Upload
lytruc
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PELAKSANAAN KEBIJAKANPEMERINTAH KOTA SEMARANG DI
BIDANG KEPEGAWAIANPADA JAJARAN DINAS PENDIDIKAN
OLEH :KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH
KOTA SEMARANG
1
DAFTAR ISI :
PETUNJUK UMUM PELAKSANAAN KEBIJAKAN
PENDAHULUAN Hal 1
PEMBAHASAN Hal 2
I. FORMASI HUKUM Hal 2
II. TENAGA PEKERJA HARIAN LEPAS Hal 2
III. GURU BANTU Hal 4
IV. PENGEMBANGAN PEGAWAI Hal 5
V. CUTI PNS Hal 10
VI. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) Hal 11
PEGAWAI NEGERI SIPIL
VII. PENSIUN Hal 12
VIII. PEMBINAAN DISILPIN PEGAWAI Hal 12
IX. KEPEGAWAIAN DAERAH MENURUT UNDANG-UNDANG Hal 13
NOMOR 32 TAHUN 2004
PENUTUP Hal 13
2
PENDAHULUAN
Dalam rangka menunjang kelancaran pelaksanaan tugas pemerintah dan pembangunan
diperlukan aparatur Pemerintah (PNS) yang lebih profesional, bermoral, bersih dan bertanggung
jawab, serta beretika. Profesionalisme sangat terkait dengan kompentensi PNS yang didalamnya
terdapat tingkat penguasaan terhadap ilmu pengetahuan/ketrampilan yang diperlukan oleh jabatan
yang akan dan sedang didudukinya.
Mewujudkan profesionalisme dikalangan PNS memerlukan proses yang panjang, diawali
dengan proses rekrutmen yang benar, pengembangan PNS yang mengarah kepada peningkatan
kompetensi dan prestasi kerja, termasuk didalamnya pola pembinaan karier PNS. Hal tersebut akan
dapat dicapai secara efektif dan efisien, apabila telah didukung oleh organisasi yang rasional yang
disusun untuk mencapai visi dan misi organisasi yang telah ditetapkan.
Penataan organisasi harus ditindaklanjuti dengan pelaksanaaan penataan pegawai agar terjadi
keselarasan antar organisasi dengan komposisi PNS baik dari kualitas maupun kuantitas sehingga
dapat mendukung perwujudan visi dan misi organisasi.
Melalui penataan pegawai akan diketahui secara pasti komposisi PNS pada setiap jabatan
yang diperlukan oleh masing-masing unit kerja. Hal tersebut akan memudahkan perencanaan
pegawai, yang meliputi pengadaan, penempatan, pengembangan, pemeliharaan dan pemberhentian.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan perbaikan dalam pelaksanaan
manajemen kepegawaian kearah yang lebih baik, terarah, mempunyai pola yang jelas, serta
berkesinambungan (sustainable). Salah satu komponen yang sifatnya mendesak untuk ditata saat ini
adalah perencanaan pegawai, utamanya perencanaan untuk formasi pegawai. Selama ini perencanaan
formasi PNS sabagai bagian manajemen kepegawaian belum sepenuhnya dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan organisasai.
Dalam kaitannya dengan perencanaan formasi PNS, ketentuan Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dalam Undang-undang
Nomor 43 Tahun 1999 menyebutkan, yaitu :
Pasal 1 Ayat 1 : “Pegawai Negeri Sipil adalah setiap warga Negara Republik
Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang
berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara
lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”
Pasal 15 ayat 1 : “Jumlah dan susunan pangkat Pegawai Negeri Sipil yang diperlukan
ditetapkan dalam formasi.”
Sedang dalam ayat 2 : “Formasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ditetapkan
untuk jangka waktu tertentu berdasarkan jenis, sifat dan beban kerja yang harus
dilaksanakan.”
Pasal 17 ayat 1 : “Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam jabatan dan pangkat tertentu.”
Ketiga pasal diatas mengamanatkan bahwa seorang PNS adalah :
Seseorang yang duduk beban kerja organisasi;
Dibutuhkan karena adanya beban kerja organisasi;
Ditempatkan dan dikembangkan untuk melakukan tugas sebagaimana uraian tugas
jabatan;
3
Didayagunakan untuk memperoleh hasil kerja sebagaimana yang ditargetkan oleh jabatan
tersebut.
Oleh karena itu, perencanaan formasi harus didasarkan pada hasil perhitungan beban kerja
organisasi sehingga formasi pegawai yang telah sisusun dapat memenuhi kebuutuhan
organisasi untuk pelaksanaan tugas organisasi dalam mendukung pencapaian visi dan
misinya.
4
PEMBAHASAN
I. FORMASI PNS
A. Dasar Hukum
1. Peraturan Pemerintah No.97 tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil.
2. Peraturan Pemerintah No.54 tahun 2003 tntang perubahan atas Peraturan Pemerintah
No.97 tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil.
3. Keputusan Menpan Nomor Kep/75/Mpan/7/2004 tentang pedoman perhitungan
kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi
Pegawai Negeri Sipil.
B. Pengertian Formasi
Adalah jumlah dan susunan pangkat PNS yang diperlukan dalam sssuatu satuan organisasi
Negara untuk mampu melaksanakan tugas pokok dalam jangka waktu tertentu.
C. Penyusunan Formasi
Pemerintah Kota Semarang dalam menyusun formasi adalah berdasarkan usulan
kebutuhan dari masing-masing unit kerja dam memperhatikan pegawai yang pension,
berhenti serta meninggal dunia, yang kemudian dengan Surat Walikota dimintakan
persetujuan ke Menpan dan BKN lewat Gubernur.
Persetujuan dari MENPAN sangat terbatas dan tidak dapat memenuhi semua usulan
dari Pemerintah Kota Semarang sehingga akibatnya tidak semua unit kerja kebutuhan
formasinya dapat terpenuhi. Banyak usulan kebutuhan formasi dari sekolah termasuk ajuan
yang disampikan oleh sekolah banyak ragam dan jenis formasinya, sedangkan formasi yang
ditetapkan oleh MENPAN sangat terbatas, sehingga permohonan tersebut tidak dapat
terpenuhi.
Banyak ragam dan jenis formasi tersebut sementara jumlah formasi yang tersedia
sedikit, mengakibatkan tidak seimbangnya biaya yang diperlukan untuk pengadaan CPNS.
