84
 

Pelatihan Pegawai PT Pusri - Korosi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan korosi.pdf

Citation preview

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    DAFTAR ISI

    BAB I PENGENALAN KOROSI

    1.1. Pengertian Korosi 1 1.2. Pengertian Karat 2 1.3. Masalah Korosi 3

    BAB II MACAM-MACAM KOROSI

    2.1. Galvanic atau Bimetalic Corrosion 6 2.2. Crevice Corrosion 7 2.3. Pitting Corrosion 8 2.4. Intergranular Corrosion 9 2.5. Selective Leaching Corrosion 10 2.6. Erosion/Abrassion Corrosion 10 2.7. Stress Corrosion Cracking (SCC) 11 2.8. Differential Aeration Corrosion 12 2.9. Fretting Corrosion 13 2.10. Filiform Corrosion 14 2.11. Corrosion Fatique 14 2.12. Hydrogen Attack 15 2.13. Microbiological Corrosion 16 2.14. Dew Point Corrosion 17

    BAB III PRINSIP KOROSI

    3.1. Prinsip Elektrokimia Korosi 19 3.2. Sel Elektrokimia 21 3.3. Sel Elektrokimia Korosi 22 3.4. Termodinamika Korosi 25 3.5. Penentuan Potensial Korosi Logam 29 3.5.1. Basis Harga Potensial 29 3.5.2. Metoda Pengukuran Potensial Korosi 29 3.5.3. Elektroda Pembanding Kalomel 30 3.5.4. Kegunaan Pengukuran Potensial Korosi 31 3.6. Kinetika Korosi 32 3.7. Hubungan Termodinamika dan Kinetika Korosi 33

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz BAB IV PENENTUAN KECEPATAN KOROSI SECARA ELEKTROKIMIA

    4.1. Kelemahan dan Keunggulan Metoda 36 4.2. Prinsip Cara Pengukuran 36 4.3. Penentuan Kecepatan Korosi dengan mengukur Rp 37 4.3.1. Dasar Penentuan / Pengukuran Rp 38 4.3.2. Cara Pengukuran Rp 39 4.4. Penentuan Kecepatan Korosi Dengan Mengukur icorr 39 4.4.1. Pemanfaatan Kurva Anodik 40 4.4.2. Pemanfaatan Kurva Katodik 40 4.4.3. Pemenfaatan Kurva Anodik dan Katodik 41 4.5. Satuan Ukuran Kecepatan Korosi 42

    BAB V PENGENDALIAN KOROSI

    5.1. Macam-macam Cara Pengendalian Korosi 44 5.2. Desain 45 5.2.1. Isolasi Alat Dari Lingkungan Korosif 45 5.2.2. Mencegah Hadir/Terbentuknya Elektrolit 46 5.2.3. Jaminan Lancarnya Aliran Fluida 48 5.2.4. Mencegah Korosi Erosi/Abrasi Akibat Kecepatan Aliran 48 5.2.5. Mencegah Terbentuknya Sel Galvanik 49 5.3. Pemilihan Material 50 5.3.1. Besi 50 5.3.2. Aluminium 53 5.3.3. Timah Hitam 54 5.3.4. Tembaga 54 5.3.5. Nikel 55 5.3.6. Timah Putih 55 5.3.7. Titanium 55 5.3.8. Tantalum 55 5.3.9. Pasangan Alami 56 5.4. Perlakuan Lingkungan 57 5.4.1. Pengubahan Media/Elektrolit 57 5.4.2. Penggunaan Inhibitor 58 5.5. Pelapisan 61 5.5.1. Pelapisan Dengan Bahan Logam 61 5.5.1.1. Dipping 62 5.5.1.2. Cladding 63 5.5.1.3. Spraying 63

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz 5.5.1.4. Electrodeposition 64 5.5.1.5. Vapour deposition 64 5.5.1.6. Diffusion 65 5.5.2. Pelapisan Non Logam 65 5.5.2.1. Pelapisan Dengan Bahan Organik 66 5.5.2.2. Pelapisan dengan Bahan Anorganik 67 5.6. Proteksi Katodik 68 5.6.1. Sistem Arus Luar 69 5.6.2. Sistem Anoda Tumbal 70 5.7. Proteksi Anodik 70

    BAB VI IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN KOROSI

    6.1. Cara Non Destruktif 72 6.1.1. Pengamatan Visual 72 6.1.2. Pengukuran dengan Menggunakan Micrometer 73 6.1.3. Dye Penetration Test (PT) 73 6.1.4. Magnetic Particle Test (MT) 73 6.1.5. Ultrasonografi Test (UT) 74 6.1.6. Eddy Current Test (ET) 74 6.1.7. Radiografi (RT) 74 6.1.8. Acoustic Emision (AE) 75 6.2. Cara Merusak (Destructive Test) 75 6.2.1. Weight Loss Test 75 6.2.2. Microscopic Investigation (Pengamatan Mikroskopik) 76 6.2.3. Cara Elektrokimia 76

    BAB VII PETA KOROSI UMUM DI PUSRI

    7.1. Peta Korosi Secara Umum di Pabrik Pusri 77 7.1.1. Ammonia Plant 77 7.1.1.1. Daerah Feed Treating 77 7.1.1.2. Daerah Reformer 78 7.1.1.3. Daerah Purification 79 7.1.1.4. Daerah Loop Sintesa 79 7.1.2. Urea Plant 79

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri

    DAFTAR PUSTAKA 80

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    BAB I

    PENGENALAN KOROSI

    1.1. Pengertian Korosi

    Apakah korosi ?.

    1). Menurut Orang Ilmiawan, korosi adalah proses atau peristiwa bereaksinya logam dengan

    lingkungannya membentuk senyawa baru.

    2). Menurut Orang Teknik, korosi adalah proses atau peristiwa bereaksinya logam dengan

    lingkungannya yang mengakibatkan rusaknya sifat-sifat logam yang menguntungkan sebagai

    bahan konstruksi.

    Di sini ilmiawan tidak mempertimbangkan aspek kerugian material, sedangkan orang

    teknik mempertimbangkan aspek kerugian material. Aspek kerugian begitu penting bagi

    orang teknik. Orang teknik bahkan tidak akan mempersoalkan apakah sesuatu peristiwa

    merupakan fenomena korosi atau bukan, apabila hal itu tidak sampai menimbulkan kerugian.

    Selama tidak menimbulkan masalah yang merugikan, maka orang teknik tidak peduli

    apakah sesuatu proses itu merupakan proses korosi atau bukan. Korosi bagi orang teknik

    identik dengan masalah.

    Contoh : peristiwa bereaksinya besi dengan udara (tepatnya dengan oksigen di udara)

    2 Fe + O2 --- 2 FeO dan/atau

    4 Fe + 3 O2 --- 2 Fe2O3

    Reaksi di atas menghasilkan senyawa baru yaitu FeO dan/atau Fe2O3. Besi oksida tidak

    lagi bersifat sebagai logam. Ia adalah bahan keramik yang tidak lagi bersifat menguntungkan

    sebagai bahan konstruksi seperti halnya besi. Akibatnya, konstruksi yang terbuat dari besi

    tersebut menjadi rusak/rapuh.

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 1

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    Pada peristiwa di atas, orang teknik akan mempersoalkannya sebagai masalah korosi.

    Tetapi ketika aluminium bereaksi dengan lingkungannya membentuk lapisan oksida yang

    protektif, maka orang teknik tidak meributkannya sebagai peristiwa korosi. Mereka bahkan

    tidak menganggapnya sebagai peristiwa korosi, karena peristiwa tersebut tidak menimbulkan

    kerugian. Hal serupa juga terjadi ketika kromium terkorosi dan membentuk lapisan oksida

    protektif pada stainless steel.

    Pada dua contoh tersebut, tidak dipersoalkan apakah telah terjadi korosi atau tidak,

    karena proses korosinya tidak sampai menimbulkan masalah.

    1.2. Pengertian Karat

    Apakah beda korosi dengan karat ?.

    Korosi, seperti disebutkan di atas, adalah proses reaksi yang merugikan (menurut orang

    teknik). Sedangkan karat adalah produk dari proses korosi. Dalam hal ini karat adalah hasil

    terkorosinya besi oleh oksigen. Jadi korosi adalah proses, sedangkan karat adalah produknya

    (khusus korosi pada besi).

    Sebutan karat tidak digunakan untuk menamakan produk korosi selain produk korosi

    dari besi yang berupa besi oksida. Hasil korosi dari aluminium ataupun kromium tidak

    disebut sebagai karat. Karat (oksida besi) ditandai dengan warnanya yang coklat kehitaman

    atau sebaliknya.

    Lapis tipis Al2O3 Lapis tipis Cr2O3Al Stainless-steel

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 2

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz 1.3. Masalah Korosi

    Banyak sekali masalah yang bisa ditimbulkan oleh proses korosi. Di antara masalah-

    masalah tersebut adalah :

    - hancurnya peralatan karena lapuk oleh korosi sehingga tidak bisa dipakai lagi sebagai

    bahan konstruksi, dan harus diganti dengan yang baru.

    - pecahnya peralatan bertekanan dan/atau bersuhu tinggi karena korosi, yang selain

    merusak alat juga membahayakan keselamatan.

    - patahnya peralatan yang berputar karena korosi, yang merugikan dari segi materiil dan

    mengancam keselamatan jiwa.

