98
i PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH DAERAH DAN PT. ENERGI BAYU DALAM MENGATASI DAMPAK PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU (PLTB) KABUPATEN JENEPONTO FIRDHA ALIFIAH NOMOR STAMBUK: 10561 05471 15 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

i

PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH

DAERAH DAN PT. ENERGI BAYU DALAM MENGATASI DAMPAK

PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU (PLTB)

KABUPATEN JENEPONTO

FIRDHA ALIFIAH

NOMOR STAMBUK: 10561 05471 15

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 2: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

SKRIPSI

PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH

DAERAH DAN PT. ENERGI BAYU DALAM MENGATASI DAMPAK

PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU (PLTB)

KABUPATEN JENEPONTO

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun dan Diajukan Oleh:

FIRDHA ALIFIAH

Nomor Stambuk: 10561 05471 15

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 3: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …
Page 4: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …
Page 5: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …
Page 6: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan rasa syukur yang tidak terhingga kehadirat Allah SWT,

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikanskripsiyang berjudul “Pelaksanaan Fungsi Koordinasi antara

Pemerintah Daerah dan PT. Energi Bayu dalam Pembangunan Pembangkit Listrik

Tenaga Bayu Kabupaten Jeneponto”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Bapak Dr. H. Muhammadiah, M.M selaku Pembimbing I dan Ibu Dr. Hj. Budi

Setiawati, M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya

membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Muhammadiyah Makassar

3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar

4. Kedua orang tua dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan semangat

dan bantuan, baik moril maupun materil.

5. Kakanda Riswanto yang telah membantu dalam memberikan saran serta

masukan dalam penyusunan skripsi ini

6. Rezky Jaya yang telah mendukung dan selalu memberikan semangat dalam

Page 7: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

penyusunan skripsi penulis.

\

Page 8: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

ABSTRAK

Firdha Alifiah. Pelaksanaan Fungsi Koordinasi antara Pemerintah Daerah

dan PT. Energi Bayu dalam Mengatasi Dampak Pembangunan Pembangkit

Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Kabupaten Jeneponto. (dibimbing oleh H.

Muhammadiah dan Hj. Budi Setiawati).

Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Kabupaten

Jeneponto juga mengakibatkan rusaknya jalan sepanjang 30 Km dan hal tersebut

membuat Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang meminta untuk

berkoordinasi dan mengatasi masalah tersebut. Berdasarkan hal tersebut peneliti

terdorong untuk mencoba menggambarkan dan menjelaskan koordinasi Dinas

PUPR dengan PT. Energi Bayu dalam Pembangunan PLTB di Kabupaten

Jeneponto.. Berdasarkan hal tersebut, kajian penelitian ini bertujuan mendeskripsikan

dan menjelaskan koordinasi antara Pemerintah Daerah dan PT. Energi Bayu dalam

mengatasi dampak dari pembangunan PLTB.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif,

sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara

dan dokumentasi. Sementara informan dalam penelitian ini sebanyak 6 orang

adalah Kepala Dinas PUPR, Sekertaris Dinas PUPR, Seksi Pembangunan jalan

dan Jembatan Dinas PUPR, Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Dinas PUPR,

Manager PT. EBJ, Office Manager PT. EBJ, Eksternal Relationship & Gen

Admin. Sumber Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder,

teknik analisis data dengan reduksi data, penyajian data dan verifikasi.

Pengabsahan data yag digunakan adalah triangulasi sumber, triangulasi teknik,

dan triangulasi waktu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelaksanaan Fungsi Koordinasi

antara Dinas PUPR dengan PT. Energi Bayu dalam Pembangunan PLTB di

Kabupaten Jeneponto belum berjalan dengan optimal karena adanya sikap tertutup

dan saling lempar tanggung jawab serta sikap acuh terhadap masalah yang ada

sehingga tidak ada solusi yang dihasilkan serta tidak ada kejelasan mengenai

masalah jalan yang telah dirusak akibat masuknya PLTB.

Kata kunci: fungsi koordinasi, dampak pembangunan PLTB

Page 9: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i

HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI ........................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii

HALAMAN PENERIMAAN TIM ................................................................ iv

HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

ABSTRAK........................................................................................................ vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………… .... 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 7

D. Kegunaan Penelitian.................................................................................... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Koordinasi ...................................................................................... 8

B. Konsep Pembangunan ................................................................................. 24

C. PLTB ........................................................................................................... 26

D. Kerangka Pikir ............................................................................................ 28

E. Fokus Penelitian .......................................................................................... 30

F. Deskripsi Fokus Penelitian .......................................................................... 30

Page 10: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................................... 31

B. Jenis dan Tipe Penelitian ............................................................................ 31

C. Sumber Data ............................................................................................... 31

D. Informan ..................................................................................................... 32

E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 33

F. Teknik Analisis Data .................................................................................. 34

G. Teknik Pengabsahan Data .......................................................................... 36

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian........................................................................ 38

B. Hasil Penelitian .......................................................................................... 61

C. Pembahasan ................................................................................................ 68

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................ 70

B. Saran ........................................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 72

LAMPIRAN ...................................................................................................... 74

Page 11: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

Tabel 3.1 Tabel Informan 33

Tabel 4.1 Batas Wilayah 39

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk 40

Page 12: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir 29

Gambar 4.1 Bagan Struktur Dinas PU 42

Gambar 4.2 Bagan Struktur PT. Energi Bayu 61

Page 13: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Kabupaten

Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan yang ditargetkan akan berjalan di akhir

tahun 2018 akhirnya dioperasikan pada awal tahun 2019. Dalam

pembangunan PLTB di Kabupaten Jeneponto berdampak pada rusaknya jalan

sepanjang 30 km yang disebabkan oleh aktivitas truk pengangkut muatan.

Truk yang digunakan tersebut mengangkut beban muatan yang over kapasitas

sehingga merusak jalan yang dilewati oleh truk saat mengangkut material. Hal

ini mengecewakan masyarakat setempat, dikarenakan jalan yang biasa mereka

lewati rusak, sedangkan jalan tersebut belum lama mereka nikmati. Namun

sampai saat ini belum juga ditindak lanjuti oleh Dinas Pekerjaan Umum

karena menganggap itu adalah kesalahan dari pihak PT. Energi Bayu sehingga

PT. Energi Bayu yang seharusnya memperbaiki jalan yang rusak tersebut

karena Dinas PU sendiri baru saja memperbaikinya di tahun 2015,2016,2017

dan rusak ditahun 2018 Sehingga dibutuhkan koordinasi yang baik untuk

memecahkan masalah tersebut. Dikutip dari Tribun Jeneponto tepatnya pada

(selasa, 20 Maret 2018).

Koordinasi ini sangat penting dalam menunjang keberhasilan suatu

program atau kegiatan, dimana salah satu program yang besar akan

membutuhkan koordinasi yang efektif, seperti halnya pembangunan PLTB di

Kabupaten Jeneponto. Untuk mencapai koodinasi yang efektif tersebut

dibutuhkan komunikasi yang baik antar instansi yang terkait agar

Page 14: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

memudahkan pelaksanaan koordinasi. Tidak hanya itu, beberapa instansi

tersebut harus melakukan tugas dan fungsi sebagaimana mestinya yakni tidak

menyimpang dari perencanaan awal maupun kesepakatan awal, sehingga

dapat mengurangi resiko yang akan timbul seperti halnya kerusakan pada

fasilitas publik, yakni infrastruktur jalan. Koordinasi antar instansi harus

optimal agar tidak terjadi kesalahan ataupun hal yang lainnya, dengan begitu

tidak ada satupun pihak yang akan merasa terganggu atau merasa dirugikan

dengan adanya ide pembangunan PLTB di Kabupaten Jeneponto.

Selanjutnya pembangunan PLTB ini penting untuk menunjang

ketersediaan listrik selain itu dengan memanfaatkan potensi angin dapat

mengurangi pencemaran udara dikarenakan tidak menggunakan bahan bakar

dan tidak ada pencemaran gas sehingga dapat mengurangi polusi. Keuntungan

lain yaitu listrik yang dihasilkan tidak mengand ung emisi, dimana emisi yang

bisa menyebabkan hujan asam ataupun gas rumah kaca. Selanjutnya PLTB

merupakan sumber energi terbarukan, dimana energi angin tidak akan pernah

habis.

Kabupaten Jeneponto merupakan daerah yang sangat cocok untuk

pembangunan PLTB dikarenakan kondisi iklim yang mendukung dimana

Jeneponto memiliki potensi angin yang cukup besar. Sehingga dengan adanya

PLTB akan sangat membantu memenuhi kebutuhan listrik di Kabupaten

Jeneponto (Sulawesi Selatan). Pembangunan PLTB yang rumit membutuhkan

manajemen yang baik dan tepat dan diperlukan koordinasi yang baik antar

instansi yang terkait dengan pembangunan PLTB tersebut.

Page 15: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

Pembangunan PLTB merupakan sebuah proyek pembangunan tenaga

kelistrikan yang besar dan kompleks serta melibatkan banyak stakeholder.

Sehingga koordinasi diantara stakeholder tersebut merupakan suatu

keniscayaan. Koordinasi tersebut dimaksudkan agar para stakeholder terjalin

sinergitas yang kuat, terstruktur massif dan sistematis.

Dalam hal koordinasi telah diatur dalam UU tentang Pemerintahan

Daerah NO.23 tahun 2014 tepatnya pada Bab 1 Pasal 1. Dimana dalam

undang-undang tersebut telah dipaparkan beberapa sistem koordinasi antar

pemerintah, intansi/lembaga dan dinas. Dimana terdapat pola atau hierarki

dalam koordinasi tersebut.

Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah telah dijelaskan hubungan

dalam berkoordinasi antar lembaga pemerintahan, tepatnya tercantum dalam

Peraturan Pemerintah RI tentang pelaksanaan koordinasi, pemantauan,

evaluasi, dan pelaporan No.08 Tahun 2017. Kebutuhan akan koordiasi tidak

bisa dipungkiri, karena dalam melakukan kegiatan yang efektif dan efisien

dibutuhakan koordinasi yang baik, hal ini didukung pula oleh Peraturan

Daerah Kabupaten Jeneponto tentang pembentukan organisasi dan tata kerja

Sekretariat Daerah Dan Sekertariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten Jeneponto No. 02 Tahun 2008 Bab I dimana didalamnya berisi

tentang tugas dan fungsi masing-masing pegawai mupun lembaga

pemerintah. Sehingga dengan adanya stuktur dan pembagian kerja tersebut

akan memudahkan serta memperjelas koordinasi yang akan terbangun

berdasarkan ketentuan yang berlaku.

Page 16: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

Pembangunan serta penyediaan pembangkit listrik sangat dibutuhkan

dalam menunjang kesejahteraan masyrakat serta aktivitas masyarakat,

sehingga dalam hal ini sesuai dengan UU Tentang Ketenagalistrikan Bab 1

Pasal 1, sangat jelas bahwa pengadaan pembangkit listrik sangat lah penting.

Terlepas dari UU tersebut terdapat pula pada peraturan pemerintah tentang

kegitan usaha penyediaan tenaga listrik tepatnya No.14 tahun 2012 Bab 1

Pasal 1 . Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan usaha

penyediaan tenaga listrik dimana usaha penyediaan tenaga listrik adalah

pengadaan tenaga listrik meliputi pembangkitan, transmisi, distribusi, dan

penjualan tenaga listrik kepada konsumen. Pembangkitan tenaga listrik adalah

kegiatan memproduksi tenaga listrik. Perlu dipahami distribusi tenaga listrik

adalah penyaluran listrik oleh sistem transmisi atau dari pembangkitan ke

konsumen.

Berdasarkan Peraturan Mentri tentang pemberlakuan wajib Standar

Nasional Indonesia (SNI) Nomor 02 Tahun 2018 Bab 1 Pasal 1, menimbang

bahwa pemenuhan ketentuan keselamatan ketenagalistrikn, pemenuhan

standariasi peralatan dan pemanfaatan tenaga listriknserta penyesuaian

terhadap dibidang ketenagalistrikan, perlu mengatur tentang ketentuan

pemberlakuan wajib Standar Nasional Indonesia dibidang ketenagalistrkan.

Selanjutnya, sesuai dengan Peraturan Pemrintah Kabupaten Jeneponto

tentang rencana tata ruang wilayah Kabupaten Jeneponto No. 01 Tahun 2012

Tahun 2012-2031 yakni pada Bab 3 Pasal 8 Paragraf 1 dalam sistem jaringan

energi dimana, pembangkit listrik tenaga angin merupakan salah satu sistem

jaringan energi ketenagalistrikan.

Page 17: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

Berdasarkan hal tersebut, terdapat penelitian sebelumnya yang meneliti

tentang Koordinasi yakni Ranggi Ade Febrian, 2014 “Fungsi Koordinasi

Camat dalam Kegiatan Pemerintahan di Kecamatan Lima Puluh Kota

Pekanbaru”. Selanjutnya beberapa referensi penelitian-penelitian yang

berkaitan dengan PLTB yakni Zulkifli, 2015 “Analisis Potensi Angin Di

Kecamatan Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo” skripsi,

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Negeri Gorontalo, selain itu penelitian oleh Cahya Adijana Nugraha 2015,

“Analisa Potensi Daya Angin Sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Bayu

(PLTB) di Pantai Congot, Kulonprogo” skripsi, Jurusan Teknik Elektro,

Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Tidak hanya itu

Danang Dwi Anggoro, 2016 telah melakukan penelitian tentang “Analisis

Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Angin Dalam Penyediaan Industri Mikro”

skripsi, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta.

Jadi koordinasi akan memberikan dampak baik terhadap masyarakat

maupun pemerintah/instansi yang terkait. Dampak bgi masyarakat yaitu

dengan koodinasi yang efektif, masyarak akan merasa puas , serta lebih mudah

mengerti atau memahai apabila terjadi kekeliruan dan sebagainya. Selain itu

dengan adanya koordinasi pemerintah atau instansi yang melaksakan suatu

kegiatan dalam hal pembangunan, pekerjaan tersebut akan lebih mudah,

efisien, efektif serta memudahkan pengambilan keputusan.

Page 18: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

Dalam pembangunan PLTB terdapat komunikasi yang tidak berjalan

dengan baik dan lancar, serta terdapat kurangnya kesadaran akan pentingnya

koordinasi serta feedback yang tidak baik.

Penelitian ini berbicara tentang fungsi koordinasi, yang berfokus pada

masalah kerusakan jalan yang menjadi dampak oleh masuknya pembangunan

Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Kabupaten Jeneponto, khususnya

yang berkaitan dengan komunikasi, kesadaran pentingnya koordinasi serta

feedback dalam melakukan koordinasi dalam.

