13
1 PERENCANAAN GEOMETRIK PENINGKATAN JALAN GUNUNG MEDAN SITIUNG KABUPATEN DHARMASRAYA STA 0+000 2+000 JURNAL Idris Sardi Npm. 10.10.002.22201.175 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT 2014

Pekerjaan Gunung

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mapping

Citation preview

  • 1

    PERENCANAAN GEOMETRIK

    PENINGKATAN JALAN GUNUNG MEDAN SITIUNG

    KABUPATEN DHARMASRAYA

    STA 0+000 2+000

    JURNAL

    Idris Sardi

    Npm. 10.10.002.22201.175

    PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT

    2014

  • 2

    ABSTRAK

    Perencanaan Geometrik Peningkatan Jalan Gunung Medan Sitiung

    Idris Sardi, Buyung Oktorizal, Surya Eka Priana

    Guna memenuhi kebutuhan masyarakat dalam meningkatkan pembangunan dan ekonomi

    maka pemerintah Dharmasraya melalui dinas Pekerjan Umum memprogramkan APBD

    TA.2013 untuk kegiatan Peningkatan jalan ruas Gunung Medan-Sitiung. Dalam Tugas

    Akhir ini penulis mengambil Tinjauan tentang Perencanaan geometrik Peningkatan Jalan Gunung Medan - Sitiung ( STA 0+000 - 2+000 ).yang berlokasi di kecamatan Sitiung Kabupaten Dharmasraya.

    Sebagai acuan dalam perhitungan penulis menggunakan rumus standar geometrik jalan

    Bina Marga.

    Pada perencanaan geometrik jalan ini penulis merencanakan 5 alinyemen horizontal dan 2

    alinyemen vertikal. Pada perhitungan alinyemen horizontal 1 (tikungan ke kiri), 2 (

    tikungan kekanan), 4 ( tikungan kekanan ) dan 5 (tikungan kekiri ), keempat tikungan ini

    mengunakan perhitungan Spiral-spiral dan alinyemen 3 (tikungan kekanan )

    menggunakan perhitungan Full circle.dalam perhitungan alinyeman horizontal

    menggunakan sistem metoda trial and error. Serta menghitung pelebaran perkerasan pada

    tikungan.

    Dan pada alinyemen vertikal 1 bertipe lengkung dan cembung pada alinyemen vertikal 2.

    Kata kunci : Perencanaan Geometrik Jalan Raya, Gunung Medan - Sitiung

    ABSTRACT

    Geometric Planning for Road Gunung Medan - Sitiung

    Idris Sardi, Buyung Oktorizal, Surya Eka Priana

    In order to meet the needs of the community in improving economic development and

    government services The work Dharmasraya through programmed General Budgets

    TA.2013 for Increased activity of Gunung Medan road segment Sitiung. In this final

    project to take Overview of "Planning geometric Gunung Medan Road Improvement -

    Sitiung (STA 0 + 000 - 2 + 000)." Is located in the district Sitiung Dharmasraya. As a

    reference the author's calculations using the geometric standard formula Highways. In

    this way the author geometric planning plan 5 horizontal alignment and vertical

    alignment 2.

    In the calculation of the horizontal alignment 1 (left turn), 2 (curve to the right), 4 (bends

    to the right) and 5 (left corner), the four corners of this calculation using the Spiral-spiral

    and alignment 3 (curve to the right) using the calculation Full circle.dalam horizontal

    alinyeman calculations using the method of trial and error system.

    And calculate the pavement widening at the bends. And the vertical alignment of type 1

    curved and convex in vertical alignment 2.

  • 3

    Keywords: Geometric Planning Highway, Gunung Medan Sitiung

    I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Tugas Akhir merupakan suatu bentuk

    nyata dari keberhasilan seorang

    mahasiswa dalam menuntut ilmu

    pengetahuan pada perguruan tinggi,

    serta merupakan kewajiban individu

    bagi setiap mahasiswa yang ingin

    menamatkan pendidikannya, dan harus

    benar-benar dikuasai dengan

    sepenuhnya bukan hanya dalam tulisan.

    Dilatar belakangi hal tersebut, maka

    setiap mahasiswa pada semester VIII

    (Delapan) diwajibkan membuat karya

    ilmiah berupa tugas akhir dengan

    judul,PERENCANAAN GEOMETRIK PENINGKATAN

    JALAN GUNUNG MEDAN SITIUNG .

