96
PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM PEMBELAJARAN DI PAUD AL-WATHONIYAH GEMUH KENDAL TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam Nama : AIZATUT TAULIA NIM : 063111102 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010

PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

  • Upload
    buitu

  • View
    250

  • Download
    7

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

PELAKSANAAN METODE CERITADALAM PEMBELAJARAN DI

PAUD AL-WATHONIYAH GEMUH KENDALTAHUN PELAJARAN 2009/2010

SKRIPSIDiajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Ilmu Tarbiyah

Jurusan Pendidikan Agama Islam

Nama : AIZATUT TAULIANIM : 063111102

FAKULTAS TARBIYAHINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG2010

Page 2: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

ii

Page 3: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

iii

Page 4: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

iv

DEKLARASI

Penulis menyatakan dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab bahwa skripsi

ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis orang lain atau diterbitkan.

Demikian juga skripsi ini tidak satu pun pikiran orang lain, kecuali informasi yang

terdapat dalam referensi yang dijadikan sebagai bahan rujukan.

Semarang, 13 Desember 2010

Deklarator

Aizzatut TauliaNIM. 063111102

Page 5: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

v

ABSTRAK

Aizatut Taulia (NIM: 063111102). Pelaksanaan Metode Cerita DalamPembelajaran DI PAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal tahun pelajaran2009/2010. Skripsi. Semarang: Program Strata 1 Jurusan Pendidikan AgamaIslam Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2010.

Penelitian ini bertujuan: 1) Mengetahui pelaksanaan metode ceritadalam pembelajaran di PAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal tahun pelajaran2009/2010; 2) Mengetahui faktor-faktor apa yang menjadi penunjang danpenghambat pelaksanaan metode cerita dalam pembelajaran di PAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal tahun pelajaran 2009/2010.

Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan metode penelitiandeskriptif. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptifanalisis. Pendekatan deskriptif analisis ini dapat dipandang sebagai prosedurpenelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisandari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Pelaksanaan metode ceritadalam pembelajaran di PAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal yang kamiklasifikasikan pada Persiapan, Materi dan penyampaian, Alat Peraga dan Evaluasikesemuanya sudah baik. Dalam hal Persiapan, pendidik PAUD Al-Wathoniyahsudah melakukan berbagai persiapan pribadi dan teknis secara optimal. Dalam halMateri dan penyampaian, pendidik PAUD Al-Wathoniyah sudah sangat selektif,materi yang digunakan sudah variatif, berisi dan disampaikan dengan sangat baik,dalam hal Alat Peraga pendidik PAUD Al-Wathoniyah sudah menggunakanberbagai alat peraga yang efektif dan singkron dengan materi yang dibawakanserta kondisi perkembangan usia anak usia dini. Dalam hal Evaluasi, pendidikPAUD Al-Wathoniyah juga sudah mengupayakan berbagai hal untukmemperbaiki penyampaian ceritanya, Meskipun ada sebagian kecil padaklasifikasi tersebut yang perlu koreksi dan peningkatan, Tapi secara umumpelaksanaan metode cerita dalam pembelajaran di PAUD Al-Wathoniyah GemuhKendal sudah cukup bagus; 2)Pelaksanaan metode cerita dalam pembelajaran diPAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal memiliki faktor-faktor penunjang antaralain Pendidik, Lingkungan dan Sumber belajar. Disamping itu juga memilikifaktor-faktor penghambat antara lain Hambatan Waktu, Hambatan PengelolaanKelas, Hambatan Evaluasi dan Hambatan Alat untuk Bercerita. Faktor penunjangdan penghambat hingga saat ini saling beriring.

Penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukanbagi mahasiswa, tenaga pengajar, para peneliti dan semua pihak yangmembutuhkan di lingkungan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri(IAIN) Walisongo Semarang.

Page 6: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

vi

M O T T O

$pkš‰ r' ¯» tƒtûï Ï%©!$#(#q ãZtB#uä(#þq è%ö/ ä3 |¡ àÿRr&ö/ä3‹ Î=÷d r&ur…. #Y‘$tR) :(

Artinya:Hai orang-orang yang beriman,

peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.(QS. At-Tahrim: 6)

Page 7: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

vii

PERSEMBAHAN

Seiring penciptaan manusia, Allah sebagai pencipta menyisipkan titahterindah padanya. Sebagai khalifah di bumi, yang mempunyai

kemampuan mengatur dan mengolah alam sekitarnya. Dimana butuhsebuah proses panjang untuk mencapainya. Ada kerikil kecil sebagaipenghalang, dan tetes-tetes embun sebagai kesejukan, menginginkan

embun berarti kita harus menunggu penghabisan malam. Begituhalnya dengan torehan karya dalam skripsiku ini, yang telah lama kunantikan dari kemarin petang. Ku ucapkan puji syukur kepada-NYA.

Dalam perjalanan ini ada belaian lembut, angin kasih sayang dariabahku H.A. athoillah dan umiku Hj. Zubaedah Bachri. Lantunando a, dan nasehat senantiasa mereka senandungkan untukku. Di

setiap sudut jalan ada bunga kecil. Penawar sakit dan pemberi warna,adikku Nilatul Aniqoh dia adalah bunga kecilku.

Untuk kakak sepupuku tersayang mbak ni ma,kak rin serta perikecilnya(dik ifa, ubaid) terimakasih atas do anya

Teruntuk pelita hatiku ms H. maftukin terimakasih atas motivasi &dukungannya bersamamu aku ingin meniti kehidupan.

Page 8: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji hanya bagi Allah SWT, Rab semesta alam Yang Maha

Meridhoi semua perbuatan manusia, Alhamdulillahirabbil alamin peneliti

ucapkan karena atas karunia rahmah, hidayah dan inayah-Nya lah skripsi ini dapat

terselesaikan.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan

kita Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya kelak, keluarga, para

sahabat dan orang-orang yang senantiasa istiqomah berada di jalan-Nya.

Dengan kerendahan hati dan penuh kesadaran peneliti sampaikan bahwa

skripsi ini tidak akan mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan

semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Perjalanan yang

melelahkan dalam penyelesaian skripsi ini akan lebih berarti dengan ucapan

terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu

dalam proses ini. Adapun ucapan terima kasih secara khusus peneliti sampaikan

kepada:

1. Dr. Sudja’i, M.Ag, Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

2. Ahmad Muthohar, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

3. Drs. H. Abdul Wachid, M.Ag. dan Hj. Lift Anis Ma’shumah, M.Ag,

pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan peneliti dalam

penyusunan dan penulisan skripsi ini.

4. Ibu Siti Dayanah, Kepala PAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal yang telah

memberikan izin tempat penelitian dalam pembuatan skripsi.

5. Drs. Ani Hidayati, M.Pd., Wali Studi yang telah mengarahkan peneliti

selama studi di Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang.

6. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali ilmu pengetahuan dan

ketrampilan serta membantu kelancaran selama proses perkuliyahan.

Page 9: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

ix

7. KH. Zainal Asyikin (Alm.) dan Ibunda Nyai Hj. Muthohiroh, KH.

Mustaghfirin, KH. Abdul Kholiq yang dengan sabar dan penuh keikhlasan

membimbing, mengarahkan, memotivasi dan atas nasihat-nasihat beliau-

beliau selama berada di PP. Roudlotut Thalibin Tugurejo Tugu Semarang.

8. Keluarga besar PP. Roudlotut Thalibin Tugurejo Tugu Semarang sebagai

tempat kediaman peneliti selama menuntut ilmu di Semarang.

9. Teman-teman seperjuanganku, Nely, Jol, Etik, Endah, Rumzanah dan semua

warga paket PAI.C.

10. Teman-temanku (lili,risma,isma,aan,ika,fatma,lisa,d’atin,awal,Linda,vira) di

PP. Roudlotut Thalibin (PPRT), yang telah memberikan bantuan dan

dorongan dalam penyelesaian skripsi ini

11. Kepada semuanya peneliti mengucapkan banyak terima kasih dan peneliti

serta dengan doa, semoga atas segala kebaikan amal kalian dapat diterima

dan mendapatkan balasan yang berlipat ganda oleh Allah SWT. Harapan

peneliti adalah bahwa proses yang selama ini peneliti jalani semoga

bermanfaat di kemudian hari sebagai bekal dalam mengarungi kehidupan.

Peneliti menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sifat

kesempurnaan, baik dari segi substansi maupun metodologi. Maka dari itu peneliti

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari berbagai pihak,

terima kasih.

Semarang, 13 Desember 2010

Peneliti,

Aizatut Taulia NIM. 063111102

Page 10: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………..…... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………………… ii

PENGESAHAN ……………………………………………………………..... iii

DEKLARASI ....……………………………………………………………..... iv

ABSTRAK …………………………………………………………………..... v

MOTTO ………………………………………………………………………. vi

PERSEMBAHAN ……………………………………………………………. vii

KATA PENGANTAR ……………………………………………………...... viii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………..... x

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………………………...…… 1

B. Penegasan Istilah ………………………………………….. 5

C. Rumusan Masalah …..………………………………...…… 6

D. Tujuan Penelitian ................................................................... 7

E. Manfaat Penelitian ………………………...…..................... 7

F. Kajian Pustaka …………………………………………….. 7

G. Metode Penelitian ………………………………………..... 9

BAB II: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM

PEMBELAJARAN DI PAUD

A. Metode Cerita

1. Pengertian metode cerita……………………………... 13

2. Dasar dan tujuan metode cerita .……………………... 15

3. Bentuk metode cerita.........................……………....... 18

4. Nilai-nilai pendidikan dalam cerita................………... 18

5. Bercerita untuk anak usia dini...................……....…... 20

Page 11: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xi

B. Pembelajaran di PAUD

1. Pengertian PAUD...........……………………………... 21

2. Dasar Hukum dan Tujuan PAUD...........................…... 25

3. Kurikulum PAUD...............................…....................... 27

C. Implementasi Metode Cerita di PAUD

1. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Cerita................... 32

BAB III PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM

PEMBELAJARAN DI PAUD AL-WATHONIYAH GEMUH

KENDAL TAHUN PELAJARAN 2009/2010.

A. Tinjauan Umum Paud Al-Wathoniyah

1. Letak geografis dan sejarah perkembangannya……………. 42

2. Visi, Misi dan Tujuan…………………………………….…..43

3. Sasaran…………………………………………………….….44

4. Keadaan Pendidik………………………………………….…44

5. Keadaan Anak didik……………………………………….….46

6. Keadaan Sarana dan Prasarana……………………………….47

7. Struktur Organisasi……………………………………………48

B. Pelaksanaan Metode Cerita Dalam Pembelajaran Di Paud

Al-Wathoniyah Gemuh Kendal Tahun Pelajaran 2009/2010

1. Tujuan..........................................................………………. 49

2. Materi………………………………………………………..49

3. Pelaksanaan.............................................................................50

4. Media .......................................…………………………. ….56

5. Evaluasi …………………………..…………………………57

6. Faktor Penunjang dan Penghambat…………………………..57

Page 12: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xii

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE CERITA

DALAM PEMBELAJARAN

A. Pelaksanaan Metode Cerita Dalam Pembelajaran Di Paud Al-

Wathoniyah Gemuh Kendal Tahun Pelajaran

2009/2010……………………………………..………........ 60

B. Faktor-faktor penunjang dan penghambat Pelaksanaan Metode

Cerita Dalam Pembelajaran Di Paud Al-Wathoniyah Gemuh

Kendal Tahun Pelajaran 2009/2010………………… ……..71

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………76

B. Saran ……………………………………..…………......… 77

C. Penutup ………………………………………………...…. 77

DAFTAR KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT PENULIS

Page 13: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xiii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu tonggak penting dan mendasar bagi

kebahagiaan hidup manusia. Nasib baik atau buruk secara lahir maupun batin

seseorang, sebuah keluarga, sebuah bangsa, bahkan seluruh umat manusia,

bergantung secara langsung pada bentuk pendidikan mereka sejak kanak-

kanak.1

Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa

keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan manusia, yang akan

menentukan perkembangan anak selanjutnya. Masa ini merupakan masa yang

tepat untuk menentukan dasar-dasar pengembangan kemampuan fisik, bahasa,

sosial-emosional, konsep diri, seni, moral dan nilai-nilai agama. Sehingga

upaya pengembangan seluruh potensi anak usia dini harus dimulai agar

pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal.2

Anak adalah sekelompok manusia muda yang usia batasan umurnya

tidak selalu sama dalam psikologi perkembangan. Masa muda ditandai dengan

proses tumbuh kembang yang meliputi aspek fisik, biologis serta mental

emosional dan psikologis. Di antara kurun waktu yang panjang itu, masa

balita merupakan masa dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang

cepat serta peka dalam peletakan dasar-dasar pendidikan.

Supaya anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang

berguna bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, dan agama sesuai dengan

tujuan dan kehendak Allah SWT, maka selama pertumbuhan dan

perkembangan anak tersebut harus diwarnai dan diisi dengan pendidikan yang

baik. Karena manusia menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya ditempuh

melalui pendidikan. Dengan demikian pendidikan anak sejak awal dalam

1 Bakri Yusuf Banawi, Pembinaan Kehidupan Beragama Islam Pada Anak, (Semarang:Dina Utamaa, 1993), hlm. 5.

2 Nibras Or Salim dkk, Acuan Menu Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini,(Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2002), hlm. 1.

Page 14: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xiv

kehidupannya, menempati posisi kunci dalam mewujudkan harapan dan cita-

cita “menjadi manusia yang beragama”.3

Dalam perkembangan selanjutnya, anak harus mendapat pendidikan

agama sejak dari awal, baik secara teori maupun dalam praktek-praktek hidup

keagamaan ini sangat penting bagi seorang anak supaya dibiasakan, agar dapat

membentuk kepribadian seorang anak melalui praktek keagamaan.4

Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi. Salah satu

di antaranya ialah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang membahas

pendidikan untuk anak usia 0-8 tahun. Anak usia tersebut dipandang memiliki

karakteristik yang berbeda dengan anak usia di atasnya sehingga

pendidikannya dipandang perlu untuk dikhususkan. PAUD telah berkembang

dengan pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa, karena menurut ilmu

tersebut pengembangan kapasitas manusia akan lebih mudah dilakukan sejak

usia dini.5

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan

sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan

yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki

kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada

jalur formal, nonformal, dan informal.6

PAUD juga investasi yang sangat besar bagi keluarga dan juga bangsa.

Betapa bahagianya orang tua yang melihat anak-anaknya berhasil, baik dalam

pendidikan, berkeluarga, bermasyarakat, maupun berkarya.

Anak-anak adalah generasi penerus bangsa. Merekalah yang kelak

membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju, yang tidak

tertinggal dari bangsa-bangsa lain. Dengan kata lain, masa depan bangsa

sangat ditentukan oleh pendidikan yang diberikan kepada anak-anak kita. Oleh

3 Bakri Yusuf Banawi, op. cit., hlm. 19.4 Ibid., hlm. 19.5 Slamet Suyanto, Dasar-dasar PAUD, (Yogyakarta: Hikayat, 2005), hlm. 1.6 Maimunah Hasan, PAUD, (Jakarta: Diva Press, 2009), hlm. 15

Page 15: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xv

karena itu, PAUD merupakan investasi bangsa yang sangat berharga dan

sekaligus merupakan infrastruktur bagi pendidikan selanjutnya.7

Hal-hal yang diperlukan untuk pembelajaran anak usia dini, bukan

seperti untuk anak usia sekolah. Akan tetapi, hal yang diperlukan disini adalah

pemberian stimulasi/rangsangan.8

Karena pada fase awal belajar adalah masa yang dilalui sebelum anak

memasuki fase belajar lanjutan, selepas mereka dari usia balita hingga

menjelang akhir masa kanak-kanak. Fase ini mencakup masa pengasuhan

pendidikan di taman kanak-kanak, sekolah dasar, sampai anak memasuki

sekolah lanjutan pertama. Masa ini adalah masa menjelang usia dewasa.

Anak mulai dapat mendengarkan cerita sejak ia dapat memahami apa

yang terjadi di sekelilingnya, hal ini biasanya terjadi pada akhir usia tiga

tahun. Pada usia ini, anak mampu mendengarkan dengan baik dan cermat

cerita pendek yang sesuai untuknya, yang diceritakan kepadanya. Ia bahkan

akan meminta cerita tambahan.9 Karena pada dasarnya cerita juga memiliki

daya pikat dan pengaruh yang luar biasa besar. Apabila dilengkapi dengan

kemampuan yang membawakan ceritanya dengan piawai dan hebat, cerita bisa

menjadi alternatif hiburan yang penuh pesona. Tentu saja si pencerita ini akan

menjadi hal yang paling istimewa. Anak-anak pun akan merasa terkesan

setelah mendengarkan cerita.10

Adapun pengertian metode cerita adalah suatu cara dalam

menyampaikan materi pelajaran dengan menuturkan secara kronologis tentang

bagaimana terjadinya sesuatu hal, baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya

rekaan saja.

Dalam mengaplikasikan metode ini kedalam proses belajar mengajar

merupakan metode pendidikan yang masyhur dan baik. Metode ini

mempunyai pengaruh tersendiri bagi siswa dan akal dengan mengemukakan

7 Slamet Suyanto, op. cit., hlm. 28 Maimunah Hasan, op. cit., hlm. 29 Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik Dengan Cerita, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2001), hlm. 310 Agus DS, Tips Jitu Mendongeng, (Yogyakarta: Kanisius, 2009), hlm. 37

Page 16: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xvi

argumen yang logis. Serta dengan metode cerita akan lebih membekas dalam

jiwa orang-orang yang mendengarkannya. Serta lebih menarik perhatian

(konsentrasi) mereka.11

Salah satu PAUD adalah PAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal.

Lembaga PAUD ini tumbuh untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-

anak usia dini masyarakat sekitar Kendal pada khususnya. PAUD ini didirikan

pada tanggal 1 agustus 2007, oleh salah satu lembaga otonom ormas Islam NU

(Nahdlatul Ulama) yaitu Muslimat NU Gemuh.

Hingga saat ini PAUD tersebut sangat diminati masyarakat sekitar,

dibuktikan dengan semakin meningkatnya jumlah peserta didik setiap

tahunnya. Hingga saat ini, PAUD tersebut tidak kurang memiliki 36 peserta

didik, terbagi dalam 2 kelas (paralel). Dalam pelaksanaan pembelajarannya,

diberikan materi pembelajaran umum serta agama, dan secara eksis dan

konsisten para tenaga pendidiknya menggunakan metode-metode

pembelajaran yang variatif. Salah satunya adalah metode cerita. Metode ini

lebih sering digunakan dalam penyampaian materi, karena merupakan metode

favorit peserta didik. Didasarkan kenyataan bahwa pada saat penyampaian

cerita, khususnya kisah-kisah keteladanan islami, para peserta didik yang

merupakan anak-anak usia dini ini dengan sangat antusias mendengarkan

dengan seksama. Dengan kata lain, metode cerita merupakan metode utama

yang diadakan dalam pelaksanaan pembelajaran di PAUD Al Watoniyah

Gemuh Kendal.12

Maka dari itu penulis memilih judul penelitian Pelaksanaan Metode

Cerita dalam Pembelajaran di PAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal

tahun pelajaran 2009/2010.

11 Abdul Fatah Abu Ghuddah, 40 Metode Pendidikan dan Pengajaran Rasulullah SAW,(Bandung: Irsyad Baitussalam, 2009), hlm. 211

12 Wawancara dengan Ibu Dayanah, Kepala PAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal,pada tanggal 2 Maret 2010.

Page 17: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xvii

B. Penegasan Istilah

1. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah proses, cara, perbuatan, melaksanakan

(rancangan, keputusan, dan sebagainya.13 Yang dimaksud adalah

serangkaian proses yang dilakukan tenaga pendidik PAUD Al Watoniyah

Gemuh Kendal dalam pembelajaran.

2. Metode

Metode berasal dari bahasa latin “meta” yang berarti melalui dan

“hodes” yang berarti jalan atau cara ke. Dalam bahasa arab disebut dengan

“thariqah” artinya jalan, cara atau, sistem atau ketertiban dalam

mengerjakan sesuatu. Sedangkan menurut istilah ialah suatu sistem atau

cara yang mengatur cita-cita.14 Ada juga yang mengartikan bahwa metode

adalah Cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu.15

Metode disini dimaksudkan suatu cara yang dilakukan oleh tenaga

pendidik secara sistematis dan terencana untuk memperoleh tujuan yang

diinginkan.

3. Cerita

Cerita adalah tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya

suatu hal.16 Cerita juga diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan

oleh guru kepada murid-muridnya, ayah kepada anak-anaknya, guru

bercerita kepada pendengarnya. Suatu kegiatan yang bersifat seni karena

erat kaitannya dengan keindahan dan bersandar kepada kekuatan kata-kata

yang dipergunakan untuk mencapai tujuan cerita.17 Cerita disini

dimaksudkan cara penyampaian materi dengan cara bercerita dan cerita itu

muatan/isinya disesuaikan dengan perkembangan anak usia dini.

