Pedoman_615.19_tentang Pedoman Penilaian Efikasi Dan Keamanan Antihipertensi Tahun_2004

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5/28/2018 Pedoman_615.19_tentang Pedoman Penilaian Efikasi Dan Keamanan Antihipertensi Tahun_2004

    1/9

    BADAN POM RI615.19

    Ind

    P

    PEDOMAN

    PENILAIAN EFIKASI DAN

    KEAMANAN ANTIHIPERTENSI

    Badan Pengawas Obat dan Makanan

    Republik Indonesia

    2004

  • 5/28/2018 Pedoman_615.19_tentang Pedoman Penilaian Efikasi Dan Keamanan Antihipertensi Tahun_2004

    2/9

    I. PENDAHULUAN

    Pedoman ini berisi prinsip-prinsip umum untuk menilai aspek efikasi dan

    keamanan obat antihipertensi dalam rangka pemberian izin edar di Indonesia

    Dalam pedoman ini dijabarkan data yang diperlukan untuk menunjang aspek

    efikasi dan keamanan obat antihipertensi, baik dalam bentuk tunggal maupun

    dalam bentuk kombinasi tetap.Pedoman ini juga digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan penilaian

    kembali obat antihipertensi yang beredar di Indonesia.

    Prinsip-prinsip lain yang tidak disebut dalam pedoman ini dapat dirujuk ke

    pedoman penilaian obat secara umum.

    II. PRINSIP UMUM PENILAIAN EFIKASIA. Dasar utama penilaian efikasi obat antihipertensi adalah efek obat terhadap

    tekanan darah sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD).

    Penurunan tekanan darah telah diterima sebagai surrogate endpoint yang

    sahih.

    B. Studi outcome mortalitas dan morbiditas yang formal biasanya tidak

    diperlukan untuk persetujuan pemasaran obat antihipertensi studi outcome

    hanya diperlukan jika ada kecurigaan akan adanya efek yang merugikan

    terhadap mortalitas dan/ atau morbiditas kardiovaskular.

    III. POPULASI STUDIA. Populasi penderita untuk studi obat antihipertensi baru harus mencakup

    berbagai jenis penderita hipertensi esensial, sebagai besar dengan

    keparahan ringan sampai sedang. Populasi studi harus mencakup keduagender, dan penderita muda maupun lebih tua. Penderita dengan penyakit

    penyerta yang relevan ( misalnya diabetes melitus dan penyakit jantung

    koroner) harus tercakup, asalkan obat-obat yang digunakan tidak

    mempengaruhi tekanan darah sehingga mengganggu studi. Umumnya,

    semua subset populasi harus diikutsertakan dalam studi yang sama,

    daripada melakukan studi dalam subkelompok masing-masing.

    B. Pada penderita usia lanjut, khususnya yang berusia 70 tahun ke atas,

    dibutuhkan studi farmakokinetik khusus, kurva dosis-respons dan data

    keamananC. Penderita dengan kerusakan organ target akibat hipertensi, umumnya tidak

    boleh diikutsertakan dalam uji klinik berpembanding plasebo kecuali untuk

    waktu yang sangat singkat. Mereka dapat diikutsertakan dalam uji klinik

    berpembanding obat aktif

    D. Penderita hipertensi berat, hipertensi sekunder, isolated systolic

    hypertension,hipertensi selama kehamilan, dan hipertensi pada anak harus

    diteliti secara terpisah, jika diminta indikasi khusus untuk penggunaan

    pada populasi tersebut.

    IV. PENILAIAN EFEKANTIHIPERTENSIA. Uji klinik untuk menilai efek antihipertensi

    1. Endpoint

  • 5/28/2018 Pedoman_615.19_tentang Pedoman Penilaian Efikasi Dan Keamanan Antihipertensi Tahun_2004

    3/9

    a) Endpoint primerPenurunan tekanan darah (TD) dari baseline(TD awal sebelum

    pemberian obat) pada akhir studi atau setelah lama pengobatan yang

    telah ditetapkan sebelumnya, yang diukur pada akhir interval dosis

    (trough effect) pada posisi berbaring atau duduk, dbandingkan dengan

    penurunan pada kelompok plasebo.

    b)Endpoint sekunder

    - Kriteria respons, yaitu persentase penderita yang mencapai TD

    normal (penurunan TDS sampai < 140 mm Hg dan TDD< 90 mm

    Hg) dan/ atau penurunan TDS minimal 20 mm Hg dan/ atau TDD

    minimal 10 mm Hg;

    - Mula kerja (onset), yaitu waktu mulai timbulnya efek, diperoleh

    dengan mengukur trough effect setiap minggu atau setiap 2

    minggu;

    - Bertahannya efikasi dan efek withdrawal,yang ditunjukkan dengan

    studi jangka panjang (6 bulan atau lebih) diikuti dengan fasewithdrawal.