    1.2 Tujuan Penulisan

    Karya yang dibuat oleh setiap

    mahasiswa Program Strata I teknik sipil

    Universitas Muhammadiyah Sumatera

    Barat diharapkan disiplin ilmunya

    berupa teori-teori yang telah dibuat dan

    dikumpulkan dapat dipahami

    pengaplikasian dari teori-teori tersebut

    dan diterapkan di lapangan.

    1.3 Teknik Pengumpulan Data

    Dalam pengumpulan data lapangan yang

    dipelukan untuk mempermudah dan

    memperlancar penulisan tugas akhir ini

    maka penulis melakukan survey dan

    penelitian-penelitian untuk lebih

    mempermudah dan memperlancar

    penulisan Tugas Akhir ini sehingga

    berbentuk tulisan yang baik dan

    lengkap, penulis berupaya

    mengumpulkan data-data dari sumber-

    sumber yang ada kaitannya dengan

    penulisan tugas akhir ini.

    1.4 Ruang Lingkup Penulisan

    - Dasar teori tentang dasar-dasar teori dan rumus-rumus yang digunakan.

    - Metodologi terhadap latar belakang, data-data proyek,urutanmetoda

    pelaksanaan perencanaan geometrik

    jalan, serta hasil dari perencanaan

    geometrik dalam pelaksanaan proyek

    peningkatan jalan Gunung Medan Sitiung ini..

    - Tinjauan khusus terhadap perencanaan geometrik peningkatan jalan Gunung

    Medan Sitiung serta metode pelaksanaan pekerjaan di lapangan .

    1.5 SistematikaPenulisan

    Untuk mempermudah dan lebih

    terarahnya penyusunan dan penulisan

    serta pemahaman terhadap Tugas Akhir

    (TA) ini, maka penulis menggunakan

    sistematika penulisan yang diuraikan

    dalam bentuk sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN

    BAB II : DASAR TEORI

    BAB III : METODOLOGI

    BAB IV :PERENCANAAN GEOMETRIK

    JALAN

    BAB V : PENUTUP

    DAFTAR PUSTAKA

    II

    DASAR TEORI

    2.1 Umum

    Dasar teori pada tugas akhir yang akan

    dibawakan ini akan menguraikan

    seluruh aspek-aspek yang bersifat teknis

    untuk merencanakan perencanaan

    geometrik jalan.

    2.2 Klasifikasi Jalan

    a. Klasifikasi menurut fungsi jalan

    1) Jalan Arteri :Jalan yang

    melayani angkutan utama

    dengan ciri-ciri perjalananjarak

    jauh, kecepatan rata-rata tinggi,

  • 4

    dan jumlah jalan masuk dibatasi

    secara efisien

    2) Jalan Kolektor :Jalan yang

    melayani angkutan

    pengumpul/pembagi dengan

    ciri-ciri perjalanan jarak sedang,

    kecepatan rata-rata sedang dan

    jumlah jalan masuk dibatasi,

    3) Jalan Lokal :Jalan yang

    melayani angkutan setempat

    dengan ciri-ciri perjalanan jarak

    dekat, kecepatan rata-rata

    rendah, dan jumlah jalan masuk

    tidak dibatasi.

    b.Klasifikasi menurut kelas jalan

    1) Klasifikasi menurut kelas jalan

    berkaitan dengan kemampuan

    jalan untuk menerima beban lalu

    lintas, dinyatakan dalam muatan

    sumbu terberat (MST) dalam

    satuan ton.

    2) Klasifikasi menurut kelas jalan

    dan ketentuannya serta kaitannya

    dengan kasifikasi menurut fungsi jalan

    dapat dilihat dalam Tabel 2.1 (Pasal 11,

    PP. a No.43/1993).

    Tabel 2.1.