B. Formasi Sekolah ( R.10 )
Penyusunan R.10 untuk sekolah sekolah hendaknya dibuat secara benar, lengkap
dan jelas serta akurat dengan mengacu pada Kurikulum Berbsis Kompentensi (KBK)
yang baru-baru ini diberlakukan, sehingga apabila sewaktu-waktu dibutuhkan sudah siap
untuk disajikan. Formasi Sekolah / R.10 antara lain adalah untuk penyusunan kebutuhan PNS
dan penempatan CPNS baru. Disamping itu pada kolom keterangan form.R.10 harus
dicantumkan jumlah siswa menurut agama.
II. TENAGA PEKERJA HARIAN LEPAS ( TPHL )
Tenaga Pekerja Harian Lepas (TPHL) merupakan tenaga tambahan yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan tugas
Penyelenggaraan Pemerintah di Kota Semarang.
Dalam pengangkatan dan pemberhentian TPHL harus mengacu pada Keputusan
Walikota Semarang Nomor 814.2/106 Tahun 2001 tanggal 31 Maret 2001 tentang
Pengaturan Tenaga Pekerja Harian Lepas di Kota Semarang, Surat Walikota Semarang
Nomor 814.2/1018 tanggal 7 Maret 2003 perihal Larangan Pengangkatan Tenaga
5
Wiyata Bhakti dan Surat Walikota Semarang Nomor 814.2/07182 tanggal 31 Desember
2003 perihal Penugasan Tenaga Pekerja Harian Lepas (TPHL) Kota Semarang.
Berdasarkan Keputusan Walikota Semarang No.814.2/106 tanggal 31 Maret 2001
tentang pengaturan Tenaga Pekerja Harian Lepas tersebut, telah ditetapkan sebagai berikut :
a. TPHL, diangkat/ dipekerjakan/ ditugaskan oleh Walikota untuk jangka waktu tertentu
dengan system kontrak didasarkan perjanjian kerja paling lama 1 (satu) tahun.
Pengangkatan TPHL baru sangat dan tergantung dari kebutuhan sreta anggaran yang
tersedia
b. TPHL, diberikan upah kerja sesuai dengan kemampuan keuangan, Pemerintah Daerah
yang
diterimakan setiap bulan pada awal bulan berikutnya Berdasarkan keputusan Walikota
Semarang Nomor 900/226 Tahun 2003 tanggal 3-9-2003, upah TPHL di LIngkungan
Pemerintah Kota Semarang sebesar Rp.400.000,- (empat ratus ribu) perbulan.
c. TPHL dapat diberhentikan karena :
1). Tidak cakap jasmani dan rohani yang telah ditetapkan oleh dokter yang ditunjuk.
2). Usia mencapai 55 tahun
3). Karena hal-hal lain yang berkaitan dengan situasi dan kondisi Pemerintah Daerah
dalam rangka efisiensi dan perampingan organisasi.
4). Mengajukan permintaan pengunduran diri secara tertulis atas kemauan sendiri.
5). Melakukan pelanggaran dan atau tindakan indisipliner.
6). Karena meninggal dunia.
d. TPHL, yang diberhentikan sebagaimana angka 1),2) dan 3) ( tidak cakap jasmani dan
rohani usia mencapai 55 tahun, karena hal-hal lain berkaitan situasi dan kondisi
Pemerintah Daerah), diberikan uang lepas sebagai berikut:
1 kali masa kontrak 1 bulan upah
2 kali masa kontrak 2 bulan upah
3 kali masa kontrak 3 bulan upah
4 kali masa kontrak 4 bulan upah
5 kali masa kontrak dan seterusnya 5 bulan upah.
e. TPHL, diberikan ijin tidak masuk kerja karena :
1). Berhalangan atau sakit paling lama 2 (dua) hari dan disertai pemberitahuan kepada
atasan baik secara tertulis maupun dengan perantara orang lain.
2). Sakit lebih dari 2 (dua) hari sampai dengan 14 (empat belas) hari dibuktikan dengan
Surat Keterangan Dokter.
3). Sakit paling lama 3 (tiga) bulan dibuktikan dengan surat keterangan dokter
pemerintah.
4). Istirahat karena bersalin/melahirkan selama 3 (tiga) bulan yaitu 1 (satu) bulan sebelum
dan 2 (dua) bulan sesudah persalinan dinyatakan dengan surat keterangan
dokter/bidan.
5). Istirahat karena persalinan diberikan sampai dengan kelahiran yang ke 2 (dua)
6). Kematian istri/suami, anak, orangtua/mertua/adik paling lama 3 (tiga) hari
f. Hak dan Kewajiban TPHL, secara terinci diatur dalam surat perjanjian kerja. Tugas dan
kewajiban bagi Guru TPHL pada dasarnya sma dengan tugas dan kewajiban PNS, apabila
6
ada guru TPHL kekurangan jam mengajar dapat diberi tugas lain sesuai kebutuhan
sekolah.
g. TPHL tidak berhak menuntut pada Pemerintah Kota untuk diangkat menjadi Calon
Pegawai Negeri Sipil/Pegawai Negeri Sipil.
h. Larangan Pengangkatan TPHL
Berdasarkan Surat Edaran Walikota Semarang No.814/968 tanggal 2 April 2001 dan
No.814.2/1018 tanggal 7-3-2003, Dinas Badan, Bagian, Kantor dan lain-lain dilarang
mengangkat TPHL.Tenaga Kontrak.Wiyata Bhakti dan sejenisnya tanpa seijin Walikota.
Dengan demikian instansi/Unit kerja dilingkungan Pemerintah Kota Semarang
tidak berwenang untuk mengganti langsung TPHL dilingkungan kerjanya yang
meninggal dunia ataupun mengundurhan diri sebagai TPHL. Karena pengangkatan dan
penambahan TPHL yang tanpa perencanaan dan koordinasi dengan Instansi terkait, akan
menjadi beban Pemerintah Kota Semarang.
