31
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KARET TAHUN 2013

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet

PENINGKATAN PRODUKSI,

PRODUKTIVITAS DAN MUTU

TANAMAN TAHUNAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012

PEDOMAN TEKNIS

PENGEMBANGAN TANAMAN KARET

TAHUN 2013

Page 2: Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet

iiiPedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013 Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan

KATA PENGANTAR

Pengembangan perkebunan karet memberikan peranan penting bagi perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber devisa, sumber bahan baku industri, sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta sebagai pengembangan pusat-pusat pertumbuhan perekonomian di daerah dan sekaligus berperan dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Kegiatan Perluasan Tanaman Karet Rakyat Non Revitalisasi di Wilayah Perbatasan, Pasca Konflik dan Bencana Alam, dimaksudkan untuk mendukung program percepatan perluasan karet rakyat di wilayah perbatasan, pasca konflik dan bencana alam yang merupakan salah satu upaya untuk pengentasan kemiskinan melalui peningkatan pendapatan yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan juga dapat mengamankan wilayah tapal batas antara Indonesia dan Malaysia.

Dalam rangka terwujudnya pemahaman dan persepsi yang sama untuk pelaksanaan kegiatan Perluasan Tanaman Karet Rakyat tahun 2013, maka perlu disusun buku Pedoman Teknis kegiatan tersebut yang diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi penanggung jawab kegiatan baik di Pusat maupun Daerah. Selanjutnya pedoman ini dijabarkan lebih rinci dalam Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) di tingkat

i

Page 3: Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet

iv Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiiDAFTAR LAMPIRAN iv

I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1B. Sasaran Nasional 4

C. Tujuan 5

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN 5 A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan 5 B. Spesifikasi Teknis 9

III. PELAKSANAAN KEGIATAN 11 A. Ruang Lingkup 11 B. Pelaksana Kegiatan 13 C. Lokasi, Jenis dan Volume 14 D. Simpul Kritis 15

IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN

16

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN

17

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN 18

VII. PEMBIAYAAN 21

VIII. PENUTUP 21

LAMPIRAN 22

iii

Provinsi dan Petunjuk Teknis (JUKNIS) di tingkat Kabupaten/Kota.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya pedoman ini, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, Desember 2012 Direktur Jenderal Perkebunan

Ir. Gamal Nasir, MS NIP. 19560728 198603 1 001

ii

Page 4: Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet

vPedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013 Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiiDAFTAR LAMPIRAN iv

I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1B. Sasaran Nasional 4

C. Tujuan 5

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN 5 A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan 5 B. Spesifikasi Teknis 9

III. PELAKSANAAN KEGIATAN 11 A. Ruang Lingkup 11 B. Pelaksana Kegiatan 13 C. Lokasi, Jenis dan Volume 14 D. Simpul Kritis 15

IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN

16

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN

17

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN 18

VII. PEMBIAYAAN 21

VIII. PENUTUP 21

LAMPIRAN 22

iii

Page 5: Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet

vi Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Lokasi Kegiatan Perluasan

Tanaman Karet di Wilayah

Spesifik Tahun 2013 ……………… 22

Lampiran 2. Lokasi Kegiatan Peremajaan

Tanaman Karet

Tahun 2013 ………………………….. 23

iv

Page 6: Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet

1Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kedua penghasil karet alam di dunia (sekitar 28 persen dari produksi karet dunia di tahun 2010), sedikit di belakang Thailand (sekitar 30 persen). Pengembangan karet Indonesia dalam kurun waktu 3 dekade mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, peningkatan ekspor karet cukup signifikan, dari volume ekspor tahun 2002 sebesar 1.496 ribu ton senilai US$ 1.038 juta meningkat menjadi 2.100 ribu ton pada tahun 2009 Sedangkan dari aspek penyerapan tenaga kerja, pertanaman karet mampu menyerap lebih dari 2 juta tenaga kerja, belum termasuk tenaga kerja yang terserap dalam berbagai sub sistem lainnya.

Tanaman karet merupakan tanaman tahunan yang mampu memberikan manfaat dalam pelestarian lingkungan, terutama dalam hal penyerapan CO2 dan penghasil O2. Bahkan ke depan, tanaman karet merupakan sumber kayu yang potensial yang dapat mensubtitusi kebutuhan kayu hutan alam yang dari tahun ke tahun ketersediaannya semakin menurun.

1

Page 7: Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet

2 Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan

Dengan semakin meningkatnya industri otomotif di kawasan Asia, dan kawasan lain di dunia diharapkan hal ini juga meningkatkan permintaan akan karet alami. Namun demikian manakala dililhat dari sisi usaha budidaya tanaman karet seluas 3.445 ribu Ha, sekitar 2.934 ribu Ha (85%) merupakan perkebunan rakyat dengan kondisi kebun sebagian besar merupakan tanaman karet tua yang kurang terawat (tidak dipupuk), menggunakan benih asalan, mutu bokar yang rendah sehingga menghasilkan produktivitas yang masih jauh dibawah potensi normal. produktivitas kebun yang diolah oleh pengusaha kecil/petani sekitar 30 persen lebih rendah dari perkebunan swasta besar/BUMN. Hal ini mempunyai dampak pada profitabilitas dari rantai nilai perkebunan secara keseluruhan.