Berdasarkan beberapa argumentasi diatas, dapat diketahui bahwa

masalah ini sangat penting untuk diteliti, sehingga peneliti tertarik untuk

meneliti tentang Pelaksanaan Fungsi Koordinasi antara Pemerintah Daerah

dan PT. Energi Bayu dalam Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu

(PLTB) di Kabupaten Jeneponto.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dapat ditarik

suatu rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana komunikasi antara Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

dengan PT. Energi Bayu dalam mengatasi dampak dari pembangunan

Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Kabupaten Jeneponto?

2. Bagaimana tingkat kesadaran akan koordinasi Dinas Pekerjaan Umum dan

Penataan Ruang dan PT. Energi Bayu dalam mengatasi dampak dari

pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Kabupaten

Jeneponto?

Page 19: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

3. Bagaimana feedback antara Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

dengan PT. Energi Bayu dalam mengatasi dampak dari pembangunan

Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Kabupaten Jeneponto?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan Masalah Diatas, Adapun Tujuan Penelitian Ini

Adalah:

1. Untuk mengetahui komunikasi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

dengan PT. Energi Bayu Jeneponto

2. Untuk mendeskripsikan tingkat kesadaran akan pentingnya koordinasi antara

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dengan PT. Energi Bayu

Jeneponto

3. Untuk menganalisis feedback yan terjalin antara Dinas Pekerjaan Umum dan

Penataan Ruang dengan PT. Energi Bayu Jeneponto

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi

dan

pengembangan Ilmu Pengetahuan yang berkenaan dengan salah satu kajian

manajemen khususnya mengenai Koordinasi antar lembaga.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memeberikan informasi,

referensi dan sumbangan pemikiran bagi intansi-instansi baik negeri maupun

swasta terkait pembangunan PLTB.

Page 20: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Koordinasi

1. Definisi Koordinasi

Koordinasi lahir dari kata coordination, co dan ordinare yang berarti to

regulate. Sebagaimana koordinasi diartikan sebagai aktivitas yang

dilakukan oleh beberapa individu yang sederajat yang saling menukar

informasi dan menata (menyepakati) hal tertentu (Ndraha, 2003:290).

Adapun menurut Newman dalam Herispon (2018:52) bahwa koordinasi

berasal dari kata bahasa Inggris coordination yang artinya being co-

ordinate, dimana terdapat koordinat yang serentak didua garis dalam

bidang datar, yang dapat pula diartikan bahwa dua garis yang berpotongan

pada koordinat tertentu. Didalam administrasi, koordinasi

disangkutpautkan pula dengan penyerasian serta penyatuan tindakan dari

sekelompok orang.

Mooney (Djatmiko 2015:62) Koordinasi ialah penataan kelompok

secara teratur guna mempersatukan tindakan dalam mengejar tujuan

bersama. Pendapat lain menjelaskan bahwa koordinasi merupakan suatu

usaha yang sinkron serta teratur untuk mempersiapkan jumlah dan waktu

yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan agar menghasilkan suatu

tindakan yang selaras dan harmonis pada target yang telah ditentukan

(Terry dalam Sarinah dan Mardalena Tahun 2017:63).

Stoner 1991 dalam (Rifa’I 2016:41) mengemukakan bahwa proses

pengorganisasian dibagi menjadi lima tahapan, yaitu: perincian pekerjaan,

Page 21: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

pembagian pekerjaan, pemisahan pekerjaan, koordinasi pekerjaan,

monitoring dan reorganisasi. Dengan sumber yang sama koordinasi

merupakan bahagian integral dari proses pengorganisasian. Sebelum lebih

jauh mengungkapkan keberadaan koordinasi maka perlu dikemukakan

pengertian koordinasi. Reeser, dkk dalam menjelaskan: ”Coordination is

the function of assuring that the contributions from subsystem are made as

required and that they are linked together into a harmonious whole”.

Pendapat lain juga mengungkapkan bahwa koordinasi ialah suatu fungsi

yang menjaminkan kontribusinya dari satu sub sistem atau bagian dalam

organisasi dibuat sebagai syarat yang mana mereka saling terkait bersama

kedalam suatu kondisi yang harmonis secara utuh. Sedangkan koordinasi

menurut Stoner dalam Djatmiko (2015:62) adalah proses pemanduan

tujuan dan kegiatan unit-unit yang terpisah departemen atau biang-bidang

fungsional dalam suatu perusahaan untuk mewujudkan tujuan perusahaan

secara efisien.

Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa koordinasi

merupakan kegiatan yang dilakukan oleh beberapa pihak, yang

didalamnya telah ditata berdasarkan tugas dan fungsinya, dalam rangka

peningkatan dan pencapaian tujuan bersama.

2. Masalah-Masalah dalam Mencapai Koordinasi yang Efektif

Kebutuhan akan adanya koordinasi aktivitas yang dibutuhkan paling

rendah pada jenis ketergntungan yang dikelompokkan lebih besar dari

pada jenis ketergantungan timbl balik. Semakin meningkat kebutuhan

akan koordinasi maka akan semakin meningkat pula kesukaran untuk

Page 22: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

melaksanakannya secara efektif. Demikian pula hanya dengan

meningkatnya spesialisasi semakin mempertinggi kebutuhan akakn adanya

koordinasi. Lawrance dan Lorsch (Djatmiko 2015:63) mengemukakan

bahwa semakin besar kadar spesialisasi semakin sulit bagi para manajer

untuk mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas khusus dari unit-unit yang

berbeda, dan cenderung mengembangkan pendapat sendiri tentang tujuan

organisasi dan cara pencapaiannya.

Selanjutnya pada sumber yang sama Lawrance dan Lorsch

mengidentifikasikan empat jenis perbedaan sikap dan gaya kerja yang

cenderung timbul diantara para karyawan dan departemen organisasi

dalam suatu koordinasi. Perbedaan ini dapat pula disebut dengan

diferensiasi kegiatan organisasi secara efektif. Perbedaan-perbedaan

tersebut ialah sebagai berikut;

(a) Perbedaan orientasi terhadap tujuan tertentu, anggota-anggota dari sub

unit atau departemen yang berbeda mengembngkan pandangan

tersendiri tentang cara terbaik untuk meningkatkan kepentingn

organisasi.

(b) Perbedaan orientasi waktu, misalnya unit produksi menggunakan

waktu yang singkat dan segera dalam menangani suatu masalah

sehubungan dengan pangsa pasar yang menuntut, sedangkan unit

penelitin dan pengembangan memerlukan waktu yang lama untuk

memecahkan suatu masalah sehubungan dengan jalur proses yang

dihadapi.

Page 23: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

(c) Perbedaan orientasi antar pribadi,unit produksi memeperoleh cara

komunikasi yang tiba-tiba dan mendadak. Keputusan dapat diambil

dengan cepat sehubungan dengan memepertahankan laju aktivitas

sedangkan unit penelitian dan pengembangan sistem komunikasi yang

lambat sehubungan dengan masalah yang harus didiskusikan terlebih

dahulu.

(d) Perbedaan formalitas struktur, setiap jenis sub dalam perusahaan dapat

memiliki metode dan standar yang berbeda-beda dalam mengevaluasi

kemajuan pelaksanaa pekerjaan dalam mencapai tujuan organisai juga

dalam member imbalan pada pegawai.

3. Jenis Koordinasi

Menurut Handayaningrat (1991) dalam Sugihartatmo dan Sentika

(2015) yakni koordinasi intern dan koordinasi ekstern yang akan

dipaparkan sebagai berikut;

a) Koordinasi intern terdiri atas koordinasi vertikal, koordinasi horizontal,

dan koordinasi diagonal.

Koordinasi vertikal atau koordinasi structural, dimana anatara

yang mengkoordinasikan secara sktruktural terdapat hubungan

hierarki. Contoh koordinasi yang dilakukan oleh seorang deputi

terhadap para asisten deputi, atau kepala direktorat yang berada dalam

lingkungan direktoratnya.

Koordinasi horizontal yaitu koordinasi fungsionl, dimana

tempat antara yang mengkoordinasikan dan yang dikoordinasikan

mempunyai kedudukan setingkatnya aselonnya. Menurut tugas dan

Page 24: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

fungsi keduanya mempunyai suatu ikatan dengan yang lain sehingga

perlu dilakukan koordinasi.

Koordinasi diagonal yakni koordinasi fungsional, mempunyai

maksud yang mengkoordinasikan mempunyai kedudukan yang lebih

tinggi derajat eselonnya dibandingkan yang dikoordinasikan, namun

satu dengan yang lainnya tidak berada pada satu garis komando.

Koordinasi ektern, termasuk koordinasi fungsional. Dalam koordinasi

ekstern yang bersifat fungsional, koordinasi ekstern yang bersifat

fungsional, koordinasi itu hanya bersifat horizontal dan diagonal.

4. Prinsip dan Unsur Koordinasi

Melalui pengkajian beberapa literature pada dasarnya proses

koordinasi mempunyai unsur-unsur penting dalam pelaksanaannya, yang

meliputi antara lain kesatuan tindakan, komunikasi, intergrasi,

sinkronisasi, simplikasi, continuity, direct contac, reciprocal relation,

mutual respect, clarity of objective, scalar chain, mekanisme, pebagian

peran dan kerja, disiplin. Koordinasi dibangun dari unsur-unsur ini. Kita

dapat mengoptimalkan koordinasi dengan melakukan perbaikan dan

sentuhan padanya. Adapun prinsip dan unsur-unsur koordinasi menurut

Sugihartatmo dan Santika (2015; 23) ialah sebagai berikut;

a) Kesatuan tindakan. Pada hakikatnya koordinasi menerlukan kesadaran

setiap unsur/kesatuan organisasi lainnyaagar mereka tidak berjalan

sendiri-sendiri.

b) Komunikasi. Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari koordinasi.

Beberapa bagian dalam organisasi boleh dikoordinasikan berdasarkan

Page 25: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

batas rentang dimana sebagian besar ditentukan oleh adanya

komunikasi.

c) Interrasi, merupakan usaha dimaksudkan menyatukan tindakan-

tindakan bernagai badan, instansi, unit, sehingga diperoleh suatu

kebulatan, persepsi dan kesatuan gerakan yang terarah pada satu tujuan

yang sudah ditentukan dan disepakati bersama.

d) Sinkronisasi, adalah suatu usaha untuk menyesuaikan, menyelaraskan,

kegiatan-kegiatan, tindakan-tindakan, pada unit-unit sehingga

diperoleh keserasian dalam pelasanaan tugas atau kerja.

e) Simplifikasi adalah penerapan yang terorgnisir akal sehah untuk

menemukan cara-cara yang lebih baik dan lebih mudah dalam

menjalankan suatu tugas.

f) Continuity. koordinasi merupakan sebuah proses yang alami

berkesinambungan. Proses koordinaasi dimulai sejak memebentuk

organisasi sampai organisasi tersebut berjalan. Koordinasi selalu

dilakukan secara berkesinambungan dalam setiap proses planning,

organizing, actuating, dan controlling.

g) Direct contac. Berdasarkan prinsip kontak langsung, proses koordinasi

dapat berjalan dengan baik karena adanya kominikasi langsung antar

unsur/unit organisasi.

h) Recipsocal relation. Prinsip timbale balik menyatakan bahwa semua

unsur dalam organisasi saling bergantung dan berhubungan, setiap

keputusan dan tindakan seseorang didalam organisasi akan

mempengaruhi situasi keseluruhan organisasi.

Page 26: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

i) Mutual respect. Koordinasi dapat dilakukan dengan baik apabila ada

rasa saling menghargai terhadap keseluruhan organisasi. Semua

manajer yang bekerja pada level yang bebeda harus menghargai satu

sama lain.

j) Clarity of objective. Koodinasi dapat diterapkan dengan baik apabila

seluruh anggota organisasi mengetahui dengan jelas tujuan yang ingin

dicapai oleh organisasi tersebut.

k) Scalar chain. Koordinasi dapat dilakukan dengan baik apabila terdapat

garis kewenangan yang tersusun dari tingkat atas sampai tingkat

terendah dalam sstruktur organisasi.

l) Mekanisame. koordinasi dapat dilakuka dengan baik apabila unsur/unit

saling menyesuaikan dan pada intinya dapat bekerja berdasarkan

standarisasi yang telah ditetapkan.

m) Pembagian peran dan kerja. Dalam suatu organisasi, tiang dasarnya

adalah prinsip pembagian peran dan tugas. Pembagian peran dan tugas

merupakan perincian tugas dan kerja setiap individu, unit kerja atau

lembaga amanah dalam melaksanakan sekumpulan

kegiatan yang terbatas.

n) Disiplin. Pada setiap organisasi yang kompleks, setiap bagian harus

bekerja secara terkoordinasi, agar masing-masing dapat menghasilakkn

hasil yang diharapkan. Untuk itu diperluan kedisiplinan, baik dalam

siplin waktu, administrasi, dan ketataan terhadap mekanisme dan

prosedur.

5. Kebutuhan Akan Koordinasi

Page 27: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

Aktivitas suatu unit dalam suatu organisasi berbeda dalam hal

sejauh mana aktivitas unit lainnya kebuttuhan akan koordinasi tergantung

pada persyaratan bentuk dan komunikasi tugas-tugas yang dilakukan dan

tingkat ketergantungan berbagai sub unit yang melaksanakan tugas

tersebut . Hal ini dikemukakan oleh Cheng dalam Djatmiko (2015; 62)

Apabila tugas-tugas tersebut memerlukan atau dapat memeperoleh

manfaat dari arus informasi antar unit, maka yang terbaik adalah tingkat

koordinasi yang tinggi, tetapi sebaliknya apabila persyaratan atau manfaat

yang tidak ada, maka pekerjaan tersebut mungkin lebih baik diselesaikan

dengan cara interaksi dengan anggota unit lainnya.

Menurut Thompson dalam Djatmiko (2015:63) ada tiga variasi

yang diperlukan oleh suatu unit-unit organisasi dalam menentukan

kebbutuhan akan koordinasi, yaitu;

a) Ketergantungan yang dikelompokkan (pooled interdependence) terjadi

pada saat unit-unit organisasi tidak saling bergantungan antara satu

dengan lainnya untuk melaksanakan pekerjaan/aktivitas sehari-hari,

namun saling tergantung terhadap suatu prestasi yang memadai dari

setiap unit bagi tercapainya tujuan akhir. Dalam hal ini setiap bagian

memberikan kontribusinya masing-masing pada satu keseluruhan.

b) Ketergantugan sekuensial (sequential interpendence), yaitu suatu unit

organisasi harus melakukan serangkaian aktivitas sebelum unit-unit

selanjutnya dapat bertindak.

c) Ketergantungan timbal balik (reciprocal interdependence) melibatkan

hubungan timbl balik antara sejumlah unit.

