Upload
lia-martina
View
43
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
2.2 Definisi
Pendekatan Masalah kesehatan merupakan suatu tindakan mendekati sesuatu dengan menggunakan
suatu metode untuk menggambarkan suatu keadaan spesifik dari suatu kesehatan. Di awali dengan
pengumpulan data, analisis masalah, perumusan langkah-langkah penanggulangan, dan dilaksanakannya
program dari masalah kesehatan tersebut. Yang dilihat adalah cara memandang masalah atau hal yang
berkaitan dengan kesehatan.
2.1 Macam Pendekatan
a. Pendekatan kuratif :
1. Dilakukan terhadap sasaran secara individual.
2. Cenderung bersifat reaktif (menunggu masalah datang, misal dokter menunggu pasien datang di
Puskesmas/tempat praktek).
3. Melihat dan menangani klien/pasien lebih kepada sistem biologis manusia/pasien hanya dilihat
secara parsial (padahal manusia terdiri dari bio-psiko-sosial yang terlihat antara aspek satu dengan
lainnya.
b. Pendekatan preventif,
1. Sasaran/pasien adalah masyarakat (bukan perorangan).
2. Menggunakan pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu masalah datang, tetapi mencari
masalah. Petugas turun di lapangan/masyarakat mencari dan mengidentifikasi masalah dan
melakukan tindakan.
3. Melihat klien sebagai makhluk yang utuh, dengan pendekatan holistik. Terjadiya penyakit tidak
semata karena terganggunya sistem biologis tapi aspek bio-psiko-sosial.
c. Pendekatan Promosi
d. Pendekatan Rehabilitatif
2.1.1 Pendekatan Segitiga Epidemiologi
Model segitiga epidemiologi menggambarkan kejadian suatu penyakit yang ditentukan oleh tiga
faktor utama yaitu host, agent, dan environment.
Host atau pejamu adalah manusia yang mudah terkena atau rentan (susceptible) terhadap suatu bibit
penyakit (virus, bakteri, parasit, jamur, dsb) yang dapat menyebabkan ia sakit.
Contoh : Penyakit cmapak mempunyai kecenderungan untuk menyerang anak-anak, khususnya anak
dibawah umur lima tahun. Kekebalan terhadap campak memang sudah dibawa sejak lahir, tetapi mulai
menurun sejak usia 9 bulan. Kondisi ini menyababkan bayi sebelum berumur 9 bulan perlu diberikan
imunisasi untuk lebih meningkatkan kekebalan tubuhnya terhadap virus campak.
Agent adalah faktor yang menjadi bibit penyakit yang menjadi penyebab suatu penyakit. Penyebab
penyakit ada yang bersifat biologis, fisik, kimia, dan sosiopsikologis.
Contoh :
Yang bersifat biologis : kuman mikrobakterium tuberkulosa menyebabkan penyakit TBC paru-paru.
HIV menjadi penyebab AIDS.
Yang bersifat fisik : sinar ultra violet dapat meningkatkan resiko host terkena tumor kulit.
Yang bersifat kimia : nikotin dalam rokok menyebabkan kanker paru-paru.
Yang bersifat sosio-psikologis : suasana kerja sehari-hari yang selalu menegangkan akan
berpengaruh pada kesehatan jiwa karyawan.
Environment atau lingkungan adalah situasi atau kondisi di luar host atau agent yang memudahkan
interkasi antara keduanya. Faktor ini juga dapat menjadi resiko timbulnya gangguan penyakit pada host
karena lingkungan memberikan peluang agent untuk berkembang (breeding). Lingkungan dapat dibedakan
menjadi lingkungan biologis, fisik, kimia, dan sosialekonomi.
Contoh :
Lingkungan biologi : di suatu wilayah (lagoon) akan memudahkan nyamuk anopheles berkembang.
Lingkungan seperti ini akan memudahkan terjadinya penularan penyalit malaria.
Lingkungan kimia : lysol yang dipakai membersihkan kotoran penderita Cholera akan melemahkan
kuman vibrio cholera sehingga penularannya dapat dibatasi.