Pada tahun 2011 produktivitas Kebun Karet Rakyat baru mencapai 926 Kg/Ha/Tahun bila dibandingkan dengan perkebunan Negara telah mencapai 1.327 Kg/Ha/Tahun dan Perkebunan Besar Swasta mencapai 1.565 Kg/Ha/Tahun.

Guna mendukung keberhasilan pengembangan karet rakyat, maka pada tahun 2012 pemerintah melanjutkan upaya peningkatan produktivitas melalui Perluasan Karet Rakyat di wilayah perbatasan, pasca

3

Pengembangan perkebunan karet yang dilakukan pada wilayah-wilayah bukaan baru terbukti telah menjadi penggerak perekonomian wilayah dengan berbagai multiplier effect. Data empiris membuktikan bahwa dengan banyaknya pengembangan perkebunan karet di wilayah baru yang sebelumnya terpencil telah berubah dan berkembang menjadi pusat perekonomian baru.

Di masa depan, permintaan akan karet alami dan karet sintetik masih cukup signifikan, karena didorong oleh pertumbuhan industri otomotif yang tentunya memerlukan ban yang berbahan baku karet sintetik dan karet alami. Harga karet sintetik yang terbuat dari minyak bumi akan sangat berfluktuasi terhadap perubahan harga minyak dunia.

Demikian pula dengan harga karet alam yang akan tergantung pada harga minyak dunia oleh karena karet alami dan karet sintetik adalah barang yang saling melengkapi (complementary goods). Terlebih dengan penggunaan minyak bumi sebagai sumber energi untuk pengolahan kedua jenis karet tersebut, maka tentunya harga karet alami dan karet sintetik sangat tergantung dengan kondisi harga minyak dunia.

2

Page 8: Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013 3Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan

Dengan semakin meningkatnya industri otomotif di kawasan Asia, dan kawasan lain di dunia diharapkan hal ini juga meningkatkan permintaan akan karet alami. Namun demikian manakala dililhat dari sisi usaha budidaya tanaman karet seluas 3.445 ribu Ha, sekitar 2.934 ribu Ha (85%) merupakan perkebunan rakyat dengan kondisi kebun sebagian besar merupakan tanaman karet tua yang kurang terawat (tidak dipupuk), menggunakan benih asalan, mutu bokar yang rendah sehingga menghasilkan produktivitas yang masih jauh dibawah potensi normal. produktivitas kebun yang diolah oleh pengusaha kecil/petani sekitar 30 persen lebih rendah dari perkebunan swasta besar/BUMN. Hal ini mempunyai dampak pada profitabilitas dari rantai nilai perkebunan secara keseluruhan.

Pada tahun 2011 produktivitas Kebun Karet Rakyat baru mencapai 926 Kg/Ha/Tahun bila dibandingkan dengan perkebunan Negara telah mencapai 1.327 Kg/Ha/Tahun dan Perkebunan Besar Swasta mencapai 1.565 Kg/Ha/Tahun.

Guna mendukung keberhasilan pengembangan karet rakyat, maka pada tahun 2012 pemerintah melanjutkan upaya peningkatan produktivitas melalui Perluasan Karet Rakyat di wilayah perbatasan, pasca

3

Page 9: Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet

4 Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan

C. Tujuan

Tujuan kegiatan pengembangan karet tahun 2013 yaitu:

a. Percepatan peremajaan karet rakyat didaerah sentra-sentra produksi dan pelaksanaan perluasan karet rakyat di wilayah perbatasan, eks Proyek PIR dan wilayah konflik, wilayah tertinggal dan daerah bencana alam.

b. Peningkatan produksi dan produktivitas karet rakyat.

c. Peningkatan pendapatan masyarakat melalui pengembangan karet rakyat, memperluas kesempatan dan peluang kerja.

d. Pemanfaatan lahan diantara karet untuk dengan tanaman sela

e. Menjaga kelestarian lingkungan hidup.

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan

1. Pendekatan pelaksanaan kegiatan pengembangan dilakukan melalui pendekatan teknis seperti yang dilakukan selama ini dan pendekatan sosial budaya yang mampu merangsang perubahan sikap, perilaku dan peran serta petani

5

konflik dan bencana alam serta peremajaan karet sebagai salah satu kegiatan untuk petani karet yang belum mampu akses kepada perbankan atau sumber pembiayaan lainnya.

Berkaitan dengan pelaksanaan pengem-bangan karet tahun 2013, dipandang perlu disusun Pedoman Teknis Pengembangan Karet tahun 2013 yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut di lapangan.

B. Sasaran Nasional Sasaran Nasional dalam rangka pengembangan sub sektor perkebunan secara berkelanjutan dilaksanakan melalui meningkatan peran serta pemerintah melalui penyaluran bantuan benih untuk Pengembangan Karet Rakyat yang mampu mendorong partisipasi petani secara optimal yang dapat membawa perubahan dan dinamisasi kesejahteraan petani dan pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas karet secara nasional.

