23

Click here to load reader

PBL blok 14

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah pbl blok 14

Citation preview

Fraktur Tertutup Antebrachii Dextra 1/3 DistalMeldina Sari Simatupang*102011362*Alamat korespendensiFakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No.06 Jakarta Barat 11470e-mail:[email protected] 1PENDAHULUANSkenario VIISeorang wanita berusia 60 tahun, dibawa keluarganya ke UGD RS dengan keluhan nyeri pada lengan bawah sebelah kanan, setelah jatuh terduduk di kamar mandi dan posisi tangannya menahan berat tubuhnya 2 jam yang lalu. Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital dalam batas normal. Tampak adanya edema dan deformitas pada regio antebrachii dextra 1/3 distal. Pada palpasi, teraba adanya penonjolan fragmen tulang, nyeri tekan (+), tidak dapat digerakkan.Status lokasi: fraktur tertutup antebrachii dxtra 1/3 distal: nyeri (+), deformitas (+), edema (+), teraba penonjolan fragmen tulang, tidak dapat digerakkan.

I.Latar BelakangFraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna, pada anak biasanya tampakangulasi anterior dan kedua ujung tulang yang patah masih berhubungan satu sama lain.Gambaran klinis fraktur antebrachii pada orang dewasa biasanya tampak jelas karena frakturradius ulna sering berupa fraktur yang disertai dislokasi fragmen tulang. Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah.Jenis fraktur dapat dilihat dari segi kedudukan, segi konfigurasi, segi adanya luka, fraktur tertutup serta juga fraktur terbuka. Pertama dari segi kedudukan, fraktur dapat terjadi pada tulang di mana saja seperti pada diafisis, metafisis, epifisis, atau intraartikuler. Jika fraktur didapatkan bersamaan dengan dislokasi sendi, maka dinamakan fraktur dislokasi misalnya terjadi fraktur acetabulum dan dislokasi pada caput femur. Kedua dari segi konfigurasi dengan melihat dari garis frakturnya, dapat dibagi menjadi transversal (mendatar), oblik (miring), atau spiral. Jika terdapat lebih dari satu garis fraktur, maka dinamakan kominutif, jika satu bagian patah sedangkan sisi lainnya membengkok disebut greenstick (fraktur dahan muda/hijau pada anak-anak). Fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan wajah) disebut depresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang) disebut kompresi. Ketiga fraktur tertutup, bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar atau permukaan kulit. Terakhir adalah fraktur terbuka, bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar atau permukaan kulit karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka menurut Ramon Gustillo dibagi menjadi tiga derajat yaitu derajat 1, bila luka kurang dari 1 cm, derajat kerusakan jaringan ringan dan tidak ada tanda remuk, serta juga terjadi with out-in dan in-out. Derajat 2, bila laserasi lebih dari 1 cm, derajat kerusakan jaringan sedang dan tidak luas. Derajat 3, bila terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot, dan neurovaskular serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat 3 di bagi atas 3A, 3B dan 3C. Fraktur derajat 3A, bila jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat atau luka kulit masih dapat di tutup. Farktur derajat 3B (tulang terbuka/bone expose), bila kehilangan jaringan lunakdengan fraktur tulang yang terpapar. Fraktur derajat 3C, bila terdapat luka pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat kerusakan jaringan lunak atau dapat diamputasi primer.Untuk menjelaskan keadaan fraktur, hal-hal yang perlu dideskripsikan adalah komplit atau tidak komplit, bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma, jumlah garis patah, bergeser atau tidak bergeser, terbuka atau tertutup serta komplikasi atau tanpa komplikasi. Fraktur komplit, bila garis fraktur melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang, sedangkan fraktur tidak komplit bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang, seperti hairline fracture (patah retak rambut), buckle fracture atau torus fracture bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa dibawahnya, biasanya pada distal radius anak-anak. Serta juga greenstick fracture yang mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang anak. Bentuk garis fraktur dan hubungannya dengan mekanisme trauma yang meliputi garis patah melintang (trauma angulasi atau langsung), garis patah oblik (trauma angulasi), garis patah spiral (trauma rotasi), fraktur kompresi (trauma aksial-fleksi pada tulang spongiosa) dan fraktur avulsi (trauma tarikan/traksi otot pada insersinya di tulang), misalnya fraktur platela. Jumlah garis patah meliputi fraktur kominutif bila garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan. Bila dua garis patah disebut pula fraktur bifokal. Fraktur multiple bila garispatah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya, misalnya fraktur femur,fraktur kruris dan fraktur tulang belakang. Deskripsi fraktur berikutnya adalah bergeser atautidak. Fraktur undisplaced (tidak bergeser), garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidakbergeser, periosteumnya masih utuh, sedangkan fraktur displaced (bergeser) bila terjadipergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga disebut lokasi fragmen. Berikutnya adanyakomplikasi atau tanpa komplikasi yang akan penulis bahas pada bagian yang selanjutnya.II.TujuanDalam makalah ini penulis ingin memberikan pemikiran yang luas untuk mengetahui anamnesis dari pasien, pemeriksaan terhadap pasien dengan gejala fraktur, workingdiagnosis, differential diagnosis dari pasien, gejala klinis, mekanisme trauma, penatalaksanaan untukpasien, komplikasi, prognosis dari pasien.

