Upload
rio-fernando
View
99
Download
24
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pedoman Penyusunan LK BLUD Buku-1
Citation preview
BUKU IBUKU IBUKU IBUKU I
PEDOMAN TEKNISPEDOMAN TEKNISPEDOMAN TEKNISPEDOMAN TEKNIS
ASISTENSI PENYUSUNAN ASISTENSI PENYUSUNAN ASISTENSI PENYUSUNAN ASISTENSI PENYUSUNAN
LAPORAN KEUANGANLAPORAN KEUANGANLAPORAN KEUANGANLAPORAN KEUANGAN
(NERACA)(NERACA)(NERACA)(NERACA)
BLUD BLUD BLUD BLUD
DEPUTI BIDANG AKUNTAN NEGARA
2008
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
Seri 4
Pedoman Teknis Asistensi BLUD
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa, karena dengan rakhmatNya-lah buku Pedoman Teknis Asistensi
Penyusunan Laporan Keuangan bagi BLUD ini dapat disusun. Buku ini
merupakan bagian dari buku seri Pedoman Teknis Asistensi Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD) yang disusun oleh Satuan Tugas BLUD Deputi Bidang
Akuntan Negara BPKP.
Pedoman teknis asistensi ini ditujukan kepada para pejabat struktural dan
fungsional yang diberi tugas untuk membantu Rumah Sakit Daerah (RSD).
Namun demikian, pedoman ini dapat juga dijadikan acuan untuk melakukan
asistensi pada SKPD yang menyediakan produk selain jasa pelayanan
kesehatan.
Pedoman Teknis Asistensi Penyusunan Laporan Keuangan bagi BLUD ini
terdiri dari 3 (tiga) buku,
Buku I : ”Pedoman Teknis Asistensi Penyusunan Laporan Keuangan
(Neraca) BLUD”
Buku II : ”Pedoman Teknis Asistensi Penyusunan Laporan Keuangan
(Laporan Realisasi Anggaran) BLUD”
Buku III : ”Pedoman Teknis Asistensi Penyusunan Laporan Keuangan
(Catatan Atas Laporan Keuangan) BLUD”
Laporan Keuangan Pokok merupakan salah satu persyaratan administratif
bagi Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) yang akan menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan (PPK)-BLUD. Laporan Keuangan ini merupakan
dokumen standar tentang penyelenggaraan administrasi keuangan yang harus
diselenggarakan oleh Rumah Sakit Daerah (RSD).
Salah satu bantuan riil kepada RSD agar dapat memenuhi persyaratan
administratif untuk menerapkan PPK-BLUD dan dapat mengimplementasikan
ii
praktek bisnis yang sehat, adalah dengan memberikan asistensi penyusunan
laporan keuangan.
Sangat disadari bahwa buku pedoman ini masih memiliki banyak kekurangan.
Segala masukan, kritik, dan saran dari para pengguna pedoman sangat
diharapkan, agar pedoman ini dapat disempurnakan. Akhir kata, semoga
pedoman teknis ini dapat memberikan manfaat bagi para penggunanya.
Jakarta, 9 Desember 2008
Deputi Bidang Akuntan Negara
Ardan Adiperdana NIP 060054989
1
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………. 1
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….. 3
LATAR BELAKANG............................................................. 3
TUJUAN............................................................................... 4
RUANG LINGKUP
BAB II LANGKAH KERJA.............................................................. 6
LANGKAH KERJA UMUM................................................... 6
LANGKAH KERJA PENYUSUNAN AKUN NERACA ......... 15
BAB III KEBIJAKAN AKUNTANSI.......................................................... 6
A. PENGERTIAN NERACA ................................................. 21
B. PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI ................................... 22
C. STRUKTUR NERACA .......................................................... 22
D. PENYUSUNAN NERACA AWAL ...................................... ... 23
E. ASET LANCAR ..................................................................... 24
KAS ...................................................................................... 10
INVESTASI JANGKA PENDEK ........................................... 13
PIUTANG.............................................................................. 13
PERSEDIAAN ...................................................................... 16
F. ASET TETAP ........................................................................ 22
TANAH ................................................................................. 22
PERALATAN DAN MESIN ................................................... 22
GEDUNG DAN BANGUNAN .............................................. 23
JALAN, JARINGAN DAN INSTALASI .................................. 23
ASET TETAP LAINNYA ....................................................... 23
KONTRUKSI DALAM PENGERJAAN .............………………24
G. DANA CADANGAN …..………………………………………… 26
H. ASET LAINNYA ……………………………………………….. 27
2
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
ASET TAK BERWUJUD ………………………………………. 27
TAGIHAN PENJUALAN ANGSURAN ……………………….. 28
TUNTUTAN PERBENDAHARAAN (TP) DAN TUNTUTAN
GANTI RUGI (TGR) ……………………………………………. 29
KEMITRAAN DENGAN PIHAK KETIGA …………………….. 30
ASET LAIN-LAIN ……………………………………………….. 32
I. KEWAJIBAN ……………………………………………………. 33
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK ……………………………... 33
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG ……………………………. 37
J. EKUITAS DANA ………………………………………………... 39
EKUITAS DANA LANCAR …………………………………….. 40
EKUITAS DANA INVESTASI ………………………………….. 40
EKUITAS DANA CADANGAN ………………………………… 40
BAB III PENUTUP
LAMPIRAN
Lampiran l : Contoh Neraca
Lampiran ll :Formulir inventarisasi
Lampiran III:Penjelasan tambahan bagi RSD yang telah menyusun Laporan
Keuangan sebelum berlakunya Permendagri No.13/2006
Lampiran IV:Penjelasan tambahan bagi RSD yang telah menyusun
Laporan Keuangan secara utuh sesuai Permendagri
No.13/2006 namun masih dilakukan secara manual
Permendagri No.13/2006
Lampiran V: Penjelasan tambahan bagi RSD yang telah
menyusun Laporan Keuangan secara utuh sesuai
Permendagri No.13/2006 dan telah menggunakan aplikasi
komputer (misal:SIMDA)
3
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laporan Keuangan merupakan salah satu komponen penting yang
merupakan salah satu persyaratan administratif bagi Satuan Kerja
Pemerintah Daerah (SKPD) yang akan menerapkan PPK- BLUD.
Sampai saat ini, telah ada beberapa rumah sakit daerah (RSD) yang telah
memanfaatkan BPKP (Perwakilan Provinsi) sebagai fasilitator dalam
menyusun laporan keuangan dan beberapa persyaratan administratif
lainnya dalam rangka penerapan PPK-BLUD. Namun begitu, BPKP Pusat
belum menerbitkan pedoman/ manual yang terkait dengan hal tersebut di
atas sehingga BPKP Perwakilan dalam melakukan kegiatan asistensi
penyusunan laporan keuangan dan dokumen lainnya hanya berdasarkan
ketentuan perundangan yang ada dan referensi yang relevan. Akibatnya,
terdapat kemungkinan keberagaman substansi atas produk yang sama.
Berdasarkan kondisi diatas, Deputi Akuntan Negara, berinisiatif untuk
menyediakan pedoman bagi fasilitator untuk membantu pihak RSD dan
SKPD lainnya dalam menyusun laporan keuangan. Pedoman teknis ini
merupakan hasil pengembangan atas pedoman serupa yang disusun oleh
satgas BLUD Perwakilan BPKP Jawa Timur.
Akhirnya dengan terbitnya pedoman ini dan dengan fasilitasi yang dilakukan
oleh BPKP, diharapkan pihak RSD dan SKPD lainnya dapat menyusun
laporan keuangan secara mandiri dan berkesinambungan.
B. Tujuan
Dalam rangka mewujudkan visi BPKP sebagai Auditor intern pemerintah
yang praktis dan terpercaya dalam mentransformasikan manajemen
4
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
pemerintah menuju pemerintah yang baik dan bersih, sudah sepantasnya
BPKP memberikan bantuan terhadap Instansi Pemerintah/Pemda/SKPD di
seluruh Indonesia. Salah satu bantuan riil kepada RSD agar dapat
menyusun Laporan Keuangan. Pedoman Asistensi Penyusunan Laporan
Keuangan ini sekaligus merupakan sarana bagi Perwakilan BPKP untuk
menambah wawasan (pola pikir) bagi fasilitator dalam memfasilitasi
penyusunan laporan keuangan RSD dan SKPD lainnya.
C. Ruang Lingkup
Sebagai salah satu syarat administratif bagi disetujuinya suatu RSD
menjadi BLUD yaitu harus dapat menyajikan Laporan Keuangan yang terdiri
dari :
− Laporan Realisasi Anggaran
− Neraca
− Catatan atas Laporan Keuangan
Oleh karena itu, untuk keperluan penyusunan laporan keuangan pertama
kali, RSD/SKPD perlu melakukan inventarisasi terhadap aset dan
kewajibannya.
Sesuai pasal 332 Permendagri 13 tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, penyusunan laporan keuangan SKPD
dilaksanakan secara bertahap mulai tahun anggaran 2006. Dengan
demikian sangat dimungkinkan SKPD/RSD sampai saat ini belum
menyusun laporan keuangan. Oleh karena itu petunjuk teknis ini
diperuntukan bagi SKPD yang belum menyusun laporan keuangan.
Pada saat ini terdapat 4 (empat) asumsi yang menunjukkan posisi suatu
Pemda dalam penerapan Permendagri 13/2006 yang berpengaruh pada
penerapan SAP suatu SKPD yaitu :
5
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Asumsi Pertama – Pemda belum sama sekali menerapkan Permendagri
13/2006 sehingga belum ada laporan keuangan yang dihasilkan oleh
SKPD.
Asumsi Kedua – Pemda telah menyusun Laporan Keuangan berdasarkan
kewajiban sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 dan
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 namun belum
menerapkan Permendagari 13/2006 sama sekali.
Asumsi Ketiga – Pemda telah menerapkan Permendagri 13/2006 secara
penuh namun sistem laporan keuangannya masih “manual” sehingga
laporan keuangan disentralisasi di Bendaharawan Umum Daerah.
Asumsi Keempat – Pemda telah sepenuhnya menerapkan secara penuh
Permendagri 13/2006 dan telah menerapkan suatu progam aplikasi (mis:
SIMDA) dalam penyusunan laporan keuangannya.
Terkait ke empat asumsi tersebut di atas, menjadikan keandalan informasi
tentang aset, kewajiban, dan aset bersih dalam laporan keuangan pertama
kali sangat penting dalam membangun sistem akuntansi RSD/SKPD,
karena jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan ini akan
menjadi saldo Awal, yang akan terus terbawa dalam sistem akuntansi pada
periode berikutnya.
Penyusunan dan penyajian laporan keuangan harus sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintah dan Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Agar
kegiatan asistensi dapat berjalan efektif, perlu menyusun langkah-langkah
yang terstruktur, bertahap, jelas, mudah dipahami, dan dapat dilaksanakan.
Langkah-langkah tersebut antara lain :
1. Menentukan ruang lingkup pekerjaan.
2. Pembentukan tim penyusunan Laporan Keuangan.
3. Memberikan penjelasan kepada tim counterpart yang akan
melakukan penyusunan Laporan Keuangan.
6
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
4. Menyiapkan formulir-formulir berikut petunjuk pengisiannya.
5. Meminta data Laporan Keuangan Pemda yang bersangkutan *).
6. Melaksanakan inventarisasi aset dan kewajiban.
7. Melakukan penilaian aset dan kewajiban sesuai bukti yang ada.
8. Melakukan pengolahan data dan klasifikasi aset dan kewajiban
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah.
9. Penyusunan neraca.
*) Langkah tersebut di atas dilakukan bila Pemda/SKPD telah memiliki Laporan Keuangan
7
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
BAB II
LANGKAH KERJA
A. LANGKAH KERJA UMUM
Dalam rangka penyajian neraca awal harus ditentukan satu tanggal yang
menjadi titik tolak untuk penyusunan neraca atau penyesuaian neraca.
Misalnya jika di tentukan tanggal 31 Desember 2007 sebagai titik tanggal
penyusunan atau penyesuaian maka seluruh proses harus didasarkan
pada tanggal 31 Desember 2007. Sebagai contoh, pelaksanaan
inventarisasi dapat dilakukan sepanjang tahun 2008 untuk posisi per 31
Desember 2007. Dengan demikian, pengerjaan neraca dapat dilakukan
sepanjang tahun 2008 untuk posisi per tanggal per 31 Desember 2007.
Mengacu pada langkah tersebut di atas, maka langkah-langkah yang
dapat dilakukan untuk penyajian neraca awal bagi pemda yang akan
menyusun neraca awal atau penyesuaian per 31 Desember 20X7 adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan ruang lingkup pekerjaan
Pada proses ini perlu ditentukan ruang lingkup pekerjaan penyusunan
neraca awal. Hal ini dibutuhkan agar terdapat kejelasan arah
pelaksanaan pekerjaan dan batasan-batasan yang menjadi asumsi
saat penyusunan laporan keuangan.
2. Pembentukan Tim Penyusunan laporan keuangan
Pelaksanaan pekerjaan penyusunan neraca awal harus dilakukan oleh
sebuah tim yang terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan dengan
8
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
data-data dalam rangka penyusunan neraca awal. Pembentukan tim
penyusunan neraca ini penting karena diharapkan akan memunculkan
neraca RSD yang memiliki integritas data yaitu lengkap, akurat dan
valid. Kemudian, nilai-nilai yang akan dicantumkan dalam neraca
tersebut membutuhkan pendapat atau pernyataan dari tim yang
kompeten. Misalnya suatu tim dapat terdiri dari bagian keuangan,
bidang akuntansi, bagian perlengkapan yang notabene lebih tahu
kapan, bagaimana dan untuk apa suatu aset tetap digunakan dan
bagian lain yang tekait dengan data-data yang akan disajikan dalam
neraca.
Hasil inventarisasi dan pengamatan yang dilakukan atas aset dan
kewajiban dimaksudkan untuk disajikan dalam neraca sehingga perlu
ada orang yang kompeten di bidang akuntansi khususnya akuntansi
pemerintahan. Komposisi semacam ini akan memungkinkan pekerjaan
dilakukan secara terarah, efektif, dan efisien.
3. Memberikan Penjelasan Teknis Pelaksanaan kepada Tim;
Tim penyesuaian neraca seperti yang disebut sebelumnya berasal dari
berbagai pihak. Latar belakang pengetahuan dan kompetensinya juga
berbeda. Untuk itu perlu adanya penyamaan persepsi tentang
pekerjaan yang dilakukan dan pengaturan mengenai teknis pekerjaan.
Dalam langkah ini juga temasuk penjelasan mengenai formulir yang
digunakan dan mekanisme pengisian formulir. Pemahaman mengenai
lingkup pekerjaan masing-masing juga perlu dijelaskan sehingga
pekerjaan dapat dilakukan dengan baik.
4. Menyiapkan formulir-formulir berikut petunjuk pengisiannya
Pada tahap ini tim mulai menyusun dan menyiapkan formulir-formulir
yang akan digunakan mulai dari tahap inventarisasi sampai dengan
9
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
formulir yang mendukung penyelesaian penyusunan laporan keuangan
tersebut. Hal tersebut mencakup juga prosedur penyajian, langkah-
langkah dan formulir-formulir yang digunakan. Langkah-langkah yang
jelas dan cara pengisian formulir yang lengkap akan menyatukan
persepsi di lapangan sehingga memudahkan proses pelaksanaan
penyesuaian neraca .
5. Meminta data Laporan Keuangan Pemda yang bersangkutan *).
Tahap ini dilaksanakan bila SKPD RSD telah memiliki lapora
keuangan sehingga tidak diperlukan penyusunan dari awal tapi dapat
mengambil data-data laporan keuangan SKPD yang terakumulasi
pada neraca Pemda.
6. Melaksanakan Inventarisasi Aset dan Kewajiban;
Langkah berikutnya adalah pelaksanaan inventarisasi fisik dan/atau
dokumen. Langkah ini merupakan pengumpulan data untuk keperluan
penyesuaian neraca . Inventarisasi dilakukan dengan menggunakan
formulir yang telah dipersiapkan. Inventarisasi dapat dilakukan dengan
menginventarisasi dokumen atau fisik. Langkah inventarisasi ini
merupakan tahapan yang memakan waktu yang paling lama dari
seluruh kegiatan penyajian neraca.
Langkah – langkah melakukan inventarisasi asset tetap dapat
digambarkan seperti pada gambar di bawah ini :
10
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
− Pola penilaian atas aset yang berbentuk tanah
2222
Penilaian Tanah
Pembelian
< 1 th yl?
Pencatatan saldo awal Tanah dalam Neraca
NJOP
Terakhir * Hagan Perolehan
Nilai rata-rata
harga jual beli
Ada
Nilai Pasar?
*) Jika terdapat
alasan untuk
tidak memakai NJOP maka
dapat digunakan
nilai appraisal
dari perusahaan
jasa penilai resmi atau tim
penilai yang
kompeten
TDK
YA
TDK
YA
− Pola penilaian atas aset yang berbentuk Peralatan dan Mesin
Penilaian Peralatan
dan Mesin
Pembelian
< 1 th yl?
Pencatatan saldo awal Peralatan dan Mesin dalamNeraca
Nilai Apraisal* Harga PerolehanHargapasar
peralatansejenis
Ada
Nilai Pasar?
*) Jika haltersebut terlalu
mahal biayanya
dan memakanwaktu lama
karena tingkatkerumitan
perhitungan
yang tinggimaka dapat
dipakai standarharga yang
dikeluarkan oleh
instansipemerintah yang
berwenangdengan
memakai
perhitunganteknis
YA
TDK
YA
TDK
11
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
− Pola penilaian atas aset yang berbentuk Gedung dan
Bangunan
Penilaian Gedung
Dan Bangunan
Pembelian
< 1 th yl?
Pencatatan saldo awal Gedung dan Bangunan dalam Neraca
NJOP
Terakhir * Harga Perolehan
*) Jika terdapat
alasan untuk
tidak memakai
NJOP maka
dapat digunakan
nilai appraisal
dari perusahaan
jasa penilai resmi atau tim
penilai yang
kompeten
YA
TDK
7. Melakukan Penilaian Aset dan Kewajiban sesuai Bukti yang Ada
(baik dengan Perusahaan Appraisal maupun tidak)
Penilaian asset merupakan suatu hal yang penting dalam penyusunan
neraca RSD, namun apakah harus atau tidak menggunakan
perusahaan penilai adalah suatu hal yang perlu menjadi pertimbanan.
