Upload
abrar-jurisman
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
1/79
Plan, Do, Check, and Action
UPAYA PENINGKATAN PENJARINGAN SUSPEK TB PARU
DI KELURAHAN LUBUK LINTAH WILAYAH KERJA
PUSKESMAS AMBACANG TAHUN 2015
Oleh:
Abrar Jurisman 1110312028
Panji Hadi Permana 1110312029
Marcella Dorainne Mansah 1010314001
Cherylina Grace Gideon 1010314002
Dwiyana Roselin 1110312021
Widya Astuti 1110312131
Aisha Triani 1110313029
Resti Yomelia 1110312126
Elfani Lisa Alvionita Ifada 1110312080
Preseptor:
dr. Yuniar Lestari, M. Kes
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
2/79
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kesehatan merupakan kebutuhan pokok manusia oleh karena itu kesehatan
adalah hak azasi manusia. Keberhasilan pembangunan kesehatan secara makro
akan mempengaruhi kinerja pembangunan sektor lain seperti pembangunan
ekonomi, pendidikan, sosial, pertahanan dan keamanan, secara mikro akan
meningkatkan derajat kesehatan individu. Derajat kesehatan yang optimal akan
mewujudkan sumber daya manusia yang sehat dan kuat baik jasmani maupun
rohani. Sumber daya manusia yang demikian ini dibutuhkan saat kita memasuki
abad 21. Abad yang ditandai dengan persaingan yang ketat baik ditingkat nasional,
regional maupun internasional. Pembangunan kesehatan terus harus diupayakan
untuk dapat meningkatkan kualitas, dan pemerataan jangkauan pelayanan
kesehatan masyarakat.
Pada tahun 1969-1971 Departemen Kesehatan menata kembali strategi
pembangunan kesehatan jangka panjang melalui PAKERNAS I untuk merumuskan
rencana pembangunan kesehatan jangka panjang sebagai awal Repelita I.
Kemudian dari sinilah konsep Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas) mulai
diperkenalkan.
Puskesmas Ambacang merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan yang
ada di wilayah Kota Padang dengan jumlah penduduk sebanyak 46.900 jiwa dalam
wilayah kerjanya. Program pokok di Puskesmas Ambacang seperti halnya di
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
3/79
puskesmas lainnya adalah program promosi kesehatan, pelayanan pengobatan,
kesehatan ibu dan anak, pemberantasan penyakit menular, kesehatan lingkungan
dan gizi. Selain program pokok juga terdapat program-program pengembangan
seperti upaya kesehatan lansia, upaya kesehatan kerja dan lainnya. Semua program
ini memiliki target dan pencapaian masing-masing sesuai standar pelayanan
minimal yang dikeluarkan oleh DKK. Dalam pelaksanaannya terdapat berbagai
kesenjangan antara target dan pencapaian yang diperoleh masing-masing program.
Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan tahunan Puskesmas
Ambacang dan observasi serta wawancara pada tahun 2015 terdapat beberapa
masalah, di antaranya: pengawasan pencapaian target pemeriksaan IVA dibawah
indikator, pencapaian suspek TB paru (gap kelurahan ambacang 40,4%, kelurahan
anduring 13,1%, lubuk lintah 24 %, Ampang 30%), hasil imunisasi TT 2+ masih
rendah, target pembinaan RT berPHBS masih rendah.
Berdasarkan analisis masalah tersebut baik dari sisi urgensi masalah,
kemungkinan intervensi, akibat, segi biaya, dan sumber daya yang dibutuhkan,
maka kami memprioritaskan untuk menelaah mengenai rendahnya angka
penemuan kasus TB paru BTA (+). Sampai bulan September 2015 angka penemuan
kasus TB paru di Puskesmas Ambacang Kuranji hanya sebesar 33 kasus dari
perkiraan 58 kasus (56,8%), sedangkan pada Kelurahan Lubuk Lintah target
penemuan TB adalah 154 namun yang angka penemuan hanya 37 (24%).
Tuberkulosis merupakan sebuah infeksi yang disebabkan oleh bacillus
Mycobacterium tuberculosis, paling sering menyerang paru (TB paru) tetapi juga
dapat menyerang organ lain (TB ekstrapulmonal). Berdasarkan data Oktober 2014-
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
4/79
Agustus 2015 prevalensi TB Indonesia menempati posisi ketiga di dunia setelah
Afrika Selatan dan Cambodia (WHO, 2015). Keadaan ini tentu menjadi beban berat
untuk dapat menurunkan angka TB di Indonesia.
TB saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat didunia
meskipun saat ini upaya pengendalian dengan strategi DOTS telah diterapkan.
Berdasarkan data WHO tahun 2015 prevalensi TB di Indonesia per 100.000
populasi dengan usia diatas 15 tahun adalah 257 (95%) dengan TB positif, dan 759
(95%) suspek TB. Penemuan pasien tuberkulosis bertujuan untuk mendapatkan
pasien TB melalui serangkaian kegiatan, mulai dari penjaringan terhadap terduga
pasien TB, pemeriksaan fisik dan laboratoris, menentukan diagnosa , menentukan
klasifikasi penyakit serta tipe pasien TB, sehingga dapat dilakukan pengobatan agar
sembuh dan tidak menularkan penyakitnya pada orang lain.
1.2.Rumusan Masalah
1.
Apa faktor yang menyebabkan rendahnya angka penemuan kasus TB BTA
(+) di kelurahan Lubuk Lintah wilayah kerja Puskesmas Ambacang?
2. Langkahlangkah apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan penemuan
kasus TB BTA (+) di kelurahan Lubuk Lintah wilayah kerja Puskesmas
Ambacang?
1.3.
Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan umum
Meningkatkan penemuan suspek TB di kelurahan Lubuk Lintah wilayah
kerja Puskesmas Ambacang.
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
5/79
1.3.2. Tujuan khusus
1. Mengetahui gambaran umum tentang penemuan suspek TB di kelurahan
Lubuk Lintah di Puskesmas Ambacang.
2. Mengidentifikasi masalah dalam penemuan suspek TB di kelurahan
Lubuk Lintah di Puskesmas Ambacang.
3.
Menganalisis penyebab rendahnya penemuan suspek TB di kelurahan
Lubuk Lintah di Puskesmas Ambacang.
4. Meningkatkan pencapaian target penemuan suspek TB di kelurahan
Lubuk Lintah di Puskesmas Ambacang.
1.4.Manfaat Penulisan
Memberi masukan kepada puskesmas terkait penyebab rendahnya
penemuan TB BTA (+) di wilayah kerja puskesmas ambacang dan data temuan
TB dapat dipergunakan oleh puskesmas Ambacang sesuai dengan kebutuhan.
Meningkatkan angka kunjungan suspek TB pada puskesmas Ambacang.
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
6/79
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Tuberkulosis
2.1.1. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi kronik menular yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan granuloma
pada jaringan yang terinfeksi dan hipersensitivitas yang diperantarai sel (cell-
mediated hypersensitivity). Penyakit biasanya mengenai paru, tetapi dapat juga
mengenai organ-organ tubuh yang lain.
2.1.2. Etiologi
Penyebab dari infeksi penyakit tuberkulosis adalah bakteri Mycobacterium
tuberkulosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal
juga sebagai Basil Tahan Asam (BTA).
2.1.3. Faktor resiko
Beberapa faktor resiko TB adalah:
1)
Umur
Sebagian besar penderita TB paru adalah usia produktif (15-55 tahun).
2) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap pengetahuan
seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan
dan pengetahuan penyakit TB paru, sehingga dengan pengetahuan yang
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
7/79
cukup maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup
bersih dan sehat.
3)
Lama kontak keluarga dengan penderita TB paru
Kontak jangka panjang dengan penderita TB paru menyebabkan adanya
resiko untuk tertular penyakit tersebut.
4)
Perilaku
Perilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan
penderita TB paru yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan cara
pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan prilaku sebagai orang
sakit dan akhinya berakibat menjadi sumber penular bagi orang
disekelilingnya.
5) Imunitas yang menurun
Sistem imunitas tubuh yang kuat biasanya dapat melawan infeksi dari
kuman M. tuberkulosis tersebut namun apabila imunitas tubuh kita
menurun, maka akan mudah tertular dengan penyakit TB.
6) Status ekonomi
WHO mengatakan bahwa 90% penderita TB paru di seluruh dunia
menyerang kelompok sosial ekonomi rendah. Keadaan sosial ekonomi
berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan sanitasi lingkungan, gizi dan
akses terhadap pelayanan kesehatan. Penurunan pendapatan dapat
menyebabkan kurangnya kemampuan daya beli dalam memenuhi konsumsi
makanan sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi. Apabila status
gizi buruk maka akan menyebabkan kekebalan tubuh yang menurun
sehingga memudahkan terkena infeksi TB paru.
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
8/79
7) Kepadatan hunian
Semakin banyak jumlah penghuni maka akan semakin cepat udara di dalam
rumah mengalami pencemaran sehingga penularan TB paru mudah terjadi
pada rumah yang terlalu padat penghuninya.
8) Kebiasaan merokok
Paparan terhadap tembakau, baik secara aktif maupun pasif, meningkatkan
resiko timbulnya penyakit TB paru.
2.1.4. Patofisiologi
a. Tuberkulosis primer
Penularan tuberkulosis paru terjadi apabila kuman dibatukkan atau dibersinkan
keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat
menetap di udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar
ultraviolet, ventilasi yang buruk, dan kelembaban. Dalam suasana yang gelap dan
lembab, kuman dapat bertahan selama berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila
partikel ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran napas atau
jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar apabila ukuran partikel
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
9/79
pleura, maka bisa terjadilah efusi pleura. Kuman dapat juga masuk melalui saluran
gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring dan kulit, terjadi limfadenopati regional
kemudian kuman masuk ke dalam vena dan menjalar ke selurh organ seperti paru,
otak, ginjal dan tulang. Bila masuk ke arteri pulmonalis maka akan terjadi
penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB milier.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis lokal), diikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening hilus
(limfadenitis regional). Sarang primer limfangitis lokal bersama-sama limfadenitis
regional dikenal sebagai kompleks primer (Ranke). Semua proses ini memakan
waktu 3-8 minggu. Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi :
1) Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat. Ini yang banyak terjadi.
2) Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik,
kalsifikasi di hilus dan keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang
luasnya >5mm dan 10% di antaranya dapat terjadi reaktivasi lagi karena
kuman yang dormant.
3) Berkomplikasi dan menyebar secara:
a) Perkontinuitatum, yaitu menyebar ke jaringan sekitarnya.
b) Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru yang
di sebelahnya. Kuman dapat juga tertelan bersama sputum dan ludah
sehingga menyebar ke usus.
c) Secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini berkaitan dengan
daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang
ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetapi bila tidak
terdapat imunitas yang adekuat maka penyebaran ini akan
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
10/79
menimbulkan keadaan yang cukup gawat seperti TB milier,
meningitis TB dan lain-lainnya.
b.