    - bocornya peralatan, seperti : tangki, pipa dan sebagainya, sehingga tidak bisa berfungsi

    optimal. Peralatan yang bocor/rusak juga mengakibatkan produk ataupun fluida kerja

    terkontaminasi oleh fluida atau bahan-bahan lain, maupun oleh senyawa-senyawa hasil

    korosi. Bocor/rusaknya peralatan juga merugikan dari segi produksi, akibat hilangnya

    produk berharga. Kebocoran/kerusakan juga bisa mengakibatkan terhentinya operasi

    pabrik, bahkan membahayakan lingkungan akibat terlepasnya bahan berbahaya ke

    lingkungan.

    - hilangnya keindahan konstruksi karena produk korosi yang menempel padanya.

    - dan lain-lain.

    Semua masalah tersebut bermuara pada kerugian, baik secara material maupun non

    material. Kerugian material dapat berupa biaya pengadaan alat-alat baru, biaya pemeliharaan

    dan operasional alat, kotor/rusaknya produk ataupun fluida kerja, bocor/hilangnya produk

    yang berharga, bahkan kerugian waktu akibat shut down. Kerugian non material mulai dari

    pengotoran permukaan alat oleh corrosion product, sehingga merusak keindahan

    pemandangan, sampai ke pada pencemaran lingkungan yang menurunkan kwalitas

    lingkungan hidup, bahkan sampai ke pada ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan

    jiwa.

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 3

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    Karena banyaknya kerugian yang ditimbulkan akibat peristiwa korosi maka penting

    untuk menanggulanginya, terutama mencegahnya sebelum terjadi akibat yang tidak

    diharapkan. Untuk itu diperlukan pengetahuan mengenai korosi yang memadai, yang dimulai

    dari prinsip proses korosi itu sendiri.

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 4

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    BAB II

    MACAM-MACAM KOROSI

    Korosi dapat dibedakan ke dalam banyak kategori. Menurut lokasi korosinya :

    1). Uniform/General Corrosion (Korosi Menyeluruh)

    2). Localized Corrosion (Korosi Lokal/Setempat)

    Pada korosi jenis Korosi Menyeluruh, seluruh permukaan logam yang terekspose dengan

    lingkungan, terkorosi secara merata. Jenis korosi ini mengakibatkan rusaknya konstruksi

    secara total.

    Gambar 1. General Corrosion

    Pada jenis Korosi Lokal, yang terkorosi hanya bagian tertentu saja dari logam yang

    terekspose lingkungan. Meskipun korosi jenis ini tidak sampai menghabiskan seluruh

    konstruksi logam, tetapi efeknya tetap merugikan. Kerugian bisa mulai dari kebocoran sampai

    pecahnya peralatan.

    Berdasarkan lingkungannya, korosi dapat dibedakan ke dalam 2 (dua) kategori :

    1). Korosi Lingkungan Gas (Dry Corrosion)

    2). Korosi Lingkungan Cairan (Wet Corrosion)

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 5

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    Korosi lingkungan gas dapat terjadi pada lingkungan atmosfir maupun lingkungan gas yang

    lain. Korosi lingkungan cairan dapat terjadi pada lingkungan air maupun cairan yang lain.

    Korosi juga dapat dibedakan berdasarkan suhu korosif yang melingkungi konstruksi

    logam. Berdasarkan suhu korosif ini, korosi dibedakan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu :

    1). Korosi Suhu Tinggi (High Temperature Corrosion)

    2). Korosi Biasa/ Suhu Kamar

    High Temperature Corrosion terjadi pada burner, boiler, reformer, reaktor, dsb. Korosi jenis

    ini banyak terjadi dalam suasana lingkungan gas.

    Di antara macam-macam penamaan / jenis-jenis korosi, yang sering dijumpai ialah :

    1). Galvanic atau Bimetalic Corrosion

    2). Crevice Corrosion

    3). Pitting Corrosion

    4). Intergranular Corrosion

    5). Selective Leaching Corrosion

    6). Erosion/Abrassion Corrosion

    7). Stress Corrosion Cracking (SCC)

    8). Differential Aeration Corrosion

    9). Fretting Corrosion

    10). Filiform Corrosion

    11). Corrosion Fatique

    12). Hydrogen Attack

    13). Microbial Corrosion

    14). Dew Point Corrosion

    2.1. Galvanic atau Bimetalic Corrosion

    Galvanic atau bimetalic corrosion adalah jenis korosi yang terjadi ketika dua macam logam

    yang berbeda berkontak secara langsung dalam media korosif. Logam yang memiliki potensial

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 6

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz korosi lebih tinggi, akan terkorosi lebih hebat daripada kalau ia sendirian dan tidak dihubungkan

    langsung dengan logam yang memiliki potensial korosi yang lebih rendah. Sedangkan logam

    yang memiliki potensial korosi yang lebih rendah, akan kurang terkorosi daripada kalau ia

    sendirian dan tidak dihubungkan langsung dengan logam yang memiliki potensial korosi yang

    lebih tinggi. Pada kasus ini terbentuk sebuah sel galvanik, dengan logam yang berpotensial korosi

    lebih tinggi sebagai anoda dan logam yang berpotensial korosi lebih rendah sebagai katoda.

    Gambar 2. Galvanic Corrosion

    2.2. Crevice Corrosion

    Crevice Corrosion termasuk jenis korosi lokal. Jenis korosi ini terjadi pada celah-celah

    konstruksi, seperti kaki-kaki konstruksi, drum maupun tabung gas. Korosi jenis ini juga

    dapat dilihat pada celah antara tube dari Heat Exchanger dengan tube sheet-nya. Adanya

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 7

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    korosi bisa ditandai dengan warna coklat di sekitar celah. Tipe korosi ini terjadi akibat

    terjebaknya elektrolit sebagai lingkungan korosif di celah-celah yang terbentuk di antara

    peralatan konstruksi.

    Gambar 3. Crevice Corrosion

    2.3. Pitting Corrosion

    Pitting Corrosion juga termasuk korosi lokal. Jenis korosi ini mempunyai bentuk khas

    yaitu seperti sumur, sehingga disebut korosi sumuran. Arah perkembangan korosi tidak

    menyebar ke seluruh permukaaan logam melainkan menusuk ke arah ketebalan logam.

    Akibatnya konstruksi mengalami kebocoran. Walaupun tidak sampai habis terkorosi,

    konstruksi tidak dapat beroperasi optimal, bahkan mungkin tidak dapat dipergunakan lagi

    karena kebocoran yang timbul.

    Pitting corrosion sering terjadi pada stainless-steel, terutama pada lingkungan yang tidak

    bergerak (stasioner) dan non-oksidator (tidak mengandung oksigen).

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 8

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    Gambar 4. Pitting Corrosion

    2.4. Intergranular Corrosion

    Jenis korosi ini termasuk korosi lokal. Korosi terjadi pada batas-batas butir logam. Hal

    ini terjadi karena tingginya tingkat energi dari daerah batas butir dibandingkan dengan

    daerah dalam butir kristal. Intergranular corrosion sering terjadi pada daerah sekitar las-lasan

    yang biasa disebut dengan Heat Affected Zone (HAZ).

    Gambar 5. Intergranular Corrosion

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 9

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz 2.5. Selective Leaching Corrosion

    Selective Leaching Corrosion adalah korosi berupa pelarutan unsur-unsur tertentu dari

    paduan logam. Akibatnya struktur menjadi rapuh kaarena keropos. Contoh korosi jenis ini

    adalah peristiwa dezincification (yaitu penghilangan unsur seng saja), yang terjadi pada

    logam paduan antara seng dengan tembaga (kuningan atau brass).

    Gambar 6. Selective Leaching Corrosion

    2.6. Erosion/Abrassion Corrosion

    Erosion/Abrassion Corrosion adalah proses korosi yang bersamaan dengan erosi/abrasi.

    Korosi jenis ini biasanya menyerang peralatan yang lingkungannya adalah fluida yang

    bergerak, seperti aliran dalam pipa ataupun hantaman dan gerusan ombak ke kaki-kaki jetty.

    Keganasan fluida korosif yang bergerak diperhebat oleh adanya dua fase atau lebih dalam

    fluida tersebut, misalnya adanya fase liquid dan gas secara bersamaan, adanya fase liquid

    dan solid secara bersamaan ataupun adanya fase liquid, gas dan solid secara bersamaan.

    Kavitasi adalah contoh Erosion Corrosion pada peralatan yang berputar di lingkungan fluida

    yang bergerak, seperti impeller pompa dan sudu-sudu turbin. Erosion/ Abrassion Corrosion

    juga terjadi di saluran gas-gas hasil pembakaran.

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 10

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    Gambar 7. Erosion/Abrassion Corrosion

    2.7. Stress Corrosion Cracking (SCC)

    Stress Corrosion Cracking adalah cracking akibat adanya stress dan terjadinya korosi

    secara bersamaan. Korosi jenis ini hanya terjadi jika kedua unsur penyebabnya (yaitu stress

    dan lingkungan korosif) berada secara bersama-sama. Stress Corrosion Cracking tidak akan

    ada kalau hanya ada stress atau hanya ada lingkungan korosif saja.

    Tipe korosi model SCC ini biasanya terjadi pada stainless steel. Hal ini disebabkan

    karena ketika terjadi korosi, pada permukaan logam terbentuk lapisan corrosion product

    berupa Cr2O3 yang merupakan bahan keramik. Ketika ada stress, maka lapis keramik

    tersebut tidak tahan sehingga pecah. Akibatnya, permukaan logam tidak lagi terlapisi oleh

    keramik dan terekspos kembali pada lingkungan yang korosif, sehingga kembali terkorosi

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 11

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    dan membentuk lapisan oksida baru, yang selanjutnya pecah lagi oleh stress. Demikian

    seterusnya, sehingga terjadilah crack atau SCC yang dapat mengakibatkan pecahnya

    peralatan. Kegagalan peralatan begitu cepat dari sejak proses awal terjadinya SCC.

