47
DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 PEDOMAN TEKNIS SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) TANAMAN PERKEBUNAN TAHUN 2013

Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

  • Upload
    lenhan

  • View
    310

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

DUKUNGAN PERLINDUNGANPERKEBUNAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNANKEMENTERIAN PERTANIANDESEMBER 2012

PEDOMAN TEKNISSEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU

(SL-PHT)TANAMAN PERKEBUNAN

TAHUN 2013

Page 2: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

KATA PENGANTAR

Pedoman Teknis Kegiatan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Tepadu (SL-PHT) di daerah tahun 2013 disusun dalam rangka memberikan acuan dan arahan pelaksanaannya kepada Dinas yang membidangi Perkebunan dan Perangkat Perlindungan Perkebunan di Provinsi dan Kabupaten/Kota. Sistematika Pedoman Teknis ini terdiri dari Bab I. Pendahuluan, berisi Latar Belakang, Sasaran Kegiatan, dan Tujuan; Bab II. Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan memuat tentang Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan dan Spesifikasi Teknis; Bab III. Pelaksanaan Kegiatan, berisi Ruang Lingkup, Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan, Lokasi, Jenis dan Volume, dan Simpul Kritis; Bab IV. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan; Bab V. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan; Bab VI. Pembiayaan serta Bab VII. Penutup. Pedoman Teknis ini sebagai acuan Dinas yang membidangi Perkebunan di Provinsi/Kabupaten/ Kota dalam menyusun Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis yang lebih spesifik berdasarkan kondisi daerah setempat.

Page 3: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

Semoga Pedoman Teknis ini dapat memberi manfaat bagi pelaksanaan kegiatan di daerah sesuai dengan target dan sasaran yang direncanakan.

Jakarta, Desember 2012 Direktur Jenderal

Ir.Gamal Nasir, MS. Nip. 19560728 198603 1 001

Page 4: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................... iDAFTAR ISI .................................... iiiDAFTAR LAMPIRAN............................ v

I. PENDAHULUAN .......................... 1

A. Latar Belakang ...................... 1B. Sasaran Kegiatan ................... 3C. Tujuan ............................... 3

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN 4

A. Prinsip Pendekatan PelaksanaanKegiatan ............................. 4

B. Spesifikasi Teknis .................. 9

III. PELAKSANAAN KEGIATAN ............. 16

A. Ruang Lingkup ...................... 16B. Pelaksana dan Penanggung Jawab

Kegiatan ............................. 17C. Lokasi, Jenis dan Volume ......... 21D. Simpul Kritis ......................... 22

IV. PEMBINAAN, PENGENDALIAN,PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN . 25

A. Pembinaan, Pengendalian,Pengawalan dan Pendampingan .. 25

B. Pelaksanaan pembinaan,pengendalianpengawalan ......... 26

Halaman

Page 5: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

iv

V. MONITORING, EVALUASI DAN

PELAPORAN ............................. 27

A. Monitoring............................ 27B. Evaluasi .............................. 27C. Pelaporan ............................ 27

VI. PEMBIAYAAN ............................ 30

VII. PENUTUP ................................. 31

LAMPIRAN

Page 6: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Model tes Ballot Box ......... 32Lampiran 2 Matrik Analisa Pasangan

Terperinci ........................ 33Lampiran 3. Matrik Kualitas SL-PHT......... 34Lampiran 4. Format wawancara dengan

Kuesioner ........................ 35Lampiran 5. Jenis dan Volume Komponen

SL-PHT .......................... 41

Halaman

Page 7: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)merupakan salah satu faktor yangmenyebabkan rendahnya produksi dankualitas hasil tanaman perkebunan. Akibatserangan OPT, diperkirakan terjadikehilangan produksi sekitar 30% - 40%.

Untuk menghindari kerugian akibat seranganOPT, sampai saat ini masih banyak petanidan masyarakat yang mengartikanpengendalian OPT sama dengan penggunaanpestisida kimia sintetis. Penggunaanpestisida kimia yang berlebihan dapatmenimbulkan resistensi, resurjensi danledakan hama sekunder, pencemaranlingkungan dan gangguan kesehatan.

Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992tentang Sistem Budidaya Tanaman padaPasal 20 mengamanatkan bahwaPerlindungan Tanaman dilaksanakan dengansistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT)dan pelaksanaannya menjadi tanggung jawabmasyarakat dan pemerintah. Prinsip PHTadalah menggunakan pestisida secarabijaksana apabila berdasarkan hasilpengamatan, perlakuan lain dinilai tidakakan mampu mengendalikan OPT yang ada.

Page 8: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

2

Agar petani pekebun tahu, mampu dan maumenerapkan PHT di kebunnya secaramandiri, maka petani perlu dibekalipengetahuan dan keterampilan tentangprinsip PHT yaitu 1). Budidaya TanamanSehat, 2). Pelestarian dan PemanfaatanMusuh Alami, 3). Pengamatan Rutin dan4).Petani menjadi Ahli PHT. Pengetahuandan keterampilan tersebut dapat diperolehpetani melalui Sekolah Lapang PengendalianHama Terpadu (SLPHT).

Petani yang sudah mengikuti SL-PHT sejaktahun 1997 sampai dengan tahun 2012berjumlah sekitar 140.195 petani. Jumlahpetani yang telah mengikuti SL-PHT masihsangat kurang yaitu baru mencapai 0,78%dari total jumlah petani perkebunan rakyatdi seluruh Indonesia.

