29
Nama : Dema Aulia Fathurrahman NPM : 1102012053 Li 1. MM anatomi mata Makro Mikro Li 2. MM fisiologi Penglihatan Li 3. MM Konjungtifitis Definisi Etiologi Epidemiologi Klasifikasi Patofisiologi Manifestasiklinis Diagnosis dan Diagnosis Banding Tatalaksana Komplikasi Pencegahan Prognosis Li 4. MM cara menjaga dan memelihara kesehatan mata menurut prespektif islam

PBL 1 - Panca Indra

Embed Size (px)

DESCRIPTION

panca indra 1

Citation preview

Nama : Dema Aulia Fathurrahman

NPM : 1102012053

Li 1. MM anatomi mata

Makro

Mikro

Li 2. MM fisiologi Penglihatan

Li 3. MM Konjungtifitis

Definisi

Etiologi

Epidemiologi

Klasifikasi

Patofisiologi

Manifestasiklinis

Diagnosis dan Diagnosis Banding

Tatalaksana

Komplikasi

Pencegahan

Prognosis

Li 4. MM cara menjaga dan memelihara kesehatan mata menurut prespektif islam

Li 1. MM anatomi mata

1.1 Anatomi Makroskopis

Perdarahan

Mata mendapat pasokan darah dari arteri oftalmika (cabang dari arteri karotis interna) melalui arteri retina, arteri siliaris, dan arteri muskularis. Sirkulasi konjungtiva beranastomosis di anterior dengan cabang-cabang dari arteri karotis eksterna.

Saraf optik anterior mendapat pasokan darah dari cabang-cabang dari arteri siliaris. Retina mendapat pasokan darah dari cabang arteriol dari arteri retina sentral. Fovea sangat tipis sehingga tidak membutuhkan pasokan dari sirkulasi retina. Fovea mendapat darah secara tidak langsung, seperti juga lapisan luar retina, oleh difusi oksigen dan metabolit dari koroid melewati epitel pigmen retina.

Persarafan

Nervus III

Saraf ini memasuki sinus kavernosus pada dinding lateral dan memasuki orbita melalui fissura orbita superior. Nukleusnya terletak di tengah.

Nervus IV

Saraf keempat memasuki orbita melalui fissura orbita superior. Nukleusnya terletak di otak tengah.

Nervus VI

Saraf ini memasuki orbita melalui fissura orbita superior. Nukleusnya terletak di pons.

Media Refraksi

Yang termasuk media refraksi antara lain kornea, pupil, lensa, dan vitreous. Media refraksi targetnya di retina sentral (macula). Gangguan media refraksi menyebabkan visus turun (baik mendadak aupun perlahan).

Bagian berpigmen pada mata: uvea bagian iris, warna yang tampak tergantung pada pigmen melanin di lapisan anterior iris.

-banyak pigmen = coklat.

-sedikit pigmen = biru.

-tidak ada pigmen= merah / pada albino.

Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous (badan kaca), dan panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjang bola mata sedemikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.

Kornea

Kornea (Latin cornum=seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya. Kornea merupakan lapisan jaringan yang menutupi bola mata sebelah depan dan terdiri atas 5 lapis, yaitu:

1. Epitel

Tebalnya 50 m, terdiri atas 5 lapis selepitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.

Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, eliktrolit, dan glukosa yang merupakan barrier.

Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.

Epitel berasal dari ektoderm permukaan

2. Membran Bowman

Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.

Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.

3. Stroma

Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sadangkan dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

4. Membran Descement

Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya.

Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 m.

5. Endotel

Berasal dari mesotelium, berlapis satu,bentuk heksagonal, besar 20-40 m. Endotel melekat pada membran descement melalui hemi desmosom dan zonula okluden.

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf V. saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Boeman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi samapai kepada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.

Trauma atau panyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel terganggu sehingga dekompresi endotel dan terjadi edema kornea. Endotel tidak mempunya daya regenerasi. Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.

Aqueous Humor (Cairan Mata)

Aqueous humor mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan lensa, keduanya tidak memiliki pasokan darah. Adanya pembuluh darah di kedua struktur ini akan mengganggu lewatnya cahaya ke fotoreseptor. Aqueous humor dibentuk dengan kecepatan 5 ml/hari oleh jaringan kapiler di dalam korpus siliaris, turunan khusus lapisan koroid di sebelah anterior. Cairan ini mengalir ke suatu saluran di tepi kornea dan akhirnya masuk ke darah.

Jika aqueous humor tidak dikeluarkan sama cepatnya dengan pembentukannya (sebagai contoh, karena sumbatan pada saluran keluar), kelebihan cairan akan tertimbun di rongga anterior dan menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler (di dalam mata). Keadaan ini dikenal sebagai glaukoma. Kelebihan aqueous humor akan mendorong lensa ke belakang ke dalam vitreous humor, yang kemudian terdorong menekan lapisan saraf dalam retina. Penekanan ini menyebabkan kerusakan retina dan saraf optikus yang dapat menimbulkan kebutaan jika tidak diatasi.

Lensa

Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam bola mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris dan terdiri dari zat tembus cahaya (transparan) berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi.

Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedangkan dibelakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada badan siliar.

Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu:

Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembun,

Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan,

Terletak di tempatnya, yaitu berada antara posterior chamber dan vitreous body dan berada di sumbu mata.

Keadaan patologik lensa ini dapat berupa:

Tidak kenyal pada orang dewasa yang mengakibatkan presbiopia,

Keruh atau apa yang disebut katarak,

Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi

Lensa orang dewasa dalam perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah besar dan berat.

Badan Vitreous (Badan Kaca)

Badan vitreous menempati daerah mata di balakang lensa. Struktur ini merupakan gel transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen, dan molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous mengandung sangat sedikit sel yang menyintesis kolagen dan asam hialuronat (Luiz Carlos Junqueira, 2003). Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Kebeningan badan vitreous disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhanbadan vitreous akan memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftalmoskopi. Vitreous humor penting untuk mempertahankan bentuk bola mata yang sferis.

Panjang Bola Mata

Panjang bola mata menentukan keseimbangan dalam pembiasan. Panjang bola mata seseorang dapat berbeda-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh karena kornea (mendatar atau cembung) atau adanya perubahan panjang (lebih panjang atau lebih pendek) bola mata, maka sinar normal tidak dapat terfokus pada mekula. Keadaan ini disebut sebagai ametropia yang dapat berupa miopia, hipermetropia, atau astigmatisma.

Lapisan Mata

Lapisan mata dari luar ke dalam adalah: (1) tunika fibrosa, terdiri dari sklera di bagian belakang dan kornea di bagian depan; (2) tunika vascular berpigmen, di bagian belakang terdapat koroid, dan di bagian depan terdapat badan siliaris dan iris; dan (3) tunika nervosa, retina.

Tunika fibrosa (tunica fibrosa oculi)

Sklera dan kornea membentuk tunika fibrosa bola mata; sklera berada di lima perenam bagian posterior dan opak; kornea membentuk seperenam bagian anterior dan transparan.

Sklera memiliki densitas yang tinggi dan sangat keras, merupakan membran solid yang berfungsi mempertahankan bentuk bola mata. Sklera lebih tebal di bagian belakang daripada di depan; ketebalan di bagian belakang 1 mm. Permukaan eksternal sklera berwarna putiih, dan menempel pada permukaan dalamfascia bulbi; bagian anterior sklera dilapisi membran konjungtiva bulbi.

Di bagian depan, sklera berhubungan langsung dengan kornea, garis persatuannya dinamakansclero-corneal junctionatau limbus. Pada bagian dalam sklera dekat denganjunctionterdapat kanal sirkular,sinus venosus sclera(canal of Schlemm). Pada potongan meridional dari bagian ini, sinus tampak seperti cekungan (cleft), dinding luarnya terdiri dari jaringan solid sklera dan dinding dalamnya dibentuk oleh massa triangular jaringan trabekular.

Aqueous humordireasorbsi menuju sinus skleral oleh jalurpectinate villiyang analog dengan struktur dan fungsiarachnoid villipada meninges serebral menuju pleksus vena sklera.

Kornea merupakan bagian proyeksi transparan dari tunika eksternal, dan membentuk seperenam permukaan anterior bola mata. Kornea berbentuk konveks di bagian anterior dan seperti kubah di depan sklera. Derajat kelengkungannya berbeda pada setiap individu.

Tunika vaskular (tunica vasculosa oculi)

Tunika vaskular mata terdiri dari koroid di bagian belakang, badan siliaris serta iris di bagian depan. Koroid berada di lima perenam bagian posterior bola mata, dan memanjang sepanjang ora serrata. Badan siliaris menghubungkan koroid dengan lingkaran iris. Iris adalah diafragma sirkular di belakang kornea, dan tampak di sekeliling pusat, apertura bundar, pupil.

Koroid merupakan membran tipis, vaskular, warna coklat tua atau muda. Di bagian belakang ditembus oleh nervus optikus. Lapisan ini lebih tebal di bagian belakang daripada di bagian depan. Salah satu fungsi koroid adalah memberikan nutrisi untuk retina serta menyalurkan pembuluh darah dan saraf menuju badan siliaris dan iris.

Badan siliaris (corpus ciliare) merupakan terusan koroid ke anterior yang terdapat processus ciliaris serta musculus ciliaris. Iris dinamakan berdasarkan warnanya yang beragam pada individu berbeda. Iris adalah lempeng (disk) kontraktil, tipis, sirkular, berada diaqueous humorantara kornea dan lensa, dan berlubang di tengah yang disebut pupil. Di bagian perifernya, iris menempel dengan badan siliaris, dan juga terkait dengan; permukaannya rata, bagian anterior menghadap ke kornea, bagian posterior menghadap prosesus siliaris dan lensa.

Iris membagi ruangan antara lensa dan kornea sebagai ruang anterior dan posterior. Ruang anterior mata dibentuk di bagian depan oleh permukaan posterior kornea; di bagian belakang oleh permukaan anterior iris dan bagian tengah lensa. Ruang posterior adalah celah sempit di belakang bagian perifer iris, dan di depan ligamen suspensori lensa dan prosesus siliaris.