Sebagai contoh dalam hasil audit salah satu badan yang berfungsi
12
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
sebagai pengawas eksternal pemerintah atas laporan keuangan
Pemda tahun 20XX terungkap bahwa penyajian aset belum wajar
karena belum dilakukan penilaian oleh perusahaan penilai
independen. Pertanyaannya adalah, apakah penilaian aset harus
dilakukan oleh perusahaan penilai yang independen? Kalau ya,
apakah harus seluruhnya atau hanya sebagian saja? Data atau
informasi apa yang dibutuhkan untuk penyajian aset dalam neraca
dan apakah data atau informasi tersebut seluruhnya dapat disajikan
oleh penilai independen?
Unsur-unsur atau pos-pos neraca secara garis besar terdiri dari kas,
persediaan, piutang, investasi, aset tetap, aset lainnya, kewajiban,
dan ekuitas. Perusahaan penilai tidak melakukan penilaian atas
keseluruhan pos yang disebut di atas karena memang tidak
seluruhnya memerlukan penilaian perusahaan penilai. Pos yang
biasanya dilakukan penilaian adalah aset tetap. Untuk menilai
kewajiban dan ekuitas perusahaan penilai bahkan tidak memiliki
kewenangan/kompetensi untuk menentukan nilainya. Oleh karena itu
tidak seluruh pos neraca dapat diperoleh nilainya dengan melakukan
penilaian oleh perusahaan penilai.
Informasi yang dibutuhkan untuk penyajian aset khususnya aset tetap
di neraca adalah mengenai pengklasifikasian aset, nilai, dan umur
ekonomis/manfaat. Pengklasifikasian ini diperlukan agar klasifikasi
aset menurut teknis dan klasifikasi menurut standar akuntansi dapat
cocok. Meskipun Jalan, Jaringan, dan Irigasi digabung dalam satu
pos, rincian masing-masing harus tetap disajikan. Disinilah arti penting
pengklasifikasian jalan menurut pengertian teknis.
Pengklasifikasian seperti ini tidak dapat disajikan oleh perusahaan
penilai karena pengklasifikasian menurut tata cara penilaian berbeda
13
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
dengan penilaian menurut pihak yang kompeten atau pihak yang
berwenang.
Nilai diperlukan karena akuntan tidak mempunyai keahlian dalam
menetapkan harga aset khususnya aset yang sudah lama diperoleh.
Misalnya nilai untuk bangunan yang sudah diperoleh dua puluh tahun
yang lalu dan masih digunakan sampai dengan saat ini. Contoh
lainnya misalnya, berapa nilai jembatan yang dibangun sejak jaman
Belanda dan sampai saat ini masih berfungsi. Nilai seperti yang
dimaksudkan ini menjadi fokus utama pekerjaan perusahaan penilai.
Untuk aset yang baru diperoleh dapat dinilai dengan nilai perolehan
berdasarkan bukti yang ada dan tidak perlu ada penilaian dari pihak
lain. Misalnya gedung yang baru dibangun satu tahun yang lewat
maka dokumen pendukung bukti perolehan masih ada sehingga dapat
digunakan sebagai dasar penilaian.
Masa manfaat atau umur ekonomis diperlukan untuk menentukan
besarnya penyusutan di masa yang akan datang. Aset tetap kecuali
tanah dan konstruksi dalam pengerjaan harus disusutkan berdasarkan
SAP. Dalam rangka penyusutan harus diketahui masa manfaat aset
yang bersangkutan dan masa manfaat ini hanya dapat ditentukan oleh
pihak yang kompeten. Misalnya, gedung yang diperoleh atau
dibangun sepuluh tahun yang lalu berapa tahun lagi masa
manfaatnya? Jika masa manfaatnya hanya lima tahun lagi maka
penyusutan gedung tersebut dihitung berdasarkan masa manfaat lima
tahun tersebut. Perusahaan penilai tidak kompeten dalam
menentukan masa manfaat atau umur ekonomis seperti ini.
Jadi dari tiga informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan neraca,
hanya satu yang dapat disediakan oleh perusahaan penilai
independen. Buletin Teknis Nomor 2 tidak mewajibkan aset dinilai
oleh perusahaan penilai. Penilaian aset khususnya aset tetap dengan
14
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
cara appraisal bukan semata-mata dilakukan oleh perusahaan penilai
yang independen. Akan tetapi penilaian dapat juga dilakukan oleh tim
yang berwenang yang kompeten dan harus dipertimbangkan antara
biaya dan manfaat yang diperoleh dari penilaian seperti itu.
8. Pengolahan Data Hasil Inventarisasi;
Data yang diperoleh dari inventarisasi kemudian akan diolah.
Pengolahan data ini berupa penggolongan atau pengelompokan data
hasil inventarisasi sesuai dengan kebutuhan. Data yang tersebar di
setiap formulir harus diklasifikasi menurut ketentuan SPAP sehingga
memudahkan penyusunan neraca . Hasil dari kegiatan ini adalah
tersajinya data menurut penggolongan sesuai SAP.
9. Menyusun Neraca.
Setelah seluruh proses penilaian dilakukan maka akhir dari tahap ini
adalah menyajikan akun-akun aset, kewajiban dan ekuitas berikut
jumlahnya dalam format neraca yang terdapat pada Lampiran I.
Proses penyajian harus didukung dengan seluruh dokumen
pendukung yang menjadi hasil kerja tim secara keseluruhan.
15
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
B. LANGKAH KERJA PENYUSUNAN AKUN NERACA
1. Langkah Kerja Penyusunan Rekening Kas
1). Dapatkan rincian saldo bank/kas dan setara kas per tanggal
neraca.
2). Dapatkan Berita Acara Pemeriksaan Kas per tanggal neraca dari
masing- masing bendahara/pemegang kas (jika ada), jika tidak
ada, dapatkan bukti/ data lain yang menunjukkan posisi kas.
3). Dapatkan rekening koran saldo bank per tanggal neraca.
4). Lakukan rekonsiliasi bank
5). Dapatkan rincian kas yang belum dipertanggungjawabkan per
tanggal neraca
6). Susun rincian saldo kas dan setara kas sesuai pos neraca.
2. Langkah Kerja Penyusunan Rekening Investasi Jangka Pendek
1). Dapatkan saldo investasi jangka pendek berdasarkan bukti
investasi
2). Jika dipandang perlu, lakukan konfirmasi terhadap pihak yang
menangani investasi jangka pendek tersebut.
3). Susun rincian saldo investasi jangka pendek sesuai pos neraca.
3. Langkah Kerja Penyusunan Rekening Piutang
1). Dapatkan saldo piutang termasuk piutang pasien umum, pasien
askes, piutang pajak/retribusi, piutang TP/TGR dari seluruh
bagian/instalasi RSD.
2). Jika dipandang perlu, lakukan konfirmasi terhadap pihak ketiga
untuk menguji kewajaran saldo piutang tersebut.
3). Buatlah aging schedule terhadap rincian saldo piutang.
4). Susun rincian saldo piutang sesuai pos neraca.
16
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
4. Langkah Kerja Penyusunan Rekening Persediaan.
1). Dapatkan nilai dan jumlah persediaan barang per tanggal neraca
2). Lakukan pemisahan terhadap persediaan barang yang habis pakai
(misalnya ATK, obat dstnya) dengan barang yang tidak habis pakai
(misalnya sapu, sikat dstnya), barang yang masih baik dengan
persediaan yang rusak termasuk barang yang usang dan
kadaluarsa.
3). Dapatkan Berita Acara Opname Fisik barang per tanggal neraca
(jika ada), jika tidak ada, lakukan stock opname bersama dengan
fokus grup dan lakukan penelusuran ke tanggal neraca.
4). Apabila ada selisih antara catatan administrasi dengan fisiknya,
buat rekening tertentu untuk menampung selisih tersebut (misalnya
rekening selisih persediaan), dan minta kepada fokus grup untuk
menelusuri selisih tersebut.
5). Susun rincian saldo persediaan termasuk persediaan yang rusak,
usang dan kadaluarsa sesuai dengan pos neraca.
5. Langkah Kerja Penyusunan Rekening Aktiva Tetap
1). Dapatkan daftar aset tetap yang ada di RSD, bandingkan dengan
daftar aset tetap RSD yang tercantum di neraca pemerintah daerah
setempat. Jika ada selisih tanyakan ke pihak manajemen dan
counterpart untuk menelusurinya.
2). Cetak daftar aset tetap per ruangan/instalasi sebagai lembar kerja,
bagikan ke masing-masing ruangan/instalasi melalui counterpart
untuk dicocokkan dengan fisiknya.
17
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
3). Daftar tersebut dipisahkan atau diberi keterangan sumber dana
asal aset tetap tersebut, misalnya APBN, APBD, pendapatan
fungsional, hibah, dll.
4). Setelah masing-masing ruangan/instalasi mencocokkan daftar
tersebut dengan kondisi fisik yang ada, tim counterpart melakukan
inventarisasi dan mencocokkan kembali ke lapangan. Setelah
cocok, lembar kerja ditandatangani bersama antara counterpart
dan kepala ruangan. Hal ini mutlak diperlukan guna menghindari
perselisihan di masa akan datang.
5). Berdasarkan lembar kerja yang sudah ditandatangani bersama
tersebut, dilakukan input data ke software SIMBADA (jika ada)
bersama-sama dengan counterpart.
6). Setelah semua data di input, cetak dan sebarkan lagi ke masing-
masing ruangan/instalasi untuk dicocokkan antara lembar kerja
dengan print out terakhir software SIMBADA. Setelah dicocokkan
oleh kepala ruangan/instalasi, print out tersebut ditandatangani
bersama antara kepala
7). ruangan/instalasi dengan counterpart. Apabila belum cocok, maka
diperbaiki sesuai dengan kondisi fisik sebenarnya.
8). Bandingkan daftar aset tetap hasil inventarisasi dengan rincian
aktiva tetap pada pos neraca pemda pada waktu yang sama.
9). Rekap aktiva tetap per sumber dana dan ada tidaknya berita acara
serah terima barang. Aset tetap yang belum ada serah terimanya
ke RSD dipisahkan dan diungkapkan pada catatan atas laporan
keuangan neraca . Aset tetap yang telah didukung dengan BA
serah terima dikelompokkan sebagai aktiva tetap RSD.
10). Rekap barang-barang yang ada di daftar aset tetap hasil
inventarisasi tetapi tidak ada di rincian neraca pemda. Rekap ini
dicatat sebagai mutasi penambahan aset tetap di Pemda.
18
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
11). Rekap barang-barang yang tidak ada di daftar aset tetap hasil
inventarisasi tetapi ada di rincian neraca pemda. Rekap ini
diusulkan sebagai penghapusan aset tetap, dan dipindahkan ke
aset lain-lain. Apabila sudah ada persetujuan penghapusannya dari
pejabat yang berwenang, dicatat sebagai pengurang aset tetap di
pemda.
12). Buatlah rekap aset tetap beserta rinciannya setelah dilakukan
pencocokkan dengan rincian aset tetap neraca pemda.
13). Dapatkan hasil revaluasi yang dilaksanakan oleh perusahaan jasa
penilai resmi atau tim penilai yang kompeten dengan menggunakan
standar biaya atau perhitungan teknis (yang antara lain
memperhitungkan fungsi dan kondisi aset) dari instansi pemerintah
yang berwenang yang diterbitkan setahun atau kurang dari tanggal
neraca.
14). Jika belum ada hasil revaluasi atas aset tetap yang harus dilakukan
revaluasi, adakan pembicaraan dengan fokus grup, apakah akan
segera dilakukan revaluasi dan tentukan kapan waktu
pelaksanaannya.
6. Langkah Kerja Penyusunan Rekening Dana Cadangan
1). Dapatkan data-data saldo dana cadangan (jika ada) termasuk
rincian peruntukkannya.
2). Dapatkah Perda yang mengatur dana cadangan beserta
peruntukannya.
3). Buatlah rincian saldo dana cadangan sesuai pos neraca dan
bandingkan dengan data neraca pemda.
19
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
7. Langkah Kerja Penyajian Rekening Ekuitas Dana:
1). Dapatkan data perhitungan Ekuiras Dana yang merupakan selisih
antara aset dengan seluruh kewajiban.
2). Dapatkan data saldo ekuitas dana, meliputi ekuitas dana lancar,
ekuitas dana investasi dan ekuitas dana cadangan dan lakukan
perhitungan.
3). Buatlah rincian saldo ekuitas dana sesuai pos neraca dan
bandingkan dengan data neraca pemda, jika ada selisih tanyakan
selisih tersebut dengan pejabat terkait.
8. Langkah Kerja Penyusunan Rekening Aset Lainnya
1). Dapatkan data-data aset lainnya termasuk rinciannya.(karena
asumsinya menyusun)
2). Dapatkan Perda yang berkaitan dengan pengelolaan BKS, BSK
dan Kemitraan.
3). Buatlah rincian saldo aset lainnya sesuai pos neraca dan
bandingkan dengan data neraca pemda.
9. Langkah Kerja Penyusunan Rekening Kewajiban
1). Dapatkan data-data saldo kewajiban jangka pendek dan jangka
panjang termasuk rinciannya.
2). Lakukan pemisahan terhadap bagian lancar utang jangka panjang
yang jatuh tempo kurang dari 12 (dua belas) bulan.
3). Buatlah rincian saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang
sesuai pos neraca dan bandingkan dengan data neraca pemda.
20
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
10. Langkah Kerja Penyajian Rekening Ekuitas Dana:
1). Dapatkan data perhitungan Ekuiras Dana yang merupakan selisih
antara aset dengan seluruh kewajiban.
2). Dapatkan data saldo ekuitas dana, meliputi ekuitas dana lancar,
ekuitas dana investasi dan ekuitas dana cadangan dan lakukan
perhitungan.
3). Buatlah rincian saldo ekuitas dana sesuai pos neraca dan
bandingkan dengan data neraca pemda, jika ada selisih tanyakan
selisih tersebut dengan pejabat terkait.
21
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
BAB II
KEBIJAKAN AKUNTANSI
A. PENGERTIAN NERACA
Neraca adalah salah satu komponen laporan keuangan yang
menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan pada waktu
tertentu. Yang dimaksud dengan posisi keuangan adalah posisi aset,
kewajiban, dan aset bersih.
Aset adalah sumber daya yang dapat memberikan manfaat ekonomi
dan/atau sosial yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh RSD, dan dapat diukur
dalam satuan uang. Sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk
penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang
dipelihara karena alasan sejarah dan budaya juga termasuk dalam
pengertian aset. Contoh aset antara lain kas, piutang, persediaan, dan aset
tetap.
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi RSD.
Kewajiban mencakup utang yang berasal dari pinjaman, utang biaya, dan
utang lainnya yang masih harus dibayar. Contoh kewajiban antara lain utang
perhitungan fihak ketiga.
Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih RSD yang merupakan selisih antara
aset dan kewajiban RSD.
22
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
B. PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI
Neraca mencerminkan persamaan akuntansi yang umum dikenal yaitu:
Aset = Kewajiban + Ekuitas
Ekuitas disebut juga Ekuitas Dana yang berbeda dengan ekuitas sektor
komersial. Ekuitas di sektor komersial mencerminkan sumber dari sumber
daya yang dimiliki oleh perusahaan, sedangkan Ekuitas Dana RSD
merupakan selisih aset dengan kewajiban, sehingga persamaan
akuntansinya menjadi:
Aset – Kewajiban = Ekuitas Dana
C. STRUKTUR NERACA
Neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan Ekuitas Dana. Aset diklasifikasikan
menjadi lancar dan nonlancar. Aset lancar terdiri dari kas atau aset lainnya
yang dapat diuangkan atau dapat dipakai habis dalam waktu 12 bulan
mendatang. Aset nonlancar terdiri dari investasi jangka panjang, aset tetap,
dan aset lainnya.
23
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Rumah Sakit Daerah XX
Neraca
Per 1 Januari 200X
(SAP)
ASET
Aset Lancar
Investasi Jangka Panjang
Aset Tetap
Dana Cadangan
Aset Lainnya
Jumlah Aset
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
KEWAJIBAN
Kewajiban Jangka Pendek
Kewajiban jangka Panjang
Jumlah Kewajiban
Ekuitas Dana
Ekuitas Dana Lancar
Ekuitas Dana Investasi
Ekuitas Dana Cadangan
Jumlah Ekuitas Dana
Jumlah Kewajiban dan
Ekuitas Dana
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
D. PENYUSUNAN NERACA
Neraca menunjukkan jumlah-jumlah aset, kewajiban, dan aset bersih pada
tanggal tertentu. Sistem pencatatan yang digunakan selama ini tidak
memungkinkan suatu entitas menghasilkan neraca, oleh karena itu perlu
24
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
dilakukan pendekatan untuk menentukan jumlah-jumlah yang akan disajikan
dalam neraca.
Kebijakan akuntansi perlu disiapkan untuk penyusunan neraca . Kebijakan
akuntansi ini mencerminkan ketentuan-ketentuan yang digunakan dalam
penyusunan neraca seperti pengertian, pengukuran, dan hal penting
lainnya yang perlu diungkapkan dalam neraca. Kebijakan
akuntansi ini selanjutnya diterapkan secara konsisten, neraca yang disusun
ini harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang diatur dalam SAP .
E. ASET LANCAR
Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika:
• diharapkan segera dapat direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual
dalam waktu 12 (dua belas) bulan atau kurang sejak tanggal pelaporan,
atau
• berupa kas
Aset lancar meliputi:
1. kas;
2. investasi jangka pendek;
3. piutang; dan
4. persediaan.
1. KAS
Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat
digunakan untuk membiayai kegiatan operasional RSD. Setiap entitas RSD
25
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
wajib menyajikan saldo kasnya pada saat menyusun neraca. Uang tunai
terdiri atas uang kertas dan logam. Kas juga meliputi seluruh Uang Yang
Harus Dipertanggungjawabkan (UYHD)/Uang Persediaan (UP) yang belum
dipertanggungjawabkan hingga tanggal neraca . Saldo simpanan di bank
yang dapat dikategorikan sebagai kas adalah saldo simpanan atau rekening
di bank yang setiap saat dapat ditarik atau digunakan untuk melakukan
pembayaran. Dalam pengertian kas ini juga termasuk setara kas yaitu
investasi jangka pendek yang sangat likuid yang siap dicairkan menjadi kas
yang mempunyai masa jatuh tempo yang pendek, yaitu 3 (tiga) bulan atau
kurang dari tanggal perolehannya.
Kas RSD mencakup kas yang dikuasai, dikelola dan di bawah tanggung
jawab bendahara dan kas yang dikuasai, dikelola dan di bawah tanggung
jawab selain bendahara (pemegang kas/kasir).