Page 28: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

6. Syarat-syarat Koordinasi

Pemahaman lain yang diberikan oleh ahli mengemukakan koordinasi

adalah suatu usaha manusia dalam pelaksanaan untuk mencapai suatu tujuan

yang sama. Oleh karena itu koordinasi mencakup beberapa syarat,

diantaranya:

1. Sense of cooperation atau perasaan untuk bekerjasama; ini harus dilihat

dari sudut bagian per bagian bidang pekerjaan (bukan orang perorang)

2. Rivalry dalam perusahaan-perusahaan besar sering diadakan persaingan

antara bagian-bagian, agar bagian-bagian ini berlomba-lomba untuk

mencapai kemajuan.

3. Team Spirit artinya satu sama lain pada tiap bagian harus harga-

menghargai.

4. Esprit de Corps: artinya bagian-bagian yang diikutsertakan atau dihargai

umumnya akan menambah kegiatan bersemangat.

Menurut pendapat ahli lain ada 9 (Sembilan) syarat mencapai

koordinasi22 yaitu:

a. Hubungan langsung Koordinasi dapat lebih mudah dicapai melalui

hubungan pribadi langsung diantara orang-orang yang dapat

bertanggung jawab. Melalui hubungan pribadi langsung, ide-ide, cita-

cita, tujuan-tujuan, pandangan-pandangan dapat dibicarakan dan salah

paham dapat dijelaskan dan cara ini jauh lebih baik ketimbang melalui

metode apapun lainnya.

Page 29: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

b. Kesempatan awal Koordinasi dapat dicapai dengan mudah dalam

tingkat-tingkat awal perencanaan dan pembuatan kebijaksanaan.

Misalnya, sambil memepersiapkan rencana itu sendiri hanya ada dalam

konsultasi bersama.

c. Kontinuitas koordinasi merupakan suatu proses yang kontinyu dan harus

berlangsung pada semua waktu, mulai dari tahapan perencanaan. Oleh

karena itu koordinasi merupakan dasar struktur organisasi, maka

koordinasi harus berlangsung selama perusahaa berfungsi.

d. Dinamisme Koordinasi harus secara terus-menerus diubah mengingat

perubahan-perubahan lingkungan intern maupun ekstern. Dengan kata

lain koordinasi itu jangan kaku. Koordinasi akan meredakan masalah-

masalah apabila timbul koordinasi yang baik akan mengetahui masalah

secara dini an mencegah kejadiannya.

e. Tujuan yang jelas Tujuan yang jelas itu penting untuk memperoleh

koordinasi yang efektif dalam suatu perusahaan, manajer-manajer bagian

harus diberi tahu tentang tujuan perusahaan dan diminta agar bekerja

untuk tujuan bersama perusahaan.

f. Organisasi yang sederhana Struktur organisasi yang sederhana

memudahkan koordinasi yang efektif. Penyusunan kembali bagian-

bagian dapat dipertimbangkan untuk memiliki koordinasi yang lebih

baik diantara kepala-kepala bagian. Pelaksanaan pekerjaan dan fungsi

yang erat berhubungan dapat ditempatkan di bawah beban seorang

pejabat pimpinan apabila hal ini akan mempermudah pengambilan

Page 30: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

tindakan yang diperlukan untuk koordinasi. Disarankan agar semua

bagian yang saling berhadapan dapat dipercayakan kepada seorang

atasan bersama untuk menjamin koordinasi yang lebih baik.

g. Perumusan Wewenang dan Tanggung Jawab Yang Jelas Wewenang dan

tanggung jawab yang jelas untuk masing-masing individu dan bagian.

Wewnang yang jelas tidak harus mengurangi pertentangan diantara

pegawai-pegawai yang berlainan, tetapi juga membantu mereka dalam

pelaksanaan pekerjaan dengan kesatuan tujuan. Wewenang menurut ahli

adalah kekuasaan resmi dan kekuasaan pejabat untuk memberikan

penugasan terhadap pihak lain supaya bertindak dan taat kepada pihak

yang memiliki wewenang tersebut. Sedangkan tanggung jawab adalah

keharusan untuk melakukan semua kewajiban dan tugas-tugas yang

dibebankan kepadanya sebagai akibat wewenang yang diterima atau

dimilikinya.

h. Komunikasi Yang Efektif. Komunikasi yang efektif merupakan salah

satu persyaratan untuk koordinasi yang baik. Melalui saling tukar

informasi secara terus menerus, perbedaan individu dan bagian dapat

diatasi dan perubahan-perubahan kebijaksanaan, penyesuaian program-

program, untuk waktu yang akan datang. Suatu proses komunikasi

membutuhkan aktivitas, cara dan sarana lain agar bisa berlangsung dan

mencapai hasil yang efektif.

i. Kepemimpinan Yang Efektif Suksesnya koordinasi banyak dipengaruhui

oleh hakikat kepemimpinan dan supervisi. Kepemimpinan yang efektif

Page 31: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

menjamin koordinasi kegiatan orang-orang, baik pada tingkatan

perencanaan maupun pada tingkat pelaksanaan. Seseorang hanya akan

memiliki kemampuan kepemimpinan yang efektif jika:

1. Seseorang secara genetika telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan

2. Bakat-bakat tersebut dipupuk dan dikembangka melalui kesempatan

untuk menduduki jabatan kepemimpinannya ditopang oleh pengetahuan

teoritikal yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan, baik yang

bersifat umum maupun yang menyangkut teori kepemimpinan.

Berdasarkan penjelasan mengenai syarat koordinasi menurut

beberapa para ahli diatas peneliti menyimpulkan bahwa dalam mencapai

koordinasi yang baik dalam proses rekruitmen buruh migran di

Kabupaten Lampung Timur terdapat tiga hal penting syarat yang harus

dilakukan dalam sebuah organisasi yakni: hubungan langsun, kerjasama

yang baik, dan komunikasi yang baik. Sehingga apabila seluruh syarat

tersebut dapat terpenuhi, maka koordinasi multistakeholder akan berjalan

dengan lancar.

6. Teknik-Teknik Koordinasi

Mengkoordinasikan satuan-satuan organisasi dalam organisasi

diperlukan teknik-teknik tertentu. Pemahaman terhadap teknik-teknik

koordinasi sangat diperlukan oleh para koordinator atau manajer karena

dengan mengetahui teknik-teknik koordinasi kemungkinan besar akan

dapat dicapai hasil yang optimal, efisien, dan efektif. Teknik-teknik

koordinasi menurut ahli,antara lain:

Page 32: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

a. Mengangkat seorang pengawas atau koordinator untuk tiap-tiap

kelompok kerja atau satuan organisasi. Tugas utama dalam seorang

pengurus atau koordinator ialah untuk menjaga orang-orang bawahannya

mencapai tingkat target kerjanya dalam koordinasi dengan kelompok

lainnya.

b. Menciptakan keseimbangan antara beban kerja, wewenang dan

tanggung jawab, yang dipikul oleh tiap-tiap koordinasi dengan karyawan

yang dikoordinasi.

c. Menciptakan hubungan intier dan antar personel dari satuan-satuan

organisasi yang terlibat dalam organisasi. Hubungan dapat dipererat

dengan bentuk-bentuk komunikasi lisan, tertulis, prosedur-prosedur,

surat-surat, bulletin-bulletin, dan cara-cara mekanis modern untuk

menyampaikan pesan dan pendapat-pendapat.

d. Mengadakan rapat-rapat terjadwal secara rutin untuk menerima laporan

pertanggung jawaban secar berkala dari tiap-tiap satuan organisasi.

Disela-sela rapat ada waktu luang yang dapat digunakan untuk

pertemuan informasi tukar pendapat dan informasi antara para pejabat

dari berbagai satuan organisasi.

e. Membuat edaran berantai dan selebaran kepada para pejabat yang

diperlukan. Satu satuan organisasi mencetak masalah yang dihadapi,

kemudiaan pada satuan-satuan organisasi lainnya untuk menanggapi dan

ikut serta memecahkan masalah tersebut.

Page 33: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

f. Membuat mekanisme kerja sedemikian rupa sehingga koordinasi dapat

dilaksanakan secara optimal. Mekanisme kerja ini dapat di atur melalui

buku pedoman organisasi, buku pedoman tata kerja dan buku pedoman

kumpulan peraturan.

g. Koordinasi melalui alat komunikasi telepon, telegram, teleks radio CB,

HT, untuk koordinasi jarak jauh sedangkan untuk koordinasi dalam satu

lingkungan kerja dapat dibuat tanda-tanda, simbol, kode, yang dapat

dipahami secara umum oleh semua karyawan yang bekerja.

Menurut pendapat ahli lain, mengatakan bahwa:

1. Melakukan rapat, sebagai langkah untuk mengadakan integrasi pokok-

pokok hasil pekerjaan setiap karyawan.

2. Mengumpulkan laporan-laporan atasan pelaksanaan kebijaksanaan

pimpinan yang telah digariskan.

3. Melakukan kunjungan untuk melihat secara langsung serta untuk

memberikan

secara langsung petunjuk sesuai dengan pedoman yang telah digariskan.

Sedangkan cara-cara mengadakan koordinasi26 adalah:

a. Memberikan keterangan secara langsung dan bersahabat. Keterangan

mengenai pekerjaan saja cukup, karena tindakan-tindakan yang tepat

harus diambil untuk menciptakan dan menghasilkan koordinasi yang

baik.

Page 34: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

b. Mengusahakan agar pengetahuan dan penerimaan tujuan yang akan

dicapai oleh anggota tidak menurut masing-masing individu anggota

dengan tujuannya sendiri-sendiri tujuan itu adalah tujuan bersama.

c. Mendorong para anggota untuk bertukar pikiran, mengemukakan ide

dan lain-lain.

d. Mendorong para anggota untuk berpartisipasi dalam pencapaian

sasaran.

e. Membina hubungan reiadons yang baik antara sesama karyawan.

Sedangkan menurut pendapat lain27, mengatakan ada delapan teknik yang

penting untuk mencapai koordinasi yang efektif.

1) Hierarki Alat yang paling sederhana untuk mencapai koordinasi adalah

hierarki atau landasan komando, dengan menampakkan unit-unit yang

saling bergantung dibawah seorang atasan dapat dijamin adanya

koordinasi diantara kegiatan-kegiatannya. Para ahli klasik sangat

mengandalkan alat ini.

2) Peraturan, prosedur dan kebijaksanaan Rincian peraturan, prosedur dan

kebijaksanaan merupakan alat yang sudah umum untuk

mengkoordinasikan sub-sub unit dalam pelaksanaan kegiatan-

kegiatannya yang sifatnya rutin. Peraturan, prosedur dan kebijaksanaan

standar ditentukan untuk mencakup semua situasi yang mungkin. Akan

tetapi seperti halnya yang ditunjukkan oleh beberapa kritik alat ini

merupakan suatu "lingkaran setan'' di dalam akibat gangguan fungsi alat

Page 35: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

ini menimbulkan kepercayaan yang lebih kuat kepadanya. Artinya uraian

peraturan-peraturan, prosedur- prosedur merupakan lebih banyak

peraturan dan prosedur untuk memeliharanya.

3) Perencanaan Perencanaan merupakan suatu cara untuk mengetahui

lebih dini keadaan-

keadaan yang saling bergantung dan dengan demikian dapat mencegah

atau mengurangi kesulitan-kesulitan koordinasi. Sampai suatu tingkat

sehingga kemungkinan-kemungkinan timbul tidak diketahui secara dini

dalam rencana,

Sama, seperti rencana pembagian laba merupakan suatu mekanisme atau

alat yang lain. Anjuran Ardent mengenai pembagian laba menyatakan

bahwa hal ini meningkatkan semangat kelompok yang lebih baik diantara

pegawai-pegawai dan pekerja-pekerja, diantara para atasan dan orang-

orang bawahan.

8) Bagian Penghubung dalam beberapa kegiatan dimana terdapat hubungan

yang banyak sekali diantara dua bagian, bagian penghubung berkembang

mengenai transaksi-transaksi. Hal ini terjadi khususnya antara bagian

penjualan dan bagian produksi.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat dipahami bahwa teknik

koordinasi ini sangat penting untuk dapat tercapainya koordinasi yang baik,

terutama koordinasi yang melibatkan multistakeholder dalam proses

rekruitmen buruh migran asal Kabupaten Lampung Timur, karena dengan

adanya teknik tersebut

Page 36: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

7. Indikator Koordinasi

Menurut Handayaningrat (2006) menjelaskan ada 3 indikator

koordinasi adalah sebagai berikut :

1. Komunikasi adalah pertukaran informasi antar instansi/perusahaan yang

menjalin suatu kerja sama, dimana dengan adanya komunikasi akan

memudahkan jalannya suatu kegiatan maupun suatu tujuan.

2. Kesadaraan pentingnya koordinasi, dimana dengan kesadaran

merupakan sikap yang tertanam dalam setiap individu/kelompok yang

melakukan proses kerja sama untuk mencapai tujuan bersama, dengan

menanamkan tugas dan tanggung jawab.

3. Feedback, dimana feedback ialah berbicara tentang umpan balik dimana

umpan balik ini sangat penting dalam sebuah proses manajemen maupun

dalam menjalankan fungsi-fungsi manajemen khususnya fungsi

koordinasi.

B. Konsep Pembangunan

Pengertian pembangunan dapat ditinjau dari berbagai segi. Kata

pembangunan secara sederhana sering diartikan sebagai proses perubahan

kearah keadaan yang lebih baik. Seperti yang dikatakan oleh Seers dalam

Utomo 1998;4 disini ada pertimbangan nilai. Dalam sumber yang sama

Riggs mengemukakan bahwa ada orientasi nilai yang lebih

menguntungkan (fafourable value orientation).

Page 37: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

Pembangunan sering dikaitkan dengan modernisasi dan

industrialisasi. Seperti yang dikatakan Goulet dalam Utomo 1998:4,

ketiga-tiganya mengangkut proses perubahan. Pembangunan adalah salah

satu bentuk perubahan sosial, modernisasi adalah salah satu bentuk khusus

(special case) dari pembangunan, dan industrialisasi adalah salah satu segi

(a single facet) dari pembangunan. Dari pengertian ini, dapat disimpulkan

bahwa pembangunan lebih luas sifatnya daripada modernisasi, dan

modernisasi lebih luas daripada industrialisasi.

Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu perubahan yang

sifatnya telah direncanakan, dimana dalam melaksanakan suatu

pembangunan dilakukan kombinasi, hal inilah yang akan menjadi proses

sosial, kelembagaan dan ekonomi. Tidak hanya itu, dalam pembangunan

sangat penting untuk melihat keadaan fisik serta keadaan masyarakat

setempat, sehingga mudah unuk membangun koordinasi.

Setelah melihat beberapa pengertian di atas, maka Soewignyo

(2001) mengemukakan ciri-ciri dari pembangunan sebagai berikut:

1. Suatu proses, dimana merupakan perubahan yang terjadi secara

berulang.

2. Suatu proses untuk meningkatkan penghasilan perkapita masyarakat.

3. Kenaikan pendapatan itu harus terus menerus dan pembangunan itu

dilakukan sepanjang masa.

4. Pembangunan adalah suatu usaha pertumbuhan dan perubahan yang

berencana.

Page 38: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

Studi pembangunan menurut Hettne (2001:6) dianggap sebagai

studi yang berorientasi pada masalah, bersifat terapan danlintas ilmu, yang

menganalisis perubahan masyarakat dalam konteks dunia, namun tetap

memperhatikan kekhasan berbagai masyarakat dalam hal sejarah, ekologi,

kebudayaan dan sebagainya. Berdasarkan pandangan yang demikian,

wajar apabila tidak mudah memahami apa itu pembangunan, sebagai

konsekuensi logis dari cakupan lintas ilmu dan aspek kehidupan manusia.

Konsekuensi lebih lanjut, banyak makna pembangunan dan objek

yang dikaji serta ditulis oleh banyak pakar yang begitu beragam. Ada

makna pembangunan yang didasarkan pada sudut kepentingan serta ada

makna dari sudut padang orang kecil, penguasa (pejabat), dan pendapat

pakar. Ada pula makna pembangunan yang objektif dan ada makna yang

subjektif. Ada makna pembangunan menurut pandangan negara maju dan

ada makna pembangunan menurut pandangan negara sedang berkembang.

Ada makna pembangunan menurut kajian ekonomi dan ada pula makna

pembangunan menurut kajian sosiologis. Realitas demikian dapat

ditegaskan bahwa kita bisa menemukan beragam pengertian tentang apa

itu pembangunan.

Katz dalam Tjokrowinoto (1993: 8) yang menegaskan bahwa

pembangunan adalah pergeseran dari satu kondisi nasional yang satu (one

state of national being) menuju ke kondisi nasional yang lain, yang

dipandang lebih baik (more valued) tetapi apa yang disebut more valued

(lebih baik/lebih berharga), berbeda dari satu Negara ke negara lain

(culture specifi c) atau dari satu periode ke periode lain (time specifi c).

Page 39: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

C. Pembangkit Listrik Tenaga Bayu

1. Definisi Bayu atau Angin

Angin merupakan energi yang terjadi disebabkan adanya

perbedaan suhu antara udara dingin dan panas yang mengalir. (Kadir,

1995) Angin adalah udara yang bergerak sehingga terjadi kecepatan,

tenaga, dan arah. Penyebab dari pergerakan ini adalah pemanasan bumi

oleh radiasi matahari. Pergerakan angin ini memiliki energi kinetik, oleh

sebab itu energi angin dapat dikonversi menjadi energi lainnya semacam

energi listrik dengan menggunakan kincir angin atau turbin angin.

Angin seperti fluida yang lain pada umumnya mempunyai profil

geseran atau profil kecepatan sewaktu mengalir melewati benda padat,

misalnya permukaan bumi. Tepat dipermukaan bumi, kecepatan relatif

angin terhadap permukaan bumi sama dengan nol. Kemudian kecepatan

ini menjadi semakin tinggi sebanding ketinggian dari permukaan bumi.

Ada dua jenis profil geseran angin yang biasa digunakan untuk

menghitung energi: profil geseran angin eksponensial (exponential wind

shear profile) dan profil geseran angin kekasaran permukaan (surface

roughness wind shear stress) (Y. Daryanto, 2007)

2. Energi Alternatif dan Terbarukan

Energi alternatif merupakan pengganti dari energi yang berbahan

konvensional. Energi terbarukan merupakan energi yang tidak

dikhawatirkan jumlahnya karena energi ini berasal dari alam yang

berkelanjutan. Semakin berkurangnya bahan bakar konvensional di masa

kini tentu saja energi terbarukan dan energi alternatif sangat diperlukan.

Page 40: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

Sementara itu meningkatnya kebutuhan energi semakin melonjak.

Semakin berkurangnya jumlah bahan bakar yang berasal dari minyak

ataupun batu bara dan muncul berbagai alternatif sebagai subtitusi dari

energi minyak ataupun batu bara tersebut. Energi alternatif meliputi energi

surya, energi air, energi panas bumi, energi ombak, dan energi angin.

Walaupun pemanfaatan energi angin dapat dilakukan dimana saja,

daerah yang memiliki potensi energi bayu yang tinggi tetap harus

diidentifikasi supaya pemanfaatan energi angin ini lebih kompetitif

dibandingkan dengan energi alternatif lain. Oleh sebab itu studi potensi

pemanfaatan energi angin ini sangat cocok dilakukan guna

mengidentifikasi daerah-daerah berpotensi. Angin/bayu selama ini

dipandang sebagai proses alam biasa yang kurang memiliki nilai ekonomis

bagi kegiatan produktif masyarakat (Y. Daryanto, 2007).

3. Potensi Energi Angin

Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi energi listrik

alami yang begitu besar, salah satunya adalah angin. Potensi angin dapat

dimanfaatkan menjadi sumber energi, mempunyai kecepatan diatas

5m/detik dan berada pada 120 lokasi yang tersebar di wilayah Nusa

Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan dan Pantai

Selatan Jawa (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, 2006).

D. Kerangka Pikir

Penulis memakai teori dari Handayaningrat, bahwa ada 3 indikator

koordinasi. Untuk melihat sejauh mana koordinasi tersebut direalisasikan

dapat dilihat dari komunikasi, dimana komunikasi sangat penting dalam

Page 41: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

proses koordinasi agar tidak terjadinya kesalahpahaman serta akan

mempermudah pertukaran informasi. Dalam koordinasi juga perlu ada

kesadaran akan pentingnya koordinasi yang dimana dengan kesadaran

tersebut akan menghilangkan rasa ego dari masing-masing pihak dan

segera lahir sebuah solusi. Indikator terakhir yaitu feedback, dimana

dengan adanya umpan balik tersebut akan menciptakan kejelasan serta

kelanjutan akan koordinasi yang akan dilakukan. Kemudian ketiga

indikator ini perlu diperhatikan dan direalisasikan agar menghindari

adanya masalah serta konflik-konflik lanjutan antara dua pihak yang saling

berhubungan dalam koordinasi. Berikut bagan kerangka pikir dengan teori

Handayaningrat:

Gambar 2.1. Kerangka Pikir

Koordinasi Antara Dinas Pekerjaan

Umum dan PT. Energi Bayu Kabupaten

Komunikasi Kesadaran

pentingnya

koorinasi

Feedback

Dalam Mengatasi Dampak

Pembangunan Pembangkit

Listrik Tenaga Bayu (PLTB)

Page 42: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

E. Fokus Penelitian

Fokus penelitian sangatlah penting dalam setiap proses penelitian

sehingga dalam proses tersebut tidak terjadi kesalahan serta kekeliruan. Dalam

penelitian ini memfokuskan pada masalah terlebih dahulu supaya tidak terjadi

perluasan permasalahan yang nantinya tidak sesuai dengan tujuan penelitian

ini. Maka peneliti memfokuskan untuk meneliti koordinasi antara Dinas

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dengan PT. Energi Bayu yang terkait

dengan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) yang

berdampak pada rusaknya jalan khususnya yang berada di Kabupaten

Jeneponto yang terdiri atas komunikasi, kesadaran pentingnya koordinasi serta

feedback.

F. Deskripsi Fokus Penelitian

1. Komunikasi yaitu kegiatan pertukaran informasi antara DPUPR dan PT. EBJ

untuk mencari solusi bersama dalam mengatasi dampak yang ditimbulkan

oleh masuknya PLTB.

2. Kesadaran pentingnya koordinasi adalah sikap yang tertanam dari setiap

pegawai baik dari DPUPR maupun PT. EBJ tentang pentingnya melakukan

koordinasi dalam usaha pemecahan masalah bersama.

3. Feedback yaitu umpan balik antara pihak DPUPR dan PT. EBJ untuk

menyambung proses koordinasi.

Page 43: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penenlitian

Waktu penelitian adalah jangka waktu dalam penelitian. Adapun waktu

penelitian yang akan ditempuh oleh peneliti yaitu 2 bulan. Dimana penelitian

akan dimulai setelah melakukan ujian proposal.

Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Jeneponto. Dengan

mengunjungi Kantor PT. Energi Bayu dan Dinas Pekerjaan Umum dan

Penataan Ruang Kabupaten Jeneponto. Lokasi ini dipilih oleh penulis

dikarenakan adanya masalah dalam berkoordinasi sehingga dampak yang

disebabkan dalam proses pembangunan PLTB yang berlarut-larut tanpa solusi.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian kualitatif, dimana

penelitian ini berusaha untuk menjawabini adalah penelitian kualitatif dimana

pendekatan ini akan memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang

pelaksanaan fungsi koordinasi antar beberapa instansi dalam proses

pembangunan PLTB khususya di Kabupten Jeneponto. Tipe penelitian yang

digunakan yakni tipe desktiptif kualitatif, sebagai cara/upaya mengungkap

suatu problem ataupun peristiwa yang sifatnya terbatas dengan

menggambarkan dan menganalisis data yang didapatkan.

C. Sumber Data

Dalam penelitian ini peneliti membagi 3 jenis data, yaitu:

a. Observasi

Page 44: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

Observasi adalah aktifitas terhadap suatu proses atau objek dengan

maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah

fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah di ketahui

sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan

untuk melanjutkan suatu penelitian. Didalam penelitian, observasi dapat

dilakukan dengan tes, rekaman gambar dan rekaman suara.

b. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari

informan atau obyek penelitian. Untuk mendapatkan data primer dalam

penelitian ini maka peneliti telah melakukan wawancara kepada beberapa

informan.

c. Data sekunder

Data sekunder merupakan data-data tertulis yang digunakan

sebagai informasi pendukung dalam analisis data primer. Data ini pada

umumnya berupa dokumendokumen tertulis, foto, dan lain-lain yang

terkait dengan koordinasi instansi dalam pembangunan PLTB.

D. Informan penelitian

Inforaman merupakan seseorang yang akan diwawancarai ialah orang

yang faham tentang bagaimana proses pembangunan Pembangkit ListriK

Tenaga Bayu, serta yang mengerti tentang kerusakan jalan yang terjadi serta

bagaimana koordinasi yang terjadi diantara kedua pihak yang bersangkutan

untuk mengatasi masalah yang terjadi, dengan melibatkan kedua pihak

terkkait,adapun informan dalam penelitian ini adalah :

Page 45: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

Tabel 1

Informan Penelitian

No Informan Inisial Jabatan Keterangan

1 Arifin Nur AFN

Kepala Dinas Pekerjaan

Umum dan Penataan Ruang

Kabupaten Jeneponto

1

2 Budi Taufik BDT Seksi Pembangunan jalan

dan Jembatan 1

3 Arham AHM Seksi Pemeliharaan jalan

dan jembatan 1

4 Andi Amir Hamzah Sultan AHS Manager PT. Energi Bayu 1

5 Supma Indah SI Office Manager PT.Energi

Bayu 1

6 Supardi SRD Eksternal Relationship &

Gen Admin 1

Jumlah Informan 6

E. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a) Wawancara unstuctur, yaitu dengan tanya jawab langsung kepada informan.

Dalam penelitian ini data yang didapat ialah sejarah singkat dan gambaran

umum koperasi tersebut serta informasi penting terkait beberapa prosedur

sistem informasi akuntansi dan beberapa dokumen-dokumen yang hampir

sama tersebut.

b) Observasi, yaitu suatu cara pengumpulan data dengan melakukan

pengamatan langsung obyek-obyek yang ada, sebagaimana yang tidak

dibatasi oleh perilaku manusia.

c) Dokumentasi sebagai pelengkap dalam menerapkan metode obsevasi dan

wawancara dalam penelitian kualitatif.

Page 46: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan:

1) Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari

catatan-catatan lapangan Langkah-langkah yang dilakukan adalah

menajamkan analisis, menggolongkan atau pengkategorisasian ke dalam tiap

permasalahan melalui uraian singkat, mengarahkan, membuang yang tidak

perlu, dan mengorganisasikan data sehingga dapat ditarik dan diverifikasi.

Data yang di reduksi antara lain seluruh data mengenai permasalahan

penelitian. Data yang di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih

spesifik dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data

selanjutnya serta mencari data tambahan jika diperlukan. Semakin lama

peneliti berada di lapangan maka jumlah data akan semakin banyak,

semakin kompleks dan rumit. Oleh karena itu, reduksi data perlu dilakukan

sehingga data tidak bertumpuk agar tidak mempersulit analisis selanjutnya.

2) Penyajian Data

Setelah data di reduksi, langkah analisis selanjutnya adalah penyajian

data. Penyajian data merupakan sebagai sekumpulan informasi tersusun

yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi

terorganisaikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga makin mudah

dipahami. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian naratif,

Page 47: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

bagan, hubungan antar kategori serta diagram alur. Penyajian data dalam

bentuk tersebut mempermudah peneliti dalam memahami apa yan terjadi.

Pada langkah ini, peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga

informasi yang didapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu untuk

menjawab masalah penelitian.

Penyajian data yang baik merupakan satu langkah penting menuju

tercapainya analisis kualitatif yang valid dan handal. Dalam melakukan

penyajian data tidak semata-mata mendeskripsikan secara naratif, akan

tetapi disertai proses analisis yang terus menerus sampai proses penarikan

kesimpulan. Langkah berikutnya dalam proses analisis data kualitatif adalah

menarik kesimpulan berdasarkan temuan dan melakukan verifikasi data.