Tunika nervosa (Tunica interna)

Retina adalah membran nervosa penting, dimana gambaran objek eksternal ditangkap. Permukaan luarnya berkontak dengan koroid; permukaan dalamnya dengan membran hialoid badan vitreous. Di belakang, retina berlanjut sebagai nervus optikus; retina semakin tipis di bagian depan, dan memanjang hingga badan siliaris, dimana ujungnya berupa cekungan, ora serrata. Disini jaringan saraf retina berakhir, tetapi pemanjangan tipis membran masih memanjang hingga di belakang prosesus siliaris dan iris, membentukpars ciliaris retinadanpars iridica retina.

Tepat di bagian tengah di bagian posterior retina, pada titik dimana gambaran visual paling bagus ditangkap, berupa area oval kekuningan, makula lutea; pada makula terdapat depresi sentral, fovea sentralis. Fovea sentralis retina sangat tipis, dan warna gelap koroid dapat terlihat. Sekitar 3 mm ke arah nasal dari makula lutea terdapat pintu masuk nervus optikus (optic disk), arteri sentralis retina menembus bagian tengah discus. Bagian ini satu-satunya permukaan retina yang insensitive terhadap cahaya, dan dinamakan blind spot. (Snell, 1997)

1.2 Anatomi Mikroskopis

Dinding Bola Mata

A. Tunika Fibrosa

1. Cornea (5 lapisan)

2. Sclera

3. Limbus

B. Tunika Vasculosa (uvea)

1. Choroid

2. Corpus/ Processus cilliaris

3. Iris

C. Tunia Interna (Retina)

Li 2. MM fisiologi Penglihatan

1.1. Penglihatan dan lakrimasi

Cahaya masuk ke bagian mata yg bernama pupil. Ukuran pupil disesuakan dengan kontraksi dari iris yaitu m. constrictor pupillae yg menyebabkan pupil mengecil dan dipengaruhi oleh saraf parasimpatis dan m. dilator pupillae yg menyebabkan pupil membesar dan dipersarafi oleh simpatis.

Lalu cahaya dibiaskan melalu media refraksi yang terdiri dari kornea dan lensa, bentuk kornea itu sendiri berbentuk konveks (cembung) berfungsi agar cahaya dapat di belokkan pada titik focus, setelah melewati kornea cahaya lalu diteruskan oleh lensa. Yg juga berbentuk konveks sehingga cahaya dapat jatuh pada titik focus di retina. Lensa sendiri diatur oleh m.ciliaris yg disambungkan oleh zonula zinii. Bila m.ciliaris berkontraksi maka pupil maka zonula zinii melemas sehingga membuat lensa semakin cembung dan berfungsi untuk melihat dari jarak dekat (akomodasi). Sebaliknya bila m.ciliaris melemas maka zonula zinii akan menarik lensa sehingga lensa menjadi semakin pipih dan berfungsi untuk melihat jarak jauh. Semua otot tersebut masing masing dipersarafi oleh parasimpatis dan simpatis.

Berkas-berkas cahaya dari separuh kiri lapangan pandang jatuh di separuh kanan retina kedua mata. Demikian sebaliknya, berkas-berkas cahaya dari separuh kanan lapangan pandang jatuh di separuh kiri retina kedua mata. Tiap-tiap saraf optikus keluar dari retina membawa informasi dari kedua belahan retina yang dipersarafi. Informasi ini dipisahkan sewaktu kedua saraf optikus tersebut bertemu di kiasma optikus. Di dalam kiasma optikus, serat-serat dari separuh medial kedua retina bersilangan ke sisi yang berlawanan, tetapi serat-serat yang dari separuh lateral tetap di sisi yang sama. Berkas-berkas serat yang telah direorganisasi dan meninggalkan kiasma optikus dikenal sebagai traktus optikus. Tiap-tiap traktus optikus membawa informasi dari separuh lateral salah satu retina dan separuh medial retina yang lain. Dengan demikian, persilangan parsial ini menyatukan serat-serat dari kedua mata yang yang membawa informasi dari separuh lapangan pandang yang sama. Tiap-tiap traktus optikus menyampaikan ke belahan otak di sisi yang sama informasi mengenai separuh lapangan pandang dari sisi yang berlawanan. Perhentian pertama di otak untuk informasi dalam jalur penglihatan adalah nukleus genikulatus lateralis di thalamus. Di korpus atau nucleus genikulatum, serat-serat dari bagian nasal retina dan temporal retina yang lain bersinaps di sel-sel yang axonnya membentuk traktus genikulokalkarina. Traktus ini menuju ke lobus oksipitalis korteks serebrum (area Brodmann 17).