Kas RSD yang dikuasai dan di bawah tanggung jawab bendahara terdiri dari:
1. Saldo rekening kas RSD, yaitu saldo rekening-rekening pada bank yang
ditentukan oleh gubernur, bupati/walikota untuk menampung penerimaan
dan pengeluaran;
2. Setara kas, antara lain berupa Surat Perbendaharaan Negara
(SPN)/obligasi dan deposito kurang dari 3 bulan, yang dikelola oleh
bendahara;
3. Uang tunai di bendahara.
Rincian Kas di Kas Bendahara diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.
Kas dicatat sebesar nilai nominal artinya disajikan sebesar nilai rupiahnya.
Apabila terdapat kas dalam valuta asing, dikonversi menjadi rupiah
menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.
26
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Kas RSD yang dikuasai dan dibawah tanggung jawab bendahara terdiri dari:
1. Kas di Bendahara Pengeluaran
2. Kas di Bendahara Penerimaan
Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan kas yang menjadi tanggung
jawab/dikelola oleh Bendahara Pengeluaran yang berasal dari sisa uang
muka kerja (UYHD/UP) yang belum disetor ke bank per tanggal neraca. Kas
di Bendahara Pengeluaran mencakup seluruh saldo rekening Bendahara
Pengeluaran, uang logam, uang kertas, dan lain-lain kas. Akun Kas di
Bendahara Pengeluaran yang disajikan dalam neraca RSD harus
mencerminkan kas yang benar-benar ada pada tanggal neraca. Apabila
terdapat kas dalam valuta asing dikonversi menjadi rupiah menggunakan
kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Kas di Bendahara Pengeluaran/Pemegang
Kas adalah sebagai berikut:
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Kas di Bendahara Pengeluaran/ Pemegang Kas
XXX
XXXX Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran/SiLPA
XXX
Ket: Akun SiLPA merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana Lancar
Kas di Bendahara Penerimaan mencakup seluruh kas, baik itu saldo
rekening di bank maupun saldo uang tunai, yang berada di bawah tanggung
jawab bendahara penerimaan yang sumbernya berasal dari pelaksanaan
tugas RSD dari bendahara penerimaan yang bersangkutan. Saldo kas ini
mencerminkan saldo yang berasal dari pungutan yang sudah diterima oleh
bendahara penerimaan dari setoran penerimaan, potongan pajak yang
belum disetorkan ke kas daerah/negara. Akun Kas di Bendahara
Penerimaan yang disajikan dalam neraca harus mencerminkan kas yang
27
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
benar-benar ada pada tanggal neraca. Apabila terdapat kas dalam valuta
asing dikonversi menjadi rupiah menggunakan kurs tengah bank sentral
pada tanggal neraca.
Meskipun dalam ketentuannya para bendahara penerimaan wajib menyetor
seluruh penerimaan dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam ke rekening
bank RSD, namun tidak tertutup kemungkinan terdapat saldo penerimaan
yang belum disetorkan dalam rekening bendahara penerimaan. Dalam
keadaan ini, maka saldo Kas di Bendahara Penerimaan juga mencakup
saldo rekening tersebut.
Saldo Kas di Bendahara Penerimaan diperoleh dari laporan keadaan kas
bendahara penerimaan. Laporan ini menyajikan saldo kas yang berasal dari
penerimaan yang belum disetor ke bank pada tanggal neraca.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Kas di Bendahara Penerima adalah
sebagai berikut:
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Kas di Bendahara Penerima XXX
XXXX Pendapatan Ditangguhkan
XXX
Ket: Akun Pendapatan yang Ditangguhkan merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana Lancar
2. INVESTASI JANGKA PENDEK
Investasi RSD dalam investasi yang segera dapat dicairkan disebut dengan
investasi jangka pendek. Pos-pos investasi jangka pendek antara lain
deposito berjangka 3 (tiga) sampai dengan 12 (dua belas) bulan dan surat
berharga yang mudah diperjualbelikan. Investasi jangka pendek diakui
28
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
berdasarkan bukti investasi. Investasi jangka pendek dicatat sebesar nilai
perolehan.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Investasi Jangka Pendek adalah sebagai
berikut:
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Investasi jangka Pendek XXX
XXXX SiLPA XXX
Ket: Akun SiLPA merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana Lancar
3. PIUTANG
Piutang adalah hak atau klaim RSD, termasuk piutang pasien, piutang klaim
askes, piutang pajak/retribusi, piutang lain-lain atas kegiatan yang
dilaksanakan oleh RSD termasuk Bagian Lancar TP dan TGR. Piutang dinilai
sebesar nilai tunai bersih yang diperkirakan dapat direalisasikan. Khusus
untuk piutang pasien/retribusi, agar terhadap piutang ini yang memiliki
kemungkinan tak tertagih hendaknya dibuatkan penyisihan dalam jumlah
yang layak. Untuk menentukan besarnya penyisihan pada tiap akhir tahun
pengelompokan piutang menurut umurnya (aging schedule) harus dibuat
terlebih dahulu sebagai dasar perhitungannya.
Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi
Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena
perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan
kepadanya secara langsung merugikan keuangan negara/daerah, wajib
mengganti kerugian tersebut. Sejumlah kewajiban untuk mengganti kerugian
tersebut dikenal dengan istilah Tuntutan Perbendaharaan (TP) dan Tuntutan
29
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Ganti Rugi (TGR). Biasanya TP/TGR ini diselesaikan pembayarannya
selambat-lambatnya 24 bulan (2 tahun) sehingga di neraca termasuk dalam
aset lainnya.
Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi merupakan
reklasifikasi lain-lain aset yang berupa TP/TGR ke dalam aset lancar
disebabkan adanya TP/TGR jangka panjang yang jatuh tempo tahun
berikutnya. Reklasifikasi ini dilakukan hanya untuk tujuan penyusunan neraca
karena penerimaan kembali dari TP/TGR akan mengurangi akun Tuntutan
Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi bukan Bagian Lancar Tuntutan
Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi. TP/TGR yang harus diterima dalam
waktu satu tahun diakui sebagai Bagian Lancar Tuntutan
Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi. Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi
dicatat sebesar nilai nominal yaitu sejumlah rupiah Tuntutan Ganti Rugi yang
akan diterima dalam waktu satu tahun.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan
dan Tuntutan Ganti Rugi adalah sebagai berikut:
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Bagian Lancar Tuntutan
Perbendaharaan / Tuntutan
Ganti Rugi
XXX
XXXX Cadangan Piutang XXX
Ket: Akun Cadangan Piutang merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana Lancar
Piutang Pajak/Retribusi
30
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Piutang pajak/retribusi dicatat berdasarkan surat ketetapan pajak (SKP) atau
surat ketetapan retribusi (SKR) yang pembayarannya belum diterima.
Piutang pajak/retribusi merupakan salah satu bagian estimasi pendapatan
tahun berikutnya. Dalam penyusunan neraca, SKP/SKR yang
pembayarannya belum diterima dicatat sebagai Piutang Pajak/Retribusi.
Piutang Pajak/Retribusi dicatat sebesar nilai nominal yaitu sebesar nilai
rupiah pajak-pajak/retribusi yang belum dilunasi.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Piutang Pajak/Retribusi adalah sebagai
berikut:
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Piutang Pajak/Retribusi XXX
XXXX Cadangan Piutang XXX
Ket: Akun Cadangan Piutang merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana Lancar
Piutang Lainnya
Akun Piutang Lainnya digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan
dengan pengakuan piutang di luar Bagian Lancar Tagihan Penjualan
Angsuran, Bagian Lancar Pinjaman kepada pegawai, Bagian Lancar
Tuntutan Perbendaharaan, Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi, dan Piutang
Pajak/Retribusi. Piutang Lainnya dicatat sebesar nilai nominal yaitu sebesar
nilai rupiah piutang yang belum dilunasi.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Piutang Lainnya adalah sebagai berikut:
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Piutang Lainnya XXX
XXXX Cadangan Piutang XXX
Ket: Akun Cadangan Piutang merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana Lancar
31
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
4. PERSEDIAAN
Persediaan adalah aset dalam bentuk barang atau perlengkapan (supplies)
yang diperoleh dengan maksud untuk mendukung kegiatan operasional RSD
dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan
dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dalam waktu 12 (dua belas)
bulan dari tanggal pelaporan. Persediaan dicatat sebesar biaya perolehan
apabila diperoleh dengan pembelian, biaya standar apabila diperoleh dengan
memproduksi sendiri dan nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya
seperti donasi/hibah.
Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan,
biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat
dibebankan pada perolehan persediaan. Nilai pembelian yang digunakan
adalah biaya perolehan persediaan yang terakhir diperoleh.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Persediaan adalah sebagai berikut:
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Persediaan XXX
XXXX Cadangan Persediaan XXX
Ket: Akun Cadangan Persediaan merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana Lancar
Contoh 1:
Pada tanggal 31 Desember 2007 RSD XYZ melakukan inventarisasi fisik
atas persediaan ATK yang dimiliki berupa kertas sebanyak 100 rim. Kertas
tersebut terdiri dari :
− 70 rim dari pembelian tanggal 1 Juni 2007 dengan harga @
Rp25.000,00
− 30 rim dari pembelian tanggal 1 Desember 2007 dengan harga @
Rp30.000,00
32
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Nilai persediaan tersebut akan dicantumkan dalam neraca sebesar
Rp3.000.000,00 [100 X Rp30.000,00 ( harga pembelian terakhir)].
Jurnal untuk mencatat persediaan tersebut adalah :
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Persediaan 3.000.000
XXXX Cadangan Persediaan 3.000.000
Contoh 2:
Pada tanggal 31 Desember 2007 RSD membeli buku cetak 3.000 eksemplar
seharga @ Rp. 1.500,00 dengan tujuan untuk diserahkan kepada
masyarakat dan 2.000 eksemplar untuk tujuan koleksi perpustakaan.
Penyajian perolehan buku dimaksud dalam neraca adalah buku cetak 3.000
eksemplar disajikan sebagai Persediaan, sedangkan buku cetak 2.000
eksemplar disajikan sebagai Aset Tetap Lainnya.
Jurnal untuk mencatat persediaan tersebut adalah :
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Persediaan 4.500.000
XXXX Cadangan Persediaan 4.500.000
Jurnal untuk mencatat aset tetap lainnya tersebut adalah :
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Aset Tetap Lainnya 3.000.000
XXXX Diinvestasikan Dalam Aset Tetap Lainnya
3.000.000
33
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
F. ASET TETAP
Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari
12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan operasional RSD.
Aset tetap terdiri dari :
1. Tanah;
2. Peralatan dan Mesin;
3. Gedung dan Bangunan;
4. Jalan, Jaringan dan Instalasi;
5. Aset Tetap Lainnya; dan
6. Konstruksi dalam Pengerjaan.
TANAH
Tanah yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah tanah yang dimiliki atau
diperoleh dengan maksud untuk digunakan dalam kegiatan operasional RSD
dan dalam kondisi siap digunakan. Dalam akun tanah termasuk tanah yang
digunakan untuk bangunan, jalan, jaringan, instalasi dan bukan merupakan
subyek depresiasi.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Tanah adalah sebagai berikut:
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Tanah XXX
XXXX Diinvestasikan dalam Aset Tetap
XXX
Ket: Akun Diinvestasikan Dalam Aset Tetap merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana Investasi
34
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
PERALATAN DAN MESIN
Peralatan dan mesin mencakup antara lain: alat angkutan; alat bengkel dan
alat ukur; alat kantor dan rumah tangga; komunikasi, dan pemancar; alat
kedokteran dan kesehatan; alat laboratorium; komputer; alat pengolahan,
dan pemurnian; alat keselamatan kerja; alat peraga; dan unit peralatan
proses produksi yang masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan
dalam kondisi siap digunakan.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Peralatan dan Mesin adalah sebagai
berikut:
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Peralatan dan Mesin XXX
XXXX Diinvestasikan dalam Aset Tetap
XXX
Ket: Akun Diinvestasikan Dalam Aset Tetap merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana Investasi
GEDUNG DAN BANGUNAN
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang dibeli
atau dibangun dengan maksud untuk digunakan dalam kegiatan operasional
RSD dan dalam kondisi siap digunakan. Gedung dan bangunan di neraca
meliputi antara lain bangunan gedung; laboratorium; bangunan bangsal; dan
gudang.
Untuk keperluan penyusunan neraca, nilai wajar gedung dan bangunan
adalah harga perolehan jika gedung dan bangunan tersebut dibeli atau
dibangun setahun atau kurang dari tanggal neraca .
Jika gedung dan bangunan diperoleh lebih dari satu tahun sebelum tanggal
neraca , nilai wajar gedung dan bangunan ditentukan dengan menggunakan
NJOP terakhir. Jika terdapat alasan untuk tidak menggunakan NJOP, maka
35
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
dapat digunakan nilai appraisal dari perusahaan jasa penilai resmi atau
membentuk tim penilai yang kompeten.
Dalam Catatan atas Laporan Keuangan, diungkapkan dasar penilaian yang
digunakan, informasi penting lainnya sehubungan dengan gedung dan
bangunan yang tercantum dalam neraca , serta jumlah komitmen untuk
akuisisi gedung dan bangunan apabila ada.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Gedung dan Bangunan adalah sebagai
berikut:
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Gedung dan Bangunan XXX
XXXX Diinvestasikan dalam Aset Tetap
XXX
Ket: Akun Diinvestasikan Dalam Aset Tetap merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana Investasi
JALAN, IRIGASI DAN JARINGAN
Akun ini mencakup jalan, jaringan dan instalasi yang dibangun oleh RSD
serta dikuasai oleh RSD dan dalam kondisi siap digunakan. Jalan dan
jaringan di neraca antara lain meliputi jalan; bangunan air; instalasi; dan
jaringan. Akun ini tidak mencakup tanah yang diperoleh untuk
pembangunan jalan, jaringan dan instalasi. Tanah yang diperoleh untuk
keperluan dimaksud dimasukkan dalam akun tanah.
Untuk keperluan penyusunan neraca , nilai wajar jalan, jaringan dan instalasi
ditentukan oleh perusahaan jasa penilai resmi atau tim penilai yang
kompeten dengan menggunakan standar biaya atau perhitungan teknis
(yang antara lain memperhitungkan fungsi dan kondisi aset) dari instansi
pemerintah yang berwenang yang diterbitkan setahun atau kurang dari
tanggal neraca.
36
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Dalam Catatan atas Laporan Keuangan, diungkapkan dasar penilaian yang
digunakan, informasi penting lainnya sehubungan dengan jalan, jaringan dan
instalasi yang tercantum dalam neraca , serta jumlah komitmen untuk
akuisisi jalan, jaringan dan instalasi apabila ada.
Jurnal untuk mencatat saldo Jalan, Jaringan dan Instalasi adalah sebagai
berikut:
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX
XXXX Diinvestasikan dalam Aset Tetap
XXX
Ket: Akun Diinvestasikan Dalam Aset Tetap merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana Investasi
ASET TETAP LAINNYA
Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke
dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk
kegiatan operasional RSD dan dalam kondisi siap digunakan. Aset tetap
lainnya di neraca antara lain meliputi koleksi perpustakaan/buku dan barang
bercorak seni/budaya/olah raga.
Untuk keperluan penyusunan neraca , aset tetap lainnya dinilai dengan
menggunakan nilai wajar jika aset tersebut dibeli pada tanggal neraca.
Dalam Catatan atas Laporan Keuangan, diungkapkan dasar penilaian yang
digunakan, informasi penting lainnya sehubungan dengan aset tetap lainnya
yang tercantum dalam neraca , serta jumlah komitmen untuk akuisisi aset
tetap lainnya apabila ada.
37
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Jurnal untuk mencatat saldo awal Aset Tetap Lainnya adalah sebagai
berikut:
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Aset Tetap Lainnya XXX
XXXX Diinvestasikan dalam Aset Tetap
XXX
Ket: Akun Diinvestasikan Dalam Aset Tetap merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana Investasi
KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN
Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam
proses pembangunan, yang pada tanggal neraca belum selesai dibangun
seluruhnya.
Konstruksi dalam pengerjaan dicatat senilai seluruh biaya yang
diakumulasikan sampai dengan tanggal neraca dari semua jenis aset tetap
dalam pengerjaan yang belum selesai dibangun. Untuk keperluan neraca ,
dokumen sumber untuk mencatat nilai konstruksi dalam pengerjaan ini
adalah akumulasi seluruh nilai Surat Perintah Membayar (SPM) yang telah
dikeluarkan untuk aset tetap yang bersangkutan sampai dengan tanggal
neraca.
Konstruksi dalam pengerjaan ini apabila telah selesai dibangun dan sudah
diserahterimakan akan direklasifikasi menjadi aset tetap sesuai dengan
kelompok asetnya.
Dalam Catatan atas Laporan Keuangan yang perlu diungkapkan untuk
masing-masing konstruksi dalam pengerjaan yang tercantum di neraca
antara lain dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat
(carrying amount), kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi, dan jumlah
pengeluaran pada setiap pos aset tetap dalam konstruksi.
38
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Jurnal untuk mencatat saldo awal Konstruksi dalam Pengerjaan adalah
sebagai berikut:
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Konstruksi dalam Pengerjaan
XXX
XXXX Diinvestasikan dalam Aset Tetap
XXX
Ket: Akun Diinvestasikan Dalam Aset Tetap merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana Investasi
G. DANA CADANGAN
Apabila RSD merencanakan akan membangun suatu aset yang memerlukan
dana relatif besar yang tidak memungkinkan dibiayai dengan APBD satu
tahun anggaran, maka RSD dapat membentuk dana cadangan. Dana
Cadangan merupakan dana yang disisihkan beberapa tahun anggaran untuk
kebutuhan belanja pada masa datang.
Pembentukan maupun peruntukan dana cadangan harus diatur dengan
peraturan daerah, sehingga dana cadangan tidak dapat digunakan untuk
peruntukan yang lain. Peruntukan dana cadangan biasanya digunakan untuk
pembangunan aset, misalnya pengembangan rumah sakit, investasi
peralatan kedokteran dan kesehatan.
Dana cadangan dapat dibentuk untuk lebih dari satu peruntukan. Apabila
terdapat lebih dari satu peruntukan, maka dana cadangan harus diungkapkan
dan dirinci menurut peruntukannya.
39
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Dana cadangan dinilai sebesar nilai nominal dana cadangan yang dibentuk.