    Klasifikasi jalan secara umum menurut kelas, fungsi, dimensi kendaraan maksimum dan

    muatan sumbu terberat

    Kelas

    Jalan Fungsi

    Jalan Dimensi Kendaraan Maksimum Muatan Sumbu

    Terberat

    (ton) Panjang (m) Lebar (m)

    I Arteri 18 2,5 > 10

    II 18 2,5 10

    IIIA Kolektor 18 2,5 8

    IIIB 12 2,5 8

    IIIC Lokal 9 2,1 8 Sumber data: RSNI T 14 2004

    d. Klasifikasi menurut wewenang

    pembinaan jalan

    Klasifikasi jalan menurut

    wewenang pembinaannya sesuai

    PP. No.26/1985 adalah jalan

    Nasional, Jalan Propinsi, Jalan

    Kabupaten/Kotamadya, Jalan

    Desa, dan Jalan Khusus

    2.3. Aspek Lalu Lintas

    A. Nilai Konversi Kendaraan

    Perhitungan lalu lintas diperlukan

    untuk menentukan volume lalu

    lintas harian rata-rata. Dalam

    hubungannya dengan analisa

    kapasitas jalan, besaran volume lalu

    lintas dinyatakan dalam Satuan

    Mobil Penumpang (SMP). Untuk

    penentuan besarnya nilai EMP

    setiap jenis kendaraan tergantung

    pada fungsi tipe jalan, tipe

    alinyemen dan arus lalu lintas.

    Satuan Mobil Penumpang (smp).

    Nilai emp untuk berbagai jenis

    kendaraan dan kondisi medan dapat

    dilihat pada tabel 2.2 berikut ini:

    Tabel 2.2.

    Ekivalen Mobil Penumpang (emp) untuk jalan perkotaan satu arah dan terbagi. Tipe Jalan Arus Lalu lintas per Emp Pegunungan

  • 4

    lajur(kend./jam) HV MC

    Dua lajur satu arah (2/I) dan

    empat lajur terbagi (4/2D)

    0 s.d 1.050

    > 1.050

    1.3

    1.2

    0.4

    0.25

    Tiga lajur satu arah (3/I) dan

    enam lajur terbagi (6/2D)

    0 s.d 1.000

    > 1.000

    1.3

    1.2

    0.4

    0.25

    Sumber data: RSNI T 14 - 2004

    Keterangan : HV = Kenderaaan berat;

    kenderaan bermotor dengan jarak As

    lebih dari 3.5 meter, biasanya beroda

    lebih dari 4 (termasuk bus, truk 2 as,

    truk 3 as dan truk kombinasi).

    MC =Sepeda motor; kendaraan

    bermotor beroda 2 atau 3.

    B. Kecepatan Rencana

    Kecepatan rencana adalah kecepatan

    yang ditetapkan atau dipilih sebagai

    dasar perencanaan geometrik jalan yang

    memungkinkan kendaraan-kendaraan

    bergerak dengan aman dan nyaman.

    Batasan kecepatan bagi jalan-jalan

    perkotaan haruslah sesuai dengan tipe

    dan kelas jalan yang bersangkutan.

    Sesuai dengan Tabel 2.3.

    Tabel 2.3.

    Kecepatan rencana sesuai klasifikasi jalan di kawasan perkotaan

    Fungsi Jalan Kecepatan Rencana Km / Jam

    Arteri Primer 50 100

    Kolektor Primer 40 80

    Arteri Sekunder 50 - 80

    Kolektor Sekunder 30 - 50

    Lokal Sekunder 30 - 50 Sumber data: RSNI T - 2004

    Tabel 2.4. Dimensi Kendaraan Bermotor untuk Perencanaan Geometrik Jalan

    Radius putar

    (cm)

    Tinggi Lebar Panjang Depan Belakang Min Min

    Mobil penumpang 130 210 580 90 150 730 440

    Truk as tunggal 410 240 900 110 170 1.28 860

    Bis gandengan 340 250 1800 250 290 1.21 650

    Truk semi trailer kombinasi

    sedang

    410 240 1.39 90 80 1.22 590

    Truk semi trailer kombinasi

    besar

    410 250 1.68 90 60 1.37 520

    Convensional School Bus 320 240 1.06 80 370 1.19 730

    City Transit Bus 320 250 1.2 20 230 1.28 750

    TonjolanDimensi Kendaran (cm)Kategori Kendaraan Rencana

    Radius

    tonjolan

    (cm)

    Sumber data: RSNI T 2004

    D. Kebutuhan Lajur

    Lajur adalah sebagaian jalur lalu lintas

    yang memanjang, dibatasi oleh marka,

  • 5

    memiliki lebar yang cukup untuk

    dilewati suatu kendaraan bermotor

    sesuai kendaraan rencana.

