan  berhala‐

berhala,  maka  kesalahannya  bukanlah  menjadi  tanggung  jawab  Ka’bah,  tetapi  pada  mereka  yang 

menempatkan  berhala  dan  patung  tersebut  serta  orang  yang menyembah  dan menjadikannya  alat 

mediator  beribadah  kepada  Allah.  Maka  tugas  orang  yang  berdakwah  kepada  tauhid  berjuang 

membersihkan Ka’bah ini dari kekotoran tersebut. Islamlah yang telah melaksanakan perjuangan suci ini 

sehingga  dapat mengembalikan  Ka’bah  kepada  pangkuan  agama  Tauhid, menjadikannya  kiblat  kaum 

muslimin dan diakui kelebihannya yang oleh agama‐agama lainya tidak pernah mengenalnya. 

P:  Kami  tidak  dapat  menerima  keterangan  anda  ,  wahai  anak  muda,  bahwa  ka’bah  hasil  dari 

pembangunan Ibrahim dan Ismael , karena kedua orang ini belum pernah ke kota makkah dan tidak pula 

ada hubungan dengan penduduknya. Di dalam    Taurat disebutkan, bahwa  Ismael dan  ibunya  tatkala 

keluar dari  rumah  Ibrahim, mereka    tinggal di daratan Paran, yakni daratan Sina, yang  terletak antara 

Mesir dan negeri Tsamud, yang jauhnya puluhan kilometer dari Mekkah. 

M: Sudah saya terangkan kepada anda , wahai Pastur, bahwa Taurat tidaklah menjadi suatu argumentasi 

yang benar dalam penilaian  kami.  Sebab  tidaklah  setiap  yang  tertera di dalamnya dapat  kami  terima 

kebenarannya. Jadi hal  ini sudah cukuplah sebagai bantahan atas tanggapan anda tentang Ismael yang 

katanya  tidak  pernah  tinggal  di  kota Makkah  dan  ia  bersama  bapaknya  tidak  pernah  membangun 

Ka’bah. 

Di dalam Taurat disebutkan bahwa Hajar dan putranya,  Ismael, ketika  keluar dari  rumahnya  Ibrahim, 

mereka menuju kesatu daratan bersama Bi‐ir Saba’. Di   sini sang bayi hampir binasa karena kehausan. 

Page 41: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Kemudaian  mereka  tinggal  di  daratan  Paran.  Tidaklah  disangsikan  bahwa  daratan  Bi‐ir  Sab’  yang 

dimaksud adalah   daratan Sinai  itu sendiri. Jadi sesudah daratan Paran adalah Makkah dan Hijaz. Ahli‐

ahli gelogi menerangkan bahwa daratan Paran  itu  terletak di antara Makkah dan  Sinai. Paran adalah 

sebuah gunung  di daerah Hijaz. 

Hal  ini mudah  dimengerti,  karena  bangsa Arab  pendatang    di  dalam  Taurat  dan  kitab‐kitab  suci  lain 

dikenal sebagai golongan Ismael. Sedangkan bangsa  Arab pendatang ini menisbatkan silsilahnya kepada 

Adnan, yakni nenek dari bangsa Quraysi yuag pertama, yang tinggal di Makkah. Di dalam Kitab Kejadian 

pada Taurat disebutlkan bahwa ; “ (Allah) aku telah mengabulkan permintaan Ismael, seorang yang aku 

beri berkah, aku besarkan dan aku beri karunia yang banyak, sehingga  ia melahirkan dua belas tokoh 

dab Aku jadikan dia suatu bangsa yang besar. 

Seandainya  suku  Quraisy  dan  bangsa‐bangsa  Arab  pendatang  lainnya  bukan  merupakan  keturunan 

Ismael, berarti keterangan Taurat itu tidak benar dan injil Allah kepadanya tidak dipenuhi, padahal Allah 

tidak pernah menyelahi  janjinya. Karena di Makkah tiada keturunan  Ismael yang Allah beri berkah dan 

diperbanyak keturunannya serta tidak ada suatu bangsa besar di penjuru manapun di bumi ini yang syah 

dinisbatkan  kepada  beliau.  Maka  kalau  hal  ini  tidak  benar,  lalu  dari  mana  asal‐usul  bangsa  beliau 

tersebut  jika mereka bukan bangsa Arab pendatang? Dimana  tempat mereka  itu bermukim, agar  janji 

Tuhan yang  tidak pernah menyalahi  janjiNYa  itu menjadi suatu kenyataan dan kabar gembira  terujud, 

karena tiadalah kebohongan dengan kabar tersebut. 

Di samping itu bahasa Arab pendatang ini dekat sekali dengan bahasa Hibru (Yahudi) , yang merupakan 

bahasa kebangsaan Yahudi. Adanya persamaana‐persamaan antara dua bahasa ini tidak mungkin timbul 

jika  tidak  ada  hubungan  silsilah  antara  kedua  kelompok  ini.  Sejarah  telah  menerangkan  adanya 

hubungan  tersebut. Diriwayatkan bahwa bangsa Arab bersilsilah kepada  Ishaq bin  Ibrahim. Disini  ilmu 

sejarah dan ilmu bahasa sejalan di dalam menegaskan kebenaran adanya hubungan dan cukup sebagai 

dalil kebenaran. 

P:  Jika  kedudukan  Ka’bah  bagi  anda  seperti  itu  halnya, mengapa  anda  dahulu  ragi‐ragu menjadikan 

Ka’bah sebagai kiblat anda? Karena sebelumnya anda telah menjadikannya kiblat yakni sebelum Hijrah 

dari Mekkah ke Madinah. Tetapi kemudian anda  berpindah ke Baitul Maqdis pada masa awal‐awal anda 

tinggal di Madinah.  Lalu anda kembali lagi ke Ka’bah dan menjadikan Kiblat di dalam shalat anda serta 

tempat  tujuan Haji pada bulan‐bulan Haji. 

M: Saya akan  terangkan kepada anda rahasia masalah  ini, wahai Pastur yang mulai.  Islam menjadikan 

Ka’bah sebagai kiblatnya pada masa‐masa awal munculnya. Karena Ka’bah  lah merupakan kiblat fitrah 

bagi agama  kami. Sebab  setiap agama punya Kiblat yang dijadikan arah pemeluknya di dalam  shalat, 

tempat mereka  berkumpul  setiap  tahun  untuk  berhaji,  adalah menjadi  kepentingan  setiap  pemeluk 

agama mempunyai Kiblat   khusus demi menghindari kekisruhan dan pertentangan. Bila  telah  sepakat 

mereka  menghadap  ke  satu  Kiblat  untuk  berhaji  atau  yang  lain  dapat  diharapkan  kekisruhan  dan 

pertentangan mereka dapat dihindari sebagaimana firman NYa dalam surat Al Baqaraah 148; 

 

Page 42: Pastur Menuduh Santri Menjawab

“ Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan

kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (QS Al Baqaraah 2:148)”.

 

Umat  islam  telah menggunakan Kiblat  ini pada masa‐masa mereka  tinggal di Makkah. Tatkala mereka 

Hijrah ke Madinah wawasan dakwah  Islam semakin  luas, sebab di sana terdapat bangsa Arab, Yahudi, 

dan Nasrani yang ingin dijadikan sasaran dakwah Islam dan bertujuan menghimpun mereka dalam satu 

agama  guna mengibarkan  paji  perdamaian  di  tengah mereka, memupus  perperangan menyebarkan 

panji perdamaian pada semua manusia dan memupus perperangan antar bangsa‐bangsa seluruhnya. 

Namun umat Yahudi dan Nasrani sulit menerima Ka’bah sebagai kiblat mereka, bahkan menyebabkan 

mereka  salah  faham  terhadap    dakwah  islam. Mereka menyangka  Islam merupakan  dakwah    politik 

kebangsaan demi politik bangsa Arab, mengajak bangsa‐bangsa  lain ke arah Ka’bah dalam  shalat dan 

haji  agar  nantinya  dapat menjadi  pemimpin mereka  semua,  pasar‐pasar mereka  supaya  laris  setiap 

tahun karena datangnya orang‐orang haji ke tempat itu. Islam ingin menghapus prasangka buruk seperti 

ini dari benak mereka, bersedia mengorbankan  kiblatnya   bergabung dengan  kiblat mereka  sehingga 

tidak ada alasan bagi mereka untuk menolak beriman kepada agama baru ini. Alangkah ringannya untuk 

berkorban,  sekiranya memang akan memberikan hasil positif kepada diri mereka dan  semua manusia 

menjadi satu saudara di dalam agama ini, tidak ada fanatisme kebangsaan maupun golongan , tidak ada 

perang maupun permusuhan. Sebab  islam  tidaklah menganggap kiblat  sebagai perkara yang dominan 

dibadingkan dengan nilai kepentingan mempersatukan umat manusia di dalam satu wadah islam. Islam 

juga tidak bermaksud untuk mengarahkan manusia ke Ka’bah atau Baitul Maqdsis atau ketimur, maupun 

ke barat sebagaimana maksudnya,  membawa manusia pada tujuan yang luhur dan cita‐cita yang lebih 

tinggi  karena  semua  arah  adalah milik Allah.  Kemanapun orang menghadap, maka dihadapkannya  ia  

dapat  menemui  Allah.  Karena  yang  utama  di  dalam  agama,  ialah  kita  semua  memasrahkan  diri 

kehadapanNYA,  kita  bersatu  di  dalam wadah,  satu  agama  yang menghimpun  kita  semua  dalam  satu 

wadah.  Memupus  perpecahan  kita,  memberikan  hak‐hak  yang  sama  kepada  semua  manusia  dan 

memandang manusia sama derajat. 

Tatkala  pengorbanan  islam  seperti  ini  tidak  membuahkan  hasil  apa‐apa,  Bangsa  Yahudi  dan  umat 

Nasrani  tetap  fanatik dalam agamanya, maka  Islam kembali kepada Kiblat asalnya, yakni ke Kiblatnya 

sendiri  satu‐satunya, dan  umat  Yahudi punya  kiblat  sendiri  begitu  juga Nasrani.  Pemecahan masalah 

semacam  ini  akan  lebih  dekat  kepada  upaya  menciptakan  perdamaian  daripada  memaksa  mereka 

menerima  satu  kiblat.  Sebab mereka adalah golongan  yang  keras  kepala memusuhi  Islam,  fihak  yang 

sangat suka membenci. Maka menaruh jarak dengan mereka di dalam persolan ini adalah lebih selamat 

dan setiap agama memiliki Kiblatnya sendiri yang  lebih bisa mendorong kepada suasana menciptakan 

perdamaian. 

ooOoo 

 

Page 43: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Dialog ke duabelas; 

BENARKAH ISLAM SUATU AGAMA UNIVERSAL? 

 

Pada dialog kali  ini Muhammad datang  terlambat  seperempat  jam. Karena Trein yang ditumpanginya 

mengalami kerusakan kecil. Para pengunjung telah menanti‐nantinya. Kemudian mereka duduk laksana 

seorang  sedang  kehausan menanti  air.  Sebab  diaolog‐dialog  yang  telah  berjalan menarik  perhatian 

mereka sepenuhnya, sehingga mereka setiap hari selalu merasa dituntut untuk mengikutinya. 

Ketika  Muhammad  hadir  mengambil    tempat  di  samping  sang  Pastur,    sesudah  lebih  dahulu 

menyampaikan  permintaan  maaf  kepada  hadirin  atas  keterlambatannya  yang  terjadi  diluar 

kemampuannya.  Kemudian  Pastur  mulai  melanjutkan  tuduhan‐tudahan  lainnya.  Dan  sebagaimana 

biasanya , Muhammad pun mulai menjelaskannya. 

P: Wahai Muhammad,  anda  telah menyebutkan  bahwa  islam  adalah  agama  universal  untuk  semua 

bangsa.  Setiap  bangsa  dalam  pandangan  Islam  adalah  sama.  Islam  bertujuan menyatukan manusia 

dalam  satu agama,  tiada  kelebihan  satu bangsa dengan  yang  lainnya. Bahkan dalam  kebijaksanannya 

mempunyai pandangan kemanusiaan universal, bukan pandangan nasionalistis , seperti yang diikuti oleh 

Negara‐negara kuno sebelumnya atau Negara‐negara modern sekarang. 

Adakah pandangan  ini  sesuai dengan  ciri yang  telah berjalan pada Negara  islam yang bercorak Arab? 

Sebab  yang  menjadi  bahasa  penghubungnya  adalah  bahasa  Arab,  pemiminnya  juga  orang  Arab, 

sehingga bangsa Arablah yang memimpin Negara mereka ditengah bangsa‐bangsa bukan Arab. Bahasa 

Arab mendominir bahasa‐bahasa  lain. Hal  ini  telah berjalan di masa Nabi  anda,  khalifah  yang  empat 

sesudah beliau  ( Abu Bakar, Umar, Utsman, dan   Ali  )  , pada masa dinasti Ummmayah dan di nasty 

Abbasiyyah. Negara  anda  tidaklah mengalami perubahan dari bentuk  semacam  ini  sampai datangnya 

bangsa‐bangsa  lain  yang merampas  kekuasaan  dari  bangsa  Arab  ,  sehingga  tumbuhlah Negara  Turki 

Utsmani dan Negara‐negara lain yang tidak lagi bercirikan Arab. 

M: Wahai pastur yang terhormat,  Islam menghendaki menyatukan semua manusia dalam satu agama, 

bukan satu Negara dan bukan satu bangsa maupun satu bahasa. Allah , Tuhan pencipta umat manusia , 

telah  menjadikan  mereka  bersuku‐suku  dan  berbangsa‐bangsa.  Sekiranya  Allah  berkehendak 

menjadikan  mareka  satu  bangsa  saja  ,  niscaya  terjadilah,  namun  tidaklah  demikian  yang  menjadi 

kehendakNya, sebagaimana firmanNya pada surat Hud 118; 

“ Jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat (QS Hud 11 :118)”.

Jadi  islam  tidaklah  mempersoalkan  pentingnya  lestarinya  bangsa‐bangsa  dan  suku‐suku  ini,  ciri‐ciri 

bahasa  ,  dan  tradisi  mereka  masing‐masing.  Tetapi  yang  menjadi  kepentingan  Islam,  ialah  untuk 

menimbulkan saling mengenal antar bangsa‐bangsa dan bukan saling bertengkar, saling mencintai dan 

bukan saling membenci, agar yang lemah dapat hidup dengan aman di samping yang kuat dan yang kuat 

tidak mempunyai nafsu  rakus menjarah  tanah  air  bangsa  yang  lemah, mengintai harta  kekayaannya, 

Page 44: Pastur Menuduh Santri Menjawab

menghalangi usaha mencapai tujuannya, sehingga bangsa‐bangsa yang lemah selamat dari penderitaan 

dan  terhindar dari kekafiran.  Inilah Qur’an kami yang ada di hadapan anda, wahai pastur. Anda  tidak 

akan menemukan  satupun  ayat  yang menyatakan  agar  berupaya membangun  sebuah  Negara  Arab, 

menjadikan bangsa Arab mendominir bangsa‐bangsa  lain dan menjadikan bahasa Arab di atas bahasa 

yang lain. Sikap seperti itu hanyalah tumbuh karena fanatisme kebangsaan yang justru hendak dipupus 

oleh Islam, baik fanatisme antar bangsa ataupun antar suku di dalam satu banga. 

P: Adakah saya boleh memahami apa yang anda ucapkan  itu  , wahai Muhammad, menyatakan bahwa 

Islam tidaklah berupaya untuk mendirikan suatu Negara, misalnya sepertri Nasrani yang didalam perkara 

seperti  ini tidak menaruh kepentingan kecuali hanya dimaksudkan untuk memperbaiki akhlak manusia 

atau mengurus akhirat semata‐mata.  

M: Tidak begitu  , wahai pastur. Kalau  islam  ini  seperti agama Nasrani di dalam masalah  kenegaraan, 

tentulah tidak punya makna apa‐apa Islam ini sesudah agama Nasrani. Islam sebenarnya muncul untuk 

mengatur  ketertiban masalah  dunia  dan  akhirat,  sehingga  ia menjadi  sebuah  agama  yang  utuh  lagi 

sempurna dan merupakan penutup risalah langit ke bumi. Jadi islam berupaya untuk mendirikan sebuah 

Negara  ideal di bumi  ini  , guna menjamin  kebahagiaan dunia dan akhirat umat manusia, menegakan 

keadilan, yang mencakup golongan fakir maupun kaya, golongan lemah maupun kuat, golongan Muslim, 

Yahudi  , maupun Nasrani, bangsa Arab, Parsi maupun Romawi. Dengan demikian  jadilah Negara  Islam 

kemudiannya sebagai satu Negara untuk segenap umat manusia atau beberapa Negara untuk beberapa 

bangsa,  yakni  satu Negara untuk bangsa Arab,  satu Negara  lagi untuk bangsa Parsi,  satu Negara  lagi 

untuk angsa Romawi dan setiap Negara untuk setiap bangsa. Akan tetapi semua Negara‐negara tersebut 

dipayungi rasa perdamaian dan terhimpun pada ikatan persaudaraan, kesatuan  dan kasih sayang. 

Islam tidak melarang misalnya satu Negara untuk bagsa Arab atau beberapa Negara untuk bangsa Arab. 

Iapun tidak melarang bangsa Parsi punya satu atau beberapa Negara. Begitu pula dengan bangsa‐bangsa 

lain.  Karena  Islam  suatu  agama  universal  yang  tidak mungkin mengutamakan  bangsa  Arab  sehingga 

menjadikan suatu negara untuk mereka dan memaksa kepada bangsa lain untuk menerimanya. 

Nabi  saw  pernah  mengirimkan  utusan  menyampaikan  surat‐surat  dakwah    kepada  para  raja  di 

zamannya.  Beliau  tidak  pernah  berusaha merampas  kekuasaan  dari  salah  seorang  diantara mereka. 

Tetapi  beliau  hanya  mengajak  mereka  masuk    islam  dan  membiarkan  kekuasaan  itu  ditangannya, 

asalkan mau masuk  islam. Namun  isi nya  tidak menyimpang dari pengertian  ini. Beliau  tidak meminta 

pada raja‐raja  Arab, Parsi, Romawi maupun Habsy , kecuali hanya  permintaan masuk islam dan tiap –

tiap  raja  dibiarkan  tetap  dalam  kedudukannya.  Islam  sedikitpun  tidak merampas  kekuasaan  itu  dari 

tangan mereka. Sebagai contoh, inilah surat Nabi kepada raja Harits nbin Abi Syamr. 

” Dengan nama Allah yang pengasih lagi penyayang. Dari Muhammad rasulluah kepada raja Harits bin Abi Syamr. Selamatlah orang yang mau mengikuti petunjuk, beriman kepada Alla membenarkan-NYa. Aku mengajak anda untuk beriman kepada Allah semata-mata Tuhan yang tiada bersekutu. Anda akan

tetap di dalam kedudukan anda”.

Page 45: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Raja Haruts adalah merupakan gubernur raja Hercules, pengguasa Romawi, berkedudukan di Damaskus. 

Nabi  tidaklah  berusaha  mencabutnya  dari  kekuasaannya.  Beliau  hanya  meminta  kepadanya  untuk 

masuk islam saja. Begitu pula isi surat‐surat beliau yang lainnya kepada para raja lainnya. 

Negara  idealis  dalam  Islam mempunyai  karakter  universal,  bukan  berkarakter  Arab,  atau  Parsi,  atau 

Romawi dan lain sebagainya. Kepala negaranya Arab atau Parsi atau Romawi dan lain sebagainya. Tetapi 

seorang kepala Negara adalah seorang Muslim, apapun bangsanya. Karena Nabi saw  telah bersabda  ;      

“  dengarkanlah  dan  patuhilah  pemimpin  kamu  sekalipun  yang memerintah  kamu  seorang  budak 

Habsy yang kecil lagi hitam.” 

