Upload
buinhu
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PELAKSANAAN LEGAL AUDIT DALAM REALISASI PERJANJIAN KREDIT DI PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK CABANG SOLO
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Disusun dan Diajukan untuk
Melengkapi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1
Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh
Yunita Candra Devi
NIM. E0007060
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Penulisan Hukum (Skripsi)
PELAKSANAAN LEGAL AUDIT DALAM REALISASI PERJANJIAN KREDIT DI PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK CABANG SOLO
Oleh:
YUNITA CANDRA DEVI
NIM. E0007060
Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum
(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta, 06 April 2011
Pembimbing I Pembimbing II
Hernawan Hadi, S.H., M.Hum Diana Tantri C., S.H., M. Hum.
NIP. 197511302005011 001 NIP. 197212172005012001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGESAHAN PENGUJI
Penulisan Hukum (Skripsi)
PELAKSANAAN LEGAL AUDIT DALAM REALISASI PERJANJIAN KREDIT OLEH PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK CABANG SOLO
Oleh
Yunita Candra Devi
NIM. E0007060
Telah diterima dan dipertahankan di hadapan
Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 13 April 2011
DEWAN PENGUJI
1. Dr. M. Hudi Asrori S, S.H., M.Hum : ……………………………………
Ketua 2. Hernawan Hadi, S.H., M.Hum : ……………………………………
Anggota 3. Diana Tantri C., S.H., M.Hum :……………………………………
Sekretaris
Mengetahui
Dekan,
Mohammad Jamin, S.H., M.Hum. NIP. 196109301986011001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Yunita Candra Devi
NIM : E0007060
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :
PELAKSANAAN LEGAL AUDIT DALAM REALISASI PERJANJIAN KREDIT DI PT.
BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK CABANG SOLO adalah betul-betul
karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda
citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya
tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum
(skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.
Surakarta, 06 April 2011
Yang membuat pernyataan
Yunita Candra Devi
NIM. E0007060
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Life is not about our happiness, our family happiness, but about others too.
Devi
Practice makes perfect
Anonym
Di tengah kesulitan pasti ada kesempatan
Albert Einstein- Ilmuan Amerika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Yunita Candra Devi. E0007060. 2011. PELAKSANAAN LEGAL AUDIT DALAM REALISASI PERJANJIAN KREDIT DI PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK CABANG SOLO. Penulisan Hukum. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian dengan judul penulisan hukum diatas, dilakukan dengan tujuan untuk meneliti pelaksanaan Legal Audit yang dilakukan oleh Bank Tabungan Negara Cabang Solo dalam meninjau kelayakan calon debitur untuk menerima fasilitas kredit dilihat dari keabsahaan dokumen-dokumen syarat kredit yang diberikan oleh calon debitur kepada pihak bank. Selain itu juga untuk mengetahui segala hambatan dalam pelaksanaan Legal Audit beserta upaya untuk mengatasi hambatan tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif. Penelitian ini memberikan gambaran tentang pelaksanaan Legal Audit terhadap dokumen-dokumen calon debitur yang merupakan syarat permohonan kredit di Bank Tabungan Negara Cabang Solo. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan penelitian di lapangan menggunakan alat pengumpulan data berupa wawancara dengan tipe wawancara terarah(directive interview), selain data primer penulis juga menggunakan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari bahan kepustakaan dengan membaca bahan-bahan hukum yang meliputi bahan hukum primer, sekunder, dan tertier,.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan Legal Audit sebagai wujud dari penerapan Managemen Risiko guna menjaga tingkat kesehatan Bank sudah cukup efektif, hal ini dibuktikan dengan adanya Peraturan Direksi Bank Tabungan Negara yang mengharuskan adanya analisis mendalam dalam pemberian fasilitas kredit, baik analisis dari segi ekonomi maupun dari segi hukum. Bank Tabungan Negara Cabang Solo sangat teliti dalam melakukan Legal Audit terhadap dokumen-dokumen calon debitur, ketelitian ini dibuktikan dengan adanya analisis hukum yang dilakukan beberapa tahap. Legal audit pertama-tama dilakukan oleh bagian Loan Service, kemudian setelah itu diteliti kembali oleh bagian supervisor, kemudian terakhir dilakukan oleh Analyst yang sekaligus memutuskan calon debitur layak atau tidak menerima fasilitas kredit dari Bank Tabungan Negara Cabang Solo. Legal Audit di Bank Tabungan Negara Cabang Solo dilakukan terhadap dokumen-dokumen yang berhubungan dengan identitas calon debitur, penghasilan, jaminan, surat nikah dan kartu keluarga dari calon debitur perorangan dan badan hukum. Pelaksanaan Legal Audit di Bank Tabungan Negara Cabang Solo dilakukan dengan cara mencocokkan data calon debitur antar dokumen calon debitur yang diserahkan kepada pihak bank, kemudian mencocokkan data tersebut dengan keterangan calon debitur pada waktu proses wawancara dan jika masih ditemukan keraguan dan kejanggalan maka dilakukan pemeriksaan ke lapangan. Pelaksanaan Legal Audit di Bank Tabungan Negara Cabang Solo mengalami beberapa hambatan yaitu sifat tertutup calon debitur dalam memberikan keterangan tentang identitas, penghasilan, jaminan dan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan petugas pelaksanan Legal Audit. Untuk menanggulangi hal tersebut Bank Tabungan Negara telah memperketat pelaksanaan Legal Audit terhadap dokumen-dokumen calon debitur, serta dilakukannya pelatihan secara rutin bagi petugas bagian Legal dengan menyewa pemateri dari Law Office atau kantor-kantor hukum lainnya.
Kata Kunci: Legal Audit, Kredit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan penulisan hukum
(skripsi) di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan judul :
PELAKSANAAN LEGAL AUDIT DALAM REALISASI PERJANJIAN KREDIT DI PT.
BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO)TBK CABANG SOLO.
Penulisan hukum (skripsi) ini disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh derajat
Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam menyusun penulisan hukum (skripsi) ini penulis banyak menerima bantuan dari
berbagai pihak dalam bimbingan, pengarahan, pengumpulan data, dan saran-saran baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Moh. Jamin, SH., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memimpin Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret ke arah yang
lebih baik.
2. Bapak Hernawan Hadi, S.H., M.Hum.selaku Dosen Pembimbing penulisan hukum (skripsi)
yang telah membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan penulisan hukum (skripsi) ini.
3. Ibu Diana Tantri Cahyaningsih, S.H., M.Hum. selaku selaku Dosen pembimbing penulisan
hukum (skripsi) yang telah membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan Penulisan
hukum (skripsi) ini.
4. Bapak DR. M. Hudi Asrori, S.H, M.Hum selaku ketua penguji yang telah memberikan
masukan-masukan yang bermanfaat bagi penulis.
5. Ibu Ambar Budi Sulistyarini, S.H, M.H selaku Ketua Bagian Hukum Perdata yang telah
memberikan izin untuk melakukan penulisan hukum (skripsi) ini.
6. Karyawan dan karyawati di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang
telah membimbing dan membantu dalam membantu kelancaran administrasi perkuliahan
7. Bapak-Ibu dosen di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan banyak Ilmu Hukum kepada penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
8. Ibu Anjar Budi Utami selaku karyawan bagian Loan Service di Bank Tabungan Negara
Cabang Solo yang telah memberikan informasi mengenai pelaksanaan Legal Audit di Bank
Tabungan Negara Cabang Solo.
9. Ibu Susiyana Andriyani selaku karyawan Bank Tabungan Negara cabang Solo yang telah
membantu penyusun dalam memberikan data data dan keterangan yang penyusun perlukan
dalam menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) ini.
10. Bapak Baehaqi selaku karyawan bagian Legal di Bank Tabungan Negara Cabang Solo yang
telah membantu penyusun dalam memberikan data data dan keterangan yang penyusun
perlukan dalam menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) ini.
11. Orang tua dan semua keluargaku yang telah mendukung penyusun dalam menyelesaian
penulisan hukum (skripsi) ini.
12. Sahabat-sahabatku di luar Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
13. Sahabat-sahabat baikku di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
14. Teman-teman angkatan 2007 di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis
baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa penulisan hukum (skripsi) ini masih jauh dari sempurna,
mengingat keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu
diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan penulisan laporan ini.
Akhirnya penulis berharap, semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya.
Surakarta, 06 April 2011
Penyusun
Yunita Candra Devi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................................... iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .............................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................................................. 7
E. Metode Penelitian .................................................................................................. 8
F. Sistematika Penulisan Hukum ............................................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori ...................................................................................................... 16
1. Tinjauan Umum tentang Kredit ....................................................................... 16
a. Pengertian Kredit ...................................................................................... 16
b. Peranan Kredit dalam Perekonomian ........................................................ 17
c. Macam – macam Kredit Bank .................................................................. 17
d. Syarat Kredit ............................................................................................. 19
e. Jaminan Kredit .......................................................................................... 20
2. Tinjauan Umum tentang Perjanjian ................................................................. 21
a. Pengertian Perjanjian ................................................................................. 21
b. Asas-asas Perjanjian ................................................................................... 21
c. Syarat-syarat Sahnya Suatu Perajanjian .................................................... 23
d. Hapusnya Perjanjian .................................................................................. 23
e. Perjanjian Kredit ........................................................................................ 24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
3. Tinjauan Umum tentang Legal Audit ............................................................... 24
a. Pengertian Legal Audit ............................................................................... 24
b. Fungsi Legal Audit di Bidang Kredit Sebagai Pengawasan
Internal bank .............................................................................................. 27
c. Tinjauan mengenai Legal Audit di Bidang Kredit ..................................... 32
4. Tinjauan Umum tentang Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perbankan ........................................................................................... 35
5. Tinjauan Umum tentang Peraturan Bank Indonesia
5/8/PBI/2003 tentang penerapan Manager Risiko Bagi Bank
Umum ............................................................................................................. 36
6. Tinjauan Umum tentang Peraturan Bank Indonesia Nomor
13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum ............................................................................................................. 37
B. Kerangka Pemikiran ............................................................................................... 38
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...................................................................................................... 41
1. Gambaran Umum Lokasi ................................................................................ 41
a. Sejarah Berdirinya PT. Bank Tabungan Negara ........................................ 41
b. Visi dan Misi PT. Bank Tabungan Negara (Persero)Tbk ........................... 42
c. Struktur Organisasi Bank Tabungan Negara .............................................. 43
d. Perkreditan di Bank Tabungan Negara ...................................................... 49
2. Pelaksanaan Legal Audit oleh PT. Bank Tabungan Negara Cabang Solo
Dalam Realisasi Perjanjian Kredit .................................................................. 55
a. Proses Pemberian Kredit di Bank Tabungan Negara Cabang Solo ............ 55
b. Pelaksanaan Legal Audit di Bidang Kredit di Bank Tabungan Negara
kantor Cabang Solo .................................................................................... 60
3. Hambatan-Hambatan dalam Pelaksanaan Legal Audit dalam Realisasi
Perjanjian Kredit dan penyelesaian di PT. Bank Tabungan Negara Cabang
Solo .................................................................................................................. 66
a. Hambatan Pelaksanaan Legal Audit di Bank Tabungan Negara Cabang
Solo .............................................................................................................. 70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
b. Solusi Penyelesaian Hambatan-Hambatan dalam Pelaksanaan Legal
Audit Bank Tabugan Negara Cabang Solo .................................................. 75
B. Pembahasan ........................................................................................................... 73
1. Pelaksanaan Legal Audit di PT. Bank Tabungan Negara Kantor Cabang
Solo ................................................................................................................. 77
2. Hambatan dan Penyelesaian dalam Pelaksanaan Legal Audit di Bank
Tabungan Negara Kantor Cabang Solo .......................................................... 81
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................................................ 85
B. Saran ...................................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia adalah merupakan suatu Negara yang sedang berkembang , hal
ini ditandai dengan banyaknya pembangunan yang dilakukan Indonesia di berbagai
sektor. Salah satu sektor pembangunan yang sedang giat dilakukan Indonesia adalah
pembangunan di bidang ekonomi. Salah satu pelaku pembangunan di sektor
perekonomian adalah lembaga keuangan yang berupa bank. Bank mempunyai beberapa
program dalam rangka meningkatkan pembangunan perekonomian Indonesia, salah
satunya yaitu dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali
kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Penyaluran dana dalam bentuk kredit ditujukan
kepada masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Berdasarkan Pasal 1
Undang – Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang – Undang No. 7 Tahun
1992 tentang Perbankan, Bank didefinisikan sebagai suatu badan usaha yang
menghimpun dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada
masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Pada dasarnya bank
sebagai badan usaha yang bergerak di bidang keuangan mempunyai beberapa peran
dalam lembaga perekonomian yaitu sebagai perantara financial(financial intermediary)
dan lembaga transmisi keuangan(menetary transmission process).(Elizabeth T
Manurung, 2009:Vol 27 N0. 2)
Peran lembaga perbankan di sektor perekonomian salah satunya diwujudkan
dengan pemberian fasilitas kredit kepada masyarakat, baik perorangan maupun badan
usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya atau untuk meningkatkan produksinya.
Perlu dipahami bahwa sumber dana perbankan yang dipinjamkan kepada masyarakat
dalam bentuk kredit tersebut bukan dana milik bank itu sendiri karena modal perbankan
juga sangat terbatas, dana tersebut berasal dari dana dana masyarakat yang disimpan pada
Bank tersebut, sehingga perbankan berusaha dan berlomba-lomba mengumpulkan dan
menarik dana masyarakat dengan cara memberikan undian, hadiah semata-mata agar
masyarakat bersedia menyimpan dananya di Bank dalam waktu yang lama. Dana
masyarakat yang disimpan pada Bank dalam jumlah yang besar dan dalam jangka waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
yang relatif lama merupakan sumber utama bagi Bank dalam menyalurkan dana tersebut
kembali kepada masyarakat yang memerlukan dalam bentuk kredit. Seperti telah
dijelaskan bahwa sumber dana perbankan yang disalurkan kepada masyarakat dalam
bentuk fasilitas kredit bukan dana milik Bank sendiri tetapi dana yang berasal dari
masyarakat, sehingga penyaluran kredit harus dilakukan dengan prinsip kehati-hatian
melalui analisis yang akurat dan mendalam, penyaluran yang tepat, pengawasan dan
pemantauan yang baik, perjanjian yang sah dan memenuhi syarat hukum, pengikatan
jaminan yang kuat dan dokumentasi perkreditan yang terartur dan lengkap, semua itu
bertujuan agar kredit yang disalurkan tersebut dapat kembali tepat pada waktunya sesuai
perjanjian kredit yang meliputi perjanjian pokok dan bunga (Sutarno,2003: 2).
Pelaksanaan pemberian kredit dengan prinsip kehati-hatian juga diatur dalam
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 27/162/KEP/DIR tanggal 31 Maret 1995
yang menyatakan bahwa dalam pemberian kredit tersebut sekurang-kurangnya memuat
dan mengatur hal-hal pokok diantaranya yaitu memperhatikan prinsip kehati-hatian
dalam perkreditan dan mengatur mengenai pengawasan kredit. Pelaksanaan prinsip
kehati-hatian dan pengawasan pada dasarnya bertujuan untuk menjaga agar Bank selalu
berada dalam keadaan sehat sehingga bisa melaksanakan perannya dengan lancar
mengingat bahwa Bank mempunyai peran yang luas dalam sektor perekonomian yaitu
menjaga kestabilan perekonomian di Indonesia. Suatu sistem Bank dapat dikatakan sehat
jika mampu memelihara kontinuitas usahanya dengan baik, sehingga dapat memenuhi
kewajibannya terhadap semua pihak yang berkepentingan serta dapat menunjang sistem
perbankan yang sehat dan efisien. Bank memerlukan beberapa faktor penunjang agar bisa
menjadi sehat, faktor penunjang yang pertama yaitu sistem perbankan yang dinamis,
professional serta mampu meningkatkan produk-produk yang diperlukan oleh
masyarakat, faktor penunjang yang kedua yaitu terdapat iklim yang memungkinkan
perluasan jaringan perbankan yang dapat menjangkau seluruh pelosok tanah air, dan
faktor penunjang yang ketiga adalah kebijaksanaan pengawasan dan pembinaan oleh
Bank Indonesia yang dapat memberikan kondisi-kondisi umum yang menyebabkan dunia
perbankan dapat berkembangbiak secara baik.
Penjelasan Umum S.E.B.I No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993 disebutkan bahwa
tingkat kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
pemilik dan pengelola bank masyarakat pengguna jasa bank maupun Bank Indonesia
sebagai pembina dan pengawas bank. Sesuai dengan tanggung jawabnya, masing-masing
pihak tersebut perlu mengikatkan diri dan secara bersama-sama berupaya untuk
mewujudkan bank yang sehat. Begitu pentingnya kesehatan bank sehingga tuntutan
terhadap pengawasan bank semakin besar pula, oleh karena di samping adanya
peningkatan fungsi intermediasi bank, peningkatan operasi perbankan juga menunjukkan
bahwa risiko yang ditanggung oleh perbankan dan masyarakat semakin besar. Saat ini
banyak Bank yang ditutup karena bank tersebut tidak sehat sehingga tidak bisa lagi
melakukan kegiatannya. Penyebab utama Bank menjadi tidak sehat yaitu karena
banyaknya terjadi kredit macet yang menyebabkan Bank kehabisan dana sedangkan disisi
lain masyarakat yang mempunyai tabungan melakukan penarikan atas dana mereka yang
disimpan di Bank. Penyebab terjadinya kredit macet bermacam macam, salah satunya
yaitu karena pihak Bank tidak secara sungguh sungguh melakukan pemeriksaan terhadap
aspek-aspek hukum dari suatu perjanjian kredit sehingga bila terjadi kredit macet Bank
kesulitan dalam mengadakan eksekusi barang jaminan dikarenakan ada kendala dalam
keabsahan dokumen-dokumen hukum berkenaan dengan barang jaminan yang diserahkan
kepada pihak Bank. Atau dengan kata lain, Pengawasan dan pengendalian intern pihak
Bank masih sangat lemah terutama yang berkenaan dengan aspek-aspek hukum yang ada
dalam perjanjian kredit.
Bagi calon nasabah yang baru saja masuk suatu kantor bank untuk membuka
rekening, maka ia dan Bank akan langsung berhadapan dengan masalah hukum sehingga
sangat beralasan bila legal audit sudah harus diadakan/ dilakukan secara tersendiri
terhadap seluruh transaksi bank dengan nasabahnya. Dalam berbagai pengertian tentang
fungsi manajemen disebutkan bahwa pengendalian (controlling) merupakan salah satu
fungsi manajemen.
Pengendalian terdiri atas pemeriksaan dan tindak lanjut, penjabarannya
adalah pemeriksaan khususnya pemeriksaan hukum atau istilah lainnya yaitu Legal Audit
akan menghasilkan temuan yang memerlukan tindak lanjut (perbankan). Apabila tindak
lanjut dilaksanakan, maka seluruh kerangka kegiatan pemeriksaan dinamakan
pengendalian. Sebaliknya, jika tindak lanjut tidak dilakukan, maka seluruh kegiatan
pemeriksaan hanya bersifat pengawasan. Jadi, salah satu pendekatan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
melaksanakan pengawasan dan atau pengendalian adalah pemeriksaan atau yang lebih
dikenal dengan istilah audit. Baik pengawasan maupun pengendalian masing-masing
mempunyai tujuan. Tujuan pengawasan adalah untuk memberikan informasi kepada
manajemen guna terciptanya suatu kegiatan kerja yang dapat dipertanggungjawabkan
tingkat kesesuaiannya, kewajarannya dan keamanannya. Sedangkan apabila sampai
dengan pengendalian, maka tujuannya ditambah untuk membantu manajemen dalam
mencapai tujuan organisasi. Yang dimaksud dengan audit itu sendiri adalah suatu proses
penilaian dalam arti yang luas, secara independen terhadap data dan fakta untuk menilai
tingkat kesesuaian, tingkat keamanan, tingkat kewajaran yang disajikan dalam laporan
mengenai opini dan saran perbaikan(Hasanuddin Rahman, 2000 : 5).
Aspek hukum adalah merupakan salah satu aspek penting dalam setiap transaksi
apapun termasuk pemberian kredit yang merupakan perbuatan hukum perjanjian
sehingga setiap analis dan pejabat pengelolaan kredit harus dibekali dengan pengetahuan
hukum berkaitan dengan pemberian kredit tersebut. Meskipun aspek-aspek lain diluar
hukum telah memenuhi syarat tetapi bila aspek hukum belum memenuhi syarat atau tidak
sah maka semua ikatan perjanjian dalam pemberian kredit dapat gugur sehingga akan
menyulitkan Bank untuk menarik kembali kredit yang telah diberikan. Pengawasan yang
telah dilakukan oleh Bank berkenaan dengan pemberian kredit yang selama ini
berlangsung adalah hanya dalam sifat/ruang lingkup pemeriksaan yang hanya berkisar
pada financial audit, operational audit dan managerial audit, padahal masih ada paling
tidak satu lagi sifat/ruang lingkup pemeriksaan yang harus dilakukan lebih khusus lagi,
yaitu pemeriksaan hukum (legal audit), yang selama ini lebih banyak menumpang pada
operational audit. Pemeriksaan hukum atau Legal Audit ini bertujuan untuk memperkuat
aspek-aspek hukum berkaitan dengan perkreditan sebagai wujud dari penerapan prinsip
kehati-hatian sehingga dapat menekan terjadinya kredit macet dengan demikian Bank
tetap berada dalam keadaan sehat.
Pertimbangan lain pentingnya legal audit adalah, bahwa kegiatan usaha
perbankan selain pengaruhnya atas pertumbuhan perekonomian, juga selalu melekat atau
terkandung aspek-aspek hukum, baik sebagai dasar aktivitas dari kegiatan operasional
bank itu sendiri, maupun sebagai akibat yang ditimbulkan oleh karena aktivitas tadi.
Segenap kegiatan operasional bank, baik dalam usaha menghimpun dana dari masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
maupun mengelola dana, menanam kembali dana tersebut kepada masyarakat, sampai
dana tersebut kembali lagi kepada bank senantiasa terpaut dengan ketentuan hukum. Oleh
karenanya, seiring dengan perkembangan semakin meningkatnya kegiatan usaha
perbankan, peranan bidang hukum dalam mendukung keberhasilan kegiatan itu pun
semakin dirasakan pentingnya (Hasanuddin Rahman, 2000 : 5-6).
