16
PENDAHULUAN Thalassemia merupakan penyakit darah herediter (keturunan) yang paling sering danakan merupakan kelainan genetik utama yang timbul setelah penyakit infeksi dan gangguan giziteratasi di Indonesia. Menyambut paradigma Indonesia Sehat 2010 yang baru dicanangkan,kualitas sumber daya manusia tentu saja merupakan faktor yang utama dan keberadaanthalassemia tentu saja akan menurunkan kualitas kesehatan masyarakat. 1 Talasemia merupakan penyakit darah resesif autosomal yang diwariskan atau diturunkan. Pada penderita talasemia, cacat genetik menyebabkan tingkat pembentukan salah satu rantai-rantai globin yang menyusun hemoglobin menjadi berkurang . Sintesa salah satu rantai globin yang berkurang tersebut dapat menyebabkan pembentukan molekul hemoglobin yang abnormal, sehngga menyebabkan anemia, sebagai gejala khas thalassemia yang Nampak. ANAMNESIS Pada kasus ini pasien masih anak-anak, maka dapat dilakukan alloanamnesis pada orang tuanya, hal-hal yang penting dalam diagnosis menuju tanda-tanda kelainan yang disebabkan karena gangguan hematologi antara lain; Riwayat Penyakit Sekarang

PBL blok 24

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PBL blok 24

PENDAHULUAN

Thalassemia merupakan penyakit darah herediter (keturunan) yang paling sering danakan

merupakan kelainan genetik utama yang timbul setelah penyakit infeksi dan gangguan

giziteratasi di Indonesia. Menyambut paradigma Indonesia Sehat 2010 yang baru

dicanangkan,kualitas sumber daya manusia tentu saja merupakan faktor yang utama dan

keberadaanthalassemia tentu saja akan menurunkan kualitas kesehatan masyarakat.1

Talasemia merupakan penyakit darah resesif autosomal yang diwariskan atau diturunkan.

Pada penderita talasemia, cacat genetik menyebabkan tingkat pembentukan salah satu rantai-

rantai globin yang menyusun hemoglobin menjadi berkurang . Sintesa salah satu rantai globin

yang berkurang tersebut dapat menyebabkan pembentukan molekul hemoglobin yang abnormal,

sehngga menyebabkan anemia, sebagai gejala khas thalassemia yang Nampak.

ANAMNESIS

Pada kasus ini pasien masih anak-anak, maka dapat dilakukan alloanamnesis pada orang

tuanya, hal-hal yang penting dalam diagnosis menuju tanda-tanda kelainan yang disebabkan

karena gangguan hematologi antara lain;

Riwayat Penyakit Sekarang

Apa keluhan utama pasien ?

Gejala apa yang dirasakan oleh pasien? Lelah, malaise, sesak napas, nyeri dada, atau

tanpa gejala?

Apakah gejala tersebut muncul mendadak atau bertahap?

Tanyakan kecukupan makanan dan kandungan Fe ?

Adakah tanda-tanda kehilangan darah dari saluran cerna (tinja gelap, darah per rektal,

muntah darah)?

Adakah sumber kehilangan darah yang lain?

Adakah tanda-tanda kegagalan sumsum tulang

Page 2: PBL blok 24

Riwayat Penyakit Dahulu

Apakah Ibu menderita anemia? Kelainan penyakit darah? Saat mengandung ?

Apakah si bayi lahir kembar?

Bayi kembar dapat menyebabkan terjadi nya anemia

Tanyakan riwayat bepergian dan pertimbangkan kemungkinan infeksi parasit (malaria).

Adakah konsumsi obat-obatan tertentu ? (OAINS dan obat kanker).

Riwayat keluarga

Adakah riwayat anemia dalam keluarga?

Apakah di keluarga ada yang sakit sama seperti ini ?