3) Menarik kesimpulan atau verifikasi

Tahap ini merupakan tahap penarikan kesimpulan dari semua data

yang telah diperoleh sebagai hasil dari penelitian. Penarikan kesimpulan atau

verifikasi adalah usaha untuk mencari atau memahami makna/arti,

keteraturan, pola-pola, penjelasan,alur sebab akibat atau proposisi. Sebelum

melakukan penarikan kesimpulan terlebih dahulu dilakukan reduksi data,

penyajian data serta penarikan kesimpulan atau verifikasi dari kegiatan-

kegiatan sebelumnya. Proses analisis tidak sekali jadi, melainkan interaktif,

secara bolak-balik diantara kegiatan reduksi, penyajian dan penarikan

kesimpulan atau verifikasi selama waktu penelitian. Penarikan kesimpulan

merupakan tahap akhir dari kegiatan analisis data.Penarikan kesimpulan ini

merupakan tahap akhir dari pengolahan data.

Page 48: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

G. Pengabsahan Data

Menurut Sugiyono (2011:270) dalam penelitian kualitatif, uji keabsahan

data meliputi:

1. Derajat kepercayaan (credibility) Teknik ini dapat dijalankan dengan :

a. Perpanjangan Pengamatan

Dengan perpanjangan pengamatan tentang koordinasi

dilapangan, dengan turun kembali melakukan wawancara beserta

pengamatan dengan informan yang sama

b. Meningkatkan Ketekunan

Menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur situasi yang sejalan dengan

permasalahan yang ingin diketahui, lalu dipusatkan pad hal yang rinci.

Meningkatkan ketekunan dengan mengamati kembali dengan lebih jeli

dan teliti dibandingkan dengan sebelumnya.

c. Triangulasi

Triangulasi dalam penelitian kualitatif dimana peneliti akan

melakukan pemeriksaan atas data dari beberapa informan dengan cara

yang lebih efektif dan diwaktu yang sesuai. Sehingga terdapat triangulasi

sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan waktu.

d. Kecukupan Refrensi

Dalam peneliatan kualitatif kecukupan refrensi diartikan sebagai

pengumpulan data dari berabagi bahan-bahan yang berupa catatan-

catatan dan rekaman yang dapat digunakan dalam melakukan analisis

data.

Page 49: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

2. Uji Keteralihan (transferability) Uji keteralihan merupakan validitas

eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas eksternal menunjukan derajat

ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penilitian ke populasi dimana

sampel tersebut diambil.

3. Kebergantungan (dependability) Dalam penelitian kuaitatif, uji dependability

dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian.

Apabila dalam proses penelitian tidak dilakukan uji dependability dan

peneliti memiliki data maka peneliti tidak reliable.

4. Kepastian (confirmability)

Dalam penelitian kualitatif uji kepastian mirip dengan uji

ketergantungan, sehingga pengujianya dapat dilakukan secara bersamaan.

Menguji confirmability berarti menguji hasil penelitian dikaitkan dengan

proses yang dilakukan dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada

tetapi hasil ada.

Page 50: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Obyek Penelitian

1. Gambaran Singkat dan Lokasi Penelitian

Kabupaten Jeneponto adalah salah satu daeraah Tingkat II di Provinsi

Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota Jeneponto adalah Bontosunggu.

Kabupaten ini memiliki luas wilayah 749,79 km dan berpenduduk sebanyak

330.735 jiwa.

a) Visi dan Misi Kabupaten Jeneponto:

Visi Kabupaten Jeneponto yaitu “Berdaya saing maju, Religius dan

berkelanjutan”. adapun Misi Kabupaten Jeneponto antara lain:

1) Mengakselerasi perbaikan Indeks Pembangunan Manusia

2) Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia

3) Mewujudkan peradaban birokrasi melalui tata kelola pemerintahan yang

profesional, aspiratif, partisipatif dan transparan.

4) Melaksanakan pengembangan wilayah dan pembangunan infrastruktur

wilayah secara merata.

5) Meningkatkan perekonomian daerah melalui pengelolaan sumber daya

daerah dan lingkungan hidup secara berkelanjutan dan investasi yang

berkeadilan.

6) Mewujudkan tata kelola keuangan daerah yang efektif, efesien,

produktif, transparan dan akuntabel.

7) Meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan nilai-nilai budaya

8) Menegakkan supremasi hukum, keamanan dan ketertiban

Page 51: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

44

b. Batas Wilayah

Secara wilayah kabupaten Jeneponto terletak pada koordinat 5º 23’

sampai 5º 42’ Lintang selatan dan 119º 29’ sampai 119º56’ Bujur timur.

Tabel 2

Batas Wilayah Kabupaten Jeneponto

Seblah Utara : Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar

Sebelah Selatan : Laut Flores

Sebelah Timur : Kabupaten Bantaeng

Sebelah Barat : Kabupaten Takalar

Sumber: Jenepontokab.go.id

Secara umum kondisi topografi wilayah kabupaten Jeneponto pada

bagian utara terdiri dari dataran tinggi dengan ketinggian 500 sampai

dengan 1400 meter diatas permukaan air laut (mdpl) yang merupakan

lereng pegunungan Gunung Baturape – Gunung Lompobattang.

Sedangkan bagian tengan berada di ketinggian 100 sampai dengan 500

mdpl dan pada bagian selatan merupakan pesisir serta dataran rendah

dengan ketinggian 0 sampai dengan 100 mdpl. Karena perbatasan dengan

Laut Flores maka Kabupaten Jeneponto memiliki pelabuhan cukup beesar

yang terletak di Desa Bungeng.

c. Pemerintahan:

Pemerintahan tertinggi di Kabupaten Jeneponto dipegang oleh Bupati

dan Wakil Bupati. Dimana nama Bupati adalah Drs. H. Iksan Iskandar, M.

Si. Dan nama Wakil Bupati adalah H. Paris Yaris, SE. Menjadi kepala

Page 52: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

pemerintahan di wilayah tertentu, adalah bukan hal mudah karena banyak

tugas dan tanggung jawab yang harus dipenuhi dimana tugas dan tanggung

jawab tersebut berorientasi pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat.

Berbicara mengenai masyarakat berarti tidak hanya membahas satu atau dua

orang melainkan dalam jumlah yang banyak, hal tersebut seperti jumlah

masyarakat atau penduduk di Kabupaten Jeneponto, yang dijelaskan seperti

tabel di bawah ini:

Tabel 3

Jumlah Penduduk Kabupaten Jeneponto

No

Kecamatan

Jumlah Penduduk

Kabupaten Jeneponto

Total

Laki-Laki Perempuan

1. Bangkala 26 312 27 575 53 887

2. Bangkala Barat 14 109 14 360 28 469

3. Tamalatea 20 288 21 522 41 810

4. Bonto Ramba 17 393 18 849 36 242

5. Binamu 27 253 28 815 56 068

6. Turatea 15 479 16 523 32 002

7. Batang 9 120 10 374 19 494

8. Arungkeke 8 793 9 724 18 517

9. Tarowang 10 906 11 776 22 682

10. Kelara 12 893 14 376 27 269

11. Rumbia 11 225 12 122 23 347

Kabupaten Jenepoto 173 771 186 016 359 787

Sumber: Kantor Dinas Komunikasi, Informasi dan Statistik Kabupaten

Jeneponto Tahun 2017

Page 53: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

3. Gambaran Umum Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Jeneponto

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Jeneponto

mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah

pada Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

b. Pemerintahan

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang merupakan salah satu

bagian yang terdapat dalam struktur pemerintahan Kabupaten Jeneponto

tersebut, dibentuk susunan organisasi yang terdiri dari kepala dinas,

sekretaris, sub bagian perencanaan, sub bagian umum dan kepegawaian,

sub bagian aset dan keuangan, bidang bina marga yang meliputi seksi

pembangunan jalan dan jembatan, seksi pemeliharan jalan dan jembatan,

bidang cipta karya, seksi pembangunan dan pemeliharaan air bersih, seksi

pembangunan dan pemeliharaan lingk. perkotaan & perdesaan. bidang

sumber daya air yang terdiri dari seksi pembangunan pengaoran, seksi bina

manfaat, operasional dan pemeliharaan pengairan. bidang penataan ruang

meliputi seksi penataan ruang bangunan, seksi pengawasan dan

pengendalian ruang. bidang bina teknik yang terdiri atas, seksi

perencanaan teknis, seksi pengawasan teknis. selanjutnya upt laboratorium

dan alat alat berat, upt pengairan serta kelompok jabatan fungsional.

Berdasarkan deskripsi ataupun gambaran sistem pemerintahan DPUPR.

Adapun bagan struktur organisasi Dinas PUPR Kabupaten Jeneponto

dapat dilihat apa jabatan dan penempatan posisinya dimana masing-

Page 54: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

masing jabatan akan mempunyai perbedaan tugas, fungsi dan tanggung

jawab, sebagai berikut:

c. Stuktur Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Adapun bagan struktur organisasi Dinas PUPR Kabupaten

Jeneponto dapat dilihat apa jabatan dan penempatan posisinya dimana

masing-masing jabatan akan mempunyai perbedaan tugas, fungsi dan

tanggung jawab, sebagai berikut:

Gambar 2

Struktur Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Kabupaten Jeneponto tahun 2016

Page 55: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

c. Tugas dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

1. Kepala Dinas Kepala Dinas bertugas dan berperan dalam melaksanakan

urusan Pemerintah daerah menurut azas otonomi daerah dan tugas

pembantuan dalam bidang pekerjaan umum dan penataan ruang serta ,

membantu Bupati dalam urusan pemerintahan daerah dibidang pekerjaan

umum dan penataan ruang, dalam penyelenggaran tugas mempunyai fungsi

:

1) Perumusan kebijakan teknis sesuai kewenangan di bidang Pekerjaan

Umum;

2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum;

3) Penyusunan rencana kerja, monitoring dan evaluasi;

4) Pembinaan dan Pelaporan;

5) Penyelenggaran urusan penatausahaan dinas;

6) Pelaksanaan tugas-tugas lain.

2. Sekretaris mempunyai bertugas untuk memimpin dan melaksanakan

penyiapan

bahan dalam rangka penyelenggaraan dan koordinasi pelaksanaan sub

bagian umum dan kepegawaian, program dan keuangan serta memberikan

pelayanan administrasi dan fungsional kepada semua unsur dalam

lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang berdasarkan

pedoman yang berlaku untuk memperlancar tugas. Adapun fungsi sebagai

berikut:

1) Penyusunan program dinas;

Page 56: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

2) Penyelenggaraan pelayanan administrasi, urusan umum dan

kepegawaian, keuangan dan program;

3) Pelaksanaan koordinasi pelayanan administrasi dinas;

4) Pengkoordinasian rapat dinas dan keprotokoleran;

5) Pengkoordinasian laporan tahunan;

6) Pengkoordinasian kebersihan, keindahan dan ketertiban kantor;

7) Pelaksanaan tugas-tugas lain.

3. Sub Bagian Perencanaan Sub Bagian perencanaan mempunyai tugas

membuat

perencanaan program dan evaluasi pelaporan pembangunan yang berada

didalam lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Adapun

fungsi sebagai berikut:

1) Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan teknis sub bagian perencanaan;

2) Penyusunan dan pelaksanaan program dan kegiatan sub

bagianperencanaan;

3) Pembinaan, pengkordinasian, pengendalian, pengawasan program dan

kegiatan pejabat non struktural dalam lingkup sub bagian perencanaan;

4) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi program kegiatan sub bagian

perencanaan;

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas

dan

Page 57: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

fungsinya.

4. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

mempunyai tugas membantu sekretaris dalam menyelenggarakan

ketatausahaan, rumah tangga dan perlengkapan serta pengelolaan

administrasi kepegawaian dinas. Dalam penyelenggaran tugasnya

mempunyai fungsi:

1) Pelaksanaan kebijakan teknis sub bagian umum dan kepegawaian;

2) Pelaksanaan Program dan kegiatan sub bagian umum dan kepegawaian;

3) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan

kegiatan pejabat non struktural dalam lingkup sub bagian umum dan

kepegawaian;

4) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi program kegiatan sub bagaian

umum

dan kepegawaian;

5) Pelaksanaan tugas lain yang berikan oleh atasan sesuai dengan tugas

dan

fungsinya.

5. Sub Bagian Keuangan dan Aset Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas

melaksanakan kegiatan anggaran berbasis kinerja dan pertanggungjawaban

adninistrasin keuangan. Adapun fungsi adalah :

1) Pelaksanaan kebijakan teknis sub bagian keuangan dan aset;

2) Pelaksanaan Program dan kegiatan sub bagian keuangan dan aset;

3) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan

kegiatan pejabat non struktural dalam lingkup sub bagian keuangan dan

Page 58: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

aset;

4) Pelaksanaan evaluasi program dan kegiatan sub keuangan dan aset;

6. Bidang Bina Teknik Bidang Bina Teknik mempunyai tugas pokok

melaksanakan perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pengawasan,

penganggaran dan peralatan serta pengujian laboratorium termasuk

kegiatan evaluasi serta pelaporan dalam bidang bina teknik Dinas

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Jeneponto. Selain itu

Bidang BinaTeknik memilik fungsi sebagai:

1) Penyusunan kebijakan teknis Bidang Bina Teknik;

2) Penyelengaraan program dan kegiatan bidang Bina Teknik;

3) Pembinaan, pengkoodinasian, pengendalian, pengawasan program dan

kegiatan kepala seksi dalam lingkup bidang Bina Teknik;

4) Penyelenggaraan monitoring dan evaluasi program kegiatan bidang

Bina

Teknik;

5) Pelaksanaan tugas lain yang berikan oleh atasan sesuai dengan tugas

dan

fungsinya.