4

Page 10: Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013 5Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan

C. Tujuan

Tujuan kegiatan pengembangan karet tahun 2013 yaitu:

a. Percepatan peremajaan karet rakyat didaerah sentra-sentra produksi dan pelaksanaan perluasan karet rakyat di wilayah perbatasan, eks Proyek PIR dan wilayah konflik, wilayah tertinggal dan daerah bencana alam.

b. Peningkatan produksi dan produktivitas karet rakyat.

c. Peningkatan pendapatan masyarakat melalui pengembangan karet rakyat, memperluas kesempatan dan peluang kerja.

d. Pemanfaatan lahan diantara karet untuk dengan tanaman sela

e. Menjaga kelestarian lingkungan hidup.

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan

1. Pendekatan pelaksanaan kegiatan pengembangan dilakukan melalui pendekatan teknis seperti yang dilakukan selama ini dan pendekatan sosial budaya yang mampu merangsang perubahan sikap, perilaku dan peran serta petani

5

Page 11: Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet

6 Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan

Pemerintah Daerah (Bupati) setempat atau Kepala Dinas yang membidangi perkebunan Kabupaten setempat;

4. Calon Lahan (CL), adalah lahan milik petani seperti pada butir 2, yang tidak dalam sengketa dan secara teknis memenuhi persyaratan agroklimat;

5. Kriteria Calon Petani dan Calon Lahan (CP/CL) dapat diatur lebih rinci dalam Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) yang disusun oleh Provinsi sesuai dengan kondisi wilayah yang ada, kemudian diatur secara spesifik dalam Petunjuk Teknis (JUKNIS) oleh Kabupaten/Kota sesuai kondisi petani dan budaya setempat;

6. Standar Teknis: a. Peremajaan karet dilakukan pada

kebun atau pertanaman karet yang produksinya rendah dengan kriteria: 1) Kondisi tanaman tua/rusak/ tidak

menggunakan bahan tanaman unggul.

2) Tingkat kerusakan bidang sadap minimal 60%.

3) Produksi per ha dibawah batas minimum nilai ekonomis.

7

yang disinergiskan dengan program pembangunan dan pengembangan Pertanian di Kabupaten/Kota;

2. Daerah sasaran kegiatan pengembangan karet :

a. Daerah sasaran peremajaan karet rakyat adalah daerah sentra produksi karet yang diutamakan pada daerah yang pertanaman karetnya sudah tua/rusak/bahan tanamnya tidak unggul dan produksinya rendah.

b. Daerah sasaran perluasan karet adalah wilayah spesifik yaitu wilayah perbatasan, pasca konflik, pasca/rawan bencana, rawan sosial dan daerah miskin atau tertinggal;

c. Demplot karet merupakan percontohan mengenai pemanfaatan lahan diantara tanaman karet pada saat peremajaan, dengan jarak tanam yang disesuaikan (20 x 3 mm ).

3. Petani atau kelompok tani sasaran adalah petani /pekebun/ kelompok tani didaerah sasaran seperti pada butir 1, yang telah diseleksi. Selanjutnya Calon Petani (CP) yang telah diseleksi ditetapkan oleh

6

Page 12: Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013 7Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan

Pemerintah Daerah (Bupati) setempat atau Kepala Dinas yang membidangi perkebunan Kabupaten setempat;

4. Calon Lahan (CL), adalah lahan milik petani seperti pada butir 2, yang tidak dalam sengketa dan secara teknis memenuhi persyaratan agroklimat;

5. Kriteria Calon Petani dan Calon Lahan (CP/CL) dapat diatur lebih rinci dalam Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) yang disusun oleh Provinsi sesuai dengan kondisi wilayah yang ada, kemudian diatur secara spesifik dalam Petunjuk Teknis (JUKNIS) oleh Kabupaten/Kota sesuai kondisi petani dan budaya setempat;

6. Standar Teknis: a. Peremajaan karet dilakukan pada

kebun atau pertanaman karet yang produksinya rendah dengan kriteria: 1) Kondisi tanaman tua/rusak/ tidak

menggunakan bahan tanaman unggul.

2) Tingkat kerusakan bidang sadap minimal 60%.

3) Produksi per ha dibawah batas minimum nilai ekonomis.

7

Page 13: Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet

8 Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan

8. Seluruh tahapan kegiatan yang dilakukan oleh petani melalui Kelompok Tani dilaksanakan dengan bimbingan oleh Petugas Daerah yang ditunjuk.

B. Spesifikasi Teknis

Spesifikasi teknis benih karet yang digunakan adalah klon unggul bermutu dalam polybag dengan kriteria sebagai berikut:

1. Klon anjuran untuk wilayah kering (curah hujan rata-rata <1.500 mm/tahun, 3 – 4 bulan kering), klon yang direkomendasikan:a. BPM 107 sesuai Keputusan Menteri

Pertanian Nomor 415/Kpts/SR.120/8/2003.

b. BPM 109 sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 416/Kpts/SR.120/8/2003.

c. AVROS 2037 sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 14/Kpts/TP.240/1/1995.

d. BPM 1 sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 12/Kpts/TP.240/1/1995.

e. PB 330 sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 340/Kpts/SR.120/3/2008.