Umar bin Khatab  telah mengangkat Syuhaib Ar‐Rumi untuk menjadi  Imam shalat  jamaa’h sepeninggal 

beliau  sampai  terpilihnya  seorang Khalifah baru. Dan Syuaib  tetap mengimani  shalat  jamaah   mereka  

sampai  terpilihnya  Utsman  bin  Affan  menjadi  Khalifah.  Dengan  demikian  Umar  telah  memberikan 

contoh  kepada  kaum  muslimin  bahkan  hukum  mereka  memandang  semua  manusia    sama,  tanpa 

melebihkan yang Arab dari bangsa‐bangsa lain. 

P: Tetapi memngapa bangsa Arab dominan dalam  Islam sampai kekuasaan  itu kemudian  terlepas dari 

tangan mereka? Apakah hal ini merupakan ketentuan agama atau dari mereka sendiri 

M: Sepeninggal Nabi  saw  , agama  islam menyebarkannya masih hanya di  tengah‐tengah bangsa Arab 

sendiri.  Jadi wajarlah  kaumn muslimin memilih  khalifahnya dari  kalangan mereka  itu  sendiri. Mereka 

memilih seorang Arab yang ada di waktu itu dan orang‐rang non arab hanya beberapa orang, tidak lebih 

dari sejumlah  jari‐jari  tangan, misalnya  : Salman al Farizi, Syahaib Ar Rumi dan Bilal al Habsy. Dengan 

sendirinya bangsa Arab tidak mau mengenyampingkan orang semacam Abu Bakar, Umar dan Ali sebagai 

tokoh yang akan memimpin mereka. Sebab  tidak ada orang  lain yang mempunyai kesanggupan untuk 

memerintah seperti tokah‐tokoh tersbut, tidak ada pula orang lain yang mempunyai kesanggupan untuk 

membangun  Negara  yang  baru  tumbuh  selain mereka  itu.  Padahal  bangsa  Arab  baru  saja melewati 

periode jahiliah. Karena itu tidak mudah bagi mereka untuk menerima kepemimpinan orang  lain seperti 

Salman, Syahaib dan Bilal ini. 

Kemudian  silih  bergantilah  peristiwa  demi  peristiwa  dan  bangsa  Arab  terlihat  dalam  berbagai 

perperangan  yang  terus menerus  dengan  bangsa  Parsi,  Romawi,  dan  lain  sebagainya.  Perperangan‐

perperangan semacam ini sudah tentu menjadi faktor penentu mengapa Negara islam hanya terpegang 

di tangan bangsa arab, sehingga dinasti bani Ummayah benar‐benar bercorak Arab saja. Tetapi tatkala 

dinasti  Abbasyah  dapat  berdiri  dengan  bantuan  bangsa  Parsi,  mulailah  muncul  golongan  dalam 

menggalang  kekuasaan Negara  dan  peranan Arab mulai melemah.  Kelemahan  bangsa Arab  ini  terus 

berjalan sampai saat runtuhnya kerajaan Bani Abbasyah. Kemudian muncullah di belahan timur Negara 

turki Utsmani yang dapat menyebarkan kekuasaannya ke sebagian besar Negara‐negara Islam di Timur 

maupun di barat. Kaum muslimin akhirnya merasa lebih dekat kepada Turki dari pada bangsa Arab dan 

lain‐lainnya. Sebab dalam  Islam pemerintahan  itu bukanlah khusus di  tangan  satu bangsa  saja,  tetapi 

dapat dipegang oleh siapaun yang mendapat persetujuan kaum muslimin untuk menjadi penguasa baik 

dari kalangan Arab maupun yang lainnya., 

ooOoo 

Page 46: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Dialog ke tigabelas 

SIKAP ISLAM TERHADAP ILMU DAN FILASAFAT 

 

Pada  dialog  kali  ini  kedua  pembicara  sepakat  untuk mengambil  tema  tentang  pandangan  Islam  dan 

Kristen terhadap ilmu pengetahuan dan filsafat sebagai objek dialog kali ini. Karena itu banyak kalangan 

terpelajar  yang  hari  ini  berlomba  hadir  guna  mengikuti  dialog,  agar  dapat  mengetahui  pandangan  

agama pada umumnya terhadap  ilmu dan filsafat dan khususnya agama  Islam dan agama Nasrani. Kali 

ini pastur Z memulai pembicaraannya. 

P:  Islam bersikap permusuhan  terhadap  ilmu dan  filasafat. Pandangan  semacam  ini  terlihat  terhadap 

kaum  muslimin  yang  tidak  mau  mengupayakan  kemajuan  ilmu  dan  filsafat,  seperti  yang  pernah 

dilakukan oleh Negara‐negara  lain sebelumnya dan oleh Negara‐negara Nasrani dewasa  ini, padahal di 

dalam Al Qur’an  terdapat ayat‐ayat yang menganjurkan untuk menuntut  ilmu, diantaranya  ialah surat 

Thaha 114 ; 

“ Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al Qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku,

tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."(QS Thaahaa 20:114)”.

Tetapi sayang , yang dimasksud dengan ilmu di dalam ayat ini ialah ilmu agama, seperti fiqih ilmu aqaid, 

dan lain sebagainya. 

M: Pertama kali, wahai pastur, saya  ingin agar anda mengetahui pandangan agama terhadap  ilmu dan 

filsafat. Jika hal  ini telah anda ketahui, selanjutnya akan saya terangkan kepada anda pandangan  islam 

terhadap kedua hal tersebut dan bagaimana pula pandangan agama Kristen. 

Tujuan agama adalah untuk dapat mengetahui kebenaran dengan melalui wahyu. Sedangkan  ilmu dan 

filsafat  bertujuan mengetahui  kebenaran  dengan melalui  nalar  dan  akal.  Kadi  keduanya  sama  dalam 

tujuan  tetapi  berbeda  caranya.  Dengan  cara  yang  berbeda  ini  tidaklah mungkin  untuk menetapkan 

bahwa yang satu memandang yang  lain sebagai musuh. Karena tujuannya satu, terkadang dengan dua 

cara tersebut, masing‐masing dapat mencapai tujuan yang sama  itu, tetapi   terkadang harus ditempuh 

dengan beberapa cara. Berbagai cara yang dipergunakan untuk mencapai  tujuan yang  sama  ini dapat 

saling bekerjasama dan  saling melengkapi. Agama mengakui bahwa akal adalah  salah  satu alat untuk 

memperoleh pengetahuan.  Ilmu dan  filsafat  juga mengakui bahwa wahyu merupakan  salah  satu  alat 

untuk mendapatkan    pengetahuan.  Karena  itu  tidaklah  benar  agama mempunyai  sikap  permusuhan 

terhadap  ilmu dan  sebaliknya  ilmu  serta  filsafat bersikap perusuhan  terhadap agama, baik dipandang 

dari segi tujuan mapun caranya. 

P:  Wahai  Muhammad,  saya  sepakat  dengan  anda  bahwa  demikian  itulah  seharusnya  sikap  agama 

terhadap ilmu dan filsafat, tetapi bagaimana pandangan islam terhadap kedua hal tersebut? 

Page 47: Pastur Menuduh Santri Menjawab

M: Sekarang  saya hendak  terangkan kepada anda padangan –pandangan  ini. Catatan‐catatan  ini akan 

berguna kelak ketika menerangkan sikap agama Nasrani terhadap ilmu pengetahuan dan filsafat. Untuk 

menjelaskan  pandangan  Islam  terhadap  ilmu  dan  filsafat,  maka  terlebih  dahulu  perlulah  diberi 

penjelasan  arti  kata  “filsafat”  dalam  bahasa  Yunani.  Kedua  ,  perlu  penjelasan  arti  kata  ini menurut 

filosof  sendiri.  Asal  arti  kata  filsafat  di  dalam  bahasa  Yunani  terdiri  dari  dua  kata  yaitu  Phelos  dan 

Sophia.  Phelos  artinya mengutamakan  atau mencintai  .  Shopia  artinya  kenajikan.  Jadi  kata  filsafat 

berarti mencintai kebajikan. Kata  ini  setelah digabungkan dalam  satu  kata  yang  ringkas  (filsafat)  lalu 

dalam  bahasa  arab  bermakna  “hikmah”.  Dan  menurut  kalangan  filosof  sendiri,  filsafat  berarti 

mengetahui hakekat sesuatu menurut kemampuan manusia. 

Al Qur’an terkadang menyebut hikmah dengan arti ilmu, sebagaimana tersebut dalam surat Al Baqaraah 

269; 

“ Allah menganugrahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil

pelajaran (dari firman Allah) (QS Al Baqaraah 2:269)”.

Begitu  pula  Allah  menyebutkan  ihwal  beberapa  orang  ahli  hikmah  di  dalam  Al  Qur’an,  misalnya 

Luqmanul Hakim sehingga di dalam Al Qur’an dicantumkan satu surat dengan namanya . Dan terkadang 

Al Qur’an menyebut kata ini dengan arti hikmah itu sendiri sebagaimana firman NYa pada surat Luqman 

12‐19; 

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji"12. Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah)

adalah benar-benar kelaliman yang besar"13. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-

tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu 14. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan

dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali

kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan 15. (Lukman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan

mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui 16. Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah) 17. Dan janganlah kamu memalingkan

mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.

Page 48: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri 18. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara

ialah suara keledai (QS Luqman 31 : 12-19)”.

Tidaklah  diragukan  lagi  hikmah masuk  dalam  kategori  akhlak  yang merupakan  hikmah  praktis,  yaitu 

hikmah yang berada di dalam jangkauan kemampuan manusia merealisasikannya. 

Begitu pula Al Qur’an menyebutkan bahwa Allah memberikan hikmah kepada Yahya bin Zakaria semasa 

kanak‐kanak sebagaimana tersebut di dalam surat Maryam 12; 

“ Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak (QS Maryam 19:12)”,

 

Hukum dimasukkan di dalam ayat ini ialah hikmah yang diberikan kepada nya sebelum diberi keNabian. 

Karena keNabian diberikan kepada seseorang setelah lewat umur tiga puluh. 

Allah pun memberikan  kepada beberapa orang NabiNya  kenabian dan hikmah  sebagaimana  tersebut 

pada surat An Nisa’ 54; 

“ ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan

Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar (QS An Nisaa’ 4:54)”.

Dengan demikian maka hikmah telah tercakup di dalam ruang ajaran yang disampaikan oleh Nabi saw, 

sebagaimana tersebut di dalam surat Al Jumu’ah 2; 

“ Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka

Kitab dan Hikmah (As Sunah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata (QS Al Jumu’ah 62:2) “,

Ayat  ini  dengan  jelas menyatakan  bahwa  hikmah  sudah  tercakup  di  dalam  ajaran  risalah Nabi  saw. 

Untuk  memupus  kebodohan  bangsa  arab,  agar  dinatara  mereka  timbul  kelompok  terpelajar  yang 

mampu membaca dan menulis, mengerti  ilmu‐ilmu agama dan dunia. Karena kata‐kata “mengajarkan 

kitab  kepada mereka” mengisyaratkan pengertian  ilmu dunia.  Sebab  itu hikmah  ini diberikan  kepada 

Yahya  semasih  umur  kanak‐kanak  sebelum menjadi  Nabi.  Dengan  demikian menjadi  jelas  pula  ilmu 

hikmah mempunyai cara yang berbeda dari cara wahyu, yaitu cara nalar dan akal. Sebab Yahya  telah 

diberi hikmah  ini sebelum beliau memperoleh wahyu. Berarti hikmah beliau sebelumnya hanya masih 

berupa akal dan nalar. 

Dengan demikian sikap islam terhadap  ilmu dan filsafat bukanlah sikap bermusuhan, tetapi merupakan 

tujuan  yang  dicari  dan  barang‐barang  yang  hendak  ditemukan  kembali.  Sebab  itulah  ada  beberapa 

riwayat sahabat disebutkan “ hikmah adalah barang  orang mukmin yang hilang, karena itu hendaklah 

Page 49: Pastur Menuduh Santri Menjawab

ia dicari dimanapun dapat diperoleh”. Maksudnya, hendaklah  seorang mukmin menutut hikmah dari 

siapapun sekalipun dari orang kafir dan di negeri manapun, sekalipun diluar negeri  islam.  Jadi hikmah 

bukanlah ilmu agama. Sebab ilmu agama tidak bisa dicari dengan cara seperti itu, dan hanya bisa dicari 

melalui cara khusus. 

P:  Bila  semacam  itulah  sikap  islam  terhadap  filsafat,  mengapa  sebagaian  ahli  fiqih  berjuang 

memeranginya? 

M: memang  sebagian ahli  fiqih berjuang memerangi  filsafat  sesat, karena  tidak didasari dengan nalar 

yang  sehat.  Sebab  filsafat  semacam  itu  tidaklah dapat mencapai  tujuan  yang diinginkan oleh  agama, 

bahkan  berlawanan,  sehingga manusia  yang  berfilsafat  terjerumus  di  dalam  jahil murakkab  (bodoh 

membabi buta). Dia menyangka dirinya intelek padahal sebenarnya bodoh. Bodoh semacam itu sungguh 

sangat tercela. Namun ada sebagian ahli fiqih memerangi filsafat kerena kebodohannya terhadap filsafat 

dan hakekat islam itru sendiri. Ahli fiqih semacam ini boleh dijadikan alasan untuk menyalahkan agama 

kami. 

P:  Adakah  sikap  islam  terhadap  ilmu  dan  filsafat  berlainan  dengan  sikap  agama  Nasrani  terhadap 

keduanya? 

M: Memang berbeda antara sikap Islam dan Nasrani terhdap ilmu dan filsafat. Sebab ajaran islam tidak 

ada  yang  bertentangan  dengan  akal  dan  fitrah  yang  sehat.  Tetapi  agama  Nasrani,  ajaran‐ajarannya, 

seperti Trinitas , penyaliban dan penebusan dosa bersifat doktrin (mesti diterima tanpa boleh dipikirkan) 

dan menolak  penalaran  dan  pembahasan. Dengan  demikian maka  sikap  agama Nasrani  sudah  tentu 

bermusuhan  dengan  ilmu  dan  filsafat.  Sebab  filsafat  hanya  bisa  diterima  dengan  pembahasan  dan 

berdasarkan nalar. 

P: Penjelasan anda  ini  tidak  cukup menjelaskan  sikap Nasrani  terhadap  ilmu dan  filsafat. Maka untuk 

menjelaskan sikap agama Nasrani kehadap keduanya haruslah berdasarkan ayat‐ayat Taurat atau    Injil 

yang memberikan  uraian  secara  jelas,  sehingga  dapat  dibuktikan  adanya  sikap  permusuhan  tersebut 

bukan sekedar sikap kesesuaian. 

M: Wahai pastur, kalau anda memang  bersabar sudah barang tentu akan saya sebutkan ayat‐ayat yang 

anda minta itu. Saya akan nukilkan kepada anda ayat‐ayat sepeti itu yang telah termaktub di dalam buku 

“  bahaya  pengajaran  Taurat  dan    Injil”  yang  ditulis  oleh  Charles Watt.  Buku  ini  diterjemahkan  dari 

bahasa inggris kepada bahasa Arab oleh Abdul Wahhab Salim At Tannir. 

Di dalam buku ini disebutkan bahwa di dalam Taurat tersebut: “ hikmah adalah suatu pokok. Karena itu 

ambillah”.  Kemudian  disebutkan  pula  :  dengan  banyaknya    berhikmah(  fislsafat)  ,  berarti  banyak 

kesedihan”.  Kemudian  disebutkan  lagi;  “  hikmah  orang  alim  berarti  kebodohan”.  Inilah  salah  satu 

kutipan dari Perjanjin Lama. 

Adapun perjanjian baru  , dalam  surat Paulus disebutkan  ( hal  ini merupakan  catatan  tertulis)  :  “ aku 

akan menghancurkan hikmah para filosof dan kutolak pikiran orang‐orang yang mengerti”. 

Page 50: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Tersebut  pula  didalam  surat  Paulus  kepada  penduduk  negeri  Kolose;  “  Perhatikanlah,  supaya  tidak 

seoprang pun, yang karena  tingkah  filsafat kamu dan  tipu daya kebathilan karena membeo orang 

banyak, mengikuti syarat‐syarat orang pandai, tetapi bukan mengikuti Al Masih”. 

Di dalam kitab  suci  tersebut memang  tidak  terdapat nash‐nash yang  lebih keras pernyataan  sikapnya 

terhadap  ilmu‐ilmu  dan  filsafat  dari  pada  nasih‐nash  ini.  Dan  tidak  dapat  diragukan  lagi  nash‐nash 

seperti  inilah  yang  mengilhami  tokoh‐tokoh  gereja  pada  abad  pertengahan  untuk  mendirikan 

pengadilan‐pengadilan guna melakukan seleksi pemikiran  ilmu dan filsafat  ,   yang oleh sejarah dikenal 

dengan  pengadilan‐pengadilan  yang  sangat  kejam.  Pengadilan‐pengadilan  ini  telah  menjatuhkan 

hukuman mati terhadap orang‐orang yang terbukti menekuni pekerjaan ilmu‐ilmu dan filsafat. Diantara 

orang yang dijatuhi hukuman seperti ini  ialah Galileo, sarjana kosmografi, karena berpendapat matahari 

merupakan pusat alam raya dan bukan bumi. 

P: Wahai Muhammad, anda  telah menerangkan bahwa ada  sebagaian  tokoh agama anda memerangi 

ilmu pengetahuan dan filsafat karena kebodohan. Karena itu mengapa tidak boleh dikatakan bahwa apa 

yang terajadi dikalangan kamipun karena kebodohan pemuka‐pemuka Nasrani di abad pertengahan. 

Cobalah anda perhatikan bangsa‐bangsa Nasrani didataran Eropah maupun Amerika sekarang menekuni 

ilmu dan filsafat dan tidak seoerang pun tokoh agama Kristen yang menentang atau memerangi mereka 

yang berkecimpung di dalam ilmu dan filsafat, seperti yang terjadi pada abad pertengahan. 

M: Wahai pastur, tidaklah mungkin hal seperti itu dianalogikan , antara sikap tokoh‐tokoh gereja Nasrani 

dengan  beberapa  ulama  Islam  itu.  Sebab  kami  mempunyai  keterangan‐keterangan  ayat  suci  yang 

mengetengahkan  pujian  terhadap  masalah  hikmah,  menganjurkan  menggunakan  penalaran  sebagai 

salah  satu  cara mencapai  kebenaran.  Sehingga orang  yang menemukan  kebenaran diberi pahala dan 

orang  yang mengalami  kekeliruan  diampuni.  Adalah  suatu  keharusan  dalam mencari  kebenaran  itu 

dengan menunjukan dalil yang memuaskan penalaran. Maka bila sebagai ulama  islam melanggar garis 

ketentuan  ini membuktikan kebodohannya mengenai  sikap agama mereka  terhadap  ilmu dan  filsafat. 

Sebab itu tidaklah islam dapat disalahkan karena kebodohan mereka. 

Adapaun tokoh‐tokoh gereja Nasrani pada abad pertengahan mereka berpegang pada ayat‐ayat Taurat 

dan  injil yang mengencam orang‐orang yang berkecimpung di dalam  filsafat. Sebab orang yang  tekun 

dengan  filsafat  akan  tertimpa  malapetaka  besar,  banyak  sedihnya  dan  penderitaannya.  Kemudian 

dinyatakan  bahwa  seorang  yang  berfilsafat  berarti  melakukan  kebodohan.  Kitab  suci  Nasrani 

menganjurkan  membinasakan  hasil  filsafat  para  filosof  dan  menolak  pikiran‐pikiran  orang  yang 

mengerti. Maka  dengan  demkian  tidaklah  dapat  dikatakan  bahwa  sikap mereka  terhadap  ilmu  dan 

filsafat yang bermusuhan  itu timbul karena kebodohan terhadap agama mereka. Jadi keadaan mereka 

tidak sama dengan sikap sebagian ulama islam yang bermusuhan terhadap ilmu dan filsafat. 

