166
LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO) Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2004 Nomor : 03.B.2/Auditama V/GA/II/2005 Tanggal : 28 Pebruari 2005 Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Jalan Gatot Subroto No. 31 Jakarta 10210 Telp. (021) 5700380, 5738740, 5720957, 5738727, 5704395-9 pesawat 511 Fax. (021) 5700380, 5723995 BPK RI

08. PT PUSRI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 08. PT PUSRI

LAPORAN AUDITOR

INDEPENDEN

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO) Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2004 Nomor : 03.B.2/Auditama V/GA/II/2005 Tanggal : 28 Pebruari 2005 Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Jalan Gatot Subroto No. 31 Jakarta 10210 Telp. (021) 5700380, 5738740, 5720957, 5738727, 5704395-9 pesawat 511 Fax. (021) 5700380, 5723995

BPK RI

Page 2: 08. PT PUSRI

Halaman

Laporan Auditor Independen i

Dasar penugasan dan ruang lingkup audit iv

Laporan Keuangan Konsolidasian PT Pupuk Sriwidjaja (Persero)

1. Neraca konsolidasian 1

2. Laporan laba rugi konsolidasian 2

3. Laporan perubahan ekuitas konsolidasian 3

4. Laporan arus kas konsolidasian 4

5. Catatan atas laporan keuangan konsolidasian

5.1. Umum 5

5.2. Penerimaan pinjaman dan penjaminan aktiva 7

5.3. Dampak krisis moneter 8

5.4. Rayonisasi penjualan pupuk 9

5.5. Penerapan Undang - Undang Nomor 13 tahun 2003 9

5.6. Program manfaat pensiun 10

5.7. Kebijakan akuntansi 11

5.8. Penjelasan pos - pos neraca dan laba rugi 25

5.9. Transaksi - transaksi dengan pihak yang mempunyai 49 hubungan istimewa

Lampiran : - Kewajiban Perpajakan PT Pupuk Sriwidjaja Konsolidasiantahun 2004

- Daftar Aktiva Tetap dan Akumulasi Penyusutan PT Pupuk Sriwidjaja Konsolidasian

- Neraca PT Pupuk Sriwidjaja (own operation)

- Laporan Laba Rugi PT Pupuk Sriwidjaja (own operation)

- Laporan Perubahan Ekuitas (own operation)

- Laporan Arus Kas (own operation)

DAFTAR ISI

BPK-RI/AUDITAMA V

Page 3: 08. PT PUSRI

BPK-RI/AUDITAMA V i

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

Nomor : 03.A.2/Auditama V/GA/II/2005

LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN

Kami telah mengaudit neraca konsolidasian PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) dan anak

perusahaanya tanggal 31 Desember 2004 dan 2003, serta laporan laba rugi, laporan

perubahan ekuitas dan laporan arus kas konsolidasian untuk tahun yang berakhir pada

tanggal-tanggal tersebut. Kami juga melakukan pengujian atas kepatuhan perusahaan

terhadap peraturan perundang-undangan dan pengendalian intern. Laporan Keuangan,

kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan pengendalian intern adalah

tanggung jawab manajemen perusahaan. Tanggung jawab kami terletak pada pernyataan

pendapat atas laporan keuangan, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan

pengendalian intern berdasarkan audit kami. Kami tidak mengaudit laporan keuangan

anak-anak perusahaan yaitu PT Pupuk Kujang, PT Pupuk Iskandar Muda, PT Rekayasa

Industri dan PT Mega Eltra. Laporan keuangan anak-anak perusahaan tersebut

menyajikan total aktiva sebesar Rp16.634.711.021.000,00 pada tanggal 31 Desember

2004, dan total laba bersih setelah pajak sebesar Rp439.309.592.000,00 untuk tahun yang

berakhir pada tanggal tersebut.

Laporan keuangan anak-anak perusahaan tersebut diaudit oleh auditor independen lain

dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, yang laporannya telah diserahkan kepada

kami, dan pendapat kami, sejauh yang berkaitan dengan jumlah-jumlah untuk anak-anak

perusahaan tersebut, semata-mata hanya didasarkan atas laporan auditor independen lain

tersebut.

Page 4: 08. PT PUSRI

BPK-RI/AUDITAMA V ii

Kami melaksanakan audit berdasarkan Standar Audit Pemerintahan yang diterbitkan

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia dan standar auditing yang ditetapkan

Ikatan Akuntan Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan

melaksanakan audit agar kami memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan

bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian,

bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan.

Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi

signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan

keuangan secara keseluruhan. Selain itu audit mencakup pengujian atas kepatuhan

perusahaan terhadap kontrak, persyaratan bantuan dan pasal-pasal tertentu peraturan

perundang-undangan serta kepatuhan terhadap pengendalian intern. Kami yakin bahwa

audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

Menurut pendapat kami, berdasarkan audit kami dan laporan auditor independen lain

yang kami sebut di atas, laporan keuangan konsolidasian yang kami sebut di atas

menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT Pupuk

Sriwidjaja (Persero) dan anak-anak perusahaannya tanggal 31 Desember 2004 dan 2003,

dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Audit kami laksanakan dengan tujuan untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan

pokok secara keseluruhan. Laporan keuangan induk perusahaan disajikan untuk tujuan

analisa tambahan dan bukan merupakan bagian laporan keuangan pokok yang diharuskan

menurut prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan keuangan induk

perusahaan tersebut telah menjadi objek prosedur audit yang kami terapkan dalam audit

atas laporan keuangan pokok, dan, menurut pendapat kami, disajikan secara wajar, dalam

semua hal yang material, berkaitan dengan laporan keuangan pokok secara keseluruhan.

Page 5: 08. PT PUSRI

BPK-RI/AUDITAMA V iii

Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan pengendalian intern kami

sampaikan secara terpisah kepada manajemen dengan laporan kami nomor

03.B.2/Auditama V/GA/II/2005 tanggal 28 Pebruari 2005.

Auditor Utama Keuangan Negara V

Penanggung Jawab Audit,

Drs. Misnoto, MA, Ak. Register Negara No. D-1416

Jakarta, 28 Pebruari 2005

Page 6: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V

iii

DASAR PENUGASAN DAN RUANG LINGKUP AUDIT

1. Dasar Penugasan a. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pasal 23E, 23F dan pasal 23G; b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa

Keuangan dan peraturan perundangan lainnya yang berlaku; c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; d. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung

Jawab Keuangan Negara; e. Surat Tugas Badan Pemeriksa Keuangan No. 59/ST/VII-XV.1/9/2004 tanggal 29

September 2004, perihal penugasan untuk melakukan pemeriksaan atas Laporan Keuangan Konsolidasian PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) Tahun Buku 2004 di Kantor Pusat Palembang, Pabrik, Kantor Pemasaran Pusri Daerah, Unit Pengantongan Pupuk dan Kantor Perwakilan Pusri Jakarta.

2. Ruang Lingkup Audit Audit ini bersifat general audit atas laporan keuangan konsolidasi PT Pupuk

Sriwidjaja (Persero) untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2004. Audit dilaksanakan dengan berpedoman pada Standar Audit Pemerintahan yang ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan Standar Auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami untuk merencanakan dan melaksanakan audit agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.

Suatu audit meliputi pemeriksaan atas dasar pengujian bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Selain itu audit mencakup pengujian atas kepatuhan perusahaan terhadap kontrak dan pasal-pasal tertentu peraturan perundang-undangan serta kepatuhan terhadap pengendalian intern. Kontrak, pasal-pasal tertentu peraturan perundang-undangan dan peraturan perusahaan yang kami uji mencakup : a. Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. b. Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. c. Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. d. Undang-Undang No. 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

Page 7: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V

iv

e. Undang-Undang No. 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-undang No. 9 tahun 1994 dan Undang-Undang No. 16 tahun 2000.

f. Undang-Undang No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-undang No. 7 tahun 1991, Undang-undang No. 10 tahun 1994 dan Undang-Undang No. 17 tahun 2000.

g. Undang-Undang No. 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-undang No. 11 tahun 1994 dan Undang-undang No. 18 tahun 2000.

h. Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (PERSERO) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2001 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998.

i. Surat Keputusan Menteri Keuangan RI (SK Menkeu) No.319/KMK-06/2004 tanggal 28 Juni 2004 tentang tata cara perhitungan dan pembayaran subsidi pupuk tahun anggaran 2004.

j. SK Menperindag No.70/MPP/KEP/2/2003 tanggal 11 Pebruari 2003 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian.

k. SK Menperindag No. 356/MPP/KEP/5/2004 tanggal 27 Mei 2004 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian.

l. Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 107/KPTS/SR.310/2/2004 tanggal 13 Pebruari 2004 mengenai Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian Tahun Anggaran 2004.

m. Anggaran Dasar Perusahaan PT Pupuk Sriwidjaja (Persero). n. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Pupuk Sriwidjaja (Persero). o. Surat Perjanjian No. PJB-1601/C0000/94-50 tanggal 14 Nopember 1994

015/SP/DIR/5.94 mengenai jual beli gas bumi untuk pabrik PUSRI II, III dan IV.

p. Surat Perjanjian No. PJB-0549/C0000/92/B1 tanggal 16 April 1992 097/SP/DIR/1992

mengenai jual beli gas bumi untuk pabrik PUSRI IB. q. Kebijaksanaan Akuntansi PT Pupuk Sriwidjaja (Persero). r. Petunjuk Pelaksanaan Penjualan Pupuk PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) berdasarkan

Surat Direktur Komersil Nomor 067/800.DS/2000 tanggal 22 Desember 2000.

Page 8: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V

v

s. Prosedur Operasional Baku pengadaan barang/jasa PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) No. SK/DIR/77/2001 tanggal 28 Mei 2001.

t. Kontrak-kontrak pengadaan barang dan jasa dalam tahun 2004.

Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat. Pelaksanaan audit di lapangan mulai tanggal 6 Oktober 2004 sampai dengan 28 Pebruari 2005.

Page 9: 08. PT PUSRI

2004 2003 2004 2003Disajikan Kembali Disajikan Kembali

(Rp 000) (Rp 000) (Rp 000) (Rp 000)

AKTIVA LANCAR KEWAJIBAN- Kas dan bank 5.8.1. 2,079,544,467 1,907,800,447- Deposito berjangka 5.8.2. 6,200,000 356,716,490 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK :- Surat berharga 5.8.3. 42,883,394 29,624,426 - Pinjaman jangka pendek 5.8.15. 264,950,146 51,800,000- Piutang usaha 5.8.4. 782,538,361 1,096,073,180 - Hutang usaha 5.8.16. 1,444,137,158 945,348,906- Piutang lain-lain 5.8.5. 750,970,713 539,585,445 - Hutang pajak 5.8.17. 133,100,206 181,804,739- Uang muka 5.8.6. 233,622,482 236,355,912 - Bagian hutang jangka panjang yang jatuh - Persediaan 5.8.7. 2,101,443,493 1,561,695,279 tempo dalam satu tahun 5.8.18. 528,144,872 1,281,684,598- Pajak dibayar dimuka 5.8.8. 30,244,118 0 - Hutang lain-lain 5.8.19. 351,289,580 326,675,569- Biaya dibayar di muka 5.8.9. 149,311,548 98,440,857 - Biaya yang masih harus dibayar 5.8.20. 637,259,285 859,414,659- Pendapatan yang masih harus diterima 5.8.10. 7,345,699 5,632,194 - Pendapatan diterima di muka 5.8.21. 184,439,577 106,297,854

Jumlah aktiva lancar 6,184,104,275 5,831,924,230 Jumlah kewajiban jangka pendek 3,543,320,824 3,753,026,325

KEWAJIBAN JANGKA PANJANG : 5.8.22.- Kewajiban pajak tangguhan 182,179,434 149,699,838

AKTIVA TIDAK LANCAR - Pinjaman dalam negeri 1,452,924,447 1,959,478,364Investasi jangka panjang 5.8.11. 175,163,608 189,097,608 - Pinjaman luar negeri 5,310,189,112 2,936,442,669

- Kewajiban jangka panjang lainnya 705,884,878 30,079,014Jumlah kewajiban jangka panjang 7,651,177,871 5,075,699,885

Aktiva tetap 5.8.12.Nilai perolehan 10,469,591,947 10,232,373,894 KEWAJIBAN LAIN-LAIN : 5.8.23.Akumulasi penyusutan (4,909,184,776) (4,400,396,223) - Dana pembinaan dan biaya manajemen 4,574,948 14,021,254Nilai buku 5,560,407,171 5,831,977,671 - Pendapatan yang ditangguhkan 8,349,938 25,295,850

Jumlah kewajiban lain-lain 12,924,886 39,317,104

Aktiva dalam pelaksanaan 5.8.13. 6,426,716,359 3,610,701,360 HAK SAHAM MINORITAS 5.8.24. 75,652,164 69,207,335

E K U I T A S

Aktiva lain-lain 5.8.14. M O D A L : 5.8.25.- Beban yang ditangguhkan 232,857,186 361,644,370- Piutang jangka panjang 35,078,267 24,862,806 - Modal dasar 10,000,000,000 10,000,000,000- Aktiva tetap tidak digunakan lagi 3,387,375 4,262,848 - Modal saham dalam portepel (6,280,232,000) (6,365,232,000)- Material dan suku cadang 61,108,616 42,743,268 - Modal disetor dan ditempatkan 3,719,768,000 3,634,768,000 - Suku cadang dan bahan pembantu lama bergerak 20,667,606 20,751,338- Aktiva lainnya 131,504,533 69,825,097 SALDO LABA 5.8.26.- Kliring piutang suku cadang dan bahan pembantu 4,717 31,325 - Cadangan umum 2,794,324,313 2,503,536,101

Jumlah aktiva lain-lain 484,608,300 524,121,052 - Cadangan bertujuan 335,115,203 258,785,440Jumlah aktiva tidak lancar 12,646,895,438 10,155,897,691 - Kerugian yang belum ditetapkan statusnya (63,274,978) (63,305,626)

- Laba / (rugi) tahun berjalan 761,991,430 716,787,3573,828,155,968 3,415,803,272

JUMLAH AKTIVA 18,830,999,713 15,987,821,921 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 18,830,999,713 15,987,821,921

- Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan.

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)

AKTIVA CATATANKEWAJIBAN DAN EKUITASCATATAN

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)NERACA KONSOLIDASIAN

PER 31 DESEMBER 2004 DAN 2003

1

Page 10: 08. PT PUSRI

2004 2003

Disajikan KembaliRp 000 Rp 000

1. Penjualan 5.8.27. 13,060,138,512 11,380,540,761 2. Harga pokok penjualan 5.8.28. 9,524,553,583 8,311,365,119 3. Laba bruto 3,535,584,929 3,069,175,642 4. Beban usaha 5.8.29.

1) Beban administrasi dan umum 1,532,987,243 1,359,221,660 2) Beban penjualan 656,467,552 436,908,839

Jumlah beban usaha 2,189,454,795 1,796,130,499 5. Laba usaha 1,346,130,134 1,273,045,143 6. Beban pinjaman 5.8.30. 347,424,092 376,845,003 7. Laba sebelum pendapatan dan beban lain-lain 998,706,042 896,200,140 8. Pendapatan dan beban lain-lain 5.8.31. 154,899,178 272,463,539

Laba/(rugi) sebelum pajak 1,153,605,220 1,168,663,679 10. Pajak penghasilan 5.8.32.

1) Pajak penghasilan (348,781,864) (376,300,484) 2) Pajak tangguhan (32,580,062) (67,483,242)

Jumlah pajak penghasilan (381,361,926) (443,783,726) 11. Laba/(rugi) sebelum pemilikan minoritas

anak perusahaan 772,243,294 724,879,953 12. Pemilikan minoritas anak perusahaan 5.8.33. 10,251,864 8,092,596 13. Laba/(rugi) bersih setelah pemilikan minoritas

anak perusahaan 761,991,430 716,787,357

- Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan bagian yangtidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan.

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)

URAIAN Catatan

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIRTANGGAL 31 DESEMBER 2004 DAN 2003

No.

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)LAPORAN LABA RUGI KONSOLIDASIAN

2

Page 11: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)

(Rp.000)

Catatan 2 3 4 5 = 3 + 4 6 = 2 + 5Saldo per 31 Desember 2002 (Disajikan Kembali) 5.5.26 3,634,768,000 2,222,359,819 807,699,273 3,030,059,092 6,664,827,092 - Koreksi Bonus ex PT Pupuk Kaltim (51,445,460) 0 (51,445,460) (51,445,460)

3,634,768,000 2,170,914,359 807,699,273 2,978,613,632 6,613,381,632

- Penerimaan atas kelebihan setoran pajak 0 4,489,090 0 4,489,090 4,489,090 - Koreksi/pembayaran kekurangan pajak 0 (15,533,187) 0 (15,533,187) (15,533,187) - Koreksi saldo laba 0 13,969,728 0 13,969,728 13,969,728 - Pembagian laba 0 539,657,615 (807,699,273) (268,041,658) (268,041,658) - Hak minoritas 0 (14,481,691) 0 (14,481,691) (14,481,691) - Laba tahun 2003 0 - 716,787,357 716,787,357 716,787,357 Saldo per 31 Desember 2003 (Disajikan Kembali) 3,634,768,000 2,699,015,914 716,787,357 3,415,803,271 7,050,571,271 - Penambahan penyertaan Pemerintah kepada PT Pupuk Iskandar Muda melalui PT Pusri 85,000,000 (85,000,000) 0 (85,000,000) - - Koreksi saldo laba 0 15,113,866 0 15,113,866 15,113,866 - Pembagian laba 0 453,379,957 (716,787,357) (263,407,400) (263,407,400) - Hak minoritas 0 (16,345,200) 0 (16,345,200) (16,345,200) - Laba tahun 2004 0 0 761,991,430 761,991,430 761,991,430 Saldo per 31 Desember 2004 3,719,768,000 3,066,164,537 761,991,430 3,828,155,967 7,547,923,967

- Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan.

1

SALDO LABA LABA PERIODE

BERJALAN KETERANGAN CADANGAN MODAL JUMLAH JUMLAH

EKUITAS

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS KONSOLIDASIAN

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIRTANGGAL 31 DESEMBER 2004 DAN 2003

3

Page 12: 08. PT PUSRI

2004 2003Disajikan Kembali

(Rp 000) (Rp 000)

1. ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI 1.1. Laba / (rugi) bersih sebelum pajak 1,153,605,220 1,168,663,679 1.2. Penyesuaian untuk rekonsiliasi laba ke kas dari aktivitas operasi.

1.2.1. Penurunan (kenaikan) surat berharga (13,258,968) (2,038,122) 1.2.2. Penurunan (kenaikan) piutang 104,882,981 146,244,035 1.2.3. Penurunan (kenaikan) persediaan (539,748,214) 250,567,902 1.2.4. Penurunan (kenaikan) pajak dibayar dimuka (30,244,118) 01.2.5. Penurunan (kenaikan) beban dibayar di muka (50,870,691) (51,483,787) 1.2.6. Penurunan (kenaikan) pendapatan masih harus diterima (1,713,505) (2,484,885) 1.2.7. Penurunan (kenaikan) aktiva lain-lain 39,512,752 (106,336,391) 1.2.8. Kenaikan (penurunan) hutang 93,335,804 (301,248,114) 1.2.9. Kenaikan (penurunan) beban yang masih harus dibayar (222,155,374) 14,990,082 1.2.10. Kenaikan (penurunan) pendapatan diterima di muka 78,141,723 (13,176,326) 1.2.11. Kenaikan (penurunan) kewajiban lain-lain (26,392,218) 68,049,261 1.2.12. Kenaikan (penurunan) hutang jangka panjang

yang akan jatuh tempo (753,539,726) (2,109,803) 1.2.13. Beban penyusutan - 500,316,971 1.2.14. Hak minoritas (2,584,992) 1,655,889

Sub jumlah penurunan (kenaikan) kas (1,324,634,546) 502,946,712

2. ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI 2.1. Penurunan (kenaikan) investasi/penyertaan 13,934,000 (13,886,259) 2.2. Penurunan (kenaikan) aktiva dalam pelaksanaan (2,816,014,999) 838,344,018 2.3. Penurunan (kenaikan) aktiva tetap (237,218,053) (1,727,214,253)

Sub jumlah penurunan (kenaikan) kas (3,039,299,052) (902,756,494)

3. ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN 3.1. Penarikan (pembayaran) pinjaman 213,150,146 (440,400,000) 3.2. Penarikan hutang jangka panjang 2,575,477,986 196,111,869 3.3. Pembagian laba :

- Dividen (222,646,748) (240,949,698) - Pembayaran tantiem & gratifikasi (10,803,122) (8,769,335) - Dana pembinaan (29,957,530) (18,322,625)

3.4. Koreksi cadangan (2,453,377) 13,969,729 3.5. Penerimaan atas kelebihan setoran pajak 0 4,489,090 3.6. Koreksi/pembayaran kekurangan pajak 0 (15,533,187)

Sub jumlah penurunan (kenaikan) kas 2,522,767,355 (509,404,157) 4. Total kenaikan/ (penurunan) kas bersih (687,561,023) 259,449,740 5. Kas dan setara kas awal tahun 2,264,516,937 2,005,067,197 6. Kas dan setara kas akhir tahun 1,576,955,914 2,264,516,937

Terdiri dari :- Kas dan Bank 2,079,544,467 1,907,800,447 - Deposito 6,200,000 356,716,490

- Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan.

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)

U R A I A N

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)LAPORAN ARUS KAS KONSOLIDASIAN

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR TANGGAL 31 DESEMBER 2004 DAN 2003

4

Page 13: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)

Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

5

5) CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN

5.1. U m u m 5.1.1. Dasar hukum pendirian

PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) atau lebih dikenal dengan sebutan PT PUSRI merupakan Badan Usaha Milik Negara yang didirikan berdasarkan akta notaris Eliza Pondaag nomor 177 tanggal 24 Desember 1959 dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia nomor 46 tanggal 7 Juni 1960. Kantor Pusat dan Pusat Produksi berkedudukan di Palembang Sumatera Selatan.

PT PUSRI, sejak berdiri telah mengalami perubahan bentuk badan usaha sebagai berikut:

♦ Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 1964, sejak bulan Mei 1964, PT PUSRI berubah dari Perseroan Terbatas menjadi Perusahaan Negara (PN);

♦ Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 1969 dan dengan akta notaris Soeleman Ardjasasmita, SH No. 4 tanggal 3 Januari 1970 dikembalikan lagi menjadi Perseroan Terbatas (PT).

5.1.2. Permodalan Sejalan dengan perkembangan industri pupuk di tanah air, Pemerintah Republik Indonesia melalui Peraturan Pemerintah nomor 17 tanggal 24 Juni 1997 dan nomor 28 tanggal 7 Agustus 1997, dengan akta notaris Imas Fatimah, SH nomor 47 tanggal 13 Agustus 1997 dan nomor 41 tanggal 14 Oktober 1997, menetapkan seluruh saham Pemerintah pada industri pupuk PT Pupuk Kujang, PT Pupuk Iskandar Muda, PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk. dan PT Petrokimia Gresik sejumlah Rp1.829.290.000.000,00 dialihkan kepemilikannya kepada PT PUSRI.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 34 tanggal 28 Pebruari 1998 menetapkan peralihan saham Pemerintah sebesar Rp6.000.000.000,00 di PT Mega Eltra kepada PT PUSRI, dan selanjutnya Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN dengan keputusan nomor Kep-26/M-PM. PBUMN/2000 tanggal 3 Juni 2000, menyetujui kapitalisasi laba ditahan PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk. sebesar Rp728.768.000.000,00 menjadi tambahan modal disetor. Dengan persetujuan Meneg BUMN melalui keputusan No. 117/MBU/2004 tanggal 27 Desember 2004 pemerintah menyetujui penambahan modal negara Republik Indonesia ke PT PUSRI yang selanjutnya dijadikan sebagai penambahan penyertaan modal PT PUSRI ke PT Pupuk Iskandar Muda sebesar Rp85.000.000.000,00.

Susunan modal PT PUSRI per 31 Desember 2004 adalah sebagai berikut:

♦ Modal dasar Rp 10.000.000.000.000,00 ♦ Modal dalam portepel Rp 6.280.232.000.000,00 ♦ Modal ditempatkan dan disetor penuh Rp 3.719.768.000.000,00

Page 14: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)

Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

6

Modal dasar sebesar Rp10.000.000.000.000,00 ditetapkan dengan akta perubahan anggaran dasar, akta notaris Imas Fatimah, SH nomor 41 tanggal 14 Oktober 1997 dan telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan keputusan nomor C2-10.682 HT.01.04.Th.97 tanggal 14 Oktober 1997.

Modal yang ditempatkan dan disetor penuh sebesar Rp3.719.768.000.000,00 terdiri atas:

♦ Penyertaan pemerintah pada PT PUSRI sebelumnya Rp 1.070.710.000.000,00

♦ Pelimpahan saham pemerintah pada: • PT Pupuk Kujang Rp 228.210.000.000,00 • PT Pupuk Iskandar Muda Rp 268.428.000.000,00 • PT Petrokimia Gresik Rp 396.420.000.000,00 • PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk. Rp 936.232.000.000,00 • PT Mega Eltra Rp 6.000.000.000,00 Sub jumlah Rp 1.835.290.000.000,00

♦ Kapitalisasi laba ditahan PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk per 31 Desember 1999 Rp 728.768.000.000,00

♦ Penyertaan modal pemerintah ke PT Pupuk Iskandar Muda yang berasal dari cadangan PT PUSRI Rp 85.000.000.000,00

Jumlah Rp 3.719.768.000.000,00

Dengan pelimpahan tersebut, penyertaan PT PUSRI pada anak perusahaan dan afiliasi per 31 Desember 2004 adalah sebagai berikut:

♦ Pelimpahan saham pemerintah pada : • PT Pupuk Kujang Rp 228.210.000.000,00 • PT Pupuk Iskandar Muda Rp 353.428.000.000,00 • PT Petrokimia Gresik Rp 396.420.000.000,00 • PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk. Rp 1.665.000.000.000,00 • PT Mega Eltra Rp 6.000.000.000,00 Sub jumlah Rp 2.649.058.000.000,00

♦ Penyertaan murni PT PUSRI pada: • PT Pupuk Iskandar Muda Rp 144.198.000.000,00 • PT Rekayasa Industri Rp 47.800.000.000,00 • PT Sri Melamin Rejeki Rp 7.517.000.000,00 • PT Puspetindo Gresik Rp 12.350.000.000,00 • PT Slipi Sri Indopuri Rp 8.123.000.000,00 Sub jumlah Rp 219.988.000.000,00

Jumlah Rp 2.869.046.000.000,00

Page 15: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)

Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

7

♦ Persentase kepemilikan saham (penyertaan) PT PUSRI pada anak

perusahaan dan afiliasi adalah sebagai berikut:

• PT Pupuk Kujang 100,00%, • PT Pupuk Iskandar Muda 100,00%, • PT Petrokimia Gresik 100,00%, • PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk. 100,00%, • PT Mega Eltra 100,00%, • PT Rekayasa Industri 90,06%, • PT Sri Melamin Rejeki 20,00%, • PT Puspetindo Gresik 33,18%. • PT Slipi Sri Indopuri 7,95%.

5.1.3. Susunan Komisaris dan Direksi

a. Dalam tahun 2004 terjadi penggantian susunan Dewan Komisaris sesuai

dengan keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia nomor KEP-64/MBU/2004 tanggal 8 Juli 2004, Komisaris Utama PT PUSRI adalah Drs. Mahmudin Yasin, MBA, didampingi oleh 5 orang komisaris sebagai berikut : ♦ Rifana Erni, S. Tek., MBA, ♦ Adolf Warouw, SH, LLM, ♦ DR. Ir. Kardaya Warnika, ♦ Drs. Tri Madadani, MM, ♦ Mayjen (Purn.) Cholid Ghozali.

b. Dalam tahun 2004, berdasarkan surat Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia nomor KEP-76/MBU/2004 tanggal 4 Agustus 2004 dan nomor KEP-91/MBU/2004 tanggal 9 September 2004, terjadi perubahan susunan dan pembidangan tugas Direksi PT PUSRI sebagai berikut: ♦ Direktur Utama : Ir. Dadang Heru Kodri, MM, ♦ Direktur Produksi : Ir. Indra Jaya, ♦ Direktur Teknik dan

Pengembangan : Ir. Sutarto Budidarmo,

♦ Direktur Pemasaran : Ir. Bowo Kuntohadi, MBA, ♦ Direktur Keuangan : Drs. Wiyas Y. Hasbu, Ak., MM, ♦ Direktur SDM dan Umum : Drs. Djafarudin Lexy S, MM.

5.2. Penerimaan Pinjaman dan Penjaminan Aktiva

Dalam rangka memperoleh pinjaman bank berupa kredit modal kerja dan kredit investasi (baik nasional maupun asing) serta pembukaan L/C impor, beberapa aktiva perusahaan berupa deposito berjangka, piutang usaha, persediaan dan aktiva tetap, dijadikan jaminan kepada pihak bank yang bersangkutan. Penjaminan aktiva perusahaan barkaitan dengan penerimaan pinjaman tersebut yang cukup material kami sajikan dalam penjelasan masing-masing akun yang bersangkutan.

Page 16: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)

Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

8

5.3. Dampak Krisis Moneter

Memburuknya perekonomian Indonesia yang dimulai sejak akhir tahun 1997 dan terus berlanjut hingga tahun 2004 dan sampai dengan saat pemeriksaan, membawa dampak yang sangat signifikan terhadap segala faktor kehidupan perekonomian di Indonesia. Kondisi perekonomian nasional yang kurang menguntungkan tersebut terutama dipengaruhi oleh terjadinya krisis bidang moneter, yang ditandai oleh fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap kurs dolar Amerika Serikat (US$) yang demikian tajam. Hingga saat laporan ini dibuat, nilai tukar Rupiah terhadap US$ belum menunjukkan tanda-tanda kestabilan pada suatu tingkat keseimbangan baru. Kondisi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap USD dalam tahun 2004 berkisar antara Rp8.574,00 dan Rp9.290,00 per US$. Belum adanya tanda-tanda kestabilan nilai tukar rupiah terhadap mata uang US$ tersebut membawa dampak yang signifikan terhadap kinerja PT PUSRI, yaitu diantaranya mengakibatkan melonjaknya biaya produksi, terutama yang menyangkut harga gas bumi dan suku cadang pabrik yang dibayar dengan menggunakan mata uang US$. Hal ini juga berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat terhadap produk-produk yang dihasilkan perusahaan. Dalam kondisi seperti tergambar di atas, terhadap faktor-faktor yang dapat dikendalikan perusahaan (controllable factors), pihak manajemen telah mengusahakannya dengan cukup baik, sehingga terdapat keyakinan yang cukup memadai bahwa perusahaan akan dapat tetap bertahan dan menjalankan kesinambungan usahanya dalam waktu-waktu mendatang. Kendati krisis ekonomi nasional berdampak terhadap kinerja perusahaan, seperti menurunnya tingkat perolehan laba dan melonjaknya biaya produksi, namun langkah-langkah yang telah dijalankan dan rencana-rencana yang telah disusun oleh perusahaan, memberikan gambaran yang jelas bahwa perusahaan senantiasa melakukan berbagai upaya strategis untuk mengurangi dampak krisis ekonomi nasional dan terus mengupayakan langkah-langkah penting guna mempertahankan kesinambungan usaha PT PUSRI selaku perusahaan holding. Langkah-langkah tersebut antara lain sebagai berikut : a. Program penghematan biaya dan peningkatan efisiensi. b. Optimalisasi pemanfaatan aktiva. c. Program manufacturing excellent (manufex) untuk meningkatkan utilisasi pabrik

dan mengurangi down time. d. Mengusahakan kontrak jangka panjang kepada ultimate buyer/ perusahaan multi

nasional yang mempunyai akses langsung dengan end buyer. Namun demikian, perusahaan tidak terlepas dari berbagai faktor yang berada di luar kendali manajemen (uncontrollable factors), seperti kebijakan-kebijakan ekonomi makro yang ditempuh pemerintah, kondisi perekonomian internasional, sampai dengan kondisi keamanan secara nasional. Dampak faktor-faktor tersebut terhadap kelangsungan usaha perusahaan, sangat tergantung pada seberapa besar dan penting pengaruhnya terhadap kegiatan usaha perusahaan.

Page 17: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)

Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

9

5.4. Rayonisasi Penjualan Pupuk Dengan kebijakan pemerintah melalui Surat Keputusan Menperindag No. SK 70/ MPP/ Kep/ 2/ 2003 t.m.t. 11 Februari 2003 yang direvisi dengan SK 356/ MPP/ Kep/ 5/ 2004 t.m.t. 27 Mei 2004, wilayah tanggung jawab pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi dibagi berdasarkan rayon untuk masing-masing produsen pupuk. Pola distribusi yang semula tunggal (hanya menjadi tanggung jawab PT PUSRI), berubah menjadi oleh masing-masing produsen pupuk lainnya berdasarkan rayon sebagai berikut:

Perusahaan Propinsi/wilayah penyaluran pupuk ♦ PT Pupuk Sriwidjaja

♦ PT Pupuk Iskandar Muda

♦ PT Pupuk Kujang

♦ PT Petrokimia Gresik

♦ PT Pupuk Kalimantan Timur

Sumatera Barat, Jambi, Riau, Bengkulu, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lampung, Banten, sebagian Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta dan sebagian Kalimantan Barat. Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara. Sebagian Jawa Barat

♦ Sebagian Jawa Timur (untuk pupuk urea) ♦ Seluruh wilayah Indonesia (untuk pupuk ZA, SP-

36, NPK). Sebagian Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, sebagian Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara dan Papua.

Kebijakan pemerintah ini meningkatkan efektifitas penyaluran pupuk ke seluruh wilayah Indonesia. Di sisi lain sarana dan prasarana distribusi yang telah lama dibangun oleh PT PUSRI di luar rayon penyalurannya (wilayah Indonesia Tengah dan Timur) menjadi kurang optimal. Untuk mengoptimalkan sarana dan prasarana distribusi di luar rayon milik PT PUSRI, PT PUSRI selaku induk holding melakukan Kerja Sama Operasi (KSO) antara PT PUSRI dengan anak-anak perusahaan. Bentuk kerja sama meliputi jasa pengantongan di Unit Pengantongan Pupuk (UPP) milik PT PUSRI, pengapalan pupuk produksi anak perusahaan menggunakan kapal PT PUSRI dan penyewaan gudang pupuk sesuai rayon masing-masing produsen.

5.5. Penerapan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

Dalam undang-undang nomor 13 tahun 2003, tanggal 25 Maret 2003 tentang Ketenagakerjaan, terdapat pasal-pasal yang mengatur kewajiban hukum bagi perusahaan terhadap karyawannya, yaitu Bab XII mengenai Pemutusan Hubungan Kerja (PKK) pasal 156 ayat 1, 2, 3 dan 4. Ayat 1 menetapkan dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang pesangon hak

Page 18: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)

Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

10

yang seharusnya diterima. Ayat 2 menetapkan perhitungan besarnya uang pesangon berdasarkan lamanya masa kerja. Ayat 3 menetapkan perhitungan uang penghargaan masa kerja berdasarkan lamanya masa kerja. Ayat 4 menetapkan uang penggantian hak yang seharusnya diterima. Kriteria pengakuan dan pengukuran kewajiban perusahaan terhadap karyawannya sebagaimana diuraikan di atas, mengacu kepada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 24, yang mengatur tentang imbalan kerja. Menurut PSAK 24 paragraf 139, perusahaan harus mengakui pesangon PKK sebagai kewajiban dan beban jika, dan hanya jika, perusahaan berkomitmen untuk: a. Memberhentikan seseorang atau sekelompok pekerja sebelum tanggal pensiun

normal; atau b. Menyediakan pesangon bagi pekerja yang menerima penawaran mengundurkan diri

secara sukarela. Kewajiban diestimasi menurut paragraph 15 harus diakui apabila ketiga kondisi berikut dipenuhi: a. Perusahaan memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat

konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa lalu. b. Besar kemungkinan (probable) penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan arus

keluar sumber daya, dan c. Estimasi yang handal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat. Perusahaan kemungkinan akan memiliki kewajiban yang sama berupa pembayaran uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak terhadap karyawan tetap, apabila terjadi pemberhentian terhadap karyawan tersebut di masa yang akan datang.

Sesuai dengan undang-undang nomor 13 tahun 2003 tersebut perusahaan telah melakukan estimasi kewajiban yang dilakukan oleh aktuaris independen. Namun demikian, perhitungan aktuaris untuk PT Pupuk Iskandar Muda belum dilakukan karena perusahaan masih dalam tahap transisi sehingga estimasi yang handal mengenai jumlah kewajiban tersebut belum dapat dibuat. Berdasarkan pengalaman selama ini, belum pernah terjadi pemutusan hubungan kerja di perusahaan, sehingga manajemen berkeyakinan kecil kemungkinan terjadi pemutusan hubungan kerja yang akan mengakibatkan terjadinya arus keluar sumber daya.

Khusus untuk anak perusahaan, PT Mega Eltra, PT Petrokimia Gresik dan PT Rekayasa Industri, kewajiban yang timbul atas kesejahteraan pegawai di masa yang akan datang tidak menjadi tanggung jawab perusahaan karena telah dialokasikan kepada pihak ketiga yaitu PT Asuransi Jiwasraya (Persero).

5.6. Program Manfaat Pensiun

Perusahaan menyelenggarakan program pensiun untuk karyawan tetap yang memenuhi syarat kepesertaan. Sumber dana program ini berasal dari kontribusi perusahaan dan karyawan yang dikelola pada lembaga sebagai berikut:

Page 19: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)

Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

11

Perusahaan Penempatan Dana Pensiun ♦ PT Pupuk Sriwidjaja ♦ PT Pupuk Kujang ♦ PT Pupuk Iskandar Muda ♦ PT Petrokimia Gresik ♦ PT Pupuk Kalimantan Timur ♦ PT Rekayasa Industri ♦ PT Mega Eltra

♦ Dana Pensiun Pusri ♦ Yayasan Hari Tua Karyawan ♦ Dana Pensiun, THT dan Prokespen ♦ PT Asuransi Jiwasraya (Persero) ♦ Dana Pensiun Pupuk Kalimantan Timur ♦ PT Asuransi Jiwasraya (Persero) ♦ PT Asuransi Jiwasraya (Persero)

Sesuai dengan PSAK 24, penilaian terakhir atas biaya manfaat pensiun perusahaan dilakukan oleh aktuaris independen.

5.7. Kebijakan akuntansi

Kebijakan akuntansi yang diterapkan mengacu kepada Standar Akuntansi Keuangan (SAK), undang-undang dan peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia serta praktik-praktik akuntansi yang lazim berlaku di Indonesia. Pokok-pokok kebijakan akuntansi penting yang dianut oleh perusahaan adalah sebagai berikut:

5.7.1. Penyajian laporan keuangan

Laporan keuangan konsolidasian disusun menggunakan dasar akrual (accrual basis), kecuali untuk laporan arus kas konsolidasian. Laporan arus kas konsolidasian disusun dengan menggunakan metode tidak langsung. Untuk tujuan laporan arus kas, kas dan setara kas mencakup kas, bank dan investasi jangka pendek yang jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang, setelah dikurangi cerukan (overdraft). Jumlah mata uang yang disajikan dalam laporan keuangan konsolidasian beserta lampirannya dibulatkan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain.