    Kecepatan perengkahan atau crack bisa mencapai kecepatan suara.

    Gambar 8. Stress Corrosion Cracking

    2.8. Differential Aeration Corrosion

    Differential Aeration Corrosion adalah jenis korosi lokal akibat perbedaan konsentrasi

    oksigen dalam lingkungan korosif. Daerah dengan konsentrasi oksigen yang lebih rendah

    akan mengalami korosi lebih hebat daripada daerah dengan konsentrasi oksigen yang lebih

    tinggi.

    Jenis korosi ini dapat dilihat misalnya pada paku yang tertancap di dinding. Bagian luar,

    yang berhubungan dengan lebih banyak oksigen (udara), kelihatan masih bagus; Sementara

    bagian dalam yang tertancap di dinding, yang kurang berhubungan dengan oksigen (udara),

    sudah terkorosi dengan hebat dan lapuk.

    Peristiwa serupa juga terjadi di area yang terletak di bawah endapan yang menempel

    pada bagian dalam pipa yang dialiri fluida korosif.

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 12

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    Gambar 9. Differential Aeration Corrosion

    2.9. Fretting Corrosion

    Fretting Corrosion adalah korosi yang terjadi pada konstruksi yang bergerak dengan

    mengalami gesekan. Jenis korosi ini biasa terjadi pada sumbu yang berputar dan bergesekan.

    Material logam yang berputar dan tergesek tersebut mengalami keausan akibat gesekan dan

    mengalami korosi secara bersamaan. Karena sempitnya clearance maka corrosion product

    ikut berputar bersama logam yang terkorosi.

    Korosi jenis ini mengakibatkan konstruksi menjadi longgar, menambah clearance

    ataupun mengurangi tingkat kedapnya packing atau sealing.

    Gambar 10. Fretting Corrosion

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 13

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz 2.10. Filiform Corrosion

    Filiform Corrosion adalah korosi yang berbentuk seperti cabang-cabang di permukaan

    logam yang tertutupi cat. Karateristik korosi jenis ini ialah bentuknya yang menyebar di

    permukaan logam dengan arah perkembangan korosi horizontal sepanjang permukaan logam

    dan tidak mengarah ke kedalaman logam.

    Gambar 11. Filiform Corrosion

    2.11. Corrosion Fatique

    Corrosion Fatique adalah korosi sebagai akibat dari adanya lingkungan korosif dan

    tegangan yang berupa cyclic stress (tegangan berulang-ulang) secara bersamaan. Syarat

    corrosion fatique adalah seperti SCC, yaitu harus ada lingkungan korosif dan cyclic stress

    bersama-sama.

    Kegagalan bisa sangat mendadak walaupun peristiwa corrosion fatique tampaknya baru

    saja dimulai. Kerusakan akibat corrosion fatique yauh lebih besar dari pada jumlah

    kerusakan dari korosi dan fatique jika mereka berdiri sendiri-sendiri.

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 14

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    Gambar 12. Corrosion Fatique

    2.12. Hydrogen Attack

    Hydrogen attack mengakibatkan logam menjadi rapuh akibat penetrasi hidrogen ke

    kedalaman logam. Peristiwa perapuhan ini biasa disebut dengan Hydrogen Embrittlement.

    Logam juga bisa retak oleh invasi hidrogen.

    Belum diketahui bagaimana hidrogen bisa merusak logam secara kimiawi ataupun

    secara elektrokimia, tetapi efek pengrusakannya terhadap logam sebagai bahan konstruksi

    sudah jelas. Boleh jadi hidrogen hanya mendifusio secara fisika saja ke dalam logam akibat

    kecilnya ukuran atom hidrogen.

    Gambar 13. Hydrogen Attack

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 15

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz 2.13. Microbiological Corrosion

    Microbiologi dapat menyebabkan korosi, baik secara aktif melalui kegiatannya, maupun

    secara pasif melalui keberadaannya. Aktifitas mikroba dapat menghasilkan senyawa-

    senyawa yang korosif, yang pada gilirannya akan mengkorosikan logam. Ada mikroba yang

    dapat hidup pada lingkungan aerobik, dan ada pula jaringan yang dapat hidup pada kondisi

    an aerobik.

    Pada sistem cooling water ada 4 macam bakteri utama yaitu:

    1). Pereduksi sulfat (sulfat reducer)

    2). Pembentuk asam (acid producer)

    3). Pengendap logam (metal depositor)

    4). Pembentuk lumpur/kotoran (slime former)

    Gambar 14. Microbiological Corrosion

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 16

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    Bakteri sulfat mereduksi sulfat menjadi sulfida dan mengoksidasi besi menjadi

    senyawaan besi.

    4 Fe + SO4= + 4 H2O 3 Fe(OH)2 + FeS + 2 OH- Bakteri pembentuk asam mengakibatkan nilai pH turun, sehingga menaikkan tingkat

    korosifitas lingkungan.

    Bakteri pengendap logam mengoksidasi ion fero menjadi feri sehingga dihasilkan

    endapan feri hidroksida. Korosi di bawah endapan seperti ini biasa disebut under deposit

    corrosion.

    Bakteri pembentuk lumpur/kotoran biasanya adalah bakteri yang aerobik, walaupun ada

    juga yang dapat hidup dengan sedikit oksigen. Lumpur/kotoran yang ditimbulkan adalah

    hasil buangan (kotoran) metabolisme bakteri. Daerah di bawah slime merupakan daerah yang

    rawan terhadap under deposit corrosion (semacam korosi celah)

    2.14. Dew Point Corrosion

    Dew point corrosion adalah korosi yang biasa terjadi selama masa shut-down pada

    economizer atau bagian lain dari boiler. Korosi jenis ini biasa terjadi di bagian luar alat.

    Gambar 15. Dew Point Corrosion

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 17

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    Ketika boiler mendingin, maka suhu bagian luar tube bisa jatuh di bawah titik embun

    bahan yang ada di lingkungan bagian luar tube, sehingga moisture akan mengembun

    padanya. Embun ini bercampur dengan sulfur yang mengendap pada permukaan logam.

    Akibatnya, pH di sekitar endapan sulfur turun, sehingga mempercepat korosi logam di

    bawah deposit tersebut. Deposit sulfur bisa berasal dari abu pembakaran fuel.

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 18

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    BAB III

    PRINSIP KOROSI

    3.1. Prinsip Elektrokimia Korosi

    Proses korosi adalah proses elektrokimia. Pada peristiwa korosi, terjadi reaksi kimia

    yang disertai dengan transfer elektron. Perbedaan reaksi elektrokimia dengan reaksi kimia

    biasa adalah adanya transfer elektron yang menyertai reaksi elektrokimia.

    Berikut dijelaskan bedanya reaksi kimia biasa dengan reaksi elektrokimia.

    Pandanglah reaksi antara asam dan basa berikut :

    NaOH + HCl NaCl + H2O (3.1) Pada reaksi di atas tidak ada transfer elektron, karena ia adalah reaksi kimia biasa.

    Pandanglah reaksi berikut :

    Zn + HCl ZnCl2 + H2 (3.2) Reaksi di atas dapat diurai menjadi reaksi-reaksi berikut :

    Zn Zn++ + 2 e- (3.3) HCl + 2 e- 2 Cl- + H2 (3.4)

    Tampak pada kedua reaksi di atas adanya transfer elektron dari reaksi (3.3) ke reaksi (3.4).

    Oleh karena itu reaksi (3.2) adalah sebuah reaksi elektrokimia.

    Pada reaksi (3.1) tidak tampak adanya perubahan valensi dari unsur-unsur yang

    terlibat dalam reaksi, tetapi pada reaksi (3.2) tampak adanya perubahan valensi dari unsur-

    unsur yang terlibat dalam reaksi, yaitu Zn dari valensi nol menjadi Zn valensi positif-2 dan H

    dari valensi positif-1 menjadi H valensi-nol.

    Jadi identifikasi adanya reaksi elektrokimia dapat ditandai dengan adanya perubahan

    valensi dari unsur-unsur yang terlibat pada reaksi.

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 19

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    Syarat berlangsungnya proses elektrokimia adalah terjadinya reaksi kenaikan valensi

    (oksidasi) dan penurunan valensi (reduksi) secara simultan. Apabila hanya terjadi reaksi

    oksidasi saja ataupun reaksi reduksi saja, maka proses elektrokimia tidak akan berlanjut.

    Pada peristiwa korosi, logam bereaksi dengan senyawaan yang berada dalam

    lingkungannya membentuk senyawa logam dan hasil samping yang lain. Di sini yang

    teroksidasi adalah logam dan yang tereduksi adalah senyawaan dalam lingkungan keberadaan

    logam yang bersangkutan. Secara umum reaksi korosi dapat dituliskan sebagai :

    M + Ox M+n + Red (3.5)

    Reaksi ini dapat diurai menjadi reaksi-reaksi berikut :

    M M+n + n. e- reaksi oksidasi (3.6) Ox + n. e- Red reaksi reduksi (3.7)

    Di sini : M = logam yang terkorosi

    Ox = senyawaan dalam lingkungan keberadaan logam (lingkungan korosif),

    dalam keadaan teroksidasi

    M+n = ion logam hasil korosi logam M

    n = valensi logam

    e- = elektron

    Red = senyawaan dalam lingkungan keberadaan logam (elektrolit korosif),

    dalam keadaan tereduksi

    Dari kedua reaksi di atas terlihat bahwa reaksi (3.6) adalah reaksi oksidasi dan reaksi

    (3.7) adalah reaksi reduksi. Jelaslah bahwa kedua macam reaksi (oksidasi dan reduksi) harus

    ada bersama-sama demi terjadinya suatu reaksi elektrokimia.