7. Seksi Perencanaan Teknis Seksi Perencanaan Teknis mempunyai tugas

pokok

melaksanakan perencanaan dan analisa serta administrasi penganggaran

dan termasuk kegiatan pengawasan, pengendalian serta evaluasi dan

pelaporan dalam seksi perencanaan teknis Dinas Pekerjaan Umum dan

Page 59: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

Penataan Ruang kabupaten Jeneponto. Seksi perencanaan teknis

mempunyai fungsi sebagai:

1) Pelaksanaan kebijakan teknis Seksi Perencanaan Teknis;

2) Pelaksanaan Program dan kegiatan Seksi Perencanaan Teknis;

3) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan

kegiatan dalam lingkup Seksi Perencanaan Teknis;

4) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi program dan kegiatan Seksi

Perencanaan Teknis;

5) Pelaksanaan tugas lain yang berikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan

fungsinya

8. Seksi Pengawasan Teknis Seksi Pengawasan Teknis mempunyai tugas

pokok

melaksanakan Pengawasan dan analisa serta administrasi penganggaran dan

termasuk kegiatan pengawasan, pengendalian serta evaluasi dan pelaporan

dalam seksi Pengawasan teknis Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

kabupaten Jeneponto. Seksi Pengawasan teknis mempunyai fungsi sebagai:

1) Pelaksanaan kebijakan teknis Seksi Pengawasan Teknis;

2) Pelaksanaan Program dan kegiatan Seksi Pengawasan Teknis;

3) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan

kegiatan dalam lingkup Seksi Pengawasan Teknis;

4) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi program dan kegiatan Seksi

Pengawasan Teknis;

5) Pelaksanaan tugas lain yang berikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

Page 60: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

9. Bidang Bina Marga Bidang Bina Marga mempunyai tugas pokok

melaksanakan pembinaan dan pengawasan pembangunan jalan dan jembatan

serta pemeliharaan jalan dan jembatan termasuk kegiatan perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi serta pelaporan dalam bidang Bina Marga Dinas

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Jeneponto. Selain itu,

mempunyai fungsi sebagai:

1) Penyusunan program dan kegiatan Bidang Bina Marga;

2) Pelaksanaan program dan kegiatan Bidang Bina Marga;

3) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan

kegiatan dalam lingkup bidang Bina Marga;

4) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi program dan kegiatan bidang Bina

Marga;

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

10. Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan Seksi Pembangunan Jalan dan

Jembatan mempunyai tugas pokok perencanaan gambar dan struktur serta

pengawasan dan pengendalian terhadap pembangunan jalan dan jembatan.

Fungsi sebagai berikut:

1) Penyusunan program dan kegiatan seksi pembangunan jalan dan jembatan;

2) Pelaksanaan program dan kegiatan seksi pembangunan jalan dan jembatan;

3) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan

kegiatan dalam lingkup seksi pembangunan jalan dan jembatan;

4) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi program dan kegiatan seksi

pembangunan jalan dan jembatan;

Page 61: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

11. Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Seksi Pemeliharaan Jalan dan

Jembatan mempunyai tugas pokok yaitu melakukan pembinaan

pengembangan dan manfaat serta pemeliharaan jalan dan jembatan dan

mengawasi operasional termasuk juga perencanaan, pengendalian dan

evaluasi pasa seksi pemeliharaan jalan dan jembatan,sedangkan fungsinya

sebagai berikut;

1) Penyusunan program dan kegiatan seksi pemeliharaan jalan dan

jembatan;

2) Pelaksanaan program dan kegiatan seksi pemeliharaan jalan dan

jembatan;

3) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan

kegiatan dalam lingkup seksi pemeliharaan jalan dan jembatan;

4) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi program dan kegiatan seksi

pemeliharaan jalan dan jembatan;

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

12. Bidang Cipta Karya Bidang Cipta Karya mempunyai tugas pokok yaitu

melaksanakan pembinaan, penyuluhan dan pengawasan pembangunan

gedung, peningkatan dan pemeliharaan perumahan dan gedung serta

penyehatan lingkungan pemukimam dan prasarana air bersih termasuk

pelaksanaan dan evaluasi serta pelaporan dalam bidang Cipta Karya Dinas

Page 62: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Jeneponto, adapun

fungsi adalah sebagai berikut:

1) Penyusunan program dan kegiatan bidang Cipta Karya

2) Pelaksanaan program dan kegiatan bidang Cipta Karya;

3) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan

kegiatan dalam lingkup bidang Cipta Karya;

4) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi program dan kegiatan bidang Cipta

Karya;

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

13. Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan air Bersih Seksi Pembangunan dan

Pemeliharaan air bersih mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan

pembinaan, pengembangan, penyuluhan dan pelayanan tentang

pemukiman, penyehatan lingkungan dan prasarana air bersih termasuk

perencanaan, pengedalian dan evaluasi serta pelaporan pada seksi

pembangunan dan pemeliharaan air bersih. Adapun fungsi adalah sebagai

berikut:

1) Penyusunan program dan kegiatan seksi pembangunan dan pemeliharaan

air bersih;

2) Pelaksanaan program dan kegiatan seksi pembangunan dan pemeliharaan

air bersih;

3) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan

kegiatan seksi pembangunan dan pemeliharaan air bersih;

Page 63: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

4) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi program dan kegiatan seksi

pembangunan dan pemeliharaan air bersih;

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

14. Seksi Pembangunan, Pemeliharaan Lingk. Perkotaan & Perdesaan Seksi

Pembangunan dan Pemeliharaan Lingkungan Perkotaan dan Perdesaan

mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan pembinaan, pengembangan,

penyuluhan dan pelayanan tentang perumahan, pengkajian kebutuhan

perumahan serta pembangunan dan pemanfaatan kawasan

gedung/perkantoran termasuk perencanaan, pengedalian dan evaluasi serta

pelaporan pada seksi pembangunan dan pemeliharaan Lingkungan

Perkotaan dan Perdesaan. Adapun fungsi adalah sebagai berikut:

1) Penyusunan program dan kegiatan seksi pembangunan dan pemeliharaan

lingkungan perkotaan dan pedesaan;

2) Pelaksanaan program dan kegiatan seksi pembangunan dan pemeliharaan

lingkungan perkotaan dan pedesaan

3) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan

kegiatan seksi pembangunan dan pemeliharaan lingkungan perkotaan dan

pedesaan;

4) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi program dan kegiatan seksi

pembangunan dan pemeliharaan lingkungan perkotaan dan pedesaan;

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

Page 64: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

15. Bidang Sumber Daya Air Bidang Sumber Daya Air mempunyai tugas

pokok yaitu melakukan perumusan kebijakan dan pembinaan,

mengkordinasikan dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan bidang Sumber

Daya Air yang meliputi : Perencanaan Pengembangan, pembangunan

pengairan, bina manfaat, operasional dan pemeliharan pengairan Dinas

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Jeneponto. Adapun

fungsi adalah sebagai berikut:

1) Penyusunan program dan kegiatan bidang Sumber Daya Air;

2) Pelaksanaan program dan kegiatan bidang Sumber Daya Air;

3) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan

kegiatan dalam lingkup bidang Sumber Daya Air;

4) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi program dan kegiatan bidang

Sumber Daya Air;

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

16. Seksi Pembangunan Pengairan Seksi pembangunan pengairan mempunyai

tugas

pokok yaitu melakukan pembinaan dan penyusunan perencanaan, estimasi

anggaran serta survey untuk pembangunan pengairan termasuk kegiatan

pengawasan, mengarahkan, pengkoodinasian serta evaluasi dan pelaporan

pelaksanaan tugas seksi pembangunan pengairan. Adapun fungsi adalah

sebagai berikut:

1) Penyusunan program dan kegiatan Seksi pembangunan pengairan;

2) Pelaksanaan program dan kegiatan Seksi pembangunan pengairan

Page 65: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

3) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan

kegiatan dalam lingkup Seksi pembangunan pengairan;

4) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi program dan kegiatan Seksi

pembangunan pengairan;

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

17. Seksi Bina Manfaat, operasional dan pemeliharaan Pengairan Seksi Bina

Manfaat, operasional dan pemeliharaan Pengairan mempunyai tugas pokok

yaitu melakukan pembinaan, pengembangan dan pemanfaatan serta

pemeliharaan meliputi irigasi kecil, irigasi air tanah dan jaringan tersier dan

mengawasi operasional pengairan termasuk juga perencanaan, pengendalian

dan evaluasi pada seksi bina manfaat operasional dan pemeliharaan

pengairan. Adapun fungsi adalah sebagai berikut;

1) Penyusunan program dan kegiatan seksi bina manfaat, operasioanl dan

pemeliharaan pengairan;

2) Pelaksanaan program dan kegiatan seksi bina manfaat, operasioanl dan

pemeliharaan pengairan;

3) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan

kegiatan dalam lingkup seksi bina manfaat, operasioanl dan pemeliharaan

pengairan;

4) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi program dan kegiatan seksi bina

manfaat, operasional dan pemeliharaan pengairan;

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

Page 66: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

18. Bidang Penataan Ruang Bidang Penataan Ruang mempunyai tugas pokok

yaitu

melakukan perumusan kebijakan dan pembinaan, mengkoordinasi dan

mengevaluasi pelaksanaan kegiatan bidang penataan ruang yang meliputi

perencanaan, pengembangan, pembangunan ruang, bina manfaat dan

pemeliharaan penataan ruang. Adapaun fungsi senagai berikut;

1) Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis dibidang Penataan

Ruang;

2) Pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis dibidang Penataan

Ruang; 3) Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan

instansi laian dibidang Penataan Ruang;

4) Pelaksanaan pengawasan dan pengedalian pelaksanaan program dan

petunjuk teknis dibidang Penataan Ruang;

5) Pelaksanaan pembinaan teknis dan penyuluh dibidang penataan ruang;

6) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.

19. Seksi Penataan Ruang dan Bangunan Seksi Penataan Ruang dan Bangunan

mempunyai tugas pokok yaitu melakukan pembinaan dan pengembangan

dan pemanfaatan serta pemeliharaan tentang penataan ruang dan bangunan

dalam rangka penataan ruang dan bangunan. Adapun fungsi sebagai berikut;

1) Penyusunan bahan perumusan kebijakan pemanfaatan ruang;

2) Penyusunan bahan pembinaan, koordinasi dan fasilitasi pemanfaatan

ruang;

3) Penyelenggaran pemanfaatan ruang

4) Pelaksanaan pengawasan, evaluasi dan pengendalian pemanfataan ruang;

Page 67: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

5) Pelaksanaan evaluasi program dan kegiatan pejabat non struktural dalam

lingkup seksi Penataan Ruang dan Bangunan.

20. Seksi Pengawasan dan Pengendalian ruang Seksi Pengawasan dan

Pengendalian ruang mempunyai tugas pokok melakukan pembinaan,

pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang dan bangunan dalam

rangka penataan ruang dan bangunan. Fungsi sebagai berikut;

1) Penyusunan bahan perumusan kebijakan pengendalian pemanfaatan

ruang;

2) Penyusunan bahan pembinaan, koordinasi dan fasilitasi pengedalian

pemanfaatan ruang;

3) Penyelenggaran pengedalian pemanfaatan ruang;

4) Pelaksanaan pengawasan, evaluasi dan pengendalian pemanfataan ruang;

5) Pelaksanaan evaluasi program dan kegiatan pejabat non struktural dalam

lingkup seksi Penataan Ruang dan Bangunan.

21. Unit Pelaksana Teknis Ranting Pengairan Unit Pelaksanan Teknis Ranting

Pengairan mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan air irigasi di

daerah irigasi yang menjadi wewenang irigasi kabupaten Jeneponto. Adapun

fungsi sebagai berikut:

1) Penyusunan bahan kebijakan operasional UPT pengamat pengairan sesuai

wilayah kerjanya

2) Penyusunan perencanaan opersioanal UPT Ranting Pengairan

3) Pembinaan, koodinasi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan

operasional UPT ranting pengairan.

Page 68: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

22. Unit Pelaksana Teknis Pengujian Bahan dan Peralatan UPT Pengujian

Bahan dan Peralatan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan dan

pelaksanaan kegiatan pengelolaan laboratorium bahan bangunan dan

peralatan alat berat. Adapun fungsi sebagai berikut:

1) Penyusunan bahan kebijakan operasional UPT pengujian bahan dan

peralatan;

2) Penyusunan perencanaan operasioanal UPT pengujian bahan dan

peralatan;

3) Pembinaan, koodinasi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan

2. Gambaran Umum PT. Energi Bayu Jeneponto (EBJ)

a) Asia-Pacific's Leading Independent Power Producer (IPP)

Vena Energy atau Energi Bayu adalah produsen listrik independen

terkemuka (IPP), dan pengembang energi terbarukan yang memenangkan

banyak penghargaan di kawasan Asia-Pasifik. Berkantor pusat di

Singapura, dan dengan kehadiran di Australia, India, Indonesia, Jepang,

Filipina, Korea Selatan, Taiwan dan Thailand, portofolio Vena Energy

terdiri dari energi matahari dan aset energi angin yang menghasilkan lebih

dari 11-gigawatts1 dalam operasi, konstruksi dan pengembangan.

Vena Energy adalah perusahaan portofolio Mitra Infrastruktur Global,

manajer dana infrastruktur independen global terkemuka di sektor energi,

transportasi, dan air / limbah. Kami memanfaatkan skala dan pengalaman

ini untuk menghasilkan energi bersih berbiaya rendah untuk pengecer dan

konsumen energi besar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang

berkelanjutan dan pelestarian lingkungan kita di kawasan Asia-Pasifik.

Page 69: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

b) Proyek

PT. EBJ bertekad untuk menjadi katalisator yang akan mengurangi

ketergantungan Asia-Pasifik pada batubara dan bahan bakar fosil, dan

membuka jalan bagi masa depan yang lebih berkelanjutan melalui energi

terbarukan.

c) Tenaga Surya PT. EBJ adalah pengembang energi surya terkemuka di

kawasan Asia-Pasifik, dengan aset total 1.516-megawatt di delapan

negara, dan 9.517-megawatt saat ini sedang dikembangkan.

d) Angin

PT. EBJ fokus memperluas aset angin darat dan lepas pantai yang

beroperasi di seluruh wilayah Asia-Pasifik, dengan aset berjumlah 695-

megawatt di empat negara dan tambahan pembangunan 8,847-megawatt.

e) Baterai

PT. EBJ saat ini mengembangkan penyimpanan energi terbarukan skala

utilitas di Australia dengan total 140-megawatt.

f) Kapabilitas Kami

PT. EBJ mengelola pengembangan, desain, pengadaan, manajemen

konstruksi, dan operasi semua proyeknya. Pemusatan fungsi pengadaan

peralatan dan manajemen konstruksi, bersama dengan pengetahuan lokal

yang mendalam, memungkinkan PT. EBJ untuk mengelola risiko dengan

lebih baik dan telah memposisikan perusahaan PT. Energy Bayu yang

biasa di sebut vena energy sebagai salah satu operator energi terbarukan

yang paling hemat biaya di seluruh wilayah.

g) Pengembangan Proyek

Page 70: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

Di setiap pasar tempat kami beroperasi, PT. EBJ bertujuan untuk menjadi

pengembang lokal terkemuka. PT. EBJ mampu mengembangkan proyek

sendiri, mulai dari konsep awal hingga konstruksi. Tim manajemen lokal

memberikan keahlian dalam hal originasi, pengembangan, pembebasan

lahan, penilaian grid, perizinan, desain sistem dan kelayakan investasi. PT.