PEMERIKSAAN FISIK

Pertama-tama dapat di lakukan pemeriksaan tanda-tanad vital. Menilai tanda vital untuk

mengetahui perubahan hemodinamik. Tanda vital penting untuk menegakkan diagnosis sesuatu

penyakit. Pemeriksaan vital yang umumnya dilakukan adalah: tekanan darah, nadi, suhu tubuh,

dan kadar nafas.

Setelah pemeriksaan tanda-tanda vital. Dapat dilakukan beberapa pemeriksaan lain, yaitu :

1. Tanda-tanda anemia. Biasa terlihat pada konjungtiva yang anemis dan telapak tangan

pucat. (biasanya anemia yang signifikan dapat timbul tanpa tanda klinis yang jelas).

2. Terdapat koilonikia (kuku ‘seperti sendok’) yang ditemukan pada defisiensi Fe yang

sudah berlangsung lama?

3. Ikterus. Akibat anemia hemolitik.

4. Terdapat memar dan ptechie. Tanda dari kerusakan trombosit.

5. Adakah tanda-tanda keganasan? Adakah penurunan berat badan baru-baru ini, massa, jari

tabuh, atau limfodenopati?

6. Hepatomegali.spleenomegali, dan massa di abdomen.

Page 3: PBL blok 24

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium :

Hitung Darah Lengkap

HB bisa kurang dari 5 g/dl. Kadar bilirubin serum tidak terkonjungasi meningkat. Kadar

besi serum tinggi, dengan saturasi kapasitas pengikat-besi.

Hapusan Darah Tepi

Anemia Mikrositik Hipokrom, normoblas, target cell dan basophilic stippling.

Retikulosit : Meningkat

Elektroforesis Hemoglobin.

Hampir semua HB F. HB A2 bisa normal, rendah atau sedikit meninggi.

DIchlorophenol Indophenol Precipitaion Test (DCIP).

Pada penderita thalasemia jika hemoglobin diinkubasi dengan dichlorophenol

indophenols maka akan mengalami kekeruhan.

Pemeriksaan Fragilitas Osmotik

Pada penderita thalasemia terjadi fragilitas osmotic menurun. Sehingga terjadi

peningkatan resistensi sel terhadap cairan hipotonik.

Sumsum tulang (tidak menentukan diagnosis) :

Hiperplasi sistem eritropoesis dengan normoblas terbanyak dari jenis asidofil.

Granula Fe (dengan pengecatan Prussian biru) meningkat. Pada anemia defisiensi besi

tidak ditemukan Fe dalam sumsum tulang.

Pemeriksaan lain (Radiologi) :

Foto Ro tulang kepala : gambaran hair on end, korteks menipis, diploe melebar dengan

trabekula tegak lurus pada korteks.

Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang : perluasan sumsum tulang sehingga trabekula

tampak jelas.

Page 4: PBL blok 24

WORKING DIAGNOSIS

Thalasemia mayor

Merupakan penyakit yang ditandai dengan kurangnya kadar hemoglobin dalam darah.

Akibatnya, penderita kekurangan darah merah yang bisa menyebabkan anemia. Dampak lebih

lanjut, sel-sel darah merahnya jadi cepat rusak dan umurnya pun sangat pendek, hingga yang

bersangkutan memerlukan transfusi darah untuk memperpanjang hidupnya.

Penderita thalasemia mayor akan tampak normal saat lahir, namun di usia 3-18 bulan

akan mulai terlihat adanya gejala anemia. Selain itu, juga bisa muncul gejala lain seperti jantung

berdetak lebih kencang dan facies cooley. Facies cooley adalah ciri khas thalasemia mayor,

yakni batang hidung masuk ke dalam dan tulang pipi menonjol akibat sumsum tulang yang

bekerja terlalu keras untuk mengatasi kekurangan hemoglobin. Penderita thalasemia mayor akan

tampak memerlukan perhatian lebih khusus. Pada umumnya, penderita thalasemia mayor harus

menjalani transfusi darah dan pengobatan seumur hidup. Tanpa perawatan yang baik, hidup

penderita thalasemia mayor hanya dapat bertahan sekitar 1-8 bulan. Seberapa sering transfusi

darah ini harus dilakukan lagi-lagi tergantung dari berat ringannya penyakit. Semakin berat

penyakitnya, kian sering pula si penderita harus menjalani transfusi darah.