Khusus bagi para TPHL yang meninggal duniaatau mengundurkan diri, maka instansi.Unit
kerja yang bersangkutan wajib sesegera mungkin melaporkannya kepada Walikota semarang
lewat BKD Kota Semarang.Hal itu sangat penting karena selain menyangkut tertib
administrasi TPHL khususnya dan kepegawaian pada umumnya, juga terkait erat pada
kelancaran pemberian hak-hak TPHL yang bersangkutan terutama JAMSOSTEK. Berkaitan
dngan itu telah diatur dalam Surat Perjanjian antara
Pemerintah Kotamadya Dati ii Semarang dengan PT.Asuransi Tenaga Kerja Cabang Jawa
Tengah tanggal 7 Desember 1990 Nomor 824.3/30/90/PER/01/1290 tentang Pengelolaan
Jaminan Asuransi
Kecelakaan Kerja, Tabungan Hari Tua dan Kematian bagi Tenaga Kerja Pekerja Harian
Lepas.
III. GURU BANTU
A. Pengertian Guru bantu
Guru Bantu pada hakekatnya adalah Pegawai Departemen Pendidikan Nasional yang
ditugaskan secara penuh, yang direkrut untuk memenuhi kebutuhan guru bagi sekolah-
sekolah negeri dan swasta meliputi TK, SD. SLTP, SMU dan SMK serta SLB.
Guru Bantu bertugas dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kontrak kerja yang
berlaku sesuai dengan kebutuhan sekolah.
B. Sifat Guru Bantu
Guru Bantu bersifat sementara dan tidak mengikat.
Bersifat sementara dimaksudkan bahwa pengadaan guru Bantu dilaksanakan untuk
sementara waktu (tidak terus menerus) sesuai dengan anggaran yang tersedia dan akan
disalurkan melalui proyek pusat bekerja sama dengan proyek daerah.
Bersifat tidak mengikat dimaksudkan adalah tidak ada ikatan bagi Pemerintah untuk
mengangkat guru Bantu menjadi Pegawai Ngeri Sipil
C. Tujuan
Pengadaan Guru Bantu bertujuan untuk menanggulangi kekurangan guru di TK, SD,
SLB, SLTP, SMU dan SMK nbaik negeri maupun swasta, untuk melaksanakan proses
belajar mengajar yang kondusif,efektif dan efisien dalam rangka peningkatan mutu dan
pemerataan pendidikan.
7
D. Manfaat
Ma nfaat yang diharapkan dari pelaksanaan program guru Bantu adalah :
Dicapai kegiatan belajar mengajar (KBM) yang kondusif, efektif dan efisieni.
Meningkatkan kualitas / mutu pendidikan secara nasional.
Terhindarkannya kesenjangan mutu pendidikan antar daerah.
Adanya pemerataan kesempatan anak usia sekolah memperoleh pendidikan yang layak
secara nasional.
E Kewajiban dan Hak Guru Bantu
1). Kewajiban Guru Bantu :
Kewajiban tugas mengajar, melatih, membimbing dan unsure pendidikan lainnya
kepada peserta didik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Melaksanakan tugas administrasi pendidikan sesuai ketentuan yang berlaku.
Mematuhi segala ketentuan yang berlaku disekolah tempat tugas.
2). Hak Guru Bantu :
Pengangkatan sebagai guru Bantu
Honorarium sebesar Rp.460.000,- (empat ratus enam puluh ribu rupiah)
Perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas.
F. Kontrak Guru Bantu
Kontrak Guru Bantu berlaku selama lamanya 3 (tiga) tahun.
Guru Bantu yang telah berakhir kerjanya dapat diperpanjang sesuai kebutuhan dan hasil
evaluasi kinerja guru Bantu selama bertugas.
Setiap perpanjangan dilakukan selama 3 (tiga) tahun.
Masa perjanjian kerja guru Bantu dapat diperpanjang sampai usia setinggi tingginya 60
( enam puluh) tahun.
G. Sanksi Guru Bantu yang tidak melaksanakan kewajiban :
Teguran tertulis.
Peringatan.
Pernyataan tidak puas.
Pemberhentian sebagai Guru Bantu.
Diberhentikan sementara, apabila diduga melakukan tindak pidana kejahatan.
Selama dalam pemberhentian sementara tidah diberikan honorarium.
H. Pemberhentian Guru Bantu
Mengajukan permohonan berhenti.
Tidak sehat jasmani dan rohani.
Tidak menunjukkan kecakapan dalam melaksanakan tugas.
Menjadi anggota atau pengurus partai polotik.
Dinyatakan hilang oleh kepolisian.
Tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana mestinya.
Tidak menunjukkan sikap dan budi pekerti yang baik, yang dapat mengganggu
lingkungan kerja.
Pada waktu melamar sengaja memberikan maupun bukti yang tidak benar.
8
Dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hokum yang tetap.
Melakukan penyelewengan.
I. Akhir perjanjian kerja :
Meninggal dunia.
Berhenti atau diberhentikan.
IV. PENGEMBANGAN PEGAWAI
A. Kenaikan Pangkat PNS
Kenaikan Pangkat (KP) bukanlah hak bagi seorang PNS. Sesuai Ps.! Peraturan
Pemerintah No.99 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan PP No.12 Tahun
2002,disebutkan bahwa kenaikan pangkat tahun adalah penghargaan yang diberikan atas
“prestasi kerja“ dan pengabdian PNS terhadap Negara, selain itu Kenaikan Pangkat juga
dimaksudkan sebagai motifasi kepada Pegawai Negeri Sipil untuk lebih meningkatkan prestasi
kerja dan pengabdiannya, karena Kenaikan Pangkat merupakan “penghargaan“ dan setiap
penghargaan baru mempunyai nilai apabila Kenaikan Pangkat tersebut diberikan “tepat pada
orangnya” dan “tepat pada waktunya”. Untuk itu setiap atasan berkewajiban
mempertimbangankan Kenaikan Pangkat bawahannya untuk dapat diberikan tepat pada
waktunya.
Penilaian kinerja PNS yang selama ini dituangkan dalam DP-3 dan buku merah
seringkali hanya bersifat formalitas dan kadang hanya dibuat sekedar sebagai persyaratan
administrasi Kenaikan Pangkat.
Dengan demikian justru akan menurunkan kinerja dan motifasi bagi PNS yang
mempunyai prestasi dan pengabdian yang tinggi serta juga mengakibatkan kurang memacu
prestasi PNS, karena mereka menganggap dengan prestasi seadanya juga bias memperoleh
penghargaan Kenaikan Pangkat Dikhawatirkan, dampak dari keadaan tersebut adalah
menurunkannya kinerja instansi serta rendahnya pemerian pelayanan kepada masyarakat.