Adapun bangsa‐bangsa Nasrani pada zaman kita  ini tidaklah dapat dijadikan satu alasan   untuk menilai 

sikap agama Kristen yang menekuni kedua hal  tersebut  tidak dapat dijadikan sebagai dasar bagi sikap 

agama Kristen terhadap kedua hal tersebut. Sebab agama Kristen telah mereka kesampingkan dan ilmu 

serta Filsafat mengungguli kehidupan mereka dan menghancurkan kekuasaan tokoh‐tokoh gereja serta 

pemerintahan‐pemerintahan umat Nasrani yang sekarang adalah pemerintah duniawi yang sama sekali 

Page 51: Pastur Menuduh Santri Menjawab

tidak  menggunakan  agama  sebagai  dasar.  Selain  itu  sikap  mereka  terhadap  ilmu  dan  filsafat  pada 

hakekatnya tidaklah menjelmakan apa yang   menjadi sikap agama Nasrani terhadap keduanya. Karena 

itu  adanya  sikap  mereka  ini  tidaklah  dapat  dikaitkan  degan  agama  Nasrani.  Adapun  Islam  telah 

memberikan  sokongan  terhadap  ilmu‐ilmu  filsafat  yang  dilakukan  oleh  para  Raja‐rajanya  yang 

bertanggung  jawab  terhadap  agama  , misalnya  khalifah Makmun  dari  kerajaan  Abbasyiah,  Khalifah  

Yusuf bin Abdul Mukmin dari kerajaan Muwahhidin.  

Dengan demikian tidaklah benar adanya tuduhan yang menyatakan bahwa kaum muslimn tidak pernah 

membagun ilmu dan filsafat seperti yang dilakukan oleh umat‐umat lainnya. 

ooOoo 

 

 

Dialog ke empatbelas; 

NERAKA DAN SYORGA BERSIFAT ROHANIAH BUKAN MATERIAL 

 

Pokok  pembicaran  dalam  dialog  ini  ialah  soal  akhirat  yang  oleh  Al  Qur’an  telah  diberi  gambaran 

visualitas  tentang  adanya  pahala  di  syorga  dan  siksa  dineraka.    Setelah  Muhammad  dan  pastur 

mengambil tempat masing‐masing, mulailah sang pastur mengajukan tuduhan‐tuduhannya. 

P: Wahai Muhammad  ,  kami  beranggapan  bahwa  kenikmatan  akhirat  dan  siksanya  bersifat  abstrak 

(rohaniah). Dalam hal  ini para ahli  ilmu dan  filsafat  yang  kuno maupun  yang modern  sejalan dengan 

kami. Kenikmatan bersifat rohaniah adalah kenikmatan sempurna yang selaras bagi kehiduan di akhirat. 

Kenikmatan materi adalah kenikmatan tidak sempurna, bahkan tidak dianggap sebagai kenimatan bagi 

orang‐orang yang berjiwa suci. Karena bagi mereka yang dinilai sebagai kebahagian adalah terletak pada 

ilmu dan pengetahuan dan keberhasilan mencapai derajat tinggi disisi Tuhan. 

Namun Al Qur’an  telah menjadikan  soal  nikmat  dan  siksa  neraka  sebagai  soal  yang  amat  dirasakan. 

Syorga  dinyatakan  sebagai  tempat makan  dan minum  yang  juga memiliki  sungai  –sungai  terdiri  dari 

madu dan khamar. Saya  tidak mngerti, mengapa di dunia  ini  Islam melarang minum khamar  tetapi di 

akhirat kelak diperbolehkan. Penjelasan ini tersebut di dalam surat Muhammad 15; 

(Apakah) perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya

dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka, sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi

minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya? (QS Muhammad 47:15)”.

Page 52: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Apakah hakekat sungai‐sungai di dalam syorga itu? Dari mana bersumber alirannya dan sampai dimana 

berakhir muaranya? Lalu apa faedahnya? 

Di  dalam  Al  Qur’anpun  disebutkan  bahwa  di  dalam  syorga  terdapat  gadis‐gadis  cantik  yang  sangat 

menyenangkan para penghuninya, sebagaiman yang tersebut di dalam suarat Ar Rahman 70‐74; 

“ Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik 70. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan 71? (Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih

dipingit dalam rumah 72. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan 73? Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami

mereka) dan tidak pula oleh jin (QS Ar Rahmaan 55: 70-74)”.

Di dalam Al Qur’an disebutkan pula bahwa di dalam syurga terdapat tempat‐tempat dengan pelayanan 

gadis‐gadis muda belia yang mengitari para peminum, sebagaimana  tersebut di dalam surat Al  insane 

15‐19; 

“ Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kaca 15, (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya 16. Di

dalam surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe 17. Yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan salsabil 18. Dan mereka dikelilingi oleh

pelayan-pelayan muda yang tetap muda. Apabila kamu melihat mereka kamu akan mengira mereka, mutiara yang bertaburan (QS Al Insaan 76 : 15-19)”.

Apakah hakekat  tempat‐tempat minum di syurga? Bagaimanakah dengan gadis‐gadis muda belia yang 

mengedarkan minuman  disana? Apakah  kesenangan‐kesenangan  seperti  itu  sama  degan  kesenangan  

yang ada di dunia ini? 

M: Wahai Pastur , sabar sebentar. Anda anda telah berbicara dengan gaya retorik yang sama sekali tidak 

ada gunanya dalam pembicara yang bersifat analisis dalam dialog ini. Pembicaran anda menjadi musnah 

di hadapan  penalaran  yang benar dan  argument  yang bertumpu pada  keyakinan,  sehingga  apa  yang 

anda utarakan  secara retorik itu tidakalah menjadi pengaruh. 

Anda  telah mengatakan bahwa kenikmatan dan  siksa diakhirat, menurut  islam bersifat materil  (dapat 

dirasakan) bukan bersifat rohaniah (moril). Kenikmatan dan siksa akhirat menurut islam dikenakan  pada 

badan dan  roh  sekaligus.  Ini merupakan pandangan mayoritas umat  islam, bukan  semua umat  islam. 

Karena beberapa  filosof muslim  dan  akhli‐ahli  tasawufnya berpendapat bahwa  keterangan Al Qur’an 

tentang  nikmat  dan  siksa  akhirat  yang  divisualisasi    dimaksudkan  sebagai  perumpamaan.  Karena 

mayoritas  manusia  tidak  akan  sanggup  memahami  kenikmatan  rohani.  Karena  itu  lalu  diberikan 

gambaran bersifat materi. 

P: Wahai  anak muda,  apakah  anda mengingkari  bahwa  kebahagiaan  yang  hakiki  adalah  kebahagiaan 

rohani? 

Page 53: Pastur Menuduh Santri Menjawab

M:  Mayoritas  kaum  muslimin  tidaklah  beranggapan  sebagai  suatu  hal  yang  menyalahi  akal  kalau 

kenikmatan  dan  siksa  akhirat  dikenakan  kepada  roh  dan  jasad.  Tetapi  disamping  itu  mereka 

berpendapat bahwa kenikmatan rohani  lebih tinggi tingkatannya, sebagai firman Tuhan di dalam surat 

Taubah, 72.  

“ Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mukmin lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat

yang bagus di surga Adn. Dan keridaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar (QS At Taubah 9:72)”.

Disini keridhaan Allah, suatu yang bersifat rohani, dikatakan  lebih besar dari kenikmatan  jasmani yang 

tersebut sebelumnya. Pandangan seperti inilah yang sesuai dengan suatu agama yang mempunyai sifat 

tengah‐tengah antara rohani dan jasmani, tidak melebihkan tuntutan rohani di atas kepentingan jasmani 

seperti yang dilakukan umat Nasrani. Kerena Nasrani merupakan agama zuhud, pengekangan diri dan 

kependetaan.  Tatkala  cara  seperti  ini  yang  ditempuh  oleh  Nasrani  di  dalam  kehidupan  dunia, maka 

masalah akhirat pun dipandang nya seperti ini, sehingga menjadikan segala sesuatu tentang manusia ini 

baik dunia maupun di akhirat diangap hanya punya sifat rohani. Pandangan  ini seperti menyalahi sikap 

tengah‐tengah dan karena itu dinilai tidak terpuji. 

Wahai pastur yang terhormat, menurut saya kebahagiaan rohani memang merupakan kebahagiaan yang 

sempurna.  Tetapi  saya  tidak  sependapat  dengan  anda  bahwa  kebahagiaan  semacam  itu  adalah 

kebahagiaan yang hakiki. Karena kebahagiaan itu terdapat pula diluar rohani, walaupun kebahagian itu 

tidak sempurna. Sebagai manusia yang hidup di dunia ini ada yang tidak dapat menghadapi kebahagiaan 

rohani. Maka bagi mereka  ini yang dianggap kelezatan adalah yang bersangkutan dengan syahwat dan 

naluri, bukan yang bertalian dengan potensi akalnya. Maka kesenangan semacam ini tidaklah dipandang 

oleh akal sebagai hal yang tidak dapat diterima kalau ada  di akhirat kelak. Sebab kemampuan manusia 

itu  berbebda‐beda  seperti  halnya  di  dunia  ini.  Bilamana  orang  di  akhirat  kelak  sama  tingkat 

kesempurnaannya,  niscayalah  tepat  sekali  bila  kenikmatan  disana  hanya  bersifat  rohaniah.  Tetapi 

keadaan seperti ini tidak benar. Yang benar ialah  setiap orang akan dibangkitkan kembali sesuai dengan 

kondisinya ketika di dunia ini.  Ia akan menerima nikmat atau siksa akhirat sesuai dengan kondisinya. Ia 

akan memperoleh kenikmatan sesuai dengan apa yang menjadi tuntutan jasmani dan rohaninya. Jika ia 

tidak memperoleh apa yang menjadi  tuntuannya  tentu  ia merasakan  suatu penderitaan, karena  tidak 

dapat mencapai  kehendaknya.  Sedangkan  syorga  adalah merupakan  tempat  kesenangan  tanpa  ada 

sedikitpun  penderitaan  dan  halangan.  Oleh  karena  itu  di  dalam  syorga  ini  menyediakan  apa  yang 

menjadi  keinginan  hati  dan  yang menghibur mata  sehingga  setiap  orang mendapatkan  apapun  yang 

menjadi  kesenangannya  dan  sedikitpun  tidak  akan  merasakan  penderitaan  karena  terhalang 

maskudnya. 

P: Seorang terkadang menginginkan kesenangan yang seharusnya tidak boleh untuk dinikmati. Adakah 

di syorga nanti seseorang memperoleh apa saja kesenangan yang diinginkannya? 

Page 54: Pastur Menuduh Santri Menjawab

M: Seseorang yang menikmati kesenangan yang sebenarnya tidak boleh dinikmatinya hanyalah terjadi di 

neraka  bukan  di  syorga.  Di  syorga  hanyalah  terdapat  orang—orang  yang  berjiwa  baik  yang  hanya 

menginginkan sesuatu kesenangan di bolehkan saja. 

P: Mengapa begitu yang terjadi di dalam syorga, padahal disana ada tempat minum khamar? 

M:  Bukan  begitu wahai  Pastur  yang mulia. Di  Syorga  tidak  ada  tempat‐tempat minum  khamar  atau 

tempat‐tempat hiburan  terlarang. Khamar di  syorga bukanlah khamar  sebenarnya,  tetapi  cuma nama 

karena  warnanya  serupa  dengan  khamar  di  dunia  atau  yang  sejenisnya,  yang  berasal  dari  perahan 

anggur. Tetapi tidak memabukkan seperti khamar di dunia. Khamar di dunia di cela karena memabukkan 

bukan karena warnanya ataupun asalnya yang berasal dari perahan anggur. Karena khamar syorga tidak 

memabukkan, maka dengan  sendirinya bukan perbuatan dosa ditempat‐tempat minumnya  ini bukan 

merupakan hiburan tercela. Hal ini Allah nyatakan di dalam surat Al Waqiqh 17‐19; 

“ Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda 17, dengan membawa gelas, cerek dan sloki (piala) berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir 18, mereka tidak pening karenanya dan

tidak pula mabuk (QS Al Waqia’ah 56 : 17-19)”.

Jadi maksudnya mereka tidak sampai mabuk atau kehilangan kesadaran. Dengan demikian memperkuat 

penegasan ayat sebelumnya yaitu mereka itu tidak merasa pening karena minum khamar.  

Hal ini tersebut pula dalam surat At‐Thur 22‐24 

“ Dan Kami beri mereka tambahan dengan buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka ingini 22. Di dalam surga mereka saling memperebutkan piala (gelas) yang isinya tidak (menimbulkan) kata-kata yang tidak berfaedah dan tiada pula perbuatan dosa 23. Dan berkeliling di sekitar mereka

anak-anak muda untuk (melayani) mereka, seakan-akan mereka itu mutiara yang tersimpan (QS At Thuur 52:22-24)”.

Namun  anda  , wahai  pastur  yang  terhormat,  telah menilai  secara  berlebih‐lebihan  terhadap  khamar 

syurga yang tidak ada dosa untuk meminumnya. Padahal anda  lupa bahwa anda tidak mengharamkan 

khamar di dunia  yang  ternyata menjadi  sumber  segala  kejahatan. Bahkan  anda membolehkan untuk 

golongan  awam  sampai  elite,  maupun  pemuka‐pemuka  agama  anda,  sampai‐sampai  Paulus 

mensyaratkan  di  sidang  supaya mereka menjadi  pecandu  khamar,  sebagaimana  ia  katakan  di  dalam 

suratnya yang pertama kepada Timotius pada pasal ke  tiga; “ Demikianlah pembela  sidang haruslah 

bersikap  tenang  bukan  bersikap  seperti  orang‐orang  yang  berlidah  dua,  yang  tidak  banyak 

merindukan minuman  khamar  dan  tidak menyenangi mendapat  laba  yang  kotor.”  Selanjutnya  di 

dalam fasal ke  lima dari suratnya  ia berkata; “ Janganlah engkau menjadi orang yang senang minum 

air tetapi gunakanlah khmar sedikit demi perutmu dan kelemahanmu yang besar itu.” 

Di dalam  fasal kedua dari  injil Yohana disebutkan  ; “ pada hari ke  tiga adalah perkawinan  terjadi di 

Qana dan disana ada  ibu Yesus. Diundang juga Yesus dan muridnya keperkawinan  ini. Setelah habis 

meminum khamar ibu Yesus berkata kepadanya;” Tidak ada lagi pada mereka khamar”.Yesus berkata 

kepadanya ; “ Wahai perempuan, lalu bagaimana aku dengan engkau? Waktuku belum datang lagi.” 

Page 55: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Di dalam  fasal ke  tujuh dari  injil  Lukas disebutkan  :  “ Bahwa Yahana Ma’madamu datang ke  tempat 

perkawinan”  tidakmau makan  roti dan minum khamar. Karena  itu  lalu kamu mengatakan kepadanya 

setan.  Datang  seorang  anak manusia makan  dan minum,  lalu  kamu mengatakan  kepadanya  inilah 

manusia yang gemar makan dan minum khamar, gemar kepada pemetik hasil pertanian dan pembajak 

sawah.” 

Kemudian  Lukas  berkata:  “  kegemaranmu  kepada  khamar  itu  tidak  terbatas  Cuma  di  sini  saja.  “ 

Bahkan  di  dalam  injil Matrius  disebutkan;  “  sesungguhnya  kamu  akan meminum  khamar  ini  juga 

didalam  kerajaan  Tuhan”.    Disini  disebutkan  khamar  yang  sifat‐sifatnya  tidaklah  mempunyai 

pengecualian sebagaimana khamarnya  yang disebutkan di dalam islam, yaitu sebagai khamar yang tidak 

menyebabkan orang berbuat dosa dan menimbulkan kelalaian, dan peminumnya  tidak merasa pening 

dan menjadi mabuk.       

Bahkan  di  dalam  fasal  26  injil Matius  disebutkan  keterangan  sebagai  berikut  ;”29Akan  tetapi  Aku 

berkata kepadamu: mulai dari  sekarang Aku  tidak akan minum  lagi hasil pokok anggur  ini  sampai 

pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama‐sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa‐Ku 

“.  

Ayat ini jelas menunjukkan bahwa di dalam syurga itu ada minuman khamar. Karena itu mengapa anda 

kemudian berpendangan bahwa syorga  itu hanya bersifat  rohani. Tidak bersifat  jasmani. Padahal ayat 

tersebut seperti itulah  isinya? Dan mengapa pula anda , wahai pastur berbicara tentang khamar syorga 

yang ada pada agama kami dengan gaya bicara  retorika yang memukau  seperti  itu? Padahal khamar 

syorga tersebut sama sifat‐sifatnya seperti khamar di syorga anda. Khamar syorga hanya sekedar nama 

dan bukan khamar sesungguhnya. 

Sampai  disini  dialog  ke  empat  belas  ini  selesai.  Para  hadirin  bubar  utuk  kembali  lagi  besok 

mendengarkan dialog selanjutnya. 

ooOoo 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 56: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Dialog ke lima belas; 

PERKAWINAN NABI MUHAMMAD  

DENGAN ZAINAB, BEKAS ISTRI ZAID 

 

Pada dialog kali ini pokok pembicarannya ialah sejarah perkawinan Nabi saw dengan Zainab putri Jahsy. 

Dengan  topik  ini  sang Pastor bermaksud menggiring Muhammad mengamati    kasus  ini dari berbagai 

buku yang membahas persolan  ini. Sang pastur menceritakan bahwa  telah menelaah berbagai  tulisan 

tentang  sejarah  kasus  ini,  tetapi  tidak  ada  yang  memuaskan  hatinya  dan  ia  berkeinginan  untuk 

meneruskan dialognya ini dengan topik tersebut. Lalu sang pastur mulai pembicarannya. 

P: Para periwayat dari kalangan anda menyebutkan bahwa Zainab putri Yahsy tadinya adalah  istri Zaid 

bin Haritsah,  yang dahulunya menjadi  anak  angkat Nabi  anda.  Suatu  ketika Nabi masuk  kerumahnya 

untuk sesuatu keperluan lalu terlihat olehnya Zainab dalam pakaian kerudung, berparas putih cantik dan 

merupakan  wanita  Quraisy  yang  paling  sempurna.  Nabi  merasa  tertarik  dan  menganggumi 

kecantikannya. Saat  itu beliau mengucapkan kata‐kata  ; “ maha suci  tuhan yang mengendalikan hati.” 

Kemudian beliau pergi.  

Tatkala suaminya datang di rumah, Zainab menceritakan kepadanya apa yang ia dengar dari Nabi anda. 

Maka  diapun marfum  dan mengerti maksudnya,  saat  itu  timbul  ketidak  senangan  di  dalam  hatinya 

kepada  istrinya. Lalu  ia datang kepada Nabi anda dan menceritakan keinginannya untuk berpisah dari 

Zainab. Lalu beliau bertanya  ;” sesuatu apakah yang membuat engkau menjadi cemburu kepadanya?” 

jawabnya  ;”  tidak  ada.  Saya  hanya  melihat  kebaikan  semata‐mata  pada  dirinya.  Tetapi  dia  begitu 

menyombongkan dirinya kepadaku  karena kemuliaanya dan suka menyakiti hatiku dengan ucapannya”. 

Lalu  beliau  bersabda  kepadanya  ;”  tetap  peliharalah  istrimu  itu.  Bertaqwalah  kepada  Allah  di  dlam 

mengurusinya”.  Tetapi  kemudian    ia  menceritakannya  karena  ia  mengerti  bahwa  Nabi  anda 

berkeinginan kepadanya. Di dalam kasus ini kemudian turunlah firman Tuhan dalam surat Al Azab 37; 

Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya: "Tahanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah", sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu

takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) istri-istri anak-anak angkat

mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada istrinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi (QS Al Ahzab 33:37)”.

