12
1 ANALISIS PERBANDINGAN KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA RUMPUT LAUT Gracillaria sp. DAN AGAR DESA KUPANG, KECAMATAN JABON, SIDOARJO Sukma Qumain 1 , Agus Dharmawan 2 , Sitoresmi Prabaningtyas 3 Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang e-mail: [email protected] ABSTRAK: Tercemarnya sungai porong menyebabkan area pertambakan Gracillaria sp. di Desa Kupang tercemar logam berat timbal (Pb). Jenis rumput laut ini banyak digunakan sebagai bahan produksi agar. Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan kandungan logam berat timbal (Pb) pada rumput laut Gracillaria sp. dengan rumput laut yang sudah diolah menjadi agar. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif analitis. Hasil analisis kadar logam berat Pb menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry). Berdasarkan hasil analisis statistik uji T satu sampel dengan SPSS menunjukkan nilai signifikasi 0,000 lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 (p<0,05) maka kadar Pb pada rumput laut dan agar dengan batas cemaran Pb pada pangan berbeda nyata. Analisis statistik uji T dua sampel menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,000 (p<0,05) maka kadar Pb pada rumput laut Gracillaria sp. dengan agar sangat berbeda nyata. Rerata kadar Pb rumput laut Gracillaria sp. sebesar 0,725 ppm sudah melebihi batas ambang cemaran logam SNI (0,5 ppm) sehingga tidak layak konsumsi. Setelah rumput laut diolah menjadi agar kadar logam berat timbal (Pb) terjadi penurunan dan didapatkan rerata kadar Pb pada agar sebesar 0,037 ppm berada dibawah batas ambang cemaran logam SNI (0,5 ppm) sehingga layak konsumsi. Kata kunci: Logam Berat Timbal (Pb), Gracillaria sp., Agar, Tambak ABSTRACT: The pollution in the Porong river is causing the aquaculture area of Gracillaria sp. in the village of Kupang has been contaminated by heavy metals lead (Pb). Gracillaria sp. are widely used as production of agar. The research aims to determine differences the level of heavy metals lead (Pb) in seaweed Gracillaria sp. with seaweed that has been processed into Agar. The research carried out by descriptive analytical method. The results of the analysis of levels of heavy metals Pb using AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry). Based on the results of statistical analysis of one sample T test with SPSS shows significant value 0,000 lower than the probability value of 0,05 (p<0,05). The levels of heavy metal Pb in seaweed and agar with Pb’s limit contamination in food significantly different. Statistical analysis of two samples T test showed that the obtained value significancy of 0,000 (p<0,05), the levels of heavy metal Pb in the seaweed Gracillaria sp. with agar were significantly different. The average of Pb level on seaweed Gracillaria sp. reached 0,725 ppm has been exceeding the threshold of hevy metal contamination by SNI (0,5 ppm) so it is not appropriate for human consumption. After the seaweed processed to agar, there was a reduction in levels of heavy metals lead (Pb) and obtained the mean Pb on agar at 0,037 ppm is below the threshold limit metal contamination SNI (0,5 ppm) so it worth for the human consumption. Keywords: Heavy Metals Lead (Pb), Gracillaria sp., Agar, Embankment

(Pb) PADA RUMPUT LAUT Gracillaria sp. DAN AGAR DESA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: (Pb) PADA RUMPUT LAUT Gracillaria sp. DAN AGAR DESA

1

ANALISIS PERBANDINGAN KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL

(Pb) PADA RUMPUT LAUT Gracillaria sp. DAN AGAR DESA KUPANG,

KECAMATAN JABON, SIDOARJO

Sukma Qumain1, Agus Dharmawan

2, Sitoresmi Prabaningtyas

3

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Negeri Malang

e-mail: [email protected]

ABSTRAK: Tercemarnya sungai porong menyebabkan area pertambakan

Gracillaria sp. di Desa Kupang tercemar logam berat timbal (Pb). Jenis rumput laut

ini banyak digunakan sebagai bahan produksi agar. Penelitian bertujuan untuk

mengetahui perbedaan kandungan logam berat timbal (Pb) pada rumput laut

Gracillaria sp. dengan rumput laut yang sudah diolah menjadi agar. Penelitian

dilakukan dengan metode deskriptif analitis. Hasil analisis kadar logam berat Pb

menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry). Berdasarkan hasil

analisis statistik uji T satu sampel dengan SPSS menunjukkan nilai signifikasi 0,000

lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 (p<0,05) maka kadar Pb pada rumput laut dan

agar dengan batas cemaran Pb pada pangan berbeda nyata. Analisis statistik uji T

dua sampel menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,000 (p<0,05)

maka kadar Pb pada rumput laut Gracillaria sp. dengan agar sangat berbeda nyata.