    2. Pembanding

    a) Pembanding plasebo

    Diperlukan untuk menilai efikasi antihipertensi obat uji. Ada 2 cara

    penggunaan pembanding plasebo:

    - diikutsertakan sejak awal studi sebagai salah satu kelompok

    yang paralel dengan kelompok obat uji. Penggunaan

    pembanding plasebo yang dilaksanakan secara tersamar adalah

    esensial karena pada pembacaan TD (kecuali pembacaandengan ABPM) mudah terjadi kesalahan sistematik (bias), dan

    karena pada TD perubahan spontan yang besar dapat terjadi,

    sedangkan efek obat aktif seringkali kecil (penurunan TDD oleh

    obat hanya 4-5 mm Hg lebih besar dibanding penurunan oleh

    plasebo);

    - diikutsertakan pada akhir studi, yaitu pada fase withdrawal

    pada fase ini penderita dibagi 2 secara random, pada separuh

    penderita obat uji diteruskan sedangkan pada separuh penderita

    yang lain diberikan plasebo.

    b)

    Pembanding obat aktif

    Dipilih obat standar yang sekarang berlaku.

    Pembanding obat aktif diperlukan untuk:

    - Membandingkan efikasi antihipertensi obat uji dalam studi

    jangka panjang (6 bulan atau lebih); pada studi ini pembanding

    plasebo tidak boleh digunakan;

    - Membandingkan efikasi antihipertensi obat uji dalam jangka

    pendek bersama plasebo (3 kelompok paralel: obat uji, obat

    standar dan plasebo). Studi ini tidak hanya membandingkan

    efikasi dengan obat standar, tetapi juga menunjang efikasiantihipertensinya (vs. plasebo). Obat standar yang digunakan

    jika mungkin dari kelas yang sama. Studi ini terutama berguna

  • 5/28/2018 Pedoman_615.19_tentang Pedoman Penilaian Efikasi Dan Keamanan Antihipertensi Tahun_2004

    4/9

    jika efek obat uji (vs plasebo) sangat kecil (misalnya 2 mm Hg)

    untuk mengetahui apakah efek yang kecil ini akibat populasi

    studinya atau kondisi studi lainnya (obat uji dan obat standar

    sama-sama memberikan efek yang kecil vs. plasebo) atau

    memang karena obatnya (obat standar memberikan efek yang

    lebih besar dibanding obat uji (vs plasebo).

    3.

    Disain uji klinik

    a) Uji klinik jangka pendek (4-12 minggu)

    Studi efikasi jangka pendek harus acak tersamar ganda, dan

    umumnya harus berpembanding plasebo. Studi dosis-respons dan

    studi yang menggunakan pembanding obat standar maupun studi

    berpembanding plasebo sangat dianjurkan.

    Dosis respon yang bermakna secara statistik (kurva dosis responnya

    mempunyai slope 0) merupakan bukti efikasi obat yang kuat.

    Karena itu studi dosis respons dapat digunakan untuk

    menunjukkan efikasi tanpa harus menunjukkan superioritasnyaterhadap plasebo.

    Berbagai disain efikasi jangka pendek, misalnya

    - Paralel/menyilang dengan dengan satu dosis tetap vs. plasebo;

    - Paralel dengan dosis yang ditingkatkan sesuai respons

    (unforced titration) vs. plasebo;

    - Paralel dengan dosis yang ditingkatkan ke dosis yang telah

    ditetapkan (forced titration) vs. plasebo;

    -

    Paralel dengan beberapa tingkat dosis yang telah ditetapkan(factorial design) vs. plasebo;

    - Semua disain jangka pendek terlampir.