Tuberkulosis post primer
Tuberkulosis post primer akan muncul bertahun-tahun kemudian setelah
tuberkulosis primer, biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis post
primer dimulai dengan sarang dini, umumnya terletak di segmen apikal lobus
superior maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang
pneumoni kecil. Sarang pneumoni ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai
berikut:
1) Diresorpsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat
2) Sarang tersebut akan meluar dan segera terjadi proses penyembuhan dengan
pembentukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan terjadi pengapuran dan
akan sembuh dalam bentuk perkapuran. Sarang tersebut dapat menjadi aktif
kembali dengan membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti bila
jaringan keju dibatukkan keluar.
3) Sarang pneumoni meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa).
Kaviti akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti
awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti
sklerotik). Kaviti tersebut akan menjadi:
a) Meluar kembali dan menimbulkan sarang pneumoni baru. Sarang
pneumoni ini akan mengikuti pola perjalanan seperti yang di atas.
b)
Memadat dan membungkus diri (enkapsulasi) dan disebut
tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tetapi
mungkin juga aktif kembali, mencair lagi dan menjadi kaviti lagi.
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
11/79
c) Bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kaviti
menyembuh dengan membungkus diri dan akhirnya mengecil.
Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang terbungkus dan menciut
sehingga kelihatan seperti bintang (stellate-shaped)
2.1.5. Gejala Klinis
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau
malah banyak pasien TB paru tanpa keluhan sama skali dalam pemeriksaan
kesehatan.Keluhan yang terbanyak adalah:
a. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza, tetapi kadang panas badan
dapat mencapai 40-41 C. Serangan demam yang sering hilang timbul
menyebabkan pasien merasa tidak pernah terbebas dari demam influenza.
Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya
infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.
b. Batuk/batuk darah
Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus.
Batuk diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena
keterlibatan bronkus pada setiap penyakit berkembang dalam jaringan paru tidak
sama, mungkin saja batuk ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru
yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat
batuk dimulai dari batuk kering kemudian setelah timbl peradangan barulah batuk
menjadi produktif dengan adanya dahak (sputum). Keadaan lanjut berupa batuk
darah dikarenakan pembuluh darah yang pecah.
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
12/79
c. Sesak napas
Pada penyakit yang masih ringan belum dirasakan sesak napas. Sesak napas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah
meyelimuti setengah bagian paru.
d. Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbukan pleuritis. Terjadi gesekan kedua
pleura sewaktu pasien menarik/melepasan napasnya.
e. Malaise
Penyakit TB bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan
berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin kurus ( penurunan berat
badan), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dll. Gejala malaisi ini
akan makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
2.1.6. Diagnosis
a. Anamnesis
Dimulai dengan keluhan utama pasien. Pasien sering mengeluhkan batuk yang
lama lebih dari 2 minggu, tidak sembuh disertai demam dan penurunan nafsu
makan serta berat badan.
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan gejala klinis seperti yang telah diuraikan
diatas. Keadaan umum pasien baik, tapi dapat dilihat pasien jelas tampak sakit,
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
13/79
tampak sangat kurus, pucat, atau tampak kemerahan karena demam disertai
dengan meningkatnya nadi.
Pada pemeriksaan toraks sering kali tanda-tanda abnormal. Tanda yang paling
umum adalah krepitasi halus dibagian apeks paru. Suara ini terdengar khususnya
bila pasien menarik napas dalam sesudah batuk. Pada perkusi ditemukan pekak
atau pernapasan bringkial pada bagian atas kedua paru. Kadang terdapat wheezing
terlikalisasi dosebabkan oleh bronkitis tuberkulosis atau tekanan kelenjar limfe
pada brongkus.
c. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan ini sangat penting karena dengan ditemukannya kuman BTA,
diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Di samping itu pemeriksaan
sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah
diberikan. Pemeriksaan ini murah dan mudah untuk dilakukan sehingga sering
dilalukan di fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas. Tetapi
terkadang tidak mudah memperoleh sputum jika pasien batuk non produktif dan
pasien tidak pandai dalam mengeluarkan sputum sehingga seringkali yang
diperoleh merupakan ludahan bukan dahak(sputum).Kriteria sputum BTA positif
adalah nila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada suatu
sedian. Dengan kata lain terdapat 5.000 kuman dalam 1 ml sputum.
Cara pemeriksaan sputum dapat dilakukan dengan:
-Pemeriksaan sedian langsung dengan mikroskop biasa
-Pemeriksaan sedian langsung dengan mikroskop fluoresens (pewarnaan khusus)
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
14/79
-Pemeriksaan biakan (kultur)
-Pemeriksaan terhadap resistensi obat.
d. Pemeriksaan Tuberkulin
Tes Tuberkulin dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis TB pada anak-
anak. Tes ini biasa disebut tes Mantoux yakni dengan menyuntikan tuberkulin
P.P.D (Purifed Protein Derivative) secara intrakutan. Tes ini hanya dapat
menyatakan apakah seseorang pernah terpapar dengan M tuberculosae, M. Bovis,
vaksinasi BCG dan Mycobacteria patogen lainnya. Setelah 48-72 jam tuberkulin
disuntikan, akan timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari
infiltrat limfosit yakni reaksi persenyawaan antara antibodi selular dan antigen
tuberkulin.
Hasil uji tes tuberkulin dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
1. Diameter Indurasi 0-5 mm ; Mantoux negatif
2. Daimeter Indurasi 6-9 mm ; Meragukan
3. Daimeter Indurasi 10-15 mm ; Mantoux positif
e.
Pemeriksaan Radiologis
TB paru pada gambaran radiologi sering disebut sebagai the great imitator.
Gambaran radiologi dapat berupa infiltrat, adanya fibrotik , kavitas dan multi
kavitas, dan kalsivikasi dilapangan paru. Terkadang pemeriksaan khusus yang
kadang diperlukan adalah bronkografi, yakni untuk melihat kerusakan bronkus
atau paru yang disebabkan oleh tuberkulosis. Pemeriksaan radiologis lain dapat
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
15/79
berupa CT Scan. Pemeriksaan ini lebih superior dibanding foto polos dimana
tampak perbedaan densitas jaringan lebih jelas.
2.1.7.
Tatalaksana
Pengobatan TB memerlukan waktu sekurang-kurangnya 6 bulan agar
dapat mencegah perkembangan resistensi obat. Oleh karena itu, WHO telah
menerapkan strategi DOTS, seperti berikut regimen pengobatan metode DOTS
sesuai anjuran WHO :
Gambar 2.1. DOTS Kategori !
Sumber: Ilmu Penyakit Dalam edisi V. 2009
Kategori 2
Pasien kasu kambuh atau gagal dengan sputum BTA positif. Pengobatan
faseini terdiri dari 2HRZES/1 HRZE, yaitu R dengan H, Z, E setiap hari selama 3
bulan, ditambah dengan S selama 2 bulan pertama. Apabila sputum BTA menjadi
negatif, fase lanjutan bisa segera dimulai. Apabila sputum BTA masih positif pada
minggu ke 12, fase inisial dengan 4 obat dilanjutkan 1 bulan lagi. Bia akhir bulan
ke 4 sputum BTA masih positif, semua obat dihentikan selama 2-3 hari dan
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
16/79
dilakukan kultur sputum untuk uji kepekaan. Obat dilanjutkan memakai regimen
fase lanjutan, yaitu 5H3R3E3 atau 5HRE.
Kategori 3
Pasien TB Paru dengan BTA negatif tetapi kelainan paru tidak luas dan kasus
ekstra-pulmunal (Selain kataori 1).Pengobatan fsae inisial terdiri dari 2HRZ atau
2H3R3E3Z3, yang diteruskan dengan fase lanjutan 2HR atau H3R3.
Kategori 4
Tuberkulois kronik. Pada pasien ini mungkin mengalami resistensi ganda,
sputumnya harus duikutur dan uji kepekaan obat. Untuk seumur hidup diberi H
saja atau sesuai rekomendsi WHO untuk pengobatan TB MDR.
Khusus untuk TB Milier dan TB ekstraparu, terapi dilanjutkan menjadi 7 bulan
sehingga panduannya menjadi 2 RHZ/7 RH.
2.1.8. Komplikasi
Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komlikasi.
Komplikasi dibagi komplikasi dini dan lanjut berikut pembagiannya;
- komplikasi dini ; pleuritis, efusi pleura, empiema, laringits, poncets arthopathy.
- komplikasi lanjut ; Obstuksi jaln napas /SOPT( Sindroma obstruksi pasca TB,
kerusakan parenkim paru berat/ fibrosis paru, amiloidosis, karsinoma paru,
sindrom gagal napas sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
17/79
2.1.9. Prognosis
Pada prinsipnya penyakit TB dapat disembuhkan dengan pengobatan yang
adekuat. Prognosis lebih baik pada pasien penemuan dini dari pada pasien yang
ditemukan kronis. Prognosis lebih berat jika disertai dengan berbagai komplikasi
terutama komplikasi lanjut.
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
18/79
BAB 3
ANALISIS SITUASI
3.1.Sejarah Puskesmas
Puskesmas Ambacang Kuranji didirikan pada tanggal 5 Juli 2006. Kepala
Puskesmas pertama adalah dr. Dewi Susanti Febri. Saat itu Puskesmas hanya
memiliki 15 orang staf. Dr. Dewi Susanti Febri menjabat sebagai kepala
Puskesmas sampai bulan Maret 2009, dilanjutkan oleh dr. Hj. May Happy
sampai tahun 2012, dan sejak saat itu sampai sekarang Puskesmas Ambacang
Kuranji dipimpin oleh Trice Erwiza, SKM.
Pada awalnya, pelaksanaan program puskesmas masih bekerja sama
dengan Puskesmas Kuranji, karena empat kelurahan yang merupakan wilayah
kerjanya saat itu termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Kuranji. Akan
tetapi, sejak tahun 2006, program kerja Puskesmas Ambacang Kuranji telah
dilaksanakan secara mandiri dan berkesinambungan.
Puskesmas Ambacang Kuranji berfungsi dalam menyelenggarakan
pembangunan berwawasan kesehatan. Visinya adalah menjadikan Kecamatan
Kuranji sehat yang mandiri dan berkeadilan. Visi ini dilaksanakan dengan
beberapa misi, antara lain: menggerakkan pembangunan berwawasan
kesehatan; mendorong kemandirian untuk hidup sehat bagi keluarga dan
masyarakat; memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan; dan memelihara dan meningkatkan
kesehatan perorangan, keluarga, dan masyarakat serta lingkungannya.
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
19/79
3.2.Kondisi Geografis
Secara geografis wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji berbatasan
dengan kecamatan dan kelurahan yang menjadi tanggung jawab selain
Puskesmas Ambacang Kuranji, antara lain:
Utara : Wilayah kerja Puskesmas Kuranji
Timur : Wilayah kerja Puskesmas Pauh
Selatan : Wilayah kerja Puskesmas Andalas
Barat : Wilayah kerja Puskesmas Nanggalo
Puskesmas Ambacang Kuranji terletak pada 0 55' 25.15" Lintang
Selatan dan +100 23' 50.14" Lintang Utara. Luas wilayah kerja Puskesmas
Ambacang Kuranji adalah sekitar 12 km2 meliputi empat kelurahan, yaitu:
Kelurahan Pasar Ambacang, Kelurahan Anduring, Kelurahan Ampang, dan
Kelurahan Lubuk Lintah.
Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang
Sumber :Laporan Tahunan Puskesmas Ambacang tahun 2014
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
20/79
Gambar 3.2 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Melalui
GoogleMap
Sumber :Profil Puskesmas Ambacang Kuranji Tahun 2015
3.3.Kondisi Demografis dan Sasaran Puskesmas
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji yang
menjadi sasaran kegiatan Puskesmas selama tahun 2015 adalah sebanyak
49.966 jiwa dengan luas wilayah kerja sekitar 12 km2. Distribusi
kependudukan menurut kelurahan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Data Distribusi Penduduk Menurut Kelurahan di Wilayah
Kerja Puskesmas Ambacang Tahun 2015
No.
Kelurahan
Jenis Kelamin
JumlahLaki-laki Perempuan
1 Pasar Ambacang 8.950 8.968 17.918
2 Anduring 7.137 7.151 14.288
3 Lubuk Lintah 5.181 5.191 10.327
4 Ampang 3.690 3.698 7.388
5 Puskesmas 24.958 25.008 49.966
Sumber :Data Sasaran Program Kesehatan Puskesmas Ambacang Tahun
2015
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
21/79
Berdasarkan data tersebut dapat kita lihat bahwa kepadatan penduduk di
wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji adalah sekitar 4.164
penduduk/km2
. Berdasarkan UU no.56 tahun 1960, angka ini menunjukkan
bahwa wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji termasuk kategori sangat
padat.
Jumlah distribusi sasaran penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Ambacang selama tahun 2014 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Sasaran Program Kesehatan Puskesmas Ambacang Tahun
2015
Kelurahan Penduduk Bayi Anak
Balita
Ibu
Hamil
Ibu
Nifas
Pasar
Ambacang
17.918 339 1632 367 351
Anduring 14.288 270 1301 293 280
Lubuk Lintah 10.327 196 944 213 203
Ampang 7.388 141 674 152 44
Jumlah 49.966 946 4551 1.025 978
Sumber :Data Sasaran Program Kesehatan Puskesmas Ambacang Kuranji
Tahun 2015
Idealnya, jumlah masyarakat yang menjadi sasaran kegiatan untuk satu
puskesmas adalah 30.000 penduduk. Berdasarkan data di atas juga dapat dilihat
bahwa jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji
adalah 49.966 penduduk. Hal ini tentunya menunjukkan bahwa rasio
puskesmas terhadap jumlah penduduk belum mencapai standar ideal.
3.4.Sarana dan Prasarana
Saat ini, Puskesmas Ambacang Kuranji telah memiliki sarana dan
prasarana yang mendukung pelaksanaan kegiatan di puskesmas. Puskesmas ini
telah memiliki gedung permanen dua lantai yang dapat dimanfaatkan dalam
melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan dan kegiatan administrasi
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
22/79
puskesmas. Selain itu juga terdapat kendaraan operasional puskesmas yang
dapat digunakan untuk menjangkau sarana kesehatan lain dan tempat-tempat
pelaksanaan program-program puskesmas, seperti posyandu, posbindu,
poskeskel, dan sebagainya.
Sarana kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji antara
lain sebagai berikut:
a. Puskesmas : 1 buah
b. Puskesmas Pembantu : 1 buah
c. Pusat Kesehatan Kelurahan : 1/kelurahan (total 4)
d. Bidan Praktik Mandiri : 9
e. Dokter Praktik Swasta : 4
Gambar 3.3 GeomappingSarana Kesehatan Wilayah kerja Puskesmas
Ambacang
Sumber :Lokakarya Mini Puskesmas Ambacang tahun 2015
8
6
10
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
23/79
Data UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) di Puskesmas
Ambacang:
a.
Posyandu Balita : 29 Pos
b. Posyandu Lansia : 9 Pos
c. Posbindu : 8 Pos
d.
Batra : 72 Batra
e. Poskestren : 1 Pos
f. Toga : 697 KK
g. Usaha Kesehatan Kerja : 95 UKK
h. Poskeskel : 4 unit
i. Pembinaan RT berPHBS : 759 RT
Dari gambar di atas dapat dilihat persebaran posyandu di empat
kelurahan wilayah kerja Puskesmas Ambacang. Di Kelurahan Ampang
terdapat 5 buah posyandu, di Kelurahan Lubuk Lintah terdapat 6 buah,
Kelurahan Anduring sebanyak 8 buah, dan Kelurahan Pasar Ambacang
sebanyak 10 buah.
Jumlah posyandu ideal menurut Departemen Kesehatan RI yaitu 1
posyandu untuk 100 balita atau lansia. Dengan jumlah posyandu sebanyak 29
pos se-wilayah kerja Puskesmas Ambacang dan jumlah bayi dan balita
sebanyak 4.551 orang, maka 1 posyandu diasumsikan melayani 157 orang
bayi/balita.
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
24/79
Tabel 3.3 Fasilitas Pendidikan Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang
Jenis Sekolah Jumlah
TK 8
SD 21
SMP 5
SLTA 4
Jumlah 8
Sumber :Laporan Lokakarya Mini III Puskesmas Ambacang Kuranji Tahun
2015
3.5.Data Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia dalam sistem kesehatan terdiri atas tenaga
kesehatan dan non kesehatan. Tenaga kesehatan merupakan orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan. Tenaga kesehatan dan non
kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada pasien yang berobat di
Puskesmas Ambacang berjumlah 50 orang dan terdiri dari:
Tabel 3.4 Tenaga Kesehatan dan Non Kesehatan di Puskesmas Ambacang
NO Jenis Petugas
Status Pegawai Pendidikan Terakhir
JumlahKetera
nganPNS PTT
Suka
Rela/
Honor
S 2 S1 D IV D III D I
Sederajat
SLTA
1 Dokter Umum 4 - - - 4-
- - - 41 Tubel
S2
2 Dokter Gigi 2 - - - 2 - - - - 2
3 Sarjana Kesmas 2 - - 2 - - - - - 2
4 Bidan 12 5 3 - - 2 16 2 - 201 Tubel
S2
5 Perawat 7 - - - 1 5 - 1 7
6 Perawat Gigi 1 - - - - - - - 1 1
7 Kesling 1 - - - - 1 - - - 1
8 Analis 2 - - - - - - - 2 2
9 Epidermiologi 1 1 1
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
25/79
10 Apoteker/AA 3 - - 1 - - - - 2 3
11Nutrition
(AKZI/SKM)3 - - - 2 - 1 - - 3
12 RR 2 - 1 - - - - - 3 3
13 Sopir - - 1 - - - - - 1 1
Jumlah 40 5 5 3 10 3 22 2 10 50
Sumber:Profil Puskesmas Ambacang Tahun 2015
Secara kuantitatif, sumber daya tenaga kesehatan yang bertugas di
Puskesmas Ambacang kuranji sudah memenuhi standar rata-rata, dimana
berdasarkan lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
dijelaskan bahwa jumlah minimal tenaga kesehatan untuk puskesmas non
rawat inap kawasan perkotaan adalah 22 orang. Meskipun demikian, secara
kualitatif tetap diperlukan upaya peningkatan kualitas SDM di Puskesmas
Ambacang Kuranji melalui pendidikan dan pelatihan, demi terwujudnya
pengembangan upaya kesehatan yang lebih baik.
Dari segi rasio jumlah tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk,
sumber daya manusia di Puskesmas Ambacang relatif kurang memadai. Rasio
dokter umum dengan jumlah penduduk idealnya adalah 40 dokter umum untuk
100.000 penduduk, atau 1 dokter melayani 2500 penduduk. Sedangkan di
Puskesmas Ambacang Kuranji saat ini, 2 dokter umum melayani 49.966
penduduk. Artinya, angka ini sangat jauh dari target yang ditetapkan. Begitu
juga dengan tenaga kesehatan lain. Untuk dokter gigi di Puskesmas Ambacang
Kuranji, 2 orang dokter gigi melayani 49.966 penduduk (1/24.983) dan
idealnya 12 dokter gigi melayani 100.000 penduduk (1/8.333). Untuk tenaga
perawat, idealnya 158 perawat melayani 100.000 orang penduduk (1/633), dan
di Puskesmas Ambacang Kuranji 7 perawat melayani 49.966 penduduk
(1/7.138). Untuk tenaga bidan, idealnya 100 bidan melayani 100.000 penduduk
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
26/79
(1/1000), dan di Puskesmas Ambacang Kuranji 20 bidan melayani 49.966
penduduk (1/2.498). Hal ini menunjukkan bahwa rasio jumlah tenaga
kesehatan dibandingkan jumlah penduduk masih belum mencukupi.
3.6.Kondisi Sosial, Budaya, dan Ekonomi Penduduk
Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ambacang sebagian besar
beragama Islam. Penduduk non muslim di wilayah ini merupakan kaum
pendatang dari luar provinsi. Walaupun terdapat perbedaan suku, agama dan
budaya, aktivitas sosial serta peribadatan penduduk berjalan dengan baik. Suku
terbesar yang terdapat di Kecamatan Kuranji adalah suku Minang.
Adapun mata pencaharian penduduk antara lain:
a. Tani : 50%
b. Pegawai Negeri Sipil : 22%
c.
Buruh : 6%
d.
Swasta : 2%
e. Lain-lain : 20%
Tingkat pendidikan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Ambacang
Kuranji dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.5 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas
Ambacang
No Kelurahan Tingkat Pendidikan
TS TTSD
TMTSD
TMTSMP
TMTSMA
TMTSMK
D1 D3 D4/S1 S2
1 PasarAmbacang
516 2083 1933 2057 6222 394 120 339 779 67
2 Anduring 234 1211 1131 1335 6087 593 130 352 871 103
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
27/79
3 Lubuk Lintah 293 998 1033 1218 3159 385 100 203 703 70
4 Ampang 179 852 799 864 1827 272 100 203 426 43
5 Puskesmas 1222 5144 4896 5474 17295 1644 450 1097 2779 283
Sumber: Profil Puskesmas Ambacang Kuranji 2015
Kondisi ekonomi masyarakat tentunya akan berpengaruh terhadap
pelaksanaan pelayanan kesehatan di wilayah tersebut. Semakin baik keadaan
ekonomi masyarakat, semakin tinggi persentase masyarakat yang
menggunakan jasa kesehatan (Elva, 2012). Berdasarkan survei kesehatan di
Indonesia, rata-rata penggunaan pelayanan kesehatan berhubungan dengan
meningkatnya pendapatan, baik pada pria maupun wanita. Oleh sebab itu,
kondisi ekonomi berhubungan dengan kesehatan masyarakat (Depkes, 2000).
Sejak Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diberlakukan, dan berdasarkan
kebijakan pemerintahan Kota Padang, semua pasien baik anggota BPJS
maupun yang non-anggota BPJS, sudah dapat berobat gratis di Puskesmas
Ambacang. Dengan demikian diharapkan masyarakat seluruhnya tidak perlu
takut pergi berobat ke dokter sehingga taraf kesehatan masyarakat akan
meningkat. Akan tetapi masih banyak hambatan-hambatan yang ditemui di
lapangan, salah satunya akibat budaya dan paradigma yang salah di
masyarakat.