Saat ini dalam praktek pelaksanaan kegiatan-kegiatan bank, pihak bank sering
mengabaikan arti penting dari pelaksanaan suatu Legal Audit di bidang kredit padahal
hasil dari pelaksanaan suatu Legal Audit memegang peranan penting dalam menentukan
keabsahan dokumen dokumen calon debitur untuk selanjutnya pihak bank dapat
menentukan calon debitur tersebut layak atau tidak mendapatkan fasilitas kredit dari
bank. Pihak bank yang sering mengabaikan pelaksanaan Legal Audit hanya melakukan
pemeriksaan kepada nasabah dengan cara memberikan formulir dalam bentuk check point
untuk dijawab oleh calon debitur, hal ini di kemudian hari bisa menimbulkan terjadinya
kredit macet karena di awal pihak bank tidak melakukan proses pelaksanaan Legal Audit
secara mendalam, sebagai akibatnya pihak bank salah menilai mengenai kemampuan
nasabah dalam membayar kreditnya sehingga bisa terjadi kredit macet yang dapat
mempengaruhi tingkat kesehatan bank. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya kredit
macet yang saat ini menjadi faktor utama dalam mempengaruhi tingkat kesehatan bank,
maka pihak Bank sangat perlu memperketat pelaksanaan Legal Audit di bidang kredit
supaya Bank bisa menjaga kestabilan, keamanan asset Bank dan menjaga kelancaran
Bank dalam menyalurkan dana khususnya yang berupa fasilitas kredit kepada
masyarakat. Pelaksanaan Legal Audit terhadap aspek-aspek hukum yang berkaitan
dengan perkreditan sangat penting karena jasa perkreditan bagi Bank merupakan salah
satu penyumbang pendapatan terbesar bagi perbankan di Indonesia pada umumnya,
sehingga harus dikelola dengan menerapkan prinsip kehati-hatian yang diwujudkan
dengan pelaksanaan Legal Audit di bidang kredit dengan tujuan untuk menekan resiko
kredit macet. Seandainya terjadi kredit macet, hal tersebut tidak sampai merugikan pihak
bank atau mempengaruhi tingkat kesehatan bank karena analisis dan pemeriksaan hukum
atau Legal Audit telah dilakukan dengan cermat dan akurat maka penyelesaian kredit
macet menjadi lebih mudah dalam hal negosiasi dengan pihak debitur dan persiapan
eksekusi jaminan yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Bank Tabungan Negara Cabang Solo adalah merupakan salah satu bank terbesar
di Indonesia dan merupakan salah satu bank yang mempunyai andil yang besar dalam hal
pemberian fasilitas kredit kepada masyarakat. Melalui Bank Tabungan Negara Cabang
Solo masyarakat dapat merasakan berbagai fasilitas kredit yang diberikan oleh bank baik
berupa kredit umum, kredit usaha, maupun kredit kepemilikan rumah. Disisi lain Bank
Tabungan Negara Cabang Solo mendapatkan penghasilan berupa bunga yang diperoleh
dari berbagai fasilitas kredit yang diberikan kepada masyarakat.
Berdasarkan latar belakang dan masalah diatas, penulis merasa hal hal tersebut
diatas menarik untuk diteliti dan dikaji lebih lanjut yaitu mengenai pelaksanaan legal audit
dalam hubungannya dengan realisasi pemberian kredit. Dan karena alasan alas an diatas,
untuk itulah penulis mengangkatnya dalam suatu penulisan skripsi dengan judul “
PELAKSANAAN LEGAL AUDIT DALAM REALISASI PERJANJIAN KREDIT
DI PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK CABANG SOLO.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar berlakang yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis
merumuskan permasalahan untuk dibahas dan dikaji lebih rinci.Adapun beberapa
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana pelaksanaan legal audit oleh Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
Cabang Solo dalam realisasi pemberian kredit?
2. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan legal audit dan
penyelesaiannya di Bank Tabungan Negara Cabang Solo?
C. Tujuan Penelitian
Suatu penelitian tentu mempunyai suatu tujuan yang jelas dan pasti sebagai suatu
sasaran yang akan dicapai untuk memecahkan masalah masalah yang dihadapi. Maka
berdasarkan permasalahan yang diungkapkan oleh penulis, tujuan penelitian hukum ini
adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
1. Tujuan Obyektif
a) Untuk meneliti lebih terperinci tentang legal audit yang dilaksanakan dalam
realisasi perjanjian kredit di Bank Tabungan Negara Cabang Solo.
b) Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Bank Tabungan
Negara Cabang Solo dalam melakukan suatu legal audit dan langkah-langkah
penyelesaian yang ditempuh oleh Bank Tabungan Negara Cabang Solo.
2. Tujuan Subyektif
a) Untuk mengetahui segala sesuatu tentang legal audit bank guna melakukan
penulisan hukum.
b) Untuk melatih kemampuan dan ketrampilan penulis agar siap terjun di dalam
masyarakat.
c) Untuk menambah wawasan, pengalaman, pengetahuan penulis sebagai mahasiswa
guna melengkapi persyaratan untuk mencapai dan meraih gelar sarjana pada
bidang Hukum di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a) Dapat digunakan sebagai sumbangan karya ilmiah dalam perkembangan ilmu
pengetahuan
b) Salah satu usaha untuk memperbanyak wawasan dan pengalaman serta menambah
pengetahuan tentang Hukum Perdata, Hukum Perbankan, Hukum Perjanjian
Hukum Dagang dan Hukum Jaminan.
c) Dapat bermanfaat dalam mengadakan penelitian yang sejenis berikutnya di
samping itu dapat digunakan sebagai pedoman penelitian yang lain.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi masyarakat umum khususnya pihak pihak yang terkait dengan masalah
perkreditan, diharapkan bisa mendapatkan informasi dan gambaran lebih jelas
mengenai manfaat pelaksanaan legal audit dan kecermatan dalam pelaksanaannya
sebelum perjanjian kredit dan pemberian kredit dilaksanakan dalam kaitannya
untuk melindungi bank dari masalah kredit macet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
mahasiswa, dosen, dan pembaca lain yang tertarik maupum berkepentingan dalam
pelaksanaan pembangunan di bidang perbankan khususnya mengenai perkreditan.
E. Metode Penelitian
Istilah “Metodologi” berasal dari kata “metode” yang berarti “jalan ke”, namun
demikian, menurut kebiasaan metode dirumuskan dengan kemungkinan kemungkinan
sebagai berikut:
1. Suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian
2. Suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan.
3. Cara tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur. (Soerjono Soekanto, 2007:5)
Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang
didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk
mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya,
kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum
tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-
permasalahan yang timbul dalam gejala bersangkutan (Soerjono Soekanto,2007:43).
Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara untuk memecahkan masalah
dengan jalan menemukan, mengumpulkan, menyusun data guna mengembangkan dan
menguji kebenaran suatu pengetahuan yang hasilnya dituangkan dalam penulisan ilmiah
(skripsi). Adapun metode penelitian dalam penulisan hukum ini meliputi:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis pada penelitian ini adalah jenis
penelitian hukum empiris atau non-doktrinal. “pada penelitian hukum empiris,
maka yang diteliti pada awalnya adalah data sekunder, kemudian dilanjutkan pada
data primer di lapangan, atau terhadap masyarakat”(Soerjono Sukanto,2007:52).
Penelitian ini mengkaji mengenai pertimbangan Bank untuk melaksanakan
suatu legal audit dalam rangka mrnciptakan sistem perbankan yang sehat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Soerjono
Soekanto, penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk
memberikan data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala
lainnya. Maksud dari penelitian deskriptif adalah terutama untuk mempertegas
hipotesa-hipotesa agar dapat membantu dalam memperkuat teori-teori baru
(Soerjono Soekanto, 2007:10). Penelitian ini memberikan gambaran yang lengkap
mengenai pelaksanaan legal audit dalam realisasi pemberian kredit di PT. BANK
TABUNGAN NEGARA (PERSERO)TBK Cabang Solo.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian penulisan hukum ini adalah di PT. Bank Tabungan
Negara Cabang Solo yang beralamat di Jalan Slamet Riyadi No. 282, 57141.
4. Jenis Data
Secara umum di dalam penelitian biasanya dibedakan antara data yang
diperoleh secara langsung dari masyarakat dan dari bahan-bahan pustaka. Data
yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dinamakan data primer,
sedangkan yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka lazimnya dinamakan data
sekunder ( Soerjono Soekanto, 2007 : 51).
Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer
Data primer merupakan keterangan atau fakta yang diperoleh secara
langsung melalui penelitian lapangan atau di lokasi penelitian. Data primer
merupakan data yang dikumpulkan dari sejumlah fakta atau keterangan yang
diperoleh secara langsung melalui penelitian lapangan.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang tidak diperoleh secara langsung
dari lapangan, melainkan diperoleh dari studi kepustakaan, yang terdiri dari
Jurnal Internasional serta dari peraturan perundang-undangan, buku-buku,
dokumen, internet dan bahan-bahan kepustakaan dan sumber tertulis lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
5. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Sumber Data Primer
Merupakan sumber data yang berasal dari pihak-pihak yang ada
hubungannya langsung dengan masalah dalam penelitian. Sumber data primer
dalam penelitian ini adalah keterangan dari para pegawai Bank Tabungan
Negara Cabang Solo bagian perkreditan yang mengetahui dan memiliki
pengalaman tentang pelaksanaan Legal Audit dalam realisasi perjanjian kredit.
b. Sumber Data Sekunder
Merupakan sumber data yang mendukung sumber data primer, yaitu
literatur dan Peraturan Perundang-Undangan diantaranya yaitu Undang
Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Peraturan Bank Indonesia Nomor
5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Managemen Risiko Bagi Bank Umum,
Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum dan buku-buku, jurnal yang berhubungan dengan
permasalahan yang diteliti penulis.
6. Teknik Pengumpulan Data
a. Interview (Wawancara)
Wawancara merupakan cara memperoleh informasidengan bertanya
langsung kepada yang diwawancarai. Wawancara merupakan suatu proses
interaksi dan komunikasi. Hasil wawancara ditentukan oleh beberapa factor
yang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi. Factor-faktor tersebut
adalah :
1) Pewawancara;
2) Yang diwawancarai;
3) Topik penelitian yang tertuang dalam pertanyaan;dan
4) Situasi wawancara (M.Syamsudin, 2007:108).
Tipe wawancara yang digunakan adalah wawancara terararh (directive
interview). Hal-hal yang diperhatikan dalam wawancara terarah adalah :
1) Rencana pelaksanaan wawancara;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
2) Mengatur daftar pertanyaandan membatasi jawaban;
3) Memperhatikan karakteristik pewawancara dan yang diwawancarai;
4) Membatasi aspek-aspek dari masalah yang diperiksa (Soerjono Soekanto,
2008:229).
Wawancara ini dilakukan dengan pegawai yang ditunjuk oleh pihak
bank untuk melaksanakan analisis kredit yaitu Ibu Anjar selaku pegawai
bagian Loan Service, Ibu Susi selaku staf bagian Analis dan Bapak Baehaqi
selaku bagian Legal di Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Solo.
Wawancara ini dilakukan secara bebas terpimpin mengenai suatu pokok
permasalahan yang ditentukan, sesuai dengan daftar pertanyaan yang disiapkan
oleh penulis.
b. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah kegiatan pengumpulan dan memeriksa atau
menelusuri dokumen-dokumen atau kepustakaan yang dapat memberikan
informasi atau keterangan yang dibutuhkan oleh peneliti (M. Syamsudin,
2007:101).
Studi kepustakaan dalam penelitian hukum bertujuan untuk
menemukan bahan-bahan hukum baik yang bersifat primer maupun sekunder.
Bahan-bahan hukum inilah yang dijadikan pedoman atau norma dalam
menilai fakta-fakta hukum yang akan dipecahkan sebagai masalah hukum.
7. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses pengorganisasian dan pengurutan data dalam
pola, kategori, dan uraian dasar, sehingga akan dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Lexy J. Moleong,
2002:183). Teknik analisis data adalah suatu uraian tentang cara-cara analisis,
yaitu dengan kegiatan mengumpulkan data kemudian diadakan pengeditan
terlebih dahulu, untuk selanjutnya dimanfaatkan sebagai bahan analisis yang
sifatnya kualitatif.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis kualitatif
dengan interaktif model yaitu komponen reduksi data dan penyajian data
dilakukan bersama dengan pengumpulan data, kemudian setelah data terkumpul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
maka tiga komponen tersebut berinteraksi dan bila kesimpulan dirasakan kurang
maka perlu ada verifikasi dan penelitian kembali mengumpulkan data lapangan
(H.B. Sutopo, 2002 : 8).
Menurut H.B. Sutopo, ketiga komponen tersebut adalah :
a. Reduksi Data
Merupakan proses seleksi, penyederhanaan dan abstraksi dari data (fieldnote).
b. Penyajian Data
Merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi
yang memungkinkan kesimpulan penelitian yang dapat dilakukan. Sajian data
harus mengacu pada rumusan masalah sehingga dapat menjawab
permasalahan-permasalahan yang diteliti.
c. Kesimpulan dan Verifikasi
Dari permulaan data, seorang penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda-
benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang
mungkin, alur sebab akibat dan proporsi. Kesimpulan akan ditangani dengan
longgar, tetap terbuka dan skeptis, tetapi kesimpulan telah disediakan, mula-
mula belum jelas, meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan pokok.
Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung.
Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam
pemikiran Penganalisis selama ia menulis, atau mungkin dengan seksama dan
makan tenaga dengan peninjauan kembali (HB. Sutopo, 2002 : 97).
Dalam pengumpulan data peneliti harus sudah memahami arti berbagai hal yang
ditemui. Dengan melakukan pencatatan peraturan-peraturan dan pola-pola, pernyataan-
pernyataan dan konfigurasi yang mungkin, arahan, sebab akibat, dan berbagai
kemungkinan, kesimpulan perlu dipastikan agar cukup meyakinkan dan benar-benar bisa
dipertanggungjawabkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Untuk lebih jelasnya, analisis data kualitatif model interaktif dapat digambarkan
dengan skema sebagai berikut:
Gambar 1. Model Analisis Interaktif
(H.B. Sutopo . 2002. Pengantar Penelitian Kualitatif)
Maksud model analisis interaktif ini, pada waktu pengumpulan data Peneliti
selalu membuat reduksi dan sajian data. Reduksi dan sajian data harus disusun pada
waktu Peneliti sudah memperoleh unit data dari sejumlah unit yang diperlukan dalam
penelitian. Pada waktu pengumpulan data sudah berakhir, Peneliti mulai melakukan
usaha untuk menarik kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan pada semua hal yang
terdapat dalam reduksi maupun sajian datanya. Jika kesimpulan dirasa kurang mantap
karena kurangnya rumusan dalam reduksi maupun sajiannya, maka Peneliti dapat
kembali melakukan kegiatan pengumpulan data yang sudah terfokus untuk mencari
pendukung kesimpulan yang ada dan juga bagi pendalaman data (HB. Sutopo, 2002 : 95
– 96).
F. Sistematika Penulisan Hukum
Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh yang sesuai dengan aturan baru
dalam penulisan karya ilmiah, maka penulis menyiapkan suatu sistematika dalam
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan/ verifikasi
Sajian Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
penyusunan penulisan hukum. Adapun sistematika penulisan hukum terdiri dari 4
(empat) bab, dimana tiap-tiap bab terbagi atas sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk
memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian ini. Sistematika dalam
penulisan hukum ini sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bagian awal bab ini penyusun berusaha memberikan gambaran awal
mengenai penelitian ini yaitu yang meliputi:
A. Latar Belakang masalah
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian,
D. Manfaat Penelitian,
E. Metode Penelitian
F. Sistematika Penelitian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Umum tentang Kredit
2. Tinjauan Umum tentang Perjanjian
3. Tinjauan Umum tentang Legal Audit
4. Tinjauan Umum tentang Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998
Tentang Perbankan
5. Tinjauan Umum tentang Peraturan Bank Indonesia Nomor
5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Managemen Risiko Bagi Bank
Umum
6. Tinjauan Umum tentang Peraturan Bank Indonesia Nomor
13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
B. Kerangka Pemikiran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi.
2. Pelaksanaan Legal Audit di Bidang Kredit di Bank Tabungan Negara
Kantor Cabang Solo.
3. Hambatan Hambatan dalam Pelaksanaan Legal Audit dalam Realisasi
Perjanjian Kredit dan Penyelesaiannya di PT. Bank Tabungan Negara
Cabang Solo.
B. Pembahasan
BAB IV : PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Umum Tentang Kredit
a. Pengertian Kredit
Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, mengatur
mengenai pengertian kredit yaitu Pasal 1 angka 12 yang menyatakan bahwa :
"kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat di persamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil
keuntungan". Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
(Undang-Undang yang diubah), pengertian kredit diatur dalam Pasal 1 butir 11,
"kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan
pihak lain, yang mewajibkan pihak lain untuk melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga".
Dari defenisi diatas, dapat ditarik kesimpulan, bahwa unsur-unsur kredit:
1) Kepercayaan.
Adanya keyakinan dari pihak bank terhadap prestasi yang diberikan
kepada nasabah debitur yang akan dilunasinya sesuai dengan jangka waktu
yang diperjanjikan.
2) Jangka Waktu.
Adanya jangka waktu antara pemberian kredit dan pelunasannya,
dimana jangka waktu tersebut sebelumnya telah ditentukan terlebih dahulu,
berdasarkan kesepakatan bersama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
3) Prestasi.
Adanya objek berupa prestasi dan kontraprestasi pada saat tercapainya
kesepakatan dalam perjanjian pemberian kredit antara bank dengan nasabah
debitur, berupa bunga atau imbalan.
4) Risiko.
Adanya jangka waktu antara pemberian kredit dan pelunasannya,
memungkinkan adanya risiko dalam perjanjian kredit tersebut. Untuk
mencegah terjadinya risiko tersebut (berupa wanprestasi), maka diadakan
pengikatan jaminan/agunan yang dibebankan kepada pihak nasabah debitur.
(Hermansyah, 2009:58-59)
b. Peranan Kredit dalam Perekonomian
Seiring perkembangan perekonomian nasional di era globalisasi saat ini,
kredit akan mengambil alih sebagian fungsi uang (yang dipergunakan untuk
pembayaran tunai) karena hampir segala hal dilakukan dengan kredit. Maka
peranan kredit dalam perekonomian modern yang seperti itu adalah:
1) Kredit dapat meningkatkan efisiensi penggunaan uang atau modal dengan
meningkatkan produktivitas masyarakat.
2) Kredit dapat meningkatkan efisiensi penggunaan barang, karena kredit dapat
membantu proses produksi dari bahan hingga barang jadi dan sekaligus juga
membantu pemindahan barang dari produsen kepada konsumen dalam proses
marketing; kredit ikut melancarkan arus barang.
3) Kredit dapat meningkatkan arus peredaran lalu lintas uang, misalnya, melalui
penggunaan cek, giro, wesel, promes, dan kartu kredit yang diterbitkan oleh
bank.
4) Kredit dapat menjadi alat stabilitas ekonomi yang dilakukan melalui
kebijaksanaan ekspansi dan kontraksi kredit, misalnya, dengan politik
diskonto oleh bank sentral.
5) Kredit dapat berfungsi sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan
nasional suatu negara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
6) Kredit dapat menciptakan daya beli baru bagi para debitur, meskipun debitur-
debitur itu tidak memiliki uang tunai dalam saldo neracanya
(http://kuliahade.wordpress.com/2010/06/27/hukum-perbankan-kredit-bank-ii
diakses 25 November 2010 pukul 09.25).
c. Macam macam Kredit Bank
Kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk
masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum jenis kredit (Kasmir,
2004:109) dapat dibedakan berdasarkan:
1) Jangka waktunya
a) Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum satu
tahun. Setelah berakhirnya jangka waktu biasanya oleh bank diberi
perpanjangan waktu lagi atas permohonan, debitur
b) Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang berjangka waktu antara satu
tahun sampai tiga tahun
c) Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari tiga
tahun. Kredit jangka panjang ini pada umumnya adalah investasi yang
bertujuan untuk menambah modal perusahaan dalam jangka rehabilitasi,
ekspansi (perluasan), dan pendirian proyek baru.
2) Menurut sifat penggunaannya
a) Kredit investasi, yaitu kredit jangka panjang yang biasanya digunakan
untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek atau pabrik baru
atau untuk keperluan rehabilitasi
b) Kredit modal kerja, yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan
meningkatkan produksi dalam operasionalnva
3) Menurut tujuannya
a) Kredit produksi atau eksploitasi, yaitu kredit yang digunakan untuk
peningkatan usaha atau produksi atau investasi untuk meningkatkan
barang atau jasa
b) Kredit perdagangan, kredit yang digunakan untuk membeli barang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang
dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-
agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar
c) Kredit konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk dikonsumsi pribadi.
Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan,
karena memang digunakan atau dipakai oleh seorang atau badan usaha.
4) Menurut jaminannya
a) Kredit dengan jaminan, yaitu kredit yang diberikan dengan suatu jaminan,
jaminan itu dapat berbentuk barang berwujud dan tidak berwujud atau
jaminan orang
b) Kredit tanpa jaminan, yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan atau
orang tertentu. Kredit ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan
karakter serta loyalitas atau nama baik debitur
d. Syarat kredit
Ketika bank memberikan pinjaman uang kepada nasabah, bank tentu saja
mengharapkan uangnya kembali. Karenanya, untuk memperkecil risiko (uangnya
tidak kembali, sebagai contoh), dalam memberikan kredit bank harus
mempertimbangkan beberapa hal yang terkait dengan itikad baik (willingness to
pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) nasabah untuk melunasi kembali
pinjaman beserta bunganya. Hal-hal tersebut terdiri dari Character (kepribadian),
Capacity (kapasitas), Capital (modal), Colateral (jaminan), dan Condition of
Economy (keadaan perekonomian), atau sering disebut sebagai 5C (panca C).
(Multiply, Tinjauan umum tentang kredit,
http://pumkienz.multiply.com/reviews/item/1, diakses 15 Desember 2010 Pukul
13.20)
1) Karakter
Watak, sifat, kebiasaan debitur (pihak yang berutang) sangat
berpengaruh pada pemberian kredit. Kreditur (pihak pemberi utang) dapat
meneliti apakah calon debitur masuk ke dalam Daftar Orang Tercela (DOT)
atau tidak. Untuk itu kreditur juga dapat meneliti biodatanya dan informasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
dari lingkungan usahanya. Informasi dari lingkungan usahanya dapat
diperoleh dari supplier dan customer dari debitur. Selain itu dapat pula
diperoleh dari Informasi Bank Sentral, namun tidak dapat diperoleh dengan
mudah oleh masyarakat umum, karena informasi tersebut hanya dapat di akses
oleh pegawai Bank bidang perkreditan dengan menggunakan password dan
komputer yang terhubung secara on-line dengan Bank sentral.
2) Kapasitas
Kapasitas adalah berhubungan dengan kemampuan seorang debitur
untuk mengembalikan pinjaman. Untuk mengukurnya, kreditur dapat meneliti
kemampuan debitur dalam bidang managemen, keuangan, pemasaran, dan
lain-lain.
3) Modal
Dengan melihat banyaknya modal yang dimiliki debitur atau melihat
berapa banyak modal yang ditanamkan debitur dalam usahanya, kreditur dapat
menilai modal debitur. Semakin banyak modal yang ditanamkan, debitur akan
dipandang semakin serius dalam menjalankan usahanya.
4) Jaminan
Jaminan dibutuhkan untuk berjaga-jaga seandainya debitur tidak dapat
mengembalikan pinjamannya. Biasanya nilai jaminan lebih tinggi dari jumlah
pinjaman.
5) Kondisi ekonomi
Keadaan perekonomian di sekitar tempat tinggal calon debitur juga
harus diperhatikan untuk memperhitungkan kondisi ekonomi yang akan
terjadi di masa datang. Kondisi ekonomi yang perlu diperhatikan antara lain
masalah daya beli masyarakat, luas pasar, persaingan, perkembangan
teknologi, bahan baku, pasar modal, dan lain sebagainya. (Sutarno, 2003:93-
94)
e. Jaminan Kredit
Penilaian terhadap jaminan pada dasarnya dilakukan terhadap barang-
barang yang akan dijaminkan oleh nasabah kepada Bank. Penilaian dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
dengan cara menaksir nilai barangnya sudah dapat menutup kredit yang akan
diberikan bank seandainya nasabah tidak dapat melunasi hutangnya di kemudian
hari.