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 20

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    Demi tercapainya kedua macam reaksi tersebut secara serentak, maka harus ada

    jaminan bahwa hasil reaksi oksidasi yang berupa kation M+n pergi meninggalkan logam M

    (bermigrasi). Demikian juga hasil reaksi oksidasi yang berupa elektron sebanyak n unit pergi

    meninggalkan daerah situs reaksi oksidasi dan menuju daerah situs reaksi reduksi untuk

    dikonsumsi oleh senyawaan Ox di sana.

    Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa sesuatu reaksi elektrokimia hanya akan

    berlangsung apabila terdapat 4 (empat) macam unsur reaksi elektrokimia berikut :

    1). ada reaksi oksidasi

    2). ada reaksi reduksi

    3). ada migrasi ion-ion hasil reaksi elektrokimia

    4). ada transfer elektron dari situs reaksi oksidasi ke situs reaksi reduksi

    3.2. Sel Elektrokimia

    Sebuah sel elektrokimia adalah sebuah sel tempat berlangsungnya reaksi elektrokimia.

    Sel elektrokimia tidak akan terbentuk tanpa keberadaan secara bersama-sama keempat

    macam unsur sel elektrokimia.

    Empat macam unsur sel elektrokimia tersebut adalah :

    1). elektroda anoda

    2). elektroda katoda

    3). media elektrolit

    4). hubungan listrik antara anoda dan katoda

    Fungsi dari masing-masing unsur sel elektrokimia tersebut adalah :

    1). Elektroda anoda adalah situs tempat terjadinya reaksi oksidasi

    2). Elektroda katoda adalah situs tempat terjadinya reaksi reduksi

    3). Media elektrolit adalah sarana transportasi atau migrasi ion-ion hasil reaksi

    elektrokimia

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 21

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    4). Hubungan listrik antara anoda dan katoda merupakan sarana bagi elektron hasil reaksi

    oksidasi untuk berpindah / transfer ke katoda.

    Secara skematis sebuah sel elektrokimia dapat digambarkan sebagai berikut :

    Gambar 3.1. Skema Sel Elektrokimia

    Syarat terbentuknya sebuah sel elektrokimia adalah keberadaan empat unsur sel

    elektrokimia di atas sekaligus. Absensi dari salah satu unsur atau lebih mengakibatkan tidak

    terbentuknya sebuah sel elektrokimia.

    3.3. Sel Elektrokimia Korosi

    Telah disebutkan di atas bahwasanya proses korosi adalah proses elektrokimia.

    Dengan kata lain, reaksi korosi adalah reaksi elektrokimia. Oleh karena itu, dapat dikatakan

    bahwa pada proses korosi terdapat sel-sel elektrokimia korosi. Hal ini dapat dijelaskan

    sebagai berikut :

    Pandang sepotong besi yang terkorosi dalam air yang berhubungan dengan udara.

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 22

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    Gambar 3.2. Sel elektrokimia pada sepotong besi yang terendam dalam air yang bersentuhan dengan udara

    Pada gambar di atas terlihat bahwa besi terkorosi dalam air membentuk corrosion

    product yang berupa Fe(OH)3. Pada peristiwa tersebut, terdapat ke empat unsur sel

    elektrokimia secara lengkap, yaitu :

    1). A = anoda = tempat terjadinya reaksi oksidasi (tempat besi terkorosi)

    2). K = katoda = tempat terjadinya reaksi reduksi (tempat oksigen tereduksi)

    3). E = elektrolit (air yang berhubungan dengan udara yang mengandung oksigen)

    4). H = hubungan listrik antara anoda dan katoda (logam besi sendiri)

    Reaksi-reaksi elektrokimia yang terjadi adalah :

    Fe Fe+3 + 3. e- I X 4 (3.8) 2 H2O + O2 + 4. e- 4 OH- I X 3 (3.9) 4 Fe+3 + 12 OH- 4 Fe(OH)3 (3.10)

    -------------------------------------------------------------------------- + 4 Fe + 6 H2O + 3 O2 4 Fe(OH)3 (3.11)

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 23

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    reaksi oksidasi (3.8) berlangsung di A = anoda, sehingga disebut reaksi anodik reaksi reduksi (3.9) berlangsung di K = katoda, sehingga disebut reaksi katodik reaksi (3.10) adalah reaksi kimia biasa (netralisasi) reaksi (3.11) adalah reaksi elektrokimia keseluruhan (over-all).

    Pada peristiwa korosi logam, terdapat banyak situs-situs korosi logam seperti di atas.

    Hal ini berarti bahwa, terdapat banyak situs-situs pasangan reaksi-reaksi oksidasi logam dan

    reduksi senyawaan dalam elektrolit, pada seluruh permukaan logam yang terekspos dengan

    lingkungan elektrolit.

    Dapat dirumuskan bahwa terdapat banyak sel-sel elektrokimia korosi (kecil-kecil) di

    seluruh permukaan logam yang bersinggungan dengan media elektrolit. Terbentuknya sel-sel

    elektrokimia korosi pada permukaan logam dimungkinkan akibat struktur mikro logam yang

    tidak seragam di seluruh permukaan logam.

    Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pencegahan korosi dimungkinkan

    dengan cara menghilangkan eksistensi sel elektrokimia korosi. Hal ini dapat dilakukan

    dengan berbagai cara, yang pada intinya mencegah terjadinya sel elektrokimia korosi, yaitu

    dengan menghilangkan salah satu atau lebih unsur-unsur sel elektrokimia korosi.

    Pada proses korosi, reaksi anodiknya adalah oksida logam yang terkorosi, sedangkan

    reaksi katodiknya adalah reduksi senyawaan yang ada dalam medialingkungan logam yang

    bersangkutan. Di antara reaksi-reaksi katodik yang mungkin terjadi adalah :

    1). Pelepasan hidrogen yang terjadi pada lingkungan asam non oksidatif

    2 H+ + 2 e- H2 (3.12) 2). Reduksi oksigen menjadi hidroksida yang terjadi pada suasana netral atau basa.

    O2 + 2 H2O + 4 e- 4 OH- (3.13) 3). Reduksi oksigen menjadi air yang terjadi pada suasana asam

    O2 + 4 H+ + 4 e- 2 H2O (3.14)

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 24

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    4). Reduksi ion logam menjadi ion dengan valensi lebih rendah

    Lm+ + n e- Lm+ n- (3.15) 5). Reaksi pengendapan logam

    Ln- + n e- L (3.16)

    3.4. Termodinamika Korosi

    Reaksi korosi adalah reaksi yang tidak dapat dicegah, karena ia merupakan proses

    kimia yang spontan dengan perubahan tenaga bebas Gibbs yang bernilai negatif.

    Pandang reaksi oksidasi logam berikut :

    M M+n + n e- (3.17) Nilai tenaga bebas Gibbs-nya ditunjukkan oleh skema berikut :

    G = G1 G2 = negatif

    Gambar 3.3. Tenaga bebas Gibbs sebagai fungsi dari posisi (status zat)

    G

    G2

    G1

    X1 X2M M+n

    X

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 25

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    Dapat dilihat dari skema di atas bahwa nilai perubahan tenaga bebas Gibbs pada

    reaksi oksidasi logam di atas adalah negatif, sehingga reaksi oksidasi :

    M M+n + n e- berlangsung secara spontan Nilai perubahan energi Gibbs sebagai fungsi potensial reaksi elektrokimia diberikan

    oleh persamaan Gibbs sebagai berikut :

    G = - n. F. E (3.18) di sini :

    G = perubahan energi bebas Gibbs n = jumlah elektron yang terlibat dalam reaksi elektrokimia

    F = tetapan Faraday

    E = potensial reaksi elektrokimia potensial korosi logam Persaman di atas berlaku pada segala kondisi. Pada kondisi standar, maka persamaan

    menjadi :

    G0 = - n. F. E0 (3.19) dengan G0 dan E0 adalah perubahan tenaga bebas Gibbs dan potensial korosi pada kondisi standar. Di sini kondisi standar berarti :

    1). suhu adalah standar 250C = 298 K

    2). pelarut (elektrolit) adalah H2O murni

    3). logam yang larut sebanyak 1 M

    Pada termodinamika berlaku persamaan :

    G = G0 - R.T. ln K (3.20) dengan :

    R = tetapan gas murni

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 26

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    T = suhu absolut

    K = tetapan kesetimbangan reaksi

    = (aktifitas produk/aktifitas reaktan)

    ]d[Re]O[

    ]M[]M[

    reaktan ikonsentrasproduk ikonsentras x

    n

    =+

    di sini :

    [Ox] = konsentrasi senyawa dalam keadaan teroksidasi

    [Red] = konsentrasi senyawa dalam keadaan terreduksi

    Substitusi persamaan (3.18) dan (3.19) ke dalam persamaan (3.20) menghasilkan :

    - n. F. E = - n. F. E0 - R. T. ln K

    E = E0 + (R.T/n.F). ln K (3.21)

    Persamaan (3.21) adalah persamaan Nernst yang memberikan hubungan antara

    potensial korosi dengan potensial korosi standar, suhu serta konsentrasi elektrolit. Persamaan

    ini menunjukkan bahwa potensial korosi bergantung pada kondisi lingkungan seperti suhu,

    konsentrasi dan jenis elektrolit. Potensial korosi logam juga berbeda untuk tiap macam

    logam.

    Ada daftar potensial redoks dari macam-macam logam murni dalam keadaan standar

    hasil pengamatan para peneliti, yang disusun secara berurutan mulai dari potensial yang

    tertinggi sampai dengan yang terendah. Karena ditulis berurutan, maka tabel tersebut disebut

    dengan deret emf (electro motive force).