BAB 2ISI PEMBAHASAN

1.Anamnesis

Anamnesis adalah pengumpulan data status pasien yang didapat dengan mengajukanpertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan keadaan pasien.Tujuan dari anamnesisantara lain: mendapatkan keterangan sebanyak mungkin mengenai penyakit pasien,membantu menegakkan diagnosa sementara dan diagnosa banding, serta membantumenentukan penatalaksanaan selanjutnya.Wawancara yang baik seringkali sudah dapatmengarah masalah pasien dengan diagnosa penyakit tertentu. Adapun anamnesis meliputi:pencatatan identitas pasien, keluhan utama pasien, riwayat penyakit sekarang, riwayatpenyakit dahulu, serta riwayat penyakit keluarga.Berdasarkan kasus, anamnesa yang harus dilakukan terhadap pasien ialah: Menanyakan identitas pasien seperti umur dan pekerjaannya.

Menanyakan keluhan utama pasien.

Menanyakan riwayat penyakit yang deskriptif & kronologis dan faktor-faktor yang memperberat penyakit seperti demam,lelah atau gejala sistemiklainnya(panas, penurunan BB, kelelahan, lesu, rasa tidak enak badan & mudah terangsang atau adanya gejala kekacauan mental).

Menanyakan riwayat penyakit dahulu seperti riwayat trauma dan aktivitas sosial yangdilakukan sehari-hari.

Menanyakan riwayat penyakit keluarga samada pernah menderita penyakit yangsama seperti pasien atau ada riwayat trauma

2.Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis yang memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Padapemeriksaan ini, dapat ditentukan lokalisasi dan sifat-sifat dari suatu penyakit.Dalam kasus ini,pasien datang dengan kesakitan pada lengan kanan sebelah bawah, maka pemeriksaan lengan bawah secara menyeluruh harus dilakukan oleh dokter. Pada pemeriksaan fisik kita lakukan dengan primary survey dan secondery survey. Primary survey dilakukan dengan mengetahui keadaan umum pasien, sedangkan secondery survey untuk mengetahui gerakan pasien apakah masih dianggap normal atau tidak. Kedua pemeriksaan diatas dapat kita lakukan dengan look (inspeksi), Melihat posisi tangan dalam keadaan wajar (sedikit fleksi dan paralel) Melihat permukaan dan kontur tangan dorsal dan palmar (pergelangan tangan, tangan, jari, tenar dan hipotenar) Melihat ada atau tidaknya pembengkakan pada sendi dan deformitas pergelangan tangan, tangan dan jari.feel (palpasi), meraba permukaan dorsal dan palmar karpal (MCP, PIP, DIP) meraba processus styloideus radii.move(gerakan), melakukan gerakan palmar fleksi, dorso fleksi, eversi dan inversi pergelangan tangan melakukan gerakan digiti I manus: abduksi, adduksi dan oposisi.