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

Thalasemia Minor

Individu hanya membawa gen penyakit thalasemia, namun individu hidup normal,tanda-tanda

penyakit thalasemia tidak muncul. Walau thalasemia minor tak bermasalah, namun bila ia

menikah dengan thalasemia minor juga akan terjadi masalah. Kemungkinan 25% anak

mereka menerita thalasemia mayor. Pada garis keturunan pasangan ini akan muncul penyakit

thalasemia mayor dengan berbagai ragam keluhan. Seperti anak menjadi anemia, lemas, loyo

dan sering mengalami pendarahan. Thalasemia minor sudah ada sejak lahir dan akan tetap ada

di sepanjang hidup penderitanya, tapi tidak memerlukan transfusi darah di sepanjang hidupnya.

Page 5: PBL blok 24

Thalasemia intermedia

Talassemia intermedia merupakan kondisi antara mayor dan minor, dapat mengakibatkan anemia

berat dan masalah lain seperti deformitas tulang dan pembengkakan limpa. Rentang keparahan

klinis pada Thalassemia Intermedia ini cukup lebar, dan batasnya dengan kelompok Thalassemia

Mayor tidak terlalu jelas sehingga, keduanya dibedakan berdasarkan ketergantungan sang

penderita pada tranfusi darah. Salah satu ciri fisik dari penderita talasemia adalah kelainan tulang

yang berupa tulang pipi masuk ke dalam dan batang hidung menonjol (disebut gacies cooley),

penonjolan dahi dan jarak kedua mata menjadi lebih jauh, serta tulang menjadi lemah dan

keropos.

ETIOLOGI

Sindrom talasemia akibat tidak adanya sintesis satu atau lebih rantai polipeptida globin

yang bergabung membentuk hemoglobin. Sindrom thalassemia-α biasanya disebabkan oleh

delesi satu gen globin atau lebih. Thalassemia- dapat juga karena delesi gen, tetapi lebih lazim

merupakan akibat kelainan pembacaan atau pemrosesan DNA. Pada tingkat molekular,

sekurang-kurangnya diketahui 100 mutasi yang mengakibatkan kelainan ini.Mutasi ini dapat

mengurangi produksi atau mengubah pemrosesan mRNA. Cara lain pergeseran kerangka atau

mutasi nonsense dapat menggambarkan mRNA nonfungsional. Pada tingkat fenotip, tidak dibuat

-globin (thalassemia-0) atau pengurangan jumlah -globin.normal yang dihasilkan

(thalassemia-+). Hanya rantai globin normal yang dihasilkan pada kelainan ini, tetapi ada

bentuk thalassemia tidak biasa lain yang secara struktural disintesis rantai globulin abnormal.

EPIDEMIOLOGI

Di seluruh dunia, 15 juta orang memiliki presentasi klinis dari thalassemia. Fakta ini

mendukung thalassemia sebagai salah satu penyakit turunan yang terbanyak; menyerang hampir

semua golongan etnik dan terdapat pada hampir seluruh negara di dunia. Beberapa tipe

thalassemia lebih umum terdapat pada area tertentu di dunia. Thalassemia-β lebih sering

ditemukan di negara-negara Mediteraniam seperti Yunani, Itali, dan Spanyol. Banyak pulau-

Page 6: PBL blok 24

pulau Mediterania seperti Ciprus, Sardinia, dan Malta, memiliki insidens thalassemia-β mayor

yang tinggi secara signifikan. Thalassemia-β juga umum ditemukan di Afrika Utara, India,

Timur Tengah, dan Eropa Timur. Sebaliknya, thalassemia- α lebih sering ditemukan di Asia

Tenggara, India, Timur Tengah, dan Afrika.