    1. Lebar Lajur. Lebar lajur adalah bagian jalan yang

    direncanakan khusus untuk lintasan satu

    kendaraan. Lebar lajur lalu lintas sangat

    mempengaruhi kecepatan arus bebas dan

    kapasitas dari jalan.

    2. Bahu jalan

    Bahu jalan diperuntukkan sebagai

    tempat pemberhentian darurat bagi

    kendaraan yang mengalami gangguan.

    Sehingga bahu jalan harus mempunyai

    lebar yang cukup agar kendaraan yang

    berhenti tidak mempengaruhi kendaraan

    yang sedang melaju

    3. Jumlah Lajur.

    Kebutuhan lajur lalu lintas dapat

    ditetapkan berdasarkan tipe jalan yang

    akan dipilih, kemudian dihitung rasio

    perbandingan antara arus lalu lintas jam

    rencana dengan kapasitas tiap lajurnya

    apakah sudah memenuhi syarat yang

    ditetapkan didalam MKJI97 yaitu Degree of Saturation (DS) < 0,75.

    4. Derajat Kejenuhan ( DS )

    Rasio perbandingan antara arus lalu

    lintas jam rencana dengan kapasitas tiap

    lajurnya

    DS = 0,75 C

    Q

    Dimana :

    Q = arus lalu lintas (smp/jam)

    C = kapasitas (smp/jam)

    Bila derajat kejenuhan (DS) yang

    didapat > 0,75 berarti lalu lintas jalan

    sudah mulai jenuh (macet) karena

    volume lalu lintas yang tinggi, oleh

    sebab itu lebar manfaat jalan sudah

    harus diperlebar.

    2.4. Aspek Perencanaan Geometrik

    Jalan

    Perencanaan geometrik jalan merupakan

    bagian dari perencanaan jalan yang

    dititik beratkan pada perencanaan

    bentuk fisik sehingga dapat memenuhi

    fungsi dasar dari jalan yaitu memberikan

    pelayanan yang optimal pada arus lalu

    lintas.

    Geometrik jalan adalah bentuk dari

    suatu ruas jalan secara lengkap, yang

    meliputi beberapa elemen yang

    disesuaikan dengan kelengkapan dan

    data dasar yang ada atau tersedia dari

    hasil survey lapangan.

    Adapun tujuan dari perencanaan

    geometrik jalan adalah :

    Memberikan keamanan/ keselamatan dan kenyamanan seperti jarak

    pandangan, ruang yang cukup untuk

    bergerak (manouver) kendaraan.

    Merancang suatu jalan yang ekonomis.

    Memberikan suatu keseragaman geometrik jalan sesuai dengan jenis

    medan (terrain).

    1) Alinyemen Horizontal Alinyemen horizontal adalah suatu garis

    proyeksi sumbu jalan pada peta.

    Alinyemen horizontal harus

    direncanakan sebaik-baiknya mengikuti

    persyaratan-persyaratan yang telah

    ditetapkan, termasuk dalam penyediaan

    drainase yang baik serta pertimbangan

    untuk memperkecil pekerjaan tanah.

    2.4. Aspek Perencanaan Geometrik

    Jalan

    Perencanaan geometrik jalan merupakan

    bagian dari perencanaan jalan yang

    dititik beratkan pada perencanaan

    bentuk fisik sehingga dapat memenuhi

    fungsi dasar dari jalan yaitu memberikan

    pelayanan yang optimal pada arus lalu

    lintas.

    Geometrik jalan adalah bentuk dari

    suatu ruas jalan secara lengkap, yang

    meliputi beberapa elemen yang

    disesuaikan dengan kelengkapan dan

    data dasar yang ada atau tersedia dari

    hasil survey lapangan.

    Adapun tujuan dari perencanaan

    geometrik jalan adalah :

    Memberikan keamanan/ keselamatan dan kenyamanan seperti jarak

    pandangan, ruang yang cukup untuk

    bergerak (manouver) kendaraan.

    Merancang suatu jalan yang ekonomis.

  • 6

    Memberikan suatu keseragaman geometrik jalan sesuai dengan jenis

    medan (terrain).