Perlu untuk diketahui bahwa auskultasi tidak dapat dilakukan dalam pemeriksaan fisik tulang karena keras.1

3.Pemeriksaan Penunjang (Radiologi)Foto PolosDengan pemeriksaan kinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur. Walaupun demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur. Untuk menghindarkan nyeri serta kerusakan jaringan lunak selanjutnya, maka sebaiknya kita mempergunakan bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.Tujuan pemeriksaan radiologis:-untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi-untuk konfirmasi adanya fraktur-untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta pergerakannya-untuk menentukan teknik pengobatan-untuk menentukan apakah fraktur itu barau atau tidak-untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler-untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang-untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluruPemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip dua:-dua posisi proyeksi; dilakukan sekurang-kurangnya yaitu pada antero-posterior dan lateral-dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus di foto, di atas dan di bawah sendi yang mengalami fraktur-dua anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto pada ke dua anggota gerak terutama pada fraktur epifisis-dua trauma, pada trauma yang hebat sering menyebabkan fraktur pada dua daerah tulang. Misalnya pada fraktur kalkaneus atau femur, maka perlu dilakukan foto pada panggul dan tulang belakang.-dua kali dilakukan foto. Pada fraktur tertentu misalnya fraktur tulang skafoid foto pertama biasanya tidak jelas sehingga biasanya diperlukan foto berikutnya 10-14 hari kemudian.Pemeriksaan radiologi lainnyaPemeriksaan khusus dengan:1.tomografi, misalnya pada fraktur vertebra atau kondilus tibia2.CT-scan3.MRI4.Radiosotop scanningUmumnya dengan foto polos kita dapat mendiagnosis fraktur, tetapi perlu dinyatakan apakah fraktur terbuka/tertutup, tulang mana yang terkena dan lokalisasinya, apakah sendi juga mengalami fraktur serta bentuk fraktur itu sendiri.Konfigurasi fraktur dapat menentukan prognosis serta waktu penyembuhan fraktur misalnya penyembuhan fraktur transversal lebih lambat dari fraktur oblik karena kontak yang kurang.2

4.Working DiagnosisPada pasien dengan riwayat trauma yang perlu ditanyakan adalah waktu terjadinya, cara terjadinya, posisi penderita dan lokasi trauma. Bila tidak ada riwayat trauma berarti merupakan fraktur patologis. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang,didapatkan diagnosa pasti kondisipasien yaitu adanya Fraktur Tertutup Antebrachii Dextra 1/3 Distal. Fraktur adalah patah tulang, putusnya kontinuitas dari tulang, tulang rawan sendi atau tulang rawan epifisis. Pasien datang dengan keluhan nyeri pada lengan bawah sebelah kanan dan setelah pemeriksaan fisik dilakukan,didapatkan status lokalis pada pasien diregio antebrachii dextra 1/3 distal nyeri, ada deformitas dan edema, serta penonjolan fragmen tulang dan tidak dapat digerakkan. Diagnosis diperkukuh dengan foto Rontgen di bagian sendi yang sakit dan jelas terlihat adanya fraktur di antebrachii 1/3 distal dextra pasien.Fraktur ini dikatakan sebagai tertutup karena kulit di atasnya utuh dan bila terdapat luka pada kulit di atasnya disebut fraktur terbuka (compound fracture).3

5.Diagnosis DifferentAda empat macam frktur yang khas:1. Fraktur colles2. Fraktur smith3. Fraktur galleazzi4. Fraktur montegiaFraktur CollesDeformitas pada fraktur ini berbentuk seperti sendok makan (dinner fork deformity). Pasien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke dalam (endorotasi). Tangan terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi/supinasi).Manifestasi Klinis a.fraktur metafisis distal radius dengan jarak 2,5 cm dari permukaan sendi distal radiusb.dislokasi fragmen distalnya ke arah posterior/dorsalc.subluksasi sendi radioulnar distald.avulsi prosesus stiloideus ulnaPenatalaksanaanPada fraktur Colles tanpa dislokasi hanya diperlukan imobilisasi dengan pemasangan gips sirkular di bawah siku selama 4 minggu. Bila disertai dislokasi diperlukan tindakan reposisi tertutup. Dilakukan dorsofleksi fragmen distla, traksi kemudian posisi tangan volar fleksi, deviasi ulna (untuk mengoreksi deviasi radial) dan diputar ke arah pronasi (untuk mengoreksi supinasi). Imobilisasi dilakukan selama 4-6 minggu.

