16
LAPORAN PBL III BLOK NBSS MENINGITIS Disusun Oleh: KELOMPOK 7 DHITA ADRIANY G1A007011 AGUSTINA HARTUTI G1A007019 REZKY GALUH SAPUTRA G1A007020 DWITA YOGASWARI G1A007051 GENDIS AYU ARDIAS G1A007099 ADHINI DWIRESPATI G1A007105 YOSINOV NUR H G1A007112 MOHAMMAD ANGGI MONTAZERI G1A007121 ESTER MORYAAN G1A007137 DEWI SILVIANI K1A006091 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PBL III NBSS-MENINGITIS

  • Upload
    gendis

  • View
    767

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Gendis Ayu Ardias,Ester Moryaan

Citation preview

Page 1: PBL III NBSS-MENINGITIS

LAPORAN PBL III BLOK NBSS

MENINGITIS

Disusun Oleh:KELOMPOK 7

DHITA ADRIANY G1A007011

AGUSTINA HARTUTI G1A007019

REZKY GALUH SAPUTRA G1A007020

DWITA YOGASWARI G1A007051

GENDIS AYU ARDIAS G1A007099

ADHINI DWIRESPATI G1A007105

YOSINOV NUR H G1A007112

MOHAMMAD ANGGI MONTAZERI G1A007121

ESTER MORYAAN G1A007137

DEWI SILVIANI K1A006091

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN KEDOKTERAN

PUWOKERTO

2010

Page 2: PBL III NBSS-MENINGITIS

PBL III Blok NBSS 2010

Informasi I

Jicko, seorang laki-laki usia 24 tahun datang ke UGD diantar oleh keluarganya

karena keluhan sakit kepala berat. Menurut keluarganya, keluhan dirasakan sudah

2 hari. Jicko sudah tidak mampu lagi menahan badannya untuk berdiri sehingga ia

segera dibaringkan di bed pasien.

Informasi II

Ketika dokter jaga UGD berbicara kepadanya, jicko hanya merintih-rintih. Mata

jicko terpejam dan kelihatan sangat tidak nyaman. Dia terus memejamkan

matanya menghindari cahaya dan bergerak hanya sesekali saja. Tiba-tiba jicko

muntah menyemprot dan seluruh badannya kaku dengan kedua mata tertutup

sangat rapat hampir 5 menit.

Menurut keluarganya, jicko sudah satu minggu tidak berangkat bekerja karena

sakit panas. Semakin hari panasnya semakin tinggi, dan jicko hanya minum obat

turun panas yang dibeli di warung. Jicko belum pernah mengalami sakit kepala

sehebat ini. Riwayat trauma kepala disangkal.

Informasi III

Pemeriksaan Fisik :

KU : Gelisah

GCS : E2M5V6

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Denyut nadi : 100x/menit

Respirasi : 24x/menit

Suhu Tubuh : 39,5 C

Status internus : dalam batas normal

Status Neurologis :

Leher : Kaku kuduk (+), Tes Brudzinki (+)

Mata : conjungtiva palpebra tak anemis, sclera tak

ikterik, isokor, refleks cahaya +/+

N.Cranialis : dalam batas normal

Page 3: PBL III NBSS-MENINGITIS

Fungsi Motorik Superior (D/S) Inferior (D/S)

Gerak sulit dinilai sulit dinilai

Kekuatan sulit dinilai sulit dinilai

Refleks fisiologis meningkat/Normal meningkat/Normal

Refleks patologis -/- +/-

Tonus N/N N/N

Trofi Eutrofi eutrofi

Sensorik : sulit dinilai

tutorial II

Informasi IV

Hasil laboratorium

Hb : 11 gr/dl

Leukosit : 1100/mm3

Hct : 34 vol%

Eritrosit : 4,1 x 106 mmk

Analisis LCS dari Pungsi Lumbal:

Sifat : keruh

Tekanan : 300 mmhg

Protein : 75 mg/dl

Leukosit total : 10/ml

Glukosa : 100 mg/dl

Tutorial III

Informasi V

Diagnosis

Diagnosis Klinis : Penurunan Kesadaran

Page 4: PBL III NBSS-MENINGITIS

Sefalgia

Kejang

Diagnosis topis : Meningen

Diagnosis etiologis : meningitis bacterial

Informasi VI

Penatalaksanaan :

- Infus asering 16 tpm

- O2 3 L/m

- Injeksi Ceftriaxon 1x2 gram

- Metil Prednisolon 2x125 gram

-Diazepam 10 mg (bila kejang)

- Parasetamol

Definisi meningitis

Page 5: PBL III NBSS-MENINGITIS

Merupakan infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piamater dan

arakhnoidmater, serta mengenai pula bagian superfisial otak dan medulla spinalis

serta pembuluh darah otak(vaskulitis).