Setelah cahaya di refraksikan maka cahaya akan mencapai retina yg terdapat sel-sel fotoreseptor yaitu sel batang dan sel kerucut. Sifat dari sel sel ini ialah bila sel batang maka sel ini peka terhadap gelap, kepekaan tinggi dan ketajaman rendah. Bila sel kerucut peka terhadap sinar dan warna , ketajaman penglihatan tinggi, digunakan pada saat siang hari. Terjadi beberapa proses pada otak (Sherwood, 1996):

Gelap

konsentrasi GMP-siklik meningkat

Konsentrasi Na meningkat

Depolarisasi membrane

Pengeluaran zat inhibitor

Neuron bipolar dihambat

Tidak adanya melihat pada korteks penglihatan di otak

Tidak ada ekspresi melihat

Cahaya/terang

Fotopigmen terjadi disosiasi dari retinen dan opsin

Konsentrasi Na tinggi

Penurunan GMP-siklik

Penutupan kanal Ca

Menutupnya canal Ca

Pengeluaran zat inbihitor dihambat

Terjadi eksitasi neuron bipolar

Perambatan potensial aksi ke korteks penglihatan di otak

Adanya ekspresi melihat

1.2. Mekanisme mata terhadap infeksi

Fisiologi Lakrimasi

Glandula lacrimalis terletak pada tepi supero-lateral orbita. Saluran-salurannya bermuara ke dalam bagian lateral fornix superior di conjunctiva. Persarafan: serabut-serabut sekremotorik dari nukleus salivatorius superior melalui ganglion geniculi, n. petrosus superficialis major, ganglion pterygopalatinum, ramus zygomatico-temporalis, n. maxillaris, selanjutnya melalui nn.lacrimales.

Sirkulasi air mata:

1. glandula lacrimalis.

2. lacus lacrimalis.

3. meluas di atas cornea.

4. punctum lacrimalis di tepi medial.

5. canalis lacrimalis.

6. saccus lacrimalis.

7. ductus nasolacrimalis.

8. meatus nasi inferior di dinding lateral cavum nasi.

Proses lakrimasi merupakan mekanisme fisiologis yang berguna untuk membantu melindungimata kita dari cedera. Kedipan kelopak mata secara spontan berulang-ulang membantu menyebarkan air mata yang melumasi, membersihkan, dan bersifat bakterisidal (membunuh kuman-kuman). Air mata diproduksi secara terus-menerus oleh kelenjar lakrimalis di sudut lateral atas di bawah kelopak mata. Cairan Pembasuhmata ini mengalir melalui permukaan kornea dan bermuara ke dalam saluran halus di sudut kedua mata, dan akhirnya dikosongkan ke belakang saluran hidung. Sistem drainase ini tidak dapat menangani produksi air mata yangberlebihan sewaktu menangis, sehingga airmata membanjiri mata.

Glandula lacrimalis terdiri atas pars orbitalis yang besar dan pars palpebralis yang kecil. Keduanya saling berhubungan pada ujung lateral m. levator palpebrae superioris. Glandula ini terletak diatas bola mata, di bagiananterior dan superior orbita, posterior terhadap septumorbitale. Kira-kira 12 duktus keluar dari permukaan bawah kelenjar dan bermuara pada bagianlateral fornix superior konjungtiva. Persarafan Glandula lacrimalis; saraf sekremotorik parasimpatis berasal dari nucleuslacrimalis n. facialis. Serabut-serabutpreganglionik mencapai ganglion pterygopalatinum (sphenopalatinum) melalui n.intermediusdan ramus petrosus magnus serta n.canalis pterygoidei. Serabut-serabut postganglionik meninggalkan ganglion dan bergabung dengan n.maxillaris. Kemudian serabut ini berjalan didalam ramus zygomaticum serta n.zygomaticotemporalis, dan mencapai glandula lacrimalis melalui n.lacrimalis.

Serabut postganglionik simpatis berjalan didalam plexus carotis internus, n.petrosus profundus,n.canalis pterygoidei, n.maxillaris, n.zygomaticus, n.zygomaticotemporalis, dan akhirnyan.lakrimalis. Air mata membasahi cornea danberkumpul didalam lacus lacrimalis. Dari sini, air mata masukke canaliculi lacrimales melalui puncta lacrimalia. Canaliculi lacrimales berjalan ke medialdanbermuara ke dalam saccus lacrimalis, yang terletak didalamalur lacrimalis di belakang ligamentum palpebra mediale dan merupakan ujung atas yang buntu dari ductus nasolacrimalis. Ductus nasolacrimalis panjangnya lebih kurang 0,5 inchi/1,3 cm dan keluar dari ujung bawah saccus lacrimalis. Ductus berjalan kebawah, belakangdan lateral di dalam canalis osseosa danbermuara kedalam meatus nasi inferior. Muara ini dilindungi oleh lipatan membrana mucosa yang dikenal sebagai plica lacrimalis. Lipatan ini mancegah udara masuk melalui ductus ke dalam saccus lacrimalis pada waktu membuang sekret hidung (ingus).

Li 3. MM Konjungtifitis

Definisi

Konjungtivitis Bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri. Pada konjungtivitis ini biasanya pasien datang dengan keluhan mata merah, sekret pada mata dan iritasi mata (James, 2005).

Etiologi

Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti

a. infeksi oleh virus atau bakteri

b. reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.

c. iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet dari las listrik atau sinar matahari yang dipantulkan oleh salju.

d. pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa menyebabkan konjungtivitis.

Kadang konjungtivitis bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-

tahun. Konjungtivitis semacam ini bisa disebabkan oleh:

a. entropion atau ektropion.

b. kelainan saluran air mata.

c. kepekaan terhadap bahan kimia.

d. pemaparan oleh iritan

e. infeksi oleh bakteri tertentu (terutama klamidia) (Medicastore, 2009).