SL-PHT yang sudah dilaksanakan selama tigabelas tahun dan sudah menunjukkan hasilyang cukup memuaskan antara lain dari hasilpenelitian Dampak SL-PHT oleh beberapamahasiswa S2 pada kopi, kakao, teh dan ladarata-rata peningkatan produktivitas hasiltanaman petani alumni SL-PHT mencapai 25-27%. Selain itu, yang lebih penting terjadinyaperubahan positif terhadap pengetahuan,keterampilan dan sikap petani.

Mengingat masih kurangnya jumlah petaniyang mempunyai pengetahuan dan

Page 9: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

3

keterampilan tentang empat prinsip PHTdalam pengelolaan kebunnya, maka kegiatanSL-PHT petani perlu dilaksanakan secaraberkesinambungan. Untuk itu pada tahun2013 akan dilaksanakan pelatihan SL-PHTsebanyak 202 kelompok tani (5.050 petani) di24 provinsi, 95 kabupaten, dengan pesertaperempuan minimal 25 %.

B. Sasaran Kegiatan

Sasaran nasional dari pelaksanaan SL-PHTadalah terlaksananya kegiatan SL-PHT pada202 KT di 24 provinsi, 95 kabupaten.

C. Tujuan

Tujuan pelaksanaan kegiatan SL-PHT :

1. Meningkatkan pengetahuan, sikap danketerampilan petani/kelompok tanitentang empat prinsip PHT yaitu :

1).Budidaya Tanaman Sehat,2).Pelestarian dan Pemanfaatan Musuh

Alami3).Pengamatan Rutin/Berkala,dan4).Petani menjadi Ahli PHT.

2. Meningkatkan kepedulian petani/kelompok tani agar tahu, mau danmampu secara mandiri menerapkan PHTdalam pengelolaan kebunnya.

Page 10: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

4

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan

1. Pendekatan Umum

Prinsip pendekatan umum meliputi halyang bersifat administratif danmanajemen kegiatan.

1.1 SK Tim Pelaksana Kegiatan

a. Penetapan SK Tim PelaksanaKegiatan oleh Kepala Dinas/KPApaling lambat 1 (satu) minggusetelah diterimanya penetapanSatker dari Menteri Pertanian.

b. Penanggung jawab dan pelaksanakegiatan SL-PHT untuk TP provinsiditetapkan oleh Kepala DinasProvinsi.

c. Penanggung jawab dan pelaksanakegiatan SL-PHT untuk TPkabupaten/kota ditetapkan olehKepala Dinas kabupaten/kota.

1.2 Rencana kerja

Rencana kerja pelaksanaan masing-masing kegiatan disusun palinglambat 1 (satu) minggu setelahditetapkannya SK Tim pelaksana danmengacu kepada Pedoman Teknisdari Ditjen Perkebunan.

Page 11: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

5

1.3 Juklak, Juknis

Penyelesaian Juklak/Juknis untukkegiatan TP Provinsi/Kabupaten/Kotapaling lambat 2 (dua) minggu setelahditetapkannya SK Tim pelaksana danmengacu kepada Pedoman Teknisdari Ditjen Perkebunan.

1.4 Revisi

Pengajuan revisi kegiatan palinglambat bulan Februari 2013 dandiajukan oleh KPA masing-masingSatker.

1.5 Koordinasi dan Sosialisasi

Koordinasi dilakukan oleh pelaksanadengan BBP2TP Medan, Surabaya,Ambon dan BPTP Pontianak (sesuaidengan wilayah kerja), dan DinasKabupaten Kota dimana terdapatlokasi kegiatan dilaksanakan.Sedangkan sosialisasi dilaksanakankepada petani calon lokasi kegiatanSL-PHT.

1.6 Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi dilakukanselama kegiatan berlangsung minimal2 (dua) kali disesuaikan dengansumber daya yang ada.

Page 12: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

6

1.7 Laporan

a. Laporan perkembanganpelaksanaan kegiatan disampaikansesuai dengan jadual dan formPedoman SIMONEV.

b. Laporan akhir kegiatandisampaikan ke pusat palinglambat 2 (dua) minggu setelahkegiatan selesai dan tidakmelewati bulan Desember 2013.

2. Prinsip Pendekatan Teknis

SL-PHT bertujuan untuk meningkatkanpengetahuan, sikap dan keterampilanpetani/kelompok tani tentang empatprinsip PHT yaitu :

a. Budidaya Tanaman Sehat;b. Pelestarian dan Pemanfaatan Musuh

Alami;c. Pengamatan rutin/berkala;d. Petani menjadi ahli PHT.

Dengan SL-PHT diharapkan petani/kelompok tani tahu, mau dan mampusecara mandiri menerapkan PHT dalampengelolaan kebunnya.

Page 13: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

7

Pendekatan teknis pelaksanaan SL-PHTsebagai berikut:

a. SL-PHT dilaksanakan oleh PemanduLapang (PL) dengan pembinaan olehPusat (Direktorat PerlindunganPerkebunan), Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota yang membidangiperkebunan.

b. Waktu pelaksanaan disesuaikandengan karakter/sifat/ fenologitanaman dan serangan OPT.

c. Dilakukan dalam kelompok yangterdiri dari 25 petani laki-laki danperempuan. Selanjutnya kelompoktersebut dibagi menjadi 5 subkelompok kecil masing-masing 5petani.

d. Kebun sebagai sarana belajar utama,dan diskusi dilakukan di saung SL-PHT.

e. Sosialisasi setelah penetapan CP/CL.

f. Satu kelompok mengusahakankomoditas perkebunan yang sama.

g. Tersedia pemandu lapang diprovinsi/kabupaten/kota pelaksanaSL-PHT. Jika di kabupaten/kota tidaktersedia pemandu dapat menggunakanpemandu lapang dari provinsi/kabupaten/kota terdekat.