PATOFISIOLOGI

Sindrom talasemia β diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu (1) talasemia β0, yang disebabkan

oleh ketiadaan total rantai β-globin dalam keadaan homozigot, dan (2) talasemia β+, yang

ditandai oleh penurunan sintesis rantai β-globin (tetapi masih dapat dideteksi) dalarn keadaan

homozigot. Pada thalassemia-β, dimana terdapat penurunan produksi rantai β, terjadi produksi

berlebihan rantai α. Produksi rantai globin ã, di mana pasca kelahiran masih tetap diproduksi

rantai globin α2ã2 (HbF), tidka mencukupi untuk mengkompensasi defisiensi α2β2 (HbA). Hal

ini menunjukkan bahwa produksi rantai globin β dan rantai globin ã tidak pernah dapat

mencukupi untuk mengikat rantai α yang berlebihan. Rantai α yang berlebihan ini merupakan

ciri khas pada patogenesis thalassemia-β.

Rantai α yang berlebihan, yang tidak dapat berikatan dengan rantai globin lainnya, akan

berpresipitasi pada prekursor sel darah merah dalam sumsum tulang dan dalam sel progenitor

dalam darah tepi. Presipitasi ini akan menimbulkan gangguan pematangan prekursor eritroid dan

eritropoiesis yang tidak efektif (inefektif), sehingga umur eritrosit menjadi pendek. Akibatnya,

timbul anemia. Anemia ini lebih lanjut lagi akan menjadi pendorong (drive) proliferasi eritroid

yang terus menerus (intens) dalam sumsum tulang yang inefektif, sehingga terjadi ekspansi

sumsum tulang. Hal ini kemudian akan menyebabkan deformitas skeletal dan berbagai gangguan

pertumbuhan dan metabolisme. Anemia kemudian akan ditimbulkan lagi (exacerbated) dengan

adanya hemodilusi akibat adanya hubungan langsung (shunting) darah akibat sumsum tulang

yang berekspansi dan juga oleh adanya splenomegali. Pada limpa yang membesar makin banyak

sel darah merah abnormal yang terjebak, untuk kemudian akan dihancurkan oleh sistem fagosit.

Hiperplasia sumsum tulang kemudian akan meningkatkan absorpsi dan muatan besi. Hal ini akan

menyebabkan penimbunan besi yang progresif di jaringan berbagai organ, yang akan diikuti

kerusakan organ dan diakhiri dengan kematian, bila besi ini tidak segera dikeluarkan.

Page 7: PBL blok 24

GEJALA KLINIS

1. Anemia berat menjadi nyata pada usia 3-6 bulan.

2. Pembesaran hati dan Iimpa terjadi akibat destruksi eritrosit yang berlebihan, hemopoiesis

ekstramedula, dan lebih lanjut akibat penimbunan besi. Limpa yang besar meningkatkan

kebutuhan darah dengan meningkatkan volume plasma, dan meningkatkan destruksi

eritrosit dan cadangan (pooling) eritrosit.

3. Pelebaran tulang yang disebabkan oleh hiperplasia sumsum tulang yang hebat

menyebabkan terjadinya fasies thalasemia dan penipisan korteks di banyak tulang, dengan

suatu kecenderungan terjadinya fraktur dan penonjolan tengkorak dengan suatu gambaran

‘rambut berdiri (hair-on-end)’ pada foto Rontgen.

4. Usia pasien dapat diperpanjang dengan pemberian transfusi darah tetapi penimbunan besi

yang disebabkan oleh transfusi berulang tidak terhindarkan kecuali bila diberikan terapi

khelasi. Tiap 500 ml darah transfusi mengandung sekitar 250 mg besi. Yang lebih memper-

buruk, absorpsi besi dari mekanan meningkat pada thalasemia β, kemungkinan akibat

eritropoiesis yang inefektif. Besi merusak hati, organ endokrin (dengan kegagalan pertum-

buhan, pubertas yang terlambat atau tidak terjadi, diabetes melitus, hipotiroidisme,

hipoparatiroidisme), dan miokardium. Tanpa khelasi besi yang intensif, kematian terjadi

pada dekade kedua atau ketiga, biasanya akibat gagal jantung kongestif atau aritmia

jantung. Pigmentasi kulit akibat kelebihan melanin dan hemosiderin memberikan tampilan

kelabu seperti batu tulis pada stadium awal penimbunan besi.

