5
Patogenesis Infeksi Streptococcus Sesudah terpapar melalui inhalasi atau penelanan, streptococcus melekatkan diri pada epitel-epitel saluran nafas dengan fibril-fibril permukaan dan asam lipoteikoat dinding sel Fibril dari streptococcus ini berisi epitop antifagosit protein spesifik-type, yang dengan asam hialuronat kapsul menahan fagositosis dari sel-sel imun Enzim digestif ekstraseluler mempermudah penyebaran infeksi dengan mengganggu trombosis lokal (streptolisin) dan pembentukan pus (DNase) dan memperbesar digesti jaringan ikat (hialuronidase dan proteinase) Komplikasi supuratif menyebabkan radang lokal (abses peritonsil, retrofaring), perluasan langsung (otitis media, sinusitis), limfadenopati atau bakteremia Sumber: Behrman, et al. 2000. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15, volume 2. Jakarta: EGC 1. Pemeriksaan Foto Polos Lateral Adenoid, adalah pemeriksaan radiologi untuk mengevaluasi ukuran adenoid terhadap ukuran luas nasofaring. • Grade 1: Rasio Adenoid-Nasofaring 0 - 0,52 : tidak ada pembesaran • Grade 2: Rasio Adenoid-Nasofaring 0,52 – 0,72 : pembesaran sedang-non obstruksi • Grade 3: Rasio Adenoid-Nasofaring > 0,72 : pembesaran dengan obstruksi 2. Pembesaran adenoid diklasifikasikan menjadi 4 kategori berdasarkan derajat sumbatan adenoid terhadap jalan udara nasofaring, yaitu: - Ringan (grade 1) : bila sumbatan adenoid < / = 50% dari jalan udara nasofaring - Sedang (grade 2) : bila sumbatan adenoid 50%- 75% dari jalan udara nasofaring - Berat (grade 3) : bila sumbatan adenoid > 75% dari jalan udara nasofaring

Patogenesis Infeksi Streptococcus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

y

Citation preview

Page 1: Patogenesis Infeksi Streptococcus

Patogenesis Infeksi Streptococcus Sesudah terpapar melalui inhalasi atau penelanan, streptococcus melekatkan diri

pada epitel-epitel saluran nafas dengan fibril-fibril permukaan dan asam lipoteikoat dinding sel

Fibril dari streptococcus ini berisi epitop antifagosit protein spesifik-type, yang dengan asam hialuronat kapsul menahan fagositosis dari sel-sel imun

Enzim digestif ekstraseluler mempermudah penyebaran infeksi dengan mengganggu trombosis lokal (streptolisin) dan pembentukan pus (DNase) dan memperbesar digesti jaringan ikat (hialuronidase dan proteinase)

Komplikasi supuratif menyebabkan radang lokal (abses peritonsil, retrofaring), perluasan langsung (otitis media, sinusitis), limfadenopati atau bakteremia

Sumber: Behrman, et al. 2000. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15, volume 2. Jakarta: EGC

1. Pemeriksaan Foto Polos Lateral Adenoid, adalah pemeriksaan radiologi untuk mengevaluasi ukuran adenoid terhadap ukuran luas nasofaring.• Grade 1: Rasio Adenoid-Nasofaring 0 - 0,52 : tidak ada pembesaran • Grade 2: Rasio Adenoid-Nasofaring 0,52 – 0,72 : pembesaran sedang-non obstruksi• Grade 3: Rasio Adenoid-Nasofaring > 0,72 : pembesaran dengan obstruksi

2. Pembesaran adenoid diklasifikasikan menjadi 4 kategori berdasarkan derajat sumbatan adenoid terhadap jalan udara nasofaring, yaitu:- Ringan (grade 1) : bila sumbatan adenoid < / = 50% dari jalan udara nasofaring- Sedang (grade 2) : bila sumbatan adenoid 50%- 75% dari jalan udara nasofaring- Berat (grade 3) : bila sumbatan adenoid > 75% dari jalan udara nasofaring