9

a) Kerapatan tanaman kurang dari 100 pohon/ha atau melebihi 800 pohon/ha.

b. Perluasan karet dilaksanakan pada daerah-daerah secara agroklimat sesuai untuk pengembangan PerluasanTanaman Karet dengan kriteria sebagai berikut 1) Di utamakan di wilayah

perbatasan, pasca konflik dan bencana alam;

2) Pengadaan benih karet unggul bermutu;

3) Pengawalan pelaksanaan kegiatan oleh petugas Dinas yang membidangi perkebunan, baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten serta oleh petugas pusat.

7. Paket bantuan merupakan hibah dan pelaksanaan pengadaan benih karet (siap tanam) dan atau saprodi lainnya mengacu kepada PEDOMAN PENGADAAN DAN PENGELOLAAN BARANG DAN JASA LINGKUP SATKER DITJEN PERKEBUNAN TAHUN 2013 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian.

Sedangkan khusus untuk demplot tumpang sari karet dengan tanaman pangan mendapat bantuan paket penuh;

8

Page 14: Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013 9Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan

8. Seluruh tahapan kegiatan yang dilakukan oleh petani melalui Kelompok Tani dilaksanakan dengan bimbingan oleh Petugas Daerah yang ditunjuk.

B. Spesifikasi Teknis

Spesifikasi teknis benih karet yang digunakan adalah klon unggul bermutu dalam polybag dengan kriteria sebagai berikut:

1. Klon anjuran untuk wilayah kering (curah hujan rata-rata <1.500 mm/tahun, 3 – 4 bulan kering), klon yang direkomendasikan:a. BPM 107 sesuai Keputusan Menteri

Pertanian Nomor 415/Kpts/SR.120/8/2003.

b. BPM 109 sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 416/Kpts/SR.120/8/2003.

c. AVROS 2037 sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 14/Kpts/TP.240/1/1995.

d. BPM 1 sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 12/Kpts/TP.240/1/1995.

e. PB 330 sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 340/Kpts/SR.120/3/2008.

9

Page 15: Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet

10 Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan

3. Klon anjuran untuk wilayah basah (curah hujan rata-rata >3.000 mm/tahun), klon yang direkomendasikan: RRIC 100 sesuai Keputusan Menteri Pertanian No. 17/Kpts/TP.240/1/1995.

4. Klon anjuran batang bawah yaitu AVROS 2037, GT 1, LCB 1320, PR 228, PR 300, PB 260, RRIC 100, BPM 24 dan PB 330.

5. Klon anjuran batang atas: - Klon penghasil lateks : IRR 104, IRR

112, IRR 118, IRR 220, BPM 24, PB 260, PB 330 dan PB 340.

- Klon penghasil lateks-kayu : IRR 5, IRR 39, IRR 42, IRR 107, IRR 119, dan RRIC 100.

6. Klon-klon yang direkomendasikan pada periode sebelumnya seperti GT 1, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, bukan berarti tidak boleh ditanam, tetapi dapat digunakan dengan beberapa pertimbangan antara lain dengan memperhatikan kondisi agroekosistem, bentuk produk yang diharapkan dan luas areal yang sudah ditanami klon tersebut

7. Ukuran polybag sesuai ketentuan teknis.

11

f. IRR 32 sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 312/Kpts/SR.120/8/2005.

g. IRR 39 sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 313/Kpts/SR.120/8/2005.

h. IRR 118 sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 315/Kpts/SR.120/8/2005.

2. Klon anjuran untuk wilayah sedang (curah hujan rata-rata 1.500-3000 mm/tahun, 0 - 2 bulan kering), klon yang direkomendasikan:a. BPM 24 sesuai Keputusan Menteri

Pertanian Nomor 11/Kpts/TP.240/1/1995.

b. BPM 107 sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 415/Kpts/SR.120/8/2003.

c. BPM 109 sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 416/Kpts/SR.120/8/2003.

d. PB 260 sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 417/Kpts/SR.120/8/2003.

e. PR 261 sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 09/Kpts/TP.240/1/1995.

f. PR 255 sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 09/Kpts/TP.240/1/1995.

10

Page 16: Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013 11Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan

3. Klon anjuran untuk wilayah basah (curah hujan rata-rata >3.000 mm/tahun), klon yang direkomendasikan: RRIC 100 sesuai Keputusan Menteri Pertanian No. 17/Kpts/TP.240/1/1995.

4. Klon anjuran batang bawah yaitu AVROS 2037, GT 1, LCB 1320, PR 228, PR 300, PB 260, RRIC 100, BPM 24 dan PB 330.

5. Klon anjuran batang atas: - Klon penghasil lateks : IRR 104, IRR

112, IRR 118, IRR 220, BPM 24, PB 260, PB 330 dan PB 340.

- Klon penghasil lateks-kayu : IRR 5, IRR 39, IRR 42, IRR 107, IRR 119, dan RRIC 100.