Rerata kadar Pb rumput laut Gracillaria sp. sebesar 0,725 ppm sudah melebihi batas

ambang cemaran logam SNI (0,5 ppm) sehingga tidak layak konsumsi. Setelah

rumput laut diolah menjadi agar kadar logam berat timbal (Pb) terjadi penurunan

dan didapatkan rerata kadar Pb pada agar sebesar 0,037 ppm berada dibawah batas

ambang cemaran logam SNI (0,5 ppm) sehingga layak konsumsi. Kata kunci: Logam Berat Timbal (Pb), Gracillaria sp., Agar, Tambak

ABSTRACT: The pollution in the Porong river is causing the aquaculture area of

Gracillaria sp. in the village of Kupang has been contaminated by heavy metals lead

(Pb). Gracillaria sp. are widely used as production of agar. The research aims to

determine differences the level of heavy metals lead (Pb) in seaweed Gracillaria sp.

with seaweed that has been processed into Agar. The research carried out by

descriptive analytical method. The results of the analysis of levels of heavy metals

Pb using AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry). Based on the results of

statistical analysis of one sample T test with SPSS shows significant value 0,000

lower than the probability value of 0,05 (p<0,05). The levels of heavy metal Pb in

seaweed and agar with Pb’s limit contamination in food significantly different.

Statistical analysis of two samples T test showed that the obtained value significancy

of 0,000 (p<0,05), the levels of heavy metal Pb in the seaweed Gracillaria sp. with

agar were significantly different. The average of Pb level on seaweed Gracillaria sp.

reached 0,725 ppm has been exceeding the threshold of hevy metal contamination

by SNI (0,5 ppm) so it is not appropriate for human consumption. After the seaweed

processed to agar, there was a reduction in levels of heavy metals lead (Pb) and

obtained the mean Pb on agar at 0,037 ppm is below the threshold limit metal

contamination SNI (0,5 ppm) so it worth for the human consumption.

Keywords: Heavy Metals Lead (Pb), Gracillaria sp., Agar, Embankment

Page 2: (Pb) PADA RUMPUT LAUT Gracillaria sp. DAN AGAR DESA

2

PENDAHULUAN

Pencemaran di perairan Sidoarjo akibat buangan limbah industri dan

limbah dari lumpur Lapindo semakin mengkhawatirkan. Salah satu sungai yang

terkena dampak limbah industri dan buangan lumpur Lapindo adalah sungai

Porong, Desa Kupang, Kabupaten Sidoarjo. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Parawita dkk. (2009) menunjukkan sungai porong mengandung logam berat Pb

diatas ambang batas sebesar 0,490 ppm sesuai Keputusan Menteri LH Nomor 51

tahun 2004, ambang batas timbal (Pb) perairan yaitu 0,008 ppm.

Sungai Porong di desa Kupang, Sidoarjo dimanfaatkan oleh petani untuk

mengairi tambak budidaya Gracillaria sp. sebagai bahan produksi agar yang

memiliki peranan penting dalam sektor ekonomi. Budidaya Gracillaria sp.

menggunakan sistem polikultur dengan udang windu (Penaeus monodon Fab.)

dan ikan bandeng (Chanoschanos forskal) (Dharmawan, 2012). Rumput laut

sebagai organisme biota air dapat terkena dampak yang besar dari adanya

pencemaran perairan tempat rumput laut tersebut hidup, khususnya percemaran

dari logam berat Pb. Keberadaan logam berat diperairan dapat menyebabkan

logam berat terserap oleh rumput laut. Menurut Surahman (2007), rumput laut

jenis Gracillaria sp. memiliki kemampuan daya serap terhadap logam berat Pb

mencapai 1,2 ppm. Hasil penelitian Ihsan dkk. (2015) Gracillaria sp. dapat

dijadikan agen bioremediasi karena mampu menyerap kadar Pb dalam air laut.

Konsentrasi Pb 1 ppm dapat mengganggu pertumbuhan Gracillaria sp..