Page 14: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

8

h. Untuk memenuhi kekurangan jumlahpemandu lapang SL-PHT dapatmemanfaatkan tenaga pemandulapang bersertifikat yang telah purnabakti dan petugas/petandu yang telahselesai mengikuti pelatihan pemandulapang (PL) SL-PHT.

i. Penetapan PL oleh Kepala DinasProvinsi/kabupaten kota yangmembidangi perkebunan dimanapelatihan SL-PHT dilaksanakan.

3. Tindak Lanjut

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasiperlu dilakukan tindak lanjut sebagaiberikut:

a. Kelompok tani yang telahmendapatkan pelatihan SL-PHT agarmenerapkan PHT dan menyebarluaskannya kepada petani disekitarnya.

b. Dinas provinsi/kabupaten/kotamelalui dana APBD agar memfasilitasiSL-PHT untuk petani lainnya.

c. Dinas Kabupaten/kota memfasilitasipembinaan/pendampingan padapetani alumni SL-PHT, agarpenerapan PHT dan kelembagaan

Page 15: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

9

petani semakin baik danberkelanjutan.

B. Spesifikasi Teknis

1. Kriteria

a. Peserta

1) Petani pemilik/penyewa atau petanipenggarap;

2) Jumlah peserta perempuan minimal25 % dan tidak dalam keadaanhamil tua;

3) Berumur minimal 17 tahun dansehat;

4) Dapat menulis dan membaca;5) Sanggup mengikuti SL-PHT

selama 16 kali pertemuan tanpaterputus;

6) Tidak diperbolehkan ganti peserta.

b. Pemandu Lapang (PL)

Setiap kelompok SL-PHT dipandu oleh2 orang Pemandu Lapang (PL) yangtelah bersertifikat. Dalam kondisitertentu 1 kelompok SL-PHT dapatdipandu oleh 1 orang PL dibantu 1orang petugas teknis yang mempunyaikemampuan sebagai pemandu.

Page 16: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

10

c. Pertemuan dilakukan di saungpertemuan dan kebun praktekberlangsung dari jam 07.30-14.00Pengaturan waktu dan materi sebagaiberikut :

No Waktu Materi/Kegiatan1 07.30-10.30 Analisis

Agroekosistem(AAES)

2 10.30-11.00 Istirahat3 11.00-12.00 Dinamika

Kelompok4 12.00-14.00 Topik Khusus

d. Lokasi SL-PHT mudah dijangkau olehpemandu dan peserta, tersedia kebunpraktek seluas ±1 ha.

e. Kebun praktek dibagi atas 2 petakperlakuan yaitu petak PHT dan NonPHT (kebiasaan pengendalian yangdilakukan oleh petani). Setiap petakdibagi 5 sub petak kebun praktek.

f. Setiap sub kelompok mengelola 2 subpetak kebun praktek (PHT dan NonPHT).

Page 17: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

11

2. Metode

a. SL-PHT dilaksanakan oleh PL dandikoordinasikan oleh Dinas Provinsi/Kabupaten/ Kota yang menanganiperkebunan.

b. Pertemuan dilaksanakan sebanyak 16kali dengan interval satu minggusecara kontinyu.

c. Pertemuan mingguan dipandu olehdua orang Pemandu Lapang (PL) yangbekerja sebagai tim danmendatangkan/mengundang narasumber jika diperlukan.

d. Pendekatan andragogi (metodabelajar orang dewasa) yaitu belajardari pengalaman di lapangan sehinggamereka tahu, mau dan mampumenerapkannya secara mandiri.

e. Proses belajar mengajar dilakukandengan metoda partisipasi aktif,mencari, dan menumbuhkankepercayaan sendiri, serta mengambilkeputusan bersama dalammenentukan tindakan pengelolaankebun.

f. Proses belajar SL-PHT pada setiappertemuan adalah melakukan/mengalami, mengungkapkan,

Page 18: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

12

menganalisa, menyimpulkan,menerapkan dan mengalami kembali.

g. Pada setiap kali pertemuan dilakukankegiatan-kegiatan yaitu AnalisisAgroekosistem (AAES), DinamikaKelompok dan Topik Khusus.

h. Sarana SL-PHT yaitu :1) Kebun2) Saung Pertemuan

i. Bahan dan Alat SL-PHT yaitu :1) Kertas koran2) Alat tulis3) Pupuk4) APH5) Dekomposer6) Petunjuk Lapangan7) Bahan dan perlengkapan praktek

lain

j. Materi SL-PHT:

1) Mengacu pada kurikulum SL-PHTyang disusun berdasarkankebutuhan peserta (hasil AnalisaKebutuhan Pelatihan dan TestBallot Box awal).

2) Merupakan penjabaran dari 4(empat) prinsip PHT yaitubudidaya tanaman sehat,pelestarian dan pemanfaatanmusuh alami, pengamatan kebun

Page 19: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

13

secara teratur (berkala) danpetani menjadi ahli PHT.

3) Dikelompokkan kedalam TopikUmum, Topik Khusus, Penunjangdan Dinamika Kelompok dengankegiatan utama AnalisisAgroekosistem (AAES).