M: Wahai pastur yang mulai. Qur’an kami merupakan dasar pokok bagi kami. Sedangkan hadis‐hadis dan 

riwayat di dalam  agama  kami hanya bisa diterima dengan  syarat  sesuai dengan Qur’an.  Tetapi  kalau 

tidak sesuai maka harus di tolak, tidak boleh diterima. Pada setiap agama akan mengalami noda karena 

sekelompok  orang‐orang  bodoh  yang  memahami  agamanya  dengan  tidak  semestinya,  atau  karena 

Page 57: Pastur Menuduh Santri Menjawab

tingkah  laku orang‐orang munafik  yang membuat berita palsu dan memasarkannya di  tengah‐tengah 

orang‐orang bodoh  itu,  sehingga  laris di  kalangan mereka. Merekapun mengambilnya  sebagai bagian 

dari ajaran agama padahal sama sekali bukan ajaran agama. Jadi sebab‐sebab seperti itu kiranya riwayat 

yang telah dicampurkan oleh beberapa ahli riwayat tentang sebab turunya ayat tersebut. 

P: Kalau begitu apa sebenarnya sebab turunnya ayat tersebut , wahai Muhammad? 

M: Kisah perkawinan Nabi dengan Zainab putrid Jahsy bukanlah berawal dari saat Zaid menceraikannya. 

Tetapi  sebenarnya  bermula  jauh  sebelum    saat  Zaid mengawinanya. Dari  sinilah  awal  pelacakan  kita 

yang  bisa mengantarkan  kita  untuk mencari  kebenaran  kasus  ini  dan  terbuktinya  kebohongan  cerita 

yang telah anda ceritakan sekitar sebab turunnya ayat diatas. 

P: Mengapa justru demikan wahai Muhammad? 

M: Zainab putrid Umaimah  , putri Abdul Muthalib  , kakek Nabi saw sendiri adalah putri yang dipinang 

oleh Nabi untuk  Zaid bin Haritsah, bekas budak beliau. Karena Nabilah  yang  telah membelinya pada 

kaum  jahiliyah,  lalu memerdekakannya  dan mengangkatnya  sebagai  anak.  Ketika Nabi meminangnya 

untuk  diri  Zaid  itu,  Zainab  mau  menerimanya  karena  menyangka  bahwa  Nabi  sendiri  yang  akan 

menikahinya. Tetapi tatkala  ia tahu bahwa pinangan tersebut adalah untuk Zaid  ,  ia enggan menerima 

dan berkata kepada Nabi  ;  “ Saya adalah Putri Bibimu, wahai Rasullullah, aku  tidak  rela diriku untuk 

dia”. Begitu pula saudara laki‐lakinya, yaitu Abdullah bin Jahsy yang juga tidak menyukainya. 

Dalam kasus ini kemudian turunlah firman tuhan dalam surat al ahzab 36; 

“ Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia

telah sesat, sesat yang nyata (QS Al Ahzab 33:36)”.

Apa  gerangan  pentingnya  kasus  Zaid  dan  Zainab,  sehingga  Allah  dan  RasulNya  justru  yang  campur 

tangan mengurus perkawinannya?  Jika campur  tangan  ini dimaksudkan menghormati kedua pasangan 

itu, maka sebenarnya masih banyak orang‐orang mukmin laki‐laki maupun perempuan yang lebih utama 

dari kedua orang ini dan lebih patut mendapatkan kemuliaan seperti ini. 

Mengapa Allah dan RasulNya mengharuskan Zainab kawin dengan Zaid , padahal ia tidak senang kepada 

suaminya? Bukankah perkawinan dalam  islam hanya  syah berdasarkan  saling  ridha dan pilihan bebas 

kedua belah pihak. Karena perkawinan  termasuk  fakta perjanian antara kedua belah pihak dan syarat 

syahnya fakta perjanjian ialah keridahaan dan pilihan bebas (kemauan sendiri). 

Mengapa  pada  kali  ini  Nabi  saw  mengawinkan  Zaid  dengan  Zainab,  putri  bibinya  yaitu  Umaimah? 

Padahal martabat dia  lebih  tinggi dari pada  Zaid dan  termasuk  kalangan  atas  suku Quraisy  , padahal 

pernah  dahulu  beliau mengawinkan  Zaid  dengan  ummu  Aiman  bekas  budak  perempuannya  dan  ia 

melahirkan seorang putra Zaid yang bernama Usamah. 

Page 58: Pastur Menuduh Santri Menjawab

P:  Pertanyaan‐pertanyaan  tadi  sungguh  bernilai  sekali  di  dalam  topik  pembahasan  ini,  wahai 

Muhammad . Lalu apa jawaban anda terhadap pertanyaan‐pertanyan tadi. 

M: Wahai pastur, sebenarnya Zainab  ini tidaklah pernah dipilih untuk menjadi  istri Zaid yang sebenar‐

benarnya. Namun ia sesungguhnya terpilih untuk orang lain dengan maksud tersendiri. 

P:  Kalau  begitu  soal  ini  tidak mudah  dipahami,  wahai Muhammad  yang  kami  ketahui  ialah  bahwa 

seseorang istri hanya lah dipilih untuk suaminya saja. 

M: Sebenarnya Zainab ini sejak awalnya dimaksudkan untuk Nabi saw. Tetapi sebelum menjadi istri Nabi 

ia dipilih untuk menjadi istri Zaid lebih dahulu. 

P: Kalau Zainab dipilih sejak awal untuk Nabi, bukan untuk Zaid, mengapa tidak dari awalnya saja beliau 

mengawininya? Apa hikmah beliau lebih dahulu mengawini dia dengan Zaid? 

M: Hikmahnya  ialah Allah hendak menghapuskan adopsi baik pada diri Zaid maupun yang  lainnya yang 

telah menjadi  kebiasaan bangsa Arab,  sehingga anak angkat bisa menjadi pewaris  sama  seperti anak 

kandung.  Tiap‐tiap  keluarga mempunyai hak  atas harta pemberi waris. Maka  tidak  syah  anak  angkat 

menerima harta waris   dengan alasan sebagai anaknya,  lalu sipewaris mengharamkan warisnya sendiri 

mewarisi  hartanya.  Perbuatan  semacam  ini  jelas‐jelas  suatu  kezaliman  dan  kebohongan  yang  tidak 

dapat diterima. Dalam hal ini Tuhan berfirman pada surat Al Azab 4‐5; 

“ Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu di mulutmu saja. Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar) 4. Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil

pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggillah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa

yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS Al Ahzab 33:4-5)”.

 

Adat adopsi sudah begitu kokoh dikalangan bangsa Arab dan Nabi saw berkepentingan untuk menjadi 

pelopor  di  dalam  menghancurkan  kebiasaan  ini.  Maka  beliau  memilih  Zainab  untuk  secara  formal 

dikawinkan dengan Zaid, padahal beliau sendiri menaruh hati padanya. Langkah ini beliau ambil, sebab 

beliau  tahu  bahwa  kelak  Zainab  akan menjadi  salah  seorang  istrinya.  Karena  itu beliau  kawinkan dia 

kepada  Zaid,  walaupun  tidak  senang  kepada  calon  suaminya.  Lalu  turunlah  ayat  Al  Qur’an  yang 

menentapkan perkawinan Zainab dengan Zaid sebagai langkah pendahuluan untuk menghapuskan adat 

adopsi dan dipilihkan dari  orang yang punya hubungan nasab dekat dengan Nabi sendiri. 

Tatkala  ia  telah  dikawinkan  dengan  Zaid  ternyata  pergaulan  suami  istri  tidak  baik.  Zaid mengadukan 

halnya kepada Nabi. Tetapi beliau menyuruh dia tetap menjaga istrinya itu, padahal beliau tahu bahwa 

Page 59: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Zainab tidaklah diperjodohkan dengan Zaid melainkan bahwa kelak kemudian hari akan diperjodohklan 

dengan  beliau  sendiri.  Maka  dengan  perkawinan    Nabi  dengan  Zainab  itu  nanti  adat  adopsi  akan 

dihancurkan. Sebab sebenarnya seorang bapak tidak boleh mengawini bekas menantunya. Maka kalau 

terjadi nanti perkawinan beliau dengan Zainab setelah bercerai dari Zaid, maka dengan sendiri keanak‐

angkatan Zaid dengan menjadi batal. Dan Nabi menyuruh Zaid agar  tetap menjaga  istrinya  itu adalah 

untuk menghindarkan omongan kaum munafik dan  lain sebagainya yang akan menjadikan hal tersebut 

sebagai  suatu  cercaan.  Selain  itu  beliau  khawatir mereka  akan mengencam  Nabi  karena mengawini 

perempuan bekas istri anak angkatnya. 

P: Mengapa beliau takut hal‐hal seperti itu, padahal sudah tahu hal tersebut sebagai perintah Allah? 

M:  hal  seperti  ini  sudah  lumrah  bagi manusia  dan  tidak  dapat  dihilangkan.  Dalam  hal  ini  jelas  Zaid 

tidaklah mengerti maksud  tindakan  tersebut. Maka adalah  suatu yang  semestinya bila kemudian Zaid 

menempuh hukum  cerai  sebagaimana adatnya dan Nabi  tetap menasehatkan kepadanya untuk  tetap 

menjaga istrinya sampai keadaan tidak mungkin lagi untuk meneruskannya. 

P: Bila inilah yang merupakan pokok kisah perkawinan Zainab ini, lalu apakah artinya menyangkal cerita 

semula? 

M: Masalah  ini  sudah  jelas wahai  pastur.  Karena  kalau Nabi  saw  sejak  awal  nya  sudah  tahu  bahwa 

Zainab  bukan  dijodohkan  dengan  Zaid  melainkan  untuk  tujuan  kemudian  hari  akan  diperjodohkan 

dengan Nabi setelah bercerai dari Zaid, maka cerita yang anda bawa itu tidaklah ada artinya. Sebab dari 

cerita anda itu berarti Nabi baru berpikir untuk mengwini Zainab setelah melihat nya lalu hatinya merasa 

tertarik. 

Padahal  Nabi  sudah melaihat  Zainab  sebelum  ia  kawin    dengan  Zaid.  Sebab  ia  putri  Bibinya. Maka 

tidaklah benar kalau dikatakan bahwa Nabi tertarik kepadanya pada penglihatan pertama di rumah itu. 

Padahal sebenarnya Zainab telah menaruh hati kepada Nabi ketika beliau meminangnya untuk Zaid. Dan 

kejadian meminang  ini merupakan  rangsangan  yang  jauh  lebih  besar untuk  kawin dari pada  sekedar 

peristiwa melihat  itu.  Sebab  ketika peristiwa melihat  itu  tidak  terpengaruh  tentang  keinginan  Zainab 

kepada beliau, karena sedang rencana , yaitu Zainab dengan Zaid lebih dahulu. 

P: Wahai Muhammad,  ini merupakan  satu  pengertian  baru  anda  terhadap  kisah  peristiwa  tersebut. 

namun saya belum pernah tahu ada seseorang ulama anda sebelumnya punya pengertian seperti ini. 

M:  Wahai pastur yang terhormat, sebenarnya amat banyak apa yag ditinggalkan generasi dahulu untuk 

gernerasi kemudian. Sesungguhnya amat banyak rahasia‐rahasia besar di dalam agama kami yang baru 

dapat  diungkapkan  oleh  akal  yang  dahulunya  tidak  dimengerti  oleh  generasi  tua,  dan  tidak  senang 

generasi pelanjut hidup secara taklid. 

Bagi  saya  ,  wahai  pastur,  kalau  anda  menerima  berita  bathil  yang  anda  sampaikan,  niscaya  anda, 

golongan nasrani yang lain yang percaya kepada berita tersebut,  kemudian akan mengecam Nabi saw. 

Sebab anda berani melakukan tuduhan kepada Nabi anda sendiri dengan hal‐hal yang  lebih berat dan 

berbahaya. Dari berita yang ada kemukakan itu tidak lain hanyalah  menceritakan kejadian melihat, lalu 

Page 60: Pastur Menuduh Santri Menjawab

beliau  merasa  tertarik,  kemudian  Allah  mempersiapkan    jalan  baginya  untuk  kawin.  Cobalah  anda 

perbandingkan dengan apa yang anda  tuduhkan kepada Nabi Daud as, karena beliau melihat seorang 

wanita  bangsa  Aria  ,  lalu  jatuh  cinta.  Kemudian  terus  menerus  beliau  membawa  perempuan  ini 

ketempat‐tempat berbahaya di dalam perperangan, sehingga beliau membunuhnya padahal sebenarnya 

dipersiapkan untuk beliau  kawini kemudian hari. Kami kaum muslimin, membersihkan diri Nabi Daud 

dari perbuatan keji seperti itu. Dan kami pun membersihkan para Nabi yang lain  dari tuduhan‐tuduhan 

yang anda lemparkan kepada mereka, seperti halnya kasus ini yang terdapat di dalam Taurat anda dan 

kitab‐kitab suci anda    lainnya, maka begitu pulalah kami mensucikan nama Nabi Muhammad saw dari 

segala tuduhan anda. 

Dialog kelima belas  ini berakhir disini. Para pengunjung kemudian pulang untuk kembali besok untuk 

mendengarkan kelanjutan dialog. 

ooOoo 

 

 

 

Dialog ke enambelas; 

KASUS NABI MUHAMMAD DENGAN PARA ISTRINYA 

 

Pokok pembicaraan yang dibahas dalam dialog  ini  ialah kasus Nabi saw menjauhi  istrinya selama satu 

bulan. Kasus ini membuat para ahli tafsir dan  ahli sejarah kebingungan. Mereka menyebutkan berbagai 

riwayat mencela Nabi saw. Pastur Z dalam dialog ini mengambil tema pembicaran ini. 

P:   Wahai Muhammad,   mungkin  anda  sudah menelaah  keterangan  para  ahli  tafsir  dan  ahli  sejarah 

tentang sebab‐sebab turunnya beberapa ayat pada permulaan surat Tahrim 1‐5; 

Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya bagimu; kamu mencari kesenangan hati istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang 1. Sesungguhnya

Allah telah mewajibkan kepada kamu sekalian membebaskan diri dari sumpahmu; dan Allah adalah Pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana 2. Dan ingatlah ketika Nabi

membicarakan secara rahasia kepada salah seorang dari istri-istrinya (Hafshah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafshah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal

itu (semua pembicaraan antara Hafshah dengan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang

lain (kepada Hafshah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafshah dan Aisyah) lalu Hafshah bertanya: "Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?" Nabi

menjawab: "Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" 3.

Page 61: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Jika kamu berdua bertobat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula 4. Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertobat, yang mengerjakan ibadah, yang berpuasa, yang janda dan yang

perawan (QS At Tahrim 66:1-5)”.

Sebagian ahli menerangkan sebab turunnya beberapa ayat tersebut ialah karena Nabi anda bila sehabis 

shalat Ashar mendatangi istri‐istrinya lalu tinggal pada salah seorang  di antara mereka. Kemudian beliau 

masuk kerumah Zainab putrid Jatsy, lalu tinggal di tempat itu lebih lama dari waktu semestinya. Karena 

itu Aisyah menjadi  cemburu  terhadapnya.  Ia  kemudian bertanya  apa  sebabnya beliau bertahan  lama 

disana. Lalu kepadanya dijawab; “ ada salah seorang perempuan kaumnya menghadiahkan kepadanya 

sepanci madu  lalu  ia menghidangkan kepada beliau  sekedar  satu minuman”.   Maka Aisyah dan Hafsa 

kemudian  sepakat untuk menyindir beliau kalau datang kepadanya dengan kata‐kata; “ mencium bau 

maghafir ( sejenis jenang manis tetapi baunya tidak enak semacam buah kemudu). Maka sewaktu Nabi 

masuk kerumah mereka    ini, keduanya mengatakan hal  itu kepada beliau. Dan beliau bercerita kepada 

mereka,  bahwa  tadi minum minuman  bercampur madu  di  rumah  Zainab.  Lalu  keduanya  bertanya;  “ 

Apakah engkau telah makan  lebah madu?” kemudian Nabi bertekad mengharamkan dirinya meminum 

madu  dan  beliau  katakan  hal  ini  kepada  Hafsa  seraya  menyuruhnya  untuk  merahasiakan.  Namun 

kemudian Allah mencela tindakan beliau ini dalam firmannya pada ayat‐ayat diatas. 

Sebagaian  ahli menceritakan  bahwa  sebab  turunnya  ayat  tersebut  ialah  karena Hafsah meminta  izin 

kepada Nabi  anda  untuk mengunjungi  ayahnya  ,  yaitu Umar  bin  Khatab,  yang  bersamaan waktunya 

dengan beliau bergilir diantara istrinya. Tatkala Hafsa keluar, beliau mengirim kepada Mariah Al Qibtiyah 

utusan, kemudian ia datang kerumah Hafsah dan beliau tinggal bersamanya disitu. Ketika Hafsah pulang 

pintunya  rumahnya didapati  tertutup.  Lalu  ia duduk  sambil menangis di  luar  rumah,  sehingga  beliau 

keluar  dengan  wajah  bercucur  keringat.  Kemudian  Nabi  bertanya  ;  “  Mengapa  engkau  menangis? 

Jawabnya;  “  Engkau  mengizinkan  aku  pergi  hanya  untuk  bisa  berbuat  seperti  ini.  Engkau  telah 

memasukkan  kerumahku budak perempuan. Engkau  telah bergilir dengannya pada hari giliranku dan 

diatas tempat tidurku”. Lalu beliau menjawab; “ Bukankah  ia budak perempuanku yang Allah halalkan 

buat  diriku.  Diamlah  engkau.  Untuk  seterusnya  aku  haramkan  diriku  berkumpul  dengannya  tetapi 

janganlah engkau beritakan kejadian  ini kepada siapapun dari mereka “ (istri‐istri Nabi). Kejadian  inilah 

yang membuat beliau mendapat celaan karena mengharamkan sesuatu bagi dirinya padahal sebenarnya 

halal. 

Mengapa Nabi  anda mengharamkan madu  untuk  dirinya  sendiri  ,  hanya  karena  berita  bohong  yang 

disampaikan  orang  kepadanya?  Mengapa  beliau  memutuskan  sesuatu  hukum  berdasarkan  berita 

bohong ini? Mengapa diturunkan ayat Al Qur’an  bertalian dengan berita yang sebenarnya tidak bernilai 

ini? 

Mengapa Nabi anda mengharamkan Mariah untuk dirinya, padahal beliaulah yang tadinya mengirimkan 

utusan kepadanya dan si wanita tidak mau menolak dirinya terhadap permintan beliau? Mengapa beliau 

Page 62: Pastur Menuduh Santri Menjawab

membuat hal seperti  itu pada hari giliran Hafsah? Padahal hari  ini merupakan haknya sendiri dan tidak 

boleh saat giliran ini sedikitpun diberikan kepada orang lain sebelum ada izin dari dirinya. 

Mengapa  kasus  kecil  semacam  ini  menyebabkan  beliau  menjauhkan  istri‐istrinya  sebulan  penuh? 

Bahkan beliau mengancam mereka untuk menjatuhkan Thalaq lalu mengambil ganti istri‐istri baru yang 

lebih baik dari mereka? 

Mengapa kaum muslimin disibukkan oleh kasus semacam ini, padahal  satu kasus rahasia rumah tangga 

beliau, yang sebenarnya tidaklah patut diketahui oleh orang lain selain para istrinya? 

M: Wahai pastur,  saya akan paparkan  kepada anda di dalam dialog  ini mengenai penerimaan agama 

tuan  terhadap  kedua  berita,  satu  dengan  lainnya  saling  bertentangan.  Dengan  cara  ini  kita  akan 

memecahkan dua masalah tersebut. Tetapi lebih dahulu  di dalam dialog ini saya akan paparkan kepada 

anda tentang penerimaan kebenaran dua berita yang saling bertentangan oleh agama anda, kemudian 

selanjutnya saya akan  jelaskan kepada anda mana yang sebenarnya menjadi sebab dari turunnya ayat‐

ayat tersebut diatas. 