    Template disain studi jangka pendek terlampir.

    b) Uji klinik jangka panjang (6 bulan atau lebih)

    Studi efikasi jangka panjang harus dilakukan untuk menunjukkan

    bertahannya efikasi dan ada/tidaknya efek withdrawal. Studi ini

    juga diperlukan untuk penilaian keamanan jangka panjang.

    Studi ini harus menggunakan obat standar sebagai pembanding

    aktif, dan sebaiknya diikuti dengan fase withdrawal.

    Disain lain diawali dengan 3 kelompok paralel (obat uji, obat

    standar dan plasebo), dengan plasebo hanya untuk jangka pendek(

    misalnya 1 bulan).

    Studi jangka panjang tanpa pembanding yang diikuti dengan fase

    withdrawalyang acak tersamar dan berpembanding plasebo, juga

    dapat menunjukkan efikasi jangka panjang.

    4. Hubungan dosis respon (D/R)

    Hubungan D/R untuk efek yang menguntungkan (menurunkan TD) dantidak menguntungkan dari obat antihipertensi harus ditunjukkan

    dengan studi D/R.

  • 5/28/2018 Pedoman_615.19_tentang Pedoman Penilaian Efikasi Dan Keamanan Antihipertensi Tahun_2004

    5/9

    Studi D/R menggunakan disain kelompok paralel acak dosis tetap atau

    dosis yang dititrasi, sedikitnya 3 dosis (selain plasebo) yang dapat

    menunjukkan bagian- bagian kritis dari kurva D/R, yaitu dosis efekti

    yang rendah, dosis pada bagian yang curam, dan dosis yang terkecil

    yang memberikan efek maksimal.

    Jika slope kurva D/R positif, maka studi D/R telah menunjukkan

    efikasi tanpa memerlukan plasebo. Jika semua dosis memberikan efek

    yang sama berarti tidak ada hubungan D/R.

    5. Rasio trough/peak (T/P)

    Efek obat selama interval dosis dievaluasi menggunakan alat ABPM

    (Ambulatory blood pressure monitoring), yaitu alat untuk mengukur

    TD secara otomatis selama 24 jam; tetapi dapat juga dilakukan dengan

    mengukur TD disekitar waktu tercapainya kadar obat tertinggi dalam

    dara(peak level) dan pada kadar obat yang terendah (trough level),

    yaitu sesaat sebelum dosis berikut.

    Rasio T/P adalah rasio antara penurunan TD terkecil dengan penurunanTD terbesar yang ditimbulkan oleh obat setelah dikurangi dengan efek

    plasebo. Efek plasebo ini diperlukan untuk rasio T/P, diukur setelah

    tercapai keadaan dimana TD telah menjadi stabil. Rasio T/D ini di ukur

    pada studi awal pengembangan obat.

    Walaupun dianjurkan persyaratan rasio T/P minimal 50%, namun

    interpretasi rasio ini umumnya fleksibel. Tujuannya diperlukan kendali

    TD yang cukup sampai akhir interval dosis tanpa penurunan TD yang

    terlebih pada efek yang tertinggi. Hal ini perlu diperhatikan karena

    adanya keinginan untuk menggunakan interval dosis yang panjang(misalnya untuk mendapatkan claimdosis sekali sehari) pada obat yang

    kerjanya singkat.

    6. Analisis data

    a. laporan uji klinik yang digunakan untuk memastikan efikasi harus

    mencakup analisis intention-to-treat. Bagi pasien yang tidak

    menyelesaikan studi, TD terakhir diambil sebagai nilai pada

    kunjungan-kunjungan berikutnya (LOCF = last observation carried

    forward).

    b.

    Pada uji klinik dengan disain menyilang, harus digunakan analisis

    yang sesuai untuk menghilangkan atau memperhitungkan efek

    carry-over.

    B. Studi farmakodinamikStudi farmakodinamik harus dilakukan untuk menilai efek obat terhadap

    berbagai organ/sistem seperti efek hemodinamik, efek pada ginjal dan

    efek neurohumoral. Umumnya, perlu ditunjukkan besarnya, dosis respon,

    dan lamanya efek tersebut. Studi ini biasanya harus berpembanding

    plasebo.