Berpegang pada kenyataan tersebut, maka system penilaian kinerja PNS haruslah
mencerminkan kinerja yang sebenarnya dari PNS yang bersangkutan. Untuk itu selain
berpedoman pada Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1979, perlu diperhatikan
kembali Surat Walikota Semarang Nomor 863 / 0859 tanggal 2 April 2001 perihal Penilaian
Pegawai Negeri Sipil, Surat Walikota Semarang Nomor 860 / 1775 tanggal 31 Mei 2001
perihal Pelaksanaan Pengisian Buku Catatan PNS (Buku Merah), dan Petunjuk Teknis
Pengisian Buku
Merah yang ditandatangani Walikota Semarang tanggal 9 Agustus 2001. Khusus bagi
PNS yang menduduki jabatan fungsional tertentu (termasuk guru), di dalam Keputusan Kepala
BKN Nomor 12 Tahun 2002 tentang Ketentuan Pelaksanaan PP No.99 tahun 2000 tentang
Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan PP No. 12 Tahun
2002, diatur sebagai berikut :
a. Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan fungsional tertentu dapat
dinaikkan pangkatnya setingkat lebih apabila :
1). Sekurang-kurangnya telah 2 (dua) tahun dalam pangkat terakhir :
2). Telah memenuhi angka kredit yang ditentukan dan
9
3). Setiap unsure penilaian prestasi kerja / DP-3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam
(dua) tahun terakhir.
b. Ketentuan mengenai angka kredit untuk kenaikan pangkat pilihan bagi Pegawai Negeri Sipil
yang menduduki jabatan fungsional tertentu ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab
di bidang pendayagunaan aparatur Negara dengan memperhatikan usul dari Pejabat Pembina
Kepegawaian yang bersangkutan, setelah mendapat pertimbangan teknis Kepala Badan
Kepegawaian Negara.
Disamping itu agar Kenaikan Pangkat bisa tepat waktu, maka dalam penyampaian
usulan Kenaikan Pangkat perlu dicermati, sehingga tidak terjadi seorang Pegawai Negeri Sipil yang
belum saatnya naik pangkat, sudah diusulkan tanpa disertai dengan pertimbangan yang sesuai
ketentuan.
B. Mutasi dan Penempatan
Dalam Undang-undang Nomor Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebaimana
telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 tahun 1999 antara lain ditegaskan bahwa manajemen
Pegawai Negeri Sipil diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan tugas pemerintah dan
pembangunan secara berhasil guna dan berdaya guna, dimana kebijaksanaan manajemen Pegawai
Negeri Sipil berada pada Presiden selaku Kepala Pemerintahan.
Sesuai dengan pasal 25 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999,pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian
Pegawai Negeri Sipil dilakukan oleh Presiden. Untuk kelancaran pelaksanaan pengangkatan,
pemindahan dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil, Presiden dapat mendelegasikan sebagian
wewenangnya kepada Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat dan menyerahkan sebagian
wewenangnya kepada Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah yang diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
Berkaitan dengan pelaksanaan mutasi dan penempatan PNS di lingkungan Pemerintah Kota
Semarang, masih muncul pemahaman yang beragam terhadap kewenangan dalam hal mutasi PNS
antar unit kerja sehingga masih menggambarkan kecenderungan mengedapankan kepentingan yang
sifatnya sektoral, yang akhirnya menyulitkan dalam penataran PNS.
C. Pengangkat ke dalam Jabatan Funsional Pengawas Sekolah
Pengawas Sekolah adalah atu jabatan dijajaran Dinas Pendidikan. Pengawas Sekolah adalah
PNS yang diberi Tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang
untuk melakukan pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan
dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan pra sekolah, dasar dan
menengah.
Jenis Pengawas Sekolah
Berdasarkan sifat, tugas dan kegiatannya terdapat 4 (jenis) pengawas sekolah, sebagai
berikut:
a). Pengawas TK/SD/SDLB adalah pengawas sekolah yang mempunyai tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak secara penuh dalam menilai dan membina penyelenggara pendidikan pada
sejumlah sekolah baik negeri maupun swasta di TK/SD/SDLB untuk seluruh mata pelajaran kecuali
mata pelajaran Penjaskes dan Agama di lingkungan Depdiknas dan Depag untuk RA/BA dan MI.
10
b). Pengawas Sekolah rumpun mata pelajaran adalah pengawas sekolah yang mempunyai tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam menilai dan membina penyelenggaraan
pendidikan pada sejumlah sekolah tertentu baik negeri maupun swasta sebagai berikut :
di SD/MI untuk mata pelajaran pendidikan Agama dan Penjaskes. di SMP/MTs, SMA/MA, SMK
termasuk balai latihan pendidikan untuk beberapa mata pelajaran yang serumpun atau satu mata
pelajaran.
c). Pengawas Sekolah pendidikan luar biasa adalah pengawas sekolah yang mempunyai tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam menilai dan membina penyelenggaraan
pendidikan pada sejumlah sekolah tertentu baik negeri maupun swsata disekolah luar biasa
dilingkungan Depdiknas untuk seluruh mapel.
d). Pengawas Sekolah bimbingan dan konseling adalah pengawas sekolah yang mempunyai tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalm menilai dan membina penyelenggaraan
pendidikan pada sejumlah sekolah tertentu baik negeri maupun swasta di:
SLTP/MTs.SMA/MA,SMK di lingkungan Depdiknas/Depag.
Pemilihan Jenis Pengawas
Penentuan jenis pengawas sekolah disesuaikan dengan spesialisasi pendidikan atau
pengalaman semasa manjadi guru. Maka perpindahan pengawas sekolah antar rumpun mapel atau
antar mapel tidak dapat dilakukan (karena dasarnya pengalaman ybs waktu mangajar mapel tertentu
di sekolah).
Pengawas sekolah dapat naik pangkat setingkat lebih tinggi apabila :
Telah memenuhi syarat yang ditentukan :
Jenjang jabatannya lebih tinggi atau sekurang-kurangnya masih dalam jenjang jabatan
yang sesuai, kecuali kenaikan pangkat pengabdian.
Koordinator Pengawas Sekolah
Adalah pengawas sekolah yang diangkat oleh Kepala Dinas Pendidikan Kab./Kota untuk
mengkoordinasi/memimpin pelaksanaan pengawas sekolah di lingkungan Kab./Kota ybs.