13 W.J.S. Purwodarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1997), cet. IX, hlm. 554.

14 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Untuk Fakultas Tarbiyah komponen MKDK,(Bandung: Pustaka Setia, 1998), Hlm. 123

15 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2003), Cet ke-7, hlm. 9

16 Dendy Sugono, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008),hlm. 283

17 Soekanto, Seni Bercerita Islami, (Jakarta; Bina Mitra Press, 2001), Cet. ke-2, hlm. 9

Page 18: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xviii

4. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses yang diselenggarakan oleh guru

untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana memperoleh dan

memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap.18 Dengan kata lain,

pembelajaran dapat diberi arti sebagai upaya sistematis dan disengaja oleh

pendidik untuk menciptakan kondisi-kondisi agar peserta didik

melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

5. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Al-Wathoniyah Gemuh Kendal

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya

pembinaan yang ditujukan kepada anak-anak sejak dini usia yang

dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki

kesiapan dalam memasuki pendidikan dasar dan kehidupan tahap

berikutnya.19 Jadi Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu pembinaan

dalam bentuk lembaga yang diberikan kepada anak sejak usia dini untuk

membantu perkembangan memasuki pendidikan dasar dan pendidikan

selanjutnya.

PAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal adalah lembaga pendidikan

didirikan Pengurus MWC Muslimat NU Gemuh Kendal pada tanggal 1

Agustus 2007 dan eksis sampai dengan sekarang, berada di Kecamatan

Gemuh Kabupaten Kendal Provinsi Jawa Tengah.

C. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan

pokok permasalahannya sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan metode cerita dalam pembelajaran di PAUD Al-

Wathoniyah Gemuh Kendal tahun pelajaran 2009/2010?

18 Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Depdikbud bekerja samadengan Rineka Cipta, 1999), hlm. 157

19 Nibras Or Salim, op. cit., hlm. 3

Page 19: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xix

2. Faktor-faktor apa yang menjadi penunjang dan penghambat pelaksanaan

metode cerita dalam pembelajaran di PAUD Al-Wathoniyah Gemuh

Kendal tahun pelajaran 2009/2010?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pelaksanaan metode cerita dalam pembelajaran di

PAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal tahun pelajaran 2009/2010.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang menjadi penunjang dan

penghambat pelaksanaan metode cerita dalam pembelajaran di PAUD Al-

Wathoniyah Gemuh Kendal tahun pelajaran 2009/2010.

E. Manfaat Penelitian

1. Sebagai kontribusi bagi dunia pendidikan islam pada umumnya, dalam

upaya peningkatan kualitas pendidikan terutama pada pemilihan metode

yang tepat pada anak usia dini.

2. Sebagai acuan bagi pengelola PAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal

untuk tetap eksis dan menggunakan metode cerita dengan lebih baik

3. Sebagai pengalaman pribadi dan pemahaman baru penulis, dalam upaya

peningkatan sumber daya manusia (SDM) dalam bidang pendidikan islam.

F. Kajian Pustaka

Sejauh pengamatan penulis, belum ada pernah ada tema dan judul

skripsi sebagaimana yang penulis akan teliti. Meskipun banyak judul buku

maupun skripsi dan penelitian lain yang berkenaan dengan skripsi penulis,

namun tidak spesifik secara fokus maupun materi sebagaimana dalam skripsi

penulis ini. Di antara judul buku dan atau skripsi tersebut antara lain:

1. Abdul Azizi Abdul Majid dalam bukunya yang berjudul Mendidik dengan

Cerita menjelaskan metode cerita secara komprehensif, mulai dari seluk

beluk metode cerita itu sendiri, teknis menyampaikan cerita pada anak dan

hal-hal penting berkenaan dengan metode cerita dalam pelaksanaan

pembelajaran. Menurutnya cerita berada pada posisi pertama dalam

Page 20: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xx

mendidik pada anak.20 Dalam buku ini juga disertai contoh-contoh cerita

teladan dan menarik yang layak disajikan kepada anak-anak.

2. Yuliatin Soleha (NIM: 3101194) dalam skripsinya yang berjudul: Belajar

Melalui Cerita Menurut Abdul Hamid Al-Hasyimi dan Implikasinya

Terhadap Perkembangan Akhlak Anak Usia Dini menjelaskan bahwa

menurut Abdul Hamid Al-Hasyimi sebuah cerita memiliki peranan besar

agar cepat ditiru (dilaksanakan), berpengaruh kuat dan berkesinambungan,

apabila disampaikan dengan kata-kata yang wajar dan tidak terikat. Sebab

cerita adalah gambaran kehidupan dengan segenap maknanya yang

mengandung spiritual, dinamika, pemikiran, emosi, dan situasi.

Menurutnya manusia dalam beragam fase pembentukannya, cenderung

senang untuk mendengarkan, menceritakan, membaca, mengilustrasikan

sebuah kisah kepada orang lain disekitarnya. Ini merupakan justifikasi

secara psikologi maupun pendidikan untuk menggunakan cerita sebagai

salah satu media utama dunia pendidikan pada umumnya, khususnya

pendidikan Islam, dalam mengarahkan anak-anak agar beriman kepada

Allah SWT, mencintai kebaikan, berperilaku terpuji, dan bersikap

konsekuen, maka materi cerita dapat mengambil dan berpijak pada cerita

dalam al-Qur’an dan Hadits, cerita dalam buku, penjelasan logis dari orang

tua atau guru, cerita yang sesuai dengan perkembangan anak.21

3. Malikatus Sa’adah (3199203) Dalam skripsinya yang berjudul:

Pelaksanaan Metode Menyanyi dan Ceritera di R.A. Al-Amin Kalibeluk

Batang menjelaskan bahwa : Pelaksanaan Metode Menyanyi dan Ceritera

di R.A. Al-Amin Kalibeluk Batang sudah sesuai dengan teori-teori yang

ada, baik dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan serta evaluasinya.

Metode menyanyi dan ceritera merupakan metode yang tepat untuk

mengenalkan nilai-nilai akhlak pada anak, karena dunia kehidupan anak

itu penuh dengan suka cita dan kaya dengan fantasi, sehingga tidaklah

20 Abdul Aziz Abdul Majid, op.cit., hlm. vii21 Yuliatin Soleha, “Belajar Melalui Cerita Menurut Abdul Hamid Al-Hasyimi dan

Implikasinya Terhadap Perkembangan Akhlak Anak Usia Dini”, Skripsi S.1 IAIN Walisongo,(Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo 2007), hlm. 61, t.d.

Page 21: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xxi

mengherankan jika anak-anak sangat menyenangi menyanyi dan ceritera.

Maka bentuk metode menyanyi dan ceritera sangat cocok untuk

mengajarkan anak tentang akhlak.22

Skripsi penulis sendiri, yang berjudul Pelaksanaan metode cerita

dalam pembelajaran di PAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal tahun pelajaran

2009/2010, meskipun memiliki kesamaan dengan karya-karya penulis dan

atau peneliti sebelumnya, yakni masing-masing mengulas tentang metode

cerita, mulai dari pembahasan tentang metode cerita itu sendiri, hingga

pelaksanaannya pada pembelajaran pada lembaga pendidikan. Namun secara

prinsipil memiliki perbedaan, yakni pada fokus pelaksanaan. Penulis sengaja

fokuskan pelaksanaan metode cerita pada pembelajaran pendidikan anak usia

(PAUD), yakni PAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal. Salah satu lembaga

PAUD yang berkembang pesat di pinggiran kota, yang eksis dan konsisten

menggunakan metode cerita sebagai metode favorit pembelajaran anak didik

di sana. Meskipun berbeda, diharapkan skripsi penulis dapat menambah

kontribusi dalam hal peningkatan kualitas pendidikan terutama dalam

pemilihan metode yang tepat pada anak usia dini.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Di mana hasil

penelitian disajikan tidak dalam bentuk angka-angka bentuk statistik, akan

tetapi dalam bentuk deskripsi naratif.23

2. Fokus Penelitian

Adapun fokus penelitian ini adalah tentang pelaksanaan metode cerita

dalam pembelajaran di PAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal tahun

pelajaran 2009/2010, antara lain pada persiapan pembelajaran, materi

22 Malikatus Sa’adah, “Pelaksanaan Metode Menyanyi dan Ceritera di R.A. Al-AminKalibeluk Batang”, Skripsi S.1 IAIN Walisongo, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo,2004), hlm. 70, t.d.

23 Ibnu Hadjar, Dasar-Dasar Metodologi Kwantitatif dalam Pendidikan, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 30

Page 22: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xxii

cerita, pendidik, anak didik, sarana prasarana, evaluasi, serta pada faktor-

faktor penunjang dan penghambat Pelaksanaan metode cerita dalam

pembelajaran di PAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal.

3. Metode Pengumpulan Data

a. Metode Wawancara

Yaitu percakapan dengan maksud tertentu, dilakukan oleh dua

pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan,

dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu. 24

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis wawancara

bebas terpimpin, artinya wawancara berjalan dengan bebas tetapi masih

terpenuhi kompabilitas persoalan-persoalan penelitian. Metode ini

penulis gunakan untuk memperoleh data tentang metode cerita dalam

pembelajaran di PAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal, kepada pihak

berkompeten yakni kepala PAUD dan tenaga pendidik.

b. Metode Dokumentasi

Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

legger dan agenda.25 Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh

data tertulis tentang bahan cerita yang dilaksanakan di PAUD Al-

Wathoniyah Gemuh Kendal, seperti buku pegangan dan naskah-naskah

cerita..

c. Metode Observasi

Yaitu pengangkatan dan pencatatan sistematik fenomena yang

diselidiki.26 Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data secara

akurat, faktual, dan aktual tentang kondisi PAUD dan seluruh proses

pembelajarannya dengan terjun ke lapangan langsung pada pelaksanaan

pembelajaran di PAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal

24 Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2004), hlm. 186

25 Suharsini Arikunto, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 14526 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1995), hlm. 54

Page 23: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xxiii

4. Metode Analisis Data

Dalam hal ini penulis menggunakan metode analisis data kualitatif,

dimana data yang diperoleh dianalisa dengan metode deskriptif analisis,

yakni digunakan dalam usaha mencari dan mengumpulkan data, menyusun

dan menggunakan serta menafsirkan data yang sudah ada.27 Analisa ini

bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh,

selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis.

Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut,

selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima ataukah

ditolak berdasarkan data yang terkumpul.28

Langkah-langkah analisis data menggunakan teori Miles and

Huberman sebagaimana yang dikutip oleh Sugiyono, yaitu data reduction,

data display dan conclusion drawing/verification.29 Jadi data tentang

pelaksanaan pembelajaran di PAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal

direduksi, selanjutnya disajikan dan akhirnya disimpulkan. Secara lebih

lanjut, penerapan langkah-langkah analisis data tersebut dapat penulis

jelaskan sebagai berikut:

a. Reduksi data adalah proses memilih, menyederhanakan,

memfokuskan, mengabstraksikan dan mengubah data kasar yang

muncul dari catatan-catatan lapangan.30 Reduksi data dimaksudkan

untuk menentukan data ulang sesuai dengan permasalahan yang akan

penulis teliti. Mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan

abstraksi yaitu usaha membuat rangkuman inti, proses dan pernyataan-

pernyataan yang perlu. Data yang akan direduksi adalah data-data yang

berhubungan dengan pembelajaran, baik dari hasil penelitian

lapangan/kepustakaan kemudian dibuat rangkuman.

27 Lexy J. Moeleong, op. cit., hlm. 10328 Sugiyono, Metode Penelitian Penddikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D),

(Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 335.29 Ibid., hlm. 337.30Mohammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1993), cet. 1,

hlm. 167.

Page 24: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xxiv

b. Sajian data (display data) adalah suatu cara merangkai data dalam

suatu organisasi yang memudahkan untuk membuat kesimpulan atau

tindakan yang diusulkan.31 Sajian data dimaksudkan untuk memilih

data yang sesuai dengan kebutuhan penelitian tentang pembelajaran di

PAUD al-Wathoniyah Gemuh Kendal.

c. Verifikasi atau mengumpulkan data yaitu penjelasan tentang makna

data dalam suatu konfigurasi yang secara jelas menunjukkan alur

kausalnya, sehingga dapat diajukan proposisi-proposisi yang terkait

dengannya.32 Verifikasi data dimaksudkan untuk penentuan data akhir

dari keseluruhan proses tahapan analisis, sehingga keseluruhan

permasalahan mengenai pembelajaran di PAUD al-Wathoniyah

Gemuh Kendal. dapat dijawab sesuai dengan kategori data dan

permasalahannya, pada bagian akhir ini akan muncul kesimpulan-

kesimpulan yang mendalam secara komprehensif dari data hasil

penelitian. Jadi langkah terakhir ini digunakan untuk membuat

kesimpulan.

31Ibid, hlm. 167.32Ibid, hlm. 168.

Page 25: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xxv

BAB II

METODE CERITA

DALAM PEMBELAJARAN DI PAUD

H. METODE CERITA

1. Pengertian Metode Cerita

Setiap proses pendidikan, diperlukan adanya metode yang

digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam pendidikan itu

sendiri. Dalam proses pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan

yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan, karena ia menjadi

sarana yang bermaknakan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum

pendidikan sedemikian rupa sehingga dapat dipahami dan diserap oleh

anak didik menjadi pengertian-pengertian yang fungsional terhadap

tingkah lakunya. Jadi dapat dikatakan metode merupakan salah satu faktor

yang urgen dalam menentukan keberhasilan dan juga sarana dalam

mencapai tujuan tersebut.

Satu dari metode pendidikan Islam adalah metode pelajaran yang

mengandung hikmah dan kisah (cerita). Metode ini telah digunakan sejak

diturunkannya wahyu sampai sekarang. Bahkan dalam perkembangannya

metode ini telah menjadi bagian dari pelajaran bahasa dan telah ditentukan

jam khusus untuk itu, hal ini telah ada dalam sistem pendidikan modern

terbukti dengan dimasukkannya cerita dalam kurikulum sekolah.33 Melalui

metode bercerita inilah para pengasuh anak-anak, guru maupun tutor

mampu menularkan pengetahuan dan menanamkan nilai budi pekerti luhur

secara efektif, dan anak-anak menerimanya dengan suka hati tanpa

sedikitpun merasa diceramahi.34

Munculnya berbagai macam buku-buku cerita sekarang ini perlu

disambut dengan baik, karena hal itu berarti juga mendukung melengkapi

33 Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik Dengan Cerita, (Bandung: Remaja Rosda Karya,Cet II, 2002), hlm. VIII

34http://www.bangjoe.com/?php=191;5/4/2010

Page 26: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xxvi

adanya metode pendidikan dengan bercerita. Namun walau demikian

perlunya tetap dilakukan seleksi terhadap buku-buku cerita tersebut

(terutama buku-buku yang diperuntukkan bagi anak-anak). Hal ini

dipandang perlu dilakukan guna memperoleh cerita yang baik, bagus dan

menunjang proses pendidikan bagi anak-anak, sehingga anak-anak akan

terhindar dari pengaruh unsur negatif dari ekses bacaan tersebut.

“Cerita adalah rangkaian peristiwa yang disampaikan, baik berasal

dari kejadian nyata (non fiksi) ataupun tidak nyata (fiksi).”35

Adapun metode cerita sendiri memiliki pengertian “suatu cara

dalam menyampaikan materi pelajaran dengan menuturkan secara

kronologis tentang bagaimana terjadinya suatu hal baik yang sebenarnya

terjadi ataupun rekaan.”36

Metode cerita juga dapat diartikan sebagai “penyampaian cerita

dengan cara bertutur.”37 Yakni “untuk menuturkan atau menyampaikan

cerita secara lisan kepada anak didik yang dengan cerita tersebut dapat

disampaikan pesan-pesan yang baik, dari cerita yang disampaikan juga

dapat diambil suatu pelajaran.”38 “Metode ini mempunyai daya tarik yang

menyentuh perasaan anak. Islam menyadari sifat alamiah manusia untuk

menyenangi cerita yang pengaruhnya besar terhadap perasaan. Oleh

karenanya dijadikan sebagai salah satu teknik pendidikan.”39

Sedangkan Abdul Rachman Shaleh berpendapat bahwa “metode

cerita pada hakekatnya sama dengan metode ceramah karena informasi

yang disampaikan melalui penuturan atau penjelasan lisan dari seseorang

kepada orang lain.”40

Selain disebut sebagai metode ceramah, kisah, metode cerita secara

sempit juga bisa disebut sebagai metode dongeng. Disebut sempit “karena

35 http://bangjoe.com/?p=191, 5/4/201036 W.J.S. Poerwadarminto op. cit, hlm. 937 http://bangjoe.com/?p=191, 5/4/201038 http://aminahpai.blogspot.com/2008/06/tugas-uas.html39 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet.

ke-1, hlm. 9740 Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan agama dan Keagamaan, Visi Misi dn Aksi,

(Jakarta: PT. Gemawindu Pancaperkasa, 2000), hlm. 68.

Page 27: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xxvii

pada konteks materi, metode cerita berisikan cerita secara umum (nyata

dan fiksi), sedangkan metode dongeng berisikan cerita fiksi saja.” Dengan

metode cerita kita dapat mengungkapkan peristiwa-peristiwa bersejarah

yang mengandung ibrah (nilai sosial, moral, dan rohani), baik mengenai

kisah yang bersifat kebaikan maupun kezaliman.41

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode cerita adalah

metode yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dengan

menuturkan cerita-cerita nyata maupun fiksi, baik mengenai kebaikan

maupun kezaliman, sebagai ibrah bagi anak didik.

2. Dasar dan Tujuan Metode Cerita

Metode cerita sebenarnya telah diisyaratkan dan dikenalkan Allah

kepada rasulullah melalui Al Qur’an, dalam al Qur’an, Surat Hud ayat 120

disebutkan:

yx ä. ur•È à)Ry7ø‹ n=tãô ÏBÏä !$t6 /Rr&È@ß™”•9$#$tBàMÎm7 sV çR¾Ïm Î/x8 yŠ#xs èù4x8 uä !% y ur’ÎûÍn É‹» yd

‘, ysø9$#×psà Ïã öq tBur3“t• ø. ÏŒurtûü ÏY ÏB÷s ßJ ù=Ï9ÇÊËÉÈ

“Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialahkisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat initelah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagiorang-orang yang beriman.”42

Metode cerita juga tersirat dalam surat Yusuf ayat 3:

ß øtwU•È à)tRy7ø‹ n=tãz |¡ ômr&ÄÈ |Á s)ø9$#!$yJ Î/!$uZø‹ ym÷rr&y7ø‹ s9Î)#x‹» ydtb#uä ö• à)ø9$#b Î) ur

|MY à2ÏB¾Ï& Î#ö7 s%z ÏJ s9šúü Î=Ïÿ» tóø9$#ÇÌÈ

“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik denganmewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum(kami mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang belummengetahui.”43

41http://percikankehidupan.com/2009/11/metode-pendidikan-agama-islam-dalam-jalur-pendidikan-nonformal-dan-informal/5/4/2010

42 TM. Hasbi Ashshiddiqi, Al-Quran dan Terjemahannya, Yayasan PenyelenggaraPenterjemah Al-Qur’an, Semarang, 1995, hlm. 200.

43 Ibid. hlm. 245

Page 28: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xxviii

Kandungan dalam ayat ini mencerminkan bahwa cerita yang ada

dalam Al Qur’an merupakan cerita-cerita pilihan yang mengandung nilai

pedagogis.44 Dalam ayat lain juga disebutkan:

ô‰s)s9šc% x.’ÎûöN Îh ÅÁ |Ás%×o uŽö9Ïã’Í<'rT[{É=» t6 ø9F{ $#3$tBtb% x.$ZVƒ ωtn2” uŽtIøÿãƒ

Å6» s9urt,ƒ ωóÁ s?“Ï% ©!$#tû÷ü t/Ïm ÷ƒ y‰tƒŸ@‹ ÅÁ øÿs?urÈe@à2&ä óÓx«“Y‰èd urZp uH÷qu‘ur5Qöq s)Ïj9

tbq ãZÏB÷s ãƒÇÊÊÊÈ

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaranbagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlahcerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab)yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagaipetunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”45 (QS. Yusuf: 111)

Cerita nabi Yusuf misalnya, dapat memberikan pelajaran betapa

kuatnya Allah menjaga makhlukya yang beriman meski ia telah

dimasukkan dalam sumur kosong, tetapi masih dijaga Allah tetap dapat

hidup.

Sedangkan digunakannya metode cerita dalam pengajaran

dimaksudkan agar materi pelajaran dapat lebih membekas pada anak didik

yang mendengarkannya serta lebih menarik perhatian (konsentrasi)

mereka.46

Dengan digunakannya metode bercerita, diharapkan anak didik

menemukan beberapa hal penting berikut, antara lain:

a. Membangun kedekatan emosional antara pendidik dengan anak,

b. Media penyampai pesan/nilai moral dan agama yang efektif,

c. Pendidikan imajinasi/fantasi,

d. menyalurkan dan mengembangkan emosi,

e. Membantu proses peniruan perbuatan baik tokoh dalam cerita,

44 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: CiputatPress, 2002), hlm. 161

45 TM. Hasbi Ashshiddiqi, Al-Quran dan Terjemahannya, Op. Cit. Hlm. 32546 Abdul Fattah Abu Ghuddah, (Penerjemah: H. Mochtar Zoerni), 40 Metode Pendidikan

dan Pengajaran Rasulullah, (bandung: Irsyad Baitus salam, 2009), hlm 211.