    Pada tabel di bawah, tampak bahwa logam yang paling inert adalah yang posisinya

    paling atas dalam deret, sedangkan logam yang paling rawan korosi adalah logam yang

    posisinya paling bawah dalam deret. Berdasarkan konvensi, maka harga potensial redoks

    logam dinyatakan dalam potensial reduksinya, kecuali disebutkan sebaliknya.

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 27

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    Tabel 3.1. Deret emf standar

    Kesetimbangan logam- Potensial elektroda vs ion logam elektroda hidrogen normal

    (aktifitas = 1) pada 250C, Volt

    Au Au+3 + 1.498 Pt Pt+2 + 1.2 Pd Pd+2 + 0.987 Ag Ag+ + 0.799 Hg Hg2+2 + 0.788 Cu Cu+2 + 0.337 H2 H+ 0.000 Pb Pb+2 - 0.126 Sn Sn+2 - 0.136 Ni Ni+2 - 0.250 Co Co+2 - 0.277 Cd Cd+2 - 0.403 Fe Fe+2 - 0.440 Cr Cr+3 - 0.744 Zn Zn+2 - 0.763 Al Al+3 - 1.662 Mg Mg+2 - 2.363 Na Na+ - 2.714 K K+ - 2.925

    Tabel di atas dapat digunakan untuk memprediksi apakah suatu pasangan logam akan

    membentuk sebuah sel galvanik yang akan merugikan atau tidak. Penggabungan dua logam

    yang memiliki potensial redoks yang jauh berbeda akan sangat merugikan logam yang

    memiliki potensial oksidasi yang lebih tinggi, karena ia akan menjadi anoda dan akan

    terkorosi lebih hebat dari pada jika ia terkorosi sendiri dan tidak digabungkan dengan logam

    yang lebih inert.

    Para pengamat korosi bahkan telah mengamati potensial korosi logam-logam paduan

    (alloy) dalam lingkungan non standar dan membuat tabel yang serupa dengan deret emf.

    Deret serupa ini disebut dengan deret galvanik. Deret ini lebih praktis untuk digunakan

    sebagai panduan apakah suatu sel galvanik akan terbentuk pada kondisi lapangan.

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 28

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz 3.5. Penentuan Potensial Korosi Logam

    3.5.1. Basis Harga Potensial

    Potensial korosi logam, E, diukur berdasarkan basis harga potensial standar tertentu.

    Berdasarkan konvensi, sebagai basis pengukuran potensial oksidasi-reduksi logam digunakan

    potensial oksidasi-reduksi standar hidrogen yang diberi nilai 0 (nol) Volt. Semua potensial

    oksidasi-reduksi logam diukur berdasarkan harga potensial oksidasi-reduksi standar hidrogen,

    yang harganya nol tersebut.

    Logam-logam yang potensial oksidasi-reduksinya lebih tinggi dari potensial oksidasi-

    reduksi elektroda standar hidrogen, memiliki harga potensial yang bernilai positif (plus),

    sebaliknya logam-logam dengan potensial oksidasi-reduksi yang lebih rendah dari potensial

    oksidasi-reduksi hidrogen standar, harga potensialnya bernilai negatif (minus). Hal ini dapat

    dilihat pada daftar deret emf di depan.

    3.5.2. Metoda Pengukuran Potensial Korosi

    Pengukuran potensial korosi dilakukan dengan menghubungkan obyek yang diukur

    dengan alat ukur potensial dan dengan elektroda standar hidrogen, Standard Hydrogen

    Electrode (SHE), sebagai pembanding dalam lingkungan media yang bersangkutan.

    Gambar 3.4. Peralatan untuk mengukur potensial korosi logam

    Skematis peralatan pengukuran potensial dapat dilihat pada gambar diatas.

    VVoltmeter

    Elektroda Kerja Elektroda Standar

    Elektrolit

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 29

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz 3.5.3. Elektroda Pembanding Kalomel

    Dalam praktek, orang tidak menggunakan elektroda hidrogen standar sebagai basis

    untuk menentukan potensial korosi logam. Hal ini disebabkan karena elektroda standar

    hidrogen cukup rumit konstruksinya dan rumit pula operasional pemakaiannya. Elektroda

    standar hidrogen hanya digunakan oleh para ilmiawan di laboratorium untuk meneliti

    besaran-besaran elektrokimia.

    Di lapangan orang lebih menyukai menggunakan elektroda standar yang lebih

    sederhana, baik konstruksi alat maupun operasional pemakaiannya. Untuk itu orang memakai

    elektroda standar kalomel.

    Ada 2 (dua) macam elektroda standar kalomel, yaitu :

    1). Normal Calomel Electrode (NCE)

    2). Saturated Calomel Electrode (SCE).

    Skema elektroda kalomel dapat dilihat pada gambar berikut :

    Gambar 3.5. Elektroda Standar Kalomel

    Kawat Cu

    Tabung KacaTabung Gelas

    Elektrolit KCl

    Kawat Pt Hg

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 30

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    Pada Normal Calomel Electrode (NCE), konsentrasi larutan KCl adalah 1 (satu)

    Normal, sedangkan pada Saturated Calomel Electrode (SCE), konsentrasi larutan KCl adalah

    konsentrasi jenuhnya.

    Dalam praktek, kebanyakan orang lebih suka menggunakan SCE dibanding NCE. Hal

    ini dikarenakan perawatan SCE lebih mudah dari pada NCE. Dengan memakai SCE, orang

    tidak perlu mempertahankan konsentrasi larutan KCl pada satu Normal seperti halnya jika

    memakai NCE. Para pemakai SCE cukup hanya perlu memastikan bahwa dalam tabung kaca

    masih ada kristal KCl yang belum larut, untuk menjamin bahwa larutan KCl dalam tabung

    kaca adalah larutan jenuhnya.

    3.5.4. Kegunaan Pengukuran Potensial Korosi

    Pengukuran potensial korosi dapat dijadikan indikasi awal apakah sesuatu logam

    (alloy) tertentu berpotensi untuk terkorosi atau tidak. Tingginya potensial korosi

    mengindikasikan kerawanan logam untuk terkorosi dalam lingkungan yang bersangkutan.

    Pengamatan dan pengawasan potensial korosi dapat digunakan sebagai petunjuk akan

    adanya perubahan kondisi peralatan logam yang sedang beroperasi di lapangan (on-line),

    apakah terjadi sesuatu penyimpangan atau tidak dari kondisi normalnya. Penyimpangan dari

    kondisi normal, dapat menyebabkan terjadinya kenaikan laju korosi logam.

    Pengawasan dan pengontrolan potensial korosi adalah hal yang sangat esensial dan

    merupakan suatu keharusan pada sistem proteksi anodik.

    Penentuan potensial korosi merupakan langkah awal dari penentuan kecepatan korosi

    secara elektrokimia. Potensial korosi bebas harus diukur dulu sebelum dilakukan operasi

    manipulasi potensial untuk mendapatkan potensial polarisasinya.

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 31

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz 3.6. Kinetika Korosi

    Dari reaksi elektrokimia korosi :

    M M+n + n.e- oksidasi dengan kecepatan reaksi, rox mol/cm2/det

    Ox + n.e- Red reduksi dengan kecepatan reaksi, rred mol/cm2/det Kecepatan reaksi oksidasi bergantung pada jumlah M+n dan e- yang dihasilkan maupun

    jumlah senyawa Red yang dihasilkan.

    Dari hukum Faraday didapat bahwa bahan sebanyak 1 (satu) mol dengan muatan 1

    (satu) e- akan dibebaskan oleh F Coulomb.

    Jadi, material sebanyak (rox) mol/cm2/det dengan muatan sebanyak (n) e-, adalah

    ekivalen dengan muatan sebanyak (rox.n.F) Coulomb/cm2/det = (rox.n.F) A/cm2 = rapat arus

    = iox.

    Persamaan : rox . n . F = iox

    atau rox = iox / n . F

    Pada waktu proses korosi berlangsung, kecepatan reaksi oksidasi sama dengan

    kecepatan reaksi reduksi, sehingga rox = rred

    Persamaan di atas dapat ditulis :

    nFirr redox == (3.22)

    dengan :

    rox = kecepatan reaksi oksidasi

    rred = kecepatan reaksi reduksi

    i = rapat arus reaksi

    Dari persamaan (3.22) di atas maka kecepatan korosi dapat dinyatakan dalam rapat

    arusnya dengan faktor pembagi n.F.

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 32

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz 3.7. Hubungan Termodinamika dan Kinetika Korosi

    Hubungan antara besaran termodinamika dengan besaran kinetika reaksi diberikan oleh

    persamaan :

    (3.23) RT/Gekr =dengan :

    k = tetapan, yang terkandung di dalamnya tetapan Boltzmann, suhu dan konsentrasi atom

    logam pada permukaan

    Dari persamaan termodinamika korosi, G = - n.F.E, dan persamaan kinetika korosi,

    nFirr redOx == , maka persamaan (3.23) menjadi :

    RT/nFEeknFi = (3.24)

    atau :

    i / n.F.k = e n F E / R T (3.25)

    atau : E = R.T / n. F (- ln n. F. k + ln i)

    = a + a1 . ln i

    = a + b . log i (3.26)

    di sini E dan i adalah potensial dan arus pada sistem korosi, sedangkan a dan b adalah

    tetapan-tetapan persamaan.

    Persamaan di atas berlaku untuk reaksi-reaksi anodik dan katodik :

    Ea = aa + ba . log ia (3.26a)

    Ek = ak + bk . log ik (3.26b)

    Di sini indeks a dan k menunjukkan reaksi-reaksi anodik dan katodik. Persamaan-persamaan

    di atas biasa disebut dengan persamaan-persamaan Tafel untuk sistem korosi.