Materi SL-PHT sebagai berikut:

Materi SL-PHT

No. Materi/Kegiatan

Petunjuk Lapangan (Petlap)

1. Persiapan SL-PHT

- Apa ini ?- Analisa Kebutuhan

Pelatihan- Kontrak Belajar- Pengorganisasian warga

belajar- Test Ballot Box Awal

2. MerancangPetak Studi

Ploting Petak PHT dan NonPHT

3. Topik Umum - Ekosistem Dasar- Analisis agroekosistem

(AAES)4. Topik Khusus

a. a. BudidayaTanaman

- - Pembibitan- - Penyambungan (sambung

samping dan sambungpucuk) untuk komoditi kopi

Page 20: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

14

No. Materi/Kegiatan

Petunjuk Lapangan (Petlap)

dan kakao- - Penanaman- - Pemangkasan- - Pupuk dan pemupukan- - Pohon pelindung- - Panen

- Dan lainnya sesuaikomoditas SL-PHT

b. OPT danMusuhAlami/APH

c. DampakPerubahanIklim (DPI)danPenangananKebakaran

- - Hama/penyakit/gulma- - Predator- - Parasitoid-- - Agens Pengendali Hayati- - Koleksi Serangga

- Mitigasi dan Adaptasi DPI- Dampak perubahan iklim

terhadap serangan OPT

5. MateriPendukung

Pestisida - Pestisida kimia- Dampak penggunaan

pestisida kimia- Pestisida Nabati

Page 21: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

15

No. Materi/Kegiatan

Petunjuk Lapangan (Petlap)

6. DinamikaKelompok

a. Perkenalan Rantai nama dan buatbarisan

b.Pengakraban Kapal tenggelam

c.Kreativitas 9 titik 4 garis

d.Kerjasama Menggambar bersama

e.PemecahanMasalah

Samson Delilah

f.Komunikasi Bermain tali

7. Evaluasi - Ballot Box (Akhir)- Analisa Pasangan Terperinci

k. Monitoring dan evaluasipenyelenggaraan SL-PHT dilakukandengan beberapa model yaitu:

1) Test Ballot Box;2) Matrik analisa pasangan

terperinci;3) Matrik kualitas SL-PHT;4) Melakukan wawancara dengan

menggunakan kuesioner.

Model 1), 2), 3), dan 4) disajikan padaLampiran 1,2,3, dan 4.

Page 22: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

16

III. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Ruang Lingkup

a. Peserta dan komoditas

SL-PHT diperuntukkan bagi petaniPerkebunan Rakyat yang belum pernahmengikuti kegiatan SL-PHT atau kegiatanyang sejenis. Kelompok tani peserta SL-PHT merupakan kelompok tani yangmengusahakan/membudidayakankomoditas perkebunan sejenis.

b. Tahapan kegiatan SL-PHT meliputipemilihan dan penetapan CP/CL,sosialisasi SL-PHT, pemilihan danpenetapan kebun praktek dan saungpertemuan, penyiapan petunjuk lapang,pelaksanaan SL-PHT, pembinaan, monevdan pelaporan.

c. Indikator Kinerja

No Indikator Uraian1 Input/Masukan - Dana

- SDM- Data dan

informasi- Teknologi

2 Output/Keluaran Terlaksananya SL-PHT sebanyak 202kelompok tani yangtersebar di 24

Page 23: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

17

provinsi, 95kabupaten.

3 Outcome/hasil Jumlah kelompokSL-PHT yang tahu,mampu dan maumenerapkan PHTsebanyak 202kelompok tani yangtersebar di 24provinsi, 95kabupaten.

B. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan

1. Pelaksana dan penanggung jawabkegiatan SL-PHT untuk TP provinsi adalahdinas provinsi yang membidangiperkebunan dan untuk TP kabupatenadalah dinas kabupaten yang membidangiperkebunan.

2. Dinas yang membidangi perkebunanprovinsi/kabupaten/kota dalammelaksanakan kegiatan agarberkoordinasi dengan BBP2TP Medan,Surabaya, Ambon dan BPTP Pontianak(sesuai dengan wilayah kerja) dan pihak-pihak terkait lainnya.

Page 24: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

18

3. Kewenangan dan tanggung jawab :

3.1 Direktorat PerlindunganPerkebunan.

a. Menyiapkan Terms of Reference(TOR) dan Pedoman Teknis;

b. Melakukan bimbingan,pembinaan, monitoring danevaluasi.

3.2 Dinas Provinsi yang membidangiperkebunan

a. Menetapkan Tim Pelaksanakegiatan SL-PHT tingkat provinsi;

b. Melakukan koordinasi denganDirektorat Jenderal Perkebunan,BBP2TP Medan, Surabaya, Ambondan BPTP Pontianak (sesuaidengan wilayah kerja) dan DinasKabupaten/Kota yangmembidangi perkebunan, sertainstitusi terkait lainnya;

c. Membuat Petunjuk Pelaksanaanuntuk kegiatan SL-PHT;

d. Melakukan verifikasi CP/CLbersama Dinas Kabupaten;

e. Menetapkan CP/CL SL-PHT;

f. Melakukan pengawalan,pembinaan, monitoring danevaluasi, berkoordinasi dengan

Page 25: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

19

Dinas Kabupaten yangmembidangi perkebunansetempat;

g. Sosialisasi SL-PHT bersama-samaDinas Kabupaten/Kota yangmembidangi perkebunan;

h. Menyampaikan laporanpelaksanaan SL-PHT ke DirektoratJenderal Perkebunan cq.Direktorat PerlindunganPerkebunan.

3.3 Dinas Kabupaten/Kota yangmembidangi perkebunan

a. Menetapkan Tim Pelaksanakegiatan SL-PHT;

b. Melakukan koordinasi denganDinas Provinsi yang membidangiperkebunan, BBP2TP Medan,Surabaya, Ambon dan BPTPPontianak (sesuai dengan wilayahkerja), Direktorat JenderalPerkebunan, dan pihak terkaitlainnya;

c. Membuat juknis SL-PHT;

d. Melakukan verifikasi danpenetapan CP/CL;

e. Melakukan sosialisasi, pembinaandan monev SL-PHT;

Page 26: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

20

f. Menyampaikan laporanpelaksanaan SL-PHT ke DinasProvinsi dan Direktorat JenderalPerkebunan cq. DirektoratPerlindungan Perkebunan.

