Upload
lenhi
View
239
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PELAKSANAAN BIMBINGAN PRA NIKAH BAGI CALON PENGANTIN DI KANTOR URUSAN AGAMA (KUA)
KECAMATAN PONDOK AREN KOTA TANGERANG SELATAN
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Universitas Islam Negeri SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh:
Melia Fitri NIM: 107052002067
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1435 H./2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (SI) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Juni 2014
Penulis
Melia Fitri NIM: 107052002067
i
ABSTRAK
Melia Fitri
“Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan" Pernikahan dapat memelihara seseorang dari perbuatan-perbuatan tercela. Dengan pernikahan, nafsu syahwat dapat disalurkan melalui jalan yang ditentukan. Tujuan pernikahan tidak hanya terbatas pada hubungan syahwat, akan tetapi jauh dari itu mencakup tuntutan kehidupan yang penuh rasa kasih sayang, sehingga manusia dapat hidup tenang baik dalam keluarga maupun masyarakatnya. Dengan pernikahan ditetapkan adanya hak dan kewajiban bagi suami istri, sehingga terbinalah ketentraman jiwa, bukan sekedar dalam hubungan syahwat. Untuk itu dibutuhkan persiapan baik mental, financial, dan pengetahuan tentang pernikahan. Berdasarkan konteks tersebut penulis ingin menganalisis pelaksanaan bimbingan pra nikah bagi calon pengantin di kantor urusan agama pondok aren dalam memberikan pengetahuan tentang pernikahan, faktor pendukung dan penghambat bimbingan pra nikah di kantor urusan agama pondok aren. Jenis penelitian ini adalah kualitatif melalui pendekatan deskriptif. Pada penelitian ini penulis bermaksud melihat langsung bagaimana pelaksanaan bimbingan pra nikah bagi calon pengantin di KUA Pondok aren serta menganalisis aspek yang ada didalamnya yaitu pembimbing, metode, materi, serta faktor pendukung dan penghambat bimbingan pra nikah di KUA Pondok Aren. Dalam hal ini, penulis melakukan wawancara langsung dengan kepala KUA Pondok Aren dan pembimbing pra nikah di KUA Pondok Aren. Hasil dari Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah yang dilakukan di KUA Pondok Aren. Antara lain dapat diketahui, yakni: Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah di KUA Pondok Aren diadakan satu minggu sekali pada hari rabu untuk para pasangan calon pengantin yang akan melaksanakan pernikahan biasanya pada hari sabtu atau minggu. KUA Pondok Aren juga mengadakan pendidikan pra nikah yang ditujukan untuk anan-anak sekolah tingkat SMA sederajat dan mahasiswa-mahasiswa.
Pembimbing dalam bimbingan pra nikah di KUA terdiri dari empat orang, pembimbing tersebut bergiliran dalam memberikan bimbingan sesuai dengan jadwal yang sudah diatur oleh KUA Pondok Aren. Untuk setiap pelaksanaan bimbingan pra nikah hanya tiga orang yang bertugas untuk menyampaikan materi bimbingan. Sedangkan materi yang disampaikan dalam Bimbingan pra nikah di KUA Pondok Aren mencakup materi tentang Kesehatan reproduksi, Keluarga Sakinah, UUD Perkawinan, Kitab Munakahat tentang pernikahan, kewajiban suami dan istri, fiqih Islam, perukunan dan doa-doa untuk pasangan calon pengantin. Untuk metode yang digunakan yaitu metode ceramah. Yakni pembimbing memaparkan materi yang sudah disiapkan oleh KUA kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab antara calon pengantin dan pembimbing pra nikah.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan Iman, Islam, Ihsan, serta Sehat wal’afiat yang tak terkira kepada
penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik skripsi yang berjudul
“Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan
Pondok Aren Kota Tangerang Selatan.
Shalawat dan salam semoga senantiasa selalu tercurahkan kepada kekasih
Allah, yang telah memperjuangkan serta membawa umatnya dari zaman
kebodohan sampai zaman terang benderang dengan berbagai ilmu yakni Nabi
Besar Muhammad SAW.
Hidup adalah perjuangan, begitupun dalam menyelesaikan tugas akhir ini
banyak sekali hambatan-hambatan yang dihadapi dan dirasakan. Mulai dari
persiapan pelaksanaan penelitian sampai dengan penulisan skripsi ini, akan tetapi
berkat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana
pada fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi dengan jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam. Dan penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya terutama kepada:
1. Bapak Dr. H. Arif Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi beserta Wakil Dekan I Dr. Suparto, M. Ed. Ph. D, Wakil Dekan
iii
II Drs. Jumroni, M. Si, dan Wakil Dekan III Sunandar Ibnu Nur, MA. Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si, dan Drs. Sugiharto M.A selaku Ketua dan
Sekertaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Mahmud Jalal, MA, selaku dosen pembimbing dengan kesabarannya
memotivasi penulis dan dengan senantiasa meluangkan waktu untuk
memberikan pengarahan, masukan, dan dukungan dalam penulisan karya
ilmiah ini.
4. Dra. Musfirah Nurlaily, MA dan Dra. Suparto, M. Ed, Ph. D selaku dosen
penguji yang telah memberikan masukan dan koreksinya dalam penulisan
skripsi.
5. Drs. M. Luthfi, MA. Selaku Dosen Penasehat Akademik, Jurusan Bimbingan
dan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah mendidik
dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama menempuh
pendidikan di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Khususnya kepada
seluruh dosen jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah memberi
penulis banyak ilmu yang sangat bermanfaat.
7. Seluruh Staff Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah melayani peminjaman buku-buku literature sebagai
iv
referensi dalam penyusunan skripsi ini. Serta seluruh staff akademik baik tata
usaha, satpam, dan office boy fakultas Dakwah dan Ilmu komunikasi.
8. H. Suganda S.Ag selaku Kepala KUA Pondok Aren serta Aliyudin S.Ag dan
H. Abdul Aziz selaku penghulu di KUA Pondok Aren, Sofyan Sori M.A
selaku penyuluh di KUA Pondok Aren, Ahmad Rahmat selaku Tata Usaha di
KUA Pondok Aren yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian
skripsi ini.
9. Orang tua tersayang Alm H. Saripudin dan Hj. Nely Parmi yang telah
senantiasa membesarkan dengan cinta, sayang, dan do’a kepada penulis yang
tiada pernah tergantikan dengan apapun. Penulis hanya dapat memberikan
do’a yang indah disetiap sujud “Allahumagfirli dzunubi waliwa lidayya
warhamhuma kama robbayanisshogiro”.
10. Kakak serta kedua adik tersayang Rahmat Ali Syafar, Triwahyuni, dan Fildza
Khalisha serta suami tercinta Zainul Arif yang telah memberikan banyak do’a
juga bantuan materi ataupun non materi.
11. Teman-teman kelas yang sangat baik dan selalu memberikan motivasi kepada
penulis, Maria Ulfah, Apri, Wahyudi, Fina, Handi, Eno, Ade, Indah, Keke,
Feni, Dita, Isma, Liana, Vika dan juga semua teman BPI 2007 yang telah
menemani penulis dalam mencari ilmu dan menemani hari-hari terindah di
BPI. Juga kakak-kakak kelas di BPI angkatan 2005, angkatan 2006, adik-adik
kelas angkatan 2008, 2009, dan 2010 telah sama-sama memperjuangkan BPI
dalam setiap kegiatan.
v
Dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
berpartisipasi dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan Rahman, Rahim, dan Rahmat
kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan dan dukungannya
kepada penulis.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang
membaca pada umumnya dan khususnya bagi segenap keluarga besar jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Jakarta, Juni 2014
Penulis,
Melia Fitri
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 5
D. Metodologi Penelitian ...................................................... 6
E. Tinjauan Pustaka .............................................................. 12
F. Sistematika Penulisan…………………………………. .... 14
BAB II LANDASAN TEORI
A. Bimbingan Pra Nikah
1. Pengertian Bimbingan Pra Nikah…………………. ....... 16
2. Unsur Bimbingan Islam………………………….. ........ 19
3. Tujuan dan Fungsi Bimbingan……………………. ....... 22
B. Perkawinan
1. Meminang dalam hukum islam………………...… ........ 23
2. Kafaah dalam perkawinan……………………….. ........ 27
3. Tujuan dan hikmah perkawinan…………………. ......... 29
4. Persiapan lahir batin dalam upaya pemilihan jodoh. ...... 35
5. Langkah-langkah menuju pernikahan…………… ......... 42
BAB III GAMBARAN UMUM KUA PONDOK AREN
A. Sejarah dan Latar Belakang Berdiri………………….. ..... 47
B. Visi, Misi, dan Motto………………………………… ..... 49
C. Struktur Organisasi dan pengelolaannya……………... ..... 50
D. Program kegiatan dan tujuannya…………………….. ...... 51
vii
E. Sarana dan Prasarana........................................................ 56
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Deskripsi Informan .......................................................... 57
B. Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah
1. Pembimbing dalam Bimbingan Pra Nikah ..................... 63
2. Terbimbing dalam Bimbingan Pra Nikah ...................... 65
3. Materi Bimbingan Pra Nikah ......................................... 66
4. Metode dalam Bimbingan Pra Nikah ............................. 70
C. Faktor pendukung dan penghambat bimbingan pra
Nikah ............................................................................... 72
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................... 75
B. Saran ................................................................................ 76
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 78
LAMPIRAN
viii
Daftar lampiran
1. Surat izin penelitian / wawancara
2. Surat keterangan penelitian dari Kantor Urusan Agama (KUA) Pondok
Aren
3. Daftar wawancara
4. Dokumentasi foto-foto
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah SWT menciptakan makhluk-Nya dengan berpasang-pasangan, laki-
laki dan perempuan. Oleh karena itu, manusia dianjurkan untuk mencari
pasangannya dalam batas-batas yang telah ditentukan oleh syari’at. Anjuran untuk
menikah dan perintah melaksanakan perkawinan disebutkan dalam firman Allah
surat An-Nisa: 3:
“Nikahilah sebagian wanita yang baik-baik diantara kamu.”
Selain itu Rosulullah juga menganjurkan para pemuda yang telah dewasa
untuk menikah. Sebagaimana sabda beliau yang artinya:
قال رسول اهللا صل اهللا علیھ وسلم یآ معشر لشباب :عن عبد اهللا بن مسعود قال
من استطاع منكم والباء ة فلیتزوج فا نھ اغض للبصرواحصن للفرج ومن لم
) 1اه البخاري رو (یستطع فعلیھ باالصوم فا نھ لھ وجاء
“Dari Abdullah bin Mas’ud berkata, bahwa Rasulullah saw bersabda: Hai para pemuda, siapa saja diantara kamu mampu menanggung biaya, maka hendaklah ia nikah, karena menikah itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih dapat menjaga kemaluan. Bagi siapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu perisai (pengekang syahwat) baginya.”(H.R Bukhari)
1 Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Qohiroh: Dar al Maktabin) jilid III h.3
2
Dari hadits di atas menunjukkan betapa besar rahmat perkawinan, karena
dapat memelihara seseorang dari perbuatan-perbuatan tercela. Dengan
perkawinan, nafsu syahwat dapat disalurkan melalui jalan yang ditentukan.
Agama dapat menunjukkan jalan bagi yang belum mampu menikah dengan jalan
berpuasa, karena berpuasa dapat membersihkan jiwa dan mempunyai daya yang
kuat untuk menahan nafsu dari perbuatan haram.
Tujuan perkawinan tidak hanya terbatas pada hubungan syahwat, akan
tetapi jauh dari itu mencakup tuntutan kehidupan yang penuh rasa kasih sayang,
sehingga manusia dapat hidup tenang, baik dalam keluarga maupun
masyarakatnya. Dengan perkawinan, ditetapkan adanya hak dan kewajiban bagi
suami istri, sehingga terbinalah ketentraman jiwa, bukan sekedar dalam hubungan
syahwat. Perkawinan merupakan ciri utama pembinaan kehidupan masyarakat,
karena manusia tidak dapat hidup secara individual.
Perkawinan adalah ikatan kuat yang menggabungkan jiwa kedua suami
istri, membuatnya merasa diikat dan memperbaurkannya sebagaimana berbaurnya
air jernih yang enak diminum. Perkawinan adalah jaminan erat antara dua anak
manusia yang dipertemukan keduanya dalam cinta, kesetiaan, ketulusan, kerja
sama, dan saling membantu2.
Di Negara kita perkawinan telah diatur dengan undang-undang nomor 1
Tahun 1974 Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1944 dan Nomor 32 Tahun
1954. Undang-undang nomor 1 Tahun 1974 telah disyahkan dan ditanda tangani
oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 2 Januari 1974 di Jakarta dan
2 Ukasyah Athibi, Wanita Mengapa Merosot Akhlaknya, Penerjemah Chairul Halim,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1998), Cet. Ke-1, h.91.
3
mulai berlaku pada tanggal 1 Oktober 1975, berisi XIV BAB, 64 Pasal dan 100
ayat.3
Karena tujuan perkawinan tidak hanya terbatas pada hubungan syahwat
maka sebelum melaksanakan pernikahan hendaknya para calon pengantin
memiliki bekal yang cukup untuk menghadapi bahtera kehidupan. Adapun bekal
yang dimaksud yakni pemahaman tentang pernikahan itu sendiri, hak dan
kewajiban suami dan istri, kemampuan financial, dan kesiapan mental. Dengan
bekal tersebut, diharapkan calon pengantin dapat menjadi keluarga sakinah
mawadah dan rahmah. Dalam firman Allah pun dijelaskan bahwa
………
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seseorang laki-laki dan seorang perempuan yang menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal…..(Qs.An-Nisa: 1) Dalam firman Allah tersebut dikatakan bahwa manusia diciptakan
berbeda-beda supaya kita bisa saling mengenal dan setelah kita mengenal diri
pasangan kita masing-masing kita dapat melangsungkan hidup berumah tangga
yang sakinah, mawaddah dan rahmah, terhindar dari perceraian, keributan,
penganiayaan, dan hal-hal yang bertentangan dengan hukum dan dimurkai oleh
Allah.
KUA Pondok Aren adalah Kantor Urusan Agama yang melayani
masyarakat dalam hal agama. Diantaranya yaitu tentang pernikahan, bimbingan
3 BP.4 KUA Kecamatan Pondok Aren, Materi Penataran Catin, (Tangerang Selatan) h. 1
4
haji dan umroh, informasi zakat, infak, shodaqoh, sarana ibadah, dan lain-lain.
Banyak program di KUA yang ditujukan untuk pernikahan, pecatatan, pendidikan
pra nikah, bimbingan pra nikah, dan lain-lain. Dengan berbagai program tersebut,
KUA merasa perlu untuk mengadakan bimbingan pra nikah bagi calon pengantin
untuk mengurangi angka perceraian dan memberikan pengetahuan kepada calon
pengantin hal-hal yang perlu diketahui sebelum menuju jenjang pernikahan
Bertitik tolak dari pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian terhadap masalah tersebut yang dituangkan dalam skripsi
yang berjudul ” Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah bagi pasangan calon
pengantin di KUA Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan. ”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis membatasi
Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah di KUA Pondok Aren pada Empat
Pembimbing, Materi Bimbingan, Tiga Terbimbing ( Tiga Pasang Calon
Pengantin), dan Metode Bimbingan.
2. Perumusan masalah
Dari pembatasan masalah tersebut, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana Pelaksanaan bimbingan Pra Nikah bagi calon pengantin
di KUA Pondok Aren?
b. Apa saja faktor pendukung dan penghambat Bimbingan Pra Nikah di
KUA Pondok Aren?
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
a. Untuk mengetahui Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah di KUA Pondok
Aren
b. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan
Bimbingan Pra Nikah di KUA Pondok Aren
2. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan diatas, maka manfaat dari penelitian ini yaitu:
a. Manfaat Teoritis
1) Memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya pada Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah.
2) Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya
pada kajian yang sama tetapi pada ruang lingkup yang lebih luas
dan mendalam tentang Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah.
b. Manfaat praktis
1) Bagi peneliti, dapat menambah pengalaman dalam
Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah .
2) Bagi lembaga, dapat dijadikan pedoman dalam Pelaksanaan
Bimbingan Pra Nikah.
3) Bagi jurusan, penelitian ini dapat menambah koleksi tentang
kajian Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah
6
4) Bagi akademik, dapat menambah wawasan, informasi dan
pengetahuan tentang Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah,
khususnya bagi mahasiswa Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu
Komunikasi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis memilih penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Pendekatan deskriptif dapat diartikan sebagai
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau
melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak.4
Adapun dalam penelitian ini, peneliti berusaha mengungkapkan dan
mendeskripsikan secara faktual, aktual dan sistematis mengenai
Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah di KUA Pondok Aren.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
a. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai dari tanggal 1 Juni s/d 30 Juni 2014.
b. Tempat Penelitian
Kegiatan penelitian ini berlokasi di Kantor Urusan Agama Pondok
Aren Jl. Komplek Perkantoran Kecamatan Pondok Aren No. 2 Tangerang
Selatan Banten.