Adenotonsilitis KronisAdenotonsilitis kronis adalah infeksi yang menetap atau berulang dari tonsil dan adenoid. Definisi adenotonsilitis kronis yang berulang terdapat pada pasien dengan infeksi 6x atau lebih per tahun. Ciri khas dari adenotonsilitis kronis adalah kegagalan dari terapi dengan antibiotik.1. EtiologiPenyebab yang tersering pada adenotonsilitis kronis adalah bakteri Streptococcus ß hemoliticus grupA, selain karena bakteri tonsilitisdapat disebabkan oleh virus. Kadang-kadang tonsillitis dapat disebabkan oleh bakteri seperti spirochaeta, dan Treponema Vincent. 2. Patofisiologi dan PatogenesisAdenoid merupakan kumpulan jaringan limfoid di sepanjang dinding posterior dan nasofaring, fungsi utama dari adenoid adalah sebagai pertahanan tubuh, dalam hal ini apabila terjadi invasi bakteri melalui hidung yang menuju ke nasofaring, maka sering terjadi invasi sistem pertahanannya berupa sel-sel leucosit. Apabila sering terjadi invasi kuman maka adenoid semakin lama akan membesar karena sebagai kompensasi bagian atas maka dapat terjadi hiperplasi adenoid, akibat dari hiperplasi ini akan timbul sumbatan koana dan sumbatan tuba eustachius.Akibat sumbatan tuba Eustachius akan terjadi otitis media akut berulang, otitis media kronik dan akhirnya dapat terjadi otitis media supuratif kronik.

Page 2: Patogenesis Infeksi Streptococcus

Akibat hiperplasia adenoid juga akan menimbulkan gangguan tidur, tidur ngorok, retardasi mental dan pertumbuhan fisik berkurang.(Goltlieb, 2005)Pada tonsillitis kronis karena proses radang yang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripte melebar. Secara klinik kripte tampak diisi oleh detritus, proses ini berjalan terus sampai menembus kapsul dan terjadi perlekatan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris.(Gotlieb, 2005)C. Gejala dan Tanda KlinikGejala adenotonsilitis kronis adalah sering sakit menelan, hidung tersumbat sehingga nafas lewat mulut, tidur sering mendengkur karena nafas lewat mulut sedangkan otot-otot relaksasi sehingga udara menggetarkan dinding saluran nafas dan uvula, sleep apnea symptoms, dan maloklusi. Facies adenoid : mulut selalu membuka, hidung kecil tidak sesuai umur, tampak bodoh, kurang pendengaran karena adenoid terlalu besar menutup torus tubarius sehingga dapat terjadi peradangan menjadi otitis media, rhinorrhea, batuk-batuk, palatal phenamen negatif. Pasien yang datang dengan keluhan sering sakit menelan, sakit leher, dan suara yang berubah, merupakan tanda-tanda terdapat suspek abses peritonsiler.D. Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan radiologi x-foto soft tissue nasofaring radio adenoid, untuk melihat adanya pembesaran pada adenotonsilitis kronis.(Gotlieb, 2005)2. Pemeriksaan ASTO.Pengujian terhadap infeksi Streptococcus beta-hemoliticus telah diketahui bahwa Streptococcus menghasilkan beberapa jenis antigen intra seluler dan ekstra seluler yang dapat merangsang pembentukan anti body dalm darah penderita,misalnya : Streptolysin O yang dibentuk oleh grup A dapat menyebabkan eritrosit melisis,streptokinase yang dapat mengkatalisis perubahan plasminogen menjadi plasmin,enzim-enzim deoksiribonuklease,dan beberapa jenis enzim lain. Diantara antigen-antigen itu yang paling penting adalah Streptolisin O, karena 80%penderita yang terinfeksi dengan Streptococcus hemolitic grup A menunjukkan peningkatan titer anti anti Streptolisin O (ASO,ASTO) dalam darah.(Sudiyono, 2009)E. DiagnosaDiagnosa ditegakkan berdasarkan :1. Tanda dan gejala klinik2. Pemeriksaan Rinoskopi anterior : untuk melihat tertahannya gerakan palatum mole pada waktu fonasi.3. Pemeriksaan Rinoskopi Posterior.4. Pemeriksaan palatal phenomen.5. X-foto Soft Tissue Nasofaring.6. Pemeriksaan ASTO. F. TerapiPada keadaan dimana terdapat adenotonsilitis kronis berulang lebih dari 6 kali per tahun selama dua tahun berturut-turut, maka sangat dianjurkan melakukan operasi adenotonsilektomi dengan cara kuretase.(Gotlieb, 2005)Indikasi adenotonsilektomi :- Fokal infeksi- Keberadaan adenoid dan tonsil sudah mengganggu fungsi-fungsi yang lain, contoh :