Frekuensi kemunculannya pada anak meningkat bila si kecil mengalami gejala alergi lainnya seperti demam. Pencetus alergi konjungtivitis meliputi rumput, serbuk bunga, hewan dan debu (Effendi, 2008).

Substansi lain yang dapat mengiritasi mata dan menyebabkan timbulnya konjungtivitis yaitu bahan kimia (seperti klorin dan sabun) dan polutan udara (seperti asap dan cairan fumigasi) (Effendi, 2008).

Epidemiologi

Di Indonesia penyakit ini masih banyak terdapat dan paling sering dihubungkan dengan penyakit tuberkulosis paru. Penderita lebih banyak pada anak-anak dengan gizi kurang atau sering mendapat radang saluran napas, serta dengan kondisi lingkungan yang tidak higiene. Pada orang dewasa juga dapat dijumpai tetapi lebih jarang.

Meskipun sering dihubungkan dengan penyakit tuberkulosis paru, tapi tidak jarang penyakit paru tersebut tidak dijumpai pada penderita dengan konjungtivitis flikten. Penyakit lain yang dihubungkan dengan konjungtivitis flikten adalah helmintiasis. Di Indonesia umumnya, terutama anak-anak menderita helmintiasis, sehingga hubungannya dengan konjungtivitis flikten menjadi tidak jelas (Alamsyah, 2007).

Klasifikasi

a. Konjungtivitis akut bakterial :

Adalah bentuk konjungtivitis murni dan biasanya disebabkan oleh staphylococ, pneumococ, gonococ, haemifillus aegypti, pseudomonas, dan basil morax axenfeld.

1. Konjungtivitis blenore

Merupakan konjungtivitis pada bayi yang baru lahir. Dengan penyebabnya gonococ atau suatu chlamydia. Dengan masa inkubasi 3-6 hari.

2. Konjungtivitis gonore

Penyakit ini pada orang dewasa disebabkan oleh auto infeksi pada penderita uretriris atau servisitis gonore. Pada orang dewasa terdapat 3 stadium :

1) Infiltratif

2) Purulen

3) Penyembuhan

3. Konjungtivitis difteri

Radang konjungtiva ini disebabkan bakteri difteri yang memberikan gambaran yang khas berupa terbentuknya membran pada konjungtiva tarsal. Pengobatan konjungtivitis difteri adalah dengan memberi penisillin disertai dengan antitoksin difteri.

4. Konjungtivitis folikular

Kelainan ini merupakan konjungtivitis yang disertai dengan pembentukan folikel pada konjungtiva. Konjungtivitis folikular merupakan konjungtivitis yang sering ditemukan pada anak-anak, tetapi tidak ditemukan pada bayi.

Konjungtivitis folikular dapat terjadi akibat infeksi bakteri, virus, dan rangsangan bahan kimia. Penyakit ini dapat berjalan akut maupun kronis.

5. Konjungtivitis kataral

Merupakan penyakit dengan gejala utama berupa banyaknya secret berlendir pada mukosa konjungtiva. Pengobatannya adalah dengan memberikan antibiotik dan membersihkan secret mata.

3.1 Konjungtivitis akut viral

Konjungtivitis akibat virus sering ditemukan dan biasanya disebabkan adrenovirus atau suatu infeksi herpes simplek.

1. Keratokonjungtivitis epidemik

Merupakan radang yang berjalan akut disebabkan oleh adrenovirus. Penularan biasanya terjadi melalui kolam renang selain akibat wabah. Masa inkubasi 5-10hari. Pengobatan yang biasanya diberikan adalah obat sulfa topikal dan dapat diberikan bersama dengan steroid.

2. Demam faringokonjungtiva

Konjungtivitis disertai dengan demam dan sakit pada tenggorokan. Penularan biasanya terjadi di kolam renang. Gejala yang ditemukan berupa rasa sakit di mata seperti adanya benda asing, terdapatnya folikel pada konjungtiva disertai keratitis sub epitel yang ringan.

3. Keratokonjungtivitis herpetik

Kelainan ini biasanya ditemukan pada anak dibawah usia 2 tahun yang disebabkan oleh herpes simplek tipe 1.

4. Konjungtivitis new castle

Merupakan bentuk konjungtivitis yang ditemukan pada peternak unggas disebabkan oleh virus new castle. Masa inkubasi 1-2hari mulai dengan perasaan benda asing, silau, dan berair pada mata. Kelopak mata membengkak, konjungtiva tarsal hiperemik dan terdapat folikel, kadang-kadang disertai perdarahan kecil.

5. Konjungtivitis hemoragik akut

Kelainan ini merupakan konjungtivitis folikular akut dengan gejala khusus karena terjadinya perdarahan yang disebabkan oleh enterovirus 70. Masa inkubasi 1-2 hari. Penyakit ini sangat menular dan penularan melalui secret ke orang lain.

3.2 Konjungtivitis jamur

Infeksi jamur pada konjungtiva jarang terjadi, sedangkan 50% infeksi jamur yang terjadi tidak memperlihatkan gejala.