6. Klon-klon yang direkomendasikan pada periode sebelumnya seperti GT 1, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, bukan berarti tidak boleh ditanam, tetapi dapat digunakan dengan beberapa pertimbangan antara lain dengan memperhatikan kondisi agroekosistem, bentuk produk yang diharapkan dan luas areal yang sudah ditanami klon tersebut

7. Ukuran polybag sesuai ketentuan teknis.

11

Page 17: Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet

12 Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan

c. Membahas penetapan Calon Petani dan Calon Lahan (CP/CL);

d. Memonitor proses penetapan Calon Petani dan Calon Lahan (CP/CL);

e. Melakukan konsultasi, Koordinasi, bimbingan, pembinaan dan pengawalan kegiatan Peremajaan Karet Rakyat;

f. Melakukan monitoring dan evaluasi;

g. Menyusun laporan perkembangan kegiatan setiap bulan.

3. Kegiatan Kabupaten a. Menetapkan SATKER, Pejabat KPA,

P2K, Bendahara, Tim Teknis, dan lain-lain yang terkait dengan kegiatan Tugas Pembantuan oleh Bupati/Walikota;

b. Menyusun Petunjuk Teknis (Juknis);

c. Melakukan sosialisasi kepada Pemerintah Daerah (Pemda) dan petani calon penerima bantuan dalam rangka menyamakan persepsi tentang kegiatan Peremajaan Karet Rakyat;

d. Membahas penetapan Calon Petani dan Calon Lahan (CP/CL);

e. Melakukan penetapan Calon Petani dan Calon Lahan (CP/CL);

13

III. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Ruang Lingkup Ruang lingkup kegiatan pengembangan karet meliputi peremajaan karet rakyat, perluasan karet rakyat di wilayah perbatasan, pasca konflik dan bencana alam dan demplot tumpang sari karet dengan tanaman pangan meliputi:

1. Kegiatan Pusat Pelaksanaan kegiatan perluasan karet rakyat di Pusat (Direktorat Jenderal Perkebunan), meliputi : a. Pelaksanaan workshop dan

penyusunan pedoman; b. Sosialisasi, koordinasi, bimbingan,

pengawalan, monitoring dan evaluasi yang diwujudkan dalam bentuk perjalanan dinas ke provinsi dan kabupaten pelaksana kegiatan ini;

c. Menyusun Laporan Akhir Kegiatan

2. Kegiatan Provinsi a. Menetapkan Tim Pembina dan

Menyusun Petunjuk Pelaksanaan;

b. Melakukan sosialisasi ke Kabupaten dalam rangka menyamakan persepsi tentang pelaksanaan kegiatan Peremajaan Karet Rakyat;

12

Page 18: Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013 13Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan

c. Membahas penetapan Calon Petani dan Calon Lahan (CP/CL);

d. Memonitor proses penetapan Calon Petani dan Calon Lahan (CP/CL);

e. Melakukan konsultasi, Koordinasi, bimbingan, pembinaan dan pengawalan kegiatan Peremajaan Karet Rakyat;

f. Melakukan monitoring dan evaluasi;

g. Menyusun laporan perkembangan kegiatan setiap bulan.

3. Kegiatan Kabupaten a. Menetapkan SATKER, Pejabat KPA,

P2K, Bendahara, Tim Teknis, dan lain-lain yang terkait dengan kegiatan Tugas Pembantuan oleh Bupati/Walikota;

b. Menyusun Petunjuk Teknis (Juknis);

c. Melakukan sosialisasi kepada Pemerintah Daerah (Pemda) dan petani calon penerima bantuan dalam rangka menyamakan persepsi tentang kegiatan Peremajaan Karet Rakyat;

d. Membahas penetapan Calon Petani dan Calon Lahan (CP/CL);

e. Melakukan penetapan Calon Petani dan Calon Lahan (CP/CL);

13

Page 19: Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet

14 Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan

dalian/pengawasan serta monitoring/ evaluasi.

C. Lokasi, Jenis dan Volume

a. Peremajaan karet rakyat tahun 2013, dilaksanakan di Provinsi dan Kabupaten/Kota, dengan bantuan berupa bibit 550 batang/ha termasuk sisipan dan sarana produksi lainnya dengan luasan masing-masing seperti pada Lampiran1.

b. Perluasan karet rakyat di wilayah perbatasan, pasca konflik dan bencana alam tahun 2012, dengan bantuan bibit unggul 550 batang/ha dan sara produksi lainnya, dilaksanakan di 5 Provinsi dan 10 Kabupaten/Kota (Lampiran 2);

c. Demplot tumpang sarai karet dengan tanaman pangan, dengan bantuan berupa bibit karet unggul, sarana produksi lainnya dan bibit tanaman pangan di Kabupaten tanah laut Provinsi Kalimantan Selatan.

D.Simpul kritis

1) Koordinasi antara Direktorat Tanaman Tahunan, petugas Dinas Provinsi, Dinas Kabupaten, Puslit/Balit/Instansi terkait, dan petugas lapang.

15

f. Melakukan konsultasi, koordinasi, bimbingan, pembinaan, pendampingan dan fasilitasi kegiatan Peremajaan Karet Rakyat;

g. Melakukan monitoring dan evaluasi;

h. Menyusun laporan pelaksanaan untuk disampaikan ke Dinas Perkebunan Provinsi dan Pusat.

