PBL 2 Semester 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PBL FK

Citation preview

Organ Pendengaran Manusia dan Cara MengujinyaSteven / 102012089/ E1Mahasiswa Fakultas Kedokteran UkridaFakultas Kedokteran UkridaJalan Arjuna Utara 6, Jakarta Barat [email protected] manusia memiliki alat pendengaran. Alat pendengaran manusia adalah telinga. Telinga adalah organ sensoris yang sensitive menerima dan mengubah suara menjadi impuls saraf yang diinterpretasi di pusat auditorik otak1.Telinga disusun oleh berbagai saraf dan membrane yang sangat kompleks. Jika salah satu penyusun dari berbagai komponen yang menyusun elinga trganggu maka secara otomatis pendengaran kita pun akan terganggu juga.Tujuan saya membuat makalah ini adalah agar semua orang yang membaca makalah saya dapat mengeti lebih dalam lagi mengenai alat pendengaran manusia.IsiKasusTuan A, umur 65 tahun mengeluh sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu pendengeran telinga kiri terasa kurang jelas dibandingkan telingan kanan.Kemudian ia berobat ke puskesmas, oleh dokter Puskesmas diakukan test ketajaman pendengaran. Ketajaman pendengaran dengan garpu penala. Pada telinga kiri didapat hasil sebagai berikut: test cara rine; (+), cara weber: lateralisasi (+) ke kanan, cara Schawbach : memendek. Kemudian ia disarankan ke dokter THT untuk pemeriksaan lebih lanjut.

PembahasanTelinga adalah organ sensoris sangat sensitive yang menerima dan mengubah suara antara 16 dan 20.000 siklus/detik menjadi impuls saraf yang diinterpretasi di pusat auditori otak. Organ pendengaran terbagi menjadi 3 bagian: telinga luar yang menangkap gelombang suara, telinga tengah tempat gelombang suara diubah oleh ketiga tulang pendengaran kecil menjadi getaran mekanik, yang diteruskan ke cairan dari telinga dalam. Gerak cairan menggetarkan membrann tipis yang ditangap oleh sel epitel khusus melalui ujung-ujung terkait dari nervus auditorius. Selain organ untuk persepsi dan menganalis suara, telinga dalam juga mengandung organ vestibular yang menangkap sensasi linear atau rotasional kepala dan membangkitkan impuls saraf yang berfungsi mempertahankan keseimbangan badan2.

Gambar 1. Struktur telinga3

Fungsi telinga jelas sebagai alat pendengaran. Telinga terdiri dari 3 bagian yang terdiri dari: telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga luar terdiri dari daun telinga dan meastus akustikus externus. Telinga tengah terdiri dari kavum timpani, tuba eustachii, dan ruang mastoid. Telinga dalam terdapat alat pendengeran dan alat keseimbangan.

Telinga eksterna mempunyai dua bagian: aurikula ( daun telinga ) dan meastus akustik eksterna (liang telinga luar ).Aurikula atau daun telinga menonjol dari samping kepala, terdiri dari: fibrokartilago, ditutupi kulit berbentuk corong, yang mengantar gelombang suara menuju ke meastus akustik eksterna. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin yang berkelok-kelok dilapisi kulit. Pada daun telingan terdapat kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.Panjang meastus askustikus eksternus atau liang telinga luar menapa 2,5 cm. Meastus askustikus eksternus atau liang telinga luar dibagi menjadi 3 bagian yaitu: 1/3 luar dasarnya tulang rawan elastin dan 2/3 dalam dasarnya tulang temporal.Pada meastus askustikus eksternus atau liang telinga luar merupakan saluran yang terbentang antara aurikula sampai ke membrane timpani. Kemudian pada meastus askustikus eksternus atau liang telinga luar terdapat rambut halus, kelenjar sebasea, dan kelenjar seruminosa. Kelenjar sebasea dan kelenjar seruminosa menghasilkan serumen yang berfungsi mencegah serangga masuk yang bersifat bakterisid4.Telinga tengah terdiri dari kavum timpani, tuba eustachii, dan ruang mastoid. Telinga tengah terletak di rongga berisi udara dalam bagian petrosus tulang temporal. Kavum timpani atau membrane timpani merupakan perbatasan telinga tengah. Membran timpani berbentuk kerucut dan dilapisi kulit pada permukaan eksternal dan membrane mukosa pada permukaan internal. Membrane ini memisahkan telinga luar dari telinga tengah, dan emiliki tegangan, ukuran, dan ketebalan yang sesuai untuk menggetarkan gelombang bunyi secara mekanis.Tuba eustachii atau tuba eustachius menghubungkan telinga tengah dengan faring. Tuba eustachii biasanya tertutup, tetapi dapat terbuka saat menguap, menelan, atau mengunyah. Saluran ini berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membrane timpani.Pada telinga tengah terdapat osikel auditori yang terdiri dari tulang-tulang pendengaran, yaitu: maleus ( martil ), inkus ( anvil ), dan stapes ( sanggurdi ). Tulang-tulang ini mengarahkan getaran dari membrane timpani ke fenetra vestibule yang memisahkan telinga tengah dan telinga dalam. Telinga dalam berisi cairan dan terletak dalam tulang temporal, di sisi medial telinga tengah. Telinga dalam terdapat alat pendengaran dan alat keseimbangan. Telinga dalam terdiri dari dua bagian: labirin tulang dan labirin membranosa.Labirin tulang adalah ruang berliku berisi perlimfe, suatu cairan yang menyerupai cairan sebrospinalis. Bagian ini melubangi bagian petrosus tulang temporal dan terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: vestibula, saluran semisirkular, dan koklea yang berbentuk seperti siput.Vestibula adalah bagian sentral labirin tulang yang menghubungkan saluran semisirkular dengan koklea. Salurkan semisirkular meninjol dari bagian posterior vestibula. Sedangkan pada koklea mengandung reseptor pendengaran.Labirin membranosa adalah serangkaian tuba berongga dan kantong yang terletak di dalam labirinn tulang dan mengikuti kontur laburun tersebut. Pada bagian ini mengandung endolimfe, cairan yang menyerupai cairan interselular5.Jika telinga kita mengalami gangguan tentunya harus segera dilakukan pemeriksaan. Pemeriksaan telinga dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu: test cara Rinne, test cara Webber, dan test cara Schwabach.Tes rinne dilakukan dengan cara menggerakkan garpu tala 512 Hz ( putaran per detik ). Letakkan dasar penala pada suatu prosesus mastoideus dan minta pasien untuk memberikan tanda apabila dia sudah tidak lagi mendengar dengungan. Setelah pasien tidak mendengar bunyinya, segera pindahkan garpu tala ke depan meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien tidak dapat mendengarnya.