5.7.2. Prinsip konsolidasian

Laporan keuangan konsolidasian meliputi laporan keuangan induk perusahaan dan anak perusahaan dimana induk dan anak perusahaan mempunyai penyertaan saham dengan hak suara lebih dari 50%, baik langsung maupun tidak langsung serta apabila induk dan anak perusahaan memiliki 50% atau kurang saham dengan hak suara tetapi dapat dibuktikan adanya pengendalian. Porsi kepemilikan pemegang saham minoritas atas aktiva bersih anak perusahaan disajikan sebagai “Hak Minoritas” di neraca konsolidasian. Penyertaan saham pada anak perusahaan dengan kepemilikan lebih dari 50% adalah sebagai berikut:

Page 20: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)

Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

12

Nama Perusahaan Persentase Penyertaan Anak perusahaan PT Pupuk Sriwidjaja (Persero)

♦ PT Pupuk Kujang 100,00 % ♦ PT Pupuk Iskandar Muda 100,00 % ♦ PT Pupuk Kalimantan Timur 100,00 % ♦ PT Petrokimia Gresik 100,00 % ♦ PT Rekayasa Industri 90,06 % ♦ PT Mega Eltra 100,00 % Anak perusahaan PT Pupuk Kujang :

♦ PT Kawasan Industri Kujang Cikampek 96,19 % Anak perusahaan PT Petrokimia Gresik : ♦ PT Petrosida Gresik 99,99 % ♦ PT Petrokimia Kayaku 60,00 % Anak perusahaan PT Pupuk Kalimantan Timur :

♦ PT Kaltim Industrial Estate 99,99 % ♦ PT Kaltim Daya Mandiri 81,00% ♦ PT Kaltim Jasa Security 70,00%

Nama Perusahaan Persentase Penyertaan Anak perusahaan PT Rekayasa Industri :

♦ Rekayasa Industri Malaysia Sdn. Bhd 100,00 % ♦ PT Yasa Industri Nusantara 80,00 % ♦ PT Tracon Industri 80,00 % ♦ PT Rekayasa Engineering 80,00 % Anak perusahaan PT Mega Eltra : ♦ PT Sigma Utama 100,00 %

Sisa kepemilikan saham PT Rekayasa Industri sebesar 9,94% merupakan kepemilikan dari PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk. dan Pemerintah Republik Indonesia masing-masing sebesar 4,97%. Dalam menyusun laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan induk perusahaan dan anak digabungkan satu persatu dengan menjumlahkan unsur-unsur yang sejenis dari aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban. Agar laporan keuangan konsolidasian dapat menyajikan informasi keuangan dari kelompok perusahaan tersebut sebagai satu kesatuan ekonomi, maka perlu dilakukan langkah-langkah berikut:

Page 21: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)

Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

13

♦ saldo nilai tercatat (carrying amount) penyertaan induk perusahaan pada masing-masing anak perusahaan, dieliminasi dengan ekuitas anak perusahaan yang menjadi bagian induk perusahaan;

♦ saldo antar perusahaan dan transaksi antar perusahaan dalam kelompok perusahaan tersebut, termasuk penjualan, beban dan dividen harus dieliminasi seluruhnya;

♦ keuntungan dan kerugian yang belum direalisir (unrealized profits) yang berasal dari transaksi antar perusahaan harus dieliminasi.

Laporan keuangan konsolidasian disusun dengan menggunakan kebijakan akuntansi yang sama untuk transaksi, peristiwa, dan keadaan yang sama atau sejenis. Apabila tidak mungkin digunakan kebijakan akuntansi yang sama dalam menyusun laporan keuangan konsolidasian, maka dilakukan penyesuaian yang diperlukan terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut. Apabila penyesuaian yang diperlukan tersebut tidak dapat dihitung, maka fakta tersebut diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan konsolidasian, beserta proporsi unsur tersebut terhadap unsur sejenis dalam laporan keuangan konsolidasian (PSAK No.4 paragraf 11).

5.7.3. Piutang dan penyisihan piutang

♦ Piutang usaha diakui berdasarkan bukti-bukti antara lain faktur, Surat Pengeluaran Barang (SPB), berita acara serah terima barang dan laporan pengapalan.

♦ Piutang subsidi harga gas bumi untuk pupuk urea diakui sebesar selisih harga gas bumi menurut kontrak atau yang ditetapkan oleh Menteri Pertambangan dan Energi dengan harga yang dibebankan kepada perusahaan menurut keputusan Menteri Keuangan. Piutang subsidi harga gas bumi diakui secara bulanan berdasarkan pupuk urea yang telah disalurkan ke Lini IV.

♦ Piutang subsidi harga jual pupuk non urea diakui sebesar selisih harga pokok penjualan ditambah margin yang diperkenankan (HPP) dengan Harga Eceran Tertinggi (HET). Piutang subsidi harga jual pupuk diakui secara bulanan berdasarkan produk urea yang telah disalurkan ke sektor pangan.

♦ Piutang klaim dicatat setelah ada persetujuan besarnya klaim oleh perusahaan asuransi, pengangkutan atau pihak ketiga lainnya dengan mengkredit pendapatan lain-lain.

♦ Penyisihan piutang atas kemungkinan adanya piutang yang tidak tertagih (kecuali untuk piutang yang ada jaminannya, piutang kepada Pemerintah dan atau piutang antar produsen pupuk) diatur sebagai berikut: - Saldo piutang masing-masing debitur tidak bergerak atau tidak ada mutasi

pembayaran satu sampai dua tahun disisihkan sebesar 50%. - Saldo piutang masing-masing debitur tidak bergerak atau tidak ada mutasi

pembayaran lebih dari dua tahun disisihkan sebesar 100%. ♦ Penerimaan kembali piutang yang telah dihapus, dicatat sebagai pendapatan

lain-lain.

Page 22: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)

Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

14

♦ Khusus untuk piutang kepada Pemerintah disisihkan setelah adanya kepastian bahwa piutang tersebut tidak akan terealisir.

5.7.4. Persediaan barang jadi

♦ Penilaian persediaan barang jadi di pabrik selama tahun berjalan dihitung dengan menggunakan metode rata-rata tertimbang biaya produksi, dan pada akhir tahun nilai persediaan dihitung sesuai hasil perhitungan fisik (stock taking).

♦ Penilaian persediaan barang jadi di Unit Pengantongan Pupuk (UPP) dan

Pemasaran Pusri Daerah (PPD), selama tahun berjalan dihitung dengan menggunakan metode rata-rata harga penyerahan per jenis pupuk. Apabila terjadi selisih antara hasil perhitungan fisik (stock taking) dengan administrasinya, maka selisih lebih atau kurang dibukukan dengan mengkoreksi nilai persediaan akhir dan dicatat pada perkiraan pendapatan atau biaya lain-lain.

♦ Nilai persediaan pupuk hasil produksi dalam negeri dihitung berdasarkan harga rata-rata pembelian pupuk dari masing-masing produsen sesuai syarat-syarat penyerahan yang telah disepakati dalam kontrak jual beli.

♦ Nilai persediaan pupuk eks impor dihitung berdasarkan harga rata-rata

pembelian pupuk dari produsen luar negeri (impor sendiri) atau importir niaga ditambah biaya-biaya lokal sampai di gudang lini II pelabuhan utama (mainport).

5.7.5. Persediaan barang setengah jadi

Penilaian persediaan barang setengah jadi tahun berjalan dihitung dengan menggunakan metode rata-rata bergerak biaya produksi.

5.7.6. Persediaan bahan baku dan bahan pembantu

Persediaan bahan baku dan bahan pembantu dibukukan berdasarkan harga perolehannya (at cost) sedangkan pemakaiannya dihitung dengan metode rata-rata bergerak.

5.7.7. Persediaan suku cadang

♦ Persediaan suku cadang dibukukan berdasarkan harga perolehannya (at cost) sedangkan pemakaiannya dihitung dengan metode rata-rata bergerak.

♦ Penurunan nilai persediaan dilakukan dengan cara pembebanan langsung.

Terhadap persediaan suku cadang yang telah dinyatakan rusak atau secara teknis tidak dapat digunakan (usang) sesuai dengan hasil stock opname, sebelum mendapatkan persetujuan formal untuk menghapuskannya, dilakukan penyisihan sebesar 100% dari nilai suku cadang bersangkutan dan

Page 23: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)

Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

15

disajikan dalam kelompok aktiva lain-lain dengan menyisakan nilai buku sebesar Rp1,00 untuk setiap jenis suku cadang.

♦ Suku cadang yang diperbaiki sehingga dapat berfungsi kembali, dibukukan

sebagai persediaan sebesar nilai perolehannya kembali (nilai repair dan nilai lainnya sehingga suku cadang tersebut siap untuk difungsikan).

♦ Persediaan suku cadang dan bahan pembantu yang tidak bergerak lebih dari

empat tahun, diklasifikasikan sebagai persediaan suku cadang dan bahan pembantu yang lama bergerak (slow moving) dan dikelompokkan pada laporan keuangan sebagai aktiva lain-lain.

5.7.8. Investasi jangka panjang

Penyertaan pada perusahaan-perusahaan lain dinilai dengan metode sebagai berikut: ♦ Metode biaya (cost method), apabila saham yang dimiliki kurang dari 20%

dan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen perusahaan yang sahamnya dimiliki, sedangkan dividen yang diperoleh dibukukan sebagai pendapatan lain-lain.

♦ Metode ekuitas (equity method), apabila saham yang dimiliki 20% atau lebih

dan mempunyai pengaruh signifikan atas investee kecuali dibuktikan sebaliknya. Dividen yang diperhitungkan didasarkan atas hasil RUPS dan dibukukan sebagai penambahan penyertaan dan realisasi pembayaran dividen, dibukukan sebagai pengurangan penyertaan.

♦ Yang dimaksud dengan pengaruh signifikan adalah sebagai berikut: a) Mempunyai hak suara lebih dari 50% berdasarkan suatu perjanjian

dengan investor lainnya. b) Mempunyai hak untuk mengatur dan menentukan kebijakan finansial dan

operasional perusahaan berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian. c) Mampu menunjuk atau memberhentikan mayoritas pengurus perusahaan. d) Menguasai suara mayoritas dalam rapat pengurus.

5.7.9. Aktiva tetap dan penyusutan

Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun (PSAK No. 16, paragraph 5). ♦ Pengakuan Aktiva Tetap

a. Suatu benda berwujud harus diakui sebagai aktiva dan dikelompokkan sebagai aktiva tetap bila:

Page 24: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)

Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

16

- Besar kemungkinan (probable) bahwa manfaat ekonomis di masa mendatang berkaitan dengan aktiva tersebut akan mengalir ke dalam perusahaan.

- Biaya perolehan aktiva dapat diukur secara handal. b. Batasan penetapan aktiva tetap (Capital expenditure and revenue

expenditure) disesuaikan dengan kebijakan masing-masing anggota holding yaitu sebagai berikut: ♦ PT Pupuk Sriwidjaja Rp 5.000.000,00 ♦ PT Pupuk Kujang Rp 1.000.000,00 ♦ PT Pupuk Iskandar Muda Rp 1.000.000,00 ♦ PT Pupuk Kalimantan Timur Rp 1.000.000,00 ♦ PT Rekayasa Industri Rp 1.000.000,00 ♦ PT Petrokimia Gresik :

• Bangunan Rp 14.000.000,00 • Mesin Rp 14.000.000,00 • Alat berat Rp 14.000.000,00 • Kendaraan Rp 4.000.000,00 • Inventaris Rp 5.000.000,00

♦ PT Mega Eltra Rp 1.000.000,00

♦ Penyusutan Penyusutan aktiva tetap dihitung berdasarkan persentase tetap dari nilai buku, kecuali untuk kelompok bangunan atas dasar metode garis lurus dari nilai perolehan, sesuai dengan penggolongan yang diatur dalam undang-undang nomor 10 tahun 1994 tentang perubahan atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

♦ Aktiva tetap dalam bentuk siap pakai yang diperoleh melalui pembelian, dinilai berdasarkan harga perolehannya, yaitu harga beli ditambah semua biaya yang telah dikeluarkan dalam rangka menempatkan aktiva tersebut pada kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan dan dicatat berdasarkan berita acara penerimaan aktiva tetap yang bersangkutan.

♦ Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara membangun sendiri, dinilai

berdasarkan harga perolehannya yang dipindahbukukan dari aktiva dalam pelaksanaan dan dicatat berdasarkan laporan proyek selesai (close out report) dan berita acara serah terima dari penanggung jawab pembangunan atau pembuatan aktiva tetap yang bersangkutan.

♦ Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara pembangunan yang dilakukan oleh

pihak ketiga dinilai berdasarkan harga perolehannya yang dipindahbukukan dari aktiva dalam pelaksanaan dan dicatat berdasarkan berita acara serah terima dari pihak ketiga (pemborong) bersangkutan.

Page 25: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)

Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

17

Sesuai dengan Kep 138/KMK.03/2002 tentang perbaikan atas keputusan Menteri Keuangan No. 520/KMK.04/2000 tentang jenis-jenis harta yang termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan, mesin kantor seperti mesin tik, mesin hitung, duplikator, mesin fotokopi, mesin akunting/pembukuan, komputer, printer, scanner dan sejenisnya termasuk ke dalam kelompok 1.

5.7.10. Aktiva dalam pelaksanaan

♦ Pengeluaran atau pembebanan biaya dalam rangka pembangunan atau pembuatan aktiva yang masih dalam tahap persiapan atau penyelesaian dibukukan sebagai aktiva dalam pelaksanaan dan disajikan dalam kelompok aktiva tetap. Pada saat proyek telah selesai dan dinyatakan beroperasi secara komersial berdasarkan berita acara rampung (close out report), maka atas investasi tersebut pencatatannya dialihkan sebagai aktiva tetap dan disusutkan sesuai dengan penggolongannya, sejak proyek tersebut dinyatakan telah beroperasi secara komersial.

♦ Aktiva tetap yang dibangun oleh pihak ketiga, dinilai berdasarkan kemajuan fisik sesuai dengan berita acara dan dibukukan pada saat pembayaran kepada pihak ketiga dan disajikan dalam kelompok aktiva tetap.

♦ Sisa material dari proyek yang telah selesai dipindahkan ke persediaan rutin

dengan nilai Rp1,00.

5.7.11. Pengakuan aktiva pajak tangguhan

Aktiva pajak tangguhan (deferred tax asset) diakui untuk seluruh perbedaan temporer yang boleh dikurangkan, sepanjang besar kemungkinan perbedaan temporer yang boleh dikurangkan tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba fiskal pada periode yang akan datang, kecuali aktiva pajak tangguhan yang timbul dari: a. Goodwill negatif yang diakui sebagai pendapatan tangguhan sesuai dengan

PSAK No. 22 tentang akuntansi penggabungan usaha. b. Pengakuan awal aktiva atau kewajiban suatu transaksi yang:

1) bukan transaksi penggabungan usaha, dan 2) tidak mempengaruhi baik laba akuntansi maupun fiskal.

5.7.12. Pengakuan kewajiban pajak tangguhan

Perbedaan temporer kena pajak (PSAK No. 46, paragraph 65) diakui sebagai kewajiban pajak tangguhan, kecuali jika timbul perbedaan temporer kena pajak : a. Dari goodwill yang amortisasinya tidak dapat dikurangkan untuk tujuan

fiskal,

Page 26: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)

Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

18

b. Pada saat pengakuan awal aktiva atau kewajiban suatu transaksi yang: 1) Bukan transaksi penggabungan usaha. 2) Pada saat transaksi, tidak mempengaruhi baik laba akuntansi maupun

fiskal.

5.7.13. Biaya ditangguhkan Biaya-biaya yang berjumlah signifikan yang mempunyai manfaat di masa yang akan datang ditangguhkan pembebanannya dan diamortisir selama pelaksanaan proyek atau estimasi masa manfaatnya. Biaya-biaya tersebut adalah sebagai berikut: a. Biaya pra operasi, perbaikan dan sewa

Pengeluaran perusahaan atas biaya yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun dibukukan sebagai biaya yang ditangguhkan dan diamortisasikan berdasarkan metode garis lurus sesuai dengan masa manfaatnya.

b. Biaya dana pensiun Perusahaan induk dan perusahaan anak menyelenggarakan program pensiun untuk seluruh karyawannya. Besarnya iuran karyawan peserta dan perusahaan setiap bulan ditetapkan sesuai kebijakan masing-masing perusahaan. Kewajiban perusahaan atas perubahan masal gaji pokok karyawan (terbit past service liabilities) atau sesuai penilaian aktuaris bahwa perusahaan yang menyelenggarakan program pensium manfaat pasti perlu melakukan penyetoran, diamortisasikan berdasarkan metode garis lurus selama rata-rata sisa umur karyawan.

5.7.14. Aktiva yang tidak atau belum dipakai

♦ Aktiva tetap yang tidak digunakan lagi untuk operasional perusahaan (karena

rusak atau usang), sebelum mendapatkan persetujuan formal untuk menghapuskannya, secara administratif dikeluarkan dari perkiraan aktiva tetap dan dipindahbukukan ke dalam kelompok aktiva lain-lain. Terhadap aktiva tetap tersebut dilakukan penyusutan sekaligus sebesar nilai buku dan dibebankan sebagai biaya lain-lain.

♦ Aktiva yang belum dipakai dalam operasional perusahaan dicatat dalam perkiraan aktiva tetap.

5.7.15. Aktiva penyangga

♦ Aktiva yang diklasifikasikan sebagai aktiva penyangga disajikan pada aktiva tetap. Kriteria aktiva penyangga tersebut adalah sebagai berikut: • Aktiva yang pemakaiannya tidak dapat diperkirakan sebelumnya. • Nilainya cukup material sesuai batasan Capital Expenditure and Revenue

Expenditure (CERE). • Sulit untuk mendapatkannya. • Bila tidak ada, akan mengganggu kelancaran produksi.

Page 27: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)

Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

19

♦ Aktiva penyangga ini akan disusutkan sepanjang satu periode waktu yang tidak melebihi masa manfaat dari aktiva tetap yang berhubungan (disusutkan selama sisa umur ekonomis pabrik).

♦ Aktiva penyangga yang sudah diamortisir namun masih dipakai dan

mempunyai nilai buku, dibukukan dengan mendebet perkiraan akumulasi aktiva induk.

5.7.16. Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa

Perusahaan dan anak-anak perusahaan mempunyai hubungan istimewa dengan pihak-pihak tertentu seperti yang diungkapkan pada PSAK No. 7 paragraf 4 sebagai berikut :

a. Perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara (intermediaries), mengendalikan atau dikendalikan oleh, atau berada di bawah pengendalian bersama, dengan perusahaan pelapor (termasuk holding companies, subsidiaries, dan fellow subsidiaries);

b. Perusahaan asosiasi (associated company);

c. Perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan hak suara di perusahaan pelapor yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut (yang dimaksudkan dengan anggota keluarga dekat adalah mereka yang dapat diharapkan mempengaruhi atau dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan perusahaan pelapor);

d. Karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin dan mengendalikan kegiatan perusahaan pelapor yang meliputi anggota dewan komisaris, direksi dan manajer dari perusahaan serta anggota keluarga dekat orang-orang tersebut; dan

e. Perusahaan di mana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam c. atau d., atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. Ini mencakup perusahaan-perusahaan yang dimiliki anggota dewan komisaris, direksi atau pemegang saham utama dari perusahaan pelapor dan perusahaan-perusahaan yang mempunyai anggota manajemen kunci yang sama dengan perusahaan pelapor.

Seluruh transaksi yang material dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan konsolidasian.

5.7.17. Proyek-proyek yang sedang dilaksanakan oleh perusahaan

a. Proyek yang sedang dilaksanakan

1). Pendirian pabrik hidrogen peroksida Proyek di lokasi eks pabrik Intirub Palembang ini berkapasitas produksi 25.000 ton/tahun dan bertujuan untuk menunjang diversifikasi produk,

Page 28: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)

Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

20

penjualan utilitas, bahan baku, sewa lahan dan lain-lain dengan membentuk perusahaan patungan antara PT Samator Sriwijaya dengan pihak swasta. Saat ini proyek sedang dalam status mereview studi kelayakan disesuaikan dengan kondisi saat ini.

2). Pembangunan pabrik Nitrogen Phospor Kalium (NPK) Proyek yang dibangun di lokasi eks pabrik Intirub Palembang ini bertujuan untuk menunjang diversifikasi produk dalam bentuk berbagai jenis pupuk NPK dalam negeri melalui pembentukan perusahaan patungan PT Agri Indomas bekerjasama dengan Narsco Kuok Fertilizer dan Tuaian Budi, Malaysia dengan kapasitas produksi 120.000 ton per tahun. Produksi pertama ditargetkan pada triwulan-4 tahun 2004. Saat ini proyek sedang dalam tahap commissioning dan start up pabrik.

3). Pembangunan pabrik pupuk Bio Proyek ini dibangun di lokasi eks pabrik Intirub Palembang, bertujuan untuk menunjang diversifikasi produk melalui pembentukan perusahaan patungan antara PT PUSRI Mitra Agribisnis dengan PT Multi Usaha Wisesa & Koperasi Perintis Mitra Utama dengan kapasitas produksi 50.000 ton / tahun. Saat ini proyek sedang menunggu izin pembentukan perusahaan patungan dari Meneg BUMN.

4). Proyek Urea – Amoniak – Methanol di Senoro, Sulawesi Tengah Proyek ini merupakan pengembangan industri urea – amoniak yang hemat energi dan methanol sebagai komoditas masa depan yang berkapasitas urea - amoniak 2.000 - 3.000 MTPD dan methanol 3.000 – 4.000 MTPD. Saat ini sedang dilakukan negosiasi ke PT Medco Eng Int, PT Medco E & P Tomori, Pertamina, dan BP Migas untuk memperoleh jaminan supply dan kesepakatan harga gas bumi.

5). Debottlenecking pabrik amoniak Pusri-2, Pusri-3 dan Pusri 4 Proyek ini merupakan pengganti proyek revamp amoniak Pusri III/IV bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, produksi, keandalan pabrik dan memperpanjang umur pabrik. Saat ini kegiatan proyek sedang dalam tahap perumusan awal kegiatan plant audit dan debottleneck.

6). Proyek Kaltim-4 Proyek ini merupakan pembangunan satu unit pabrik berkapasitas 570.000 ton urea dan 330.000 ton amoniak per tahun. Untuk melaksanakan proyek ini perusahaan bekerjasama dengan PT Rekayasa Industri dan Mitsubishi Heavy Industries Ltd (MHI) untuk jasa rekayasa, pengadaan & konstruksi dan jasa pasokan.

7). Proyek Kujang 1B Proyek ini merupakan pendirian satu unit pabrik urea yang telah mencapai kemajuan proyek sebesar 91,57% dan kemajuan pendanaan sebesar 87,95%. Untuk melaksanakan proyek ini perusahaan bekerjasama dengan Toyo Engineering Corporation.

8). Proyek PIM 2 Pembangunan pabrik PIM 2 yang dimulai sejak 23 Maret 1999 telah mencapai kemajuan 99,98% setelah mengalami tiga kali penundaan karena faktor keamanan.

Page 29: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)

Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

21

b. Proyek yang dibatalkan

1). Pelaksanaan Revamp Amoniak Pusri III/IV Karena tidak ada vendor yang dapat memenuhi persyaratan, proyek ini dibatalkan dan diganti dengan proyek debottlenecking pabrik amoniak Pusri II, III dan IV.

2). Relokasi urea granulation unit eks Namhae Chemical Corporation (NCC) ke Palembang Proyek ini dibatalkan antara lain karena kapasitas pabrik eks NCC lebih besar dari ekses urea larutan yang tersedia di PUSRI. Kegiatan proyek dilanjutkan dengan melakukan kajian pabrik baru dengan kapasitas 600 MTPD.

3). Pembangunan pabrik pupuk organik di DKI Jakarta Proyek yang berkapasitas produksi 1.000 ton/ hari ini dibatalkan karena tidak ada kepastian dari Pemda DKI terhadap rencana pembangunan pabrik pupuk organik dengan bahan baku sampah.

4). Relokasi pabrik melamin eks NCC ke Palembang Proyek ini dibatalkan antara lain karena kapasitas pabrik eks NCC lebih besar dari ekses urea larutan yang tersedia di PUSRI. Kegiatan proyek dilanjutkan dengan melakukan kajian pabrik baru dengan kapasitas 600 MTPD.

5). Pengadaan kapal urea tambahan Proyek ini dibatalkan karena berdasarkan kajian ekonomis proyek tidak layak.

6). Pembangunan pabrik asam nitrat & ammonium nitrat di eks pabrik Intirub Palembang Proyek ini dibatalkan karena belum diperoleh pasar yang memadai.

5.7.18. Biaya selama masa pelaksanaan proyek

♦ Biaya selama masa pelaksanaan proyek terdiri dari biaya tenaga kerja, biaya material dan biaya overhead.

♦ Biaya tenaga kerja dan material langsung dibukukan sebesar nilai

Construction in Progress (CIP), sedangkan biaya overhead yang dialokasikan ke nilai CIP hanya overhead yang berkaitan langsung dengan kegiatan proyek.

♦ Bunga selama masa konstruksi (interest during construction) dikapitalisir

sebagai bagian dari nilai CIP dengan perlakuan sebagai berikut : • Bunga yang dikapitalisir berasal dari pinjaman yang ditujukan khusus

untuk membiayai proyek yang bersangkutan. • Dalam hal satu pinjaman digunakan untuk membiayai beberapa proyek,

maka beban bunga ke masing-masing proyek dihitung secara proporsional berdasarkan realisasi penambahan biaya proyek yang bersangkutan.

• Periode kapitalisasi bunga dimulai dengan adanya pembayaran atau pembebanan pertama atas bunga pinjaman untuk proyek yang

Page 30: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)

Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

22

bersangkutan dan terus berlanjut sampai dengan selesainya proyek tersebut.

♦ Biaya-biaya commitment charges dibukukan tersendiri sebagai biaya yang

ditangguhkan. ♦ Hasil penjualan produksi selama masa produksi percobaan, pendapatan atas

klaim keterlambatan dan hasil penjualan dokumen tender, diperlakukan sebagai pengurang biaya proyek dengan urutan sebagai berikut : • Biaya start-up, • Biaya pra operasi, • Commitment charges, • Interest during construction, • Biaya overhead proyek.

♦ Nilai sisa material proyek yang terjadi merupakan nilai CIP yang dipindahkan

ke Aktiva Tetap. Sedangkan fisik dari sisa material proyek tersebut akan dipindahkan ke persediaan rutin dengan nilai tercatat.

♦ Pengeluaran untuk memperoleh patent proses yang dapat dijual

(royalty/license) yang dibayar sekaligus untuk keperluan proyek, dibukukan tersendiri sebagai Aktiva Lain-lain dan diamortisasikan selama jangka waktu tertentu. Apabila royalty/license tersebut dijual kembali sebelum habis masanya, maka hasil penjualan tersebut dibukukan sebagai pendapatan lain-lain.

5.7.19. Hutang pajak

♦ Jumlah pajak penghasilan (PPh) badan yang harus dilunasi oleh perusahaan atas perolehan laba kena pajak selama tahun berjalan, setelah diperhitungkan (dikompensasikan) dengan pajak penghasilan dibayar di muka, dibukukan sebagai hutang pajak.

♦ Pajak-pajak penghasilan yang lain yang telah dipungut tetapi belum disetorkan ke kas negara sampai dengan tanggal penutupan buku, dibukukan sebagai hutang pajak.

♦ PPN keluaran yang masih harus disetor sebesar hasil kompensasi antara PPN keluaran terhutang dengan PPN masukan yang dapat dikreditkan, dibukukan sebagai hutang pajak.

5.7.20. Beban pinjaman

♦ Beban yang timbul atas pinjaman jangka pendek maupun jangka panjang berupa bunga dan biaya lainnya diakui sebagai beban pada periode terjadinya biaya pinjaman tersebut, kecuali biaya pinjaman yang secara langsung dapat dikaitkan dengan perolehan, konstruksi atau produksi suatu aktiva.

Page 31: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)

Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

23

♦ Terhadap beban ini dikelompokkan tersendiri pada penyajian perhitungan laba rugi.

5.7.21. Pengakuan pendapatan dan beban

♦ Pengakuan pendapatan penjualan produk berdasarkan basis akrual, yaitu pada saat penyerahan terjadi dan dinyatakan dengan bukti-bukti antara lain faktur dan berita acara penyerahan barang, sedangkan pengakuan pendapatan jasa berdasarkan kemajuan fisik dan dinyatakan dengan bukti berita acara.

♦ Pengakuan beban tahun berjalan berdasarkan basis akrual, yaitu pada saat

barang atau jasa dimanfaatkan dalam operasi perusahaan. Pada akhir tahun dilakukan pisah batas (cut off) atas pengeluaran yang telah dan atau belum terjadi.

5.7.22. Pinjam meminjam sparepart

♦ Pengembalian dalam bentuk barang

Nilai hutang-piutang atas transaksi pinjam-meminjam sparepart disesuaikan dengan nilai master stock ledger pihak yang meminjamkan barang dan pada saat penggantian nilai barang tersebut, disesuaikan dengan nilai pada saat barang tersebut dipinjamkan sehingga bagi yang meminjamkan tidak ada penilaian kembali terhadap barang tersebut. Bagi pihak yang meminjam barang, selisih terhadap nilai barang pada saat meminjam dengan nilai pada saat pembelian atau pengembalian, perlakuan akuntansinya disesuaikan dengan periode pengembalian atau penggantiannya, yaitu jika penggantiannya masih dalam periode yang sama dengan transaksi pinjam-meminjam, maka diakui sebagai biaya produksi, dan jika tidak pada periode yang sama maka diakui sebagai biaya atau pendapatan lain-lain.

♦ Pengembalian dalam bentuk uang

Nilai penggantian atas transaksi pinjam-meminjam sparepart ditetapkan sesuai dengan kesepakatan dan dituangkan dalam nota debet yang diterbitkan pihak yang meminjamkan barang. Pajak-pajak yang timbul atas transaksi ini disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku. Selisih nilai barang pada saat pengembalian barang, baik yang meminjam maupun yang meminjamkan diakui sebagai pendapatan atau biaya lain-lain.

5.7.23. Transaksi dalam mata uang asing

Transaksi dalam mata uang asing dijabarkan dengan mempergunakan kurs pada saat terjadinya transaksi dan pos-pos aktiva serta kewajiban moneter dalam mata uang asing selain US$ terlebih dahulu dikonversikan ke dalam mata uang US$, selanjutnya dikonversikan ke dalam mata uang Rupiah berdasarkan kurs tengah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada tanggal neraca setiap bulan.

Page 32: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)

Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

24

Keuntungan atau kerugian yang timbul akibat penjabaran valuta asing ke dalam mata uang Rupiah dibukukan pada laba atau rugi tahun buku yang bersangkutan dalam kelompok pendapatan atau beban lain-lain.

Pada akhir tahun 2004 dan 2003 kurs tengah beberapa mata uang asing adalah sebagai berikut:

Mata Uang 2004 2003 Rp Rp 1 Euro (Euro) 12.652 10.643 1 Dollar Amerika (US Dollar) 9.290 8.465 100 Yen Jepang (Japan Yen) 9.042 7.917 1 Dollar Singapura (Singapore Dollar) 5.685 4.977 1 Ringgit Malaysia (Malaysian Ringgit) 2.462 2.228

Page 33: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

5.8. Penjelasan pos-pos neraca dan laba rugi (Rp 000)

Pos-pos neraca 2004 2003

5.8.1. Kas dan setara kas 2.079.544.467 1.907.800.447

a. K a s 7.838.559 2.338.662b. Bank : Rupiah 607.958.700 518.281.041

Valas 111.368.943 86.807.066c. Deposito : Rupiah 1.240.684.653 967.513.810

Valas 105.668.015 325.455.756d. Kliring kas 6.025.597 7.404.112

Jumlah 2.079.544.467 1.907.800.447

5.8.2. Deposito berjangka 6.200.000 356.716.490

a. Deposito dalam Rupiah. 6.200.000 302.830.839b. Deposito dalam valuta asing 0 53.885.651

Jumlah 6.200.000 356.716.490

- Penempatan dana dalam deposito jangka pendek s.d 3 bulan-

5.8.3. Surat berharga 42.883.394 29.624.426

- PT Pupuk Sriwidjaja 69.000 69.000- PT Pupuk Kujang 2.565.137 980.156- PT Rekayasa Industri : 40.249.257 28.575.270

42.883.394 29.624.426

Jumlah ini merupakan saldo uang di kas, saldo uang di rekeningbank, dalam bentuk rupiah dan valuta asing, termasuk penerimaanyang masih dalam perjalanan (intransit) dari seluruh perusahaanyang dikonsolidasikan per 31 Desember, dengan rincian sebagaiberikut:

Jumlah ini merupakan saldo deposito berjangka dalam rupiah danvaluta asing dari seluruh perusahaan yang dikonsolidasikan per 31Desember, dengan rincian sebagai berikut:

Penurunan jumlah deposito per 31 Desember disebabkan :

Jumlah ini merupakan saldo aktiva lancar berupa saham atau suratberharga lainnya dari seluruh perusahaan yang dikonsolidasikanper 31 Desember, dengan rincian sebagai berikut:

Peningkatan obligasi karena adanya penambahan penanamanpada PT Indofood Sukses Makmur dan Sub Debt Mandiri,Danamon, PGN, BNI Subdebt dan Philipines.

Deposito rupiah dan valas per 31 Desember merupakanpenempatan dana dalam deposito jangka pendek s.d 3 bulan

Dipindahkan ke aktiva lain-lain sebagai jaminan pelaksanaanproyek dan fasilitas letter of credit

25

Page 34: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

2004 2003

5.6.4. Piutang usaha 782.538.361 1.096.073.180

a. Piutang kepada penyalur 409.665.532 553.338.670b. Piutang kepada pihak ketiga lainnya 529.700.137 708.801.721

Jumlah piutang usaha 939.365.669 1.262.140.391c. Penyisihan piutang usaha (156.827.308) (166.067.211)

Jumlah 782.538.361 1.096.073.180

1. Piutang PT Pupuk Sriwidjaja ke : - PT Sri Melamin Rejeki 48.445.035 106.395.209- PT Slipi Sri Indopuri 66.419 66.419

2. Piutang PT Pupuk Kalimantan Timur ke :- PT DSM Kaltim Melamin 140.575.433 107.081.191- PT Kaltim Hexaminewiratama 7.612.823 7.612.823- PT Kaltim Lemindo Kimiatama 7.583.908 7.583.844- PT Kaltim Ambikawiratama 3.682.517 3.682.517- PT Kaltim Pama Industri 1.315.116 2.482.203- PT Kaltim Sahid Baritosodakimia 2.084.892 2.084.892- PT Equator Hotel 103.458 635.009- PT Daun Buah 329.941 664.014- Hotel Bintang Sintuk 210.270 270.617- Yayasan Pupuk Kaltim 1.200.000 0- Karyawan PT KIE (BSD) 1.315.000 0- PT Kaltim Pacific Ammonia 3.355.687 8.991.277- PT Methanol Industri 257.744 11.850- PT Pukati Pelangi Khatulistiwa 7.914.856 0- PT Pukati Pelangi Agromakmur 7.731.901 0- PT Pukati Pelangi Apatani Berseri 3.607.193 0- PT Pukati Pelangi Agromakmur 1.368.866 0

3. Piutang PT Petrokimia Gresik ke PT Petrocentra 10.520.448 8.197.406

4. Piutang PT Rekayasa Industri ke PT Rekadaya Elektrika 33.182 0

Jumlah ini merupakan saldo tagihan kepada pihak ketiga atasusaha pokok perusahaan atau penjualan pupuk dan non pupukdalam negeri maupun luar negeri, dari seluruh perusahaan yangdikonsolidasikan per 31 Desember dengan rincian sebagai berikut:

Piutang kepada pihak ketiga sebesar Rp529.700.137 diantaranyaterdapat Piutang hubungan istimewa sebagai berikut:

Piutang penyalur PT Petrokimia Gresik sebesar Rp187.253.536dijadikan agunan pinjaman kepada Bank pemberi fasilitas kredit.

26

Page 35: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

2004 2003

5.8.5. Piutang lain-lain 750.970.713 539.585.445

a. Piutang karyawan 5.556.129 12.222.011b. Piutang klaim 1.056.036 173.591c. Tagihan yang belum di nota-debetkan (status kliring 0 3.031.217d. PT AAF 198.964 33.951e. PT Satelindo 692.109 922.369f. Piutang kepada Pemerintah RI 573.899.688 380.839.175g. Piutang kepada perusahaan patungan 22.732.771 19.523.468h. Piutang lainnya 216.096.133 151.245.063

Sub jumlah 820.231.830 567.990.845i. Penyisihan piutang lain-lain (69.261.117) (28.405.400)

Jumlah 750.970.713 539.585.445

- PT Pusri Rp.215.389.005- PT Petrokimia Gresik Rp.191.502.250- Pupuk Kujang Rp. 40.711.167- Pupuk Kaltim Rp.117.410.937- Pupuk Iskandar Muda Rp. 8.886.329

5.8.6. Uang muka 233.622.482 236.355.912

a. Uang muka operasional dan perjalanan dinas karyawan 16.250.126 22.174.024b. Uang muka pembelian 56.123.924 128.478.682c. Uang muka kepada pihak ketiga lainnya 161.248.432 85.703.206

Jumlah 233.622.482 236.355.912

-

Jumlah ini merupakan saldo tagihan kepada pihak ketiga dariseluruh perusahaan yang dikonsolidasikan per 31 Desember,dengan rincian sebagai berikut:

Jumlah ini merupakan saldo atas pembayaran uang muka danjaminan dari seluruh perusahaan yang dikonsolidasikan per 31Desember, untuk mendapatkan barang atau jasa dan pembayaranuntuk kegiatan operasional, dengan rincian sebagai berikut :

Piutang kepada Pemerintah RI per 31 Desember 2004 sebesarRp573.899.688 merupakan piutang atas selisih harga gas untukpupuk sektor pangan sesuai surat Menkeu No. 356/KMK.06/2003tanggal 19 Agustus 2003, terdiri dari :

Uang muka pihak ke tiga lainnya per 31 Desember 2004 sebesarRp161.248.432 diantaranya terdapat :

Uang muka dividen kepada Pemerintah sebesar Rp50.000.000terdiri dari :

27

Page 36: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

2004 2003

5.8.6. Uang muka (lanjutan)

PT Pupuk Sriwidjaja Rp. 15.336.000PT Pupuk Petrokimia Gresik Rp. 14.334.000PT Pupuk Kujang Rp. 2.755.950PT Pupuk Kalimantan Timur Rp. 14.334.000PT Pupuk Iskandar Muda Rp. 898.000PT Pupuk Rekayasa Industri Rp. 2.342.050

-

5.8.7. Persediaan 2.101.443.493 1.561.695.279

a. Persediaan barang jadi 1.055.119.117 670.230.688b. Persediaan barang setengah jadi 112.616.669 112.848.036c. Persediaan suku cadang 488.437.169 479.071.424d. Persediaan lainnya 447.373.821 301.100.278

Sub jumlah 2.103.546.776 1.563.250.426e. Cadangan penurunan nilai persediaan (2.103.283) (1.555.147)

Jumlah 2.101.443.493 1.561.695.279

-

-

5.8.8. Pajak dibayar dimuka 30.244.118 0

Jumlah ini merupakan saldo persediaan seluruh jenis pupuk, nonpupuk dan persediaan lainnya maupun barang dalam perjalanandari seluruh perusahaan yang dikonsolidasikan per 31 Desember,dengan rincian sebagai berikut:

Uang muka pajak sebesar Rp41.429.975 yang merupakan sisasetoran pajak, sampai dengan saat ini PT Pupuk Sriwidjaja(Persero) mengajukan keberatan/ peninjauan kembali yangsampai dengan 31 Desember masih dalam proses.

Persediaan barang jadi PT Pupuk Kaltim per 31 Desember2004 sebesar Rp375.404.715.000,00 telah diasuransikankepada PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) dengan nilaipertanggungannya sebesar Rp490.698.500.

Jumlah ini merupakan saldo PPN masukan yang dikonsolidasikanseluruh anak perusahaan per 31 Desember. Peningkatan ini disebabkan adanya PPN masukan lebih tinggi dariPPN keluaran yang akan diperhitungkan pada periode selanjutnya.

Peningkatan persediaan barang jadi untuk mengantisipasipermintaan pupuk di musim tanam 2005.

28

Page 37: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

2004 2003

5.8.9. Biaya dibayar di muka 149.311.548 98.440.857

a. Asuransi 12.093.384 17.689.599b. Biaya sewa 3.954.744 4.360.687c. Biaya teknik dan jasa dalam pelaksanaan 856.938 596.136d. Pembayaran di muka lainnya *) 132.406.482 75.794.435

Jumlah 149.311.548 98.440.857

*)

Sesudah disajikan Sebelum disajikan

kembali kembali

Pembayaran di muka lainnya 75.794.435 65.940.498

5.8.10. Pendapatan yang masih harus diterima 7.345.699 5.632.194

5.8.11. Investasi jangka panjang 175.163.608 189.097.608

a. PT Pupuk Sriwidjaja (Persero)- PT Puspetindo Gresik 1 1- PT Sri Melamin Rejeki 1 1- PT Sri Slipi Indopuri 1 1

Sub jumlah 3 3

2003

Jumlah ini merupakan saldo investasi penyertaan dari seluruhperusahaan yang dikonsolidasikan kepada perusahaan lainnya per31 Desember, dengan rincian sebagai berikut:

Jumlah ini merupakan saldo pendapatan yang masih harus diterimaoleh seluruh perusahaan yang dikonsolidasikan per 31 Desember.