Jika terdapat hasil-hasil pada periode sebelumnya akan menambah nilai
dana cadangan tersebut. Seluruh hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana
cadangan akan menambah dana cadangan yang bersangkutan. Misalnya
dana cadangan tersebut disimpan dalam bentuk deposito maka bunga
deposito yang diperoleh akan dicatat sebagai penambah dana cadangan,
sebaliknya seluruh biaya yang timbul atas pengelolaan dana cadangan akan
mengurangi dana cadangan yang bersangkutan, misalnya biaya administrasi
deposito.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Dana Cadangan adalah sebagai berikut:
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Dana Cadangan XXX
XXXX Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
XXX
Ket: Akun Diinvestasikan dalam Dana Cadangan merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana
Cadangan
H. ASET LAINNYA
Aset lainnya adalah aset RSD yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai aset
lancar, investasi jangka panjang, aset tetap dan dana cadangan.
Aset lainnya antara lain terdiri dari :
1. Aset Tak Berwujud
2. Tagihan Penjualan Angsuran
3. Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR)
4. Kemitraan dengan Pihak Ketiga
5. Aset Lain-lain
40
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
ASET TAK BERWUJUD
Aset tak berwujud adalah aset nonkeuangan yang dapat diidentifikasi dan
tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam
menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya
termasuk hak atas kekayaan intelektual.
Aset tak berwujud meliputi :
1. Software komputer;
2. Lisensi dan franchise;
3. Hak cipta (copyright), paten, dan hak lainnya; dan
4. Hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang.
Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang paten kepada pihak lain
berdasarkan perjanjian pemberian hak untuk menikmati manfaat ekonomi
dari suatu paten yang diberi perlindungan dalam jangka waktu dan syarat
tertentu.
Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk
itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan.
Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor
(penemu) atas hasil invensi (temuan) di bidang teknologi, yang untuk selama
waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan
persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya.
Hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang adalah
suatu kajian atau penelitian yang memberikan manfaat ekonomis dan/atau
41
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
sosial di masa yang akan datang yang dapat diidentifikasi sebagai aset.
Apabila hasil kajian tidak dapat diidentifikasi dan tidak memberikan manfaat
ekonomis dan/atau sosial maka tidak dapat dikapitalisasi sebagai aset tak
berwujud.
Dokumen sumber yang dapat digunakan untuk menentukan nilai aset tak
berwujud adalah Surat Perintah Membayar (SPM) untuk belanja modal non
fisik (setelah dikurangi dengan biaya-biaya lain yang tidak dapat dikapitalisir).
Jurnal untuk mencatat saldo awal Aset Tak Berwujud adalah sebagai berikut:
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Aset Tak Berwujud XXX
XXXX Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
XXX
Ket: Akun Diinvestasikan dalam Aset Lainnya merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana
Investasi
TAGIHAN PENJUALAN ANGSURAN
Tagihan penjualan angsuran menggambarkan jumlah yang dapat diterima
dari penjualan aset RSD secara angsuran kepada pegawai RSD atau PNS
lainnya. Contoh tagihan penjualan angsuran antara lain adalah penjualan
rumah dinas dan penjualan kendaraan dinas.
Dalam menyusun neraca Tagihan Penjualan Angsuran dinilai sebesar nilai
nominal dari kontrak/berita acara penjualan aset yang bersangkutan setelah
dikurangi dengan angsuran yang telah dibayarkan oleh pegawai ke kas RSD
atau daftar saldo tagihan penjualan angsuran.
42
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Jurnal untuk mencatat saldo awal Tagihan Penjualan Angsuran adalah
sebagai berikut:
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Tagihan Penjualan Angsuran
XXX
XXXX Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
XXX
Ket: Akun Diinvestasikan dalam Aset Lainnya merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana
Investasi
Contoh:
Berdasarkan berita acara penjualan aset nomor BA-456/BBB/2007 diketahui
bahwa RSD BBB telah menjual rumah dinas kepada para pegawai RSD BBB
dengan harga Rp 500.000.000,00 secara angsuran. Pada akhir Desember
2007, angsuran yang telah dibayar oleh pegawai adalah sebesar Rp
50.000.000,00.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Tagihan Penjualan Angsuran adalah
sebagai berikut:
Kode
Akun
Uraian Debet Kredit
XXXX Tagihan Penjualan Angsuran
450.000.000,00
XXXX Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
450.000.000,00
TUNTUTAN PERBENDAHARAAN (TP) DAN TUNTUTAN GANTI RUGI
(TGR)
Tuntutan perbendaharaan merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap
bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian
yang diderita oleh negara/daerah sebagai akibat langsung ataupun tidak
43
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
langsung dari suatu perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh
bendahara tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas kewajibannya.
Tuntutan perbendaharaan dinilai sebesar nilai nominal dalam Surat
Keputusan Pembebanan setelah dikurangi dengan setoran yang telah
dilakukan oleh bendahara yang bersangkutan ke kas negara/daerah.
Dokumen sumber yang dapat digunakan untuk menentukan nilai tuntutan
perbendaharaan adalah Surat Keputusan Pembebanan dan Surat Setoran
Bukan Pajak (SSBP) atau Surat Tanda Setoran (STS). Dokumen mengenai
TP dan TGR dapat diperoleh di bagian keuangan yang mengelola TP dan
TGR dimaksud.
Tuntutan ganti rugi merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap
pegawai negeri bukan bendahara dengan tujuan untuk menuntut
penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara sebagai akibat
langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan melanggar hukum
yang dilakukan oleh pegawai tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan
tugas kewajibannya.
Tuntutan ganti rugi dinilai sebesar nilai nominal dalam Surat Keterangan
Tanggungjawab Mutlak (SKTM) setelah dikurangi dengan setoran yang telah
dilakukan oleh pegawai yang bersangkutan ke kas RSD.
Dokumen sumber yang dapat digunakan untuk menentukan nilai tuntutan
ganti rugi adalah Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak dan bukti setor
berupa STS atau SSBP.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Tuntutan perbendaharaan/Tuntutan ganti
rugi adalah sebagai berikut:
44
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Tuntutan perbendaharaan XXX
XXXX Tuntutan ganti rugi XXX
XXXX Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
XXX
Ket: Akun Diinvestasikan dalam Aset Lainnya merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana
Investasi
Contoh:
Berdasarkan Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak (SKTM) nomor SK -
01/SKTM/BBB/2006 diperoleh informasi RSD BBB memiliki piutang kepada
pegawai atas hilangnya aset RSD BBB berupa kendaraan dinas seharga Rp
100.000.000,00 Pegawai yang bersangkutan menyanggupi untuk membayar
tuntutan ganti rugi tersebut dengan mengangsur bulanan. Sampai dengan
akhir Desember 2007 cicilan pembayaran TGR yang telah dilakukan oleh
pegawai tersebut adalah sebesar Rp 3.000.000,00
Jurnal untuk mencatat saldo awal Tuntutan perbendaharaan/Tuntutan ganti
rugi adalah sebagai berikut:
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Tuntutan ganti rugi 97.000.000,00
XXXX Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
97.000.000,00
KEMITRAAN DENGAN PIHAK KETIGA
Kemitraan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang mempunyai
komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama dengan
menggunakan aset dan/atau hak usaha yang dimiliki.
45
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Dokumen sumber yang dapat digunakan untuk membukukan kemitraan
dengan pihak ketiga dapat berbentuk kontrak kerjasama dengan pihak ketiga
yang bersangkutan.
Bentuk kemitraan tersebut antara lain berupa Bangun, Kelola, Serah (BKS)
dan Bangun, Serah, Kelola (BSK).
Bangun, Kelola, Serah (BKS)
Bangun, Kelola, Serah adalah suatu bentuk kerjasama berupa pemanfaatan
aset RSD oleh pihak ketiga/investor, dengan cara pihak ketiga/investor
tersebut mendirikan bangunan dan/atau sarana lain berikut fasilitasnya serta
mendayagunakannya dalam jangka waktu tertentu, untuk kemudian
menyerahkan kembali bangunan dan atau sarana lain berikut fasilitasnya
kepada RSD setelah berakhirnya jangka waktu yang disepakati (masa
konsesi). Dalam perjanjian ini pencatatannya dilakukan terpisah oleh
masing-masing pihak.
Pada akhir masa konsesi ini, penyerahan aset oleh pihak ketiga/investor
kepada RSD sebagai pemilik aset, biasanya tidak disertai dengan
pembayaran oleh RSD. Kalaupun disertai pembayaran oleh RSD,
pembayaran tersebut dalam jumlah yang sangat rendah. Penyerahan dan
pembayaran aset BKS ini harus diatur dalam perjanjian/kontrak kerjasama.
BKS dicatat sebesar nilai aset yang diserahkan oleh RSD kepada pihak
ketiga/investor untuk membangun aset BKS tersebut. Aset yang berada
dalam BKS ini disajikan terpisah dari Aset Tetap.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Bangun, Kelola, Serah adalah sebagai
berikut:
46
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Kemitraan dengan Pihak Ketiga
XXX
XXXX Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
XXX
Ket: Akun Diinvestasikan dalam Aset Lainnya merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana
Investasi
Contoh :
Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat, Rumah Sakit
Daerah XYZ telah mengikat kerjasama BKS (bangun, kelola, serah) dengan
PT ABC untuk membangun Kantin Rumah Sakit. Total nilai kas/nonkas yang
diserahkan RSD dalam kemitraan tersebut adalah sebesar RP 100.000.000.
Jurnal untuk mencatat Kemitraan dengan Pihak Ketiga dengan pola BKS
adalah sebagai berikut:
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Kemitraan dengan Pihak Ketiga
100.000.000,00
XXXX Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
100.000.000,00
Bangun, Serah, Kelola (BSK)
Bangun, Serah, Kelola (BSK) adalah pemanfaatan aset RSD oleh pihak
ketiga/investor, dengan cara pihak ketiga/investor tersebut mendirikan
bangunan dan/atau sarana lain berikut fasilitasnya kemudian menyerahkan
aset yang dibangun tersebut kepada RSD untuk dikelola sesuai dengan
tujuan pembangunan aset tersebut. Penyerahan aset oleh pihak
ketiga/investor kepada RSD disertai dengan kewajiban RSD untuk
melakukan pembayaran kepada pihak ketiga/investor. Pembayaran oleh
RSD ini dapat juga dilakukan secara bagi hasil.
47
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
BSK dicatat sebesar nilai perolehan aset yang dibangun yaitu sebesar nilai
aset yang diserahkan RSD ditambah dengan jumlah aset yang dikeluarkan
oleh pihak ketiga/investor untuk membangun aset tersebut.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Bangun, Serah, Kelola adalah sebagai
berikut:
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Kemitraan dengan Pihak Ketiga
XXX
XXXX Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
XXX
XXXX Utang yang Disediakan utk Pembayaran Utang Jangka Panjang
XXX
XXXX Utang Jangka Panjang Lainnya
XXX
Ket: Akun Diinvestasikan dalam Aset Lainnya merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana
Investasi
Contoh :
Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat, Rumah Sakit
Daerah XYZ telah mengikat kerjasama BSK (bangun, serah, kelola) dengan
PT ABC untuk membangun Apotik. Untuk menyelesaikan pembangunan
apotik tersebut, investor telah mengeluarkan dana sebesar Rp.
100.000.000,- sedangkan tanah yang diserahkan oleh RSD untuk
pembangunan apotik tersebut adalah senilai Rp. 50.000.000,- Aset BSK
tersebut telah selesai dibangun dan telah diserahkan kepada RSD. RSD
telah memberikan bagi hasil kepada investor sebesar Rp. 5.000.000,- yang
mengurangi nilai utang kemitraan dengan pihak ketiga tersebut.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Kemitraan dengan Pihak Ketiga dengan
pola BSK adalah sebagai berikut:
48
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Kode
Akun
Uraian Debet Kredit
XXXX Kemitraan dengan Pihak Ketiga
150.000.000,00
XXXX Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
150.000.000,00
XXXX Utang yang Disediakan utk Pembayaran Utang Jangka Panjang
95.000.000,00
XXXX Utang Jangka Panjang Lainnya
95.000.000,00
ASET LAIN-LAIN
Pos Aset Lain-Lain digunakan untuk mencatat aset lainnya yang tidak dapat
dikelompokkan ke dalam Aset Tak Berwujud, Tagihan Penjualan Angsuran,
Tuntutan Perbendaharaan, Tuntutan Ganti Rugi, dan Kemitraan dengan
Pihak Ketiga. Contoh dari aset lain-lain adalah aset tetap yang dihentikan
dari penggunaan aktif di RSD.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Aktiva Lain-Lain adalah sebagai berikut:
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Aktiva Lain-Lain XXX
XXXX Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
XXX
Ket: Akun Diinvestasikan dalam Aset Lainnya merupakan bagian dari Pos Ekuitas Dana
Investasi
Contoh :
Berdasarkan catatan di bagian umum & perlengkapan Rumah Sakit Daerah
XYZ diketahui bahwa terdapat aset tetap (peralatan dan mesin) senilai Rp.
50.000.000,- yang sudah dihentikan penggunaannya dikarenakan rusak,
tetapi belum ada Surat Keputusan Penghapusan.
49
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Jurnal untuk mencatat saldo awal Aktiva Lain-Lain adalah sebagai berikut:
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Aktiva Lain-Lain 50.000.000,00
XXXX Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
50.000.000,00
I. KEWAJIBAN
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi RSD.
Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas atau
tanggung jawab untuk bertindak di masa lalu. Kewajiban dapat dipaksakan
menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau
peraturan perundang-undangan. Praktik yang terjadi selama ini, pada
umumnya kewajiban yang dicatat dalam pembukuan RSD hanya utang yang
berasal dari utang usaha dan pinjaman. Oleh karena itu untuk dapat
menyajikan secara lengkap seluruh utang yang dimilikinya, pada saat
penyusunan neraca pertama kali RSD harus melaksanakan kegiatan
inventarisasi atas seluruh utang yang ada pada tanggal neraca tersebut.
Penyajian utang RSD di neraca dapat diklasifikasikan menjadi kewajiban
jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Utang RSD harus
diungkapkan secara rinci dalam bentuk daftar skedul utang untuk
memberikan informasi yang lebih baik mengenai kewajiban RSD, utang
dicatat sebesar nilai nominal. Pada setiap tanggal neraca, utang dalam mata
uang asing dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan
kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.
50
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan akan
dibayar kembali atau jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah
tanggal neraca. Kewajiban ini mencakup utang yang berasal dari pinjaman
(bagian lancar utang jangka panjang dan utang kepada pihak ketiga), utang
bunga, maupun utang perhitungan fihak ketiga (PFK).
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang merupakan bagian utang jangka
panjang yang akan jatuh tempo dan diharapkan akan dibayar dalam waktu 12
(dua belas) bulan setelah tanggal neraca. Pada umumnya akun ini berkaitan
dengan utang yang berasal dari pinjaman jangka panjang, baik pinjaman dari
dalam negeri maupun luar negeri. Akun ini biasanya muncul di unit yang
berfungsi sebagai pengelola keuangan/pinjaman. Oleh karena itu,
inventarisasi utang ini biasanya dilakukan di satuan kerja pengelola
keuangan.
Akun ini diakui pada saat melakukan reklasifikasi pinjaman jangka panjang
pada setiap akhir periode akuntansi. Nilai yang dicantumkan di neraca untuk
bagian lancar utang jangka panjang adalah sebesar jumlah yang akan jatuh
tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
adalah sebagai berikut:
51
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Dana yang harus Disediakan utk Utang Jangka Pendek
XXX
XXXX Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
XXX
Ket: Akun Dana yang harus Disediakan untuk Utang Jangka Pendek merupakan bagian dari
Pos Ekuitas Dana Lancar( sebagai pengurang Ekuitas Dana Lancar)i
Contoh:
Utang RSD yang berasal dari pinjaman pada umumnya berjangka panjang,
artinya periode pengembaliannya lebih dari 12 (dua belas) bulan. Sebagai
contoh Rumah Sakit Daerah Kabupaten XYZ pada tahun 2006 menerima
pinjaman dari Pemerintah Pusat sejumlah Rp 1.000.000.000,- yang
dituangkan dalam Naskah Perjanjian Pinjaman No. 99/RSD/04/2006.
Pinjaman ini akan dicicil 10% per tahun selama 10 tahun mulai tahun 2007.
Dengan demikian pada tanggal 31 Desember 2006 jumlah utang yang jatuh
tempo pada tahun 2007 sejumlah Rp 100.000.000,- disajikan dalam bagian
lancar utang jangka panjang dalam kelompok kewajiban jangka pendek.
Sisanya sejumlah Rp 900.000.000,- disajikan sebagai utang jangka panjang.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
adalah sebagai berikut:
Kode
Akun
Uraian Debet Kredit
XXXX Dana yang harus Disediakan utk Utang Jangka Pendek
100.000.000,00
XXXX Bagian Lancar Utang Jangka Panjang- Pemerintah Pusat
100.000.000,00
52
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Utang kepada Pihak Ketiga (accounts payable)
Utang kepada Pihak Ketiga berasal dari kontrak atau perolehan barang/jasa
yang belum dibayar sampai dengan saat neraca . Akun ini umumnya dikelola
bagian umum atau bagian lainnya yang melakukan kegiatan perolehan
barang/jasa. Oleh karena itu, inventarisasi utang kepada pihak ketiga
dilakukan di setiap bagian/instalasi.
Apabila pihak ketiga/kontraktor membangun fasilitas atau peralatan sesuai
dengan kontrak perjanjian dengan Rumah Sakit Daerah, kemungkinan
terdapat realisasi pekerjaan yang telah diserahterimakan tetapi belum
dibayar penuh oleh Rumah Sakit Daerah sampai tanggal neraca. Nilai yang
dicantumkan dalam neraca sebagai Utang kepada Pihak Ketiga adalah
sebesar jumlah yang belum dibayar untuk barang tersebut pada tanggal
neraca.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Utang kepada Pihak Ketiga adalah
sebagai berikut:
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Dana yang harus Disediakan utk Utang Jangka Pendek
XXX
XXXX Utang kepada Pihak Ketiga
XXX
Ket: Akun Dana yang harus Disediakan untuk Utang Jangka Pendek merupakan bagian dari
Pos Ekuitas Dana Lancar( sebagai pengurang Ekuitas Dana Lancar)
Contoh:
Pada bulan Desember 2007, Rumah Sakit Daerah XYZ meminta PT ABC
untuk melakukan pemeliharaan gedung Rumah Sakit dengan Surat Perintah
Kerja No. 250/12/RSD/2007 tanggal 1 Desember 2007 dengan nilai
pekerjaan Rp 10.000.000,00. Pekerjaan tersebut telah diselesaikan oleh PT
53
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
DEF dalam bulan Desember 2007 dan telah diserahterimakan ke Pemda
pada tanggal 28 Desember 2007 dengan Berita Acara Serah Terima
Pekerjaan No. 260/12/RSD/2007. Terhadap pekerjaan yang telah
diselesaikan tersebut sampai dengan 31 Desember 2007 belum dibayar oleh
Pihak Rumah Sakit.