Bilamana  kita  dapat  menerima  kebenaran  sikap  agama  anda  terhadap  dua  berita  yang  saling 

berentangan, maka dalam berita pertama paling  jauh kita mengatakan bahwa Nabi saw  telah berbuat 

keliru dalam mengharamkan dirinya meminum madu. Kekeliruan serupa ini tidaklah sampai merupakan 

suatu tindakan mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. Tetapi yang   beliau  lakukan 

ialah mengharamkan  untuk  dirinya  sendiri  sesuatu  yang mubah.  Setiap  orang  Allah  beri  kebebasan 

dalam  hal‐hal  mubah  boleh  ia  gunakan  kalau  mau  dan  boleh  ia  menjauhkan  dirinya  jika  tidak 

menyukainya.  Bila  seorang melakukan  hal  seperti  ini  tanpa  ada  alasan  yang  syah,  tidaklah  dianggap 

melakukan  suatu  pelanggaran  yang  syah,  tidaklah  dianggap  melakukan  suatu  pelanggaran  yang 

bertentangan  dengan  pemberian  kebabasan.  Dan  kami  berpendirian  tidaklah  dipandang  salah  Nabi 

melakukan  perbuatan  seperti  itu.  Paling  jauh  hikmah  nyata  yang  dapat  dipetik  dari  peristiwa  Nabi 

tersebut ialah larangan terhadap sikap berlebihan. Dan dengan kejadian ini membuktikan secara konkrit 

bahwa beliau adalah seorang manusia yang bisa mengalami kesalahan dan berbuat benar. Jadi terhadap 

diri Nabi kami tidak bersikap berlebih‐lebihan seperti yang anda  lakukan terhadap Nabi anda, sehingga 

anda  mengangkat  dirinya  dari  martabat  kemanusiaan  kepada  martabat  ketuhanan.  Bila  Al  Qur’an 

membicarakan  kasus  seperti  ini  dan  lain‐lainnya  yang  serupa  maka  ia  mengandung  faedah  yang 

berharga dan hikmah yang tinggi. 

Begitu  pula  dengan  berita  yang  kedua  tentang  sebab  turunya  ayat‐ayat  tersebut,  hanyalah  berarti 

semata‐mata beliau beranggapan Hafsah pergi untuk melakukan sesuatu kebutuhan dan beliau bersama 

dengan Mariah akan menyelasaikan keperluannya  sebelum datang Hafsah dan Mariah  tidak  tahu apa 

yang sebenarnya akan terjadi.  Sedangkan Hafsah hanyalah berhak memperoleh giliran dari beliau yang 

jatuh pada hari nya selama dia memang dirumahnya. Tetapi kalau sudah keluar, tentulah beliau bebas 

mengatur  keperluannya  sendiri.  Karena  seorang  istri  tidaklah berhak untuk mengendalikan  suaminya 

baik ia ada bersamanya ataupun tidak, diwaktu sehat ataupun sakit, dikala senang ataupun tidak. Maka 

seorang suami tidaklah dianggap melakukan perbuatan dosa, terkecuali melanggar hak istri. Maka dalam 

kasus inipun terkandung hikmak seperti tersebut diatas. namun sayangnya berita versi kedua ini lemah 

Page 63: Pastur Menuduh Santri Menjawab

(tidak  akurat)  sebab  di  dalam  tafsir  Khazin  disebutkan  bahwa  kisah  Mariah  ini  tidak  ada  dasar 

sumbernya yang syah. 

Saya  tidak mengerti mengapa  kalian mengambil  contoh hal  seperti  ini untuk mengkritik pribadi Nabi 

saw?  Padahal  kasusnya  tidaklah  sampai  kepada  bentuk  pelanggaran  terhadap  hak  istri,  bahkan 

mengandung  hikmah  seperti  yang  saya  sebutkan  di  atas.  Sementara  itu  anda  sendiri  telah  berani 

menyebutkan bahwa   Nabi‐Nabi anda  telah melakukan dosa‐dosa besar sebagaimana   anda  tuduhkan 

kepada mereka  , sebagai satu contoh  tersebut di dalam Taurat mengenai abi Luth. Disana disebutkan 

bahwa kedua Putri beliau menghidangkan minuman khamar sehingga beliau selama   dua malam terus 

menerus mabuk  kemudian menggilir  setiap  putrinya  semalam‐semalam  sehingga menjadi  hamil,  lalu 

lahirlah seorang anak. Luth melakukan perbuatan  ini karena kuwatir punahnya keturunan Luth setelah 

terjadinya rencana yang Allah turunkan kepada kaumnya sebagai hukuman kedurhakaan mereka. 

Kami menjauhkan Nabi  Luth dari  tuduhan keji  seperti  ini. Begitu pula dengan Nabi‐Nabi  lainnya yang 

dituduh melakukan doasa‐dosa besar. Kamipun membersihkan kitab‐kitab Allah dari dongeng‐dongeng 

yang mengisahkan dosa seperti ini. Sebab dongeng seperti ini berarti menyebarluaskan perbuatan keji di 

tengah umat manusia dan membangkitkan keberanian melakukan dosa. Namun kami   membersihkan 

para Nabi  itu dari kemungkinan melakukan perbuatan‐perbuatan  salah karena kekeliruan. Sebab  soal 

seperti ini adalah hal yang lumrah dan bukan suatu perbuatan merusak yang dikatirkan berakibat buruk 

kepada masyarakat. Karena  itu perbuatan karena keliru mengandung faedah seperti keterangan diatas 

yang  sekaligus  untuk membuktikan  bahwa mereka  adalah manusia  juga,  sehingga  para  pengikutnya  

jangan berlebih‐lebihan dalam menghormati mereka dan jangan sampai memperTuhuhkan mereka.  

P: Wahai Muhammad  ,  anda  telah menjealskan bahwa dua berita  yang menjelaskan  sebab  turunnya 

ayat‐ayat di atas  saling bertentangan. Hal  ini menyebabkan anda menjelaskan ketidakterikatan kedua 

berita teresebut dapat menjelaskan sebab turunnya ayat‐ayat tadi. Nah, apakah anda punya keterangan 

lain yang menjelaskan sebab turunnya ayat‐ayat tersebut. 

M: Ya , saya mempunyai keterangan lain tentang sebab turunnya ayat‐ayat itu. Sebab beberapa ayat lain 

dalam  surat  Al  Ahzab  menjelaskan  sebab  Nabi  menjauhi  istri‐istrinya.  AIlah  dalam  Al  Qur’an  yang 

menyebutkan  sebab‐sebab  tindakan menjauhi  ini, maka kami  tidak  lagi memerlukan keterangan yang 

tertera di dalam dua berita anda yang tercela itu. 

Inilah keterangan yang dimaksud itu di dalam surat Al Ahzab 28‐34; 

“ Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu: "Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut'ah dan aku ceraikan kamu dengan cara

yang baik 28. Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridaan) Allah dan Rasul-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik di antaramu

pahala yang besar 29. Hai istri-istri Nabi, siapa-siapa di antaramu yang mengerjakan perbuatan keji yang nyata, niscaya akan dilipat gandakan siksaan kepada mereka dua kali lipat. Dan adalah yang

demikian itu mudah bagi Allah 30. Dan barang siapa di antara kamu sekalian (istri-istri Nabi) tetap taat pada Allah dan Rasul-Nya dan mengerjakan amal yang saleh, niscaya Kami memberikan

Page 64: Pastur Menuduh Santri Menjawab

kepadanya pahala dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rezeki yang mulia 31. Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik 32, dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan

bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari

kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya 33. Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha

Mengetahui (QS Al Ahzab 33:28-34)”.

Ayat‐ayat  ini menunjukkan  bahwa  para  istri Nabi meminta  kepada  beliau  harta  kekayaan  dunia  dan 

tambahan belanja. Padahal kaum  laki‐laki Quraisy pada  zaman  jahiliah biasa menekan  istrinya. Ketika 

mereka hijrah ke Madinah, mereka melihat penduduk Madinah justru dikendalikan oleh para  istri. Dari 

sini mulailah wanita‐wanita Muhajirin berorientasi kepada wanita‐wannita Madianah sehingga mereka 

mulai berani melawan suami mereka kalau dimarahi. Sikap seperti  ini mendapat dukungan dari    Islam, 

karena  untuk  menaikan  martabat  mereka  dan  menambah  hak‐hak  mereka.  Demikianlah  keadaan 

berjalan terus sampai peristiwa yang menimpa Nabi saw dan Allah memberinya berbagai kemenangan 

serta umat  islam berhasil maraih dunia. Karena  itu  lalu para  istri Nabi  setelah melihat bertambahnya 

kemakmuran dan kemajuan berkeinginan hidup bagaikan  istri para    raja dan para penguasa. Mulailah 

mereka punya pikiran tertarik kepada keuntungan‐keuntungan dunia yang didapat oleh kaum Muslimin, 

yaitu  menikmati  kesenangan  dunia  yang  dapat  mereka  ambil  dan  bermegah‐megah  seperti  yang 

dilakukan oleh kaum wanita pada zaman jahiliah dahulu. Sikap mereka itu membuat Nabi marah, sebab 

beliau  tidak  punya  apa‐apa.  Yang  ada  di  tangan  baliau  adalah  kekayaan  kaum  Muslimmin  guna 

membiayai kepentingan mereka dan sama sekali beliau tidak boleh menggunakannya bagi  kepentingan 

para istri nya untuk sesenangan dunia ini. Selain itu beliau tidak menghendaki para istrinya dan wanita‐

wanita muslimat mengejar kepentingan dunia semacam ini dan berpakaian bermegah‐megah semacam 

ini.  

Ketika Nabi  marah kepada mereka , tetapi merekapun terus menerus menuntut kepada Nabi, lalu Nabi 

menjauhkan  diri  dari  mereka  dan  bersumpah  tidak  akan  mendekati  mereka  sebulam  penuh.  Nabi 

kemudian mengasingkan diri dari mereka ke  sebuah kamar  sehingga  tidak  lagi dekat kepada mereka. 

Pelayan  beliau,  si  Rabbah  duduk  di  depan  lorang masuk  untuk menjaga  dan  tidak  boleh  seseorang 

masuk kedalam itu tanpa izinnya. 

Demikialah  sebenarnya  tindakan  Nabi  didalam mengharamkan  berhubugan  dengan  istrinya,  padahal 

sebenarnya  sesuatu  yang  dihalalkan  oleh  Allah.  Tindakan  beliau  ini  dicela  oleh  Allah  karena  telah 

melakukan  penekanan  terlalu  keras  kepada  dirinya.  Maka  kemudian  Allah  berfiman;  “wahai  Nabi, 

mengapa engkau mengharamkan apa yang Allah halalkan kepadamu “(At tahrim 1). 

Tindakan  ini  beliau  lakukan  terhadap  istri‐istrinya  adalah  dimaksudkan  memaksa  mereka  ridha 

menerima belanja  sebagaimana biasanya dan membuang  angan‐angan memperoleh  kekayaan dunia. 

Inilah yang dimaksud dengan  firman Allah  : “ Karena engkau  ingin mencari kerihdaan  istri‐istrimu”  (At 

tahrim 66:1)”. 

Page 65: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Boleh  jadi Nabi  berbiccara  kepada  beberapa  istrinya  secara  rahasia mengenai  sesuatu  bencana  yang 

akan menimpa  kaum muslimin  karena  keinginan meraih  kesenangan‐kesenangan  dunia.  Inilah  yang 

dimaksud dengan  firman  tuhan  ; “dan  ingatlah ketika Nabi berbicara secara rahasia kepada beberapa 

istrinya, mengenai sesatu peristiwa”.  (At  tahrim 2).   Adalah Aisyah putrid Abu Bakar dan Hasfah putri 

Umar bin Khatab yang melakukan agitasi ditengah istri‐istri beliau. Inilah yang dimaksud dengan  firman 

Allah  ;  “  jika  kamu  berdua  taubat  kepada  Allah, maka  hatimu  condong menerima  kebenaran”.  (At 

Tahrim) 

Jadi dalam kasus  ini  sebabnya bukanlah beliau mengharamkan madu untuk dirinya  sendiri atau kasus 

Mariah  ,  sekiranya  itu  benar,  juga  bukan  karena  cemburu  para  istrinya  kepada  beliau.  Tetapi  sebab 

sesungguhnya kasus  ini  jauh  lebih besar dari  itu semua, yaitu karena para  istri baliau punya keinginan 

untuk mendapat bagian dari harta kekayaan umat Islam dan menyalahi garis agama islam di dalam sikap 

tengah‐tengah di dalam urusan dunia ini, maka perintah tersebut berlaku secara umum, terkena kepada 

semua kaum   muslimin di  segala  zaman dan mesti mereka  laksanakan dimana dan kapanpun mereka 

berada, sekalipun dunia ini tertumpah penuh kepada mereka. Untuk hal seperti inilah patut ayat‐ayat Al 

Qur’an  diturunkan  guna memberikan  bimbingan  dan  hendaknya  pelajaran Al Qur’an  ini  benar‐benar  

dibaca oleh umat manusia sepanjang masa. 

Setelah  satu bulan  lewat, maka pertama kali Nabi menemui Aisyah  seraya berkata kepadanya; “  saya 

ingatkan  kepadamu  satu  hal.  Janganlah  kamu  tergesa‐gesa    memutuskan  sebelum  kau  berunding 

dengan ibu‐bapakmu. “ kemudian beliau membacakan ayat Al Azab 28‐34. 

Lalu  ia menjawab   ; “ Apakah untuk soal  ini aku perlu berunding dengan Ibu‐Bapakku? Aku mengingini 

Allah dan rasulNYa serta kampung akhirat.” 

Kemudian hal seperti  ini beliau  lakukan pula kepada  istri‐istri nya yang  lain dan mereka pun menjawab 

sama. 

Peristiwa  ini  suatu  pelajaran  besar  yang  dapat  memelihara  islam  dari  terjerumus  ke  dalam  pola 

kehidupan mewah yang telah menghancurkan umat‐umat sebelumnya. Sebab kemewahan mendorong 

orang berbuat  fasik dan dosa, menyebarkan  kemelaratan dan penyakit‐penyakit  sosial,  yang menjadi 

sumber kehancuran masyarakat. Karena itu Allah memperingatkan di dalam surat Al isra’ 17; 16 . 

Sampai  di  sini  dialog  diakhiri.  Para  pengunjung  kemudian  bubar  untuk  kembali  lagi  besok  guna 

mengikuti dialog berikutnya. 

ooOoo 

 

 

 

 

Page 66: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Dialog ke tujuh belas; 

PANDANGAN ISLAM TERHADAP TAKTIK TIPU DAYA DAN KEBOHONGAN 

 

Pastur  z  telah  berpikir‐pikir  dalam  menghadapi  pemuda  ini,  Muhammad.  Ia  dalam  dialog  ini  

beranggapan  tidak  akan  dapat memperdaya    sang  pemuda  dalam  setiap  tuduhan  yang  disampaikan 

kepadanya.  Padahal  dia  sebagai  Misionaris  Nasrani  bersama  dengan  teman‐temannya  telah 

menghabiskan umurnya untuk membangkitkan rasa ragu‐ragu umat islam teradap agamanya agar dapat 

ditarik masuk ke dalam agama Nasrani. Karena itu sang Pastur hendak mengajukan kepada Muhammad 

suatu masalah yang menurut anggapannya dapat menyudutkan sang pemuda. Maka sang pastur mulai 

berbicara. 

P:  Saya  ingin  bertanya  kepada  anda  wahai  muhamad,  apakah  perbuatan  tipu  daya  itu  termasuk 

perbuatan tercela atau terpuji? 

M: Tipu daya pada prinsipnya termasuk perbuatan tercela. Soal  ini  jawabannya sudah  jelas. Tetapi apa 

yang pastur inginkan dengan pertanyaan tersebut? 

P:  Anda  , Muhammad  ,  telah  menerangkan  dimasa‐masa  yang  sudah  bahwa  agama  anda  tidaklah 

ditegakkan  dengan  pedang,  namun  tidak  berkeberatan  melakukan  tipu  daya  guna  meraih  sukses 

perjuangannya. Karena  itu  lalu  Islam membenarkan perbuatan tercela  itu sebagaimana halnya dengan 

manusia‐manusia  lain  guna  meraih  sukses  usaha  mereka.  Padahal  agama  harus  melaksanakan 

perjuangannya dengan  jujur.  Jadi  sangat  jauhlah agama dari  kebutuhan menggnakan  cara  seperti  ini. 

Agama anda dalam  menggunakan tipu daya telah sampai begitu rupa sehingga di dalam Al Qur’an pun 

anda membenarkan adanya Tuhan memakai cara tipu daya. Hal ini tersebut didalam surat An Nisa’ 142; 

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan

salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali (QS An Nisaa’ 4:142)”.

Anda  dalam hal ini telah berani membuat suatu pernyataan di dalam Al Qur’an anda bahwa Tuhan pun 

melakukan tipu daya (makar) , seperti tersebut dalam surat Al Anfal 30; 

Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya (QS Al Anfaal 8:30)”

.

M: Yang tersebut pada kedua ayat diatas bukanlah menerangkan  bahwa Allah melakukan tipu daya dan 

makar.  Tetapi  ayat  tersebut  merupakan  susunan  kalimat  sastra  yang  dinamakan  Musyakalah 

(perimbangan). Maksudnya  , menggunakan kata yang sama di dalam susunanan kalimat sebagai suatu 

imbangan. Jadi ayat yang pertama itu, yaitu kata‐kata ;” dan dia melakukan tipu daya kepada mereka ” , 

Page 67: Pastur Menuduh Santri Menjawab

maknanya  ialah Allah membalas  tipu daya  yang  telah mereka  lakukan.  Sedangkan  ayat  ke dua,  yaitu 

kata‐kata “Allah membalas makar yang mereka  lakukan  terhadap agama Allah”    . Pada ayat pertama 

digunakan kata‐kata “tipu‐daya” dan pada ayat kedua dipakai kata‐kata “ makar” adalah karena hendak 

membuat  keseimbangan  dengan  kata‐kata  yang  sudah  tersebut  sebelumnya.  Penggunakan 

perimbangan kata yang sama pada sebuah kalimat adalah merupakan kesusasteraan tingkat tinggi dan 

dalam bahasa Arab merupakan model pembentukan kalimat yang syah. 

P:    Tetapi  anda  pernah  berkata  ;  “  perang  adalah  tipu  daya”.  Dan  beliau menggunakan  tipu  daya 

terhadap golongan munafik yang telah memperdaya beliau. 

M:  Perang memamg membenarkan  hal‐hal  yang  dilarang  di waktu  damai.  Boleh membunuh,  boleh 

merampas  harta  orang  tanpa memberikan  ganti  rugi,  dan  tipu  daya merupakan  senjata  yang  paling 

mudah dilakukan dan terkadang bisa menjadi pencegahan terjadinya pertumpahan darah antara kedua 

golongan yang berhadapan, sebagaimana yang terjadi pada perang Ahzab . Dengan alat tipu daya kaum 

musrikin  dapat  diusir meninggalkan  tempat  pengepungan  kota Madinah.  Sehingga  dapatlah  dicegah 

tertumpahnya darah penduduk Madinah, sebagaimana darah kaum musrykin pun tercegah pula untuk 

ditumpahkan  di  medan  perang.  Terkadang  memang  suatu    perbuatan  buruk  dapat  mendatangkan 

kebaikan. Misalnya , menggunakan kebohongan untuk mendamaikan dua orang yang bermusuhan atau 

melindungi diri dari permusuhan orang.   Keburukan  yang dapat dipakai untuk  kepentingan  kebajikan 

bukanlah  keburukan  yang  tercela, melainkan  justru dapat diterima  sejauh mempunyai  tujuan baik di 

dalam hal ini politik Islam berbeda sekali dengan politik Machiavelli, orang Itali itu. Sebab bagi politikus 

ini yang pokok ialah tujuan menghalalkan segala cara, sekalipun tujuan tersebut tidak benar. Sedangkan 

agama  islam  tidak membenarkan sesuatu cara yang buruk sekali untuk maksud mencapai  tujuan yang 

mulia. 

Lalu apa tercelanya  Islam bila membenarkan menggunakan tipu daya diwaktu perang dan melarang di 

waktu damai. Nabi sendiri diwajibkan untuk melakukan pengumuman  lebih dahulu kepada musuh  jika 

beliau berkehendak membatalkan perjanjian dengan mereka dan dilarang memerangi mereka sebelum 

melakukan pemgumuman lebih dahulu kepada mereka. Di dalam surat An Anfal 58 Allah berfirman; 

“ Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-

orang yang berkhianat (QS Al Anfal 8: 58)”.