B. Pelaksana Kegiatan

Pelaksana kegiatan Pengembangan Karet Rakyat adalah :

a. Perkebunan Kabupaten : menyusun petunjuk teknis, perencanaan, pelaksanaan dan pengawalan Petani / kelompok tani : melaksanakan kegiatan penanaman di masing-masing lahan/kebunnya.

b. Dinas yang membidangi /pendampingan serta monitoring/evaluasi.

c. Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi: menyusun petunjuk pelaksanaan, perencanaan, pelaksanaan dan penga-walan/pendampingan serta monitoring/ evaluasi.

d. Direktorat Jenderal Perkebunan : melakukan penyusunan, pembahasan dan sosialisasi pedoman umum, koordinasi, pengawalan/pendampingan dan pengen-

14

Page 20: Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013 15Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan

dalian/pengawasan serta monitoring/ evaluasi.

C. Lokasi, Jenis dan Volume

a. Peremajaan karet rakyat tahun 2013, dilaksanakan di Provinsi dan Kabupaten/Kota, dengan bantuan berupa bibit 550 batang/ha termasuk sisipan dan sarana produksi lainnya dengan luasan masing-masing seperti pada Lampiran1.

b. Perluasan karet rakyat di wilayah perbatasan, pasca konflik dan bencana alam tahun 2012, dengan bantuan bibit unggul 550 batang/ha dan sara produksi lainnya, dilaksanakan di 5 Provinsi dan 10 Kabupaten/Kota (Lampiran 2);

c. Demplot tumpang sarai karet dengan tanaman pangan, dengan bantuan berupa bibit karet unggul, sarana produksi lainnya dan bibit tanaman pangan di Kabupaten tanah laut Provinsi Kalimantan Selatan.

D.Simpul kritis

1) Koordinasi antara Direktorat Tanaman Tahunan, petugas Dinas Provinsi, Dinas Kabupaten, Puslit/Balit/Instansi terkait, dan petugas lapang.

15

Page 21: Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet

16 Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan

IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN.

Proses pengadaan dan penyaluran kegiatan pengembangan karet dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Berdasarkan Keputusan Bupati/Walikota atau Kepala Dinas/Badan Lingkup Pertanian atau pejabat yang ditunjuk tentang Penetapan Kelompok Sasaran, dilakukan proses pengadaan benih karet unggul bermutu bersertifikat siap tanam.

b. Prosedur pengadaan mengacu pada Perpres 54 Tahun 2010 berikut perubahannya serta Pedoman Pengadaan dan Penatausahaan Barang Lingkup Satker Ditjen. Perkebunan Tahun 2013.

c. Kontrak pengadaan benih karet tersebut telah ditandatangani paling lambat akhir triwulan I tahun 2013.

d. Penyaluran benih karet siap tanam dan atau saprodi lainnya kepada petani paling lambat menjelang awal musim hujan tahun 2013.

e. Penyaluran benih dan saprodi tersebut kepada petani dengan dibuat berita acara serah terima barang sebagaimana format yang telah ditetapkan.

17

2) Pemilihan lokasi/CPCL diusahakan lokasi yang mudah dijangkau dan di monitor oleh petugas, sehingga memudahkan pengadaan dan pengiriman bahan tanaman serta evaluasi kegiatan ke daerah tersebut.

3) Ketepatan bahan tanaman (benih karet) yang disalurkan merupakan klon unggul, dengan pertimbangan bahwa benih merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan kegiatan pengembangan tanaman karet;

4) Ketepatan waktu pengadaan dan pengiriman bahan tanaman untuk pengembangan tanaman tahunan, sehingga tidak menyebabkan keterlambatan.

5) Teknologi budidaya yang akan diterapkan harus sesuai dengan baku teknis serta kondisi di lapangan.

6) Penetapan waktu, frekuensi, parameter pengamatan untuk meningkatkan produktivitas tanaman tahunan.

7) Ketersediaan sarana dan prasarana yang akan digunakan sebagai paket teknologi budidaya tanaman tahunan diusahakan tepat waktu dan tepat sasaran.

16

Page 22: Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013 17Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan

IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN.

Proses pengadaan dan penyaluran kegiatan pengembangan karet dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Berdasarkan Keputusan Bupati/Walikota atau Kepala Dinas/Badan Lingkup Pertanian atau pejabat yang ditunjuk tentang Penetapan Kelompok Sasaran, dilakukan proses pengadaan benih karet unggul bermutu bersertifikat siap tanam.

b. Prosedur pengadaan mengacu pada Perpres 54 Tahun 2010 berikut perubahannya serta Pedoman Pengadaan dan Penatausahaan Barang Lingkup Satker Ditjen. Perkebunan Tahun 2013.

c. Kontrak pengadaan benih karet tersebut telah ditandatangani paling lambat akhir triwulan I tahun 2013.

d. Penyaluran benih karet siap tanam dan atau saprodi lainnya kepada petani paling lambat menjelang awal musim hujan tahun 2013.

e. Penyaluran benih dan saprodi tersebut kepada petani dengan dibuat berita acara serah terima barang sebagaimana format yang telah ditetapkan.

17

Page 23: Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet

18 Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan

Bimbingan dan pengawalan/pendamping-an meliputi koordinasi antara Dinas yang membidangi Perkebunan Kabupaten ke lokasi, pengawalan di tingkat petani secara periodik dan berkesinambungan oleh petugas lapang (sejak penyiapan benih, penanaman hingga pemeliharaan).