3.7.Kondisi Kelurahan Lubuk Lintah
3.7.1. Data Dasar Pustu Lubuk Lintah Tahun 2015
Luas wilayah : 3.600 KM2
Jumlah penduduk : 10372 jiwa
Jumlah KK : 2024 KK
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
28/79
Jumlah RW : 8 Buah
Jumlah RT : 3 Buah
Jumlah Masjid : 3 Buah
Jumlah Mushola : 5 Buah
Jumlah Sekolah
-
TK : 3 Buah
- SD : 3 Buah
- SMP : 1 Buah
- SMA : 2 Buah
3.7.2. Data Sasaran Yankes Pustu Lubuk Lintah Tahun 2015
Tabel 3.6 Data Sasaran Yankes Pustu Lubuk Lintah Tahun 2015
No Posyandu Bayi A. Balita Bumil Bulin Bufas
1 Kp Sikumbang 34 127 38 36 36
2 Kp Kalawi 36 125 39 37 37
3 Krg Ganting 20 118 25 21 21
4 Kejaksaan 39 127 41 40 40
5 Cubadak Air 40 127 41 41 41
6 Lasung 27 124 29 28 28
Jumlah 196 748 213 203 203
3.7.3. Data UKBM Pustu Lubuk Lintah
Data Posyandu : 6 buah
Jumlah Poswindu : 2 buah
Jumlah Batra : 10 buah
Jumlah Toga : 150 buah
Jumlah UKK : 27 buah
Puskeskes : 1 unit
Pustu : 1unit
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
29/79
3.8.Struktur Organisasi Puskesmas Ambacang
Gambar 3.4 Struktur Organisasi Puskesmas Ambacang Kuranji
Camat KuranjiBPP Kepala Puskesmas
Trice Erwiza, SKM
KA Tata Usaha
Afniwati, SKM, M.Kes
SP2TP : Aswita.D, Amd.Keb
Kepegawaian: Afniwati, SKM, Mkes
Rumah Tangga/Inventaris: Filda Nery,
Amd.Kep
Keuangan:
- Bendahara BOK : Ismawira, S.Sit
- Bendahara JKN : Yulia.E, Amd.Keb
- Bendahara APBD: Lisa.F, Amd.Keb
Koordinator
UKM Esensial dan Perkesmas
Erixon, Apt.Msi
Promkes : Siti Dewi Kasih, SKM
Kesling : Asrina Haryani, S.Sit
KIA/KB UKM:
- Ibu : Lismayeni, S.Sit
- Anak : Elsa Paduana, Amd.Keb
- KB : Aswita.D, Amd.Keb
P2P :
- Surveilans: Surya, SKM
- Campak : Surya,SKM
- Diare : Surya, SKM
- Malaria : Surya,SKM
- DBD : Surya,SKM
- TB : Ns. Titi Infanti, S.Kep
- Kusta : Ns. Titi Infanti, S.Kep
- Imunisasi: Fitri Yerni, Amd.Keb
- Rabies : Fitri Yerni, Amd.Keb
- Filariasis: Zamlismi Amd.Keb
Gizi UKM: Mardalena,SKM
Perkesmas : Linda Astuti, Amd.Keb
Koordinator Jaringan Pelayanan Puskesmas dan
Jejaring Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Drg. Ratni Yudha
Pustu : Mahyuni, Amd,Kep
Puskeskel :
- Pasar Ambacang: Neni Indriani, Amd.Keb
- Anduring : Wahyuni. H, Amd.Keb
- Lubuk Lintah : Verawati, Amd.Keb
- Ampang : Raadsma Delsy, Amd.Keb
Jejaring Fas pely kes:Zamlismi, Amd.Keb
Koordinator UKM
Pengembangan
Drg. Kurniati Saokestipa
Jiwa: Filda Neri, Amd.Kep
Gigi Masya: drg. Ratni
Yudha
KESORGA : Linda Astuti,Amd.Keb
Lansia : Laila, Amd.Keb
Indera : Filda Neri,
Amd.Keb
PTM : Laila, Amd.Keb
UKS : Nurmayanti
Koordinator UKP, Kefarmas
dan Laboratorium
Dr. Dian Suryani
BP Umun: Sasrawati, Amd.Ke
BP GIMUL: drg.Kurniati.S
BP KIA : Lismayeni,S.Sit
KB : Aswitha.D, Amd.Keb
UGD : Ns.Titi Infanti. S.kep
Klinik Gizi, Laktasi: Mardalen
SKM
Klinik Sanitasi: Asrina.H, S.Sit
Kefarmasian : Erixon,Apt.Msi
- Apotik:Nilawati
- Gudang Obat: Darwina
Laboratorium : Maini Elfiza
RR/Loket : Nurpama
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
30/79
3.9.Visi, Misi dan Strategi Puskesmas Ambacang
3.9.1.Visi dan Misi
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama, Puskesmas Ambacang Kuranji mempunya visi Kecamatan
Kuranji Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan. Untuk mewujudkan visi
tersebut, Puskesmas Ambacang Kuranji memiliki beberapa misi, antara lain:
1. Puskesmas Ambacang menggerakkan pembangunan berwawasan
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Ambacang.
2. Mendorong kemandirian untuk hidup sehat bagi keluarga dan
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Ambacang.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan.
4.
Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga,
dan masyarakat serta lingkungannya.
3.9.2.Strategi
Dalam melaksanakan visi dan misi, Puskesmas ambacang memiliki
beberapa strategi yang dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan yang
terencana, terarah, dan berkesinambungan. Beberapa strategi tersebut antara
lain:
1.
Meningkatkan upaya promosi kesehatan
2.
Meningkatkan koordinasi dan kerjasama yang lebih baik dengan
lintas sektor
3. Meningkatkan kualitas SDM puskesmas
4. Meningkatkan mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
31/79
3.10. Pencapaian Program
3.10.1.Program Promosi Kesehatan
Pencapaian program promosi kesehatan di Puskesmas Ambacang
sampai bulan September tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.7 Hasil Capaian Program Promosi Kesehatan Puskesmas
Ambacang Kuranji Bulan Januari-September 2015
No Program Sasaran TargetPencapaian
KesenjanganKum/Abs %
1 Penyuluhan- Dalam Gedung
-
Luar Gedung- Keliling
-
--
72 kali
--
86 kali
347 kali25 kali
119,4% +19,4%
2 Pembinaan Toga 697 KK 100% 618 KK 88,6% -11,4%
3 Pembinaan UKK 95 UKK 100% 91 UKK 95,7% -4,3%
4 Pembinaan RT ber-PHBS rendah
1410 RT 100% 759 RT 53,8% -46,2%
5 PembinaanBATTRA
72 Battra 100% 72 Battra 100% 0
6 PembinaanPoskestren
1 - 1 100% 0
7 KunjunganPosyandu
-
D/S- N/D
85%80%
--
92,11%87,25%
+7,11%+7,25%
8 Strata Posyandu- Pratama- Madya- Purnama- Mandiri
05168
Sumber: Laporan Lokakarya Mini III Puskesmas Ambacang Kuranji 2015
Berdasarkan tabel di atas, dapat kita lihat bahwa masih ada beberapa
program promosi kesehatan yang belum tercapai. Beberapa program tersebut
antara lain pembinaan TOGA, pembinaan UKK dan pembinaan RT ber-
PHBS. Beberapa permasalahan yang ditemukan antara lain kurangnya
jumlah tenaga kesehatan, tingkat lingkungan kerja yang ada merupakan
kelompok usaha menengah ke bawah, serta sulitnya untuk merubah pola fikir
masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
32/79
3.10.2.Program Gizi
Pencapaian program gizi di Puskesmas Ambacang Kuranji bulan
Januari-September 2015 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.8 Pencapaian Program Gizi Puskesmas Ambacang Kuranji
Bulan Januari-September 2015
No Program Gizi Sasaran TargetPencapaian
GAPAbsolut %
1 Cakupan Penimbangan Masal 4972 100% 4683 94,19% -5,81
2 D/S 85% 92,11% + 7,11
3 N/D 80% 91,25% + 11,25
4 BGM/D
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
33/79
3.10.3.Program P2P
a. Imunisasi
Hasil pencapaian program imunisasi di Puskesmas Ambacang
Kuranji bulan Januari-September 2015 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.9 Pencapaian Program Imunisasi Puskesmas Ambacang Kuranji
Bulan Januari-September 2015
No Program TargetPencapaian
KesenjanganKum/Abs %
1 Cakupan Imunisasi HB0 67% 714 75,5% +8,5
2 Cakupan Imunisasi BCG 69% 715 75,6% +6,6
3 Cakupan Imunisasi Polio 1 69% 715 75,6% +6,6
4 Cakupan Imunisasi
DPT/HB/HIb 1
69% 713 77,2% +8,2
5 Cakupan Imunisasi
DPT/HB/HIb 3
92% 689 74,6% -17,4
6 Cakupan Imunisasi Campak 92% 671 72,6% -19,4
7 Cakupan Imunisasi Polio 4 69% 689 74,6% +5,6
8 Cakupan Imunisasi Dasar
Lengkap
69% 670 72,6% +3,6
9 Cakupan Imunisasi TT2 67,5% 55,3% -12,2
10 Cakupan ORI putaran 3 100% 11.866 90,3% -9,7
Sumber: Laporan Lokakarya Mini III Puskesmas Ambacang Kuranji 2015
Berdasarkan tabel di atas, dapat kita lihat bahwa sebagian besar
program imunisasi telah memenuhi target capaian. Hanya saja, ada
beberapa cakupan imunisasi yang belum tercapai, yaitu cakupan
imunisasi DPT/HB/HIb 3, imunisasi campak, imunisasi TT2, dan ORI
putaran ke-3. Beberapa permasalahan yang ditemukan antara lain masih
ada orang tua yang menolak anaknya untuk diimunisasi. Hal ini
menunjukkan masih kurangnya kesadaran masyarakat tentang imunisasi.
Padahal dari program promosi kesehatan telah melakukan penyuluhan
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
34/79
tentang imunisasi kepada masyarakat dengan jumlah sasaran yang cukup
banyak. Begitu juga tentang pelaksanaan ORI. Masih banyak keluarga
yang menolak untuk dilakukannya ORI, terkait dengan ketakutan orang
tua terhadap kejadian ikutan paska imunisasi.
b. Surveilans Penyakit
Gambar 3.4 Diagram Jenis Penyakit pada Program P2P Puskesmas
Ambacang Bulan Januari-September 2015
Sumber: Laporan Lokakarya Mini III Puskesmas Ambacang Kuranji 2015
Grafik diatas menunjukkan pencatatan beberapa penyakit pada
Puskesmas Ambacang Kuranji mulai bulan Januari-Juni 2015. Dari
grafik tersebut dapat dilihat bahwa hipertensi merupakan penyakit yang
paling banyak ditemukan yaitu 350 kasus. Berbagai usaha pengendalian
penyakit hipertensi telah dilakukan diantaranya: jaminan ketersediaan
obat anti hipertensi di puskesmas, pelaksanaan senam khusus penderita
hipertensi setiap sabtu pagi, adanya hari-hari khusus di balai pengobatan
untuk pemeriksaan dan pengobatan pasien hipertensi, serta pemeriksaan
tekanan darah setiap sebulan sekali di pos-pos binaan terpadu (posbindu).