Kemampuan rumput laut dalam menyerap logam berat di perairan dapat

menyebabkan logam berat terakumulasi. Logam berat seperti Pb dalam rumput

laut dapat membahayakan apabila rumput laut tersebut dikonsumsi.

Kondisi di kawasan budidaya Gracillaria sp. sangat memprihatinkan

karena adanya kandungan logam berat dalam sungai porong menimbulkan

persepsi bahwa rumput laut yang diproduksi di area pertambakan Sidoarjo

tercemar logam berat. Hal ini akan mempengaruhi nilai jual atau pemasaran

produksi rumput laut. Dampak penurunan pemasaran tersebut dapat

mengakibatkan turunnya pendapatan masyarakat dan serapan tenaga kerja.

Permasalahan yang terjadi yaitu menurun atau tidaknya kadar kandungan logam

berat sebelum dan sesudah proses produksi menjadi agar. Oleh karena itu, untuk

membandingkan kandungan logam berat rumput laut (Gracillaria sp.) sebagai

bahan baku dan agar, maka dilakukan penelitian yang berjudul,”Analisis

Perbandingan Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) pada Rumput Laut

Gracillaria sp. dan Agar Desa Kupang Kecamatan Jabon Sidoarjo”.

Page 3: (Pb) PADA RUMPUT LAUT Gracillaria sp. DAN AGAR DESA

3

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif analitis mengenai

kadar kandungan logam berat timbal (Pb) pada rumput laut Gracillaria sp. dan

agar.

Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat pengambilan sampel Rumput Laut Gracilaria sp. dilakukan di

Tambak Desa Kupang, Kecamatan Jabon, Sidoarjo. Analisis Logam berat

dilakukan di Laboratorium Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang dan

Laboratorium Kimia FMIPA Universitas Brawijaya. Pembuatan agar

dilaksanakan di Laboratorium Ekologi Biologi FMIPA Universitas Negeri

Malang. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai November 2015.

Objek Penelitian

Objek penelitian yaitu Pb yang terkandung pada Gracillaria sp. yang

diambil di tambak Desa Kupang, Kecamatan Jabon, Sidoarjo. Rumput laut

Gracillaria sp. yang diambil berumur 35-50 hari.

Instrumen Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu kantong plastik, karet gelang,

kertas label, pinset besar, ember, nampan plastik, saringan, gelas ukur, waterbath,

kasa, beaker glass, thermometer, spatula, mortar dan pistil, Atomic Absorption

Spectrophotometry (AAS). Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu rumput

laut gracillaria sp. Segar dan kering, agar, serat, larutan H2SO4 0,1%, larutan

HNO3 2M, aquades.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut.

a) Pengambilan Sampel Rumput Laut Gracillaria sp.

Pencuplikan sampel dilakukan di 5 tambak yang tersebar dari hulu ke arah hilir.

Setiap tambak, diambil sampel rumput laut yang memiliki kualitas bagus

sebanyak 1 kg. Sehingga didapatkan sampel rumput laut seluruhnya sebanyak 5

kg. Selanjutnya semua sampel tersebut di campur sampai homogen. Penentuan

titik sampel pada masing-masing tambak dilakukan secara acak.

Page 4: (Pb) PADA RUMPUT LAUT Gracillaria sp. DAN AGAR DESA

4

Gambar 3.2 Peta lokasi Lumpur Lapindo dan Letak Pengambilan Sampel

(Sumber: Google Eart, 2016)

Gambar 3.3 Tambak Lokasi Penelitian

(Sumber: Google Eart, 2016)

Keterangan: tambak yang diambil tersebar di aliran Sungai Porong (tersebar secara acak, dari hulu

sampai ke hilir)

b) Pembuatan Agar

Tahapan pengolahan rumput laut menjadi agar yaitu rumput laut basah

dicuci kemudian dikeringkan sinar matahari selama 2-3 hari. Rumput laut kering

dilakukan pemotongan dengan ukuran 1-2 cm, kemudian dilakukan pengasaman

dengan direndam H2SO4 0,1% selama 30 menit. Rumput laut dihidrolisis dengan

H2SO4 untuk memecah ikatan polisakarida dan merusak dinding sel rumput laut.