Berdasarkan lapisan otak yang terkena, meningitis dapat dibedakan menjadi

pakimeningitis(duramater), dan leptomeningitis(piamater dan arakhnoidmater)

Etiologi meningitis

Secara umum penyebab meningitis ialah oleh mikroorganisme bakteri ataupun

virus(meningitis aseptik).

Berikut merupakan bakteri yang sering menyebabkan meningitis:

1. Neisseria meningitides(meningokokus)

2. Hemophilus influenza tipe b

3. Streptokokus pneumonia(pneumokokus)

4. Streptokokkal pneumonika

5. Stafilokokus aureus

6. Stafilokokus epidermis

7. Mikobakterium tuberkulosis

Sedangkan meningitis viral biasanya disebabkan oleh golongan enterovirus yang

terdiri dari virus polimeilitis, dan virus ECHO.

Selain itu meningitis dapat pula disebabkan oleh infeksi dari riketsia, jamur,

cacing, dan protozoa.

Faktor risiko meningitis

Berikut merupakan faktor-faktor yang membuat seseorang rentan dapat terinfeksi

meningitis:

1. Neonatus dan balita

2. Usia lanjut

3. Peminum alkohol

4. Penderita immunocompromissed

5. Pasien cedera kepala

6. Pasien tuberkulosis(komplikasi kepada meningitis tuberkulosa

Page 6: PBL III NBSS-MENINGITIS

Klasifikasi :

1. Berdasarkan letak anatomisnya:

a. Pakimeningitis: infeksi pada duramater

b. Leptomeningitis: infeksi pada arakhnoid dan piamater

2. Meningitis berdasarkan penyebab :

1. Meningitis karena Bakteri

a. Meningokokus

b. Pneumokokus

c. Hemofilus influenza

d. Tuberkulosa

2. Meningitis karena Virus

3. Meningitis karena Riketsa

4. Meningitis karena Jamur

5. Meningitis karena Cacing

6. Meningitis karena Protozoa

Faktor predisposisi meningitis:

1. Sepsis

2. Kelainan pada penekanan reaksi imunologik, contohnya

agamaglobulinemia

3. Pemirauan (shunting) ventrikel

4. Pungsi lumbal dan anestesi spiral

5. Infeksi parameningeal

Gambaran klinis (Tanda dan Gejala) meningitis:

Panas , menggigil, nyeri kepala terus menerus, mual dan muntah, hilang

nafsu makan, kelemahan umum, rasa nyeri pada punggung serta sendi.

Dengan pemeriksaan bisa didapatkan : kaku kuduk, tanda kernig, tanda

brudzinsky, takut cahaya, peka rangsang tinggi, kejang (jarang), paralisis nervus

VI, nervus VII, nervus VIII, hiperreflek, muncul reflek patologis, dan gangguan

psikis seperti mudah gelisah, hiperaktif, halusinasi dan mudah tersinggung.

Page 7: PBL III NBSS-MENINGITIS

Referensi:

(Harsono. 2005. Radang Susunan Syaraf. Kapita Selekta Neurologi.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 169-172)

Patofisiologi Meningitis:

Page 8: PBL III NBSS-MENINGITIS

Penegakkan diagnosis meningitis:

organisme patogen (bakteri, virus, jamur, protozoa)

Trauma terbuka, prosedur bedah, ruptur serebri (langsung)

Hematogen (bloodstream)Perkontinuitatum (penyebaran infeksi yang berasal dari daerah kepala, contoh: otitis media, sinusitis, nasofaringitis)

invasi Blood Brain Barrier

permeabilitas vaskuler ↑

edema serebral depolarisasi membran ↑

influks Ca2+ ↑

Pelepasan neurotransmitter ↑di neuro-muscular junction

depolarisasi sel otot ↑

KEJANG

Peningkatan TIK

stasis vena dan arteri

nekrosis

traksi & rangsang pusat muntah medulla oblongata

NYERI KEPALA MUNTAH PROYEKTIL

Respon imun: DEMAM

Iritasi meningealInfark serebri

Penurunan aliran darah ke otot leher

Vaskulitis (arteritis&plebitis)

ara

Spasme

NUCHAL RIGIDITY/KAKU

KUDUK

Page 9: PBL III NBSS-MENINGITIS

- Anamnesis (dapat dilakukan dengan autoanamnesis atau alloanamnesis bila

pasien tidak koperatif)

- Pemeriksaan fisik, perhatikan tanda meningeal (nyeri kepala, kaku kuduk,

dan fotofobia), Kernig sign dan Burdzinsky.