4 Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah mada University Press,
1998), cet. Ke-8, h. 63.
7
3. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Adapun Subjek penelitian ini adalah Pembimbing dalam bimbingan pra
nikah yang terdiri dari Empat orang yaitu kepala KUA, Dua Orang
Penghulu, Penyuluh, dan Tiga Pasang Calon Pegantin.
b. Objek Penelitian
Adapun obyek dalam penelitian ini adalah Pelaksanaan Bimbingan Pra
Nikah di KUA Pondok Aren.
4. Sumber Data
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana
data dapat diperoleh.5 Sumber data ialah unsur utama yang dijadikan
sasaran dalam penelitian untuk memperoleh data-data kongkrit dan yang
dapat memberikan informasi untuk memperoleh data yang diperlukan
dalam penelitian ini.6
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data, yaitu;
a. Data Primer, yaitu berupa wawancara kepada Empat pembimbing
Pra Nikah di KUA Pondok Aren dan Tiga pasang calon pengantin.
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber
tertulis yang terdapat dalam makalah materi penataran calon
pengantin, foto-foto, rekaman suara dan dokumen-dokumen lain
yang berkaitan dengan pembahasan dalam penulisan ini.
5 Arikunto, Prosedur Penelitian Suatau Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT. Rieneke Cipta,
1996) h. 195. 6 E Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi, (Jakarta:
Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi, LPSP3 UI, 1983) h.29.
8
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan maka peneliti menggunakan
teknik dan alat pengumpul data sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah suatu kegiatan mengumpulkan data yang
dilakukan melalui pengamatan dan mencatat fenomena yang muncul
dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena
tersebut.7 Menurut Thantawy R. dalam bukunya “Kamus Bimbingan
dan Konseling”, observasi adalah teknik pengumpulan data tentang
diri klien yang dilakukan secara sistematis melalui pengamatan
langsung menggunakan pencatatan terhadap gejala-gejala yang ingin
diselidiki dan itu digunakan dalam rangka melengkapi informasi klien
untuk keperluan pelayanan bimbingan dan konseling.8
Observasi atau pengamatan berperan serta menceritakan kepada
peneliti apa yang dilakukan oleh orang-orang. Dalam situasi tersebut,
peneliti memperoleh kesempatan mengadakan pengamatan atau
observasi. Menurut Bogdan (1972) mendefinisikan secara tepat
observasi atau pengamatan berperan serta sebagai peneliti yang
mencirikan interaksi secara sosial memakan waktu cukup lama antara
peneliti dan subyek dalam lingkungan subyek dan selama itu data
7. E Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi,(Jakarta:
Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi, LPSP3 UI, 1983), h.62. 8 Thantawy R, Kamus Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT. Pamator, 1997), h.81.
9
dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan
berlaku tanpa gangguan.9
Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan
pengamatan dan penelitian secara langsung di KUA Pondok Aren.
Peneliti melakukan observasi sebanyak tiga kali, yaitu pada hari Senin,
02 Juni 2014 peneliti memberikan surat izin penelitian kepada Kepala
KUA Pondok Aren yaitu H. Suganda S.Ag, peneliti diizinkan untuk
melakukan penelitian dan mewawancarai Kepala KUA, Dua Orang
Penghulu, Penyuluh, dan Bagian Tata Usaha. Pada hari Rabu 04 Juni
2014 peneliti mengamati langsung proses bimbingan pra nikah yang
dilakukan oleh KUA Pondok Aren kepada Calon Pengantin.
Pembimbing memberikan materi mengenai UUD perkawinan,
Munakahat, dan keluarga sakinah. pada tanggal 11 Juni, Peneliti
mewawancarai tiga pasang calon pengantin tentang pendapat mereka
mengenai pelaksanaan bimbingan pra nikah yang diadakan oleh KUA
Pondok Aren. Untuk kelengkapan data yang diperlukan oleh peneliti,
peneliti kembali mengikuti pelaksanaan bimbingan pra nikah bagi
calon pengantin pada tanggal 18 Juni 2014 dan 25 Juni 2014. Pada
Sabtu, 27 Juni 2014 peneliti berpamitan kepada Kepala KUA Pondok
Aren dan berfoto bersama pengurus KUA Pondok Aren.
9 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006),
h. 194.
10
b. Wawancara
Teknik perolehan data melalui wawancara sering pula disebut
interview. Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan
pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari
terwawancara (interviewe).10 Atau salah satu metode pengumpulan
data ialah dengan cara wawancara yaitu mendapatkan informasi
dengan cara bertanya langsung kepada responden.11 Menurut
Thantawy R dalam bukunya “Kamus Bimbingan dan Konseling”,
wawancara adalah percakapan sebagai proses saling memberi
keterangan diantara pewawancara (interviewer) yang diarahkan
kepada tujuan tertentu.12
Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi.
Dalam proses ini, hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor
yang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi. Faktor tersebut
adalah: pewawancara, responden, topik, situasi wawancara, dan
penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan.13dalam penelitian
ini wawancara ditujukan kepada Empat Pembimbing Pra Nikah
dengan langsung bertatap muka sekaligus mendengarkan keterangan-
keterangan. Empat Pembimbing Pra nikah yaitu Kepala KUA Bapak
H. Suganda S.Ag, Dua orang Penghulu yaitu Bapak Aliudin S.Ag dan
10 Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT. Rieneke Cipta,
1996), h. 128. 11 Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LPSES,
1989), h. 192. 12 Thantawy R, Kamus Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT. Pamator, 1997), h. 122. 13 Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta:LPSES, 1989),
h. 192.
11
Bapak H. Abdul Aziz S.Ag, Penyuluh Bapak Sopian Sori M.Ag, dan
Tata Usaha Bapak Ahmad Rahmat. Peneliti melakukan wawancara
kepada Tiga Pasang Calon Pengantin yaitu Fitri dan Zainul, Nur dan
Aris, Wati dan Ali.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis atau film, serta record
yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seseorang penyidik
atau peneliti. Dokumentasi sudah lama digunakan dalam penelitian
sebagai sumber data yang dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan,
bahkan untuk meramalkan.14Dokumentasi biasanya terbagi atas
dokumen pribadi yang terdiri dari buku harian, surat pribadi,
otobiografi, dan dokumen resmi.
Dokumen resmi terdiri atas dokumen internal dan eksternal.
Dokumen internal berupa memo, pengumuman, instruksi aturan suatu
lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan sendiri.
Sedangkan dokumen eksternal berisi bahan-bahan informasi yang
dihasilkan oleh kondisi lembaga sosial masyarakat misalnya, majalah,
buletin, pernyataan dan berita yang disiarkan oleh media massa.15
Dalam penelitian ini, dokumentasi dilakukan dengan pengumpulan
data-data tertulis yang terdapat di KUA Pondok Aren, dengan masalah
yang diteliti dan dokumen lainnya yang mendukung.
14 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaj Rosdakarya, 2006),
h. 194. 15 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaj Rosdakarya, 2006),
h. 219.
12
6. Analisa Data
Analisa data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan
yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan
apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.16
Dalam melakukan analisa data, penulis menggunakan analisa
deskriptif kualitatif yaitu penulis berusaha memaparkan data sebagaimana
adanya dengan melakukan kajian penafsiran data-data tersebut sehingga
dapat menggambarkan permasalahan secara sistematis dan representative.
faktor-faktor yang berhubungan dengan fenomena yang diteliti, kemudian
dilakukan analisis.
7. Teknik Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis mengacu pada Buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta” diterbitkan oleh CEQDA (Center For Quality
Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, Tahun 2007.
E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan suatu bagian dari penelitian yang memuat
tinjauan atas kepustakaan (literature) yang berkaitan dengan topik pembahasan,
16 Lexy J Moleong, Metode penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaj Rosdakarya, 2006),
h. 248.
13
atau bahkan yang memberikan inspirasi dan mendasari dilakukannya
penelitian.17 Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah:
1. Respon Suami Istri terhadap Bimbingan Pra Nikah di KUA Kecamatan
Kedondong Lampung Selatan yang dilakukan oleh Rusfanida
mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Penelitian dalam
skripsi ini terfokus pada respon suami istri terhadap bimbingan pra
nikah.
2. Efektifitas Praktek Pelaksanaan Kursus Calon Pengantin di KUA
kecamatan Ciputat Tangerang Selatan; Studi Pelaksanaan peraturan
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama No DJ.
II/49/Tahun 2009 yang dilakukan oleh Kosim mahasiswa Konsentrasi
Peradilan Agama Program Studi Ahwal Asy-syakshiyah. Penelitian
dalam skripsi ini terfokus pada efektifitas kursus calon pengantin di
KUA Ciputat.
Dalam penelitian yang penulis lakukan di KUA Kecamatan Pondok Aren
difokuskan pada, Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah Bagi Calon Pengantin di
KUA Pondok Aren, skripsi ini meneliti pembimbing pra nikah, yang
terbimbing, metode bimbingan pra nikah, dan materi bimbingan pra nikah serta
faktor pendukung dan penghambat bimbingan pra nikah di KUA Pondok Aren,
sehingga penelitian yang penulis lakukan hasilnya tidak akan sama meskipun
sama subjeknya, yaitu di KUA.
17 Hamid Nasuhi, et.al, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)
UIN Sayrif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: CEQDA, 2007), Cet. Ke-2, h. 20.
14
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan dalam skripsi ini penulis menguraikan
dalam beberapa bab, yaitu:
Bab I Pendahuluan, yang membahas tentang latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika
penulisan.
Bab II Landasan Teori, yang tercakup didalamnya pengertian bimbingan
Pra Nikah, unsur bimbingan, tujuan dan fungsi bimbingan,
Meminang dalam hukum Islam, Kafaah dalam perkawinan, Tujuan
dan hikmah perkawinan, Persiapan Lahir Batin Dalam Upaya
Pemilihan Jodoh, Langkah-langkah menuju pernikahan.
Bab III Gambaran Umum KUA Pondok Aren, terdiri dari: Sejarah dan
latar belakang berdiri, Visi, misi, dan motto, Struktur organisasi
dan pengelolaannya, Program kegiatan dan tujuannya, Sarana dan
prasarana.
Bab IV Temuan Penelitian dan Analisis Data yakni, Karakteristik
Informan, Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah di KUA Pondok
Aren yang meliputi: pembimbing, terbimbing, metode bimbingan,
dan materi-materi yang digunakan dalam Bimbingan Pra Nikah di
KUA Pondok Aren, faktor pendukung dan penghambat Bimbingan
Pra Nikah di KUA Pondok Aren.
15
Bab V Penutup, yang terdiri dari kesimpulan, saran, daftar pustaka,
lampiran.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Bimbingan Pra Nikah
1. Pengertian Bimbingan Pra Nikah
Kata bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu
“guidance” yang berasal dari kata kerja “to guide” yang berarti menunjukan,
memberi jalan, atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang bermanfaat
bagi hidupnya di masa kini dan masa mendatang.1 Pengertian bimbingan
adalah menunjukkan, memberi jalan atau menuntun orang lain ke arah
tujuan yang lebih bermanfaat bagi hidupnya di masa kini dan masa datang.
Sedangkan bimbingan secara terminologi seperti yang dikemukakan
beberapa tokoh di bawah ini, di antaranya :
Bimo Walgito menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuan atau
pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu
dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam hidupnya
agar individu atau sekumpulan individu dapat mencapai kesejahteraan
hidup2.
Crow & Crow di dalam bukunya Prayitno yang berjudul “Dasar-Dasar
Bimbingan dan Konseling” menjelaskan: Bimbingan adalah bantuan yang
diberikan oleh seorang laki-laki atau perempuan yang memiliki kepribadian
yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia
1 H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta: PT. Golden Trayon Press, 1998), h. 1
2 Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta:Offset, 1995), h. 4
17
untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan
pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri dan menanggung
bebannya sendiri.3
Menurut I Djumhur dan M Surya, dalam bukunya “Bimbingan dan
Penyuluhan di Sekolah”, membatasi pengertian bimbingan sebagai berikut:
“Suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis
kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar
tercapai kemampuan untuk memahami dirinya (Self Understanding),
kemampuan untuk menerima dirinya (Self Acceptance), kemampuan untuk
mengarahkan dirinya (Self Direction), kemampuan untuk merealisasikan
dirinya (Self Realization), sesuai dengan potensi kemampuan dalam
menyesuaikan dirinya baik dengan lingkungan keluarga, maupun dengan
masyarakat. Dan bantuan itu diberikan oleh orang yang memiliki keahlian
dan pengalaman khusus dalam bidang tersebut.”4
Dalam bukunya yang berjudul “bimbingan dan konseling”, hallen
memberikan definisi bahwa:
“Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang terus-menerus dari
seorang pembimbing yang telah dipersiapkan kepada individu yang
membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang
dimilikinya secara optimal dengan menggunakan berbagai macam media
dan tekhnik bimbingan dalam suasana asuhan yang normatif agar tercapai
3 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Rineka Cipta:
2001), h.94 4 I Djumhur dan M. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu,
1975), h. 28
18
kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri
maupun bagi lingkungannya....”5
Berdasarkan beberapa pengertian bimbingan tersebut dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang
(anak-anak, remaja dan dewasa) agar mampu mengembangkan potensi
(bakat, minat, kemampuan yang dimiliki, mengenali dirinya sendiri,
mengatasi persoalan-persoalan), sehingga mereka dapat menentukan sendiri
jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa bergantung kepada orang
lain.
Kata Pra dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” adalah awalan yang
bermakna “sebelum”.6 Pengertian Nikah dalam “Kamus Besar Bahasa
Indonesia” ialah perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami
istri (dengan resmi).7
Dalam Undang-Undang Dasar 1974 No. I tentang undang-undang
perkawinan sebagai berikut: Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga yang bahagia berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam “Ensiklopedi Wanita Muslimah” perkawinan atau nikah ialah
“akad ikatan lahir batin di antara seorang laki-laki dan seorang wanita, yang
5 I Djumhur dan M. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu,
1975), h. 9 6 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka,
1998), h. 44-50 7 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka,
1998), h. 614
19
menjamin halalnya pergaulan sebagai suami istri dan sahnya hidup berumah
tangga, dengan membentuk keluarga sejahtera.8
Menurut Rahmat Hakim, kata nikah berasal dari bahasa arab “Nihkum”
yang merupakan masdar atau berasal dari kata kerja “Nakaha”. Menurut
bahasa kata nikah berarti “adh dhammu wattadakhul” (bertindih dan
memasukkan), menurut istilah nikah adalah “suatu akad yang menyebabkan
kebolehan bergaul antara seorang laki-laki dengan seorang wanita dan
saling menolong diantara keduanya serta menentukan batas hak dan
kewajiban di antara keduanya.9
Dari beberapa definisi di atas penulis menyimpulkan nikah sebagai
landasan pokok dalam pembentukkan keluarga. Perkawinan adalah ikatan
lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga sakinah, mawaddah, warahmah. Jadi. Bimbingan pra
nikah adalah upaya pembimbing dalam memberikan materi atau bekal
kepada calon pengantin sebelum melaksanakan pernikahan, mengenai
keluarga sakinah, munakahat, dan hal-hal yang dibutuhkan oleh calon
pengantin sebelum memasuki jenjang pernikahan.
2. Unsur Bimbingan Islam
a. Pembimbing.
Pengertian pembimbing dalam kamus Bahasa Indonesia sebagai
berikut, “pembimbing” diartikan menurut bahasa adalah “pemimpin”
atau “penuntun”, kata tersebut di ambil dari kata “bimbing” yang
8 Hayya Binti Mubarak Al-Barik, Ensiklopedi Wanita Muslimah, (Jakarta: Darul Falah, 1423 H), h.97
9 Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islami (Bandung: CV Pustaka etia, 2000), h. 11&13.
20
artinya “pimpin” atau “tuntun”, kemudian diberi awalan “pe” menjadi
pembimbing yang artinya “yang menyebabkan sesuatu menjadi tahu”,
arti tersebut disesuaikan dengan profesi dan disiplin ilmu yang ia
miliki.10
b. Terbimbing
Yaitu peserta atau orang yang mempunyai masalah dalam
mencapai tujuan.11
c. Metode
Kata “metode” berasal dari kata yunani “methods”, dimana
“metha” ialah menuju, melalui, mengikuti. Dan kata “hodos” ialah
jalan, perjalanan, cara, dan arah. Jadi pengertian metode adalah cara
bertindak menurut sistem aturan tertentu supaya kegiatan praktisi
terlaksana secara rasional dan terarah, agar mencapai hasil yang
optimal.12Metode-metode yang sering digunakan dalam bimbingan
Islam yaitu:
1). Metode Interview (wawancara)
Wawancara adalah melakukan dialog dengan terbimbing untuk
mendapatkan masalah-masalah yang dihadapi oleh terbimbing. Dengan
melakukan dialog, pembimbing akan masuk dalam kehidupan
10 W.J.S. Poerwardarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1984), cet. Ke-7, h. 427. 11 Drs. H. Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: UIN Press, 2008), h. 11 12 Anton Bakher, Metode-metode Filsafat, (Jakarta: Penerbit Balai Aksara, 1984), h. 10.