Larutan H2SO4 sangat berbahaya sehingga konsentrasinya 0,1% dan untuk

Sungai Porong

Page 5: (Pb) PADA RUMPUT LAUT Gracillaria sp. DAN AGAR DESA

5

menghilangkan larutan H2SO4 dilakukan perendaman dengan aquades untuk

menetralkan rumput laut dengan pH 6-7. Rumput laut yang direndam dengan

aquades di ekstraksi menggunakan waterbath selama 4 jam dengan suhu 90oC,

kemudian hasil ekstraksi didinginkan lalu disaring dan didapatkan residu dan

filtrat. Pembentukan gel dilakukan dalam suhu ruang dan didinginkan semalam.

Selanjutnya dikeringkan dalam oven dan didapatkan agar (Winarno, 1996).

Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis statistik menggunakan uji t satu sampel

untuk mengetahui perbandingan kadar logam timbal (Pb) pada rumput laut

Gracillaria sp. segar dan kering dengan batas maksimum cemaran logam berat,

kemudian perbandingan kandungan logam berat timbal (Pb) pada agar dan serat

dengan batas maksimum cemaran logam berat. Selanjutnya menggunakan uji t

dua sampel untuk mengetahui perbedaan kandungan logam berat timbal (Pb) pada

rumput laut Gracillaria sp. segar dengan rumput laut Gracillaria sp. kering, agar

dengan serat, rumput laut Gracillaria sp. dengan agar.

Sebelum dianalisis data kandungan logam berat baik rumput laut

Gracillaria sp. segar dan kering, agar, serat dan diuji normalitas menggunakan

Shapiro-Walk dan uji homogenitas menggunakan Levenes. Hasil data yang

diperoleh normal dan homogen kemudian dapat dianalisis statistik uji t satu

sampel dan dua sampel menggunakan software SPSS for windows.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel rumput laut yang diambil dari 5 tambak dilakukan pengujian

logam berat sebanyak 4 kali pengujian. Pengujian logam berat dilakukan

menggunakan alat Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). Rerata hasil

pengujian diuraikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram rerata kadar logam berat Pb rumput laut segar, rumput laut kering,

agar dan serat.

Page 6: (Pb) PADA RUMPUT LAUT Gracillaria sp. DAN AGAR DESA

6

Hasil diagram rerata kadar logam berat Pb menggunakan AAS pada

Gambar 3 menunjukkan bahwa kadar Pb rumput laut baik segar maupun kering

lebih tinggi daripada kadar Pb pada agar dan serat.

Hasil pengukuran logam berat Pb pada rumput laut segar, kering, agar dan

serat tersebut kemudian dianalisis statistik uji t satu sampel yang disajikan pada

Tabel 1. Uji t dua sampel juga dilakukan untuk mengetahui perbedaan kandungan

logam berat timbal (Pb) pada rumput laut segar dengan rumput laut kering

Gracillaria sp., perbandingan kadar logam timbal (Pb) pada agar dengan serat,

dan antara rumput laut Gracilaria sp. dengan agar yang hasilnya disajikan pada

Tabel 2.

Tabel 1. Uji t satu sampel perbandingan kadar logam timbal (Pb) pada rumput laut segar,

rumput laut kering, agar dan serat dengan batas maksimum cemaran logam berat

Test Value = 0.5

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of

the Difference

Lower Upper

Rumput laut

segar 11.702 5 .000 .245000 .19118 .29882

Rumput laut

kering 4.620 5 .006 .225000 .09981 .35019

Agar -50.118 5 .000 -.462100 -.48580 -.43840

Serat -40.328 5 .000 -.351050 -.37343 -.32867

Hasil analisis statistik uji t diketahui rerata kadar logam berat Pb yang

terkandung pada rumput laut segar Gracillaria sp. sebesar 0,7450 ppm dengan

nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 (p<0,05),

maka kadar Pb pada rumput laut segar dengan batas cemaran Pb pada pangan

berbeda nyata. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) batas maksimum

cemaran logam berat Pb pada rumput laut segar sudah melebihi batas maksimum

yaitu 0,5 ppm. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rumput laut segar tidak layak

untuk dikonsumsi.

Kadar logam berat Pb pada rumput laut segar Gracillaria sp. berada diatas

ambang batas maksimum cemaran karena rumput laut dapat mengakumulasi

logam yang terdapat di tambak. Tambak desa Kupang, Kecamatan Jabon,

Sidoarjo mendapat masukan air dari sungai porong yang tercemar logam berat Pb.