3.4 Pemandu Lapang

a. Memandu SL-PHT danmenyiapkan seluruh keperluanyang terkait dengan pelaksanaanSL-PHT mengacu kepadapedoman pelaksanaan SL-PHT;

b. Membantu dinas kabupatendalam melakukan survey CP/CLkegiatan SL-PHT;

c. Berkoordinasi dalam pelaksanaanSL-PHT dengan Dinas Provinsi danKabupaten/kota yangmembidangi perkebunan;

d. Menyampaikan laporanperkembangan pelaksanaan SL-PHT ke dinasprovinsi/kabupaten/kota yangmembidangi perkebunan.

Page 27: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

21

3.5 Kelompok Tani/Petani :

a. Mengikuti sosialisasi SL-PHT;

b. Melakukan seluruh tahapan SL-PHT;

C. Lokasi, Jenis dan Volume

SL-PHT dilaksanakan di 24 provinsi, 95kabupaten dan 202 kelompok tani yaituProvinsi Aceh (Kabupaten Aceh Barat danAceh Besar), Provinsi Bengkulu (KabupatenKepahiang dan Bengkulu Tengah), ProvinsiSumatera Selatan (Kabupaten OKI dan MusiBanyuasin), Provinsi Kep. Babel (KabupatenBelitung dan Bangka Selatan), ProvinsiLampung (Kabupaten Tanggamus, Waykanandan Lampung Utara), Provinsi Banten(Kabupaten Pandeglang), Provinsi Jabar(Kabupaten Tasikmalaya, Sukabumi,Bandung, dan Bandung Barat), Provinsi JawaTengah (Kabupaten Purbalingga danPekalongan), Provinsi DI Yogyakarta(Kabupaten Gunung Kidul dan Kulonprogo),Provinsi Jatim (Kabupaten Tulungagung danBlitar), Provinsi Bali (Kabupaten Jembrana,Tabanan, Badung, Buleleng, dan Bangli),Provinsi NTB (Kabupaten Lombok Timur),Provinsi Kalbar (Kabupaten Kuburaya,Melawi, Sambas, dan Bengkayang), ProvinsiKaltim (Kabupaten Kutai Kartanegara),

Page 28: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

22

Provinsi Sulsel (Kabupaten Enrekang, TanaToraja, Wajo, dan Soppeng), Provinsi Sultra(Kabupaten Bombana dan Konawe Selatan),Provinsi Gorontalo (Kabupaten Boalemo),Provinsi Sulteng (Kabupaten Parigi Moutong),dan Provinsi Malut (Kabupaten HalmaheraBarat).

SL-PHT Tebu dilaksanakan di 7 Provinsi di 29Kabupaten dan 62 kelompok tani yaituProvinsi DIY (Kabupaten Sleman, Kulonprogo,Bantul dan Gunung Kidul), Provinsi JawaTengah (Kabupaten Purworejo, Pati,Purbalingga, Magelang, Rembang,Pekalongan, Kudus, Jepara, dan Pemalang),Provinsi Jawa Barat (Kabupaten Cirebon,Indramayu, Kuningan, Majalengka danSubang), Provinsi Jawa Timur (KabupatenBondowoso, Sidoarjo, Mojokerto, Ngawi,Jember, dan Madiun) Provinsi SumateraSelatan (Kabupaten Ogan Ilir), ProvinsiSulawesi Selatan (Kabupaten Bone danTakalar), Provinsi Lampung (KabupatenLampung Utara dan Way Kanan).

D. Simpul Kritis

a. SL-PHT dilaksanakan pada akhir tahunsehingga jumlah pertemuan kurang dari16 kali dengan interval pertemuan kurangdari satu minggu. Pelaksanaan kegiatandisesuaikan dengan karakteristik masing-masing komoditas.

Page 29: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

23

b. Silabus materi/topik yang telah disusuntidak disampaikan sesuai dengan analisakebutuhan pelatihan. Pemandu Lapangharus menyampaikan silabus materi/topikuntuk 16 kali pertemuan yang didasarkanatas analisa kebutuhan pelatihan.

c. Pre-test dalam bentuk Ballot Box seringtidak dilakukan menyebabkan materiyang dibutuhkan oleh petani tidakdiketahui, sehingga peningkatanpengetahuan dan keterampilan petanitidak dapat diukur setelah mengikuti SL-PHT. Pre-test harus disiapkan olehpemandu lapang sebelum pelaksanaan SL-PHT.

d. Keterbatasan jumlah Pemandu lapang SL-PHT dapat mengakibatkan pelaksanaankegiatan Sl-PHT kurang maksimal. Untukitu perlu memaksimalkan fungsi petugasyang telah mengikuti pelatihan danmemberdayakan petugas purna bakti yangbersertifikat.

e. Praktek perbanyakan APH dan pembuatanpupuk organik/pupuk kandang/bokashitidak dilakukan, padahal setelah SL-PHTpetani diharapkan mampu membuatsendiri sesuai kebutuhan. Pembuatanpupuk organik/bokashi dan perbanyakanAPH merupakan salah satu materi yangwajib diberikan dengan menggunakan

Page 30: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

24

bahan baku yang tersedia di lokasisetempat. Untuk itu perlu dijadwalkandalam agenda pelatihan.