21
terbimbing dan akan mengetahui sebab-sebab yang dikemukakan oleh
terbimbing.13
2). Metode Non Directif
Metode ini dilakukan dengan tidak mengarahkan. Yang mana dibagi
menjadi 2 yaitu:
a). Client Centered
Yaitu pengungkapan masalah-masalah yang menjadi
penghambat si terbimbing. Yaitu dilakukan dengan cara pancingan
yaitu dengan mengajukan satu dua pertanyaan selanjutnya
terbimbing diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menceritakan
segala isi batinnya yang disadari menjadi penghambatnya.
Pembimbing hanya mendengarkan dan mencatat hal-hal yang
dianggap mendasar kemudian di akhir pertemuan pembimbing tidak
mengarahkan melainkan mengungkapkan kembali hambatan-
hambatan yang dialami sebagai penyebabnya dan apa yang harus
dilakukan untuk mengatasinya sebagaimana yang dikemukakkan
oleh terbimbing.
b). Metode Edukatif
Yaitu cara pengungkapan masalah-masalah yang menghambat
dengan cara mengoreh sampai tuntas apa yang menjadi penyebab
hambatan, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dalam hal
ini pembimbing harus bersikap agak santai dan memberikan
13 H.M. Arifin, Pedoman dan Pelaksanaan Bimbingan dan penyuluhan Agama, (Jakarta:
PT. Golden terayon Pers, 1998), h. 49.
22
kesempatan yang seluas-luasnya kepada terbimbing untuk
mengingat dan mengungkapkan rahasia pribadi yang menjadi
penghambat masalah tersebut.14
3). Metode Direktif (metode yang bersifat mengarahkan)
Metode ini lebih bersifat mengarahkan kepada jamaah untuk
berusaha mengatasi kesulitannya (problem) yang berpengaruh kepada
ketenangan berfikir. Pada metode ini, pembimbing memberikan saran-
saran pandangan dan nasehat bagaimana sebaiknya ia bersikap dalam
menghadapi problemnya.
3. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Islam
Adapun Tujuan bimbingan itu sendiri menurut Aunur Rahim Faqih adalah:
a. Membantu klien untuk mengembangkan pemahaman diri sendiri
sesuai dengan kecakapan, minat, pribadi, dan kesempatan yang ada.
b. Membuat proses sosialisasi dan sensitifitas kepada kebutuhan orang
lain.
c. Memberikan dorongan didalam mengarahkan diri, pemecahan
masalah, pengembalian keputusan dalam keterlibatan diri dalam
masalah yang ada.
d. Mengembangkan nilai dan sikap menyeluruh serta perasaan sesuai
dengan penerimaan diri.
e. Membantu didalam memahami tingkah laku manusia.
14 H.M. alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan. (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h.
179-180.
23
f. Membantu klien untuk hidup di dalam kehidupan yang seimbang
dalam berbagai aspek, fisik, mental, sosial.15
Fungsi bimbingan menurut Dewa Ketut Sukardi:
a. Fungsi Preventif: sebagai pencegah terhadap timbulnya masalah
b. Fungsi Pemahaman: yang menghasilkan pemahaman tentang sesuatu
c. Fungsi Perbaikan: yang menghasilkan solusi dari berbagai
permasalahan yang dialami.
d. Fungsi Pemeliharaan dan pengembangan: membantu dalam
memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara
mantap, terarah, dan berkelanjutan.16
B. Perkawinan
1. Meminang dalam hukum Islam
Islam merupakan agama yang diturunkan melalui Rasulullah SAW
untuk kemaslahatan manusia. Dalam Islam, manusia dituntut untuk
kebahagiaan dunia dan akhirat, salah satu jalan untuk memperoleh
kebahagiaan itu adalah melalui pernikahan (perkawinan).
Sebelum melangkah kejenjang perkawinan terlebih dahulu dilakukan
khitbah (pinangan) yang merupakan langkah pendahuluan menuju arah
perjodohan antara seorang pria dan wanita. Islam mensyari’atkannya agar
15 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: VII Press,
2001), cet. Ke-2, hal. 54. 16 Dewa Ketut Sukardi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Jakarta:
Rineke Cipta, 2000), hal. 26-27.
24
masing-masing calon mempelai dapat saling kenal mengenal dan
memahami pribadi mereka.17
Untuk itu dianjurkan kepada setiap calon suami untuk “melihat” calon
istrinya (dan tentu demikian pula sebaliknya) terlebih dahulu, sehingga
pelaksanaan pernikahan atau perkawinannya nanti berdasarkan pandangan
dan penilaian yang jelas, tidak seperti membeli kucing dalam karung, yang
pada akhirnya melahirkan penyesalan bagi salah satu pihak atau bahkan
keduanya. Nabi saw, bersabda:
م لسو ھیلع ى اهللالي صبالن القف ةارما بطخ ھنة ابعش ةریغلما نع
)رواه الترمذى والنسائ وابن ماجھ(امكنیب مد وی نا ھناافھیلارظنا
Artinya:
Dari Mughiroh bin Syu’bah ra, sesungguhnya ia pernah meminang seorang wanita, maka bersabda Rasulullah saw kepadanya: “lihatlah calon istrimu, karena akan mengekalkan hubungan perjodohan kalian berdua”.(HR. Tirmidzi, Nasa’I, dan Ibnu Majah).
Makhluk termasuk manusia, remaja atau dewasa dianugrahi oleh
Tuhan rasa cinta kepada lawan seksnya, sebagaimana dalam firman Allah
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari
17 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2000),
cet. Ke4, h. 57.
25
jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah lading. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).(Al-Imron : 14)
Dahulu ada sebagian ulama yang memahami sabda nabi saw, yang
membolehkan “melihat calon istrinya” sebagian “membolehkan melihat
wajah dan telapak tangan”. Kini sementara ulama memahaminya lebih dari
itu, yakni “mengenalnya lebih dekat, dengan bercakap-cakap atau bertukar
pikiran, selama ada pihak terpercaya yang menemani mereka, guna
menghindar dari segala yang tidak diinginkan oleh norma agama dan
budaya. “ketika itu, jika terjalin hubungan cinta kasih antara keduanya
meskipun itu berupa cinta kasih yang muncul sebelum menikah maka
agama tidak menghalanginya. Bukankah itu tujuan mereka saling
mengenal guna melangsungkan dan melanggengkan perkawinan.
Dalam konteks perintah nabi saw, untuk melihat calon istri yang
dikutip di atas, terbaca bahwa beliau tidak menentukan “batas-batas
tertentu” dalam “melihat”. Beliau hanya menentukan tujuan melihat dan
hal ini menunjukkan keluwesan ajaran islam dan keistimewaan, sehingga
memudahkan setiap orang pada setiap masa untuk menyesuaikan diri
dengan adat istiadat, etika, dan kepentingan mereka, selama dalam batas-
batas yang wajar. Begitu pandangan banyak ulama kontemporer.
Karena itu, pada masa pertunangan, calon pasangan tidak dihalangi
untuk duduk di beranda rumah bersama salah seorang keluarga atau dari
kejauhan orang tua telah yakin bahwa kedua calon pasangan itu tidak akan
mengorbankan kebahagiaan abadi dengan kesenangan sesaat.
26
Ketika agama membenarkan hal di atas, maka itu juga menunjukkan
betapa tidak mudah menjalin hubungan yang serasi dan langgeng tanpa
saling mengenal antara pihak-pihak yang berhubungan.
Jika calon suami dan istri sudah saling “melihat” dalam batas-batas
yang dibenarkan agama, dan hati keduanya telah berkenan, maka saat itu
dapatlah calon pasangan atau yang mewakilinya mengajukan khitbah/
pinangan.
Sebelum menetapkan penerimaan pinangan, wali paling tidak harus
dapat menduga keras bahwa yang dipinang benar-benar telah setuju,
bahkan semestinya persetujuannya itu dinyatakan secara tegas. Memang
perempuan/gadis-gadis di belahan timur dunia kita pada masa lalu atau
yang mempertahankan budaya masa lalu tidak mudah mengungkap
persetujuannnya, apalagi mengucapkan “Aku cinta padanya/mu”, tetapi
ulama masa lalu menyatakan bahwa sebenarnya wali dapat mengetahui
dari sinar mata mereka ada tidaknya cinta, atau kesediaan bercinta itu.
Bahkan orang tua yang bijaksana sering kali mengetahuinya bukan saja
dari sinar mata tetapi juga dari air mata seseorang. Ibnu Hajar Al-
‘Asqalani (w.1449 M) dalam bukunya Subul Al-Salam, ketika
menguraikan hadits tentang perlunya persetujuan calon istri terhadap calon
suaminya sebelum dilangsungkan akad nikah18.
Bila khitbah itu telah dilaksanakan agama mengingatkan:
لایخطب الرجل على خطبة اخیھ حتى ینكح اویترك
18 Quraish Shihab, Pengantin Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2007), cet ke-2, h. 57.
27
)رواه البخارى ومسلم(
“Tidak dibenarkan seseorang meminang pada saat saudaranya meminang (wanita yang sama) sampai (jelas apakah) si peminang diterima (sehingga tidak boleh lagi meminang) atau ditinggalkan (dan ketika itu yang berminat silahkan meminang.19.(H.R. Bukhari daan Muslim) Hal Ini dilarang, karena hal tersebut dapat menimbulkan perselisihan
antara berbagai pihak, karena bisa saja si peminang kedua memburuk-
burukkan peminang pertama. Selanjutnya setelah kesepakatan kedua belah
pihak menyangkut segala sesuatu, maka ditetapkanlah saat pernikahan.20
2. Kafaah dalam perkawinan
Untuk menjamin langgengnya kerukunan antara suami istri, pergaulan
yang harmonis, tetapnya saling pengertian dan terbinanya hubungan rumah
tangga yang mesra, maka syari’at Islam menginginkan dengan sangat,
hendaklah suami itu yang sesuai (sekufu) dengan istrinya dalam segala hal
yang dinilai sebagai kemuliaan hidup manusia, khususnya yang ada
kaitannya dengan status ekonomi dan sosial.
Kufu adaalah faktor penting bagi langsungnya kehidupan berumah
tangga, bila disorot dari kedudukan suami sebagai pemimpin. Karena bila
status ekonomi dan sosial suami lebih rendah dari istrinya, maka
kedudukannya sebagai kepala keluargapun menjadi lemah, dan
19 Quraish Shihab, Pengantin Al-Qur’an, (Jakarta:Lentera Hati, 2007), cet ke-2, h. 57. 20 Quraish Shihab, Pengantin Al-Qur’an, (Jakarta:Lentera Hati, 2007), cet ke-2, h. 57.
28
kepemimpinannya bisa gagal, hingga bisa-bisa menjadi sebab retaknya
hubungan mereka berdua kelak.21
Setingkat dalam pernikahan antara laki-laki dengan perempuan ada lima
sifat, yaitu menurut tingkat kedua ibu bapak.22
a. Agama
b. Merdeka atau hamba
c. Perusahaan
d. Kekayaan
e. Kesejahteraan
Kufu ini tidak menjadi syarat bagi pernikahan. Tetapi jika tidak dengan
keridhaan masing-masing, yang lain boleh mem-fasakh-kan pernikahan itu
dengan alasan tidak kufu (setingkat). Kufu adalah hak perempuan dan
walinya, keduanya boleh melanggarnya dengan keridhaan bersama.
Menurut pendapat yang lebih kuat, ditinjau dari alasannya, kufu itu
hanya berlaku mengenai keagamaan, baik mengenai pokok agama seperti
islam dan bukan Islam maupun kesempurnannya, misalnya orang yang
baik (taat) tidak sederajat dengan orang yang jahat atau yang tidak taat.
Dengan syarat-syarat yang tersebut di atas tadi, hendaklah diketahui,
dipelajari seperlunya, sehingga pihak lelaki yang hendak berkenalan cinta
dengan wanita tersebut, telah mengetahui perlunya, siapa gerangan dia dan
bagaimana pribadinya dalam masyarakat lingkungannya.
21 Nabil Muhammad Taufik. Assamaluthi, Pengaruh Agama Terhadap Struktur Keluarga,
(Surabaya: 1987), Cet 1, h. 246. 22 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung, Sinar Baru Algensindo, 2007), cet ke 4, h. 390.
29
Dengan cara demikian, maka tahulah kita agak mendalam siapakah
yang sebenarnya wanita tersebut untuk dijadikan jodoh atau perkenalan
sementara, sebelum menjadi istri, teman hidup semati sampai tua kelak.
Kebanyakan pemuda-pemuda (pihak laki) yang berkenalan dan
langsung mengadakan perkawinan dengan seorang wanita itu, biasanya
hanya berkenalan sepintas saja, hanya dari perkenalan singkat itu, mereka
pria dan wanita tersebut, telah jatuh hati dan timbul hasrat ingin
melaksanakan perkawinan yang berat resiko dan tanggung jawabnya itu.
Kecuali perkenalan mereka, kebetulan memang sudah lama berkenalan
sejak dari kampung halaman semula, atau ada hubungan keluarga, yang
masing-masingnya sudah saling mengenal keluarganya.
Bila syarat-syarat yang dikemukakan ini dapat dilaksanakan oleh
pihak laki-laki yang ingin melangsungkan perkawinan itu, maka akibatnya
kelak akan memperoleh berkah dan akan dapat hidup bahagia dalam
rumah tangga.23
3. Tujuan dan hikmah perkawinan
a. Tujuan Perkawinan
Sebagaimana hukum-hukum yang lain ditetapkan dengan tujuan
tertentu sesuai dengan tujuan pembentuknya, demikian pula halnya
23 Amir Taat Nasution, Rahasia Perkawinan dalam Islam, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
1994), cet ke 4, h. 40-44.
30
dengan syari’at Islam, mensyari’atkan perkawinan dengan tujuan-
tujuan tertentu pula.24
Adapun tujuan tersebut diantaranya adalah:
1). Melaksanakan libido seksualitas
Semua manusia laki-laki maupun perempuan mempunyai
insting seks, hanya kadar intensitasnya yang berbeda. Dengan
pernikahan seorang laki-laki dapat menyalurkan nafsu seksualnya
kepada seorang perempuan dengan sah dan begitu pula sebaliknya.
Maka dengan jalan pernikahan diharapkan agar manusia dapat
terhindar dari perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT, seperti
melakukan perzinahan, Firman Allah yang artinya:
“Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu… (Al-Baqarah : 223)
2). Melanjutkan keturunan yang merupakan sambungan ridho dan
penyambung cita-cita, membentuk keluarga dan dari keluarga-
keluarga dibentuk umat, ialah umat nabi Muhammad saw atau
umat Islam, Firman Allah SWT yang artinya :
24 Kamal Mukhtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang,
1974), Cet. Ke-1, h.12.
31
“Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik…”(An-Nahl : 72)
Ayat tersebut mengandung isyarat bahwa hanya dengan ikatan
yang sah, manusia akan dapat membentuk keluarga yang dapat
diterima di masyarakat. Dan hanya dengan berkeluargalah manusia
akan dapat di masyarakat. Dan hanya dengan berkeluargalah
manusia akan dapat melaksanakan risalah nabi Muhammad saw.
Karena jika manusia pada saatnya akan meninggal dunia, lalu
kalau tidak ada keturunan darinya, niscaya kehidupan manusia
akan terhenti. Apabila manusia tidak mempunyai keturunan, secara
jelas nabi Muhammad saw itu pun akan terputus juga. Di sinilah
pentingnya arti pernikahan, yaitu untuk melahirkan generasi
penerus penegak risalah nabi Muhammmad saw di muka bumi ini.
3). Untuk menimbulkan rasa cinta kasih antara suami dan istri,
menimbulkan rasa kasih sayang antara orang tua dan adanya rasa
kasih sayang antara sesama anggota keluarga. Rasa cinta dan kasih
sayang dalam keluarga ini akan dirasakan pula dalam masyarakat
atau umat, sehingga terbentuklah umat yang diliputi cinta dan kasih
sayang. Seperti firman Allah SWT yang artinya:
32
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaannya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.(Ar-Rum : 21)
4). Untuk menghormati sunnah Rasulullah saw Nabi Muhammad
memerintahkan kepada umatnya untuk menikah sebagai bagian
dalam ajaran agama. Karena beliau tidak suka terhadap orang yang
terus menerus melakukan puasa dan beribadah kepada Allah akan
tetapi dia tidak nikah-nikah. Jadi jelaslah perkawinan adalah
mengikuti jejak Rasulullah.
5).Untuk membersihkan keturunan, yang jelas ayah, kakek, dan
sebagainya hanya diperoleh dengan jalan perkawinan. Dengan
demikian akan jelas pula orang-orang yang bertanggung jawab
terhadap anak-anak yang akan memelihara dan mendidiknya
sehingga menjadilah ia seorang muslim yang dicita-citakan.25
25 Kamal Mukhtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang,
1974), Cet. Ke-1, h.14-15.