Lingkungan sosial : situasi rumah yang padat hunian (banyak anggota keluarga) akan memudahkan
penularan penyakit scabies di antara penghuninya
Lingkungan fisik : sinar ultra violet akan memudahkan timbulnya kanker kulit.
Untuk menggambarkan interaksi antara faktor-faktor egen, pejamu dan lingkungan, John Gordon
menganalogikan sebagai timbangan pengumpil (pengungkit) dengan lingkungan sebagai titik tumpunya.
Pada dasarnya selalu terjadi hubungan dan pengaruh timbal balik antara faktor-faktor pejamu, agen
dan lingkungan, yang berusaha mencapai suatu keadaan keseimbangan. Perubahan dari keseimbangan dapat
dilihat dari contoh-contoh berikut ini.
Gambar segitiga epidemologi :
1.
Keterangan :
A: Agent
H: Host
E: Environment
Timbangan tersebut menggambarkan tercapainya keseimbangan, sehingga baik agent maupun host
tidak ada yang dirugikan dan pada keadaan ini tedapat suasana hidup berdampingan secara damai antara
agent dan host.
2.
Keadaan tersebut menggambarkan peningkatan dari kemampuan agent untuk menginfeksi serta
menimbulkan penyakit pada manusia.
3.
Keadaan tersebut menggambarkan peningkatan peningkatan proporsi kerentanan dari populasi
manusia, misalnya karena menurunnya imunitas dari host itu sendiri. Misalnnya pada saat musim
pancaroba, seringkali imunitas manusia itu menurun sehingga lebih rentan terserang berbagai penyakit.
E
A H
E
H
A
E
A
H
Sehingga walaupun jumlah agent normal namun dapat pula terjadi penyakit bila imunitas host sendiri
mengalami penurunan.
4.
Perubahan lingkungan dapat pula menyebabkan pergeseran titik tumpu ke arah host sehingga
menggambarkan bahwa perubahan lingkungan tersebut merangsang penyebaran agen yang
menyebabkan peningkatan kemampuan agen untuk menginfeksi. Misalnya pada suatu desa tertentu
pada awalnya memiliki sumber air yang bersih, tetapi kemudian terjadi banjir yang membawa berbagai
macam mikroorganisme penyebab penyakit sehingga mengkontaminasi air minum di desa tersebut,
maka terjangkitlah wabah penyakit pada desa tersebut oleh karena air minum yang sudah
terkontaminasi.
5.
Disamping itu, perubahan lingkungan dapat pula menyebabkan perubahan kerentanan pejamu
(host), sehingga terjadi pergeseran titik tumpu ke arah agent. Keadaan ini terjadi misalnya pada
perkembangan daerah industri yang pesat menyebabkan konsentrasi zat-zat pencemar di udara
meningkatkan kerentanan (memudahkan terserang penyakit) pada manusia, terutama infeksi saluran
pernafasan.
2.1.2 Pendekatan Jaring- jaring sebab akibat
E
H
A
E
A
H
Merupakan salah satu dari 3 konsep dasar epidemiologi (segitiga epidemiologi, jaring-jaring sebab
akibat, roda) yang memberikan gambaran tentang hubungan sebab akibat yang berperan dalam terjadinya
penyakit dan masalah kesehatan lainnya.
Pada model “jaring-jaring sebab akibat” terdapat berbagai macam sebab; sesuatu penyakit tidak
bergantung pada satu sebab yang berdiri sendiri melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses “sebab”
dan ”akibat”.
Menurut model ini perubahan dari salah satu faktor akan mengubah keseimbangan antara mereka,
yang berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit yang bersangkutan. Dengan demikian timbulnya
penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan cara memotong rantai pada berbagai titik.
-Kekurangan dari model ini, peneliti tidak dapat mengidentifikasi / sulit menentukan penyebab utama.
Namun dapat dilakukan pencegahan dari berbagai arah.