3.3 Konjungtivitis alergik :

Reaksi alergi dan hipersensitif pada konjungtiva akan memberikan keluhan pada pasien berupa mata gatal, panas dan mata merah.

1. Konjungtivitis vernal

Merupakan konjungtivitis kronik, rekulerateral, bilateral, atopi yang memberikan secret mucus dapat mengandung eosinofil dan merupakan reaksi hipersnsitifitas tipe 1. Biasanya diderita pada pasien usia dewasa muda, yang lebih sering mengenai laki-laki terutama di musim panas.

2. Konjungtivitis flikten

Suatu peradangan konjungtiva yang disebabkan oleh reaksi alergi. Pengobatan yang diberikan kortikosteroid lokal dan mengatasi sumber infeksi.

3.4 Konjungtivitis kronis

3.5 Trakoma merupakan konjungtivitis folikuler kronis yang disebabkan oleh clamydia trachomatis. Penyakit ini terutama mengenai anak-anak walaupun dapat mengenai semua umur. Cara penularan trakoma adalah melalui kontak langsung dengan secret penderita atau melalui handuk, saputangan, atau alat-alat kebutuhan sehari-hari. Masa inkubasi kuman 5-14 hari.

Patofisiologi

Perjalanan penyakit pada orang dewasa secara umum, terdiri atas 3 stadium :

1. Stadium Infiltratif.

Berlangsung 3 4 hari, dimana palpebra bengkak, hiperemi, tegang, blefarospasme, disertai rasa sakit. Pada konjungtiva bulbi terdapat injeksi konjungtiva yang lembab, kemotik dan menebal, sekret serous, kadang-kadang berdarah. Kelenjar preauikuler membesar, mungkin disertai demam. Pada orang dewasa selaput konjungtiva lebih bengkak dan lebih menonjol dengan gambaran hipertrofi papilar yang besar. Gambaran ini adalah gambaran spesifik gonore dewasa. Pada umumnya kelainan ini menyerang satu mata terlebih dahulu dan biasanya kelainan ini pada laki-laki didahului pada mata kanannya.

2. Stadium Supurativa/Purulenta.

Berlangsung 2 3 minggu, berjalan tak begitu hebat lagi, palpebra masih bengkak, hiperemis, tetapi tidak begitu tegang dan masih terdapat blefarospasme. Sekret yang kental campur darah keluar terus-menerus. Pada bayi biasanya mengenai kedua mata dengan sekret kuning kental, terdapat pseudomembran yang merupakan kondensasi fibrin pada permukaan konjungtiva. Kalau palpebra dibuka, yang khas adalah sekret akan keluar dengan mendadak (memancar muncrat), oleh karenanya harus hati-hati bila membuka palpebra, jangan sampai sekret mengenai mata pemeriksa.

3. Stadium Konvalesen (penyembuhan). hipertrofi papil

Berlangsung 2 3 minggu, berjalan tak begitu hebat lagi, palpebra sedikit bengkak, konjungtiva palpebra hiperemi, tidak infiltratif. Pada konjungtiva bulbi injeksi konjungtiva masih nyata, tidak kemotik, sekret jauh berkurang. Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi pada saat berada pada jalan kelahiran, sehingga pada bayi penyakit ini ditularkan oleh ibu yang sedang menderita penyakit tersebut. Pada orang dewasa penyakit ini didapatkan dari penularan penyakit kelamin sendiri. Pada neonatus, penyakit ini menimbulkan sekret purulen padat dengan masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari, disertai perdarahan sub konjungtiva dan konjungtiva kemotik.Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi menyebabkan kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan membuka sempurna, karena mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi menyebabkan konjungtivitis. Pelebaran pembuluh darah disebabkan karena adanya peradangan ditandai dengan konjungtiva dan sclera yang merah, edema, rasa nyeri, dan adanya secret mukopurulent. Akibat jangka panjang dari konjungtivitis yang dapat bersifat kronis yaitu mikroorganisme, bahan allergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air mata sehingga fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan hipersekresi. Pada konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran cairan berlebihan akan meningkatkan tekanan intra okuler yang lama kelamaan menyebabkan saluran air mata atau kanal schlemm tersumbat. Aliran air mata yang terganggu akan menyebabkan iskemia syaraf optik dan terjadi ulkus kornea yang dapat menyebabkan kebutaan. Kelainan lapang pandang yang disebabkan kurangnya aliran air mata sehingga pandangan menjadi kabur dan rasa pusing

Tanda

a)konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak.

b)produksi air mata berlebihan (epifora)

c)kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah akan menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva bagian atas

d)pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi nonspesifik peradangan.

e)pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya.

f)terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein).

g)dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah) (Anonim, 2009).

Gejala

Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan kotoran. Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan berwarna putih. Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih. Kelopak mata bisa membengkak dan sangat gatal, terutama pada konjungtivitis karena alergi (Anonim, 2004).

Gejala lainnya adalah:

1. mata berair

2. mata terasa nyeri

3. mata terasa gatal

4. pandangan kabur

5. peka terhadap cahaya

6. terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari (Anonim, 2004).