33
b. Hikmah Perkawinan
Hikmah yang paling mudah untuk ditunjukkan ialah bahwa
perkawinan terjadi pada makhluk hidup, baik manusia, tumbuhan,
maupun binatang adalah untuk menjaga kelangsungan hidup atau
mengembang biakkan makhluk yang bersangkutan. Sebagaimana
dalam firman Allah SWT yang artinya:
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya;dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak, dan bertakwalah kepada Allah SWT yang dengan (menggunakan) namaNya kamu saling meminta satu sama lain.26 Dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”(An-Nissa (4) : 1)
Selain itu perkawinan merupakan jalan terbaik untuk membuat
anak-anak menjadi mulia, memperbanyak keturunan, melestarikan
hidup manusia, serta memelihara nasab yang oleh Islam sangat
diperhatikan.
Di samping itu, supaya manusia hidup berpasangan menjadi suami
dan istri membangun rumah tangga yang damai dan tentram. Untuk itu
26 Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya
kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti:As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah
34
haruslah diadakan ikatan pertalian yang kokoh dan tidak mudah putus
dan diputuskan. Ikatan itu ialah ikatan akad nikah. Bila nikah telah
dilangsungkan maka mereka telah berjanji dan setia akan membangun
satu rumah tangga yang damai dan teratur, akan sehidup semati,
sehingga mereka menjadi satu keluarga.
Selain hikmah-hikmah di atas, sayyid sabiq menyebutkan pula
hikmah-hikmah yang lain, di antaranya:
1). Kawin merupakan jalan terbaik untuk menciptakan anak-anak
menjadi mulia, memperbanyak keturunan, melestarikan hidup
manusia serta memelihara nasab yang oleh Islam sangat
diperhatikan
2). Naluri kebapakan dan keibuan akan tumbuh saling melengkapi
dalam suasana hidup dengan anak-anak dan akan tumbuh pula
perasaan-perasaan ramah, cinta dan sayang yang merupakan sifat-
sifat baik yang menyempurnakan kemanusiaan seseorang.
3).Dengan perkawinan, diantaranya dapat menumbuhkan tali
kekeluargaan, memperteguh kelanggengan rasa cinta antara
keluarga, dan dapat memperkuat hubungan kemasyarakatan yang
oleh Islam direstui, ditopang dan dijunjung. Karena masyarakat
35
yang saling menunjang lagi saling menyayangi akan terbentuknya
masyarakat yang kuat dan bahagia.27
4. Persiapan Lahir Batin Dalam Upaya Pemilihan Jodoh
Sebelum memasuki gerbang pernikahan, lebih dahulu hendaklah saling
kenal mengenal antar calon istri dan calon suami. Perkawinan adalah
masalah yang penting dan amat menentukan. Harmonis atau tidaknya
perkawinan akan berpengaruh pada kehidupan yang akan datang.
Perkawinan yang harmonis akan memberikan kesenangan dan ketentraman
dalam kehidupan dan menjadi lahan bagi tumbuhnya mental yang agung
dan cemerlang. Sebaliknya, perkawinan yang tidak harmonis akan
menyebabkan keputusasaan dan menghalangi tumbuhnya mental yang
sempurna.
Seorang tentara dari daerah Syama’ah menulis, ajarkanlah para
pemuda agar memilih istri dengan teliti dan pengetahuan yang selengkap-
lengkapnya, agar mereka lebih mudah mendapatkan kehidupan yang baik
dan dapat menjalin kerja sama dan cinta kasih antara keduanya. Dengan
begitu, mereka dapat membuahkan anak-anak yang sholeh dan terhormat.
Hendaklah perkawinan mereka tidak atas dasar cinta dan kasih sayang dari
satu pihak saja, karena nantinya akan tidak baik. Disamping itu,
hendaknya perkawinan itu didasarkan oleh nilai-nilai Islam.28
27 Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta:Kencana 2006), cet. Ke-2, h. 69-72. 28 Ibrahim Amini, Kita Memilih Jodoh Menurut Al-Qur’an dan Sunnah, terjemahan
Muhammad Taqi, (Jakarta: Lentera, 1996), Cet. Ke-1, h.25
36
Untuk itulah, dalam upaya pemilihan jodoh perlu adanya persiapan
lahir maupun batin, di antaranya ialah:
a. Cinta yang bertanggung jawab
Islam meletakkan dasar cinta kasih sebagai hal yang harus tumbuh
dalam sebuah pernikahan. Cinta kasih di sini adalah cinta kasih yang
muncul karena Allah, bukan semata-mata karena nafsu. Biduk rumah
tangga harus memiliki tujuan pelabuhan yang jelas, yaitu ridho dan
cinta Ilahi. Sebelum melangkah ke gerbang pernikahan, kedua belah
pihak harus memiliki keyakinan bahwa pasangannya benar-benar tidak
salah pasang niat. Karena tanpa adanya cinta yang bertanggung jawab
biduk dapat karam di tengah perjalanan.29
Suatu perkawinan, biasanya dimulai dari perasaan saling cinta
sebagai sesuatu yang indah, bergelora, mesra, menggairahkan dan rasa
ingin selalu bersama. Cinta yang sejati akan tumbuh secara wajar,
tidak dipaksakan atau diusahakan secara dangkal. Ia tumbuh dengan
sewajarnya, tidak membeku karena emosi yang berubah sewaktu-
waktu. Kedua insan yang terlibat itu mengupayakan berbagai cara
yang positif untuk mengembangkan cinta kasih mereka. Keduanya
mencari cara yang kreatif dan menyenangkan untuk saling memupuk
cinta kasih itu dan mengarahkan kepada kebahagiaan bersama. Untuk
mendasari perkawinan yang bahagia diperlukan cinta sejati, inilah
29 Wilson Nadeak, Seraut Wajah Pernikahan, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), Cet. Ke-1, h.70
37
cinta yang keluar dari sanubari yang bersih, jujur, dan penuh
keikhlasan disertai tanggung jawab dan rela berkorban.30
Dalam perkawinan hendaklah ditanamkan saling mengasihi dan
menyayangi di antara suami istri. Suami mengasihi dan menyayangi
istrinya karena kelebihan dan kekurangannya atau kelemahannya.
b. Dewasa dan Berkepribadian Matang
Pernikahan adalah ikatan kuat yang menggabungkan jiwa kedua
suami istri, membuatnya merasa diikat dan berbaur sebagaimana
berbaurnya air jernih yang enak diminum. Pernikahan adalah jalinan
erat antara dua anak manusia yang dipertemukan keduanya dalam
cinta, kesetiaan, ketulusan, kerja sama, saling membantu.31
Jelaslah bahwa pernikahan adalah suatu hal yang serius, sehingga
memerlukan persiapan yang matang dalam memilih jodoh, khususnya
dalam kedewasaan fisik dan kedewasaan mental.
1) Kedewasaan Fisik
Dilihat dari sudut seksual biologis, maka wanita sudah dapat
kawin bila ia sudah mulai haid, artinya ia sudah melepaskan telur
yang dapat dibuahi. Sedangkan seorang pria sudah dapat kawin
dilihat dari sudut seksual biologis, bila ia mulai bermimpi dengan
mengeluarkan air mani.32
30 Wilson Nadeak, Seraut Wajah Pernikahan, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), Cet. Ke-1, h.70 31 Ukasyah Athibi, Wanita Mengapa Merosot Akhlaknya, Penerjemah Chairul Halim,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1998), Cet. Ke-1, h.91 32 Ali Akbar, Merawat Cinta Kasih, (Jakarta: Pustaka Antara, 1995), Cet. Ke-20, h.24
38
Didalam buku Indahnya Perkawinan Dini karangan
Muhammad Fauzi Adhim menyatakan bahwa kematangan fisik itu
dapat terlihat dari adanya kelenjar-kelenjar seksual mulai bekerja
aktif untuk menghasilkan hormon-hormon yang dibutuhkan. Ini
kemudian menyebabkan terjadinya dorongan untuk menyukai
lawan jenis, sebagai manifestasi dari kebutuhan seksual. Pada taraf
ini, keinginan untuk mendekati lawan jenis memang banyak
disebabkan oleh dorongan seks. Dari sudut seksual biologis ini
maka seseorang sudah diperbolehkan untuk menikah.33
2) Kedewasaan Mental
Perkawinan ialah dua pribadi atau dua jiwa yang berlainan
untuk sama-sama menempuh satu tujuan. Oleh karena itu, untuk
melaksanakan perkawinan perlu persiapan mental yang cukup.
Siap mental untuk menumbuhkan saling pengertian, saling
menyesuaikan diri dan tidak mementingkan dirinya sendiri.
Kematangan pribadi meneguhkan pernikahan, sebaliknya
ketidakdewasaan pribadi mengakibatkan stress yang sukar
ditandingi. Sikap yang suka meremehkan pasangan hidup adalah
salah satu bentuk tingkah laku pribadi yang belum matang.
Biasanya orang yang tidak memiliki pribadi yang matang sering
33 Muhammad Fauzi Adhim, Indahnya Pernikahan Dini, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), Cet. Ke-1, h.18-19
39
menuntut kesempurnaan dari pihak lain. Oleh karena itu,
kedewasaan pribadi sangat diperlukan dalam perkawinan.34
c. Mengenal Pribadi Pasangan dan Keluarga Pasangan
Setiap individu mempunyai kepribadian yang berbeda dengan
kepribadian individu lain. Pasangan yang cocok bukan berarti harus
mempunyai kepribadian yang sama, tetapi adalah pribadi-pribadi yang
bisa saling mengisi, saling melengkapi untuk memenuhi kebutuhan
psikologis.
Tujuan pernikahan sebagaimana yang disyariatkan oleh teks suci
dan Undang-undang dapat diwujudkan dengan baik dan sempurna jika
perkawinan tersebut sejak proses pendahuluan (muqaddimah al-zawaj)
berjalan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh
agama.35
Agaknya Islam mengajarkan sebelum terjadinya akad nikah,
mempelai laki-laki dan perempuan mestilah saling mengenal.
Mengenal disini maksudnya bukan sekedar mengetahui tetapi juga
memahami dan juga mengerti kepribadian masing-masing. Hal ini
dipandang penting karena kedua mempelai akan membentuk keluarga
yang semula dimaksudkan kekal tanpa adanya perceraian. Realitas di
masyarakat menunjukkan perceraian sering kali terjadi karena tidak
34 Wilson Nadeak, Seraut Wajah Pernikahan, (Yogyakarta: kanisius, 1993), Cet. Ke-1, h.52 35 Dr. H. Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tariqan, Hukum Perdata Islam Indonesia,
(Jakarta, Kencana, 2004), Cet. Ke-2, h.82
40
adanya saling pengertian, saling memahami dan menghargai masing-
masing pihak.36
Perkawinan tidak melibatkan kedua belah pihak saja, tetapi
perkawinan melibatkan keluarga besar kedua belah pihak. Untuk itu
masing-masing pihak harus saling mengenal keluarga pihak lain.
Pertama yang harus dikenal tentunya dalah calon mertua, lalu adik atau
kakak dan sanak famili lainnya.
Dalam perkenalan tersebut, hendaklah menimbulkan kesan bahwa
kedua keluarga adalah setaraf dan dengan perkawinan tersebut
hubungan keluarga antara orang tua dan anak tetap terpelihara, bahkan
akan terjalin hubungan yang baik dan mesra antara kedua belah
pihak.37
Dalam mengenal keluarga, perlu diperhatikan pula, kebiasaan-
kebiasaan agama, adat istiadat dan prinsip-prinsip yang berlaku, untuk
pertimbangan apakah kedua keluarga dapat saling menyesuaikan.
d. Agama dan Adat Istiadat
1) Harus Satu Agama
Pernikahan, pada hakikatnya adalah jalinan persaudaraan yang
sangat erat antara dua anak manusia yang berlainan jenis, dan
mencakup berbagai aspek kehidupan. Karena itu agar suami dan
36 Dr. H. Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tariqan, Hukum Perdata Islam Indonesia,
(Jakarta, Kencana, 2004), Cet. Ke-2, h.82 37 Mahmud Ashabbagh, Tuntunan Keluarga Bahagia Menurut Islam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1993)), Cet Ke-3, h.49
41
istri harus ada kesamaan hati, aqidah, dan tujuan hidup dalam
mengarungi kehidupan berumah tangga.
Aqidah merupakan hal yang sangat fital dalam mengarungi
kehidupan demi meraih keselamatan, baik di dunia maupun di
akhirat. Aqidah adalah sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan dan
diganti begitu saja. Karena itulah Allah mengharamkan seorang
muslimah menikah dengan lelaki non muslim, dan seorang lelaki
muslim diharamkan pula menikah dengan perempuan yang bukan
muslimah.
Para ulama telah sepakat tanpa terkecuali bahwa seorang
muslim tidak dihalalkan mengawini wanita musyrik, ateis, dan
murtad.
Bukti dan Dalil atas hal itu adalah firman Allah SWT:
“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman.
42
Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (Qs. 2 (Al-Baqarah): 221) Ayat itu berkenaan dengan masalah Abdullah bin Rowahah dia
punya seorang hamba sahaya hitam, lalu karena marah dia
menamparnya. Kemudian dia menyesal dan datang menghadapi
nabi dan mengadu masalahnya. Maka Nabi saw bertanya:
‘Bagaimana keadaan wanita itu ya Abdullah?” Jawab Adullah:
“Dia menunaikan puasa, sholat, berwudhu dengan baik, yang
mengucapkan dua kalimat syahadat.” Jawab Nabi: “Kalau begitu ia
seorang mukminah!”. Maka jawab Abdullah: “Saya akan
membebaskan dan mengawininya.38
5. Langkah-langkah menuju pernikahan
a. Disunnatkan melihat bakal isteri sebelum perkawinan
Sebelum melangkah kejenjang perkawinan terlebih dahulu
dilakukan khitbah (pinangan) yang merupakan langkah pendahuluan
menuju arah perjodohan antara seorang pria dan wanita. Islam
mensyari’atkannya agar masing-masing calon mempelai dapat saling
kenal mengenal dan memahami pribadi mereka.39
38 Husein bin Muhammad Yusuf, Memilih Jodoh dan Tata Cara Meminang dalam Islam,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1987), Cet. Ke-1, h.32 39 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2000),
cet. Ke4, h. 57.
43
Untuk itu dianjurkan kepada setiap calon suami untuk “melihat”
calon istrinya (dan tentu demikian pula sebaliknya) terlebih dahulu,
sehingga pelaksanaan pernikahan atau perkawinannya nanti
berdasarkan pandangan dan penilaian yang jelas, tidak seperti membeli
kucing dalam karung, yang pada akhirnya melahirkan penyesalan bagi
salah satu pihak atau bahkan keduanya. Nabi saw, bersabda:
عن المغیرة شعبة انھ خطب امراة فقال النبي صلى اهللا علیھ وسلم
)رواه الترمذى والنسائ وابن ماجھ(انظرالیھافانھ ان یو دم بینكما
Dari Mughiroh bin Syu’bah ra, sesungguhnya ia pernah meminang seorang wanita, maka bersabda Rasulullah saw kepadanya: “lihatlah calon istrimu, karena akan mengekalkan hubungan perjodohan kalian berdua”.(HR. Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibnu Majah).
Makhluk termasuk manusia, remaja atau dewasa dianugrahi oleh
Tuhan rasa cinta kepada lawan seksnya, sebagaimana dalam firman
Allah:
زین للناس حب الشھوت من النساءوالبنین والقناطیرالمقنطرة من
المسومة والانعام والحرث ذلك متاع الحیوةالد الذھب والفضة والخیل
نیا واهللا عنده حسن الماب
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).(Al-Imron: 14)
44
Dahulu ada sebagian ulama yang memahami sabda nabi saw, yang
membolehkan “melihat calon istrinya” sebagian “membolehkan
melihat wajah dan telapak tangan”. Kini sementara ulama
memahaminya lebih dari itu, yakni mengenalnya lebih dekat, dengan
bercakap-cakap atau bertukar pikiran, selama ada pihak terpercaya
yang menemani mereka, guna menghindar dari segala yang tidak
diinginkan oleh norma agama dan budaya.
b. Khitbah
Jika calon suami dan istri sudah saling “melihat” dalam batas-batas
yang dibenarkan agama, dan hati keduanya telah berkenan, maka saat
itu dapatlah calon pasangan atau yang mewakilinya mengajukan
khitbah/ pinangan. Khithbah adalah meminang (melamar) yaitu
permintaan seorang laki-laki kepada anak perempuan orang lain untuk
dinikahi, sebagai pendahuluan pernikahan, namun belum berupa aqad
nikah. Khitbah merupakan permintaan dan janji untuk mengadakan
pernikahan.
Sebelum menetapkan penerimaan pinangan, wali paling tidak harus
dapat menduga keras bahwa yang dipinang benar-benar telah setuju,
bahkan semestinya persetujuannya itu dinyatakan secara tegas. ulama
masa lalu menyatakan bahwa sebenarnya wali dapat mengetahui dari
sinar mata mereka ada tidaknya cinta, atau kesediaan bercinta itu.