Penyajian kembali dilakukan sehubungan penyesuaian penilaiankembali jumlah selisih positif antara aktiva dan kewajibanaktuaria Dana Pensiun Pusri (Dapensri) yang dilakukan olehaktuaris yang berpengaruh terhadap biaya dibayar dimukakonsolidasian PT Pusri tahun 2003 yaitu :

Pembayaran dimuka lainnya per 31 Desember 2004diantaranya merupakan kelebihan nilai wajar aktiva danapensiun PT Petrokimia Gresik sebesar Rp2.142.030, PT PupukKaltim sebesar Rp28.586.120 dan beban manfaat karyawan diestimasi PT Pupuk Kaltim sebesar Rp10.693.632.

29

Page 38: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

2004 2003

5.8.11. Investasi jangka panjang (lanjutan)

b. PT Petrokimia Gresik - PT Petrowidada 6.552.360 6.552.360

- PT Petrocental 4.776.000 4.776.000- PT Kawasan Industri Gresik 15.530.531 15.190.219- PT Potash Mining (di Thailand) 17.273.982 17.273.981- PT Petronika 21.040.022 18.742.849- PT Petrokopindo Cipta Selaras 1.091.005 260.500- PT Aneka Jasa Grahadika 3.328.873 281.250 Sub jumlah 69.592.773 63.077.159

c. PT Pupuk Kujang - PT Sintas Kurama Perdana 10.367.456 10.093.653

- PT Kujang United Catalyst 12.729.848 13.745.844- PT Multi Nerotama Kimia 42.894.073 39.805.774- PT Peroksida Indonesia Pratama 10.354.116 9.487.930

Sub jumlah 76.345.493 73.133.201

d. PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk. - PT DSM Kaltim Melamine 7.401.700 7.401.700

- PT Pukati Pani 4.375.000 4.375.000- PT Pukati Pelangi Agromakmur 237.500 237.500- PT Pukati Pelangi Petani Berseri 237.500 237.500- PT Pukati Niaga Sejahtera 1.900.000 1.900.000- PT Pukati Pelangi Katulistiwa 403.333 0- PT Pukati Pelangi Tani Mukti 237.500 0- PT Pukati Pelangi Bali Berseri 237.500 0- PT Golf Samarinda 10.000 10.000

Sub jumlah 15.040.033 14.161.700

e. PT Pupuk Iskandar Muda - PT Ima Persada 882.316 863.844

f. PT Rekayasa industri (Persero)- Comspain S.A 13.302.990 37.861.701Jumlah 175.163.608 189.097.608

a. Penyertaan dengan metode ekuitas

2004 2003PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) :- PT Sri Melamin Rejeki 20,00 % 20,00 %- PT Puspetindo 33,18 % 33,18 %

% kepemilikan

Prosentase kepemilikan atas investasi jangka panjang seluruhperusahaan yang dikonsolidasikan tersebut adalah sebagai berikut

30

Page 39: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

2004 2003

5.8.11. Investasi jangka panjang (lanjutan)

2004 2003PT Petrokimia Gresik:- PT Petronika 20,00 % 20,00 %- PT Kawasan Industri Gresik 35,00 % 35,00 %- PT Petro Kopindo Cipta

Selaras 50,00 % 50,00 %- PT Aneka Jasa Grahadika 50,00 % 50,00 %

PT Pupuk Kujang:- PT Sintas Kurama Perdana 40,70 % 40,70 %- PT Kujang United Catalyst 23,00 % 23,00 %- PT Multi Nerotama Kimia 30,00 % 30,00 %- PT Peroksida Indonesia Pratama 20,00 % 20,00 %

PT Pupuk Iskandar Muda - PT Ima Persada 40,00 % 40,00 %

PT Rekayasa Industri- Comspain S.A 49,00 % 49,00 %- PT Rekadaya Elektrika 23,10 % 00,00 %

PT Kalimantan Timur- Pukati Pani 35,00 % 35,00 %- Hotel Bintang Sintuk 20,00 % 20,00 %- Pukati Pelangi Katulistiwa 47,94 % 00,00 %

b. Penyertaan dengan metode biaya

PT Rekayasa Industri - PT Puspetindo Gresik 0,87 % 5,56 %- PT Mega Eltra 3,85 % 3,85 %

PT Pupuk Sriwidjaja- PT Slipi Sri Indopuri 7,95% 45,00%

% kepemilikan

Penyertaan saham kepada PT Puspetindo senilaiRp12.350.000, PT Sri Melamin Rejeki senilai Rp7.517.000dinilai sebesar masing-masing Rp1,00 untuk mengakuikerugian kumulatif entitas perusahaan yang bersangkutan.

Penyertaan saham PT Slipi Sri Indopuri senilai Rp8.123.000dinilai sebesar Rp1,00 untuk mengakui kerugian kumulatifentitas perusahaan yang bersangkutan.

31

Page 40: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

2004 20035.8.11. Investasi jangka panjang (lanjutan)

PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk.:- PT DSM Kaltim Melamine 19,99 % 19,99 %- PT Kaltim Sahid Barito 13,48 % 13,48 %- PT Rekayasa Industri 4,97 % 4,97 %- PT Golf Samarinda 2,00 % 2,00 %- PT Pukati Pelangi Agromakmur 19,00 % 19,00 %- PT Pukati pelangi Petani berseri 19,00 % 19,00 %- PT Pukati Niaga Sejahtera 18,90 % 18,90 %- PT Pukati Pelangi Tani Mukti 19,00 % 00,00 %- PT Pukati Pelangi Bali Berseri 19,00 % 00,00 %

2004 2003PT Petrokimia Gresik:- Proyek Potash Mining

(Thailand) 13,00 % 13,00 %- PT Petrocental 9,80 % 9,80 %- PT Petrowidada 1,47 % 4,82 %- PT.Puspetindo 5,13 % 5,13 %

5.8.12. Aktiva tetap 5.560.407.171 5.831.977.671

a. Nilai perolehan:- Tanah 152.491.810 144.061.041- Bangunan dan sarana 1.351.167.090 1.317.630.288- Pabrik dan peralatan pabrik 8.157.811.220 8.017.110.256- Mesin bengkel kerja 24.143.672 23.434.340- Kendaraan dan alat berat 177.482.933 173.077.110- Kapal, lokomotip dan gerbong 176.387.461 174.333.920- Perlengkapan kantor dan rumah 329.530.759 307.048.631- Aktiva penyangga 100.577.002 75.678.308Jumlah nilai perolehan. 10.469.591.947 10.232.373.894

b. Akumulasi penyusutan (4.909.184.776) (4.400.396.223)c. Nilai buku 5.560.407.171 5.831.977.671

-

% kepemilikan

Jumlah ini merupakan saldo nilai buku aktiva tetap dari seluruhperusahaan yang dikonsolidasikan per 31 Desember, denganrincian sebagai berikut:

Beberapa aktiva tetap PT Petrokimia Gresik berupa tanah,bangunan, mesin, dan peralatan pabrik dijadikan jaminanuntuk fasilitas kredit investasi dan kredit modal kerja daribank.

Sebagian aktiva tetap PT Pusri berupa :

32

Page 41: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

2004 2003

5.8.12. Aktiva tetap (lanjutan)

-

5.8.13. Aktiva dalam pelaksanaan 6.426.716.359 3.610.701.360

- PT Pupuk Sriwidjaja 11.700.402 47.595.460 - PT Petrokimia Gresik 143.332.027 80.967.619 - PT Pupuk Kujang 2.692.294.300 521.955.946 - PT Pupuk Kalimantan Timur 134.159.003 23.533.966 - PT Pupuk Iskandar Muda 3.402.038.681 2.903.032.069 - PT Rekayasa Industri 25.365.922 7.616.546- PT Mega Eltra 17.826.024 25.999.754

6.426.716.359 3.610.701.360

-

-

5.8.14. Aktiva lain-lain 484.608.300 524.121.052

Jumlah ini merupakan nilai aktiva yang masih dalam pembuatanatau pembangunan, pemeliharaan, rehabilitasi dan kontrak-kontrakdari seluruh perusahaan yang dikonsolidasikan, yang belum selesaisampai dengan per 31 Desember, dengan rincian sebagai berikut :

Jumlah ini merupakan saldo aktiva lain-lain termasuk aktiva tidakberwujud yang tidak tergolong dalam aktiva lancar, aktiva tetapdan investasi dari seluruh perusahaan yang dikonsolidasikan per31 Desember, dengan rincian sebagai berikut:

Beberapa aktiva tetap PT Pupuk Kaltim Tbk. berupa haktanggungan peringkat I atas tanah HGB No. 666, 667,668, dan 670 dengan luas keseluruhan 47.893 m2di Bontang, nilai tanggungan sebesar Rp22.350.000, pabrikPOPKA, mesin dan peralatan proyek pembangunan pabrikurea dan amoniak Kaltim 4 dengan nilai US$12,500 ribudijadikan jaminan untuk fasilitas kredit bank dan bankgaransi kepada kontraktor sebesar US$17,848 ribu.

Aktiva dalam pelaksanaan PT Pupuk Iskandar Mudamerupakan pembangunan proyek PIM-2 PT Pupuk IskandarMuda dengan persentase tingkat penyelesaianper 31 Desember2004 adalah 99,98%.

Aktiva dalam pelaksanaan PT Pupuk Kujang sebesar Rp2.684.612.841 merupakan nilai proyek Kujang I B per 31 Desember 2004.

33

Page 42: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

2004 2003

5.8.14. Aktiva lain-lain (lanjutan)a. Beban yang ditangguhkan:

- Perbaikan tahunan pabrik 72.934.733 138.098.430- Perbaikan tahunan kapal 20.483.245 22.658.743- Uang muka sewa 1.287.937 2.006.215- Chemical dan katalis 73.274.922 57.796.878- Lisensi 2.226.370 2.671.644- Alas pupuk 331.100 504.601- Perbaikan dan pemeliharaan 47.789.585 54.616.868- Hak Guna Bangunan (HGB) dan Ijin Mendirikan

Bangunan (IMB) 5.450.271 3.680.056- Reklamasi tanah 1.779.782 2.038.366- Replacement peralatan pabrik 5.050.363 7.923.360- Pemakaian suku cadang eks warehouse stock 0 886- Beban yang ditangguhkan lainnya 45.982.673 88.735.306

Sub jumlah 276.590.981 380.731.353- Akumulasi amortisasi (43.733.795) (19.086.983)

Sub jumlah 232.857.186 361.644.370

b. Piutang jangka panjang:- Kepada karyawan 1.936.530 2.190.023- Jaminan 156.309 156.309- Piutang pada yayasan 32.108.514 21.300.000- Lain-lain 876.914 1.216.474 Sub jumlah 35.078.267 24.862.806

c. Aktiva tetap tidak digunakan lagi:- Tanah 1.386.411 1.467.307- Bangunan 9.896.205 9.428.846- Pabrik dan peralatan 5.781.348 5.488.935- Kendaraan dan alat-alat berat 2.042.774 2.070.202- Perlengkapan kantor, rumah dan lainnya 13.168.427 13.451.041

32.275.165 31.906.331Akumulasi penyusutan (28.887.790) (27.643.483)

Sub jumlah 3.387.375 4.262.848

d. Material dan suku cadang:- Material dan sukucadang 62.435.738 43.759.869- Akumulasi penyusutan (1.327.122) (1.016.601) Sub jumlah 61.108.616 42.743.268

e. Suku cadang dan bahan pembantu lama bergerak 20.667.606 20.751.338

34

Page 43: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

2004 20035.8.14. Aktiva lain-lain (lanjutan)

f. Aktiva lainnya:- Cadangan pengembalian pinjaman Pemerintah 38.878 2.032.081 - Aktiva Tidak berwujud 9.916.680 5.652.026- Sewa tanah, jaminan dan lain-lain 22.694.227 15.888.245- Investasi penelitian dan pengembangan 175.000 175.000- Deposito yang dijaminkan 98.679.748 46.077.745

Sub jumlah 131.504.533 69.825.097

g. Kliring piutang suku cadang dan bahan pembantu - Produsen lainnya 4.717 31.325

Jumlah 484.608.300 524.121.052

5.8.15. Pinjaman jangka pendek 264.950.146 51.800.000

- Bank Mandiri 503.039 0- Bank Muamalat 8.320.000 8.800.000- Bank Central Asia 139.350.000 43.000.000- Bank Negara Indonesia 916.911 0- Bank DBS Indonesia 92.900.000 0- Bank Agro 14.300.000 0- Bank Mega 3.312.296 0- Bank Lipo 5.347.900 0

Jumlah 264.950.146 51.800.000

- BankCentral Asia dengan Fasilitas Kredit :-

-

-

Jumlah ini merupakan saldo pinjaman jangka pendek dari seluruhperusahaan yang dikonsolidasikan per 31 Desember, denganrincian sebagai berikut:

Pinjaman ke Bank Muamalat dan Bank Agro merupakan pinjamanPT. Mega Eltra.

Pinjaman PT Petrokimia Gresik kepada :

Omnibus Time Loan Revolving dan Surat KreditBerdokumen Dalam Negeri (SKBDN) dan PinjamanBerjangka Money Market (PBMM)dengan jumlah pokoktidak melebihi Rp200.000.000.

Kredit Lokal (rekening korann) dengan jumlah pokok tidakmelebihi US$10,000.

Omnibus Letter of Credit (Sight LC, Usance LC dan UsancePayable At Sight LC) dengan jumlah pokok tidak melebihiUS$20,000.

35

Page 44: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

2004 2003

5.8.15. Pinjaman jangka pendek (lanjutan)-

-

-

-

--

-

--

-

--

--

PT Bank DBS dengan fasilitas kredit : Kredit Revolving dengan maksimun kredit sebesar US$10,000 dengan tingkat bunga sebesar 5,16% per tahun,dengan jangka waktu kredit selama 12 bulan.

Impor dengan maksimum kredit sebesar US$10,000 denganjangka waktu pinjaman tidak melebihi 180 (seratus delapanpuluh hari)

Treasuri untuk kontrak mata uang asing Tomorrow, Spotdan Forward dengan jangka waktu 6 (enam) bulan danSwap sampai dengan 126 bulan

PT Bank Negara Indonesia dengan fasilitas kredit : KMK (Kredit Modal Kerja) dengan jumlah maksimumkredit sebesar Rp35.000.000 dengan beban bunga sebesar12,5% per tahun yang dibayar setiap akhir bulan.

Letter of Credit impor dengan jumlah maksimum sebesarUS$35,000 untuk keperluan pembelian bahan baku untukproduksi pupuk , kredit ini jatuh tempo pada tanggal 12Desember 2005.

PT Bank Mandiri (Persero)Tbk Indonesia dengan fasilias krediKMK (Kredit Modal Kerja) dengan jumlah Rp11.000.000yang digunakan untuk modal kerja operasional pabrikpupuk NPK, dengan bunga sebesar 13,5% per tahun sertaprovisi kredit sebesar 1% per tahun dari limit kredit.

Letter of Credit impor degan jumlah sebesar US$3,000yang merupakan bagian dari jumlah limit kredit sebesar US$15,700 jangka waktu L/C maksimal 180 hari setelah Bill ofLading.

PT Bank Mega Tbk dengan fasilitas kredit :Kredit modal kerja PT Petrowidada (perusahaan anak)dengan plafon sebesar Rp5.000.000 dengan jangka waktu 6September 2005.

PT Bank Lippo Tbk dengan fasilitas kredit : Pinjaman Rekening Koran (PRK) dan Pinjaman Tetap On-Demand (PTX-OD) dari PT Petrokimia Kayaku (Perusahaananak) dengan jangka waktu 12 bulan.

36

Page 45: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

2004 2003

5.8.16. Hutang usaha 1.444.137.158 945.348.906

- PT Pertamina (gas bumi) 439.230.268 542.115.336- Kredit fasilitas L/C 532.136.939 63.176.333- Pihak ketiga lainnya 472.769.951 340.057.237

Jumlah 1.444.137.158 945.348.906

- PT Pusri Rp103.566.377- PT Pupuk Kaltim Rp209.796.715- PT Pupuk Kujang Rp 64.010.555- Petrokimia Gresik Rp 61.856.621

5.8.17. Hutang pajak 133.100.206 181.804.739

- PPh 132.905.955 150.679.331- PPN 0 30.166.317- Pajak lainnya 194.251 959.091

Jumlah 133.100.206 181.804.739

5.8.18. Hutang jangka panjang akan jatuh tempo 528.144.872 1.281.684.598

5.8.19. Hutang lain-lain 351.289.580 326.675.569

Jumlah ini merupakan saldo hutang usaha kepada pihak ketiga dariseluruh perusahaan yang dikonsolidasikan per 31 Desember,sehubungan dengan kegiatan usaha pokok antara lain kebutuhangas bumi, pengadaan pupuk lokal atau impor, dengan rinciansebagai berikut:

Jumlah ini merupakan saldo hutang yang timbul dari pungutanpajak pihak ke tiga dan karyawan serta pajak penghasilanbadan yang dilakukan oleh seluruh perusahaan yangdikonsolidasikan per 31 Desember, dengan rincian sebagai

Jumlah ini merupakan saldo bagian hutang jangka panjang dariseluruh perusahaan yang dikonsolidasikan per 31 Desember, yangdalam waktu satu tahun berikutnya akan jatuh tempo.

Jumlah ini merupakan saldo hutang lain-lain jangka pendek dariseluruh perusahaan yang dikonsolidasikan per 31 Desember,dengan rincian sebagai berikut:

Hutang kepada PT Pertamina merupakan hutang pembelian bahanbaku gas bumi dengan rincian :

Peningkatan hutang usaha karena adanya pembelian pupuk imporuntuk mengantisipasi musim tanam 2005.

37

Page 46: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

2004 20035.8.19. Hutang lain-lain (lanjutan)

- Dharma Wanita dan BAZIS 188.174 84.006- Potongan pensiun dan DGK 904.764 227.190- Pemerintah RI 40.872.057 106.749.077- Uang muka penjualan 71.714.747 62.971.995- Uang jaminan pihak III 23.500.337 21.716.810- Hutang kepada karyawan 26.660.232 30.378.181- Gaji dan upah yang belum diambil 0 105.500- Hutang lainnya 187.449.269 104.442.810

Jumlah 351.289.580 326.675.569

-

-

5.8.20. Biaya yang masih harus dibayar 637.259.285 859.414.659

- Bunga pinjaman 175.551.225 71.897.787- Dana pensiun dan THT 29.281.735 5.945.770- Insentif, gaji dan upah karyawan *) 156.647.277 171.631.415- Sewa 944.249 1.425.203- Beban distribusi 22.202.654 13.466.136- Beban proyek 64.711.481 337.327.692- Beban lainnya yang masih harus dibayar ** 187.920.664 257.720.656

Jumlah 637.259.285 859.414.659

*)

Jumlah ini merupakan saldo biaya yang masih harus dibayar ataukewajiban dari seluruh perusahaan yang dikonsolidasikan per 31Desember, dengan rincian sebagai berikut:

Hutang kepada Rekening Dana Investasi yaitu pinjaman modalkerja untuk pembelian pupuk impor berdasarkan persetujuanMenteri Keuangan RI sesuai SK No. S312/MK.017/99 tanggal03 Agustus 1999, yang selanjutnya dituangkan dalam suratperjanjian pinjaman antara pemerintah RI dengan PT MegaEltra No. RDI-373/DP3/1999 tanggal 11 Agustus 1999sebesar Rp26.934.711.

Hutang kepada Pemerintah RI sebesar Rp40.872.057merupakan :

Hutang kepada Bappenas yang timbul dari transaksi imporpupuk ZA dan MOP dari Jepang dengan nilai totalRp13.937.346 yang pelunasannya akan dibayar kepadaBappenas sesuai kontrak No. NP RI.100-002 tanggal 7Nopember 2001 dan NP RI.101-001-01 tanggal 5 Nopember2002.

Penyajian kembali dilakukan sehubungan penyesuaian denganStandar Akuntansi Keuangan yang berlaku (PSAK No.1paragraf 19-20) pada PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk atasperlakuan jasa operasi tahun 2003 yang semula cash basismenjadi accrual basis yang berpengaruh terhadap Insentif, gajidan upah karyawan konsolidasian PT Pusri tahun 2003 yaitu

38

Page 47: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

2004 20035.8.20. Biaya yang masih harus dibayar (lanjutan)

Sesudah disajikan Sebelum disajikan

kembali kembali

Insentif, gaji dan upah karyawan 171.631.415 89.571.258

**)

Sesudah disajikan Sebelum disajikan

kembali kembali

Beban lainnya yang masih harus 257.720.656 262.532.938 dibayar

5.8.21. Pendapatan diterima di muka 184.439.577 106.297.854

5.8.22. Kewajiban jangka panjang 7.651.177.871 5.075.699.885

a. Kewajiban pajak tangguhan 182.179.434 149.699.838b. Pinjaman dalam negeri 1.452.924.447 1.959.478.364c. Pinjaman luar negeri 5.310.189.112 2.936.442.669d. Kewajiban jangka panjang lainnya 705.884.878 30.079.014

Jumlah 7.651.177.871 5.075.699.885

-

-

2003

2003

Jumlah ini merupakan saldo pendapatan diterima di muka dariseluruh perusahaan yang dikonsolidasikan per 31 Desember.

Jumlah ini merupakan saldo kewajiban jangka panjang dariseluruh perusahaan yang dikonsolidasikan per 31 Desember, yangbersumber dari pinjaman dalam negeri maupun luar negeri,dengan rincian sebagai berikut:

Pinjaman dalam negeri PT Pupuk Kalimantan Timur sebesarRp260.620.000 yang berasal dari PT Bank Mandiri (Persero)dan PT Bank Niaga Tbk digunakan untuk pembangunanproyek Kaltim 4.

Pinjaman dalam negeri PT Petrokimia Gresik sebesarRp392.458.026 yang berasal dari PT Bank Rakyat Indonesia ,PT Bank Mandiri (Persero) dan PT Bank Negara IndonesiaTbk digunakan untuk pembangunan proyek pupuk phonska(NPK), pabrik Fosfat I (RFO), Pabrik pupuk K2SO4, pabrikpupuk NPK dan fasilitas kredit L/C.

Penyajian kembali dilakukan sehubungan penyesuaianpenilaian kembali jumlah selisih positif antara aktiva dankewajiban aktuaria Dana Pensiun Pusri (Dapensri) yangdilakukan oleh aktuaris yang berpengaruh terhadap biaya yangmasih harus dibayar konsolidasian PT Pusri tahun 2003 yaitu :

39

Page 48: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

2004 20035.8.22. Kewajiban jangka panjang (lanjutan)

-

-

-

-

-

-

-

-

Pinjaman luar negeri PT Pupuk Iskandar Muda sebesarRp1.625.371.178 merupakan penerusan pinjaman PemerintahRepublik Indonesia dengan The Export-Import of Japan (JBIC)untuk pembangunan proyek PIM 2

Kewajiban jangka panjang lainnya PT Pupuk Kaltim sebesarRp682.196.685 merupakan :

Pinjaman dalam negeri PT Pupuk Iskandar Muda sebesarRp791.186.553 yang berasal dari PT Bank Negara IndonesiaTbk merupakan Kredit Investasi Sindikasi dan pinjamanKredit Investasi During Construction (KIDC) untukmenampung 64,63% dari beban bunga kredit investasi pokokyang timbul selama pembangunan proyek

Pinjaman dalam negeri PT Mega Eltra sebesar Rp7.602.600merupakan pinjaman Rekening Dana Investasi (RDI) dalamrangka pembiayaan pembangunan pabrik dan peralatan PTSigma Utama (anak perusahaan).

Pinjaman luar negeri sebesar Rp127.053.150 untuk PTPetrokimia Gresik merupakan penerusan pinjaman PemerintahRepublik Indonesia dengan Islamic Development Bank (IDB)untuk pengadaan pupuk dan bahan baku impor dan dari IBRDuntuk Proyek Pabrik Amoniak/Urea dan proyek ModernisasiPabrik.

Pinjaman luar negeri PT Pupuk Kujang sebesarRp2.247.154.910 merupakan penerusan pinjaman PemerintahRepublik Indonesia dengan Japan Bank InternationalCoorporation (JBIC) dan Financial ParticipatingIntitution(FPI) untuk Proyek Kujang I-B

Pinjaman luar negeri PT Pupuk Kujang sebesarRp1.310.609.874 merupakan penerusan pinjaman PemerintahRepublik Indonesia dengan The Export-Import Bank Of Japan(Exim Bank) dan Participating Financial Intitutions (PFI)untuk Proyek Pupuk Kaltim-4

Kewajiban jangka panjang lainnya PT Petrokimia Gresiksebesar Rp23.456.986 merupakan pinjaman dari PT AsuransiJiwasraya PT Jamsostek (Persero) untuk membangunperumahan bagi karyawan perusahaan serta uang muka yangditerima dimuka oleh perusahaan atas penjualan utilitas untukperiode lebih dari satu tahun.

40

Page 49: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

2004 20035.8.22. Kewajiban jangka panjang (lanjutan)

-

-

-

-

5.8.23. Kewajiban lain-lain 12.924.886 39.317.104

a. Dana pembinaan dan biaya manajemen- Beban manajemen 0 5.493- Pengusaha kecil dan koperasi 498.828 498.828- Dana pembinaan wilayah 4.076.120 135.670- Kewajiban lainnya *) 0 13.381.263

Sub jumlah 4.574.948 14.021.254b. Pendapatan yang ditangguhkan 8.349.938 25.295.850

Jumlah 12.924.886 39.317.104

*)

Jumlah ini merupakan saldo kewajiban lain-lain dari seluruhperusahaan yang dikonsolidasikan per 31 Desember, yang tidaktermasuk dalam kewajiban jangka pendek atau jangka panjang,dengan rincian sebagai berikut:

Hutang obligasi sesuai surat keputusan Direktur PT BursaEfek Surabaya No.JKT-052/WST-EMITEN/BES/VI/02Tanggal 4 Juni 2002 dengan pokok obligasi sebesarRp600.000.000. Obligasi tersebut dijaminkan dengan aktivatetap pabrik Kaltim 4 berupa bangunan pabrik urea danamoniak.Hutang sewa guna usaha dengan Chengda ChemicalEngineering Corporation of China (CCECC) yang bertindakuntuk kepentingan PT Truba Jurong Engineering dan Projectacceptance dimana PT Truba Jurong Engineering telahmenyelesaikan kewajibannya untuk menyediakan Urea BulkStorage 3 dan 5 unit conveyor sehingga perusahaanmempunyai kewajiban untuk membayar biaya sewa yang telahdi k iKewajiban KIE, anak perusahaan, untuk membangun saranadan prasarana atas tanah yang dijual sesuai dengan perjanjuanjual beli tanah dengan PT DSM Kaltim Melamine, PT KaltimSahid Baritosodakimia, PT Kaltim Parna Methanol Industridan PT Kaltim Parna Industri, Pembangunan sarana danprasarana ini tergantung penyelesaian pembangunan pabrikoleh pembeli tanah.

Kewajiban jangka panjang lainnya PT Rekayasa Industrisebesar Rp231.207 merupakan hutang jangka panjang darianak peusahaan (Rekayasa Malaysia Sdn Bhd dan PT TraconIndustri) atas pembelian kendaraan

Penurunan kewajiban lainnya dibanding tahun 2003 karena adanyareklasifikasi sewa guna usaha ke kewajiban jangka panjanglainnya.

41

Page 50: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

2004 2003

5.8.24. Hak saham minoritas 75.652.164 69.207.335

5.8.25. M o d a l 3.719.768.000 3.634.768.000

a. 10.000.000.000 10.000.000.000b. Modal saham dalam portepel (6.280.232.000) (6.365.232.000)c. Modal disetor dan ditempatkan 3.719.768.000 3.634.768.000Lihat Catatan 5.1.2).

5.8.26. Saldo laba 3.828.155.968 3.415.803.272

a. Cadangan umum *) 2.794.324.313 2.503.536.101b. Cadangan bertujuan 335.115.203 258.785.440c. Laba / (rugi) belum dibagikan **) (63.274.978) (63.305.626)d. Saldo laba / (rugi) tahun berjalan ***) 761.991.430 716.787.357

Jumlah 3.828.155.968 3.415.803.272

Sesudah disajikan Sebelum disajikan

kembali kembali

Cadangan umum 2.503.536.101 2.540.315.341

Modal dasar

2003

Jumlah ini merupakan saldo laba yang ditahan per 31 Desember,dengan rincian sebagai berikut:

Jumlah ini merupakan saldo hak minoritas kepemilikan dariseluruh perusahaan yang dikonsolidasikan per 31 Desember.

Jumlah tersebut merupakan modal saham yang ditempatkan dan disetor dengan rincian sebagai berikut:

Merupakan saldo rugi PT Mega Eltra dan anakperusahaannya (PT Sigma Utama) sejak tahun 1990 sampaidengan tahun 2003 yang belum ditetapkan statusnya olehRUPS

Penyajian kembali dilakukan sehubungan penyesuaianpenilaian kembali jumlah selisih positif antara aktivakewajiban aktuaria Dana Pensiun Pusri (Dapensri) yangdilakukan oleh aktuaris dan penyesuaian dengan StandarAkuntansi Keuangan yang bertlaku (PSAK No.1 paragraf 19-20) pada PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk atas perlakuanjasa operasi tahun 2002 yang semula cash basis menjadiaccrual basis yang berpengaruh terhadap saldo labakonsolidasian PT Pusri tahun 2003 yaitu :

*)

**)

42

Page 51: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

2004 20035.8.26. Saldo laba (lanjutan)

Sesudah disajikan Sebelum disajikan

kembali kembali

Saldo laba/(rugi) tahun berjalan 716.787.357 747.402.055

2003

Penyajian kembali dilakukan sehubungan penyesuaiandengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku (PSAKNo.1 paragraf 19-20) pada PT Pupuk Kalimantan Timur Tbkatas perlakuan jasa operasi tahun 2003 yang semula cash basis menjadi accrual basis yang berpengaruh terhadap saldolaba(rugi) tahun berjalan konsolidasian PT Pusri tahun 2003yaitu :

***)

43

Page 52: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA ( PERSERO )

Lampiran : 1

RUPIAH

1. PPh BADAN1) Perhitungan PPh Badan tahun berjalan, terdiri atas : 348.781.864

- PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) 140.765.099 - PT Petrokimia Gresik 71.615.523 - PT Pupuk Kujang 30.385.934 - PT Pupuk Kaltim Tbk 63.420.796 - PT Pupuk Iskandar Muda 8.825.103 - PT Rekayasa Industri 32.588.642 - PT Mega Eltra 1.180.767 Jumlah PPh Badan Terutang 348.781.864

2) PPh dibayar dimuka tahun 2004- Pasal 22 54.229.516 - Pasal 23 48.565.100 - Pasal 25 178.609.053 - Pajak BPHTB 215.437 - Pajak Luar Negeri 286.000 Jumlah PPh dibayar dimuka 281.905.106 Jumlah Hutang PPh Badan 66.876.758

2. Hutang PPh Lainnya- Pasal 21 48.431.404 - Pasal 23 16.311.684 - Pasal 25 - - Pasal 26 221.475 - PPh Pasal 29 (tahun 2004 dan sebelumnya) - - PPh Final 1.064.634 Jumlah Hutang PPh Lainnya 66.029.197

Total Hutang PPh 132.905.955

3. Hutang Pajak Lainnya- Pajak Pembangunan I 73.750 - Pajak Lainnya 120.501 Jumlah Hutang Pajak Lainnya 194.251

TOTAL HUTANG PAJAK 133.100.206

PT Pupuk Sriwidjaja (Persero)

URAIAN

Kewajiban Perpajakan KonsolidasianTahun 2004

Page 53: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)

Lampiran : 2

Penambahan/ Pengurangan/1 Januari Reklasifikasi Reklasifikasi 31 Desember

Harga perolehan- Tanah 144.061.041 8.489.318 58.549 152.491.810- Bangunan dan sarana 1.317.630.288 35.614.791 2.077.989 1.351.167.090- Pabrik dan peralatan pabrik 8.017.110.256 185.786.354 45.085.390 8.157.811.220- Mesin bengkel kerja 23.434.340 709.332 0 24.143.672- Kendaraan dan alat berat 173.077.110 11.859.228 7.453.405 177.482.933- Kapal, lokomotip dan gerbong 174.333.920 2.053.541 0 176.387.461- Perlengkapan kantor dan rumah 307.048.631 29.017.822 6.535.694 329.530.759- Aktiva penyangga 75.678.308 34.794.975 9.896.281 100.577.002

Jumlah 10.232.373.894 308.325.361 71.107.308 10.469.591.947

Akumulasi penyusutan- Bangunan dan sarana 542.687.484 41.429.595 1.343.366 582.773.713- Pabrik dan peralatan pabrik 3.273.734.092 436.828.376 7.601.908 3.702.960.560- Mesin bengkel kerja 18.117.023 2.061.606 0 20.178.629- Kendaraan dan alat berat 134.355.463 13.581.989 6.894.299 141.043.153- Kapal, lokomotip dan gerbong 173.238.215 494.761 0 173.732.976- Perlengkapan kantor dan rumah 215.128.649 30.801.986 4.242.996 241.687.639- Aktiva penyangga 43.135.297 8.873.950 5.201.141 46.808.106

Jumlah 4.400.396.223 534.072.263 25.283.710 4.909.184.776Nilai buku bersih 5.831.977.671 5.560.407.171

Penambahan/ Pengurangan/1 Januari Reklasifikasi Reklasifikasi 31 Desember

Harga perolehan- Tanah 143.906.239 733.086 578.284 144.061.041- Bangunan dan sarana 1.299.459.147 19.428.847 1.257.706 1.317.630.288- Pabrik dan peralatan pabrik 6.385.532.614 1.694.300.062 62.722.420 8.017.110.256- Mesin bengkel kerja 22.507.301 981.765 54.726 23.434.340- Kendaraan dan alat berat 152.259.609 23.615.510 2.798.009 173.077.110- Kapal, lokomotip dan gerbong 174.333.920 0 0 174.333.920- Perlengkapan kantor dan rumah 267.134.005 42.508.709 2.594.083 307.048.631- Aktiva penyangga 59.715.662 27.401.933 11.439.287 75.678.308

Jumlah 8.504.848.497 1.808.969.912 81.444.515 10.232.373.894

Akumulasi penyusutan- Bangunan dan sarana 502.574.833 40.589.580 476.929 542.687.484- Pabrik dan peralatan pabrik 2.855.537.245 423.950.985 5.754.138 3.273.734.092- Mesin bengkel kerja 16.039.968 2.077.350 295 18.117.023- Kendaraan dan alat berat 125.487.173 11.640.447 2.772.157 134.355.463- Kapal, lokomotip dan gerbong 173.048.362 189.853 0 173.238.215- Perlengkapan kantor dan rumah 187.763.508 29.507.136 2.141.995 215.128.649- Aktiva penyangga 39.626.483 5.328.789 1.819.975 43.135.297

Jumlah 3.900.077.572 513.284.140 12.965.489 4.400.396.223Nilai buku bersih 4.604.770.925 5.831.977.671

2003

PT PUPUK SRIWIDJAJADAFTAR AKTIVA TETAP DAN AKUMULASI PENYUSUTAN

PER 31 DESEMBER 2004 DAN 2003

2004

Page 54: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)

Lampiran : 3 PT PUPUK SRIWI DJAJA (PERSERO)

NERACA (OWN OPERATION) PER 31 DESEMBER 2004 DAN 2003

2004 2003 2004 2003Disajikan Kembali Disajikan Kembali

Rp 000 Rp 000 Rp 000 Rp 000 AKTIVA LANCAR KEWAJIBAN Kas dan setara kas 5.6.1 973.239.125 876.823.120 Surat berharga 5.6.2 69.000 69.000 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Piutang usaha 5.6.3 39.431.946 90.623.651 P i n j a m a n 5.6.17 0 43.000.000 Piutang hubungan istimewa 5.6.4 111.626.246 137.537.375 Hutang usaha 5.6.18 121.036.142 242.151.321 Piutang lain-lain 5.6.5 234.856.549 183.201.698 Hutang hubungan istimewa 5.6.19 41.507.313 71.458.369 Uang muka 5.6.6 80.070.920 43.776.910 Hutang pajak 5.6.20 50.053.658 76.010.247 Persediaan barang jadi 5.6.7 324.281.470 286.789.302 Hutang lain-lain 5.6.21 123.803.144 86.062.962 Persediaan barang setengah jadi 5.6.8 8.327.203 12.157.208 Biaya yang masih harus dibayar 5.6.22 62.442.529 64.131.254 Persediaan suku cadang 5.6.9 144.159.936 163.125.977 Pendapatan diterima di muka 5.6.23 3.982.588 1.123.596 Persediaan lain-lain 5.6.10 65.815.597 69.954.216 Jumlah kewajiban jangka pendek 402.825.374 583.937.749 Pajak yang dibayar di muka 5.6.11 22.398.198 18.174.889 Biaya yang dibayar di muka 5.6.12 8.052.169 28.858.498 Jumlah aktiva lancar 2.012.328.359 1.911.091.844

KEWAJIBAN LAIN-LAIN 5.6.24 INVESTASI 5.6.13 Biaya manajemen & dana pembinaan 498.828 504.032 Penyertaan pada perusahaan anak 5.382.722.067 5.094.388.971 Pendapatan yang ditangguhkan 23.674.895 23.113.525 Jumlah investasi 5.382.722.067 5.094.388.971 Jumlah kewajiban lain-lain 24.173.723 23.617.557

AKTIVA TETAP 5.6.14 Nilai perolehan 1.765.935.848 1.735.563.776 Akumulasi penyusutan (1.392.211.012) (1.342.104.015) Nilai buku 373.724.836 393.459.761 EKUITAS

AKTIVA DALAM PELAKSANAAN 5.6.15 11.700.402 47.595.460 M O D A L 5.6.25 Jumlah aktiva tetap dan aktiva dalam pelaksanaan 385.425.238 441.055.221 Modal dasar 10.000.000.000 10.000.000.000

Modal dalam portepel (6.280.232.000) (6.365.232.000) AKTIVA LAIN-LAIN 5.6.16 Modal saham yang ditempatkan dan disetor penuh 3.719.768.000 3.634.768.000 Biaya yang ditangguhkan 58.959.906 87.874.042 Piutang jangka panjang 51.023.735 41.951.037 Aktiva tetap yang tidak digunakan 30.335.550 29.824.673 Akumulasi penyusutan (28.257.287) (27.065.149) SALDO LABA 5.6.26 Material dan suku cadang yang tidak digunakan 15.586 10.270 Saldo laba tahun lalu 3.075.246.165 2.713.372.645 Persediaan suku cadang dan bahan pembantu yang lama bergerak 20.667.606 20.751.338 Laba (rugi) tahun berjalan 757.554.533 710.685.820 Investasi penelitian dan pengembangan 175.000 175.000 Saldo laba 3.832.800.698 3.424.058.465 Piutang kliring suku cadang dan bahan pembantu 4.717 31.325

Sub jumlah 132.924.813 153.552.536Aktiva pajak tangguhan 66.167.318 66.293.199

Jumlah aktiva lain-lain 199.092.131 219.845.735

JUMLAH AKTIVA 7.979.567.795 7.666.381.771 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 7.979.567.795 7.666.381.771

- Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan

REALISASI

A K T I V A CATATAN

REALISASI

KEWAJIBAN DAN EKUITAS CATATAN

Page 55: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)

Lampiran : 4

2004 2003Disajikan kembali

Rp 000 Rp 000

1. Penjualan bersih 5.6.27 3.311.913.120 3.938.099.631

2. Beban pokok penjualan 5.6.28 2.479.276.591 3.118.237.251 3. Laba bruto 832.636.529 819.862.380

4. Beban usaha 1) Beban administrasi dan umum 5.6.29 515.866.390 416.837.467 2) Beban penjualan 5.6.30 31.322.459 50.073.659 3) Beban bunga 5.6.31 509.894 26.693.948

Jumlah beban usaha 547.698.743 493.605.074 5. Laba usaha 284.937.786 326.257.306

6. Pendapatan dan beban lain-lain 5.6.32 181.631.666 21.659.345 7. Bagian laba / rugi perusahaan afiliasi

mengunakan metode ekuitas 5.6.33 431.876.061 481.490.431 8. Laba sebelum pajak penghasilan 898.445.513 829.407.082

9. Beban pajak1) Pajak kini 5.6.34 (140.765.099) (136.018.528)2) Pajak tangguhan 5.6.35 (125.881) 17.297.266

10. Laba bersih 757.554.533 710.685.820

- Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan

URAIAN CATATAN

REALISASI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO) LAPORAN LABA RUGI (OWN OPERATION)

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR TANGGAL 31 DESEMBER 2004 DAN 2003

Page 56: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)

(Rp.000)

MODAL LABA TAHUN JUMLAHBERJALAN EKUITAS

2 3 4 5 = 3 + 4 6 = 2 + 5Saldo per 31 Desember 2002 (Disajikan Kembali) 3.634.768.000 2.246.195.520 783.110.152 3.029.305.672 6.612.628.212Koreksi Bonus ex PT Pupuk Kaltim (51.445.460) (51.445.460)

3.634.768.000 2.194.750.060 783.110.152 2.977.860.212 6.612.628.212

Koreksi / Pembayaran kekurangan setoran pajak - (7.739.977) - (7.739.977) (7.739.977)Penerimaan pengembalian kelebihan pembayaran pajak - 4.489.090 - 4.489.090 4.489.090Pelepasan asset Rumah Sakit ke Yayasan Pusri Medika - (3.792.042) - (3.792.042) (3.792.042)Koreksi pengakuan laba tahun 2002 - (256.069) - (256.069) (256.069)Koreksi pengakuan PSL hasil perhitungan Aktuaria 14.666.219 - 14.666.219 14.666.219Koreksi cadangan - (3.813.130) - (3.813.130) (3.813.130)Pembagian Laba : - Cadangan - 515.068.494 (515.068.494) - - - Dividen - - (240.949.698) (240.949.698) (240.949.698)- Pembayaran tantiem & gratifikasi - - (8.769.335) (8.769.335) (8.769.335)- Dana pembinaan - - (18.322.625) (18.322.625) (18.322.625)Laba tahun 2003 - - 710.685.820 710.685.820 710.685.820

3.634.768.000 2.713.372.645 710.685.820 3.424.058.465 7.058.826.465

Penambahan penyertaan Pemerintah kepada PT PupukIskandar Muda melalui PT Pusri 85.000.000 (85.000.000) - (85.000.000) - Koreksi cadangan - (404.900) - (404.900) (404.900)Pembagian Laba : - Cadangan - 447.278.420 (447.278.420) - - - Dividen - - (222.646.748) (222.646.748) (222.646.748)- Pembayaran tantiem & gratifikasi - - (10.803.122) (10.803.122) (10.803.122)- Dana pembinaan - - (29.957.530) (29.957.530) (29.957.530)Laba tahun 2004 - - 757.554.533 757.554.533 757.554.533Saldo per 31 Desember 2004 3.719.768.000 3.075.246.165 757.554.533 3.832.800.698 7.552.568.698

- Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan

1

TANGGAL 31 DESEMBER 2004 DAN 2003

KETERANGANSALDO LABA

CADANGAN JUMLAH

Lampiran : 5

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS (OWN OPERATION)

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR

Page 57: 08. PT PUSRI

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)

Lampiran : 6

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)LAPORAN ARUS KAS (OWN OPERATION)

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIRTANGGAL 31 DESEMBER 2004 DAN 2003

2004 2003Disajikan Kembali

Rp 000 Rp 0001. ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI :

1.1 Laba / (rugi) bersih sebelum pajak 898.445.513 829.407.082 1.2 Penyesuaian untuk rekonsiliasi laba ke kas dari aktivitas operasi.