Syarat untuk dapat diangkat menjadi Koordinator Pengawas Sekolah :
Sekurang-kurangnya menduduki jabatan pengawas sekolah madya.
Memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang :
1. Manajemen pengawasan sekolah
2. Kepemimpinan
Tugas dan wewenang Koordinator Pengawas Sekolah
1. Melakukan pengaturan tugas pengawas sekolah,
2. Mengkoordinasi seluruh kegiatan pengawas sekolah di lingkungan Kab./Kota ybs.
3. Mengusulkan PAK pengawas sekolah kepada pejabat yang berwenang menetapkan AK,
4. Melaporkan kegiatan pengawasan sekolah dimlngkungannya kepada Kepala Dinas,
5. Memberikan penilaian pelaksanaan pekerjaan kepada para pengawas yang ada di
lingkungannya.
11
Berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan
Administrasi Kepegawaian Negara Nomor : 0322/O/1996 dan Nomor : 38 Tahun 1996 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, untuk dapat
diangkat menjadi pengawas SMP/SMA/SMK diperlukan persyaratan khusus dan persyaratan umum
sebagai berikut :
Persyaratan Umum :
1) Memiliki ketrampilan dan keahlian yang sesuai dengan bidangnya pengawasan yang akan
dijabat :
2) Berkedudukan dan berpengalaman sebagai guru sekurang-kurangnya selama 6 (enam) tahun
secara berturut-turut ;
3) Telah mengikuti pendidikan dan pelatihan kedinasan di bidang pengawasan sekolah dan
memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan ;
4) Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
sekurang-kurangnya bernilai baik dalam dua tahun terakhir ; dan
5) Usia setinggi-tingginya 5 (lima) tahun sebelum mencapai batas usia pension jabatan
Pengawas Sekolah.
Persyaratan Khusus
Untuk Pengawas Sekolah rumpun Mata Pelajaran/Mata Pelajaran di Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama dan Sekolah Lamjutan Tingkat Atas :
1). pendidikan serendah-rendahnya Sarjana atau yang sederajat :
2). berkedudukan serendah-rendahnya Guru Dewasa ; dan
3). memiliki salah satu spesialisasi mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang sesuai;
Sesuai dengan persyaratan umum dan persyaratan khusus tersebut, maka bagi PNS yang mempunyai
keinginan untuk mengembangkan kariernya manjadi Pengawas harus memenuhi criteria seperti
tersebut di atas.
Berkaitan hal tersebut, dalam melaksanakan pembinaan kepada pengawas sekolah, pejabat
yang berwenang (ditingkat Kota Semarang adalah Kepala Dinas Pendidikan), menunjuk seorang
pengawas sebagai Koordinator Pengawas. Koordinator Pengawas Sekolah adlah seorang pengawas
sekolah yang diberi tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk mengkoordinasi kegiatan-kegiatan
yang meliputi :
Penyusunan Program
Pelaksanaan Program
Pelaporan Pengawasan
Pelayanan Penilaian Angka Kredit
D. PNS yang akan diangkat kedalam Jabatab Fungsional Guru :
Berdasrkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor :
025/O/1995 tenteng petunjuk Teknis Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya, untuk dapat diangkat kedalam jabatan fungsional guru harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
12
1. Bagi PNS yang belum pernah menjadi guru.
Untuk dapat ditugaskan sebagai guru harus memenuhi syarat-syarat :
1). Setiap unsure daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan tahun terakhir sekurang-kurangnya
bernilai baik ;
2). Mempunyai pengalaman mengajar atau membimbing sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun :
3). Usia maksimum 51 tahun ;
4). Memiliki ijasah serendah-rendahnya :
a). Diploma II Keguruan dalam bidang yang sesuai dengan kualifikasi pendidikan bagi guru
TK.SD,SDLB.
Bila di suatu daerah tertentu lulusan Diploma II tidak dapat memenuhi kebutuhan, maka
dapat dipenuhi dan dapat diangkat dari lulusan Sekolah Pendidikan Guru (SPG), Sekolah Gurur
Olahraga (SGO), atau Pendidikan Guru Agama (PGA) 6 tahun.
b). Diploma III Keguruan atau Diploma III atau yang setingkat dan memiliki Akta III dalam
bidang yang sesuai dengan kualifikasi pendidikan baik untk Guru Mata Pelajaran maupun untuk
Guru Pembimbing pada tingkat SLTP.
c). Sarjana Pendidikan (S! Keguruan) atau S1 yang mempunyai Akta IV dalam bidang yangs
esuai dengan kualifikasi pendidikan baik untuk Guru Mata Pelajaran, Gurur Praktik maupun untuk
Guru Pembimbing pada SLTA.
2. Bagi PNS yang pernah menjadi guru.
PNS yang pernah menjadi guru dan diangkat kembali dalam jabatan guru dapat
menggunakan jabatan dan angka kredit terakhir yang pernah dimilikinya serta berusia maksimum 51
tahun
E. Guru yang diberi tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah :
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor :
162/U/2003 tentang pedoman penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah, guru dapat diberi tugas
tambahan sebagai Kepala Sekolah apabila memenuhi persyaratan umum dan persyaratan khusus
sebagai berikut :
Persyaratan Umum :
1). beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ;
2). usia setinggi-tingginya 56 tahun ;
3). sehat jasmani dan rohani berdasarkan keterangan dokter ;
4). tidak pernah dikenakan hukuman disiplin sedang dan berat sesuai dengan ketentuan yang
berlaku;
5). aktif mengajar dan atau membimbing sekurang-kurangnya 5 tahun pada sekolah yang setingkat
dan sejenis dengan sekolah yang akan menjadi tempat bertugas ; dan
6). DP3 serendah-rendahnya memperoleh nilai amat baik untuk unsure kesetiaan dan nilai baik untuk
unsure penilaian lainnya dalam 2 (dua) tahun terakhir.