Bahkan orang tua yang bijaksana sering kali mengetahuinya bukan
saja dari sinar mata tetapi juga dari air mata seseorang. Ibnu Hajar Al-
45
‘Asqalani (w.1449 M) dalam bukunya Subul Al-Salam, ketika
menguraikan hadits tentang perlunya persetujuan calon istri terhadap
calon suaminya sebelum dilangsungkan akad nikah.40Bila khitbah ini
telah dilaksanakan perlu diperhatikan adab-adabnya, antara lain :
1) Tidak boleh (haram) meminang pinangan orang lain.
Umar bin Khatab berkata dalam hadis yang diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim:
لایخطب الرجل على خطبة اخیھ حتى ینكح اویترك
)رواه البخارى ومسلم(
“Tidak dibenarkan seseorang meminang pada saat saudaranya meminang (wanita yang sama) sampai (jelas apakah) si peminang diterima (sehingga tidak boleh lagi meminang) atau ditinggalkan (dan ketika itu yang berminat silahkan meminang)41
Ini dilarang, karena hal tersebut dapat menimbulkan
perselisihan antara berbagai pihak, karena bisa saja si peminang
kedua memburuk-burukkan peminang pertama. Selanjutnya setelah
kesepakatan kedua belah pihak menyangkut segala sesuatu, maka
ditetapkanlah saat pernikahan.42
2) Peminang (laki-laki) tetaplah orang lain bagi wanitanya (bukan
mahrom).
40 Quraish Shihab, Pengantin Al-Qur’an, (Jakarta:Lentera Hati, 2007), cet ke-2-60, h. 57. 41 Quraish Shihab, Pengantin Al-Qur’an, (Jakarta:Lentera Hati, 2007), cet ke-2-60, h. 57. 42 Quraish Shihab, Pengantin Al-Qur’an, (Jakarta:Lentera Hati, 2007), cet ke-2-60, h. 57.
46
Karena khithbah ini bukanlah aqad nikah, maka status
peminang masih tetap sebagai orang lain bagi yang dipinang
(bukan mahram), dan tidak diperkenankan untuk berkhalwat
(pacaran, atau berdua-duaan).
3) Dianjurkan menemui dan memberi hadiah.
Pertemuan yang sopan bagi laki-laki yang meminang dan
wanita yang dipinang ialah dengan kehadiran mahram wanita,
karena hal tersebut akan menambah kemudahan untuk saling
mengenal. Dengan pemberian hadiah dari peminang kepada wanita
yang dipinang diharapkan akan mempererat lagi tali silaturrahim di
antara mereka.
c. Aqad Nikah
Setelah menyelesaikan khitbah, tahap selanjutnya adalah aqad
nikah. Setelah aqad nikah inilah, si laki-laki perempuan secara syah
telah menjadi suami istri. Silahkan kalau mau pacaran (berkhalwat),
atau bahkan lebih dari itu.
d. Walimahtul ‘Urs
Walimah adalah berkumpul dan ‘urs adalah pernikahan, jadi
walimatul ‘urs adalah kenduri yang diselenggarakan dengan tujuan
menyebarkan berita tentang telah terjadinya suatu pernikahan agar
diketahui umum, sehingga terhindar dari fitnah. Jumhur ulama
berpendapat bahwa hukum walimatul ‘urs adalah sunnah, walaupun
47
ada sebagian ulama Syafi’iyah yang mewajibkannya, berdasarkan
perintah Nabi SAW kepada Abdur Rahman bin Auf :
لى اهللا علیھ وسلم على شيءمن عن انس قال اولم رسول اهللا ص
)رواه البخارى ومسلم(نسآءمااولم على زینب اولم بشاة
“Dari Anas, Ia berkata Rasulullah saw mengadakan walimah dengan seekor kambing untuk istri-istrinya dan untuk zainab (H.R. Bukhori dan Muslim)43
Dalam kitab fikih,
علنوا ھذاالنكاح وجعلواه ا: النبي صلى اهللا علیھ وسلم قال عن عائشة ان
)رواه احمدوالترمیذة(فى المساجدواضربوا علیھ الدفوق
Dari Aisyah bahwasanya nabi saw bersabda, Syiarkanlah nikah dan adakanlah di masjid-masjid dan pukullah untuknya rebana-rebana. (H.R Ahmad dan Tirmidzi).44
Dari Anas, Sesungguhnya Rasulullah saw telah bersabda kepada
Abdurrahman sewaktu ia (Abdurrahman bin Auf) menikah, sabdanya:
لى اهللا علیھ وسلم روى على عبد الرحمن عن انس ان رسول اهللا ص
)رواه البخارى(اولم ولوبشاة : ابن عوف فقال
“Adakanlah walimah itu sekalipun hanya memotong seekor kambing (HR Bukhari)45
43 Thariq Ismail Bakhiya, Perkawinan dalam Islam, (petunjuk praktis membina keluarga
muslim), (Jakarta: cv Yasa Bunga 1987), cet ke 2 h 74 44 Tirmidzi, Sunan Tirmidzi (Beirut: Darul Fikr, 114 H/1994 M) h. 346-347 45 Husein Bahreis, Himpunan Hadits Shahih Bukhari, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1987), h.195
47
BAB III
GAMBARAN UMUM KANTOR URUSAN AGAMA (KUA)
KECAMATAN PONDOK AREN
A. Sejarah dan Latar Belakang Berdiri
Menurut Peraturan Menteri Agama Nomor 39 Tahun 2012 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Urusan Agama, Kantor Urusan Agama
yang disingkat KUA adalah unit pelaksana Teknis Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam yang bertugas melaksanakan sebagian tugas
Kantor Kementrian Agama Kabupaten/Kota dibidang urusan agama Islam.
KUA sebagaimana dimaksud berkedudukan di wilayah kecamatan
Berdasarkan Keputusan Manteri Agama Nomor 517 Tahun 2001 Tentang
Penataan Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan, bahwa tugas KUA
Kecamatan adalah melaksanakan sebagian tugas Kantor Kementerian Agama
Kota/Kabupaten di bidang Urusan Agama Islam di Wilayah Kecamatan.
Kantor Urusan Agama (KUA) Pondok Aren semula berada di kelurahan
Pondok Jaya, dengan adanya ruislah (tukar tempat) maka KUA Pondok Aren
kini berlokasi di Jl. Komplek Perkantoran Kecamatan Pondok Aren No. 2
Tangerang Selatan, Banten berdekatan dengan Masjid Bani Umar. KUA
Pondok Aren merupakan pecahan dari KUA Ciledug dengan adanya
pemekaran wilayah pada tahun 1984.1
1 Wawancara Pribadi dengan Ahmad Rahmat/Tata Usaha KUA, Kantor Urusan Agama
(KUA) Pondok Aren, 26 Juni 2014.
48
Pada Tahun 1950 ke atas, angka perceraian di Negara kita sangat tinggi
berkisar 60%-80%, banyak pula pernikahan dibawah umur dan poligami yang
dilakukan para lelaki yang tidak sehat. Dengan alasan tersebut maka
terbentuklah berbagai lembaga yang membantu menangani hal tersebut
diantarnya yaitu BP4 yang berada di Jawa Barat, P5 yang ada di DKI, dan
BKRT yang ada di Yogyakarta.2
Dengan banyaknya lembaga tersebut, tokoh masyarakat dan tokoh agama
menyetujui BP4 untuk membantu KUA dibidang penasehat. Tujuan BP4 yaitu
memberi nasehat kepada masyarakat yang membutuhkan baik yangbaru akan
melangsungkan pernikahan ataupun pasangan suami istri yang ada masalah
dalam rumah tangga, BP4 berperan untuk meningkatkan mutu perkawinan.
BP4 sudah dibentuk cukup lama namun seiring berjalannya waktu karena
lembaga ini berdiri independent tidak dibawah pemerintah maka fungsinya
lambat laun kurang efektif sehingga KUA Pondok Aren berinisiatif untuk
mengambil alih fungsi BP4 untuk membantu masyarakat memberikan nasehat
dan bimbingan mengenai pernikahan. BP4 KUA Pondok Aren kini sudah
mulai membentuk kepengurusan baru, dan fungsinya mulai berjalan yakni
memberikan undangan bagi calon pengantin, menyiapkan nara sumber, dan
lain-lain.3
Ketua BP4 diambil dari tokoh masyarakat dan tokoh agama yang
kompeten dibidangnya, tidak boleh diketuai oleh pengurus KUA tetapi untuk
kepengurusan dalam BP4 tersebut bisa diambil dari pengurus KUA yang stand
2Wawancara Pribadi dengan H.Suganda S.Ag/Kepala KUA, Kantor Urusan Agama (KUA) Pondok Aren, 26 Juni 2014.
3 Data-data hasil penelitian di Kantor Urusan Agama (KUA), 26 Juni 2014
49
by di Kantor KUA setiap hari. KUA menyiapkan tempat untuk BP4 dalam
menerima kedatangan masyarakat yang ingin berkonsultasi mengenai masalah
dalam keluarga dan lain-lain.4
B. Visi, Misi, dan Motto
Kantor Urusan Agama Pondok Aren adalah Lembaga pemerintah yang
mengurusi tentang urusan Agama di kecamatan Pondok Aren. Adapun Visi
KUA Pondok Aren yaitu “Terwujudnya masyarakat pondok aren yang taat
beragama, tolerans, cerdas dan modern”. Sedangkan Misi KUA Pondok Aren
yaitu :5
1. Meningkatkan pelayanan prima
2. Meningkatkan pelayanan nikah dan rujuk
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana kantor
4. Meningkatkan profesionalisme pegawai KUA
5. Meningkatkan pembinaan keluarga sakinah
6. Meningkatkan penyelenggaraan BP4
7. Meningkatkan jaminan produk halal
8. Meningkatkan manajemen pengelolaan masjid
9. Meningkatkan pengelolaan zakat dan wakaf
10. Meningkatkan kualitas pelayanan bimbingan haji
11. Meningkatkan bimbingan dan penyuluhan agama Islam
12. Meningkatkan kemitraan lintas sektoral
13. Meningkatkan akurasi data kearsipan, statistic, dan dokumentasi
4Wawancara Pribadi dengan H.Abdul Aziz S.Ag/Penghulu KUA, Kantor Urusan Agama (KUA) Pondok Aren, 26 Juni 2014
5 Arsip-Arsip Kantor Urusan Agama (KUA) Pondok Aren, 2014
50
6Dan Motto KUA Pondok Aren yaitu Melayani dengan “SMART”
S ~ Service : melayani dengan senang dan santun
M ~ Modern : professional dan berorientasi pada kemajuan
A ~ Akuntable : amanah dan tanggung jawab
R ~ Religious : taat beragama dan bekerja adalah ibadah
T ~ Trust : jujur dan terpercaya
C. Struktur Organisasi dan pengelolaannya
Setiap lembaga Negara lembaga masyarakat dan lembaga-lembaga yang
lain memiliki struktur organisasi yang jelas. Agar masing-masing mengetahui
fungsi jabatan masing-masing dan hasilnya lembaga yang didirikan akan
terarah dalam melaksanakan program kerja lembaga. Dibawah ini adalah
struktur lembaga dari KUA Pondok Aren Kota Tangerang Selatan (PMA
Nomor 39 Tahun 2012) yaitu :7
1. Kepala KUA Pondok Aren : H. Suganda, S.Ag
2. Partner Kerja Jabatan Fungsional Penyuluh : Sopian Sori M.Ag
3. Partner Kerja Jabatan Fungsional Pengawas : Drs. H. Hasanuddin, MM
4. Jabatan Fungsional Penghulu :a. H. Abdul Aziz S.Ag
b. Drs. H. Khaerudin
c. Aliudin S.Ag
d. Akhmad Khaotib, SHI
e. Ahmad Gozali, SHI, MH
6Arsip-Arsip Kantor Urusan Agama (KUA) Pondok Aren, 2014 7 Wawancara Pribadi dengan Ahmad Rahmat/Tata Usaha KUA, Kantor Urusan Agama
(KUA) Pondok Aren, 26 Juni 2014.
51
5. Jabatan Fungsional Umum/Pelayan : a. Ahmad Rahmat
Administrasi dan KerumahTanggaan KUA b. Drs. H. Khaerudin
c. Nur Alie
6. Pelayanan, Pengawasan, Pencatatan : a. Ahmad Khotib, SHI
Dan Pelaporan Nikah Rujuk b. Nurjanah
7. Penyusunan Statistik, Dokumentasi, :a.Hj. Nurjannah, S.Pd.I, MM
Administrasi Keuangan dan b.Siti Khodijah, SE
Pengelolaan SIMKAH
8. Pelayanan Bimbingan Keluarga Sakinah : a. H. Abdul Aziz, S.ag
b. Ety Rosmiyati, S.Pd
9. Pelayanan Bimbingan Pembinaan Syariah : a. Ahmad Gozali, SHI,MH
Dan Produk Halal b. ST. Aminah
10. Pelayanan Bimbingan Kemasjidan/Wakaf/ : a. Mastur
Zakat b. Ahmad Baihaqi
11. Penyelenggara Fungsi Lain di Bidang Agama : a. Aliudin S.Ag
Islam Dan Bimbingan Haji8 b. Drs. Taty Huryati
D. Program kegiatan dan tujuannya
Bagian administrasi KUA diperiksa dalam jangka waktu 3 bulan 1 kali
oleh KASIBINSAR yakni Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat dan
Pembinaan Syariah. Jenis pelayanan di KUA yakni :9
8 Arsip-Arsip Kantor Urusan Agama (KUA) Pondok Aren, 2014 9 Arsip-Arsip Kantor Urusan Agama (KUA) Pondok Aren, 2014
52
1. Pencatatan Nikah
Yakni mencatat pasangan pengantin yang akan melakukan pernikahan,
selain itu mencatat data nikah dan rujuk perbulan dan pertahun. adapun
proses pelayanan pencatatan nikah sebagai berikut:
a. Ke Kantor Desa / Kelurahan
Untuk mendapatkan :
1) Surat Keterangan Untuk Nikah (model N1)
2) Surat Keterangan Asal-Usul (model N2)
3) Surat Keterangan Orang Tua (model N4)
4) Surat Keterangan ke Puskesmas untuk imunisasi TT
b. Ke Puskesmas
Untuk :
1) Imunisasi TT I bagi calon pengantin wanita
2) Imunisasi TT II dapat diperoleh di mana saja dengan
menunjukkan kartu/bukti imunisasi TT I
c. Ke Kantor Urusan Agama
Untuk :
1) Memberitahukan kehendak nikah
2) Pemeriksaan nikah
3) Membayar biaya pencatatan nikah di BRI/BNI 46 atau di
Kantor Pos
4) Pengumuman kehendak nikah
53
5) Mengikuti penataran calon pengantin dan penasehatan oleh
BP4 dalam masa 30 hari sebelum akad nikah
6) Pencatatan nikah
d. Pelaksanaan Nikah
Untuk :
1) Upacara akad nikah dilaksanakan di Balai Nikah KUA
Kecamatan
2) Atas permintaan yang bersangkutan akad nikah dapat
dilakukan di luar Balai Nikah
3) Memperoleh kutipan akad nikah (model NA)
2. Rekomendasi Nikah
Yakni memberikan surat keterangan numpang nikah pada KUA yang
dituju oleh calon pengantin melangsungkan pernikahan.10
3. Duplikasi Kutipan Akta Nikah yang Hilang atau Rusak
Yakni pihak KUA siap melayani masyarakat yang meminta duplikasi
kutipan akta nikah karena yang pasangan suami istri miliki itu hilang atau
rusak.
4. Pembinaan Keluarga Sakinah
Program ini belum berjalan maksimal karena program ini sudah masuk
ke dalam program BP4 yang sudah berdiri sendiri atau independent.
10 Wawancara Pribadi dengan Ahmad Rahmat/Tata Usaha KUA, Kantor Urusan Agama
(KUA) Pondok Aren, 26 Juni 2014.
54
5. Penasehatan Perkawinan dan Keluarga
Program ini juga sudah menjadi program BP4 namun fungsinya masih
dipegang oleh KUA karena kepengurusan BP4 belum berjalan optimal.
6. Kursus Calon Pengantin
Yaitu bimbingan pra nikah bagi pasangan calon pengantin berupa
pemberian materi mengenai kesehatan reproduksi, keluarga sakinah, dan
UUD Perkawinan. Kegiatan ini dilakukan 1 minggu sekali pada hari rabu
dari jam 8.30-12.00.
7. Pendidikan Pra Nikah
Yaitu bimbingan pra nikah bagi siswa SMA, Aliyah, Mahasiswa
mengenai pernikahan yang dilakukan 1 tahun sekali. Kegiatan ini bisa
dilakukan di KUA Kecamatan atau di sekolah yang terkait.11
8. Pendaftaran Calon Jamaah Haji
KUA kecamatan hanya berfungsi untuk memberikan bimbingan
manasik haji, mengantar jamaah, dan menjemput jamaah. Untuk
pendaftaran di kementeriaan agama. Bimbingan manasik haji di KUA
Kecamatan dilakukan sebanyak 7 kali, 1 kali di kabupaten, dan 1 kali di
Pondok Gede. Kegiatan ini dilakukan 1 tahun sekali.