Sehubungan dengan itu, dalam penjelasan Pasal 8 undang undang
perbankan diuraikan bahwa apabila berdasarkan unsure-unsur lain Bank telah
mendapat keyakinan tentang kemampuan nasabah untuk mengembalikan
hutangnya, agunan bisa hanya berupa barang, proyek atau hak tagih yang dibiayai
dengan kredit yang bersangkutan. Bank tidak wajib meminta agunan tambahan
berupa barang yang tidak berkaitan langsung dengan obyek yang dibiayai dengan
kredit Bank. (Gatot Supramono, 2009: 160)
2. Tinjauan Umum tentang Perjanjian
a. Pengertian Perjanjian
Peraturan yang berlaku bagi perjanjian diatur dalam buku Ketiga Kitab
Undang Undang Hukum Perdata Tentang Perikatan yaitu Pasal 1313 yaitu: “Suatu
perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang atau lebih”. Perjanjian diatur dalam Buku Ketiga
Kitab Undang Undang Hukum Perdata karena perjanjian merupakan salah satu
sumber dari perikatan, dikatakan salah satu karena ada sumber lain dari suatu
perikatan yaitu undang-undang. (Gatot Supramono, 2009:163)
Definisi lain mengenai perjanjian adalah merupakan suatu peristiwa
dimana seseorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling
berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dari peristiwa itu, menimbulkan suatu
hubungan antara dua orang tersebut yang kemudian dinamakan perikatan. Dalam
bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung
janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. (Subekti, 2002:1)
b. Asas-asas perjanjian
Menurut pendapat Gatot Supramono. dalam hukum perjanjian ddikenal
ada beberapa macam asas dalam melaksanakan suatu perjanjian yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
1) Asas konsensualisme
Sesuai dengan artinya konsensualisme adalah kesepakatan, maka asas
ini menetapkan bahwa terjadinya suatu perjanjian setelah terjadi kata sepakat
dari kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian. Dengan kesepakatan
maka perjanjian menjadi sah dan mengikat bagi para pihak dan berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka, hal ini terdapat dalam Pasal 1320 Kitab
Undang Undang Hukum Perdata.
2) Asas kebebasan berkontrak
Asas ini menyebutkan bahwa setiap orang mempunya kebebasan untuk
mengadakan suatu perjanjian yang berisi apa saja, asalkan perjanjian tidak
bertentangan dengan kepatutan, kebiasaan dan undang-undang. Dalam KItab
Undang Undang Hukum Perdata asas kebebasan berkontrak terdapat pada
Pasal 1339.
3) Asas kepribadian
Menurut asas kepribadian, seseorang hanya diperbolehkan mengikatkan
diri untuk kepentingan dirinya sendiri dalam suatu perjanjian. Asas ini
terdapat dalam Pasal 1315 Kitab Undang Undang Hukum Perdata.
4) Asas itikad baik
Asas itikad baik di dalam hukum perjanjian hanya terdapat pada waktu
melaksanakan perjanjian. Dalam pasal 1338 Kitab Undang Undang Hukum
Perdata menyebutkan bahwa perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad
baik, apapun yang telah diperjanjikan harus dilaksanakan dengan penuh
kejujuran sesuai dengan maksud dan tujuannnya.
5) Asas keadilan
Asas keadilan lebih ditujukan kepada isi dari perjanjian bahwa
perjanjian harus mencerminkan adanya keadilan bagi kedua belah pihak yang
mengadakan perjanjian. Asas keadilan diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang
Undang Hukum Perdata.
6) Asas kepatutan
Suatu perjanjian dibuat bukan hanya semata-mata memperhatikan
ketentuan undang-undang, akan tetapi kedua belah pihak harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
memperhatikan pula tentang kebiasaan, kesopanan dan kepatutan yang
berlaku di masyarakat. Asas kepatutan terdapat dalam Pasal 1337 Kitab
Undang Undang Hukum Perdata.
7) Asas kepercayaan
Para pihak melakukan perjanjian harus dilandasi dengan rasa saling
percaya karena kepercayaan menyangkut saling memenuhi kewajibannya
seperti yang telah diperjanjikan. (Gatot Supramono, 2009: 164-165)
c. Syarat-syarat sahnya suatu perjanjian
Membuat suatu perjanjian itu harus memenuhi syarat-syarat supaya
perjanjian tersebut diakui dan mengikat para pihak yang membuatnya. Syarat-
syarat sahnya suatu perjanjian menurut Pasal 1320 Kitab Undang Undang Hukum
Perdata yaitu:
(1) Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya.
(2) Cakap untuk membuat suatu perjanjian
(3) Mengenai hal atau obyek tertentu
(4) Adanya suatu sebab yang halal
Syarat pertama dan kedua disebut syarat subyektif karena menyangkut
orang orang atau pihak-pihak yang membuat perjanjian yang mana merupakan
subyek yang membuat suatu perjanjian. Sedangkan syarat ketiga dan keempat
adalah sebagai syarat obyektif karena menyangkut mengenai obyek yang
diperjanjikan oleh orang-orang atau subyek yang membuat perjanjian. (Sutarno,
2003: 78)
d. Hapusnya Perjanjian
Tentang berakhirnya atau hapusnya suatu perjanjian terdapat dalam Pasal
1381 Kitab Undang Undang Hukum Perdata bahwa hapusnya suatu
perjanjiandisebabkan hal-hal sebagai berikut:
(1) Adanya pembayaran;
(2) Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan atau
dalam bahasa Belanda dinamakan consignatie;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
(3) Novasi atau pembaruan utang;
(4) Kompensasi atau perjumpaan hutang;
(5) Percampuran hutang;
(6) Pembebasan hutang;
(7) Musnahnya barang yang terhutang;
(8) Pembatalan perjanjian;
(9) Berlakunya suatu syarat batal;
(10) Daluarsa atau lewatnya waktu.
e. Perjanjian Kredit
Perjanjian Kredit sama halnya dengan perjanjian secara umum yang diatur
dalam Buku III Kitab Undang Undang Hukum Perdata. Namun, tidak ada satupun
peraturan perundang-undangan yang khusus mengatur tentang Perjanjian Kredit,
bahkan dalam Undang-Undang Perbankan sekalipun. Istilah perjanjian Kredit
terdapat dalam Surat Keputusan Direksi Bank Nagari (PT. BPD Sumbar) Nomor
SK/208/Dir/07-2000 tentang Perjanjian Kredit dan Ketentuan Umum Pemberian
Kredit oleh Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat.
Menurut Soebekti, Perjanjian Kredit pada hakikatnya sama dengan
Perjanjian Pinjam Meminjam yang diatur dalam Pasal 1754 sampai 1769 Kitab
Undang Undang Hukum Perdata. Dalam prakteknya, Perjanjian Kredit memiliki 2
(dua) bentuk, yaitu:
1) Dalam Bentuk Akta Bawah Tangan (Pasal 1874 Kitab Undang Undang
Hukum Perdata) merupakan akta perjanjian yang baru memiliki kekuatan
hukum pembuktian apabila diakui oleh pihak-pihak yang menanda-tangani
dalam akta perjanjian tersebut. agar akta ini tidak mudah dibantah, maka
diperlukan pelegalisasian oleh Notaris, agar memiliki kekuatan hukum
pembuktian yang kuat seperti akta otentik.
2) Dalam bentuk Akta Otentik, merupakan akta perjanjian yang memiliki
kekuatan hukum pembuktian yang sempurna, karena ditanda tangani langsung
oleh pejabat pembuat akta, yaitu Notaris, dan akta ini dianggap sah dan benar
tanpa perlu membuktikan keabsahan tanda tangan pihak lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
3. Tinjauan Umum tentang Legal Audit
a. Pengertian Legal Audit
Pemeriksaan adalah suatu proses penilaian dalam arti yang luas secara
independen terhadap data dan fakta untuk menilai tingkat kesesuaian, tingkat
keamanan dan tingkat kewajaran yang disajikan dalam lapotan mengenai opini dan
saran perbaikan. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan definisi atau pengertian
legal audit adalah merupakan suatu proses penilaian terhadap data dan fakta atas
transaksi yang dilakukan oleh perusahaan/bank dengan pihak lainnya untuk menilai
tingkat keamanan perusahaan, terutama dalam hal legal risk aspect yang pada
akhirnya akan membahayakan harta perusahaan/bank, yang disajikan dalam laporan
hasil pemeriksaan mengenai opini dan saran perbaikan.(Hasanudin Rahman, 2000:
19-20)
Dari pengertian legal audit tersebut di atas dapat dikemukakan lebih lanjut
bahwa :
1) Suatu transaksi tentulah ada data dan fakta yang mendasarinya, yaitu suatu
kesepakatan antara bank dengan pihak lainnya tentang sesuatu hal tertentu, baik
di bidang dana maupun bidang kredit.
2) Data dan fakta yang diperiksa aspek yuridisnya adalah data dan fakta yang
menyangkut suatu trar.saksi antara bank dengan pihak ketiga, karena data dan
fakta inilah yang mengandung nilai-nilai yuridis yang melahirkan hak dan
kewajiban. Atau dengan kata lain, data dan fakta transaksi intern bank tidak
termasuk dalam sasaran Legal Audit.
3) Suatu pemeriksaan, adalah suatu proses penilaian oleh legal auditor terhadap
suatu transaksi yang dilakukan oleh bank dengan pihak lainnya.
4) Pemeriksaan yang dilakukan oleh legal auditor tentulah dilakukan dengan
tegas, dalam arti bahwa setiap kekurangan/kelemahannya harus diungkapkan,
sehingga nantinya dapat ditindaklanjuti oleh auditee (aparat pelaksana).
5) Penilaian yang dilakukan oleh legal auditor adalah tingkat keamanan bank,
terutama apabila bank akan berperkara di pengadilan (kelengkapan dan
kesempurnaan hukum bukti-bukti yang ada)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
6) Yang dimaksud dengan legal risk aspect adalah risiko tidak siapnya bank untuk
berperkara di pengadilan karena adanya penyimpangan/problem yang terjadi
sebagai akibat tidak dipenuhinya aspek- aspek suatu transaksi, yang pada
akhirnya akan berdampak kerugian atau membahayakan harta perusahaan/bank.
7) Legal auditor juga dilengkapi dengan laporan hasil pemeriksaan yang berisi
opini dan saran perbaikan, opini yang disampaikan adalah opini yuridis, yaitu
yang menyangkut kelemahan, kekurangan dan cacat yuridis yang terkandung
dalam suatu transaksi. Sedangkan saran perbaikan adalah yang menyangkut
penguatan/ penyempurnaan suatu data dan fakta transaksi sebagai alat bukti
secara yuridis formal(Hasanudin Rahman, 2000:20-21).
Kandungan hukum dalam suatu transaksi yang dilakukan bank dengan
nasabahnya sangat besar, dan itu hanya merupakan salah satu alasan penting legal
audit diperlukan dalam operasional perbankan. Permasalahan perbankan yang
semakin hari semakin memperlihatkan kurangnya pengetahuan hukum bagi aparat
pelaksana perbankan yang menuntut dunia perbankan untuk menata diri lebih
professional disamping mampu mengantisipasi perubahan akibat arus informasi dan
globalisasi. Hal-hal tersebut untuk menunjang landasan gerak perbankan agar
mampu menampung tuntutan pengembangan jasa perbankan yang ada, juga untuk
lebih meningkatkan kemajuan-kemajuan secara berkesinambungan, sehingga jasa
perbankan benar-benar dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya pada
pelaksanaan pembangunan nasional (Annida, Legal Audit/legal due
diligence,http://annida.harid.web.id/?p=356, diakses tanggal 07 Desember 2010
Pukul 08.35).
Legal Audit di bidang kredit sangat diperlukan dalam suatu lembaga
perbankan untuk menghindari dan mencegah adanya Legal Risk dalam pemberian
kredit, seperti diterangkan dalam Jurnal Nasional di Italy, yang isinya sebagai
berikut :
“The exemption from administrative liability for crimes is, for enterprises, an opportunity to reduce the risk of legal action, lawsuits or juridical proceedings (legal risk). This means that managers can reduce the probability of negative situations and of losses due to Pecuniary penalties, Disqualification penalties, Confiscation and Filings of judgement. The reduction of legal risks is allowed only if the company has implemented organizational and management models
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
which prevent the crimes, this implies an improvement of the Internal Audit. Our objective is to show that there are some important connections between these factors, in particular we will illustrate that legal risk can be reduced if the company puts into practice a Risk Assessment Process and an efficient Internal Audit System. These synergies led to the abovementioned risk-reduction (Corporate Ownership & Control / Volume 4, Issue 4, Summer 2007/ Corporate Governance in Italy).
Dalam Jurnal Negara Italy tersebut diterangkan bahwa pelaksanaan Legal
Audit yang merupakan salah satu perwujudan dari pelaksanaan internal control
bertujuan untuk mengurangi dan mencegah terjadinya aksi hukum, dan proses-
proses yudisial atau lebih umumnya disebut Legal Risk. Pengurangan dan
pencegahan terhadap terjadinya suatu Legal Risk dapat dilakukan oleh manager
atau pihak-pihak lain sesuai dengan wewenangnya. Kesimpulannya yaitu Legal
Risk dapat dicegah dengan dilaksanakannya system internal audit yang efisien.
Perkembangan perekonomian bergerak cepat disertai dengan banyaknya dan
bervariasinya tantangan yang dihadapi, tentunya hal itu selalu diikuti secara tanggap
oleh perbankan nasional dalam menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya. Untuk
itu perbankan nasional perlu diperkuat dengan landasan hukum dan pengetahuan
hukum bagi aparatnya yang dibutuhkan bagi terselenggaranya pembinaan dan
pengawasan yang mendukung peningkatan kemampuan perbankan menjalankan
fungsinya secara sehat, wajar dan efisien, sekaligus memungkinkan perbankan
nasional melakukan penyesuaian yang diperlukan sejalan dengan berkembangnya
norma-norma perbankan secara internasional.
Gencarnya pembentukan hukum perbankan saat ini adalah bentuk upaya
penyempurnaan terhadap hukum yang telah ada. Hal itu dimaksudkan agar
perbankan Indonesia memiliki landasan gerak yang kokoh yang membawa ke arah
sikap yang lebih tanggap terhadap perkembangan pembangunan nasional, sehingga
perbankan nasional mampu berperan dalam peningkatan taraf hidup rakyat banyak,
juga mampu menjadi pelaku pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, serta
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional (Muhamad Djumhana,
1993:3).
Fenomena-fenomena tersebut harus diiringi dengan kemauan dan tekad dari
perbankan untuk tunduk dan taat terhadap aturan-aturan yang ada, baik langsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
maupun tidak langsung berhubungan dengen transaksi perbankan. Tindakan mana,
salah satunya adalah dengan serangkaian kegiatan pemeriksaan hukum (legal audit)
atas semua transaksi yang dilakukan bank dengan pihak lainnya. Sehingga selain
dapat menjadi proteksi bagi bank dari legal risk, juga dapat menjadi penilaian
sampai sejauh mana kepatuhan perbankan terhadap hukum dan peraturan
perundang-undangan sebagai hukum positif yang berlaku di negara ini, yang pada
akhirnya akan melahirkan suatu kondisi perbankan yang sehat dan terpercaya,
sehingga tidak ada lagi cerita bank yang mengalami rush bahkan likuidasi.
b. Fungsi Legal Audit Di Bidang Kredit Sebagai Pengawasan Internal Bank
Efektivitas pengawasan internal pada suatu bank merupakan tolok ukur di
dalam penilaian tingkat kesehatan bank tersebut terutama dalam kaitannya dengan
penilaian aspek manajemen. Rumusan dari pengawasan internal itu sendiri dalam arti
luas adalah pengendalian managerial, yaitu suatu sistem yang digunakan oleh
manajemen perusahaan untuk mengawasi atau mengendalikan kegiatan perusahaan
dengan cara membandingkan antara realisasi performance / kinerja terhadap rencana
yang telah ditetapkan serta menjamin bahwa seluruh sumber daya yang dimiliki oieh
perusahaan telah digunakan secara efektif dan efisien. Sedangkan dalam arti sempit
kegiatan pengawasan itu adalah audit atau pemeriksaan yeng dilakukan terhadap
suatu objek tertentu dan pada dasarnya merupakan bagian dari pada kegiatan
pengawasan itu sendiri. (Hasanudin Rahman, 2000: 33)
Salah satu fungsi managemen yang penting dalam setiap kegiatan usaha
adalah dalam bentuk pengawasan. Tujuannya antara lain untuk menjaga dan
mengamankan harta milik perusahaan dari penyimpangan-penyimpangan baik dari
pihak intern maupun dari pihak ekstern, memajukan efisiensi dan efektivitas usaha
yang dilakukan, mendorong dipatuhinya kebijakan managemen, serta untuk menjaga
agar tercapainya system managemen informasi yang baik. Ada berbagai pendkatan
yang dapat dilakukan dalam melakukan pengawasan, salah stunya yaitu dengan
audit. (Teguh Pudjo Muljono, 1999:2-3)
Dari rumusan di atas, dapat dikatakan bahwa pengawasan merupakan bagian
dari fungsi manajemen dan aparat pengawasan merupakan alat dari manajemen,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
sehingga bertindak untuk dan atas nama manajemen serta bertanggung jawab penuh
terhadap manajemen. Akan tetapi, dengan semakin besarnya organisasi serta semakin
meluasnya jangkauan usaha, maka kegiatan pengawasan yang sebelumnya
merupakan ruang lingkup dari pada fungsi manajemen menjadi sulit untuk diterapkan
secara penuh karena tentu akan mengurangi objektivitas maupun inde-pendensinya.
Oleh karena itu, untuk melaksanakan fungsi pengawasan tersebut diperlukan suatu
unit organisasi yang berdiri sendiri serta terpisah dari kegiatan rutin dan tangnung
jawab pekerjaannya juga beralih menjadi tanggung jawab kepada Beard of Directors
(Dewan Direksi).
Manajemen dalam hal ini bertanggung jawab untuk menerapan kebijakan
pengawasan, perencanaan dan pemeliharaan serta pengembangan sistem pengawasan
yang sekaligus membuat suasana yang kondusif bagi suksesnya pelaksanaan
kegiatan pengawasan tersebut. Sistem pengawasan itu sendiri harus mampu
memberikan jaminan yang wajar bahwa harta perusahaan dapat diselamatkan dan
informasi-informasi atas segala kegiatan perusahaan (yang diperlukan) dapat setiap
waktu diperoleh serta dapat dipercaya. Sistem pengawasan tersebut harus
memungkinkan adanya deteksi dini (early warning) terhadap adanya kesalahan dan
kecurangan sehingga mudah untuk ditemui, serta segera dapat diperbaiki yang pada
gilirannya dapat mengembangkan efisiensi di dalam operasi perusahaan. Selanjutnya,
melalui sistem tersebut juga harus dapat dikembangkan kepatuhan terhadap kebijakan
manajemen, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku serta
dijalankannya prinsip-prinsip perbankan yang sehat.
Pengawasan perbankan dapat diwujudkan dengan adanya sistem internal
control, seperti diterangkan dalam West Law pada tahun 1993 : “Internal controls
are those systems through which the bank provides for and ensures continuing
compliance, such as policies and procedures, are grouped under that heading,
they may exist individually in various degrees from bank to bank”. Menurut West
Law, internal control adalah merupakan suatu system yang mana bank
menyediakan dan memastikan kebenaran suatu kebijakan dan prosedur yang ada
dalam suatu bank. Internal Control suatu bank berbeda-beda sesuai kebijakan
yang ada dalam suatu bank ( Thomson Reuters, January 1993, Approx. 7 pages).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Pada dasarnya kegiatan audit dalam suatu bank haruslah merupakan bagian
daripada pelaksanaan sistem pengawasan yang mampu mengantisipasi kepentingan-
kepentingan protektif dan korektif/konstruktif sehingga efektivitas maupun efisiensi
dari operasional bank tersebut terjamin. Sifat protektif di sini adalah kemampuan
untuk mengamankan harta kekayaan bank, dipatuhinya bank policies, terjaminnya
kebenaran, ketepatan/kewajaran data-data administrasi, management information
system dan Iain-Iain yang secara umum mencakup pengamanan fisik serta
pengamanan administratif. Adapun sifat korektif/konstruktif adalah umpan balik
untuk segera menyampaikan adjustment yang dimaksudkan untuk menciptakan
keadaan yang lebih baik, mengurangi adanya unfavourable condition serta
mengetahui (melalui swot analysis) potensi-potensi untuk perkembangan usaha yana
mampu mendukung profitabilitas bank.
Fungsi lembaga pengawasan internal secara umum adalah membantu
manajemen di dalam mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien dengan
jalan memberikan analisis yang akurat serta penilaian terhadap segala bentuk
aktivitas bank. Untuk mekanisme fungsi dimaksud maka aparat lembaga pengawasan
internal mempunyai tugas sebagai berikut:
1) melaksanakan monitoring dan pemeriksaan terhadap segala akti-
vitas bank;
2) melakukan pengujian dan atau analisis terhadap data-data alat bukti dan lain-
lain yang berkaitan dengan pemeriksaan tersebut, dengan menggunakan secara
optimal terknik-teknik pemeriksaan yang berlaku;
3) melaporkan hasil pemeriksaan dan monitoring yang sudah berlalu;
dan memberikan saran dan pendapat secara objektif dan independen
atas temuan pemeriksaan.
Dalam melakukan fungsi/tugas tersebut, aparat lembaga pengawasan
harus berpijak kepada suatu landasan kerja yang meliputi:
1) peraturan pemerintah;
2) peraturan managemen bank;
3) kebijakan yang dikeluarkan managemen bank;
4) praktek-praktek perbankan yang sehat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Adapun tujuan pelaksanaan fungsi/tugas-tugas tersebut di antaranya adalah:
1) Dapat dipercayainya informasi yang ada pada perusahaan, melalui pola MIS
yang efektif;
2) Dipatuhinya kebijaksanaan, rencana, prosedur, peraturan dan hukum yang
berlaku;
3) Dilindunginya (secara optimal) harta perusahaan;
4) Adanya penggunaan sumber daya yang .dimiliki perusahaan secara
efisien dan ekonomi; dan
5) Dapat dicapainya tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya;
serta
6) Dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, yaitu nasa-
bah, masyarakat, pemilik, pengurus, karyawan dan pemerintah. (Hasanudin
Rahman, 2000:36)
Setiap bank memerlukan aparat independen untuk membantu manajemen
dalam pengendalian internal, karena setiap level manajemen mempunyai keterbatasan
rentang kendali yang dimiliki. Sedangkan prinsip pengendalian intern itu sendiri
adalah :
1) Adanya struktur organisasi yang memisahkan antara fungsi dan tanggung
jawab secara jelas dan tegas;
2) Adanya sistem dan prosedur untuk menjamin transaksi telah dilakukan
dengan benar;
3) Praktek yang sehat, maksudnya pihak yang menilai harus independen dan
obyektif; serta
4) pegawai yang cakap, ada job discription, job instruction dan job
qualification.(Hasanudin Rahman, 2000:36)
Legal Audit dalam struktur organisasi terdiri dari intemal auditor (pemeriksa
internal) atau pengawasan internal atau lebih luas lagi pengendali internal.