    Alinyemen horizontal atau sering

    disebut trase jalan tersusun atas bagian

    yang lurus (tangen) dan bagian

    lengkung (circle). Tangen dibedakan

    menurut angka arah (azimuth, dan antara

    dua tangen yang berpotongan

    dihubungkan oleh garis lengkung yang

    berupa busur lingkaran yang berfungsi

    sebagai busur peralihan antar azimut

    yang satu dengan yang lain. Pada

    alinyemen horizontal dapat ditunjukan

    letak dari suatu titik atau bagian-bagian

    yang penting dari jalan.

    a. Panjang Tikungan Panjang tikungan (Lt) terdiri dari

    panjang busur lingkaran (Lc) dan

    panjang 2 lengkung spiral (Ls) yang

    diukur sepanjang sumbu jalan. Utuk

    menjamin kelancaran dan kemudahan

    mengemudikan kendaraan pada saat

    menikung pada jalan arteri perkotaan

    maka panjang suatu tikungan

    sebaiknya tidak kurang dari 6 detik

    perjalanan. Panjang ini dapat dilihat

    pada tabel 2.6.

    Tabel 2.6. Panjang bagian tikungan minimum

    VR (km/jam 100 90 80 70 60 50 40 30 Panjang tikungan (m) 170 155 135 120 105 85 70 55

    Sumber data: RSNI T - 2004

    b. Jari-Jari Lengkung Minimum Untuk setiap kecepatan rencana yang

    ada dalam estndar perencanaan

    geometrik, Jari jari lengkung

    minimum ditentukan berdasarkan

    kemiringan tikungan maksimum dan

    koefisiensi gesekan melintang

    maksimum, yang dapat dihitung

    dengan persamaan:

    )(127 maxmax

    2

    minfex

    VR

    Dimana:

    Rmin = jari-jari minimum

    (meter)

    V = kecepatan rencana

    (km/jam)

    emax = kemiringan

    tikungan maksimum

    (%)

    fmax = koefisien gesek

    melintang

    maksimum untuk

    perkerasan aspal f

    = 0.12 0.17

    Tabel 2.7. Jari-jari minimum untuk setiap kecepatan rencana (emax = 6%)

    VR (km/jam 100 90 80 70 60 50 40 30 F max 0.11 0.12 0.13 0.14 0.15 0.16 0.17 0.17 Rmin (meter) 435 335 250 195 135 90 55 30

    Sumber data: RSNI T - 2004

    Jari-jari minimum merupakan nilai kritis

    untuk memberi kenyamanan mengemudi

    dan keselamatan. Dalam perencanaan

    diusahakan jari-jari yang diambil lebih

    besar dari jari-jari minimum.

    c. engkung Peralihan (Ls) Lengkung peralihan adalah lengkung

    yang disisipkan diantara bagian yang

    lurus dan bagian lengkung jalan berjari-

    jari R, berfungsi untuk mengantisipasi

    perubahan alinyemen jalan dari bentuk

    lurus (R tak terhingga) sampai bagian

    lengkung berjari-jari tetap R sehingga

    gaya sentrifugal yang bekerja pada

    kendaraan saat di tikungan berubah

    secara berangsur-angsur, baik ketika

    kendaraan mendekati tikungan maupun

    meninggalkan tikungan.

    xTV

    Ls6.3

    Dimana:

  • 2

    T = tempuh dilengkung peralihan,

    ditetapkan 2 dt

    VR = kecepatan rencana (km/jam)

    Selain dengan rumus-rumus diatas

    panjang lengkung peralihan dapat

    dicari dengan menggunakan tabel

    2.8.

    Tabel 2.8. Panjang minimum lengkung peralihan

    VR (km/jam 100 90 80 70 60 50 40 30 Lsmin (m) 56 50 44 39 33 28 22 17

    Sumber data: RSNI T 2004

    Macam-Macam Tikungan

    1. Full Circle (lengkung Penuh)

    Tikungan jenis ini digunakan jika

    jari-jari

    lengkung ini tidak menggunakan

    lengkung spiral sebagai lengkung

    peralihan. Untuk tikungan jari-jari yang

    lebih kecil dari diatas, dapat digunakan

    jenis tikungan Spiral Circle Spiral atau

    Spiral-Spiral.