1.2.1 Penurunan surat berharga 0 250.000 1.2.2 Penurunan piutang usaha 51.191.705 54.289.112 1.2.3 Penurunan piutang hubungan istimewa 25.911.129 65.845.2501.2.4 Penurunan (kenaikan) piutang lain-lain (51.654.851) 154.842.610 1.2.5 Penurunan (kenaikan) uang muka (36.294.010) 10.229.998 1.2.6 Penurunan (kenaikan) persediaan barang jadi (37.492.168) 435.689.529 1.2.7 Penurunan (kenaikan) persediaan barang setengah jadi 3.830.005 (5.456.683) 1.2.8 Penurunan persediaan suku cadang 18.966.041 28.292.709 1.2.9 Penurunan persediaan lain-lain 4.138.619 8.246.200 1.2.10 Penurunan (kenaikan) pajak dibayar dimuka (4.223.309) 26.865.688 1.2.11 Penurunan (kenaikan) biaya dibayar di muka 20.806.329 (18.737.215) 1.2.12 Penurunan (kenaikan) aktiva lain-lain 20.753.604 (19.641.367) 1.2.13 Kenaikan (penurunan) hutang usaha (121.115.179) 12.318.364 1.2.14 Penurunan hutang hubungan istimewa (29.951.056) (101.043.078)1.2.15 Penurunan hutang pajak (166.847.569) (62.496.642) 1.2.16 Kenaikan(penurunan) hutang lain-lain 37.740.182 (54.985.161) 1.2.17 Penurunan biaya yang masih harus dibayar (1.688.725) (2.534.786) 1.2.18 Kenaikan pendapatan diterima dimuka 2.858.992 389.483 1.2.19 Kenaikan (penurunan) kewajiban lain-lain 556.166 (357.207) 1.2.20 Biaya penyusutan 50.106.997 57.202.708

Jumlah kenaikan (penurunan ) kas dari aktiv (212.407.098) 589.209.512

2. ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI 2.1 Kenaikan investasi (288.333.096) (210.452.637) 2.2 Penurunan (kenaikan) aktiva dalam pelaksanaan 35.895.058 (18.688.749) 2.3 Kenaikan aktiva tetap (30.372.072) (14.688.873)

Jumlah penurunan kas dari aktivitas investas (282.810.110) (243.830.259)

3. ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN3.1 Pembayaran pinjaman (43.000.000) (440.200.000) 3.2 Pembayaran hutang jangka panjang luar negeri 0 (620.700) 3.3 Pembayaran dividen (222.646.748) (240.949.698) 3.4 Pembayaran tantiem/gratifikasi (10.803.122) (8.769.335) 3.5 Biaya manajemen dan dana pembinaan (29.957.530) (18.322.625) 3.6 Pelepasan asset rumah sakit ke Yayasan Pusri Medika 0 (3.792.042) 3.7 Koreksi cadangan (404.900) (256.069) 3.8 Pembayaran kekurangan pajak 0 (7.739.977) 3.9 Koreksi pengakuan PSL hasil perhitungan aktuaria 0 14.666.219 3.10 Koreksi cadangan eks biaya manajemen & pembinaan 0 (3.813.130)

3.11 Penerimaan kelebihan setoran pajak 0 4.489.090 Jumlah penurunan kas dari aktivitas pendana (306.812.300) (705.308.267)

4. Kenaikan kas dan setara kas bersih 96.416.005 469.478.068 5. Kas dan setara kas awal tahun 876.823.120 407.345.052 6. Kas dan setara kas akhir tahun 973.239.125 876.823.120

- Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan

U R A I A N

Page 58: 08. PT PUSRI

LAPORAN AUDITOR

INDEPENDEN

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN

PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO) Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2004 KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN PENGENDALIAN INTERN Nomor : 03.B.2/Auditama V/GA/II/2005 Tanggal : 28 Pebruari 2005 Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Jalan Gatot Subroto No. 31 Jakarta 10210 Telp. (021) 5700380, 5738740, 5720957, 5738727, 5704395-9 pesawat 511 Fax. (021) 5700380, 5723995

BPK RI

Page 59: 08. PT PUSRI

DAFTAR ISI I. LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN ATAS KEPATUHAN TERHADAP

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

A. Laporan Auditor Independen 1 B. Lampiran A

A. PT Pupuk Sriwidjaja (Persero)/(PT Pusri)

1. Terdapat ketentuan tentang HET Pupuk Urea bersubsidi pada

beberapa daerah yang sulit terjangkau di Kabupaten Garut Jawa

Barat dan Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah tidak sesuai dengan

Surat Keputusan (SK) Menteri Pertanian

No.107/KPTS/SR.130/2/2004

3

2. Hasil pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak

lanjut

6

Kapitalisasi Laba Ditahan PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk s.d.

tahun buku 1999 sebesar Rp728.768,00 juta belum diikuti dengan

perubahan Anggaran Dasar

6

B. PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk (PT PKT)

1. Prosentase bagian laba bersih perusahaan Tahun Buku 2003 untuk

kegiatan Program Bina Lingkungan dan Penyetoran Bagian Laba PT

Pupuk Kalimantan Timur Tbk kepada Biro Usaha Kecil dan

Koperasi tidak sesuai dengan ketentuan

7

2. Biaya pembangunan dan pengelolaan rumah baca serta bantuan

kepada Pemerintah Daerah tidak mengikuti ketentuan yang berlaku

10

3. Hasil pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak

lanjut

14

Page 60: 08. PT PUSRI

a. Penutupan Asuransi Purna Jabatan Dewan Komisaris dan

Direksi PT Pupuk Kalimantan Timur, Tbk melampaui batasan

premi maksimum yang diperkenankan sebesar Rp1.366,14 juta

14

b. PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk Kantor Perwakilan Jakarta

tidak memungut PPh Pasal 23 atas pembayaran jasa tenaga

kerja kepada PT Kaltim Nusa Etika sebesar Rp122,95 juta

15

c. Penyetoran Bagian Laba PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk

kepada Biro Program Kemitraan dan Bina Lingkungan tidak

sesuai dengan ketentuan

15

d. Tindakan manajemen untuk mendapatkan kredit investasi

dilakukan tanpa melalui persetujuan tertulis dari rapat

Komisaris

16

C. PT Pupuk Kujang (PT PK)

Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak

lanjut

16

D. PT Pupuk Iskandar Muda (PT PIM)

1. Legalitas penambahan penyertaan Modal oleh PT Pusri 16

2. Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak lanjut

17

E. PT Petrokimia Gresik (PT PG)

1. PT Petrokimia Gresik terlambat menyetorkan PPN Impor dan PPh

22 Impor kepada Negara

18

2. Keputusan RUPS tentang penggunaan laba bersih untuk Program

Bina Lingkungan tidak sesuai dengan ketentuan

20

3. Penjualan pupuk sebesar Rp5.692,44 juta tidak sesuai ketentuan

Perjanjian Fasilitas Kredit Ketahanan Pangan

22

4. Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak

lanjut

25

Pembebanan jasa keahlian kepada perusahaan afiliasi belum

dipungut PPN sebesar Rp362.553.597,70

25

Page 61: 08. PT PUSRI

F. PT Rekayasa Industri (PT Rekind)

Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak

lanjut

26

G. PT Mega Eltra (PT ME)

1. Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak

lanjut

26

2. Hasil Pemeriksaan tahun 2002 yang masih dalam proses tindak

lanjut

26

Kerjasama operasi untuk pengelolaan Pabrik Besi Beton merugikan

perusahaan

26

II. LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN ATAS KEPATUHAN TERHADAP

PENGENDALIAN INTERN

A. Laporan Auditor Independen 28 B. Lampiran B

A. PT Pupuk Sriwidjaja (Persero)/PT Pusri

1. Pemasaran Pusri Daerah (PPD) Jawa Barat kehilangan hak

kepemilikan atas Gudang Mesin Tablet Urea (MTU) di Mauk

Tangerang senilai Rp322,87 juta

31

2. Pembayaran atas Jasa Perkapalan oleh Thai Phos Corporation PTE,

LTD tidak sesuai dengan perjanjian yang disepakati

33

3. Terdapat koreksi perhitungan klaim susut atas pengangkutan pupuk

oleh KM Berkah Lestari sebesar Rp253,78 juta

36

4. Pelaksanaan pinjam meminjam suku cadang dan bahan pembantu

antara anggota Holding tidak sesuai dengan kesepakatan bersama

40

5. Biaya Pelayanan Kesehatan melebihi dari premi yang dibayarkan

kepada Yayasan Pusri Medika (YPM)

41

Page 62: 08. PT PUSRI

6. Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak

lanjut

44

a. Penggunaan dan pengelolaan gedung Rumah Sakit PT Pusri

beserta peralatannya oleh Yayasan Pusri Medika tidak didukung

dengan Surat Perjanjian

44

b. Gudang pupuk di beberapa Pemasaran Pusri Daerah senilai

Rp10.035,80 juta diragukan status kepemilikannya

45

c. Terdapat tanah di PPD Sulawesi Selatan yang dikuasai pihak

ketiga dan di PPD Jawa Timur belum didukung sertifikat atas

nama PT Pusri

46

7. Hasil Pemeriksaan tahun 2002 yang masih dalam proses tindak

lanjut

48

a. Penjualan pupuk kepada beberapa perkebunan besar tidak

sesuai dengan Juklak Penjualan yang berlaku

49

b. Terdapat piutang macet di PPD Lampung senilai Rp92.379,80

juta yang penyelesaiannya belum memberikan hasil yang

optimal

50

B. PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk (PT PKT)

1. Terdapat kekurangan tagihan penjualan listrik kepada PT Kaltim

Pasifik Amoniak dan harga penjualan utilitas belum disesuaikan

dengan harga natural gas

50

2. Pengendalian persediaan pupuk di Gudang Tambak Langon

Surabaya lemah

56

3. Manajemen PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk belum melakukan

pengendalian terhadap pupuk sweeping yang terjadi pada gudang-

gudang penyangga Kantor Pemasaran Pupuk PT Pupuk Kaltim Tbk

58

4. Pengendalian atas pelaksanaan beberapa kewajiban perpajakan PT

Pupuk Kalimantan Timur Tbk lemah

60

Page 63: 08. PT PUSRI

5. Penetapan harga jual pupuk urea prill curah kepada PT Pupuk

Sriwidjaja (Persero) dan PT Petrokimia Gresik merugikan

perusahaan sebesar Rp12.055,57 juta

63

6. Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak

lanjut

66

a. PT PKT tidak melakukan penagihan atas penggunaan listrik di

stasiun kompresor gas kepada PT Pertamina

66

b. Beberapa bagian atas hak kepemilikan tanah PT PKT Tbk

dikuasai oleh kelompok masyarakat

67

C. PT Pupuk Kujang (PT PK)

1. Buku pedoman organisasi dan uraian jabatan yang berlaku saat ini

belum sepenuhnya mendukung perubahan struktur organisasi PT

Pupuk Kujang sesuai dengan SK Direksi No. 014/SK/DU/X/2004

68

2. Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak

lanjut

69

3. Hasil pemeriksaan tahun 2002 yang masih dalam proses tindak

lanjut

69

D. PT Pupuk Iskandar Muda (PT PIM)

1. Penyimpanan stock urea digudang lini 2 belum rapi 70

2. Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak

lanjut

71

3. Hasil Pemeriksaan tahun 2002 yang masih dalam proses tindak

lanjut

71

E. PT Petrokimia Gresik (PT PG)

1. Penjualan jasa kepada PT Petro Oxo Nusantara berpotensi

merugikan perusahaan sebesar US$1.171,18 ribu

71

2. Hak PT Petrokimia Gresik atas klaim pada pembelian bahan baku

Rock Phosphate sebesar US$349,03 ribu belum diakui oleh Guizhou

Wengfu Chemi-Phos Imp & Exp Corp China

74

Page 64: 08. PT PUSRI

3. PT Petrokimia Gresik belum menerima pembayaran atas bagi hasil

pendapatan jasa pelabuhan periode tahun 1996 s.d 2002 dari PT

Pelindo III sebesar Rp1.765,22 juta

77

4. Terdapat sisa barang yang sudah dibeli dari tahun 2001 s.d 2004

senilai Rp21.939,22 juta namun belum diambil oleh unit peminta

barang

80

5. PT Petrokimia Gresik tidak melakukan rekonsiliasi bank secara

teratur

82

6. Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak

lanjut

85

F. PT Rekayasa Industri (PT Rekind)

1. Perusahaan mengalami kesulitan dalam menyelusuri hasil

rekonsiliasi bank

86

2. Terdapat proposal dalam penyelesaian yang belum dialokasikan 87

3. Terdapat droping pajak yang belum dipertanggungjawabkan 88

4. Proses Pengadaan Jasa Pengurugan sebesar Rp8.489,25 juta tidak

sesuai dengan kebijakan perusahaan

89

5. Prosedur pembayaran kepada subkontraktor sebesar Rp16.094,39

juta tidak sesuai dengan kebijakan perusahaan

91

6. Proses penggajian karyawan lokal di Site tidak sesuai dengan

kebijakan perusahaan

93

7. Pengadaan barang/material dan jasa di Site dilakukan tanpa tender 94

8. Terdapat penyerahan pekerjaan kepada bukan penawar terendah 95

9. Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak

lanjut

97

G. PT Mega Eltra (PT ME)

1. Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak

lanjut

97

Persediaan Hand Traktor belum laku dijual 97

Page 65: 08. PT PUSRI

2. Hasil pemeriksaan tahun 2002 yang masih dalam proses tindak

lanjut

97

Pengendalian atas Piutang Usaha dan Piutang Lain-lain senilai

Rp16.116,38 juta kurang memadai

98

a. Piutang Usaha 98

b. Piutang Lain-lain 100

Page 66: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

Nomor : 03.B.2/Auditama V/GA/II/2005

LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN

Kami telah mengaudit laporan keuangan konsolidasian PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) dan

anak perusahaan tanggal 31 Desember 2004, dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal

tersebut, dan telah menerbitkan laporan Nomor 03.A.2/Auditama V/GA/II/2005 tanggal 28

Pebruari 2005.

Kami melaksanakan audit berdasarkan Standar Audit Pemerintahan yang diterbitkan oleh

Badan Pemeriksa Keuangan dan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan

Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit

untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah

saji material.

Kepatuhan perusahaan terhadap hukum, peraturan, kontrak, dan persyaratan bantuan yang

berlaku bagi PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) dan anak perusahaan merupakan tanggung

jawab manajemen. Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan memadai tentang apakah

laporan keuangan bebas dari salah saji material, kami melakukan pengujian terhadap

kepatuhan PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) dan anak perusahaan terhadap pasal-pasal

tertentu hukum, peraturan, kontrak, dan persyaratan bantuan. Namun, tujuan audit kami

atas laporan keuangan adalah tidak untuk menyatakan pendapat atas keseluruhan kepatuhan

Page 67: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 2

terhadap pasal-pasal tersebut. Oleh karena itu, kami tidak menyatakan suatu pendapat

seperti itu.

Hasil pengujian kami menunjukkan bahwa, berkaitan dengan unsur yang kami uji, PT

Pupuk Sriwidjaja (Persero) dan anak perusahaan mematuhi, dalam semua hal yang

material, pasal-pasal yang kami sebut dalam paragraf di atas. Berkaitan dengan unsur yang

tidak kami uji, tidak ada satupun yang kami ketahui yang menyebabkan kami percaya

bahwa PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) dan anak perusahaan tidak mematuhi, dalam semua

hal yang material, pasal-pasal tersebut. Namun kami mencatat masalah-masalah tertentu

yang tidak material berkaitan dengan kepatuhan PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) dan anak

perusahaan terhadap pasal-pasal tertentu hukum, peraturan, kontrak, dan persyaratan

bantuan disertai saran perbaikannya yang kami kemukakan pada lampiran A.

Auditor Utama Keuangan Negara V

Penanggung Jawab Audit,

Drs. Misnoto, MA, Ak Register Negara No. D-1416

Jakarta, 28 Pebruari 2005

Page 68: 08. PT PUSRI

LAMPIRAN A

A. PT Pupuk Sriwidjaja (Persero)/PT Pusri

1. Terdapat ketentuan tentang HET Pupuk Urea bersubsidi pada beberapa

daerah yang sulit terjangkau di Kabupaten Garut Jawa Barat dan

Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah tidak sesuai dengan Surat Keputusan

(SK) Menteri Pertanian No.107/KPTS/SR.130/2/2004

Pemerintah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk penjualan

pupuk Urea kepada petani sebesar Rp1.050 per kg sesuai Surat Keputusan (SK)

Menteri Pertanian No.107/KPTS/SR.130/2/2004 tanggal 13 Februari 2004 yang

berlaku surut dari 1 Januari 2004. Butir kelima dalam surat tersebut menyatakan

bahwa produsen, distributor dan pengecer dalam penjualan pupuk bersubsidi

harus menjamin ketersediaan pupuk saat dibutuhkan dan menjualnya sesuai HET.

PT Pusri melakukan kegiatan penyaluran pupuk Urea bersubsidi di

Kabupaten Garut yang merupakan wilayah yang menjadi tanggung jawabnya

berdasarkan SK Menteri Perindustrian dan Perdagangan

No.356/MPP/Kep/5/2004 tanggal 27 Mei 2004. Dalam pemeriksaan atas kegiatan

penyaluran pupuk Urea produksi PT Pusri di Kabupaten Garut Jawa Barat

diketahui bahwa harga jual pupuk Urea eks PT Pusri dari distributor ke pengecer

sejak awal tahun selama tahun 2004 mendekati HET bahkan dibeberapa wilayah

Kecamatan melampaui HET yang telah ditetapkan Pemerintah, sehingga harga

pupuk di tingkat petani dapat dipastikan lebih dari Rp1.050,00.

Harga pupuk Urea eks PT Pusri yang melebihi HET sejak awal tahun 2004

tersebut menjadi penyebab diterbitkannya Surat Keputusan Bupati Garut No.

521.33/Kep.192-Disperindag/2004 tanggal 6 Juli 2004 yang berlaku pada tanggal

ditetapkan yang memperkenankan penjualan pupuk Urea bersubsidi dengan

harga di atas HET yang telah ditetapkan Pemerintah. Surat keputusan tersebut

mengatur tentang HET pupuk Urea kemasan 50 kg di tingkat pengecer atau lini

IV di wilayah Kabupaten Garut. Harga penjualan dari distributor ke pengecer

dengan radius jarak 60 km dari Gudang Persediaan Pupuk (GPP) PT Pusri yaitu

meliputi Kecamatan Cisurupan, Sukaresmi, Cikajang, Bayongbong, Sukawening,

Page 69: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V

4

Karangtengah, Kersamanah, Pangatikan, Pasirwangi, Samarang, Cilawu,

Wanaraja, Cibatu, Malangbong, Selawi dan Sucinaraja ditetapkan mendekati

HET dalam kisaran harga Rp1.040,00. Sedangkan dengan radius jarak di atas 60

km dari GPP PT Pusri yaitu meliputi wilayah-wilayah Kecamatan Singajaya,

Peundeuy, Banjarwangi, Cisompet, Cihurip, Pakenjeng, Pamulihan, Cisewu,

Bungbulang, Talegong, Mekarmukti, Caringin, Cibalong, Cikelet dan

Pameungpeuk harga penjualan dari distributor ke pengecer ditetapkan melebihi

dari HET dalam kisaran harga Rp1.070,00 sampai dengan Rp1.105,00. Sehingga

dapat dipastikan HET di tingkat petani di beberapa Kecamatan Kabupaten Garut

tersebut melebihi HET tahun 2004 yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian.

Hal seperti tersebut di atas juga terjadi pada Kabupaten Pekalongan yaitu

dengan dikeluarkannya SK Bupati Pekalongan No.520/134 tanggal 10 Juni 2004

sehingga HET berkisar Rp1.100/kg di tingkat pengecer.

Atas kondisi tersebut Pemasaran Pusri Daerah (PPD) Jawa Barat dan PPD

Jawa Tengah sulit memastikan harga pupuk Urea bersubsidi di tingkat petani

dapat dijual sesuai HET. Hal yang dapat dilakukan PT Pusri adalah menjamin

terpenuhinya kebutuhan pupuk Urea di daerah di maksud untuk menghindari

kelangkaan pupuk dan semakin melambungnya harga pupuk Urea. Sementara itu

subsidi biaya transportasi pupuk Urea untuk daerah yang sulit terjangkau dalam

tahun 2004 tidak dianggarkan oleh Pemerintah.

Seharusnya sesuai SK Menteri Pertanian No.107/KPTS/SR.130/2/2004

tanggal 13 Februari 2004, produsen, distributor dan pengecer dalam penjualan

Pupuk Urea bersubsidi menjual pupuk urea sesuai HET yang ditetapkan yaitu

Rp1.050/ kg.

Hal tersebut mengakibatkan efektivitas pemberian subsidi pupuk Urea oleh

Pemerintah kepada petani di Kabupaten Garut Jawa Barat dan Kabupaten

Pekalongan Jawa Tengah yang menjadi wilayah tanggung jawab PT Pusri tidak

tercapai.

Hal tersebut disebabkan :

a. Wilayah-wilayah tertentu berjarak cukup jauh dari distributor dan atau GPP

PT Pusri sehingga distributor mengenakan tambahan biaya ke pengecer untuk

Page 70: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V

5

pendistribusian pupuk bersubsidi yang tidak dapat dikendalikan oleh PT

Pusri.

b. Diterbitkannya SK Bupati Garut No.521.33/Kep.192-Disperindag/2004

tanggal 6 Juli 2004 dan SK Bupati Pekalongan No.520/134 tanggal 10 Juni

2004 yang dijadikan sebagai alat pembenaran pelampauan HET.

PT Pusri menjelaskan bahwa sebagian daerah di Kabupaten Garut dan

Kabupaten Pekalongan merupakan daerah yang sulit terjangkau sehingga

distributor mengenakan tambahan biaya ke pengecer pupuk tanpa sepengetahuan

PT Pusri dan terbitnya SK Bupati Kabupaten Garut dan Kabupaten Perkalongan

dilakukan tanpa koordinasi dengan PT Pusri. Saat ini telah dilakukan pengaturan

harga jual pengecer resmi agar tidak melampaui HET. Untuk itu telah ditetapkan

harga jual distributor sampai di depan gudang pengecer tidak boleh melebihi

Rp1.020/kg dan harga jual pengecer kepada petani tidak boleh lebih dari

Rp1.050/kg. Apabila ketentuan ini dilanggar, maka distributor dan pengecer akan

dikenakan sanksi sesuai yang telah dituangkan dalam surat perjanjian.

Diharapkan untuk waktu yang akan datang tidak terjadi lagi harga jual pengecer

melampaui HET. Sedangkan untuk daerah yang sulit terjangkau (jauh dari

gudang lini III Pusri/Kabupaten) akan diambil kebijakan melakukan penjualan

sistem franco gudang distributor/pengecer di wilayah Kecamatan Kabupaten

tersebut.

BPK RI menyarankan agar PT Pusri:

a. Dalam rangka mematuhi SK Menteri Pertanian No.107/KPTS/SR.130/2/2004

tanggal 13 Februari 2004, PT Pusri melakukan pendekatan kepada Bupati

setempat agar SK tentang harga pupuk urea bersubsidi tersebut ditinjau

kembali.

b. Membuat kajian subsidi biaya transportasi yang dibutuhkan untuk

menyalurkan pupuk ke daerah yang sulit terjangkau dan menyampaikannya

kepada Pemerintah.

Page 71: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V

6

2. Hasil pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak lanjut

Dalam pemeriksaan tahun buku 2003 terdapat 3 (tiga) temuan. Dari 3 (tiga)

temuan tersebut telah ditindaklanjuti dan dianggap selesai sebanyak 2 (dua)

temuan dan sisanya sebanyak 1 (satu) temuan masih dalam proses ditindaklanjuti,

yaitu:

Kapitalisasi Laba Ditahan PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk s.d. tahun

buku 1999 sebesar Rp728.768,00 juta belum diikuti dengan perubahan

Anggaran Dasar

a. PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT), pada tanggal 3 Juni 2000 Menteri

Negara Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN mengeluarkan Surat

Keputusan No.Kep-26/M-PM.PBUMN/2000 tanggal 3 Juni 2000 yang

menyetujui Kapitalisasi Laba Ditahan sampai dengan tahun buku 1999

sebesar Rp728.768.000.000,00 menjadi tambahan Modal Disetor. Selanjutnya

berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT PKT tanggal 12 Juni

2000 antara lain disetujui Kapitalisasi Laba Ditahan Perusahaan sampai

dengan tahun buku 1999 sebesar Rp728.768.000.000,00 menjadi tambahan

Modal Disetor, sehingga jumlah Modal Disetor PT Pusri berubah dari

Rp2.906.000.000.000,00 menjadi Rp3.634.768.000.000,00. Hal tersebut

belum diikuti dengan perubahan Anggaran Dasar Perusahaan.

Atas permasalahan tersebut PT Pusri telah menindaklanjutinya dengan

mengajukan surat kepada Menteri BUMN dengan No.U-1173/A.00.UM/2003

tanggal 11 Agustus 2003 tentang usulan perubahan Anggaran Dasar PT Pusri.

b. Selain hal tersebut di atas, dalam tahun 2004 ditemui masalah yang sama

yaitu penambahan penyertaan PT Pusri pada PT Pupuk Iskandar Muda (PT

PIM) sebesar Rp85.000.000.000,00 belum diikuti dengan perubahan

Anggaran Dasar. Penambahan penyertaan tersebut berdasarkan Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS) PT Pusri tanggal 16 Mei 2004 yang menetapkan

dari cadangan PT Pusri sebesar Rp471.427.561.000,00 diantaranya sebesar

Rp85.000.000.000,00 digunakan untuk tambahan penyertaan Pemerintah

melalui PT Pusri (Persero) kepada PT PIM sejalan dengan keputusan RUPS

tentang Pengesahan Laporan Tahunan Perusahaan Perseroan PT Pusri Tahun

Buku 2001. Dalam RUPS tahun buku 2001 disebutkan bahwa dalam rangka

Page 72: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V

7

menjamin kelancaran pembangunan proyek PIM-2 sesuai dengan komitmen

Pemerintah, RUPS mendukung PT Pusri untuk melakukan penambahan

Penyertaan Modal Negara sebesar USD10,100,000.00 setara

Rp101.000.000.000,00 untuk tahun 2002 baik dana yang berasal dari

konversi deviden PT Pusri tahun buku 2001 maupun dari sumber dana

lainnya.

Sehubungan dengan RUPS PT Pusri tanggal 16 Mei 2004 tersebut di atas, PT

Pusri telah menyetorkan sebesar Rp85.000.000.000,00 sebagai tambahan

penyertaan kepada PT PIM yang diambil dari cadangan PT Pusri dan untuk

hal tersebut PT Pusri telah menerima Keputusan Menteri Negara BUMN No.

KEP-117/MBU/2004 tanggal 27 Desember 2004 tentang penambahan

penyertaan modal negara RI kedalam modal saham PT Pusri serta perubahan

Anggaran Dasar PT Pusri.

PT Pusri menjelaskan bahwa seluruh nilai penyertaan pada PT PIM yang

direncanakan adalah sebesar USD30,320,000.00. Sehubungan dengan hal

tersebut dan mempertimbangkan efisiensi biaya yang harus dikeluarkan maka

perubahan anggaran dasar akan dilakukan sekaligus apabila telah dipenuhi

sejumlah penambahan penyertaan secara keseluruhan termasuk penambahan

modal disetor PT PKT sebesar Rp728.768.000.000,00.

BPK RI menyarankan agar PT Pusri melakukan koordinasi dengan instansi

terkait dan melakukan penyelesaian perubahan Anggaran Dasar Perusahaan pada

saat dipenuhinya jumlah penambahan penyertaan pada PT PIM tersebut sesuai

RUPS.

B. PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk. (PT PKT)

1. Prosentase bagian laba bersih perusahaan Tahun Buku 2003 untuk kegiatan

Program Bina Lingkungan dan Penyetoran Bagian Laba PT Pupuk

Kalimantan Timur Tbk kepada Biro Usaha Kecil dan Koperasi tidak sesuai

dengan ketentuan

Dalam rangka mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi kerakyatan

serta terciptanya pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja,

Page 73: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V

8

kesempatan berusaha dan pemberdayaan masyarakat, Menteri BUMN melalui

Keputusan Nomor: Kep-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 menetapkan

Program Kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan Program Bina Lingkungan.

Sumber dana untuk melaksanakan kegiatan tersebut antara lain diperoleh dari

penyisihan laba perusahaan setelah pajak.

Berdasarkan RUPS Kinerja PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk (PT PKT

Tbk) Tahun 2003 tanggal 31 Mei 2004 diputuskan bahwa dari laba bersih Tahun

Buku 2003 sebesar Rp223.384.927.000,00, diperuntukkan bagi Program

Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL) masing-masing sebesar

Rp6.345.060.000,00 dan Rp4.230.040.000,00 atau 2,84% dan 1,89% dari laba

bersih. Penyetoran penggunaan bagian laba bersih dimaksud kepada Biro PKBL

selaku penanggung jawab pengelolaan dana Program adalah satu bulan setelah

tanggal penetapan RUPS atau tanggal 1 Juli 2004.

Dari hasil pengujian atas transaksi penyaluran dana PKBL yang dilakukan

oleh PT PKT Tbk kepada Biro PKBL diketahui hal-hal sebagai berikut:

a. Setoran untuk Program Kemitraan dilakukan dalam tiga tahap yaitu tanggal

22 Juli 2004 sebesar Rp3.575.100.000,00; tanggal 17 September 2004 sebesar

Rp1.287.000.000,00 dan tanggal 3 Nopember 2004 sebesar

Rp1.482.960.000,00.

b. Setoran untuk Program Bina Lingkungan dilakukan dalam satu kali

pembayaran yaitu tanggal 6 September 2004 sebesar Rp4.230.040.000,00 00

atau 1,89% dari laba bersih. Jumlah tersebut melampaui batasan maksimal

yang diperkenankan dalam Keputusan Menteri BUMN yaitu sebesar 1% dari

penyisihan laba perusahaan setelah pajak.

Penyetoran dana Program Bina Lingkungan sebesar Rp4.230.040.000,00

telah digunakan untuk :

1) Pendidikan masyarakat Rp1.406.083.239,00 2) Pengemb. Sarana & Prasarana Umum Rp 804.641.239,00 3) Bantuan Sarana Ibadah Rp 831.902.950,00 4) Bantuan Kesehatan Masyarakat Rp 353.730.000,00 5) Biaya Operasional BL Rp 1.275.400,00 6) Biaya Administrasi Bank Rp 15.930.416,00 Total Rp3.413.553.625,00

Page 74: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V

9

c. Penyetoran dana PKBL mengalami keterlambatan dimana keterlambatan ini

merupakan temuan berulang sebagaimana telah diungkapkan BPK RI dalam

Laporan Audit Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan Tahun

Buku 2003.

Keterlambatan penyetoran dana PKBL tersebut menurut penjelasan Biro

Keuangan terjadi karena cash flow perusahaan yang tidak memungkinkan,

mengingat pada saat itu untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan

masih melakukan penarikan pinjaman modal kerja dari Bank BCA.

Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni

2003 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina

Lingkungan pada Bab III mengenai penetapan dan Penggunaan Dana Program

Kemitraan dan Program Bina Lingkungan, pasal 8 antara lain mengatur sebagai

berikut :

a. Ayat (2.a) : Besarnya penyisihan laba setelah pajak untuk dana Program Bina

Lingkungan maksimal sebesar 1% (satu persen);

b. Ayat (5) : Dana Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan yang

berasal dari penyisihan laba setelah pajak, disetorkan kepada Unit Program

Kemitraan dan Program Bina Lingkungan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan

setelah penetapan RUPS.

Hal tersebut mengakibatkan :

a. Penetapan penggunaan laba bersih untuk Program Bina Lingkungan terlalu

besar ditetapkan sebesar Rp1.996.190.730,00 (Rp4.230.040.000,00 –{1% x

Rp223.384.927.000,00}).

b. Biro PKBL tidak dapat mengoptimalkan pemanfaatan dana PKBL

Hal ini disebabkan Komisaris dan Direksi PT PKT Tbk dalam putusan

maupun langkah operasionalnya tidak sepenuhnya melaksanakan kebijakan

mengenai PKBL sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri BUMN No. Kep-

236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 dan Saran BPK RI dalam temuan Audit

Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan Tahun Buku 2003 tidak

dilaksanakan.

Page 75: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V

10

PT PKT Tbk menjelaskan bahwa penyetoran dana PKBL jumlahnya telah

mengikuti mekanisme yang di atur dalam RUPS dan keterlambatan penyetoran

dana PKBL telah mempertimbangkan saran BPK RI dalam temuan Audit

Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan Tahun Buku 2003. Namun

dalam pelaksanaannya mengingat kondisi keuangan perusahaan, penyetorannya

diangsur sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan Juli, September dan Nopember

2004.

BPK RI menyarankan agar keputusan RUPS dalam menetapkan besarnya

penyisihan laba bersih untuk PKBL dan penyetorannya oleh PT PKT

dilaksanakan sesuai dengan Keputusan Menteri BUMN No.Kep-236/MBU/2003

tanggal 17 Juni 2003.

2. Biaya pembangunan dan pengelolaan rumah baca serta bantuan kepada

Pemerintah Daerah tidak mengikuti ketentuan yang berlaku

Dalam rangka mendukung program pembangunan dan pengelolaan Rumah

Baca serta pembinaan wilayah dan perbaikan hubungan dengan Pemda sesuai

kebijakan Kementerian BUMN dalam Acara Penggalangan Dana Pembangunan

Rumah Baca tanggal 3 September 2003 di Ruang Nusantara, Hotel

Dharmawangsa, Direktur Utama PT PKT Tbk ditugaskan oleh Menteri BUMN

untuk membangun rumah baca sebanyak sepuluh rumah dan memberikan

bantuan berupa dua unit bus kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur serta

satu unit ambulan kepada Pemerintah Kota Bontang. Selanjutnya khusus untuk

pembangunan dan pengelolaan rumah baca, Direksi PT PKT Tbk dengan SK

No.59/DIR/XI/2003 tanggal 10 Nopember 2003 jo. SK No.60/DIR/VI.2004

tanggal 2 Juni 2004 membentuk Tim Pelaksana Pembangunan Rumah Baca di

Wilayah Pemasaran Pupuk Urea Dalam Negeri.

Mengingat kebijakan Kementerian BUMN tersebut di atas pembiayaannya

belum termasuk dalam RKAP 2004, Direksi PT PKT Tbk dengan surat

No.50/DU-Jkt/II.04 tanggal 14 Pebruari 2004 meminta persetujuan anggaran

tambahan (Bina Lingkungan dan Bina Wilayah) kepada Dewan Komisaris untuk

pembangunan rumah baca sebanyak sepuluh buah (tiga buah sudah dibangun

pada tahun 2003) sebesar Rp1.500,00 juta dan pemberian bantuan dua unit bus

Page 76: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V

11

kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur serta satu unit ambulan untuk

Pemerintah Kota Bontang sebesar Rp2.200,00 juta.

Sampai saat dilakukan pemeriksaan (Nopember 2004) persetujuan

anggaran tambahan dimaksud belum disetujui oleh Dewan Komisaris, namun

dalam pelaksanaannya telah terealisasikan :

a. Pembangunan rumah baca :

- Lokasi Lhoktuan Kota Bontang Rp 210.510.000,00

- Lokasi Bontang Barat Kota Bontang Rp 177.208.782,00

- Lokasi Kota Samarinda Rp 158.352.000,00

- Lokasi Kota Banjarbaru Rp 130.340.000,00

- Lokasi Cibugel Kab. Sumedang Rp 255.540.719,00

- Lokasi Kota Makassar Rp 152.179.800,00

- Lokasi Kab. Sidrap Rp 182.785.100,00

Jumlah Rp1.266.916.401,00

Sedangkan pembangunan rumah baca sebanyak tiga buah untuk lokasi

Sragen, Banyuwangi dan Mataram dilakukan dengan cara memberikan

sumbangan kepada Yayasan Taman Bacaan Indonesia (YTBI) pada tahun

2003 melalui transfer ke Rekening Bank Mandiri Cabang Jakarta Plaza

Mandiri atas nama YTBI pada tanggal 4 Desember 2003 sebesar

Rp450.000.000,00 yang diambil dari dana Pembinaan Wilayah tahun 2003.

b. Bantuan dua unit bus kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur

sebesar Rp1.848.060.000,00 dan satu unit ambulan kepada Pemerintah Kota

Bontang sebesar Rp773.532.000,00.