Page 29: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xxix

f. Memberikan dan memperkaya pengalaman batin,

g. Sarana Hiburan dan penarik perhatian,

h. Menggugah minat baca, dan

i. Sarana membangun watak mulia47

Tujuan metode bercerita juga didefinisikan oleh Nia Hidayati,

menurutnya ada 8 (delapan) tujuan metode bercerita bagi anak,

diantaranya:

a. Mengembangkan kemampuan berbicara dan memperkaya kosa kata

anak, terutama bagi anak-anak batita yang sedang belajar bicara.

b. Bercerita atau mendongeng merupakan proses mengenalkan bentuk-

bentuk emosi dan ekspresi kepada anak, misalnya marah, sedih,

gembira, kesal dan lucu.

c. Memberikan efek menyenangkan, bahagia dan ceria, khususnya bila

cerita yang disajikan adalah cerita lucu

d. Menstimulasi daya imajinasi dan kreativitas anak, memperkuat daya

ingat, serta membuka cakrawala pemikiran anak menjadi lebih kritis

dan cerdas.

e. Dapat menumbuhkan empati dalam diri anak.

f. Melatih dan mengembangkan kecerdasan anak.

g. Sebagai langkah awal untuk menumbuhkan minat baca anak

h. Merupakan cara paling baik untuk mendidik tanpa kekerasan,

menanamkan nilai moral dan etika juga kebenaran, serta melatih

kedisiplinan.

i. Membangun hubungan personal dan mempererat ikatan batin orang tua

dengan anak.48

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode cerita

merupakan metode pilihan, yang telah diisyaratkan dalam Al Qur’an dan

digunakan secara berulang-ulang dalam beberapa surat. Tujuan metode

cerita secara sederhana dapat disimpulkan sebagai usaha penanaman

47http://kakbimo.wordpress.com/2009/07/21/teknik-bercerita-untuk-anak-usia-dini/,5/4/2010

48 http://niahidayati.net/manfaat-cerita-bagi-kepribadian-anak.html. 5/4/2010

Page 30: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xxx

materi-materi pelajaran agar membekas dalam bentuk pemahaman dan

pengalaman jiwa dan raga anak didik.

3. Bentuk–bentuk Cerita

Bentuk-bentuk cerita dibedakan dari berbagai sudut pandang. Dari

sudut pandang itulah seseorang dapat memilah-milah bentuk-bentuk cerita

yang tepat untuk disampaikan kepada anak didik. Bentuk-bentuk cerita itu

sebagai berikut :

a. cerita qur ani, yakni berdasarkan kisah-kisah Al-Qur’an,

b. cerita Nabawi, berdasarkan hadits-hadits Rasul.49

c. Cerita binatang, adalah cerita yang tokohnya binatang peliharaan atau

binatang liar.

d. Cerita biasa, adalah cerita yang tokohnya manusia dan biasanya berisi

tentang kisah suka duka yang dialami seseorang. Misalnya cerita

Ande-Ande Lumut, Joko Kendil dan lain-lain.

e. Lelucon atau Anekdot, adalah cerita yang dapat menimbulkan tawa

bagi pendengarnya.

f. Cerita berumus, Merupakan cerita yang strukturnya terdiri dari

pengulangan.50

Dari beberapa paparan diatas maka dapat dipahami bahwa cerita

sendiri terdiri dari beraneka bentuk, maka dalam memberikan cerita, sang

pendidik sebagai subyek pemberi cerita harus benar-benar memilih materi

dan bentuk cerita yang baik, agar anak didik dapat benar-benar menangkap

unsur positif dari cerita tersebut.

4. Nilai-Nilai Pendidikan dalam Cerita

Metode cerita mengandung banyak sekali nilai pendidikan yang

bermanfaat bagi anak didik. Namun penulis hanya memaparkan beberapa

nilai pendidikan secara garis besar saja, diantaranya:

49 Armai Arief, op. cit, hlm. 16250 http://www.tkdonbosco.com/main.php?ke=13&yc=8, 5/4/2010

Page 31: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xxxi

a. Nilai humanis.

Dalam mendidik anak, metode cerita dapat menjadi cara yang

ampuh dan efektif untuk memberikan human touch atau sentuhan

manusiawi dan sportifitas bagi anak. Melalui cerita pula jelajah

cakrawala pemikiran anak akan menjadi lebih baik, lebih kritis, dan

cerdas.51

Berbagai materi pendidikan dapat diterima anak secara

komplek, mereka dapat menerima materi tersebut terutama yang

berhubungan dengan sosial kemasyarakatan. Metode cerita

mengajarkan anak tersebut memahami posisinya dalam masyarakat

atau lingkungannya

b. Nilai etika/ moral

Metode cerita merupakan media yang efektif untuk

menanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak, bahkan untuk

menumbuhkan rasa empati. Misalnya nilai-nilai kejujuran, rendah hati,

kesetiakawanan, kerja keras, maupun tentang berbagai kebiasaan

sehari-hari seperti pentingnya makan sayur dan menggosok gigi.52

Etika merupakan hal penting bagi anak. Tolak ukurnya adalah

kesadaran diri anak tersebut pada apa yang patut dilakukan pada

dirinya sendiri dan sesama. Dengan metode cerita, nilai-nilai etika

dapat terbentuk secara wajar pada jiwa anak.

c. Nilai keteladanan

Metode bercerita mengandung nilai keteladanan. Karena dari

anak dapat terbantu melakukan proses peniruan perbuatan baik tokoh

dalam cerita.53

Tidak mustahil seorang anak meniru tokoh-tokoh jahat, karena

melihat sepak terjangnya dalam kesehariannya. Perbuatan imitasi atas

51http://episentrum.com/artikel/manfaat-dan-kekuatan-dongeng-pada-psikologi-anak/,5/4/2010

52 Ibid.53http://kakbimo.wordpress.com/2009/07/21/teknik-bercerita-untuk-anak-usia-dini/,

5/4/2010

Page 32: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xxxii

tokoh negatif tersebut lambat laun dapat luntur dengan menggunakan

metode cerita pada anak.

5. Bercerita untuk Anak Usia Dini

Dalam bercerita kepada anak usia dini, tidak dapat semerta-merta

disampaikan dan tanpa pertimbangan dan persiapan. Riyadi Santosa dalam

Konferensi Internasional Kesusastraan XIX di Batu Malang berpendapat,

menurutnya orang tua dan guru TK dalam pelaksanaan metode cerita,

biasanya Overall organization atau struktur bercerita yang mereka gunakan

umumnya terdiri dari tiga tahap, pengenalan cerita, inti cerita, dan diakhiri

dengan penutup. Tapi menurutnya, ketiga tahapan tersebut kurang menarik

apresiasi dan interaksi anak, para pendidik cenderung menggunakan metode

cerita yang kuno dan kurang inovatif. 54

Oleh karena itu pendidik harus memahami terlebih dahulu tentang

cerita apa yang hendak disampaikannya, tentu saja disesuaikan dengan

karakteristik anak-anak usia dini.

Agar dapat bercerita dengan tepat, pendidik harus

mempertimbangkan materi ceritanya. Pemilihan cerita antara lain

ditentukan oleh :

a. Pemilihan Tema dan judul yang tepat Bagaimana cara memilih tema

cerita yang tepat berdasarkan usia anak? Anak-anak menyukai hal-hal

yang fantastis, aneh, yang membuat imajinasinya “menari-nari”. Bagi

anak-anak, hal-hal yang menarik, berbeda pada setiap tingkat usia,

misalnya;

1) Sampai ada usia 4 tahun, anak menyukai dongeng fabel dan horor,

seperti: Si wortel, Tomat yang Hebat, Anak ayam yang Manja,

kambing Gunung dan Kambing Gibas, anak nakal tersesat di hutan

rimba, cerita nenek sihir, orang jahat, raksasa yang menyeramkan.

2) Pada usia 4-8 tahun, anak-anak menyukai dongeng jenaka, tokoh

pahlawan/hero dan kisah tentang kecerdikan, seperti; Perjalanan ke

planet Biru, Robot pintar, Anak yang rakus.

54 http://www.osun.org/metode+bercerita+pada+anak-ppt.html, 5/4/2010

Page 33: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xxxiii

3) Pada usia 8-12 tahun, anak-anak menyukai dongeng petualangan

fantastis rasional (sage), seperti: Persahabatan si Pintar dan si

Pikun, Karni Juara menyanyi.

b. Waktu Penyajian Dengan mempertimbangkan daya pikir, kemampuan

bahasa, rentang konsentrasi dan daya tangkap anak, maka para ahli

dongeng menyimpulkan sebagai berikut;

1) Sampai usia 4 tahun, waktu cerita hingga 7 menit

2) Usia 4-8 tahun, waktu cerita hingga 10 -15 menit

3) Usia 8-12 tahun, waktu cerita hingga 25 menit Namun tidak

menutup kemungkinan waktu bercerita menjadi lebih panjang,

apabila tingkat konsentrasi dan daya tangkap anak dirangsang oleh

penampilan pencerita yang sangat baik, atraktif, komunikatif dan

humoris.

c. Suasana (situasi dan kondisi) disesuaikan dengan acara/peristiwa yang

sedang atau akan berlangsung, seperti acara kegiatan keagamaan, hari

besar nasional, ulang tahun, pisah sambut anak didik, peluncuran

produk, pengenalan profesi, program sosial dan lain-lain, akan berbeda

jenis dan materi ceritanya. Pendidik dituntut untuk memperkaya diri

dengan materi cerita yang disesuaikan dengan suasana. Jadi selaras

materi cerita dengan acara yang diselenggarakan, bukan satu atau

beberapa cerita untuk segala suasana.55

I. PEMBELAJARAN DI PAUD

1. Pengertian PAUD

Seiring bertambahnya usia, anak-anak membutuhkan rangsangan

pendidikan yang lebih lengkap, sehingga memerlukan tambahan

pendidikan di luar rumah yang dilakukan oleh lingkungan maupun

lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD). Rangsangan pendidikan di

55http://kakbimo.wordpress.com/2009/07/21/teknik-bercerita-untuk-anak-usia-dini/,5/4/2010

Page 34: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xxxiv

rumah (home base) dan yang dilakukan di luar rumah hendaknya selaras

dan saling mendukung, sehingga diperoleh manfaat yang optimal.56

Sejak dipublikasikannya hasil-hasil riset mutakhir di bidang

neuroscience dan psikologi maka fenomena pentingnya PAUD merupakan

keniscayaan. PAUD menjadi sangat penting mengingat potensi kecerdasan

dan dasar-dasar perilaku seseorang terbentuk pada rentang usia ini.

Sedemikian pentingnya masa ini sehingga usia dini sering disebut the

golden age (usia emas). 57

Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang

berada pada rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara

terminologi disebut sebagai anak usia prasekolah. Perkembangan

kecerdasan pada masa ini mengalami peningkatan dari 50% menjadi

80%.58

PAUD adalah akronim dari Pendidikan Anak Usia Dini. Namun

pengertian PAUD tidaklah sebatas singkatannya saja. PAUD adalah suatu

upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak-anak sejak dini usia yang

dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki

kesiapan dalam memasuki pendidikan dasar dan kehidupan tahap

berikutnya.59

Dalam UU NO. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Bab 1, Pasal 1, Butir 14 dinyatakan bahwa ”Pendidikan Anak

Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak

sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian

56 Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Pedoman Teknis Penyelenggaraan Pos PAUD,(Jakarta: Dirjen PNFI Kementerian Pendidikan Nasional, 2010), hlm.1

57 Tim Pengembang, Kerangka Dasar Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta:Pusat Kurikulum Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Pembinaan TK dan SDUniversitas Negeri Jakarta dan Departemen Pendidikan Nasional 2007), hlm. 4

58 Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Taman Kanak-kanak &Raudhatul Athfal, (Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas: 2003), hlm. 5, sedangkanRentangan anak usia dini menurut UU Sisdiknas adalah 0-6 tahun, lihat Undang-Undang RepublikIndonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 ayat 1 .

59 Nibras Or Salim dkk, Acuan Menu Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini,(Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2002), hlm. 1

Page 35: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xxxv

rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan

jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut.60 PAUD juga diartikan sebagai salah satu bentuk

jalur pendidikan usia 0-6 tahun, yang diselenggarakan secara terpadu

dalam satu program pembelajaran agar anak dapat mengembangkan segala

daya guna dan kreatifitasnya sesuai dengan karakteristik

perkembangannya.61

PAUD merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan

yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan

perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan

(daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio

emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai

dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak

usia dini.62

Penyelenggara PAUD adalah berbagai unsur masyarakat, dapat

diselenggarakan oleh Tim penggerak PKK, SKB/BPKB atau lembaga

lainnya.63 Dengan berkembangnya sumber daya manusia indonesia, kini di

berbagai tempat, bahkan di pelosok desa yang jauh dari keramaian

sekalipun, berbagai lembaga dari unsur-unsur masyarakat pun sanggup

mendirikan PAUD.

a. Jenis-Jenis PAUD

Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas

No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian

rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara,

PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.64

60 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SistemPendidikan Nasional

61 M. Hariwijaya & Bertiani Eka Sukaca, PAUD; Melejitkan Potensi Anak denganPendidikan Sejak Dini, (Yogyakarta: Mahadhika Publishing, 2009), hlm. 14

62 http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dini63 M. Hariwijaya & Bertiani Eka Sukaca, op. Cit., hlm. 5664 http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dini

Page 36: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xxxvi

Selanjutnya pada UU Sisdikans pasal 28 ayat 2 sampai dengan

ayat 4 disebutkan bahwa Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan

melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/ atau informal.

Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman

Kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang

sederajat. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal

berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau

bentuk lain yang sederajat.65

1. Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudlatul Athfal (RA)

Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudlatul Athfal (RA)

merupakan salah satu satuan pendidikan anak usia dini pada jalur

pendidikan formal. Kelompok usia anak didiknya antara 4-6 tahun.

Dalam kegiatannya biasanya dibagi menjadi 2 kelompok, yakni

kelompok A untuk anak usia 4-5 tahun, sedangkan kelompok B untuk

anak usia 5-6 tahun. Perbedaan antara Taman Kanak-kanak (TK) dan

Raudlatul Athfal (RA) sebenarnya tidak terlalu signifikan. Raudhatul

Athfal adalah sama-sama satu bentuk satuan pendidikan anak usia

dini pada jalur pendidikan formal, tetapi disamping

menyelenggarakan program pendidikan umum, lembaga ini juga

menyelenggarakan pendidikan keagamaan Islam bagi anak berusia

empat tahun sampai enam tahun.66

2. Kelompok Bermain (KB)

Kelompok Bermain (KB) merupakan salah satu satuan

pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non-formal.

Difokuskan pada program kesejahteraan sosial bagi anak usia 2

sampai dengan 6 tahun. Kelompok bermain merupakan alternatif dari

satu satuan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) atau Raudlatul Athfal

(RA). Jadi bagi anak didik yang tidak dapat terakomodir pada salah

65 Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional66 Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Taman Kanak-kanak &

Raudhatul Athfal, (Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas: 2003), hlm. 6

Page 37: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xxxvii

satuan pendidikan formal tersebut, Kelompok Bermain (KB) ini dapat

menjadi satu solusi alternatif .

3. Taman Penitipan Anak (TPA)

Taman Penitipan Anak (TPA) merupakan salah satu satuan

pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non-formal.

Difokuskan pada penyelenggaraan program kesejahteraan sosial,

pengasuhan anak, dan pendidikan anak sejak lahir hingga berusia 6

tahun. Dalam kegiatannya, anak didiknya adalah usia 0 tahun (sejak

lahir) sampai dengan 6 tahun.

4. Satuan PAUD Sejenis (SPS)

Satuan PAUD Sejenis (SPS) adalah layanan minimal

merupakan layanan minimal yang hanya dilakukan 1-2 kali/minggu

atau merupakan layanan PAUD yang diintegrasikan dengan program

layanan lain. Peserta didik pada SPS adalah anak 2-4 tahun.67

2.Dasar Hukum dan Tujuan PAUD,

a. Dasar Hukum PAUD

Penyelenggaraan PAUD di Indonesia memiliki dasar hukum,

sebagaimana pada pendidikan dasar, menengah dan seterusnya. Di antara

dasar hukumnya antara lain:

1) Amandemen UUD 1945 pasal 28 B ayat 2

Dalam amandemen UUD 1945 pasal 28 B ayat 2 dinyatakan

bahwa ”Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan

berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi”. 68

2) UU NO. 23 Tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1 tentang Perlindungan Anak

Dalam UU NO. 23 Tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1 tentang

Perlindungan Anak dinyatakan bahwa ”Setiap anak berhak

memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka

67 M. Hariwijaya & Bertiani Eka Sukaca, Op. cit., hlm. 18-19.68 UUD 1945 dan amandemennya, (Jakarta: Angkasa, 2009), hlm. 15

Page 38: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xxxviii

pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan

minat dan bakatnya”. 69

3) UU NO. 20 TAHUN 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Dalam UU NO. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Bab 1, Pasal 1, Butir 14 dinyatakan bahwa ”Pendidikan

Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan

melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak

memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. 70

b. Tujuan PAUD

PAUD bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak

agar kelak dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh sesuai falsafah

bangsa.71 Selain itu agar anak dapat mengembangkan segala daya guna

dan kreatifitasnya sesuai dengan karakteristik perkembangannya serta

membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik fisik

maupun psikis.72

Dalam Standar Kompetensi Taman Kanak-kanak & Raudhatul

Athfal, yang diterbitkan oleh Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas

diamanatkan, tujuan PAUD adalah untuk Membantu anak didik

mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi

moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa,

fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan

dasar.73

69 Tim Pengembang, Kerangka Dasar Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, op. cit.,hlm. 6

70 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SistemPendidikan Nasional

71 Slamet Suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: HikayatPublishing, 2005), hlm. 3

72 M. Hariwijaya & Bertiani Eka Sukaca, Op. cit, hlm. 73.73 Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Taman Kanak-kanak &

Raudhatul Athfal, (Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas: 2003), hlm. 7

Page 39: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xxxix

Secara spesifik dalam Bab 1, Pasal 1, Butir 14 Sistem Pendidikan

Nasional dinyatakan bahwa ”Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu

upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan

usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan

untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani

agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.74

Hal ini dimaksudkan bahwa PAUD bertujuan sebagai titik awal anak

untuk menghadapi jenjang pendidikan selanjutnya.

3. Kurikulum PAUD.

Kurikulum PAUD sebagai subsistem dalam jenjang pendidikan

meliputi beberapa komponen antara lain anak didik, tenaga pendidik,

materi pembelajaran, metode pembelajaran, lingkungan dan penilaian

a. Anak didik

Sasaran layanan pendidikan anak usia dini adalah anak yang

berada pada rentang usia 0 – 6 tahun. Pengelompokan anak didasarkan

pada usia sebagai berikut:

1) 0 – 2 tahun

Pada fase ini pengasuhan bayi dengan kasih sayang yang

tulus dalam pemenuhan kebutuhan dasar bayi menimbulkan

kepercayaan (trust) pada bayi terhadap lingkungannya. Namun jika

pengasuhan bayi tidak didasari kasih sayang maka akan timbul

kecurigaan (mistrust) terhadap lingkungan.

2) 2 – 4 tahun

Pengasuhan anak melalui desakan untuk melakukan apa

yang dibutuhkan anak dan sesuai dengan waktu dan caranya sendiri

dengan bimbingan orang yang lebih bijaksana maka anak akan

lebih mengembangkan kesadaran otonominya. Sedangkan jika

orang tua tidak sabar dan banyak melarang maka akan

menimbulkan sikap ragu-ragu dan sangsi pada anak

74 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SistemPendidikan Nasional

Page 40: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xl

3) 4- 6 tahun

Pengasuhan dengan memberi desakan untuk melakukan

percobaan dengan bebas dalam lingkungannya. Orang tua tidak

menjawab langsung pertanyaan dari anak namun anak didorong

untuk berinisiatif. Namun jika anak selalu dihalangi dan pertanyaan

anak selalu disepelekan akan hal itu bisa membuat anak semakin

merasa bersalah.

4) 6 - 11 tahun

Jika anak dianggap dapat berfikir secara dewasa maka anak

akan berkembang dengan baik. Namun sebaliknya jika anak

dianggap seperti anak kecil maka ia akan menjadi pribadi yang

rendah diri. Hal ini akan berdampak pada kurang sukanya anak

dalam melakukan tugas-tugas yang bersifat intelektual dan

kurangnya rasa percaya diri anak. 75

b. Pendidik

Kualifikasi Akademik Guru PAUD/TK/RA sebagaimana

tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi

Akademik Dan Kompetensi Guru adalah bahwa Guru pada

PAUD/TK/RA harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan

minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang

pendidikan anak usia dini atau psikologi yang diperoleh dari program

studi yang terakreditasi. 76

Adapun rasio pendidik dan anak adalah :

1) Usia 0 – 1 tahun rasio 1 : 3 anak2) Usai 1 – 3 tahun rasio 1 : 6 anak3) Usia 3 - 4 tahun rasio 1 : 8 anak4) Usia 4 - 6 tahun rasio 1 : 10 /12 anak 77

75 M. Hariwijaya & Bertani Eka Sukaca, PAUD Melejitkan Potensi Anak denganPendidikan Sejak Dini, (Yogyakarta: Mahardika Publishing, 2009), hlm. 36-37.