Berhubung pekerjaan pemeliharaan gedung telah selesai dan telah
diserahterimakan ke Rumah Sakit namun sampai dengan 31 Desember
2007 belum dibayar, berarti bahwa Rumah Sakit mempunyai utang kepada
PT ABC sejumlah Rp 10.000.000,00. Utang kepada Pihak Ketiga pada
umumnya merupakan utang jangka pendek yang harus segera dibayar
setelah barang/jasa
diterima. Oleh karena itu terhadap utang biaya semacam ini disajikan di
neraca dengan klasifikasi Kewajiban Jangka Pendek.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Utang kepada Pihak Ketiga (PT ABC)
adalah sebagai berikut:
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Dana yang harus Disediakan utk Utang Jangka Pendek
10.000.000,00
XXXX Utang kepada Pihak Ketiga
10.000.000,00
Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
Utang PFK merupakan utang yang timbul akibat RSD belum menyetor
kepada pihak lain atas pungutan/potongan PFK dari Surat Perintah
Membayar Uang(SPMU) atau dokumen lain yang dipersamakan.
Pungutan/potongan PFK dapat berupa potongan 10% gaji, 2% pensiun,
potongan PPh pasal 21 dan PFK lainnya. Bagi RSD PFK antara lain terdiri
54
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
dari potongan/pungutan iuran Taspen, Bapertarum, Askes, juga termasuk
pajak pusat.
Pungutan/potongan PFK tersebut seharusnya diserahkan kepada pihak lain
(PT Taspen, Bapertarum, PT Askes, dan KPPN) sejumlah yang sama
dengan jumlah yang dipungut/dipotong. Akun ini umumnya dikelola bagian
keuangan. Oleh karena itu, inventarisasi utang PFK dilakukan di unit
pengelola keuangan.
Nilai yang dicantumkan di neraca untuk akun ini adalah sebesar saldo
pungutan/potongan yang belum disetorkan kepada pihak lain sampai dengan
tanggal neraca. Penerimaan-penerimaan PFK ini sudah termasuk dalam
saldo Kas di Kas Daerah. Dengan demikian RSD harus mengakui adanya
utang PFK.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Utang PFK dilakukan bersamaan pada
saat membuat jurnal kas (lihat contoh jurnal kas di kas bendahara pada Bab
III tentang Aset Lancar).
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Kewajiban jangka panjang merupakan kewajiban yang diharapkan akan
dibayar kembali atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari 12 (dua belas)
bulan setelah tanggal neraca.
Utang jangka panjang misalnya Utang Kemitraan. Utang Kemitraan
merupakan utang yang berkaitan dengan adanya kemitraan RSD dengan
pihak ketiga dalam bentuk Bangun, Serah, Kelola (BSK). BSK merupakan
pemanfaatan aset RSD berupa kas dan/atau non kas oleh pihak
ketiga/investor, dengan cara pihak ketiga/investor tersebut mendirikan
55
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
bangunan dan/atau sarana lain berikut fasilitasnya kemudian menyerahkan
aset yang dibangun tersebut kepada RSD untuk dikelola sesuai dengan
tujuan pembangunan aset tersebut. Penyerahan aset oleh pihak
ketiga/investor kepada RSD disertai dengan pembayaran kepada investor
sekaligus atau secara bagi hasil.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Utang Jangka Panjang Lainnya adalah
sebagai berikut:
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Dana yang harus Disediakan utk Utang Jangka Panjang
XXX
XXXX Utang Jangka Panjang Lainnya
XXX
Ket: Akun Dana yang harus Disediakan untuk Utang Jangka Panjang merupakan bagian dari
Pos Ekuitas Dana Investasi( sebagai pengurang Ekuitas Dana Investasir)
Contoh:
Pada tanggal 12 Pebruari 2005, dalam rangka peningkatan pelayanan
kepada masyarakat, RSD XYZ telah mengikat kerjasama BSK (bangun,
serah, kelola) dengan ABC untuk membangun Rumah Sakit dengan sistem
bagi hasil melalui kontrak perjanjian No. 123/KSO/1/2005. Untuk
menyelesaikan pembangunan Rumah Sakit tersebut, investor telah
mengeluarkan dana sebesar Rp500.000.000,00. sedangkan tanah yang
diserahkan oleh Pemerintah Daerah untuk pembangunan Rumah Sakit
tersebut adalah senilai Rp100.000.000,00. Aset BSK tersebut telah selesai
dibangun dan telah diserahkan kepada pemerintah. Sampai dengan 31
Desember 2007, pemerintah telah membayar bagi hasil kepada investor
sebesar Rp50.000.000,00.
Dari transaksi tersebut terlihat bahwa pada saat penyerahan aset BSK,
timbul utang sebesar dana yang dikeluarkan investor, yaitu sebesar
Rp500.000.000,00. Bagi hasil yang telah dibayar mengurangi jumlah utang,
56
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
sehingga pada tanggal neraca , utang kemitraan dengan pihak ketiga =
Rp500.000.000,00 – Rp50.000.000,00 = Rp450.000.000,00.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Utang Jangka Panjang Lainnya adalah
sebagai berikut:
Kode
Akun
Uraian Debet Kredit
XXXX Dana yang harus Disediakan utk Utang Jangka Panjang
450.000.000,00
XXXX Utang Jangka Panjang Lainnya
450.000.000,00
J. EKUITAS DANA
SAP menggunakan istilah ekuitas dana sebagai penyeimbang selisih antara
aset dan kewajiban. Ekuitas dana tersebut meliputi:
a) Ekuitas Dana Lancar;
b) Ekuitas Dana Investasi; dan
c) Ekuitas Dana Cadangan.
Dalam bab ini dibahas masing-masing kelompok ekuitas dana. Oleh karena
contoh jurnal sudah diberikan pada saat pembahasan masing-masing
kelompok aset dan kewajiban, maka dalam bab ini tidak diberikan contoh
jurnal.
Ekuitas Dana Lancar
Jumlah ekuitas dana lancar diperoleh dengan cara:
− SiLPA dari selisih antara saldo kas dengan utang PFK.
− Cadangan piutang dari saldo piutang dalam aset lancar.
− Cadangan persediaan dari saldo persediaan dalam aset lancar.
57
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
− Dana yang masih harus disediakan untuk pembayaran hutang jangka
pendek dari hutang jangka panjang lainnya dalam kewajiban lancar.
SiLPA merupakan akun lawan yang menampung kas dan setara kas serta
investasi jangka pendek. Cadangan piutang adalah akun lawan yang
dimaksudkan untuk menampung piutang lancar. Selain itu pada kelompok
aset lancar terdapat persediaan. Akun lawan dari persediaan adalah
cadangan persediaan.
Pada sisi kewajiban jangka pendek, selain utang PFK yang merupakan
pengurang SiLPA seperti disebutkan di atas, ada akun kewajiban jangka
pendek lainnya. Akun lawan dari kewajiban jangka pendek lainnya ini adalah
dana yang disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek.
Ekuitas Dana Investasi
Ekuitas dana investasi mencerminkan kekayaan RSD yang tertanam dalam
investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya, dikurangi dengan
kewajiban jangka panjang. Rekening ini terdiri dari:
a. Diinvestasikan dalam investasi jangka panjang, yang merupakan akun
lawan dari investasi jangka panjang.
b. Diinvestasikan dalam aset tetap, yang merupakan akun lawan dari aset
tetap.
c. Diivestasikan dalam aset lainnya, yang merupakan akun lawan aset
lainnya.
d. Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka panjang,
yang merupakan akun lawan dari seluruh utang jangka panjang.
58
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Ekuitas Dana Cadangan
Ekuitas dana cadangan mencerminkan kekayaan RSD yang dicadangkan
untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Akun ini
merupakan akun lawan dari dana cadangan.
59
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
BAB IV
PENUTUP
Neraca adalah salah satu produk dari 3 (tiga) produk yang dihasilkan dalam
rangka prasyarat penetapan suatu SKPD RSD menerapkan PPK BLUD.
Mengingat pentingnya Neraca sebagai bagian dari akuntabilitas manajemen
sebuah RSD, pedoman ini telah dibuat se-sederhana mungkin sehingga
diharapkan fasilitator dapat dengan mudah menyelesaikan tugasnya dalam
membantu RSD dalam menyusun Neracanya. Namun begitu, terdapat
kemungkinan bahwa pedoman ini mengandung kelemahan baik karena
substansinya yang kurang mencukupi ataupun menjadi kurang relevan karena
telah terjadi perubahan peraturan perundangan yang mendasari penyusunan
Neraca. Oleh karena itu, diharapkan agar para fasilitator memanfaatkan
pedoman ini sebagai acuan minimal yang perlu diikuti dan fasilitator perlu
mengembangkan kreativitas dan inisiatifnya sehingga dapat membantu
menyusun Neraca sebagaimana ditentukan dalam peraturan yang berlaku dan
praktik yang ada misalnya Permendagri 13 tahun 2006.
Semoga pedoman ini bermanfaat bagi para fasilitator dalam membantu RSD
menyusun Neracanya.
60
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Lampiran I
PROVINSI/KAB/KOTA
N E R A C A
RSD.................
Per 31 Desember Tahun n dan Tahun n-1
Jumlah Kenaikan (Penurunan) Uraian
Tahun n Tahun n-1 Jumlah %
ASET
ASET LANCAR
Kas
Kas di Bndahara Penerimaan
Kas di Bendahara Pengeluaran
Piutang
Piutang retribusi
Piutang Lain-Lain
Persediaan
Jumlah
ASET TETAP
Tanah
Tanah
Peralatan dan Mesin
Alat-Alat Berat
Alat-Alat Angkutan
Alat Bengkel
Alat-Alat Pertanian dan Peternakan
Alat-Alat kantor dan Rumah Tangga
Alat Studio dan Alat Komunikasi
Alat Ukur
Alat-Alat Kedokteran
Alat Laboratorium
61
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Alat Keamanan
Gedung dan Bangunan
Bangunan Gedung
Bangunan Monumen
Jalan, Irigasi dan Jaringan
Jalan dan Jembatan
Bangunan Air (Irigasi)
Instalasi
Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Buku dan Perpustakaan
Barang Bercorak Kesenian dan kebudayaan
Hewan/Ternak dan Tumbuhan
Konstruksi Dalam Pengerjaan
Konstruksi Dalam Pengerjaan
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
Jumlah
ASET LAINNYA
Tagihan Penjualan Angsuran
Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Aset Tak Berwujud
Aset Lain-Lain
Jumlah
JUMLAH ASET
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Pihak Ketiga
Uang Muka dari Kas Daerah
62
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Pendapatan Diterima Dimuka/Pendapatan yang
Ditangguhkan
Utang Jangka Pendek Lainnya
Jumlah
EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
Cadangan Piutang
Cadangan Persediaan
Uang Muka dan Kas Daerah
Jumlah
EKUITAS DANA INVESTASI
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
Jumlah
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA
63
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Lampiran II
FORMULIR INVENTARISASI
Dapat lihat pada softcopy yang disertakan menyertai pedoman ini
64
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
LAMPIRAN III
Penjelasan tambahan bagi RSD yang telah menyusun Laporan Keuangan
sebelum berlakunya Permendagri No.13/2006
BAB I
Pendahuluan
pa yang harus dilakukan RSD dalam pengelolaan keuangan di awal
tahun 2007? Neraca awal RSD masihkah perlu dibicarakan? Apakah
penyajian asset dan kewajiban RSD sudah sesuai dengan ketentuan
yang berlaku?. Timbul pertanyaan apakah RSD yang sudah menyusun neraca
awal sejak tahun 2001 berarti tidak memiliki lagi masalah dengan saldo awal
mereka, apakah demikian?. Pertanyaan-pertanyaan ini harus dijawab RSD justru
di awal tahun pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, yang selanjutnya
disebut Permendagri 13, sebagai dasar pengelolaan teknis keuangan di daerah
mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 2007. Dengan berlakunya Permendagri
tersebut maka Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 yang
sebelumnya merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dinyatakan tidak
berlaku. Permendagri 13 telah ditetapkan sejak pertengahan tahun 2006
sehingga ada waktu bagi RSD untuk melakukan berbagai penyesuaian terhadap
peraturan yang baru tersebut. Akan tetapi apa yang telah dipersiapkan RSD dan
apa yang harus dilakukan mengawali tahun 2007?
Pengelolaan keuangan menurut Permendagri 13 meliputi proses penganggaran,
pelaksanaan, dan pertanggung jawaban pelaksanaan. Proses ini juga dilengkapi
A
65
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
dengan formulir-formulir yang digunakan dan akhir seluruh proses diharapkan
RSD dapat menyajikan pertanggungjawaban.
Dalam Permendagri 13 diatur proses akuntansi untuk dapat menghasilkan
laporan keuangan akhir tahun anggaran 2007 dan tahun anggaran berikutnya.
Proses ini dirancang sedemikian sehingga RSD mampu menghasilkan neraca,
Neraca, dan catatan atas laporan keuangan. Dalam proses akuntansi
seharusnya diatur mengenai posisi awal laporan keuangan di awal tahun 2007.
Akan tetapi Permendagri 13 tidak mengatur mengenai penyajian posisi awal
keuangan atau neraca awal.
66
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
BAB II
Penyajian Neraca Awal dan Komponen Laporan
Keuangan RSD
Laporan keuangan RSD yang berupa neraca, Neraca, dan catatan atas laporan
keuangan memberikan gambaran atau informasi keuangan RSD selama satu
periode. Satu periode waktu berarti berada di antara dua posisi waktu. Misalnya
periode satu tahun berada diantara posisi 1 Januari dan 31 Desember.
Neraca menunjukkan posisi keuangan pada saat tertentu, Neraca menunjukkan
penerimaan dan pengeluaran selama periode tertentu, dan catatan atas laporan
keuangan mengungkapkan informasi yang menjelaskan ketiga jenis laporan tadi
ditambah dengan informasi lain.
Berdasarkan pemikiran tersebut, jika sebuah RSD ingin menyajikan laporan
keuangan tahun 2007 maka harus ada atau dapat mengidentifikasi posisi
keuangan per tanggal 1 Januari 2007, penerimaan dan pengeluaran keuangan
selama tahun 2007. Posisi keuangan pada tanggal 1 Januari 2007 dapat
diperoleh dari Neraca yang telah disajikan tanggal 31 Desember 2006. Posisi
keuangan awal periode 2007 dapat disajikan dari neraca per 31 Desember 2006
karena saldo-saldo per 31 Desember 2006 menjadi saldo awal pada tanggal 1
Januari 2007.
Transaksi keuangan selama tahun 2007 berupa penerimaan dan pengeluaran
selama tahun 2007 akan disajikan dalam Neraca akhir tahun 2007. Dari
transaksi keuangan tahun 2007 dan saldo awal akan dapat dihasilkan neraca per
31 Desember 2007. Penjelasan atau pengungkapan atas ketiga laporan tersebut
disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Dengan demikian pada akhir
tahun 2007 dapat disajikan tiga komponen laporan keuangan yaitu Neraca,
Laporan Realisasi Aanggaran, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
67
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Penyajian laporan keuangan tahun 2007 dimulai dengan adanya posisi
keuangan awal tahun 2007. Posisi keuangan ini dapat diperoleh dari neraca per
31 Desember 2006. Bagi RSD yang sudah menyusun laporan pertanggung
jawaban secara lengkap untuk tahun anggaran 2006, neraca per 31 Desember
2006 sudah termasuk didalamnya. Artinya, RSD yang sudah memiliki neraca per
31 Desember 2006 akan memiliki posisi awal keuangan tahun 2007.
Pertanyaannya adalah, apakah neraca per 31 Desember 2006 sudah disajikan
dengan benar sehingga dapat digunakan menjadi saldo awal yang benar untuk
penyajian laporan keuangan tahun 2007?
Neraca per 31 Desember 2006 merupakan saldo dari transaksi keuangan
sepanjang tahun 2006 dan saldo awal tahun 2006. Saldo awal tahun 2006
diperoleh dari saldo neraca akhir tahun 2005. Saldo akhir tahun 2005 berasal
dari transaksi sepanjang tahun 2005 dan saldo awal tahun 2005. Saldo awal
tahun 2005 diperoleh dari saldo akhir tahun 2004 demikian seterusnya sehingga
sampai kepada neraca awal atau neraca yang pertama kali dibuat oleh RSD
yang bersangkutan. Dengan kata lain, neraca yang akan dibuat tahun 2007 akan
benar jika neraca awal yaitu neraca yang pertama kali dibuat sudah benar.
Neraca yang pertama kali disusun ini berbeda-beda bagi setiap RSD. Ada yang
sudah menyusun neraca awal sejak tahun 2001 dan ada juga setelah tahun
2001. Akan tetapi tidak ada RSD yang menyusun neraca awal sebelum tahun
2001 karena kewajiban penyusunan neraca diwajibkan sejak tahun 2001
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000. Akan tetapi
mungkin juga ada RSD yang belum pernah menyusun neraca sama sekali
sampai dengan tahun 2006 .
Laporan keuangan yang disajikan harus sesuai dengan standar akuntansi
pemerintahan (SAP). Penyajian posisi keuangan, penerimaan dan pengeluaran,
kas serta pengungkapan lainnya harus sesuai dengan SAP. Posisi awal
keuangan yang telah dituangkan dalam neraca awal juga harus sesuai dengan
SAP. SAP ditetapkan pada tanggal 13 Juni 2005 dengan Peraturan Pemerintah
68
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Nomor 24 Tahun 2005. SAP ini dinyatakan berlaku untuk pelaporan keuangan
tahun anggaran 2005. Sementara itu sejak tahun 2001 sudah ada RSD yang
menyusun neraca awal dan membuat laporan pertanggungjawaban anggaran
dalam bentuk yang hampir sama dengan yang dipersyaratkan dalam SAP.
Bagi RSD yang belum menyusun neraca awal, maka Buletin Teknis Nomor 2
dapat diterapkan dengan menyusun neraca awal seperti yang diatur dalam
Buletin Teknis tersebut. Akan tetapi bagi RSD yang sudah menyusun neraca
awal sebelum adanya Buletin Teknis Nomor 2 atau menyusun neraca awal
setelah tahun 2005 tetapi belum menggunakan Buletin Teknis Nomor 2, apa
yang harus dilakukan?