Page 31: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

25

IV. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALANDAN PENDAMPINGAN

A. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan danPendampingan

Kegiatan pembinaan, pengendalian danpengawalan dana TP Provinsi/kabupaten/Kota dilakukan secara terencana danterkoordinasi dengan unsur penanggungjawab kegiatan di Pusat, BBP2TP Medan/Surabaya/Ambon/BPTP Pontianak, dan pihakterkait lainnya.

Pelaksanaan kegiatan pembinaan,pengendalian dan pengawalan diutamakanpada tahapan yang menjadi simpul-simpulkritis kegiatan yang telah ditetapkan.

Dalam melaksanakan kegiatan pembinaan,pengendalian dan pengawalan dilakukankoordinasi secara berjenjang sesuai dengantugas fungsi dan kewenangan masing-masingunit pelaksana kegiatan.

Sasaran kegiatan pembinaan, pengendalian,dan pengawalan meliputi pelaksana kegiatan(Man), pembiayaan (Money), Metode, danbahan-bahan yang dipergunakan (Material).Kegiatan pembinaan, pengendalian danpengawalan harus dapat memberikanrekomendasi, dan solusi terhadappermasalahan dalam proses pelaksanaankegiatan sehingga mampu mengakselerasi

Page 32: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

26

pencapaian target, tujuan dan sasarankegiatan yang ditetapkan.

B. Pelaksanaan Pembinaan, Pengendalian,Pengawalan

Pelaksanaan kegiatan pembinaan,pengendalian dan pengawalan minimaldilaksanakan satu kali pada setiap jeniskegiatan yang dilaksanakan.

Waktu pelaksanaan kegiatan hendaknyaselalu di koordinasikan dengan pusat,provinsi dan kabupaten/kota sehinggapelaksanaan kegiatan pembinaan,pengendalian dan pengawalan menjadi lebihefektif dan efisien.

Direktorat Perlindungan Perkebunanmelakukan pembinaan dan pengawalan SL-PHT.

Dinas yang membidangi Perkebunan tingkatprovinsi dan kabupaten/kota melakukanpembinaan, pengendalian, dan pengawalanSL-PHT tingkat provinsi, kabupaten/kota.

Page 33: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

27

V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Monitoring

Monitoring ditujukan untuk mengetahuiperkembangan pelaksanaan dan kemajuankegiatan SL-PHT yang telah dicapai.

Monitoring dilaksanakan oleh petugas Dinasyang membidangi perkebunan di tingkatprovinsi dan kabupaten/kota pada wilayahkerja masing-masing. Pelaksanaanmonitoring minimal satu kali selama kegiatanberlangsung.

B. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahuiketepatan/kesesuaian pelaksanaan kegiatandan hasil yang dicapai dibandingkan denganyang direncanakan sertarealisasi/penyerapan anggaran. Hasilevaluasi sebagai umpan balik perbaikanpelaksanaan selanjutnya.

Evaluasi kegiatan SL-PHT dilakukan olehDirektorat Perlindungan Perkebunan, sertaDinas yang membidangi perkebunan Provinsipada wilayah kerja masing-masing.

C. Pelaporan

Setiap kegiatan didokumentasikan dalambentuk laporan tertulis sebagaipertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan.

Page 34: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

28

Laporan SL-PHT dibuat oleh pelaksanakegiatan dan dilaporkan secara berjenjangkepada penanggung jawab/pembina kegiatanmengacu kepada pedoman outlinepenyusunan laporan dan SIMONEV sertabentuk laporan lainnya sesuai dengankebutuhan.

1. Jenis Laporan :

1.1 Laporan Mingguan

Laporan Mingguan berisi laporankemajuan (fisik dan keuangan)pelaksanaan kegiatan SL-PHT setiapminggu berjalan dan disampaikankepada Direktorat PerlindunganPerkebunan setiap minggu hariJum’at.

1.2 Laporan Bulanan

Laporan Bulanan berisi laporankemajuan (fisik dan keuangan)pelaksanaan kegiatan SL-PHT setiapbulan berjalan dan disampaikankepada Direktorat JenderalPerkebunan paling lambat tanggal 5pada bulan berikutnya.

1.3 Laporan Triwulan

Laporan Triwulan berisi laporankemajuan (fisik dan keuangan)pelaksanaan kegiatan SL-PHT setiaptriwulan dan disampaikan setiap

Page 35: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

29

triwulan kepada Direktorat JenderalPerkebunan, paling lambat tanggal 5pada bulan pertama triwulanberikutnya.

1.4 Laporan Akhir

Laporan Akhir merupakan laporanpelaksanaan kegiatan SL-PHT,setelah seluruh rangkaian kegiatanSL-PHT selesai dilaksanakan.Laporan akhir disampaikan kepadaDirektorat Perlindungan Perkebunan,paling lambat 2 minggu setelahkegiatan selesai. Laporandisampaikan melalui surat dan e-mail

2. Out Line Laporan

Laporan akhir dibuat sesuai out linesebagai berikut :

KATA PENGANTARDAFTAR ISIDAFTAR TABEL (jika ada)DAFTAR GAMBAR (jika ada)DAFTAR LAMPIRAN (jika ada)

I. PENDAHULUANA. Latar belakangB. Tujuan dan SasaranC. Ruang Lingkup KegiatanD. Indikator Kinerja

Page 36: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

30

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Waktu dan LokasiB. Alat dan BahanC. MetodeD. Tahap Aktivitas/Kegiatan/

PelaksanaanE. Simpul Kritis KegiatanF. PelaksanaG. Pembiayaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KesimpulanB. Saran/rekomendasiC. Rencana Tindak Lanjut

VI. DAFTAR PUSTAKA

VII. LAMPIRAN

VI. PEMBIAYAAN

Kegiatan SL-PHT perkebunan di daerahantara lain didanai dari APBN tahunanggaran 2013 melalui anggaranDekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (TP)Ditjen. Perkebunan.