Penelitian Parawita dkk. (2009) sungai porong mengandung logam berat Pb

berada jauh di ambang batas dengan nilai konsentrasi timbal yaitu 0,490 ppm.

Menurut Keputusan Menteri LH Nomor 51 tahun 2004, konsentrasi timbal yang

diperbolehkan hanya 0,008 ppm. Kadar logam berat yang terkandung di dalam

rumput laut segar melebihi batas maksimum karena dipengaruhi oleh kandungan

Pb pada air sungai porong.

Page 7: (Pb) PADA RUMPUT LAUT Gracillaria sp. DAN AGAR DESA

7

Logam berat Pb masuk ke dalam Gracillaria sp. karena dipengaruhi oleh

senyawa yang terdapat pada Gracillaria sp. yang mampu menyerap ion logam di

dalam sel. Masuknya unsur logam berat ke dalam tubuh tanaman, mengakibatkan

terjadinya persenyawaan antara logam dengan protein dan polisakarida yang

selanjutnya mampu menembus dinding sel dan masuk ke dalam sitoplasma

(Phillips, 1980). Secara umum, logam asli tidaklah larut dalam air dan terdapat

dalam lingkungan sebagai ion-ion.

Prijambada (2014) menyatakan bahwa senyawa pengkhelat berasal dari

polipeptida yaitu fitokhelatin dan metalothionein. Metalothionein dapat mengikat

logam yang bersifat toksik. Metalothionein merupakan polipeptida yang kaya

sistein yang mempunyai kemampuan mengikat logam. Kemampuan

metalothionein mengikat ion logam berkaitan dengan keberadaan gugus

merkaptida yang dimilikinya.

Sampel rumput laut yang sudah dicuci kemudian direndam air sampai

bersih dan dikeringkan untuk menghilangkan kandungan airnya. Setelah sampel

kering kemudian diuji kadar logam berat. Hasil rerata pengujian didapatkan kadar

Pb yang terkandung pada rumput laut kering 0.725 ppm. Berdasarkan standar

Nasional Indonesia (SNI) batas maksimum cemaran logam berat Pb pada rumput

laut kering melebihi batas maksimum yaitu 0,5 ppm. Menurut hasil analisis

statistik uji t pada rumput laut kering menunjukkan bahwa nilai signifikasi sebesar

0,006 lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 (p<0,05) hal ini menunjukkan kadar

Pb pada rumput laut kering dengan batas cemaran Pb pada pangan berbeda nyata.

Dengan demikian rumput laut kering memiliki kadar logam berat Pb lebih tinggi

dari batas maksimum cemaran logam. Tingginya kadar logam pada rumput laut

kering karena logam berat tidak dapat menguap ketika dijemur dengan sinar

matahari karena suhu yang rendah. Hal ini di dukung oleh pernyataan Palar

(1994) mengungkapkan bahwa logam Pb pada suhu tinggi 500-600oC dapat

menguap dan membentuk oksigen di udara dalam bentuk timbal oksida.

Berdasarkan hasil rerata pengujian menggunakan AAS kadar logam berat

Pb pada agar sebesar 0.037 ppm. Hasil analisis statistik uji t diperoleh nilai

signifikasi sebesar 0,006 (p<0,05), maka kadar Pb pada agar dengan batas

cemaran Pb pada pangan berbeda nyata. Hal tersebut menunjukkan bahwa agar

memiliki kadar logam berat Pb lebih rendah dari pada batas maksimum cemaran

logam berat sebesar 0,5 ppm. Rendahnya kadar logam pada agar menunjukkan

agar layak untuk dikonsumsi.

Pengolahan Gracillaria sp. menjadi agar yang dilakukan dengan cara

pencucian terlebih dahulu kemudian dilakukan pemotongan kecil-kecil dan untuk

lebih memudahkan ekstraksi dinding sel perlu dipecah dengan menambahkan

larutan H2SO4 atau asam sulfat dengan konsentrasi 0,1% selama 30 menit. Oleh

karena asam sulfat ini berbahaya maka diperlukan pencucian dengan cara rumput

laut direndam dalam aquades selama 30 menit supaya netral dengan pengukuran

Page 8: (Pb) PADA RUMPUT LAUT Gracillaria sp. DAN AGAR DESA

8

pH 6-7. Selanjutnya ekstraksi dilakukan menggunakan waterbath dengan suhu

90oC, setelah dilakukan pemanasan selama 4 jam hasil ekstraksi didinginkan

kemudian disaring dan didapatkan filtrat atau agar (Winarno, 1996). Adanya

proses perebusan pada ekstraksi agar tersebut dapat menyebabkan terjadinya

degradasi kandungan polisakarida yang ada di rumput laut Gracillaria sp.,

sehingga agar yang dihasilkan memiliki kandungan polisakarida dengan struktur

yang lebih sederhana yaitu monosakarida (glukosa) (Adini dkk., 2015).