  • 5/28/2018 Pedoman_615.19_tentang Pedoman Penilaian Efikasi Dan Keamanan Antihipertensi Tahun_2004

    6/9

    C. Studi farmakokinetikStudi khusus harus dilakukan pada pasien usia lanjut dan bergantung

    pada cara eliminasinya, pada pasien dengan berbagai derajat disfungsi

    ginjal dan/atau disfungsi hati.

    V. PENILAIAN KEAMANANDatabase dari sekitar 1500 penderita (termasuk 300-600) penderita selam 6

    bulan dan 100 penderita selama 1 tahun) biasanya cukup untuk menunjukkan

    keamanan obat-obat yang diberikan secara kronik, tetapi jumlah ini mungkin

    terlalu kecil untuk obat antihipertensi yang digunakan sangat lama dan sangat

    luas oleh populasi penderita yang asimtomatik.

    Disamping penilaian keamanan yang biasa, harus diperhatikan penurunan

    tekanan darah yang berlebihan (hipotensi), terutama sewaktu berdiri (hipotensi

    ortostatik), dan fenomena rebound.Bergantung pada obatnya, mungkin perlu

    diteliti efek pada ritme jantung atau konduksi jantung, efek coronary steal,efek pada faktor-faktor risiko untuk penyakit kardiovaskular (misalnya gula

    darah, lipid darah), dan efek pada kerusakan organ target.

    VI. Pemberian bersama obat antihipertensi lainOleh karena obat antihipertensi sering digunakan dalam kombinasi, maka

    penting untuk menilai efikasi dan keamanan suatu obat antihipertensi baru

    dalam kombinasi dengan obat antihipertensi lain.

    Informasi mengenai penggunaan obat antihipertensi dalam kombinasi dapatdiperoleh dari:

    - studi faktorial yang formal;

    - penggunaan kombinasi dalam uji klinik jangka pendek dan jangka

    panjang;

    - studiadd on, dimana obat kedua ditambahkan pada nonresponder terhadap

    obat pertama, atau sebaliknya.

    VII. Produk kombinasi tetapTujuan terapi kombinasi adalah untuk meningkatkan efikasi dan /atau

    keamanan dibandingkan masing-masing obat. Masing-masing obat tersebut

    harus mempunyai cara kerja yang komplementer sehingga ikut memberikan

    efek antihipertensi, dan kombinasi menghasilkan efek antihipertensi yang

    aditif atau efek samping yang berkurang.

    A. Terapi lini kedua

    Biasanya kombinasinya tetap digunakan untuk menggantikan kombinasi

    tidak tetap TD normal dicapai dengan dosis yang sama untuk masing-

    masing obat dalam kombinasi, dan kombinasi tersebut dapat ditoleransi

    dengan baik. Umumnya kombinasi tetap tersebut tidak boleh diberikanpada awal terapi.

    1. Tujuan kombinasi tetap untuk meningkatkan efikasi

  • 5/28/2018 Pedoman_615.19_tentang Pedoman Penilaian Efikasi Dan Keamanan Antihipertensi Tahun_2004

    7/9

    Disain uji klinik berikut dapat diterima untuk pendaftaran, tetapi

    minimal 1 studi pivotal harus dilakukan pada populasi penderita yang

    TD-nya tidak dapat dinormalkan dengan monoterapi salah satu

    komponen.

    a) Terapi add-on: obat kedua ditambahkan pada nonresponder obat

    pertama, atau sebaliknya. Hasilnya harus menunjukkan

    penambahan penurunan TD diastolik dan sistolik duduk atau

    berbaring yang bermakna secara statistik dan relevan secara klinik

    (misalnya penurunan TDD duduk bertambah > 2 mm Hg), dan

    lebih baik lagi jika menunjukkan juga peningkatan response

    rate(TD< 140/90 mm Hg) yang bermakna secara statistik.

    b) Studi kelompok paralel: membandingkan kombinasi vs. masing-

    masing komponen dengan dosis terapi yang sama. Hasilnya harus

    menunjukkan bahwa efikasi kombinasi superior dibanding efikasi

    masing-masing komponen (bermakna secara statistik dan relevansecara klinik, misalnya penurunan TDD duduk > 2 mm Hg.

    c) Disain faktorial: plasebo dan satu atau lebih dosis obat uji T dan

    obat lain D (biasanya diuretik) diteliti sendiri dan dalam semua

    kombinasinya dalam uji klinik paralel acak jangka pendek.