40%
29%
22%
4% 3%1% 1% 0%
Surveilans Penyakit Januari-Juni 2015
hipertensi
Diare
Diabetes
pneumonia
DBD
Rabies
campak
Malaria
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
35/79
c. Program Pengendalian TB
Jumlah kasus TB (BTA+) di wilayah kerja Puskesmas Ambacang
Kuranji dapat dilihat pada grafik berikut.
Gambar 3.5 Diagram Jumlah BTA (+) per kelurahanSumber: Laporan Lokakarya Mini III Puskesmas Ambacang Kuranji
2015
Grafik diatas menunjukkan jumlah BTA positif di berbagai
kalurahan yang termasuk dalam wilayah kerja puskesmas Ambacang
Kuranji. Terlihat bahwa kasus BTA positif terbanyak ditemukan di
kelurahan pasar ambacang yaitu sebanyak 14 orang, dan yang paling
sedikit ditemukan di kelurahan Anduring yaitu sebanyak 3 orang.
Hasil pencapaian penjaringan kasus suspek TB dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 3.10 Hasil Capaian Penjaringan Suspek TB Puskesmas
Ambacang Kuranji Bulan Januari-September 2015
No Kelurahan Target Pencapaian GAPJumlah %
1 Pasar Ambacang 294 119 40,4% -59,6%
2 Anduring 198 26 13,1% -86,9%
3 Lubuk Lintah 154 37 24% -76%
4 Ampang 124 38 30,6% -69,4%
Sumber: Laporan Lokakarya Mini III Puskesmas Ambacang
Kuranji 2015
Pasar
Ambaca
ng; 14
Andurin
g; 3
Lubuk
Lintah ;
9
Ampang
; 6
LW; 1
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
36/79
Grafik diatas menunjukkan pencapaian penjaringan suspek TB di
wilayah kerja puskesmas Ambacang Kuranji dari Januari-Juni 2015.
Tidak satupun kelurahan yang dapat mencapai target penjaringan suspek,
hal ini disebabkan karena beberapa hal:
1. Kekurangan tenaga dari puskesmas melakukan kunjungan rumah
untuk menemukan kasus suspek TB di wilayah kerjanya
2. Pasien tidak patuh dengan cara pengumpulan dahak untuk
pemeriksaan laboratorium
3. Kurangnya penyuluhan mengenai gejala-gejala TB kepada
masyarakat sehingga masyarakat tidak segera memeriksakan
dirinya ke puskesmas
4. Pemikiran masyarakat yang masih menganggap bahwa TB adalah
penyakit kutukan sehingga malu untuk berobat ke puskesmas
d.
Program Kesehatan Olahraga
Pelaksanaan program kesehatan olahraga dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 3.11 Pelaksanaan Program Kesehatan Olahraga Puskesmas
Ambacang Kuranji Bulan Januari-September 2015
No Kelurahan
Pembagian Club OlahragaJumlah
Peserta
Penyuluha
KesorgaFutsalSenam
Flolanis
Beladiri
Taekwondo
Bulu
Tangkis
1 Pasar
Ambacang
1 1 - - 120 orang
2 Anduring 5 2 - - 165 orang
3 Lb. Lintah 3 - - - 130 orang
4 Ampang 1 - 2 1 80 orang
5 Puskesmas 10 3 2 1 495 orang
Sumber: Laporan Lokakarya Mini III 2015 Puskesmas Ambacang Kuranji
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
37/79
Tabel di atas menunjukkan pencapaian program kesehatan
olahraga di Puskesmas Ambacang Kuranji. Seluruh klub olahraga yang
ada di dalam wilayah kerja puskesmas berjumlah 16 klub dengan anggota
sebanyak 495 orang. Penyuluhan kesehatan olahraga telah dilakukan pada
setiap klub yang ada.
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
38/79
3.10.4.Program Kesehatan Lingkungan
Pencapaian program kesehatan lingkungan di Puskesmas Ambacang
sampai Triwulan III tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.12 Pencapaian Program Kesling Januari-September 2015
No Program Kesling Sasaran Target
PencapaianKesenj
angan MMS
TMS
MMS
(%)
TMS
(%)Kum
/Abs
%
1 Pemeriksaan Rumah
-Permanen
-Semi permanen
-Kayu
3193
463
276
82%
82%
82%
1493
379
185
46,76
81,85
67,02
-35,24
-0,15
-14,98
1435
345
177
53
22
8
96,11
91,03
95,68
3,55
5,80
4,32
2 Jamban Keluarga
-LAST
-
LANST-NON LA
1930
567325
72%
72%72%
1302
533268
67,46
94,0082,46
-4,54
+22+10,46
1300
269135
2
264133
99,84
49,5350,37
0,15
49,5349,62
3 Sumber Air Bersih
(SAB)
-SGL
-SPT
-PMA
2458
453
24
100%
100%
100%
2355
91
30
95,80
20,08
100
-4,2
-79,92
0
1608
90
23
122
1
7
68,28
98,90
76,66
5,18
1,09
23,33
4 Sarana PembuanganAkhir Limbah (SPAL)
- Terbuka
- Tertutup
1534
1531
72%
72%
1142
915
74,44
15,76
+2,44
-56,24
1125
913
17
2
98,51
99,78
1,48
0,21
5 Pengolahan Sampah
-Dibuat lobang
-
Bakar-Dibuang ke TPS
257
1885707
72%
72%72%
146
1225479
56,80
64,9867,75
-15,20
-7,02-4,25
146
1177479
-
46-
100
96,08100
0
3,750
6 Tempat PengelolaMakanan (TPM)
-Rumah makan
-Catering
-Warung kopi
-Makanan jajanan
-DAMIU
-Home INRT
25
5
43
30
40
33
70%
70%
70%
70%
70%
70%
15
4
16
30
37
6
60
80
37,2
100
92
18
-10
+10
-32,8
+30
+22
-52
6
4
5
7
21
5
2
-
2
2
4
1
75
100
71,43
77,78
84
-
25
0
28,57
22,22
16
-
7 TempatTempatUmum (TTU)
- Puskesmas
- Pustu- Klinik kesehatan-Sekolah :
oSD
oSMP
oSMA
oPT
-Sarana Ibadah :
oMesjid
oMushalla
-Salon
-Pangkas Rambut
1
11
21
5
24
36
8
4
82%
82%82%
82%
82%
-
-
82%
82%
1
1-
21
4
14
16
5
2
100
1000
100
68,9
-
-
62,5
50
+18
+18-82
+18
-13,1
-
-
-19,5
-32
1
1-
-
-
9
9
-
-
-
--
-
-
5
7
-
-
100
1000
-
-
-
-
-
-
0
00
-
-
-
-
-
-
Sumber: Laporan Lokakarya Mini III 2015 Puskesmas Ambacang Kuranji
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
39/79
Pada tabel di atas tampak bahwa jumlah capaian pada sebagian besar
program hampir mencapai target dan persentase memenuhi syarat rata-rata
sudah diatas 50%, akan tetapi penulis masih belum mendapatkan data lengkap
untuk pemeriksaan tempat-tempat umum. Terlihat pada data di atas sudah
banyak warga yang memiliki rumah permanen, jamban leher angsa, serta
untuk pengolahan sampah dan juga pembuangan limbah sudah banyak yang
memenuhi syarat. Hal ini dapat disimpulkan bahwa program dari puskesmas
sudah berjalan efektif dan yang diperlukan adalah mempertahankan dan juga
pemantauan secara terus menerus.
Permasalahan yang didapatkan dari tabel di atas adalah masih ada
tempat pengolahan makanan yang tidak memenuhi syarat, diantaranya
warung kopi dan tempat pembuatan makanan jajanan. Padahal tempat-tempat
ini banyak dikunjungi oleh masyarakat dan berpotensi menimbulkan bahaya
penyakit seperti tifus dan diare. Selain itu juga ditemukan masih tingginya
penggunaan jamban yang tidak adaseptictankdan jamban yang bukan leher
angsa yang tidak memenuhi syarat.
Selain itu, salah satu program kesehatan lingkungan adalah klinik
sanitasi. Cakupan kunjungan pasien ke klinik sanitasi dapat dilihat pada
grafik berikut.
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
40/79
Grafik 3.1 Cakupan Kunjungan Pasien ke Klinik Sanitasi Bulan
Januari-September 2015
Sumber: Laporan Lokakarya Mini III 2015 Puskesmas Ambacang
Kuranji
Pada grafik di atas tampak distribusi kunjungan pasien ke pojok klinik
sanitasi berdasarkan wilayah/perkelurahan. Terlihat bahwa kelurahan Pasar
Ambacang merupakan kelurahan dengan kunjungan pasien ke pojok sanitasi
yang paling banyak. Terdapat tiga penyakit terbanyak pada kelurahan Pasar
Ambacang yaitu penyakit ISPA, diare, TB, dan gatal-gatal.
0
10
20
30
40
50
60
Pasar Ambacang
Anduring
Ampang
Lb Lintah
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
41/79
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Masalah
Proses identifikasi masalah dilakukan melalui kegiatan observasi dan
wawancara dengan pimpinan puskesmas, pemegang program, dan orang orang
yang menjalankan program serta analisis laporan tahunan puskesmas Ambacang
Kuranji. Proses ini dilakukan dengan melihat data sekunder berupa laporan tahunan
Puskesmas Ambacang Kuranji pada tahun 2015. Masalah yang diidentifikasi adalah
semua permasalahan yang terdapat di kelurahan Lubuk Lintah. Beberapa potensi
masalah yang berhasil diidentifikasi di kelurahan Lubuk Lintah wilayah kerja
puskesmas Ambacang Kuranji adalah :
Tabel 4.1 Daftar Masalah di Kelurahan Lubuk Lintah wilayah kerja
Puskesmas Ambacang Kuranji
No Program Permasalahan Target/Indikator
Pencapaian GAP
1 PromosiKesehatan
Pembinaan TOGA masihrendah
100% 58% -42%
2 PromosiKesehatan
Pembinaan RT Ber PHBSmasih rendah
100% 56,5% -43,5%
3 Gizi Cakupan pendataanKADARZI masih rendah
85% 73,33% -11,67%
4 Imunisasi Cakupan imunisasiDPT/HB/HIb 3 belum
mencapai target
92% 74,6% -17,4%
5 Imunisasi Cakupan imunisasi campakmelum mencapai target
92% 72,6% -19,4%
6 Imunisasi Cakupan imunisasi TT2belum mencapai target
67,5% 55,3% -12,2%
7 TB Cakupan penjaringansuspek masih rendah dikelurahan Lubuk Lintah
154 37 (24%) -76%
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
42/79
4.2.Penentuan Prioritas Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan yang ada di Puskesmas
Ambacang Kuranji, ditemukanlah beberapa permasalahan yang perlu untuk
diselesaikan. Tetapi tentunya perlu dilakukan penentuan prioritas penyelesaian
masalah, karena tidak mungkin semua permasalahan dapat diselesaikan secara
sekaligus. Untuk itu, digunakanlah Metode Hanlon untuk menentukan prioritas
masalah. Kriteria skoring yang digunakan adalah sebagai berikut.
1. Urgensi
Urgensi merupakan tingkat kepentingan dari masalah yang
ditemukan. Kriteria pemberian skornya adalah:
a. Nilai 1 = tidak penting
b. Nilai 2 = kurang penting
c.
Nilai 3 = cukup penting
d.