Page 3: Patogenesis Infeksi Streptococcus

sakit menelan.G. KomplikasiKomplikasi tindakan adenoidektomi adalah perdarahan bila pengerukan adenoid kurang bersih. Bila terlalu dalam menguretnya akan terjadi kerusakan dinding belakang faring. Bila kuretase terlalu ke lateral maka torus tubarius akan rusak dan dapat mengakibatkan oklusi tuba eustachius dan akan timbul tuli konduktif. Komplikasi adenoiditis kronik adalah : faringitis, bronkitis, sinusitis kronik, otitis media akut berulang, otitis media kronik, dan akhirnya terjadi otitis media supuratif kronik. Sedangkan komplikasi Tonilitis kronik : Rinitis kronis, sinusitis, otitis media secara perkotinuitatum, dan komplikasi secara hematogen atau limfogen (endokarditis, miositis, nefritis, uveitis, iridosiklitis, dermatitis, furunkulosis). Tonsilektomi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang atau kronik.(Gotlieb, 2005)

LimfadenopatiPembesaran kelenjar getah bening dapat dibedakan menjadi lokal atau umum (generalized). Pembesaran kelenjar getah bening umum didefinisikan sebagai pembesaran kelenjar getah bening pada dua atau lebih daerah.Penyebab yang paling sering adalah hasil dari proses infeksi dan infeksi yang biasanya terjadi adalah infeksi oleh virus pada saluran pernapasan bagian atas (rinovirus, virus parainfluenza, influenza, respiratory syncytial virus (RSV), coronavirus, adenovirus atau reovirus). Virus lainnya virus ebstein barr, cytomegalovirus, rubela, rubeola, virus varicella-zooster, herpes simpleks virus, coxsackievirus, human immunodeficiency virus. Bakteri pada peradangan KGB (limfadenitis) dapat disebabkan Streptokokus beta hemolitikus Grup A atau stafilokokus aureus. Bakteri anaerob bila berhubungan dengan caries dentis (gigi berlubang) dan penyakit gusi. Difteri, Hemofilus influenza tipe b jarang menyebabkan hal ini. Bartonella henselae, mikrobakterium atipik dan tuberkulosis dan toksoplasma.Keganasan seperti leukimia, neuroblastoma, rhabdomyosarkoma dan limfoma juga dapat menyebabkan limfadenopati. Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah limfadenopati adalah kawasaki, penyakit kolagen, lupus. Obat-obatan juga menyebabkan limfadenopati umum. Limfadenopati daerah leher perah dilaporkan setelah imunisasi (DPT,polio atau tifoid).Masing-masing penyebab tidak dapat ditentukan hanya dari pembesaran kelenjar getah bening saja, melainkan dari gejala-gejala lainnya yang menyertai pembesaran kelenjar getah bening.

(Anto, 2007. Limfadenopati: Pembesaran Kelenjar Getah Bening)