Gambar 2. Tes Rinne6Tes Weber dilakukan dengan memegang dasar garpu tala yang bergetar pada garis tengah tulang tengkorak dan meminta pasien untuk menunjukkan dimana ia menerima suara. Respon normal adalah ketika pasien menjawab di tengah atau di seluruh kepala saya. Tetapi jika pasien dengan jelas mendengar suara hanya pada salah satu telinga atau medengar suara yang lebih jelas pada telinga lainnya, maka tes Weber dikatakan mengalami lateralisasi karena adanya abnormal. Tujuan dari tes cara Rinne dan tes Weber adalah untuk membantu membedakan antara tuli hantaran dan tuli sensorineural7.

Gambar 3. Tes Weber8

Tes schawabach bertujuan untuk membandingkan pendengaran pasien dengan pemeriksa. Tes ini dilakukan dengan cara garputala dibunyikan dan ditempatkan di dekat liang telinga pasien. Setelah pasien tidak mendengar bunyi garputala tersebut, garputala ditempatkan dekat liang telinga pemeriksa. Apabila masih terdengar bunyi oleh pemeriksa, maka dikatakan Schwabach lebih pendek ( untuk konduksi udara )9.

KesimpulanSeorang laki-laki berumur 65 tahun mengeluh pendengaran telinga kirinya terasa kurang jelas karena adanya gangguan pada salah satu fungsi dari penyusun telinga. Keluhan pasien dibuktikan dengan tes Weber yang mengalami lateralisasi yang menandakan bahwa seorang laki-laki itu mengalami gangguan pendengaran yang disebabkan oleh salah satu fungsi penyusun telinga yang terganggu.

Daftar Pustaka1. Wati.W.W , Kindangen.K , Wibawani.N , Mexcorry.E , Sumadikarya.I.K, Satriabudi.M.I , et al . neuroscience . Jakarta : fakultas kedokteran unversitas kristen krida wacana ; 2013 .2. Fawcet.D.W . buku ajar histology . edisi pertama. Jakarta : penerbit buku kedokteran . 2005 . p. 35-36.3. http://www.google.co.id/imgres?q=telinga&um=1&sa=N&biw=1138&bih=553&hl=id&tbm=isch&tbnid=WI_JJxxnJ--rIM:&imgrefurl=http://blog-biologiku.blogspot.com/2009/09/telinga.html&docid=e7bN2bbh3CDdrM&imgurl=http://4.bp.blogspot.com/_mQ_z6rABHgs/TJHm91IdNkI/AAAAAAAAACA/jmQ8eWqiay8/s1600/TELINGA%252B2.jpg&w=1600&h=1269&ei=_oR2UarRDoTWrQfXqIHoBA&zoom=14. Watson.R . anatomi dan fisiologi . edisi pertama . Jakarta : penerbit buku kedokteran . 2004 . p. 102-105.5. Slonane.E . anatomy dan fisiologi dasar . edisi pertama . Jakarta : penerbit buku kedokteran . 2004 . p. 189-190.6. http://www.google.co.id/search?hl=id&site=imghp&tbm=isch&source=hp&biw=1138&bih=553&q=tes+rinne&oq=tes+rinne&gs_l=img.3..0j0i24l4.575.3087.0.3238.11.7.1.3.4.0.144.876.0j7.7.0...0.0...1ac.1.9.img.Q0qx5YA7Hvk#imgrc=FQMQayClOI0cQM%3A%3BkuUfkv9DvfHOxM%3Bhttp%253A%252F%252Fwww.clinicaljunior.com%252Fimages%252Frinnes.jpg%3Bhttp%253A%252F%252Fwww.clinicaljunior.com%252Fenttuningforktests.html%3B800%3B3447. Willms.J.L , Schneiderman.H , Algranati.P.S . diagnosis fisik . edisi pertama . Jakarta : penerbit buku kedokteran . 2005 . p. 126.8. http://www.google.co.id/search?q=tes+weber&noj=1&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=4oZ2UbuaFMrqrAes9IHgAg&ved=0CAoQ_AUoAQ&biw=1138&bih=553#imgrc=UiyfmZgKHCBInM%3A%3BymhbOYR4RttS8M%3Bhttp%253A%252F%252F1.bp.blogspot.com%252F-0cVyGrrorEc%252FTzXueGbFHsI%252FAAAAAAAAANg%252FnK0T1KfkOiE%252Fs1600%252Fwebers.jpg%3Bhttp%253A%252F%252Famelohamelia.blogspot.com%252F2012%252F02%252Fpemeriksaan-telinga.html%3B580%3B4999. Satyanegara . ilmu bedah saraf . edisi keempat . Jakarta : gramedia pustaka utama . 2010 . p. 1337