Buletin Teknis Nomor 2 mengatur bahwa untuk RSD yang sudah menyusun
neraca awal harus melakukan penyesuaian menurut Buletin Teknis tersebut.
Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara melakukan penyesuaian dan
posisi per tanggal berapa dilakukan penyesuaian?.
Sebagaimana disebutkan di atas, sebagian besar RSD sudah menyusun Neraca
Awal (NA) bahkan ada yang sudah menyusun sejak tahun 2001. Bagi RSD yang
sudah menyusun neraca awal timbul pertanyaan:
1. Apakah neraca awal yang telah disusun tersebut dapat digunakan?
2. Atau apakah harus dibuat neraca awal baru?
3. Apakah mungkin neraca awal yang disusun tahun 2001 sudah sesuai
dengan SAP sehingga tidak perlu disesuaikan?
4. Jika neraca awal sudah ada tetapi kemudian dilakukan penyesuaian
bukankah berarti bahwa neraca awal menjadi dua?
Buletin Teknis Nomor 2 sebagai dasar penyusunan neraca awal sesuai SAP
tidak menyatakan bahwa neraca yang telah disusun sebelum terbitnya SAP tidak
dapat digunakan. Bagi RSD yang telah mempunyai neraca yang disusun
sebelum terbitnya Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan dapat melakukan koreksi dan perbaikan dengan mengacu pada
69
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Buletin Teknis ini. Dengan kata lain neraca awal yang telah ada dapat digunakan
tetapi harus dilakukan koreksi atau perbaikan.
Neraca awal yang telah dikoreksi tidak berarti neraca awal baru akan tetapi
disajikan dengan cara yang baru sesuai dengan acuan yang seharusnya yaitu
SAP. Pendekatan yang dapat dilakukan untuk melakukan perbaikan neraca awal
ada dua.
1. Saldo-saldo akun dalam neraca awal ditambah/kurang dengan mutasi lalu
diperoleh saldo akhir per tanggal penyesuaian. Misalnya jika sebuah RSD
sudah memiliki neraca awal tahun 2002 maka saldo tahun 2002
ditambah/kurang dengan mutasi tahun 2003, 2004, 2005, dan 2006 maka
akan diperoleh nilai akhir tahun 2006. Kelemahannya, saldo awal tahun
2002 tetap tidak terkoreksi, karena dalam pendekatan seperti ini
sebenarnya tidak ada koreksi terhadap saldo awal. Dalam kondisi seperti
ini tidak perlu Buletin Teknis Nomor 2.
2. Pada akhir tahun 2006, yang dipilih sebagai tanggal penyajian neraca
awal setelah koreksi, dilakukan penyusunan neraca dengan
mengidentifikasi seluruh pos-pos neraca dengan demikian akan dihasilkan
neraca akhir tahun 2006. Saldo-saldo pos yang ada berdasarkan neraca
awal tahun 2002 dan mutasi sampai dengan tahun 2006 akan
dibandingkan dengan saldo yang diperoleh dari neraca yang disusun akhir
tahun 2006 tadi. Selisihnya akan merupakan koreksi. Dengan demikian
akan diperoleh neraca akhir tahun 2006 yang telah mengakomodasi
perbaikan atau koreksi sesuai dengan SAP.
Neraca awal yang disusun sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan dapat dipastikan tidak sesuai dengan SAP.
Mungkin saja satu atau dua pos telah sesuai dengan SAP apakah itu dapat
dikatakan telah sesuai dengan SAP? Pos atau akun Kas di Kas Daerah yang
disajikan tahun 2001, misalnya, tidak banyak berbeda dengan atau kalau
70
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
disajikan menurut SAP. Nilai yang dicantumkan adalah nilai nominal. Apakah
karena pos Kas di Kas Daerah penilaiannya sudah sama
dengan SAP dapat dikatakan bahwa neraca awal telah sesuai dengan SAP?
Penyajian neraca awal sesuai dengan Buletin Teknis Nomor 2 menuntut adanya
penyesuaian. Dari hasil penyesuaian akan diperoleh neraca yang sudah
mengakomodasi persyaratan SAP. Dengan demikian, yang ada adalah neraca
awal dan neraca yang sudah disesuaikan. Dalam kondisi demikian tidak dapat
dikatakan bahwa neraca awal menjadi dua.
71
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
BAB III
Penentuan Tanggal Penyajian Neraca Awal RSD
Bagi RSD yang sudah menyusun neraca awal sebelum berlakunya SAP wajib
melakukan penyesuaian. Hal ini dilakukan agar neraca awal yang sudah pernah
dibuat menjadi sesuai dengan SAP.
Mekanisme penyusunan neraca awal adalah dengan menentukan tanggal
penyajian neraca awal. Penentuan tanggal berarti menentukan posisi keuangan
yang harus disajikan. Apabila tanggal telah ditentukan maka seluruh proses yang
dilakukan menggunakan tanggal tersebut sebagai titik tolak baik untuk menyusun
neraca awal maupun melakukan penyesuaian.
Apabila mengacu pada Buletin Teknis No. 2, tidak ditentukan tanggal penyajian
neraca awal. RSD bebas menentukan tanggal penyusunan maupun
penyesuaian. Tanggal penyajian ini bisa saja dipilih tanggal 31 Desember 2005
atau tanggal 28 Februari 2006 dan suatu tanggal yang lain. Yang penting
diperhatikan adalah dasar atau alasan yang dapat diterima atas pemilihan
tanggal penyajian dan konsekwensinya.
Neraca adalah laporan yang menunjukkan posisi keuangan pada saat tertentu.
Neraca awal sama dengan neraca pada umumnya menunjukkan posisi
keuangan. Pertanyaannya, posisi keuangan neraca awal yang disesuaikan ini
tanggal berapa? Ada beberapa pilihan, tanggal 1 Januari 2006 dapat dipilih
karena merupakan awal tahun anggaran. Salah satu tanggal sepanjang tahun
2006, misalnya tanggal 29 Maret, juga dapat dipilih karena Buletin Teknis Nomor
2 tidak melarang. Pilihan tanggal 31 Desember juga dapat dilakukan karena
memang tanggal tersebut merupakan tanggal penyusunan laporan keuangan
untuk pertanggung jawaban pelaksanaan anggaran tahun 2006.
Jika dipilih penyajian neraca awal tanggal 1 Januari 2006 maka akan ada
pekerjaan penyusunan neraca tersendiri lepas dari penyusunan komponen
72
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
laporan keuangan lainnya. Demikian juga halnya jika dipilih salah satu tanggal di
antara tanggal selain tanggal 31 Desember 2006.
Penyusunan selain tanggal 1 Januari 2006 dan tanggal 31 Desember 2006
mengakibatkan periode penyajian komponen laporan keuangan lainnya menjadi
tidak satu tahun. Oleh karena itu jika ingin disajikan ketiga komponen laporan
keuangan secara bersamaan dengan tanggal penyesuaian neraca awal maka
tanggal yang dipilih hanya satu yaitu tanggal 31 Desember 2006. Pemilihan
tanggal ini berarti penyesuaian neraca awal mengikuti proses penyusunan
laporan keuangan yang sedang berjalan. Neraca disusun per 31 Desember
2006, penyesuaian neraca awal inipun dapat dilakukan per 31 Desember 2006.
Hal ini dilakukan agar laporan keuangan tahun 2006 telah disajikan sesuai
dengan SAP dan saldo awal tahun 2007 juga sesuai dengan SAP.
Penyesuaian neraca awal per 31 Desember 2006 juga mudah dilakukan karena
datanya masih up to date dan pekerjaan penyesuaian neraca awal dapat
dilakukan bersamaan dengan penyusunan neraca untuk pertanggung jawaban
keuangan tahun anggaran 2006.
73
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
BAB IV
Mekanisme Penyajian Neraca Awal
Penyusunan dan penyesuaian neraca awal mengandung beberapa
permasalahan yaitu:
1. Inventarisasi fisik atau dokumen;
2. Penyajian neraca sekaligus atau bertahap;
3. Penilaian aset dengan perusahaan penilai (appraisal).
Neraca RSD
RSD wajib menyusun laporan keuangan sesuai dengan SAP.untuk disampaikan
kepada kepala daerah untuk digabungkan menjadi laporan keuangan Pemda
secara keseluruhan. Dari sisi ruang lingkup, Pemda menyajikan empat
komponen laporan keuangan secara lengkap (laporan aliran kas), sedangkan
RSD hanya menyajikan tiga jenis laporan keuangan yaitu neraca, Neraca, dan
catatan atas laporan keuangan. Komponen laporan keuangan berupa laporan
aliran kas hanya disusun oleh kepala daerah c.q bendahara umum daerah.
Inventarisasi Fisik atau Dokumen
Penyusunan neraca merupakan suatu proses pengumpulan data aset dan
kewajiban untuk dilakukan penggolongan, pengukuran, dan pengungkapan
sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan (SAP).
Data mengenai aset dapat berupa dokumen yang membuktikan keberadaannya
atau fisik aset yang bersangkutan. Pengumpulan data ini dalam Buletin Teknis
Nomor 2 diistilahkan dengan inventarisasi.
Menurut Buletin Teknis tersebut, inventarisasi dapat dilakukan terhadap
dokumen dan juga fisik. Akan tetapi persoalan yang timbul adalah apakah
inventarisasi harus dilakukan terhadap kedua jenis bukti yang menunjukkan
adanya aset? Dapatkah inventarisasi dilakukan hanya atas dokumen saja?.
74
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Seharusnya memang dokumen dan fisik itu menunjukkan hal yang sama. Akan
tetapi untuk membandingkan antara fisik dan dokumen sebenarnya sudah
merupakan prosedur audit yang sudah berada di luar langkah penyajian neraca
awal. Atau kemungkinan lainnya ditentukan prioritas terlebih dahulu. Misalnya
jika dokumen dapat menunjukkan atau memberikan informasi yang lengkap
mengenai aset yang bersangkutan maka tidak perlu dilakukan inventarisasi fisik.
Pilihan lainnya, jika dokumen tidak memberikan informasi yang lengkap maka
terhadap kekurangan informasi tersebut mungkin dapat diperoleh dari
inventarisasi fisik. Misalnya saja untuk menentukan masa manfaat aset yang
bersangkutan dapat dilihat dari dokumen spesifikasi teknis oleh pihak yang
kompeten dan jika informasi yang diperoleh belum cukup maka dapat dilakukan
cara dengan melihat fisiknya.
Atau pilihan lainnya, hanya pihak yang kompeten yang bersangkutan yang
melihat aset dimaksud dan memberikan informasi. Jadi tidak perlu seluruh tim
ikut melakukan inventarisasi setiap jenis aset kalau memang diperlukan infomasi
dengan melihat fisik.
Permasalahan apakah inventarisasi fisik dan atau dokumen ini menjadi penting
dan krusial karena neraca menunjukkan satu titik waktu atau tanggal tertentu
sedangkan inventarisasi tidak mungkin dilakukan dalam satu titik waktu atau satu
hari. Oleh karena itu jika harus dilakukan inventarisasi fisik dan dokumen
sekaligus maka hal tersebut tidak mungkin dilakukan.
Contoh, akun kas. Jika ditentukan tanggal neraca adalah 1 Januari 2006 apakah
mungkin dilakukan inventarisasi fisik seluruh kas pada saat tersebut dengan
membuat register penutupan kas? Tanggal 1 Januari adalah hari libur sehingga
hal tersebut tidak mungkin dilakukan. Atau jika pada tanggal 10 Januari 2007
dilakukan penyajian neraca per 31 Desember 2006, apakah mungkin dilakukan
opname fisik kas per tanggal 31 Desember 2006 dengan membuat berita acara
atau register penutupan kas? Inventarisasi fisik tanggal 10 Januari 2007 tidak
mungkin dilakukan untuk posisi 31 Desember 2006, jika pertanyaannya apakah
75
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
tidak dapat disusun neraca pada tanggal 31 Desember 2006? Maka jawabannya
adalah penyajian neraca per 31 Desember 2006 tetap dapat dilakukan. Data
diperoleh dari dokumen yang menunjukkan posisi kas per tanggal 31 Desember
2006 dan tidak perlu dilakukan inventarisasi fisik kas.
Memang dapat dilakukan opname fisik kas per 10 Januari 2007 kemudian ditarik
mundur ke 31 Desember 2006 tetapi ini sudah memasuki prosedur audit untuk
meyakinkan posisi kas per tanggal 31 Desember 2006 bukan lagi proses
penyusunan neraca itu sendiri.
Contoh lainnya mengenai persediaan. Inventarisasi fisik persis per tanggal
neraca untuk keseluruhan persediaan juga sangat mustahil dilakukan apalagi
jumlah persediaan sangat besar seperti persediaan obat-obatan. Inventarisasi
yang dapat dilakukan untuk menghasilkan saldo akun persediaan bukan
terhadap dokumen-dokumen pembeliannya tetapi dokumen yang menunjukkan
posisi per tanggal tertentu. Informasi tersebut dapat diperoleh dari dokumen
kartu gudang masing-masing jenis persediaan sehingga dapat diketahui saldo
masing-masing jenis per tanggal 31 Desember. Dalam kondisi demikian apakah
masih dilakukan inventarisasi fisik kemudian ditarik mundur ke tanggal neraca
atau cukup dari catatan kartu gudang. Jika harus diakukan inventarisasi fisik dan
ternyata fisik tidak sesuai dengan dokumen pendukungnya, informasi mana yang
harus digunakan? Data dari dokumen atau fisik? Atau ditunggu sampai ada
penyelesaian baru disusun neraca?
Contoh berikutnya mengenai aset tetap tanah. Misalnya sertifikatnya sudah ada
dan tercatat dalam kartu inventaris barang (KIB), nilai jual obyek pajak (NJOP)
juga ada. Apakah perlu diinventarisasi lagi fisiknya dengan mengukur luas tanah
dengan membandingkan luasan yang ada di sertifikat dengan fisiknya? Atau
inventarisasi fisiknya hanya dengan tengak-tengok (observasi) saja tanpa
mengukur? Itu namanya bukan inventarisasi fisik. Untuk mengukur kembali dan
membandingkan ukuran fisik dengan informasi yang ada di sertifikat, misalnya
mengenai luas tanah, tidak mungkin dilakukan. Itu sudah berada di luar
76
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
kewenangan tim teknis. Bagaimana kalau kita menggunakan dokumen sertifikat
ternyata sertifikat tersebut palsu, apakah tim inventarisasi tidak dipersalahkan
nantinya? Hal tersebut terlalu jauh.
Penyajian aset dalam neraca tidak memberikan jaminan segala-galanya,
walaupun fisiknya ada, dokumen pendukung ada dan dilengkapi dokumen
pendukung asli, tidak menjamin hal tersebut akan bebas dari tuntutan oleh pihak
lain atas aset tersebut dan lain sebagainya. Untuk mengefisienkan waktu dan
tenaga dalam penyusunan neraca untuk pos yang ada dokumen dan fisiknya
sebaiknya digunakan hanya data dari dokumennya saja. Kalaupun dalam
dokumen tersebut ada informasi yang belum tercakup, dapat dimintakan kepada
pihak yang berkompeten dengan membuatkan formulir isian yang kemudian
dikumpulkan untuk penyajian neraca.
Penyusunan Neraca Awal Sekaligus atau Bertahap
Penyusunan naraca awal atau penyesuaian dapat dilakukan secara bertahap.
Hal ini didasari pada pemikiran bahwa untuk menyusun neraca awal memerlukan
waktu yang lama sehingga tidak mungkin dilakukan hanya dalam satu bulan
misalnya. Pengertian bertahap bisa saja pengerjaan dilakukan di unit A terlebih
dahulu kemudian dilakukan di unit B, setelah itu di unit C dan seterusnya. Atau
bisa juga dilakukan penyajian kas terlebih dahulu dibenahi, kemudian mengenai
piutang, selanjutnya mengenai investasi, kemudian aset tetap.
Atau bahkan mungkin karena aset tetap mengandung banyak permasalahan
maka penyajian aset tetap dapat dilakukan secara bertahap dalam neraca.
Misalnya tahun 2006 hanya masalah tanah yang disajikan, tahun 2007 masalah
gedung, tahun 2008 masalah jalan dan jembatan dan seterusnya.
Neraca menunjukkan posisi pada saat tertentu. Jika penyusunan dilaksanakan
secara bertahap, posisi tanggal berapa neraca awal yang sesuai dengan SAP
disajikan? Apakah mungkin, penyesuaian kas dan piutang per 31 Desember
2006 dilakukan sementara penyesuaian untuk investasi dan aset tetap dilakukan
77
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
per 31 Desember 2007? Atau penyesuaian aset tetap berupa tanah dilakukan
tanggal 31 Desember 2006 sedangkan penyesuaian aset tetap berupa jalan dan
jembatan dilakukan tanggal 30 Juni 2007? Atau kondisi bertahap lainnya, apakah
mungkin unit A menyajikan neraca atau menyesuaikan neraca per 31 Desember
2006 sedangkan unit B tahun 2007 dan unit C tahun 2008? Jika demikian, kapan
neraca awal dapat dikatakan sesuai dengan SAP? Hal tersebut tidak mungkin
dilakukan.
Dalam rangka penyajian neraca awal harus ditentukan satu tanggal untuk
penyusunan neraca atau penyesuaian neraca yang digunakan sebagai titik tolak.
Misalnya jika ditentukan tanggal 31 Desember 2006 sebagai titik penyusunan
atau penyesuaian maka seluruh proses harus didasarkan pada tanggal 31
Desember 2006. Inventarisasi dapat dilakukan sepanjang tahun 2007 tetapi
untuk posisi per 31 Desember 2006. Penilaian aset dapat dilakukan tahun 29 Juli
2007 tetapi untuk posisi per 31 Desember 2006. Dengan demikian, pengerjaan
neraca dapat dilakukan sepanjang tahun 2007 tetapi untuk posisi per tanggal per
31 Desember 2006 sehingga dapat dilakukan penyesuaian neraca per 31
Desember 2006.
78
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
BAB V
Langkah Kerja
Penyajian neraca awal berbeda bagi yang sudah memiliki atau pernah memiliki
neraca sebelum terbitnya SAP. Bagi RSD yang belum pernah menyusun maka
diperlukan langkah-langkah penyusunan neraca awal. Selanjutnya bagi RSD
yang sudah memiliki neraca awal maka yang diperlukan adalah langkah-langkah
penyesuaian agar neraca yang sudah ada dapat sesuai dengan SAP.