Persyaratan Khusus :
l). Calon Kepala TK, berijasah serendah-rendahnya Diploma II Diploma PGTK atau sederajat dan
telah memiliki jabatan guru muda
13
2). Calon Kepala SD, berijasah serendah-rendahnya Diploma II PGSD atau sederajat dan telah
memiliki Jabatan Guru Muda Tk.I ;
3). Calon Kepala SDLB, berijasah serendah-rendahnya Diploma III Pendidikan Luar Biasa (PLB) /
sarjana muda PLB (pendidikan khusus) dan telah memiliki Jabatan Guru Muda Tk.I ;
4). Calon Kepala SLTP, berijasah serendah-rendahnya sarjana ( S1 ) dan memiliki Jabatan Guru
Madya ;
5). Calon Kepala SMU, berijasah serendah-rendahnya sarjana ( S1 ) dan memiliki Jabatan Guru
Dewasa ;
6). Calon Kepala SMK :
a). berijasak serendah-rendahnya sarjana ( S1 ) yang memiliki Jabatan Guru Dewasa ;
b). memiliki pengetahuan tentang hubungan kerja dan kerjasama dengan dunia usaha dan/atau
dunia industri ;
7). Calon Kepala SLB, berijasah serendah-rendahnya sarjana ( S1 ) dan memiliki Jabatan Guru
Dewasa.
Selain memenuhi persyaratan tersebut di atas, calon Kepala SMU, SMK dan SLB
diutamakan bagi mereka yang dapat berkominikasi dalam bahasa inggris dan/atau bahasa asing
lainnya.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor :
162/U/2003 tentang penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah khususnya mengenai masa tugas
sebagai Kepala Sekolah (pasal 6) menyebutkan :
a. Tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah diberikan untuk satu masa tugas selama 4 (tahun) .
b. Masa tugas tambahan Kepala Sekolah sebaimana dimaksud dalam huruf a dapat diperpanjang dan
diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa tugas.
c.Guru yang melaksanakan tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah 2 (dua) kali masa tugas berturut-
turut, dapat ditugaskan kembali menjadi Kepala sekolah apabila :
Telah melewati tenggang waktu sekurang-kurangnya 1 (satu) kali masa tugas atau
Memiliki prestasi yang istemewa dengan tanpa tenggang waktu dan ditugaskan di
sekolah lain.
d. Kepala sekolah yang masa tugasnya berakhir dan atau tidak lagi diberikan tugas sebagai Kepala
Sekolah, tetap melaksanakan tugas sebagai guru sesuai dengan jenjang jabatannya dan berkewajiban
melaksanakan proses belajar mengajar atau membimbing dan konseling sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Untuk itu Pemerintah Kota Semarang akan mencoba menerapkan Keputusan Mendiknas
tersebut secara bertahap dan berkesinambungan melalui penataan Kepala Sekolah di lingkungan
Pemerintah Kota Semarang. Dari penataan tersebut akan didasarkan pada hasil monitoring dan
evaluasi kinerja Kepala Sekolah, maka seorang Kepala Sekolah dapat ditugaskan kembali menjadi
Guru. Pengawas ataupun tetap menjadi Kepala sekolah (apabila masih aktif dalam 1 kali masa tugas
dan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan).
14
F. Kedudukan Tata Usaha Sekolah
Dengan diterapkan PP Nomor 84 tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah,
maka kotak jabatan Kepala Urusan (Kaur) Tata Usaha (TU) SMP, SMA/SMK dan Cabang Dinas
Pendidikan tidak terwadahi dalam SOTK pada jajaran Pemerintah Kota semarang Tahun 2001,
dimana sebelumnya mereka yang menjabat Kaur pada TU tersebut mendapatkan tunjangan sebagai
berikut :
Ka.Ur.TU SMP : Rp.120.000,-
Ka.Ur.TU SMA : Rp.150.000,-
Ka.Ur.TU.SMK : Rp.210.000,-
Ka.Ur.TU Cab.Dinas Pendidikan : Rp.150.000,-
Sehingga penerapan PP tersebut menimbulkan ketidakpuasan dikalangan duni pendidikan.
Dengan melihat beban kerja dan posisi Kepala Urusan TU tersebut yang sangat membantu
kelancaran belajar mengajar di sekolah, maka Pemerintah Kota Semarang berusaha
mengkomodir kepentingan tersebut dengan memberikan masukan ke pusat untuk merubah
PP Nomor 84 Tahun 2000.
Dan sambil menunggu diterbitkan PP baru dari Pusat, Pemerintah Kota Semarang mengeluarkan
Keputusan Walikota Semarang tentang pemberian tunjangan Kepala TU yang berlaku selama 1
(satu) tahun dandiperpanjang setiap tahunnya mulai tahun 2004 sampai sekarang (SK Walikota
Semarang Nomor : 841.1/002/2004 tanggal 2 Januari 2004 tentang Pemberian Tunjangan
Ka.Ur.TU SMP/SMA/SMK dan Cabang Dinas Pendidikan di Lingkungan Pemerintah Kota
Semarang) dengan ketentuan nama-nama yang tertera dalam SK tersebut tidak dapat digantikan
oleh PNS lain. Dan apabila ada Kepala TU yang mutasi maupun meninggal dunia maka diangkat
lagi penggantinya.
Selanjutnya Pemerintah atas dasar masukan dari daerah menerbitkan PP No.8 tahun 2003
tentang Pedoman Ornganisasi Perangkat Daerah dan untuk Kepala TU di lingkungan Dinas
Pendidikan sudah terkomodasi dalam Pasal 21 yang berbunyi : “ Eselon Kepala TU SLTP dan
Kepala TU Sekolah Menengah ditetapkan dengan Keputusan Menteri yang bertanggung jawab di
bidang Pendayagunaan Aparatur Negara “, akan tetapi karena sampai dengan sekarang PP No.8
Tahun 2003 tersebut belum diterapkan, maka sampai dengan sekarang Ka.Ur.TU tersebut belum
dapat dilantik.
V. CUTI PNS
Macam-macam / jenis cuti antara lain :
1. Cuti Tahunan
Syaratnya : telah bekerja minimal 1 tahun
Lamanya : maksimal 12 hari kerja
Termasuk didalam Cuti Tahunan adalah :
Cuti bersama Hari Raya Idhul Fitri, 3 hari
Cuti bersama Hari Raya Natal, 1 hari
( SK Bersama Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Menteri Agama serta Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi )
Ijin Nyadran, 2 hari ( SE Walikota )
15
Dalam kenyataan masih banyak PNS yang mengambil hak cuti tahunan melebihi
batas ketentuan, dimana yang bersangkutan sudah mengambil hak cuti tersebut di atas, namun
juga mengajukan ijin cuti lebih dari 7 hari kerja.