Nilai 4 = penting
e. Nilai 5 = sangat penting
2. Kemungkinan Intervensi
a. Nilai 1 = tidak mudah
b. Nilai 2 = kurang mudah
c.
Nilai 3 = cukup mudah
d.
Nilai 4 = mudah
e.
Nilai 5 = sangat mudah
3.
Biaya
a. Nilai 1 = sangat mahal
b. Nilai 2 = mahal
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
43/79
c. Nilai 3 = cukup murah
d. Nilai 4 = murah
e.
Nilai 5 = sangat murah
4. Kemungkinan Meningkatkan Mutu
a. Nilai 1 = sangat rendah
b.
Nilai 2 = rendah
c. Nilai 3 = sedang
d. Nilai 4 = tinggi
e. Nilai 5 = sangat tinggi
Tabel 4.2 Penilaian Prioritas Masalah di Puskesmas Ambacang Kuranji
No Masalah Urgensi Intervensi Biaya Mutu Total Ranking
1 Pembinaan TOGAmasih rendah
3 1 2 4 10 V
2 Pembinaa RT BerPHBS masih rendah
4 3 2 4 13 III
3 Cakupan pendataanKADARZI masihrendah
4 2 2 4 12 IV
4 Cakupan imunisasiDPT/HB/HIb 3 belum
mencapai target
4 2 4 4 14 II
5 Cakupan imunisasi
campak melummencapai target
4 2 4 4 14 II
6 Cakupan imunisasi
TT2 belum mencapaitarget
4 2 4 3 13 III
7 Cakupan
penjaringan suspekTB masih rendah di
kelurahan
5 3 3 5 16 I
Keterangan:
1. Pembinaan Toga masih rendah
a. Urgensi (nilai 3/cukup penting)
Tanaman obat keluarga merupakan bentuk kegiatan
pembudidayaan tanaman yang memiliki khasiat obat. Di samping
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
44/79
khasiatnya yang dapat dimanfaatkan, pengelolaan tanaman obat
keluarga ini juga dapat menjaga kebersihan dan keasrian lingkungan
hidup. Dewasa ini, pengelolaan tanaman obat keluarga sudah mulai
dikembangkan. Bahkan sebagian besar masyarakat lebih memilih
menggunakan pengobatan tradisional dari bahan-bahan yang alami
seperti tanaman obat ini. Karena itu, pembinaan kepada masyarakat
tentang tanaman obat keluarga ini dirasa cukup penting.
b. Intervensi (nilai 1/tidak mudah)
Permasalahan utama yang dihadapi dalam pembinaan TOGA ini
adalah kurangnya sumber daya manusia dari Puskesmas Ambacang
Kuranji. Hal ini yang menyebabkan beberapa petugas puskesmas harus
terlibat dalam program yang jumlahnya lebih dari satu. Karena itu,
prioritas dalam pelaksanaan program ini menjadi tidak diutamakan.
Tentunya permasalahan ini perlu dikoordinasikan dengan pihak-pihak
yang terkait dalam pengadaan SDM di puskesmas, seperti dinas
kesehatan kota. Hal ini tentunya tidak mudah untuk dilakukan,
mengingat masih ada SDM yang penambahannya lebih menjadi
prioritas.
c.
Biaya ( nilai 2/mahal)
Pengadaan SDM puskesmas tentunya bukanlah hal yang mudah.
Di samping adanya prioritas jenis SDM yang lebih diutamakan,
tentunya pembiayaan juga menjadi masalah yang penting. Karena itu,
hal ini tentunya butuh pertimbangan pembiayaan yang bisa dikatakan
mahal.
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
45/79
d. Mutu (nilai 4/tinggi)
Apabila pembinaan TOGA ini berhasil, tentunya akan
menjadikan keluarga yang memiliki tanaman obat keluarga yang
terstandarisasi sesuai strata tertentu, serta menjadikan keluarga tersebut
mampu untuk mengelola tanaman obat tersebut untuk dapat dikonsumsi
dengan tujuan pengobatan. Hal ini tentunya akan meningkatkan mutu
dari kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Ambacang
Kuranji.
2. Pembinaan RT ber-PHBS masih rendah
a. Urgensi (nilai 4/penting)
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku
kesehatan yang dilaksanakan atas dasar kesadaran, sehingga anggota
keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam kegiatan kesehatan. PHBS ini merupakan upaya
untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas di lingkungan
msayarakat. PHBS ini termasuk salah satu upaya dalam mencapai
MDGs tahun 2015 ini. Dengan adanya PHBS, dapat mencegah berbagai
penyakit. Hal ini tentunya membuat PHBS ini dinilai penting.
b.
Intervensi (nilai 3/cukup mudah)
Kegiatan yang dapat dilakukan dalam mengintervensi PHBS ini
berupa promosi kesehatan seperti penyuluhan dan pembinaan
masyarakat mengenai pentingnya PHBS, manfaat, serta bagaimana
caranya mencapai keluarga ber-PHBS. Tentunya bentuk kegiatan ini
cukup mudah untuk dilakukan.
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
46/79
c. Biaya (nilai 2/mahal)
Biaya yang diperlukan dalam pembinaan PHBS adalah biaya
pengadaan sanitasi yang baik bagi masyarakat. Misalnya biaya
perubahan sumber air minum, pembuatan jamban sehat, dan perubahan
keadaan rumah warga yang tidak sehat. Hal ini tentunya membutuhkan
biaya yang tidak sedikit. Karena itu kegiatan ini membutuhkan biaya
yang mahal.
d. Mutu (nilai 4/tinggi)
Apabila kegiatan pembinaan PHBS ini tercapai dengan optimal,
maka tujuan yang diharapkan dari kegiatan ini, yaitu menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas di masyarakat tentunya dapat tercapai. Hal ini
akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Ambacang Kuranji dan tentunya akan berdampak pada
peningkatan mutu di Puskesmas Ambacang Kuranji.
3. Cakupan pendataan KADARZI masih rendah
a. Urgensi (nilai 4/penting)
Keluarga sadar gizi (KADARZI) merupakan bentuk upaya untuk
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran bagi keluarga tentang gizi,
sehingga dapat meningkatkan kualitas gizi untuk anggota kelaurga,
terutama tentang pengaturan pola makan dan memenuhi kecukupan gizi.
Dengan adanya KADARZI, diharapkan keluarga dapat meminimalisir
masalah gizi, terutama bagi keluarga yang memiliki balita. Oleh karena
itu KADARZI ini merupakan masalah yang penting.
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
47/79
b. Intervensi (nilai 2/kurang mudah)
Permasalahan yang ditemukan adalah kurangnya kesadaran dan
pengetahuan keluarga tentang gizi, serta masalah sosial ekonomi yang
rendah sehingga sulit untuk mencukupi kebutuhan gizi yang seimbang.
Untuk intervensi hal ini tentunya kurang mudah untuk dilakukan,
mengingat hal terpenting adalah mengubah pola fikir masyarakat.
c. Biaya (nilai 2/mahal)
Pelaksanaan intervensi dalam masalah ini tentunya membutuhkan
biaya yang mahal. Selain dibutuhkan biaya untuk transportasi petugas
dan pengadaan media-media promosi, tentunya juga dibutuhkan
pengadaan makanan yang memiliki kecukupan gizi untuk keluarga
dengan kondisi sosial ekonomi yang rendah.
d. Mutu (nilai 4/tinggi)
Apabila intervensi dalam masalah ini dilaksanakan secara
optimal, maka status gizi masyarakat di wilayah Puskesmas Ambacang
akan baik. Hal ini tentunya akan meningkatkan mutu Puskesmas
Ambacang.
4. Cakupan imunisasi DPT/HB/HIb 3 belum mencapai target
a.
Urgensi (nilai 4/penting)
Imunisasi merupakan program pemerintah dalam mengupayakan
peningkatan imunitas atau kekebalan tubuh individu terhadap penyakit
infeksi. Dengan adanya imunisasi, imunitas di dalam tubuh akan
terbentuk secara aktif/pasif, sehingga tubuh individu lebih siap
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
48/79
menghadapi kemungkinan terserang penyakit infeksi. Oleh sebab itu,
masalah imunisasi ini merupakan masalah yang penting.
b.
Intervensi (nilai 2/kurang mudah)
Permasalahan yang ditemui di lapangan adalah paradigma
masyarakat yang salah dan sudah membudaya tentang imunisasi. Hal ini
yang membuat masyarakat tidak merasa perlu untuk memberikan
imunisasi kepada anaknya. Hal inilah yang membuat intervensi
permasalahan ini kurang mudah untuk dilakukan.
c. Biaya (nilai 4/murah)
Intervensi yang dapat dilakukan sebenarnya membutuhkan biaya
yang cukup murah. Seperti misalnya pengadaan forum dalam rangka
edukasi masyarakat tentang imunisasi, kegiatan promosi kesehatan, dan
sebagainya.
d.
Mutu (nilai 4/tinggi)
Dengan tercapainya program imunisasi ini, tentunya akan
meningkatkan mutu puskesmas menjadi tinggi. Hal ini karena cakupan
imunisasi lengkap pada anak termasuk ke dalam standar pelayanan
minimal yang harus dicapai oleh puskesmas.
5.
Cakupan imunisasi campak belum mencapai target
a. Urgensi (nilai 4/penting)
Imunisasi merupakan program pemerintah dalam mengupayakan
peningkatan imunitas atau kekebalan tubuh individu terhadap penyakit
infeksi. Dengan adanya imunisasi, imunitas di dalam tubuh akan
terbentuk secara aktif/pasif, sehingga tubuh individu lebih siap
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
49/79
menghadapi kemungkinan terserang penyakit infeksi. Oleh sebab itu,
masalah imunisasi ini merupakan masalah yang penting.
b.
Intervensi (nilai 2/kurang mudah)
Permasalahan yang ditemui di lapangan adalah paradigma
masyarakat yang salah dan sudah membudaya tentang imunisasi. Hal ini
yang membuat masyarakat tidak merasa perlu untuk memberikan
imunisasi kepada anaknya. Hal inilah yang membuat intervensi
permasalahan ini kurang mudah untuk dilakukan.
c. Biaya (ninlai 4/murah)
Intervensi yang dapat dilakukan sebenarnya membutuhkan biaya
yang cukup murah. Seperti misalnya pengadaan forum dalam rangka
edukasi masyarakat tentang imunisasi, kegiatan promosi kesehatan, dan
sebagainya.
d.
Mutu (nilai 4/tinggi)
Dengan tercapainya program imunisasi ini, tentunya akan
meningkatkan mutu puskesmas menjadi tinggi. Hal ini karena cakupan
imunisasi lengkap pada anak termasuk ke dalam standar pelayanan
minimal yang harus dicapai oleh puskesmas.
6.
Cakupan imunisasi TT2+ belum mencapai target
a. Urgensi(nilai 4/penting)
Pemberian imunisasi TT2+ penting setelah pemberian TT1 untuk
memperpanjang perlindungan terhadap tetanus dan mencegah
komplikasi persalinan pada ibu serta mencegah terjadinya tetanus
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
50/79
neonatorum. Sehingga dapat mengurangi angka morbiditas maupun
mortalitas ibu dan bayi.
b.