Untuk RSD yang sudah menyusun neraca awal, yang dibutuhkan adalah cara
penyesuaian. Mengacu pada langkah tersebut di atas, maka langkah yang dapat
dilakukan untuk penyajian neraca awal bagi RSD yang sudah menyusun neraca
awal atau penyesuaian per 31 Desember 2006 adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan Petunjuk Teknis Penyesuaian Neraca Awal;
Proses penyesuaian neraca awal dimulai dengan pembuatan petunjuk
teknis. Petunjuk teknis ini menjadi pedoman dan arahan dalam melakukan
penyesuaian. Petunjuk teknis ini merupakan pengejawantahan dari
berbagai peraturan perundangan dalam bentuk langkah konkrit yang
harus dilakukan untuk dapat menghasilkan neraca sesuai dengan
berbagai ketentuan yang berlaku. Oleh karena itu, didalam petunjuk teknis
ini harus dimuat prosedur penyajian dan langkahl-angkah termasuk
formulir-formulir yang digunakan. Langkah-langkah yang jelas dan cara
pengisian formulir yang lengkap akan menyatukan persepsi di lapangan
sehingga memudahkan proses pelaksanaan penyesuaian neraca awal.
2. Pembentukan Tim Penyesuaian Neraca Awal;
Pekerjaan penyesuaian neraca awal dilakukan oleh sebuah tim bukan
hanya oleh bagian keuangan. Kemudian, nilai-nilai yang akan
79
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
dicantumkan dalam neraca membutuhkan pendapat atau pernyataan dari
tim yang kompeten. Oleh karena itu, dalam tim harus termasuk tim yang
kompeten. Selanjutnya, penyesuaian neraca awal menggunakan neraca
awal yang sebelumnya telah melibatkan dan selanjutnya juga akan
melibatkan bagian perlengkapan.
Secara ringkas dapat dikemukakan bahwa dalam penyesuaian neraca ini
harus ada tim yang berasal dari bagian keuangan, bagian perlengkapan,
pihak yang kompeten di bidang aset dan pihak yang kompeten di bidang
akuntansi,. Komposisi semacam ini akan memungkinkan pekerjaan
dilakukan secara terarah, efektif, dan efisien.
3. Penjelasan Teknis Pelaksanaan kepada Tim;
Tim penyesuaian neraca awal seperti yang disebut sebelumnya berasal
dari berbagai pihak. Latar belakang pengetahuan dan kompetensinya juga
berbeda. Untuk itu perlu adanya penyamaan persepsi tentang pekerjaan
yang dilakukan dan pengaturan mengenai teknis pekerjaan. Dalam
langkah ini juga temasuk penjelasan mengenai formulir yang digunakan
dan mekanisme pengisian formulir. Pemahaman mengenai lingkup
pekerjaan masing-masing juga perlu dijelaskan sehingga pekerjaan dapat
dilakukan dengan baik.
4. Pelaksanaan Inventarisasi Aset dan Kewajiban;
Langkah berikutnya adalah pelaksanaan inventarisasi fisik dan/atau
dokumen. Langkah ini merupakan pengumpulan data untuk keperluan
penyesuaian neraca awal. Inventarisasi dilakukan dengan menggunakan
formulir yang telah dipersiapkan. Inventarisasi dapat dilakukan dengan
menginventarisasi dokumen atau fisik. Langkah inventarisasi ini
merupakan tahapan yang memakan waktu yang paling lama dari seluruh
kegiatan penyajian neraca.
80
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
5. Pengolahan Data Hasil Inventarisasi;
Data yang diperoleh dari inventarisasi kemudian akan diolah. Pengolahan
data ini berupa penggolongan atau pengelompokan data hasil
inventarisasi sesuai dengan kebutuhan. Data yang tersebar di setiap
formulir harus diklasifikasi sehingga memudahkan penyusunan neraca
awal. Hasil dari kegiatan ini adalah tersajinya data menurut penggolongan
sesuai Buletin Teknis Nomor 2.
6. Pembandingan dan Penyesuaian Data Hasil Inventarisasi dengan
Neraca Awal yang sudah Ada;
Informasi yang disajikan dari hasil pengolahan data sebelumnya
merupakan dasarpenyesuaian. Penyesuaian dilakukan dengan
membandingkan neraca yang telah ada dengan informasi dari hasil
pengolahan data sebelumnya. Pembandingan ini dilakukan agar dapat
dihasilkan koreksi/penyesuaian nilai dari hasil yang diperoleh dengan
neraca yang telah ada sebelumnya.
7. Pembuatan Jurnal Penyesuaian dan Penyajian Aset, Kewajiban, dan
Ekuitas dalam Format Neraca.
Langkah terakhir adalah melakukan koreksi atas neraca yang sudah ada.
Dari langkah sebelumnya telah diperoleh selisih antara pos neraca hasil
inventarisasi dengan yang pos yang telah ada sebelumnya. Selisih ini
akan menjadi koreksi dengan menggunakan jurnal-jural koreksi. Dari
langkah ini akan dihasilkan neraca awal yang sudah dikoreksi. Dari
langkah ini juga akan diperoleh saldo awal baru untuk diikuti selama tahun
2007 untuk dapat dilakukan penyusunan neraca sebagai bagian dari
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran tahun 2007.
81
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
BAB VI
Penutup
Berdasarkan uraian di atas, pekerjaan yang harus dilakukan oleh RSD di awal
tahun adalah penyajian neraca awal. Penyajian dapat berupa penyusunan
neraca awal atau penyesuaian neraca yang telah ada. Penyusunan
dimaksudkan bagi RSD yang belum pernah menyusun neraca sama sekali.
Sedangkan penyesuaian dimasudkan bagi RSD yang sudah memiliki neraca
sebelum terbitnya Peraturan Pemerintah mengenai SAP.
Penyusunan dan penyesuaian ini perlu dilakukan agar saldo awal tahun 2007
telah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang selanjutnya saldo
untuk pertanggung jawaban keuangan akhir tahun 2007 juga menjadi sesuai
dengan SAP. Baik penyusunan maupun penyesuaian dilakukan pada satu
tanggal tertentu. Penyusunan atau penyesuaian neraca awal sebaiknya dipilih
tanggal 31 Desember 2006. Penyajian neraca awal tahun 2007 berasal dari
neraca akhir tahun 2006. Dengan demikian penyesuaian yang dilakukan atas
neraca per 31 Desember 2006 akan menghasilkan neraca awal tahun 2007 yang
telah sesuai dengan SAP. Pemilihan tanggal 31 Desember 2006 sebagai titik
penyesuaian juga dimaksudkan agar pertanggungjawaban keuangan tahun 2006
dapat disajikan sesuai SAP.
Penyesuaian per 31 Desember 2006 dapat memenuhi dua tujuan yaitu penyajian
neraca untuk pertanggungjawaban keuangan tahun 2007 dan tahun 2006. Di
samping itu penyesuaian akhir tahun 2006 lebih mudah dilakukan karena data
yang dibutuhkan masih up to date.
Dalam penyajian neraca awal ditemui beberapa permasalahan yaitu apakah:
• Inventarisasi fisik atau dokumen;
• Penyajian neraca sekaligus atau bertahap;
• Penilaian aset harus dengan perusahaan penilai (appraisal).
82
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Penyajian neraca tidak harus melalui inventarisasi fisik. Penyajian neraca bukan
audit yang memerlukan langkah pengujian antara dokumen dengan fisik. Oleh
karena itu kalau dokumen sudah lengkap maka dapat digunakan sebagai dasar
penyajian neraca.
Penyajian neraca awal dilakukan pada satu saat (titik waktu) tertentu. Penyajian
seluruh pos neraca disajikan pada tanggal tersebut sehingga tidak dilakukan
secara bertahap.
Selanjutnya mengenai penilaian, Buletin Teknis Nomor 2 tidak mewajibkan
penilaian oleh perusahaan penilai. Bahkan jika menggunakan perusahaan penilai
hanya diperoleh satu informasi dari tiga informasi yang dibutuhkan dari tim yang
kompeten di bidang aset tetap. Oleh karena itu penggunaan tim yang kompeten
yang berasal dari entitas RSD sendiri lebih baik.
Buletin Teknis Nomor 2 mengatur langkah-langkah penyusunan neraca awal
bagi SKPD. Dalam hal penyesuaian, langkah-langkah tersebut perlu dimodifikasi.
Langkah penyesuaian harus diawali dari pembuatan petunjuk teknis sebagai
pedoman dalam penyusunan neraca awal RSD. Pelaksanaan penyajian
dilakukan oleh tim sehingga perlu adanya pembentukan tim yang berasal dari
berbagai pihak yang terkait. Agar ada pemahaman yang sama dalam tim maka
perlu adanya penjelasan mengenai pekerjaan kemudian dilanjutkan dengan
pelaksanaan inventarisasi dan pengolahan data. Hasil pengolahan data
dibandingkan dengan pos neraca yang sudah ada kemudian dibuatkan jurnal
koreksi. Hasil terakhir dari kegiatan adalah adanya neraca yang sudah dikoreksi
sesuai dengan SAP ditingkat RSD (SKPD).
83
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
LAMPIRAN IV
Penjelasan tambahan bagi RSD yang telah menyusun Laporan Keuangan
secara utuh sesuai Permendagri No.13/2006 namun belum menggunakan
aplikasi komputer
BAB I
Pendahuluan
Saat ini telah banyak Pemda dalam pengelolaan keuangan telah menerapkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006.namun masih dilakukan
secara manual dalam arti Pemda yang bersangkutan dalam menyusun laporan
keuangannya belum menggunakan suatu aplikasi komputer tertentu.
Pengelolaan keuangan menurut Permendagri 13 meliputi proses penganggaran,
pelaksanaan, dan pertanggung jawaban pelaksanaan. Proses ini juga dilengkapi
dengan formulir-formulir yang digunakan dan akhir seluruh proses diharapkan
RSD dapat menyajikan pertanggungjawaban menjadi bagian laporan keuangan
SKPD yang akan dikonsolidasi menjadi laporan keuangan Pemda.
Dalam Permendagri 13 diatur proses akuntansi untuk dapat menghasilkan
laporan keuangan akhir tahun anggaran 2007 dan tahun anggaran berikutnya.
Proses ini dirancang sedemikian rupa sehingga RSD mampu menghasilkan
neraca, laporan realisasi anggaran, dan catatan atas laporan keuangan.
Namun sebagai fasilitator dan bersama counterpart harus melakukan langkah-
langkah yang sedikit berbeda jika belum atau sudah dilakukan dengan
menggunakan program aplikasi terkomputerisasi.
84
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
BAB II
Mekanisme Penyajian Neraca
Neraca RSD
RSD wajib menyusun laporan keuangan sesuai dengan Permendagri 13/2006
untuk disampaikan kepada kepala daerah untuk digabungkan menjadi laporan
keuangan Pemda secara keseluruhan. Jika Pemda telah menyajikan laporan
keuangan sesuai Permendagri dengan cara masih manual tersebut maka
Fasilitator dan counterpart harus mengambil data-data laporan keuangan
tersebut ke Pemda melalui Bendaharawan Umum Daerah (BUD), karena
biasanya laporan keuangan tersebut disentralisasikan ke BUD tersebut. Angka-
angka yang tercantum pada Laporan Keuangan itulah yang menjadi titik tolak
bagi fasilitator dan counterpart dapat meyakini angka-angka yang disajikan telah
sesuai dan layak untuk dimasukkan menjadi angka laporan keuangan RSD.
Inventarisasi Fisik atau Dokumen
Penyusunan neraca merupakan suatu proses pengumpulan data aset dan
kewajiban untuk dilakukan penggolongan, pengukuran, dan pengungkapan
sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan (SAP).
Dari hasil invetarisasi bila terdapat koreksi terhadap angka-angka yang telah
menjadi angka pada laporan keuangan Pemda maka koreksi tersebut tidak
dimasukkan pada angka neraca yang kita susun namun dikoreksi pada saat
tahun berjalan, mengingat angka neraca RSD telah menjadi angka formal pada
laporan keuangan Pemda, sehingga hasil koreksi baru akan berpengaruh pada
penyajian laporan keuangan tahun depan, bukan tahun dimana laporan
keuangan tersebut disusun untuk memenuhi persyaratan menjadi BLUD.
85
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
BAB V
Langkah Kerja
Penyajian neraca bagi Pemda/RSD yang telah menerapkan Permendagri
13/2006 namun masih menggunakan cara manual (belum menggunakan aplikasi
komputer) adalah sebagai berikut:
1. Menentukan ruang lingkup pekerjaan
Pada proses ini perlu ditentukan ruang lingkup pekerjaan penyusunan neraca
awal. Hal ini dibutuhkan agar terdapat kejelasan arah pelaksanaan pekerjaan
dan batasan-batasan yang menjadi asumsi saat penyusunan laporan
keuangan.
2. Pembentukan Tim Penyusunan laporan keuangan
Pelaksanaan pekerjaan penyusunan neraca awal harus dilakukan oleh
sebuah tim yang terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan dengan data-data
dalam rangka penyusunan neraca awal. Pembentukan tim penyusunan
neraca ini penting karena diharapkan akan memunculkan neraca RSD yang
memiliki integritas data yaitu lengkap, akurat dan valid. Kemudian, nilai-nilai
yang akan dicantumkan dalam neraca tersebut membutuhkan pendapat atau
pernyataan dari tim yang kompeten. Misalnya suatu tim dapat terdiri dari
bagian keuangan, bidang akuntansi, bagian perlengkapan yang notabene
lebih tahu kapan, bagaimana dan untuk apa suatu aset tetap digunakan dan
bagian lain yang tekait dengan data-data yang akan disajikan dalam neraca.
Hasil inventarisasi dan pengamatan yang dilakukan atas aset dan kewajiban
dimaksudkan untuk disajikan dalam neraca sehingga perlu ada orang yang
kompeten di bidang akuntansi khususnya akuntansi pemerintahan. Komposisi
semacam ini akan memungkinkan pekerjaan dilakukan secara terarah,
efektif, dan efisien.
86
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
3. Memberikan Penjelasan Teknis Pelaksanaan kepada Tim;
Tim penyesuaian neraca seperti yang disebut sebelumnya berasal dari
berbagai pihak. Latar belakang pengetahuan dan kompetensinya juga
berbeda. Untuk itu perlu adanya penyamaan persepsi tentang pekerjaan
yang dilakukan dan pengaturan mengenai teknis pekerjaan. Dalam langkah
ini juga temasuk penjelasan mengenai formulir yang digunakan dan
mekanisme pengisian formulir. Pemahaman mengenai lingkup pekerjaan
masing-masing juga perlu dijelaskan sehingga pekerjaan dapat dilakukan
dengan baik.
4. Menyiapkan formulir-formulir berikut petunjuk pengisiannya
Pada tahap ini tim mulai menyusun dan menyiapkan formulir-formulir yang
akan digunakan mulai dari tahap inventarisasi sampai dengan formulir yang
mendukung penyelesaian penyusunan laporan keuangan tersebut. Hal
tersebut mencakup juga prosedur penyajian, langkah-langkah dan formulir-
formulir yang digunakan. Langkah-langkah yang jelas dan cara pengisian
formulir yang lengkap akan menyatukan persepsi di lapangan sehingga
memudahkan proses pelaksanaan penyesuaian neraca .
5. Meminta data Laporan Keuangan Pemda yang bersangkutan
Tahap ini dilaksanakan bila SKPD RSD telah memiliki laporan keuangan
sehingga tidak diperlukan penyusunan dari awal tapi dapat mengambil data-
data laporan keuangan SKPD yang terakumulasi pada neraca Pemda. Pada
tahap ini perlu juga dimintakan Buku Kas Umum baik dari Bendaharawan
Penerima maupun Bendaharawan Pengeluaran.
Data laporan keuangan Pemda untuk yang masih manual biasanya
disentralisasi di Bendaharawan Umum Daerah, sehingga kita dapat meminta
datanya ke BUD.
87
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
6. Melaksanakan Inventarisasi Aset dan Kewajiban;
Langkah berikutnya adalah pelaksanaan inventarisasi fisik dan/atau
dokumen. Langkah ini merupakan pengumpulan data untuk keperluan
penyesuaian neraca . Inventarisasi dilakukan dengan menggunakan formulir
yang telah dipersiapkan. Inventarisasi dapat dilakukan dengan
menginventarisasi dokumen atau fisik. Langkah inventarisasi ini merupakan
tahapan yang memakan waktu yang paling lama dari seluruh kegiatan
penyajian neraca.
Langkah – langkah melakukan inventarisasi asset tetap dapat dilihat pada
gambar yang telah disajikan pada Bab II Langkah Kerja di Pedoman
Penyusunan Laporan Keuangan - Neraca
7. Melakukan Penilaian Aset dan Kewajiban sesuai Bukti yang Ada (baik
dengan Perusahaan Appraisal maupun tidak)
Penilaian asset merupakan suatu hal yang penting dalam penyusunan neraca
RSD, namun apakah harus atau tidak menggunakan perusahaan penilai
adalah suatu hal yang perlu menjadi pertimbangan. (dapat dilihat pada
Lampiran III)
8. Pengolahan Data Hasil Inventarisasi;
Data yang diperoleh dari inventarisasi kemudian akan diolah. Pengolahan
data ini berupa penggolongan atau pengelompokan data hasil inventarisasi
sesuai dengan kebutuhan. Data yang tersebar di setiap formulir harus
diklasifikasi menurut ketentuan SAP sehingga memudahkan penyusunan
neraca . Hasil dari kegiatan ini adalah tersajinya data menurut penggolongan
sesuai SAP.
88
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
9. Pembandingan dan Penyesuaian Data Hasil Inventarisasi dengan
Neraca yang sudah Ada;
Informasi yang disajikan dari hasil pengolahan data sebelumnya merupakan
dasar penyesuaian. Penyesuaian dilakukan dengan membandingkan neraca
yang telah ada dengan informasi dari hasil pengolahan data sebelumnya.
Pembandingan ini dilakukan agar dapat dihasilkan koreksi/penyesuaian nilai
dari hasil yang diperoleh dengan neraca yang telah ada sebelumnya.
10. Pembuatan Jurnal Penyesuaian dan Penyajian Aset, Kewajiban, dan
Ekuitas dan Menyusun Neraca.