Keberadaan legal audit adalah sebagai perwujudan pengendalian intern, tidak hanya
sampai pengawasan internal, kerena legal audit perlu tindak lanjut, tanpa tindak
lanjut jelas legal risk dan indirect financial risk akan ditanggung oleh bank.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa salah satu tujuan legal audit
adalah mengamankan aset/harta kekayaan bank, dalam rangka mencapai tujuan
tersebut legal auditor melakukan langkah-langkah pemeriksaan hukurn terhadap
seluruh transaksi yang dilakukan bank dengan nasabahnya, termasuk transaksi
dengan bank lain dan melakukan pemeriksaan apakah transaksi yang dibuat
tersebut tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang ada.
Selama ini memang Bank telah melakukan legal audit terhadap transaksi perbankan
dengan pihak lainnya, namun legal audit yang dilakukan perbankan selama ini lebih
banyak bersifat check point. Hal ini tidak akan menemui kelemahan-kelemahan
yuridis atau penyimpangan yang mungkin ada karena pemeriksaan tidak dilakukan
secara teliti dan mendalam terhadap objek yang diperiksa. Perjanjian kredit, mulai
dari tanggal pembuatan, isi perjanjian dan tanda tangan para pihak, harus diperiksa
tingkat kesesuaian dan dipastikan tidak ada kelemahan-kelemahan yang berakibat
adanya cacat yuridis terhadap perjanjian tersebut. Lebih jelasnya, fungsi legal audit
adalah untuk mengetahui kekuatan/ kesempurnaan data dan fakta sebagai dokumen
transaksi bank dengan nasabahnya (pihak lainnya), agar bila di kemudian hari terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan, bank telah mempunyai alat bukti yang kuat, lengkap
dan sempurna untuk menjalankan suatu tindakan hukum bila dianggap perlu, di sini
yang dinilai adalah kemampuan manajemen dalam bertransaksi dalam hal legal
aspect dan dikaitkan dengan coorporate image risk aspect dan financal risk aspect,
serta yang berkenaan dengan fungsi fungsi manajemen lainnya. Oleh karena itu,
dalam legal audit, analisis yang dilakukan lebih banyak bersifat kualitatif daripada
kuantitatif.(Hasanudin Rahman, 2000:37-38)
c. Tinjauan mengenai Legal Audit di bidang kredit
Secara umum kredit diartikan sebaaai "the ability to borrow on the opinion
conceived by the lender that he will be repaid'. Di dalam perpustakaan Hukum
Perdata terdapat beberapa pendirian mengenai arti kredit itu :
a) Savelberg menyatakan kredit mempunyai arti antara lain :
1) Sebagai dasar dari setiap perikatan (verbintenis) di mana seseorang berhak
menuntut sesuatu dari orang lain;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
2) Sebagai jaminan, di mana seseorang menyerahkan sesuatu kepada orang
lain dengan tujuan untuk memperoleh kembali apa yang diserahkan itu
(commodatus, depositus, regulare, pignus).
b) Levy merumuskan arti hukum dari kredit sebagai berikut: "menyerahkan
secara sukarela sejumlah uang untuk dipergunakan secara bebas oleh penerima
kredit. Penerima kredit berhak mempergunakan pinjaman itu untuk keuntungannya
dengan kewajiban mengembalikan jumlah pinjaman itu di belakang hari".
Di dalam istilah ini terkumpul 2 (dua) pengertian yaitu sebab akibat. Yang
merupakan sebab ialah bahwa penerima "dianggap mampu" untuk mengembalikan
pinjamannya di belakang hari, dan akibatnya ialah si penerima kredit itu dipercaya.
Dalam Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Noimor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
disebutkan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang akan dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Dari pengertian kredit
menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 terebut di atas, berhubungan
dengan legal audit bidang perkreditan, lebih lanjut dapat dikemukakan hal-hal
sebagai berikut:
1) Yang menjadi objek perjanjian adalah uang berupa pinjam meminjam,
penyediaan uang atau tagihan menjadi kewajiban bank sebagai kreditur dan
menjadi hak bagi pihak lain sebagai debitur untuk menariknya.
2) Uang atau tagihan sebelum disediakan oleh bank, terlebih dahulu
dilakukan suatu persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam
antara bank dengan debitur/calon debitumya. Persetujuan atau ke
sepakatan mana didahului dengan adanya permohonan sebagai
perwujudan niat dari debitur/calon debitur kepada bank, adanya
pemberitahuan persetujuan dari bank kepada debitur/calon debiturnya, yang
kemudian diwujudkan dalam suatu perjanjian (kredit). Persetujuan atau
kesepakatan ini terus berlanjut sampai kredit tersebut lunas.
3) Adanya kewajiban bagi debitur untuk melunasi hutangnya sebesar jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
uang atau tagihan yang telah disediakan oleh bank sebelumnya, kecuali ada
overdraft yang dibuat dalam suatu perjanjian kredit.
4) Jangka waktu merupakan bukti bahwa uang atau tagihan yang disediakan oleh
bank adalah kredit, karena tanpa jangka waktu penyediaan uang atau tagihan
tersebut bukanlah merupakan kredit. Semakin panjang jangka waktu kredit,
semakin besar risiko yang terkandung di dalamnya begitupun sebaliknya.
5) Kewajiban lain debitur adalah membayar bunga kredit sebesar yang telah
diperjanjikan, kelalaian membayar bunga oleh debitur, sudah cukup sebagai
bukti bahwa debitur wanprestasi(Hasanudin Rahman, 2000:84-85).
Harus diakui dibandingkan dengan produk dan jaga perbankan yang
ditawarkan pendapatan atau keuntungan, pendapatan suatu bank lebih banyak
bersumber dari pemberian kredit kepada nasabahnya, terlebih lagi bagi bank-bank
yang belum berstatus bank devisa. Oleh karena itu, pemberian kredit tersebut pasti
secara terus-menerus dilakukan oleh bank dalam kesinambungan kegiatan
operasionalnya. Namun disisi lain, penyaluran dana dalam bentuk kredit kepada
nasabah, terdapat risiko tidak kembalinya dana atau kredit yang disalurkan tersebut,
sehingga ada pernyataan yang berbunyi: "bisnis perbankan adalah bisnis risiko" dan
dengan pertimbangan risiko inilah, bank-bank harus selalu melakukan analisis yang
mendalam terhadap setiap permohonan kredit yang diterimanya dan harus selalu
melakukan review terhadap setiap pemberian kredit yang disalurkannya.
Legal Audit bank dilakukan oleh Comittee Audit yang berasal dari dalam
bank atau disebuat internal auditor dan bisa pula tenaga ahli dari luar bank atau jasa
disebut eksternal auditor. Committee Audit mempunyai tugas-tugas khusus seperti
diterangkan dalam Jurnal Internasional tentang Perbankan, “ The Audit Committee
must set standards for establishing, maintaining, and assessing the effectiveness
of the bank’s internal controls. Each of the federal banking agencies has provided
detailed written guidance on the various factors to be considered in establishing
these standards” ( Issue of The Banking Law Journal. Copyright
ALEXeSOLUTIONS, INC. February 2008 ). Jurnal Internasional Perbankan
tersebut menerangkan bahwa Committee Audit mempunya tugas membuat standar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
untuk membentuk dan menciptakan internal control perbankan yang efektif yang
dituangkan dalam peraturan tertulis.
Review terhadap setiap pemberian kredit inilah yang sering diabaikan oleh
pihak perbankan, khususnya dalam hal auditing yang lazim diistilahkan dengan
sebutan loan review. Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, bahwa
kalaupun dilakukan review tehadap setiap pemberian kreditnya, bank melakukannya
dengan hanya mempergunakan metode checklist, tidak diiakukan pemeriksaan yang
mendalam, termasuk pemeriksaan terhadap dokumentasi kredit yang banyak
berhubungan dengan legal risk aspect. Sebagai contoh, seorang auditor melakukan
pemeriksaan terhadap suatu port of folio kredit, maka dia hanya dibekali suatu form
standar berupa pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya hanya berkisar antara
diperlukan, tidak diperlukan, ada, tidak ada, antara ya atau tidak dan jawaban-
jawaban sejenis yang dangkal Berangkat dari uraian di atas, maka diperlukan suatu
bentuk atau teknis pemeriksaan yang diharapkan mempunyai nilai lebih dengan
ruang lingkup Legal Audit adalah :
(1) permohonan kredit;
(2) persetujuan pemberian kredit; .
(3) pengikatan/perjanjian kredit;
(4) jaminan/agunan kredit;
(5) pengikatan jaminan kredit;
(6) pencairan dana kredit;
(7) pembayaran kewajiban (debet rekening);
(8) perubahan kredit (persyaratan, jumlah, jangka waktu, bunga);
(9) pelunasan kredit dan penarikan agunan.(Hasanudin Rahman, 2000: 84-86)
4. Tinjauan Umum tentang Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang
Perbankan
Pada tanggal 10 November 1998 telah lahir undang-undang di bidang
perbankan yaitu Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, dari
undang-undang tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga
kegiatan yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa-jasa bank
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
lainnya. Kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana adalah merupakan
kegiatan pokok bank. Kegiatan menghimpun dana berupa mengumpulkan dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan tabungan, giro dan deposito. Sedangkan kegiatan
menyalurkan dana berupapemberian fasilitas kredit kepada masyarakat. Pengaturan
mengenai perkreditan tidak hanya diatur dalam Undang-Undang perbankan saja,
tetapi diatur juga lebih lanjut dengan Peraturan Bank Indonesia dan Surat Edaran
Bank Indonesia.
Menurut ketentuan yang ada dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998,
Bank dalam melaksanakan kegiatan perkreditan harus berpedoman pada prinsip
kehati-hatian, hal ini terdapat pada Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 yang menyatakan bahwa, “Bank wajib memelihara tingkat kesehatan
bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen,
likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha
bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian” .
Dalam memberikan kredit Bank juga harus melakukan cara-cara dan langkah-langkah
untuk menjaga agar kegiatan yang dilakukan oleh Bank tidak menimbulkan kerugian,
hal ini diatur dalam Pasal 29 ayat (3) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang
menyatakan bahwa: “Dalam memberikan Kredit atau Pembiayaan berdasarkan
Prinsip Syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-
cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan
dananya kepada bank”.
Penjelasan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dijelaskan bahwa
bank wajib memiliki dan menerapkan sistem pengawasan intern dalam rangka
menjamin terlaksananya proses pengambilan keputusan dalam pengelolaan bank yang
sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Mengingat bank terutama bekerja dengan dana
dari masyarakat yang disimpan pada bank atas dasar kepercayaan, setiap bank perlu
terus menjaga kesehatannya dan memelihara kepercayaan masyarakat padanya.
Pasal 8 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 juga menyebutkan
bahwa dalam memberikan kredit atau suatu pembiayaan Bank wajib mempunyai
keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atau itikad baik serta
kemampuan/kesanggupan calon debitur untuk melunasi hutangnya atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
mengembalikan pembiayaan sesuai dengan yang diperjanjikan. Berdasarkan pasal
tersebut, maka setiap Bank yang akan melakukan perjanjian kredit dengan calon
debitur harus melakukan analisis/pemeriksaan hukum (Legal Audit).
5. Tinjauan Umum tentang Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003
Tentang Penerapan Managemen Risiko Bagi Bank Umum
Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan
Managemen Risiko Bagi Bank Umum lahir pada tanggal 19 Mei 2003. Peraturan
Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Managemen Risiko Bagi
Bank Umum ini berisi atau mengatur hal-hal yang berkaitan dengan penerapan
managemen risiko pada setiap kegiatan Bank. Menurut Peraturan Bank Indonesia
Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Managemen Risiko Bagi Bank Umum,
pengertian Risiko yaitu potensi terjadinya suatu peristiwa (events) yang dapat
menimbulkan kerugian Bank. Sedangkan pengertian Managemen Risiko menurut
Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Managemen
Risiko Bagi Bank Umum yaitu serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan
untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko yang
timbul dari kegiatan usaha Bank.
Kewajiban Bank dalam menerapkan Managemen Risiko terdapat dalam Pasal
2 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 Tentang Penerapan
Managemen Risiko Bagi Bank Umum yang menyatakan bahwa : “Bank wajib
menerapkan Manajemen Risiko secara efektif”. Sedangkan Pasal 2 ayat (2)
menyatakan bahwa penerapan managemen risiko sekurang-kurangnya mencakup :
a. pengawasan aktif dewan Komisaris dan Direksi;
b. kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit;
c. kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian
risiko serta sistem informasi Manajemen Risiko; dan
d. sistem pengendalian intern yang menyeluruh.
Pasal 4 ayat (1) huruf a dalam penjelasannnya menyatakan bahwa penerapan
Managemen Risiko dilakukan pada salah satunya yaitu risiko kredit. Selanjutnya
ketentuan mengenai Managemen Risiko dapat dilakukan dengan adanya pengendalian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
intern bank, pengendalian intern Bank selanjutnya diatur dalam Pasal 13 Peraturan
Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 Tentang Penerapan Managemen Risiko Bagi
Bank Umum yang menyatakan bahwa: “Bank wajib melaksanakan sistem
pengendalian intern secara efektif terhadap pelaksanaan kegiatan usaha dan
operasional pada seluruh jenjang organisasi Bank”. Sistem pengendalian intern yang
dilakukan oleh Bank diharapkan setidaknya secara tepat waktu bisa mendeteksi
kelemahan dan penyimpangan yang terjadi. Pasal 14 ayat (2) Peraturan Bank
Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 Tentang Penerapan Managemen Risiko Bagi Bank
Umum mengatur mengenai hal-hal yang wajib dipastikan dalam sistem pengendalian
intern yaitu :
a. Kepatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku serta
kebijakan atau ketentuan intern Bank;
b. Tersedianya informasi keuangan dan manajemen yang lengkap, akurat, tepat
guna, dan tepat waktu;
c. Efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan operasional; dan
d. Efektivitas budaya Risiko (risk culture) pada organisasi Bank secara
menyeluruh.
6. Tinjauan Umum tentang Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011
Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum lahir pada tanggal 5 Januari 2011, peraturan Bank Indonesia
ini mengatur mengenai segala hal yang berkaitan dengan tingkat kesehatan suatu
Bank. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum, pengertian Kesehatan Bank adalah hasil penilaian
kondisi Bank yang dilakukan terhadap risiko dan kinerja Bank. Dalam Pasal 2 ayat
(1) dan (2) menyatakan bahwa : “Bank wajib memelihara dan/atau meningkatkan
Tingkat Kesehatan Bank dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan Manajemen
Risiko dalam melaksanakan kegiatan usaha. Dalam rangka melaksanakan tanggung
jawab atas kelangsungan usaha Bank, Direksi dan Dewan Komisaris bertanggung
jawab untuk memelihara dan memantau Tingkat Kesehatan Bank serta mengambil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
langkah-langkah yang diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan Tingkat
Kesehatan Bank”. Dalam penjelasan Pasal tersebut menyatakan bahwa Kesehatan
Bank harus dipelihara dan/atau ditingkatkan agar kepercayaan masyarakat terhadap
Bank dapat tetap terjaga. Selain itu, Tingkat Kesehatan Bank digunakan sebagai salah
satu sarana dalam melakukan evaluasi terhadap kondisi dan permasalahan yang
dihadapi Bank serta menentukan tindak lanjut untuk mengatasi kelemahan atau
permasalahan Bank, baik berupa corrective action oleh Bank maupun supervisory
action oleh Bank Indonesia.
Tingkat kesehatan suatu Bank juga diatur pada Pasal 7 ayat (1) huruf a yang
menyatakan bahwa salah satu penilaian terhadap faktor profil risiko merupakan
penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam
operasional Bank yang dilakukan terhadap 8(delapan) risiko yang mana salah satunya
adalah risiko kredit.
B. Kerangka Pemikiran
Lembaga Perbankan
Permohonan Kredit (Calon
Financial Audit ManagerialAudit
Operasional Audit
Legal Audit
Layak Tidak Layak
Perjanjian Kredit
Pemberian Kredit
Permohonan ditolak
Bagian Kredit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Keterangan :
Lembaga perbankan pada dasarnya mempunya 3 kegiatan pengawasan yaitu berupa
financial audit, managerial audit dan operasional audit. Operasional audit adalah pemeriksaan
yang berkenaan dengan kegiatan-kegiatan operasional yang dilakukan oleh Bank, salah satunya
yaitu kegiatan operasional Bank yang berupa pemberian fasilitas kredit. Kegiatan Operasional
Audit sendiri bermacam-macam salah satunya yaitu pelaksanaan Legal Audit di bidang kredit.
Calon debitur yang ingin mendapatkan kredit dari suatu bank dapat langsung datang ke lembaga
perbankan yang bersangkutan. Sesampai disana calon debitur dapat langsung mengajukan
permohonan kreditnya ke bagian perkreditan. Kemudian calon debitur mengisi form aplikasi
permohonan, pihak bank menerima aplikasi permohonan pengajuan kredit untuk selanjutnya
pihak bank melakukan legal audit yang dilakukan oleh legal auditor. Selanjutnya jika dari hasil
analisis Legal Audit berkas sudah dinyatakan lengkap dan dokumen-dokumen calon debitur
sudah dinyatakan sah dari segi aspek-aspek hukumnya maka permohonan kredit calon debitur
diterima, dan jika berdasarkan analisis kredit ternyata tidak layak maka permohonan kredit calon
debitur ditolak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi
a. Sejarah Berdirinya PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijik Besluit No. 27 tanggal 16
Oktober 1897 mendirikan Postspaarbank yang kemudian terus hidup dan
berkembang serta tercatat hingga tahun 1939 memiliki empat cabang yaitu di Jakarta,
Medan, Surabaya, dan Makassar. Pada tahun 1940 kegiatannya terganggu, sebagai
akibat penyerbuan Jerman atas Netherland yang mengakibatkan penarikan tabungan
besar-besaran dalam waktu yang relatif singkat (Rush). Namun demikian keadaan
keuangan Poatspaarbank pulih kembali Pada tahun 1941.
Tahun 1942 Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Pemerintah
Jepang. Jepang membekukan kegiatan Postdpaarbank dan mendirikan Tyokin Kyoku
sebuah bank yang bertujuan menarik dana masyarakat melalui tabungan. Usaha
Pemerintah Jepang ini tidak sukses karena dilakukan dengan paksaan. Tyokin Kyoku
hanya mendirikan satu cabang yaitu Cabang Yogyakarta.
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 telah
memberikan inspirasi kepada Bp. Darmosoetanto untuk memprakarsai
pengambilalihan Tyokin Kyoku dari Pemerintah Jepang ke Pemerintah Republik
Indonesia dan terjadilah penggantian nama menjadi Kantor Tabungan Pos. Bapak
Darmosoetanto ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia menjadi direktur yang
pertama. Tugas pertama Kantor Tabungan Pos adalah melakukan penukaran uang
Jepang dengan uang Republik Indonesia (ORI). Tetapi kegiatan Kantor Tabungan Pos
tidak berumur panjang karena Agresi Militer Belanda (Desember 1946)
mengakibatkan didudukinya semua kantor cabang dari Kantor Tabungan Pos hingga
tahun 1949. Saat Kantor Tabungan Pos dibuka kembali (1949) nama Kantor
Tabungan Pos diganti manjadi Bank Tabungan Pos RI, lembaga ini bernaung di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
bawah Kementerian Perhubungan. Banyak kejadian bernilai sejarah sejak tahun 1950
tetapi yang substantif bagi sejarah Bank Tabungan Negara adalah dikeluarkannya
Undang Undang Darurat No. 9 th 1950 tgl 9 Februari 1950 yang mengubah nama
menjadi "Postspaarbank In Indonesia" berdasarkan Saatblat No. 295 tahun 1941
menjadi Bank Tabungan Pos dan memindahkan induk kementrian dari Kementrian
Perhubungan ke Kementrian Keuangan dibawah Menteri Urusan Bank Sentral.
Walaupun dengan UU Darurat tersebut masih bernama Bank Tabungan Pos, tetapi
tanggal 9 Februari 1950 ditetapkan sebagai hari dan tanggal lahir Bank Tabungan
Negara. Nama Bank Tabungan Pos menurut UU Darurat tersebut dikukuhkan dengan
UU No. 36 Th 1963 tanggal 18 Desember 1953. Perubahan nama dari Bank
Tabungan Pos menjadi Bank Tabungan Negara didasarkan pada Perpu No. 4 Tahun
1963 tanggal 22 Juni 1963 yang kemudian dikuatkan dengan UU No. 2 Th 1964
tanggal 25 Mei 1964.
Penegasan status Bank Tabungan Negara sebagai bank milik negara
ditetapkan dengan UU No. 20 Th 1968 yang sebelumnya (sejak tahun 1946) Bank
Tabungan Negara menjadi BNI unit V. Jika tugas utama saat pendirian
Postspaarbank (1897) sampai dengan Bank Tabungan Negara (1968) adalah bergerak
dalam lingkup penghimpunan dana dari masyarakat melalui tabungan, maka sejak
tahun 1974, Bank Tabungan Negara ditambah tugasnya yaitu memberikan pelayanan
KPR dan untuk pertama kalinya penyaluran KPR terjadi pada tanggal 10 Desember
1976, karena itulah tanggal 10 Desember diperingati sebagai hari KPR bagi BTN.
Bentuk hukum BTN mengalami perubahan lagi pada tahun 1992, yaitu
dengan dikeluarkannya PP No. 24 Tahun 1992 yang merupakan pelaksanaan dari UU
No. 7 Tahun 1992 bentuk hukum BTN berubah menjadi Perusahaan Perseroan. Sejak
itu nama BTN menjadi PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk dengan call name
Bank BTN. Berdasarkan kajian konsultan independen, Price Waterhouse Coopers,
pemerintah melalui Menteri BUMN dalam Surat nomor S-544/M-MBU/2002 tanggal
21 Agustus 2002 memutuskan Bank Tabungan Negara sebagai Bank Umum dengan
fokus bisnis pembiayaan perumahan tanpa subsidi.
PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Solo, merupakan
perpanjangan kantor pusat, dimana PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Solo pertama kali berdiri pada tahun 1990 yang merupakan pecahan dari Bank
Tabungan Negara cabang Yogyakarta. Pertimbangan pembukaan kantor Cabang Solo
karena dinilai mempunyai potensi pertumbuhan ekonomi yang cukup baik. Sejak
tahun 1990 Bank Tabungan Negara Cabang Solo mengalami perpindahan sebanyak
tiga kali.
Pada tahun 1990 pertama kali PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor
Cabang Solo didirikan, bertempat di J1. Slamet Riyadi No. 228, pada waktu itu status
lokasi masih berstatus sewa. Kemudian tahun 1993 mengalami perpindahan kantor
yaitu di Ruko Beteng Plasa blok A 11-12, JI. Kapten Mulyadi yang pada waktu itu
juga masih bersatus sewa, PT. Bank Tabungan Negara Cabang Solo bertahan di Ruko
Beteng Plasa sampai dengan November 1997.