Selanjutnya rumah baca yang telah selesai dibangun diserahkan kepada

YTBI untuk pengelolaannya sesuai Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Rumah

Baca (PKPRB) antara lain PKPRB tanggal 3 September 2004 masing-masing

No.3018/SP-BTG/2004 untuk lokasi di Kota Bontang, No. 3019/SP-BTG/2004

untuk lokasi di Kota Samarinda, dan No.3020/SP-BTG/2004 untuk lokasi di

Kota Banjar Baru.

Page 77: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V

12

Dalam PKPRB diantaranya dijelaskan hal-hal sebagai berikut :

a. Dirut PT PKT Tbk menyerahkan bangunan rumah baca yang dibangun

kepada Ketua YTBI sebagai bantuan. Perlu diketahui bahwa Ketua YTBI

(Rethy Alexandra) adalah istri Menteri BUMN saat itu (Laksamana Sukardi),

sedangkan Menteri BUMN merupakan inspirator kebijakan program

pembangunan dan pengelolaan rumah baca serta pembinaan wilayah dan

perbaikan hubungan dengan Pemda.

b. PT PKT Tbk selaku bapak angkat YTBI akan menanggung biaya operasional

rumah baca terdiri dari :

1) Biaya gaji (termasuk THR) pegawai rumah baca (maksimal 2 orang

pegawai)

2) Biaya penggunaan listrik

3) Biaya penggunaan air bersih

4) Biaya kebersihan dan keamanan rumah baca

5) Biaya penggunaan telpon dan internet

6) Biaya pemeliharaan dan perbaikan rumah baca

c. YTBI selaku pemilik rumah baca menyediakan sarana dan prasarana yang

meliputi buku-buku bacaan dan satu perangkat komputer.

Realisasi biaya pengelolaan (operasional rumah baca) yang dikeluarkan oleh PT

PKT Tbk s.d. bulan Desember 2004 telah mencapai sebesar Rp93.831.184,00

yang terinci sebagai berikut :

No. Lokasi Biaya yg dikeluarkan Keterangan

1. Lhoktuan, Bontang Rp11.925.000,00 Pembayaran gaji pegawai bln Apr – Des 2004 2. Bontang Barat Rp 3.975.000,00 Pembayaran gaji pegawai bln Okt – Des 2004 3. Samarinda Rp49.838.912,00 Pembayaran gaji pegawai bln Okt – Des 2004 4. Banjarbaru Rp 3.342.272,00 Pembayaran gaji pegawai bln Okt – Des 2004 5. Cibugel, Sumedang Rp 6.250.000,00 Pembayaran gaji pegawai bln Agt – Des 2004 6. Makassar Rp 9.250.000,00 Pembayaran gaji pegawai bln Agt – Des 2004 7. Sidrap Rp 9.250.000,00 Pembayaran gaji pegawai bln Agt – Des 2004 Jumlah Rp93.831.184,00

Dengan demikian keseluruhan biaya pembangunan dan pengelolaan

(operasional) rumah baca serta bantuan berupa dua unit bus kepada Pemerintah

Provinsi Kaltim dan satu unit ambulan kepada Pemerintah Kota Bontang

berjumlah Rp4.432.339.585,00 = (Rp1.266.916.401,00 + Rp450.000.000,00 +

Rp1.848.060.000,00 + Rp773.532.000,00 + Rp93.831.184,00).

Page 78: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V

13

Seharusnya Direksi memperhatikan Anggaran Dasar PT PKT Tbk

sebagaimana terakhir ditetapkan dalam Akta Notaris Fathiah Helmi, SH No. 15

tanggal 12 Juni 2000 Pasal 12 butir 5.e yang menyatakan bahwa dalam hal

mengadakan kerjasama/perjanjian di luar kegiatan usaha sehari-hari perseroan

harus mendapat persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Rapat Komisaris.

Selanjutnya Pasal 12 Kepmen BUMN No.Kep-101/MBU/2002 tanggal 4 Juni

2002 tentang Penyusunan RKAP BUMN antara lain menyatakan bahwa dalam

hal Pemerintah (Kementerian BUMN) memberikan penugasan kepada BUMN

yang mengakibatkan kerugian, maka penugasan tersebut tidak dimasukkan ke

dalam RKAP sebagai kegiatan BUMN dan seluruh biaya yang dikeluarkan

sepenuhnya menjadi beban Pemerintah (Kementerian BUMN) sebagai pemberi

penugasan.

Selain itu, sesuai pasal 91 berikut penjelasan dari UU No. 19 tahun 2003

tentang BUMN menyatakan bahwa selain organ BUMN, pihak lain manapun

dilarang campur tangan dalam pengurusan BUMN. Termasuk dalam pengertian

campur tangan adalah tindakan atau arahan yang secara langsung memberi

pengaruh terhadap tindakan pengurusan BUMN. Departemen dan instansi

Pemerintah tidak dibenarkan membebani BUMN dengan segala bentuk

pengeluaran dan sebaliknya BUMN tidak dibenarkan membiayai keperluan

pengeluaran departemen dan instansi Pemerintah dalam pembukuan.

Hal tersebut mengakibatkan Direksi PT PKT Tbk telah merealisasikan

pembiayaan program pembangunan dan pengelolaan rumah baca serta bantuan

pengadaan kendaraan roda empat kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur

dan Pemerintah Kota Bontang senilai Rp4.432.339.585,00 yang tidak tersedia

anggarannya dalam RKAP tahun 2004 tanpa melalui persetujuan tertulis dari

Rapat Komisaris.

Hal ini terjadi karena Direksi lebih mendahulukan komitmen atas

kesanggupannya untuk mewujudkan kepedulian terhadap pembinaan lingkungan

dan wilayah.

PT PKT Tbk menjelaskan bahwa pada tanggal 3 September 2003 diadakan

pertemuan di Hotel Dharmawangsa Jakarta yang dihadiri oleh Presiden RI,

Page 79: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V

14

Meneg BUMN dan seluruh jajaran manajemen BUMN. Pada saat itu YTBI

menyampaikan rencana pembangunan rumah baca yang akan dibangun di

seluruh Indonesia bekerjasama dengan BUMN sebagai donatur. Pada saat

pertemuan, PT PKT Tbk menyatakan kesanggupannya untuk membangun

sepuluh rumah baca dengan ditandatanganinya kontrak induk pada tanggal 3

Desember 2003.

Pada tanggal 4 Desember 2003, PT PKT Tbk mentransfer dana ke YTBI sebesar

Rp450.000.000,00 untuk pembangunan tiga rumah baca dan dibebankan sebagai

biaya tahun 2003. Pada tanggal 11 Pebruari 2004, Dirut PT PKT Tbk dengan

surat No.50/DU-Jkt/II/04 mengajukan tambahan anggaran ke Dewan Komisaris

untuk pembangunan tujuh rumah baca, namun sampai saat ini belum

memperoleh persetujuan. Untuk itu pada Pra RUPS RKAP tahun 2005 telah

dibahas dan pada akhir bulan Januari 2005 akan dilakukan RUPS RKAP agar

tambahan anggaran pembangunan rumah baca dimaksud dapat dianggarkan.

BPK RI menyarankan agar Komisaris PT PKT Tbk memberikan teguran

dan memintakan pertanggungjawaban Direksi PT PKT Tbk terhadap pengeluaran

anggaran di luar RKAP tahun 2004.

3. Hasil pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak lanjut

Dalam tahun buku 2003 terdapat 4 (empat) temuan atas kepatuhan terhadap

peraturan perundang-undangan. Dari 4 (empat) temuan tersebut telah

ditindaklanjuti seluruhnya dan dianggap selesai, yaitu :

a. Penutupan Asuransi Purna Jabatan Dewan Komisaris dan Direksi PT

Pupuk Kalimantan Timur, Tbk melampaui batasan premi maksimum

yang diperkenankan sebesar Rp1.366,14 juta

Dalam tanggapan tindak lanjut, PT PKT Tbk menjelaskan bahwa tanggal 13

Agustus 2004, Direksi PT PKT Tbk mengirim surat ke Pihak Asuransi

dengan surat nomor 115/DK-Jkt/VIII.2004 untuk membayar nilai tunai purna

tugas ke rekening PT PKT Tbk dan PT PKT Tbk tidak melakukan

pembayaran premi lagi.

Page 80: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V

15

b. PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk Kantor Perwakilan Jakarta tidak

memungut PPh Pasal 23 atas pembayaran jasa tenaga kerja kepada PT

Kaltim Nusa Etika sebesar Rp122,95 juta

Dalam tanggapan tindak lanjut, PT PKT Tbk menjelaskan PPh 23 masa pajak

2003 atas overhead jasa tenaga kerja telah disetor ke Kas Negara oleh PT

PKT Perwakilan Jakarta sebesar Rp26.159.171,00 yang dihitung dari 6% atas

overhead. Besarnya overhead yang diperhitungkan adalah 20% dari biaya

jasa KNE Rp2.049.135.070,00 atau sebesar Rp409.827.014,00.

Perlu diinformaskan bahwa KNE membayar PPh pasal 21 untuk tenaga

perbantuan ke PKT sebesar Rp65.158.080,00 (setelah memperhitungkan

biaya jabatan dan Pendapatan Tidak Kena Pajak).

Biaya Jasa KNE 2.049.135.070,00

Overhead 409.827.014,00

Perhitungan PPh 23 adalah sbb. :

PPh 23 yang disetor PKT 26.159.171,00

PPh 21 Dibayar KNE 65.158.080,00

Jumlah PPh 21 & 23 91.317.251,00

PPh 23 perhitungan audit 122.948.104,00

Selisih 31.630.853,00

Selisih antara Jumlah PPh 21 & 23 dengan PPh 23 perhitungan audit senilai

Rp31.630.853,00 karena pengurang biaya jabatan dan Pendapatan Tidak

Kena Pajak dan pihak KPP bisa menerima setoran PPh 23 seperti yang

dilakukan oleh PT PKT Perwakilan Jakarta.

c. Penyetoran Bagian Laba PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk kepada Biro

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan tidak sesuai dengan

ketentuan

Dalam tanggapan tindak lanjut, PT PKT Tbk menjelaskan Keterlambatan

penyetoran dana PKBL dilakukan karena menunggu risalah RUPS yang baru

diterima dari notaris tanggal 12 September 2003, namun hal tersebut tidak

Page 81: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V

16

mengganggu program kerja Biro PKBL dalam memanfaatkan dana program

Pembinaan Kemitraan dan Program Bina Lingkungan.

Untuk tahun 2004 dalam melakukan penyetoran dana PKBL telah

mempertimbangkan saran BPK RI .

d. Tindakan manajemen untuk mendapatkan kredit investasi dilakukan

tanpa melalui persetujuan tertulis dari rapat Komisaris

Dalam tanggapan tindak lanjut, PT PKT Tbk menjelaskan bahwa surat dari

BCA No. 227 BMK/03 tanggal 24 Agustus 2003 merupakan penawaran dari

BCA kepada PKT untuk fasilitas kredit modal kerja, kredit investasi dan

Omnibus L/C. Berdasarkan kajian refinancing lebih lanjut dan hasil negosiasi

dengan Bank Mandiri untuk menurunkan bunga (untuk kredit investasi yang

sudah ada), maka penawaran BCA yang ditindaklanjuti adalah hanya kredit

modal kerja.

C. PT Pupuk Kujang (PT PK)

Dalam pemeriksaan tahun buku 2004 tidak ada temuan yang perlu

diungkapkan.

Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak lanjut

Dalam pemeriksaan tahun buku 2003 tidak terdapat temuan atas kepatuhan

terhadap peraturan perundang-undangan.

D. PT Pupuk Iskandar Muda (PT PIM)

1. Legalitas penambahan penyertaan Modal oleh PT Pusri

Berdasarkan keputusan RUPS PT. PIM tahun 2004 tanggal 1 Juni 2004

tentang pembagian laba tahun 2003 yang telah disetujui melalui SK Menteri

Negara BUMN Nomor: Kep.117/MBU/2004 tanggal 27 Desember 2004,

disebutkan bahwa adanya penambahan modal disetor oleh PT Pusri sebesar

USD10,100,000.00 (Rp85.000.000.000,00) sebagai tambahan penyertaan modal

pada PT PIM. Sampai dengan bulan September 2004 jumlah tersebut sudah

disetorkan penuh oleh PT Pusri. Atas penambahan tersebut Anggaran Dasar dan

Page 82: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V

17

Anggaran Rumah Tangga PT PIM belum dilakukan perubahan yang dibuat

dengan akta notaris.

Mengacu kepada Undang-undang Perseroan Nomor : 1 tahun 1995 pasal

14, 15 dan 16 bahwa perubahan modal dasar hakekatnya akan merubah Anggaran

Dasar, bahwa segala perubahan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah

Tangga termasuk perubahan modal, ditetapkan oleh RUPS dan Persetujuan

Menteri Kehakiman dan Perundang-undangan serta dibuat dengan akta notaris.

Hal ini mengakibatkan bahwa secara legalitas penambahan modal oleh PT

Pusri yang tercantum dalam Laporan Keuangan PT PIM tahun 2004 menjadi

berbeda dengan jumlah modal yang tercatat dalam Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga.

Hal tersebut disebabkan belum dilakukannya RUPS Luar Biasa sesuai

dengan ketentuan pasal 34 Undang-undang Perseroan Nomor: 1 tahun 1995 dan

pasal 22 Anggaran Dasar.

PT PIM menjelaskan bahwa berdasarkan Undang-Undang Perseroan

Nomor 1 tahun 1995 pasal 34 dan Anggaran Dasar Perusahaan pasal 22

menyebutkan bahwa perubahan Anggaran Dasar Perusahaan harus melalui RUPS

Luar Biasa. Draft perubahan anggaran dasar PT PIM sedang disiapkan untuk

segera diselesaikan setelah dilaksanakan RUPS Luar Biasa.

Kantor Akuntan Publik Soejatna, Mulyana & Rekan menyarankan agar

manajemen melakukan koordinasi dengan PT Pusri untuk melakukan perubahan

struktur permodalan yang ada dan menunjuk notaris untuk mensahkan perubahan

struktur permodalan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PT

PIM.

2. Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak lanjut

Dalam pemeriksaan tahun buku 2003 tidak terdapat temuan atas kepatuhan

terhadap peraturan perundang-undangan.

Page 83: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V

18

E. PT Petrokimia Gresik (PT PG)

1. PT Petrokimia Gresik terlambat menyetorkan PPN Impor dan PPh 22

Impor kepada Negara

PT Petrokimia Gresik (PT PG) memenuhi kebutuhan bahan baku untuk

memproduksi pupuk dengan cara pembelian lokal dan impor. Bahan baku yang

diimpor antara lain amoniak, asam fosfat, superfosfat, ammonium sulfat, kalium

klorida dan belerang.

Prosedur Pengadaan Bahan Baku menyebutkan bahwa pada setiap rencana

kedatangan kapal yang akan mengirim bahan baku ke PT PG, Biro Pengadaan

membuat pemberitahuan kepada Departemen Distribusi Sarana dan Pemasaran

(Disransar) disertai lampiran spesifikasi bahan baku yang akan diserahkan ke PT

PG sesuai dengan spesifikasi yang ada dalam kontrak antara PT PG dengan

suplier bahan baku tersebut. Pada setiap impor bahan baku, Disransar PT PG

akan menyiapkan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang kemudian diserahkan

kepada Bagian Pajak dan Asuransi (Paransi). Selanjutnya Bagian Paransi

menyiapkan Surat Setoran Pabean Cukai Pajak (SSPCP) dan diserahkan ke

Bagian Perbendaharaan untuk dilakukan pembayaran.

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan secara uji petik diketahui

terdapat beberapa Order Pembelian (Purchasing Order/PO) yang belum

diselesaikan prosedur pabeannya (belum dibebaskan dari wewenang Bea dan

Cukai). Sesuai Memo Departemen Distribusi Wilayah I Nomor

817/06/LG.02.01/21/MI/2004 tanggal 14 Juni 2004 tentang PO-PO yang belum

diselesaikan prosedur pabeannya, yang ditujukan kepada Biro Keuangan

dinyatakan bahwa PT PG mempunyai kewajiban pajak impor sebesar

Rp71.470.645.535,96. Jumlah kewajiban tersebut terus terakumulasi sejak bulan

Oktober 2003. Selanjutnya dengan Memo No.037/11/LG.02.01/21/MI/2004

tanggal 22 Nopember 2004 kepada Biro Keuangan dinyatakan bahwa jumlah

kewajiban pajak impor per 22 Nopember 2004 adalah sebesar

Rp127.616.957.017,52. Sedangkan sesuai Memo

No.022/01/LG.02.01/21/MI/2005 tanggal 10 Januari 2005 dinyatakan bahwa

posisi kewajiban pajak impor per 10 Januari 2005 adalah sebesar

Rp48.589.309.236,98.

Page 84: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V

19

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Departemen Distribusi Wilayah

I dan Memo dari Departemen Distribusi Wilayah I yang ditujukan kepada Biro

Perencanaan dan Gudang Material cq. Bagian Gudang diketahui bahwa atas

bahan baku tersebut sudah dilakukan pembongkaran.

Dari hasil pemeriksaan secara uji petik atas General Ledger (GL) PT PG

Tahun Buku 2004 diketahui bahwa pelunasan pembayaran PPN Impor dan PPh

22 Impor pada umumnya terlambat dan baru dilunasi pada bulan Nopember dan

Desember 2004.

UU No.18 tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa

dan Pajak Penjualan Barang Mewah Pasal 11 ayat (1) jo Pasal 33 Peraturan

Pemerintah No.50 tahun 1994 menyebutkan bahwa saat terutang untuk impor

Barang Kena Pajak terjadi pada saat Barang Kena Pajak dimasukkan ke dalam

Daerah Pabean Indonesia. Selain itu UU No.16 tahun 2000 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 9 ayat (2a) menyatakan bahwa apabila

pembayaran atau penyetoran pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) atau

ayat (2) dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran

pajak, dikenakan sanksi administrasi berupa denda bunga sebesar 2% (dua

persen) sebulan yang dihitung dari jatuh tempo pembayaran, dan bagian dari

bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

Hal tersebut mengakibatkan :

a. Negara terlambat menerima pembayaran PPN Impor dan PPh 22 Impor dari

PT PG sebesar Rp48.589.309.236,98.

b. PT PG berpotensi dikenakan sanksi administrasi sebesar 2% per bulan atas

keterlambatan penyetoran pajak.

Hal tersebut disebabkan PT PG lalai dalam memenuhi kewajiban penyetoran

pajak impor kepada Negara.

PT PG menjelaskan bahwa pembayaran sisa kewajiban sebesar

Rp48.589.309.236,98 telah dilakukan pada bulan Januari 2005. Untuk

selanjutnya kewajiban perpajakan atas impor yang terdiri dari PPh pasal 22 dan

PPN impor akan ditingkatkan monitoringnya sehingga tidak akan terjadi lagi

keterlambatan pelaporan dan pembayaran pajak.

Page 85: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V

20

BPK-RI menyarankan agar PT PG mematuhi ketentuan perundang-

undangan tentang perpajakan dan melakukan penyetoran secara tertib dan tepat

waktu.

2. Keputusan RUPS tentang penggunaan laba bersih untuk Program Bina

Lingkungan tidak sesuai dengan ketentuan

Berdasarkan Laporan Keuangan PT PG per 31 Desember 2004 diketahui

saldo akun Hutang Lain-lain sebesar Rp43.590.819.363,00. Dari saldo tersebut

terdapat saldo sub akun Dana Pra Sejahtera dan Sosial, Pendidikan dan

Pembinaan Wilayah sebesar Rp3.714.335.500,00. Dana tersebut merupakan dana

pemegang saham/Pemerintah yang disisihkan dari pembagian laba dengan

perolehan dana dan penggunaan dana terinci sebagai berikut:

PEROLEHAN DANA 1. Laba th 1973 sd 1988 Rp 5.020.678.950 2. Pemindahan cad dasar SK Menkeu 702/M/D/82 Rp 350.000.000 3. Pemindahan sisa dana pendidikan sd th 1988 Rp 22.272.871 4. Laba th 95-99/Pemb kel pra sejahtera &sejahtera I Rp 8.495.738.000 5. Laba th 2000 utk Pembinaan Wilayah Rp 3.730.000.000 6. Laba th 2001 utk Pembinaan Wilayah Rp 821.990.000 7. Laba th 2002 utk Pembinaan Wilayah Rp 932.353.000 8. Laba th 2003 utk Pembinaan Wilayah Rp 2.175.180.000 Jumlah Rp21.548.212.821 PENGGUNAAN DANA 1. Partisipasi sd th 1999 Rp 6.214.127.767 2. Proyek LIK Gresik Rp 655.514.094 3. Penyaluran th 2000 Rp 4.000.000.000 4. Dipindah ke cadangan Rp 1.519.015.460 5. Penyaluran th 2002 Rp 821.990.000 6. Penyaluran th 2003 Rp 1.072.512.900 7. Penyaluran th 2004 Rp 2.175.180.000 8. Bantuan bencana alam Rp 1.375.537.100 Jumlah Rp17.833.877.321 SISA DANA Rp 3.714.335.500

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah Dana Pra Sejahtera dan Sosial,

Pendidikan dan Pembinaan Wilayah atas penyisihan laba dari Tahun Buku 1973

s.d. 2003 adalah sebesar Rp21.548.212.821,00 sedangkan jumlah yang sudah

disalurkan sebesar Rp17.833.877.321,00 sehingga masih terdapat saldo per 31

Desember 2004 sebesar Rp3.714.335.500,00. Dalam jumlah perolehan dana

Page 86: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V

21

tersebut diantaranya merupakan perolehan dari laba Tahun Buku 2003 sebesar

Rp2.175.180.000,00 atau 2% dari laba bersih konsolidasian.

Dari Risalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT PG tentang

Persetujuan Laporan Tahunan Pengesahan Perhitungan Tahunan dan Penggunaan

Laba Bersih Tahun Buku 2003 yang dilaksanakan tanggal 1 Juni 2004 diketahui

bahwa laba bersih konsolidasian PT PG Tahun Buku 2003 sebesar

Rp108.759.000.000,00. RUPS antara lain menetapkan penggunaan dana untuk

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan masing-masing sebesar

Rp1.087.590.000,00 dan Rp2.175.180.000,00 atau sekitar 1% dan 2% dari

seluruh total laba bersih konsolidasian.

Ketentuan tentang penetapan dan penggunaan dana untuk Program

Kemitraan dan Program Bina Lingkungan diatur dalam Keputusan Menteri

Badan Usaha Milik Negara No.KEP-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003

tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan

Program Bina Lingkungan. Bab III pasal 8 Keputusan Menteri BUMN tersebut

menyatakan :

Ayat (1) Dana Program Kemitraan bersumber dari penyisihan laba setelah pajak

sebesar 1% (satu persen) sampai dengan 3% (tiga persen); hasil bunga

pinjaman, bunga deposito dan atau jasa giro dari dana Program

Kemitraan setelah dikurangi beban operasional; dan pelimpahan dana

Program Kemitraan dari BUMN lain, jika ada.

Ayat (2) Dana Program Bina Lingkungan bersumber dari penyisihan laba setelah

pajak maksimal sebesar 1% (satu persen), hasil bunga deposito dan atau

jasa giro dari dana Program Bina Lingkungan.

Ayat (3) Besarnya dana Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan yang

berasal dari penyisihan laba setelah pajak sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh RUPS untuk PERSERO dan

Menteri untuk PERUM.

Ayat (4) Dalam kondisi tertentu besarnya dana Program Bina Lingkungan yang

berasal dari penyisihan laba setelah pajak ditetapkan lain dengan

persetujuan Menteri/RUPS

Page 87: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V

22

Dengan pertimbangan perusahaan masih mempunyai saldo Dana Pra

Sejahtera dan Sosial, Pendidikan dan Pembinaan Wilayah per 31 Desember 2003

sebesar Rp5.089.872.600,00, RUPS seharusnya tidak perlu lagi mengalokasikan

dana untuk Program Bina Lingkungan. Di sisi lain, selaras dengan pelaksanaan

Keputusan Menteri BUMN No. KEP-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003,

saldo Dana Prasejahtera & Sosial, Pendidikan & Pembinaan Wilayah tersebut

seharusnya disetorkan ke rekening Program Bina Lingkungan dan dikelola oleh

unit PKBL.

Hal tersebut mengakibatkan pengalokasian laba bersih tahun buku 2003

untuk Program Bina Lingkungan sebesar Rp2.175.180.000,00 tidak tepat sasaran

dan dapat digunakan untuk kepentingan lain.

Hal tersebut terjadi karena RUPS dalam menetapkan alokasi laba bersih

tidak mempertimbangkan adanya saldo Dana Prasejahtera & Sosial, Pendidikan

& Pembinaan Wilayah sebesar Rp5.089.872.600,00 yang belum disalurkan.

PT PG menjelaskan bahwa sisa dana sebesar Rp3.714.335.500,00 akan

disampaikan/dilaporkan dalam RUPS kinerja tahun 2004.

BPK-RI menyarankan agar dalam RUPS kinerja tahun 2004, penetapan

alokasi laba bersih untuk Program Bina Lingkungan memperhatikan saldo yang

belum tersalurkan.

3. Penjualan pupuk sebesar Rp5.692,44 juta tidak sesuai ketentuan Perjanjian

Fasilitas Kredit Ketahanan Pangan

PT PG melakukan penjualan pupuk Urea, ZA dan Phonska yang disebut dengan

paket pupuk Phonska kepada Kelompok Tani dengan dukungan fasilitas kredit

untuk produksi pertanian atau Kredit Ketahanan Pangan (KKP) dari PT Bank

Bukopin. Fasilitas KKP ini mendapat penjaminan dari Perum Sarana

Pengembangan Usaha (Perum SPU) dan PT Asuransi Kredit Indonesia (PT

Askrindo).

KKP merupakan peminjaman uang berdasarkan persetujuan pinjam meminjam

antara PT Bank Bukopin dengan Kelompok Tani yang membeli paket pupuk

Phonska dari PT PG yang dituangkan dalam Perjanjian Kredit. Dalam perjanjian

Page 88: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V

23

tersebut dinyatakan bahwa Kelompok Tani wajib melunasi hutangnya setelah

jangka waktu tertentu ditambah bunga dan atau denda tunggakan.

Penjualan pupuk PT PG dengan fasilitas KKP dilaksanakan dalam tahun 2001

dan 2002 yang dituangkan dalam dua perjanjian, yaitu : (1) Perjanjian

No.113/02/TU.04.06/ SP/2001 tanggal 21 Pebruari 2001 dengan penjamin Perum

SPU, dan (2) Perjanjian No. 382/07/TU.04.06/54/SP/2002 tanggal 16 Juli 2002

dengan penjamin PT Askrindo.

Kelompok Tani yang telah mendapat persetujuan dari PT PG dan memenuhi

persyaratan yang telah ditentukan dapat mengajukan permohonan fasilitas KKP

kepada PT Bank Bukopin. Permohonan kredit tersebut harus dilengkapi dengan

antara lain rencana kebutuhan kredit berdasarkan Rencana Definitif Kebutuhan

Kelompok (RDKK) yang dibuat oleh Kelompok Tani dan telah disetujui baik

oleh Dinas teknis terkait maupun PT PG yang akan menentukan jumlah pagu

pokok pinjaman. Selanjutnya PT Bank Bukopin melakukan penelitian dan

memberikan keputusan kredit. Selanjutnya akan dibuat Perjanjian Kredit dengan

Kelompok Tani yang telah disetujui PT Bank Bukopin untuk mendapat KKP.

Setelah adanya Perjanjian Kredit, PT PG dapat melakukan pendistribusian pupuk

yang dimulai dengan membuat perjanjian penjualan paket pupuk Phonska antara

PT PG dengan Kelompok Tani, dan pada akhirnya dibuat Berita Acara Serah

Terima Barang (BASTB) antara PT PG dengan Kelompok Tani. BASTB

merupakan dasar PT PG untuk membuat faktur penjualan yang dipakai untuk

mengakui adanya piutang. Sedangkan untuk PT Bank Bukopin, BASTB

digunakan untuk mencairkan KKP kepada Kelompok Tani dan langsung

dipindahbukukan ke rekening PT PG. Dengan adanya pembayaran dari PT Bank

Bukopin dan bukti transfer, PT PG mengakui adanya pelunasan piutang.

Dari hasil pemeriksaan atas penjualan pupuk dengan fasilitas KKP dapat

dikemukakan hal-hal berikut :

a. PT PG sudah menyalurkan pupuk kepada Kelompok Tani sebelum fasilitas

KKP disetujui oleh PT Bank Bukopin dan Perjanjian Kredit dibuat.

Berdasarkan laporan per 31 Mei 2002 sesuai Memo

No.108.1/06/KU.02.02/54/MI/2002 tanggal 24 Juni 2002 diketahui bahwa PT

PG diperkirakan sudah menyalurkan pupuk sebesar Rp22.612.466.984,00,

Page 89: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V

24

tetapi fasilitas KKP yang sudah disetujui PT Bank Bukopin dan dibuat

Perjanjian Kreditnya baru sebesar Rp15.992.099.814,00 sehingga terdapat

penjualan paket pupuk Phonska yang telah dilakukan PT PG dalam kerangka

fasilitas KKP diperkirakan sebesar Rp6.620.367.170,00 yang belum

mendapat persetujuan dari PT Bank Bukopin.

b. Terhadap penjualan paket pupuk Phonska dalam kerangka fasilitas KKP yang

tidak memperoleh persetujuan kredit dari PT Bank Bukopin, PT PG

mengalihkannya sebagai penjualan kredit PT PG. Berdasarkan data

perkembangan pinjaman Kelompok Tani peserta KKP per akhir Nopember

2004 diketahui bahwa jumlah pengalihan yang menjadi penjualan kredit PT

PG adalah sebesar Rp5.692.441.547,50. Hal ini menunjukkan terdapat

penjualan paket pupuk Phonska dalam kerangka fasilitas KKP yang tidak

mendapat persetujuan KKP dari PT Bank Bukopin sebesar

Rp5.692.441.547,50. Rincian penjualan pupuk tersebut adalah sebagai

berikut :

No. Propinsi Nilai Penyaluran Pupuk (Rp)

1. Jawa Timur 2.417.442.227,50 2. Jawa Tengah 3.225.709.320,00 3. Jawa Barat 49.290.000,00

Jumlah 5.692.441.547,50

c. Berdasarkan data perkembangan pinjaman Kelompok Tani peserta KKP

diketahui bahwa jumlah penjualan pupuk kepada Kelompok Tani sebesar

Rp5.692.441.547,50 belum seluruhnya dilunasi. Sampai dengan akhir

Desember 2003, PT PG telah menerima pembayaran dari Kelompok Tani

sebesar Rp4.581.251.402,50 dan dalam tahun 2004 (s.d akhir Nopember)

menerima pembayaran sebesar Rp25.246.675,00. Dengan demikian jumlah

pembayaran yang telah diterima PT PG seluruhnya sebesar

Rp4.606.498.077,50 dan yang belum dilunasi (piutang) sebesar

Rp1.085.943.470,00.

Sesuai Pasal 2 Perjanjian Kredit untuk produksi pertanian atau KKP yang

menggunakan paket pupuk Phonska, seharusnya PT PG tidak menyalurkan

pupuk kepada Kelompok Tani sebelum adanya persetujuan dari PT Bank

Page 90: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V

25

Bukopin. Dalam pasal tersebut antara lain dinyatakan bahwa PT PG

melaksanakan penyediaan paket pupuk Phonska sesuai jenis, jumlah, mutu,

harga, waktu dan tempat yang tertuang dalam Perjanjian Penjualan antara PT PG

dengan Kelompok Tani yang memperoleh fasilitas kredit dari PT Bank Bukopin.

Hal tersebut mengakibatkan adanya potensi kerugian yaitu resiko tidak

tertagihnya piutang diperkirakan sebesar Rp1.085.943.470,00.

Hal ini terjadi karena PT PG melakukan penyaluran pupuk berdasarkan

RDKK yang dibuat Kelompok Tani tanpa adanya persetujuan dari PT Bank

Bukopin.

PT PG menjelaskan bahwa hal tersebut terjadi karena petani membutuhkan

pupuk dengan segera sedangkan proses administrasi di bank lama. Atas sisa

piutang tersebut, akan diupayakan penagihannya dan dilakukan survey untuk

mendapatkan data kemampuan petani dalam melunasi piutang.

BPK-RI menyarankan agar PT PG tetap mengupayakan penagihannya

dengan lebih intensif.

4. Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak lanjut

Dalam pemeriksaan tahun buku 2003 terdapat 1 (satu) temuan atas

kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Terhadap temuan tersebut

masih dalam proses tindak lanjut, yaitu :

Pembebanan jasa keahlian kepada perusahaan afiliasi belum dipungut PPN

sebesar Rp362.553.597,70

PT PG telah melaksanakan tindak lanjut temuan tersebut yaitu dengan

mencadangkan hutang PPN terhadap karyawan yang diperbantukan kepada

perusahaan afiliasi. Sedangkan mulai tahun 2004, PT PG telah menerbitkan

faktur PPN atas transaksi pembebanan jasa keahlian kepada perusahaan afiliasi.

F. PT Rekayasa Industri (PT Rekind)

Dalam pemeriksaan tahun buku 2004 tidak ada temuan yang perlu

diungkapkan.

Page 91: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V

26

Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak lanjut

Dalam tahun buku 2003 terdapat 3 (tiga) temuan atas kepatuhan terhadap

peraturan perundang-undangan. Dari 3 (tiga) temuan tersebut telah ditindaklanjuti

seluruhnya dan dianggap selesai.

G. PT Mega Eltra (PT ME)

Dalam pemeriksaan tahun buku 2004 tidak ada temuan yang perlu

diungkapkan.

1. Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak lanjut

Dalam pemeriksaan tahun buku 2003 tidak terdapat temuan atas kepatuhan

terhadap peraturan perundang-undangan.

2. Hasil Pemeriksaan tahun 2002 yang masih dalam proses tindak lanjut

Dalam pemeriksaan tahun buku 2002 terdapat 1 (satu) temuan atas

kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Terhadap temuan tersebut

masih dalam proses tindak lanjut, yaitu:

Kerjasama operasi untuk pengelolaan Pabrik Besi Beton merugikan

perusahaan

Kerjasama operasi sebesar Rp249.205.000,00 merupakan bagian (hak) PT

ME pada PT SUSSI yang merupakan harta kekayaan Suhardi Ali Martadinata

alias A Kong yang dirampas berdasarkan Keputusan Pengadilan Negeri

Palembang Nomor: 94/Pts.Pid.B/1990 PN Plg tanggal 4 Agustus 1990 untuk

diserahkan kepada PT Dharma Niaga, PT Pantja Niaga dan PT ME sebagai

penyelesaian hutang Suhardi Ali Martadinata selaku pemilik PT Cahaya Terang

dan CV Cahaya Baru.

Berdasarkan kesepakatan bersama antara PT Dharma Niaga, PT Pantja

Niaga dan PT ME tanggal 15 Agustus 1989, PT Dharma Niaga ditunjuk sebagai

pengelola pabrik besi beton eks PT Sussi (milik Suhardi AM). Saldo kerjasama

operasi per 31 Desember 2003 sebesar Rp249.205.000,00.

Dari hasil pemeriksaan tahun 2004 diketahui bahwa secara internal PT

Mega Eltra telah mengkompensasikan hak PT Mega Eltra di PT SUSSI sebesar

Rp249.205.000,00 dengan hutang PT Mega Eltra kepada PT Dharma Niaga

Page 92: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V

27

sebesar Rp178.273.000,00 dan hal ini telah mendapat persetujuan dalam RUPS

PT SUSSI tahun 2001.

Atas permasalahan tersebut di atas kami sarankan agar Manajemen PT ME

meminta Laporan Keuangan PT SUSSI untuk tahun yang berakhir pada 31

Desember 2002 dan 2001 (yang sudah diaudit) dan jika tahun 2002 dan tahun

2001 PT SUSSI masih menderita kerugian maka PT ME harus

mempertimbangkan kelanjutan dari kerjasama operasi tersebut.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

Page 93: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

Nomor : 03.B.2/Auditama V/GA/II/2005

LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN

Kami telah mengaudit laporan keuangan konsolidasian PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) dan

anak perusahaan tanggal 31 Desember 2004, dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal

tersebut, dan telah menerbitkan laporan nomor 03.A.2/Auditama V/GA/II/2005 tanggal 28

Pebruari 2005.

Kami melaksanakan audit berdasarkan Standar Audit Pemerintahan yang diterbitkan oleh

Badan Pemeriksa Keuangan dan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan

Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami untuk merencanakan dan melaksanakan

audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari

salah saji material.

Dalam perencanaan dan pelaksanaan audit kami atas laporan keuangan usaha sendiri PT

Pupuk Sriwidjaja (Persero) dan anak perusahaan untuk tahun yang berakhir pada tanggal

31 Desember 2004, kami mempertimbangkan pengendalian intern entitas tersebut untuk

menentukan prosedur audit yang kami laksanakan untuk menyatakan pendapat kami atas

laporan keuangan dan tidak dimaksudkan untuk memberikan keyakinan atas pengendalian

intern tersebut.

Manajemen PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) dan anak perusahaan bertanggung jawab untuk

menyusun dan memelihara suatu pengendalian intern. Dalam memenuhi tanggung

Page 94: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 29

jawabnya tersebut, diperlukan estimasi dan pertimbangan dari pihak manajemen tentang

taksiran manfaat dan biaya yang berkaitan dengan pengendalian intern. Tujuan suatu

pengendalian intern adalah untuk memberikan keyakinan memadai, bukan keyakinan

absolut, kepada manajemen bahwa aktiva terjamin keamanannya dari kerugian sebagai

akibat pemakaian atau pengeluaran yang tidak diotorisasi dan bahwa transaksi dilaksanakan

dengan otorisasi manajemen dan dicatat semestinya untuk memungkinkan penyusunan

laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Karena adanya keterbatasan bawaan dalam setiap pengendalian intern, kekeliruan atau

ketidakberesan dapat saja terjadi dan tidak terdeteksi. Begitu juga, proyeksi setiap evaluasi

atas pengendalian intern ke periode yang akan datang mengandung risiko bahwa suatu

prosedur menjadi tidak memadai lagi karena perubahan kondisi yang terjadi atau efektifitas

desain dan operasi pengendalian intern tersebut telah berkurang.

Untuk tujuan laporan ini, kami menggolongkan pengendalian intern signifikan ke dalam

kelompok berikut ini:

• Produksi

• Teknik dan Perekayasaan

• Pemasaran/Komersil

• Keuangan

• Penelitian dan Pengembangan

Untuk semua golongan pengendalian intern tersebut di atas, kami memperoleh pemahaman

tentang desain pengendalian intern yang relevan dan apakah pengendalian intern tersebut

dioperasikan, serta kami menentukan risiko pengendalian.

Pertimbangan kami atas pengendalian intern tidak perlu mengungkapkan semua masalah

dalam pengendalian intern yang mungkin merupakan kelemahan material menurut Standar

Audit Pemerintahan yang diterbitkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Suatu kelemahan

material adalah kondisi yang dapat dilaporkan yang di dalamnya desain dan operasi satu

atau lebih komponen pengendalian intern tidak mengurangi risiko ke tingkat yang relatif

Page 95: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 30

rendah tentang terjadinya kekeliruan dan ketidakberesan dalam jumlah yang akan material

dalam hubungannya dengan laporan keuangan auditan dan tidak terdeteksi dalam waktu

semestinya oleh karyawan dalam melaksanakan normal fungsi yang ditugaskan kepadanya.

Kami mencatat bahwa tidak ada masalah berkaitan dengan pengendalian intern dan

operasinya yang kami pandang memiliki kelemahan material sebagaimana kami definisikan

di atas.

Namun, kami mencatat masalah-masalah tertentu berkaitan dengan pengendalian intern dan

operasinya disertai saran perbaikannya yang kami kemukakan pada Lampiran B.