76 Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 tanggal 4 mei2007 tentang Standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, hlm. 3

77 Tim Pengembang, Kerangka Dasar Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, op. cit.,hlm. 17

Page 41: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xli

c. Pembelajaran

Proses pembelajaran anak usia dini dapat dikatakan gampang-

gampang susah. Kadang kita memberikan fasilitas belajar yang mahal dan

berharap anak belajar banyak, tetapi pada kenyataannya anak justru tidak

belajar. Sebaliknya, kadang dengan mainan yang sangat sederhana dan

murah harganya anak-anak menjadi lebih tertarik dan ingin tahu lebih

banyak. Tentang mainan tersebut sekaligus mekanisme kerjanya. Bermain

sambil belajar merupakan esensi bermain yang menjiwai setiap kegiatan

pembelajaran PAUD.

Pembelajaran bersifat holistik dan terpadu. Pembelajaran

mengembangkan semua aspek perkembangan, meliputi (1) moral dan

nilai-nilai agama, (2) sosial- emosional, (3) kognitif (intelektual), (4)

bahasa, (5) Fisik-motorik, (6) Seni. Pembelajaran bersifat terpadu yaitu

tidak mengajarkan bidang studi secara terpisah.78

Pendekatan pembelajaran menggunakan prinsip-prinsip antara

lain: a) Pembelajaran berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan; b)

Berorientasi pada Kebutuhan Anak; c) Bermain Sambil Belajar atau

Belajar Seraya Bermain; d)Menggunakan Pendekatan Tematik; e) Kreatif

dan Inovatif; f) Lingkungan Kondusif; g) Mengembangkan Kecakapan

Hidup.

Pembelajaran dilakukan melalui kegiatan bermain yang

dipersiapkan oleh pendidik dengan menyiapkan materi (content), dan

proses belajar. Materi belajar bagi anak usia dini dibagi dalam 2

kelompok usia. 79

Materi Usia lahir sampai 3 tahun meliputi:

1) Pengenalan diri sendiri (Perkembangan konsep diri)

2) Pengenalan perasaan (Perkembangan emosi)

3) Pengenalan tentang Orang lain (Perkembangan Sosial)

4) Pengenalan berbagai gerak (perkembangan Fisik)

78 Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Pendidikan Anak Usia dini, (Jakarta:Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, 2007),hlm. 21

79 Tim Pengembang, Kerangka Dasar Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, op. cit.

Page 42: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xlii

5) Mengembangkan komunikasi (Perkembangan bahasa)

6) Ketrampilan berfikir (Perkembangan kognitif)

Materi untuk anak usia 3 – 6 tahun meliputi :

1) Keaksaraan mencakup peningkatan kosa kata dan bahasa,

kesadaran phonologi, wawasan pengetahuan, percakapan,

memahami buku-buku, dan teks lainnya.

2) Konsep Matematika mencakup pengenalan angka-angka, pola-pola

dan hubungan, geometri dan kesadaran ruang, pengukuran,

pengumpulan data, pengorganisasian, dan mempresentasikannya.

3) Pengetahuan Alam lebih menekankan pada objek fisik, kehidupan,

bumi dan lingkungan.

4) Pengetahuan Sosial mencakup hidup orang banyak, bekerja,

berinteraksi dengan yang lain, membentuk, dan dibentuk oleh

lingkungan. Komponen ini membahas karakteristik tempat hidup

manusia, dan hubungannya antara tempat yang satu dengan yang

lain, juga hubungannya dengan orang banyak. Anak-anak

mempelajari tentang dunia dan pemetaannya, misalnya dalam

rumah ada ruang tamu, ruang tidur, kamar mandi, dapur, ruang

keluarga, ruang belajar; di luar rumah ada taman, garasi, dll. Setiap

rumah memiliki tetangga dalam jarak dekat atau jauh.

5) Seni mencakup menari, musik, bermain peran, menggambar dan

melukis. Menari, adalah mengekspresikan ide ke dalam gerakan

tubuh dengan mendengarkan musik, dan menyampaikan perasaan.

Musik, adalah mengkombinasikan instrumen untuk menciptakan

melodi dan suara yang menyenangkan. Drama, adalah

mengungkapkan cerita melalui aksi, dialog, atau keduanya. Seni

juga mencakup melukis, menggambar, mengoleksi sesuatu,

modeling, membentuk dengan tanah liat atau materi lain,

menyusun bangunan, membuat boneka, mencap dengan stempel,

dll.

Page 43: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xliii

6) Teknologi mencakup alat-alat dan penggunaan operasi dasar.

Kesadaran Teknologi. Komponen ini membahas tentang alat-alat

teknologi yang digunakan anak-anak di rumah, di sekolah, dan

pekerjaan keluarga. Anak-anak dapat mengenal nama-nama alat

dan mesin yang digunakan oleh manusia sehari-hari.

7) Ketrampilan Proses mencakup pengamatan dan eksplorasi;

eksperimen, pemecahan masalah; dan koneksi, pengorganisasian,

komunikasi, dan informasi yang mewakili.80

d. Metode Pembelajaran

Secara umum metode-metode pembelajaran untuk anak TK bisa

saja diadaptasikan untuk pembelajaran anak-anak TB/KB, namun harus

dilakukan secara hati-hati mengingat tingkat perkembangan mereka

berbeda. Untuk TB/KB pengalaman belajar lebih penting dibanding hasil

belajarnya. Pembelajaran yang mengundang rasa ingin tahu anak dan

mengajak anak untuk terlibat aktif dalam pembelajaran sangat diharapkan.

Pemanfaatan potensi alam di sekitar satuan pendidikan perlu dioptimalkan

agar anak belajar dari konteks kehidupan kesehariannya.

e. Penilaian (Assessment)

Assessment adalah proses pengumpulan data dan dokumentasi

belajar dan perkembangan anak. Assessment dilakukan melalui :

observasi, konferensi dengan para guru, survey, wawancara dengan

orang tua, hasil kerja anak, dan unjuk kerja. Keseluruhan penilaian

/assessment dapat di buat dalam bentuk portofolio. 81

Khususnya pada pelaksanaan pembelajaran di satuan pendidikan

PAUD Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudlatul Athfal (RA), telah

ditentukan standar kompetensi dalam melaksanakan penilaian, dapat

menggunakan Berbagai alat penilaian untuk memperoleh gambaran

perkembangan kemampuan dan perilaku anak, antara lain a) Portofolio; b)

80 Ibid., hlm. 17-1981 Ibid., hlm. 19

Page 44: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xliv

Unjuk kerja (performance); c) Penugasan (Project) dan Hasil karya

(Product).82

J. IMPLEMENTASI METODE CERITA DI PAUD

Dalam pelaksanaan pendidikan dibutuhkan adanya sebuah metode

dalam upaya pencapaian tujuan yang dicita-citakan, karena tanpa metode

suatu materi pendidikan tidak mungkin terserap secara efektif dan efisien oleh

anak didik, oleh karena itu metode adalah syarat agar aktifitas kependidikan

dapat berjalan secara baik.

Dari sekian metode yang digali dan ditawarkan oleh pakar pendidikan

sebenarnya tidak ada metode yang paling ideal untuk semua tujuan

pendidikan, artinya suatu metode mungkin dinilai baik untuk materi dan

kondisi tertentu dan sebaliknya kurang tepat jika digunakan pada penyampaian

materi yang berbeda dan kondisi yang berlainan.

Sedangkan metode cerita itu sendiri diartikan sebagai teknik yang

dilakukan dengan cara bercerita yaitu mengungkapkan peristiwa-peristiwa

bersejarah yang mengandung nilai-nilai pendidikan moral, rohani dan sosial

bagi seluruh umat manusia di segala tempat dan zaman. Baik yang mengenai

kisah yang bersifat kebaikan maupun kedhaliman atau juga ketimpangan

jasmani, rohani, materiil dan spiritual yang dapat melumpuhkan semangat

manusia.

Dalam kaitannya dengan pembelajaran, metode cerita lebih difokuskan

pada materi-materi keagamaan dan bagaimana menanamkan nilai-nilai

keagamaan dalam jiwa siswa didik. Karena melalui cerita ini pesan-pesan

82 Portofolio yaitu penilaian berdasarkan kumpulan hasil kerja anak yang dapatmenggambarkan sejauhmana ketrampilan anak berkembang. Unjuk kerja (performance),merupakan penilaian yang menuntut anak untuk melakukan tugas dalam perbuatan yang dapatdiamati, misalnya praktek menyanyi, olahraga, memperagakan sesuatu. Unjuk kerja(performance), merupakan penilaian yang menuntut anak untuk melakukan tugas dalam perbuatanyang dapat diamati, misalnya praktek menyanyi, olahraga, memperagakan sesuatu. Penugasan(Project), yaitu tugas yang harus dikerjakan anak yang memerlukan waktu yang relatif lama dalampengerjaannya. Hasil karya (Product) merupakan hasil kerja anak setelah melakukan suatukegiatan Misalnya melakukan percobaan menanam biji. Lihat Departemen Pendidikan Nasional,Ibid. Standar Kompetensi Taman Kanak-kanak & Raudhatul Athfal, Ibid.

Page 45: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xlv

moral yang ada dalam tema cerita bisa ditanamkan dan diteladani oleh peserta

didik.

Dengan demikian, cerita-ceritanya pun disajikan secara benar, selaras,

dengan konteks, dan mewujudkan tujuan pendidikan Islam. Karena metode

cerita dapat mengaktifkan dan membangkitkan perasaan ketuhanan melalui

topik cerita-cerita yang mengandung suri tauladan yang baik, diantaranya

kisah para Nabi, kisah Ashabul Kahfi, kisah karun dan lain sebagainya. Di

samping itu dalam hadits-hadits Nabi pun juga banyak yang mengungkap

kisah-kisah yang berisi nilai-nilai pendidikan, seperti kisah al-Qamah yang

merupakan gambaran dari akibat kedurhakaan anak pada orang tua.

Dalam mengaplikasikan metode ini pada proses belajar mengajar

(PBM), metode cerita merupakan salah satu metode pendidikan yang masyhur

dan terbaik, sebab cerita itu mampu menyentuh jiwa jika didasari oleh

ketulusan hati yang mendalam.83

Metode cerita dalam pendidikan Islam menggunakan paradigma al-

Qur'an dan hadits Nabi, sehingga dikenal dengan kisah Qurani dan kisah

Nabawi. Terkadang dalam penyampaian cerita ada kelemahannya, maka untuk

mengatasi kelemahan tersebut setiap pendidikan hendaknya memperhatikan

benar alur cerita yang disampaikan, menyelaraskan tema materi dengan cerita

atau tema cerita dengan materi, anak didik harus lebih berkonsentrasi terhadap

cerita yang disampaikan guru, sehingga menimbulkan sugesti untuk mengikuti

alur cerita itu sampai selesai.

Demikian juga dalam metode bercerita pada anak usia dini. Tentu

memerlukan teknik dan strategi yang efektif bagi pendidik dalam rangka

suksesnya transfer of knowledge kepada anak didiknya. Ada beberapa hal yang

dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan metode cerita bagi anak usia dini.

1. Langkah-Langkah Pelaksanaan

a. Pemilihan Tema Cerita

Untuk anak-anak usia dini, cerita dapat membantu

mengembangkan kosa kata. Hanya saja cerita yang dipilihkan tentu

83 Armai Arief., op.cit. hlm. 160

Page 46: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xlvi

saja yang sederhana dan kerap ditemui anak sehari-hari. Karena cerita

merupakan media yang efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan

etika kepada anak, bahkan untuk menumbuhkan rasa empati. Misalnya

nilai-nilai kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras, maupun

tentang berbagai kebiasaan sehari-hari seperti pentingnya makan sayur

dan menggosok gigi. Anak juga diharapkan dapat lebih mudah

menyerap berbagai nilai tersebut karena di sini tidak bersikap

memerintah atau menggurui, sebaliknya para tokoh cerita dalam

dongeng tersebutlah yang diharapkan menjadi contoh atau teladan bagi

anak.84

Menurut Anti Aarne dan Stiih Thomas, cerita dikelompokkan

dalam 4 golongan sebagai berikut :

1) Cerita binatang, adalah cerita yang tokohnya binatang peliharaan

atau binatang liar.

2) Cerita biasa, adalah cerita yang tokohnya manusia dan biasanya

berisi tentang kisah suka duka yang dialami seseorang. Misalnya

cerita Ande-Ande Lumut, Joko Kendil dan lain-lain.

3) Lelucon atau Anekdot, adalah cerita yang dapat menimbulkan tawa

bagi pendengarnya.

4) Cerita berumus, Merupakan cerita yang strukturnya terdiri dari

pengulangan.85

Menurut Kak Bimo (tokoh cerita Indonesia), bagi anak-anak,

hal-hal yang menarik, berbeda pada setiap tingkat usia, misalnya;

Sampai usia 4 tahun, anak menyukai cerita fabel dan horor, seperti: Si

wortel, Tomat yang Hebat, Anak ayam yang Manja, kambing Gunung

dan Kambing Gibas, anak nakal tersesat di hutan rimba, cerita nenek

sihir, orang jahat, raksasa yang menyeramkan dan sebagainya. 86

84 http://www.bintangbangsaku.com/content/bercerita-mendongeng, 5/4/201085 http://www.tkdonbosco.com/main.php?ke=13&yc=8, 5/4/201086http://kakbimo.wordpress.com/2009/07/21/teknik-bercerita-untuk-anak-usia-dini/,

5/4/2010

Page 47: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xlvii

Sebagai generasi muda muslim, anak usia dini harus diberikan

muatan-muatan agama, dengan menggunakan paradigma Al Qur’an dan

hadits Nabi Saw., sehingga dikenal istilah “kisah Qur’ani dan kisah

Nabawi”. Kedua sumber tersebut memiliki substansi cerita yang valid tanpa

diragukan lagi kebenarannya. 87

Dalam memilih cerita, khususnya pada anak usia dini, Abdul Aziz

Abdul Majid memberi rambu-rambu yang harus diperhatikan guru,

1) Guru menyesuaikan cerita dengan kondisi jiwanya.

Disini guru dituntut untuk selektif dalam menyesuaikan kondisi

jiwa pribadi guru, apakah jiwanya sedang gembira ataukah sedang

bersedih, dengan cerita yang hendak disampaikan kepada anak, karena

cerita memiliki beberapa jenis, ada yang menyenangkan dan

menyedihkan

2) Guru menyesuaikan cerita dengan situasi dan kondisi anak.

Situasi dan kondisi anak didik di tempat belajar berbeda. Guru

harus mengetahui dan meresponnya ketika memilih cerita. Ketika anak

baru memasuki ajaran baru, maka dapat dipilihkan cerita yang masih

akrab dengan kondisi lingkungannya dan bersifat memacu semangat.

Ketika akhir tahun ajaran, dapat dipilihkan cerita yang bersifat kesan.

Selain itu ketika anak sering terlambat/malas, guru dapat memilihkan

cerita tentang pacu semangat. 88

Suasana (situasi dan kondisi) sebagaimana diisyaratkan Abdul Aziz Abdul

Majid tersebut sesuai dengan pendapat Kak Bimo, menurutnya Suasana (situasi

dan kondisi) disesuaikan dengan acara/peristiwa yang sedang atau akan

berlangsung, seperti acara kegiatan keagamaan, hari besar nasional, ulang tahun,

pisah sambut anak didik, peluncuran produk, pengenalan profesi, program sosial

dan lain-lain, akan berbeda jenis dan materi ceritanya. Pendidik dituntut untuk

memperkaya diri dengan materi cerita yang disesuaikan dengan suasana. Jadi

87 Armai Arief , op. cit., hlm. 16388 Http://kakbimo.wordpress.com/2009/07/21/teknik-bercerita-untuk-anak-usia-dini/, 5/4/2010

Page 48: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xlviii

selaras materi cerita dengan acara yang diselenggarakan, bukan satu atau beberapa

cerita untuk segala suasana.89

Bagi anak usia PAUD, banyaknya situasi yang bisa jadi bahan

pertimbangan diberikannya cerita tersebut, akan memudahkan guru untuk

memilah dan memilih mana yang sesuai bagi anak didiknya.

“Ditujukan bagi anak kira-kira usia 3-5 tahun. Pada usia ini anak biasanyasudah dapat berjalan, menggerakkan otot-ototnya, mulai memilikikepekaan rasa dan membantunya memilih lingkungan yang terbatas padasekelilingnya. Dia dapat melihat bahwa di sekitarnya ada hewan dantumbuhan bergerak dan memiliki kekhususan, memiliki berbagai suara danwarna. Dia juga melihat individu –individu yang berbeda dalamkeluarganya, seperti orangtua, saudara laki-laki dan saudara perempuan. Iamelihat satu sama lain saling berhubungan. Ia bergaul dengan anak-anakseusianya dan yang sedikit lebih besar darinya. Pendeknya ia hanya sibukpada batasan lingkungan sehari-hari di sekitarnya.Oleh karena itu , cerita-cerita yang sesuai baginya adalah cerita yangtokoh-tokohnya-tokohnya dikarang dari binatang dan tumbuhan, danperistiwa tentang keduanya. Atau tokoh-tokoh manusia, seperti ayah, ibu,dan anak seusianya. Tokoh-tokoh itu hendaknya mudah ditangkap olehanak, misalnya ayam berbulu merah, anak gadis berambut pirang, danorang tua berjanggut putih. Sebaiknya tokoh-tokoh ini –tumbuhansekalipun dapat berbicara- bersuara dan bergerak, sehingga mudahdipahami anak. Pemberian sifat-sifat gerakan, pembicaraan, dan warnayang dikenalnya, akan menjadi daya tarik yang akan membangkitkan rasaingin tahu anak. Pada anak cenderung bahwa benda dapat berbicara”.90

Dari sini dapat disimpulkan, bahwa tema yang dapat dipilih untuk anak

usia banyak sekali, tentang tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia, yang

kesemuanya itu berkenaan dengan dunia khayal dan periode awal berfikir bagi

anak. Bagi generasi muslim usia dini, banyak cerita yang dapat didapatkan, baik

dari qur’an atau selainnya. Seperti cerita tentang nabi-nabi, yang didalamnya

terdapat berbagai macam bentuk materi, seperti kisah nabi sulaiman yang dapat

berbicara dengan binatang, kisah nabi yunus yang dimakan ikan, kisah nabi musa

dengan tongkat ularnya dan lain sebagainya.

89 Abdul Aziz Abdul Majid, op. cit., hlm. 30-31

90 Abdul Aziz Abdul Majid, op. cit., hlm. 12

Page 49: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xlix

b. Waktu Cerita

Dengan mempertimbangkan daya pikir, kemampuan bahasa, rentang

konsentrasi dan daya tangkap anak, maka para ahli cerita menyimpulkan

sebagai berikut;

1) Sampai usia 4 tahun, waktu cerita hingga 7 menit

2) Usia 4-8 tahun, waktu cerita hingga 10 -15 menit

3) Usia 8-12 tahun, waktu cerita hingga 25 menit Namun tidak menutup

kemungkinan waktu bercerita menjadi lebih panjang, apabila tingkat

konsentrasi dan daya tangkap anak dirangsang oleh penampilan pencerita

yang sangat baik, atraktif, komunikatif dan humoris. 91

Jadi pemberian cerita untuk anak PAUD, dapat berkisar 7-15 menit,

akan tetapi dapat fleksibel, artinya disesuaikan dengan kondisi jenuh tidak

anak, waktu dan lain sebagainya. Bisa diberikan tiap hari, seminggu sekali dan

seterusnya, se-fleksibel dan seefektif mungkin.

c. Pemilihan Alat peraga

Agar proses pembelajaran bercerita di PAUD dapat berjalan dengan

baik maka dalam pembelajaran bercerita guru harus menggunakan media

penyajian pembelajaran bercerita yang variatif serta sesuai dengan

pembelajaran yang dilakukan.

Adapun alat peraga yang digunakan dapat berupa:

1) Alat peraga langsung, yaitu menggunakan benda asli atau benda

sebenarnya (misalnya: kelinci, kembang, piring) agar anak dapat

memahami isi cerita dan dapat melihat langsung ciri-ciri serta kegunaan

dari alat tersebut.