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

Monitoring, evaluasi dan pelaporan mengacu kepada Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 31/Permentan/OT.140/3/2010, tanggal 19 Maret 2010 tentang Pedoman sistem pemantauan, evaluasi dan pelaporan pembangunan pertanian. Dinas yang membidangi perkebunan kabupaten dan provinsi wajib melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan secara berjenjang dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jenis pelaporan a. SIMONEV yang meliputi:

Kemajuan pelaksanaan kegiatan sesuai indikator kinerja; Perkembangan kelompok sasaran dalam pengelolaan kegiatan lapangan berikut realisasi fisik dan keuangan;

19

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN

1. PembinaanPembinaan dalam kegiatan pengembangan karet dilakukan secara berkelanjutan sehingga kelompok tani/gapoktan penerima bantuan mampu mengembangkan usahanya secara mandiri. Untuk itu diperlukan dukungan dana pembinaan yang bersumber dari APBD.

2. PengendalianPengendalian kegiatan Pengembangan Karet Rakyat dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya penyimpangan (tidak sesuai dengan perencanaan) dalam pelaksanaan. Oleh karena itu, pengendalian dilakukan sejak perencanaan hingga pelaksanaan.

3. Pengawalan dan Pendampingan Kegiatan Pengembangan Karet Rakyat tidak hanya menyediakan bantuan benih, namun termasuk bimbingan dan pengawalan/pendampingan oleh Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten melalui unit teknis seperti Dinas yang membidangi Perkebunan.

18

Page 24: Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013 19Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan

Bimbingan dan pengawalan/pendamping-an meliputi koordinasi antara Dinas yang membidangi Perkebunan Kabupaten ke lokasi, pengawalan di tingkat petani secara periodik dan berkesinambungan oleh petugas lapang (sejak penyiapan benih, penanaman hingga pemeliharaan).

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

Monitoring, evaluasi dan pelaporan mengacu kepada Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 31/Permentan/OT.140/3/2010, tanggal 19 Maret 2010 tentang Pedoman sistem pemantauan, evaluasi dan pelaporan pembangunan pertanian. Dinas yang membidangi perkebunan kabupaten dan provinsi wajib melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan secara berjenjang dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jenis pelaporan a. SIMONEV yang meliputi:

Kemajuan pelaksanaan kegiatan sesuai indikator kinerja; Perkembangan kelompok sasaran dalam pengelolaan kegiatan lapangan berikut realisasi fisik dan keuangan;

19

Page 25: Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet

20 Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan

b. Laporan Perkembangan Fisik dibuat per triwulan, ditujukan kepada Direktorat Tanaman Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan, disampaikan paling lambat setiap tanggal 5 bulan laporan.

c. Laporan Akhir ditujukan kepada Direktorat Tanaman Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan, disampaikan paling lambat tanggal 31 Desember 2013.

VII. PEMBIAYAAN

Kegiatan Pengembangan Karet Rakyat Tahun anggaran 2013 dibiayai oleh dana APBN melalui DIPA Direktorat Jenderal Perkebunan Tugas Pembantuan (TP) Provinsi atau Kabupaten.

VIII. PENUTUP

Dengan terlaksananya kegiatan Pengembangan Karet Rakyat, diharapkan dapat mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi wilayah, kesejahteraan petani di wilayah spesifik, serta serta menjaga wilayah perbatasan dari penjarahan negara lain.

21

Permasalahan yang dihadapi dan upaya penyelesaian di tingkat Kabupaten dan Provinsi; Format laporan menggunakan format yang telah ditentukan;

b. Laporan perkembangan fisik yang sesuai tahapan pelaksanaan kegiatan dengan materi meliputi: nama petani/kelompok tani, desa/kecamatan/kabupaten, luas areal (target dan realisasi), waktu pelaksanaan, perkembangan, kendala dan permasalahan, upaya pemecahan masalah.

c. Laporan Akhir Kegiatan yang menyangkut seluruh pelaksanaan kegiatan ini.

2. Waktu penyampaian laporan: a. SIMONEV dibuat per bulan dengan

ketentuan: Pelaporan dinas yang membidangi perkebunan kabupaten ditujukan kepada provinsi, disampaikan paling lambat setiap tanggal 5 bulan laporan.Pelaporan dinas yang membidangi perkebunan provinsi ditujukan kepada Direktorat Tanaman Tahunan Direktorat Jenderal

20

Page 26: Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013 21Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan

b. Laporan Perkembangan Fisik dibuat per triwulan, ditujukan kepada Direktorat Tanaman Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan, disampaikan paling lambat setiap tanggal 5 bulan laporan.

c. Laporan Akhir ditujukan kepada Direktorat Tanaman Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan, disampaikan paling lambat tanggal 31 Desember 2013.

VII. PEMBIAYAAN

Kegiatan Pengembangan Karet Rakyat Tahun anggaran 2013 dibiayai oleh dana APBN melalui DIPA Direktorat Jenderal Perkebunan Tugas Pembantuan (TP) Provinsi atau Kabupaten.

VIII. PENUTUP

Dengan terlaksananya kegiatan Pengembangan Karet Rakyat, diharapkan dapat mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi wilayah, kesejahteraan petani di wilayah spesifik, serta serta menjaga wilayah perbatasan dari penjarahan negara lain.