Manifestasiklinis

Diagnosis dan Diagnosis Banding

a. Gejala Subyektif

Konjungtivitis flikten biasanya hanya menyebabkan iritasi dengan rasa sakit dengan mata merah dan lakrimasi. Khasnya pada konjungtivitis flikten apabila kornea ikut terlibat akan terdapat fotofobia dan gangguan penglihatan. Keluhan lain dapat berupa rasa berpasir. Konjungtivitis flikten biasanya dicetuskan oleh blefaritis akut dan konjungtivitis bakterial akut.

b. Gejala Obyektif

Dengan Slit Lamp tampak sebagai tonjolan bulat ukuran 1-3 mm, berwarna kuning atau kelabu, jumlahnya satu atau lebih yang di sekelilingnya terdapat pelebaran pembuluh darah konjungtiva (hiperemia). Bisa unilateral atau mengenai kedua mata.

c. Histopatologi

Flikten terlihat sebagai kumpulan sel leukosit netrofil yang dikelilingi oleh sel limfosit, sel makrofag dan kadang-kadang sel datia berinti banyak. Pembuluh darah yang memperdarahi flikten mengalami proliferasi endotel dan sel epitel di atasnya mengalami degenerasi.

Diagnosis Banding

Virus

Bakteri

Alergi

Toksik

Gatal

-

-

++

-

Mata merah

+

++

+

+

Hemoragi

+

+

-

-

Sekret

Serous mucous

Purulen, kuning, krusta

Viscus

-

Kemosis

++

++

Lakrimasi

++

+

+

Folikel

+

-

+

Papil

-

+

+

-

Pseudomembran

-

-

Pembesaran kelenjar limfe

++

+

-

-

Panus

-

-

-

Bersamaan dengankeratitis

-

Demam

-

-

Sitologi

Granulosit

Limposit, monosit

Eosinofil

Sel epitel, granulosit

Konjungtivitis

Keratitis

UveitisAnterior

Glaukoma Kongestif Akut

Visus

Normal

Tergantung letak infiltrat

Menurun perlahan, tergantung letak radang

Menurun mendadak

Hiperemi

konjungtiva

perikornea

siliar

Mixinjeksi

Epifora, fotofobia

-

+

+

-

Sekret

Banyak

-

-

-

Palpebra

Normal

Normal

normal

Edema

Kornea

Jernih

Bercak infiltrat

Gumpalan sel radang

Edema, suram (tidak bening), halo (+)

COA

Cukup

cukup

Sel radang (+)

dangkal

H. Aquous

Normal

normal

Sel radang (+), flare (+), tyndal efek (+)

Kental

Iris

Normal

normal

Kadang edema (bombans)

Kripta menghilang karena edema

Pupil

Normal

normal

miosis

Midmidriasis (d:5mm)

Lensa

Normal

normal

Sel radang menempel

Keruh

Tatalaksana

Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau antibiotika (Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitis karena jamur sangat jarang sedangkan konjungtivitis karena virus pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, konjungtivitis karena alergi di obati dengan antihistamin (antazidine 0,5 %, rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %). Penanganannya dimulai dengan edukasi pasien untuk memperbaiki higiene kelopak mata. Pembersihan kelopak 2 sampai 3 kali sehari dengan artifisial tears dan salep dapat menyegarkan dan mengurangi gejala pada kasus ringan.

Pada kasus yang lebih berat dibutuhkan steroid topikal atau kombinasi antibiotik-steroid. Sikloplegik hanya dibutuhkan apabila dicurigai adanya iritis. Pada banyak kasus Prednisolon asetat (Pred forte), satu tetes, QID cukup efektif, tanpa adanya kontraindikasi.

Apabila etiologinya dicurigai reaksi Staphylococcus atau acne rosasea, diberikan Tetracycline oral 250 mg atau erythromycin 250 mg QID PO, bersama dengan pemberian salep antibiotik topikal seperti bacitracin atau erythromycin sebelum tidur. Metronidazole topikal (Metrogel) diberikan pada kulit TID juga efektif. Karena tetracycline dapat merusak gigi pada anak- anak, sehingga kontraindikasi untuk usia di bawah 10 tahun. Pada kasus ini, diganti dengan doxycycline 100 mg TID atau erythromycin 250 mg QID PO. Terapi dilanjutkan 2 sampai 4 minggu. Pada kasus yang dicurigai, pemeriksaan X-ray dada untuk menyingkirkan tuberkulosis (Alamsyah, 2007).