 

Apa  tercelanya  apabila  Islam  menggunakan  tipu  daya  di  dalam  perang?  Padahal  sebenarnya  Nabi 

diwajibkan bersikap serupa, walaupun mereka hanya bermaksud sebagai tipu daya. Dalam hal ini Tuhan 

berfirman pada surat Al Anfal 61; 

“ Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui

(QS Al Anfal 8: 61)”.

Page 68: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Adapaun Nabi terhadap kaum munafik, beliau tidak pernah melakukan tipu daya kepada mereka seperti 

yang biasa mereka  lakukan  kepada Nabi.  Tetapi Nabi hanya menghadapi  tipu daya dan  kemunafikan 

mereka dengan kewaspadaan dengan melihat bukti‐bukti  lahir yang  tampak pada diri mereka. Beliau 

tidak   menghukum mereka    di  dunia  ini  karena  sikap mereka merahasiakan  kekafiran.  Beliau  hanya 

mencela mereka dengan keras dan menerangkan adanya siksa terhadap mereka di akhirat dengan siksa 

yang pedih. Hal ini seperti firman Alllah di dalam surat An Nisa’ 145‐146 ; 

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka 145. Kecuali orang-orang

yang tobat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar

(QS An Nisaa 4 : 145-146)”.

Jadi Nabi mencela mereka secara umum kepada mereka yang munafik , tanpa menyebutkan nama‐nama 

secara  khusus dan  tidak mencela hal‐hal  lain diluar  kemunafikan  ini. Dengan  ini  cukuplah dipandang 

sebagai larangan terhadap mereka untuk bersikap munafik. Nabi tidak melakukan pengintaian terhadap 

keyakinan‐keyakinan mereka  sebagai  konsekwensi mereka menyembunyikan hal‐hal yang  sebenarnya 

mereka simpan di dalam hati. Sebab langkah memata‐matai keyakinan tidak dibenarkan. Di dalam islam 

tidak  ada  pengadilan‐pengadilan  terhadap  kasus‐kasus  kepercayaan  seseorang  seperti    yang  ada  di 

dalam  agama    Nasrani.  Tidaklah  disangsikan  bahwa  perlakuan  Islam  terhadap  kaum  munafik  yang 

semacam ini sama sekali bukan langkah tipu daya, tetapi langkah mulia sesuai dengan sifat kemurahan 

agama islam dan mempunyai nilai tinggi di tengah‐tengah agama‐agama lain. 

P: Wahai Muhammad, mengapa anda mengaku bahwa islam tidak membenarkan mempergunakan tipu 

daya kepada manusia di masa damai, padahal Nabi anda menganjurkan kepada  para pemeluknya untuk 

melakukan kelicikan  terhadap  rumah‐rumah  sementara anggota masyarakat. Karena  itu mereka biasa 

melakukan tipu daya dan kelicikan terhadap golongan musuh sehingga sampai merasa keadaan aman. 

Bila telah tercapai keamanan, lalu terhadap merekapun dilakukan tipu daya lagi. 

Sebagai contoh dari tindakan ini apa yang terjadipada diri Ka’ab bin Asyraf, seorang tokoh Yahudi. Nabi 

anda  telah menganjurkan kepada Muhammad bin Maslamah untuk mengatur  tipu daya  terhadapnya. 

Lalu  Muhammad  ini  memilih  beberapa  orang  untuk  membantunya.  Mereka  bertanya;  “Wahai 

rasullullah,  kami  mesti  mengingatkan  sesuatu  “.  Lalu  Nabi  menjawab;”  katakanlah  apa  yang  baik 

menurut  pendapatmu.  Lalu beliau mengijinkan mereka untuk mempergunakan  kebohongan dan  tipu 

daya menurut kehendak mereka. Lalu Muhammad pergi kepada Ka’ab kemudian berkata kepadanya; “ 

laki‐laki  ini  (maksdnya  Nabi  anda)  telah  meminta  kami  menyerahkan  zakat.  Padahal  kami  tidak 

mempunyai  makanan.  Namun  dia  tetap  memaksa  kami,  lantaran  itu  aku  datang  kepadamu  untuk 

mencari pinjaman”. Ka’ab menjawab kepadanya  ; “ dan demi Allah kamu  juga sungguh‐sungguh  jemu 

kepadanya”. Muhammad menjawab;  “ Sungguh  tadinya kami menajdi pengikutnya. Tetapi kami  tidak 

menginginkan  untuk  membiarkannya  sehingga  kami  menantikan  sesuatu  yang  dapat  merubah 

keadaannya?  Ka’ab menjawab: Belumkah  sampai waktu  nya  bagi  anda  untuk mengetahui  kebathilan 

dia?” Muhammad  terus menerus melakukan usahanya  ini  sampai Ka’ab mau menerima penggadaian 

Page 69: Pastur Menuduh Santri Menjawab

senjatanya  untuk memperoleh  pinjaman  sekantong  atau  dua  kantong makanan.  Demikianlah  orang‐

orang  yang berkomplot  terhadap Ka’ab melakukan  tipu dayanya. Kemudian mereka datang  lagi pada 

malam hari lalu memanggilnya sehingga Ka’ab turun menemui mereka. Setelah itu mereka berbincang‐

bincang kurang lebih satu jam. Kemudian mereka meminta untuk keluar besama mereka dan sesampai 

di  tempat  jauh  dari  bentengnya,  mulailah  mereka  melakukan  tipu  dayanya.  Kemudian  mereka 

memenggal  lehernya kemudian memasukkannya ke dalam kantong mereka    lalu membawanya kepada 

Nabi anda. 

Mengapa Nabi anda membenarkan  langkah beberapa orang yang melakukan tipu daya di masa damai, 

bahkan  lebih  jauh  lagi melakukan  tipu  daya  kepada  kaum wanita,  seperti  yang  terjadi  terhadap  diri 

Ashma’ putrid Marwan. Orang yang melakukan tipu daya terhadap perempuan  ini  ialah Umair bin Auf. 

Laki‐laki  ini ditengah malam mendatangi  rumahnya sampai berhasil masuk kedalam. Pada saat  itu dia 

dikelilingi beberapa  anak‐anaknya  yang  kecil  sedang  tidur, bahkan  ada  yang masih disusui. Umair  ini 

penglihatannya kabur. Lalu  ia menggunakan  tangannya untuk meraba dan  tertumbuk pada anak kecil 

yang  sedang  disusuinya.  Lalu  anak  ini  disingkirkan  dari  ibunya.  Kemudian  wanita  tersebut  dadanya 

ditusuk dengan pedang sampai menembus punggungnya. 

M: Ka’ab dan Asma adalah dua orang yang mengobarkan perperangan terhadap islam. Kedua orang ini 

tidak mau  ikut  dalam  perdamaian  bahkan  diapun  terus melakukan  tipu  daya.  Ka’ab  tidak mau  turut 

ambil bagian dengan Yahudi‐Yahudi  lain didalam pakta perjanjian damai dengan umat  islam, bahkan  ia 

mulai melancarkan permusuhan terang‐terangan terhadap islam dan menganjurkan segenap suku‐suku 

bangsa Arab memeranginya, agar terus dapat dipertahankan kejahilan dan kesyirikan, perpecahan  lagi 

permusuhan,  saling  bunuh membunuh,  saling  rampas merampas  dan  jangan mau menolong  agama 

islam yang  kini membangunkan mereka  dari kelalaiannya dan memerangi orang‐orang semacam Ka’ab  

yang merampok harta kekayaan mereka dengan cara riba yang keji dan perdagangan‐perdagangan yang 

penuh dengan tindakan‐tindakan dosa. Maka islam tidak merasa keberatan untuk membinasakan orang‐

orang seperti  ini. Karena  ia selalu berusaha untuk menghancurkan seluruh umat agar kekayaan hanya 

menumpuk ditangannya sendiri dan berpesta pora diatas kemiskinan dan penderitaan umat. Karena itu 

silahkan Ka’ab pergi untuk kepentingan hidupnya suatu bangsa dan silahkan pula orang‐orang lain yang 

menjadi penindas kejam binasa. Sebab orang‐orang semacam  ini menganggap kemakmuran masyrakat 

sebagai bahaya bagi dirinya. Karena  ia hanya mengenal kepentingan diri sendiri. demikian pula halnya 

dengan Asma’ putrid Maewan. Selalu mencela islam dan mengobarkan semangat permusuhan terhadap 

Nabi. 

P: Sekiranya memang Ka’ab telah melakukan kejahatan mengobarkan semangat anti islam, maka adalah 

suatu keharusan menghadapkan dua kepengadilan, bukan dengan tipu daya seperti itu. 

M: Wahai Pastur, bagaimana  caranya mengadili penjahat perang? Pengadilan hanyalah dipergunakan 

terhadap orang‐orang yang mengakui adanya pengadilan dan kekuasaan yang menjalankan pengadilan 

itu. Padahal  Ka’ab  sama  sekali  tidak mau mengakui Nabi dan  kekuasan beliau di dalam menjalankan 

pemerintah. Maka kalau terhadap Ka’ab dilakukan pengadilan, niscaya pengadilan semacam itu menjadi 

sasaran  kritik.  Sebab  tidaklah  dapat  diterima  seseorang  musuh  melakukan  pengadilan  terhadap 

lawannya. 

Page 70: Pastur Menuduh Santri Menjawab

P: Jika pengadilan terhadap Ka’ab tidak mungkin , maka haruslah dia ditindak secara terus terang. Tidak 

boleh melakukan penghukuman terhadap dirinya secara tipu daya seperti yang dilakukan itu. 

M: Karena Ka’ab  ini orang yang melancarkan perang hasutan dan  tipu daya, maka dia dapat dihukum 

dengan ara apapun yang mungkin untuk dilaksanakan. Dan cara yang ditempuh  terhadap dirinya  jauh 

lebih aman dan lebih sesuai , karena telah ada perjanjian damai antara kaum mislimin dengan golongan‐

golongan yahudi. Sebab kalau Ka’ab diperangi secara terbuka, maka akan muncul perang lawan perang 

dan kemunngkinan sebagian orang yahudi akan bergabung kepadanya. Karena itu perjanjian yang sudah 

dibuat yang ternyata dapat mencegah pertumpahan darah antara kedua belah pihak menjadi batal dan 

akibatnya banyak darah yang tertumpah yang tidak dapat diperkirakan berapa jumlahnya. 

Adapun  langkah  tipu daya  terhadap Ka’ab  yang  semacam  itu menjadikan bangsa Yahudi menghadapi 

realitas kongkrit , yaitu adanya politik yang bijak yang mudah diterima dan gampang disetujui serta tidak 

mengakibatkan perperangan dan membatalkan perjanjian. Lebih‐lebih orang yang melakukan tipu daya 

sendiri tidak mengakui tipu dayanya. Maka yang timbul ditengah‐tengah masyarakat hanyalah dugaan‐

dugaan celaan tanpa diketahui secara yakin siapa sebenarnya yang melakukan tipu daya . 

P:  Tidaklah  disangsikan  lagi  bahwa  tindakan  semacam  itu merupakan  kebijiaksaaan  yang manusiawi, 

bukan  wahyu  ilahi  sama  sekali,  sedangkan  para  Nabi  seharusnya  melaksanakan  urusan  mereka 

berdasarkan wahtyu Tuhan kepada mereka dan bukannya berjalan sendiri yang terkadang bisa salah. 

M: Wahai pastur yang terhormat, memang langkah tersebut adalah kebijaksanaan manusiawi. Sebelum 

nya sudah saya terangkan kepada ada, bahwa sudah tentu Nabi  itu di dalam hal‐hal tertentu bersikap 

dan bertindak seperti manusia biasa lainnya, agar dapat menjadi bukti bahwa dia tetap sebagai manusia 

biasa  sekalipun  menjadi  utusan  Allah.  Dengan  demikian  para  pengikutnya  tidak  bersikap  berlebih‐

lebihan terhadap dirinya dan tidak pula berkepercayaan bahwa dia sebagai Tuhan atau Putra Tuhan. 

Anda harus mengetahui  , wahai pastur yang  terhormat, bahwa penggunaan  tipu daya di dalam  Islam 

hanya dibenarkan dalam keadaan – keadaan sangat memaksa dan kejadiannya pun dapat dihitung tidak 

lebih dari sejumlah jari tangan. 

Muhammad selanjutnya berkata kepadanya; ” dalam dialog ini kita cukupkan sampai disini saja, supaya 

besok dapat kita lanjutkan pada diaolog ke delapan belas”. 

ooOoo 

 

 

 

 

 

Page 71: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Dialog ke delapanbelas; 

SYARI’AT ISLAM SEBAGIAN BESAR BERASAL DARI  

TRADISI BANGSA ARAB 

Patur z pada dialog  ini melepaskan  tuduhannya  terakhir menuju sasaran yang  tepat. Dia beranggapan 

dapat menjatuhkan  iman Muhammad dan mengambil keuntungan dari dialog  ini  , sebab pada dialog‐

dialog  sebelumnya  ia  merasa  gagal  mencapai  maksudnya.  Karena  itu,  pada  kali  ini  ia  mencoba 

menggunakan  buku  “Tanwirul  Afham  fi Mashaadiril  Islaami”  sebagai  alat  untuk meruntuhkan  iman 

anak muda ini. Buku tersebut karya Dr. Single Bar Tysdal,  untuk mendukung pandangannya bahwa Islam 

adalah sebuah agama acuan dari beberapa adat Arab Jahiliyah , beberapa adat istiadat penganut Shabi‐I 

dan agama purbakala lainya, bukan turun dari Allah, sang Pastur memulai Pembicaraannya dengan kata‐

kata ; 

P: Wahai Muhammad  ,  saya akan ketengahkan dalil yang kuat kepada anda bahwa  sebagaian ayat Al 

Qur’an dan ketentuan‐ketentuan  Islam berasal dari agama –agama  lain dan kitab‐kitab suci yang telah 

ada di masa hidup Nabi anda, yang hingga sekarang kitab‐kitab tersebut masih ada. 

M: Wahai Pastur yang mulia, silahkan anda ketengahkan apa yang ada pada anda  itu. Karena maksud 

kita berdialog disini adalah mencari kebenaran dan bukan untuk tujuan‐tujuan lain.  

P: Islam banyak sekali mengambil adat kebiasaan Arab jahiliah, lalu menjadikannya sebagai syari’at yang 

turun  dari  Tuhan.  Itulah  sebabnya  maka  mereka  tidak  mau  kawin  dengan  ibu  dan  putri‐putrinya, 

menganggap  sangat  tercela memadu  dua  saudara  perempuan, mencala  seorang  yang  kawin  dengan 

bekas  Ibu  tirinya  yang  mereka  namakan  perkawinan  dlaizan.  Mereka  pergi  haji  dan  berumrah  ke 

Baitulah,  berihram,  Thawaf  ,  Sa’I  dan Wukuf  di  tempat‐tempat  tersebut, melempar  jumrah, mandi 

janabat,  berkumur‐kumur,  mencucui  hidung,  mengusap  kepala,  bersiwak,  cebok,  memotong  kuku, 

mencabut  rambut  ketiak,  mencukur  bulu  kemaluannya  dan  khitan.  Merekapun  memotong  tangan 

pencuri dan lain‐lain lagi yang telah di ambil oleh Islam dari mereka untuk menjadi ajarannya. 

M:  Wahai  Pastur  yang  terhormat,  semua  itu  sedikitpun  tidak  ada  kebenarannya.  Apakah  anda 

mengharapkan  islam membuang  tradisi yang baik agar  tidak dikatakan orang secara ngawur bahwa  ia 

tidak mengambil  tradisi‐tradisi  tersebut dari bangsa Arab kemudian dijadikannya sebagai syari’at yang 

diturunkan  Tuhan  kepada  Nabi.  Adapun  bila  islam meninggalkan  adat  yang menyalahi  kebaikan  itu 

berarti  bukanlah  syari’at  yang  diturunkan  dari  Tuhan.  Sebab  syari’at  yang  diturunkan  dari  Tuhan 

mengakui kebaikan yang telah ditetapkan oleh pihak lain dan menolak kejelekan yang telah ditolak oleh 

pihak  lain.  Jika  islam  berbuat  berlainan  dari  hal  yang  semestinya  ini  berarti  suatu  kebodohan  dan 

membuktikan bukan sebagai syari’at yang diturunkan Tuhan.  

Memang bangsa Arab dahulu biasa menyembah patung, mengubur hidup‐hidip anak perempuan, hidup 

dalam kebodohan dan dosa. Namun Islam tidak mau mengikuti tradisi itu dan tetap mengakui beberapa 

tradisi  yang  memang  bernilai  baik.  Bahkan  Nabi  saw  telah  bersabda;  ”  aku  diutus  menjadi  Rasul 

hanyalah  untuk  menyempurnakan  akhlak  terpuji”.  Maka  salah  satu  dari  fungsi  beliau  ialah  tetap 

Page 72: Pastur Menuduh Santri Menjawab

mengakui  kabajikan‐kabajikan yang  sudah ada  sebelumnya dan menyampaikan  seruan kepada akhlak 

luhur  yang  baru  yang  menjadi  tujuan  kerasulannya,  sehingga  yang  baru  ini  menyempurnakan 

kekurangan yang  lama dan  tidak membuang begitu  saja hasil akhlak utama yang  telah ditimbun oleh 

akhlak tercela dan tidak redup cahayanya di tengah‐tengah kegelapan dosa. 

P:  Sekelompok  bangsa  Arab  yang  berpikiran  waras  dan  jujur memang  telah menyampaikan  seruan 

perbaikan  seperti  yang  diserukan  oleh  Nabi  anda,  Yaitu  seruan  Tauhid  dan  lain  sebagainya.  Namun 

mereka tidak ada yang mengaku dirinya mendapat wahyu sebagaimana pengakuan Nabi anda. Bangsa 

Quraisy pada suatu hari raya mereka telah berkumpul di sekeliling salah satu berhala mereka, tetapi ada 

empat orang diantara mereka yang menarik diri dari kepercayaan kotor  ini. Mereka  itu  ialah; Waraqah 

bin Naufal, Ubaidillah bin  Jahsy, Utsman bin Huwairits dan Zaid bin Amr bin Nufail. Kemudian mereka 

berkata sesamanya; “ saling bersahabatlah dan saling merahasiakanlah dengan yang lain. Perhatikanlah, 

demi Allah  ,  kaummu  ini  sama  sekali  tidak benar. Mereka  telah menyesatkan  agama nenak moyang, 

yaitu  Ibrahim. Apa perlunya sebuah batu dimohoni  , padahal  tidak bisa mendengar dan melihat,  tidak 

merugikan dan tidak memberikan mamfaat. Wahai kaumku , renungkanlah diri kamu. Demi Allah kalian  

ini sama sekali tidak dalam kebenaran. 

Mereka  ini  berpencar  ke  berbagai  negeri  untuk  mencari  jalan  lurus  agama  Nabi  Ibrahim.  Adapun 

Waraqah,  ia  kemudain  masuk  Nasrani.  Sedangkan  Ubaidilah  bin  Jahsy  tetap  berpegang  kepada 

pikirannya sendiri sempai datangnya agama islam, lalu masuk islam, kemudian ia hijrah ke Habsy, masuk 

Nasrani  di  sana.  Adapaun  Utsman  bin  Hawairits  datang  kepada  raja  Romawi    ,  lalu masuk  Nasrani. 

Sedangkan Zaid bin Amr  tidak masuk ke agama   Yahudi maupun agama Nasrani,  tetapi meninggalkan 

agama  kaumnya  dan  menjauhi  berhala,  makan  bangkai,  darah  dan  sembelihan‐sembelihan  untuk 

sesajen,  serta  melarang  orang  menguburkan  anak  perempuan  hidup‐hidup.  Ia  berkata;  “  aku 

menyembah Tuhannya Ibrahim dan menyatakan celaan terhadap tradisi yang diikuti oleh kaumnya. 