Kemudian pada penghujung tahun 1997 PT. Bank Tabungan Negara Cabang
Solo mempunyai gedung sendiri, yaitu di Jalan Slamet Riyadi No. 282 Surakarta.
Perpindahan kantor tersebut pada bulan Desember, langsung digunakan untuk
aktivitas Bank Tabungan Negara Cabang Solo sampai saat ini.
b. Visi dan Misi PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
1) Visi :
Menjadi bank yang terkemuka dalam pembiayaan perumahan dan mengutamakan
kepuasan nasabah.
2) Misi :
a) Memberikan pelayanan unggul dalam pembiayaan perumahan dan industri
terkait, serta menyediakan produk perbankan lainnya;
b) Menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan
profesional serta memiliki integritas tinggi;
c) Meningkatkan keunggulan kompetitif melalui inovasi yang berkelanjutan
sesuai dengan kebutuhan nasabah;
d) Melaksanakan manajemen perbankan yang sehat sesuai dengan prinsip kehati-
hatian Good Corporate Governance untuk meningkatkan Shareholder Value;
e) Memperdulikan kepentingan masyarakat dan lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
c. Struktur Organisasi Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Solo
Berikut deskripsi tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian dari PT.
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor Cabang Solo diuraikan sebagai berikut:
1) Branch Manager (Kepala Cabang)
Fungsi Branch Manager adalah :
a) Pengembangan Bisnis Cabang
(1) Mengelola hubungan dengan nasabah;
(2) Menyiapkan rencana bisnis untuk cabang;
(3) Membimbing kampanye promosi dan upaya-upaya pemasaran.
b) Perencanaan dan Penyusunan Kebijakan
(1) Menyusun kebijakan cabang sesuai petunjuk kantor pusat;
(2) Menetapkan strategi kinerja untuk seluruh unit cabang;
(3) Membuat perencanaan sumber daya manusia.
c) Pengawasan dan Persetujuan Transaksi Bisnis Cabang
(1) Mengambil kepentingan bisnis;
(2) Memberikan persetujuan terhadap transaksi yang tidak lazim;
(3) Memotivasi bawahan dan pekerjaan.
2) Accounting and Control Section Head
a) Staff Reporting
(1) Bertanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan untuk pihak
ekstern;
(2) Bertanggung jawab atas pemantauan laporan keuangan untuk pihak, intern
maupun ekstern;
(3) Bertanggung jawab atas berlangsungnya proses dan analisa laporan kinerja
kantor cabang .
b) Staff Bookkeeping
Fungsi staff bookkeeping adalah:.
(1) Bertanggung jawab atas pemeriksaan kebenaran atas alur transaksi
operasional bank telah sesuai dengan aturan yang berlaku;
(2) Bertanggung jawab dalam mengkoordinasi tindak lanjut hasil pemeriksaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
ekstern maupun intern;
(3) Bertanggung jawab atas kebenaran data-data pada laporan keuangan;
(4) Melakukan BI checking terhadap data calon debitur guna analisis
pemberian kredit.
3) Retail Service Section Head
a) Staff Loan Service
Tugas dan tanggung jawab staff loan service adalah:
(1) Memberikan pelayanan kredit kepada nasabah;
(2) Memproses permohonan kredit dan menerima kelengkapan dokumen dari
calon debitur serta membuat DUP (Daftar Usulan Pemohon);
(3) Melakukan wawancara kepada calon debitur;
(4) Menganalisis pemberian kredit;
(5) Membahas dan mengevaluasi DUP dalam Rapat Komite Kredit (RKK);
(6) Menyelenggarakan realisasi kredit;
(7) Memproses pelunasan kredit (perhitungan jumlah pelunasan kredit).
b) Teller Service
Tugas dan tanggung jawab teller service adalah:
(1) Melayani setoran tunai angsur kredit pemilikan rumah cabang sendiri dan
cabang lain;
(2) Melayani penarikan dan setoran tunai tabungan;
(3) Memelihara rekening giro;
(4) Melayani pembayaran dan setoran deposito;
(5) Melayani transaksi giro dan penjemputan uang tunai;
(6) Mengelola proses kas cabang;
(7) Melayani kebutuhan nasabah lainnya;
(8) Memastikan keaslian uang tunai yang diterima dari nasabah.
c) Customer Service
Tugas dan tanggung jawab customer service adalah:
(1) Memberikan pelayanan yang baik dan prima kepada semua nasabah, baik
melalui loket Bank BTN maupun melalui telepon;
(2) Memberikan pelayanan tabungan loket cabang dan tabungan kantor pos;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
(3) Melayani proses pembukaan dan penutupan rekening rupiah dan valas;
(4) Melayani pembayaran bunga deposito;
(5) Membantu nasabah untuk melakukan transaksi dengan benar seperti
menjelaskan mengenai persyaratan, prosedur transaksi, atau mengisi
formulir;
(6) Melayani nasabah dalam pengajuan keluhan atau komplain dan
mengupayakan penyelesaian terbaik;
(7) Administrasi transaksi loket.
4) Operation Section Head
b. Staf Personalia/Logistik (General Branch Administration) Tugas dan
tanggung jawab staf personalia/logistik adalah:
(1) Melakukan manajemen personalia dan administrasi pegawai;
(2) Memastikan cabang mengikuti kebijakan dan prosedur yang telah
ditetapkan;
(3) Memproses transaksi secara efisien dan akurat;
(4) Melakukan logistik, perawatan, dan perawatan gedung;
(5) Mengelola anggaran cabang;
(6) Kesekretariatan.
c. Staff Loan Administration
Tugas yang tanggung jawab staff loan administration:
1. Melakukan survey dan OTS (On The Spot) kepada talon debitur ;
2. Apprise;
3. Dokumentasi dan administrasi dalam proses kredit;
4. Melakukan transaksi agunan;
5. Memproses pelunasan kredit (pengelolaan dokumen pokok).
d. Staff Transaction Processing
Tugas dan tanggung jawab staff processing :
(1) Bertanggung jawab atas seluruh aktifitas operasional Bank Office
(Operation);
(2) Bertanggung jawab atas pelaksanaan ketentuan mengenai operasional
bank baik intern maupun ekstern;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
(3) Melakukan perawatan software dan hardware;
(4) Pemrosesan pemindahbukuan;
(5) Memantau dan menjaga kelancaran operasional mesin ATM cabang .
e. Staf Kliring
Tugas dan tanggung jawab staf kliring adalah:
(1) Melakukan proses kliring;
(2) Bertanggung jawab atas kesuksesan proses kliring di kantor cabang
pembantu;
(3) Memproses transaksi angsuran KPR;
(4) Melakukan administrasi transaksi tabungan kantor pos;
(5) Melakukan pemrosesan transaksi pemindahbukuan.
5) Collection and Work Out (CWO)
b. Legal
Tugas dan tanggung jawab bagian legal adalah melakukan
restrukturisasi kredit yaitu:
(1) Melakukan upaya hukum guna penyelamatan kredit mulai dari
pemberkasan hingga pelunasan;
(2) Memastikan semua langkah penyelesuian kredit bermasalah sesuai dengan
ketentuan bank dan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
c. Kolektif
Tugas dan tanggung jawab bagian kolektif adalah:
(1) Membuat surat konfirmasi atau surat tagihan dan melakukan penagihan
kepada debitur kolektif;
(2) Melakukan monitoring terhadap pembayaran kredit kolektif;
(3) Memeriksa hasil entry (posting) transaksi kolektor yang dilakukan
teller/back office;
(4) Melakukan monitoring dan administrasi data kolektif;
(5) Melakukan administrasi PPh dan fee kolektor;
(6) Melakukan koordinasi kepala seksi atau unit kerja yang terkait dengan
pembayaran kolektif;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
(7) Melakukan pembinaan terhadap kolektor bersama debitur kolektifnya.
d. Staf Pembinaan
Tugas dan tanggung jawab staf pembinaan. adalah:
(1) Membuat kronologis pembinaan berikut rekomendasi usulan penyediaan
kredit kepada atasannya;
(2) Melakukan negosiasi akhir sebelum eksekusi pemasangan tanda/stiker
berdasarkan keputusan rekomendasi;
(3) Memberikan usulan alternatif penyelamatan kredit ke bagian
penyelamatan;
(4) Mengadministrasikan berkas/dokumen yang terkait dengan pembinaan
kredit;
(5) Membuat laporan proses pembinaan (harian/mingguan/bulanan) kepada
atasan;
(6) Me-review efektifitas pembinaan wilayah binaannya untuk pembinaan
selanjutnya;
(7) Melakukan monitor dan tindak lanjut debitur yang jatuh tempo tetapi saldo
belum nol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Struktur organisasi di Bank Tabungan Negara Cabang Solo dapat
digambarkan dengan bagan sebagai berikut :
Sumber: Bank Tabungan Negara Cabang Solo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
d. Perkreditan di Bank Tabungan Negara
1) KPR Bersubsidi
a) Kredit subsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk pembelian rumah
sehat sederhana (RSH) yang dibeli dari pengembang;
b) Jangka waktu maksimal 20 tahun;
c) Sistem bunga anuitas;
d) Maksimal kredit tidak melebihi 1/3 kali gaji;
e) Bagi masyarakat bepenghasilan maksimal Rp. 2.500.000.-, baru pertama kali
memiliki rumah, dan menerima subsidi.
2) KP Sarusun Bersubsidi
a) Kredit bagi masyarakat berpenghasilan menengah bawah untuk kepemilikan
satuan rumah susun (sarusun) baik yang sudah jadi (ready stock) atau belum
jadi (indent) dari pengembang;
b) Sistem bunga anuitas;
c) Maksimal angsuran/bulan tidak melebihi 1/3 kali gaji;
d) Bagi masyarakat berpenghasilan maksimal Rp. 4.500.000,-, baru pertama
kali memilki rumah dan menerima subsidi.
3) Kredit Griya Utama
a) Kredit dengan peruntukan pembelian rumah, baik untuk pembelian rumah
baru, rumah lama, ready stock, maupun indent;
b) Jangka waktu maksimal 15 tahun;
c) Sistem bunga anuitas;
d) Maksimal kredit s/d 90% untuk debitur kolektif dan 80% untuk debitur non
kolektif, dari harga jual setelah diskon atau harga pasar wajar berdasarkan
taksasi appraisal;
e) Maksimal agunan/bulan sebesar 70% dari penghasilan bersih setelah dipotong
biaya hidup.
4) KPR Platinum
a) Kredit dengan peruntukan pembelian rumah, baik untuk pembelian rumah
baru, rumah lama, ready stock, maupun indent, dengan maksimal kredit lebih
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
dari Rp. 150 juta;
b) Jangka waktu maksimal 15 tahun;
c) Sistem bunga anuitas;
d) Maksimal kredit s/d 90% untuk debitur kolektif dan 80% untuk debitur non
kolektif, dari harga jual setelah diskon atau harga pasar wajar berdasarkan
taksaksi appraisal;
e) Maksimal agunan/bulan sebesar 70% dari penghasilan bersih setelah dipotong
biaya hidup.
5) Kredit Pemilikan Apartemen
a) Kredit dengan peruntukan pembelian apartemen jadi (baru/bekas), apartemen
indent dan pengambilalihan dari bank lain (take over);
b) Nilai kredit bebas;
c) Jangka waktu maksimal 15 tahun;
d) Sistem bunga anuitas;
e) Maksimal kredit s/d 90% untuk debitur kolektif dan 80% untuk debitur non
kolektif, dari harga jual setelah diskon atau harga pasar wajar berdasarkan
tranksasi appraisal;
f) Maksimal agunan/bulan sebesar 70% dari penghasilan bersih setelah dipotong
biaya hidup.
6) Kredit Pemilikan Ruko
a) Kredit dengan peruntukan pembelian rumah toko, rumah usaha, rumah kantor,
dan kios;
b) Nilai kredit bebas;
c) Jangka waktu maksimal 15 tahun;
d) Sistem bunga anuitas;
e) Maksimal kredit s/d 70% dari harga jual setelah diskon atau harga pasar wajar
berdasarkan taksasi appraisal;
f) Maksimal angsuran/bulan sebesar 70% dari penghasilan bersih setelah
dipotong biaya hidup.
7) Kredit Griya Multi
a) Kredit untuk memenuhi segala kebutuhan debitur;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
b) Nilai kredit bebas;
c) Jangka waktu maksimal 10 tahun;
d) Sistem bunga anuitas;
e) Maksimal kredit 75% untuk rumah tinggal dan 60% untuk rumah usaha dan
apartemen, dari nilai taksasi pasar wajar;
f) Maksimal angsuran/bulan sebesar 70% untuk debitur kolektif dail 50% untuk
debitur non kolektif, dari penghasilan bersih setelah dipotong biaya hidup.
8) Kredit Swagriya
a) Kredit untuk membangun rumah di atas tanah sendiri;
b) Agunan berupa tanah dan bangunan yang akan dibangun;
c) Jangka waktu maksimal 10 tahun;
d) Sistem bunga anuitas;
e) Maksimal kredit 70% dari RAB berdasarkan perhitungan bank.
9) Kredit Swadana
a) Kredit bagi nasabah yang memerlukan dana segera sementara nasabah tidak
menginginkan posisi deposito/tabungannya berkurang untuk jangka waktu
tertentu atau depositonya belum jatuh tempo;
b) Agunan berupa deposito atau Tabungan BATARA;
c) Nilai kredit bebas;
d) Jangka waktu minimal 1 bulan dan maksimal 1 tahun;
e) Sistem bunga anuitas;
f) Maksimal kredit 90% dari agunan;
g) Pokok kredit bisa diangsur setiap bulan atau pada saat jatuh tempo.
10) Real Cash
a) Penyediaan dana tunai untuk nasabah untuk berbagai keperluan dan dapat
ditarik sewaktu-waktu (stand by loan);
b) Debitur memiliki KPR atau kredit perorangan lain di Bank BTN;
c) Diberikan atas kelebihan agunan kredit, karena adanya penurunan outstanding
kredit;
d) Jangka waktu 12 bulan dapat diperpanjang;
e) Bebas biaya proses.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
11) Kring BATARA
a) Kredit bagi karyawan perusahaan/instansi pengguna jasa payroll;
b) Jangka waktu maksimal 5 tahun;
c) Maksimal kredit Rp. 100 juta dan tidak melebihi 50% penghasilan bersih;
d) Sistem bunga flat;
e) Pembayaran angsuran secara kolektif dipotong dari gaji;
f) Jaminan kredit adalah gaji dan penghasilan lainnya dari debitur;
g) Dokumen jaminan berupa SK pegawai dan Surat Kuasa Pemotongan Gaji.
12) Kredit Yasa Griya
a) Kredit bagi pengembang (perorangan atau perusahaan) untuk membantu
modal kerja pendanaan pembangunan proyek perumahan, yang meliputi
rumah/bangunan berikut sarana dan prasarana;
b) Jangka waktu sesuai dengan estimasi masing-masing proyek, maksimal 4
tahun;
c) Sistem bunga efektif;
d) Maksimal kredit s/d 80% dari biaya konstruksi (bangunan, sarana dan
prasarana).
13) Pinjaman Lunak Konstruksi Bapertarum
a) Kredit bagi pengembang (Perseroan Terbatas, Koperasi, CV) untuk
membiayai pembangunan perumahan PNS yang belum memiliki rumah, yang
seluruh dananya bersumber dari Bapertarum-PNS;
b) Maksimal pembiayaan 70% dari biaya konstruksi bangunan, tanpa sarana dan
prasarana;
c) Pemohon merupakan anggota REI/EPERSI yang ditunjuk oleh Pemda atau
instansi;
d) Jangka waktu maksimal 12 bulan dan tidak dapat diperpanjang;
e) Pemohon mendapatkan persetujuan dari Bapertarum;
f) Sistem bunga efektif.
14) Kredit Pembelian Lahan
a) Kredit untuk membeli lahan guna pembangunan perumahan RSH yang akan
dijual kepada masyarakat;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
b) Tanah harus telah bersertifikat atau telah terdaftar di Kantor Pertanahan;
c) Kredit ini merupakan salah satu kesatuan dengan Kredit Yasa Griya;
d) Maksimal kredit 50% dari total biaya pembelian lahan RSH yang dianggap
layak dan wajar oleh Bank;
e) Jangka waktu sesuai dengan Kredit Yasa Griyanya;
f) Sistem bunga efektif.
15) Kredit investasi
a) Kredit bagi Perseroan Terbatas, CV, Koperasi, Yayasan dan Perorangan
dalam rangka pembiayaan investasi, baik investasi baru, perluasan,
modernisasi atau rehabilitasi;
b) Maksimal kredit sebesar 70% dari biaya proyek;
c) Pencarian sesuatu dengan prestasi proyek lapangan;
d) Jangka waktu maksimal 15 tahun;
e) Sisa kredit nonrevolving;
f) Sistem bunga efektif.
16) Kredit Pendukung Perumahan
a) Kredit bagi Perseroan Terbatas, CV, Koperasi, Firma, dan Perorangan dalam
rangka pembiayaan modal kerja atau investasi bagi industri dan perdagangan
yang terkait dengan perumahan;
b) Terdiri dari Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi;
c) Maksimal kredit sebesar 70% dari kebutuhan modal kerja untuk KMK dan
65% dari total biaya investasi untuk KI;
d) Jangka waktu untuk KM 12 bulan (PRK) dan 36 bulan (KMK Berjangka),
sementara jangka waktu KI 5 tahun;
e) Sistem bunga efektif.
17) Kredit Modal Kerja Kontraktor
a) Kredit untuk membiayai pelaksanaan pekerjaan fisik, pengadaan barang
maupun fasilitas untuk keperluan pembiayaan modal kerja bagi
kontraktor/pemborong penyerahan jasa sesuai dengan kontrak kerja/perintah
kerja (SPK);
b) Pemohon adalah kontraktor berbentuk Perseroan Terbatas, Koperasi, CV,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Firma atau Perorangan;
c) Maksimal kredit 60% dari nilai kontrak;
d) Jangka waktu ditetapkan sesuai dengan jangka waktu penyelesaian proyek
sesuai SPK;
e) Sistem bunga efektif.
18) Kredit Usaha Rakyat
a) Kredit modal kerja atau investasi kepada debitur yang bergerak dalam bidang
usaha yang menurut skalanya berstatus sebagai usaha mikro, kecil dan
menengah guna pembiayaan usaha produktif;
b) Maksimal kredit sebesar Rp. 500 juta;
c) Jangka waktu KUR Modal Kerja maksimal 3 tahun dan maksimal 5 tahun
untuk KUR Investasi;
d) Agunan pokok adalah proyek yang dibiayai bank;
5) Bank dapat meminta agunan tambahan bila dianggap perlu.
19) Kredit Usaha Mikro dan Kecil
a) Kredit meningkatkan akses usaha mikro dan kecil terhadap dana pinjaman
guna pembiayaan investasi dan modal kerja dengan persyaratan ringan dan
terjangkau;
b) Maksimal kredit untuk usaha mikro sebesar Rp. 50 juta dan Rp. 500 juta
untuk usaha kecil;
c) Pembiyaan sendiri maksimal 20% dari kebutuhan modal kerja untuk KUMK
Modal Kerja dan minimal 25% dari total biaya investasi untuk KUMK
Investasi;
d) Jangka waktu maksimal 1 tahun dan dapat diperpanjang 2 kali untuk KUMK
Modal Kerja dan 1 tahun untuk KUMK Investasi.
20) Kredit Perumahan Perusahaan
a) Kredit bagi perusahaan untuk penyediaan fasilitas perumahan dinas
perusahaan atau fasilitas pemilikan rumah pegawai yang didasarkan pada
kerja sama antara Bank BTN dan perusahaan;
b) Pemohon adalah perusahaan atau badan usaha dan memiliki giro di Bank
BTN;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
c) Maksimal kredit 75% s/d 90% dari biaya pembangunan atau harga pembelian
rumah;
d) Jaminan adalah rumah dan tanah yang dibiayai;
e) Jangka waktu kredit s/d 15 tahun.
2. Pelaksanaan Legal Audit oleh PT. Bank Tabungan Negara Cabang Solo (Persero)
Tbk Dalam Realisasi Perjanjian Kredit
a. Proses Pemberian Kredit di Bank Tabungan Negara Cabang Solo
Pemberian fasilitas kredit di Bank Tabungan Negara Cabang Solo tidak
diberikan begitu saja, akan tetapi harus memenuhi syarat syarat yang ditentukan oleh
pihak Bank Tabungan Negara dan melalui proses dan tahapan-tahapan tertentu.
Tahapan-tahapan tersebut yaitu (Wawancara dengan Ibu Susi, Staf Bagian Analyst
Bank Tabungan Negara Cabang Solo, 30 Maret 2011, Pukul 08.30 WIB) :
1) Permohonan Kredit
Permohonan kredit diajukan dalam bentuk surat tertulis yang
ditandatangani pemohon dilampiri data pendukung lengkap(Menjelaskan syarat-
syarat, ketentuan kredit, data-data serta cara pengisian form aplikasi kredit kepada
pemohon). Surat permohonan memuat informasi yang lengkap sesuai persyaratan
dan ketentuan Bank Tabungan Negara Cabang Solo termasuk riwayat kreditnya di
Bank lain(Menerima form aplikasi pemohon berikut kelengkapan data).
2) Proses Analisis Kredit
a) Pengumpulan data Sumber dan metode pengumpulan data adalah jika dari
pemohon kredit, metode pemohon datang ke BTN mengisi aplikasi, petugas
BTN OTS ke tempat usaha pemohon, dilakukan LPA dan wawancara dengan
pemohon kredit, menerima file calon debitur yang sudah diterima dalam CIF
(Customer Information File). Jika berasal dari pihak ketiga dengan metode
petugas BTN menghubungi/mengunjungi instansi pemerintah terkait, asosiasi
usaha, BI/Bank, Lain/Lembaga pembiayaan, Pembeli, Pemasok, dll.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
b) Verifikasi Data
1) Verifikasi dapat dilakukan melalui penelitian langsung (OTS / kunjungan
lokasi / site visit);
2) Verifikasi pada pihak ke tiga harus diyakini akan memberikan data yang
layak, wajar, benar dan akurat;
3) Setiap melakukan kunjungan ke lokasi/wawancara harus dibuatkan
laporannya.
c) Analisis Kredit
(1) Analisis kuantitatif
Merupakan model interaktif yang secara otomatis menghitung
informasi kredit yang kritis dengan menggunakan data yang dimasukkan
dan memeriksa peraturan/kebijakan kredit untuk dapat menghasilkan
rekomendasi kredit, meliputi :
(a) Credit scoring
Penilaian terhadap kemampuan membayar, kemampuan
membayar dan agunan melalui proses wawancara, meneliti slip skedul
wawancara, dokumen-dokumen asli dan foto copi yang diperlukan
serta bukti setor biaya penilaian agunan, melakukan wawancara
terhadap calon debitur, memberikan penjelasan di akhir wawancara
mengenai proses lanjutan kepada calon debitur, memberikan
rekomendasi hasil wawancara berupa permohonan kredit yang
disetujui, observasi usaha atau ditolak.
(b) Collateral Valuation Form
Berhubungan dengan perolehan data atas jaminan secara rinci.
Harga pasar wajar harus diidentifikasi oleh petugas appraiser.
Penggunaan appraiser eksternal sesuai kebutuhan Bank (Pasca
wawancara).