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 33

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    Tampak pada rumusan di atas bahwa hubungan antara E dan log i adalah hubungan

    yang linier. Sebenarnya ini adalah rumusan penyederhanaan dan berlaku hanya untuk range

    potensial-potensial polarisasi yang sedang saja. Untuk harga E yang kecil, maka hubungan

    antara E dan i adalah linier. Begitu juga untuk harga potensial-potensial yang besar, tidak

    dapat diberlakukan lagi rumusan Tafel ini. Range potensial untuk rumusan Tafel adalah di

    antara harga overpotential 10 mV dan 100 mV. Untuk menyatakan hubungan tersebut dalam bentuk grafik, digunakan diagram Evans.

    Diagram Evans adalah diagram yang menunjukkan hubungan antara potensial, E, dengan

    logaritma rapat arus sistem logam yang sedang terkorosi, log i. Berikut adalah contoh

    skematis diagram Evans.

    Gambar 3.6. Diagram Evans

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 34

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    Diagram Evans sering disebut dengan diagram polarisasi, karena ia menunjukkan

    penyimpangan potensial (polarisasi potensial) dari potensial korosi bebas logam, Ecorr.

    Diagram ini dapat digunakan untuk menentukan kecepatan korosi logam dalam lingkungan

    tertentu. Ia juga sering digunakan untuk mempelajari mekanisme kerja inhibitor korosi.

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 35

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    BAB IV

    PENENTUAN KECEPATAN KOROSI SECARA ELEKTROKIMIA

    4.1. Kelemahan dan Keunggulan Metoda

    Penentuan kecepatan korosi secara elektrokimia termasuk jenis metoda penentuan yang

    merusak (destruktif), karena dilakukan dengan cara memotong logam yang akan diukur

    kecepatan korosinya. Hal ini merupakan kelemahan dari metoda ini.

    Tetapi dewasa ini orang sudah bisa melakukan pengukuran kecepatan korosi tanpa

    merusak peralatan logam. Caranya ialah dengan membuat elektroda kerja dari bahan logam

    yang sama dengan logam yang dipakai pada peralatan yang ingin diukur kecepatan

    korosinya. Elektroda kerja inilah yang diukur kecepatan korosinya pada media lingkungan

    kerja alat. Orang bahkan sudah membuat elektroda-elektroda kerja yang berupa probe-probe

    dari berbagai macam material untuk keperluan penentuan kecepatan korosi di lapangan,

    sehingga dapat untuk keperluan in-site monitoring tanpa mengganggu alat.

    Kelebihan metoda elektrokimia dibanding dengan metoda yang lain ialah, penentuan

    kecepatan korosi dapat dilakukan secara instan, karena waktu yang diperlukan untuk

    penentuan hanya beberapa menit saja. Di samping itu, metoda ini memiliki ketelitian yang

    tinggi dan memiliki kemungkinan untuk digunakan sebagai sarana monitoring secara

    kontinyu.

    4.2. Prinsip Cara Pengukuran Pada penentuan cara elektrokimia ini, logam dipotong dan dibentuk, kemudian diikat

    dengan resin dan dijadikan sebuah elektroda kerja. Elektroda kerja bersama elektroda standar

    dan elektroda pembantu dimasukkan ke dalam elektrolit lingkungan media korosif dari

    logam yang diperiksa, sehingga membentuk sebuah sel elektrokimia.

    Dari sel elektrokimia ini, kemudian diperiksa potensial korosi bebasnya. Selanjutnya

    potensial dimanipulasi dengan menggunakan potentiostat. Manipulasi potensial dilakukan

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 36

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    secara sweeping dengan menggunakan Linear Sweep Generator (LSG). Output potensial

    hasil dan arus yang bersangkutan dicatat. Hasilnya berupa serangkaian data potensial dan

    arus (rapat arus) polarisasi.

    Skema peralatan yang digunakan dapat dilihat pada gambar berikut :

    W = working electrode = elektroda kerja R = reference electrode = elekroda standar A = auxilliary electrode = elektroda pembantu

    Gambar 4.1. Peralatan elektrokimia untuk mengukur kecepatan korosi

    Untuk mengetahui kecepatan korosi secara elektrokimia dapat dilakukan pengukuran

    terhadap dua besaran, yaitu :

    1). Rp = linear polarisation resistance = tahanan polarisasi linier

    2). icorr = arus korosi

    4.3. Penentuan Kecepatan Korosi dengan Mengukur Rp

    Cara penentuan kecepatan korosi dengan mengukur Rp adalah cara yang paling banyak

    dipakai untuk mengukur kecepatan korosi, karena cepat dan praktis. Metoda ini juga disebut

    Linear Sweep Generator

    Potentiostat

    AV

    WR A

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 37

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    dengan metoda Stern-Geary, karena yang menemukan persamaan yang digunakan pada

    metoda ini adalah Stern dan Geary pada tahun 1957.

    4.3.1. Dasar Penentuan Pengukuran Rp

    Dasar dari penentuan kecepatan korosi dengan mengukur Rp adalah adanya hubungan

    linier antara potensial, E, dan arus, i, pada harga-harga E yang kecil.

    Dari persamaan-persamaan (3.26a) dan (3.26b), maka hubungan antara E versus i

    adalah linier pada harga-harga E, potensial polarisasi, yang tidak jauh dari Ecorr, potensial

    korosi bebas logam. Pada kondisi ini, maka hubungan antara E dengan i dapat dinyatakan

    dengan persamaan :

    E = R . i , dengan R = tetapan persamaan (4.1)

    Hubungan di atas adalah hubungan persamaan listrik DC antara potensial dan arus :

    E = i . R

    Persamaan ini berlaku untuk harga potensial (potensial polarisasi atau overpotential)

    yang tidak terlalu jauh dari potensial korosi bebas logam (yaitu di daerah 10 mV dari Ecorr). Kondisi ini dapat dilihat pada gambar berikut :

    Rp = E/i dapat di ukur

    Gambar 4.2. Hubungan linier antara potensial (polarisasi), E, dan arus (polarisasi), i, pada sistem korosi logam di daerah dekat dengan Ecorr

    i 10

    10 E

    E, mV

    Ecorr

    iaik 0

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 38

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    Slope dari kurva polarisasi, E/i, mempunyai satuan tahana dan disebut dengan tahanan polarisasi, Rp. Nilai Rp ini dihubungkan dengan nilai icorr melalui persamaan :

    icorr = B . 1 / Rp (4.2)

    di sini, B = tetapan Stern-Geary

    = 0.12 V, pada rata-rata sistem korosi

    4.3.2. Cara pengukuran Rp

    Pengukuran Rp dilakukan dengan prosedur berikut :

    1). Logam dijadikan elektroda kerja dan disusun sesuai susunan peralatan elektrokimia untuk

    mengukur kecepatan korosi

    2). Diukur potensial korosi bebas logam, Ecorr, dengan Voltmeter

    3). Potensial diatur dengan potentiostat yang di-sweep dengan menggunakan Linear Sweep

    Generator, sehingga terpolarisasikan pada daerah 10 mV dari potensial korosi bebasnya. Sweeping trhadap potensial biasanya dilakukan dengan kecepatan sweep 0.2 mV/det

    4). Potensial hasil sweeping dan arus yang bersangkutan dicatat dan dibuat grafik hubungan E

    versus i yang hasilnya linier, seperti kurva pada gambar 4.2 di atas

    5). Dihitung harga Rp dari kurva linier E versus i yang diperoleh.

    4.4. Penentuan Kecepatan Korosi Dengan Mengukur icorr

    Kecepatan korosi dalam bentuk icorr dapat ditentukan dengan membuat kurva

    polarisasi, E versus log i, atau biasa disebut dengan Diagram Evans.

    Ada 3 (tiga) cara penentuan icorr dengan menggunakan kurva polarisasi, yaitu :

    1). Pemanfaatan kurva anodik

    2). Pemanfaatan kurva katodik

    3). Pemanfaatan kurva anodik dan katodik.

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 39

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz 4.4.1. Pemanfaatan kurva anodik

    Langkah-langkah yang harus ditempuh pada penentuan kecepatan korosi dengan

    memanfaatkan kurva anodik yaitu (lihat skema berikut) :

    Gambar 4.3. Penentuan kecepatan korosi dengan memanfaatkan kurva anodik 1). Penentuan titik 100 mV di atas potensial korosi bebas, Ecorr, pada sumbu tegak, E dari

    kurva E log i

    2). Penentuan titik pada kurva dengan potensial 100 mV di atas Ecorr dengan menarik

    garis penolong mendatar dari titik 100 mV sampai memotong kurva di A

    3). Pembuatan garis singgung dari titik A pada kurva sampai memotong garis datar

    penolong Ecorr, di T

    4). Penentuan kecepatan korosi, icorr, dari titik T pada sumbu datar kurva.

    4.4.2. Pemanfaatan kurva katodik

    Langkah-langkah penentuan kecepatan korosi dengan memanfaatkan kurva katodik,

    serupa dengan langkah-langkah pada pemanfaatan kurva anodik, yaitu :

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 40

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    Gambar 4.4. Pemanfaatan kurva katodik untuk menentukan kecepatan korosi

    1). Menentukan titik 100 mV di bawah potensial korosi bebas, Ecorr, pada sumbu

    tegak, E

    2). Menentukan titik pada kurva dengan potensial 100 mV di bawah Ecorr dengan

    jalan menarik garis penolong mendatar dari titik 100 mV sampai memotong

    kurva di K

    3). Membuat garis singgung dari titik A pada kurva sampai memotong garis datar

    penolong Ecorr, di T

    4). Penentuan kecepatan kecepatan korosi, icorr, dari titik T pada sumbu datar. 4.4.3. Pemanfaatan kurva anodik dan katodik

    Pada pemanfaatan kurva anodik dan katodik, dilakukan penggabungan dari kedua

    langkah yang digunakan pada kedua cara sebelumnya.