    Gambar 2.3. Komponen Full Circle

    (FC)

    Rumus yang digunakan:

    1. RLc 180

    2. 2

    tan

    RTc

    3. xREc )12

    (sec

    r)

    Pada lengkung lingkaran penuh yang

    tidak mempunyai lengkung peralihan,

    untuk mengantisipai perubahan gaya

    sentifugal secara mendadak digunakan

    lengkung peralihan fiktif dalam

    pengambaran diagram superelevasinya.

    Superelevasi secara bertahap dari

    kemiringan melintang normal pada

    bagian jalan yang lurus sampai ke

    kemiringan penuh (superelevasi) pada

    bagian legkung.

    Pada tikungan FC, pencapaian

    superelevasi dilakukan secara linier,

    diawali dari bagian lurus sepanjang 3/4

    LS sampai dengan bagian lingkaran

    penuh sepanjang 1/4 bagian panjang Ls

    2. Spiral Circle Spiral (lengkungan

    Spiral-lingkaran-Spiral)

    Jenis tikungan ini dari arah tangent

    kearah circle memiliki spiral yang

    merupakan daerah yang transisi yang

    berfungsi agar perubahan gaya

    sentrifugal yang timbul pada saat

    memasuki atau keluar dari tikungan

    terjadi secara bertahap tidak mendadak.

    Tikungan ini digunakan jika jari-jari

    lengkung yang digunakan tidak

    memenuhi atau kurang dari jari-jari

    minimum yang diperkenankan untuk

    jenis Full Circle.

    Gambar 2.5

    Komponen Spiral Circle Spiral (SCS)

  • 8

    Rumus yang digunakan:

    s = 90

    Ls

    c = - 2s

    Lc = R180

    Yc = R

    Ls

    6

    2

    Xs = Ls 2

    3

    40R

    Ls

    k = Xc R sin s

    p = Yc R(1- cos s)

    Ts = (R+p) tan 2

    + k

    Es = (R+p) sec 2

    - R

    L = Lc + 2Ls

    1. Spiral-Spiral (lengkung spiral) Jenis ini digunakan sebagai alternatif

    lain jika dalam perhitungan diperoleh

    nilai Lc < Lc min. Selain dengan

    menggunakan tipe spiral-spiral ini,

    untuk mengantisipasi nilai Lc < Lc min

    dapat dengan menggunakan cara

    memperbesar jari-jari lengkungan

    syarat landai relatif terpenuhi.

    Persamaan landai relatif dapat dihitung

    dengan rumus sebagai berikut:

    Spiral- Spiral (SS)

    Ls

    BxeeLr pn )(

    Dimana:

    Lr = landai relatif

    Ls = Panjang lengkung peralihan

    en = superelevasi normal

    ep = superelevasi tikungan penuh

    B =lebar perkerasan dari center line

    Rumus yang digunakan:

    s = 2

    c = 0 Lc = 0

    Yc = R

    Ls

    6

    2

    Xs = Ls 2

    3

    40R

    Ls

    k = Xc R sin s p = Yc R(1- cos s)

    Ts = (R+p) tan 2

    + k

    Es = (R+p) sec 2

    - R

    L = 2Ls

    d. Perlebaran Perkerasan pada Tikungan Perlebaran perkerasan pada tikungan

    dimaksudkan untuk mempertahankan

    konsistensi geometrik jalan agar

    kondisi operasional lalu lintas

    ditikungan sama dengan dibagian

    lurus.

    ZTdncbnB )1()'(

    22

    " pRdRdb "' bbb

    RdAPARdTd )2(2

    Rd

    VrxZ 105.0

    dimana :

    Vr= Kecepatan Rencana

    Rd = Jari-jari Rencana

    B = Lebar perkerasan pada tikungan

    n = Jumlah lajur Lintasan

    b = Lebar lintasan kendaraan pada

    tikungan

    c = Kebebasan samping (0,8 m)

  • 9

    Td = Lebar melintang akibat tonjolan

    depan

    Z = Lebar tambahan akibat kelainan

    dalam mengemudi

    P = Jarak antara as roda depan dan

    belakang kendaraan sedang

    A = Tonjolan depan sampai bemper

    kendaraan sedang

    2) Alinyemen Vertikal Alinyemen vertikal adalah proyeksi

    sumbu tegak yang mengikuti sumbu

    jalan. Profil ini melukiskan tinggi

    rendahnya jalan terhadap muka tanah

    asli, sehingga memberikan gambaran

    kendaraan dalam keadaan naik atau

    bermuatan penuh dengan truk sebagai

    kendaraan standar.