Setelah seluruh proses penilaian dilakukan maka akhir dari tahap ini adalah
menyajikan akun-akun aset, kewajiban dan ekuitas berikut jumlahnya dalam
format neraca yang terdapat pada Lampiran I. Proses penyajian harus
didukung dengan seluruh dokumen pendukung yang menjadi hasil kerja tim
secara keseluruhan.
Langkah terakhir adalah melakukan koreksi atas neraca yang sudah ada.
Dari langkah sebelumnya telah diperoleh selisih antara pos neraca hasil
inventarisasi dengan yang pos yang telah ada sebelumnya. Selisih ini akan
menjadi koreksi dengan menggunakan jurnal-jural koreksi.
Sebagai catatan bila hasil inventarisasi tidak sesuai dengan angka yang telah
diambil dari Neraca Pemda dan terdapat koreksi, maka hasil koreksi tersebut
tidak langsung digunakan mengoreksi angka neraca yang akan fasilitator
susun namun hanya akan berpengaruh pada periode neraca saat asistensi
dilakukan, sebagai contoh jika kita menyusun Neraca 2007 maka hasil
koreksi atas Neraca 2007 tidak langsung dibebankan pada periode tersebut
namun dikoreksi untuk mempengaruhi periode Neraca 2008.
89
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
BAB VI
Penutup
Penyajian Neraca RSD dapat berupa asumsi-asumsi yang mendasarinya.
Penyusunan dimaksudkan bagi RSD telah menyusun neraca sesuai dengan
Permendagri 13/2006 namun pelaksanaannya belum menggunakan aplikasi
komputer seperti SIMDA.
Penyusunan dan penyesuaian ini perlu dilakukan agar saldo awal tahun 2008
telah sesuai dengan saldo hasil inventarisasi. Penyesuaian pada tahun berjalan
bertujuan agar misalnya jika kita menyusun Neraca tahun 2007 maka saldo yang
telah terlanjur terakumulasi atau kurang disajikan di tahun 2007 tidak terus
terbawa ketahun-tahun berikutnya. Di samping itu penyesuaian dengan
mengoreksi pada tahun berjalan lebih mudah dilakukan karena data yang
dibutuhkan masih up to date.
Dalam penyajian neraca awal ditemui beberapa permasalahan yaitu apakah:
• Inventarisasi fisik atau dokumen;
• Penyajian neraca sekaligus atau bertahap;
• Penilaian aset harus dengan perusahaan penilai (appraisal).
Penyajian neraca tidak harus melalui inventarisasi fisik. Penyajian neraca bukan
audit yang memerlukan langkah pengujian antara dokumen dengan fisik. Oleh
karena itu kalau dokumen sudah lengkap maka dapat digunakan sebagai dasar
penyajian neraca.
Penyajian neraca awal dilakukan pada satu saat (titik waktu) tertentu. Penyajian
seluruh pos neraca disajikan pada tanggal tersebut sehingga tidak dilakukan
secara bertahap.
Selanjutnya mengenai penilaian, Buletin Teknis Nomor 2 tidak mewajibkan
penilaian oleh perusahaan penilai. Bahkan jika menggunakan perusahaan penilai
90
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
hanya diperoleh satu informasi dari tiga informasi yang dibutuhkan dari tim yang
kompeten di bidang aset tetap. Oleh karena itu penggunaan tim yang kompeten
yang berasal dari entitas RSD sendiri lebih baik.
Pelaksanaan penyajian dilakukan oleh tim sehingga perlu adanya pembentukan
tim yang berasal dari berbagai pihak yang terkait. Agar ada pemahaman yang
sama dalam tim maka perlu adanya penjelasan mengenai pekerjaan kemudian
dilanjutkan dengan pelaksanaan inventarisasi dan pengolahan data. Hasil
pengolahan data dibandingkan dengan pos neraca yang sudah ada kemudian
dibuatkan jurnal koreksi untuk mengubah saldo tahun berjalan sehingga tidak
terbawa ke tahun-tahun berikutnya.
91
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
LAMPIRAN V
Penjelasan tambahan bagi RSD yang telah menyusun Laporan Keuangan
secara utuh sesuai Permendagri No.13/2006 dan telah menggunakan
aplikasi komputer (misal: SIMDA)
BAB I
Pendahuluan
Saat ini telah banyak Pemda dalam pengelolaan keuangan telah menerapkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006.namun masih dilakukan
secara manual dalam arti Pemda yang bersangkutan dalam menyusun laporan
keuangannya belum menggunakan suatu aplikasi komputer tertentu.
Pengelolaan keuangan menurut Permendagri 13 meliputi proses penganggaran,
pelaksanaan, dan pertanggung jawaban pelaksanaan. Proses ini juga dilengkapi
dengan formulir-formulir yang digunakan dan akhir seluruh proses diharapkan
RSD dapat menyajikan pertanggungjawaban menjadi bagian laporan keuangan
SKPD yang akan dikonsolidasi menjadi laporan keuangan Pemda.
Dalam Permendagri 13 diatur proses akuntansi untuk dapat menghasilkan
laporan keuangan akhir tahun anggaran 2007 dan tahun anggaran berikutnya.
Proses ini dirancang sedemikian rupa sehingga RSD mampu menghasilkan
neraca, laporan realisasi anggaran, dan catatan atas laporan keuangan.
Namun sebagai fasilitator dan bersama counterpart harus melakukan langkah-
langkah yang sedikit berbeda jika belum atau sudah dilakukan dengan
menggunakan program aplikasi terkomputerisasi.
92
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
BAB II
Mekanisme Penyajian Neraca
Neraca RSD
RSD wajib menyusun laporan keuangan sesuai dengan Permendagri 13/2006
untuk disampaikan kepada kepala daerah untuk digabungkan menjadi laporan
keuangan Pemda secara keseluruhan. Jika Pemda telah menyajikan laporan
keuangan sesuai Permendagri dengan menggunakan software/aplikasi komputer
maka Fasilitator dan counterpart dapat mengambil data tersebut langsung ke
komputer RSD atau ke Pemda, Kita dapat melakukan download data-data
tersebut dengan mem-break down laporan keuangan yang telah terakumulasi
tersebut dan mengambil angka-angka yang terkait dengan data RSD saja.
Angka-angka yang tercantum pada Laporan Keuangan itulah yang menjadi titik
tolak bagi fasilitator dan counterpart dapat meyakini angka-angka yang disajikan
telah sesuai dan layak untuk dimasukkan menjadi angka laporan keuangan
RSD.
Inventarisasi Fisik atau Dokumen
Penyusunan neraca merupakan suatu proses pengumpulan data aset dan
kewajiban untuk dilakukan penggolongan, pengukuran, dan pengungkapan
sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan (SAP).
Dari hasil invetarisasi bila terdapat koreksi terhadap angka-angka yang telah
menjadi angka pada laporan keuangan Pemda maka koreksi tersebut tidak
dimasukkan pada angka neraca yang kita susun namun dikoreksi pada saat
tahun berjalan, mengingat angka neraca RSD telah menjadi angka formal pada
laporan keuangan Pemda, sehingga hasil koreksi baru akan berpengaruh pada
penyajian laporan keuangan tahun depan, bukan tahun dimana laporan
keuangan tersebut disusun untuk memenuhi persyaratan menjadi BLUD.
93
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
BAB V
Langkah Kerja
Penyajian neraca bagi Pemda/RSD yang telah menerapkan Permendagri
13/2006 dan telah menggunakan aplikasi terkomputerisasi adalah sebagai
berikut:
1. Menentukan ruang lingkup pekerjaan
Pada proses ini perlu ditentukan ruang lingkup pekerjaan penyusunan neraca
awal. Hal ini dibutuhkan agar terdapat kejelasan arah pelaksanaan pekerjaan
dan batasan-batasan yang menjadi asumsi saat penyusunan laporan
keuangan.
2. Pembentukan Tim Penyusunan laporan keuangan
Pelaksanaan pekerjaan penyusunan neraca awal harus dilakukan oleh
sebuah tim yang terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan dengan data-data
dalam rangka penyusunan neraca awal. Pembentukan tim penyusunan
neraca ini penting karena diharapkan akan memunculkan neraca RSD yang
memiliki integritas data yaitu lengkap, akurat dan valid. Kemudian, nilai-nilai
yang akan dicantumkan dalam neraca tersebut membutuhkan pendapat atau
pernyataan dari tim yang kompeten. Misalnya suatu tim dapat terdiri dari
bagian keuangan, bidang akuntansi, bagian perlengkapan yang notabene
lebih tahu kapan, bagaimana dan untuk apa suatu aset tetap digunakan dan
bagian lain yang tekait dengan data-data yang akan disajikan dalam neraca.
Hasil inventarisasi dan pengamatan yang dilakukan atas aset dan kewajiban
dimaksudkan untuk disajikan dalam neraca sehingga perlu ada orang yang
kompeten di bidang akuntansi khususnya akuntansi pemerintahan. Komposisi
semacam ini akan memungkinkan pekerjaan dilakukan secara terarah,
efektif, dan efisien.
94
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
3. Memberikan Penjelasan Teknis Pelaksanaan kepada Tim;
Tim penyesuaian neraca seperti yang disebut sebelumnya berasal dari
berbagai pihak. Latar belakang pengetahuan dan kompetensinya juga
berbeda. Untuk itu perlu adanya penyamaan persepsi tentang pekerjaan
yang dilakukan dan pengaturan mengenai teknis pekerjaan. Dalam langkah
ini juga temasuk penjelasan mengenai formulir yang digunakan dan
mekanisme pengisian formulir. Pemahaman mengenai lingkup pekerjaan
masing-masing juga perlu dijelaskan sehingga pekerjaan dapat dilakukan
dengan baik.
4. Menyiapkan formulir-formulir berikut petunjuk pengisiannya
Pada tahap ini tim mulai menyusun dan menyiapkan formulir-formulir yang
akan digunakan mulai dari tahap inventarisasi sampai dengan formulir yang
mendukung penyelesaian penyusunan laporan keuangan tersebut. Hal
tersebut mencakup juga prosedur penyajian, langkah-langkah dan formulir-
formulir yang digunakan. Langkah-langkah yang jelas dan cara pengisian
formulir yang lengkap akan menyatukan persepsi di lapangan sehingga
memudahkan proses pelaksanaan penyesuaian neraca .
5. Meminta data Laporan Keuangan Pemda yang bersangkutan
Pada tahap ini mirip dengan tahap yang telah dijabarkan pada lampiran
sebelumnya namun perbedaannya adalah kita harus mengambil datanya dari
tempat data tersebut disimpan (men-download), dan yang paling akurat
tentunya data tersebut terlebih dulu kita peroleh dari Pemda, karena angka
Neraca RSD yang terakumulasi tersebut telah menjadi bagian dari bentuk
akuntabilitas Pemda. Bila RSD dapat menyajikan Neraca tersebut melalui
komputer yang ada pada RSD, kita tetap harus meyakinkan terlebih dulu
apakah data yang terdapat pada Neraca di komputer RSD tersebut sama
dengan data Neraca yang ada pada komputer yang ada di Pemda, jika tidak
95
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
sama kita harus mencari tahu mengapa terjadi perbedaan, apakah
perbedaan tersebut terjadi saat data dikonversi /dikonsolidasi di Pemda atau
telah terjadi perubahan di tingkat SKPD RSD namun belum di-update pada
komputer Pemda.
6. Melaksanakan Inventarisasi Aset dan Kewajiban;
Langkah berikutnya adalah pelaksanaan inventarisasi fisik dan/atau
dokumen. Langkah ini merupakan pengumpulan data untuk keperluan
penyesuaian neraca . Inventarisasi dilakukan dengan menggunakan formulir
yang telah dipersiapkan. Inventarisasi dapat dilakukan dengan
menginventarisasi dokumen atau fisik. Langkah inventarisasi ini merupakan
tahapan yang memakan waktu yang paling lama dari seluruh kegiatan
penyajian neraca.
Langkah – langkah melakukan inventarisasi asset tetap dapat dilihat pada
gambar yang telah disajikan pada Bab II Langkah Kerja di Pedoman
Penyusunan Laporan Keuangan - Neraca
7. Melakukan Penilaian Aset dan Kewajiban sesuai Bukti yang Ada (baik
dengan Perusahaan Appraisal maupun tidak)
Penilaian asset merupakan suatu hal yang penting dalam penyusunan neraca
RSD, namun apakah harus atau tidak menggunakan perusahaan penilai
adalah suatu hal yang perlu menjadi pertimbangan. (dapat dilihat pada
Lampiran III)
8. Pengolahan Data Hasil Inventarisasi;
Data yang diperoleh dari inventarisasi kemudian akan diolah. Pengolahan
data ini berupa penggolongan atau pengelompokan data hasil inventarisasi
sesuai dengan kebutuhan. Data yang tersebar di setiap formulir harus
diklasifikasi menurut ketentuan SAP sehingga memudahkan penyusunan
96
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
neraca . Hasil dari kegiatan ini adalah tersajinya data menurut penggolongan
sesuai SAP.
9. Pembandingan dan Penyesuaian Data Hasil Inventarisasi dengan
Neraca yang sudah Ada (Neraca Pemda)
Penting disini diingat bahwa Hasil inventarisasi adalah hasiI yang dapat
dipertanggungjawabkan, karena kitalangsung melakukan pengecekkan
terhadap keberadaan suatu asset/kewajiban, namun terlepas dari itu kita
tetap menjadikan angka yang telah disajikan pada Neraca Pemda/RSD
adalah angka yang menjadi titik tolak untuk disajikan pada Neraca yang kita
susun, jadi sebenarnya bila RSD telah menyusun Laporan keuangan
terkomputerisasi akan sedikit mempermudah fasilitator dan counterpart dalam
langkah selanjutnya. Untuk itu informasi yang disajikan dari hasil pengolahan
data sebelumnya merupakan dasar penyesuaian. Penyesuaian dilakukan
dengan membandingkan neraca yang telah ada dengan informasi dari hasil
pengolahan data sebelumnya. Pembandingan ini dilakukan agar dapat
dihasilkan koreksi/penyesuaian nilai dari hasil yang diperoleh dengan neraca
yang telah ada sebelumnya yang kemudian akan kita koreksi pada tahun
berjalan.
10. Pembuatan Jurnal Penyesuaian dan Penyajian Aset, Kewajiban, dan
Ekuitas dan Menyusun Neraca.
Setelah seluruh proses penilaian dilakukan maka akhir dari tahap ini adalah
menyajikan akun-akun aset, kewajiban dan ekuitas berikut jumlahnya dalam
format neraca yang terdapat pada Lampiran I. Proses penyajian harus
didukung dengan seluruh dokumen pendukung yang menjadi hasil kerja tim
secara keseluruhan.
Langkah terakhir adalah melakukan koreksi atas neraca yang sudah ada.
Dari langkah sebelumnya telah diperoleh selisih antara pos neraca hasil
97
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
inventarisasi dengan yang pos yang telah ada sebelumnya. Selisih ini akan
menjadi koreksi dengan menggunakan jurnal-jural koreksi.
Sebagai catatan bila hasil inventarisasi tidak sesuai dengan angka yang telah
diambil dari Neraca Pemda dan terdapat koreksi, maka hasil koreksi tersebut
tidak langsung digunakan mengoreksi angka neraca yang akan fasilitator
susun namun hanya akan berpengaruh pada periode neraca saat asistensi
dilakukan, sebagai contoh jika kita menyusun Neraca 2007 maka hasil
koreksi atas Neraca 2007 tidak langsung dibebankan pada periode tersebut
namun dikoreksi untuk mempengaruhi periode Neraca 2008.
98
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
BAB VI
Penutup
Penyajian Neraca RSD dapat berupa asumsi-asumsi yang mendasarinya.
Penyusunan dimaksudkan bagi RSD telah menyusun neraca sesuai dengan
Permendagri 13/2006 namun pelaksanaannya belum menggunakan aplikasi
komputer seperti SIMDA.
Penyusunan dan penyesuaian ini perlu dilakukan agar saldo awal tahun 2008
telah sesuai dengan saldo hasil inventarisasi. Penyesuaian pada tahun berjalan
bertujuan agar misalnya jika kita menyusun Neraca tahun 2007 maka saldo yang
telah terlanjur terakumulasi atau kurang disajikan di tahun 2007 tidak terus
terbawa ketahun-tahun berikutnya. Di samping itu penyesuaian dengan
mengoreksi pada tahun berjalan lebih mudah dilakukan karena data yang
dibutuhkan masih up to date.
Dalam penyajian neraca awal ditemui beberapa permasalahan yaitu apakah:
• Inventarisasi fisik atau dokumen;
• Penyajian neraca sekaligus atau bertahap;
• Penilaian aset harus dengan perusahaan penilai (appraisal).
Penyajian neraca tidak harus melalui inventarisasi fisik. Penyajian neraca bukan
audit yang memerlukan langkah pengujian antara dokumen dengan fisik. Oleh
karena itu kalau dokumen sudah lengkap maka dapat digunakan sebagai dasar
penyajian neraca.
Penyajian neraca awal dilakukan pada satu saat (titik waktu) tertentu. Penyajian
seluruh pos neraca disajikan pada tanggal tersebut sehingga tidak dilakukan
secara bertahap.
Selanjutnya mengenai penilaian, Buletin Teknis Nomor 2 tidak mewajibkan
penilaian oleh perusahaan penilai. Bahkan jika menggunakan perusahaan penilai
99
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
hanya diperoleh satu informasi dari tiga informasi yang dibutuhkan dari tim yang
kompeten di bidang aset tetap. Oleh karena itu penggunaan tim yang kompeten
yang berasal dari entitas RSD sendiri lebih baik.
Pelaksanaan penyajian dilakukan oleh tim sehingga perlu adanya pembentukan
tim yang berasal dari berbagai pihak yang terkait. Agar ada pemahaman yang
sama dalam tim maka perlu adanya penjelasan mengenai pekerjaan kemudian
dilanjutkan dengan pelaksanaan inventarisasi dan pengolahan data. Hasil
pengolahan data dibandingkan dengan pos neraca yang sudah ada kemudian
dibuatkan jurnal koreksi untuk mengubah saldo tahun berjalan sehingga tidak
terbawa ke tahun-tahun berikutnya.
TIM PENYUSUN
Pengarah : Ardan Adiperdana
Penanggungjawab : Kasminto
Koordinator : 1. Erwin
2. Zainal Asrul
Tim Kerja : 1. Ramli M. Sihombing
2. Robert Paul
3. Sudarni
4. Neneng Lies Mustika
5. Mujono
6. Dwi Any Haryati
7. Maladi
8. Yuswan Farmanta
9. Sukardi
10. Juli Winarto
11. Kustoro
12. Hisam Wahyudi