Intervensi (nilai 2/kurang mudah)
Intervensi untuk masalah ini kurang mudah untuk dilakukan. Hal
ini disebabkan karena rendahnya kepedulian masyarakat akan
pentingnya imunisasi TT. Yang perlu diubah adalah pola pikir
masyarakat agar mau menyempatkan diri datang ke puskesmas untuk
mendapatkan imunisasi TT, terutama imunisasi TT2+.
c. Biaya (nilai 4/murah)
Pelaksanaan intervensi untuk mengatasi masalah ini hanya
membutuhkan biaya yang murah. Biaya yang dibutuhkan seperti
pembuatan pamflet/leaflet atau media promosi lainnya untuk
meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat akan pentingnya
imunisasi TT ini.
d. Mutu (nilai 3/sedang)
Meningkatnya jumlah warga yang mendapatkan imunisasi TT
dapat membantu dalam pencegahan komplikasi tetanus terutama pada
warga yang beresiko seperti pada ibu hamil dan bayi, sehingga dapat
meningkatkan mutu Puskesmas Ambacang Kuranji dalam skala sedang,
mengingat dewasa ini kejadian tetanus neonatorum memang sudah
hamper tidak ditemukan lagi.
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
51/79
7. Cakupan penjaringan suspek TB masih rendah
a. Urgensi (nilai 5/sangat penting)
Suspek TB ialah orang-orang yang dicurigai TB yaitu orang dengan
gejala klinis TB yang memeriksakan sputumnya ke puskesmas.
Rendahnya penjaringan Suspek TB berarti banyak orang yang tidak
ingin memeriksakan sputumnya. Padahal, pemeriksaan sputum wajib
dilakukan untuk menegakkan apakah memang orang tersebut memiliki
kuman TB dalam diri nya atau tidak sehingga dapat dilakukan intervensi
pencegahan penularan ke orang-orang di sekitar dan hal ini tentunya
akan mempercepat tindakan yang diberikan jika ditemukan kasus TB
BTA+ sehingga penularan dan komplikasi yang ditimbulkan dapat
diminimalisir. Oleh karena itu penjaringan suspek TB merukapan hal
yang sangat penting.
b.
Intervensi (nilai 3/ mudah)
Intervensi yang dapat dilakukan yaitu dengan meningkatkan
fungsi kader atau membuat kader khusus TB serta dapat dilakukan
penyuluhan di luar dan dalam gedung yang disertai dengan pembagian
leaflet pada setiap program puskesmas.
c.
Biaya (nilai 3/cukup murah)
Untuk melakukan intervensi masalah ini tidak membutuhkan
biaya yang besar. Hanya dibutuhkan konseling yang lebih intens kepada
masyarakat tentang penyakit TB ini, sehingga apabila masyarakat
menemukan gejala-gejala khas penyakit TB mereka dapat segera
memeriksakan diri ke pusat pelayanan kesehatan. Hal ini dapat
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
52/79
dilakukan melalui pelatihan terhadap kader dan penyuluhan dengan
membagikan leafletbaik saat penyuluhan maupun program puskesmas
lainnya.
d. Mutu(nilai 5/sangat tinggi)
Meningkatnya penjaringan kasus suspek TB tentunya akan
meningkatkan mutu dari puskesmas Ambacang Kuranji. Dengan
meningkatnya penjaringan, otomatis kemungkinan terjadi penularan
dan komplikasi akan dapat ditekan. Hal ini tentunya akan menurunkan
angka morbiditas dan mortalitas akibat TB.
4.3. Analisis Sebab Masalah
Berdasarkan penilaian prioritas, yang menjadi prioritas masalah adalah
penjaringan suspek TB di puskesmas Ambacang, khususnya di kelurahan Lubuk
Lintah. Dari hasil analisis data sekunder yaitu otopsi verbal, diskusi dengan
pimpinan Puskesmas dan petugas Puskesmas maka didapatkan beberapa sebab dari
masalah yang terjadi.
1. Manusia:
a. Masyarakat:
Didapatkan dari otopsi verbal pada pengunjung puskesmas dengan pertanyaan
berikut untuk mengetahui tingkat pengetahuan pengunjung puskesmas tentang
penyakit TB.
Perkiraan hasil yang didapatkan adalah :
a) Rendahnya pengetahuan dan perilaku masyarakat tentang bahaya TB
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
53/79
Gambar 4.1 : Tingkat Pengetahuan Masyarakat terhadap TB Paru
Kuesioner yang diberikan kepada 30 responden yang merupakan warga
kelurahan Lubuk lintah, didapatkan hasil sebanyak 56,67 % memiliki pengetahuan
yang rendah, 40 % memiliki pengetahuan sedang, dan 3,33 % memiliki tingkat
pengetahuan tinggi tentang TB paru (Gambar 4.1).
b) Masyarakat yang masih merasa malu apabila dianggap mengidap penyakit
TB
Gambar 4.2 : Persepsi bahwa TB penyakit Memalukan
0
10
20
30
40
50
60
TINGGI SEDANG RENDAH
Persentase(%)
Tingkat Pengetahuan
Tingkat Pengetahuan Masyarakat
berdasarkan Skor Kuesioner
77%
23%
Apakah penyakit TB memalukan ?
MALU
TIDAK MALU
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
54/79
Dari kuesioner yang diberikan kepada 30 responden, 77% masih
menganggap bahwa penyakit TB memalukan dan 23% menganggap penyakit TB
tidak memalukan.
c) Masih banyak masyarakat yang enggan untuk memeriksakan sputum ke
Puskesmas
b. Tenaga Kesehatan
a) Persuasi kader TB dalam mengajak suspek TB untuk memeriksakan
sputumnya ke puskesmas belum optimal.
2. Metode
a) Belum ada pos TB sebagai media promotif dan preventif TB di kelurahan
lubuk lintah.
3. Material
a) Masih kurangnya ketersediaan media informasi tentang bahaya TB.
4.
Environment
a)
Penduduk di wilayah kerja puskesmas umumnya tinggal bersama keluarga
besar dengan jumlah anggota keluarga yang cukup banyak dan lahan
pemukiman yang sempit.
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
55/79
Gambar 4.3: Analisis Masalah menggunakan Analisis Ischikawa
Environment
-Penduduk diwilayah kerja
puskesmas
umumnya tinggal
bersama keluarga
besar dengan
jumlah anggota
keluarga yang
cukup banyak.
Man
- Rendahnya pengetahuan dan
perilaku masyarakat tentangbahaya TB
- Masyarakat yang masih
merasa malu apabila
dianggap mengidap penyakit
TB
- Masih banyak masyarakat
yang enggan untuk
memeriksakan sputum ke
Puskesmas
-
Persuasi kader TB dalam
mengajak suspek TB untuk
memeriksakan sputumnya ke
puskesmas belum optimal.
Metode
- Belum ada PosTB
sebagai media
promotif dan
preventif TB di
kelurahan Lubuk
Lintah.
Material
- Masih kurangnya
ketersediaan media
informasi tentang
bahaya TB.
Tidak tercapainya
angka penjaringan
suspek TB pada
kelurahan Lubuk
Lintah.
Target : 154
Pencapaian : 43 (27,2%)
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
56/79
4.4 Alternatif Pemecahan Masalah
4.4.1 Manusia
1.
Masyarakat
Masalah :
1) Rendahnya pengetahuan dan perilaku masyarakat tentang bahaya TB.
2) Adanya persepsi masyarakat bahwa TB adalah penyakit memalukan.
3) Kurangnya kesediaan pasien dan keluarganya untuk diperiksa sputumnya di
puskesmas.
Rencana : Pembagian pot sputum kepada warga yang suspek TB.
Pelaksana : Pemegang program, dokter muda, kader
Sasaran : Masyarakat di wilayah kelurahan lubuk lintah yang dianggap
suspek TB dan keluarganya.
Waktu :
Tempat : Rumah warga yang suspek TB
Target : Warga yang merupakan suspek TB mau mengumpulkan dahaknya
dan memeriksakannya ke puskesmas.
Pelaksanaan : Pemegang program TB dan dokter muda dan kader mendatangi
rumah warga yang merupakan suspek Tb dan memberikan pot
sputum kepada suspek TB dan seluruh anggota keluarganya.
2. Tenaga Kesehatan
Masalah : Persuasi kader TB dalam mengajak suspek TB untuk
memeriksakan sputumnya ke puskesmas belum optimal.
Rencana :
1)
Penyegaran kader TB dengan memberikan materi dan pelatihan
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
57/79
2) Pemilihan kader TB berprestasi tiap akhir tahun.
Pelaksana :pemegang program TB
Sasaran : kader program TB.
Waktu : penyegaran kader dilakukan setiap sekali 6 bulan
Target :kemampuan kader dalam mengajak warga yang suspek TB untuk
mau memeriksakan dahaknya ke Puskesmas
Pelaksanaan : penyegaran kader TB dilakukan di dalam gedung puskesmas
Ambacang. Kader dari kelurahan lubuk lintah diundang untuk
datang pada kegiatan penyegaran kader TB setiap sekali 6 bulan.
Dalam kegiatan, dokter puskesmas atau pemegang program TB
memberikan materi pelatihan dan pengetahun tentang TB.
4.4.2
Metode
Masalah :
1) Belum ada PosTB sebagai media promotif dan preventif TB di kelurahan Lubuk
Lintah.
Rencana :membentuk PosTB kelurahan dan memberdayakan kader TB yang
sudah ada.
Pelaksana :Pimpinan Puskesmas
Sasaran : Masyarakat kelurahan lubuk lintah
Waktu :
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
58/79
Tempat :
Target : Masyarakat datang dalam kegiatan posTB dan masyarakat yang
merupakan suspek TB bersedia untuk diperiksa dahaknya.
Pelaksanaan :Kegiatan dilakukan sekali sebulan. Jadwal kegiatan diberitahukan
kepada masyarakat dibantu oleh kader TB setempat. Kegiatan
berupa penyuluhan dan kegiatan anamnesis oleh kader.
4.4.3Material
Masalah : Masih kurangnya ketersediaan media informasi tentang bahaya
TB.
Rencana :Penyebaran leaflet mengenai penyakit tuberkulosis di kelurahan
Lubuk Lintah.
Pelaksana : Petugas Promosi Kesehatan, petugas P2P, kader, dokter muda
Sasaran : Masyarakat di wilayah kelurahan lubuk lintah
Waktu :
Tempat : Posyandu, Posbindu, puskeskel
Target : - Tersebarnya leaflet kepada masyarakat pada kegiatan penyuluhan
TB, posyandu, puskeskel dan posbindu.
-Minimal tersedia 20 leaflet di ruang tunggu
puskeskel/posyandu/posbindu.
Pelaksanaan : leaflet disebarkan pada masyarakat yang mengikuti kegiatan
posbindu dan posyandu di kelurahan lubuk lintah. Leaflet dibuat
semenarik mungkin dan berisi informasi mengenai penyebab TB,
penularan, pencegahan, dan pengobatan. Pembiayaan pengadaan
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
59/79
leaflet diambil dari dana BOK dalam perencanaan program
Promkes. Perkiraan biaya pengadaan leaflet TB adalah sebesar
Rp.150.000,-
4.4.4 Environment
Masalah : Penduduk di wilayah kerja puskesmas umumnya tinggal
bersama keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga yang
cukup banyak.