    Lengkung Vertikal

    Lengkung vertikal direncanakan untuk

    mengubah secara bertahap dari dua

    macam kelandaian arah memanjang

    jalan disetiap lokasi yang mengalami

    perubahan kelandaian dengan tujuan:

    1.Mengurangi goncangan akibat

    peubahan kelandaian.

    2. Menyedaikan jarak pandang henti.

    Terdapat dua jenis lengkung vertikal,

    yaitu lengkung vertikal cembung dan

    lengkung vertical cekung.

    21

    1*

    gg

    gLx

    )(2

    *

    21

    1

    gg

    gLy

    Dimana:

    x = jarak dari titik P ke titik yang

    ditinjau

    y = Perbedaan elevasi antara titik P dan

    titik yang ditinjau

    L = Panjang lengkung vertikal parabola,

    yang merupakan jarak proyeksi dari titik

    P dan Q

    g1 = kelandaian tangent dari titik P, (% )

    g2 =kelandaian tangent dari titik Q, (% )

    III

    METODOLOGI

    Perencanaan Geometrik Jalan

    Hal-hal yang perlu diperhatikan :

    - Lokasi (STA) dan nomor-nomor titik kontrol horisontal.

    - lengkung horisontal (curva data) yang direncanakan.

    - Lokasi dari bangunan pelengkap, jembatan, dsb.

    Tahap tahap Perencanaan

    1.Tahap Persiapan Survey

    - Penyusunan metode pelaksanaan survey

    - Studi literature dan penelaahan materi

    - Persiapan teknis, berupa penyiapan teknis pelaksanaan kegiatan di

    lapangan

    - Tahap survey dan Penelitian

    Tahap survey dan penelitian merupakan

    tahapan yang sangat menentukan proses

    pekerjaan selanjutnya, meliputi kegiatan

    - Survey data, berupa pengumpulan data-data angka, peta, curah hujan.

    - Survey lapangan, berupa peninjauan keadaan lapangan untuk mengetahui

    keadaan wilayah dengan melakukan

    identifikasi-identifikasi :

    Identifikasi daerah yang rawan terhadap bahaya longsor

    Identifikasi kondisi, jenis tanah Identifikasi bangunan yang ada

    Survey data Existing Trase Jalan

    yang akan direncanakan Meliputi :

    P

    V

    I

    P Q

    x E

    v

    g

    2

    g

    1

    y

    L

    L Gambar : 2.10. Tipikal

    lengkung vertikal bentuk

    parabola

  • 10

    Pemasangan patok-patok STA,bisa dipasang dengan jarak 25 meter atau

    disesuaikan dengan keadan lapangan

    Pengukuran memanjang dan melintang jalanPengukuran

    melintang jalan ( Cross Section)

    2.Tahap Konsep Perencanaan Teknis

    Pada tahap ini yang harus dilaksanakan

    adalah membuat konsep perencanaan

    teknis pelaksanaan dan kemudian

    melaporkannya kepada Team Leader

    untuk disetujui. Konsep Perencanaan

    Teknis, memuat :

    - Gambar situasi lokasi perencanaan - Gambar Potongan Memanjang - Gambar Potongan Melintang

    Setelah konsep gambar situasi disetujui

    oleh Team Leader, maka konsep

    potongan melintang dapat segera dibuat

    mencakup hal-hal sebagai berikut :

    - Panjang dan lebar rencana pemasangan bangunan pengaman

    yang direncanakan

    - Detail potongan melintang - Gambar detail potongan melintang

    dibuat berdasarkan pada gambar

    potongan melintang

    3. Penetapan Alinyemen

    Penetapan Alinyemen Horisontal

    Hal-hal yang perlu diperhatikan :

    Lokasi (STA) dan nomor-nomor titik kontrol horisontal.

    Data lengkung horisontal (curva data) yang direncanakan.

    Lokasi dari bangunan pelengkap, jembatan, dsb.

    Kriteria desain.

    Pertimbangan ekonomi.

    Penetapan Alinyemen Vertikal

    Penetapan alinyemen vertikal

    didasarkan pada :

    Tinggi muka tanah asli.

    Ketentuan kemiringan maksimum diagram super-elevasi.

    Data lengkung vertikal.