EBJ menggunakan teknologi paling canggih sepanjang pengembangan

proyek dan proses manajemennya untuk memastikan hasil pembangkit

energi tertinggi dan layanan O&M yang paling hemat biaya.

h) Manajemen Konstruksi

Insinyur konstruksi dan profesional konstruksi PT. EBJ menyediakan

layanan desain, pengadaan, dan konstruksi yang komprehensif.

Dikombinasikan dengan jangkauan dan pengalaman geografis kami, PT.

EBJ mampu meningkatkan skala dengan cepat untuk memenuhi berbagai

tantangan proyek.

i) Keahlian Lahan

Di setiap negara, Vena Energy mempekerjakan para ahli tanah lokal yang

berpengalaman untuk mendapatkan dan menyempurnakan penggunaan

tanah untuk hasil energi yang optimal.

j) Analisa Grid

Analisis Grid: Insinyur PT. EBJ biasanya memiliki pengalaman bekerja

dengan operator jaringan listrik lokal. Ini memberi PT. EBJ wawasan

berharga tentang kapasitas dan ketersediaan jaringan.

k) Desain Sistem

Page 71: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

Para ahli PT. EBJ memproduksi desain awal di rumah; ini mengurangi

waktu pengembangan dan memastikan hasil maksimum melalui tata letak

aset yang optimal.

l) Pengadaan Alat Dan Manajemen Konstruksi (EPCM)

PT. EBJ memanfaatkan pengetahuan industri dan skala ekonomi kami

untuk mengoptimalkan biaya pengadaan dan konstruksi. Di seluruh

wilayah Asia-Pasifik, PT. EBJ adalah salah satu pelanggan terbesar untuk

pemasok peralatan tenaga surya dan angin tingkat 1, kontraktor konstruksi

internasional dan domestik utama dan kontraktor sipil lokal.

m) Operasi & Pemeliharaan

Layanan Operasi dan Pemeliharaan PT. EBJ (O&M) memanfaatkan

keahlian khusus geografi dan sektor kami di seluruh kawasan untuk

memaksimalkan kinerja operasional, mengurangi waktu henti, dan

mengurangi risiko. O&P PT. EBJ mencakup layanan O&M standar

industri, pelaporan, pemantauan, dan analisis data lintas negara dan lintas

wilayah.

PT. EBJ melacak operasi proyek dari fasilitas pemantauan regional di

Bangalore dan fasilitas pemantauan lokal yang memberikan informasi

langsung mengenai kinerja pabrik. Tim operasi PT. EBJ juga melakukan

analisis data untuk mengidentifikasi efisiensi operasi yang dapat

diterapkan di seluruh kawasan.

Selain itu, PT. EBJ membedakan diri kami dari kontraktor O&M pihak

ketiga dalam hal respons kami terhadap masalah untuk menghindari

Page 72: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

hilangnya pendapatan, dan pemeliharaan inventaris suku cadang kami,

yang memberikan manfaat penghematan dari penggabungan dan skala.

n) Perjanjian Pembelian Tenaga Kerja Perusahaan (PPAS)

PT. EBJ mengembangkan dan mengoperasikan proyek energi terbarukan

untuk perusahaan yang menginginkan biaya energi yang dapat diprediksi,

risiko yang dikurangi dan skala ekonomi. Jangkauan geografis kami,

dikombinasikan dengan pengalaman kami di semua platform energi

terbarukan, memungkinkan kami untuk memberikan solusi regional yang

efisien yang memenuhi persyaratan klien untuk akses langsung, perjanjian

pembelian daya fisik dan virtual (PPA), serta sertifikat energi hijau.

o) Manfaat Memasuki PPAS Perusahaan Dengan Generator Energi

Terbarukan, termasuk:

1. Kepastian harga jangka panjang yang lebih tepat mencerminkan biaya

listrik grosir

2. Mengurangi (atau menghilangkan) biaya ritel

3. Mengurangi (atau menghilangkan) biaya lingkungan, termasuk margin

yang

dibebankan oleh pengecer untuk pengadaan LGC

4. Dalam proyek di belakang meter, mengurangi (atau menghilangkan)

biaya jaringan

5. Lindung nilai kenaikan harga listrik di masa depan dan risiko penetapan

harga karbon

6. Akses ke Sertifikat Generasi Besar (LGC) dan kredit / produk hijau

lainnya

Page 73: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

7. Kemajuan menuju tujuan keberlanjutan dan pengurangan emisi rumah

kaca

p) PLTB TOLO I

Dengan total 20 turbin angin, masing-masing dengan bilah 80 ton

sepanjang 63 meter dan lebar lima meter, Proyek Angin Tolo 72-megawatt

adalah pemandangan yang benar-benar mengesankan untuk dilihat.

Terletak di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Indonesia, ia mampu

memasok hingga 160.000 rumah tangga dengan energi terbarukan per

tahun dan mengurangi sekitar 220.000 ton emisi gas rumah kaca.

Pembangkit Listrik Tenaga Bayu Tolo 1 Jeneponto, dimana

mengembangkan sebuah pembangkit listrik tenaga angin yang terletak di

Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. Pembangkit

listrik ini memiliki 20 Wind Turbine Generator (WTG) dengan tinggi 133

meter dan panjang baling-baling 63 meter. Pembangkit listrik ini

diperkirakan dapat menghasilkan listrik sebanyak 198,6 GW setiap

tahunnya dengan kecepatan angin 6 m/s. Pembangkit listrik ini juga

diharapkan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 160.600 ton

karbon dioksida setiap tahunnya. Proyek ini sendiri dimulai pada tanggal 2

Juli 2018 dan menelan biaya sebesar US$160,7 juta.

q) Prinsip Kerja PLTB

Prinsip kerja PLTB menggunakan kincir angin untuk

mengkonversi energi kinetik dari angin menjadi energi listrik. Energi

kinetik angin akan masuk ke area turbin sehingga memutar kincir angin

yang kemudian menggerakan generator untuk membangkitkan listrik.

Page 74: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

Daya turbin angin dipengaruhi oleh volum, densitas, dan kecepatan angin.

Berikut ini merupakan skema kincir angin. Angin akan menggerakan

baling-baling yang berfungsi menangkap energi kinetik dari angin lalu

menkonversinya menjadi energi mekanik putar yang terhubung dengan

rotor. Jumlah blade umumnya 3 atau lebih. Unit gearbox merupakan

transmisi pada turbin angin yang berfungsi untuk menyalurkan daya dari

rotor menuju generator dengan mempercepat putaran. Generator

merupakan unit utama dalam sistem kincir angin yang berfungsi untuk

mengkonversi energi mekanik putaran rotor menjadi energi listrik.

r) Struktur PT. Energi Bayu (Vena Energy)

Adapun struktur dari perusahaan PT. Energi Bayu yang kemudian

menggmbarkan tugas, fungsi dan tanggung jawab dalam menjalankan

tugas terkhususnya di PT. EBJ ini. Perusahaan ini bergerak dibidang

ketenagalistrikan dimana dikelola oleh perusahaan asing yang berinvestasi

dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga bayu, dengan demikian

struktur tersebut sebagai berikut:

Page 75: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

Gambar 3

Struktur PT. Energi Bayu Kabupaten Jeneponto

B. Hasil Penelitian

Pelaksanaan fungsi koordinasi perlu dilakukan agar suatu pekerjaan

lebih mudah dan dapat menyelesaikan sebuah permasalahan yang terjadi.

Untuk melihat bagaimana fungsi koordinasi ini dilaksanakan, dapat dilihat

Page 76: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

dari beberapa indikator/aspek yakni, komunikasi yang terjalin, kesadaran akan

pentingnya koordinasi serta kesepakatan..

Seperti yang dikemukakan oleh Handayaningrat (2006), bahwa untuk

melihat suatu keberhasilan koordinasi dapat dilihat dari indikator sebagai

berikut:

a. Komunikasi

b. Kesadaran pentingnya koordinasi

c. Kesepakatan

1. Komunikasi

Komunikasi dalam manajemen organisasi sangat penting untuk

menjalin hubungan terhadap organisasi lain. Hubungan yang dimaksud

merupakan hubungan kerjasama antara satu organisasi dengan organisasi

lain. Dengan adanya manajemen dalam organisasi maka proses

komunikasi dengan organisasi lain akan terstruktur dengan baik

Adapaun wawancara yang dilakukan oleh bapak Arifin Nur selaku

kepala Dinas PUPR mengenai komuniasi antara DPUPR dan PLTB di

Kabupaten Jene’ponto yaitu sebagai berikut :

“Kemarin-kemarin dek sempat baik koordinasinya komunikasi nya

juga lancar pada saat masih awalnya pembangunan PLTB, namun

disini kami dari Dinas PUPR ingin dari pihak PLTB agar kiranya bisa

mempertanggung jawabkan kerusakan jalan yang terjadi akibat proses

pembangunan PLTB tersebut. Dan harusnya pihak PLTB mau

membuka ruang diskusi serta membuka ruang komunikasi untuk

menyelesaikan masalah ini, tidak mungkin kami yang mau turun

tangan untuk memperbaiki tersebut, karena jalan itu baru satu tahun

dinikmati masyarakat. Dan disini kami juga ingin membka komunikasi

langsung dengan mengadakan diskusi dalam mengatasi masalah yang

ada dan memperbaiki ketimpangtindihan yang terjadi” (hasil

wawancara dengan bapak AN, pada tanggal 22 September 2019)

Page 77: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

Sesuai dengan penjelasan informan diatas, dapat diketahui bahwa

Dinas PUPR dan PT. EBJ awalnya melakukan koordinasi yang baik,

namun setelah terjadi sebuah kerusakan pada jalan tersebut PT. EBJ mulau

menutup diri, selanjutnya yang dilakukan oleh DPUPR adalah mengajak

PT. EBJ utuk berdiskusi kembali mencari jalan keluar bersama dan

memperbaiki komunikasi antara kedua pihak.

Hal ini sesuai dengan hasil observasi penulis yang menemukan

bahwa dalam berkoordinasi perlu adanya komunikasi yang baik agar

dalam menjalankan tugas apalagi dalam menemukan solusi perlu adanya

pertukaran informasi, pertukaran pendapat dan penemuan pemecahan

masalah antara Dinas PUPR dan PLTB.

Lebih lanjut wawancara yang dilakukan oleh Bapak Andi Amir

Hamzah Sultan selaku Manager Utama PT. Energi Bayu Jeneponto yaitu

sebagai berikut:

“komunikasi yang masuk sudah ada, namun kami masih

merundingkannya dipihak internal kami, apalagi untuk melakukan

sesuatu saya sebagai penanggung jawab PT. EBJ perlu juga

berkoordinasi dengan pimpinan yang diatas, dan sebenarnya pihak

PLTB tidak pernah mengatakan tidak mau memperbaiki, namun

kami maunya perbaikan tersebut tidak sepenuhnya ditanggung oleh

PLTB, tapi PUPR juga ikut serta didalamnya. Dalam hal ini PLTB

50% dan PUPR juga 50%” (Hasil wawancara dengan bapak AHS,

pada tanggal 01 Oktober 2019)

Sesuai dengan penjelasan informan diatas, dapat diketahui bahwa

pihak PLTB telah mengkonfirmasi adanya komunikasi yang masuk dan

pihaknya belum bisa melakukan apa-apa karena perlu berkoordinasi sama

pimpinan skala internasional di internal Vena Energy itu sendiri

Page 78: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

Hal ini tidak sesuai dengan observasi penulis yang menemukan

bahwa sebagai seorang pemimpin/manager perlu adanya kebijakan dalam

bertindak dan perlu adanya keterbukaan dalam menjalin koordinasi

bersama dengan DPUPR agar tidak terjadi miskomunikasi antar keduanya

dan segera mengambil tindakan.

2. Kesadaran pentingnya koordinasi

Kesadaran Pentingnya koordinasi; berkoordinasi; koordinasi built-

in di dalam setiap job atau task.Kesadaran merupakan sesuatu yang

dimiliki oleh manusia yang sesuai dengan yang dinyakininya.

Kesadaranmerupakan hal yang sangat berkaitan dengan manusia bahkan

dengan hal ini lah manusia dapat dibedakan dengan binatang. Kesadaran

pada dasarnya keadaan sadar bukan merupakankeadaan pasif melainkan

suatu proses yang aktif, kegiatan hakiki pada kesadaran adalah menindak

dan mengatakan tidak.

Adapun wawancara yang dilakukan dengan bapak Arifin Nur

selaku Kadis PUPR Kabupaten Jeneponto mengenai Pencegahan

pemborosan yaitu sebagai berikut:

“Kalau kami sangat simple tugas kami bagaimana membangun

jalan raya. Masuknya PLTB bukan masalah tetapi dalam prosesnya

perlu diperhatikan baik-baik bagaimana agar menaati aturan-

aturan, selanjutnya jangan menutup diri dan segera menerima

ajakan kami untuk berkoordinasi” (Hasil wawancara dengan bapak

AN , pada tanggal 22 September 2019)

Sesuai dengan penjelasan informan diatas, dapat diketahui bahwa

Dinas PUPR selalu menanmkan rasa pedulinya terhadap permasalahan

yang ada, namun baginya perlu ada kerjasama dengan PT. EBJ agar

Page 79: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

masalah bisa dijunjung bersama dan EBJ juga harusnya peka dan sadar

akan tanggung jawab.

Hal ini sesuai dengan observasi yang dilakukan oleh penulis yang

menemukan bahwa tugas yang dijalankan oleh PUPR sudah sesuai

selanjutnya bagaimana pihak PLTB juga perlu peka dan dapat bertanggung

jawab dengan bersama dengan DPUPR berkoordinasi dan membagi diri

agar masalah cepat terselesaikan.

Lebih lanjut wawancara dengan ibu Supma Indah selaku OM PT.

Energi Bayu terkait dengan pencegahan pemborosan yaitu sebagai berikut:

“sebenarnya kami juga akui bahwa kesalahan kami karena

rusaknya jalanan itupun tanpa sengaja, kalaupun kami harus

memperbaiki jalanan tersebut sepertinya itu berat dan kami juga

sadar bahwa itu karna kurangnya ketelitian kami, namun saya rasa

DPUPR bisa melakukannya tanpa PT. EBJ” ( Hasil wawancara

dengan ibu SI, pada tanggal 25 September 2019)

Sesuai dengan penjelasan informan diatas, dapat diketahui bahwa

PT. Energi Bayu menyadari akan kekeliruannya, dala hal ini PT. EBJ

merasa bahwa DPUPR bisa mengatasi nya tanpa adanya campur tangan

dari PT. EBJ itu sendiri.