Tatalaksana Konjungtivitis vernal

Untuk menghilangkan sekresi mucus, dapat digunakan irigasi saline steril dan mukolitik seperti asetil sistein 10% - 20% tetes mata. Dosisnya tergantung pada kuantitas eksudat serta beratnya gejala. Dalam hal ini, larutan 10% lebih dapat ditoleransi daripada larutan 10%. Larutan alkaline seperti sodium karbonat monohidrat dapat membantu melarutkan atau mengencerkan musin, sekalipun tidak efektif sepenuhnya.Satu- satunya terapi yang dipandang paling efektif untuk pengobatan konjungtivitis vernalis ini adalah kortikosteroid, baik topical maupun sistemik. Namun untuk pemakaian dalam dosis besar harus diperhitungkan kemungkinan timbulnya resiko yang tidak diharapkan.Untuk Konjungtivitis vernal yang berat, bias diberikan steroid topical prednisolone fosfat 1%, 6- 8 kali sehari selama satu minggu. Kemudian dilanjutkan dengan reduksi dosis sampai dosis terendah yang dibutuhkan oleh pasien tersebut. Pada kasus yang lebih parah, bias juga digunakan steroid sistemik seperti prednisolon asetet, prednisolone fosfat atau deksametason fosfat 2- 3 tablet 4 kali sehari selama 1-2 minggu. Satu hal yang perlu diingat dalam kaitan dengan pemakaian preparat steroid adalah gnakan dosis serendah mungkin dan sesingkat mungkin.Antihistamin, baik local maupun sistemik dapat dipertimbangkan sebagai plihan lain karena kemampuannya untuk mengurangi rasa gatal yang dialami pasien. Apabila dikombinasi dengan vasokonstriktor, dapat memberikan control yang memadai pada kasus yang ringan atau memungkinkan reduksi dosis. Bahkan menangguhkan pemberian kortikosteroid topical. Satu hal yang tidak disukai dari pemakaian antihistamin adalah efek samping yang menimbulkan kantuk. Pada anak- anak, hal ini dapat juga mengganggu aktivitas sehari- hari.Emedastine adalah antihistamin paling poten yang tersedia di pasaran dengan kemampuan mencegah sekresi sitokin. Sementara olopatadine merupakan antihistamin yang berfungsi sebagai inhibitor degranulasi sel mast konjungtiva.Sodium kromolin 4% terbukti bermanfaat karena kemampuannya sebaga pengganti steroid bila pasien sudah dapat dikontrol. Ini juga berarti dapat membantu mengurangi kebutuhan akan pemakaian steroid. Sodium kromolin berperan sebagai stabilisator sel masi, mencegah terlepasnya beberapa mediator yang dihasilkan pada reaksi alergi tipe I, namun tidak mampu menghambat pengikatan IgE terhadap sel maupun interaksi sel IgE dengan antigen spesifik. Titik tangkapnya, diduga sodium kromolin memblok kanal kalsium pada membrane sel serta menghambat pelepasan histamine dari sel mast dengan cara mengatur fosforilasi.Lodoksamid 0,1% bermanfaat mengurangi infiltrate radang terutama eosinofil dalam konjungtiva. Levokabastin tetes mata merupakan suatu antihistamin yang spesifik terhadap konjungtivitis vernalis, dimana symptom konjungtivitis vernalis hilang dalam 14 hari.3. Terapi pembedahanBerbagai terapi pembedahan, krioterapi dan diatermi pada papil raksasa konjungtiva tarsal kini sudah ditinggalkan mengingat banyaknya efek samping dan terbukti tidak efektif, karena dalam waktu dekat akan tumbuh lagi. Apabila segala bentuk pengobatan telah dicoba dan tidak memuaskan, maka metode dengan tandur alih membrane mukosa pada kasus konjungtivitis vernalis tipe palpebra yang parah perlu dipertimbangkan. Akhirnya perlu dipetekankan bahwa konjungtivitis vernalis biasanya berlangsung selama 4- 6 tahun dan bisa sembuh sendiri apabila anak sudah dewasa.

Komplikasi

Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:

1. glaukoma

2. katarak

3. ablasi retina

4. komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis

5. komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea

6. komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi buta

7. komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu penglihatan

Pencegahan

LI 4. Memahami dan Menjelaskan Mengenai Menjaga mata menurut pandangan Islam

Perintah :

Katakanlah kepada orang-orang beriman (laki-laki) hendaknya menjaga pandangan mereka dan sesungguhnya Allah maha mengetahui dengan apa yang mereka lakukan dan katakanlah kepada wanita hendaknya mereka menjaga pandangan mereka da memelihara kemaluan mereka.

Fungi mata: melihat dan penyempurnaan indera pendengaran

Tujuan : petunujk dalam kegelapan, melihat ayat-ayat Allah

Hukum Taklifi :

a. Wajib:melihat mushaf al quran,buku-buku yang bermanfaat, membedakan yang halal dan yang haram.

b. Haram:memandang wanita dengan syahwat

c. Sunnah:melihat muka dan telapak tangan calon istri yang diduga kuat lamarnya akan diterima, membaca buku-buku yang bermanfaat, melihat ulama dan orang tua untuk menghormati.

d. Makruh:melihat secara berlebihan sesuatu yang tidak ada manfaatnya.

e. Mubah :mendadak tanpa sengaja melihat lawan jenis, pasangan suami-istri melihat tubuh pasanganya, melihat sesama jenis (aurat)

Terapi :penyadaran diri bahwa Allah senantiasa melihat, berdoa dan meminta pertolongan Allah, berwudhu, memperbaharui taubat..

Prognosis

Mata dapat terkena berbagai kondisi. beberapa diantaranya bersifat primer sedang yang lain bersifat sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuh lain, kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal dan dapat dikontrol sehingga penglihatan dapat dipertahankan.

Li 4. MM cara menjaga dan memelihara kesehatan mata menurut prespektif islam