5. Infeksi dapat terjadi karena berbagai alasan. Pada masa bayi, tanpa transfusi yang

mencukupi, anak yang menderita anemia rentan terhadap infeksi bakteri. Infeksi

pneumokokus, Haemophilus, dan meningokokus mungkin terjadi jika telah dilakukan

splenektomi dan tidak diberikan profilaksis penisilin. Yersinia enterocoliiica terutama

ditemukan pada nasien kelebihan besi yang sedang menjalani pengobatan desferioksamin;

Page 8: PBL blok 24

kuman ini menyebabkan gastroenteritis berat. Transfusi virus melalui transfusi darah dapat

terjadi. Penyakit hati pada thalasemia paling sering disebabkan oleh hepatitis C, tetapi juga

sering disebabkan oleh hepatitis B bila virus tersebut endemik. Virus imunodefisiensi

manusia (human immunodeficiency virus, HIV) telah ditularkan pada beberapa pasien

melalui transfusi darah.

PENATALAKSANAAN

1. Transfusi Darah

Transfusi teratur sangat penting untuk ketahanan hidup kebanyakan thalassemia

homozigot. Terapi diberikan secara teratur uniuk mempertahankan kadar Hb di atas 10

g/dL. Regimen "hipertransfusi" ini mempunyai keuntungan klinis yang nyata. Hal

memungkinkan pasien dapat lebih nyaman, mencegah ekspansi sumsum tulang dan

masalah kosmetik progresif yang terkait dengan perubahan tulang-tulang muka, dan

meminimalkan dilatasi jantung dan osteoporosis. Transfusi dengan dosis 15-20 ml/kg sel

darah merah terpampat (PRC) biasanya diperlukan seliap 4-5 minggu. Uji silang harus

dikerjakan untuk mencegah alloimunisasi dan mencegah reaksi transfusi. Lebih baik

digunakan PRC yang relatif segar (kurang dari 1 minggu dalam antikoagulan CPD).

Walapun dengan kehati-hatian yang tinggi, reaksi demam akibat tranfusi lazim ada. Hal

ini dapat diminimalkan dengan penggunaan eritrosit yang direkonstitusi dari darah beku

atau penggunaan filter leukosit, dan dengan pemberian antipiretik sebelum transfusi.

2. Terapi Khelasi Besi

Hemosiderosis adalah akibat terapi transfusi jangka panjang yang tidak dapat dihindari

karena seliap 500 ml darah membawa kira-kira 200 mg besi ke jaringan yang tidak dapat

diekskreksikan secara fisiologis. Hemosiderosis dapat diturunkan atau bahkan dicegah

dengan pemberian parenteral obat pengkhelasi besi (iron-chelating drugs), deferoksamin,

yang membentuk kompleks besi yang dapat diekskresikan dalam urin. Kadar

deferoksamin darah yang dipertahankan tinggi adalah perlu untuk ekskresi besi yang

Page 9: PBL blok 24

memadai. Obat ini diberikan subkutan dalam jangka 8-12 jam dengan menggunakan

pompa portabel kecil (selama tidur), 5 atau 6 malam/minggu. Penderita yang menerima

regimen ini dapat mempertahankan kadar feritin serum kurang dari 1.000 ng/mL, yang

benar-benar di bawah nilai toksik.