9. Pembuatan Akta Ikrar Wakaf
Yaitu membuat keterangan wakaf seseorang akan sesuatu baik berupa
bangunan atau tanah. Pembuatan sertifikat wakaf pertanahan.
11 Wawancara Pribadi dengan Suganda S. Ag/Kepala KUA, Kantor Urusan Agama (KUA) Pondok Aren, 26 Juni 2014.
55
10. Pengukuran Arah Kiblat
Program ini dilakukan sewaktu-waktu jika ada laporan dari masyarakat
atau sangkaan bahwa arah kiblat timur –barat terlalu ke kiri. Tahun 2009
pernah dilaksanakan dengan alat pengukur arah kiblat.12
11. Penyuluhan Keagamaan
Yakni dilakukan oleh partner dari KUA yang mengatur tentang izin
operasional DKM, Majlis Taklim, TPA. Serta mengunjungi majlis ta’lim
dengan memberikan penyuluhan agama.
12. Informasi Sarana Ibadah
Mendata majlis ta’lim, musholah dan .masjid,yang ada di wilayah
kecamatan Pondok Aren
13. Informasi Zakat, Infak, dan Sodaqoh
BAZCAM merupakan lembaga yang membantu KUA mendata zakat,
infak, dan shodaqoh. BAZCAM yaitu Badan Amil Zakat Kecamatan.
Kantornya berada di Kecamatan sebelah KUA. BAZCAM Pondok Aren
belum berjalan dengan baik jadi masih dibantu oleh KUA.
14. Informasi Produk Halal
Program ini dilakukan oleh MUI Kecamatan. Unuk BP4, MUI,
BAZCAM, dan LPTQ berkantor di sebelah KUA Pondok Aren.
15. Informasi Prosesi PengIslaman
Program ini juga dilakukan oleh MUI Kecamatan dengan memberikan
Sertifikat Masuk Islam bagi masyarakat yang ingin masuk Islam atau
12Wawancara Pribadi dengan Ahmad Rahmat/Tata Usaha KUA, Kantor Urusan Agama (KUA) Pondok Aren, 26 Juni 2014.
56
menjadi Muallaf. Fungsinya yaitu menyediakan data pemeluk agama dan
sarana keagamaan/pendidikan agama.
E. Sarana dan Prasarana13
1. Ruang Arsip dan TU
2. Ruang Pernikahan dan Penataran calon pengantin
3. Ruang Arsip (formulir pendaftaran) dan Penghulu
4. Ruang Kepala KUA
5. Ruang Staff
6. Dapur
7. Ruang Sholat
13Arsip-Arsip Kantor Urusan Agama (KUA) Pondok Aren, 2014
57
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Deskripsi Informan
1. Pembimbing
Informan yang penulis wawancarai terdiri dari lima orang yang berprofesi
satu orang sebagai Kepala KUA tingkat kecamatan, satu orang sebagai Tata
Usaha di KUA Pondok Aren, satu orang sebagai penyuluh, dan dua orang
sebagai penghulu. Adapun penjelasan data mengenai informan sebagai
berikut:
a. Kepala KUA
Kepala KUA terikat oleh Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun
2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam jabatan
Struktural, Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa pengangkatan,
pemindahan, dan pemberhentian PNS dari jabatan struktural ditetapkan
dengan keputusan pejabat yang berwenang (pasal 4) dan wajib dilantik dan
mengucapkan sumpah dihadapan pejabat yang berwenang (pasal 5).
Di era global ini Kantor Urusan Agama dihadapkan berbagai
persoalan umat yang kompleks, beragam, dan cenderung semakin
meningkat, karena itu kepala KUA harus memiliki berbagai kompetensi
agar bisa menjalankan tugasnya dengan baik, benar, dan optimal. Sehingga
dihadapan Tuhan maupun di hadapan manusia mendapat tempat yang
terpuji.
58
KUA Pondok Aren dipimpin oleh satu Kepala KUA yaitu H.
Suganda S.Ag nip 196006111984031003. Alamat Kelurahan Perigi,
Kecamatan Pondok Aren. Beliau menjabat sebagai kepala KUA Pondok
Aren selama 2 tahun.. Alasan beliau dijadikan informan dalam penelitian
ini karena beliau menjadi narasumber dalam bimbingan pra nikah di KUA
Pondok Aren. Saat ini beliau memiliki jabatan sebagai Kepala KUA
Pondok Aren.
b. Penghulu
Berdasarkan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara Nomor 20 Tahun 2005 dan Nomor 14 A Tahun 2005
serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER/62/M.PAN/6/2005 tentang Jabatan Fungsional Penghulu dan Angka
Kreditnya, Penghulu adalah Pegawai Negeri Sipil sebagai Pegawai
Pencatat Nikah yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak
secara penuh oleh Menteri Agama atau pejabat yang ditunjuk sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk melakukan
pengawasan nikah/ rujuk menurut agama Islam dan kegiatan
kepenghuluan.
Penghulu merupakan bagian dari unsur bimbingan pra nikah yang
ada di KUA yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya
pembentukan keluarga sakinah bagi calon pengantin. Tugas penghulu
adalah membantu masyarakat mengenai perkawinan terutama bagi calon
pengantin yakni membantu memberikan materi tentang keluarga sakinah
59
pada saat adanya program bimbingan pra nikah atau kursus calon
pengantin.
Yang bertujuan agar calon pengantin memahami arti keluarga
sesungguhnya. Dan tidak mudah terjadinya perceraian dalam rumah
tangga khususnya pada pengantin berusia muda. Jumlah penghulu di
kantor Urusan Agama Pondok Aren ada empat orang dan penulis hanya
mengambil dua orang sebagai berikut :
1). H. Abdul Aziz, S.Ag nip 197506042000031004
Alamat Jl. Asitek RT. 06/04 Kel. LK. Gudang. Serpong-Tangerang
Selatan, beliau bekerja di Kantor Urusan Agama sudah 4 Tahun
sebelumnya di Kota Tangerang. beliau menjadi penghulu di KUA
Pondok Aren selama dua tahun.
Beliau menjadi moderator di Pemerintah Kota Tangerang Selatan.
alasan beliau dijadikan informan karena beliau mengetahui dan
menjalankan Bimbingan Pra Nikah. Saat ini beliau memiliki jabatan
sebagai Penghulu di KUA Pondok Aren. Biasanya beliau memberikan
materi tentang keluarga sakinah.
2). Aliudin, S.Ag nip 197106112005011007
Alamat KUA Kecamatan Pondok Aren. Alasan beliau dijadikan
informan adalah karena beliau merupakan pembimbing dalm
bimbingan Pra Nikah dan memberi materi tentang keluarga sakinah.
Saat ini beliau memiliki jabatan sebagai Penghulu di KUA Pondok
Aren.
60
c. Penyuluh
Penyuluh Agama adalah Pembimbing umat beragama dalam
rangka pembinaan mental, moral dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Secara umum pengertian penyuluh agama menurut Keputusan
Bersama Menteri Agama RI dan Kepala Badan Kepegawaian Negara
nomor : 574 tahun 1999 dan nomor : 178 tahun 1999 tentang jabatan
fungsional penyuluh agama dan angka kreditnya, menyebutkan bahwa
Penyuluh Agama adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung
jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh yang berwenang untuk
melaksanakan bimbingan dan penyuluhan Agama dan pembangunan
kepada masyarakat melalui bahasa agama.
Tugas pokok Penyuluh yaitu Melaksanakan penyuluhan Agama,
menyusun dan menyiapkan program, melaksanakan dan melaporkan serta
mengevaluasi/memantau hasil pelaksanaan, Memberikan bimbingan dan
konsultasi, Memberi arahan dalam peningkatan ketaqwaan dan kerukunan
umat beragama serta keikutsertaan dalam keberhasilan pembangunan.
KUA Pondok Aren memiliki partner kerja satu orang penyuluh
yaitu Sopian Sori, M.Ag nip 196302122007011016. Alamat Komplek
DepKes Blok C.2 No.7 Sawah Ciputat Tangerang Selatan. Beliau
menjabat sebagai penyuluh agama fungsional sejak tahun 2007. Beliau
bertugas di KUA Pondok Aren selama satu tahun. Sebelumnya beliau
bertugas di Kabupaten Cisauk. Alasan beliau dijadikan informan karena
beliau menjadi pembimbing dalam bimbingan pra nikah dan memberi
61
materi tentang keluarga sakinah. Saat ini beliau memiliki jabatan sebagai
Penyuluh Agama yang merupakan partner KUA Pondok Aren.
Sopian Sori M.A adalah Penyuluh Agama Utama. Penyuluh
Agama utama adalah penyuluh agama yang bertugas pada masyarakat di
lingkungan para pejabat instansi pemerintah/swasta. Di Kota Tangerang
Selatan hanya terdapat sembilan Penyuluh Agama, di kecamatan Pondok
Aren hanya Sopian Sori M.A yang bertugas sebagai penyuluh untuk
sebelas kelurahan yang ada di Pondok Aren dibantu dengan dua puluh dua
penyuluh agama honorer (PAH).
d. Narasumber
Narasumber merupakan pembimbing yang memberikan materi
kepada calon pengantin dibalai nikah, yang selama ini balai tersebut
dipergunakan sebagai tempat akad nikah di kantor urusan agama (KUA)
kecamatan Pondok Aren. Materi narasumber terdiri dari keluarga sakinah,
hukum munakahat, dan membina keluarga yang sehat.
Kepala KUA, Penghulu, dan Penyuluh yang penulis wawancarai
adalah narasumber dalam pelaksanaan bimbingan pra nikah. Narasumber
lain berasal dari puskesmas dan tokoh masyarakat yang ada di lingkungan
kecamatan Pondok Aren.
e. Tata Usaha
Penulis mewawancarai Ahmad Rahmat nip 196403111989031001
yang menjabat sebagai bagian tata usaha di KUA Pondok Aren untuk
melengkapi data mengenai gambaran KUA Pondok Aren. Ahmad Rahmat
62
bertempat tinggal di Jl. H. Nurleman No. 6 RT 01/03 Kel. Benda Baru
Kec. Pamulang Tangerang Selatan. Alasan beliau dijadikan informan
karena beliau memiliki jabatan sebagai Tata Usaha KUA Pondok Aren.
2. Terbimbing
Terbimbing yang dimaksud disini adalah calon pengantin yang
akan melaksanakan pernikahan dalam minggu tersebut. Hampir setiap
minggu KUA Pondok Aren menikahkan warganya yang telah
mendaftrarkan pernikahannya sesuai tanggal yang diinginkan calon
pengantin tersebut. Biasanya hari pelaksanaan pernikahannya yaitu sabtu
dan minggu.
Bimbingan pra nikah bagi calon pengantin dilaksanakan oleh KUA
Pondok Aren pada hari rabu. Penulis mewawancarai 3 pasang calon
pengantin yang telah mengikuti bimbingan pra nikah. Penulis mencoba
untuk menganalisis pelaksanaan bimbingan pra nikah melalui terbimbing
atau 3 pasang calon pengantin diantaranya yaitu:
a. Wati & Ali
Wati dan ali adalah pasangan calon pengantin. Mereka bertempat
tinggal di Jl. Akasia Baru. Mereka saling kenal selama 6 tahunan
akhirnya memutuskan untuk menikah.1
1 Wati dan ali, wawancara pribadi tanggal, 12 juni 2014. Kantor Urusan Agama (KUA)
Pondok Aren
63
b. Nur & Aris
Nur dan Aris adalah pasangan calon pengantin. Mereka bertempat
tinggal di Jl. Karang Tengah. Mereka saling kenal selama 7 tahun dan
akhirnya memutuskan untuk menikah.2
c. Zainul & Fitri
Zainul dan Fitri adalah pasangan calon pengantin. Mereka
bertempat tinggal di Jl. Flamboyan. Mereka saling kenal selama 2
bulan dan akhirnya memutuskan untuk menikah.3
B. Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah
1. Pembimbing dalam Bimbingan Pra Nikah
Secara akademisi pembimbing harus memiliki wawasan ilmu
pengetahuan yang luas, serta mempunyai kemampuan dalam bidangnya dan
dalam melayani berbagai permasalahan dari jamaahnya khususnya dalam
bidang keagaaman.
Dengan demikian pembimbing diupayakan memiliki kemampuan
keagamaan yang lebih. Jadi dari segi professional setiap pembimbing
mempunyai kompetensi yang seimbang antara teoritik dan praktik.
Pembimbing Pra Nikah di KUA Pondok Aren biasa disebut
Narasumber. Pembimbing Pra Nikah KUA Pondok Aren dilihat dari segi
akademis adalah sarjana agama fakultas syariah, yang mengerti tentang
2 Nur dan Aris, wawancara pribadi tanggal, 12 juni 2014. Kantor Urusan Agama (KUA)
Pondok Aren 3 Zainul dan Fitri, wawancara pribadi tanggal, 12 juni 2014. Kantor Urusan Agama
(KUA) Pondok Aren
64
pernikahan.4 Pembimbing juga merupakan orang yang berpengalaman
dalam menangani hal itu.
Pembimbing dalam proses pelaksanaan bimbingan pra nikah bagi
calon pengantin di Kantor Urusan Agama kecamatan Pondok Aren terdiri
dari kepala kua, penghulu, penyuluh. Pembimbing bimbingan pra nikah
biasa disebut narasumber. Narasumber yang ditunjuk untuk memberikan
materi adalah narasumber yang berkompeten dibidangnya, seperti untuk
materi UUD Pernikahan diberikan oleh penghulu yang menguasai materi
tersebut. Keluarga sakinah yang diberikan oleh penyuluh, kepala KUA, dan
pemuka agama. Untuk kesehatan reproduksi diberikan oleh puskesmas.
Pembimbing pra nikah berharap calon pengantin dapat membina
keluarga mereka dengan benar dan mudah-mudahan bekal yang diberikan
oleh para pembimbing pra nikah dalam hal ini yaitu KUA Pondok Aren.
Berikut kutipan wawancara penulis dengan Sopian Sori M.Ag,
“kami sebagai pembimbing hanya bisa memberikan pembekalan materi tentang pernikahan, semoga pembekalan materi ini dapat menambah pengetahuan mereka tentang keluarga sakinah, pernikahan, dan kesehatan reproduksi.”
Harapan tokoh agama dan tokoh masyarakat sama dengan harapan
KUA Pondok Aren dalam mengadakan bimbingan pra nikah atau kursus
calon pengantin, berikut kutipan wawancara pribadi penulis dengan H.
Suganda S. Ag,
“pada tahun 1950an, tokoh agama dan tokoh masyarakat bersepakat membentuk satu lembaga yang mengurusi masalah pernikahan yang disebut
4Wawancara Pribadi dengan Aliudin S. Ag/Penghulu KUA, Kantor Urusan Agama
(KUA) Pondok Aren, 27 Juni 2014.
65
BP4 yakni untuk mengurangi angka perceraian yang pada saat itu sangat tinggi berkisar antara 60%-80%, pada saat itu juga banyak penikahan di bawah umur dan poligami yang tidak sehat yang dilakukan oleh kaum laki-laki. Terbentuknya KMA No. 85 tahun 1961 yakni di bidang penasehatan membantu KUA.5
2. Terbimbing dalam Bimbingan Pra Nikah
Terbimbing adalah 3 pasang calon pengantin yang menjadi sampel
penelitian penulis. Pada saat penlis melakukan observasi terbimbing yang
hadir tidak banyak jadi penulis hanya mengambil sampel 3 pasang calon
pengantin. Terbimbing merasakan manfaat dari bimbingan pra nikah yang
diadakan oleh KUA Pondok Aren. Materi yang diberikan oleh narasumber
menjadi bekal mereka dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Berikut
kutipan wawancara penulis dengan Zainul dan Fitri,
“apa yang disampaikan oleh narasumber menambah pengetahuan kami tentang pernikahan, bimbingan pra nikah yang diadakan KUA Pondok Aren mendekatkan pasangan calon pengantin, karena dengan diadakannya kursus calon pengantin pasangan tersebut dapat belajar bersama, mendengarkan narasumber memberikan ilmu, nasehat, bertukar pikiran. Bahkan bisa bertanya langsung kepada narasumber orang yang berkompeten dibidangnya.”6
Pendapat yang sama tentang diadakannya bimbingan pra nikah atau
kursus calon pengatin juga disampaikan oleh Nur dan Aris. Berikut kutipan
wawancara pribadi penulis dengan Nur dan Aris,
“kursus calon pengantin yang diadakan oleh KUA Pondok Aren untuk calon pengantin yang akan menikah sangat bagus. Bahkan kami baru mengetahuinya. Kebetulan bukan kami yang mengurus pendaftaran ke KUA Pondok Aren. Dengan diberikannya undangan oleh KUA Pondok Aren untuk mengikuti kursus calon pengantin, kami jadi tahu kalau KUA Pondok Aren mengadakan bimbingan pra nikah bagi calon pengantin yang
5 Wawancara Pribadi dengan Suganda S. Ag/Penghulu KUA, Kantor Urusan Agama
(KUA) Pondok Aren, 26 Juni 2014. 6 Zainul dan Fitri, wawancara pribadi tanggal, 12 juni 2014. Kantor Urusan Agama
(KUA) Pondok Aren
66
bertujuan memberi bekal mengenai pernikahan, keluarga sakinah, kesehatan reproduksi kepada pasangan calon pengantin. Dan yang kami rasakan sangat bermanfaat.”7
3. Materi Bimbingan Pra Nikah
Dari hasil penelitian di lapangan, penulis menemukan proses
pelaksanaan bimbingan pra nikah bagi calon pengantin di Kantor Urusan
Agama kecamatan Pondok Aren yaitu memberikan materi kepada calon
pengantin. Adapun materi bimbingan pra nikah yang diberikan yaitu:
a. Undang-Undang Perkawinan
Perkawinan diatur dengan undang-undang nomor 1 tahun 1974
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1944 dan Nomor 32 Tahun
1954. Undang-undang nomor 1 Tahun 1974 telah disyahkan dan
ditanda tangani oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 2
Januari 1974 di Jakarta dan mulai berlaku pada tanggal 1 Oktober 1975,
berisi XIV BAB, 64 Pasal dan 100 ayat. Inti dari undang-undang nomor
1 Tahun 1974 adalah apa yang disebut enam azas undang-undang
perkawinan:
1).Azas Pertama yaitu Arti dan Tujuan Perkawinan.