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 41

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    Gambar 4.5. Pemanfaatan kurva anodik dan katodik untuk menentukan kecepatan korosi

    1). Ditentukan titik-titik + 100 mV dan -100 mV yang masing-masing berjarak 100 mV

    di atas dan di bawah Ecorr pada sumbu tegak kurva

    2). Dibuat garis-garis penolong mendatar dari titik-titik + 100 mV dan 100 mV

    sampai memotong kurva-kurva anodik dan katodik di A dan K

    3). Dibuat garis singgung pada kurva-kurva anodik dan katodik dari titik-titik A dan K

    sampai saling memotong dan sekaligus memotong garis datar penolong, Ecorr, di titik

    T

    4). Ditentukan absis titik T yang memberikan harga icorr yang dicari.

    4. 5. Satuan Ukuran Kecepatan Korosi

    Kecepatan korosi dapat dinyatakan dalam bentuk :

    1). Kehilangan massa per satuan luas per satuan waktu

    2). Laju kehilangan ketebalan

    3). Rapat arus

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 42

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    Satuan yang biasa dipakai untuk menyatakan laju korosi adalah :

    1). mdd (mg/dm2/day)

    2). mpy (mils/yr)

    3). A/cm2, untuk rapat arus.

    Note : 1 (satu) mil yaitu 1 (satu) per seribu inchi.

    Konversi dari satu unit ke unit yang lain diberikan oleh persamaan berikut :

    * kecepatan kehilangan ketebalan = K . a. i / n. D

    dengan K = tetapan, bergantung pada satuan yang diingini

    = 0.129 untuk satuan mpy

    = 3.27 untuk satuan mm/yr

    = 0.00327 untuk satuan m/yr

    a = massa atom, g/mol

    i = rapat arus, A/cm2

    n = jumlah elektron terlibat

    D = densitas, g/cm3

    * kecepatan kehilangan ketebalan, mpy = 534 . W / D . A . T

    dengan : W = kehilangan berat, mg

    D = densitas, g/cm3

    A = area, sq in

    T = waktu, hr

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 43

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    BAB V

    PENGENDALIAN KOROSI

    5.1. Macam-macam Cara Pengendalian Korosi

    Proses korosi tidak dapat dicegah, karena reaksi korosi merupakan reaksi yang nilai

    perubahan entalpi reaksinya negatif. Menurut termodinamika, reaksi semacam ini adalah

    reaksi yang berlangsung secara spontan. Oleh sebab itu, proses terkorosinya logam oleh

    lingkungannya adalah proses yang spontan dan tidak dapat dicegah terjadinya.

    Tetapi, sekalipun tidak dapat dicegah terjadinya, proses korosi bisa dikendalikan

    sehingga kecepatan reaksinya tidak secepat jika tidak dilakukan upaya penanggulangan.

    Usaha-usaha penanggulangan korosi dapat dibedakan ke dalam 5 (lima) kategori, yaitu:

    1) Desain

    2) Pemilihan Bahan

    3) Perlakuan Lingkungan

    4) Pelapisan

    5) Proteksi Katodik dan Proteksi Anodik

    Prinsip yang digunakan pada upaya penanggulangan korosi adalah prinsip pencegahan

    terbentuknya sel elektrokimia korosi. Hal ini diusahakan dengan melakukan upaya-upaya

    untuk menghilangkan satu atau lebih unsur-unsur sel elektrokimia korosi, yaitu:

    1) anoda

    2) katoda

    3) elektrolit

    4) hubungan listrik antara anoda dan katoda

    Penghilangan satu atau lebih unsur-unsur penyusun sel elektrokima korosi, dapat

    mencegah terjadinya korosi logam sebagai reaksi utama yang kita khawatirkan kejadiannya.

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 44

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz 5.2. Desain

    Usaha penanggulangan korosi sebaiknya sudah dilakukan sejak tahapan desain proses.

    Ahli-ahli korosi sebaiknya ikut dilibatkan dalam desain proses dari sejak pemilihan proses,

    penentuan kondisi-kondisi prosesnya, penentuan bahan-bahan konstruksi, pemilihan lay-out,

    saat konstruksi sampai tahap start-upnya.

    Di antara cara-cara penanggulangan korosi dari segi desain yang sering digunakan

    adalah:

    a. isolasi alat dari lingkungan korosif

    b. mencegah hadir/terbentuknya elektrolit

    c. jaminan lancarnya aliran fluida

    d. mencegah korosi erosi/abrasi akibat kecepatan aliran

    e. mencegah terbentuknya sel galvanik

    5.2.1. Isolasi Alat Dari Lingkungan Korosif

    Cara isolasi ini merupakan cara tertua dan masih tetap efektif untuk menghindari

    terjadinya korosi . Di antara cara-cara yang sering dipakai adalah :

    tidak mengekspos peralatan dengan lingkungan korosif secara langsung tidak menempatkan peralatan di daerah down-wind dari lingkungan moisture atau

    elektrolit-elektrolit lain. Alat yang rawan korosi harus ditempatkan pada

    posisi/daerah up-wind dari posisi lingkungan korosif.

    arah angin

    Cooling Tower peralatan

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 45

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    tidak mengarahkan cerobong exhaust gas yang korosif ke peralatan yang rawan korosi. Demikian juga udara/gas basah tidak boleh diarahkan ke peralatan logam.

    5.2.2. Mencegah hadir/terbentuknya elektrolit

    Desain alat harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terbentuk jebakan

    elektrolit.

    Atap tangki harus dibuat licin dan memberikan kemiringan untuk menjamin lancarnya aliran air hujan di atas atap sehingga tidak terbentuk jebakan elektrolit di

    atas atap. Untuk itu atap sebaiknya dibuat berbentuk kerucut atau bagian bola atau

    elips.

    Buruk Kurang baik Baik Baik Baik

    Exhaust gas

    peralatan

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 46

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    Demikian pula aliran pengeluaran harus dibuat lancar dan tidak memungkinkan terjadinya sisa (residu) cairan yang terjebak dalam tangki ketika tangki dikosongkan.

    Untuk itu maka kran pengeluaran harus diletakkan di bagian terbawah dari tangki.

    Selain itu, bagian terbawah tangki harus dibuat licin dan berbentuk seperti kerucut

    terbalik ataupun seperti bagian elips atau bola.

    Desain tidak boleh membentuk celah-celah yang memungkinkan terjebaknya elektrolit sehingga menimbulkan korosi celah (crevice corrosion). Untuk itu maka

    tangki-tangki didirikan di atas kaki-kaki penyangga berbentuk rangka demi

    menghindari terjadinya crevice corrosion di bagian tangki yang menempel ke lantai.

    Jelek Kurang baikBaik Baik Baik

    Kaki penyangga tangki

    celah

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 47

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    Hubungan secara kelingan sebaiknya dihindari. Sedapat mungkin digunakan sambungan las untuk menghindari terbentuknya crevice antara sambungan tsb.

    5.2.3. Jaminan lancarnya aliran fluida

    Aliran fluida harus dijamin kelancarannya demi menghindari ekspos intensif dari pipa

    dengan elektrolitnya yang akan semakin korosif dengan waktu jika tidak bisa mengalir

    dengan lancar. Hal ini berlaku terutama terhadap sistem yang alirannya tidak terlalu cepat

    atau aliran yang beda tekanannya tidak terlalu tinggi. Untuk itu daerah upper flow dari

    aliran harus diberi elevasi sehingga fluida dapat mengalir dengan lancar ke arah lower flow.

    5.2.4. Mencegah korosi erosi/abrasi akibat kecepatan aliran

    Kecepatan aliran harus didesain tidak boleh terlalu tinggi untuk menghindari terjadinya korosi erosi/abrasi.

    Tidak baik

    Baik Kurang baik

    Celah

    celah

    celah

    las

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 48

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    Desain alat / pipa pada belokan, sebaiknya dibuat sehalus mungkin. Belokan tidak boleh terlalu tajam.

    5.2.5. Mencegah terbentuknya sel galvanik

    Sel galvanik akan terbentuk jika dua macam logam yang berbeda saling berkontak

    langsung secara listrik. Oleh sebab itu demi mencegah korosi galvanik, maka sedapat

    mungkin dihindarkan terjadinya kontak secara langsung antara dua macam logam yang

    berbeda. Apalagi jika kontak terjadi antara dua macam logam yang berbeda jauh potensial

    korosinya.

    Adanya kontak secara langsung antara dua macam logam yang berbeda

    mengakibatkan terbentuknya situs-situs anoda dan katoda yang saling berhubungan secara

    listrik antara satu sama lain dalam media elektrolit lingkungannya, sehingga terbentuklah

    sebuah sel elektrokimia yang disebut dengan sel galvanik.

    Untuk menghindari terbentuknya sel galvanik ini, maka digunakan bahan isolator

    listrik yang dipasang di antara kedua macam logam tersebut sehingga keduanya tidak dapat

    berkontak secara langsung.

    Jika terjadinya kontak secara listrik antara kedua macam lgam yang berbeda memang

    tidak bisa dihindari, maka digunakan bahan penyambung perantara yang memiliki beda

    potensial yang tidak terlalu jauh dari kedua macam logam tersebut.