Fraktur SmithMerupakan fraktur dislokasi ke arah anterior (volar), karena itu sering disebut reserve Colles fracture. Fraktur in biasa terjadi pada orang muda. Pasien jatuh dengan tangan menahan badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada pergelangan tangan dan pronasi. Garis patahan biasanya transversal, kadang-kadang intraartikular.Manifestasi KlinisPenonjolan dorsal fragmen proksimal, fragmen distal di sisi volar pergelangan, dan deviasi tangan ke radial (garden spade deformity).Penatalaksanaan Dilakukan reposisi dengan posisi tangan diletakkan dalam posisi dorsofleksi ringan, deviasi ulnar, dan supinasi maksimal (kelebihan posisi Colles). Lalu diimobilisasi dengan gips di atas sku selama 4-6 minggu.

Fraktur GaleazziMerupakan fraktur radius distal disertai dislokasi sendi radius ulna distal. Saat pasien jatuh dengan tangan terbuka yang menahan badan, terjadi pula rotasi lengan bawah dalam posisi pronasi waktu menahan berat badan yang memberi gaya supinasi.Manifestasi KlinisTampak tangan bagian distal dalam posisi angulasi ke dorsal. Pada pergelangan tangan dapat diraba tonjolan ujung distal ulna.Penatalaksanaan Dilakukan reposisi dan imobilisasi dengan gips di atas siku, posisi netral untuk dislokasi radius ulna distal, deviasi ulnar, dan fleksi.

Fraktur MontegiaFraktur sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi sendi radius ulna proksimal. Terjadi karena trauma langsung.Manifestasi KlinisTerdapat dua tipe yaitu ekstensi (lebih sering) dan tipe fleksi. Pada tipe ekstensi gaya yang terjadi mendorong ulna ke arah hiperekstensi dan pronasi. Sedangkan pada tipe fleksi, gaya mendorong dari depan ke arah fleksi yang menyebabkan fragmen ulna mengadakanangulasi ke posterior.Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk menentukan ada/tidaknya dislokasi. Lihat kesegarisan antara kondusif medialis, kaput radius, dan pertengahan radius.Penatalaksanaan Dilakukan reposisi tertutup. Asisten memegang lengan atas, penolong melakukan tarikan lengan bawah ke distal, kemudian diputar ke arah supinasi penuh. Selain itu, dengan jari kepala radiusdicoba ditekan ke tempat semula. Imobilisasi gips sirkuler dilakukan di atas siku dengan posisi siku fleksi 900 dan posisi lengan bawah supinasi penuh. Bila gagal, dilakukan reposisi terbuka dengan pemasangan fiksasi interna (plate-screw).4

6.Gejala KlinisLengan bawah dimana radius dan ulna dihubungkan dengan kuat oleh membran interosea, merupakan satu kesatuan yang utuh. Ligamen anulare menahan dan memperkuat sendi radio-ulna proksimal, sedangkan bagian distal radio-ulna dan sendi radio-karpal dihubungkan dengan ligamen radio-karpal dorsal dan volar. Fraktur tulang ulna dan radius dapat terjadi pada 1/3 proksimal, 1/3 tengah atau 1/3 distal. Fraktur dapat terjadi pada salah satu tulang ulna atau radius saja dengan atau tanpa dislokasi sendi. Pada fraktur tertutup antebrachii dextra 1/3 distal dapat ditemukan nyeri, pembengkakan atau adanya deformitas dan tidak dapat digerakkan pada daerah lengan bawah.