2) Alat peraga tak langsung, yaitu menggunakan benda-benda yang bukan

alat sebenarnya. Bercerita dengan alat peraga tak langsung dapat berupa:

a) Benda-benda tiruan, Guru menggunakan benda-benda tiruan sebagai

alat peraga (misalnya: binatang tiruan, buah-buahan tiruan, sayuran

91 Http://kakbimo.wordpress.com/2009/07/21/teknik-bercerita-untuk-anak-usia-dini/,5/4/2010

Page 50: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

l

tiruan). Benda-benda tiruan tersebut hendaknya mempunyai proporsi

bentuk dan warna yang sesuai dengan aslinya.

b) Gambar-gambar, guru menggunakan gambar sebagai alat peraga dapat

berupa gambar lepas, gambar dalam buku atau gambar seri yang terdiri

dari 2 sampai 6 gambar yang melukiskan jalannya cerita.

c) Papan flanel, guru menggunakan papan flanel untuk menempelkan

potongan-potongan gambar yang akan disajikan dalam suatu cerita.

d) Membacakan cerita, guru menggunakan buku cerita dengan tujuan

agar minat anak terhadap buku semakin bertambah.

e) Sandiwara boneka, guru menggunakan berbagai macam boneka yang

akan dipentaskan dalam suatu cerita.92

Jadi, dalam penyampaian cerita di PAUD, media apapun dapat

dimanfaatkan, sepanjang memiliki efektifitas dan efisiensi dalam prosesnya.

d. Penyampaian

Dalam menyampaikan cerita pada anak, harus pula diperhatikan

beberapa hal. Antara lain pola dan irama berbicara; jarak dengan pendengar

perlu diperhatikan, gerak dan sikap tubuh, kontak mata, suara saat berbicara,

dan penampilan. 93

Dalam menyampaikan cerita pada anak-anak di PAUD, guru

memegang peranan penting, karena berkat keberhasilannya, jiwa si anak dapat

gembira. Sebagaimana dikemukakan Sara Cone Bryant,

Now the story-teller who has given the listening children such pleasureas I mean may or may not have added a fact to the content of theirminds, she has inevitably added something to the vital powers of theirsouls. She has given a wholesome exercise to the emotional muscles ofthe spirit, has opened up new windows to the imagination, and addedsome line or colour to the ideal of life and art which is always takingform in the heart of a child. She has, in short, accomplished the onegreatest aim of story-telling, -- to enlarge and enrich the child'sspiritual experience, and stimulate healthy reaction upon it.94

92 ibid93 http://www.tkdonbosco.com/main.php?ke=13&yc=8, 5/4/201094http://etext.virginia.edu/etcbin/toccer-new2?id=BryTell.sgm&images=images/modeng&

data=/texts/english/modeng/parsed&tag=public&part=1&division=div, 5/4/2010

Page 51: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

li

(Sekarang pencerita telah memperdengarkan kesenangan pada anak-anak sebagaimana yang saya maksud atau mungkin tidakmenambahkan suatu kenyataan kepada pikiran mereka, takterelakkan lagi bahwa ia menambahkan sesuatu atas kekuatan intiatas jiwa-jiwa mereka. Dia telah memberi suatu latihan yang sehatkepada otot-otot emosional jiwa, telah membuka jendela baru padaimajinasi, dan menambahkan beberapa garis atau warna idealtentang hidup dan seni yang selalu mengambil wujud di dalam dirianak. Dia miliki, singkatnya, memenuhi satu yang tujuan terbesarbercerita, -untuk memperbesar dan memperkaya pengalaman jiwaanak, dan merangsang reaksi sehat atas nya.)

Jadi, guru harus pandai menyampaikan, mensetting suasana dan

seterusnya. Berikut ini contoh skenario penyampaian cerita-cerita yang dapat

dilakukan pada anak PAUD:

1) Mengkondisikan anak :Tertib merupakan prasyarat tercapainya tujuan bercerita. Suasana

tertib harus diciptakan sebelum dan selama anak-anak mendengarkancerita. Diantaranya dengan cara-cara sebagai berikut:a) Aneka tepuk: seperti tepuk satu-dua, tepuk tenang, anak sholeh dan

lain-lain. Contoh; Jika aku (tepuk 3x) sudah duduk (tepuk 3x) makaaku (tepuk 3x) harus tenang (tepuk 3x) sst…sst..sst…

b) Simulasi kunci mulut: Pendidik mengajak anak-anak memasukkantangannya ke dalam saku, kemudian seolah-olah mengambil kunci darisaku, kemudian mengunci mulut dengan kunci tersebut, lalu kunci dimasukkan kembali ke dalam saku

c) “Lomba duduk tenang”, Kalimat ini diucapkan sebelum ceritadisampaikan, ataupun selama berlangsungnya cerita. Teknik ini cukupefektif untuk menenangkan anak, Apabila cara pengucapannya denganbersungguh-sungguh, maka anak-anak pun akan melakukannya dengansungguh-sungguh pula.

d) Tata tertib cerita, sebelum bercerita pendidik menyampaikan aturanselama mendengarkan cerita, misalnya; tidak boleh berjalan-jalan,tidak boleh menebak/komentari cerita, tidak boleh mengobrol danmengganggu kawannya dengan berteriak dan memukul meja. Hal inidilakukan untuk mencegah anak-anak agar tidak melakukan aktifitasyang mengganggu jalannya cerita

e) Ikrar, Pendidik mengajak anak-anak untuk mengikrarkan janji selamamendengar cerita, contoh: Ikrar..! Selama cerita, Kami berjanji 1. Akanduduk rapi dan tenang 2. Akan mendengarkan cerita dengan baik

f) Siapkan hadiah!, secara umum anak-anak menyukai hadiah. Hadiahmen dorong untuk anak-anak untuk mendapatkannya, meskipun harusmenahan diri untuk tidak bermain dan berbicara. Bisa saja kitamemberikan hadiah imajinatif seperti makanan, binatang kesayangan,balon yang seolah-olah ada di tangan dan diberikan kepada anak, tentu

Page 52: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lii

saja diberikan kepada anak-anak yang sudah akrab dengan kita,seringkali teknik ini menimbulkan kelucuan tersendiri.95

Skenario di atas adalah langkah saat mengkondisikan anak,

sebelum memulai masuk cerita. Berikut ini beberapa skenario

penyampaian ketika telah masuk cerita:

Teknik membuka Cerita: ”Karena membuka cerita merupakan saat yangsangat menentukan, maka membutuhkan teknik yang memiliki unsurpenarik perhatian yang kuat, diantaranya dapat dilakukan dengan:a) Pernyataan kesiapan : “Anak-anak, hari ini, Ibu telah siapkan sebuah

cerita yang sangat menarik…” dan seterusnya.b) Potongan cerita: “Pernahkah kalian mendengar, kisah tentang seorang

anak yang terjebak di tengah banjir?, kemudian terdampar di tepipantai…?”

c) Sinopsis (ringkasan cerita), layaknya iklan sinetron “Cerita bu Guruhari ini adalah cerita tentang “seorang anak kecil pemberani, yangbertempur melawan raja gagah perkasa ditengah perang yang besar”(kisah nabi Daud) mari kita dengarkan bersama-sama !

d) Munculkan Tokoh dan Visualisasi “ dalam cerita kali ini, ada 4 orangtokoh penting…yang pertama adalah seorang anak yang jago mainkarate, ia tak takut dengan siapapun…namanya Adiba, yang keduaadalah seorang ketua gerombolan penjahat yang bernama Somad,badannya tinggi besar dan bila tertawa..iiih mengerikan karena sangatkeras”…HA. HA..HA..HA..HA”, Somad memiliki golok yang sangatbesar, yang ketiga seorang guru yang bernama Umar, wajahnya cerahdan menyenangkan…dan seterusnya.

e) Pijakan (setting) tempat “Di sebuah desa yang makmur…”, “Dipinggir pantai..” “Di tengah Hutan…” “Ada sebuah kerajaan yangbernama ..” “Di sebuah Pesantren…” dan lain-lain.

f) Pijakan (setting) waktu, “Jaman dahulu kala…” “Jaman pemerintahanraja mataram …” ”Tahun 2045 terjadi sebuah tabrakan komet…”“Pada suatu malam…” “Suatu hari…” dan lain-lain.

g) Ekspresi emosi: Adegan orang marah, menangis, gembira, berteriak-teriak dan lain-lain. h. Musik & Nyanyian “Di sebuah negeri angkaramurka, dimulai cerita…(kalimat ini dinyanyikan), atau ambillahsebuah lagu yang popular, kemudian gantilah syairnya dengan kalimatpembuka sebuah cerita. i. Suara tak Lazim atau ”Boom” ! : Pendidikdapat memulai cerita dengan memunculkan berbagai macam suaraseperti; suara ledakan, suara aneka binatang, suara bedug, tembakandan lain-lain.96

95http://kakbimo.wordpress.com/2009/07/21/teknik-bercerita-untuk-anak-usia-dini/, 5/4/201096 ibid

Page 53: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

liii

Setelah skenario penyampaian ketika telah masuk cerita, guru

dapat melaksanakan beberapa skenario menutup cerita dan evaluasi,

dapat dilakukan dengan:

a) Tanya jawab seputar nama tokoh dan perbuatan mereka yang harusdicontoh maupun ditinggalkan.

b) Doa khusus memohon terhindar dari memiliki kebiasaan burukseperti tokoh yang jahat, dan agar diberi kemampuan untuk dapatmeniru kebaikan tokoh yang baik.

c) Janji untuk berubah; Menyatakan ikrar untuk berubah menjadi lebihbaik, contoh “Mulai hari ini, Aku tak akan malas lagi, aku anak rajindan taat kepada guru!”

d) Nyanyian yang selaras dengan tema, baik berasal dari lagu nasional,popular maupun tradisional

e) Menggambar salah satu adegan dalam cerita. Setelah selesaimendengar cerita, teknik ini sangat baik untuk mengukur dayatangkap dan imajinasi anak.97

2) Keseluruhan cerita, yang dimaksud adalah bagian-bagian cerita yang

hendaklah diperhatikan oleh pencerita sebelum memulai bercerita. Pada

bagian ini terdiri dari pendahuluan, perubahan, fokus, dan penutup.

3) Pengaturan tempat dan suasana, cerita dapat disampaikan dengan duduk

mengelilingi meja, di atas lantai/tikar, atau berkerumun di dekat api

unggun, yang penting pastikan bahwa pendengar merasa nyaman sebelum

cerita dimulai dan bahwa setiap pendengar memiliki pandangan yang jelas

(tidak terhalang) pada pencerita yang akan menyampaikan cerita..98

Jadi dalam penyampaian cerita, guru dituntut lebih kreatif dan inovatif,

dengan memperhatikan keadaan anak-anak hingga menjadi pencerita yang sukses.

97 ibid98 Denok Wijayanti, Skripsi: Peningkatan Keterampilan Bercerita Menggunakan Media

Boneka Pada Siswa Kelas VII-G SMP Negeri 4 Pemalang Tahun Ajaran 2006/2007, (Semarang:Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang, 2007), hlm. 31-33. Cerita bahkan dapatdisampaikan di luar ruangan kelas , bisa di aula, atu ruang perpustakaan. Dengan demikian gurubisa menyampaikan misi/pesan dari PAUD agar anak-anak semakin gemar membaca dan semakinmengoprimalkan penggunaan buku-buku di perpustakaan. Lihat Agus DS, Tips Jitu Mendongeng,(Yogyakarta: Kanisius, 2009), hlm. 34.

Page 54: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

liv

BAB III

PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM PEMBELAJARAN

DI PAUD AL-WATHONIYAH GEMUH KENDAL

K. TINJAUAN UMUM PAUD AL-WATHONIYAH

1. Letak Geografis

Pendidikan anak usia dini (PAUD) Al-Wathoniyah terletak di area

MDA Manba’ul Huda, Desa Poncorejo, dukuh Bindangun RT 01 RW 04

Kec. Gemuh Kab. Kendal, bagian depan sekolah PAUD ini adalah

halaman, bagian samping adalah jalan desa, bagian samping kanan adalah

sawah, dan bagian belakang adalah rumah penduduk desa, PAUD ini

memiliki luas 250m. Didirikan pada tanggal 01 Agustus 2007. Pendirinya

adalah Rochmad, S.

Berdirinya PAUD ini merupakan jawaban atas kegelisahan warga

desa Poncorejo dan sekitarnya, yang mengharap adanya tempat untuk

mengakomodir kebutuhan anak-anak mereka, seiring dengan tuntutan

zaman. Jawaban ini terkonsep dari beberapa pemikiran dan musyawarah

warga desa Poncorejo dan sekitarnya, yang dijembatani oleh pendidik

ranting Fatayat NU Poncorejo Kec. Gemuh Kendal. Dan akhirnya menjadi

wadah formal kelembagaan PAUD Al-Wathoniyah ini.

Pada waktu pertama kali berdiri PAUD Al-Wathoniyah memiliki

satu kelas dengan 24 anak didik yang terdiri dari 14 anak didik laki-laki 10

anak didik perempuan dengan tiga orang pendidik dan satu kepala sekolah.

Pada tahun kedua yaitu pada tahun 2008 makin banyak anak didik

yang masuk ke sekolah tersebut, sehingga jumlah kelasnya bertambah

menjadi dua ruang yang masing-masing terbagi dalam kelas A dan kelas B

begitu juga dengan jumlah pendidik pengajarnya. Pada tahun berikutnya,

tidak terjadi pertambahan dari segi jumlah kelas, tetapi jumlah anak didik

mengalami kenaikan yang signifikan sehingga ada penambahan pendidik

sebanyak 1 orang.

Page 55: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lv

Sejak awal berdirinya PAUD Al-Wathoniyah sampai sekarang

belum ada pergantian kepala sekolah, sehingga kepala sekolah tetap

dijabat oleh ibu Siti Dayanah.

2. Visi, Misi dan Tujuan

PAUD Al-Wathoniyah Desa Poncorejo Kec. Gemuh Kendal

mempunyai tujuan yang secara umum tercover dalam visi dan misi sebagai

berikut :

Visi dan Misi PAUD Al-Wathoniyah

Visi : Membentuk Generasi yang cerdas dan saleh/salehah

Misi :

a. Melakukan pengelolaan lembaga pendidikan dini secara profesional.

b. Melaksanakan peningkatan pemerataan pendidikan bagi masyarakat,

khususnya jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD).

c. Melakukan pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat

Desa Poncorejo dalam pengembangan pendidikan.

d. Ikut menunjang kemajuan dunia pendidikan sebagai implementasi

pengembangan pendidikan dalam upaya mewujudkan masyarakat

Indonesia yang beriman, bertaqwa, cerdas, terampil dan berbudaya.

e. Mempersiapkan anak sedini mungkin agar kelak memiliki kesiapan

dalam memasuki pendidikan dasar.

Sebagai penjabaran dari visi dan misi sebagaimana disebutkan di

atas, PAUD Al-Wathoniyah Desa Poncorejo Kec. Gemuh merumuskan

tujuan sebagai berikut:

a. Tujuan Umum

Kegiatan pendidikan usia dini bertujuan untuk mengembangkan

berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan

dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, termasuk siap

memasuki pendidikan dasar.

Page 56: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lvi

b. Tujuan Khusus

1) Anak mampu melaksanakan ibadah, mengenal dan percaya akan

ciptaan Tuhan dan mencintai sesama

2) Anak mampu mengelola keterampilan tubuh, termasuk gerakan-

gerakan yang mengontrol gerakan tubuh, gerakan halus dan

gerakan kasar, serta menerima rangsangan sensorik (panca indera)

3) Anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial,

peranan masyarakat dan menghargai keragaman sosial budaya.

4) Anak memiliki kepekaan irama, nada, birama, berbagai bunga,

bertepuk tangan serta menghargai hasil karya yang kreatif.

5) Membantu mengembangkan proses sosialisasi anak, belajar

melalui bermain dengan pendekatan strategis, metode, materi dan

media yang menarik dengan berbagai APE. Melalui bermain anak

diajak untuk bereksplorasi (penjajakan), menemukan dan

memanfaatkan benda-benda di sekitarnya.

6) Ikut mewujudkan tujuan pendidikan nasional, melalui jalur

pendidikan non-formal, sebagaimana diatur dalam Undang-undang

No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional sesuai

dengan acuan menu pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini

3. Sasaran

Adapun sasarannya PAUD Al-Wathoniyah adalah anak usia 0-6

tahun yang berasal dari masyarakat kecamatan Gemuh.

4. Keadaan Pendidik

Dalam pelaksanaan pembelajaran di PAUD Al-Wathoniyah,

dipandu oleh 4 (empat) orang tenaga pendidik. Berdasarkan data yang ada,

masing-masing pendidik memiliki perbedaan tingkatan pendidikan

sebagaimana dalam tabel berikut ini:

Page 57: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lvii

Tabel 3.1Tenaga pendidik PAUD Al-Wathoniyah tahun 2009/201099

No Nama pendidik Pendidikan formalPendidikannon-formal

1 Siti Dayanah Madrasah Aliyah dalam prosesmenyelesaikan S1

Ponpes

2 Umi Hamidah S1 Pendidikan Agama Islam MadrasahDiniyah

3 Kholisoh MA/ dalam prosesmenyelesaikan S1 PGTK

Ponpes

4 Mahmudah Madrasah Aliyah dalam prosesmenyelesaikan S1

MadrasahDiniyah

Disamping perbedaan tingkatan pendidikan sebagaimana dalam tabel

tersebut, masing-masing pendidik juga memiliki latar belakang dan aktifitas

yang beragam. Secara singkat kami paparkan sebagai berikut:

a. Siti Dayanah

Selain sebagai tenaga pendidik di PAUD Al-Wathoniyah, ia juga

dipercaya mengemban tugas sebagai kepala PAUD Al-Wathoniyah.

Dalam kesehariannya, ia aktif di organisasi Fatayat NU Ranting

Poncorejo Gemuh Kendal sebagai bagian pendidikan. Pengalamannya

dalam mendidik anak juga telah terasah di Madrasah diniyah yang

berada di lingkungan tempat tinggalnya. Ia menjadi tenaga pendidik di

Madrasah Diniyah sejak 2000.

b. Umi Hamidah

Kegiatan diluar sebagai tenaga pendidik PAUD Al-Wathoniyah

adalah sebagai pengurus Fatayat NU Ranting Poncorejo Gemuh Kendal,

ia membidangi bidang pendidikan. Selain itu ia aktif sebagai anggota

PKK setempat.

c. Kholisoh

Kegiatan diluar sebagai tenaga pendidik PAUD Al-Wathoniyah

adalah sebagai pengurus IPPNU(ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama)

99 Arsip PAUD Al-Wathoniyah Tahun 2007

Page 58: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lviii

Ranting Poncorejo Gemuh Kendal, ia membidangi bidang pendidikan.100

d. Mahmudah

Kegiatan diluar sebagai tenaga pendidik PAUD Al-Wathoniyah

adalah pendidik di Madrasah Diniyah setempat, pengalaman mengajar

di tempat tersebut sejak tahun 1999.

5. Keadaan Anak didik

PAUD Al-Wathoniyah Desa Poncorejo Kecamatan Gemuh

Kabupaten Kendal dari awal berdirinya hingga sekarang senantiasa

mengalami peningkatan jumlah peserta didiknya. Hal ini disebabkan

karena PAUD Al-Wathoniyah senantiasa berusaha meningkatkan kualitas

anak didik atau alumninya. PAUD Al-Wathoniyah bertekad untuk

memberikan pelayanan maksimal melalui tenaga pendidik yang

profesional dalam mendidik anak didiknya dengan penuh kesabaran,

murah senyum, ramah, lugas, berwibawa, menguasai materi dan memiliki

kesiapan dalam menyampaikan materi serta didukung dengan kurikulum

yang dipersiapkan dengan baik. Selain hal itu PAUD Al-Wathoniyah juga

dilengkapi sarana dan prasarana yang sangat menunjang kegiatan belajar

mengajar, sehingga menjadi tempat proses belajar mengajar yang baik,

kondusif dan menyenangkan bagi anak didiknya.101

Berdasarkan dokumentasi data anak didik yang masuk di PAUD

Al-Wathoniyah yang mulai dari awal tahun pertama sekolah didirikan

adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2perkembangan anak didik PAUD Al-Wathoniyah102

Jumlah anak didikNo Tahun

PelajaranLaki-laki Perempuan Jumlah

1 2010-2011 20 16 36

100 Wawancara dengan Siti Dayanah (kepala PAUD Al-Wathoniyah), 2 Agustus 2010.101 Wawancara dengan Siti Dayanah (kepala PAUD Al-Wathoniyah), 2 Agustus 2010.102 Arsip PAUD Al-Wathoniyah Tahun 2007

Page 59: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lix

2 2009-2010 16 19 353 2008-2009 15 11 264 2007-2008 14 10 24

Dari uraian jumlah anak didik masuk yang dimulai pada tahun

ajaran 2007-2008 sampai tahun ajaran 2010-2011 jumlah anak didik

cenderung meningkat.

Kondisi anak didik PAUD Al-Wathoniyah terbagi menjadi dua

kelas sebagai berikut :

Tabel 3.3 Jumlah Anak didik103

Jumlah anak didikKelas

Laki-laki Perempuan Jumlah

A 9 7 16

B 8 12 20

Jumlah 17 19 36

Semua anak didik tersebut semuanya masuk pagi mulai pukul

07.30 sampai pukul 09.30 WIB. Adapun kelasnya sesuai dengan

pembagian kelas masing-masing anak.

Latar belakang siswa beragam. Ada yang berasal dari keluarga

petani, pedagang, penjual jasa (ojek, sopir). Namun latar belakang petani

lebih mendominasi. Hal ini dimaklumi karena memang secara geografis

PAUD Al-Wathoniyah berada di lingkungan pedesaan.

6. Keadaan Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan pendidikan di PAUD

Al-Wathoniyah merupakan salah satu aspek yang mempunyai peran sangat

penting untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dalam

perkembangannya, PAUD Al-Wathoniyah mempunyai beberapa sarana

dan prasarana yang selalu diusahakan lebih baik.

103 ibid.

Page 60: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lx

PAUD Al-Wathoniyah memiliki satu gedung dengan 5 ruang, ke 5

ruang tersebut terbagi atas satu ruang untuk kepala sekolah dan Tata

Usaha, 2 ruang kelas, satu ruang untuk penyimpanan alat-alat bermain dan

alat peraga pembelajaran (seperti alat-alat olah raga, tape recorder,

holaho, dan lain-lain), dan 1 ruang baca. Selain itu ada halaman yang

cukup luas untuk arena bermain dan upacara bendera.