Obat pengkhelasi besi per oral yang efektif, deferipron, telah dibuktikan efektif serupa

dengan deferoksamin. Namun dikhawatiran kemungkinan terjadinya toksisitas

(agranulositosis, artritis, artralgia). Kelator besi oral, yaitu L1 (1,2-dimetil-3-

hidrosipiridin-4-on), telah menunjukkan efektifitas pada percobaan klinis dan dapat

memberikan pilihan terapeutik bagi pasien yang kelebihan beban besi jika ingin

mendapatkan keamanan.

3. Splenektomi

Splenektomi dipertimbangkan pada penderita yang kebutuhan transfusinya bertambah di

luar porporsi pertumbuhan atau proporsi yang mengurangi gejala tekanan yang

disebabkan oleh hipertrofi limpa masif. Splenektomi meningkatkan risiko sepsis yang

parah sekali, dan oleh karena itu operasi harus dilakukan hanya untuk indikasi yang jelas

dan harus ditunda selama mungkin. Kebutuhan transfusi melebihi 240 ml/kg PRC/tahun

biasanya merupakan bukti hipersplenisme dan merupakan indikasi untuk

mempertimbangkan splenektomi.

4. Cangkok sumsum Tulang

Cangkok sumsum tulang (CST) adalah kuratif pada penderita ini dan telah terbukti

keberhasilan yang meningkat, meskipun pada penderita yang telah menerima transfusi

sangat banyak. Namun, prosedur ini membawa cukup risiko morbiditas dan mortalitas

dan biasanya hanya dapat digunakan untuk penderita yang mempunyai saudara kandung

yang sehat (yang tidak terkena) yang histokampatibel.

Page 10: PBL blok 24

KOMPLIKASI

Akibat anemia yang lam dan berat, sering terjadi gagal jantung. Transfuse darah yang

berulang-ulang dari proses hemolesis menyebabkan kadar besi dalam darah tinggi, sehingga

tertimbun dalam berbagai jaringan tubuh seperti hepar,limpa, kulit, jantung, dan lain-lain. Hal ini

dapat mengakibatkan gangguan fungsi alat tersebut (hemotromotosis. Limpa yang basar mudah

ruptur akibat trauma yang ringan, kematian terutama disebabkan oleh infeksi dan gagal jantung.

PENCEGAHAN

Edukasi

Dengan adanya edukasi dalam bentuk penyuluhan tentang penyakit Thalasemia kepada

masyarakat, diharapkan pengetahuan masyarakat menjadi bertambah. Penyuluhan ini dapat

menjadikan masyarakat lebih aware terhadap penyakit kelainan darah ini. Jadi, ketika ada anak

yang menunjukkan gejala Thalasemia, mereka langsung membawanya ke pusat pelayanan

kesehatan.

Skrining Pranikah

Skrining pranikah juga menjadi salah satu metode pencegahan Thalasemia. Tes darah

pada pasangan yang akan menikah dapat menjadi indikator seseorang menderita carier

Thalasemia atau pun tidak. Ketika mengetahui kondisi pasangannya, perlu diperhatikan pada

gambar warisan thalasemia. Jika keduanya thalasemia minor apalagi mayor, pikirkan yang akan

terjadi pada anak-anak yang akan dilahirkannya.

Jika suami atau istri merupakan pembawa sifat Thalasemia, maka anak mereka memiliki

kemungkinan  sebesar 25% untuk menderita Thalasemia. Karena itu, ketika sang istri

mengandung, disarankan untuk melakukan tes darah di laboratorium untuk memastikan apakah

janinnya mengidap Thalasemia atau tidak.

Page 11: PBL blok 24

PROGNOSIS

Tanpa terapi penderita akan meninggal pada dekade pertama kehidupan, pada umur, 2-6

tahun, dan selama hidupnya mengalami kondisi kesehatan buruk. Dengan tranfusi saja penderita

dapat mencapai dekade ke dua, sekitar 17 tahun, tetapi akan meninggal karena hemosiderosis,

sedangkan dengan tranfusi dan iron chelating agent penderita dapat mencapai usia dewasa

meskipun kematangan fungsi reproduksi tetap terlambat.