Serat yang dihasilkan dari penyaringan agar juga diuji kadar logam berat

(Pb) menggunakan AAS, didapatkan hasil rerata sebesar 0.149 ppm terlihat bahwa

nilai kadar logam berat Pb pada serat berada dibawah batas maksimum cemaran

logam sebesar 0,5 ppm. Hal ini juga dibuktikan dari nilai signifikasi sebesar 0,000

lebih kecil dari probabilitas sebesar 0,05 maka kadar Pb pada serat dengan batas

cemaran Pb pada pangan berbeda nyata. Hal tersebut menunjukkan bahwa serat

memiliki kadar logam berat timbal (Pb) lebih rendah dari batas maksimum

cemaran logam berat Pb pada pangan. Kadar logam berat Pb yang terdapat dalam

serat masih ada namun sedikit, disebabkan masih adanya zat organik yang

berikatan dengan logam dan tidak terhidrolisis sempurna dengan asam. Hasil

analisis yang berada di bawah batas maksimum menunjukkan bahwa serat masih

layak untuk dikonsumsi sebagai pakan ternak.

Tabel 2. Uji t dua sampel perbandingan kadar logam timbal (Pb) pada rumput laut segar

dengan rumput laut kering Gracillaria sp., perbandingan kadar logam timbal (Pb)

pada agar dengan serat Gracillaria sp., dan perbandingan kadar logam timbal (Pb)

pada rumput laut Gracillaria sp. dengan agar

Paired Differences

t Df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Rumput laut

Segar - kering .020000 .086718 .035402 -.071005 .111005 .565 5 .597

Agar - Serat -.111050 .038793 .015837 -.151761 -.070339 -7.012 5 .001

Rumput laut - Agar .707100 .031415 .012825 .674132 .740068 55.135 5 .000

Hasil analisis statistik uji t antara rumput laut segar dengan rumput laut

kering diperoleh nilai Sig.(2-tailed) sebesar 0,597 > 0,05, maka dapat disimpulkan

bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kadar logam berat Pb rumput

laut segar dengan rumput laut kering. Berdasarkan penelitian Yulianto (2006)

diketahui bahwa Gracillaria sp. memiliki efektivitas yang relatif tinggi dalam

menyerap logam toksik dalam suatu perairan. Mekanisme pemasukan logam Pb

ke dalam thallus adalah melalui dinding sel. Pada dinding sel ini logam Pb diikat

oleh protein dan polisakarida sehingga logam Pb dalam bentuk Pb2+

menjadi

Page 9: (Pb) PADA RUMPUT LAUT Gracillaria sp. DAN AGAR DESA

9

senyawa yang non toksik. Logam Pb dalam bentuk ion bebas Pb2+

berpotensial

menjadi toksik apabila masuk menuju bagian sel yang lebih dalam.

Rumput laut yang diambil dari tambak dan melalui tahapan pembersihan

dengan air masih mengandung logam berat timbal, hal ini karena tidak ada proses

pemecahan pada rumput laut Gracillaria sp. sehingga logam berat masih

berikatan dengan polisakarida yang berada di dalam dinding sel rumput laut.

Pengeringan rumput laut tidak mempengaruhi kandungan logam berat timbal

karena pengeringan dengan cahaya matahari tidak merubah struktur dari rumput

laut. Sehingga senyawa organik yang terdapat didalam rumput laut Gracillaria sp.

kering masih berikatan dengan logam berat timbal (Pb).

Berdasarkan hasil analisis statistik uji t antara agar dengan serat diperoleh

nilai Sig.(2-tailed) sebesar 0,001 < 0,05 hasil analisis tersebut menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan antara kadar logam berat Pb antara agar dan serat.

Kadar serat lebih tinggi dari kadar logam berat timbal pada agar, namun masih

layak konsumsi karena berada dibawah batas maksimum cemaran logam berat Pb

pada pangan.