Selain itu, PAUD Al-Wathoniyah juga dilengkapi dengan sarana

bermain anak seperti ayunan, prosotan, bola dunia jungkit-jungkit dan

APE dalam serta alat-alat bermain dan alat peraga pembelajaran yang

lain104

7. Struktur Organisasi

Struktur PAUD Al-Wathoniyah105

104 Wawancara dengan Siti Dayanah (kepala PAUD Al-Wathoniyah), 4 Agustus 2010.105 Arsip PAUD Al-Wathoniyah Tahun 2007

Pelindung PenasehatKepala

Siti Dayanah

Sekretaris ISuntari

BendaharaLisanah

Sekretaris IISridariyah

SeksiPendidikan

1. Umi Hamidah2. Muanah3. Munawaroh

SeksiUsaha

1. H. Syarifah2. Aminah

SeksiHumas

1. Jazilatul K.

SeksiSar. Pras.

1. Maghfudhotul2. Marfu’ah3. Umi A.

Page 61: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lxi

L. PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM PEMBELAJARAN DI

PAUD AL-WATHONIYAH GEMUH KENDAL.

1. Tujuan

Tujuan pelaksanaan pembelajaran dengan metode cerita adalah

untuk menjadikan materi pembelajaran di PAUD Al-Wathoniyah lebih

mudah untuk diterima oleh anak didik.

2. Materi

Dalam melaksanakan pembelajaran dengan metode cerita di

PAUD Al-Wathoniyah, pendidik di sana memilih beberapa materi. Materi-

materi tersebut berasal dari beberapa buku pegangan. Diantara buku

pegangan yang digunakan pendidik PAUD Al-Wathoniyah dalam

pembelajaran dengan metode cerita antara lain:

a. Buku cerita nabi-nabi, penerbit Purnama, Yogyakarta

b. Buku kisah 25Nabi dan Rasul, penerbit Mahardika, Bandung

c. Buku kisah Islami, penerbit Intan Pustaka, Semarang

d. Referensi pendukung, seperti majalah Ananda, artikel Republika, dan

lain sebagainya.

Diantara buku pegangan tersebut tidak ada yang paten, sehingga

pendidik PAUD Al-Wathoniyah diberikan kebebasan mencari sendiri

referensi yang dianggap relevan dengan materi yang diberikan. Diantara

materi yang diajarkan adalah:

a. Kisah Nabi dan Rasul

Kisah nabi dan Rasul disini maksudnya adalah kisah-kisah

tentang para Nabi dan para Rasul yang membawa syiar islam. Berisi

tentang keteladanan mereka. Diantaranya adalah:

1) Kisah Nabi Adam, yang berisi tentang kejadiannya sebagai

manusia pertama

Page 62: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lxii

2) Kisah Nabi Nuh, yang berisi tentang kapal raksasanya

3) Kisah Nabi sholih, yang berisi unta keluar dari batu

4) Kisah Nabi Yusuf, yang berisi tentang tragedi sumur kering

5) Kisah nabi Sulaiman yang memiliki kerajaan besar dan pasukan

hewan

6) Kisah Nabi Muhammad dengan keteguhan-keteguhannya

b. Kisah tokoh teladan

1) Kisah sahabat nabi

2) Kisah tentang Walisongo

3) Kisah pahlawan-pahlawan nasional

4) Kisah-kisah fiksi tokoh lainnya

c. Kisah teladan makhluk hidup

1) Kisah semut dan burung merpati

2) Kisah singa dan kambing

3) Kisah gajah yang malang

4) Kisah-kisah fiksi makhluk hidup lainnya

d. Kisah-kisah imajinasi lain106

3. Pelaksanaan

Dalam melaksanakan pembelajaran dengan metode cerita di

PAUD Al-Wathoniyah, pendidik di sana mengawali dengan persiapan.

Diantaranya adalah:

a. Persiapan pribadi

Pendidik di PAUD Al-Wathoniyah mempersiapkan pribadinya

untuk menjalankan aktifitasnya mendidik anak didiknya, seperti

mempersiapkan kondisi tubuh yang prima, mulai badan secara

keseluruhan dan suara. Persiapan ini tidak hanya dilakukan saat

melaksanakan pembelajaran dengan metode cerita, tetapi dilaksanakan

pada semua pembelajaran sehari-hari di PAUD Al-Wathoniyah.

b. Persiapan teknis

106 Wawancara dengan Bu Kholisoh,, pendidik PAUD Al-Wathoniyah, 5 Agustus 2010.

Page 63: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lxiii

Persiapan teknis yang dilakukan pendidik PAUD Al-

Wathoniyah diantaranya:

1) Administrasi

Administrasi yang dipersiapkan oleh pendidik PAUD Al-

Wathoniyah antara lain:

a) SKM,

b) absen kelas,

c) daftar perkembangan anak didik

Para pendidik PAUD Al-Wathoniyah melakukan program

perencanaan persiapan mengajar yang mana guru melihat jadwal

mengajar dan kurikulum yang digunakan.

Dalam pelaksanaan metode cerita terlebih dahulu pendidik

menentukan; tema yang akan diberikan kepada anak, yang

sebelumnya pendidik telah menyiapkan rencana pembelajaran

dalam satuan kegiatan harian. Kegiatan harian tersebut dimulai dari

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi. Dalam menyusun satuan

kegiatan harian maupun mingguan, pendidik di PAUD Al-

Wathoniyah Desa Poncorejo Kecamatan Gemuh Kabupaten

Kendal mengacu pada standar kompetensi dalam kurikulum 2004

departemen pendidikan nasional.

2) Alat tulis

a) Buku tulis

b) Kapur putih dan warna

c) Pensil

d) Spidol

e) Pulpen

f) Penggaris panjang

a. Tema cerita kisah Semut dan Burung Merpati

Pembelajaran dimulai ketika anak-anak sudah masuk dalam

kelas. Pendidik masuk ke dalam kelas dengan mengucapkan salam,

Page 64: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lxiv

kemudian anak-anak menjawab salam secara bersama-sama. Setelah

anak-anak dikondisikan pendidik untuk duduk di atas karpet dengan

membentuk pola setengah lingkaran kemudian pendidik duduk di kursi

yang berada di depan.

Sebelum pendidik bercerita, terlebih dahulu anak-anak disuruh

menyanyikan nyanyian ‘anak saleh’ dengan tujuan agar anak-anak bisa

duduk tenang memperhatikan pendidik bercerita. Pendidik memulai

bercerita dengan tema ‘kisah semut dan burung merpati’, kisah

tersebut mengandung pesan saling tolong menolong. Kisah semut dan

burung merpati diceritakan ke anak-anak agar mereka senang

menolong seperti cerita semut dan burung merpati yang ada dalam

cerita tersebut.

Pendidik bercerita ‘kisah semut dan burung merpati’ dengan

menggunakan media teks yang berupa buku cerita. Di dalam buku

cerita itu juga ada gambar-gambar tokoh dalam cerita yaitu semut dan

burung merpati. Ketika pendidik bercerita anak-anak mendengarkan

dengan seksama dan sesekali ada anak yang mengajukan pertanyaan

meskipun cerita belum selesai.

Ketika, terjadi hal yang demikian pendidik mengarahkan anak agar

anak mendengarkan dulu cerita sampai selesai setelah itu anak boleh

bertanya.

Kegiatan bercerita sudah selesai kemudian pendidik

mengadakan evaluasi yang berupa pertanyaan-pertanyaan post test.

Biasanya pendidik hanya memberi pertanyaan 2 saja yaitu :

1) Apa judul cerita yang diceritakan pendidik?

2) Siapakah yang menolong semut?

Dari pertanyaan tersebut hanya ada 4 anak yang menjawab.

Setelah pendidik selesai memberi pertanyaan, kemudian menerangkan

isi pesan dari cerita tersebut yaitu bahwa cerita tersebut mengajarkan

kepada anak-anak agar senang menolong.

Page 65: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lxv

Setelah kegiatan bercerita ini berakhir kemudian pendidik

mengucapkan salam sebagai akhir pembelajaran dan mempersiapkan

kembali pelajaran selanjutnya.

b. Tema Gajah yang malang

Dalam menuturkan cerita yang bertema “gajah yang malang”

ini pendidik mengambil cerita dari majalah cerita. Sebelumnya

pendidik menetapkan rancangan sebagai berikut :

Tujuan : senang menolong

Tema : Gajah yang malang

Seperti kegiatan atau pembelajaran yang akan dilakukan

terlebih dahulu pendidik mengucapkan salam dan anak-anak

menjawabnya. Untuk kegiatan bercerita kali ini pendidik mengatur

tempat duduk dengan pola seperti seminar dengan cara menggelar

karpet kemudian anak-anak duduk di atas karet dengan baris, yaitu ada

3 baris, dan pendidik duduk di atas kursi kecil di depan anak-anak

dengan membawa majalah cerita.

Seperti dalam kegiatan bercerita yang sebelumnya, setiap

pendidik akan bercerita anak disuruh menyanyikan nyanyian ‘anak

soleh’. Setelah itu pendidik bercerita sampai selesai. Di akhir bercerita

pendidik mengadakan evaluasi yang berupa pertanyaan tentang isi

cerita tersebut, lalu pendidik menuturkan isi pesan yang terkandung

dalam cerita tersebut yakni untuk saling tolong menolong, setelah

selesai pendidik mengucap salam sebagai tanda bahwa kegiatan

bercerita telah usai.

Dari dua kegiatan pembelajaran dengan metode cerita seperti

dipaparkan di atas, disimpulkan bahwa pendidik memilih dua judul

yang memiliki tema sama yaitu tolong menolong. Tema tersebut

dipilih dengan tujuan agar anak senang menolong, dari pembelajaran

ini diharapkan agar melalui cerita-cerita dengan isi pesan tolong

menolong ini anak-anak menjadi senang menolong orang lain,

Page 66: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lxvi

sehingga cerita ini dapat membantu perkembangan anak dalam segi

sosial.

Dalam cerita yang bertema Gajah yang malang anak-anak

mendengarkannya secara seksama, dan ada yang larut dalam cerita

tersebut sampai ia memeluk temannya. Ada salah satu pertanyaan dari

pendidik yang mengatakan bahwa “apakah anak-anak mau menolong

teman kalian?” dengan serentak mereka menjawab ‘mau’, dan tidak

lama kemudian terlihat ada anak yang tidak membawa penggaris lalu

ada temannya yang meminjaminya. Hal tersebut dapat diartikan bahwa

ternyata ada juga anak yang mau menolong dan tidak keberatan bila

bergantian barang dengan temannya, walaupun hanya berupa

penggaris.

Di akhir kegiatan cerita pendidik mempersilahkan anak-anak

yang ingin bertanya. Ada anak yang mau bertanya dan ada yang tidak.

Anak yang mau bertanya ialah yang berani. Di samping kegiatan

bercerita ini untuk mengajarkan rasa sosial anak, cerita juga

mengajarkan keberanian kepada anak untuk bertanya maupun

menjawab pertanyaan dari pendidik.

c. Tema cerita Umar bin Khattab

Sebelum pendidik bercerita, terlebih dahulu menetapkan

rancangan pembelajaran yang berupa menyusun atau menentukan tema

yaitu ‘Umar bin Kahttab’ dengan tujuan mengajarkan rasa tolong

menolong dan belas kasih terhadap kaum yang lemah.

Kegiatan bercerita dimulai dari pendidik mengucapkan salam

dan seperti biasa pendidik mengajak anak menyanyikan lagu ‘anak

soleh’ yang dalam kegiatan sebelumnya pendidik telah mengatur

tempat duduk anak. Pendidik menggali wawasan anak tentang sahabat

Nabi, yaitu pendidik menanyakan ‘siapa saja sahabat Nabi’, dan anak-

anak saling menyebutkan dengan suara yang gaduh. Setelah itu

pendidik mengajak anak bersikap tenang lalu mengatakan salah satu

Page 67: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lxvii

nama sahabat Nabi yaitu khalifah ‘Umar bin Khattab’ sambil

menyuruh anak-anak agar tenang.

Setelah anak-anak tenang pendidik mulai bercerita tentang

Umar bin Khattab dengan media teks yaitu buku cerita yang di

dalamnya ada gambar-gambar orang berbusana muslim. Pendidik

menceritakan bagaimana Umar memperhatikan dan menolong atau

membantu rakyatnya yang miskin sampai-sampai tidak bisa

memberikan makanan kepada anaknya.

Anak-anak mendengarkan cerita sambil bersila di atas karpet.

Di tengah kegiatan bercerita ini ada anak yang tidak memperhatikan

dan saat pendidik mengetahuinya, pendidik-pun memanggil namanya

sehingga sang anak mulai mendengarkan lagi. Di dalam kegiatan

cerita tersebut pendidik mampu membuat atau menimbulkan suasana

emosional pada anak didik dengan memperlihatkan gambar rakyat /

ibu yang miskin yang tidak mampu memberi makan anaknya. Perasaan

emosional anak diungkapkan dengan celetukan yang dengan spontan

anak bilang ‘kasihan ya, lalu bagaimana bu?’ kata-kata tersebut

menunjukkan bahwa pendidik mampu membangkitkan rasa emosional

anak sehingga anak merasa kasihan terhadap orang yang miskin dalam

cerita tersebut.

Selesai bercerita pendidik lalu memberikan pesan-pesan yang

terkandung dalam cerita tersebut yaitu apabila kita kaya atau mampu,

kita harus membantu saudara atau teman yang tidak mampu. Setelah

itu barulah pendidik membuka pertanyaan dan ada juga anak yang

bertanya. Setelah anak bertanya dan dijawab oleh pendidik, kemudian

pendidik berganti bertanya pada anak yaitu tentang ‘apa judul cerita

tadi’ anak menjawab tetapi dengan dibantu pendidik dengan menyebut

nama Umar. Selesai mengevaluasi kegiatan bercerita, pendidik

menutup kegiatan tersebut dengan salam.

Dari contoh-contoh cerita di atas, yang disampaikan pendidik

PAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal merupakan salah satu metode yang

Page 68: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lxviii

digunakan untuk membantu perkembangan sosial dan emosional anak.

Dengan cerita-cerita tersebut anak diharapkan dapat bersosialisasi dan

tumbuh berkembang dengan baik mempunyai akhlak yang baik serta dapat

menjalin hubungan sosial dengan teman sebaya ataupun dengan orang

yang lebih tua.

Dalam pembelajaran tentang penanaman nilai-nilai keagamaan

metode ini digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan moral, akhlak

ataupun sosial, menyampaikan nilai-nilai tersebut melalui cerita biasanya

akan lebih didengarkan daripada nasehat murni.

Penyampaian materi keagamaan dengan menggunakan metode

cerita dapat berupa materi tentang akhlak yang biasanya dicontohkan dari

cerita-cerita islami atau cerita para Nabi dan sahabat-sahabat Rasulullah

SAW. 107

4. Media

Media yang digunakan oleh pendidik PAUD Al-Wathoniyah

beragam, disesuaikan dengan cerita yang dibawakan. Antara lain:

a. Gambar

Gambar-gambar menjadi media yang dominan, seperti gambar

unta, saat pendidik menjelaskan materi “kisah nabi sholeh dan

kaumnya”, gambar keindahan suasana surga, saat pendidik

menjelaskan materi “kisah nabi adam”. Penggunaan media ini

dikuatkan oleh mudahnya pendidik dalam mendapatkannya, serta

mudah untuk menjalankannya.

b. Sentra balok,

Sentra balok digunakan dalam menyampaikan materi. Fungsi

media ini sebagai pendamping atas media gambar. Seperti pada materi

candi Borobudur.

c. Boneka.

Media boneka digunakan sebagai penyeringai atas media gambar.

Jumlahnya pun relatif sedikit. Media ini digunakan seperti pada

107 Hasil Observasi tanggal 5 Agustus 2010

Page 69: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lxix

penyampaian cerita unta nabi Dawud dan lain sebagainya. Media ini

dirasakan agak sulit untuk mendapatkannya. Disamping itu harganya

yang tidak murah juga menjadi faktor enggannya pendidik disana

untuk menjadikannya sebagai media.

5. Evaluasi

Setelah tahap persiapan hingga pelaksanaan metode cerita PAUD Al-

Wathoniyah dilalui, pendidik di PAUD Al-Wathoniyah mengadakan

evaluasi. Bentuk evaluasi yang dilakukan antara lain

a. Mencatat rekam proses tiap-tiap pelaksanaan pembelajaran dengan

metode cerita, yang berisi:

1) Waktu pelaksanaan

2) Materi yang diberikan

3) Jumlah anak didik yang mengikuti

4) Tahapan pelaksanaan (apersepsi cerita, materi cerita)

5) Keadaan anak didik saat mendengarkan cerita, yang meliputi:

a) Antusiasme anak didik sebelum pelaksanaan cerita

b) Antusiasme anak didik saat mengikuti cerita

c) Tes sederhana pada mereka atas pemahaman materi cerita,

dengan cara memberi stimulus anak didik untuk mengulang kata-

kata yang disampaikan pendidik

d) Antusiasme anak didik setelah mengikuti cerita

b. Musyawarah bersama masing-masing pendidik atas pelaksanaan

pembelajaran dengan metode cerita di kelas yang pernah dimasukinya.

Masing-masing saling bertukar pengalaman dan mencari solusi jika ada

permasalahan pada pelaksanaan pembelajaran dengan metode cerita di

kelas masing-masing. Musyawarah ini dilakukan secara insidentil dan

tidak terjadwal. 108

6. Faktor Penunjang dan Penghambat

108 Wawancara dengan Ibu Kholisoh, pendidik PAUD Al-Wathoniyah, 6 Agustus 2010.

Page 70: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lxx

Penerapan metode cerita di PAUD Al-Wathoniyah Gemuh

Kendal ini memiliki beberapa factor penunjang, namun juga banyak

keterbatasan-keterbatasan dan hambatan yang menjadikan kegiatan

tersebut berjalan kurang lancar.

Diantara faktor-faktor penunjangnya antara lain:

a. Pendidik

Pendidik PAUD Al-Wathoniyah masing-masing telah memiliki

pengalaman, karena masing-masing telah lama berkecimpung di dunia

anak-anak, sebagian juga telah mempelajari ilmu pendidikan di bangku

perkuliahan.

b. Lingkungan

Para anak didik PAUD Al-Wathoniyah berasal dari lingkungan

masyarakat yang religius dan telah diberi stimulus dari keluarga

masing-masing akan perlunya pengetahuan bagi mereka. Dengan

demikian antusiasme mengikuti cerita juga tinggi.

c. Sumber belajar

Pendidik mudah mendapatkan sumber belajar, yakni buku-

buku yang berisi materi cerita. Mereka dapat mendapatkannya dari

penjual-penjual kaki lima sekalipun, dari majalah bekas, dan lain

sebagainya.

Diantara faktor-faktor penghambatnya antara lain:

a) Hambatan Waktu

Waktu menjadi suatu hambatan bagi pendidik dalam

menyampaikan cerita, karena waktu untuk bercerita kadang mengalami

pergeseran. Yakni ketika waktu bermain anak yang cukup banyak,

sehingga ketika anak sudah masuk kelas kegiatan bermain masih

dilakukan.

b) Hambatan Pengelolaan Kelas

Page 71: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lxxi

Dalam pengelolaan kelas terkadang pendidik masih mengalamikesulitan, sehingga pendidik mengatur tempat duduk anak, agar anakdapat dikondisikan dengan tenang untuk siap mendengarkan cerita.

c) Hambatan Evaluasi

Setiap evaluasi dilakukan setiap akhir kegiatan cerita,hambatan yang dialami pendidik yaitu anak-anak yang duduk di depansaja yang sering menjawab pertanyaan pendidik.

d) Hambatan Alat untuk Bercerita

Untuk alat yang digunakan dalam kegiatan bercerita pendidikPAUD Al-Wathoniyah hanya menggunakan buku-buku cerita ataumajalah cerita dan bercerita dengan lisan. Sedangkan alat-alat berceritaseperti audio dan audio visual belum digunakan karena terbenturkendala administrasi berupa dana.109

Dari beberapa faktor yakni penunjang dan penghambat padapelaksanaan pembelajaran di PAUD Al-Wathoniyah tersebut masihada beberapa faktor lain, namun tidak begitu signifikan. Namunpendidik di sana tetap berkomitmen untuk melaksanakan dengansungguh-sungguh pembelajaran anak didik, khususnya dengan metodecerita dan umumnya dengan metode-metode lainnya.

109 Wawancara dengan Ibu Kholisoh, pendidik PAUD Al-Wathoniyah, 6 Agustus 2010.

Page 72: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lxxii

BAB IV

ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE CERITA

DALAM PEMBELAJARAN

DI PAUD AL-WATHONIYAH GEMUH KENDAL

A. Pelaksanaan Metode Cerita Dalam Pembelajaran di PAUD Al-

Wathoniyah Gemuh Kendal Tahun Pelajaran 2009/2010.

1. Persiapan

Dalam melaksanakan pembelajaran dengan metode cerita di PAUD

Al-Wathoniyah, pendidik di sana melakukan beberapa persiapan.

Diantaranya persiapan pribadi dan persiapan teknis. Hal ini penting,

karena tanpa persiapan, pembelajaran dengan metode cerita ataupun

metode-metode lainnya tidak dapat berjalan sesuai dengan yang

diinginkan.

Persiapan teknis yang dilakukan pendidik PAUD Al-Wathoniyah

seperti keadministrasian (administrasi program tahunan, program

semester, satuan kurikulum mingguan, satuan kurikulum harian, absen

kelas, daftar perkembangan anak didik) merupakan keharusan jika

dihadapkan pada target pencapaian tujuan pembelajaran dengan metode

cerita ini. Apa jadinya jika pelaksanaan pembelajaran dengan metode

cerita ini tak ada perencanaan seperti SKM (Satuan Kurikulum Mingguan)

dan sebagainya, semuanya akan kacau balau.