Hal ini tidak bertentangan dengan pendapat handayagingrat bahwa

dalam sebuah koordinasi diperlukan kesepahaman dan kesadaran untuk

melakukan kerjasama dalam memecahkan suatu masalah. Dan tidak sesuai

pula dengan apa yang didapatkan oleh penulis, bahwa kesadaran itu sangat

penting untuk menunjang keberhasilan suatu koordinasi, apalagi

koordinasi yang melibatkan beberapa instansi.

3. Feedback

Page 80: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

Dalam koordinasi feedback adalah umpan balik kedalam proses

koordinasi selanjutnya.

Adapun hasil wawancara dengan bapak Budi Taufik selaku Seksi

Pembangunan Jalan dan Jembatan DPUPR mengenai feedback dari

koordinasi yang dilakukan, yakni sebagai berikut:

“Sudah kemarin itu di ajak diskusi sama bapak Kadis langsung tapi

samaji dek nd ada juga responnya memang, kita juga mau kerja

sama tapi tidak ada balasan jadi begini mi tidak ada solusi dan

sampai sekarang kami masih menunggu balasan dari PT. EBJ

seperti apa dan selanjutnya bisa bekerjasama seperti sebelum-

sebelumnya, memang kalau dipikir masalah jalan itu sepele tapi

perlu juga kita komunikasikan biar ada kejelasan dan ada juga

umpan balik atau hasilnya ini koordinasi kita” (Hasil wawancara

dengan bapak BT pada tanggan 25 September 2019)

Sesuai dengan penjelasan informan diatas, dapat diketahui bahwa

Dinas PUPR ingin berdiskusi untuk melakukan koordinasi, namun

panggilan dari Kadis PUPR juga tidak di indahkan dan tidak direspon oleh

pihak EBJ, sehingga sampai saat ini Dinas PUPR masih menunggu

keputusan dari EBJ lalu kemudian melakukan kerjasama. Seandainya PT.

EBJ merespon permintaan kerjasama dari DPUPR.

Hal ini sesuai dengan observasi yang dilakukan oleh penulis yang

menemukan bahwa DPUPR ingin berkoordinasi sesegera mungkin, namun

niat tersebut tidak direspon baik oleh PT. EBJ, sikap tertutup PT. EBJ

yang membuat koordinasi dengan DPUPR tidak berjalan dengan baik,

seharusnya PT. EBJ lebih terbuka dan bisa bekerjasama dengan baik.

Lebih lanjut wawancara dengan bapak selaku Supardi selaku

ER&GA PT. Energi Bayu terkait dengan Feedback yaitu sebagai berikut:

Page 81: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

“Kalau persoalan umpan balik yang apapun yang kami lakukan

itulah umpan balik yang sesungguhnya, jadi perlu sabar sampai

pimpinan kami mengkonfirmasi pertemuannya. Saya hanya staff

disini saya juga tidak berhak memutuskan karena kami

keputusannya hanya dari pimpinan saja, lagipun kami juga sedang

sibuk-sibuknya karna masih fokus mengevaluasi ini jalannya

PLTB jadi mungkin nnti setelah semuanya sudah stabi semuanya

selanjutnya akan diadakan pertemuan seperti permintaan DPUPR”

(Hasil wawancara bersama bapak SP Tanggal 25 September 2019)

Sesuai dengan penjelasan informan diatas, dapat diketahui bahwa

PT. EBJ sendiri mengatakan bahwa umpan baliknya sudah ada namun

itulah hasilnya ada negatif dan ada positif. PT. EBJ juga masih tefokus

mengawasi jalannya PLTB sehingga jarang untuk bisa berdiskusi dengan

DPUPR. Namun selanjutnya apabila sudah ada kesenggangan waktu akan

segera mengadakan pertemuan selanjutnya. Sebagai staff tidak bisa

berbuat apap-apa ataupun membuat keputusan karena semua keputusan

berada di tangan pimpinan.

Hal ini tidak sesuai dengan observasi yang dilakukan oleh penulis

yang menemukan bahwa PT. EBJ yang mengaku bahwa tindakannya

adalah sudah benar. Namun selama ini yang terjadi adalah pihak EBJ tidak

pernah merespon ajakan koordinasi dari DPUPR pihaknya masih sibuk

mengawal operasinya PLTB sehingga belum bisa mengurus hal yang

lainnya.

C. Pembahasan

Melihat dari hasil penelitian diatas penulis akan memaparkan

pembahasan berdasarkan hasil diatas, yakni sebagai berikut:

1. Komunikasi antara Dinas Pekerjaan Umum dan PT. Energi Bayu

Page 82: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

Berdasarkan wawancara dan observasi diperoleh gambaran

bah bahwa konfik lanjutan yang terjadi antara dinas PUPR dan PLTB

tidak menemukan titik terang dalam penyelesaiannya. Dikarenakan

komunikasi sangat menunjang keberhasilan koordinasi antara kedua

pihak. Tanpa adanya komunikasi sesuatu akan menjadi ambigu dan

tidak akan menghasilkan solusi.

Selanjutnya koordinasi tidak akan optimal apabila

komunikasi nya tidak baik karena tidak ada pembahasan serta

pertukaran informasi maupun pertukaran ide dari DPUPR dan PT. EBJ,

sehingga koordinasinya tidak berjalan dengan baik.

2. Kesadaran pentingnya koordinasi

Melihat dari hasil wawanacar dan observasi diperoleh

gambaran bahwakesadaran akan pentingnya koordinasi dari pihak

DPUPR cukup baik karena adanya inisiatif untuk membuka ruang

untuk segera bertemu dengan PT. EBJ untuk kemudian membahas

tentang kelanjutan dari koordinasi keduanya. Selanjutnya dari pihak

PT. Energi Bayu kurang peka dan belum menyadari akan pentingnya

koordinasi, dikarenakan pihaknya terlalu tertutup dan kurang responsif

dalam menanggapi permintaan dari DPUPR serta tidak peka terhadap

salah satu masalah yang ditimbulkan dari masuknya PLTB di

Kabupaten Jeneponto.

3. Feedback

Page 83: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

Berdasarkan wawancara dan observasi diperoleh gambaran

bah bahwa pihak DPUPR sudah membuka pintu koordinasi sangat

lebar agar PT. EBJ juga bisa bekerjasama dengan baik dalam mencari

solusi terbaik atas dampak yang ditimbulkan dati proses pembangunan

PLTB. DPUPR sampai saat ini menunggu umpan balik atas

permintaan dan ajakan untuk melakukan diskusi kecil namun PT. EBJ

belum mempunyai waktu untuk itu. Sehingga umpan balik yang

dihasilkan hasilnya belum optimal dan termasuk dalam umpan balik

negatif karna adanya salah satu pihak yang belum merespon langsung

permintaan dari DPUR dan selanjutnya akan selalu menimbulkan

perdebatan dan prasangka yang tidak baik karena tidak adanya

kegiatan duduk bersama antara kedua pihak.

Berdasarkan beberapa hasil wawancara penulis dapat

menyimpulkan bahwa keadaan yang terjadi atau fungsi koordinasi

yang berlangsung bertentangan dengan teori Handayaningrat yang

mengatakan bahwa koordinasi yang baik itu yang baik pula

komukasinya, sadar akan pentingnya koordinasi serta perlunya ada

feedback sada umpan balik yang terjadi. Sehingga dengan ini

koordinasi yang sesungguhnya seperti yang dikemukakan tidak

berjalan dengan optimal.

Page 84: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan

atau dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dirumuskan kesimpulan

sebagai berikut:

1. Komunikasi antara Dinas Pekerjaan Umum dan PT. Energi Bayu belum

berjalan dengan optimal dikarenakan tidak ada pembahasan serta

pertukaran informasi maupun pertukaran ide dari DPUPR dan PT. EBJ,

sehingga komunikasi tidak optimal.

2. Kesadaran akan pentingnya koordinasi terbilang rendah atau kurang baik

PT. Energi Bayu kurang peka dan belum menyadari akan pentingnya

koordinasi, dikarenakan pihaknya terlalu tertutup dan kurang responsif

dalam menanggapi permintaan dari DPUPR serta tidak peka terhadap salah

satu masalah yang ditimbulkan dari masuknya PLTB di Kabupaten

Jeneponto.

3. Feedback atau umpan balik belum optimal dan termasuk dalam umpan

balik negatif karna pihak PT. EBJ yang tidak merespon baik permintaan

DPUPR untuk segera melakukan diskusi sehingga tidak menghadirkan

solusi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka saran yang

dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 85: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

1. Diharapkan kepada PT. Energi Bayu Kabupaten Jeneponto (EBJ) segera

merespon dan bersedia untuk saling menukar informasi seperti saat saat

sebelum terjadinya konflik dan dampak dari proses pembangunan PLTB.

2. Diharapkan antara DPUPR dan PT. EBJ lebih mendalami lagi pentingnya

koordinasi yang dimana melibatkan 2 instansi agar dapat segera mengatasi

dampak yang terjadi saat proses pembangunan PLTB.

3. Diharapkan agar DPUPR dan PT. EBJ saling merespon baik satu sama lain

agar menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan bersama.

Page 86: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

DAFTAR PUSTAKA

Djatmiko, Yayat Hayati. 2015. Perilaku Organisasi. Bandung: Alfabeta

Handayaningrat, Soewarno. 1986. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan

Managemen. Jakarta: Gunung Agung

Herispon. 2018. Pengantar Manajemen (Introduction Management). Pekan Baru:

STIE Riau

Hettne. 2001. Teori Pembangunan dan Tiga Dunia. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Umum

Kadir, Abdul. 1995. Energi Sumber Daya, Inovasi, Tenaga Listrik dan Potensi

Ekonomi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Malayu S. P Hasibuan. Op. Cit. Hlm 88

Mardalena dan Sarinah. 2017. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Deepublish

Moekijat. 1994. Koordinasi (Suatu Tinjauan Teoritis). Bandung: Mandar Maju.

Moleong, Lexy. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Nasution. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito

Ndraha, Taliziduhu. 2011. Kybernologi Ilmu Pemerintahan Baru. Jakarta: Rineka

Cipta

Pandji dalam Ratna Suminar. 2015. Koordinasi Antar Instansi Pemerintah Kota

Bandar Lampung Dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Kota

Hijau. Bandar Lampung: Universitas Lampung. Hlm 25

Patton, Michael Quinn. 1987. Qualitative Education Methods. California: Sage

Publication

Rifa’i, Muhammad dan Candra Wijaya. 2016. Dasar-Dasar Manajemen. Medan:

Perdana Publishing

Saefuddin,. 1993. Organisasi dan Manajemen Industri. Yogyakarta: Liberty

Yogyakarta

Sentika dan Sugihartatmo. 2015. Koordinasi Pengelolaan Program Jaminan

Sosial. Jakarta: Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia

Dan Kebudayaan

Siagian, Sondang P. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi

Aksara.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Page 87: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

Terry dalam Malayu S. P Hasibuan. Op. Cit. Hlm 32

Tripathi dan Reddy dalam Nunung Apriani.. 2006. Sistem Koordinasi BMT

Robbani Daerah Dalam Meningkatkan Pelayanan Kepada Nasabah.

Semarang: Institut Agama Islam Negeri Walisongo. Hlm 32.

Page 88: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

LAMPIRAN

Page 89: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

Wawancara bersama Kadis DPUPR pada bulan September 2019 dimana kala itu

beliau menceritakan tentnag koordinasi yang terjalin dengan PT. EBJ

Wawancara bersama Kabag Pemeliharaan Jalan dan Jembatan dibulan September

2019

Page 90: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

Wawancara bersama Manager Utama PT. Energi Bayu Kabupaten Jeneponto pada

tanggal 01 Oktober 2019. Pada gambar ini beliau didampingi oleh Office Manager

yakni ibu Supma Indah

Wawancara bersama Office Manager PT. EBJ dimana beliau adalah tangan kanan

dari Manager Utama PT. EBJ, wawancara ini dilakukan pada bulan September

tahun 2019

Page 91: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

Wawancara bersama Supriadi yang bekerja sebagai Eksternal Relationship & Gen

Admin di PT. Energi Bayu Kabupaten Jeneponto. Pada saat itu beliau

menjelaskan tentang konflik yang terjadi diantara Dinas Pekerjaan Umum dan

Penataan Ruang dengan PT. Energi Bayu.

Page 92: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

Dampak Operasi PLTB Tolo I

Page 93: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

Transportasi Turbin ke Jeneponto

Page 94: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

Pembangkit Listrik Tenaga Bayu Tolo I

Page 95: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

PLTB 72 MW TOLO-1 JENEPONTO

Page 96: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …
Page 97: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …
Page 98: PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH …

RIWAYAT HIDUP

Firdha Alifiah, lahir pada tanggal 07 November 1997 di Camba-

camba Kabupaten Jeneponto. Anak pertama dari empat

bersaudara dan merupakan anak dari pasangan Usman Nasir dan

Hasnia yang sekarang bertempat tinggal di Sebatik Kabupaten

Nunukan Provinsi Kalimantan Utara dimana daerah tersebut

merupakan perbatasan antara Negara Indonesia dan Malaysia.

Penulis menempuh pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiyah As’adiyah Sei.

Nyamuk Kecamatan Sebatik Timur dan tamat pada tahun 2009. Pada tahun yang sama

penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Sebatik Utara dan tamat pada tahun

2012. Kemudian melanjutkan pendidikan tingkat sekolah menengah atas di SMA Negeri

1 Sebatik dan tamat pada tahun 2015. Berkat usaha dan kerja keras yang disertai do’a

ditahun 2015 penulis lolos tes di jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar Program Strata satu (S1). Penulis

juga pernah tergabung dalam organisasi kemahasiswaan yang bernama Himpunan

Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara (HUMANIERA) Fisip Unismuh Makassar

dan pernah di amanahkan sebagai Wakil Bendahara Umum serta diamanahkan kembali

pada periode selanjutnya sebagai Ketua Bidang ASBO (Apresiasi Seni, Budaya dan

Olahraga).

Penulis sangat bersyukur diberi kesempatan oleh Allah SWT bisa menimba ilmu

yang merupakan bekal dimasa depan. Saat ini penulis berharap dapat mengamalkan ilmu

yang telah diperoleh dengan baik dan membahagiakan orang tua serta berusaha menjadi

manusia yang berguna bagi Agama, keluarga, masyarakat, Bangsa dan Negara.