Page 37: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

31

VII. PENUTUP

Kegiatan SL-PHT merupakan kegiatan yangtidak terpisahkan dari kegiatanperlindungan. Dari hasil pelaksanaannyadiharapkan mampu menghasilkan SDMpetani yang handal dan mampumenyelesaikan permasalahan OPT dikebunnya masing-masing.

Pelaksanaan SL-PHT diharapkanmemberikan kontribusi yang nyata bagiperlindungan terutama dalammenghasilkan produk perkebunan yangkualitas, kuantitas dan kontinuitasnyaterjamin.

Keberhasilan pelaksanaan kegiatan SL-PHTmemerlukan dukungan seluruh pemangkukepentingan terkait baik di pusat maupundaerah. Untuk itu diperlukan koordinasi,komitmen dan kerjasama, serta upaya yangsungguh-sungguh dari semua pihak terkaitsesuai dengan kewenangan, tugas danfungsi masing-masing.

-----ooo-----

Page 38: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

32

Lampiran 1. Model Test Ballot Box

Test Ballot Box adalah salah satu metode evaluasi untukmengukur kemampuan petani peserta SL-PHT sebelum dansetelah mengikuti SL-PHT.

Pengelompokan soal ballot box meliputi pengetahuan danpengambilan keputusan sebagai berikut :

1. Pengetahuan.

Fungsi serangga yang ada di kebunnya Fungsi tanaman selain tanaman pokok yang ada di

kebunnya Gejala kelainan yang terjadi pada tanaman pokok di

kebunnya Pupuk Pestisida

2. Pengambilan keputusan mengenai :

Keberadaan serangga yang ada di kebunnya Keberadaan tanaman selain tanaman pokok yang ada di

kebunnya Kebaradaan gejala kelainan yang terjadi pada tanaman

pokok di kebunnya Kondisi kebun dikaitkan dengan keadaan iklim/cuaca saat

itu

Test ballot box awal dan akhir menggunakan soal yang samabaik jenis maupun jumlah soalnya. Jumlah soal 20-25 pertanyaantergantung kondisi lapangan.

Page 39: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

33

Lampiran 2. Matrik Analisa Pasangan Terperinci

HAL-HAL YANGSUDAH BAIK

HAL-HAL YANGPERLU DIPERBAIKI

BAGAIMANA CARAMEMPERBAIKINYA

1. .........................2. .........................3. .........................4. .........................5. .........................dst

1. .........................2. .........................3. .........................4. .........................5. .........................dst

1. .........................2. .........................3. .........................4. .........................5. .........................dst

Page 40: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

34

Lampiran 3. Matrik Kualitas SL-PHT

KEGIATAN TAHAP CATATAN PETUNJUKKUALITAS

Apa ini? Prosespertanyaan

Hasil

Topik UmumAnalisaAgroekosistem(AAES)

Tujuan

Pengamatan &penyajiankeadaanAgroekosistemdalam gambar

AnalisaAgroekosistem(lanjutan)

AnalisakeadaanAgroekosistem

Hasil

Topik Khusus(Untukbeberapaaspek PHT)

Tujuan

Proses

Hasil

DinamikaKelompok

Tujuan

Proses

Hasil

Ballot box PersiapanHasil

Page 41: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

35

Lampiran 4. Format wawancara dengan quesioner

Propinsi :Kabupaten :

I. IDENTITAS PETANIPetunjuk : Berilah tanda ކ pada □

1.

Nama

Petani Responden

…………………………………………………

……………….

2. Jenis Kelamin □ Laki-laki □ Perempuan

3. Umur …………Tahun (lahir tahun ……………)

4. Status perkawinan

□ Kawin □ Kawin belum □ Janda □

Duda

5. Pendidikan

□ SD □ SLTP □ SLTA □ SM/D3 □ S1 □

Lainnya

6. Desa ……………………………

7. Kecamatan …………………………....

8.

Nama Kelompok

tani . …………………………..

9.

Status kepemilikan

kebun

□ Pemilik □ Bagi hasil □ Penyewa □

Penggarap

1

0 Luas kepemilikan ………………. Ha

II. PERSIAPAN SL-PHT

1

.

Apakah ada sosialisasi kepada petani oleh

Petugas Dinas / Pemandu Lapang □ Ya □

Page 42: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

36

tidak

2 Kapan sosialisasi dilaksanakan Tgl. .....

3

.

Apakah Bapak /Ibu hadir pada acara

sosialisasi □ Ya

tidak

4

. Apakah materi-materi yang disampaikan pada

saat sosialiasi, Bapak / Ibu mengerti

□ Ya

tidak

5

. Apakah Bapak/Ibu setuju diadakan SL-PHT □ Ya

tidak

6

Apa saja yang diinformasikan pada waktu

sosialisasi, sebutkan

7

Apakah ada staf Pemda yang hadir pada

saat sosialisasi SL-PHT □ Ya

tidak

III. PELAKSANAAN SL-PHT

1. Kapan Pelaksanaan SL-PHT dimulai ................

2 Pada komoditi apa SL-PHT dilaksanakan ……………….

3 Apakah diadakan tes awal (Pre test)

Ya Tidak

4 Berapa orang petugas yang memandu

SL-PHT

………………

…. orang

5 Siapa saja nama Pemandu Lapang SL-

PHT

1. ……………

2. ……………

Page 43: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

37

3. ……………

6 Berapa kali pertemuan SL-PHT ………………

kali

7 Berapa kali Pemandu Lapang hadir

selama pelaksanaan SL-PHT

……………….