Tampaknya pemberian cerita tidak secara eksplisit tertuang pada

SKM di PAUD Al-Wathoniyah. Namun pada kenyataannya, cerita yang

disampaikan pada anak didik disana sudah didasarkan pada SKM yang

ada. SKM pada anak didik PAUD, paling tidak harus memenuhi beberapa

kompetensi dasar, diantaranya pengembangan linguistik, pengembangan

logical matematik, pengembangan interpersonal, pengembangan

intrapersonal, pengembangan spasial, pengembangan naturalitas,

pengembangan musikal, pengembangan body kinestetik serta

pengembangan spiritual intelegensi.

Page 73: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lxxiii

Bagaimanapun juga, peranan persiapan khususnya dalam

administrasi adalah hal mutlak yang diperlukan dalam rangka stabilitas

dan efektifitas pembelajaran. Dengan adanya persiapan administrasi,

rangkaian pembelajaran selanjutnya besar kemungkinannya berjalan

mulus, paling tidak dilaksanakan sesuai koridor. Sebaik apapun materi

pembelajaran, ataupun setinggi-tingginya pengalaman seorang pendidik,

jika tanpa persiapan yang matang maka rangkaian pembelajaran menjadi

tidak stabil dan efektif.

Kaitannya dengan persiapan berupa buku pegangan, pendidik

disana memilih buku pegangan yang seperti Buku cerita nabi, buku kisah

Islami, dan Referensi pendukung, seperti yang terdapat di berbagai

majalah. Hal ini bagus, karena tanpa adanya buku pegangan, metode cerita

pun tidak dapat dilaksanakan dengan bagus. Buku pegangan akan menjadi

bantuan berupa rujukan mereka untuk menyampaikan cerita pada anak

didiknya. Namun pendidik juga harus kreatif dalam mengelaborasi

kemampuannya, jika memang telah banyak buku pegangan yang bisa

didapatkan, maka ia harus lebih selektif dalam memilih buku mana yang

dipersiapkan untuk pembelajaran.

Pentingnya persiapan berupa buku pegangan sama halnya dengan

alat tulis, dimana para guru dapat mengekspresikan inspirasi

pembelajarannya dengan alat tulis tersebut. Para pendidik di PAUD Al-

Wathoniyah telah mencukupinya dengan membawa buku tulis, kapur putih

dan warna, pensil, spidol, pulpen dan penggaris panjang.

Alat peraga juga merupakan hal yang penting. Dan ini pun telah

dipersiapkan oleh para pendidik di PAUD Al-Wathoniyah. Bagaimanapun

juga peraga harus digunakan dalam metode cerita. Alat peraga yang

digunakan oleh pendidik PAUD Al-Wathoniyah seperti gambar, sentra

balok, boneka sudah cukup bagus. Meski perlu pengembangan lagi baik

ragam maupun kualitasnya.

Secara umum persiapan yang dilakukan para pendidik PAUD Al-

Wathoniyah sudah cukup bagus dan sesuai dengan teori yang ada.

Page 74: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lxxiv

2. Materi dan penyampaian

a. Materi

Berdasarkan data dalam Bab terdahulu, pelaksanaan

pembelajaran dengan metode cerita di PAUD Al-Wathoniyah

digunakan dalam beberapa materi. Diantaranya kisah-kisah tentang

para Nabi dan para Rasul yang membawa syiar islam. Berisi tentang

keteladanan mereka, kisah tokoh teladan dan kisah teladan makhluk

hidup.

Materi-materi tersebut dituangkan ke dalam beberapa judul,

seperti:

1) Kisah Semut dan Burung

Materi ini berisi kisah dua ekor binatang, yakni semut dan

burung. Keduanya memiliki etos tinggi dalam tolong menolong.

Kekuatan tolong menolong mereka mengantarkan keduanya

menjadi sahabat yang selalu seiring sejalan dalam berbagai

keadaan. Materi ini sangat singkat, namun sudah sangat efektif dan

mendalam materinya jika diberikan untuk anak usia dini.

2) Gajah Yang Malang

Materi ini berisi kisah seekor gajah yang menjadi

mengalami kecelakaan kecil, yakni jatuh terperosok di lobang.

Kemudian ada gajah lainnya yang berusaha menolong. Sehingga

gajah tersebut dapat kembali bangkit. Materi ini juga sangat

singkat, namun sudah sangat efektif dan mendalam materinya jika

diberikan untuk anak usia dini.

3) Umar bin Khattab

Materi ini berisi kepahlawanan tokoh Umar bin Khattab.

Seperti halnya materi-materi sebelumnya, Materi ini sangat

singkat, namun sudah sangat efektif dan mendalam materinya jika

diberikan untuk anak usia dini.

Page 75: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lxxv

Beberapa materi cerita tersebut sudah mencakup beberapa

kriteria kelompok cerita sebagaimana yang dikemukakan oleh Anti

Aarne dan Stiih Thomas, yakni Cerita binatang, Cerita biasa, Lelucon

atau Anekdot, Cerita berumus.

Pada PAUD, pendidik harus pandai mengonsep dan

menyampaikan tema yang ideal dan mendasar untuk anak usia dini

yang runtut dan berkaitan, yang berkisar pada komunikasi bahasa,

membaca, berhitung, menulis dan menggambar, mengingat orang,

benda hewan atau tumbuhan, akhlak dan ibadah. Masing-masing harus

dikorelasikan secara sinergis.

Materi-materi yang diberikan di PAUD Al-Wathoniyah

tersebut sudah cukup baik, untuk kriteria anak usia dini. Karena secara

mental, anak usia tersebut masih menyukai cerita-cerita yang bersifat

dongeng fabel seperti Ketela Ajaib Kisah Semut dan Burung, Kancil

dan Buaya sebagaimana yang diberikan di PAUD Al Wathoniyah,

sebagaimana yang dikemukakan oleh Kak Bimo, (seorang tokoh

pembawa cerita nasional). Selain itu sebenarnya fabel, anak usia dini

sebenarnya juga menyukai cerita horor, tapi untuk pembelajaran di

PAUD Al Wathoniyah tampaknya kurang tepat, karena cenderung

akan mengisi ilusi yang kurang berguna bagi perkembangan jiwa anak

didik disana.

Secara fisik, anak usia PAUD biasanya sudah dapat berjalan,

menggerakkan otot-ototnya, mulai memiliki kepekaan rasa dan

membantunya memilih lingkungan yang terbatas pada sekelilingnya.

Oleh karena itu , cerita-cerita yang sesuai baginya adalah cerita yang

tokoh-tokohnya dikarang dari binatang dan tumbuhan, dan peristiwa

tentang keduanya. Atau tokoh-tokoh manusia, seperti ayah, ibu, dan

anak seusianya. Tokoh-tokoh itu hendaknya mudah ditangkap oleh

anak, dan semuanya sudah tercakup pada materi di PAUD Al-

Wathoniyah.

Page 76: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lxxvi

Disamping itu, sebagai PAUD yang tumbuh dan bervisi islami,

materi-materi PAUD Al-Wathoniyah sudah memenuhi kualifikasi

materi yang islami. Karena anak didik PAUD Al-Wathoniyah adalah

cikal bakal generasi muda muslim, anak usia dini harus diberikan

muatan-muatan agama, dengan menggunakan paradigma Al Qur’an

dan hadits Nabi Saw., sehingga dikenal istilah “kisah Qur’ani dan

kisah Nabawi”. Kedua sumber tersebut memiliki substansi cerita yang

valid tanpa diragukan lagi kebenarannya. Dalam pendidikan Islam,

dampak edukatif cerita sulit digantikan oleh bentuk-bentuk bahasa

lainnya. Di mana, cerita atau kisah al-Qur'an dan Nabawi atau cerita-

cerita islami yang lain dapat membiaskan dampak psikologis dan

edukatif yang baik, konstan, dan cenderung mendalam sampai

kapanpun.

Memang idealnya untuk anak didik PAUD, tema cerita-cerita

yang ada disana sudah cukup dalam dan jauh materinya. Disinilah

perlunya pendidik menyeleksi materi-materi agar tidak terlalu berat

untuk diterima anak usia dini.110 Dalam cerita-cerita islami misalnya,

yang mana masuk pada tema akhlak dan ibadah. Tema ini sebenarnya

diarahkan untuk anak usia dini pada bentuk cara berkomunikasi yang

baik terhadap orangtua, guru dan teman mereka. Kemudian pada cara

berbakti pada orangtua, menghormati pada yang lebih tua, menolong

sesama, menahan diri dan lain sebagainya. Sedangkan untuk tema

ibadah, diarahkan pada kewajiban menjalankan rutinitas ibadah yang

pokok seperti shalat, ibadah tambahan seperti berdoa sebelum makan

dan bepergian, mengaji dan seterusnya.

110 Beratnya materi akan berimbas negatif pada anak. Fenomena akhir-akhir ini, yaknipara masyarakat cenderung mengalami “kecemasan masa depan” yang terlampau besar,kecemasan semacam ini dirasakan di kalangan tertentu dalam masyarakat kota besar, bahkansudah merambah ke desa dan berbagai kalangan, disusul oleh adanya usaha untukmemperkenalkan berbagai belajar usia dini yang dipercepat (instant). Memang fenomena ini baik,paling tidak kesadaran masyarakat kita mimiliki peningkatan kesadaran akan pendidikan. Namun,dibalik itu, terdapat hal-hal yang memprihatinkan, dimana sering kali pendidikan yang diberikanterlalu sarat dengan hal-hal yang bersifat akademisi dengan materi-materi yang berat secara isi. Inisangat kurang bagus, karena tidak mem-perhatikan daya kembang anak.

Page 77: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lxxvii

Secara umum, materi-materi diatas sudah memenuhi syarat

materi sebagaimana dikonsepkan Tim Pengembang, Kerangka Dasar

Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, yakni sudah mencakup 6

aspek, yakni Pengenalan diri sendiri (Perkembangan konsep diri),

Pengenalan perasaan (Perkembangan emosi), Pengenalan tentang

Orang lain (Perkembangan Sosial), Pengenalan berbagai gerak

(perkembangan Fisik), Mengembangkan komunikasi (Perkembangan

bahasa) dan Ketrampilan berfikir (Perkembangan kognitif).

Semua materi ini, sudah mengakomodir SKM yang telah

dipersiapkan pendidik disana. Dengan tidak melencengnya materi dari

SKM, menjadikan bukti bahwa materi-materi yang dipilih oleh

pendidik sudah bagus. Karena bagaimanapun juga, materi

pembelajaran di PAUD khususnya dan pada pembelajaran tingkat di

atasnya, harus berpegang pada perencanaan sebelumnya, baik yang

tertuang dalam silabus, prota, promes, SKM maupun RPP.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa materi-materi

yang digunakan di PAUD Al-Wathoniyah sudah baik dan sesuai

dengan teori yang ada.

b. Penyampaian

Setelah terkonsep dalam persiapan, materi-materi tersebut

disampaikan dengan seksama oleh tenaga pendidik PAUD Al-

Wathoniyah. Berbagai tahapan mulai dari apersepsi, penyampaian

hingga evaluasi telah diupayakan oleh pendidik. Variasi model

penyampaian metode cerita telah diupayakan oleh para pendidik

disana. Tergantung pada materi cerita dan situasi serta kondisi anak.

Misalnya dalam penyampaian metode cerita pada tema cerita

kisah Semut dan Burung, anak didik diupayakan seksama dalam

mengikuti serta dibiasakan interaktif dengan pendidik. Dimulai saat

penguasaan kelas oleh pendidik. Pembelajaran dimulai ketika anak-

anak sudah masuk dalam kelas. Pendidik masuk ke dalam kelas

dengan mengucapkan salam, kemudian anak-anak menjawab salam

Page 78: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lxxviii

secara bersama-sama. Setelah anak-anak dikondisikan pendidik untuk

duduk di atas karpet dengan membentuk pola setengah lingkaran

kemudian pendidik duduk di kursi yang berada di depan.

Setting lain yang disesuaikan oleh pendidik adalah pada saat

tema Gajah yang malang Untuk kegiatan bercerita kali ini pendidik

mengatur tempat duduk dengan pola seperti seminar dengan cara

menggelar karpet kemudian anak-anak duduk di atas karet dengan

baris, yaitu ada 3 baris, dan pendidik duduk di atas kursi kecil di depan

anak-anak dengan membawa majalah cerita.

Langkah ini sangat penting dalam rangka mengoptimalkan

penguasaan kelas oleh pendidik dalam menyampaikan cerita hingga

akhir. Sebagaimana menurut Denok Wijayanti, menurutnya

Pengaturan tempat dan suasana, cerita dapat disampaikan dengan

duduk mengelilingi meja, di atas lantai/tikar, atau berkerumun di dekat

api unggun, yang penting pastikan bahwa pendengar merasa nyaman

sebelum cerita dimulai dan bahwa setiap pendengar memiliki

pandangan yang jelas (tidak terhalang) pada pencerita yang akan

menyampaikan cerita.

Hal lain yang menjadi nilai plus adalah, bahwa pendidik PAUD

Al-Wathoniyah juga menggunakan teknik pre tes dalam

menyampaikan cerita. Ini digunakan untuk meneliti sejauh mana

imajinasi dan antusiasme anak didik serta membuka cerita, Karena

membuka cerita merupakan saat yang sangat menentukan. Dan sangat

berperan, karena daya imajinasi anak didik dapat berjalan optimal

setelah adanya stimulus ini. Teknik membuka cerita yang diupayakan

pendidik PAUD Al-Wathoniyah juga telah sesuai dengan teori-teori

yang ada.

Banyak ragam teknik membuka cerita, diantaranya dapat

dilakukan dengan pernyataan kesiapan:

1) Anak-anak, hari ini, Ibu telah siapkan sebuah cerita yang sangat

menarik dan seterusnya.,

Page 79: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lxxix

2) Pernahkah kalian mendengar, kisah tentang seorang anak yang

terjebak di tengah banjir?, kemudian terdampar di tepi

pantai .

3) wah hari ini ibu takjub sekali! Ibu baru dengar ada gajah

berkepala 2! Kira-kira bagaimana ya ceritanya?

Pengkondisian anak didik sebagaimana dilakukan pada

pembelajaran dengan metode cerita di PAUD Al-Wathoniyah sangat

diperlukan, dengan ini anak akan menjadi tertib. Karena tertib

merupakan prasyarat tercapainya tujuan bercerita. Suasana tertib harus

diciptakan sebelum dan selama anak-anak mendengarkan cerita. Dapat

menggunakan salah satu diantara cara-cara sebagai berikut:

1) Aneka tepuk

2) Simulasi kunci mulut

3) ”Lomba duduk tenang”

4) Tata tertib cerita

5) Ikrar

6) Siapkan hadiah

Antusiasme anak yang tampak pada pelaksanaan pembelajaran

dengan metode cerita di PAUD Al-Wathoniyah menunjukkan bahwa

dalam pelaksanaannya, pendidik telah menerapkan metode cerita

sesuai teori yang ada. Ketika pendidik bercerita anak-anak

mendengarkan dengan seksama dan sesekali ada anak yang

mengajukan pertanyaan meskipun cerita belum selesai. Hal ini

menunjukkan keseriusan anak dalam menyimak dan mengikuti cerita

dengan baik..

Kompleksitas materi dan kesiapan pengkondisian saat

menyampaikan cerita tersebut menunjukkan bahwa pendidik di PAUD

Al Wathoniyah sudah mengarah pada tujuan sebuah lembaga PAUD,

yakni agar anak dapat mengembangkan segala daya guna dan

kreatifitasnya sesuai dengan karakteristik perkembangannya serta

Page 80: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lxxx

membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik fisik

maupun psikis.

Pemberian kesimpulan yang merupakan inti materi juga telah

dilaksanakan pendidik. Kesimpulan yang diberikan pendidik juga

tepat, mungkin pendidik disana telah mempersiapkan dengan matang

sebelum pelaksanaan cerita.

Secara umum, materi dan penyampaiannya sudah bagus dan

sesuai dengan teori yang ada.

3. Alat Peraga

Agar proses pembelajaran bercerita di PAUD dapat berjalan

dengan baik maka dalam pembelajaran bercerita guru harus menggunakan

media penyajian pembelajaran bercerita yang variatif serta sesuai dengan

pembelajaran yang dilakukan. Alat peraga yang digunakan untuk anak usia

dini sepatutnya harus tidak sama dengan untuk anak usia di atasnya.

Meskipun ada kemungkinan penggunaan alat peraga dengan karakter dan

tipe yang sama dapat juga dilakukan untuk anak usia di atasnya (usia

sekolah).

Alat peraga haruslah memiliki penampilan menarik dan mudah

dikenal dan diingat dengan baik oleh anak didik. Ketertarikan anak pada

alat peraga menjadi salah satu nilai positif yang dapat dimanfaatkan

sebagai wahana pembelajaran yang efektif dan efisien khususnya dengan

metode cerita.

Dari data yang tersaji pada Bab III, tampak bahwa pendidik di

PAUD Al-Wathoniyah sudah mempersiapkan dengan matang, seperti

gambar, sentra balok, boneka. Alat peraga yang dipilih tersebut sudah

bagus, meskipun sederhana dan kelihatan remeh. Karena anak didik

PAUD, sebenarnya memiliki daya pikir yang masih sederhana pula, dan

cenderung simple (singkat). Maka sering kali, alat peraga sederhanapun.

Yang pertama kali mereka lihat, mereka dapat langsung memahaminya.

Meskipun demikian, pendidik harus mengembangkan alat-alat

peraga tersebut. Alat-alat peraga tersebut kategori alat peraga tak

Page 81: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lxxxi

langsung, pendidik dapat menggunakan variasi berupa alat peraga

langsung, seperti membawa binatang burung dan semut, pada saat

pendidik membawakan cerita dengan materi Kisah Semut dan Burung. Hal

ini akan membantu anak didik lebih memahami isi cerita, karena mereka

lebih tertarik dengan contoh langsung.

Pada pelaksanannya sudah dipergunakan dengan baik dan optimal.

Akan tetapi perlu ditambah secara kualitas dan kuantitas. Kualitas disini

diartikan bahwa alat peraga yang digunakan dibuat dari bahan yang tahan

lama dan bagus, seperti gambar-gambar yang ada. Selama ini di pendidik

PAUD Al-Wathoniyah menggunakannya hanya dari kertas-kertas,

mungkin lebih baik jika menggunakan bahan dari perpaduan fiber, plastik

bahkan triplek. Kuantitas disini diartikan bahwa jumlah gambar yang ada

belum banyak, perlu ditambah dari sebelumnya yang hanya satu atau dua

gambar menjadi lima gambar bahkan lebih.

Dengan demikian secara umum dapat disimpulkan bahwa alat

peraga yang digunakan pendidik PAUD Al-Wathoniyah belum sesuai teori

yang ada.

4. Evaluasi

Bentuk evaluasi disini diartikan 2 hal, yakni evaluasi cerita itu

sendiri, dan evaluasi rangkaian proses bercerita.

Untuk evaluasi cerita itu sendiri yang dilakukan pendidik dalam

pelaksanaan metode cerita PAUD Al-Wathoniyah seperti Selesai bercerita

pendidik lalu memberikan pesan-pesan yang terkandung dalam cerita

tersebut yaitu apabila kita kaya atau mampu, kita harus membantu saudara

atau teman yang tidak mampu. Setelah itu barulah pendidik membuka

pertanyaan dan ada juga anak yang bertanya. Setelah anak bertanya dan

dijawab oleh pendidik, kemudian pendidik berganti bertanya pada anak

yaitu tentang ‘apa judul cerita tadi’ anak menjawab tetapi dengan dibantu

pendidik dengan menyebut nama Umar. Selesai mengevaluasi kegiatan

bercerita, pendidik menutup kegiatan tersebut dengan salam.

Page 82: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lxxxii

Teknik ini sudah bagus, paling tidak anak diajak untuk mengarah

inti materi cerita yang disampaikan, hingga akan berbekas pada memori

dan imajinasinya. Namun pendidik PAUD Al-Wathoniyah juga perlu

mencoba beberapa skenario menutup cerita dan evaluasi lainnya,

diantaranya:

a. Tanya jawab seputar nama tokoh dan perbuatan mereka yang harusdicontoh maupun ditinggalkan.

b. Doa khusus memohon terhindar dari memiliki kebiasaan buruk sepertitokoh yang jahat, dan agar diberi kemampuan untuk dapat menirukebaikan tokoh yang baik.

c. Janji untuk berubah; Menyatakan ikrar untuk berubah menjadi lebihbaik, contoh “Mulai hari ini, Aku tak akan malas lagi, aku anak rajindan taat kepada guru!”

d. Nyanyian yang selaras dengan tema, baik berasal dari lagu nasional,popular maupun tradisional

e. Menggambar salah satu adegan dalam cerita. Setelah selesaimendengar cerita, teknik ini sangat baik untuk mengukur daya tangkapdan imajinasi anak.

Sedangkan evaluasi rangkaian proses bercerita diwujudkan dengan

mencatat rekam proses tiap-tiap pelaksanaan pembelajaran dengan metode

cerita, yang berisi: waktu pelaksanaan, materi yang diberikan, jumlah anak

didik yang mengikuti, tahapan pelaksanaan (apersepsi cerita, materi cerita)

dan keadaan anak didik saat mendengarkan cerita juga cukup bagus.