Dari  tokoh‐tokoh  pencari  kebenaran  tersebutlah Nabi  anda mengambil  dahwahnya  dan  beliau  hidup  

sezaman  dengan mereka  serta mempunyai  hubungan  kerabat  dari  berbagai  orang  diantara mereka. 

Kemudian  beliau mengaku mendapat  wahyu  ,  padahal mereka  tidak  pernah melakukan  pengakuan 

seperti itu. 

M:  Amat  jauh  berbeda  antara  dakwah  Nabi  kami  dengan  dakwah  tokoh‐tokoh  pencari  kebenaran 

tersebut. Mereka  ini mencari  agama Nabi  Ibrahim  dengan melihat  kepada masa  lalu,  bukan melihat 

kepada masa  itu dan akan datang. Mereka sama sekali tidak memiliki tujuan kepada seruan yang baru 

dan memikirkan agama baru. Lantaran itu tiga diantara mereka merasa puas menjadi orang Nasrani dan 

merasa  telah  cukup menemukan  suatu  tujuan  yang  dekat  dan  puas  dengan  cita‐cita  yang  terbatas. 

Adapun orang yang ke empat , Zaid bin Amr , merasa senang dengan dengan kemampuan dirinya untuk 

bisa mencapai hal‐hal  yang merupakan bagian dari  agama  Ibrahim  sesuai dengan  ijtihadnya. Padahal 

ijtihat  itu  tempat pijakannya adalah dugaan, belum  tingkat yakin. Sebab  itu  ia pernah berkata kepada 

kaumnya  ;  “wahai  golongan Quraisy  ,  demi  Tuhan  yang menguasai  Zaid  bin  Amr,  tidak  seorangpun 

diantara  kalian  ini  yang menjadi  pemeluk  agama  Ibrahaim,  kecuali  aku”.  Selanjutnya  ia berkata;  “ya 

Tuhan,  sekiranya aku  tahu  sesuatu  jalan apapun yang  lebih menjadikan kecintaan  terhadap diri MU  , 

Page 73: Pastur Menuduh Santri Menjawab

niscaya aku akan gunakan untuk menyembahMU”. Tetapi sayang aku tidak tahu”. Kemudian ia sujud di 

atas tapak tangannya.  

Cobalah perbandingkan hal ini dengan dakwah baru yang diserukan oleh Nabi kami. Cobalah perhatikan 

ajaran ini dibandingkan denga agama baru yang telah membuat seluruh dunia, timur maupun baratnya 

terguncang. Bahkan bagian utara dan selatannya. Agama ini telah mengancurkan kemaharajaan Romawi 

dan kekaisaran Parsi serta agama‐agama  lain menjadi  lemah di hadapannya dan kebekuannya menjadi 

meleleh dihadapan langkah pembaharuannya. 

Dakwah Zaid bin Amr terbatas di dalam hal‐hal sebagai berikut; 

1. Menolak menyembah berhala 

2. Mengakui keEsaan Allah 

3. Mempercayai pahala dan siksa 

4. Melarang mengubur bayi perempuan hidup‐hidup 

Bagaimana keempat hal  ini hendak dijadikan perbandingan dengan syari’at yang bagaikan  lautan  lepas 

jangkauannya,  yang  meliputi  ;  “Aqidah,  Ibadah,  dan  Muamalah?  Syari’at  islam  yang  mengungguli 

perundang‐undangan  Romawi  telah menyebabkan  kemenangannya.  Syari’at  islam  yang  disaingi  oleh 

filsafat  Yunani,  ternyata mempu mengalahkannya.  Begitu  pula  ia  disaingi  oleh  zaman  demi  zaman, 

namun kekokohannya tidak rapuh. 

Apakah hal seperti  ini merupakan kerja seseorang  laki‐laki yang nota bene buta huruf hidup di tengah 

lingkungan  ynag buta huruf pula?  Tidak,  sama  sekali  tidak.  Ini menandakan benar‐benar wahyu  Ilahi 

yang  mengantarkannya  kepada  semua  tuntunan  luas  itu  dan  menjadikan  seluruh  jagad  objek 

dakwahnya,  padahal  beliau  tidak  mempunyai  daya  dan  kekuatan  apapun  serta  umatnya  tidak 

mempunyai Negara seperti yang dimiiki oleh umat‐umat lain. 

P: Memang, di  tengah bangsa Arab ada  sekelompok penganut Shabi‐i. asal kaum penyembah bintang 

adalah  Dariu  Suryani  (Babilon). Mereka mengaku  agamanya  berasal  dari  Nabi  Syit  dan  Idris.  Shalat 

mereka ada tujuh, yang lima sesuai dengan waktu‐waktu shalat muslimin, yang ke enam adalah sahalat 

dhuha, yang juga terdapat pada kaum muslimin. Beda shalat ini hukumnya sunat pada kaum muslimin. 

Yang ketujuh waktunya ialah jam enam tepat malam hari. Merekapun mempunyai shalat jenazah, tanpa 

ruku’ dan  sujud. Mereka berpuasa  sebulan dalam  setahun,  seperti  kaum musklimin,  tetapi waktunya 

ialah mulai perempat malam terakhir sampai matahari sampai matahari terbenam. Puasa semacam  ini 

hampir serupa dengan puasa kaum muslimin. 

Apakah persamaa‐persamaan yang aneh  ini  terjadi secara kebetulan? Tidak  sama sekali  tidak. Namun 

sebenarnya Nabi anda telah mengambil tata cara shalat dan puasa kaum Shabi‐I ini, kemudian mengaku 

diberi wahyu dengan kedua macam ibadah ini. 

Page 74: Pastur Menuduh Santri Menjawab

M: Wahai Pastur, harap anda ketahui adalah tidak rasionil Nabi kami datang sebagai Nabi terakhir, untuk 

mengoreksi syariat‐syariat mereka yang telah diselewengkan, menyempurnakan yang masih kurang, dan 

membawa  syariat  baru  yang  sempurna,  guna  mengakhiri  syariat‐syariat  sebelumnya,  kemudian  di 

dalamnya  tidak  terdapat  beberapa  persamaan  dengan  syariat‐syariat  lain  dalam  pokok‐pokok  yang 

sama,  seperti  Tauhid,  Shalat,  Puasa  dan  lain  sebagainya.  Karena  pokok‐pokok  semacam  ini  tidaklah 

mungkin bisa terjadi   pergantian atau perubahan. Bahkan di dalam hal  ini wajib sama. Karena  itu Allah 

berfirman dalam surat Asy Syura 13; 

“ Dia telah mensyariatkan kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim,

Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama) -Nya orang yang

kembali (kepada-Nya) (QS Asy Syura’42 : 13)”.

Maka  tidak aneh shalat yang ada di dalam  Islam waktunya sama dengan beberapa waktu shalat yang 

terdapat  pada  agama‐agama  langit  sebelumnya.  Tidak  aneh  bilamana  puasa  di  dalam  Islam  dalam 

beberapa hal serupa dengan pada agama‐agama tersebut. Dengan ini berarti lebih membuktikan bahwa 

benar‐benar  ibadah  tersebut  diwahyukan  kepada  beliau.  Sebab  kalau  beliau  hanya  berpura‐pura 

mengaku mendapat wahyu, niscayalah hal‐hal  semacam  ini berusaha disembunyikan. Karena  seorang 

pendusta  berusaha  sedapat  mungkin  menyembunyikan  kebohongannya  dan  tidak  mau 

mengetengahkan sesuatu yang bisa dijadikan alat celaan kepada tindakannya. 

Sesudah Nabi Musa banyak  sekali Nabi yang muncul  tidak  terhitung banyaknya. Namun mereka  tidak 

mempunyai syariat baru yang mereka bawa bersama kebangkitan mereka sebagai Nabi. Mereka hanya 

menguatkan syariat Taurat   yang telah diturunkan kepada Musa. Bahkan Nabi  Isa As sekalipun datang 

hanya  untuk  memperkuat  Taurat  juga.  Tidak  ada  perbedan  dengan  syariat  Musa,  kecuali  dalam 

beberapa hal kecil. Hal yang terjadi pada Nabi‐Nabi anda  ini ternyata anda dapat menerimanya, wahai 

Pastur. Padahal  syariat kami menemukan adanya  syariat‐syarat agama  sebelumnya  telah dirubah dan 

diselewengkan.  Karena  itu  lalu  diluruskan mana  yang  perlu  diluruskan,  ditambah mana  yang  perlu 

ditambah , sehingga tampil sebagai syariat‐syariat yang sempurna berbeda dari syariat‐syariat yang lain, 

kecuali  hanya  terdapat  di  dalam  pokok‐pokok  yang memang  tidak  bisa  berubah  karena  perubahan 

zaman. Adakah suatu hal yang patut kalau anda dapat menerima apa yang telah berlaku pada Nabi‐Nabi 

anda,  tetapi  anda mengingkari  hal  yang  sama  pada  syariat  Islam?  Pada  hal  syariat  islam merupakan 

penutup yang tidak mungkin terlepas dari adanya kesamaan dengan agama‐agama langit sebelumnya. 

P: Di  dalam buku  Avista, karya Zoroaster, seorang Parsi, disebutkan manusia itu mempunyai kehidupan 

yang mutlak,  yaitu  kehidupan  dunia  dan memunyai  kehidupan  pembalasan,  yaitu  kehidupan  akhirat. 

Manusia  juga mempunyai buku catatan   amal. Apabila  telah meninggal setelah  lewat  tiga hari  , maka 

jiwanya akan merasakan kesenangan atau penderitaan. Kemudian keluarganya akan melakukan upacara 

keagamaan sebagai upaya mengambil hati  terhadap rohnya. Selanjutnya si mayat akan dihisab,  lalu  ia 

akan  berjalan  diatas  sebuah  jembatan memanjang    di  atas  jurang  neraka  jahanam.  Bila  dia  seorang 

mukmin  , maka  jembatan  ini akan melebar sehingga yang bersangkutan bisa meniti sampai ke syorga. 

Page 75: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Tetapi kalau dia orang kafir, maka jembatan ini menyempit hingga lebih kecil dari seutas rambut, maka 

yang bersangkutan tidak dapat melewatinya. Bahkan ia akan jatuh ke dalam jahanam. Bila kebaikan dan 

keburukan  seseorang  sama  banyaknya,  maka  ia  akan  tertahan  di  suatu  bukit,  sampai  perkaranya 

diputuskan,  lalu ia masuk neraka atau syurga. 

Ajaran  ini diambil oleh Nabi anda , dan beliau mengaku mendapat wahyu semacam  ini. Padahal ajaran 

tersebut ratusan tahun sebelumnya telah ada di dalam kitab tersebut. 

M: Wahai pastur, persoalan ini sama halnya dengan persoalan tauhid, shalat, puasa dan lain‐lain pokok‐

pokok syariat yang tidak berubah pada semua syariat‐syariat langit. 

P: Wahai Muhammad, apakah anda beranggapan bahwa Zoroaster itu seorang Nabi? 

M: Wahai pastur, dalam agama kami tidak ada sesuatu halangan yang mengingkari adanya kemungkinan 

Zoroaster sebagai seorang Nabi, Allah berfitman di dalam surat Fatir 24; 

Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada

padanya seorang pemberi peringatan (QS Fathir 35: 24)”.

P:  Zoroaster  di  dalam  kitab  Avista  menyebutkan  ada  dua  Tuhan,  Tuhan  baik  dan  Tuhan  buruk. 

Bagaimana dengan ajaran ini ia dapat dianggap sebagai Nabi. 

M: Tuhan buruk di dalam kitab  itu yang dimaksud adalah  iblis. Karena kepercayaan  terhadap ketuhan 

iblis ini merupakan tindak penyelewengan bangsa Parsi terhadap agama Zoroaster. 

P: Sebagian kisah‐kisah yang ada di dalam Al Qur’an berasal dari sebagian buku‐buku fiktif pada bangsa 

Yunani dan dari sebagian buku‐buku agama Nasrani yang telah dinyatakan tertolak. Misalnya kisah Qabil 

dan Habil yang terdapat di dalam surat Al Maidah 27‐31; 

Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Kabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Kabil). Ia berkata (Kabil): "Aku pasti membunuhmu!" Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang

yang bertakwa" 27. "Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya

aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam 28." "Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh) ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi

penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang lalim.29" Maka hawa nafsu Kabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi 30. Kemudian Allah menyuruh seekor

burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Kabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayit saudaranya. Berkata Kabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku

Page 76: Pastur Menuduh Santri Menjawab

tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayit saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal (QS Al Maidah 5:27-31)”.

Kisah  ini dalam bentuk perinciannya semacam  ini tidak ada di dalam Taurat. Tetapi adanya pada kitab 

Tarham, termasuk buku‐buku fiktif Yahudi yang bernama ; Bir, Sylma dan lain‐lain. 

M: Buat  kami  tidak penting  tentang  adanya  kisah‐kisah Al Qur’an dalam Taurat  anda  atau  Injil  anda, 

yang  anda  sendiri menerimanya di  lain‐lain  tempat. Tetapi  yang penting bagi  kami  ialah  kisahnya  itu 

sendiri. Ada  suatu  standar untuk menilai  kisah  yang benar atau  fiktif maka untuk menentukan  kisah‐

kisah itu benar atau tidak, harus kembali kepada standar. Dan kami  bisa menerima penilaian itu dengan 

akal sehat. 

Kisah‐kisah Al Qur’an dimana pun sejalan dengan standar penilaian ini. Jadi tidak penting bagi Al Qur’an 

adanya  kisah‐kisah  tersebut  ada  pada  kitab  apapun  yang  ada  sebelumnya.  Sebab  tujuan  Al  Qur’an 

mengemukakan  kisah‐kisah  itu  adalah  untuk memberikan  nasehat  yang  ada  di  dalamnya  dan  tujuan 

yang dimaksud kisah‐kisah tersebut.  

Kemudian sang pasur berkata; “ kami mempunyai sebuah buku yang berjudul keprcayaan paganism di 

dalam  agama masehi”.    Cobalah  anda  berikan  kepada  kami  buku  semacam  ini  dalam  agama  islam  , 

sebab  dengan  demikian  adanya  keyakinan  yang  benar  yang  ada  di  dalam  agma‐agama    lain  tidak 

menjadikan  nya  negative  terhadap  islam.  Tetapi  bila  terdapat  aqidah‐aqidah  paganisme  akan 

menjadikannya negative seperti yang terdapat dalam agama masehi”. 

Disini  sang  Pastur  beranggapan  dapat melepaskan  tusukan  terakhirnya  untuk menghancurkan  logika 

kebenaran yang disampaikan oleh pemuda yang cerdas dan polos  ini. Sang  Pastur memberi persolaan 

kepada Muhammad untuk dibicarakan di dalam dialog berikutnya. 

ooOoo 

 

 

Dialog ke sembilanbelas ; 

MENGAPA SAYA MENJADI MUSLIM?  

DAN MENGAPA SAYA MENJADI NASRANI? 

Kali ini Muhammad yang mulai berbicara. Karena pastur Z telah memberikan tuduhan‐tuduhannya yang 

terakhir pada dialog ke 18. Sebelumnya sang Pastur sering kali menghadapi Muhammad sebagai pihak 

penyerang,  sedangkan Muhammad menempatkan  diri  sebagai  pemberi  penjelasan.  Tetapi  di  dalam 

dialog kali ini kedudukannya berubah. Muhammad memulai pembicaraannya dengan pernyataan; 

M: Kini telah jelas bagi anda, wahai pastur yang terhormat, mengapa saya menjadi muslim? Telah saya 

jelaskan  kepada  anda  pokok  dan  cabang‐cabang  ajaran  islam.  Di  dalam  pokok  dan  cabang  yang 

Page 77: Pastur Menuduh Santri Menjawab

manapun  dari  ajaran  islam  tidak  ada  yang  perlu  dilakukan  perubahan  sehingga  menyimpang  dari 

dasarnya  yang  pokok.  Tetapi  kaedah‐kaedah  dan  cabang‐cabang  itu  sebelumnya  bersifat  permanen 

sebagaimana adanya sejak diturunkan, tanpa ada perubahan maupun penggantian. Setiap muslim pada 

setiap masa dan generasi menyerukan pokok dan cabang‐cabang tersebut, sehingga tidak ada sesuatu 

alasan yang mendorongnya harus melihat kebelakang atau miring ke kanan ataupun ke kiri. 

P: Wahai Muhammad, kami  tidak memerlukan pembicaran seperti  itu. Tetapi yang kita perlukan  ialah 

tindak selanjutnya itu apa? 

M: Saya  ingin bertanya kepada anda dalam dialog  ini, mengapa anda menjadi seorang nasrani, supaya 

masyarakat bisa mempertimbangkan dua jawaban tersebut, yaitu seorang menjadi Muslim atau menjadi 

Nasrani? 

1. Mengapa saya menjadi muslim? 

2. Mengapa saya menjadi nasrani? 

P: Kami mempunyai sebuah buku berjudul “ Mengapa saya menjadi Nasrani?, karya Frank Kraen yantg 

telah diterjemahkan kedalam bahasa Arab oleh Archimendirit Antonius. Disana anda Muhammad dapat 

membacanya apa yang ingin anda peroleh jawabannya dari pertanyaan, mengapa aku menjadi Nasrani. 

M: Saya telah mengkaji buku ini. Karena itulah saya jadikan pokok bahasan pada dialog ini dan justru di 

dalam  buku  itu merupakan  suatu  titik  balik  buat  anda  setelah  anda memperkenalkan  buku  tersebut 

kepada saya. 

Penulis buku  ini pada halaman 21, dibawah  judul “ Mengapa  saya menjadi nasrani”   berkata  sebagai 

berikut; “ Perselisihan paham yang secara permanen menimpa berbagai golongan Kristen sepanjang generasi sama sekali tidak berpengaruh pada pikiranku. Bila anda bertanya kepadaku, apakah saya percaya kepada Trinitas atau keEsaan, sebenar nya sama saja nilainya dengan pertanyaan anda padaku apakah aku megikuti aliran paganisme atau kontra paganisme? “  

Selanjutnya ia menulis; 

“ Aku ingin menjelaskan sebab-sebab yang menjadikan aku mau menamakan diriku sebagai seorang Nasrani, yang dengan demikian akan dapat membantu mayoritas orang-orang Nasrani untuk bisa memahami kenasraniannya. Sebab banyak orang yang mengaku menjadi nasrani, namun perbuatannya berlawanan dengan ajaran Nasrani. Sebaliknya banyak orang yang melaksanakan ajaran nasrani, walaupun tidak menyebut dirinya sebagai seorang Nasrani”.

Kemudian  ia menutup tulisannya dengan mengatakan; “ jika anda bertanya kepadaku, mengapa saya percaya kepada Trinitas atau Keesaan Tuhan, atau apakah aku Katolik atau Proterstan, atau apakah aku seorang aliran Methodis atu Mormon? Maka pertanyaan ini sama nilainya dengan anda bertanya kepadaku apakah saya beraliran Paganisme atau Kontra paganisme”.