7.Mekanisme TraumaTrauma biasanya terjadi sewaktu tangan dalam keadaan out stretched.Trauma yang dapat menyebabkan patah tulang dapat berupa trauma langsung,misalnya benturan pada lengan bawah menyebabkan patahnya tulang antebrachii dan dapat juga berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah. Akibat trauma pada tulang tergantungpada jenis trauma, kekuatan dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang(frakturterbuka).5

8.PenatalaksanaanSebelum mengambil keputusan untuk melakukan pengobatan, prinsip pengobatan ada empat (4R), yaitu:Recognition-Membuat diagnosis yang benar berdasarkan anamnesis,waktu kejadiandan lokalisasi yang cedera.Reposition-Mengembalikan tulang yang patah ke arah/alignment yang benar,pengembalian fragment distal terhadap proksimal dan memastikan kedudukan sertaneurovascular terjamin baik.Retaining-Tindakan mempertahankan kedudukan hasil reposisi, fiksasi luar dengangips dan dalam dengan implant seperti K-wire,plate&screw.Rehabilitation-Mengembalikan fungsi alat atau anggota gerak karena penyambunganfraktur butuh waktu yang lama. Metode-metode Pengobatan FrakturFraktur tertutup:Metode pengobatan fraktur pada umumnya dibagi dalam:a.konservatif, terdiri atas:1. proteksi smata-mata (tanpa reduksi atau imobilisasi)2. imobilisasi dengan bidai eksterna (tanpa reduksi)3. reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna, mempergunakan gips4. reduksi tertutup dengan traksi berlanjut diikuti dengan imobilisasi5.reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi. Ada empat metode traksi kontinu yang digunakan:- traksi kulit- traksi menetap- traksi tulang- traksi berimbang dan traksi sliding

b.reduksi tertutup denganfiksasi eksterna atau fiksasi perkutaneus dengan K-wiresetelah dilakukan reduksi tertutup pada fraktur yang bersifat tidak stabil, maka reduksi dapat dipertahankan dengan memasukkan K-wire perkutaneus, misalnya pada fraktur suprakondiler humeri pada anak-anak atau pada fraktur Colles. Juga dapat dilakukan pada fraktur leher femur dan pertrokanter dengan memasukkan batang metal, serta pada fraktur batang femur dengan tekniktertutup dan hanya membuat lubang kecil pada daerah proksimal femur. Teknik ini biasanya memerlukan bantuan alat rontgen image intensifier (garm).c.reduksi terbuka dan fiksasi interna atau fiksasieksterna tulangtindakan operasi harus diputuskan dengan cermatdan dilakukan oleh ahli bedah serta pembantunya yang berpengalaman dalam ruangan yang aseptik. Operasi harus dilakukan secepatnya (dalam satu minggu) kecuali bila ada halangan. Alat-alat yang dipergunakan dalam operasi yaitu kawat bedah, kawat kirschner, screw, screw and plate, pin kuntscher intrameduler, pin rush, pin steinmann, pin trephine, pin plate teleskopik, pin jewett dan protesis. Dan ada beberapa reduksi dalam tindakan operasi:1.reduksi terbuka dengan fiksasi interna Indikasi:-fraktur intra-artikuler misalnya fraktur maleolus, kondilus, olekranon, patela-reduksi tertutup yang mengalami kegagalan misalnya fraktur radius dan ulna disertai malposisi yang hebat atau fraktur yang tidak stabil-bila terdapat interposisi jaringan di antara kedua fragmen-bila diperlukan fiksasi rigid misalnya pada fraktur leher femur-fraktur terbuka-eksisi fragmen yang kecil-fraktur avulsi misalnya pada kondilus humeri-fraktur multipel misalnya fraktur pada tungkai atas dan bawah2.reduksi terbuka dengan fiksasi eksternaIndikasi:-fraktur terbuka grade II dan grade III-fraktur terbuka disertai hilangnya jaringan atau tulang yang hebat-fraktur dengan infeksi atau infeksi pseudoartrosis-fraktur yang miskin jaringan ikat-kadang-kadang pada fraktur tungkai bawah penderita diabetes melitus

d.eksisi fragmen tulang dan penggantian dengan protesispada fraktur leher femur dan sendi siku orang tua, biasanya terjadi nekrosis avaskuler dari fragmen atau nonunion, oleh karena itu dilakukan pemasangan protesis yaitu alat dengan komposisi metal tertentu untuk menggantikan bagian yang nekrosis. Sebagai bahan tambahan sering dipergunakan metilmetakrilat.2