21

Page 27: Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet

22 Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan

Lampiran 1. Lokasi Pelaksanaan Pengembangan Karet Rakyat di Wilayah Spesifik Tahun 2013

PROVINSI KABUPATEN VOLUME

1,240.00 Ha

1 ACEH 1 Nagan Raya 100.00 Ha

2 Pidie Jaya 150.00 Ha

2 KEPRI 3 Natuna 150.00 Ha

4 Karimun 100.00 Ha

3 KALBAR 5 Sambas 140.00 Ha

6 Kapuas Hulu 150.00 Ha

7 Bengkayang 100.00 Ha

4 KALTIM 8 Penajam Paser Utara 100.00 Ha

9 Kutai Barat 100.00 Ha

5 PAPUA 10 Merauke 150.00 Ha

23

Diharapkan dukungan semua pihak terkait, baik pusat maupun daerah untuk keberhasilan pelaksanaan kegiatan pengembangan tanaman karet.

Jakarta, Desember 2012 Direktur Jenderal Perkebunan

Ir. Gamal Nasir, MS NIP. 19560728 198603 1 001

22

Page 28: Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013 23Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan

Lampiran 1. Lokasi Pelaksanaan Pengembangan Karet Rakyat di Wilayah Spesifik Tahun 2013

PROVINSI KABUPATEN VOLUME

1,240.00 Ha

1 ACEH 1 Nagan Raya 100.00 Ha

2 Pidie Jaya 150.00 Ha

2 KEPRI 3 Natuna 150.00 Ha

4 Karimun 100.00 Ha

3 KALBAR 5 Sambas 140.00 Ha

6 Kapuas Hulu 150.00 Ha

7 Bengkayang 100.00 Ha

4 KALTIM 8 Penajam Paser Utara 100.00 Ha

9 Kutai Barat 100.00 Ha

5 PAPUA 10 Merauke 150.00 Ha

23

Page 29: Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet

24 Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan

7 SUMSEL 16 Muara Enim 125 Ha

17 Musi Rawas 250 Ha

18 KotaPrabumulih 100 Ha

19 OKI 125 Ha

20 OKU 120 Ha

21 BengkuluTengah 100 Ha

22 Rejang Lebong 100 Ha

8 LAMPUNG 23 LampungUtara 100 Ha

24 Waykanan 200 Ha

9 BABEL 25 Bangka 150 Ha

26 Bangka Tengah 150 ha

10 BANTEN 27 Lebak 100 Ha

28 Pandeglang 100 Ha

11 JABAR Sukabumi Ha

29 Cianjur 100 Ha

30 Garut 100 Ha

31 Sumedang 100 Ha

12 KALBAR 32 Melawi 125 Ha

33 Sintang 150 Ha

25

Lampiran 2. Lokasi Kegiatan Peremajaan Tanaman Karet Rakyat Tahun 2013

PROVINSI KABUPATEN VOLUME

9,653 Ha

1 ACEH 1 Aceh Timur 150 Ha

2 Aceh Jaya 100 Ha

2 SUMBAR 3 Pasaman 100 Ha

4 Dharmas Raya 100 Ha

5 Sijunjung 100 Ha

3 RIAU 6 Kampar 100 Ha

7 Rohil 100 Ha

Meranti 100

5 KEPRI 8 Bintan 100 Ha

6 JAMBI 9 Sarolangun 800 Ha

10 Batanghari 800 Ha

11 Muaro Jambi 600 Ha

12 Tebo 600 Ha

13 Merangin 600 Ha

14 Bungo 600 Ha

15 Kerinci 218 Ha

24

Page 30: Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013 25Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan

7 SUMSEL 16 Muara Enim 125 Ha

17 Musi Rawas 250 Ha

18 KotaPrabumulih 100 Ha

19 OKI 125 Ha

20 OKU 120 Ha

21 BengkuluTengah 100 Ha

22 Rejang Lebong 100 Ha

8 LAMPUNG 23 LampungUtara 100 Ha

24 Waykanan 200 Ha

9 BABEL 25 Bangka 150 Ha

26 Bangka Tengah 150 ha

10 BANTEN 27 Lebak 100 Ha

28 Pandeglang 100 Ha

11 JABAR Sukabumi Ha

29 Cianjur 100 Ha

30 Garut 100 Ha

31 Sumedang 100 Ha

12 KALBAR 32 Melawi 125 Ha

33 Sintang 150 Ha

25

Page 31: Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet

26 Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan

26

13 KALTENG 34 Kotawaringin Barat 100 Ha

35 Kapuas 100 Ha

36 Kotawaringin Timur 100 Ha

37 Pulang Pisau 100 Ha

38 Gunung Mas 100 Ha

39 Barito Timur 100

14 KALSEL 40 Hulu Sungai Tengah 150 Ha

41 Tabalong 340 Ha

42 Banjar 200 Ha

43 Kotabaru 150 Ha

44 Tanah laut 100 Ha

45 Balangan 150 Ha

46 Tapin 150 Ha

15 KALTIM 47 KutaiKartanegara 100 Ha

16 SULSEL 48 Bulukumba 250 ha