 

Page 78: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Hal seperti ini ia tulis kembali pada halaman dalam buku itu ; 

“ tentang pembicaraan Trinitas, apakah Tuhan itu satu di dalam tiga oknum (tuhan Bapak, tuhan putra, dan ruhul kudus) atau hanya Tuhan yang tunggal tanpa oknum , maka persolan ini adalah suatu masalah yang tidak sanggup saya mengerti. Pesoalan ini jauh lebih tinggi dari keampuan akalku untuk memahaminya. Persoalan ini tidak berpengaruh pada kehidupanku sebagai seorang Nasrani, selagi saya beriman kepada kekuatan ilaiyah yang begitu agung di dalam semua penampilan kehidupan. Adapun orang beranggapan Tuhan akan murka kepadaku karena aku belum bisa percaya kepada suatu hal yang tidak dapat saya mengerti, menurut keyakinanku hanyalah suatu persangkaan yang tidak benar sama sekali”

Selanjutnya pada halaman 256 ia menulis ; 

“ saya sungguh-sungguh sangat percaya bahwa banyak pembaca buku ini akan mengatakan bahwa penulis buku ini sama sekali tidak tepat untuk dikatakan sebagai seorang Nasrani yang punya iman. Menurut pendapatku, pembaca seperti itu telah mengklaim dirinya sendiri dan saya sebenarnya adalah orang yang dianggap kafir oleh mayoritas aliran dan golongan orang yang menyangka dirinya sebagai orang Nasrani. Sebab saya berkeyakinan bahwa bagian terbesar dari pokok ajaran Nasrani adalah penjelmaan ajaran berhala”

Pada hal 39 di bawah  judul  ; “ Kepercayaanku kepada Al masih  tidaklah berdasarkan keyakinan yang 

resmi”  

Ia menulis; “ saya percaya kepada Yesus dan menganggapnya sebagai salah seorang guruku. Aku namakan diriku salah seorang muridnya. Namun kekuatan yang mendorong berbuat seperti ini hanyalah semata-mata timbul dari ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan Yesus yang tertulis di dalam halaman-halaman Injil. Aku tidaklah percaya bahwa Yesus sebagai putra Allah saja. Sebab ada golongan manusia mengatakan bahwa dia adalah Tuhan itu sendiri. Tetapi golongan lain mengatakan , bahwa dia hanyalah tokoh besar. Sebenarnya saya hanya percaya bahwa beliau adalah satu-satunya guruku. Bagi saya tidaklah ada bedanya apakah ia sebagai Tuhan yang turun dari langit lalu menghabiskan beberapa tahun tinggal di bumi, atau ia sebagai pemimpin diantara pemimpin-pemimpin yang bijak dan menghabiskan umurnya sebagaimana makhluk hidup lainnya? Di dalam kondisi seperti ini saya beranggapan bahwa apa yang dikatakan dan dilakukan oleh beliau sudahlah cukup untuk memberikan pengajaran padaku dan keberuntungan kepadaku.”

Wahai pastur yang terhormat, apakah arti omongan sang penulis ini? Bukankah dengan omongannya itu 

, sedikitnya telah menunjukkan kelemahannya untuk membuktikan kebenaran ajaran Trinitas? Dan lebih 

jauh lagi bukanlah omongannya itu berarti meragukan atau mengingkari ajaran  Trinitas. 

Apakah  kepercayaan  Trinitas  itu?  Bukankah  Trinitas  merupakan  kepercayaan  Kristen  yang  pokok? 

Bukankah  pula merupakan  ajaran  yang  paling  penting  silahkan  anda menjawab  pertanyaanku, wahai 

Pastur. 

Page 79: Pastur Menuduh Santri Menjawab

P: Memang  pertanyaan  seperti  itu  sudahlah  satu  keraguan  dan  kekafiran  terhadap  Trinitas. Dan  dia 

sama sekali bukan termasuk dari kalangan Nasrani kami. 

M: Pada halaman 159 dari buku yang  sama dibawah  judul  “ Kebimbangan  terhadap keselamatan”  ia 

menulis sebagai berikut ; 

“ Bagaimana orang berkeyakinan bahwa Yesus datang ke dunia untuk mempertegas penebusan dosa-dosa kita, atau dengan kata lain untuk memelihara kita?

Selanjutnya dia berkata; 

“ Keselamatan yang sesungguhnya di dalam hidup adalah keselamatan yang diperoleh berdasarkan amal anda setiap hari. Adapun keselamatan yang anda impi-impikan akan anda peroleh sesudah mati, ibaratnya serupa dengan pelangi yang tampak indah dan menarik bagi anda menjelang Matahari terbenam. Ia tampak indah lantaran nun jauh di sama dari anda. Tetapi bila anda dapat dekat ke tempat itu, akan ternyatalah hanya sebuah goresan yang gelap”.

Iapun selanjutnya berkata; 

“ Di dalam agama Nasrani ini sendiri, ajarannya membuat kami tidak bisa mengerti kepercayaan penebusan dosa. Kami tidak mengerti bagaimana supaya kami dapat memperoleh manfaat dari kepercayaan seperti itu. Kepada kami diberikan gambaran palsu bahwa hidup ini akan berbekah , hanyalah bisa terujud dengan baik pada diri kami sesudah kami hidup dialam akhirat. Hidup yang berbarokah adalah suatu keharusan adanya disana. Sedangkan penebusan dosa ternyata tidak bisa menjadi satu kekuatan yang dapat menyelamatkan kami dari penderitaan di dunia ini. Bahkan ia harus menjadi suatu kekuatan yang mengangkat jiwa kami ketingkat kesempurnaan tertinggi, sehingga kami bisa hidup berlimpah dengan berkah dan kebahagaiaan “.

Iapun selanjutnya berkata ; 

“ Sungguh sangat salahlah mereka yang menggunakan kata penebusan dengan pengertian menyelamatkan manusia dari siksa neraka jahanam di akhirat kelak. Karena kepercayaan seperti ini sama sekali bukan ajaran Nasrani tetapi ajaran agama berhala kuno yang diambil dari kepercayaan fiktif bangsa Yunani dari Mesir serta merupakan kepercayaan mereka tentang alam kedua yang bersifat rahasia”.

Apa  artinya  dari  omongan  penulis  ini  wahai  pastur?  Bukankah  ini  suatu  kekafiran  terang‐terangan 

terhadap kepercayaan penebusan dosa? Apakah sebenarnya kepercayaan ini suatu hal yang terpenting 

di  dalam  agama  anda?  Bukankah  pengingkaran  kepercayaan  ini  sama  artinya  dengan  mengingkari 

kepercayaan penyaliban dan penebusan dosa? Apa  artinya penulis bersikap meragukan  adanya  alam 

kedua sesudah mati? Benarkan alam kedua  ini merupakan aqidah ajaran berhala yang bersumber dari 

kepercayaan bangsa Yunani dan Mesir? 

P: Memang , sikap seperti  itu adalah pengingkaran aqidah penebusan dosa. Dan dia sama sekali bukan 

dari golongan pengikut Nasrani kami. 

Page 80: Pastur Menuduh Santri Menjawab

M: Selanjutnya sebagai penutup suatu pasal yang bejudul “ kebimbangan terhadap doktrin pembagian masyarakat ke dalam kelas-kelas”.

Banyak orang berkata ;  “ agama nasrani sepanjang masa perkembangannya, pemeluknya mengalami kekecewaan dan kegagalan” hal serupa ini pernah kami perbincangakan bersama. Tatcher Town: 

“ Prinsip-prinsip ajaran Nasrani belum pernah sama sekali diuji dalam kehidupan nyata, agar seseorang berani mengambil suatu ketetapn terhadap nilai-nilainya. Tetapi apabila seluruh dunia atau bagian manapun dari dunia ini mencoba ajaran-ajaran Yesus dan prinsip-prinsipnya , maka pada saat itu lah mereka berhak untuk mengaku sebagai Nasrani karena telah membuktikannya. Tetapi selama kita membatasi kenasranian kita dalam bentuk menyenandungkan doa ratapan, membaca pujian, melaksanakan upacara dan adat kebesaran menurut tatacara penyembahan berhala dan tradisi ibadah mereka, maka sama sekali kita tidak berhak untuk mengaku melaksanakan prinsip-prinsip ajaran Nasrani”.

Selanjutnya dengan kalimat yang senada dibawah  judul “ Bagaimana saya memahami agama Kristen”, 

halaman 201, ia menulis ; 

“ Yesus datang ke dunia ini adalah untuk mengajarkan kepada manusia bagaimana cara hidup di dunia ini, bukan untuk membangun agama baru yang diatasnamakan diriNYA”

Selanjutnya ia berkata; 

“ Kalau saya membicarakan agama Yesus, saya membicarakan dengan sikap penuh ragu dan bimbang. Sebab saya tidak percaya Yesus seperti seorang pengajar agama . Sebab kata “ agama” di dalam perjanjian baru hanya dipakai satu kali saja. Padahal menurut sepanjang pengetahuan kami, Yesus sama sekali tidak pernah menggunakan kata “agama” ini. Karena itu terbayang pada diri saya, bahwa sesungguhnya beliau adalah seorang yang luas ilmunya lagi mengerti benar rahasia kehidupan ini lebih banyak daripada yang dipahami oleh siapa pun dari imam Nasrani. Beliau telah mencapai tingkat makrifat tinggi. Ia telah memahami hakekat syariat-syariat yang agung yang mengajarkan jalan –jalan hidup di dunia ini. Namun saya sering sekali tetap ragu, bahwa beliau bermaksud untuk membangun suatu agama baru sebagaimana keraguan saya kepada maksud beliau untuk membentuk suatu kelompok yang menggunakan nama beliau.

Wahai pastur, apakah masih ada hal yang  lebih keras dari pada  sikap penulis  ini   dalam mengingkari 

ajaran Nasrani? Adakah pula  sikap  lain yang  lebih  luas dari  ini yang menyatakan keingkaran  terhadap 

nasrani  sebagai  suatu agama? Karena  itu untuk  selanjutnya masih adakah  suatu  jawaban  yang benar 

yang dapat digunakan oleh penganut Nasrani untuk menjawab pertanyaan;  “ mengapa aku menjadi 

seorang nasrani?  

Wahai pastur, sebenarnya  isi dari kitab yang anda sebutkan  itu namanya bertentangan dengan  isinya. 

Mestinya buku tersebut dinamakan; “Mengapa saya tidak masuk Nasrani?”. 

Page 81: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Pastur  Z  tidak  menjawab  sepatah  katapun.  Bahkan  ia  meminta  kepada  Muhammad  agar  berhenti 

sampai disini pembicaraan dialognya. Kemudian kedua orang  ini sepakat akan mengakhiri dialog‐dialog 

sekali  lagi. Pastur Z menjanjikan kepada Muhammad untuk mengungkapkan  rahasia besar kepadanya 

besok.. 

Rahasia  ini  menerangkan  tujuan  tersembunyi  dari  segala  gerak  langkah  yang  selama  ini  dilakukan 

misionaris  Nasrani.  Iapun  akan  menjelaskan  betapa  besar  dana  yang  dibelanjakan    oleh  berbagai 

pemerintah Eropah dan Amerika dalam kegiatan misinya, padahal pemerintah Negara‐negara tersebut 

adalah sekuler (non agama) dan tidak  peduli dengan urusan agama. 

ooOoo 

 

 

 

Dialog ke duapuluh; 

MENGAKUI KEBESARAN ISLAM HARUSKAH  

MENINGGALKAN AGAMA‐AGAMA YANG LAIN? 

Pastur Z bermaksud dialog kali  ini adalah  terakhir. Sebab dia menghadapi Muhammad  sebagai  lawan 

bicara  yang  kuat  argumentasinya,  tepat memberikan  alasan,  cepat menyampaikan  pikiran. Maka  ia 

kemudian mulai pembicaraanya sebagai berikut; 

P:  Kalau kita dapat menerima kebenaran agama anda, itu berarti kami harus meninggalkan agama kami 

untuk pindah ke agama anda. Karena Al Qur’an anda telah menyebutkan bahwa agama kami akan tetap 

ada sampai hari kiamat. Inilah firman tuhan dalam surat Ali Imran 55‐57’ 

(Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang

selalu kamu berselisih padanya"55. Adapun orang-orang yang kafir, maka akan Ku-siksa mereka dengan siksa yang sangat keras di dunia dan di akhirat, dan mereka tidak memperoleh penolong 56. Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka; dan Allah tidak menyukai orang-

orang yang lalim (QS Ali Imran 3:55-57)”.

 

 

Page 82: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Karena itu silahkan wahai anak muda , anda tetap dalam agama anda dan kami tetap dalam agama kami. 

M: Wahai Pastur yang terhormat. Omongan anda itu benar kalau yang dimaksudkan oleh ayat Al Qur’an 

tersebut  itu “ dan menjadikan mereka yang mengikuti engkau” adalah pemngikut dari agama Nasrani 

yang sudah dipalsukan. Namun sungguh sangat jauh dari pengertian semacam itu. Tetapi yang dimaksud 

dengan “mereka yang mngikuti engkau” ialah kaum muslimin yang menjadi pengikut Nabi Muhammad 

saw. Adapun  orang  Yahudi  , mereka  telah mendustakan Nabi  Isa As,  sedangkan  kaum Nasrani  telah 

mendustakan Nabi Muhammad  saw dan memalsukan  kitab  sucinya.  Yang dimaksud dengan  “mereka  

yang mengikutinya”  yang memiliki  kekuatan  argumentasi  di  sepanjang  zaman  dan  segala  keadaan, 

punya  kekuasaan  dan mampu menjadi  pemenang  di  saat  golongan  ini muncul  dan  teguh  berpegang 

pada agamanya, maka sebenarnya sifat‐sifat tersebut secara tepat adalah dimiliki oleh kaum muslimin. 

Karena mereka  inilah  sebagai  pengikut  dalam    pokok‐pokok    ajaran  islam walaupun  dalam  cabang‐

cabangnya mereka menyalahi. Dapat juga kaum Nasrani di kategorikan sebagai halnya kaum muslimin di 

dalam mengikuti pokok  ajaran  tersebut  sebelum datangnya  ajaran  islam.  Sebab  kaum nasrani  secara 

garis besar telah mengikuti ajaran beliau sampai saat  Islam datang. Namun, setelah  islam menjelaskan 

kepada mereka adanya tindakan pemalsuan terhadap agama mereka, maka ciri‐ciri tersebut sudah tidak 

lagi mereka dapati. Karena  itu hanya tinggal kaum muslimin saja yang menepatinya. Sebab  itu mereka 

lah menjadi golongan yang lebih patut dikatakan sebagai pengikut Nabi yang dikabarkan kedatangannya 

oleh  Isa  dari  pada  golongan Nasrani.  Begitu  pula  adalah  kaum muslimin  yang  lebih  patut  dikatakan 

sebagai pengikut pada Nabi  Isa dari pada   umat‐umat  lain. Allah  telah menjelaskan di dalam  surat Al 

Baqarah apa yang dimaksud ayat‐ayat surat Ali Imran di atas. Allahpun   menjelaskan bahwa kami  lebih 

patut menjadi orang yang mengikuti Nabi isa dan Nabi‐Nabi sebelumnya sebagaimana firmanNya dalan 

surat al baqarah 130‐133; 

“ Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh 130. Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!"

Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam" 131. Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati

kecuali dalam memeluk agama Islam"132. Adakah kamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?"

Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.

(QS Al Baqaraah 2:130-133)”.

 

Jadi orang  islamlah  yang benar‐benar beriman  kepada  kitab‐kitab  yang diturunkan  kepada para Nabi 

terdahulu itu. Sedangkan umat Yahudi dan Nasrani sama sekali bukan dari golongan pengikut Nabi‐Nabi 

itu. 

 

Page 83: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Allah berfirman di dalam surat Al Baqaraah 134 ; 

“ Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah

mereka kerjakan (QS Al Baqaraah 2:134)”. 

Bila  keadaan  kaum muslimin  benar  sebagai  dimaksud  kan  di  dalam  ayat  tersebut  dengan  sendirinya 

merekalah  yang  dimaksud  dalam  surat  Ali  Imran,  “  dan  dialah  yang menjadikan  orang‐orang  yang 

mengikuti  engkau  menguasai  orang‐orang  kafir  sampai  hari  kiamat”,  yang  lebih  mirip  kepada 

penyembahan berhala dari pada  jalan  lurus yang merupakan karakter pokok agama  islam, Yahudi dan 

Nasrani. 

P:  Bila  kami,  umat  nasrani  telah memalsukan  agama‐agama  kami, maka  anda  umat  islampun  telah 

memalsukan  agama  anda  juga.  Anda  telah mengakui  adanya  perbuatan  ini  dan  anda  tidak  pernah 

mengingkarinya.  Apa  yang  selama  ini  menimpa  anda,  sehingga  anda  mengalami  penderitaan  dan 

musibah  sebagai akibat dari pemalsuan  itu. Di dalam hal  ini kami dan anda  tidak ada bedanya. Anda 

tidak berhak membanggakan agama yang telah anda sia‐siakan itu. Anda akan mengalami nasib sebagai 

mana  yang  menimpa  umat‐umat  sebelumnya,  yaitu  umat  yang  telah  anda  cela  telah  berbuat 

memalsuikan agamanya. Anda mengaku agama anda  datang untuk memperbaiki pemalsuan‐pemalsuan 

yang telah terjadi pada mereka. 

M:  Saya  tidak menyangkal  apa  yang  anda  katakan  itu wahai  Pastur.  Kami memang  telah melakukan 

penyelewengan agama. Hal  ini menjadi sebab turunnya berbagai bencana dan kehancuran pada kami. 

Tetapi penyelewengan kami terhadap agama kami tidaklah patut disebut sama dengan penyelewengan 

agama  yang    anda  anda  lakukan.  Sebab  yang  anda  lakukan  adalah  pemalsuan  pada  prinsip‐prinsip 

Aqidah, sehingga menjadikan agama itu rusak. Dan juga pada kitab—kitab suci anda, sehingga yang kami 

lakukan  tidak  begitu.  Karena  pokok‐pokok  agama  kami  tetap  seperti  sedia  kala  dan  kitab  suci  kami 

dijamin  oleh Allah  tidak  akan mengalami  perubahan  apapun.  Penjagaan  kemurnian  ini Allah  janjikan 

kepada kami dalam surat Al Hijr 9; 

“ Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya (QS Al Hijr 15:9)”.

Selanjutnya  kamipun  selalu  berjuang memperbaiki  kerusakan‐kerusakan  kami, membersihkan  agama 

kami dari bid’ah‐bid’ah yang berjangkit di dalamnya. Isyaallah perkara ini penting lagi mudah dikerjakan. 

Berbeda  dengan  anda  yang  terus menerus  terpaku  pada  langkah‐langkah memalsukan  ajaran  agama 

anda. Sebab melakukan perbaikan pada agama anda berarti   menghancurklan dasar‐dasar agama anda 

dan akhirnya memaksa anda masuk agama kami. Namun langkah seperti ini tidak anda lakukan. 

P; Wahai anak muda , kalau anda sungguh‐sungguh perlu melaksanakan pembahasan pada agama anda. 

Sebaiknya anda mulai melaksanakan dari diri anda. Semoga anda dan keluarga anda diberkati Allah. 

Page 84: Pastur Menuduh Santri Menjawab

Pastur  Z  kemudian  mengumumkan  diakhirinya  dialog.  Dia  mengajak  Muhammad  masuk  ke  dalam 

kamarnya dalam gedung Seminary. Ia membisikan kepada Muhammad soal yang selama ini dirahasiakan 

dari oprang lain.  

Ia berkata; “ wahai Muhammad telah anda ketahui apa yang telah saya sampaikan kepada anda. 

Sebenarnya  lebih baik  saya  tidak pernah bertemu anda,  tidak pernah membuka dialog dengan 

anda,  sehingga  saya  tidak  terganggu  dengan  pikiran  macam‐macam  dan  perasaan  gelisah. 

Wahai  anak  mudaku  sayang,  aku  ini  adalah  ketua  misionaris    di  negeri  kamu  ini.  Kami 

mempunyai  tujuan‐tujuan  politik  lain  yang  harus  kami  perjuangkan  disini.  Tujuan‐tujuan 

keagamaan bagi kami hanyalah sdemata‐mata alat. Saya harap anda mengerti maksud saya ini, 

wahai Muhammad. Silahkan  lah wahai anakku  terus bekerja di sekolahmu. Tinggalkanlah kami 

untuk berjuang mencapai tujuan rahasia kami”. 

Muhammad  lalu  meninggalkannya  dan  datang  ke  hadapan  ayahnya,  lalu  menceritakan  kepadanya 

rahasia  yang  dibisikan  sang  Pastur  kepadanya.  Sang  ayah  heran  melihat  orang‐orang  yang  lebih 

mengutamakan  kesenangan  dunia  dari  pada  kebahagiaan  akhirat.  Ia mengingatkan  kepada  anaknya 

firman Allah tentang prilaku nenek moyang mereka dalam surat Al Baqarah 146; 

Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui

(QS Al Baqaraah 2:146)”.

                          

ooooooOOOooooooo