Dengan ini pendidik disana dapat mengetahui tingkat efektifitas metode

cerita yang telah mereka berikan dalam pembelajaran di PAUD Al-

Wathoniyah. Langkah bagus ini perlu dikembangkan oleh para pendidik.

Dan yang menggembirakan lagi adalah adanya musyawarah bersama

masing-masing pendidik atas pelaksanaan pembelajaran dengan metode

cerita di kelas yang pernah dimasukinya. Masing-masing saling bertukar

pengalaman dan mencari solusi jika ada permasalahan pada pelaksanaan

pembelajaran dengan metode cerita di kelas masing-masing. Pola saling

tular pengalaman ini sangat bagus untuk mengetahui dan menghasilkan

teknik yang tepat dalam menyampaikan cerita pada anak didik yang

mempunyai heterogenitas dari masing-masing individu anak didik.

Page 83: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lxxxiii

Dengan demikian, berdasarkan data yang tersaji pada BAB III,

dapat penulis simpulkan bahwa pelaksanaan metode cerita dalam

pembelajaran di Paud Al-Wathoniyah, meskipun masih perlu pembenahan

dan pengupayaan lebih baik pada beberapa hal, namun secara umum sudah

baik dan sesuai dengan teori-teori yang ada.

B. Faktor penunjang dan penghambat Pelaksanaan metode cerita dalam

pembelajaran di PAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal tahun pelajaran

2009/2010.

1. Faktor-faktor penunjangnya antara lain:

a. Pendidik

Dalam proses belajar mengajar, peran pendidik sangat penting.

Karena bagaimanapun juga, subyek pengatur rangkaian proses belajar

mengajar adalah pendidik. Demikian juga dalam pelaksanaan metode

cerita dalam pembelajaran di PAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal.

Sebagaimana data yang ada, PAUD Al-Wathoniyah memiliki 4

(empat) tenaga pendidik. Masing-masing memiliki latar belakang dan

tingkat pendidikan yang berbeda. Dirunut dari latar belakang

pendidikan masing, terdapat variasi tingkat, namun tidak terlalu

signifikan. Dua diantaranya adalah lulusan Madrasah Aliyah namun

sudah melanjutkan pendidikannya ke jenjang S1 dan dalam proses

penyelesaian, sedangkan dua lagi sudah lulus S1.

Hal ini sesuai dengan Kualifikasi Akademik Guru

PAUD/TK/RA sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007

Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru adalah

bahwa Guru pada PAUD/TK/RA harus memiliki kualifikasi akademik

pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam

bidang pendidikan anak usia dini atau psikologi yang diperoleh dari

program studi yang terakreditasi.

Page 84: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lxxxiv

Selain secara tingkatan pendidikan yang sudah memenuhi

syarat, masing-masing juga aktif di lembaga-lembaga sosial maupun

keagamaan di lingkungannya, jadi untuk mendidik anak didik di

PAUD Al Watoniyah yang notabene bercirikan agamis khususnya

dalam menggunakan metode cerita sudah sesuai.

Bagaimanapun juga, untuk anak usia dini khususnya, seorang

pendidik dituntut untuk memiliki mental seorang pemimpin dan

memiliki semangat hidup yang tinggi. Ia menjadi contoh dan suri

tauladan bagi para anak didiknya, maka ia harus memiliki rasa percaya

diri yang besar untuk tampil, berbicara dan berekspresi di depan

publik, khususnya anak didiknya sendiri. Disamping itu, haruslah

memiliki semangat mendidik dan menyebarluaskan ilmunya tanpa

pamrih.

b. Lingkungan

Peran lingkungan sangat urgen dalam pengelolaan lembaga

pendidikan, khususnya lembaga pendidikan PAUD. Tidak dapat

dibayangkan betapa gagalnya dan susahnya sebuah lembaga

pendidikan tanpa dukungan lingkungan. Maka beruntunglah bagi

lembaga pendidikan yang dapat menjalin hubungan harmonis dengan

lingkungannya, yang akhirnya berimbas pada terjadinya sinergitas

secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka mencerdaskan

anak didik. Inilah yang harus dimengerti dan disadari oleh pengelola

dan pendidik PAUD Al Alwatoniyah.

Para anak didik PAUD Al-Wathoniyah berasal dari lingkungan

masyarakat yang relijius dan telah diberi stimulus dari keluarga

masing-masing akan perlunya pengetahuan bagi mereka. Dengan

demikian antusiasme mengikuti cerita dan materi-materi dengan

variasi model pembelajaran lain juga menjadi tinggi.

Lingkungan yang mendukung ini, harus disadari oleh pendidik

PAUD Al Wathoniyah, utamanya kepala PAUD selaku manajer utama,

semua stake holder perlu diajak duduk satu meja, agar memiliki punya

Page 85: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lxxxv

visi yang sama untuk mengkondisikan langgengnya dukungan

lingkungan ini. Stake holder yang terlibat yakni pendidik sendiri, tokoh

masyarakat dan anggota masyarakat.

c. Sumber belajar

Pendidik mudah mendapatkan sumber belajar, yakni buku-buku

yang berisi materi cerita. Mereka dapat mendapatkannya dari toko

buku, majalah dan LKS yang ada.

Setelah ditunjang dengan sumber belajar yang mudah didapat

ini, pelaksanaan pembelajaran dengan metode cerita di PAUD Al-

Wathoniyah seharusnya lebih optimal lagi. Mengingat sumber belajar

sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran. Sering dijumpai

pembelajaran di beberapa lembaga pendidikan yang minim sumber

belajar, hal ini akan menjadikan pembelajaran dalam lembaga tersebut

terseok-seok.

Langkah selanjutnya yang dapat ditempuh oleh pendidik dan

kepala PAUD adalah mengupayakan program koleksi buku dan

sumber belajar penunjang lainnya, disatukan dalam satu bendel atau

paling tidak dibuatkan tempat khusus untuk sumber-sumber belajar

tersebut. Usaha tersebut dapat menjadikan sumber-sumber belajar

tersebut rapi dan tidak tercecer, sehingga nantinya masing-masing

pendidik secara bergantian dapat leluasa mengkombinasikan sumber

belajar tersebut.

2. Diantara faktor-faktor penghambatnya antara lain:

a. Hambatan Waktu

Waktu menjadi suatu hambatan bagi pendidik dalam

menyampaikan cerita, karena waktu untuk bercerita kadang mengalami

pergeseran. Yakni ketika waktu bermain anak yang cukup banyak,

sehingga ketika anak sudah masuk kelas kegiatan bermain masih

dilakukan.

Page 86: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lxxxvi

Perlu diadakan pembatasan dan pembagian waktu secara

proporsional. Artinya pembelajaran dengan metode cerita dapat

diperpanjang waktunya, tidak disamakan jatah waktu dengan

pembelajaran yang menggunakan metode selain metode cerita.

Perbedaan pembagian waktu pembelajaran ini tidak masalah, karena

masing-masing tingkat kebutuhan pada pembelajaran berbeda-beda.

Disinilah peran kepala PAUD Al-Wathoniyah sebagai sentral

policy maker dibutuhkan. Ia harus bertindak taktis agar hal-hal teknis

seperti pembagian waktu dapat efektif dan efisien dalam rangka

peningkatan kualitas pembelajaran.

b. Hambatan Pengelolaan Kelas

Dalam pengelolaan kelas terkadang pendidik masih mengalami

kesulitan, sehingga pendidik mengatur tempat duduk anak, agar anak

dapat dikondisikan dengan tenang untuk siap mendengarkan cerita.

Perlu pencerahan dan pengalaman baru bagi masing-masing

pendidik PAUD Al-Wathoniyah agar dapat mengkondisikan kelas

dengan baik. Dapat melalui kegiatan workshop dan sejenisnya, atau

paling tidak pengayaan melalui buku-buku teknik pembelajaran.

Fungsi KKG (Konferensi Kerja Guru) seperti yang telah

berjalan pada guru-guru tingkat sekolah tampaknya patut ditiru.

Adanya forum seperti ini paling tidak dapat menjembatani berbagai

keluhan, transfer ide, pemunculan dan stimulasi ide baru antar tenaga

pendidik dalam rangka penguatan SDM pendidik sehingga mereka

dapat sukses melaksanakan pembelajaran pada anak didiknya.

c. Hambatan Evaluasi

Setiap evaluasi dilakukan setiap akhir kegiatan cerita,

hambatan yang dialami pendidik yaitu anak-anak yang duduk di depan

saja yang sering menjawab pertanyaan pendidik.

Untuk itu perlu variasi teknik pendekatan. Misalnya dengan

mengelilingi masing-masing anak didik mulai dari depan hingga ke

belakang. Hal ini disamping menarik perhatian anak didik, karena

Page 87: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lxxxvii

tidak statis pola yang digunakan pendidik, disamping it pendidik dapat

mengkondisikan dengan baik atas kelas.

d. Hambatan Alat untuk Bercerita

Untuk alat yang digunakan dalam kegiatan bercerita pendidik

TK PAUD Al-Wathoniyah hanya menggunakan buku-buku cerita atau

majalah cerita dan bercerita dengan lisan. Sedangkan alat-alat bercerita

seperti audio dan audio visual belum digunakan karena terbentur

kendala administrasi berupa dana.

Pendanaan merupakan permasalahan klasik dan selalu menjadi

momok bagi perjalanan sebuah lembaga pendidikan, tak terkecuali

PAUD Al Wathoniyah. Untuk itu perlu usaha bersama yang

melibatkan semua unsure, mulai pemangku atau pengelola lembaga,

kepala lembaga, pendidik dan masyarakat. Diharapkan mereka dapat

duduk satu meja untuk bersama-sama memecahkan masalah dalam hal

pendanaan.

Namun hal inti yang harus pula dipegang oleh pendidik, adalah

bahwa keadaan sederhana bukan berarti keterpurukan yang tiada

berarti. Dengan kesederhanaan alat untuk bercerita, ia dituntut untuk

lebih kreatif dan sepenuh hati, untuk memperbaiki pembelajaran yang

ia berikan.

Page 88: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lxxxviii

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari deskripsi dan pembahasan tentang pelaksanaan metode cerita

dalam pembelajaran di PAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal, maka pada

akhir skripsi ini dapat penulis simpulkan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan metode cerita dalam pembelajaran di PAUD Al-Wathoniyah

Gemuh Kendal yang saya klasifikasikan pada Persiapan, materi dan

penyampaian, alat peraga dan evaluasi. Dalam hal persiapan, pendidik

PAUD Al-Wathoniyah sudah melakukan berbagai persiapan pribadi dan

teknis secara optimal. Dalam hal materi dan penyampaian, pendidik

PAUD Al-Wathoniyah sudah sangat selektif, materi yang digunakan sudah

variatif, berisi dan disampaikan dengan sangat baik, dalam hal alat peraga

pendidik PAUD Al-Wathoniyah sudah menggunakan berbagai alat peraga

yang efektif dan sinkron dengan materi yang dibawakan serta kondisi

perkembangan usia anak usia dini. Dalam hal evaluasi, pendidik PAUD

Al-Wathoniyah juga sudah mengupayakan berbagai hal untuk

memperbaiki penyampaian ceritanya, meskipun ada sebagian kecil pada

klasifikasi tersebut yang perlu koreksi dan peningkatan, tapi secara umum

pelaksanaan metode cerita dalam pembelajaran di PAUD Al-Wathoniyah

Gemuh Kendal sudah cukup bagus, sesuai dengan teori-teori yang ada,

antara lain konsep para ahli dan praktisi pendidikan, panduan dari

pemerintah, dan khususnya dari tujuan pelaksanaan pembelajaran dengan

metode cerita PAUD Al-Wathoniyah yakni untuk menjadikan materi

pembelajaran di PAUD Al-Wathoniyah lebih mudah untuk diterima oleh

anak didik.

2. Pelaksanaan metode cerita dalam pembelajaran di PAUD Al-Wathoniyah

Gemuh Kendal memiliki faktor-faktor penunjang antara lain Pendidik,

Lingkungan dan Sumber belajar. Disamping itu juga memiliki faktor-

faktor penghambat antara lain Hambatan Waktu, Hambatan Pengelolaan

Page 89: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

lxxxix

Kelas, Hambatan Evaluasi dan Hambatan Alat untuk Bercerita. Faktor

penunjang dan penghambat hingga saat ini saling beriring.

B. Saran-Saran

Setelah mengadakan penelitian pelaksanaan metode cerita dalam

pembelajaran di PAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal, maka penulis

mencoba memberikan saran-saran yang dapat menjadi masukan baik bagi

pendidik, maupun pihak-pihak lain yang berkompeten:

1. Perlunya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) bagi pendidik,

Dengan proyeksi pada profesionalitas mereka, agar dalam pelaksanaan

pembelajaran secara umum dapat efektif dan ideal.

2. Perlunya koordinasi antar stake holder yakni pihak pengelola PAUD,

tenaga pendidik dan kependidikan, lingkungan masyarakat, secara intensif

secara terus-menerus dan bersifat dinamis dalam rangka mengupayakan

peningkatan kualitas pembelajaran sehingga akan meningkat pula prestasi

dan kualitas anak didik pada khususnya, dan umumnya adalah pada

lembaga PAUD.

C. Penutup

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT,

karena dengan rahmat, taufiq dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

Penulis sadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan dan koridor ideal, dikarenakan keterbatasan

pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan

saran yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca sebagai

masukan bagi penulis demi kesempurnaan skripsi ini sehingga menjadi lebih

sempurna dan bermanfaat.

Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca

pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya. Amin.

Page 90: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xc

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad, Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung: Angkasa, 1993, cet. 1.

Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: CiputatPress, 2002.

Ashshiddiqi, TM. Hasbi, Al-Quran dan Terjemahannya, Yayasan PenyelenggaraPenterjemah Al-Qur’an, Semarang, 1995.

Banawi, Bakri Yusuf, Pembinaan Kehidupan Beragama Islam Pada Anak,Semarang: Dina Utamaa, 1993.

Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Taman Kanak-kanak &Raudhatul Athfal, (Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas: 2003.

Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Depdikbud bekerjasama dengan Rineka Cipta, 1999.

Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Pedoman Teknis Penyelenggaraan PosPAUD, Jakarta: Dirjen PNFI Kementerian Pendidikan Nasional, 2010.

DS, Agus, Tips Jitu Mendongeng, Yogyakarta: Kanisius, 2009.

Ghuddah, Abdul Fatah Abu, 40 Metode Pendidikan dan Pengajaran RosulullahSAW, Bandung: Irsyad Baitussalam, 2009.

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM,1995.

Hadjar, Ibnu, Dasar-Dasar Metodologi Kwantitatif dalam Pendidikan, Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada, 1996.

Hamdani, M. Nur, “Penerapan Metode Cerita dalam Pembelajaran Aqidah Akhlakdi MI Bandarharjo Semarang 2009”, Skripsi S.1 IAIN Walisongo,Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009.

Hariwijaya, M., & Bertani Eka Sukaca, PAUD Melejitkan Potensi Anak denganPendidikan Sejak Dini, Yogyakarta: Mahardika Publishing, 2009.

Hasan, Maimunah, PAUD, Jakarta: Diva Press, 2009.

http://aminahpai.blogspot.com/2008/06/tugas-uas.html

http://bangjoe.com/?p=191, 5/4/2010

Page 91: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xci

http://episentrum.com/artikel/manfaat-dan-kekuatan-dongeng-pada-psikologi-anak/, 5/4/2010

http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dini

http://kakbimo.wordpress.com/2009/07/21/teknik-bercerita-untuk-anak-usia-dini/,5/4/2010

http://niahidayati.net/manfaat-cerita-bagi-kepribadian-anak.html. 5/4/2010

http://percikankehidupan.com/2009/11/metode-pendidikan-agama-islam-dalam-jalur-pendidikan-nonformal-dan-informal/5/4/2010

http://riwayat.wordpress.com/2007/11/18/kejelekan-dunia/#_ftn1, 5/4/2010

http://www.bintangbangsaku.com/content/bercerita-mendongeng, 5/4/2010

http://www.borneotribune.com/pdf/pontianak-kota/dongeng-rangsang-kecerdasan-anak.pdf, 5/5/2010

http://www.osun.org/metode+bercerita+pada+anak-ppt.html, 5/4/2010

http://www.tkdonbosco.com/main.php?ke=13&yc=8, 5/4/2010

http://www.tkdonbosco.com/main.php?ke=13&yc=8, 5/4/2010

Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 tanggal 4Mei 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Majid, Abdul Aziz Abdul, Mendidik Dengan Cerita, Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2001.

Moeleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: RemajaRosdakarya, 2004.

Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Pendidikan Anak Usia dini,Jakarta: Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan PengembanganDepartemen Pendidikan Nasional, 2007.

Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997,Cet. I.

Purwodarminto, W.J.S., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,1997, cet. IX.

Sa’adah, Malikatus, “Pelaksanaan Metode Menyanyi dan Ceritera di R.A. Al-Amin Kalibeluk Batang”, Skripsi S.1 IAIN Walisongo, Semarang:Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2004.

Page 92: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xcii

Salim, Nibras Or, dkk, Acuan Menu Pembelajaran Pada Pendidikan Anak UsiaDini, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2002.

Shaleh, Abdul Rachman, Pendidikan agama dan Keagamaan, Visi Misi dn Aksi,Jakarta: PT. Gemawindu Pancaperkasa, 2000.

Soekanto, Seni Bercerita Islami, Jakarta; Bina Mitra Press, 2001, Cet. ke-2.

Soleha, Yuliatin, “Belajar Melalui Cerita Menurut Abdul Hamid Al-Hasyimi danImplikasinya Terhadap Perkembangan Akhlak Anak Usia Dini”, SkripsiS.1 IAIN Walisongo, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo 2007.

Sugiyono, Metode Penelitian Penddikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif danR&D), Bandung: Alfabeta, 2008.

Suyanto, Slamet, Dasar-dasar PAUD, Yogyakarta: Hikayat, 2005.

Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung : PT. RemajaRosdakarya, 2003, Cet ke-7.

Tim Pengembang, Kerangka Dasar Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini,Jakarta: Pusat Kurikulum Direktorat Pendidikan Anak Usia DiniDirektorat Pembinaan TK dan SD Universitas Negeri Jakarta danDepartemen Pendidikan Nasional 2007.

Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Untuk Fakultas Tarbiyah komponenMKDK, Bandung : Pustaka Setia, 1998.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SistemPendidikan Nasional

UUD 1945 dan amandemennya, Jakarta: Angkasa, 2009.

Wijayanti, Denok, Skripsi: Peningkatan Keterampilan Bercerita MenggunakanMedia Boneka Pada Siswa Kelas VII-G SMP Negeri 4 Pemalang TahunAjaran 2006/2007, Semarang: Fakultas Bahasa dan Seni UniversitasNegeri Semarang, 2007.

Page 93: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xciii

DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN

Nama : Aizatut Taulia

Tempat & Tanggal Lahir : Kendal, 7 oktober 1988

Alamat : Poncorejo Rt. 1 Rw. 4 Gemuh Kendal

Pendidikan : - SDN 01 Poncorejo (Lulus Tahun 2000)

- MTs Assalafiyah Pati (Lulus Tahun

2003)

- MA Sunan Pandanaran Jogjakarta (Lulus

Tahun 2006)

- Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang

Demikian daftar riwayat pendidikan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Semarang, 13 Desember 2010

AIZATUT TAULIANIM. 063111102

Page 94: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xciv

KISI-KISI INSTRUMENTASI (WAWANCARA)

A. Gambaran Umum PAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal

1. Tinjauan Historis

a. Kapan PAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal berdiri?

b. Siapa Pendiri PAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal?

c. Bagaimana latar belakang berdirinya PAUD Al-Wathoniyah Gemuh

Kendal?

2. Struktur Organisasi

a. Bagaimana Struktur Organisasi di PAUD Al-Wathoniyah Gemuh

Kendal?

b. Bagaimana Keadaan Guru dan Karyawan yang terdapat di PAUD Al-

Wathoniyah Gemuh Kendal?

3. Kondisi Sekolah

a. Apa Saja dan Bagaimanakah kondisi Sarana dan Prasarana yang

tersedia di PAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal?

B. Pelaksanaan Metode Cerita Dalam Pembelajaran di PAUD Al-

Wathoniyah Gemuh Kendal Tahun Pelajaran 2009/2010

1. apa saja persiapan guru dalam pembelajaran dengan metode cerita di

PAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal?

2. apa materi cerita yang digunakan dalam pembelajaran dengan metode

cerita di PAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal?

3. Berasal dari manakah materi cerita yang digunakan dalam pembelajaran

PAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal?

4. alat peraga apa saja yang dugunakan pembelajaran dengan metode cerita

di PAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal?

5. bagaimana evaluasi pembelajaran dengan metode cerita di PAUD Al-

Wathoniyah Gemuh Kendal?

6. Apa saja yang menjadi penunjang pembelajaran dengan metode cerita di

PAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal?

Page 95: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xcv

7. Apa saja yang menjadi hambatan pembelajaran dengan metode cerita di

PAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal?

8. Solusi apa yang diambil dalam mengatasi masalah-masalah pembelajaran

dengan metode cerita di PAUD Al-Wathoniyah Gemuh Kendal?

Page 96: PELAKSANAAN METODE CERITA DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/124/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata

xcvi

DOKUMENTASI HASIL PENELITIAN