Rencana : Melakukan penyuluhan mengenai penularan penyakit TB.
Pelaksana : Pemegang program Promkes
Sasaran : Masyarakat kelurahan lubuk lintah
Waktu :
Tempat :
Target :penyuluhan dilakukan 1 x 3 bulan
Pelaksanaan : penyuluhan dilakukan sekali tiga bulan di tempat yang telah
disepakati. Jadwal kegiatan diberitahukan kepada masyarakat
dibantu oleh kader TB setempat.
4.5 Prioritas Pemecahan Masalah
NO ALTERNATIF
EFEKTIFITAS
EFISIENSI SKOR
PRIO
RITASM I V
1 Pembagian pot
sputum kepada warga
yang suspek TB.
5 5 5 5 25 I
2 Penyebaran leaflet
mengenai penyakit
tuberkulosis di
kelurahan lubuk
lintah.
4 5 5 4 25 II
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
60/79
3 Penyegaran kader TB
dengan memberikan
materi dan pelatihan.
4 3 3 2 18 IV
4 Pemilihan kader TB
berprestasi tiap akhir
tahun.
3 3 2 2 9 V
5 Membentuk PosTB
kelurahan dan
memberdayakan kader
TB yang sudah ada.
4 1 2 1 8 VI
6 Penyuluhan mengenai
penularan penyakit
TB.
5 4 4 4 20 III
Dari perhitungan prioritas pemecahan masalah, 3 alternatif kegiatan yang paling
mungkin untuk dilakukan adalah :
a. Pembagian pot sputum kepada warga yang suspek TB.
b. Penyebaran leaflet mengenai penyakit tuberkulosis di kelurahan lubuk lintah.
c. Penyuluhan mengenai penularan penyakit TB.
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
61/79
BAB 5
RENCANA PELAKSANAAN PROGRAM
5.1 Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan rapat internal antara pimpinan Puskesmas dengan
pemegang program TB untuk membahas tentang permasalahan rendahnya angka
penemuan suspek TB pada tahun 2015 di Kelurah Lubuk Lintah wilayah kerja
Puskesmas Ambacang, Kuranji. Upaya untuk meningkatkan angka penjaringan
suspek TB ini akan diarahkan kepada:
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat dengan melakukan kegiatan
penyuluhan berkala kepada masyarakat kelurahan Lubuk Lintah serta
menyebarkan leaflet kepada setiap rumah di kelurah tersebut.
2. Membentuk dan meningkatkan keaktifan peran kader TB melalui
pengayaan dalam bentuk pelatihan serta meningkatkan keaktifan kader
TB dalam kegiatan pengumpulan sampel sputum untuk masyarakat
dengan suspek TB.
3. Meningkatkan kerjasama lintas sektor terutama dengan Kecamatan,
Kelurahan, PKK, tokoh masyarakat, dan perusahaan utnuk
mendapatkan dukungan baik moral ataupun materil.
Pendanaan kegiatan diusulkan dalam perencanaan biaya puskesmas yang
tertuang dalam proposal PDCA Puskesmas Ambacang, Kuranji. Selanjutnya
dilakukan advokasi kepada lurah dan tokoh masyarakat setempat untuk
mendapatkan dukungan program dan membina kerja sama lintas sektoral untuk
menyukseskan program ini.
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
62/79
5.2Tahap Pelaksanaan
5.2.1 Pembagian pot sputum kepada warga yang suspek TB.
Pembagian pot sputum dilaksanakan bersama kader langsung kerumah
warga yang dicurigai dengan suspek TB dengan menampung langsung sputum
sewaktu dan meninggalkan pot untuk sputum pagi.
5.2.2 Pembagian leaflet TB
Pembagian leaflet dilakukan di beberapa program kegiatan puskesmas, saat
penyuluhan TB dan ke rumah-rumah orang yang dicurigai mengidap TB Paru.
5.2.3. Penyuluhan Penularan Penyakit TB
Penyuluhan dilaksanakan di Poskeskel bekerjasama dengan kader dan bidan
poskeskel dalam pengumpulan warga, penyuluhan terbagi menjadi dua sesi yaitu
sesi pertama pemaparan dan dilanjutkan dengan sesi diskusi.
5.3 Tahap Evaluasi
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui kesuksesan jalannya kegiatan-
kegiatan dalam pelaksanaan program kerja. Evaluasi dilakukan dalam Lokakarya
Mini yang bertujuan untuk pelaporan kinerja dan penilaian koordinasi lintas
program maupun lintas sektor, yang dilakukan sekali dalam 3 bulan. Evaluasi
dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan melalui pendataan dari masing-masing
program TB, promkes, survailens, BP dan KIA serta laporan kader, dokter dan
bidan praktek swasta. Keberhasilan kegiatan dan penyebaran leaflet tergambar dari
peningkatan jumlah penjaringan suspek.
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
63/79
62
5.3Matriks Kegiatan
Tabel 5.1 Tahap Evaluasi dan Monitoring
No Kegiatan Tujuan Tanggal Tempat Pelaksanaan/
Penanggung jawab
Sasaran Alat dan Perlengkapan
1 Pembagian
kuesioner pre
dan post
-mengetahui tingkat
pengetahuan masyarakt
sebelum dan sesudahpenyuluhan
-mengetahui keberhasilan
dari pelaksanaan
penyuluhan
Kantor lurah
lubuk lintah
Panitia penyuluhan Masyarakat kelurahan
Lubuk Lintah yang
mengikuti penyuluhan
Kesioner tingkat pengetahuan TBC
2 Pemantauan
angka
kunjungan
pasien suspek
TB Paru
-mengetahui peningkatan
angka kunjungan pasien
suspek TB Paru
Puskesmas
Ambacang
Pemegang program
TB
Masyarakat di kelurahan
Lubuk Lintah
Data angka kunjung pasien suspek
TB Paru ke Puskesmas Ambacang
3 Evaluasi dan
penyusunan
laporan acara
-mengevaluasi pencapaian
dan kendala dari kegiatan
-mengevaluasi angka
kunjungan pasien suspek
TB paru setelah
penyuluhan
-menyususn laporan
kegiatan
Puskesmas
ambacang
Panitia penyuluhan Panitia penyuluhan Data angka kunjungan pasien
suspek TB paru ke puskesmas
Ambacang
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
64/79
63
Tabel 5.2 Matriks kegiatan
No Kegiatan November Desember
I II III IV I II III IV
PERSIAPAN
1 Rapat internal antara pemegang program TB, KepalaPuskesmas dan Dokter muda
2 Sosialisasi penyakit TB Paru dengan melakukan
penyuluhan, pembagian leaflet dan Poster diPuskesmas
PELAKSANAAN
1 Pembagian leaflet
2 Penyuluhan TB Paru di kelurahan
3 Pembagian pot untuk pengumpulan sputum
MONITORING DAN EVALUASI
1 Pembagian quesioner pre dan post penyuluhan
2 Pemantauan angka kunjung pasien suspek TB Paru
3 Evaluasi dan penyusunan laporan acara
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
65/79
BAB 6
PENUTUP
6.1.Kesimpulan
1. Kesenjangan angka pencapaian program dan target penemuan kasus TB
BTA (+) akibat kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat
mengenai TB serta kurangnya keaktifan petugas puskesmas dalam
melakukan penyuluhan dan tidak adanya kriteria yang pasti untuk pasien
suspek TB
2. Dibutuhkan kerjasama lintas program dan sektoral untuk mencapai target
dan rasa tanggung jawab pimpinan puskesmas dan pelaksana program yang
terkait untuk menjaring kasus TB BTA (+) sebesar 100 %
6.2.Saran
6.2.1.
Kepada Puskesmas
1.
Adanya upaya secara sistimatis untuk mempengaruhi pembuat/penentu
kebijakan dan keputusan, dalam penyelenggaraan penanggulangan
tuberkulosis. Pendekatan kepada para pimpinan ini dapat dilakukan dengan
cara bertatap muka langsung (audiensi), konsultasi, memberikan laporan,
pertemuan/rapat kerja, lokakarya dan sebagainya sesuai dengan situasi dan
kondisi masing-masing unit. Dalam melakukan advokasi perlu dipersiapkan
data atau informasi yang cukup serta bahan-bahan pendukung lainnya yang
sesuai agar dapat meyakinkan mereka dalam memberikan dukungan.
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
66/79
6.2.2. Kepada Petugas P2M
1. Penggunaan multi media untuk penyampaian pesan dengan intensitas yang
tinggi, akan memberikan pengaruh yang mendalam terhadap penerima
pesan.
2. Pemberdayaan masyarakat, berprinsip meningkatkan kontribusi masyarakat
dalam penanggulangan TB, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
3. Supervisi (monitoring langsung) dan evaluasi untuk meningkatkan kinerja
petugas, melalui suatu proses yang sistematis dengan Peningkatan
pengetahuan petugas, Peningkatan ketrampilan petugas, Perbaikan sikap
petugas dalam bekerja, Peningkatan motivasi petugas. Suatu umpan balik
tentang kinerja harus selalu diberikan untuk memberikan dorongan
semangat kerja.
6.2.3. Kepada Masyarakat
1.
Masyarakat ikut berkiprah dalam penanggulangan TB dengan turut
melakukan penyuluhan, ikut menjadi PMO, Kader TB dan sebagainya.
Prinsip lain yang harus dipegang teguh adalah bekerja untuk dan bersama
masyarakat, karena dengan kebersamaan inilah terjadi proses fasilitasi,
motivasi, alih pengetahuan dan keterampilan.
6.2.4.
Lintas Sektor
1.
Kemitraan antara Pemerintah, LSM, Ormas, dan berbagai kelompok
masyarakat lainnya akan memudahkan kerja sama di lapangan, sehingga
potensi dapat dimanfaatkan secara optimal.
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
67/79
BAB 6
DAFTAR PUSTAKA
Crofton, Horne dan Miller. 2002. Tuberkulosis Klinis edisi 2. Jakarta .Widya
medika
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pedomen Nasional
Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta.
Puskesmas Ambacang Kuranji. 2015. Laporan Lokakarya Mini III Tahun 2015
Puskesmas Ambacang Kuranji (Januari-September). Padang : Puskesmas
Ambacang Kuranji.
Sudoyo. Aru, W. Dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi V.
Jakarta. Interna Publishing.
World Health Organization. 2015. Global Tuberculosis Report. France.
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
68/79
67
Lampir an 1
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Setelah dijelaskan maksud penelitian, saya bersedia menjadi responden dalam
penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa IKM FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS PADANG, dengan judul Upaya Peningkatan Angka
Penemuan Suspek Tuberculosis Paru di Kelurahan Lubuk Lintah.
Demikian persetujuan ini saya tanda tangani dengan sukarela tanpa paksaan
dari siapapun.
Padang, November 2015
Responden,
()
7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf
69/79
68
KUESIONER
Upaya Peningkatan Angka Penemuan Suspek Tuberculosis Paru di Kelurahan
Lubuk Lintah
Identitas
Nama :
Umur :
Petunjuk Pengisian Kuesioner :
Pada halaman berikut terdapat sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan
pengetahuan masyarakat tentang tuberkulosis paru.
Beri tanda pada jawaban yang anda anggap paling benar.
7/25/2019 P