2. Cuti Besar
Syaratnya : telah bekerja minimal 6 tahun terus menerus
Lamanya : 3 bulan termasuk cuti tahunan
3. Cuti Sakit
Diberikan kepada PNS yang sakit termasuk kepada PNS wanita yang mengalami gugur
kandungan, dengan ketentuan sebagai berikut :
Sakit sampai 3 hari, mengajukan ijin dengan surat kepada Kepala Unit Kerja :
Sakit 3 s/d 14 hari, mengajukan ijin cuti dengan lampiran surat dokter ke Kepala Unit Kerja
dan Surat Ijin Cuti diterbitkan Kepala Unit Kerja yang bersangkutan dengan tembusan kepada
BKD dan Bawasda Kota Semarang.
Bertolak dari definisi tersebut, maka sudah selayaknya diklat PNS menjadi prioritas dalam
upaya peningkatan kualitas dan pengembangan SDM aparatur. Namun sekali lagi kenyataan
menunjukkan bahwa kemampuan Pemerintah Kota Semarang belum bisa menjadikan Diklat
PNS menjadi prioritas seperti yang diharapkan. Sepintas memang terkesan angka yang
tertulis dalam APBD Kota Semarang untuk penyelenggaraan dan pengiriman peserta Diklat
cukup besar, namun akan terasa sangat kecil apabila dibandingkan dengan realita dan
kebutuhan yang sebenarnya.
Kemampuan kita untuk meyelenggarakan jenis-jenis diklat yang sudah ada (sudah merupakan
diklat yang dibakukan baik dari aspek kurikulum maupun metodenya) sangatlah terbatas, baik
menyangkut anggaran maupun kewenangan penyelenggaraannya. Selama ini penyelenggaraan
oleh Pemerintah Kota Semarang baik Diklat Pim IV, Prajabatan maupun Diklat Teknis / Diklat
Fungsional masih merupakan pola kemitraan dengan Lembaga Diklat yang sudah terakreditasi,
seperti Badan Diklat Prop Jateng, Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan ( LPMP ) dan lain-lain.
Pemerintah Kota Semarang telah mengambil kebijakan bahwa selain Diklat yang sifatnya wajib
(seperti Prajabatan dan Diklat Pim II, III & IV ), maka keikutsertaan Pegawai Negeri Sipil dalam
Diklat baik Teknis maupun Diklat Funsional yang banyak ditawarkan oleh Badan Diklat Prop /
Pusat maupun Lembaga Diklat yang terakreditasi lainnya haruslah secara selektif dan benar-benar
didasarkan pada azaz skala prioritas.
VII. PENSIUN
Pelayanan kepegawaian di bidang pension, selama ini tidak mengalami hambatan yang
berarti, dimana SK Pensiun sudah dapat diterimakan kepada yang bersangkutan 2 (dua) bulan
sebelum memasuki masa pensiun. Yang perlu diperhatikan oleh unit-unit kerja adalah Buku
Penjagaan Pensiun, untuk menghindari terjadinya PNS yang akan pensin terlewatkan tidak diusulkan
permohonannya. Hal ini perlu diperhatikan serius oleh Kepala Unit Kerja yang bersangkutan agar
pelayanan kepegawai dibidang pension dapat berjalan lancer dan hak PNS dapat diterimakan tepat
waktu. Sekalipun demikian BKD Kota Semarang tetap memantau data PNS yang akan pension
melalui jaringan SIMPEG yang ada untuk mengantisipasi hal-hal tersebut. Untuk itu yang perlu
diperhatikan dalam hal ini adalah :
a). Bahwa batas usia pension (BUP) adalah 56 tahun, termasuk untuk guru.
16
b). Surat pengajuan pension disampaikan 6 bulan sebelum yang bersangkutan pension. Bagi yang
mengajukan Bebas Tugas agar mengajukan 1 tahun sebelum TMT pension.
c). Persyaratan pension harus lengkap agar proses pengurusannya lancar.
Disamping itu sesuai penjelasan PP No.32 tahun 1979, pada pasal 3 ayat (2) disebutkan
dengan jelas bahwa Batas Usia Pensiun (BUP) bagi PNS adalah 56 tahun, disamping itu perlu
kita perhatikan pula pasal 4 ayat 1, bahwa berkaitan dengan Batas Usia Pensiun (BUP) PNS
tetrsebut, dapat diperpanjang bagi PNS yang menduduki jabatan tertentu.
Pada pasal 4 ayat (2) disebutkan bahwa yang dapat diperpanjang sampai dengan 60 tahun
termasuk di dalamnya adalah guru yang ditugaskan secara penuh pada Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas Lanjutan Tingkat Pertama dan Sekolah Dasar, Pengawas Sekolah Lanjutan Tingkat Atas,
Lanjutan Tingkat Pertama, Penilik TK, Penilik SD dan Penilik Pendidikan Pendidikan Agama.
Perpanjangan dimaksud dapat diberikan tentunya dengan pengertian bahwa apabila pejabat yang
bersangkutan, dalam keadaan sehat dan masih dibutuhkan keahliannya.
Dalam hal ini, masalah yang sering terjadi adalah pengajuan ijin cuti sakit secara tidak
normative, dimana seorang guru yang usianya sudah lebih 56 tahun(sudah memenuhi syarat
mengajukan pensiun) keadaan fisiknya sudah tidak memungkinkan untuk melaksanakan tugas,
namun mengajukan ijin cuti sakit dengan harapan dapat menyelesaikan BUP nya sampai uasi 60
tahun. Dalam keadaan yang demikian sebaiknya yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat
dengan hak-hak pension, serta apabila memenuhi syarat bias diberikan kenaikan pangkat
pengabdian.
VII. PEMBINAAN DISIPLIN PEGAWAI
Sejauh ini upaya peningkatan Disiplin dan Dedikasi PNS oleh Pemerintah Kota Semarang
telah dilaksanakan secara rutin, berkesinambungan dn sesuai dengan peraturan yang berlaku. baik
yang bersifat normative ( melalui Surat Edaran Tertulis ), yang bersifat kegiatan , maupun yang
bersifat motivasi.
a. Beberapa Surat Edaran yang telah dibuat dan dikirim ke unit-unit kerja dimaksudkan sebagai
upaya preventif untuk meminimalisir terjadinya pelanggaran PNS.
b. Berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan merupakan upaya penegakkan disiplin dan sebagai
antisipasi terhadap pelanggaran yang kemungkinan terjadi dilapangan, antara lain berupa :
1. Apel pagi terpusat yang dilaksanakan setiap hari Jumat di halaman Balaikota Semarang dan
diperuntukkan bagi instansi yang ada di lingkungan BalaiKota dan Gedung Pandaran, juga
dilaksanakan disetiap Kecamatan bagi staf Kecamatan dan Kelurahan.