(c) Income Verification Form
Analisa secara kualitatif mengenai keseluruhan kondisi pemohon
kredit, lingkungan bisnis serta faktor lain sebagai tambahan untuk hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
scoring, harus dijelaskan secara rinci mengenai maksud dan
kemampuan membayar, persyaratan dan batasan-batasan kredit,
Ketersediaan dokumen-dokumen pendukung dan Subyektivitas analis
lainnya.
3) Pelaksanaan Wawancara
Setelah pihak Bank Tabungan Negara Cabang Solo melakukan proses
Legal Audit pada dokumen-dokumen yang diperlukan dalam pengajuan kredit dan
jika dokumen-dokumennya dinyatakan lengkap maka pihak bank lalu melakukan
tahap wawancara. Pihak bank mengajukan pertanyaan pertanyaan kepada calon
debitur untuk lebih memastikan kebenaran dokumen-dokumen calon debitur
dengan data-data yang disampaikan dan diserahkan kepada pihak bank sebagai
syarat permohonan kredit.
4) Analisis dan Rekomendasi Hasil Wawancara
Hasil pelaksanaan tahap wawancara dianalisis oleh Unit Retail analisis
berupa analisis data calon debitur, melakukan OTS (on the spot) ke lokasi dan
melalui telefon, melakukan analisis 3 pilar yaitu kemampuan, kemauan dan
agunan. Selanjutnya rekomendasi hasil wawancara berupa permohonan diusulkan,
ditolak dan OTS (on the spot). Semua berkas calon debitur juga harus dipastikan
lengkap pada tahap analisis dan rekomendasi hasil wawancara ini.
5) Pemberian Persetujuan Kredit
Setiap pemberian kredit harus memperhatikan analisis dan rekomendasi
persetujuan kredit. Keputusan yang berbeda dari rekomendasi yang diusulkan,
harus dijelaskan secara tertulis oleh pemilik kewenangan memutus kredit,
pemberitahuan persetujuan kredit harus secara tertulis.
6) Perjanjian kredit
Perjanjian kredit harus dibuat secara tertulis dan dipastikan memenuhi
aspek legalitas yang dapat melindungi Bank, format minimal yang harus
tercantum dalam Perjanjian Kredit antara lain plafond kredit, peruntukan kredit,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
jangka waktu kredit, suku bunga dan ketentuan perubahannya, biaya-biaya, cara
pembayaran bunga dan pokok, denda, agunan/jaminan dan syarat-syarat lainnya
7) Administrasi Kredit
Administrasi kredit terdiri dari penerimaaan dokumen pokok yang mana
setiap penerimaan dokumen pokok harus dibuatkan berita acara penerimaan
dokumen pokok, yang memuat tanggal dan hari penerimaan, jenis dokumen,
jumlah, tandatangan yang berwenang yaitu Kasi (LA SH). Selanjutnya yaitu
Penyerahan dokumen pokok, penyerahan dokumen pokok secara permanen hanya
dapat diperkenankan apabila debitur telah melunasi seluruh kewajibannya,
penyerahan dokumen agunan kepada debitur untuk tujuan penggantian agunan
dapat dilakukan dengan syarat telah ada persetujuan Bank dan telah diserahkan
agunan pengganti sesuai dengan ketentuan Bank.
8) Persetujuan Pencairan Kredit
Persetujuan pencairan kredit harus diyakini dan dipastikan bahwa seluruh
persyaratan di dalam persetujuan dan perjanjian kredit telah dipenuhi oleh
pemohon, memastikan bahwa seluruh aspek yuridis sudah terpenuhi dan ada
persetujuan pencairan kredit secara tertulis dari pejabat berwenang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Tahap-tahap pemberian fasilitas kredit di PT. Bank Tabungan Negara (Persero)
Tbk Cabang Solo bila ditampilkan dalam bentuk bagan dapat digambarkan
sebagai berikut :
Sumber : Bank Tabungan Negara Cabang Solo
Form Aplikasi
Permohonan
Terima Form Aplikasi Permohonan
Cek Form Aplikasi
Permohonan dan Verifikasi Data
Proses Wawancara
Rekomendasi Hasil Wawancara; Diusulkan,OTS.
Tolak
Persetujuan dan perjanjian
kredit
Berkas Lengkap/
CTS
Pencairan kredit
Terima berkas Untuk di OTS
Lakukan OTS dan buat
Laporannya
Berkas yang sudah
Dilengkapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
b. Pelaksanaan Legal Audit di Bidang Kredit di Bank Tabungan Negara
(Persero)Tbk Kantor Cabang Solo
Pelaksanaan Legal Audit di Bank Tabungan Negara Cabang Solo
dilaksanakan berdasarkan kebijakan yang dikeluarkan oleh Kantor Pusat Bank
Tabungan Negara yang berdasarkan pada Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5 / 21
/ DPNP tanggal 29 September 2003 dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 5 / 8 / PBI
/ 2003 Tanggal 19 Mei 2003 Tentang Penerapan Managemen Risiko Bagi Bank
Umum serta Peraturan Bank Indonesia Nomor 13 / 1 /PBI / 2011 tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum. Hal ini sesuai dengan asas Lex Specialist Derogate
Lex Generalis yang mengandung pengertian bahwa aturan khusus mengesampingkan
aturan yang bersifat umum. Kebijakan Kantor Pusat Bank Tabungan Negara adalah
sebagai aturan khusus yang mana dalam pelaksanaan Legal Audit di Bank Tabungan
Negara mengaju pada aturan khusus tersebut dengan syarat aturan tersebut tidak
bertentangan dengan aturan umummnya yaitu berupa Surat Edaran Bank Indonesaia
dan Peraturan Bank Indonesia yang mengatur tentang Legal Audit.
Pasal 13 dan Pasal 14 dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 5 / 8 / PBI /
2003 Tanggal 19 Mei 2003 Tentang Penerapan Managemen Risiko Bagi Bank Umum
menekankan tentang pentingnya sistem pengendalian intern yang efektif terhadap
pelaksanaan kegiatan usaha perbankan, maksud pengendalian intern tersebut yaitu
pengendalian yang kemudian diatur lebih lanjut dan terperinci dengan kebijakan
kebijakan yang dibuat oleh masing-masing bank, yang mana di Bank Tabungan
Negara diatur dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh Kantor Pusat mengenai
pentingnya pelaksanaan Legal Audit dalam hal pemberian kredit bagi calon debitur.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 13 / 1 /PBI / 2011 tentang Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) menyatakan bahwa bank
wajib menjaga tingkat kesehatannya dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan
menerapkan sistem Managemen Risiko, yang mana kebijakan yang dibuat oleh
Kantor Pusat Bank Tabungan Negara yang juga wajib diberlakukan di semua kantor
cabang Bank Tabungan Negara adalah merupakan wujud pelaksanaan dari Peraturan
Bank Indonesia tersebut. Kebijakan Bank Tabungan Negara mengenai pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Legal Audit adalah wujud pelaksanaan prinsip kehati-hatian yang mana Bank
Tabungan Negara sangat berhati-hati dalam hal kelegalan dokumen-dokumen calon
debitur agar dikemudian hari terjadinya kredit macet dapat dicegah dan jika terjadi
sengketa pihak Bank Tabungan Negara membunyai bukti bukti tertulis yang kuat dan
sah secara hukum.
Pelaksanaan Legal Audit pada suatu Bank adalah merupakan hal yang wajib
dilaksanakan dalam rangka penerapan Managemen Risiko bagi Bank Umum dan
dalam rangka menjaga tingkat kesehatan suatu Bank. Pelaksanaan Legal Audit di
Bank Tabungan Negara Cabang Solo dilakukan oleh bagian Loan Sevice yang mana
staf-stafnya telah terlebih dahulu dibekali dengan pelatihan-pelatihan tentang
pelaksanaan Legal Audit di bidang kredit. Pelaksanaan Legal Audit di Bank Tabungan
Negara meliputi Legal Audit di beberapa aspek yang memungkinkan adanya
dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai syarat permohonan kredit.
Menurut keputusan Direksi Bank Tabungan Negara tahun 2010 Pelaksanaan
Legal Audit di bidang kredit dilaksanakan oleh bagian Loan Service yang berada
dibawah divisi Ritel Service. Analisis dan evaluasi terhadap dokumen-dokumen calon
debitur sebagai pelaksanaan Legal Audit di bidang kredit dilakukan oleh bagian Loan
Service, bagian Loan Service melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen
calon debitur secara teliti dan terperinci sehingga akan ketahuan jika ada data-data
calon debitur yang janggal atau tidak sah secara hukum. Kemudian setelah bagian
Loan Sevice melakukan pemeriksaan hukum atau Legal Audit terhadap dokumen-
dokumen calon debitur, bagian Loan Service menyerahkan kepada Supervisor untuk
dilakukan analisis hukum kembali secara lebih teliti dan terperinci sebelum
diserahkan kepada Notaris untuk lebih lanjut diperiksa keabsahan hukumnya sebagai
langkah final dalam pelaksanaan pemeriksaan hukum atau Legal Audit. Pihak-pihak
yang terlibat dalam pelaksanaan Legal Audit terhadap dokumen-dokumen calon
debitur di Bank Tabungan Negara Cabang Solo yaitu : (Wawancara dengan Ibu Susi,
Staf Bagian Loan Service Analyst Bank Tabungan Negara Cabang Solo, 30 Maret
2011, Pukul 08.30 WIB) :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
1) Loan Service
Bagian Loan Service menerima dokumen-dokumen kredit sebagai syarat
dari pengajuan permohonan kredit. Bagian Loan Service kemudian melakukan
pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen tersebut untuk memastikan
kelengkapan dan keabsahan secara hukum.
2) Bagian Supervisor
Bagian Supervisor Bank Tabungan Negara Cabang Solo bertugas
menindaklanjuti dokumen-dokumen yang masuk dari calon debitur, bagian
Supervisor menerima dokumen-dokumen yang merupakan syarat pengajuan
suatu kredit untuk diperiksa kelengkapan dan keabsahan dokumen-dokumen
tersebut. Jika ada dokumen-dokumen yang belum lengkap dan ada yang kekuatan
hukumnya diragukan maka bagian Supervisor menyerahkan kembali kepada
bagian Loan Service untuk kemudian dimintakan kelengkapannya kepada calon
debitur.
3) Notaris
Bagian Legal Bank Tabungan Negara Cabang Solo berhubungan dengan
Notaris untuk bersama-sama melakukan pemeriksaan hukum terhadap surat
jaminan serta melakukan pemeriksaan yang berkenaan dengan tanda tangan calon
debitur.
4) Branch Risk Control Officer
Branch Risk Control Officer bertugas memberikan pendapat hukum
terhadap segala masalah yang mungkin akan timbul dari fasilitas kredit yang
diberikan kepada calon debitur.
Pelaksanaan Legal Audit di Bank Tabungan Negara Cabang Solo
dilaksanakan dengan tujuan untuk mencari kemungkinan-kemungkinan terjadi
penyimpangan masalah hukum dan untuk memastikan apakah syarat-syarat untuk
mendapatkan fasilitas kredit sudah sesuai dengan Standard Operasioal Prosedur atau
belum. Jika bagian Loan Service di Bank Tabungan Negara Cabang Solo menemukan
bahwa dokumen-dokumen calon debitur belum sesuai dengan Standard Operasional
Prosedur maka pihak Bank meminta kepada calon debitur untuk melengkapi
dokumen-dokumen tersebut agar dokumen-dokumen tersebut sah menurut hukum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada di Standard Operasional Prosedur.
Standard keabsahan dokumen-dokumen calon debitur di Bank Tabungan Negara
Cabang Solo dinilai berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada di Standard
Operasional Prosedur. Dengan kata lain, Legal Audit di Bank Tabungan Negara
Cabang Solo dilakukan terhadap dokumen-dokumen calon debitur yang berhubungan
dengan permohonan kredit yang merupakan dokumen-dokumen hukum yang
merupakan syarat dari pengajuan suatu kredit ke Bank untuk memastikan dokumen-
dokumen tersebut sah menurut hukum agar di kemudian hari tidak menimbulkan
masalah atau sengketa. Pelaksanaan Legal Audit di Bank Tabungan Negara Cabang
Solo dilakukan secara berlapis-lapis mengenai semua dokumen-dokumen yang
diperlukan sebagai syarat permohonan fasilitas kredit dengan cara melakukan
pencocokan antar dokumen-dokumen syarat kredit, setelah itu kemudian dilakukan
pencocokan dokumen dengan hasil keterangan pada waktu proses wawancara, dan
jika pihak bank masih ragu-ragu terhadap kebenaran dan kelengkapan dokumen-
dokumen calon debitur dan masih terjadi kejanggalan maka dilakukan survey ke
lokasi utuk memastikan keabsahan dokumen-dokumen calon debitur. Proses
pelaksanaan Legal Audit di bidang kredit di Bank Tabungan Negara Cabang Solo
dilakukan terhadap dokumen-dokumen syarat kredit yang meliputi dokumen-
dokumen sebagai berikut (Wawancara dengan Bapak Baehaqi, Staf Bagian Legal di
Bank Tabungan Negara, 10 Maret 2011, Pukul 09.00 WIB ) :
a. Calon Debitur Perorangan
Hal-hal yang diperiksa oleh Bank Tabungan Negara Cabang Solo
berkenaan dengan dokumen-dokumen yang berkenaan dengan identitas calon
debitur yaitu :
a) Identitas Calon Debitur
Bank Tabungan Negara Cabang Solo dalam melakukan Legal Audit di
bidang kredit terhadap debitur perorangan menitik beratkan pada identitas
calon debitur yang terdapat dalam Kartu Tanda Penduduk yang diserahkan
kepada pihak Bank Tabungan Negara Cabang Solo sebagai salah satu syarat
yang diminta oleh pihak Bank. Dalam melakukan pemeriksaan hukum atau
Legal Audit terhadap keabsahan identitas calon debitur pihak Bank Tabungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Negara Cabang Solo melakukan pencocokan identitas calon debitur yang ada
pada Kartu Tanda Penduduk dengan Identitas calon debitur yang ada pada
dokumen-dokumen calon debitur yang lain yang juga diserahkan kepada
pihak bank sebagai syarat kredit, setelah itu identitas calon debitur yang
tertera di Kartu Tanda Penduduk juga dicocokkan dengan keterangan calon
debitur pada waktu proses wawancara, dan jika masih ditemukan kejanggalan
atau pihak Bank Tabungan Negara Cabang Solo masih meragukan kebenaran
identitas calon debitur maka pihak bank baru melakukan survey ke lapangan
yaitu berupa pemeriksaan ke Kantor Kelurahan dan Kantor Catatan Sipil.
Mengenai identitas calon debitur yang tertera dalam Kartu Tanda Penduduk
Bank Tabungan Negara Cabang Solo melakukan pemeriksaan mendalam
terhadap :
a) Alamat calon debitur yang tertera dalam Kartu Tanda Penduduk
Pihak Bank harus memastikan bahwa alamat calon debitur yang
tertera dalam Kartu Tanda Penduduk adalah merupakan tempat tinggal
calon debitur yang sebenarnya. Hal ini untuk memudahkan pihak Bank
dalam mencari keberadaan calon Debitur apabila dikemudian hari terjadi
kredit macet. Apabila calon debitur tidak tinggal pada alamat yang tertera
dalam Kartu Tanda Penduduk, maka calon debitur harus bisa memberikan
bukti lebih lanjut kepada pihak Bank Tabungan Negara Cabang Solo.
b) Keaslian Kartu Tanda Penduduk
Pihak Bank harus memastikan bahwa Kartu Tanda Penduduk yang
diserahkan kepada Bank adalah Kartu Tanda Penduduk yang asli. Jika
pada saat kredit diajukan Kartu Tanda Penduduk calon debitur sedang
habis masa berlakunya dan sedang dalam proses pembaharuan, maka
dapat diganti dengan Surat Keterangan Pengganti Kartu Tanda Penduduk.
Jika berupa Surat Keterangan Pengganti Kartu Tanda Penduduk maka
Pihak Bank Tabungan Negara Cabang Solo memastikan Surat Keterangan
Pengganti Kartu Tanda Penduduk tersebut disertai dengan keterangan dari
kelurahan atau desa yang bersangkutan. Surat Keterangan Pengganti Kartu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Tanda Penduduk ini hanya bersifat sementara, calon debitur secepatnya
harus memberikan Kartu Tanda Penduduk yang asli kepada pihak Bank.
b) Surat Nikah dan Kartu Keluarga
Pihak Bank Tabungan Negara Cabang Solo melakukan Legal Audit
berkenaan dengan Surat Nikah dan Kartu Keluarga calon debitur sebagai salah
satu dokumen syarat kredit. Pihak Bank memastikan bahwa Surat Nikah yang
dimiliki calon debitur adalah asli. Legal Audit terhadap Surat Nikah dan Kartu
Keluarga calon debitur dilakukan untuk mengetahui kebenaran status calon
debitur dengan suami/istri. Hal ini sangat penting, jika kredit yang diajukan
oleh debitur memerlukan persetujuan suami/istri calon debitur . Hal ini untuk
mencegah kemungkinan sengketa yang akan muncul di kemudian hari jika ada
pihak suami/istri dari calon debitur yang tidak terima dan melakukan gugatan
ke pengadilan yang dapat menyebabkan kerugian pada pihak Bank Tabungan
Negara Cabang Solo karena merasa punya hak dalam hal kredit yang diajukan
oleh calon debitur sedangkan pihak suami/istri dari calon debitur tersebut
tidak dimintai persetujuan atas fasilitas kredit yang diajukan oleh calon
debitur. Apabila dari awal suami/istri dari debitur yang bersangkutan tidak
setuju, maka Bank Tabungan Negara Cabang Solo tidak akan memberikan
fasilitas kredit kepada calon debitur tersebut.
Legal Audit di Bank Tabungan Negara Cabang Solo terhadap
dokumen Surat Nikah dan Kartu Keluarga dilakukan dengan cara
mencocokkan antara foto yang tertempel di surat nikah calon debitur dengan
calon debitur yang mengajukan permohonan kredit. Legal Audit pada surat
nikah tidak dilakukan sampai ke tingkat kelurahan karena memang Legal
Audit terhadap surat nikah dan Kartu Keluarga hanya bersifat additional jadi
pihak Bank Tabungan Negara Cabang Solo hanya mencocokkan foto calon
debitur yang tertera dalam surat nikah dengan calon debitur yang mengajukan
permohonan kredit dan foto-foto yang terdapat pada dokumen-dokumen
syarat kredit lainnya serta pencocokan data dengan keterangan calon debitur
pada waktu proses wawancara dengan calon debitur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
c) Surat Keterangan Penghasilan Debitur
1. Penghasilan Tetap / Fixed Income
Bagi calon debitur yang berpenghasilan tetap, maka Bank
Tabungan Negara Cabang Solo melakukan Legal Audit terhadap
dokumen-dokumen yang berupa Slip gaji/bukti penghasilan yang dapat
diperoleh dan disahkan dari instansi atau perusahaan tempat calon debitur
bekerja. Bank Tabungan Negara Cabang Solo juga menentukan kesamaan
data yang diserahkan kepada Bank dengan keterangan yang disampaikan
langsung oleh calon debitur. Legal Audit terhadap slip gaji calon debitur
dilakukan oleh Bank Tabungan Negara Cabang Solo dengan melakukan
pemeriksaan dan konfirmasi ke kantor, perusahaan atau instansi lain yang
tertera di slip gaji calon debitur yang diserahkan kepada pihak bank
sebagai syarat kredit. Bank Tabungan Negara Cabang Solo juga
memeriksa stempel yang di cap di slip gaji calon debitur untuk
memastikan slip gaji tersebut asli dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang.
2. Penghasilan tidak tetap / Non-Fixed Income
Bagi calon debitur yang mempunyai penghasilan yang tidak tetap,
Legal Audit yang dilakukan adalah yang berhubungan dengan :
a. Legalitas Usaha yaitu dengan memeriksa Nomor Pajak Wajib Pajak
dan Surat Ijin Usaha lainnya.
b. Laporan Laba-Rugi, pembukuan, pendapatan pemilik dan arus kas.
Pemeriksaan terhadap laporan laba-rugi atau pendapatan
pemilik dan arus kas ini bertujuan untuk menentukan maksimal kredit
yang boleh diajukan oleh calon debitur dan kemampuan angsuran
calon debitur. Perhitungan pendapatan per-bulan dapat dikalkulasi dari
usaha yang dilakukan oleh calon debitur. Kegiatan usaha calon debitur
yang tidak mempunyai catatan administrasi yang baik dan rapi
sehingga pihak Bank sulit menentukan besarnya pengeluaran dapat
dilakukan pengamatan di lapangan dengan memperhatikan arus
penggunaan jasa dan kemungkinan tidak digunakan jasa tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Pembukuan yang diminta pihak Bank Tabungan Negara Cabang Solo
adalah Laporan Keuangan calon debitur 3 bulan terakhir.
d) Surat Jaminan
Legal Audit terhadap dokumen-dokumen yang berkenaan dengan
jaminan (benda tidak bergerak) yaitu berupa Sertifikat Tanah dan Ijin
Mendirikan Bangunan (IMB) yang diserahkan kepada Bank Tabungan Negara
Cabang Solo sebagai salah satu syarat pengajuan kredit. Legal Audit terhadap
dokumen jaminan dilakukan oleh Bank Tabungan Negara Cabang Solo
dengan meminta bantuan Notaris untuk memeriksa status dari benda yang
dijaminkan oleh calon debitur. Hal ini untuk memastikan bahwa benda yang
dijaminkan tersebut tidak sedang dalam sengketa dan tidak sedang dibebankan
untuk memperoleh fasilitas kredit di tempat lain. Apabila dari hasil
pelaksanaan Legal Audit terhadap benda jaminan ini diketahui bahwa benda
tersebut sedang dalam sengketa dan sedang dibebankan untuk memperoleh
fasilitas kredit di tempat lain, maka Bank Tabungan Negara Cabang Solo
dapat meminta surat jaminan lain yang bersih dari sengketa dan tidak sedang
dibebankan sebagai pengganti dari jaminan yang sedang dalam sengketa atau
sedang dibebankan tersebut. Apabila calon debitur tidak bisa memberikan
jaminan yang lain, maka permohonan kredit calon debitur ditolak oleh Bank
Tabungan Negara Cabang Solo. Dalam melaksanakan Legal Audit yang
berkenaan dengan dokumen-dokumen yang berkenaan dengan jaminan, ada
beberapa hal yang mendapat perhatian khusus dari Bank Tabungan Negara
Cabang Solo yaitu :
1) Sertifikat Tanah yang masih berupa Letter C
Bank Tabungan Negara Cabang Solo sangat teliti dalam
melaksanakan Legal Audit terhadap dokumen yang berkenaan dengan
jaminan yang masih berupa Letter C. Bank Tabungan Negara memastikan
bahwa tanda tangan dari pihak penjual harus tanda tangan dari orang yang
namanya tertera di Kadaster kelurahan dan merupakan orang yang sah
sebagai pemilik dari tanah tersebut sesuai dengan register yang tercatat di
desa yang bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
2) Tanah warisan yang belum dibagi
Bagi Jaminan yang berupa tanah warisan yang belum dibagi, Bank
Tabungan Negara melakukan Legal Audit untuk memastikan bahwa semua
ahli waris ikut menandatangani surat penyerahan tanah tersebut untuk
dijadikan jaminan untuk memperoleh fasilitas kredit dari Bank.