9.KomplikasiKomplikasi dibagi menjadi 3 bagian: Komplikasi Segera (komplikasi yang terjadi saat fraktur atau segera setelahnya):Lokal:-kulit abrasi, laserasi, penetrasi-pembuluh darah robek-sistem saraf: sumsum tulang belakang, saraf tepi motorik dan sensorik.-otot-organ dalam: jantung, paru, hepar, limpa dan kandung kemih (fraktur pelvis)Umum:-rudapaksa/fraktur multipel-syok: hemoragik, neurogenik Komplikasi Dini (komplikasi yang terjadi beberapa hari setelah kejadian)Lokal:-nekrosis kulit, gangren, compartment syndrome, trombosis vena, infeksi sendi, osteomyelitisUmum:-Acute Respiratory Distress Syndrome, emboli paru, tetanus. Komplikasi Lama (omplikasi terjadi setelah fraktur tulang lama)Lokal:-sendi: ankilosis fibrosa, ankilosis osal-tulang: osteoporosis pasca trauma, gangguan pertumbuhan, osteomyelitis dan fraktur berulang-otot/tendon: penulangan otot, rupture tendon-saraf: kelumpuhan saraf lambatUmum:-batu ginjal akibat imobilisasi lama di tempat tidur.Komplikasi dapat berupa komplikasi umum, lokal atau sistemik meliputi komplikasi dini ataulambat, oleh trauma atau akibat pengobatan. Komplikasi umum meliputi crush syndrome,deep venous thrombosis, gas gangrene dan emboli lemak. Crush syndrome terjadi karenatrauma keras yang menyebabkan otot hancur. Penderita yang terkena crush syndrome dapatmenderita kontinensia urin akibat dari otot yang hancur mengeluarkan acid myohaetaminyang akan menyebabkan kebuntuan pada tubulus sehingga penderita dapat menderita acutetubular necrosis. Untuk terapi kita harus melakukan amputasi atau rena dialysis untukmenyelamatkan nyawa penderita. Gas gangrene dapat terjadi karena infeksi dari clostridiumperfringens yang terpaksa bagian tubuh orang yang terkena infeksi ini harus diamputasi.Berikutnya emboli lemak yang timbul setelah patah tulang, terutama tulang panjang.Embolus lemak dapat timbul akibat pajanan sumsum tulang, atau dapat terjadi akibat aktivasisistem saraf simpatis yang menimbulkan stimulasi mobilisasi asam lemak bebas setelahtrauma. Embolus lemak yang timbul setelah patah tulang panjang sering tersangkutdisirkulasi paru karena ada robekan dari pembuluh balik yang mempunyai daya tarik kembaliterhadap darah-darah kotor yang keluar dari pembuluh balik yang juga mengikut serertakanlemak yang dapat menimbulkan gawat napas dan gagal napas. Berikutnya, komplikasi lokalyang meliputi komplikasi dini dan lambat. Komplikasi dini meliputi komplikasi dini tulang,dini jaringan lunak dan dini sendi. Komplikasi dini tulang misalnya dapat terjadi infeksi padatulang. Komplikasi dini jaringan lunak misalnya adanya kelepuhan pada kulit, luka akibatplester, terjadi robekan pada otot serta tendon dan sindrom kompartemen yang ditandai olehkerusakan atau destruksi saraf dan pembuluh darah yang disebabkan oleh pembengkakan danedema di daerah fraktur. Komplikasi dini sendi misalnya terjadi haemarthrosis dan infeksi.Sedangkan komplikasi lambat meliputi lambat tulang, lambat jaringan lunak dan lambatsendi. Komplikasi lambat tulang misalnya terjadi avaskular nekrosis, non-union, delayedunion, atau mal-union yang menimbulkan deformitas atau hilangnya fungsi. Komplikasilambat jaringan lunak misalnya terjadi bed sores karena tidur lama yang menyebabkan lukaulkus pada bagian gluteus, myositis ossifikasi dimana otot mengalami perkapuran, tendinitis(iritasi dan pembengkakan) serta juga ruptur tendon (tendon pecah), penyempitan sarafmisalnya nervus ulnaris akibat terjadi fraktur pada daerah siku dan juga dapat terjadivolkmans contracture yaitu terjadi pelisutan otot jari sehingga terjadi kontraktur pada jari-jari. Terakhir dapat terjadi komplikasi lambat pada sendi misalnya ketidakstabilan pada sendi,kekakuan pada sendi, dan algodistrofi (nyeri pada sendi).1,3Komplikasi lambat yang tersering adalah salah-taut dan apabila salah-tautnya berupaangulasi disertai dengan ketidaksejajaran radius dan ulna, akan terjadi gangguan gerakpronasi dan supinasi. Komplikasi lain adalah terbentuknya sinostosis atau jembatan kalusyaitu kalus antara radius dan ulna sehingga kemungkinan supinasi dan pronasi hilang. Perludiketahui bahwa kalus merupakan hiperkeratosis setempat yang umumnya berbentuk kuranglebih bundar akibat gesekan kronik. Biasanya kelainan ini timbul di atas penonjolan tulangdan akan hilang sendiri bila gesekan kronik tadi dihentikan. Pada anak, dengan timbulnyakalus ini akan disertai proses pengaturan kembali pertumbuhan epifisis sehingga sudutpatahan akan pulih sampai derajat tertentu.2