2. Inspeksi mendadak dibawah koordinasi deari Badan Pengawas Derah dilaksanakan secara
insidentil dengan menitik beratkan pada moment-moment tertentu antara lain saat menjelang
long week end, sebelum dan sesudah liburan panjang Hari Raya dan lain-lain yang
dipertimbangkan rawan pelanggaran disiplin.
3. Operasi Yustisi gabungan difasilitas-fasilitas umum pada jam-jam kerja seperti di pasar-pasar,
mall dan tempat lainnya.
Berkaitan dengan penegakkan disiplin khususnya disiplin khususnya disiplin dalam mentaati
ketentuan jam kerja masih perlu mendapatkan perhatian kita semua. Didalam lampiran Surat Edaran
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 222/ M.PAN/ 8 / 2001 tanggal 31 Agustus 2001
perihal Mentaati Ketentuan Jam Kerja telah ditegaskan sebagai berikut :
17
1. Keputusan Presiden Nomor 58 tahun 1964 tanggal 26 Maret 1964 tentang Jam Kerja pada
Kantor-kantor Pemerintah Republik Indonesia, jam kerja untuk segenap kantor Pemerintahan adalah
sebagai berikut :
a. Hari kerja (Senin s.d Kamis) : Jam 07.00-14.00
Hari Jum’at : Jam 07.00-11.00
Hari Sabtu : Jam 07.00-12.30
Berdasarkan waktu yang berlaku di tempat / wilayah waktu masing-masing.
c. Jumlah jam kerja dalam 1 (satu) minggu tidak boleh lebh dan tidak boleh kurang dari 37 jam
30 menit.
2. Keputusan Presiden Nomor 68 Tahun 1995 tanggal 27 September 1995 tenteng Jam Kerja
dilingkungan
Lembaga-Lembaga Pemerintah :
a. Hari Kerja bagi seluruh Lembaga Pemerintah tingkat Pusat dan Pemerintah DKI Jakarta
ditetapkan (lima) hari kerja mulai hari Senin s.d hari Jum’at
Hari Senin s/d Kamis : Jam 07.30-16.00
Hari Jum’at : Jam 07.30-16.30
Waktu Istirahat : Jam 11.30-13.00
Jumlah Jam Kerja efektif 37 jam 30 menit.
b. Dikecualikan dari ketentuan tentang hari dan jam kerja sebagaimana dimaksud huruf a diatas,
adalah :
1). Unit-unit kerja pelayanan dilingkungan Lembaga Pemerintahan yang ditugaskan bersifat
pemberian pelayanan kepada masyarakat.
2) Lembaga Pendidikan mulai dari SD, SLTP dan SLTA.
Pelaksanaan ketentuan ini ditetapkan lebih lanjt oleh Menteri atau Pimpinan Lembaga
Pemerintah dengan koordinasi dan setelah memdapat persetujuan MENPAN.
IX. KEPEGAWAIAN DAERAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004
Dalam system kepegawaian secara nasional, Pegawai Negeri Sipil memiliki posisi penring
untuk meyelenggarakan pemerintah dan difungsikan sebagai alat pemersatu bangsa. Sejalan dengan
kebijakan desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, maka adasebagian kewenangan
dibidang kepegawaian untuk diserahkan kepada daerah yang dikelola dalam system kepegawaian
daerah.
Kepegawaian Daerah adalah suati system dan prosedur yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan sekurang-kurangnya meliputi perencanaan, persyaratan, pengangkatan,
penempatan, pendidikan dan pelatihan, penggajian, pemberhentian, pension, pembinaan, kedudukan,
hak, kewajiban, tanggung jawab, larangan. sanksi, dan penghargaan merupakan subsistem
kepegawaian secar nasional. Dengan demikian kepegawaian daerah merupakan satu kesatuan
jaringan birokrasi dalam kepegawaian nasional.
Sistem manajemen pegawai yang sesuai dengan kondisi pemerintahan saat ini, tidak murni
menggunakan unifield system namun sebagai konsekuensi digunakannya kebijakan desentralisasi
maka dalam hal ini menggunakan gabungan antara unifield system dan separated system. artinya ada
bagian-bagian kewenangan yang tetap menjadi kewenangan Pemerintah dan ada bagian-bagian
kewenangan yang diserahkan kepada Daerah untuk selanjutnya dilaksanakan oleh Pembina
kepegawaian daerah. Prinsip lain yang dianut adalah memberikan suatu kejelasan dan ketegasan
18
bahwa ada pemisahan antara pejabat politik dan pejabat karier, baik mengenai tata cara
rekruitmennya maupun kedudukan, tugas, wewenang, fungsi dan pembinaannya. Berdasarkan
prinsip dimaksud, maka Pembina kepegawaian daerah adalah pejabat karier tertinggi pada
Pemerintah Daerah.
Gaji dan tunjangan Pegawai Negeri Sipil Daerah disediakan dengan menggunakan Dana
Alokasi dasar yang ditetapkan secara nasional, merupakan bagian dalam Dana Alokasi Umum
(DAU) yang dinyatakan secara tegas. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mempermudah apabila
terjadi mutasi pegawai antar daerah atau dari daerah ke pusat, dan atau sebaliknya untuk menjamin
kepastian penghasilan yang berhak diterima oleh setiap pegawai.
Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 yang disahkan pada tanggal 15
Oktober 2004, yang diharapkan segera diikuti dengan terbitnya berbagai peraturan pelaksanaanya,
maka terkotak-kotaknya system pembinaan PNS serta kendala mobilitas dan promosi diantara PNS
Pusat dengan PNS Daerah Propinsi atau PNS Kabupaten/Kota mulai menemukan titikterang
pemecahannya.
19
PENUTUP
Demikian secara gsris besar mengenai Pelaksanaan Kebujakan Pembinaan Kepegawaian
Pemerintah Kota Semarang, permasalahan yang terinventarisir, serta pembahasannya yang dapat
kami sampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
20