Auditor Utama Keuangan Negara V

Penanggung Jawab Audit,

Drs. Misnoto, MA, Ak Register Negara No. D-1416

Jakarta, 28 Pebruari 2005

Page 96: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 31

LAMPIRAN B

A. PT Pupuk Sriwidjaja (Persero)/PT Pusri

1. Pemasaran Pusri Daerah (PPD) Jawa Barat kehilangan hak kepemilikan atas

Gudang Mesin Tablet Urea (MTU) di Mauk Tangerang senilai Rp322,87 juta

Berdasarkan Laporan Keuangan PT Pusri PPD Jawa Barat per 31 Desember

2004, diketahui bahwa saldo akun gudang pupuk senilai Rp6.854.990.423,00. Dari

pemeriksaan secara uji petik atas asset yang dikuasai beserta kontrak perjanjian

yang mendasarinya, diketahui terdapat gudang PPD Jawa Barat di Mauk

Tangerang yang dibangun PT Pusri PPD Jawa Barat di atas tanah yang disewa dari

pihak III. Sesuai dengan Kontrak Sewa Menyewa No.285 tanggal 18 Juli 1996

antara PT Pusri dengan Moe Irwan Rahardja (pedagang) sebagai pemilik tanah, PT

Pusri sepakat untuk menyewa tanah di Mauk, Jalan Raya Tangerang seluas 4.000

m2, milik Moe Irwan Rahardja selama 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal 1 Juli

1996 sampai dengan 1 Juli 2001. Kedua belah pihak di dalam kontrak tersebut

sepakat dengan harga sewa sebesar Rp4.750,00/m2 per tahun atau total kontrak

sebesar Rp19.000.000,00 per tahun.

Di dalam pasal 2 butir 2.a kontrak sewa menyewa di atas disebutkan bahwa

paling lambat 6 bulan sebelum masa kontrak berakhir, PT Pusri harus

memberitahukan kepada pemilik untuk memperpanjang kontrak. Jika kontrak tidak

diperpanjang atau terlambat dalam memperpanjang kontrak maka gudang tersebut

menjadi milik Moe Irwan Rahardja sebagai pemilik tanah. Usaha pertama untuk

memperpanjang kontrak dilakukan oleh PT Pusri dengan adanya surat intern

No.805/801.DS/2001 tanggal 16 Mei 2001 dari Kepala Kompartemen Niaga

kepada Kepala PPD Jawa Barat untuk diminta saran dan pertimbangannya dalam

rangka perpanjangan kontrak sewa gudang-gudang PT Pusri. Berdasarkan surat

tersebut, Kepala PPD Jawa Barat memberitahukan kepada Kadiv Sarwil I melalui

surat No.540/925.LA.2001 tanggal 20 Juni 2001 untuk memperpanjang gudang di

Mauk Tangerang. Hal tersebut diulangi kembali melalui surat

No.617/925.LA/2001 tanggal 16 Juli 2001 dari Kepala PPD Jawa Barat kepada

Kadiv Sarwil I. Surat-menyurat dengan pemilik tanah untuk memperpanjang

kontrak sewa-menyewa baru dilakukan pada tanggal 16 Juli 2001, yaitu melalui

Page 97: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 32

surat No.U-0644/925.LA/2001 tanggal 16 Juli 2001 dari Kepala PPD Jawa Barat

kepada Moe Irwan Rahardja, sementara kontrak sewa menyewa telah berakhir

tanggal 1 Juli 2001. Sehubungan dengan keterlambatan permintaan perpanjangan

kontrak sewa menyewa kepada pemilik tanah yang seharusnya dilakukan paling

lambat 1 Januari 2001 atau 6 (enam) bulan sebelum kontrak berakhir, maka sesuai

Surat Perjanjian yang telah disepakati bersama hak kepemilikan gudang berpindah

kepada pemilik tanah. Selanjutnya pemilik tanah dan gudang dengan surat tanggal

27 Juli 2004 memberitahukan kepada Kepala Departemen (Kadep) Sarwil I bahwa

apabila PPD Jawa Barat ingin mengontrak kembali maka harga sewa yang

ditawarkan adalah sebesar Rp55.000.000,00 per tahun. Sehubungan dengan hal

tersebut di atas Kadep Sarwil I melalui surat No.175/31100000.DS/2004 tanggal 5

Agustus 2004, meminta persetujuan kepada Direktur Komersil (Dirkom) PT Pusri

tentang harga sewa berdasarkan hasil negosiasi dengan pemilik tanah yaitu sebesar

Rp47.500.000,00 per tahun. Berdasarkan persetujuan dari Dirkom atas permintaan

perpanjangan tersebut, Kadep Sarwil I melalui surat No.181/J10.DS/2004 tanggal

16 Agustus 2004 memberitahukan kepada PPD Jawa Barat sekaligus untuk

menyiapkan kontrak sewa-menyewa berkaitan dengan hal tersebut. Perkembangan

selanjutnya PT Pusri menyewa tanah dan gudang tersebut karena gudang yang

semula milik PT Pusri telah beralih menjadi milik Moe Irwan Raharja sesuai

dengan klausul kontrak sebelumnya.

Seharusnya pemantauan atas penguasaan gudang milik sendiri maupun yang

disewa harus dilakukan dengan cermat, termasuk pemantauan keberadaan pemilik

tanah berkaitan dengan pasal 2 butir 2a surat perjanjian sewa-menyewa No.285

tanggal 18 Juli 1996 menyatakan bahwa pemberitahuan perpanjangan kontrak

dilakukan paling lambat 6 (enam) bulan sebelum kontrak berakhir. Selain itu

pencatatan atas asset yang dikuasai harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Hal tersebut mengakibatkan PT Pusri mengalami kerugian atas kehilangan

hak kepemilikan gudang MTU Mauk dengan nilai buku sebesar Rp322.870.647,00.

Hal tersebut disebabkan Kepala PPD dan Kabag AUK PPD Jawa Barat pada

saat itu lalai dalam memantau masa berakhirnya dan dalam usaha memperpanjang

kontrak sewa-menyewa tanah.

Page 98: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 33

PPD Jawa Barat mengakui kondisi tersebut dan telah mencatat kerugian atas

kehilangan kepemilikan gudang MTU Mauk tersebut.

BPK RI menyarankan agar dalam rangka pembinaan kepada seluruh

karyawan, PT Pusri memberikan peringatan/sanksi kepada karyawan yang telah

melakukan kelalaian sehingga hal yang menimbulkan kerugian perusahaan tidak

terjadi lagi di masa yang akan datang.

2. Pembayaran atas Jasa Perkapalan oleh Thai Phos Corporation PTE, LTD

tidak sesuai dengan perjanjian yang disepakati

Laporan Keuangan PT Pusri per 31 Desember 2004 (unaudited) mencatat

saldo perkiraan Pendapatan Angkutan Kapal Milik (700203) sebesar

Rp75.096.381.509,00.

Dari pemeriksaan secara uji petik atas perkiraan tersebut diketahui bahwa

pada tahun 2004 PT Pusri melakukan perjanjian charter kapal Sultan Mahmud

Badaruddin II (SMB II) dengan Thai Phos Corporation PTE, LTD untuk

melakukan pengapalan amoniak ke Maptaphut Thailand. Ongkos angkut sesuai

perjanjian (Tanker Voyage Charter Party) bulan April 2004 adalah sebagai berikut:

a. Cargo 4.000 MT ± 10% freight rate US$37.00 per MT

b. Cargo 5.000 MT ± 10% freight rate US$31.50 per MT

Thai Phos Corporation PTE, LTD juga mengajukan permintaan sesuai

facsimile No.TPC /Fax/013/03-04 tanggal 31 Maret 2004 yang isinya antara lain

PT Pusri harus menjamin agar temperatur amoniak dalam kapal yang disepakati

adalah pada atau dibawah minus 33 derajat celsius.

Pengapalan amoniak sebanyak 4.396.939 MT dilakukan berdasarkan Bill of

Lading No. PLG.01/063/04 tanggal 24 April 2004 namun tanggal 25 April 2004

amoniak tersebut dialihkan tujuannya ke PT Petrokimia Gresik dan tiba pada

tanggal 27 April 2004. Pengalihan pengapalan tersebut dikarenakan PT Pusri tidak

dapat memenuhi pengapalan amoniak pada temperatur sesuai permintaan Thai

Phos Corporation PTE, LTD.

Berdasarkan surat Kepala Departemen (Kadep) Pengadaan dan Ekspor

No.139/301000.PS/2004 tanggal 27 April 2004 kepada Kadep Pengapalan dan

Pengantongan (Paltong), pengapalan amoniak tersebut dialihkan kembali untuk

Page 99: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 34

diekspor ke Thailand. Pengalihan tersebut sesuai dengan permintaan Departemen

Pengadaan dan Ekspor dengan alasan tidak ada kesepakatan harga amoniak dengan

PT Petrokimia Gresik dan tiba di Maptaphut pada tanggal 5 Mei 2004.

Melalui surat No.4056/40.15.0000/2004 tanggal 7 April 2004, Kepala Dinas

(Kadis) Administrasi dan Keuangan Paltong meminta penerbitan nota debet freight

MT SMB II dengan penjelasan bahwa tagihan dialamatkan ke PT Kurnia Sumber

Makmur (KSM) yang dalam hal ini bertindak sebagai trader agent. Berdasarkan

Nota Debet No.ND12004000021 tanggal 10 Mei 2004, PT Pusri melakukan

penagihan ke Thai Phos Corporation PTE, LTD dengan rincian sebagai berikut :

No Keterangan Harga Satuan (US$)

Kuantitas Jumlah (US$)

1. Freight KM SMB-II 37.00 4.396.939 162,686.742. Advance port disbursemen

to agen -6,275.00 1,00 -6,275.00

Total 156,411.74

Pada tanggal 11 Mei 2004, melalui suratnya No.TPC/005/05-04, pihak Thai

Phos Corporation PTE, LTD meminta kebijaksanaan PT Pusri untuk menggunakan

freight rate US$31.50 per MT dengan alasan kargo yang diminta adalah 5.000MT.

Dengan surat No.U-2554/4011/2004 tanggal 13 Mei 2004, PT Pusri dalam

hal ini Departemen Paltong menyatakan tidak dapat memenuhi permohonan

tersebut dengan alasan:

a. Bahwa sesuai komitmen yang sudah disepakati bahwa basis muatan 4.000MT ±

10% ditetapkan freight rate US$37.00 per MT.

b. Hal yang lainnya yaitu kapal SMB II sudah dideviasi ke Petrokimia Gresik

sehingga jarak yang ditempuh semakin jauh sehingga seharusnya freight rate

yang ditetapkan adalah US$45.00 per MT.

Pada tanggal 18 Mei 2004, melalui suratnya No.TPC/010/05-04 yang

ditujukan kepada Direktur Teknik, Thai Phos Corporation PTE, LTD menyanggupi

untuk membayar freight sebesar US$31.50 per MT x 4.500MT meskipun kargo

yang terisi sebesar 4.396MT. PT KSM melalui suratnya No.145/CD-KSM/V/2004

tanggal 25 Mei 2004 yang ditujukan kepada Thai Phos Corporation PTE, LTD

menyatakan bahwa pihaknya telah mengadakan pertemuan dengan Direktur

Teknik, Direktur Keuangan dan Kadep Paltong dimana diputuskan untuk

Page 100: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 35

menyetujui pembayaran biaya pengapalan kapal SMB II sejumlah US$141,750

(US$31.50 x 4.500). Pada tanggal 26 Mei 2004, Thai Phos Corporation PTE, LTD

melakukan pembayaran atas nota debet PT Pusri melalui bank HSBC sebesar

US$141,750 dipotong biaya komisi sebesar US$160 menjadi US$141,590 sesuai

dengan surat PT KSM kepada Thai Phos Corporation PTE, LTD. Atas pembayaran

tersebut PT Pusri melakukan revisi atas perjanjian charter party menjadi 4.500 MT

± 10% dengan freight rate US$32.238 per MT.

Hal tersebut menunjukkan bahwa Direktur Teknik Perekayasaan dan Direktur

Keuangan PT Pusri serta Kadep Paltong PT Pusri memberikan kebijakan

penurunan freight yang tidak sesuai dengan kesepakatan semula sehingga Thai

Phos Corporation PTE, LTD melakukan pembayaran yang tidak sesuai dengan

yang telah disepakati dalam perjanjian charter party.

Seharusnya pembayaran oleh Thai Phos Corporation PTE, LTD adalah

sebesar freight rate yang telah disepakati sesuai perjanjian charter party.

Akibatnya PT Pusri kehilangan kesempatan memperoleh pendapatan sebesar

US$14,821.74 (US$156,411.74 – US$141,590.00) atau setara dengan

Rp128.356.268,00 (US$14,821.74 x Rp8.660,00).

Kondisi tersebut disebabkan kapal pengangkutan amoniak PT Pusri secara

teknis tidak mampu untuk mengangkut tonase dan suhu amoniak sesuai

kesepakatan kontrak.

PT Pusri menjelaskan bahwa kondisi yang diungkapkan oleh BPK RI

memang demikian, dimana kapal yang digunakan untuk mengangkut amoniak

secara teknis tidak mampu memenuhi tonase dan suhu amoniak sesuai dengan

perjanjian semula sehingga diambil kebijakan penurunan tarif ongkos angkut.

Namun di pihak lain PT Pusri memperoleh keuntungan yang relatif besar dari

harga jual amoniak yang mencapai US$216 per MT dibandingkan dengan harga

yang berlaku umum berkisar US$170 per MT.

BPK RI menyarankan agar dimasa yang akan datang dalam membuat

kesepakatan jasa perkapalan memperhatikan kemampuan teknis kapal yang

Page 101: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 36

dimiliki dan dilakukan koordinasi antara Dinas Operasi Kapal dengan Dinas

Rendal Produksi.

3. Terdapat koreksi perhitungan klaim susut atas pengangkutan pupuk oleh

KM Berkah Lestari sebesar Rp253,78 juta

PT Pusri melakukan kontrak sewa angkutan pupuk ke berbagai daerah

melalui laut dengan PT Swadaya Lestari Lines (PT SLL) yang diikat dengan surat

perjanjian No.007/SP/DIR/2004 tanggal 1 Februari 2004. Biaya sewa kapal charter

ke perusahaan pelayaran tersebut ditetapkan sebesar Rp27.500.000,00 per hari

dengan KM Berkah Lestari. Besarnya angkutan charter tersebut bersifat all in

sudah termasuk bunker, biaya pelabuhan dan lain sebagainya yang berhubungan

dengan biaya operasi kapal.

Salah satu pelayaran yang dilakukan maskapai pelayaran tersebut adalah

pengangkutan pupuk curah dari pelabuhan muat/asal PT Pusri Palembang ke

pelabuhan tujuan Teluk Bayur – PPD Sumbar. Kegiatan bongkar muat pupuk

tersebut memakai jasa survei dari PT Proteknika Jasapratama (PT PJ). Pada saat

kapal melakukan kegiatan muat pupuk curah di pelabuhan PT Pusri Palembang

tercantum dalam Bill of Lading (B/L) yang ditandatangani oleh surveyor PT PJ

bersama dengan pihak PT Pusri dan KM Berkah Lestari. Tonase pupuk yang

dimuat berdasarkan hasil draught survey yang dilakukan secara bersama-sama

antara surveyor dengan Dinas Rendal Produksi adalah sebesar 4.673.252 kg. Pada

saat kapal tersebut melakukan kegiatan bongkar di Pelabuhan Teluk Bayur tonase

pupuk yang diangkut setelah dilakukan draught survey dengan tanggal initial

survey 28 Maret 2004 dan final survey tanggal 5 April 2004 oleh PT PJ sebesar

4.545.107 kg (4.545,107 M/T) sehingga terjadi selisih/susut angkutan sebesar

128.145 kg. Draught survey tersebut hanya ditandatangani oleh surveyor PT PJ.

Hasil survey tersebut tidak disetujui oleh pihak kapal (PT SLL). Namun demikian

pada akhirnya PT SLL bersedia menandatangani Berita Acara Hasil Bongkar

dengan Berita Acara No.BAP-003/BSM-PDG/IV/2004. Toleransi susut yang

diperkenankan sebagaimana yang tercantum dalam surat perjanjian angkutan

pupuk adalah sebesar 0,2% dari berat pupuk yang diangkut, dalam hal ini sebesar

9.346,504 kg, sehingga susut yang berada di atas toleransi sebesar 118.798,496 kg

Page 102: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 37

(128.145 kg - 9.346,504 kg). PT Pusri telah menghitung besarnya klaim susut

tersebut sebesar Rp132.103.928,00 (118.798,496 kg x Rp1.112,00). PT Pusri tidak

segera melakukan pembayaran tagihan ke PT SLL sehubungan dengan kegiatan

pengangkutan pupuk via kapal karena adanya perbedaan mengenai pengenaan

klaim susut pengangkutan pupuk.

Atas hal tersebut maka dilakukan pengujian ulang sebanyak 2 (dua) kasus

oleh PT PJ sehubungan dengan terjadinya susut pupuk dalam beberapa kali

pengapalan. Hasil pengujian sebagaimana terdapat dalam surat Surveyor PT PJ

No.0945/PJ-PLG/2004 tanggal 17 Juni 2004 yang ditujukan ke Kadep Pengadaan

dan Ekspor dan Kadis Angkutan Laut PT Pusri memberikan kesimpulan bahwa

terjadinya perbedaan berat pupuk di pelabuhan muat dengan berat pupuk di

pelabuhan bongkar terutama karena adanya perbedaan berat jenis air tawar pada

pelabuhan muat di sungai Musi dengan berat jenis air laut pada pelabuhan tujuan di

Teluk Bayur Sumatera Barat. Selain itu terjadinya perbedaan karena adanya

perubahan bentuk kapal, dalam arti berat benda-benda yang berada di atas kapal

(constant kapal) berubah. Perbedaan berat pupuk di pelabuhan muat dengan berat

pupuk dari 2 kasus yang diuji tersebut adalah selisih positif masing-masing 3.519

MT dan 0.109 MT. Berdasarkan hasil uji tersebut jika terjadi selisih negatif (susut)

maka jumlah tonase dalam B/L dikoreksi sehingga susut yang terjadi masih dalam

batas toleransi. Hal tersebut diterapkan untuk pengangkutan pupuk curah dari

pelabuhan muat PT Pusri Palembang ke pelabuhan tujuan Teluk Bayur – PPD

Sumatera Barat (Sumbar) di atas sehingga hasilnya sebagai berikut :

B/L Sebelum B/L sesudah Selisih Initial Net.Displ 2,462.782 MT 2,581.682 MT 118.9 MT Light Ship 2,349.600 MT 2,349.600 MT 0 Constant 113.182 MT 232.082 MT 118.9 MT Final 7,136.034 MT 7,136.034 MT 0 B/L 4,673.252 MT 4,554.352 MT 118.9 MT

Notes : Party B/L yang direvisi : 4,554.352 MT Hasil bongkar : 4,545.107 MT Selisih : 9.245 MT (susut 0.20%)

Penerapan hal tersebut dapat diterima oleh PT Pusri sebagaimana terlihat

dalam surat Kepala Dinas (Kadis) Angkutan Laut kepada Kadis AUK Niaga

Page 103: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 38

No.605/K12.D6/2004 tanggal 15 Juli 2004. Dengan demikian pengenaan klaim

susut pengangkutan pupuk sebesar Rp132.103.928,00 tersebut dibatalkan.

Hal serupa juga terjadi pada :

a. Pengangkutan KM Berkah Lestari atas pupuk milik PT Pusri tanggal 11 Maret

2004 tujuan pelabuhan Panjang (hasil bongkar 5,137.650 MT)

B/L Sebelum B/L sesudah Selisih Initial Net.Displ 2,463.201 MT 2,506.149 MT 42.948 MTLight Ship 2,349.600 MT 2,349.600 MT 0Constant 113.601 MT 156.549 MT 42.948 MTFinal 7,653.784 MT 7,653.784 MT 0B/L 5,190.583 MT 5,147.635 MT 42.948 MT

Notes : Party B/L yang direvisi : 5,147.635 MT Hasil bongkar : 5,137.650 MT Selisih : 9.985 MT (susut 0.19%)

Susut yang seharusnya apabila tidak terjadi perubahan B/L adalah :

- Original B/L : 5,190.583 MT

- Hasil bongkar : 5,137.650 MT

Selisih : 52.933 MT

Toleransi susut : 10.381 MT

Susut di atas toleransi : 42.552 kg x Rp1.112 = Rp47.317.824,00

b. Pengangkutan KM Berkah Lestari atas pupuk milik PT Pusri tanggal 9 April

2004 tujuan Pelabuhan Panjang (hasil bongkar 6,267.412 MT)

B/L Sebelum B/L sesudah Selisih Initial Net.Displ 2,430.831 MT 2,501.649 MT 70.818 MTLight Ship 2,349.600 MT 2,349.600 MT 0Constant 81.231 MT 152.049 MT 70.818 MTFinal 8,777.805 MT 8,777.805 MT 0B/L 6,346.974 MT 6,276.156 MT 70.818 MT

Notes : Party B/L yang direvisi : 6,276.156 MT Hasil bongkar : 6,267.412 MT Selisih : 8.744 MT (susut 0,14 %)

Susut yang seharusnya apabila tidak terjadi perubahan B/L adalah :

- Original B/L : 6,346.974 MT

- Hasil bongkar : 6,267.412 MT

Selisih : 79.562 MT

Toleransi susut : 12.694 MT

Susut di atas toleransi : 66.868 kg x Rp1.112 = Rp74.357.216,00

Page 104: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 39

Berdasarkan penjelasan dari Dinas Operasi Kapal milik PT Pusri yang tugas

kesehariannya adalah melaksanakan pengangkutan pupuk dengan kapal milik

sendiri, perbedaan berat jenis air tawar dan air laut memiliki pengaruh yang besar

terhadap hasil draught survey. Sementara itu constant kapal tidak mungkin berubah

pada saat kapal melakukan kegiatan baik kegiatan muat maupun bongkar, kalaupun

ada perubahan tidak dalam jumlah yang besar, sehingga penjelasan dari PT PJ atas

perubahan constant kapal diragukan. Seharusnya PT Pusri lebih mengkritisi hasil

pengujian yang dilakukan jika melihat kecenderungan yang terjadi pada saat

pengujian adalah selisih positif yang sangat tipis, sedangkan kenyataan yang terjadi

adalah selisih negatif yang cukup besar (susut di atas toleransi). Apabila

diperhatikan maka perubahan tersebut mendekatkan kesusutan yang terjadi dengan

toleransi yang ditetapkan dalam perjanjian sewa angkutan kapal PT Pusri dengan

PT SLL.

Seharusnya jumlah tonase dalam B/L awal menjadi dasar dalam perhitungan

susut.

Hal tersebut mengakibatkan terjadinya pembatalan klaim susut angkutan

pupuk sebesar Rp253.778.968,00.

Hal tersebut disebabkan kurang cermatnya surveyor yang ditunjuk, Dinas

Rendal Produksi dan pihak-pihak terkait yang melakukan pekerjaannya baik di

pelabuhan muat maupun di pelabuhan tujuan.

PT Pusri menjelaskan bahwa untuk menghindari terjadinya dispute hasil

bongkar/perhitungan draught survey, maka sejak Oktober 2004 diberlakukan

sistem FOG (Full Outtern Guarantee) perlindungan terhadap muatan pupuk curah

yang diangkut kapal sehingga bila terjadi susut di pelabuhan bongkar, pihak

Surveyor pelaksana draught survey yang bertanggungjawab dan dikenakan beban

klaim tanpa toleransi.

BPK RI menyarankan agar PT Pusri melakukan penelitian lebih lanjut atas

hal tersebut di atas termasuk sistem FOG yang diterapkan dan sebelum

permasalahannya jelas untuk sementara tidak memakai pihak PT PJ sebagai

pelaksana draught survey. Apabila dari hasil penelitian terdapat pihak-pihak yang

Page 105: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 40

terbukti dengan sengaja melakukan tindakan yang menguntungkan dirinya maupun

orang lain dan menimbulkan kerugian bagi perusahaan, kepada yang bersangkutan

agar dikenakan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

4. Pelaksanaan pinjam meminjam suku cadang dan bahan pembantu antara

anggota Holding tidak sesuai dengan kesepakatan bersama

Didasari keinginan untuk mengoperasikan pabriknya secara lebih efisien dan

produktif serta adanya peralatan suku cadang yang sama, maka PT Pusri, PT

Petrokimia Gresik (PG), PT Pupuk Kujang (PK), PT Pupuk Kalimantan Timur

(PKT), PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) dan PT Asean Aceh Fertilizer (AAF) yang

tergabung dalam Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI) mengadakan

kesepakatan bersama pinjam meminjam suku cadang dan bahan pembantu.

Kesepakatan tersebut dituangkan dalam Memorandum of Understanding

(MOU) pada tanggal 19 Maret 1991 dan berlaku untuk jangka waktu 5 tahun sejak

ditandatangani oleh semua pihak. MOU tersebut diperbaharui dengan Kesepakatan

No.022/SP/X/2004 tanggal 5 Oktober 2004 dan berlaku untuk jangka waktu 5

tahun.

Selain itu, pinjam meminjam suku cadang juga diatur sesuai Memo Direktur

Utama No.0002/MD/100.00/1995 perihal Pinjam Meminjam Suku Cadang antar

Produsen.

Dari Laporan Keuangan PT Pusri per 31 Desember 2004 (unaudited)

diketahui bahwa saldo piutang dan hutang suku cadang dan bahan pembantu

masing-masing adalah sebesar Rp1.481.317.523,00 dan Rp521.181.621,00.

Posisi tersebut termasuk saldo piutang dan hutang suku cadang dan bahan

pembantu yang telah berumur lama yaitu piutang dan hutang yang timbul sejak

tahun 1998 dan 2002. Saldo piutang lain-lain suku cadang dan bahan pembantu

serta hutang lain-lain suku cadang dan bahan pembantu yang telah berumur di atas

2 tahun masing-masing sebesar Rp810.263.652,00 dan sebesar Rp359.996.752,00

sebagaimana diuraikan dalam lampiran 1 dan 2.

Data tersebut menunjukkan bahwa penyelesaian hutang dan piutang suku

cadang dan bahan pembantu terlalu lama. Selain itu, data hasil rekonsiliasi atas

Page 106: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 41

pinjaman PT Pusri ke PT PK belum akurat ditunjukkan dengan beberapa item suku

cadang yang dipinjam bernilai 0.

Seharusnya hal tersebut mempedomani MOU Pasal 3 yang menyatakan

bahwa terhadap pinjaman suku cadang/material pabrik tidak dikenakan imbalan,

namun untuk menjaga agar pinjaman tersebut dapat segera dikembalikan, maka

pihak peminjam harus segera melakukan usaha pengadaannya. Selain itu hasil

rekonsiliasi seharusnya bisa menampilkan nilai yang tepat atas suku cadang yang

dipinjam.

Kondisi tersebut mengakibatkan penyelesaian piutang dan hutang suku

cadang dan bahan pembantu menjadi lama dan cenderung macet .

Hal tersebut disebabkan pihak-pihak yang ikut dalam kesepakatan tidak

menaati klausul dalam kesepakatan tersebut dan tindak lanjut hasil rekonsiliasi

hutang piutang suku cadang tidak optimal.

PT Pusri menjelaskan bahwa atas permasalahan di atas akan dibicarakan

lebih lanjut dengan anggota holding.

BPK RI menyarankan agar PT Pusri segera melakukan koordinasi dengan

anggota holding dan segera melakukan penyelesaian atas pinjam meminjam suku

cadang tersebut.

5. Biaya Pelayanan Kesehatan melebihi dari premi yang dibayarkan kepada

Yayasan Pusri Medika (YPM)

PT Pusri memberikan pelayanan kesehatan kepada karyawan PT Pusri aktif,

pensiunan karyawan PT Pusri dan pensiunan Pejabat PT Pusri yang bukan berasal

dari karyawan PT Pusri masing-masing beserta keluarganya. Pensiunan Pejabat PT

Pusri yang bukan berasal dari karyawan PT Pusri, berasal dari instansi lain yang

berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), Purnawirawan ABRI dan mantan

Direksi/karyawan BUMN lain.

Sejak tahun 2001 pelayanan kesehatan tersebut diserahkan pengelolaannya

kepada YPM Rumah Sakit PT Pusri, yang diikat dengan surat perjanjian antara:

Page 107: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 42

a. PT Pusri dengan YPM No.298/SP/DIR/2001 dan No.227/YPM.XII/2001

tanggal 30 Nopember 2001 untuk pelayanan kesehatan karyawan PT Pusri dan

keluarganya yang masih aktif.

b. Yayasan Kesejahteraan Karyawan PT Pusri (YKKP) dengan YPM

No.487A/SPKKP/2001 tanggal 30 Nopember 2001 untuk pelayanan kesehatan

karyawan PT Pusri yang sudah pensiun dan keluarganya.

Pembayaran biaya pelayanan kesehatan oleh PT Pusri dan YKKP kepada

YPM dilaksanakan dengan sistem premi (tetap) sesuai jumlah dan klasifikasi

peserta yang terdiri dari karyawan PT Pusri yang masih aktif maupun karyawan

yang sudah pensiun beserta keluarganya. Biaya pelayanan kesehatan yang

dikeluarkan oleh YPM dalam 3 (tiga) tahun berturut-turut selalu lebih besar dari

jumlah premi yang diterima atau dengan kata lain YPM selalu mengalami defisit.

Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Tahun Premi (Rp)

Biaya Pelayanan Kesehatan

(Rp)

Defisit (Rp)

2002 2003 2004

19.301.256.900,0034.787.495.936,0038.369.070.820,00

21.008.306.755,0037.667.469.076,0041.147.886.801,00

1.707.049.855,002.879.973.140,002.778.815.981,00

Defisit tersebut antara lain disebabkan oleh :

a. Adanya program pensiun dini tahun 2001 dan 2002 sebanyak 1.721 karyawan,

sehingga jumlah karyawan pensiun meningkat, sedangkan premi bagi

pensiunan nilainya lebih rendah dibandingkan dengan premi karyawan aktif,

tetapi fasilitas pelayanan kesehatannya sama.

b. Adanya pelayanan kesehatan bagi pensiunan Pejabat PT Pusri beserta

keluarganya yang bukan berasal dari karyawan PT Pusri.

c. Program Kesehatan yang dilaksanakan tidak terbatas (unlimited).

Berdasarkan addendum perjanjian No.298/SP/DIR/2001 dan

No.227/YPM.XII/2001 tanggal 30 November 2001 yaitu addendum I No.47/AD-

SP/DIR/2003 tanggal 22 Mei 2003, butir III diantaranya mengatur bahwa biaya

pelayanan kesehatan pejabat yang masih aktif maupun yang telah pensiun dan

bukan peserta DAPENSRI (bukan yang berasal dari karyawan PT Pusri)

seluruhnya menjadi beban dan tanggung jawab PT Pusri.

Page 108: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 43

Seperti diketahui bahwa pensiunan Pejabat PT Pusri yang bukan berasal dari

karyawan PT Pusri pada saat yang bersangkutan berakhir jabatannya dan tidak

ditunjuk lagi telah diberikan fasilitas berupa asuransi purna jabatan. Khusus

pensiunan Pejabat PT Pusri yang berasal dari instansi lain tentunya sudah diikutkan

dalam program pelayanan kesehatan di instansi tempat mereka bekerja

sebelumnya. Dengan demikian kebijakan pemberian pelayanan kesehatan kepada

pensiunan Pejabat PT Pusri yang bukan berasal dari karyawan PT Pusri adalah

tidak tepat, karena seharusnya mereka dapat mengajukan pelayanan kesehatan

kepada instansi asal yang bersangkutan sebelum menjadi pejabat di PT Pusri.

Biaya pelayanan kesehatan pensiunan Pejabat PT Pusri dan keluarganya

yang bukan berasal dari karyawan PT Pusri dan menjadi tanggung jawab atau

beban PT Pusri untuk tahun 2004 sebesar Rp 1.157.660.960,00 dengan rincian

tagihan YPM, sebagai berikut :

SURAT YPM NO

NOMOR TANGGAL JUMLAH 1 2 3 4 5 6 7

092/YPM.III/2004 171/YPMV/2004 248/YPM.VII/2004 365/YPM.IX/2004 461/YPM.IX/2004 569/YPM.XII/2004 021/YPM.I/2005

29-03-2004 13-05-2004 13-07-2004 15-09-2004 20-10-2004 17-12-2004 18-01-2005

50.598.702 366.489.757 231.295.643 251.794.008 76.642.074

147.142.551 33.698.225

Jumlah 1.157.660.960

Seharusnya perusahaan tidak memberikan fasilitas biaya pemeliharaan

kesehatan kepada pensiunan Pejabat PT Pusri serta keluarganya yang bukan berasal

dari karyawan PT Pusri.

Hal tersebut mengakibatkan PT Pusri dibebani biaya yang seharusnya tidak

menjadi tanggungjawabnya dalam tahun 2004 sebesar Rp1.157.660.960,00.

Hal tersebut disebabkan Direksi memberikan peluang kepada pensiunan

Pejabat PT Pusri yang bukan berasal dari karyawan PT Pusri untuk memperoleh

pelayanan kesehatan yaitu dengan adanya Addendum I No.47/AD-SP/DIR/2003.

PT Pusri menjelaskan bahwa ketentuan untuk mengatur fasilitas

pemeliharaan kesehatan bagi pensiunan Pejabat PT Pusri dan keluarganya yang

Page 109: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 44

bukan berasal dari karyawan PT Pusri saat ini sedang dipersiapkan, tetapi usaha-

usaha untuk menekan biaya sudah dilakukan seperti memutuskan hubungan kerja

dengan rumah sakit provider di Jakarta yang taripnya cukup tinggi antara lain:

Rumah Sakit (RS) Metropolitan Medical Centre, RS Pondok Indah dan RS PT

Siloam Healthcare .

Dalam rangka mewujudkan Good Corporate Governance (tata kelola

perusahaan yang baik) BPK RI menyarankan agar PT Pusri menghentikan

pembayaran biaya pelayanan kesehatan bagi pensiunan Pejabat PT Pusri yang

bukan berasal dari karyawan PT Pusri karena biaya tersebut bukan merupakan

kewajiban yang harus ditanggung oleh perusahaan.

6. Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak lanjut

Dalam pemeriksaan tahun buku 2003 terdapat 12 (dua belas) temuan atas

kepatuhan terhadap pengendalian intern. Dari 12 (dua belas) temuan tersebut telah

ditindaklanjuti dan dianggap selesai sebanyak 9 (sembilan) temuan dan sisanya

sebanyak 3 (tiga) temuan masih dalam proses ditindaklanjuti, yaitu:

a. Penggunaan dan pengelolaan gedung Rumah Sakit PT Pusri beserta

peralatannya oleh Yayasan Pusri Medika tidak didukung dengan Surat

Perjanjian

Harga perolehan dan akumulasi penyusutan Gedung Rumah Sakit PT

Pusri Palembang per 31 Desember 2003 masing-masing sebesar

Rp2.724.024.100,00 dan Rp2.500.399.443,00. Penggunaan dan pengelolaan

gedung Rumah Sakit beserta peralatannya oleh Yayasan Pusri Medika tidak

didukung dengan Surat Perjanjian.

Dari hasil pemeriksaan tindak lanjut s.d 31 Desember 2004 draft surat

perjanjian tersebut masih dalam proses penyelesaian.

BPK RI menyarankan agar PT Pusri segera menyelesaian draft tersebut

dan menuangkannya dalam surat perjanjian tentang pengelolaan Rumah Sakit

tersebut.

Page 110: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 45

b. Gudang pupuk di beberapa Pemasaran Pusri Daerah senilai Rp10.035,80

juta diragukan status kepemilikannya

Berdasarkan pemeriksaan terhadap dokumentasi kepemilikan gudang

pada beberapa Pemasaran Pusri Daerah (PPD) diketahui bahwa beberapa

gudang pupuk tersebut dibangun di atas tanah yang disewa dari pihak ketiga.

Bentuk perjanjian kerjasama tersebut berupa penyerahan bidang-bidang tanah

dari pihak ketiga untuk dipergunakan khusus sebagai lokasi gudang

penyimpanan pupuk PT Pusri berikut prasarana lainnya.

Salah satu perjanjian kerjasama persewaan tanah adalah dengan PT

Kereta Api Indonesia (KAI), berupa bidang-bidang tanah yang terletak di

emplasemen stasiun dan jalur-jalur kereta api. Kerjasama tersebut dituangkan

dalam surat perjanjian dengan Perumka No.269/HK/UM/1998 dan PT Pusri

No.295/SP/DIR/1998 tanggal 31 Desember 1998 sebagai kelanjutan perjanjian

kerjasama sebelumnya yang berlaku selama 5 (lima) tahun terhitung mulai

tanggal 1 Januari 1998 sampai dengan tanggal 31 Desember 2002 dengan luas

tanah keseluruhan 210.671,95 m2.

Berdasarkan keterangan dari pihak PT Pusri diketahui bahwa sejak

berakhirnya kontrak sewa tanah pada tanggal 31 Desember 2002, belum

dilaksanakan perpanjangan kontrak sewa tanah dan PT Pusri masih menunggu

penawaran dari PT KAI. Disamping itu di dalam perjanjian tersebut tidak diatur

secara jelas mengenai status kepemilikan atas gudang jika kontrak sewa tanah

berakhir.

PT Pusri menjelaskan bahwa secara lisan telah menghubungi PT KAI

tentang proses perpanjangan sewa tanah tersebut dan terakhir dengan surat

No.U-001/31000000.PS/2004 tanggal 12 Januari 2004, tetapi belum

memperoleh tanggapan.

Dari hasil pemeriksaan tahun buku 2004 diketahui bahwa PT KAI telah

menanggapi surat tersebut dan berkeinginan untuk melanjutkan kerjasama di

atas dan karenanya pada tanggal 6 Mei 2004 PT Pusri telah membentuk Tim

untuk membahas kerjasama dan menyiapkan perpanjangan kontrak sewa tanah

tersebut.

Page 111: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 46

BPK RI menyarankan agar PT Pusri melakukan percepatan kerja dari Tim

dimaksud dan segera melakukan perpanjangan kontrak sewa tanah tersebut

serta dalam perjanjian mengatur tentang status kepemilikan atas gudang setelah

kontrak sewa tanah berakhir.

c. Terdapat tanah di PPD Sulawesi Selatan yang dikuasai pihak ketiga dan

di PPD Jawa Timur belum didukung sertifikat atas nama PT Pusri

Berdasarkan hasil pemeriksaan atas kepemilikan tanah pada kedua PPD

tersebut diketahui sebagai berikut:

a. Tanah di PPD Sulawesi Selatan (Sulsel)

Tanah perumahan yang terletak di Jalan AP Pettarani Kelurahan Masale

Kecamatan Panakkukang Kota Makassar telah dimiliki oleh PPD Sulsel

sejak tahun 1981 dengan bukti kepemilikan berupa Sertifikat Hak Guna

Bangunan (SHGB) No.20, 21, 22 dan 23 tanggal 3 Nopember 1981 yang

berlaku selama 20 tahun. SHGB tersebut terdaftar di Badan Pertanahan

Nasional (BPN) Kantor Pertanahan Kota Makassar dengan luas tanah

sebesar 6.169 m2. Sejak tahun 1986 di atas tanah tersebut telah didirikan

bangunan berupa rumah dinas sebanyak empat buah yang dihuni oleh

karyawan PPD Sulsel.

Kantor Pertanahan Kota Makassar dengan surat No.570-892-53-01 tanggal

11 Juni 2002, menyatakan bahwa setelah dilakukan pengukuran sesuai

batas penguasaan yang ditunjuk diperoleh luas 5.628 m2 atau terjadi

kekurangan seluas 541 m2 dari ukuran semula sehingga Kantor Pertanahan

Kota Makassar hanya dapat menerbitkan surat ukur sesuai keadaan dan luas

yang dikuasai.

Pada tanggal 25 Nopember 2002 dilakukan perbandingan sket tanah hasil

pengukuran petugas ukur Kantor Pertanahan Makassar dengan sket tanah

pada SHGB PPD Sulsel dengan hasil sebagai berikut :

1) Kekurangan luas tanah tersebut terjadi pada SHGB No. 99 (eks No.20

tahun 1981), GS No.2869/1981.