kali

8 Berapa kali Bpk/Ibu hadir dalam

pertemuan SL-PHT

………………

kali

9 Jika tidak hadir, apa alasan Bpk/Ibu ………………

kali

10 Apa saja kegiatan Bpk/Ibu selama SL-

PHT

………………

………………

………………

11 Apa saja kegiatan Bpk/Ibu pada hari-hari

tidak ada pertemuan SL-PHT selama

proses SL-PHT

12 Apakah diadakan tes akhir (Post test) SL-

PHT Ya Tidak

13 Apa saja materi yang disampaikan selama

SL-PHT berlangsung yang Bpk/Ibu

ketahui

1. ………

2. ………

3. ………

4. dst

14 Apakah Bpk/Ibu mengerti dan menguasai

materi yang disampaikan selama SL-PHT Ya Tidak

15 Materi apa saja yang paling Bpk/Ibu

kuasai

1……………..

2. ……………

3……………..

Page 44: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

38

16 Apakah Bpk/Ibu menguasai tentang

AAES, jika “ya” sebutkan faktor apa saja

yang Bpk/Ibu amati/pelajari

1……………..

2. ……………

3……………..

4. ……………

17. Dari hasil AAES, apakah Bapak/Ibu

melakukan presentasi Ya Tidak

18 Apakah Bpk/Ibu mengerti tentang musuh

alami, jika “ya” sebutkan musuh alami

yang diketahui

1……………..

2. ……………

3……………..

4. ……………

19 Menurut Bpk/Ibu materi apa yang paling

penting Ya Tidak

20 Menurut Bpk/Ibu, apa yang dimaksud PHT ………………

……

21 Sebutkan 4 (empat) prinsip PHT yang

Bpk/Ibu ketahui

1. …………

2. …………

3. …………

4. …………

22 Setelah mengikuti SL-PHT, apakah

Bpk/Ibu mau melaksanakan PHT secara

mandiri dan berkelanjutan di kebun sendiri

Ya Tidak

23 Apakah Bpk/Ibu telah menularkan ilmunya

kepada petani non SL-PHT Ya Tidak

24 Berapa orang petani non SL-PHT yang

telah mengikuti cara Bpk/Ibu dalam

memelihara kebun

………………

…… orang

Page 45: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

39

25 Nama kelompok tani peserta SL-PHT ………………

26. Berapa jumlah anggota kelompok tani SL-

PHT

1. Laki-laki

: .......... orang

2. Perempuan

: ……. orang

27 Sampai saat ini, apakah Bpk/Ibu masih

tetap berkomunikasi dengan Pemandu

Lapang dan sesama petani peserta SL-

PHT

Ya Tidak

28 Apa saja kegiatan kelompok, sebutkan ………………

29 Apakah kelompok tani alumni peserta SL-

PHT melakukan pertemuan rutin. Ya Tidak

30 Jika “Ya”, berapa kali pertemuan dalam 1

(satu) bulan.

………………

kali

31 Menurut Bpk/Ibu, apakah SL-PHT

bermanfaat Ya Tidak

32 Jika “Ya” apa saja manfaatnya 1. ...................

2. ...................

3. ...................

33 Berapa produksi sebelum mengikuti SL-

PHT

…………..

kg/ha/tahun

34 Berapa produksi setelah mengikuti SL-

PHT

…………..

kg/ha/tahun

35. Berapa jumlah kelompok tani yang ada di

desa Bapak/Ibu

........................

kelompok

Page 46: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

40

36 Berapa harga sebelum SL-PHT Rp.

/kg

37 Berapa harga setelah SL-PHT Rp.

/kg

38 Sebutkan nama-nama kelompok tani

tersebut

1. ...................

2. ...................

3. ...................

4. dst

39. Selama SL-PHT berlangsung, apakah ada

petugas Dinas Provinsi/Kabupaten yang

mamantau ke lokasi

Ya Tidak

40. Apakah ada masalah yang dihadapi selama

mengikuti SL-PHT Ya Tidak

41. Jika “ya” sebutkan 1……………………………………..

2…………………………..…………

3…………………………..…………

42 Berkaitan dengan

penyelenggaraan SL-

PHT, apa pesan dan

kesan Bpk/Ibu

Pesan:

Kesan:

Responden

Page 47: Pedoman Teknis SL-PHT Tanaman Perkebunan

41

Lampiran 5. Jenis dan Volume Komponen SL-PHT

No Jenis Kegiatan Volume Ket.1 Honor:

- Honor Pemandu Lapang- Honor Narasumber

OJOJ

25.856404

TotalluasPetani5.050orangdi 24prov,95 kab.

2 Pengadaan Bahan :- Kertas koran- Bahan dan perlengkapan

praktek- Agens Hayati- Pupuk NPK- Dekomposer

Kg

KTPktKgKg

808

20220260.600202

3 Belanja barang lainnya :- Konsumsi peserta & PL- Uang saku petani- Saung pertemuan- Bantuan transport PL- Kompensasi kebun praktek- Kelengkapan peserta- Papan nama

OHOHPktOHHaSetBhj

87.26480.8002026.8682025.454202

4 Pembinaan dan monev :- Pembinaan provinsi ke lokasi- Pembinaan kabupaten ke

lokasi- Narasumber provinsi ke lokasi- Konsultasi ke Pusat

OTOH

OPOT

1.2121.212

202202