-Kelebihan dari model ini, peneliti dapat mengetahui dan mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang
berperan dalam timbulnya suatu penyakit / masalah kesehatan lainnya.
2.1.3 Pendekatan Wheel
Seperti halnya model jaring-jaring sebab akibat, model roda memerlukan identiflkasi berbagai faktor
yang berperan dalam timbulnnya penyakit dengan Hak menekankan pentingnya agens. Di sini dipentingkan
hubungan antara manusia dan lingkungan hidupnya. Besarnya peranan tiap-tiap lingkungan bergantung pada
KEMISKINAN
PENDIDIKAN
RENDAH
PRODUKSI BAHAN MAKANAN RENDAH
DAYA BELI RENDAH
FASILITAS KES.KURANG
PENGETAHUAN GIZI RENDAH
KONSUMSI MAKANAN TDK MEMADAI
KESEHATAN KURANG
PENYAKIT KURANG GIZI
DAYA TAHAN TUBUH & PENYERAPAN GIZI TERGANGGU
penyakit yang diderita. Sebagai contoh, peranan lingkungan sosial lebih besar dari pada yang lainnya pada
"sorbun". Peranan lingkungan biologis lebih besar dari pada yang lain pada
Sebagai contoh peranan lingkungan sosial lebih besar dari yang lainnya pada stress mental, peranan
lingkungan fisik lebih besar dari lainnya pada sunburn, peranan lingkungan biologis lebih besar dari lainnya
pada penyakit yang penularannya melalui vektor (vektor borne disease) dan peranan inti genetik lebih besar
dari lainnya pada penyakit keturunan.
Dengan model-model tersebut diatas hendaknya ditunjukkan bahwa pengetahuan yang lengkap
mengenai mekanisme-mekanisme terjadinya penyakit tidaklah diperuntukkan bagi usaha-usaha
pemberantasan yang efektif.
Oleh karena banyaknya interaksi-interaksi ekologis maka seringkali kita dapat mengubah penyebaran
penyakit dengan mengubah aspek-aspek tertentu dari interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya tanpa
intervensi langsung pada penyebab penyakit.
Manusia
Struktur genetik
Lingkungan
2.1.4 Pendekatan Bloom
Paradigma hidup sehat H. L Bloom menjelaskan 4 faktor utama yang dapat mempengaruhi derajat
kesehatan individu /masyarakat. Keempat factor tersebut merupakan factor determinan (penentu) timbulnya
masalah kesehatan pada seorang individu atau kelompok masyarakat.
Keempat factor tersebut terdiri dari factor perilaku individu atau kelompok masyarakat, factor
lingkungan (social ekonomi, politik, fisik), factor pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya) dan
factor genetic (keturunan). Keempat factor tersebut berinterakis secara dinamis yang mempengaruhi
kesehatan perorangan dan derajat kesehatan kelompok masyarakat. Diantara keempat factor tersebut, factor
Genetik
LingkunganMasalah kesehatan Perilaku
Masyarakat
Pelayanan Kesehatan
perilaku manusia merupakan factor determinan yang paling besar dan paling sukar ditanggulangi, disusul
dengan factor lingkungan.
Faktor genetic.
Faktor ini paling kecil pengaruhnya terhadap kesehatan perorangan atau masyarakat . Pengaruhnya pada
status kesehatan perorangan terjadi secara evolutif dan paling sukar dideteksi. Faktor genetic perlu mendapat
perhatian di bidang pencegahan penyakit. Misalnya : seorang anak lahir dari orang tua penderita DM akan
mempunyai resiko lebih tinggi dibandingkan anak yang lahir bukan dari penderita DM. Untuk upaya
pencegahan , anak yang lahir dari penderita DM harus diberi tahu dan selalu mewaspadai factor genetic
yang diturunkan dari orangtuanya. Oleh karenanya ia harus selalu mengatur dietnya, teratur berolah raga dan
upaya pencegahan lainnya sehingga tidak ada peluang factor genetiknya berkembang menjadi factor resiko
terjadinya DM pada dirinya.Jadi dapat diumpamakan , genetic adalah peluru (bullet) tubuh manusia adalah
pistol (senjata), dan lingkungan/perilaku manusia adalah pelatuknya (trigger)
Faktor pelayanan kesehatan.