Page 112: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 47

2) Hasil pengecekan fisik di lapangan diketahui bahwa kekurangan luas

tanah disebabkan tanah tersebut telah dikuasai oleh pihak PT

Asindoindah Griyatama (PT AG) berupa jalan dan bangunan rumah.

Menindaklanjuti hal tersebut, telah diadakan beberapa kali pertemuan

antara PPD Sulsel dan PT AG. Berdasarkan data terakhir yang

diperoleh pada tanggal 12 Desember 2003 diadakan pertemuan antara

PT AG dengan PPD Sulsel yang ditindaklanjuti dengan melakukan

peninjauan lokasi oleh PT AG dan PPD Sulsel secara bersama-sama.

Dari peninjauan tersebut diperoleh data dan fakta bahwa lokasi tanah

dimaksud dalam penguasaan PT AG. Penyelesaian akan dilakukan

secara kekeluargaan dengan beberapa alternatif sebagai berikut :

a) Tanah yang dikuasai dikembalikan kepada PT Pusri.

b) Tanah yang dikuasai ditukar dengan tanah milik PT AG yang

terletak di sebelah/berbatasan dengan pagar kawat tanah PT Pusri.

c) Tanah yang dikuasai dibeli oleh PT AG sesuai dengan NJOP tahun

berjalan.

Ketiga alternatif penyelesaian tersebut baru dapat dilaksanakan

apabila telah disetujui oleh manajemen masing-masing baik PT AG

maupun PT Pusri. Sampai dengan pemeriksaan atas Laporan Keuangan PT

Pusri tahun buku 2003 berakhir persetujuan manajemen PT AG dan PT

Pusri belum diberikan.

Perkembangan selanjutnya diketahui bahwa berdasarkan surat dari PT

AG No.002/AIG/WR/II/2004 tanggal 27 Februari 2004 menyatakan tanah

tersebut adalah milik PT AG yang dibeli dari Sdr. M Dahlan Mustofa

berdasarkan Akta Pelepasan Hak Legalitas Camat Panakkukang

No.08/III/8/KP/IV/1991.

Atas permasalahan yang belum dapat diselesaikan tersebut maka pada

tanggal 7 September 2004 telah diadakan pertemuan antara PT Pusri, PT

AG dan BPN Kota Makassar yang menyimpulkan bahwa masing-masing

PT Pusri dan PT AG mempunyai bukti hak yang kuat dan kedua belah

pihak sepakat akan melakukan pertemuan dimana hasilnya akan diserahkan

kepada BPN Kota Makassar.

Page 113: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 48

b. Tanah PPD Jawa Timur

Tanah GPP Jember berlokasi di Jl. Stasiun Rambipuji, Desa Rambigundam

seluas 7.980 m2 dan 3.000 m2 senilai Rp45.926.500,00 dengan bukti

kepemilikan sertifikat hak milik (SHM) No. 39 dan Petok No. 1714 masih

terdaftar atas nama M.N. Thoyib dengan Akta Jual Beli masing-masing No.

168/1976 dan 169/1976. Menurut keterangan dari Bagian Administrasi

Umum dan Keuangan PPD Jawa Timur, pengajuan balik nama belum

dilakukan ke Badan Pertanahan Nasional (BPN).

Permasalahan atas tanah PPD Jawa Timur belum sepenuhnya dapat

ditindaklanjuti yaitu adanya hambatan dalam pengurusan balik nama karena

tidak adanya surat Sertifikat Tanah yang Asli maupun surat Jual Beli Tanah

yang Asli, dan sebagai langkah awal sedang diupayakan penggantian

sertifikat asli melalui BPN setempat dengan menunjuk Notaris Elly

Herawati Sutedjo SH yang selanjutnya akan ditindaklanjuti dengan

pengurusan balik nama sertifikat atas nama PT Pusri.

PT Pusri menjelaskan sebagai berikut:

1) Atas tanah di PPD Sulawesi Selatan, PT Pusri telah mengajukan somasi I dan II

kepada PT AG dan masih mempertimbangkan langkah penyelesaian terbaik

atas tanah tersebut

2) Atas tanah PPD Jawa Timur proses balik nama sertifikat tanah tersebut masih

berlangsung

BPK RI menyarankan agar PT Pusri segera meneliti lebih lanjut dan

melakukan tindakan hukum yang diperlukan atas tanah di PPD Sulawesi Selatan

dan lebih aktif dalam penyelesaian pengurusan balik nama sertifikat kepemilikan

tanah GPP Jember.

7. Hasil Pemeriksaan tahun 2002 yang masih dalam proses tindak lanjut

Dalam pemeriksaan tahun buku 2002 terdapat 8 (delapan) temuan atas

kepatuhan terhadap pengendalian intern. Dari 8 (delapan) temuan tersebut telah

ditindaklanjuti dan dianggap selesai sebanyak 6 (enam) temuan dan sisanya

sebanyak 2 (dua) temuan masih dalam proses ditindaklanjuti, yaitu:

Page 114: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 49

a. Penjualan pupuk kepada beberapa perkebunan besar tidak sesuai dengan

Juklak Penjualan yang berlaku

Dalam tahun 2003, antara lain terdapat penjualan kepada tiga perkebunan

besar yaitu PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (PT SMART),

PT Astra Agro Lestari Tbk. (PT AAL), dan PT Minamas Gemilang (PT MMG)

dengan total nilai sebesar Rp110.363.334.352,00 dan US$147,607.91.

Penjualan tersebut dilakukan melalui proses tender.

Hasil pemeriksaan pada tahun 2003 menunjukkan bahwa hasil

pemeriksaan pada tahun 2002 tersebut belum sepenuhnya ditindaklanjuti oleh

manajemen PT Pusri dan masih terjadi hal-hal sebagai berikut:

1) Realisasi pengiriman pupuk dilaksanakan mendahului Surat Perjanjian Jual

Beli (SPJB).

2) Penjualan dilaksanakan secara kredit selama 30 hari tanpa didukung

jaminan berupa deposito atau bank garansi seperti yang disyaratkan.

Belum dapat dilaksanakannya tindaklanjut atas permasalahan tersebut

berdasarkan penjelasan PT Pusri disebabkan penjualan pupuk kepada beberapa

perkebunan besar dilakukan melalui proses tender, dimana PT Pusri harus

mengikuti ketentuan tender tersebut seperti cara pembayaran, penyerahan

pupuk dan sebagainya, yang ketentuan-ketentuannya berbeda dengan SPJB dan

POB Penjualan kepada distributor.

Selanjutnya pada tahun 2004 PT Pusri telah menyempurnakan materi

kontrak/perjanjian penjualan pupuk untuk semester I tahun 2004 sesuai Surat

Perjanjian Jual Beli Pupuk antara PT Pusri dengan PT SMART

No.24/SP/DIR/2004 tanggal 24 Januari 2004, pelaksanaannya antara lain

adalah :

a. PPN dibayar dulu oleh pembeli sebelum PO dibuat dan pupuk diserahkan

ke pembeli.

b. PO diterbitkan oleh pembeli dan dikirim langsung ke PPD/Pwk. di daerah,

copy PO diteruskan ke Kantor Pusat PT Pusri untuk pemantauan dan tertib

administrasi pelaksanaannya.

Page 115: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 50

c. Pola penagihan desentralisasi (satu pintu) melalui Dinas AUK Niaga untuk

verifikasi kelengkapan dan validasi data tagihan sebelum disampaikan ke

pembeli (PT.AAL)

d. Copy kontrak yang memuat hak dan kewajiban disampaikan ke PPD/Pwk.

yang bersangkutan

e. Keterlambatan pengiriman pupuk oleh penjual dikenakan denda, sebaliknya

keterlambatan pembayaran oleh pembeli dikenakan denda.

Sedangkan penyusunan POB Penjualan untuk mengakomodir setiap jenis

penjualan sedang dalam proses penyempurnaan.

BPK RI menyarankan agar PT Pusri segera menyelesaikan POB

Penjualan dimaksud yang dapat digunakan sebagai acuan untuk tiap jenis

penjualan.

b. Terdapat piutang macet di PPD Lampung senilai Rp92.379,80 juta yang

penyelesaiannya belum memberikan hasil yang optimal

Pada tahun 2004 PT Pusri tetap melakukan koordinasi dengan pihak

Kejati Lampung dengan mengadakan pertemuan secara periodik dalam upaya

mengefektifkan penagihan piutang dari jumlah piutang senilai Rp92.379,80 juta

telah diangsur s.d 31 Desember 2004 sehingga menjadi senilai

Rp88.641.707.000,00.

BPK RI menyarankan agar PT Pusri terus melakukan koordinasi dengan

instansi terkait, melakukan monitoring atas penyelesaian piutang macet tersebut

dan terhadap debitur yang tidak menyelesaikan kewajibannya agar diproses

sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

B. PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk. (PT PKT)

1. Terdapat kekurangan tagihan penjualan listrik kepada PT Kaltim Pasifik

Amoniak dan harga penjualan utilitas belum disesuaikan dengan harga

natural gas

Dari hasil pemeriksaan atas perjanjian kerjasama PT PKT Tbk dengan PT

Kaltim Pasifik Amoniak (PT KPA) diketahui hal-hal sebagai berikut :

Page 116: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 51

a. Terdapat kekurangan tagihan penjualan listrik kepada PT KPA

Berdasarkan Utility Agreement antara PT PKT Tbk dan PT KPA tanggal 31 Juli

1997 diketahui bahwa PT PKT Tbk akan menyediakan utilitas yang antara lain

berupa listrik. Tarif listrik sesuai schedule B (Price Calculation for Utilities

and Steam and CO2) dalam perjanjian tersebut ditetapkan dengan

memperhitungkan beban listrik yaitu: Beban Tarif listrik(US$/KWH)

25%-40% Capacity US$(0.045 + 0.02NGP)/KWH 40%-70% Capacity US$(0.0375 + 0.02NGP)/KWH >70% Capacity US$(0.045 + 0.02NGP)/KWH

Keterangan : NGP = Natural Gas Price

Selain itu ditambah dengan 10% untuk commitment fee, biaya administrasi dan

operasi dan tambahan biaya investasi untuk memasok listrik ke PT KPA.

Mekanisme penjualan listrik oleh PT PKT Tbk kepada PT KPA adalah sebagai

berikut:

1) PT KDM memasok listrik ke PT PKT Tbk, PT KPA dan PT Kaltim Parna

Industri. PT PKT Tbk menyediakan bahan baku berupa gas bumi untuk

listrik yang khusus dipakai oleh PT PKT Tbk dan PT KPA.

2) PT KDM menagih biaya pengolahan listrik yang disalurkan ke PT PKT

Tbk dan PT KPA melalui sistem kompensasi kepada PT PKT Tbk.

3) Selain dari PT KDM, PT KPA juga mendapat pasokan listrik dari Kaltim-

3 (PT PKT Tbk).

4) Setiap bulan PT PKT Tbk mengirimkan tagihan atas pemakaian listrik oleh

PT KPA yang dikirim dari Kaltim-3 maupun yang dipasok dari PT

KDM.

Penjualan listrik kepada PT KPA meliputi listrik untuk unit clorin yang

dipakai untuk memompa air laut dari POPKA ke PT KPA, listrik untuk unit-

unit operasional PT KPA dan listrik untuk gudang.

Dari hasil pemeriksaan terhadap faktur-faktur penjualan berikut lampiran

pendukungnya seperti Berita Acara (BA) pemakaian utilitas PT KPA, BA

pemakaian steam dan/atau listrik dari PT Kaltim Daya Mandiri (PT KDM)

menunjukkan bahwa Perhitungan harga penjualan listrik kepada PT KPA

Page 117: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 52

adalah sebesar US$0.06/KWH sehingga terdapat kekurangan penagihan sebesar

Rp3.212.435.605,00 dengan rincian sebagai berikut:

Periode Nilai Commitment Fee Total

Jan-Okt 04 US$ Rp US$ Rp US$ Rp Penjualan 1.947.997 17.537.698.574 194.800 1.753.769.857 2.142.796 19.291.468.431

Seharusnya 2.262.356 20.346.944.929 226.236 2.034.694.493 2.488.592 22.381.639.422

Kekurangan 314.359 2.920.396.913 31.436 292.039.691 345.795 3.212.436.605

Nilai rupiah berdasarkan kurs bulan Desember 2004 USD1/Rp9.290,00

(Perhitungan rinci kekurangan penagihan penjualan listrik ke KPA terlampir).

b. Harga penjualan utilitas kepada PT Kaltim Pasifik Amoniak belum disesuaikan

dengan harga natural gas

Dari hasil penelitian terhadap kontrak-kontrak penyediaan utilitas dan tagihan

antara PT PKT Tbk dengan perusahaan-perusahaan joint venture ditemukan

hal-hal sebagai berikut:

1) Penjualan Steam kepada PT KPA

Berdasarkan perjanjian penyediaan utilitas tanggal 31 Juli 1997, PT PKT

Tbk menjual utilitas antara lain berupa steam kepada PT KPA dengan harga

US$4.5/ton + 10% commitment fee. Harga ini ditetapkan berdasarkan harga

natural gas yang berlaku pada saat perjanjian dibuat yaitu

US$1.7/MMBTU dan dapat berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan

biaya produksi yang dikeluarkan oleh PT PKT Tbk.

Pada tahun 2004 harga natural gas yang dibeli oleh PT PKT Tbk adalah

berkisar antara US$2.17 s.d. US$2.85 per MMBTU.

Berdasarkan penjelasan dari Production Engineering PT PKT Tbk, steam

super heater yang akan disediakan oleh PT PKT Tbk dapat berasal dari

Pabrik Kaltim 1, 2, 3, dan Kaltim 4 maupun dari steam super heater yang

dibeli dari PT KDM.

Dari hasil penelitian atas Berita Acara (BA) Pemakaian Listrik dan Steam

serta tagihan-tagihan pemakaian utilitas steam super heater dari PT KDM

diketahui hal-hal sebagai berikut:

a) Menurut BA pemakaian listrik dan steam super heater dari PT KDM,

penyediaan steam super heater bulan Januari dan Februari tahun 2004

kepada PT KPA berasal dari steam super heater yang dikirim oleh PT

Page 118: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 53

KDM sebesar 7.762,96 ton. Harga yang dibayarkan oleh PT PKT Tbk

kepada PT KDM adalah US$5.604/ton atau US$43,503.63

b) Dari faktur penjualan utilitas bulan Januari dan Februari 2004 diketahui

PT PKT Tbk menjual 7.762,96 ton steam super heater tersebut kepada

PT KPA dengan harga US$4.5/ton + 10% commitment fee atau

US$38,421.90.

Dengan demikian harga penjualan utilitas PT PKT Tbk kepada PT KPA

yang ditetapkan berdasarkan harga natural gas sebesar US$1.7/MMBTU

belum disesuaikan dengan harga natural gas yang berlaku pada saat ini

yaitu berkisar antara US$2.17 s.d. US$2.85 per MMBTU

Selain itu diketahui harga steam/ton yang ditagihkan oleh PT PKT Tbk

kepada PT KPA ini lebih rendah jika dibandingkan dengan harga steam/ton

berdasarkan perjanjian penyediaan utilitas dengan perusahaan-perusahaan

joint venture lainnya. Perbandingan harga steam/ton menurut perjanjian

penyediaan utilitas kepada perusahaan-perusahaan joint venture adalah

sebagai berikut:

Perjanjian Penyediaan Utilitas Harga/ton Keterangan antara PT PKT Tbk

dengan PT KMI (PT Kaltim Methanol Indonesia)

US$5, jika NGP=US$1/MMBTU + Overhead 10%

Harga akan direview setiap dua tahun sekali terhitung sejak

No. 793/SP-BTG/1996 Atau penetapan harga terakhir Tgl 10/10/96 US$2.5 + (US$2.5xNGP) Harga akan bervariasi sesuai + Overhead 10% Dengan biaya produksi dan kesepakatan PKT dan KMI

PT KPI (PT Kaltim Parna Industri) US$4.0 + (US$2.0 xNGP), Harga akan direview setiap No.895/SP-Btg/97 Jika NGP>US$1.75/MMBTU dua tahun sekali Tgl 29 Sept 1997 + 10% commitment fee PT KPA US$4.5, jika NGP = US$1.7MMBTU Harga akan bervariasi sesuai

tgl 31 Juli 1997 +10 % commitment fee biaya produksi

NGP = Natural Gas Price

2) Penjualan hidrogen kepada PT KPA

Dari hasil uji petik terhadap faktur-faktur penjualan diketahui bahwa PT

PKT Tbk menjual hidrogen kepada PT KPA dengan harga

US$12/MMBTU. Harga jual hidrogen tidak diatur dalam perjanjian

penyediaan utilitas tanggal 31 Juli 1997.

Page 119: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 54

Berdasarkan review terhadap kontrak penyediaan utilitas antara PT PKT

Tbk dengan perusahaan joint venture lainnya yaitu PT KMI diketahui harga

hidrogen sebesar US$12.00/MMBTU merupakan harga yang dihitung

berdasarkan harga natural gas sebesar US$1/MMBTU.

Perbandingan harga hidrogen/MMBTU menurut perjanjian penyediaan

utilitas kepada perusahaan-perusahaan joint venture adalah sebagai berikut: Perjanjian Penyediaan

Utilitas antara PT PKT Tbk dengan

Harga/MMBTU Keterangan

PT KMI US$12, jika NGP=US$1/MMBTU Harga akan direview setiap 2 tahun sekali No. 793/SP-BTG/1996 +10% overhead terhitung sejak penetapan harga terakhir Tgl 10/10/96 Atau Harga akan bervariasi sesuai dengan US$7.5 + (US$4.5 xNGP) produksi dan kesepakatan PKT dan KMI + 10% overhead

PT KPA tidak diatur dalam perjanjian

Dengan mengacu pada rumusan harga penjualan hidrogen kepada PT KMI

maka harga penjualan hidrogen kepada PT KPA sebesar

US$12.00/MMBTU belum mengacu pada harga natural gas tahun 2004

dimana harga natural gas bulan Januari-Juli sudah melebihi

US$1.7/MMBTU.

Permasalahan tersebut di atas seharusnya :

a. Sesuai dengan utility agreement tanggal 31 Juli 1997, tarif penjualan listrik

kepada PT KPA ditetapkan dengan memperhitungkan beban listrik.

Perhitungan beban listrik yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) Beban listrik yang dipasok dari PT KDM ke PT KPA dihitung berdasarkan

prosentase perbandingan antara pemakaian daya listrik PT PKT Tbk dan

PT KPA dan kapasitas terpasang pembangkit listrik PT KDM dalam satu

bulan.

2) Beban listrik yang dipasok dari Kaltim 3 dihitung berdasarkan prosentase

perbandingan antara total produksi listrik Kaltim-3 dan kapasitas normal

pembangkit listrik Pabrik Kaltim-3 dalam satu bulan.

Tarif listrik yang dibebankan kepada PT KPA sesuai dengan perjanjian adalah : Beban Tarif listrik(US$/KWH)

25%-40% Capacity US$(0.045 + 0.02NGP)/KWH 40%-70% Capacity US$(0.0375 + 0.02NGP)/KWH >70% Capacity US$(0.045 + 0.02NGP)/KWH

Page 120: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 55

Sesuai perhitungan dalam Lampiran harga penjualan listrik untuk periode

Januari s.d Oktober 2004 berdasarkan faktur-faktur penjualan seharusnya

sebesar US$2,488,591.60 (US$2,262,356.00 + commitment fee

US$226,235.60).

b. Kontrak penyediaan utilitas antara PT PKT Tbk dengan PT KPA mengatur:

1) Harga steam dan hidrogen disesuaikan dengan harga natural gas yang

dibayarkan oleh PT PKT Tbk kepada Pertamina.

2) Harga penjualan steam sebesar US$4.5/ton + 10% commitment fee dihitung

berdasarkan harga natural gas US$1.7/MMBTU.

c. Harga natural gas untuk menghitung harga penjualan hidrogen seharusnya

sebesar US$1.7/MMBTU. Sesuai hasil review tagihan natural gas dari

Pertamina dari bulan Januari-Juli 2004 diketahui harga gas sudah melebihi

US$1.7/MMBTU.

Keadaan tersebut di atas mengakibatkan :

a. PT PKT Tbk kekurangan menagih kepada PT KPA sebesar US$345,795.10

setara Rp3.212.436.605,00.

b. PT PKT Tbk menderita kerugian minimal sebesar US$5,081.73 setara

Rp45.827.022,00 dari penjualan steam super bulan Januari dan Pebruari 2004.

Hal ini terjadi karena kelalaian Biro Keuangan dan Biro Akuntansi dalam

melakukan perhitungan/rekonsiliasi piutang serta kelalaian pihak manajemen PT

PKT Tbk tidak melakukan pengkajian ulang terhadap harga utilitas berupa steam

dan hidrogen.

PT PKT Tbk menjelaskan bahwa kekurangan tagihan penjualan listrik kepada

PT KPA sebesar Rp3.212.436.605,00 dan harga penjualan steam serta harga

penjualan hidrogen kepada PT KPA akan dimintakan legal opinion dari Lawyer

Perusahaan atas Perjanjian Kerjasama yang selanjutnya dilakukan peninjauan ulang

harga penjualan tersebut.

BPK RI menyarankan agar Direksi PT PKT Tbk segera melakukan tindakan

setelah legal opinion dari Lawyer Perusahaan diperoleh dan selanjutnya

Page 121: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 56

memberikan teguran dan memintakan pertanggungjawaban kepada Biro Keuangan

dan Biro Akuntansi dalam melakukan perhitungan/rekonsiliasi piutang.

2. Pengendalian persediaan pupuk di Gudang Tambak Langon Surabaya lemah

Persediaan barang jadi merupakan aset perusahaan yang perlu mendapat

perhatian yang cukup oleh perusahaan karena persediaan barang jadi merupakan

aset yang siap untuk diubah menjadi kas/setara kas untuk menghasilkan

pendapatan/melunasi kewajiban atas operasi suatu perusahaan. Oleh karena itu

keberadaannya secara fisik akan berpengaruh terhadap nilai persediaan yang harus

disajikan secara wajar dalam laporan keuangan perusahaan.

Dari hasil pemeriksaan atas persediaan pupuk di gudang Tambak Langon

ditemukan hal-hal sebagai berikut:

a. Susunan pupuk di gudang kurang rapi dan tidak ada jarak antar stafel sehingga

meyulitkan pelaksanaan stock opname pupuk dan kurang memberikan

keyakinan atas kebenaran hasil perhitungan cek fisik. Hal ini terbukti saat

dilakukan perhitungan di empat gudang sebanyak empat kali perhitungan

terdapat selisih yang sulit diketahui penyebabnya.

b. Kondisi gudang kurang bersih sehingga bila terjadi kantong pupuk pecah maka

pupuk menjadi kotor dan tidak layak untuk direbagging.

c. Alas pupuk di gudang hanya berupa hamparan anyaman bambu yang tipis,

sedangkan lantai gudang relatif lebih rendah dari permukaan tanah luar gudang.

Selain itu keluar masuknya truk kedalam gudang juga membawa kotoran dan

air yang membuat lembab lantai gudang dan dikhawatirkan jika terjadi banjir

maka pupuk akan rusak.

d. Kartu stafel tidak dipasang pada masing-masing stafel persediaan, hal tersebut

akan mempersulit pemantauan mutasi persediaan pupuk.

e. Stok pupuk sweeping pada masing-masing gudang tidak tersusun dengan rapi,

karena pupuk sweeping dihitung berdasarkan tonase dan tidak berdasarkan

jumlah kantong sehingga kontrol terhadap pupuk tersebut menjadi lebih sulit.

f. Mutasi persediaan di gudang yang cukup tinggi tidak didukung oleh jumlah

pengawas gudang yang cukup, yaitu satu petugas mengawasi lebih dari satu

gudang.

Page 122: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 57

Dari kondisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan gudang di Tambak

Langon masih belum mencerminkan pengelolaan persediaan yang baik yaitu

menjaga persediaan dari kerusakan dan memberikan dukungan yang cukup handal

untuk perhitungan nilai persediaan secara akurat sebagai dasar nilai persediaan

dalam laporan keuangan.

Sesuai dengan praktek pengendalian intern yang baik, pengelolaan aset

(persediaan barang jadi pupuk urea) seharusnya dilakukan untuk menjamin bahwa

aset aman dari kerusakan dan pencurian dan pengelolaannya dapat memberikan

dukungan yang handal pada laporan keuangan.

Hal tersebut mengakibatkan jumlah persediaan pupuk di gudang Tambak

Langon sulit diyakini kebenaran kuantitasnya dan data yang ada kurang handal

dalam mendukung laporan keuangan.

Hal ini terjadi karena KPP Surabaya kurang baik dalam mengelola persediaan

pupuk di Gudang Tambak Langon.

PT PKT Tbk menjelaskan sebagai berikut :

a. Pada bulan Desember 2004 stok pupuk di KPP Surabaya cukup tinggi karena

kebijakan perusahaan untuk menyiapkan double stock dimana total pengadaan

pupuk urea sebanyak 206.821 ton sedangkan kapasitas gudang yang disewa

hanya 122.400 ton (gudang di Lini III sebanyak 99.900 ton dan gudang

Tambak Langon sebanyak 22.500 ton) sehingga KPP Surabaya memanfaatkan

setiap space gudang termasuk lorong-lorongnya untuk dapat menampung

seluruh pengadaan pupuk urea.

b. KPP Surabaya telah mengirimkan surat teguran kepada pihak pengelola gudang

agar selalu menjaga gudang tetap bersih dan memasang kartu stafel.

c. Alas pupuk berupa anyaman bambu karena terkait dengan kontrak sewa gudang

dan apabila akan diganti dengan pallet maka biaya yang dibutuhkan sekitar

Rp280.000.000,00

d. Pengelola gudang sudah mengumpulkan pupuk urea sweeping di satu lokasi per

gudang.

Page 123: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 58

e. Jumlah pengelola gudang sebanyak dua belas orang yang terdiri dari satu orang

kepala gudang, satu orang tenaga pengaman dan sepuluh orang tenaga

pengawas dianggap cukup memadai karena tidak semua gudang dibuka pada

saat bersamaan dan tenaga pengawas dapat diperbantukan ke gudang lainnya

atau membantu administrasi gudang. Namun demikian, saat ini masih dikaji

ulang mengenai jumlah tenaga pengawas gudang sesuai dengan kebutuhan.

BPK RI menyarankan agar Manajemen PT PKT Tbk melakukan pengawasan

yang intensif kepada pengelola gudang agar pengelolaan pupuk di Gudang Tambak

Langon Surabaya menjadi lebih baik.

3. Manajemen PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk belum melakukan

pengendalian terhadap pupuk sweeping yang terjadi pada gudang-gudang

penyangga Kantor Pemasaran Pupuk PT Pupuk Kaltim Tbk

Berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor :

356/MPP/Kep/5/2004 tanggal 27 Mei 2004 tentang perubahan Keputusan Menteri

Perindustrian dan Perdagangan R.I Nomor: 70/MPP/Kep/2/2003 tentang

pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian sebagaimana

telah diubah dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor

306/MPP/Kep/4/2003, PT PKT Tbk mendapatkan tugas dan tanggung jawab

dalam pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi secara langsung. Berdasarkan

keputusan tersebut PT PKT Tbk bertanggung jawab terhadap pengadaan dan

penyaluran pupuk bersubsidi untuk wilayah Jawa Timur (25

Kabupaten/Kotamadya), Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,

Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara,

Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara dan

Papua.

Dengan adanya perubahan pola tanggung jawab dalam pengadaan dan

penyaluran pupuk bersubsidi maka PT PKT Tbk melakukan antisipasi dalam

menjaga ketersediaan pupuk bersubsidi di wilayah daerah pemasarannya, antara

lain dengan menyiapkan gudang-gudang penyangga penyimpanan pupuk

bersubsidi.

Page 124: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 59

Dalam aktivitas pengangkutan/bongkar-muat pupuk maupun persediaan

pupuk yang tersimpan pada gudang-gudang penyangga PT PKT Tbk dapat terjadi

adanya kemasan pupuk cacat atau pupuk menjadi caking/membatu karena lama

tersimpan di gudang atau karena hal lain, sehingga pupuk tidak layak dijual sebagai

pupuk bersubsidi.

Dari hasil pemeriksaan secara uji petik pada KPP Surabaya dan KPP

Makassar serta data yang diperoleh dari Pemasaran Wilayah (Sarwil) PT PKT Tbk

diketahui ada sejumlah pupuk urea bersubsidi yang tidak layak untuk dijual sebagai

pupuk urea bersubsidi, dan dinyatakan oleh KPP/Sarwil sebagai pupuk sweeping.

Mutasi pupuk sweeping tahun 2004 pada KPP Surabaya dan KPP Makassar

adalah sebagai berikut : (Satuan Kg)

KPP Jml Pupuk Sweeping Penjualan Persd. Pupuk

Sweeping Jawa Timur 245.127 121.343 123.784 Makassar 152.050 152.050 -

Data di atas menunjukkan bahwa KPP dan Sarwil telah melakukan penjualan

pupuk sweeping. Pupuk sweeping pada KPP Surabaya dijual dengan harga hanya

berkisar Rp500,00/kg kepada PT Alva Cahaya Raya, UD Panen Raya, PT Astri

dan CV Hidayat selaku distributor PT PKT Tbk, sedangkan pupuk sweeping pada

KPP Makassar seluruhnya dijual kepada CV Astri selaku distributor PT PKT Tbk

dengan harga Rp500,00/kg.

Dari penelitian lebih lanjut terhadap proses penjualan pupuk sweeping,

ternyata sampai saat ini PT PKT Tbk belum memiliki prosedur penanganan pupuk

sweeping dan prosedur penjualan pupuk sweeping pada gudang-gudang penyangga.

Kewenangan untuk menyatakan pupuk sebagai pupuk sweeping, menjual dan

menetapkan harganya menjadi wewenang Kepala KPP/Sarwil.

Dengan kondisi demikian manajemen PT PKT Tbk belum mempunyai alat

kendali terhadap pupuk urea bersubsidi yang oleh KPP/Sarwil dinyatakan sebagai

pupuk sweeping, spesifikasi maupun nilai dari harga jualnya.

Seharusnya PT PKT Tbk memiliki prosedur penanganan pupuk sweeping dan

prosedur penjualan pupuk sweeping sebagai alat pengendalian bagi manajemen dan

Page 125: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 60

melindungi perusahaan dari kemungkinan terjadinya penyalahgunaan pupuk

sweeping oleh pihak-pihak diluar perusahaan.

Hal tersebut mengakibatkan dalam penentuan kuantitas pupuk sweeping

bukan didasarkan pada spesifikasi oleh pihak yang berkompeten dan harga jual

pupuk sweeping hanya berdasarkan pada penawaran harga tertinggi.

Hal ini terjadi karena pihak manajemen PT PKT Tbk lambat dalam

mengantisipasi dan membuat kerangka pengendalian terhadap terjadinya pupuk

bersubsidi yang tidak layak untuk dijual.

PT PKT Tbk menjelaskan bahwa draft prosedur penanganan pupuk sweeping

telah disiapkan yang sampai saat ini masih diteliti oleh Manajemen PT PKT Tbk

untuk dibakukan.

BPK RI menyarankan agar Manajemen PT PKT Tbk segera menetapkan

Standar Operasi dan Prosedur Pengakuan serta Penjualan pupuk sweeping.

4. Pengendalian atas pelaksanaan beberapa kewajiban perpajakan PT Pupuk

Kalimantan Timur Tbk lemah

Berdasarkan hasil pengujian atas administrasi perpajakan PT PKT Tbk dalam

memenuhi kewajiban perpajakan dapat diketahui beberapa hal, yaitu:

a. Administrasi NPWP untuk semua KPP PT PKT Tbk belum seluruhnya

dilakukan

Sebagai sarana administrasi untuk melaksanakan kewajiban perpajakan, maka

PT PKT Tbk telah memililiki beberapa Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

selama tahun 2004, yaitu :

No. Lokasi NPWP 1. Bontang 01.000.072.7-724.001 2. Jakarta 01.000.072.7-724.051 3. Banjarmasin 01.000.072.7-731.001 4. Banyuwangi 01.000.072.7-627.001 5. Surabaya 01.000.072.7-611.001 6. Nusa Tenggara Barat 01.000.072.7-913.001 7 Makassar 01.000.072.7-805.001

Page 126: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 61

Selain lokasi pada tabel di atas, masih terdapat lokasi operasional pemasaran

PT PKT Tbk yang belum memiliki NPWP, yaitu KPP di Nusa Tenggara Timur,

Papua, Manado, Gorontalo, Palu, Kendari, Ambon, Samarinda dan operasi

Balikpapan.

b. Pelaksanaan pembayaran atas kewajiban PPh pasal 21 dan pasal 23 belum

dilakukan oleh masing-masing domisili usaha

Berdasarkan uji petik atas kewajiban pajak penghasilan Pasal 21 PT PKT Tbk

tahun 2004 atas bonus jasa produksi, insentif kinerja dan gaji dapat diketahui

bahwa perhitungan bonus jasa produksi, insentif kinerja, gaji dan pajaknya

dibagi atas lokasi operasi usaha PT PKT Tbk sebagai berikut: (dalam rupiah)

No Lokasi Jumlah Kotor PPh Pasal 211. Pembayaran Bonus Jasa Produksi: Bontang 20.638.402.185 1.032.235.583 Kalimantan dan Makassar 384.471.822 19.223.596 Bayuwangi dan Mataram 40.407.070 2.020.354 Jakarta 456.281.239 22.814.067

2. Pembayaran Insentif Kinerja Triwulan III : Bontang 17.404.765.000 1.915.383.445 Kalimantan, Sulawesi dan Bali 481.663.000 52.982.930 Nusa Tenggara Barat dan Timur 75.488.000 8.303.680 Maluku, Papua dan Jatim 274.592.000 30.205.120 Jakarta 505.234.000 55.600.365

3. Pembayaran Gaji : Bontang 20.391.717.596 1.779.279.909 Kalimantan, Sulawesi dan Bali 439.002.119 37.552.058 Nusa Tenggara Barat dan Timur 56.099.835 4.646.495 Maluku, Papua dan Jawa 224.957.415 19.109.987 Jakarta 152.330.128 12.665.932

Namun dari hasil pengujian atas dokumen Surat Pemberitahuan (SPT) dan

Surat Setoran Pajak (SSP) atas kewajiban pembayaran PPh Pasal 21 atas bonus,

insentif kinerja dan gaji tersebut di atas menunjukkan bahwa semua

pembayaran masih dipusatkan di Jakarta dan Bontang atau belum berdasarkan

domisili lokasi usaha PT PKT TbkHal tersebut dapat dilihat dari penggunaan

NPWP yang ada dalam SPT yaitu pembayaran pajak penghasilan untuk lokasi

Banjarmasin, Banyuwangi, Nusa Tenggara Barat dan bahkan Balikpapan,

Samarinda, Ambon, Papua, Bali, Kendari, Makassar, Manado & Gorontalo,

Page 127: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 62

Mataram, Nusa Tenggara Timur dan Palu semuanya menggunakan NPWP :

01.000.072.7-724.001 yang merupakan NPWP Kantor Pusat PKT Tbk di

Bontang.

Selain PPh Pasal 21, berdasarkan pengujian secara uji petik atas pembayaran

PPh Pasal 23 bulan Desember 2004 diketahui bahwa dokumen SSP atas PPh

Pasal 23 untuk lokasi Samarinda, Bali, Makassar, Banyuwangi, Balikpapan

dengan total sebesar Rp119.490.657,00 semuanya masih dipusatkan di Bontang

atau memakai NPWP Kantor Pusat Bontang yaitu 01.000.072.7-724.001.

c. Informasi dalam dokumen bukti pemotongan PPh Pasal 21 menunjukkan pihak

pemotong PPh Pasal 21 dan pihak yang dipotong penghasilannya adalah sama

Berdasarkan pengujian atas bukti pemotongan PPh Pasal 21 untuk pembayaran

honorarium menunjukkan pihak pemotong PPh Pasal 21 dan pihak yang

dipotong penghasilannya adalah sama yaitu sama-sama menggunakan NPWP

atas PT PKT Tbk Kantor Pusat Bontang yaitu nomor 01.000.072.7-724.001.

Adanya penggunaan NPWP yang sama antara pemotong pajak dan subjek

pajak yang dipotong penghasilannya menunjukkan adanya informasi dalam

dokumen bukti pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak diisi dengan benar.

Sesuai dengan UU No. 16 tahun 2000 tentang ketentuan umum dan tatacara

perpajakan menyebutkan bahwa :

a. Tempat pendaftaran untuk memperoleh NPWP adalah ke Kantor Pelayanan

Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan Wajib Pajak. Jadi,

Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha di beberapa tempat, maka yang

bersangkutan juga wajib mendaftarkan diri di Kantor Pelayanan Pajak yang

wilayah kerjanya meliputi tempat-tempat kegiatan usaha Wajib Pajak tersebut;

b. Pelaksanaan pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak penghasilan

dilakukan berdasarkan asas domisili;

c. Bukti pemotongan pajak penghasilan dianggap sah apabila diisi dengan

lengkap dan benar

Belum optimalnya pengendalian atas pelaksanaan beberapa kewajiban

perpajakan tersebut dapat mengakibatkan menurunnya peringkat PT PKT Tbk

sebagai BUMN yang taat akan pajak

Page 128: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 63

Hal ini terjadi karena jumlah pegawai KPP PT PKT Tbk masih kurang

sehubungan dengan pembentukan KPP masih baru dan kekurangtelitian pegawai

dalam pengisian dokumen bukti pemotongan pajak.

PT PKT Tbk menjelaskan bahwa :

a. Pembentukan KPP Kupang, Papua, Manado, Gorontalo, Palu, Kendari, Ambon,

Samarinda dan Balikpapan pada saat ini masih bersifat sementara. Untuk itu,

selanjutnya akan dibuatkan NPWP masing-masing lokasi operasional

pemasarannya.

b. Pembayaran PPh Pasal 21 sudah dilakukan per domisili, sedangkan PPh Pasal

23 akan diterapkan mulai tahun 2005

c. Kesalahan penulisan NPWP subyek pajak yang penghasilannya dipotong

segera akan dilakukan koreksi pembetulannya. Selanjutnya ketelitian dalam

melakukan pengisian bukti pemotongan PPh Pasal 21 akan ditingkatkan.

Demikian pula perbaikan terhadap program aplikasi komputer yang dipakai

akan disesuaikan.

BPK RI menyarankan agar Manajemen PT PKT Tbk meningkatkan

kemampuan personilnya untuk memperbaiki administrasi perpajakan sesuai

ketentuan yang berlaku, antara lain membuat NPWP di setiap lokasi operasional

pemasaran, pembayaran pajak di setiap domisili usaha.

5. Penetapan harga jual pupuk urea prill curah kepada PT Pupuk Sriwidjaja

(Persero) dan PT Petrokimia Gresik merugikan perusahaan sebesar

Rp12.055,57 juta

Dalam rangka pengamanan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi

untuk sektor pertanian, maka Direktorat Jenderal Industri Kimia, Agro dan Hasil

Hutan Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Ditjen IKAH) menugaskan PT

PKT Tbk untuk menambah pasokan pupuk urea kepada PT Pupuk Sriwidjaja (PT

Pusri), PT Petrokimia Gresik (PT PG) dan PT Pupuk Kujang (PT PK) untuk

beberapa wilayah di Jawa. Realisasi pelaksanaan Surat Ditjen IKAH tersebut yaitu

sebagai berikut:

Page 129: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 64

Pembeli Ijin Ditjen IKAH Penyerahan Tujuan Realisasi Harga/Ton Nilai Jual Kantong/

No. Ton (Ton) Sblm PPN Sblm PPN Curah PT PUSRI 347/IKAH/V/2004 10.000 FOB Bontang Jatim 10.352,499 710.000,00 7.350.274.290,00 CURAH 578/IKAH/VII/2004 8.274 FOB Bontang Jateng 8.273,697 710.000,00 5.874.324.870,00 CURAH

18.274 18.626,196 13.224.599.160,00

PT PG 1142/Dirjen-IKAH/XII/2003

83.000 FOB Bontang Jatim 133.605,996 710.000,00 94.860.257.160,00 CURAH

413/IKAH/VI/2004 30.000 347/IKAH/V/2004 13.000

126.000 PT PK 347/IKAH/V/2004 17.000 Cirebon Jabar 3.143,20 1.063.363,50 3.342.364.153,20 KANTONG Indramayu Jabar 1.000,00 1.162.426,00 1.162.426.000,00 KANTONG Cirebon Jabar 2.783,90 1.147.939,50 3.195.748.774,05 KANTONG Cirebon Jabar 4.439,95 1.065.988,50 4.732.935.640,57 KANTONG FOB Bontang Jabar 4.186,82 918.366,00 3.845.034.973,00 CURAH

15.553,87 16.503.032.540,80

161.274 167.786,06 124.587.888.860,80

Dari data di atas diketahui bahwa realisasi penjualan pupuk urea kepada tiga

produsen pupuk mencapai 167.786,06 ton atau 104% dari ijin realokasi yang

disetujui dengan nilai penjualan sebesar Rp124.587.888.860,80. Kelebihan ini

terutama terjadi pada penjualan kepada PT PG.