Gracillaria sp. mengandung protein dan polisakarida. Jenis polisakarida

yang terdapat pada gracillaria adalah selulosa. Ketika proses pembuatan agar

dilakukan hidrolisis dalam larutan H2SO4, terjadi pemisahan antara selulosa yang

berikatan dengan logam berat. Selulosa yang terhidrolisis sempurna akan

menghasilkan monomer selulosa yaitu glukosa (Eshaq dkk., 2011). Pada ekstraksi

agar juga melalui proses perebusan yang dapat merubah struktur rumput laut,

perubahan struktur rumput laut menyebabkan terjadinya degradasi polisakarida.

Hal ini sesuai hasil penelitian Adini dkk. (2015) adanya proses perebusan pada

ekstraksi agar dapat meyebabkan terjadinya degradasi kandungan polisakarida

yang ada dirumput laut Gracillaria sp. sehingga agar yang dihasilkan memiliki

kandungan polisakarida dengan struktur yang sederhana. Sehingga pada agar

kadar logam berat Pb sangat rendah.

Serat memiliki kandungan logam berat sedikit lebih banyak dari agar.

Polisakarida yang terdapat pada serat masih berikatan dengan logam berat timbal

(Pb). Senyawa polisakarida yang diproduksi oleh tanaman mengikat ion logam

pada jaringan tanaman. Penambahan asam dapat membantu membebaskan ion

logam dari senyawa pengikatnya (Ariono, 1996).

Berdasarkan hasil analisis statistik uji t antara rumput laut dengan agar

diperoleh nilai Sig.(2-tailed) sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05,

maka disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar logam

berat timbal rumput laut dan agar Gracillaria sp. Hasil rerata dari pengukuran

AAS rumput laut Gracillaria sp. sebesar 0.725 dibandingkan dengan agar sebesar

0.037 berbeda nyata. Kadar Pb pada agar lebih rendah dari kadar Pb pada rumput

laut Gracillaria sp., pada proses pengolahan terjadi pengurangan kadar Pb. Kadar

logam berat Pb pada agar berada dibawah batas maksimum cemaran logam berat

Pb pada pangan yaitu 0,5ppm sehingga layak dikonsumsi.

Page 10: (Pb) PADA RUMPUT LAUT Gracillaria sp. DAN AGAR DESA

10

Rumput laut yang belum diolah menjadi agar masih memiliki kadar logam

berat timbal yang tinggi. Sedangkan dengan pengolahan bisa memutus ikatan

antara logam berat dengan polisakarida yang membuat kadar logam timbal

menurun. Polisakarida terhidrolisis oleh asam kuat dengan menggunakan

perendaman H2SO4. Penambahan asam sulfat pada pembuatan agar dilakukan

untuk hidrolisis asam, hidrolisis secara kimiawi umumnya menggunakan asam.

Beberapa polisakarida terhidrolisis oleh asam mineral seperti asam sulfat (H2SO4)

(Tjokroadikoesoemo, 1986). Logam Pb yang berikatan dengan polisakarida,

kemudian terlepas ikatannya dan logam Pb2+

berikatan dengan H2SO4

menghasilkan timbal sulfat (PbSO4) dengan melepas ion H2+. Menurut Svehla

(1985) timbal sulfat berupa endapan putih. Timbal sulfat yang dalam proses

pengolahan agar dibuang. Jadi perendaman dengan H2SO4 dapat mengikat logam

berat Pb sehingga menurunkan kadar logam berat pada agar.

Gracillaria sp. mempunyai kemampuan penyerapan logam berat yang

tinggi dikarenakan dinding selnya mengandung polisakarida (Yulianto dkk.,

2006). Akumulasi logam berat terjadi karena polisakarida yang terdapat pada

dinding sel Gracillaria sp. dapat mengikat ion logam berat dan membentuk

senyawa kompleks dengan zat-zat organik yang terdapat dalam tallus (Lobban &

Harrison, 1994).

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa.

1. Kandungan logam berat timbal Pb pada rumput laut Gracillaria sp. segar dan

kering tidak memenuhi syarat konsumsi karena melebihi batas maksimum

cemaran logam berat. Kandungan logam berat timbal (Pb) pada agar dan serat

layak konsumsi karena kurang dari batas maksimum cemaran logam berat.

2. Kandungan logam berat timbal (Pb) pada rumput laut Gracillaria sp. segar

dengan kering tidak berbeda nyata.