Ketersediaannya sarana pelayanan, tenaga kesehatan, dn pelayanan kesehatan yang berkualitas akan
berpengaruh pada derajat kesehatan masyarakat. Pengetahuan dan ketrampilan petugas kesehatan yang
diimbangi dengan kelengkapn saran dan prasarana serta dana akan menjamin kualitas pelayanan kesehatan.
Pelayanan seperti ini akan mampu mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan yang berkembang di suatu
wilayah atau kelompok masyarakat.
Faktor perilaku masyarakat.
Faktor ini terutama di Negara berkembang paling besar pengaruhnya terhadap munulnya gangguan
kesehatan atau masalah kesehatan di masyarakat. Tersedianya jasa pelayanan kesehatan (health service)
tanpa disertai perubahan perilaku (peran serta) masyarakat akan mengakibatkan masalah kesehatan tetap
potensial berkembang di masyarakat.
Faktor lingkungan.
Lingkungan yang terkendali, akibat sikap hidup dan perilaku masyarakat yang baik akan dapat menekan
berkembangnya masalah kesehatan.
Untuk menganalisis program kesehatan di lapangan H.L Blum dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi
dan mengelompokkan masalah sesuai dengan factor-faktor yang berpengaruh pada status kesehatan
masyarakat.
3.3 Pendekatan yang cocok untuk skenario
Pendekatan yang cocok untuk skenario adalah pendekatan H.L.Blum.Dikemukakan ada 4 faktor yang
berperan, seperti halnya dengan konsep kedua, tetapi disini lebih diperjelas besarnya peranan masing-masing
faktor.Secara berurut, makin besar, keempat faktor itu adalah :
1. Faktor hereditas
2. Faktor pelayanan kesehatan
3. Gaya hidup
4. Faktor lingkungan
Di dalam skenario terdapat adanya 4 faktor yang berperan tersebut, antara lain :
1. Faktor hereditas
Ditemukan pasien dengan tingkat karies yang tinggi, hal ini menunjukkan adanya faktor hereditas yang
berperan, yaitu gigi yang rentan.
2. Faktor pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan telah memadai, namun mungkin kurang adanya promosi dari pihak puskesmas serta
tidak adanya waktu dari masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan tersebut, ditambah lagi
dengan tingkat kesadaran masyarakat yang rendah terhadap pentingnya menjaga kesehatan terutama
kesehatan gigi dan mulut.
3. Gaya hidup
Ditemukan gaya hidup masyarakat yang cenderung menyukai makanan yang siap saji, yang banyak
mengandung karbohidrat.Dan hal inilah juga yang menjadi faktor pemicu timbulnya karies.
4. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang berperan disini adalah lingkungan sosial ekonomi, ditemukan bahwa tingkat
ekonomi masyarakat tergolong menengah ke atas, hal ini menjadi faktor pendukung dari kebiasaan
mengkonsumsi makanan cepat saji yang dilakukan oleh masyarakat.
Konsep Blum inilah yang banyak dipakai dewasa ini bahkan sangat mempengaruhi kebijaksanaan
pemerintah dimana kegiatan perbaikan lingkungan menjadi prioritas utama pembangunan bidang
kesehatan.Hanya saja Pelita VI terjadi sedikit pergeseran dengan isu SDM ( Sumber Daya Manusia )
sehingga faktor gizi banyak yang berhubungan dengan kualitas kesehatan dan peranan gaya hidup
masyarakat dengan bertambahnya penyakit tidak menular mulai mendapat perhatian.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta :
Rineka Cipta. 2003.
Kusnoputranto, Haryono. 1986. Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
(http://sitipurwanti.blogspot.com/2009/11/perubahan-perilaku-dan-metode-setelah.html)