2).Azas Kedua yaitu Perkawinan dilakikan menurut msing-masing
agamanya, kepercaaayaannya, dan harus
dicatat Pasal 2 ayat 1 dan 2).
7 Nur dan Aris, wawancara pribadi tanggal, 12 juni 2014. Kantor Urusan Agama (KUA)
Pondok Aren
67
3).Azas Ketiga yaitu perkawinan di negeri kita menganut azas
monogami (satu suami satu istri).
4). Azas keempat yaitu Perkawinan di bawah umur dilarang
5).Azas kelima yaitu Perceraian hanya dapat dilakukan di Pengadilan
Agama
6).Azas Keenam yaitu Hak dan kedudukan suami istri seimbang
b. Munakahat
1). Hukum Nikah:
a) Jaiz,
b) Sunnat, bagi orang berkehendak dan cukup nafkah sandang,
papan, pangan, dan yang lainnya
c) Wajib, bagi orang yang cukup nafkah dan dikhawatirkan
terjerumus ke lembah perzinahan
d) Makruh, bagi orang yang tidak mampu memberi nafkah
e) Haram, bagi orang yang berkehendak menyakiti perempuan
yang akan dinikahinya.
2). Tujuan perkawinan dalam agama Islam ada 5, yaitu:
a) Untuk mencukupi ketenangan hidup;
b) Untuk memperoleh keturunan yang sah;
c) Untuk menjauhi perbuatan maksiat, terutama zina
d) Untuk mewujudkan keluarga yang diridhoi Allah
e) Untuk memelihara keluarga dari siksa neraka.
68
3). Rukun Nikah
a) Pengantin laki-laki
b) Pengantin perempuan
c) Wali
d) Dua orang saksi
e) Ijab dan qobul
4). Syarat-syarat pengantin laki-laki
a) Tidak terpaksa;
b) Tidak dalam ihrom atau umrah
c) Islam (apabila kawin dengan perempuan Islam)
5). Syarat-syarat Pengantin Perempuan
a) Bukan perempuan yang dalam iddah
b) Tidak dalam ikatan perkawinan
c) Antara laki-laki dengan perempuan bukan muhrim
d) Tidak dalam ihram atau umrah
e) Bukan perempuan musyrik
6). Syarat-syarat mas kawin
a) Benda yang suci, pekerjaan yang bermanfaat
b) Milik suami
c) Ada manfaatnya
d) Sanggup menyerahkan, mas kawin yang tidak sah dengan benda
yang hilang, atau yang sedang dirampas orang yang tidak
sanggup menyerahkannya
69
e) Dapat diketahui sifat dan jumlahnya
c. Perukunan
1) Rukun Nikah ada 5 yaitu:
a) Wali
b) Calon Pengantin Perempuan
c) Calon Pengantin Laki-laki
d) Dua Orang Saksi yang adil
e) Ijab Qobul
2). Bunyi Ijab Qobul
Kata Wali : “ Wahai……bin….. Aku Nikahkan Engkau, Aku
kawinkan Engkau kepada anakku …..dengan mas
kawin…..tunai/hutang.
Jawab pengantin laki-laki: :Saya terima
nikahnya…binti…dengan mas kawin….tunai/hutang
3). Syarat Islam ada 4 Perkara:
a) Sabar kepada hokum-hukum Allah
b) Ridho kepada Qodhonya Allah
c) Ikhlas hatinya menyerahkan diri kepada Allah
d) Mentaati akan segala perintah Allah dan Rosul Nya serta
menjauhi segala larangan Allah SWT
4). Fardhu Iman dan Kesempurnaan Iman ada tiga yaitu:
a) Mengikrarkan dengan Lisan
b) Membenarkan dengan Hati
70
c) Diamalkan dengan anggota badan
5). Rukun Syahadat ada Empat Perkara yaitu:
a) Menetapkan dalam hati akan adanya Zat Allah
b) Menetapkan dalam hati akan sifat Allah
c) Menetapkan dalam hati akan segala af’al (perbuatan) Allah
d) Menetapkan dalam hati akan kebenaran Rosulullah S.A.W
6). Yang dapat merusak syahadat ada empat yaitu:
a) Menduakan Allah
b) Syak di hatinya tentang adsanya Allah
c) Tidak menerima dirinya diciptakan Allah
d) Tidak menetapkan dalam hatinya akan adanya Zat Allah.
4. Metode Bimbingan Pra Nikah
Bimbingan pra nikah dilakukan selama 3 jam dalam satu minggu.
Pembimbing memberikan masukan atau bekal bagi calon pengantin yang
akan menjalani kehidupan rumah tangga. Adapun pelaksanaan bimbingan
pra nikah di KUA bertujuan sebagai pemberi bekal bagi calon pengantin.
Bimbingan pra nikah di Kantor Urusan Agama (KUA) Pondok
Aren juga berfungsi sebagai penyampai informasi tentang pentingnya
memiliki dasar pengetahuan agama bagi pasangan suami istri. Dan
menerapkannya dalam keluarga seperti sholat berjamaah, dimana laki-laki
berfungsi sebagai imam dan istri menjadi makmum, orang tua juga harus
mengajarkan nilai-nilai agama terhadap anak-anak dalam kehidupan,
71
seperti mengajarkan al-qur’an, akhlak yang baik, dan mengajarkan ibadah
seperti shalat, puasa, dan lain-lain.
Oleh karena itu, pembimbing menyarankan peserta membaca dua
kalimat syahadat dengan huruf arab, ternyata ada yang tidak bisa membaca
dengan huruf arab dan ada yang membacanya belum benar sesuai tajwid.
Maka dari itu pembimbing membacakan dua kalimat syahadat di depan
peserta, dan pembimbing meminta peserta membaca dua kalimat syahadat
bersama-sama.
Pembimbing juga menanyakan rukun Islam kepada peserta dan
meminta peserta bersama-sama membacakannya. Tidak menutup
kemungkinan di antara peserta ada yang tidak mengetahui rukun Islam
padahal seharusnya sudah menjadi dasar pengetahuan mereka. Untuk itu,
penulis berpendapat bahwa masyarakat masih sangat membutuhkan
pendidikan dan informasi dari para pembimbing pra nikah sebelum
melaksanakan pernikahan dan oleh sebab itu KUA Pondok Aren
mewajibkan untuk para calon pengantin mengikuti Bimbingan Pra nikah.8
Tahap pemberian bimbingan yang dilakukan oleh KUA melalui
bimbingan pra nikah kepada calon pengantin yang akan membentuk rumah
tangga, dimaksudkan agar mereka memahami secara benar peran masing-
masing dalam kehidupan rumah tangga, dan memahami tanggung jawab
masing-masing dalam menciptakan kebahagiaan hidup rumah tangganya.
8 Hasil pengamatan peneliti saat mengunjungi lokasi di Kantor Urusan Agama (KUA)
Pondok Aren tanggal 30 Juni 2013.
72
Dan calon pengantin akan membina keluarga mereka dengan benar
Karena bekal sebelum menikah sudah diberikan oleh para pembimbing pra
nikah dalam hal ini yaitu KUA Pondok Aren.
Metode yang digunakan secara garis besar adalah ceramah dan
Tanya jawab. Adanya interaksi antara narasumber dan pasangan calon
pengantin.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Bimbingan Pra Nikah
Sebuah program tidak terlepas dari faktor pendukung dan penghambat.
Begitu pula dengan program bimbingan pra nikah di Kantor Urusan Agama
(KUA) Pondok aren.
Faktor pendukung dari kegiatan ini diantaranya adalah :
a) Antusiasme peserta
Program bimbingan pra nikah cukup diminati oleh calon pasangan
pengantin. Semua yang hadir dalam program ini menyimak dengan baik
dan rasa ingin tahunya cukup, pertanyaan yang diajukan peserta tidak
terlalu banyak, mungkin karena mereka masih malu-malu bertanya
mengenai persooalan pernikahan. Calon pasangan yang tidak hadir pun
ada, dengan alasan tidak dapat izin dari tempat kerja.9
b) Pembimbing yang cukup kompten
Pembimbing yang berkompeten dibidangnya adalah pembimbing
yang memiliki wawasan yang luas, khususnya tentang materi yang
berhubungan dengan pelaksanaan bimbingan pra nikah. Untuk materi
9 Wawancara pribadi dengan bapak sopian sori MA/penyuluh , Kantor Urusan Agama
(KUA) Pondok Aren , tanggal 27 Juni 2014.
73
UUD perkawinan dan Keluarga Sakinah, narasumber bisa dari Penghulu
atau Penyuluh KUA namun untuk materi kesehatan reproduksi narasumber
berasal dari puskesmas kecamatan yang merupakan salah satu pengurus
BP4.
Pengurus BP4 sebagian merupakan pegawai KUA kecamatan yang
selalu ada di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan. Sehingga
memudahkan masyarakat untuk berkonsultasi mengenai persoalan
pernikahan. Untuk persoalan mengenai kesehatan atau kehidupan
bermasyarakat dapat dikonsultasikan dengan pihak puskesmas dan tokoh
masyarakat atau tokoh agama yang juga merupakan pengurus BP4. Jika
masyarakat yang ingin berkonsultasi mengenai hal tersebut maka akan
dibuatkan jadwal dengan pihak puskesmas atau tokoh masyarakat dan
agama tersebut.10
c) Sarana dan prasarana
Sarana dan pra sarana yang cukup memadai yang ada di KUA
Pondok Aren cukup mendukung berlangsungnya proses bimbingan pra
nikah, seperti ruangan khusus bimbingan, papan tulis, dan kipas angin.
Faktor Penghambat dari kegiatan ini diantaranya adalah :
a). Keterbatasan waktu
10 Wawancara pribadi penulis dengan H. Abdul Aziz/Penghulu KUA, Kantor Urusan
Agama (KUA) Pondok Aren, tanggal 27 Juni 2014.
74
Pemberian bimbingan pra nikah diisi oleh tiga orang narasumber.
Setiap narasumber diberikan waktu hanya satu jam, ini menyebabkan
terbatasnya materi yang diuraikan dan kurangnya kesempatan bagi peserta
untuk berdialog lebih banyak. Berdasarkan wawancara yang penulis
lakukan kepada keempat narasumber, mereka berpendapat bahwa waktu
bimbingan kurang. Seharusnya bimbingan diadakan 3 hari, karena
terbatasnya waktu calon pengantin maka KUA Pondok Aren melakukan
bimbingan pra nikah satu hari saja selama tiga jam. Di Negara lain,
bimbingan pra nikah diadakan 3 bulan-4 bulan.11
b). Kurangnya disiplin peserta
Banyak peserta yang sering kali datang terlambat sehingga materi
yang diterima menjadi tidak lengkap.12
c). Sebagian materi tidak dibukukan
Para pasangan calon pengantin diberikan modul oleh KUA Pondok
Aren yang berisi tentang undang-undang pernikahan, munakahat,
perukunan, dan lain-lain. Untuk materi keluarga sakinah dan kesehatan
reproduksi tidak diberikan modul sehingga bagi pasangan calon pengantin
yang datang terlambat tidak mengetahui apa yang disampaikan oleh
narasumber tentang kesehatan reproduksi dan keluarga sakinah.
11 Wawancara pribadi penulis dengan H. Suganda M.A/kepala KUA, Kantor Urusan
Agama (KUA) Pondok Aren, tanggal 27 Juni 2014. 12Wawncara pribadi dengan bapak aliudin S.Ag/penghulu, Kantor Urusan Agama (KUA)
Pondok Aren, tanggal 27 Juni 2014.
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan pelaksanaan bimbingan pra
nikah di kantor urusan agama Pondok Aren, maka penulis menarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan bimbingan pra nikah di Kantor Urusan Agama meliputi
pembimbing, terbimbing, materi bimbingan, dan metode bimbingan.
Bimbingan pra nikah yang disebut kursus calon pengantin diadakan
setiap hari rabu dari jam 09.00-12.00 WIB. Bimbingan pra nikah
adalah pemberian materi tentang undang-undang pernikahan,
munakahat, dan kesehatan reproduksi. Metode yang digunakan oleh
pembimbing atau yang biasa disebut narasumber adalah ceramah dan
Tanya jawab. Narasumber dalam bimbingan pra nikah diantaranya
yaitu penghulu, penyuluh, kepala KUA, pihak puskesmas, tokoh
agama dan tokoh masyarakat di sekitar wilayah Pondok Aren.
Terbimbing dalam bimbingan pra nikah adalah pasangan calon
pengantin yang akan menikah, yang sudah mendaftarkan diri ke
Kantor Urusan Agama Pondok Aren.
2. Pelaksanaan bimbingan pra nikah di Kantor Urusan Agama Pondok
Aren sangat bermanfaat bagi pasangan calon pengantin, menambah
bekal mereka tentang pernikahan. Harapan pasangan calon pengantin
76
dan Pengurus KUA Pondok Aren sama yaitu ingin bimbingan pra
nikah dapat berlangsung terus menerus dan semoga semua pasangan
calon pengantin dapat mengikuti kursus calon pengantin. Pembimbing
atau narasumber bimbingan pra nikah berharap bimbingan pra nikah
ini dapat mengurangi angka perceraian dan semoga pasangan calon
pengantin dapat hidup bahagia dan saling menerima kekurangan dan
kelebihan satu sama lain.
3. Adapun faktor pendukung dalam bimbingan pra nikah diantaranya
adalah narasumber atau pembimbing yang kompeten, berpengetahuan
luas tentang masalah-masalah pernikahan, antusias peserta yang
menunjang untuk kelancaran proses kegiatan bimbingan pra nikah.
Dan faktor penghambat dalam bimbingan pra nikah yaitu faktor
internal dan eksternal. Faktor internal yaitu keterbatasan waktu
pelaksanaan bimbingan pra nikah dan faktor eksternalnya yaitu para
peserta yang berhalangan hadir dan keterlambatan hadir dalam proses
bimbingan.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan berkenaan dengan penelitian pelaksanaan
bimbingan pra nikah di Kantor urusan agam pondok aren adalah :
1. Menambah waktu pelaksanaan bimbingan pra nikah minimal dua jam
untuk masing-masing narasumber sekaligus diberikan snack dan
hiburan untuk para peserta agar tidak jenuh untuk mengikuti
bimbingan tersebut selama berjam-jam.
77
2. Mengupayakan kepada DepAg RI untuk menganggarkan biaya yang
lebih besar dalam pelaksanaan bimbingan pra nikah demi terwujudnya
kelancaran operasional seperti pencetakan sertifikat bimbingan pra
nikah, agar masing-masing peseta memiliki tanda telah mengikuti
bimbingan pra nikah.
3. Bagi calon pengantin, diharapkan tidak malu bertanya jika sedang
mengikuti kegiatan binbingan pra nikah. Dan manfaatkanlah kegiatan
bimbingan pra nikah tersebut untuk memperdalam keilmuan kita
tentang agama, terutama keluarga sakinah. Agar kita bisa menjadi
manusia yang berakhlak mulia.
4. Peraturan pelaksanaan bimbingan pra nikah ke depannya diharapkan
memiliki kekuatan resmi agar semua calon pengantin mengikuti
program ini sebagai bekal dalam membentuk rumah tangga yang
sakinah.
78
DAFTAR PUSTAKA
Adhim, Muhammad Fauzi, Indahnya Pernikahan Dini, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002)
Akbar, Ali, Merawat Cinta Kasih, (Jakarta: Pustaka Antara, 1995)
Amini, Ibrahim, Kita Memilih Jodoh Menurut Al-Qur’an dan Sunnah, terjemahan Muhammad Taqi, (Jakarta: Lentera, 1996)
Amti, Erman, dan Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta:
Rineka Cipta: 2001) Arifin, H. M, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta:
PT. Golden Trayon Press, 1998) Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT.