3. Kandungan logam berat timbal (Pb) pada agar dengan serat Gracillaria sp.

berbeda nyata.

4. Kandungan logam berat timbal (Pb) pada rumput laut Gracillaria sp. dengan

agar berbeda nyata. Kadar logam berat Pb pada agar lebih kecil dari rumput

laut Gracillaria sp. sehingga ada penurunan kadar logam timbal (Pb) dari

rumput laut, diolah menjadi agar.

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disarankan.

1. Perlu adanya penanganan masalah pencemaran logam berat timbal (Pb) yang

ada di aliran sungai porong dan di kawasan tambak Gracillaria sp. Desa

Kupang, Kecamatan Jabon, Sidoarjo.

Page 11: (Pb) PADA RUMPUT LAUT Gracillaria sp. DAN AGAR DESA

11

2. Perlu dilakukan penelitian kandungan logam berat Pb pada Gracillaria sp. dan

agar dengan pengambilan sampel di bedakan per tambak.

3. Perlu dilakukan pengukuran kandungan logam berat lainnya pada Gracillaria

sp. dan agar yang dibudidayakan di Desa Kupang, Kecamatan Jabon, Sidoarjo.

DAFTAR RUJUKAN

Adini, S., Kusdiyantini, E.,& Budiharjo, A. 2015. Produksi Bioetanol dari

Rumput Laut dan Limbah Agar Gracilaria sp. dengan Metode Sakarifikasi

yang Berbeda. BIOMA. 16 (2): 65-75.

Ariono, David. 1996. Bioremidiation of Heavy Metal in Aquatic Environment by

Using Microbe. Biota. 1(2): 23-27

Dharmawan, A. 2012. Kajian Potensi Rumput Laut di Jawa Timur. FMIPA

Universitas Negeri Malang kerjasama dengan Balitbang Provinsi Jawa

Timur: Tidak diterbitkan.

Eshaq, F.S., Mir, N.A. & Mahzharuddin, K.M. 2011. Production of Bioethanol

from next generation feed-stock alga Spirpgyra species. International

Journal of Engineering Science and Technology. 3 (2): 1749-1755.

Google Eart. 2016. Peta Lokasi Tambak Rumput Laut Gracillaria sp. Sidoarjo.

(Online) diakses pada tanggal 7 Desember 2015.

Ihsan, Y.N., Aprodita, A., Rustikawati, Ike. & Pribadi, T.D. 2015. Kemampuan

Gracilaria sp. Sebagai Agen Bioremediasi dalam Menyerap Logam Berat

Pb. Jurnal Kelautan. 1 (8): 10-18.

Lobban, CS., & Harrison, P.J. 1994. Sea Weed Ecology and Physiology.

Cambridge University Press. P 259-266.

Palar, Heryanto. 2004. Pencemaran dan Teknologi Logam Berat. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Parawita, D., Insafitri,. & Nugraha, A. W. 2009. Analisis Konsentrasi Logam

Berat Timbal (Pb) di Muara Sungai Porong. Jurnal Kelautan. 2(2): 1907-

9931.

Phillips, D.J.H. 1980. Quantitave aquatic biological indicator and their use

monitoring trace metal and organo chlorine pollution. Applied Science

Publisher, Ltd. 66 p.

Prijambada, I.D. 2014. Peran Mikroorganisme Dalam Penyerapan Logam Oleh

Tanaman. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar. Jogjakarta. UGM.

SNI-01-7387-2009. 2009. Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam

Pangan. Bandung: Dewan Standarisasi BPOM.

Surahman. 2007. Analisis Tingkat Perubahan Penggunaan Lahan Wilayah Pesisir

Kota Ternate. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Svehla, G, 1985. Analisis Anorganik Kualitatif. Jakarta: PT Kalman Media

Pusaka, Bagian I.

Page 12: (Pb) PADA RUMPUT LAUT Gracillaria sp. DAN AGAR DESA

12

Tjokroadikoesoemo, P. 1986. HFS dan Industri Ubi Kayu Lainnya. Jakarta:

Gramedia.

Winarno, FG. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan.

Yulianto, B., Ario, R., & Triono, A., 2006. Daya Serap Rumput Laut Gracillaria

sp. terhadap Logam Berat Tembaga (Cu) Sebagai Biofilter. Jurnal

Kelautan. 11 (2): 72-78.