10.PrognosisPada kasus fraktur, prognosisnya bergantung dari tingkat keparahan serta tata laksana dari tim medis terhadap pasien dengan korban fraktur. Jika penanganannya cepat, maka prognosisnya akan lebih baik. Begitu juga sebaliknya. Sedangkan dari tingkat keparahan, jika fraktur yang di alami ringan, maka proses penyembuhan akan berlangsung dengan cepat dengan prognosis yang baik. Tapi jikalau pada kasus yang berat prognosisnya juga akan buruk.bahkan jikalau parah, tindakan yang dapat di ambil adalah cacat fisik hingga amputasi. Selain itu, penderita dengan usia yang lebih muda akan lebih bagus prognosisnya di banding penderita dengan usia lanjut.

BAB 3PENUTUPFraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.Fraktur tertutup atau simple adalah fraktur dengan kulit yang tidak mengalami perforasisehingga lokasi fraktur tidak terpajan lingkunga luar sedangkan fraktur terbuka atau frakturgabungan adalah fraktur dengan kulit yang tertembus pada ekstremitas yang terkena. Frakturtertutup terutamnya di tungkai bawah biasanya mempunyai resiko tinggi untuk mendapatcompartment syndrome karena pada patah tulang tertutup,darah tidak dapat keluar dan seringmenimbulkan peningkatan tekanan compartment otot. Justeru, pemeriksaan neurovasculardistal terutama bila kulit terlihat tegang dan bengkak harus segera dilakukan karena jikaterlambat amputasi terpaksa dilakukan. Penanganan yang baik menghasilkan penyembuhandan prognosis yang membaik.Kesimpulan Berdasarkan hasil pembelajaran yang dikaji, seperti penelitian, pembahasan segenap aspek penyakit ini serta diagnosis mutlak hasil rontgen dapat disimpulkan bahwa hasil hipotesis yang disepakati dapat diterima, yaitu fraktur tertutup antebrachii dextra 1/3 distal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Gleadle Jonathan. At a glance. Anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta : Erlangga;2007.h. 16.2. Rasjad C. Buku pengantar Ilmu Bedah Ortopedi edisi III. Makassar: Yarsif Watampone2007.h. 352-489.3. Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. Patofisiologi. Vol. 2 Ed 6. Jakarta : EGC; 2006.h.1365-71.4. Mansjoer A. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: FKUI; 2000. h. 351-2.5. Corwin Elizabeth J. Buku saku patofisiologi. Ed 3. Jakarta: EGC; 2009

2 | Page