    Elevasi bangunan-bangunan pelengkap, bangunan-bangunan

    drainase, dan bangunan disekitar rencana jalan.

    Elevasi jembatan.

    Ketentuan panjang kritis landai maksimum.

    Kriteria desain.

    IV

    PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

    1.Perhitungan Alinyemen Horizontal

    PerhitunganAzimuht

    Azimuht 1-2 = X2 - X1

    Y2 - Y1

    Perencanaan Alinyemen Horizontal

    dengan metoda Trial and Error Untuk pemilihan jenis tikungan yang

    dipakai penulis mencoba dari FC ,SCS, SS dengan mempertimbangkankan sebagai

    berikut

    Jika P < 0.25 maka tikungan dipakai FC Jika Lc < 25 m maka tikungan tikungan

    dipakai SS Jika kedua syarat diatas memenuhi baru

    dipakai SCS Panjang bagian lurus antara 2 tikungan

    searah minimal 20 m Panjang bagian lurus antara 2 tikungan

    balik arah minimal 30 m Memperhatikan kondisi eksisting jalan

    tersebut dengan mengusahakan jalan yang akan direncanakan tetap mengikuti

    kondisi eksisting yang ada. Hasil Perhitungan Alinamen Horizontal

    sesuai rumus pada dasar teori

    1. Tikungan Spiral-Siral

  • 11

    Diketahui: R : 50.00 m

    Vr : 40.00 km/jam

    s : 31.5 Hasil perhitungan: Ls : 54.98 m

    Yc : 10.07 m

    Xc : 53.32 m

    k : 27.19 m

    p : 2.71 m

    L Total : 109.9 m

    Es : 11.82 m

    Ts : 59.49 m

    Tikungan Full Circle

    Diketahui:

    R : 250.00 m

    Vr : 40.00 km/jam

    : 14.12 Hasil perhitungan:

    Tc : 30.96 m

    Ec : 15.42 m

    Lc : 61.64 m

    2. Alinyemen Vertikal

    Diketahui:

    Vr ( km/jam ) : 40 km/jam

    Jh minimal : 50m

    A : 5.483( cekung )

    Sta PPV 1 : 0+220

    Sta Akhir : 0+350

    d 1 : 220 m

    d 2 : 130 m

    Elevasi Sta awal : 97.568 m

    Elevasi PPV : 93.399 m

    Elevasi Sta Akhir : 98.063 m

    g 1 : -1.895%

    g 2 : 3.588%

    Hasil Perhitungan Alinamen Vertikal

    A : 5.483

    Lv : 219.31 m

    Ev : 1.50 m

    V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    1. Pada perencanaan geometrik jalan ini penulis merencanakan 5 alinyemen

    horizontal dan 2 alinyemen vertikal.

    Pada perhitungan alinyemen horizontal

    2 (tikungan ke kiri), 2 ( tikungan

    kekanan), 4 ( tikungan kekanan ) dan 5

    (tikungan kekiri ), keempat tikungan ini

    mengunakan perhitungan Spiral-spiral

    dan alinyemen 3 (tikungan kekanan )

    menggunakan perhitungan Full

    circle.dalam perhitungan alinyeman

    horizontal menggunakan sistem metoda

    trial and error.

    3 Dan pada alinyemen vertikal 1 bertipe

    lengkung dan cembung pada alinyemen

    vertikal 2.

    5.2 Saran

    Dari hasil penulisan Tugas Akhir ini,

    maka penulis ingin memberikan

    masukan berupa saran-saran bagi para

    pembaca nantinya yaitu:

    1. Perlu adanya sosialisasi lebih awal sebelum dimulainya pekerjaan

  • 12

    perencanaan jalan, karna berhubungan

    langsung dengan masalah pembebasan

    tanah di kiri kanan jalan.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Badan Standardisasi Nasional, RSNI-14-2004, Standar Geometrik Jalan

    Perkotaan, Ditjen Bina Teknik-Ditjen

    2 .Budi Rahardjo, 2002, Panduan

    Menulis dan Mempresentasikan Karya

    Ilmiah: Thesis, Tugas Akhir, dan

    Makalah, Penerbit ITB Bandung

    3.Shirley L. Hendarsin, 2000,

    Perencanaan Teknik Jalan Raya,

    Penerbit Politeknik Negeri Bandung,