    Disain ini paling cocok untuk menemukan dosis yang tepat dari

    masing-masing komponen untuk kombinasi tetap.

    Template disain faktorial adalah sebagai berikut :

    Pla T

    Obat T

    Dosis 1 Dosis 2

    Pla D Pla T1 T2

    Obat D Dosis 1 D1 T1D1 T2D1

    Dosis 2 D2 T1D2 T2D2

    Hasilnya harus menunjukkan bahwa kombinasi mempunyai efek yang lebih besar

    dibandingkan masing-masing komponen. Pada disain ini tidak ada informasi

    mengenai nonresponder terhadap salah satu obat.

    2. Tujuan kombinasi tetap untuk mengurangi efek samping.

    Misalnya kombinasi 2 diuretik yang salah satunya mempunyai efek

    hemat kalium. Hasil studi harus menunjukkan bahwa keamanan

    kombinasi superior dibanding keamanan masing-masing komponen

    sedangkan efikasinya sebanding

    B.

    Terapi lini pertama

  • 5/28/2018 Pedoman_615.19_tentang Pedoman Penilaian Efikasi Dan Keamanan Antihipertensi Tahun_2004

    8/9

    Kombinasi tetap 2 obat antihipertensi dapat digunakan sebagai lini pertama

    jika masing-masing komponen menggunakan dosis subterapi, dengan

    tujuan untuk mengurangi efek samping yang bergantung pada dosis

    Kombinasi tetap dosis rendah ini dapat di-claim untuk terapi lini pertama

    jika :

    1. Dapat ditunjukkan bahwa setiap komponen mempunyai kontribusi

    dalam kombinasi tetap tersebut .

    - Penurunan TD oleh kombinasi harus lebih besar dibanding

    placebo ( bermakna secara statistic dan relevan secara klinik,

    misalnya penurunan TDD duduk>2mm Hg )

    - Penurunan TD oleh kombinasi harus lebih besar dibanding

    masing-masing komponen pada dosis subterapi yang sama

    seperti dalam kombinasi tetap ( paling sedikit bermakna secara

    statistic );

    - response rate kombinasi harus lebih besar dibanding plasebo

    (bermakna secara statistik dan relevan secara klinik)2. Dapat ditunjukkan adanya pengurangan efek samping yang

    bergantung pada dosis oleh kombinasi tetap dosis rendah dibanding

    oleh komponennya pada dosis terapi yang kecil:

    - penurunan TD oleh kombinasi sebanding, yaitu sedikitnya tidak

    inferior (misalnya penurunan TDD duduk < 2 mm Hg) dibanding

    oleh masing-masing komponen pada dosis terapi yang kecil;

    - response rate dan keamanan kombinasi cenderung lebih baik

    dibanding masing-masing komponen pada dosis terapi yang

    terkecil.Dengan demikian, penggunaan kelompok plasebo dalam studi ini

    berguna untuk menilai efek kombinasi tersebut.

  • 5/28/2018 Pedoman_615.19_tentang Pedoman Penilaian Efikasi Dan Keamanan Antihipertensi Tahun_2004

    9/9

    LAMPIRAN

    DISAIN STUDI JANGKA PENDEK (T = Obat uji; P = Plasebo)

    A. Paralel/menyilang dengan satu dosis tetap vs. plasebo

    Kelompok A T4mg

    B. Paralel dengan dosis yang ditingkatkan sesuai respon ( unforced titration )

    vs.plasebo

    T(8mg)

    Kelompok A T(4mg)

    T 2mg

    Kelompok B P P P

    () : Jika diperlukan untuk mencapai tujuan

    C. Paralel dengan dosis yang ditingkatkan ke dosis yang telah ditetapkan (forced

    titration) vs plasebo

    Kelompok A T2mg T4 mg T8 mg

    Kelompok B P P P

    D. Paralel dengan beberapa tingkat dosis yang telah ditetapkan ( factorial design ) vs

    plaseboKelompok A T2mg

    Kelompok B T4mg

    Kelompok C T8mg

    Kelompok D P

    Atau

    Kelompok A T2mg T2mg Tmg

    Kelompok B T2mg T4mg T4mg

    Kelompok C T2mg T4mg T8mg

    Kelompok D P P P

    E. Disain di atas dengan pembanding obat aktif