- Pemeriksaan penunjang:

Laboratorium darah: darah lengkap:HB, HT, LED, eritrosit, leukosit;

elektrolit darah

Pungsi lumbal untuk pemeriksaan LCS (indikasi infeksi: peningkatan sel

darah putih, protein, tekanan CSF > 180 mmHg, dan penurunan glukosa)

Kultur darah

CT scan untuk melihat ada lesi desak ruang akibat progresi inflamasi

seperti abses, dan penumpukan cairan LCS (hidrosefalus)

Page 10: PBL III NBSS-MENINGITIS

Komplikasi meningitis:

1. Cerebral - Edema otak dengan resiko herniasi

2. Komplikasi pemb darah arteri: arteritis vasopasme, fokal kortikal

hiperperfusi, ggn serebrovaskular autoregulasi

3. Septik sinus/ trombosis venous terutama sinus sagitalis superior,

tromboflebitis kortikal

4. Hidrosefalus

5. Serebritis

6. Subdural efusi (pada bayi dan anak)

7. Abses otak, subdural empiemi

Penatalaksanaan Farmakologis:

A. Obat anti inflamasi :

Meningitis tuberkulosa :

1. Isoniazid 10 – 20 mg/kg/24 jam oral, 2 kali sehari maksimal 500 gr selama

1 ½ tahun.

2. Rifamfisin 10 – 15 mg/kg/ 24 jam oral, 1 kali sehari selama 1 tahun.

3. Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu, 1 – 2 kali

sehari, selama 3 bulan.

Meningitis bacterial, umur < 2 bulan :

1. Sefalosporin generasi ke 3

2. Ampisilin 150 – 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 – 6 kali sehari.

3. Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari.

Meningitis bacterial, umur > 2 bulan :

1. Ampisilina 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari.

2. Sefalosforin generasi ke 3.

B. Pengobatan simtomatis :

1. Diazepam IV : 0.2 – 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4 – 0.6/mg/kg/dosis

kemudian

2. Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.

3. Turunkan panas :

Page 11: PBL III NBSS-MENINGITIS

a. Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis.

b. Kompres air PAM atau es.

C. Pengobatan suportif :

1. Cairan intravena.

2. Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar antara 30 – 50%.

KEJANG (KONVULSI)

Menurut Doenges (1993), kejang (konvulsion) adalah aktifitas motorik dan

gangguan fenomena sensorik akibat dari pelepasan muatan listrik secara tiba-tiba

yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan serangan

tiba-tiba dan disertai gangguan kesadaran.

Dalam bahasa lain, kejang merupakan pergerakan abnormal akibat

perubahan tonus otot yang distimulasi oleh pelepasan muatan listrik yang tidak

terkontrol.

Berdasarkan gambaran klinisnya, kejang dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga)

yaitu :

1. Kejang Tonik

Kejang ini biasanya terjadi pada bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah

(BBLR) dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan

komplikasi prenatal berat. Bentuk klinis kejang tonik yaitu berupa pergerakan

tonik satu ekstremitas atau pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan

tungkai yang menyerupai desebrasi, atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah

dengan bentuk dekortifikasi. Bentuk kejang tonik yang menyerupai desebrasi

harus dibedakan dengan sikap epistotonus yang disebabkan oleh rangsang

meningkat karena infeksi selaput otak atau kernikterus.

2. Kejang Klonik

Kejang klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan permulaan fokal

dan multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinik kejang fokal berlangsung

antara 1 - 3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran,

dan biasanya tidak diikuti oleh fase tonik. Bentuk kejang ini disebabkan oleh

kontusio serebri akibat trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau oleh

ensefalopati metabolik.

Page 12: PBL III NBSS-MENINGITIS

3. Kejang Mioklonik

Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau

keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut

menyerupai gerakan refleks moro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan

susunan saraf pusat yang luas dan hebat. Gambaran EEG kejang mioklonik pada

bayi tidak spesifik.

4. Kejang Tonik-Atonik

Biasanya berbentuk drops attack, dapat 50-100 kali/hari, lama serangan beberapa

detik, ditemukan pada sindrom epilepsy umum simptomatik/kriptogenik.

Referensi:

Mursal, M. 2010. Klasifikasi Kejang. Jakarta. Available from URL :

http://moershaell.blogspot.com/2010/01/klasifikasi-kejang.html. Diakses

tanggal 22 Maret 2010.

Syeban, Zakiah S. 2009. Seizure. Jakarta. Available from URL :

http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/b57aff6a3dbda16067187a327825

527a221a328f.pdf. Diakses tanggal 22 Maret 2010.