Rieneke Cipta, 1996) Arsip-Arsip Kantor Urusan Agama (KUA) Pondok Aren, 2014 Ashabbagh, Mahmud, Tuntunan Keluarga Bahagia Menurut Islam, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1993) Athibi, Ukasyah, Wanita Mengapa Merosot Akhlaknya, Penerjemah Chairul
Halim, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998) Bakher, Anton, Metode-metode Filsafat, (Jakarta: Penerbit Balai Aksara, 1984)
Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Qohiroh: Dar al Maktabin) jilid III
BP.4 KUA Kecamatan Pondok Aren, Materi Penataran Catin, (Tangerang Selatan)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai
Pustaka, 1998) Djumhur, I, dan Surya Moh, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung:
CV. Ilmu, 1975) Faqih, Aunur Rahim, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII
Press, 2001)
79
Ghazaly, Abd Rahman, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana 2006)
Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah mada University Press, 1998)
Hakim, Rahmat, Hukum Perkawinan Islami (Bandung: CV. Pustaka Etia, 2000) Luthfi, Muhammad, Dasar-dasar bimbingan dan penyuluhan Islam, (Jakarta:
Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah 2009) Mubarak, Al-Barik, Ensiklopedi Wanita Muslimah, (Jakarta: Darul Falah, 1423
H) Muhammad Yusuf, Husein bin, Memilih Jodoh dan Tata Cara Meminang dalam
Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1987) Mukhtar, Kamal, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1974) Moleong, Lexy J, Metode penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006) Nadeak, Wilson, Seraut Wajah Pernikahan, (Yogyakarta: Kanisius, 1993)
Nasuhi, Hamid, et.al, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)UIN Sayrif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: CEQDA, 2007)
Nasution, Amir Taat, Rahasia Perkawinan dalam Islam, (Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 1994) Nuruddin, Dr. H. Amiur, dan Tariqan, Azhari Akmal, Hukum Perdata Islam
Indonesia, (Jakarta, Kencana, 2004) Paimun, Drs. H, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: UIN Press, 2008)
Poerwandari, E. Kristi, Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi,(Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi, LPSP3 UI, 1983)
Rofiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada,
2000) Sabri, H.M. alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan. (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005)
Singarimbun, Masri dan Efendi, Sofian, Metode Penelitian Survai, (Jakarta:L PSES, 1989)
80
Shihab, Quraish, Pengantin Al-Qur’an, (Jakarta:Lentera Hati, 2007)
Sukardi, Dewa Ketut, dasar-dasar Bimbingan dan penyluhan di sekolah, (Jakarta: Rineke Cipta, 2000)
Taufik Assamaluthi, Nabil Muhammad, pengaruh agama terhadap struktur
keluarga, (Surabaya: 1987) R, Thantawy, Kamus Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT. Pamator, 1997)
Tirmidzi, Sunan Tirmidzi (Beirut: Darul Fikr, 114 H/1994 M)
Walgito, Bimo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta:Offset, 1995),
Poerwardarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1984)
Daftar wawancara untuk pasangan calon pengantin
1. Berapa lama jangka waktu perkenalan anda sampai saat ini memutuskan untuk
menikah?
2. Apa alasan anda mengikuti bimbingan pra nikah?
3. Materi apa yang anda dapat dari bimbingan pra nikah?
4. Metode apa yang biasa digunakan oleh narasumber?
5. Bagaimana menurut anda?
6. Bagaimana kemampuan narasumber dalam memberikan materi dan menjawab
pertanyaan?
7. Bagaimana harapan anda terhadap program bimbingan pra nikah?
Nama : H. Suganda S.Ag
Jabatan : Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Pondok Aren
Tempat : Kantor Urusan Agama (KUA) Pondok Aren
Hari/tanggal : 26 Juni 2014
1. Apa alasan diadakannya bimbingan pra nikah di KUA Pondok Aren?
Angka perceraian di negara kita sangat tinggi 60-80%, banyak
pernikahan dibawah umur, banyak poligami yang dilakukan laki-laki yang
kurang sehat.
2. Sejak kapan bimbingan pra nikah diadakan di KUA Pondok Aren?
Sudah lama, sejak diperintahkan oleh departemen agama.
3. Berapa jumlah pembimbing pra nikah di KUA Pondok Aren?
Tergantung kebutuhan
4. Apa saja materi yang diberikan diberikan dalam proses bimbingan pra
nikah?
Tentang hukum munakahat, UUD Perkawinan, Kesehatan Ibu, KDRT,
masalah ubudiyah
5. Dalam setiap pertemuan, berapa lama waktu bimbingan pra nikah
dilaksanakan?dan berapa pembimbing yang memberikan materi
bimbingan pra nikah?
Seharusnyakan tiga hari, kita mengadakan satu hari, kalau di Negara lain
tiga bulan-empat bulan sebelum nikah
6. Berapa pasangan pengantin yang mengikuti bimbingan pra nikah?
Tergantung jumlah yang mau nikah, 10 pasang, 20 pasang, 2 pasang.
Dalam sebulan kira-kira 100 pasang.
7. Kendala apa saja yang ditemui dalam pelaksanaan bimbingan pra nikah?
Kendalanya tiada lain anggaran. Anggaran selama ini dari masyarakat.
8. Apa harapan bapak sebagai kepala KUA Ciputat terhadap bimbingan pra
nikah?
Keinginannya adalah menjadi lebih baik, memberikan bimbingan kepada
masyarakat, tapi karena ada kendala di anggaran hal itu susah tercapai.
Nama : H. Abdul Aziz S.Ag
Jabatan : Penghulu Kantor Urusan Agama (KUA) Pondok Aren
Tempat : Kantor Urusan Agama (KUA) Pondok Aren
Hari/tanggal : 26 Juni 2014
1. Sejak kapan bapak / ibu menjadi pembimbing dalam bimbingan pra nikah?
Sejak lama sekali, sejak BP4 Pusat menginstruksikan untuk melakukan
penataran bagi calon pengantin yang disini di sebut kursus calon
pengantin.
2. Apa saja yang harus dipersiapkan dalam memberikan bimbingan pra
nikah?
Narasumber yang berkompeten untu memberikan pembekalan bagi calon
pengantin.
3. Materi apa saja yang diberikan kepada pasangan calon pengantin?
Kita menyiapkan orang yang berkompeten, tentang kesehatan reproduksi
kita minta bantuan ke puskesmas, UUD Perkawinan oleh penghulu yang
mengerti tentang itu, Keluarga Sakinah bisa dari MUI, atau orang yang
berkompeten dibidangnya.
4. Metode apa saja yang digunakan dalam memberikan materi bimbingan pra
nikah?
Metode yang dilakukan yaitu ceramah dan Tanya jawab.
5. Apa alasan bapak / ibu menggunakan metode tersebut?
Karena fasilitas yang belum mencukupi.
6. Apakah dalam bimbingan pra nikah ada Tanya jawab aktif antara calon
pengantin dan pembimbing pra nikah?
Cukup, dibilang banyak tidak, tetapi ada yang bertanya.
7. Berapa lama waktu bimbingan dalam satu kali pertemuan?
Setiap pertemuan hampir tiga jam.
8. Kendala apa saja yang ditemui ketika memberikan bimbingan pra nikah?
Kendala yang pertama yaitu financial, karena kita tidak diperkenankan
memungut biaya dari peserta bimbingan.
9. Apa harapan bapak / ibu sebagai pembimbing terhadap program
bimbingan pra nikah?
Harapannya agar fungsi bimbingan pra nikah mempunyai andil besar
dalam terbentuknya keluarga sakinah. Karena ditakutkan angka
perceraian yang tinggi karena kurangnya pengetahuan tentang rumah
tangga. Agar calon suami dan istri bisa menjadi keluarga yang sakinah,
mawaddah, warahmah. Berharap rumah tangga yang baru bisa bertahan
lama.
10. Bagaimana antusias calon pengantin dalam mengikuti program bimbingan
pra nikah?
Sangat baik, dari 25 pasang, 20 pasang hadir dalam bimbingan karena di
hari yang bersamaan kita juga meminta pasangan untuk melengkapi
persyaratan pernikahan yang belum terpenuhi.pemeriksaan berkas atau
penambahan mas kawin.
Nama : Aliudin S.Ag
Jabatan : Penghulu Kantor Urusan Agama (KUA) Pondok Aren
Tempat : Kantor Urusan Agama (KUA) Pondok Aren
Hari/tanggal : 27 Juni 2014
1. Sejak kapan bapak / ibu menjadi pembimbing dalam bimbingan pra nikah?
Sejak saya ditugaskan di KUA Pondok Aren
2. Apa saja yang harus dipersiapkan dalam memberikan bimbingan pra
nikah?
Materi yang disampaikan, undangan untuk calon pengantin.
3. Materi apa saja yang diberikan kepada pasangan calon pengantin?
Keluarga Sakinah, UUD Perkawinan, dan Fiqih Munakahat.
4. Metode apa saja yang digunakan dalam memberikan materi bimbingan pra
nikah?
Metodenya ceramah dan Tanya jawab.
5. Apa alasan bapak / ibu menggunakan metode tersebut?
Alasannya adalah karena metode ceramah adalah metode cukup praktis
dalam meyampaikan informasi kepada calon pengantin.
6. Apakah dalam bimbingan pra nikah ada Tanya jawab aktif antara calon
pengantin dan pembimbing pra nikah?
Tidak terlalu banyak yang bertanya mungkin karena malu.
7. Berapa lama waktu bimbingan dalam satu kali pertemuan?
Sekitar tiga jam kurang lebih, dari pagi sampai siang waktu zuhur.
8. Kendala apa saja yang ditemui ketika memberikan bimbingan pra nikah?
Kendalanya yaitu masalah financial dan berhalangan hadirnya peserta
mengikuti bimbingan pra nikah. Alasannya karena tidak dapat izin kerja.
9. Apa harapan bapak / ibu sebagai pembimbing terhadap program
bimbingan pra nikah?
Semua peserta dapat mengikuti bimbingan pra nikah dan adanya
anggaran yang dikhususkan untuk bimbingan pra nikah.
10. Bagaimana antusias calon pengantin dalam mengikuti program bimbingan
pra nikah?
Cukup antusias, pada hari itu juga para calon pengantin diharapkan
untuk melengkapi berkas pernikahan dan hal-hal yang diperlukan pada
saat pernikahan nanti seperti penambahan mas kawin, dan lain-lain
Nama : Sopian Sori M.A
Jabatan : Penyuluh Kantor Urusan Agama (KUA) Pondok Aren
Tempat : Kantor Urusan Agama (KUA) Pondok Aren
Hari/tanggal : 27 Juni 2014
1. Sejak kapan bapak / ibu menjadi pembimbing dalam bimbingan pra nikah?
Saya diangkat 2007, di KUA Pondok Aren baru satu tahun.
2. Apa saja yang harus dipersiapkan dalam memberikan bimbingan pra
nikah?
Persiapannya materi dalam bentuk naskah
3. Materi apa saja yang diberikan kepada pasangan calon pengantin?
UUD pernikahan, fiqih munakahat, kesehatan reproduksi, dan lain-lain.
4. Metode apa saja yang digunakan dalam memberikan materi bimbingan pra
nikah?
Materi yang digunakan masih ceramah nanti dipertengahan pencapaian
materi ada Tanya jawab
5. Apa alasan bapak / ibu menggunakan metode tersebut?
Karena bersifat formatif dan tekhnis, memberikan informasi tentang ijab
qobul, munakahat, keluarga sakinah, untuk mengharapkan keluarga yang
kekal abadi sakinah, mawadah, warahmah.
6. Apakah dalam bimbingan pra nikah ada Tanya jawab aktif antara calon
pengantin dan pembimbing pra nikah?
Kita menyampaikannya dengan cara yang rileks agar peserta nyaman
mengikuti kursus calon pengantin.
7. Berapa lama waktu bimbingan dalam satu kali pertemuan?
Kurang lebih tiga jam
8. Kendala apa saja yang ditemui ketika memberikan bimbingan pra nikah?
Kadang-kadang peserta menganggap ini hanya formalitas, padahal untuk
peserta yang dulunya bersekolah ditempat umum kurang mengetahui
tentang fiqih munakahat, tentang wali, dan lain-lain
9. Apa harapan bapak / ibu sebagai pembimbing terhadap program
bimbingan pra nikah?
Harapannya yu penambahan waktu, karena tingkat perceraian yang
sangat tinggi karena kurang pengetahuan tentang rumah tangga.
10. Bagaimana antusias calon pengantin dalam mengikuti program bimbingan
pra nikah?
Sangat antusias mengikuti bimbingan pra nikah karena mereka mendapat
banyak materi tentang rumah tangga
.
Nama : Fitri dan Zainul
Tempat : Kantor Urusan Agama (KUA) Pondok Aren
Hari/tanggal : 27 Juni 2014
1. Berapa lama jangka waktu perkenalan anda sampai saat ini memutuskan
untuk menikah?
Cukup singkat dua bulan.
2. Apa alasan anda mengikuti bimbingan pra nikah?
Sebenarnya saya tidak tahu kalau ada bimbingan pra nikah, kebetulan
yang mendaftarkan pernikahan saya bukan saya sendiri tapi kakak saya.
Saya diberi kabar untuk hadir melengkapi berkas dan penataran.
Sebelumnya saya tidak tahu penataran itu apa, setelah saya mengikuti
ternyata hal itu penting dan saya menyesal terlambat datang dan
ketinggalan materi yang diberikan.
3. Materi apa yang anda dapat dari bimbingan pra nikah?
Yang saya tau, yang dibukukan yaitu UUD Pernikahan dan fiqih
munakahat. Materi yang lain saya tidak tahu karena tidak dibukukan dank
arena saya tidak mengikuti penataran dari awal.
4. Metode apa yang biasa digunakan oleh narasumber?
Metode ceramah dan peserta yang kurang mengerti bisa bertanya.
5. Bagaimana menurut anda?
Kurang menarik, jika menggunakan infokus mungkin lebih menarik dan
tidak membuat ngantuk.
6. Bagaimana kemampuan narasumber dalam memberikan materi dan
menjawab pertanyaan?
Narasumbernya adalah orang yang berpengalaman. Jadi penyampaian
materi yang diberikan banyak berupa contoh-contoh di kehidupan nyata.
7. Bagaimana harapan anda terhadap program bimbingan pra nikah?
Harapan saya bisa berlanjut terus, dan pada saat mendaftar sampaikan
materi apa saja yang disampaikan oleh narasumber agar calon pengantin
tertarik untuk hadir dan tidak ketinggalan materi. Harap semua materi
yang disampaikan dibukukan agar calon pengantin yang terlambat dapat
membaca materi yang dibukukan tersebut. Sehingga apa yang mereka
terima lengkap. Dan bisa menjadi bekal bagi kehidupan mereka nanti.
Nama : Nur dan Aris
Tempat : Kantor Urusan Agama (KUA) Pondok Aren
Hari/tanggal : 27 Juni 2014
1. Berapa lama jangka waktu perkenalan anda sampai saat ini memutuskan
untuk menikah?
Tujuh tahun
2. Apa alasan anda mengikuti bimbingan pra nikah?
Mengikuti persyaratan sebelum pernikahan
3. Materi apa yang anda dapat dari bimbingan pra nikah?
Tentang keluarga, rumah tangga, KDRT, dan lain-lain.
4. Metode apa yang biasa digunakan oleh narasumber?
Pembimbing menyampaikan materi dan peserta mendengarkan. Jika ada
yang kurang mengerti peserta bisa bertanya.
5. Bagaimana menurut anda?
Monoton, kalau bertanya malu karena dilihat orang banyak.
6. Bagaimana kemampuan narasumber dalam memberikan materi dan
menjawab pertanyaan?
Bagus, narasumber bisa menjawab semua pertanyaan dengan jelas dan
mudah dimengerti.
7. Bagaimana harapan anda terhadap program bimbingan pra nikah?
Bisa lebih baik lagi dan bermanfaat bagi peserta.
Nama : Wati dan Ali
Tempat : Kantor Urusan Agama (KUA) Pondok Aren
Hari/tanggal : 27 Juni 2014
1. Berapa lama jangka waktu perkenalan anda sampai saat ini memutuskan
untuk menikah?
enam tahun
2. Apa alasan anda mengikuti bimbingan pra nikah?
Untuk mengetahui cara membina keluarga yang sakinah.
3. Materi apa yang anda dapat dari bimbingan pra nikah?
Banyak sekali, ijab qobul, membuna rumah tangga, syarat nikah, dan lain-
lain.
4. Metode apa yang biasa digunakan oleh narasumber?
Ceramah dan Tanya jawab
5. Bagaimana menurut anda?
Bagus dan tersampaikan dengan jelas.
6. Bagaimana kemampuan narasumber dalam memberikan materi dan
menjawab pertanyaan?
Ahli dan sudah berpengalaman
7. Bagaimana harapan anda terhadap program bimbingan pra nikah?
Lebih baik lagi dan berkembang.