    Baik

    Daerah rawan korosi erosi/abrasi

    Tidak baik

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 49

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    Contoh :

    5.3. Pemilihan Material

    Bahan konstruksi harus dipilih yang tahan korosi. Apalagi jika lingkungannya

    korosif. Ketahanan korosi masing-masing bahan tidak sama pada berbagai macam

    lingkungan. Mungkin sesuatu bahan sangat tahan korosi dibanding bahan-bahan lain pada

    lingkungan tertentu. Tetapi bahan yang sama mungkin adalah yang paling rawan korosi pada

    lingkungan yang berbeda dibanding dengan bahan-bahan yang lain.

    Di antara bahan-bahan konstruksi yang sering digunakan adalah :

    1. Besi

    2. Aluminium

    3. Timah hitam

    4. Tembaga

    5. Nikel

    6. Timah putih

    7. Titanium

    8. Tantalum

    5.3.1. Besi

    Besi dibuat dari bijih besi. Karena pada proses pembuatannya digunakan kokas

    (karbon), maka dalam besi terdapat unsur karbon. Besi yang kadar karbonnya tinggi disebut

    Logam antara

    Ring isolator

    Selubung isolator

    Lapis/ring isolator

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 50

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    baja. Baja memiliki kekerasan yang lebih tinggi dibanding besi akibat kehadiran unsur

    karbon di dalamnya yang lebih banyak. Di antara macam-macam besi adalah :

    a). besi tuang putih

    b). besi tuang abu-abu

    c). besi tuang mampu tempa

    d). besi tuang silikon tinggi

    e). besi tuang + Cu

    f). besi tuang + Ni + Cr

    g). baja biasa

    h) baja tahan karat

    Besi tuang putih patahannya berwarna putih. Unsur yang terkandung di dalamnya

    adalah besi dan karbon, tetapi karbonnya tidak berbentuk unsur C bebas, melainkan berupa

    karbida besi (Fe3C) yang berbentuk kristal sehingga tidak berwarna hitam seperti jika C

    dalam bentuk karbon bebas. Besi ini mengandung sedikit silikon (Si) yang membuat karbon

    tidak berbentuk grafit. Sifat besi ini sangat keras dan rapuh.

    Besi tuang abu-abu memiliki komposisi yang tidak jauh berbeda dari besi tuang

    putih. Unsur-unsur pembentuknya adalah besi, karbon, dan silika. Karbon dalam besi tuang

    abu-abu berada dalam bentuk grafit (C-bebas) yang berupa lempengan-lempengan, sehingga

    patahannya berwarna abu-abu. Kadar silikanya lebih tinggi dari besi tuang putih.

    Besi tuang mampu tempa berasal dari besi tuang putih yang diberi perlakuan tertentu

    (heat treatment) dengan dipanaskan pada suhu dan waktu tertentu, kemudian didinginkan

    dengan cara khusus. Karbon berada dalam bentuk gerombolan-gerombolan, dan bukannya

    lempengan seperti pada besi tuang abu-abu, sehingga besi ini dapat ditempa.

    Besi tuang silikon adalah besi tuang dengan kadar silikon yang dinaikkan sampai 14%

    sehingga ketahanan korosinya sangat tinggi pada bermacam-macam lingkungan, kecuali

    lingkungan HF. Besi ini memiliki kekerasan oleh adanya SiO2 (=kaca). Di antara besi jenis

    ini adalah Duriron (14,5% Si, 0,95% C) yang tahan terhadap korosi karena pembentukan

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 51

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    lapisan pelindung SiO2, Duriklor (Duriron + 3% Mo) yang tahan terhadap HCl dan Cl2 serta

    korosi pitting, dan Duriklor 51 ( Duriklor + Cr) yang tahan terhadap suasana oksidatif karena

    pembentukan lapis lindung Cr2O3.

    Besi tuang yang dipadu dengan Cu membuat logam jadi lebih tahan korosi dan abrasi

    dan lebih tahan lingkungan atmosfer serta H2SO4. Sifat mekanisnya juga lebih baik.

    Di antara besi tuang yang dicampur dengan Ni dan Cr adalah :

    a. Ni-resist (= alloy dari besi tuang abu-abu), mengandung Ni = 14-32% dan Cr = 1,75-5,5%

    b. Ni-hard ( = alloy dari besi tuang putih), mengandung Ni = 4% dan Cr = 2%

    Besi Ni-hard ini sangat keras dan biasa dipakai untuk lingkungan yang akan menyebabkan

    erosi terhadap material. Ia biasa dipakai untuk lingkungan netral dan alkali.

    Besi murni = besi ingot (nama dagang a.l. Armco Iron). Besi kasar = wrought iron =

    campuran baja berkadar C rendah dengan slag.Slag = hasil samping peleburan bijih besi

    (mengandung Mn, Zn, Ca, Mg).

    Baja memiliki kadar karbon yang lebih tinggi dari besi. Baja biasa hanya terdiri dari

    besi dan karbon, sedangkan baja alloy adalah baja yang sudah ditambah unsur lain, seperti

    stainless steel yang sudah ditambah dengan kromium, nikel, dan lain-lain.

    Stainless steel adalah sekelompok logam yang tidak bernoda. Hasil korosi di

    permukaan logam membentuk lapisan tipis Cr2O3 yang transparan sehingga stainless steel

    tidak bernoda jika berkarat. Stainless steel diperoleh dengan mencampur baja dengan

    kromium paling sedikit 11%. Pengelompokan stainless steel didasarkan pada standar yang

    dikeluarkan oleh:

    a). ASTM (American Society for Testing Material)

    b). AISI (American Iron & Steel Institute)

    c). SAE (Society for Automotive Engineering)

    d). UNS (Unified Numbering System)

    e). ISO (International Standard Organization)

    f). JIS (Japan Iron Standard)

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 52

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    Ada 34 macam stainless steel menurut UNS number, pembedaan tiap macam berupa nomor-

    nomor kode, misal:

    Tipe 316L menurut UNS number, mengandung C = 3%, Cr = 16-18%, Ni = 10-14%, Mo = 2-3%

    Tipe 304 menurut UNS number, mengandung: C = 0,08% maks, Cr = 18-20%, Ni = 8-12%, Si = 1% maks

    Stainless steel dapat dikelompokkan ke dalam 4 grup:

    1. Baja-baja kromium martensitik

    2. Baja-baja non-hardenable feritik (besi alpha)

    3. Baja-baja kromium nikel austenitik (besi gamma)

    4. Baja-baja age-hardenable

    Baja-baja grup 1,2, dan 3 bersifat seperti martensit, ferit, dan austenit. Baja grup 4 dapat

    dikeraskan dengan cara age-hardening.

    5.3.2. Aluminium

    Aluminium membentuk lapisan Al2O3 yang protektif bila ia teroksidasi. Lapisan film

    ini tahan dalam suasana asam dan netral, tetapi tidak tahan di lingkungan alkali. Logam ini

    banyak dipakai untuk lingkungan udara terbuka yang banyak oksigennya. Produk korosi

    aluminium, yaitu Al2O3 adalah transparan dan tidak beracun sehingga logam aluminium

    dipakai untuk alat masak.

    Sebenarnya potensial korosi aluminium tinggi, tetapi karena pembentukan lapisan

    pelindung oksida, maka aluminium tahan korosi. Pembentukan lapis lindung dapat terjadi

    secara alamiah, maupun dengan dipaksa, yaitu dengan menggunakan aliran listrik DC

    sehingga aluminium terkorosi menjadi Al2O3, seperti pada proses anodising.

    Anodising adalah proses pembentukan lapis lindung yang dipercepat dengan bantuan

    aliran listrik DC pada permukaan logam yang dilapisi. Besi galvanisasi adalah besi yang

    dilapisi dengan aluminium yang teroksidasi di bagian luarnya, membentuk lapisan protektif.

    Fakultas Teknik Unsri PT Pusri 53

  • PELATIHAN PRIME MOVERS DAN PERALATAN KHUSUS PENUNJANG OPERASI PABRIK BAGI CALON KARYAWAN PT PUSRI

    PALEMBANG, SEPTEMBER 2003

    KOROSI

    Oleh: Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, M.Sc, Ir. Kasta Ginting, dan Ir. Tamzil Aziz

    Al2O3. Besi akan tetap terlindungi selama masih ada aluminium di permukaannya. Logam

    aluminium murni adalah lunak. Untuk memperbaiki sifat mekanisnya, aluminium dipadukan

    dengan logam-logam lain membentuk alloy. Bahan-bahan alloy untuk aluminium adalah :Cr,

    Cu, Si, Ti, dan lain-lain. Alloy Al dengan Cu membuat bahan jadi kuat dan tahan tarikan.

    5.3.3. Timah hitam

    Timah hitam (Pb) murni bersifat lunak/empuk sehingga dapat dibuat pensil 2B. Alloy

    logam ini dengan tembaga 0,06% cocok untuk konstruksi lingkungan asam sulfat. Ia juga

    bisa dialloy dengan timah putih untuk pipa air minum.

    Logam Pb tidak tahan HNO3, HCl dan asam-asam organik, sehingga alooy Pb jarang

    digunakan pada lingkungan-lingkungan tersebut.

    5.3.4. Tembaga

    Tembaga (Cu) bersifat mudah menghantarkan panas, tahan korosi, tahan terhadap

    lingkungan atmosfer:

    2 Cu + O2(udara) 2 CuO (patina hijau) Logam Cu termasuk logam mulia yang sulit terkorosi. Reaksi katodiknya bukan

    pelepasan hidrogen. Artinya ia tidak dimakan asam, kecuali asam-asam oksidator kuat,

    karena mengeluarkan oksigen oksidator, seperti H2SO4 pekat. Reaksi katodiknya:

    O2 + 2 H2O +