Bank Tabungan Negara Cabang Solo sangat teliti dalam melakukan
Legal Audit terhadap dokumen-dokumen yang berhubungan dengan benda
jaminan, dan melakukan pemeriksaan yang mendalam terhadap kebenaran dan
keabsahan kepemilikan suatu surat jaminan karena di Bank Tabungan Negara
Cabang Solo, jaminan adalah merupakan upaya terakhir dalam mengatasi
terjadinya kredit macet agar pihak Bank tidak mengalami kerugian yang dapat
mempengaruhi tingkat kesehatan Bank.
Mengenai Legal Audit terhadap jaminan kredit, pihak Bank Tabungan
Negara Cabang Solo meminta bantuan Notaris untuk memeriksa keabsahan
dokumen-dokumen jaminan kredit, jika perjanjian kredit telah disetujui oleh
pihak Bank maka Bank Tabungan Negara Cabang Solo menggunakan jasa
Notaris untuk mendaftarkan Hak Tanggungan Kantor Pertanahan. Bank
Tabungan Negara Cabang Solo melakukan kerja sama dengan Notaris dalam
bentuk MOU (Memorandum Of Understanding), jadi jika sewaktu-waktu
Bank Tabungan Negara Cabang Solo memerlukan jasa Notaris, pihak Bank
tinggal memanggil Notaris untuk datang ke Kantor Bank Tabungan Negara
Cabang Solo.
b. Calon Debitur Badan Hukum
Legal Audit dokumen-dokumen calon debitur yang berupa Badan Hukum
yaitu dilakukan terhadap dokumen-dokumen calon debitur yang meliputi :
1) Identitas calon debitur
Bagi calon debitur yang berupa Badan Hukum, untuk memeriksa
identitas Badan Hukum yang bersangkutan, Bank Tabungan Negara Cabang
Solo melakukan pemeriksaan hukum (Legal Audit) terhadap Akta Pendirian
Badan Hukum dan Nomor Pokok Wajib Pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
2) Ijin Usaha
Legal Audit terhadap Ijin Usaha calon debitur yang berupa Badan
Hukum dilaksanakan oleh Bank Tabungan Negara Cabang Solo dengan tujuan
untuk memastikan keabsahan pelaksanaan semua kegiatan dalam perusahaan
tersebut. Dokumen ini sangat penting karena merupakan bukti formal bahwa
suatu Badan hukum yang bersangkutan telah secara hukum diperbolehkan
untuk melakukan kegiatan usaha dalam bidang tertentu sesuai yang dimuat
dalam ijin usaha tersebut.
3) Laporan Keuangan
Bank Tabungan Negara Cabang Solo juga melakukan Legal Audit
terhadap laporan keuangan dari calon debitur yang berbentuk badan hukum.
Legal Audit terhadap laporan keuangan ini bertujuan untuk mengetahui
keadaan keuangan calon debitur yang berupa badan hukum dalam jangka
waktu tertentu sehingga pihak Bank dapat memperhitungkan besarnya
jaminan yang harus diberikan oleh calon debitur untuk menjamin kreditnya.
4) Surat Jaminan
Legal Audit di Bank Tabungan Negara Cabang Solo tidak hanya
dilakukan terhadap dokumen-dokumen yang berkenaan dengan jaminan dari
calon debitur perorangan saja, akan tetapi Legal Audit juga dilaksanakan pada
dokumen-dokumen jaminan dari calon debitur yang berupa Badan Hukum.
Dalam memeriksa status dan keabsahan jaminan pihak Bank meminta bantuan
dari pihak Notaris untuk memastikan bahwa jaminan yang diserahkan ke Bank
tidak dalam sengketa dan tidak sedang dibebankan untuk memperoleh fasilitas
kredit di tempat lain. Legal Audit oleh Bank Tabungan Negara Cabang Solo
pada dokumen-dokumen yang berhubungan dengan jaminan yaitu berupa
dokumen IMB (Ijin Mendirikan Bangunan) dan Sertifikat Tanah jika
jaminannya adalah bangunan tempat usaha calon debitur. Dalam pelaksanaan
Legal Audit terhadap jaminan calon debitur yang berupa badan hukum, pihak
Bank Tabungan Negara Cabang Solo memastikan nama yang tertera dalam
sertifikat yang diserahkan calon debitur badan hukum sebagai jaminan adalah
bukan nama perorangan tetapi harus nama badan hukum yang bersangkutan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
karena perkreditan yang diperuntukkan bagi badan hukum di Bank Tabungan
Negara Cabang Solo tidak memperbolehkan jika sertifikat yang dijadikan
sebagai jaminan adalah atas nama perorangan atau direksi dari badan hukum
yang bersangkurtan.
3. Hambatan Hambatan dalam Pelaksanaan Legal Audit dalam Realisasi Perjanjian
Kredit dan Penyelesaiannya di PT. Bank Tabungan Negara (Persero)Tbk Cabang
Solo.
a. Hambatan Pelaksanaan Legal Audit di PT. Bank Tabungan Negara
(Persero)Tbk Cabang Solo
Pelaksanaan Legal Audit di Bank Tabungan Negara Cabang Solopada
dasarnya pasti mengalami hambatan hambatan yang mana setiap Bank pasti
mempunyai hambatan-hambatan yang berbeda. Hambatan dalam pelaksanaan Legal
Audit di bidang kredit di Bank Tabungan Negara Cabang Solo yaitu (Wawancara
dengan Ibu Anjar, staf bagian Loan Service, 30 Maret 2011, Pukul 08.00 WIB ) :
1) Hambatan dari pihak Eksternal
Hambatan dari pihak eksternal Bank yaitu hambatan-hambatan yang
berkenaan atau datang dari pihak calon debitur. Hambatan-hambatan tersebut
yaitu berupa :
a) Sikap tertutup dan tidak jujur calon debitur
Sikap tertutup calon debitur adalah hambatan yang paling sering
dihadapi oleh Bank Tabungan Negara Cabang Solo dalam pelaksanaan Legal
Audit yang mana merupakan salah satu tahap penting dalam proses realisasi
pemberian kredit bagi calon debitur. Sikap tertutup dari calon debitur
cenderung menyulitkan pegawai Bank Tabungan Negara khususnya bagian
Loan Service yang menangani masalah kredit. Sikap tertutup calon debitur ini
maksudnya yaitu bahwa calon debitur cenderung enggan atau bahkan memang
sengaja tidak mau secara terus terang memberikan keterangan keterangan
terkait dengan data-data yang dibutuhkan oleh pihak Bank Tabungan Negara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
yang mana data-data tersebut adalah merupakan salah satu syarat dalam
pengajuan suatu kredit. Sikap tertutup dan tidak jujur calon debitur meliputi :
(1) Sikap tertutup dan tidak jujur calon debitur dalam hal identitas diri
Calon debitur di Bank Tabungan Negara Cabang Solo yang
bersikap tertutup masalah identitas diri yaitu mengenai identitas diri yang
tertera dalam Kartu Tanda Penduduk yang mana ternyata calon debitur
yang bersangkutan tersebut adalah merupakan bukan orang yang namanya
tertera dalam Kartu Tanda Penduduk yang diserahkan kepada pihak Bank
Tabungan Negara Cabang Solo, hal ini cukup membuat proses realisasi
pemberian kredit menjadi kacau tapi akhirnya hal ini bisa diatasi oleh
pihak Bank Tabungan Negara sebelum proses realisasi pemberian kredit
dilaksanakan dan hal ini saat ini menjadi salah satu hal yang paling
diperhatikan di Bank Tabungan Negara Cabang Solo dalam hal pemberian
kredit.
(2) Sikap tertutup calon debitur dalam hal kemampuan membayar
Ada beberapa calon debitur yang sebenarnya tidak mampu
membayar tapi calon debitur tersebut tetap bersikeras mengatakan bahwa
mereka mampu membayar angsuran kredit dengan jumlah keseluruhan
kredit yang mereka ajukan, hal ini biasanya sering terjadi pada calon
debitur yang bekerja di sektor swasta. Hambatan mengenai penghasilan
calon debitur biasanya berupa calon debitur yang tidak terus terang
mengenai penghasilannya, Hal ini biasanya di Bank Tabungan Negara
Cabang Solo sering terjadi pada calon debitur yang bekerja sebagai
Pegawai Negeri Sipil. Perkreditan di Bank Tabungan Negara Cabang Solo
yang diperuntukkan bagi Pegawai Negeri Sipil harus mendapat
persetujuan dari bendahara dari instansi yang bersangkutan yang mana
mensyaratkan bagi Pegawai Negeri Sipil yang ingin mengajukan
permohonan kredit berupa uang harusnya memenuhi syarat yaitu gaji dari
calon debitur yang bersangkutan harus sisa 50 % dari keseluruhan gaji
setelah dipotong angsuran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Beberapa calon debitur di Bank Tabungan Negara Cabang Solo
biasanya ada yang sebenarnya gajinya sudah tidak memenuhi syarat untuk
mengajukan permohonan kredit akan tetapi tetap memaksakan
mengajukan permohonan kredit dengan melakukan pendekatan tersendiri
atau pendekatan kekeluargaan pada bendahara di instansinya agar dengan
sisa gaji yang tidak memenuhi persyaratan untuk mengajukan kredit
tersebut tetap masih bisa digunakan untuk mengajukan kredit di Bank, hal
ini pada akhirnya berdampak tidak baik bagi pihak Bank, hal ini
dikarenakan pada proses pembayaran angsuran kredit, debitur yang
bersangkutan tidak bisa membayar angsuran dikarenakan gajinya sudah
habis untuk membayar angsuran pada pihak lain sehingga hal ini
menyebabkan terjadinya kredit macet yang mana bisa mempengaruhi
tingkat kesehatan bank.
(3) Agunan
Bank Tabungan Negara Cabang Solo banyak menjumpai masalah
yang berupa agunan yang berupa tanah yang mana beberapa calon debitur
memakai tanah sebagai agunan yang mana tanah tersebut dalam
sertifikatnya bukan atas nama calon debitur yang bersangkutan. Hal ini
menimbulkan masalah ketika pihak Bank Tabungan Negara Cabang Solo
melalukan survey ke lokasi yang mana petugas Bank menjumpai bahwa
tanah yang dijadikan agunan sertifikatnya bukan atas nama calon debitur
yang bersangkutan, hal ini menimbulkan kerugian tenaga, waktu dan biaya
bagi pihak Bank Tabungan Negara Cabang Solo.
(4) Pengeluaran dan penghasilan tambahan
Calon debitur perorangan dalam proses pemberian kreditnya
dilakukan semacam analisis pengeluaran atau pembelanjaan yang
dilakukan pada calon debitur yang bersangkutan, terutama untuk
pengeluaran rutin, dalam hal ini calon debitur biasanya memberikan data
yang tidak sesuai dengan pengeluaran yang sebenarnya, biasanya calon
debitur menghitung pengeluaran rutinnya lebih sedikit dibanding dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
keadaan yang sebenarnya, dibuat sedemikian rupa agar pengeluaran rutin
sebanding dengan pemasukan atau dengan kata lain tidak terjadi defisit
atas pengeluaran rutin dari calon debitur tersebut, hal ini dilakukan agar
pihak bank menyetujui permohonan kredit yang diajukan oleh calon
debitur.
Bagi calon debitur perorangan yang apabila setelah dihitung
tingkat kemampuan calon debitur yang bersangkutan, ternyata masih tidak
mengcover rencana angsuran kredit dalam sistem pemberian kredit di
Bank Tabungan Negara Cabang Solo dimungkinkan adanya analisis ulang
dengan memperhatikan penghasilan tambahan dan penghasilan pasangan
suami dan istri. Calon debitur dalam mencantumkan penghasilan
tambahan sering memberikan informasi yang tidak sebenarnya kepada
pihak Bank, biasanya calon debitur menuliskan penghasilan tambahan
sebesar mungkin agar bisa mencakup total kredit yang diinginkan, dalam
hal ini pihak Bank agak sulit dalam melakukan verifikasi dikarenakan
penghasilan tambahan ini berupa usaha calon debitur yang tidak tetap,
sehingga pihak Bank sering dengan mudah tertipu mengenai penghasilan
tambahan dari calon debitur. Hambatan lain yang dihadapi oleh Bank
Tabungan Negara Cabang Solo dalam hal pemberian kredit kepada calon
debitur perorangan yaitu mengenai calon debitur perorangan yang
statusnya adalah seorang istri.
Bank Tabungan Negara Cabang Solo mensyaratkan adanya
persetujuan dari suami bagi calon debitur perorangan yang statusnya
adalah seorang istri, dalam hal ini calon debitur sering memberikan data
yang tidak sebenarnya, dalam data yang diberikan menyatakan bahwa
suami dari calon debitur yang bersangkutan telah memberikan kuasa
kepada istrinya untuk mengajukan permohonan kredit ke Bank, akan tetapi
dikemudian hari pada saat calon debitur tidak bisa membayar angsuran
pihak suami menyatakan tidak mau bertanggung jawab atas tunggakan
angsuran istrinya dikarenakan pihak suami tidak mengetahui mengenai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
kredit yang diajukan istrinya, hal ini bisa menyebabkan terjadinya kredit
macet di Bank apabila tidak ditanggulangi sejak awal.
b) Pemalsuan Data
Hambatan yang dihadapi oleh Bank Tabungan Negara Cabang Solo
juga dijumpai pada calon debitur yang berbentuk Badan Hukum biasanya
berupa pemalsuan data data mengenai Ijin Usaha, neraca dan laporan laba rugi
yang dibuat sedemikian rupa agar calon debitur bisa mendapatkan fasilitas
kredit dari Bank. Hambatan lain yang dihadapi oleh Bank Tabungan Negara
Cabang Solo dalam hal Pemberian kredit kepada calon debitur yang berbentuk
badan hukum yaitu berupa pemalsuan legalitas usaha yang bisa berupa
pemalsuan Nomor Pokok Wajib Pajak, Surat Ijin Usaha Perdagangan dan lain
lain. Hal ini baru bisa diketahui oleh pihak Bank Tabungan Negara Cabang
Solo ketika pihak Bank melakukan pemeriksaan ke lokasi usaha Badan
Hukum yang bersangkutan ternyata usahanya fiktif, hal ini menimbulkan
kerugian berupa tenaga, waktu dan biaya bagi pihak Bank Tabungan Negara
Cabang Solo.
Hambatan lain yang berasal dari calon debitur yang berupa badan
hukum yaitu berupa calon debitur yang berupa badan hukum yang sulit
memberikan dokumen-dokumen tertentu seperti Nomor Pokok Wajib Pajak,
Surat Ijin Usaha Perdagangan karena badan hukum tersebut merasa bahwa
perusahaannya pantas diberikan kepercayaan yang lebih dari pihak Bank
karena merasa perusahaannya adalah perusahaan yang besar, bonafit serta
melakukan kegiatan sampai tingkat eksport-import sehingga merasa sudah
cukup hanya menyerahkan sertifikat saja.
Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan Legal Audit di Bank Tabungan
Negara Cabang Solo yang berasal dari calon debitur atau hambatan eksternal selama
ini lebih banyak hanya menimbulkan kerugian berupa tenaga, waktu dan biaya bagi
pihak Bank Tabungan Negara Cabang Solo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
2) Hambatan dari pihak Internal Bank
Selain hambatan yang berkaitan dengan calon debitur, terdapat juga
hambatan yang berasal dari pihak intern Bank Tabungan Negara Cabang Solo,
yaitu kurangnya pengetahuan, pengalaman dan pemahaman mengenai legal audit
oleh pelaksana Legal Audit di Bank Tabungan Negara Cabang Solo. Hal ini
menyebabkan pihak pelaksana Legal Audit kurang teliti dan kurang serius dalam
menganalisis kegunaan, manfaat serta pentingnya dokumen-dokumen yang
diperlukan dalam proses permohonan suatu kredit. Sebagai contoh yaitu pihak
pelaksana Legal Audit sering dengan mudahnya percaya dengan slip gaji atau
bukti penghasilan yang diberikan oleh calon debitur tanpa mengadakan analisis
lebih lanjut misalnya mengenai kemungkinan calon debitur sudah terlebih dahulu
terikat perjanjian kredit dengan pihak lain, sehingga hal ini di kemudian hari bisa
menyebabkan debitur tidak bisa membayar angsuran sehingga menimbulkan
kredit macet yang mana bisa mempengaruhi tingkat kesehatan bank. Hal ini
disebabkan kadang yang menjadi pelaksana Legal Audit adalah bukan petugas
yang dulunya berasal dari orang hukum, sehingga pemahaman tentang kelegalan
dokumen-dokumen calon debitur masih sangat kurang. Saat ini pihak Bank
Tabungan Negara Cabang Solo banyak melakukan pelatihan-pelatihan bagi
bagian pelaksana Legal Audit sehingga hambatan yang berasal dari intern Bank
bisa diminimalisasikan sehingga terjadinya kredit macet yang disebabkan kurang
kuatnya analisis mengenai kelegalan dokumen-dokumen calon debitur bisa
dicegah dan ditanggulangi oleh pihak Bank Tabungan Negara Cabang Solo.
b. Solusi penyelesaian hambatan-hambatan dalam pelaksanaan Legal Audit di PT.
Bank Tabungan Negara (Persero)Tbk Cabang Solo
Solusi-solusi yang ditempuh oleh PT. Bank Tabungan Negara (Persero)Tbk
Cabang Solo dalam Realisasi Perjanjian Kredit yaitu :
1) Langkah yang diambil dan dilakukan oleh Bank Tabungan Negara Cabang Solo
dalam Realisasi Perjanjian Kredit yang berupa sikap tertutup calon debitur
mengenai identitas, kemampuan membayar, dan lain-lain, maka Bank Tabungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Negara Cabang Solo mengatasinya dengan cara melakukan pendekatan yang lebih
mendalam kepada calon debitur. Pendekatan mendalam terhadap calon debitur
dilakukan dengan cara Bank Tabungan Negara menjaga komunikasi secara rutin
dan berkelanjutan dengan calon debitur yang bersangkutan. Hal ini dilakukan
dengan tujuan bahwa calon debitur bisa merasa nyaman, sehingga calon debitur
dengan senang hati mau memberikan keterangan yang sebenarnya mengenai
dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai syarat dalam pengajuan kredit ke
Bank. Pihak Bank Tabungan Negara juga memperketat proses verifikasi
keterangan-keterangan calon debitur dengan dokumen-dokumen yang diserahkan
kepada Bank, sehingga jika ada keterangan-keterangan calon debitur yang tidak
sesuai dengan dokumen-dokumen yang diserahkan kepada Bank maka kelayakan
calon debitur untuk menerima fasilitas kredit patut diragukan.
2) Pihak Bank Tabungan Negara mengatasi hambatan yang berhubungan dengan
jaminan atau agunan yaitu dengan cara mendatangkan eksternal auditor.
Eksternal Auditor yaitu Notaris yang mana membantu memeriksa keabsahan
dokumen-dokumen calon debitur yang berhubungan dengan jaminan atau
aguanan, sehingga Notaris bisa mengetahui kejanggalan-kejanggalan yang ada
jika calon debitur tidak memberitahukan hal yang sebenarnya yang berkaitan
dengan dokumen-dokumen yang menjadi syarat permohonan suatu fasilitas kredit
dari Bank yang berhubungan dengan jaminan.
3) Pihak Bank Tabungan Negara dalam mengatasi dan menanggulagi segala
hambatan yang berhubungan dengan calon debitur yang memberikan keterangan
palsu maka Bank memberlakukan suatu system internal control yang lebih ketat
untuk meneliti dan memeriksa dokumen-dokumen calon debitur untuk
memastikan bahwa tidak ada kejanggalan dan masalah dalam dokumen-dokumen
yang merupakan syarat dari suatu permohonan kredit tersebut.
4) Bank Tabungan Negara Cabang Solo melakukan BI Checking untuk
menanggulangi pemalsuan keterangan mengenai kemampuan membayar kredit
calon debitur. BI Checking dilakukan terhadap calon debitur dan suami/istrinya
untuk memastikan bahwa calon debitur tidak sedang terikat hutang dengan bank
lain dan jika calon debitur sedang terikat hutang dengan pihak lain maka BI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Checking dilakukan untuk memastikan bahwa calon debitur dilihat dari
penghasilannya masih mampu untuk membayar hutang yang baru dan untuk
memastikan riwayat pembayaran hutang-hutang calon debitur sebelumnya
berjalan lancar.
5) Bank Tabungan Negara Cabang Solo banyak melakukan pelatihan-pelatihan bagi
bagian pelaksana Legal Audit secara rutin yang dilaksanakan di Jakarta dengan
mendatangkan ahli-ahli di bidang hukum, Law Office, kantor-kantor hukum
lainnya untuk memberikan penyuluhan mengenai pentingnya aspek-aspek hukum
dalam suatu perjanjian dan memberikan pendapat-pendapat hukum.
B. Pembahasan
1. Pelaksanaan Legal Audit di PT. Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Solo
Perbankan merupakan sumber dana terutama dalam bentuk kredit bagi masyarakat
perorangan maupun badan usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya atau
meningkatkan produksinya. PT. Bank Tabungan Negara adalah merupakan salah satu Bank
yang besar di Indonesia, Hal ini berarti bahwa Bank Tabungan Negara mempunyai peran
yang penting dalam menjaga kestabilan sektor perekonomian di Indonesia. Salah satu cara
yang dilakukan oleh Bank Tabungan Negara sebagai wujud keikutsertaan dalam menjaga
kestabilan perekonomian Nasional yaitu dengan cara senantiasa menjaga Tingkat Kesehatan
Bank sehingga bisa tetap melakukan kegiatan Operasional Perbankan dengan begitu Bank
Tabungan Negara tetap bisa ikut serta dalam menjaga beredarnya uang secara teratur dengan
jalan menghimpun dana dari debitur yang kelebihan dana dan menyalurkan uang kepada
pihak yang membutuhkan dana. Penghasilan utama Bank Tabungan Negara berasal dari jasa-
jasa perkreditan sehingga Bank Tabungan Negara mengelola jasa-jasa perkreditan dengan
prinsip kehati-hatian dari semua aspek dengan tujuan untuk menekan risiko kredit macet.
Pelaksanaan prinsip kehati-hatian oleh Bank Tabungan Negara dalam melaksanakan
kegiatan perkreditan merupakan wujud dari penerapan ketentuan Undang-Undang Perbankan
yaitu Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yaitu Pasal 29 Ayat (2) yang mewajibkan
setiap Bank untuk menjaga Tingkat Kesehatan Bank dengan cara menerapkan prinsip kehati-
hatian dalam melaksanakan setiap kegiatan perbankan. Selain berpedoman pada Undang-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Undang Perbankan, Bank Tabungan Negara juga mengacu pada Peraturan-Peraturan Bank
Indonesia yaitu Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5 / 21 / DPNP tanggal 29 September
2003 dan peraturan Bank Indonesia Nomor 5 / 8 / PBI / 2003 Tanggal 19 Mei 2003 Tentang
Penerapan Managemen Risiko Bagi Bank Umum serta Peraturan Bank Indonesia Nomor 13 /
1 /PBI / 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum .
Dana yang digunakan oleh Bank Tabungan Negara Cabang Solo untuk membiayai
kredit bukan semata-mata berasal dari modal Bank Tabungan Negara Cabang Solo sendiri
tetapi sebagian besar berasal dari dana-dana masyarakat. Modal Bank Tabungan Negara
Cabang Solo terbatas sehingga untuk mengembangkan usaha Bank Tabungan Negara
berusaha menarik dana dari masyarakat yang kemudian disalurkan kembali kepada
masyarakat dalam bentuk kredit. Pinjaman yang diberikan oleh Bank Tabungan Negara
Cabang Solo tersebut mengandung risiko (risk asset) yang tinggi yaitu berupa tidak
kembalinya kredit tersebut tepat pada waktunya yang dinamakan Non Performing Loan
(NPL) yang bisa berakibat mengganggu likuiditas Bank Tabungan Negara Cabang Solo.
Oleh karena itu, Bank Tabungan Negara Cabang Solo mengelola kegiatan kredit dengan
managemen perkreditan yang baik, menerapkan prinsip kehati-hatian melakukan analisis
mendalam terhadap semua aspek untuk menekan seminimal mungkin terjadinya risiko kredit
bermasalah.
Pelaksanaan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan kegiatan perkreditan di Bank
Tabungan Negara diwujudkan dengan dilaksanakannya Legal Audit di bidang kredit, karena
menurut Bank Tabungan Negara Cabang Solo pelaksanaan Legal Audit ini merupakan
langkah dasar untuk mencegah terjadinya suatu kredit macet. Legal Audit sangat penting
karena setiap dokumen yang dibutuhkan sebagai syarat kredit mengandung aspek-aspek
hukum. Aspek hukum memegang peranan penting dalam melakukan analisis sebelum kredit
itu diberikan kepada pemohon, karena jika pemahaman terhadap suatu aspek hukum dalam
dokumen-dokumen yang merupakan syarat dari permohonan kredit keliru maka dapat
menyebabkan perjanjian kredit yang dibuat menjadi batal demi hukum atau dapat dibatalkan
sehingga dapat merugikan pihak Bank Tabungan Negara Cabang Solo. Pembahasan penulis
terhadap pelaksanaan Legal Audit di Bank Tabungan Negara Cabang Solo dalam realisasi
perjanjian kredit diantaranya yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
a) Legal Audit pada identitas calon debitur
Legal Audit yang dilakukan oleh Bank Tabungan Negara Cabang Solo pertama-
tama dilakukan pada dokumen-dokumen yang berhubungan dengan identitas calon
debitur yang berupa Kartu Tanda Penduduk atau kartu identitas lain yang diserahkan
kepada Bank. Dengan identitas diri tersebut, bank dapat dengan mudah menentukan
yurisdiksi atau tempat kepaniteraan yang dipilih jika suatu saat terjadi sengketa dan harus
diselesaikan di pengadilan. Apabila terjadi sesuatu hal yang memerlukan pemberitahuan
segera kepada nasabah, termasuk penagihan-penagihan penyampaian surat-menyurat,
bank tidak kesulitan menemukan tempat tinggal yang bersangkutan. Verifikasi dilakukan
untuk meyakinkan bahwa copy identitas yang dipegang bank adalah persis sama dengan
aslinya, sehingga data dan faktanya dapat dipercaya dan valid. Mengenai subyek
permohan kredit ini, harus sesuai dengan Pasal 1320 Kitab Undang Undang Hukum
Perdata, yaitu harus cakap melakukan perbuatan hukum, di mana salah satu syarat
kecakapan seseorang tersebut adalah cukup umur atau dewasa, yang bertanda tangan
pada permohonan kredit dapat dipastikan bahwa ia juga yang akan bertanda tangan dalam
perjanjian kredit serta perjanjian-perjanjian assessoirnya. Jika ketentuan dalam Pasal
1320 Kitab Undang Undang Hukum Perdata tidak dipenuhi maka perjanjian batal demi
hukum.
Apabila yang mengajukan permohonan kredit tersebut badan usaha, maka harus
diperiksa lagi bentuk hukumnya. Dalam dunia hukum, badan usaha ada yang berbadan
hukum dan ada pula yang tidak berbadan hukum dengan perbedaan prinsip adanya
pengesahan pemerintah dan pemisahan harta kekayaan antara pemilik dan perusahaannya
untuk badan usaha yang berbadan hukum. Verifikasi yang dilakukan yaitu memeriksa
Anggaran Dasar (akta pendirian) dan akta perubahan Akta Pendirian badan usaha
tersebut. Perlu adanya kepastian bahwa akta perubahan tersebut adalah perubahan yang
terakhir. Dalam Anggaran Dasar (akta pendirian) badan usaha harus memuat kewenangan
bertindak/melakukan perbuatan hukum dari para pengurusnya. Hal lain yang perlu
diperiksa adalah Anggaran Dasar (akta pendirian) badan usaha tersebut telah disahkan
oleh yang berwenang (bila badan hukum). Salah satu persyaratan untuk menjadi badan
hukum suatu badan usaha adalah adanya pengesahan oleh pemerintah. Apabila badan
hukum belum disahkan, maka pengurus tidak dapat bertindak mewakili perusahaannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
sebagai badan hukum, tetapi harus diwakili oleh para pemegang saham/pendirinya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Anjar selaku staf bagian loan service, Bank
Tabungan Negara Cabang Solo sangat jarang menerima calon debitur yang berupa badan
hukum, mayoritas adalah calon debitur perorangan sedangkan calon debitur yang berupa
badan hukum banyak dijumpai di Kantor Cabang Bank Tabungan Negara yang terletak di
kota besar.
b) Legal Audit dokumen jaminan
Pelaksanaan Legal Audit di Bank Tabungan Negara juga dilakukan pada jaminan
atau agunan kredit. Pasal 1131 Kitab Undang Undang Hukum Perdata menyebutkan
bahwa “Segala kebendaan si berhutang, baik yang bergerak maupun tak bergerak, baik
yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk
segala perikatan perseorangan”. Kemudian, pada Pasal 1132 Kitab Undang Undang
Hukum Perdata disebutkan bahwa pada dasarnya terdapat 2 (dua) asas pemberian
jaminan/agunan bila ditinjau dari sifatnya, yaitu berupa jaminan yang bersifat umum,
yaitu jaminan yang diberikan oleh debitur kepada setiap kreditur, hak-hak tagihan mana
tidak mempunyai hak mendahului (konkuren) antara kreditur yang satu dengan lainnya
dan Jaminan yang bersifat khusus, yaitu jaminan yang diberikan oleh debitur kepada
kreditur, hak-hak tagihan mana mempunyai hak mendahului sehingga ia berkedudukan
sebagai kreditur privilege (preferent). Maksud dari jaminan/agunan itu sendiri adalah
tanggungan yang diberikan oleh debitur dan atau pihak ketiga kepada kreditur karena
pihak kreditur mempunyai kepentingan bahwa debitur harus memenuhi kewajibannya
dalam suatu perikatan.
Mengenai pentingnya suatu jaminan oleh kreditur (bank) atas suatu pemberian
kredit, tidak lain adalah salah satu upaya untuk mengantisipasi risiko yang mungkin
timbul dalam tenggang waktu antara pemberian dan pelunasan kredit, untuk itu di-
perlukan analisis yang mendalam, monitoring dan pengamanan atas pemberian jaminan
tersebut. Salah satu wujudnya adalah pemeriksaan atau legal audit atas jaminan/agunan
kredit tersebut. Bank Tabungan Negara Cabang Solo Pertama-tama harus memeriksa
tentang jaminan/agunan kredit adalah kepemilikannya, keabsahan, kebenaran dan
keaslian dari dokumen jaminan/agunan tersebut. Hal itu dilakukan Untuk menentukan
siapa-siapa saja yang berhak dan berwenang menandatangani perjanjian/pengikatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
jaminan, guna menjamin kreditnya debitur, untuk menentukan apakah jaminan/agunan
yang dikuasai bank adalah benar-benar jaminan/agunan yang bukti-bukti kepemilikannya
adalah sah, benar dan asli serta tidak ada sengketa dan hak lain yang berada di atasnya,
agar apabila terjadi sengketa mengenai agunan tersebut bank sudah memiliki bukti yang
cukup untuk menjadi suatu alat bukti yang sempurna, sehingga siap untuk berperkara.
Bagi calon Debitur yang berupa badan hukum, Bank Tabungan Negara Cabang
Solo melakukan Legal Audit terhadap dokumen-dokumen yang berupa IMB (Ijin
Mendirikan Bangunan), NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), TDP (Tanda Daftar
Perusahaan), SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan), dan Akta Pendirian. Dokumen-
dokumen tersebut adalah merupakan syarat yang harus diserahkan kepada Bank
Tabungan Negara Cabang Solo jika calon debitur yang berupa badan usaha ingin
mendapatkan fasilitas kredit dari Bank. Dokumen-dokumen tersebut sangat penting
karena dokumen-dokumen tersebut menunjukkan kelegalan suatu badan hukum dalam
melakukan usahanya(Wawancara dengan Ibu Susi, staf bagian Loan Service, 30 Maret
2011, Pukul 09.00 WIB ) .
2. Hambatan dan penyelesaian dalam pelaksanaan Legal Audit di Bank Tabungan Negara
Kantor Cabang Solo.
Pelaksanaan Legal Audit di Bank Tabungan Negara Cabang Solo dalam realisasi
perjanjian kredit dalam praktiknya mengalami banyak hambatan. Hambatan-hambatan
tersebut berasal dari eksternal Bank dan internal Bank Tabungan Negara Cabang Solo.
Bank Tabungan Negara Cabang Solo telah menempuh banyak cara untuk
menanggulangi hambatan-hambatan tersebut. Dulu hambatan-hambatan tersebut ada
yang menyebabkan kerugian bagi Bank Tabungan Negara Cabang Solo. Beberapa contoh
kasus yang pernah dialami oleh Bank Tabungan Negara Cabang Solo yaitu :
a. Sifat tertutup dan tidak terus-terang calon debitur dalam memberikan keterangan
kepada pihak Bank dulu hampir sering dialami oleh Bank Tabungan Negara Cabang
Solo. Hal ini menimbulkan kerugian Bagi pihak Bank walau kerugian yang
ditimbulkan tidak begitu banyak jika dihitung nominalnya. Kerugian yang dialami
oleh Bank Tabungan Negara Cabang Solo dalam hal ini hanya sebatas pada kerugian
tenaga, waktu dan biaya, karena pihak Bank telah terlanjur melakukan survey ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
lapangan atau on the spot dan ternyata keadaan di lapangan berbeda dengan
keterangan yang tertulis di dokumen-dokumen yang diserahkan kepada Bank dan
keterangan yang diberikan langsung oleh calon debitur, sehingga pelaksanaan survei
yang dilakukan oleh pihak Bank sia-sia, padahal pelaksanaan survey tersebut
memakan tenaga, biaya dan waktu.
b. Masalah yang pernah dihadapi oleh Bank Tabungan Negara Cabang Solo dalam hal
jaminan yaitu mengenai jaminan yang berupa tanah warisan yang belum dibagi.
Calon debitur yang bersangkutan menyerahkan sertifikat tanah yang mana tanah
tersebut bukan atas nama calon debitur tersebut dan tanah tersebut adalah merupakan
tanah warisan yang belum dibagi. Bank Tabungan Negara Cabang Solo mensyaratkan
adanya tanda tangan semua ahli waris dalam surat persetujuan penyerahan jaminan.
Di kemudian hari Ada ahli waris yang menggugat ke pengadilan berkaitan dengan
haknya atas tanah yang dijadikan jaminan tersebut, ternyata setelah melakukan
penelusuran Bank Tabungan Negara Cabang Solo mengetahui bahwa belum semua
ahli waris yang bertanda tangan dalam surat persetujuan penyerahan jaminan yang
diserahkan kepada Bank. Dalam hal ini Bank Tabungan Negara Cabang Solo
mengalami kerugian karena kalah dalam berperkara di pengadilan karena perjanjian
kredit tersebut dibatalkan dengan putusan pengadilan karena gugatan dari ahli waris
yang tidak ikut serta menandatangani sertifikat tanah yang dijadikan jaminan ke
Bank.
Bank Tabungan Negara Cabang Solo saat ini sudah hampir tidak pernah
menjumpai masalah-masalah seperti yang telah dialami Bank Tabungan Negara Cabang
Solo sebelumnya, karena saat ini Bank Tabungan Negara Cabang Solo telah memperketat
Internal Control dalam Bank sehingga Bank Tabungan Negara Cabang Solo sangat
berhati-hati dalam menjalankan usaha perkreditan. Banyak langkah-langkah yang telah
ditempuh oleh Bank Tabungan Negara Cabang Solo sebagai wujud pelaksanaan prinsip
kehati-hatian dan pelaksanaan internal control dalam Bank Tabungan Negara Cabang
Solo. Langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Bank Tabungan Negara Cabang Solo
yaitu dengan cara melakukan pendekatan yang mendalam terhadap calon debitur
sehingga calon debitur mau memberikan keterangan yang sesuai dengan dokumen yang
diserahkan kepada Bank. Bank Tabungan Negara Cabang Solo juga memberlakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
internal control yang lebih ketat untuk meminimalkan adanya kejanggalan-kejanggalan
dalam proses realisasi pemberian kredit. Bank Tabungan Negara Cabang Solo juga secara
rutin melakukan pelatihan-pelatihan berkaitan dengan pelaksanaan Legal Audit agar
Pelaksana Legal Audit semakin ahli sehingga tidak lalai dan melakukan kesalahan dalam
pelaksanaan Legal Audit di bidang kredit.
Menurut penulis, langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Bank Tabungan
Negara Cabang Solo sudah bisa dibilang cukup baik, hal ini dibuktikan dengan sedikitnya
atau berkurangnya prosentase kredit macet yang disebabkan karena lemahnya aspek-
aspek hukum yang berhubungan dengan dokumen-dokumen yang merupakan syarat dari
permohonan kredit sehingga hingga saat ini tingkat kesehatan Bank Tabungan Negara
Cabang Solo tetap terjaga dan Bank Tabungan Negara Cabang Solo tetap bisa
menjalankan kegiatan-kegiatan operasional perbankan sehingga secara tidak langsung
Bank Tabungan Negara Cabang Solo telah ikut serta menjaga kestabilan perekonomian
nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Setelah penulis mengadakan penelitian dan kemudian menguraikannnya sesuai
dengan rumusan masalah, maka kesimpulan kesimpulan yang penulis ambil yaitu sebagai
berikut :
1. Pelaksanaan Legal Audit di PT. Bank Tabungan Negara (Persero)Tbk Cabang Solo
Dalam Realisasi Pejanjian Kredit
Pelaksanaan Legal Audit di Bank Tabungan Negara Cabang Solo
dilaksanakan berdasarkan kebijakan yang dikeluarkan oleh kantor pusat Bank
Tabungan Negara yang berdasarkan pada Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5 / 21
/ DPNP tanggal 29 September 2003 dan peraturan Bank Indonesia Nomor 5 / 8 / PBI /
2003 Tanggal 19 Mei 2003 Tentang Penerapan Managemen Risiko Bagi Bank Umum
serta Peraturan Bank Indonesia Nomor 13 / 1 /PBI / 2011 tentang Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum. Hal ini sesuai dengan asas Lex Specialist Derogate Lex
Generalis yang mengandung pengertian bahwa aturan khusus mengesampingkan
aturan yang bersifat umum. Kebijakan kantor pusat Bank Tabungan Negara adalah
sebagai aturan khusus yang mana dalam pelaksanaan Legal Audit di Bank Tabungan
Negara mengaju pada aturan khusus tersebut dengan syarat aturan tersebut tidak
bertentangan dengan aturan umummnya yaitu berupa Surat Edaran Bank Indonesaia
dan Pearaturan Bank Indonesia yang mengatur tentang Legal Audit.
Pelaksanaan Legal Audit di Bank Tabungan Negara Cabang Solo merupakan
salah satu wujud dari pelaksanaan dan penerapan dari Peraturan Bank Indonesia yang
mengatur mengenai Managemen Risiko dan Tingkat Kesehatan Bank. Pelaksanaan
Legal Audit di bidang kredit adalah salah satu upaya menjaga tingkat kesehatan Bank
Tabungan Negara, dengan dilaksanakannya Legal Audit di bidang kredit maka
terjadinya kredit macet yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan bank dapat
dicegah dan ditanggulangi. Legal Audit di bidang kredit di Bank Tabungan Negara
Cabang Solo dilakukan pada dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai syarat dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
permohonan suatu fasilitas kredit. Legal Audit di Bank tabungan Negara Cabang Solo
dilaksanakan pada dokumen-dokumen calon debitur perorangan dan calon debitur
badan hukum yang berupa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan identitas
calon debitur, surat nikah dan kartu keluarga, jaminan serta dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan penghasilan calon debitur. Bank Tabungan Negara Cabang Solo
melaksanakan Legal Audit di bidang kredit sebagai wujud dari pelaksanaan dan
penerapan prinsip kehati hatian. Hal ini dibuktikan dengan Pelaksanaan Legal audit
oleh Bank Tabungan Negara Cabang Solo yang dilakukan secara berlapis-lapis
mengenai semua dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai syarat permohonan
fasilitas kredit dengan cara melakukan pencocokan antar dokumen-dokumen syarat
kredit, setelah itu kemudian dilakukan pencocokan dokumen dengan hasil keterangan
pada waktu proses wawancara, dan jika masih terjadi kejanggalan maka dilakukan
survey ke lokasi untuk memastikan keabsahan dokumen-dokumen calon debitur.
Bank Tabungan Negara Cabang Solo melaksanakan Legal Audit di bidang kredit
untuk menjamin dan memastikan kelegalan dokumen-dokumen calon debitur yang
diperlukan sebagai syarat permohonan fasilitas kredit dari bank, dengan demikian jika
suatu saat terjadi sengketa yang harus diselesaikan lewat pengadilan pihak Bank
Tabungan Negara Cabang Solo tidak dirugikan karena mempunyai alat bukti tertulis
yang sah menurut hukum.
2. Hambatan-hambatan pelaksanaan Legal Audit dan penyelesaiannya di Bank
Tabungan Negara Cabang Solo
Pelaksanaan Legal Audit pada dasarnya pasti mengalami hambatan-hambatan,
hambatan yang dialami Bank Tabungan Negara Cabang Solo yaitu berupa :
a. Hambatan yang berasal dari Eksternal Bank
Hambatan yang paling sering ditemui hampir di setiap Bank yaitu berupa
sikap tertutup dari calon debitur dalam hal identitas diri, kemampuan membayar,
agunan dan hambatan tersebut adalah hambatan yang paling sering dihadapi oleh
Bank Tabungan Negara Cabang Solo dalam pelaksanaan Legal Audit yang mana
merupakan salah satu tahap penting dalam proses realisasi pemberian kredit bagi
calon debitur. Sikap tertutup dari calon debitur cenderung menyulitkan pegawai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Bank Tabungan Negara Cabang Solo khususnya bagian Loan Service yang
menangani masalah Legal Audit.
b. Hambatan dari internal Bank
Selain hambatan yang berkaitan dengan calon debitur, terdapat juga
hambatan yang berasal dari pihak intern Bank Tabungan Negara Cabang Solo,
yaitu kurangnya pengetahuan, pengalaman dan pemahaman mengenai legal audit
oleh pelaksana Legal Audit di Bank Tabungan Negara Cabang Solo. Hal ini
menyebabkan pihak pelaksana Legal Audit kurang teliti dan kurang serius dalam
menganalisis kegunaan, manfaat serta pentingnya dokumen-dokumen yang
diperlukan dalam proses permohonan suatu kredit.
Solusi dari hambatan pelaksanaan Legal Audit di Bank Tabungan Negara
Cabang Solo. Bank Tabungan Negara Cabang Solo telah memperketat Internal
Kontrol dalam Bank sehingga Bank Tabungan Negara Cabang Solo sangat berhati-
hati dalam menjalankan usaha perkreditan. Banyak langkah-langkah yang telah
ditempuh oleh Bank Tabungan Negara Cabang Solo sebagai wujud pelaksanaan
prinsip kehati-hatian dan pelaksanaan internal control dalam Bank Tabungan Negara
Cabang Solo. Langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Bank Tabungan Negara
Cabang Solo yaitu dengan cara melakukan pendekatan yang mendalam terhadap
calon debitur sehingga calon debitur mau memberikan keterangan yang sesuai dengan
dokumen yang diserahkan kepada Bank. Bank Tabungan Negara Cabang Solo juga
memberlakukan internal control yang lebih ketat untuk meminimalkan adanya
kejanggalan-kejanggalan dalam proses realisasi pemberian kredit
Saat ini pihak Bank Tabungan Negara Cabang Solo juga banyak melakukan
pelatihan-pelatihan bagi bagian pelaksana Legal Audit sehingga hambatan yang
berasal dari intern Bank bisa diminimalisasikan sehingga terjadinya kredit macet
yang disebabkan kurang kuatnya analisis mengenai kelegalan dokumen-dokumen
calon debitur bisa dicegah dan ditanggulangi oleh pihak Bank Tabungan Negara
Cabang Solo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
B. Saran
Berdasarkan pada kesimpulan-kesimpulan yang disusun oleh penulis maka
penulis dapat memberikan saran saran sebagai berikut :
1. Pihak Bank Tabungan Negara Cabang Solo hendaknya perlu melakukan pemeriksaan
lebih teliti dan terperinci terkait dengan dokumen-dokumen syarat kredit calon
debitur. Pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen syarat kredit calon debitur
perorangan dan badan hukum bisa dilaksanakan lebih teliti dan terperinci dengan cara
melakukan pemeriksaan lebih mendalam hingga melakukan penyelidikan tentang
identitas calon debitur hingga ke tingkat yang paling bawah yaitu tingkat kelurahan.
Selain itu penulis menyarankan agar pihak Bank Tabungan Negara Cabang Solo juga
melakukan pemeriksaan ke kantor, instansi atau tempat dimana calon debitur bekerja,
hal ini bisa menambah data data dan keterangan yang bisa dijadikan pertimbangan
yang kuat untuk menentukan apakah calon debitur layak mendapatkan fasilitas kredit
dari bank atau tidak.
2. Bank Tabungan Negara Cabang Solo sebaiknya juga meningkatkan kegiatan evaluasi
dan pelatihan bagi pelaksana Legal audit agar petugas pelaksana Legal audit di
bidang kredit menjadi petugas pelaksana Legal Audit yang memang benar benar ahli
dan berkompeten dalam melakukann proses Legal Audit dibidang kredit yang
merupakan penerapan prinsip kehati-hatian agar tingkat kesehatan bank bisa tetap
terjaga.
3. Pihak calon debitur hendaknya mempunyai itikad baik dalam mengajukan
permohonan kredit ke Bank Tabungan Negara Cabang Solo sehingga pemberian
kredit kepada calon debitur tidak menimbulkan kerugian materiil maupun immaterial
bagi pihak bank, dengan demikian pemberian fasilitas kredit dapat menjadi sebuah
kerjasama yang saling menguntungkan antara calon debitur dengan Bank Tabungan
Negara Cabang Solo.
4. Pemerintah hendaknya membuat undang-undang dan peraturan tersendiri mengenai
Legal Audit dalam kegiatan usaha perbankan agar pelaksanaan Legal Audit dalam
kegiatan usaha perbankan bisa dilaksanakan secara sungguh-sungguh oleh pihak
bank.