Realisasi penjualan pupuk urea dalam bentuk kantong kepada PT PK

dilaksanakan dari bulan Mei s.d. Juni 2004 sebanyak 11.367,05 ton dengan harga

berkisar antara Rp1.063.363,50 s.d. Rp1.162.426,00 per ton dengan syarat

penyerahan di gudang pembeli, dan dalam bentuk curah pada bulan Nopember

2004 sebanyak 4.186,82 ton dengan harga jual sebesar Rp918.366,00 per ton

dengan syarat penyerahan FOB Bontang. Kalkulasi harga jual untuk penyerahan

dalam bentuk kantong dihitung dengan cara Harga Pokok Penjualan (HPP) curah

ditambah biaya pengiriman, biaya kantong dan margin 9% dari total harga sesuai

Berita Acara Penetapan Harga Final Penjualan Urea tanggal 27 Desember 2004.

HPP pupuk curah tahun 2004 yang digunakan sebagai dasar perhitungan adalah

sebesar Rp789.192,00 dengan asumsi harga gas sebesar US$1,00.

Dengan demikian, penjualan pupuk urea dalam bentuk curah dengan syarat

penyerahan FOB Bontang, harga jualnya minimal sebesar Rp789.192,00 untuk

pengiriman sekitar bulan Mei s.d. Juni 2004.

Page 130: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 65

Sementara itu, realisasi penjualan kepada PT Pusri dari bulan April s.d. Juli

2004 sebanyak 18.626,196 ton dan realisasi kepada PT PG dari bulan Januari s.d.

Juli 2004 sebanyak 133.605,996 ton, masing-masing dengan harga jual sebesar

Rp710.000,00 per ton dengan syarat penyerahan Free On Board (FOB) Bontang.

Hal ini menunjukkan bahwa harga jual urea curah yang diberikan PT PKT Tbk

kepada PT Pusri dan PT PG lebih rendah dibandingkan dengan HPP sebagaimana

yang diterapkan untuk penjualan pupuk urea kepada PT PK seperti terlihat pada

tabel di bawah ini:

Pembeli Syarat Periode Realisasi Harga/Ton HPP Penyerahan Penyerahan (Ton) Sblm PPN

PT PUSRI FOB Bontang April 2004 10.352,499 710.000,00 789.192 FOB Bontang Juni 2004 8.273,697 710.000,00 789.192 18.626,196 PT PG FOB Bontang Januari s/d Juli 2004 133.605,996 710.000,00 789.192

PT PK Cirebon Mei 2004 3.143,20 1.063.363,50 789.192 Indramayu Mei 2004 1.000,00 1.162.426,00 789.192 Cirebon Juni 2004 2.783,90 1.147.939,50 789.192 Cirebon Juni 2004 4.439,95 1.065.988,50 789.192 FOB Bontang Nopember 2004 4.186,82 918.366,00 789.192

15.553,87 167.786,06

Dengan adanya perbedaan dalam penerapan kalkulasi perhitungan harga jual

urea prill FOB Bontang yang diterapkan PT PKT Tbk kepada PT PK dengan harga

jual kepada PT Pusri dan PT PG, maka PT PKT Tbk mengalami kerugian dari

penjualan kepada PT Pusri dan PT PG sebesar Rp79.192,00 per tonnya

(Rp789.192,00 - Rp710.000,00).

Seharusnya manajemen PT PKT Tbk dalam menetapkan harga jual

mendasarkan pada proses hasil kalkulasi yang menguntungkan perusahaan.

Hal ini mengakibatkan penjualan pupuk urea bersubsidi merugikan

perusahaan sebesar Rp12.055.571.748,86 yaitu dari penjualan kepada PT Pusri

sebesar Rp1.475.045.713,63 (Rp79.192,00 x 18.626,196) dan PT PG sebesar

Rp10.580.526.035,23 (Rp79.192,00 x 133.605,996 ton).

Page 131: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 66

Hal ini disebabkan sebagai berikut :

a. Tidak konsistennya manajemen PT PKT Tbk dalam menerapkan kalkulasi

harga jual pupuk urea eks realokasi Ditjen IKAH untuk sesama anggota

Holding.

b. Manajemen PT PKT Tbk lemah dalam melakukan negosiasi harga jual dengan

PT Pusri dan PT PG.

PT PKT Tbk menjelaskan bahwa penjualan pupuk urea prill curah ke PT

Pusri dan PT PG dilakukan dengan FOB dan harga jual dari PT PKT Tbk masih

memberikan keuntungan sebagaimana perhitungan berikut :

HPP per ton periode Januari-Juli 2004 Rp. 985.487,00

Subsidi gas per ton Rp. 313.468,00

HPP setelah subsidi gas per ton Rp. 672.019,00

Dengan demikian harga Rp710.000,00 per ton masih memberikan keuntungan ke

Perusahaan sebesar Rp37.981,00 per ton.

BPK RI menyarankan agar dalam menetapkan harga jual pupuk bersubsidi

antara sesama anggota holding, PT PKT Tbk harus mempertimbangkan harga yang

menguntungkan perusahaan.

6. Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak lanjut

Dalam pemeriksaan tahun buku 2003 terdapat 8 (delapan) temuan atas

kepatuhan terhadap pengendalian intern. Dari 8 (delapan) temuan tersebut telah

ditindaklanjuti dan dianggap selesai sebanyak 6 (enam) temuan dan sisanya

sebanyak dan 2 (dua) temuan masih dalam proses ditindaklanjuti, yaitu:

a. PT PKT tidak melakukan penagihan atas penggunaan listrik di stasiun

kompresor gas kepada PT Pertamina

Berdasarkan perjanjian penjualan gas untuk pabrik Kaltim-2 No.SPB-

3748/C.000/87-B1 pasal 9.1 butir III tahun 1987, dinyatakan bahwa PKT setuju

menyalurkan tenaga listrik untuk instrument SKG dan biaya akan ditanggung

PT Pertamina dengan harga satuan dan tarif yang disetujui bersama. Selama ini

PT PKT Tbk belum menagihkan pemakaian listrik SKG. Akibatnya PKT tidak

Page 132: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 67

memperoleh pendapatan usaha dari produk utilitas berupa listrik untuk 5 (lima)

tahun terakhir sebesar Rp1.377.048.000,00.

Dalam tanggapan tindak lanjut, PT PKT Tbk menjelaskan bahwa PT PKT Tbk

telah melakukan penagihan ke PT Pertamina pada tanggal 23 Januari 2005.

BPK RI menyarankan agar PT PKT Tbk tetap melaksanakan kesepakatan

perjanjian penjualan gas untuk pabrik Kaltim-2 No.SPB-3748/C.000/87-B1

tahun 1987, yaitu melakukan penagihan kepada PT Pertamina untuk masa

sampai dengan peninjauan kembali perjanjian tersebut.

b. Beberapa bagian atas hak kepemilikan tanah PT PKT Tbk dikuasai oleh

kelompok masyarakat

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik di lapangan atas aset PT PKT Tbk berupa

tanah bersertifikat, terdapat sertifikat hak pakai No.01 ternyata tidak seluruhnya

dalam penguasaan PT PKT Tbk, karena terdapat beberapa pihak yang

menguasai tanah tersebut dengan mendirikan bangunan rumah tinggal dan

berkebun. Sertifikat Hak Guna Bangunan No.673 masih berdiri satu bangunan

rumah atas nama Daeng Ngalle, dan bangunan tersebut berdekatan dengan

rumah Direksi. Pengadilan Negeri Tenggarong melalui putusan

No.24/Pid.C/2003/PN.Tgr tanggal 12 Juni 2003 telah menetapkan untuk

membongkar, namun sampai dengan saat pemeriksaan bangunan tersebut

masih tetap berdiri dan dikuasasi oleh yang bersangkutan. HGB No.65

mendapat tuntutan dari Kelompok Tani Padaidi dan Djamalewa serta

Kelompok Tani Gunung Kempeng. Selain itu Kelompok Tani Gunung

Kempeng juga menuntut HGB No.10. HGB No.673 berdiri bangunan atas

nama Simon Takdu Cs.

Dalam tanggapan tindak lanjut PT PKT Tbk menjelaskan bahwa telah

disiapkan program antisipasi berupa “Proyek Hutan Kemasyarakatan” di

seluruh tanah yang dikuasai PT PKT Tbk baik dikawasan darat maupun pantai

dan organisasinya telah ditetapkan melalui SK Direksi No.49/DIR/VII.2004

tentang Pembentuan Organisasi Kerja Badan Pelaksana Hutan Kota Wana Tirta

PT PKT Tbk Bontang.

Page 133: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 68

Selain itu, setiap penyerobotan/penggunaan tanah tanpa ijin dari PT PKT Tbk,

akan dilakukan proses hukum sesuai ketentuan yang berlaku dan masuk pada

perkara tindak pidana ringan (Tipiring). Sampai dengan tahan 2004, terdapat 15

putusan Tipiring atas penyerobotan/penggunaan tanah tanpa ijin dari PT PKT

Tbk.

BPK RI menyarankan agar PT PKT Tbk segera mengupayakan secara optimal

pengamanan aset perusahaan dari perambahan penduduk dan meyelesaikan

melalui instansi terkait.

C. PT Pupuk Kujang (PT PK)

1. Buku pedoman organisasi dan uraian jabatan yang berlaku saat ini belum

sepenuhnya mendukung perubahan struktur organisasi PT Pupuk Kujang

sesuai dengan SK Direksi No. 014/SK/DU/X/2004

Dengan telah dikeluarkannya SK Direksi Nomor:014/SK/DU/X/2004 perihal

perubahan struktur organisasi PT Pupuk Kujang maka terjadi perubahan struktur

organisasi setingkat Biro yaitu tambahan Biro Keselamatan & Lingkungan Hidup

dan Biro Komunikasi. Untuk mengatur kewenangannya telah dikeluarkan Memo

Direksi tanggal 20 Oktober 2004 perihal rincian tugas untuk kedua Biro tersebut,

yaitu Nomor: 148A/MO/DU/X/2004 dan 148B/MO/DU/X/2004. Meskipun

perubahan struktur organisasi tersebut telah dilengkapi dengan rincian tugas yang

tertuang dalam Memo Direksi tersebut, namun PT Pupuk Kujang masih perlu

menyempurnakan rincian tugas (job description) yang ada untuk lebih

mempertegas kewenangan dan koordinasi antara unit kerja baru tersebut dengan

unit kerja yang telah ada

Untuk mendukung jalannya organisasi perusahaan, diperlukan pedoman

organisasi dan uraian jabatan. Dengan pedoman tersebut, tujuan perusahaan dapat

tercapai dengan optimal.

Akibatnya karyawan belum mengetahui secara jelas batas – batas wewenang

dan tanggung jawabnya sesuai dengan struktur organisasi yang baru.

Page 134: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 69

Hal tersebut disebabkan Biro Ketenagakerjaan PT Pupuk Kujang belum

menyusun pedoman dan uraian tugas berdasarkan SK Direksi Nomor:

014/SK/DU/X/2004 mengenai perubahan struktur organisasi PT Pupuk Kujang.

PT Pupuk Kujang menjelaskan bahwa Struktur organisasi yang ditetapkan

berdasarkan Surat Keputusan Direksi Nomor: 014/SK/DU/X/2004 tanggal 18

Oktober 2004 baru terbentuk sampai dengan tingkat Divisi/Biro sedangkan tingkat

dibawahnya yang merupakan bagian tak terpisahkan dari SK diatas, baru

diselesaikan pada tanggal 15 Desember 2004. Dengan demikian penyusunan uraian

jabatan sesuai dengan standar pada buku pedoman organisasi yang berlaku saat ini

belum dapat diselesaikan pada akhir tahun 2004, namun pejabat yang menduduki

unit kerja yang baru seperti Kepala Biro Keselamatan & Lingkungan Hidup dan

Kepala Biro Komunikasi telah diterbitkan Memo Direksi yang mengatur tugas dan

wewenang yang bersangkutan, hal ini untuk menjaga kesinambungan jalannya

organisasi.

KAP Djoemarma, Wahyudin & Rekan menyarankan agar Perusahaan segera

menyusun Buku pedoman organisasi dan uraian jabatan berdasarkan SK Direksi

Nomor: 014/SK/DU/X/2004. Pedoman Organisasi dan Uraian Jabatan sesuai

dengan Struktur Organisasi yang baru saat ini sedang disusun dan diharapkan pada

akhir bulan Maret 2005 dapat diselesaikan.

2. Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak lanjut

Dalam tahun buku 2003 terdapat 1 (satu) temuan atas kepatuhan terhadap

peraturan perundang-undangan. Dari 1 (satu) temuan tersebut telah ditindaklanjuti

seluruhnya dan dianggap selesai.

3. Hasil pemeriksaan tahun 2002 yang masih dalam proses tindak lanjut

Dalam tahun buku 2002 terdapat 4 (empat) temuan atas kepatuhan terhadap

peraturan perundang-undangan. Dari 4 (empat) temuan tersebut telah

ditindaklanjuti seluruhnya dan dianggap selesai.

Page 135: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 70

D. PT Pupuk Iskandar Muda (PT PIM)

1. Penyimpanan stock urea digudang lini 2 belum rapi

Kondisi penyimpanan stock opname pupuk urea pangan dan sweeping di

gudang Mabar Medan belum rapi, posisi pupuk bagian atas bergelombang dan

masih terdapat letak pupuk yang tidak dalam posisi yang sebenarnya, posisi baris

tidak lurus dan tidak terdapat jalan yang digunakan untuk melakukan perhitungan

fisik.

Penyimpanan pupuk tersebut belum disusun dalam beberapa blok sehingga

sirkulasi pupuk yang tersedia disusun dalam 1 (satu) blok sehingga sirkulasi pupuk

yang masuk dan keluar belum optimal terutama pupuk yang posisinya ditengah.

Kantong pupuk yang pecah serta sisa tumpahan pupuk dipengantongan berupa

pupuk sweeping ditempatkan dibeberapa tempat serta penyusunannya belum tertata

rapi.

Seharusnya sistem pengendalian/pengawasan fisik persediaan yang baik yaitu

penyusunan persediaan pupuk yang ada digudang sebaiknya disusun dalam

beberapa blok atau stapel, antara blok satu dengan yang lain dibuat jalur/lorong,

serta pupuk disusun secara rapi sehingga mudah dilakukan perhitungan.

Akibatnya dapat menyulitkan dalam perhitungan stock opname jumlah pupuk

yang tersedia dalam gudang.

Hal ini disebabkan dalam Surat Perjanjian Pengelolaan dan Penyimpanan

(Stock Holder) Nomor: 033/SP/Dir/PIM/LSM/I/2004 tanggal 2 Januari 2004 pada

pasal 3 tentang Tanggung Jawab atas Pekerjaan dan Kehilangan, belum ada

ayat/alinea yang mengatur kerjasama dalam mengelola stock pupuk yang ada

digudang termasuk tatacara/prosedur penyimpanan pupuk sehingga pihak

pengelola mengabaikan tata tertib penyimpanannya.

PT PIM menjelaskan akan memperbaharui Surat Perjanjian Pengelolaan dan

Penyimpanan (Stock Holder) dengan menambahkan ayat/klausul mengenai

pelaksanaan penyusunan pupuk di gudang sesuai dengan prosedur yang diterapkan

oleh PT PIM.

Page 136: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 71

KAP Soetjatna, Mulyana & Rekan menyarankan agar manajemen :

a. Persediaan pupuk yang ada disusun per blok atau stapel, tiap blok atau stapel

diberi kartu stok untuk memonitor posisi sisa yang tersedia pada tiap blok atau

stapel dan dibatasi oleh jalan atau lorong agar memudahkan dalam

penghitungan stok persediaan

b. Melakukan stock opname secara periodik minimal 2 kali setahun agar posisi

stok pupuk digudang dapat selalu dimonitor jumlahnya dan melakukan

rekonsiliasi secara bulanan catatan administrasi dengan catatan pengelola

gudang serta catatan persediaan menurut akuntansi

c. Meninjau kembali Surat Perjanjian Pengelolaan dan Penyimpanan (Stock

Holder) Nomor 033/SP/Dir/PIM/LSM/I/2004 tanggal 2 Januari 2004 pada

pasal 3 tentang Tanggung Jawab atas Pekerjaan dan Kehilangan, untuk

menambahkan klausul agar dalam pengelolaan dan penyimpanan petugas

gudang karyawan PT PIM bekerjasama dengan pengelola gudang PT Dermaga

Ujung Baru dan menetapkan tata cara penyimpanan yang sebaik-baiknya.

2. Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak lanjut

Dalam tahun buku 2003 terdapat 4 (empat) temuan atas kepatuhan terhadap

peraturan perundang-undangan. Dari 4 (empat) temuan tersebut telah

ditindaklanjuti seluruhnya dan dianggap selesai.

3. Hasil pemeriksaan tahun 2002 yang masih dalam proses tindak lanjut

Dalam tahun buku 2002 terdapat 3 (tiga) temuan atas kepatuhan terhadap

peraturan perundang-undangan. Dari 3 (tiga) temuan tersebut telah ditindaklanjuti

seluruhnya dan dianggap selesai.

E. PT Petrokimia Gresik (PT PG)

1. Penjualan jasa kepada PT Petro Oxo Nusantara berpotensi merugikan

perusahaan sebesar US$1.171,18 ribu

Selain menjual produk pupuk, PT PG juga menjual produk non pupuk yang

antara lain berupa penjualan produk utilitas, jasa pelabuhan, dan persewaan. Pada

periode tahun 1996 s.d April 2001, PT PG telah melakukan penjualan jasa

pelabuhan dan persewaan kepada PT Petro Oxo Nusantara (PT PON) dengan tarif

Page 137: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 72

khusus atau di bawah tarif yang berlaku umum. Pemberian tarif khusus tersebut

dimaksudkan sebagai bentuk persiapan penyertaan saham PT PG pada PT PON.

Dengan adanya fasilitas pelabuhan dan sewa rute pipa, PT PON yang didirikan di

Jakarta pada tahun 1996 dapat menggunakan pelabuhan PT PG untuk membongkar

bahan baku dan memuat produknya dari Pabrik Octanol di Gresik. Pabrik Octanol

tersebut menghasilkan tiga produk yaitu 2-Ethyl Hexanol (2EH atau Octanol),

Normal-Butyl Alcohol (NBA), dan Iso-Butyl Alcohol (IBA). Octanol adalah bahan

kimia dasar berbentuk alkohol cair yang dipergunakan sebagai bahan dalam proses

pembuatan plastik. Sedangkan NBA dan IBA dipergunakan sebagai bahan baku

pembuatan cat.

Persiapan penyertaan saham PT PG pada PT PON telah dilakukan dengan

ditandatanganinya dokumen berikut :

a. Surat Perjanjian Penyertaan Saham PT PG Dalam PT PON

No.456/11/01.02/45/SP/ 1996 tanggal 14 Nopember 1996 yang ditandatangani

tiga pihak, yaitu PT Eterindo Anugerah Prakarsa, PT Tirtamas Majutama dan

PT PG yang dalam hal ini diwakili oleh Direktur Utama.

Nilai penyertaan saham PT PG yang akan ditempatkan adalah sebesar

US$2.350.000,00 atau sebesar 5% dari modal sendiri PT PON sebesar

US$47.000.000,00. Penyertaan tersebut dilakukan PT PG dalam bentuk antara

lain : pemberian harga khusus selama 8 tahun untuk jasa bongkar/muat

pelabuhan dan sewa rute pipa. Tarif umum jasa pelabuhan dan sewa rute pipa

masing-masing sebesar US$3,00 dan untuk maksud penyertaan diberikan tarif

khusus (50%), yaitu untuk jasa pelabuhan sebesar US$1,50 per ton dan untuk

sewa rute pipa sebesar US$1,50 per inci meter per tahun.

b. Surat Perjanjian antara PT PG dengan PT PON tentang Sewa Menyewa

Fasilitas No.454/11/01.02/45/SP/1996 tanggal 14 Nopember 1996. PT PG

diwakili oleh Direktur Utama.

Perjanjian ini merupakan pelaksanaan dari perjanjian penyertaan saham di atas

yang mengatur masalah penjualan jasa PT PG kepada PT PON atas jasa

pelabuhan dan sewa rute pipa. Dalam perjanjian dinyatakan bahwa tarif khusus

untuk jasa pelabuhan sebesar US$1,50 per ton dan untuk sewa rute pipa sebesar

US$1,50 per inci meter per tahun.

Page 138: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 73

Tarif khusus tersebut diberikan pada periode tahun 1996 s.d April 2001,

sedangkan mulai bulan Mei 2001 PT PG tidak lagi memberikan tarif khusus yaitu

untuk jasa pelabuhan sebesar US$3,00 per ton dan untuk sewa rute pipa sebesar

US$3,00 per inci meter per tahun. Hal tersebut dilakukan setelah PT PG melakukan

analisis dan penelitian mendalam atas rencana penyertaan saham PT PG pada PT

PON. Melalui surat No.1454/05/KU.01.04/04/DR/2001 tanggal 15 Mei 2001 yang

ditujukan kepada PT PON, PT PG menyatakan tidak ikut dalam penyertaan saham

pada PT PON karena kinerja perusahaan tersebut kurang baik. Sedangkan

pemberitahuan tentang perubahan tarif masing-masing menjadi sebesar US$3,00

dilakukan melalui surat Kepala Kompartemen Komersial

No.1604/05/SA.04.05/23/DR/2001 tanggal 28 Mei 2001.

Dengan ketidakikut-sertaan PT PG dalam penyertaan saham, maka PT PG

merencanakan akan melakukan addendum atas Surat Perjanjian yang sedang

berjalan. Sementara terhadap kekurangan pembayaran yang merupakan nilai

persiapan penyertaan yang telah terhimpun s.d April 2001 sebesar

US$1.171.178,48, PT PG telah melakukan penagihan kepada PT PON melalui dua

faktur dengan rincian sebagai berikut:

No. FAKTUR TANGGAL URAIAN JUMLAH (US$)

0554/FK.JL-FU/2001 28 Mei 2001 Jasa pelabuhan 1998 s.d April 2001 581.678,48 0560/FK.JL-FU/2001 30 Mei 2001 Sewa rute pipa Nov 1996 s.d Nov 2001 589.500,00

Total 1.171.178,48

Menanggapi kedua surat tersebut di atas dan adanya tagihan tersebut, PT

PON melalui surat No.F-PJAR/PKG-035/VII/2001 tanggal 6 Juli 2001 meminta

penjelasan kepada PT PG atas kekurangan tagihan biaya sewa tahun 1996 s.d 2001

karena dalam surat PT PG No.1604/05/SA.04.05/23/DR/2001 tanggal 28 Mei 2001

hanya menyebutkan tentang penggunaan tarif baru sebesar US$3,00 mulai bulan

Mei 2001. Hal ini menunjukkan PT PON merasa keberatan atas tagihan yang

dilakukan oleh PT PG, sehingga sampai dengan akhir bulan Desember 2004 PT

PON belum melunasi tagihan tersebut, sementara itu addendum Surat Perjanjian

masih dalam proses. Pembuatan addendum tersebut sesuai dengan kesepakatan

para pihak yang dituangkan dalam Side Letter No.457/11/01.02/45/SP/1996

tanggal 14 Nopember 1996 yang menyatakan bahwa apabila PT PG tidak jadi ikut

Page 139: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 74

dalam penyertaan saham pada PT PON, maka semua Surat Perjanjian yang telah

dibuat akan dilakukan perubahan seperlunya sesuai peraturan yang berlaku.

Seharusnya addendum atas Surat Perjanjian yang berkaitan dengan persiapan

penyertaan saham PT PG pada PT PON telah dibuat dengan merubah tarip khusus

yang telah diberikan menjadi tarip umum dalam penggunaan fasilitas PT PG oleh

PT PON untuk periode tahun 1996 s.d April 2001.

Hal tersebut mengakibatkan PT PG tidak dapat menggunakan dana dari hasil

penjualan jasa pelabuhan dan persewaan pada periode tahun 1996 s.d Nopember

2001 sebesar US$1.171.178,48.

Masalah tersebut disebabkan PT PG tidak segera mengajukan pembuatan

addendum Surat Perjanjian atas ketidakikut-sertaannya dalam penyertaan saham

pada PT PON.

PT PG menjelaskan bahwa Manajemen PT PG menyadari adanya

permasalahan piutang kepada PT PON sebesar US$1.171.178,48. Atas

permasalahan tersebut PT PG akan menawarkan penyelesaian kepada PT PON

dengan cara melakukan reschedule piutang sebesar US$1.171.178,48. Adanya

Surat Perjanjian Penyertaan Saham No.456/11/01.02/45/SP/1996 tanggal 14

Nopember 1996 dan Surat Perjanjian Sewa Menyewa Fasilitas

No.454/11/01.02/45/SP/1996 tanggal 14 Nopember 1996 merupakan persiapan

apabila PT PG dapat ikut dalam kepemilikan saham PT PON.

BPK-RI menyarankan agar PT PG melakukan penagihan secara intensif atas

nilai persiapan penyertaan yang sudah terhimpun s.d April 2001 sebesar

US$1.171.178,48 dan mempercepat penyelesaian pembuatan addendum Surat

Perjanjian.

2. Hak PT Petrokimia Gresik atas klaim pada pembelian bahan baku Rock

Phosphate sebesar US$349,03 ribu belum diakui oleh Guizhou Wengfu

Chemi-Phos Imp & Exp Corp China

PT PG pada tahun 2003 menandatangani kontrak pengadaan bahan baku Rock

Phosphate (RP) dengan Guizhou Wengfu Chemi-Phos Imp & Exp Corp

(GWCPIEC) China No. WFPGPR0304 tanggal 15 Juli 2003. RP tersebut akan

Page 140: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 75

digunakan sebagai bahan baku pupuk SP-36. Jumlah RP yang dibeli sesuai

perjanjian adalah 300.000,00 MT dengan jenis low grade, yang akan dikirim dalam

7 kali pengapalan (shipment) mulai Agustus 2003 s.d Juni 2004 berdasarkan Order

Pembelian/Purchasing Order (PO) yang diterbitkan oleh PT PG. Kesepakatan yang

disetujui kedua belah pihak antara lain adalah pembayaran dilakukan dengan cara

menggunakan usance L/C, dan PT PG berhak mengajukan klaim atas kualitas RP

yang dikirimkan oleh GWCPIEC jika terdapat perbedaan antara sertifikat kualitas

(certificate of analysis) yang dikeluarkan pada saat pemuatan ke kapal dan

sertifikat kualitas pada saat tiba di pelabuhan bongkar (discharging) yang

dilakukan oleh Sucofindo, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Setiap 0,10% penyimpangan kandungan P2O5, PT PG berhak atas klaim sebesar

US$0,145/MT.

b. Setiap 0,10% penyimpangan kandungan MgO, PT PG berhak atas klaim

sebesar US$0,046/MT.

c. Setiap 0,10% penyimpangan kandungan H2O, PT PG berhak atas klaim sebesar

kelebihan kuantitas H2O dikalikan harga RP.

Hasil pemeriksaan terhadap dokumen pengadaan RP dari GWCPIEC adalah

sebagai berikut:

a. Selama tahun 2004 dilakukan 5 kali pengiriman melalui kapal sebanyak

187.836,00 MT. Setelah tiba di gudang Gresik dilakukan uji kualitas yang

dilakukan oleh Sucofindo.

Dari hasil uji kualitas diketahui bahwa PO No.352/LN/2004 sebanyak

37.102,00 MT memenuhi standar kualitas yang ditetapkan dalam perjanjian.

Sedangkan terhadap 4 PO lainnya yaitu No.865/LN/2003, No.062/LN/2004,

No.149/LN/2004 dan No.440/LN/2004 sebanyak 150.734,00 MT, kualitasnya

berada di bawah standar yang ditetapkan dalam perjanjian sehingga PT PG

berhak atas klaim.

b. Terhadap RP yang kualitasnya di bawah standar, PT PG telah mengirimkan

surat pemberitahuan kepada GWCPIEC sebanyak 5 kali, terakhir dengan

faximili No.86-851-6831558/65-62221422 tanggal 6 September 2004. Dalam

surat pemberitahuan tersebut dijelaskan bahwa atas PO No.440/LN/2004, PT

PG berhak atas klaim sebesar US$81.618,50 setara Rp758.235.865,00 (kurs

Page 141: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 76

US$1,00 = Rp9.290,00). Sedangkan untuk 3 PO lainnya jumlah klaim yang

diperhitungkan adalah sebesar US$140.987,15 setara Rp1.309.770.623,50

sehingga total perhitungan klaim atas keempat PO tersebut adalah sebesar

US$222.605,65 setara Rp2.068.006.488,50. Atas semua klaim tersebut,

GWCPIEC belum memberikan tanggapan kepada PT PG sehingga PT PG

belum melakukan penagihan.

c. Dari hasil perhitungan kembali (rekalkulasi) atas klaim yang sudah

diberitahukan kepada GWCPIEC diketahui bahwa dalam perhitungan klaim

yang dilakukan oleh PT PG terdapat kekeliruan dan diperhitungkan terlalu kecil

dari yang seharusnya. Jumlah perhitungan klaim yang sudah diberitahukan

kepada GWCPIEC atas 4 PO tersebut di atas sebesar US$222.605,65 setara

Rp2.068.006.488,50 sedangkan hasil perhitungan kembali sebesar

US$288.984,60 setara Rp2.684.666.934,00, sehingga terjadi kekurangan

perhitungan sebesar US$66.378,95 (US$288.984,60 – US$222.605,65) setara

Rp616.660.445,50.

d. Pada tahun 2004 PT PG mengikat kontrak baru dengan GWCPIEC dengan

kontrak No.WFPGPR0405 tanggal 13 Juli 2004. Masa berlaku kontrak adalah

sejak ditandatangani kontrak s.d September 2005. Isi dari kontrak baru tersebut

sama dengan kontrak sebelumnya. Selama tahun 2004 GWCPIEC telah

melakukan dua kali pengiriman dengan PO No.619/LN/2004 dan

No.663/LN/2004 masing-masing sebanyak 36.693,00 MT dan 41.829,00 MT.

Hasil uji kualitas yang dilakukan Sucofindo menunjukkan bahwa RP atas PO

No.619/LN/2004 kualitasnya di bawah standar yang ditetapkan. Hasil

perhitungan atas penyimpangan kualitas yang menjadi hak atas klaim PT PG

adalah sebesar US$60.040,76 setara Rp557.778.660,40.

Dengan demikian secara keseluruhan PT PG berhak atas klaim sebesar

US$349.025,36 (US$288.984,60 + US$60.040,76) setara Rp3.242.445.594,40.

PT PG seharusnya menghitung klaim secara cermat atas kualitas RP yang

tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam kontrak dan melakukan

penagihan segera.

Page 142: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 77

Hal tersebut mengakibatkan PT PG tidak dapat memanfaatkan dana dengan

segera sebesar US$349.025,36 setara Rp3.242.445.594,40.

Hal tersebut disebabkan PT PG kurang tegas dalam menerapkan isi kontrak

No.WFPGPR0304 tanggal 15 Juli 2003 dan WFPGPR0405 tanggal 13 Juli 2004

atas pengiriman RP yang dilakukan oleh GWCPIEC yang kualitasnya di bawah

standar.

PT PG menjelaskan bahwa pihaknya telah mengajukan surat klaim kepada

Guizhou Wengfu Chemi-Phos Imp & Exp Corp China dan penagihan klaim secara

financial sebesar US$349.025,36 akan dilakukan setelah GWCPIEC sepakat

dengan surat klaim Biro Pengadaan.

BPK-RI menyarankan agar PT PG melakukan penagihan klaim kepada

GWCPIEC atas pengiriman barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang

ditetapkan dalam kontrak.

3. PT Petrokimia Gresik belum menerima pembayaran atas bagi hasil

pendapatan jasa pelabuhan periode tahun 1996 s.d 2002 dari PT Pelindo III

sebesar Rp1.765,22 juta

Laporan Keuangan PT PG per 31 Desember 2004 antara lain menunjukkan

saldo akun Piutang lain-lain sebesar Rp49.508.444.583,00 yang terdiri dari piutang

kepada pihak ketiga sebesar Rp23.017.210.284,00 dan piutang kepada pihak yang

mempunyai hubungan istimewa sebesar Rp26.491.234.299,00. Dari jumlah

tersebut diantaranya terdapat piutang kepada PT Pelindo III sebesar

Rp1.765.223.758,42 yang merupakan pendapatan di luar usaha yaitu tagihan atas

bagi hasil pendapatan pengelolaan jasa pelabuhan periode tahun 1996 s.d 2002.

Dalam pengelolaan jasa pelabuhan tersebut, PT PG telah mengikat perjanjian

dengan PT Pelindo III dengan Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) Nomor

82/301/1980 ---- 513/IX/SPK/J/DIR/1980 tanggal 23 September 1980 tentang

Pengelolaan Dermaga Khusus Petrokimia, yang berlaku surut terhitung mulai

tanggal 7 Agustus 1979. Dalam SPK tersebut PT Pelindo III diwakili oleh

Administrator Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Dalam SPK antara lain

dinyatakan bahwa Dermaga Khusus PT PG digunakan untuk tambat/sandar,

Page 143: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 78

bongkar, muat dan bunker baik untuk kapal-kapal milik, charter, hirepurchase dan

kapal-kapal lain yang digunakan untuk mengangkut barang-barang guna keperluan

pihak kedua dan atau barang pihak ketiga. Penyerahan hasil pendapatan jasa-jasa

pelabuhan oleh masing-masing pihak dilakukan paling lambat tanggal 15 bulan

berikutnya.

Tarif jasa pelabuhan ditetapkan sesuai dengan peraturan dan ketentuan tarif

yang berlaku di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Sedangkan untuk tarif sewa

permukaan air diperlakukan tarif Pelabuhan Gresik. Cara pelaksanaan pungutan

jasa pelabuhan diatur dan ditetapkan oleh Pihak Pelabuhan Tanjung Perak

Surabaya.

Adapun pembagian hasil pendapatan jasa-jasa pelabuhan yang dipungut dari

pihak ketiga ditetapkan sebagai berikut:

No Keterangan PT PG PT Pelindo III 1. Uang tambat 50% 50% 2. Wharfage/Uang Dermaga 50% 50% 3. Pas Pelabuhan 50% 50% 4. Penjualan Air 80% 20%

Dalam pengelolaan dermaga tersebut, PT Pelindo III menyediakan semua blanko

pemakaian-pemakaian jasa pelabuhan oleh pihak ketiga sekaligus melakukan

penagihannya, sedangkan PT PG hanya mengadministrasikan dan menagih

penjualan air kepada pihak ketiga. Salinan perhitungan nota tagihan kepada pihak

ketiga atas pemakaian jasa pelabuhan dikirim kepada PT PG. Berdasarkan nota

tagihan tersebut, PT PG membuat faktur tagihan kepada PT Pelindo untuk

mendapatkan bagi hasil jasa pelabuhan. Untuk tagihan periode tahun 1996 s.d 2002

sebesar Rp1.765.223.758,42, PT PG telah mengeluarkan faktur tagihan dari bulan

April 1996 s.d Maret 2002, namun PT Pelindo III belum melakukan pembayaran.

Sejak tagihan terakhir bulan Maret 2002, PT PG tidak pernah lagi melakukan

penagihan atau mengupayakan rekonsiliasi sehingga sd tanggal 31 Desember 2004

saldo piutang PT PG kepada PT Pelindo III tidak ada mutasi sama sekali.

Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, pada tanggal 20 Nopember

2001 Pemerintah Daerah Gresik mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) No.19

tahun 2001 tentang Kepelabuhanan di Kabupaten Gresik. Pasal 11 ayat (3) Perda

tersebut menyatakan bahwa kewenangan pengelolaan wilayah perairan dalam batas

Page 144: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 79

4 mil dari daratan sepanjang teritorial wilayah daratan kabupaten Gresik berada

ditangan Pemerintah Kabupaten Gresik. Menindaklanjuti Perda tersebut, pada

tanggal 11 Juli 2002 Bupati/Kepala Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik

mengeluarkan Keputusan No. 63 tahun 2002 tentang Tarif Jasa Pelayanan

Kepelabuhanan oleh Penyelenggara Pelabuhan di Kabupaten Gresik. Dengan

dikeluarkannya keputusan ini maka pengelolaan jasa Kepelabuhanan Dermaga

Khusus PT PG tidak lagi dilakukan oleh PT Pelindo III melainkan diambil alih

oleh Pemda Kabupaten Gresik.

Saldo piutang PT PG kepada PT Pelindo III per 31 Desember 2004 sebesar

Rp1.765.223.758,42 yang merupakan bagi hasil jasa pelabuhan dari tahun 1996 sd

2002 dapat dirinci sebagai berikut:

No. Asal piutang Nilai 1. Faktur th 1996 1.219.735,002. Faktur th 1997 2.146.689,503. Faktur th 1998 24.968.710,364. Faktur th 1999 2.556.840,005. Faktur th 2000 1.800.105,726. Faktur th 2001 274.194.895,507. Faktur th 2002 1.458.336.782,34 Jumlah 1.765.223.758,42

Atas jumlah piutang tersebut oleh Bagian Akuntansi PT PG telah dilakukan

penyisihan sebesar 100% karena tidak ada mutasi pembayaran lebih dari dua tahun.

Seharusnya bagi hasil pendapatan jasa pelabuhan dapat diterima PT PG

paling lambat setiap tanggal 15 bulan berikutnya.

Hal tersebut mengakibatkan timbulnya piutang macet PT PG kepada PT

Pelindo III per 31 Desember 2004 sebesar Rp1.765.223.758,42.

Hal tersebut disebabkan PT PG tidak aktif melakukan penagihan atau

rekonsiliasi dengan PT Pelindo III.

PT PG menjelaskan bahwa atas piutang sebesar Rp1.765.223.758,42 tersebut

telah dilakukan penagihan kepada PT Pelindo III pada tanggal 13 Januari 2005 dan

telah dilakukan rekonsiliasi pada tanggal 14 Januari 2005, namun masih

memerlukan rekonsiliasi lebih lanjut.

Page 145: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 80

BPK-RI menyarankan agar PT PG segera melakukan rekonsiliasi lebih lanjut

untuk menetapkan jumlah yang pasti dan selanjutnya melakukan penagihan secara

intensif.

4. Terdapat sisa barang yang sudah dibeli dari tahun 2001 s.d 2004 senilai

Rp21.939,22 juta namun belum diambil oleh unit peminta barang

Selama tahun 2004, Biro Pengadaan PT PG melakukan pembelian barang

yang diminta oleh unit peminta barang/user (dhi. 5 Departemen) baik pembelian

dalam negeri maupun pembelian impor. Status barang tersebut adalah stock item

(SI), dengan kategori intransit (I) atau suku cadang penyangga (Z), dimana apabila

barang tersebut sudah datang maka harus langsung diambil dan dipakai oleh unit

peminta barang.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Bagian Perencanaan dan Pengendalian

Biro Pengadaan (Candal Ro Daan) diketahui bahwa s.d bulan Nopember 2004

masih terdapat barang yang telah dibeli dan diterima namun belum diambil oleh

unit peminta barang senilai Rp13.074.833.956,20 dengan rincian sebagai berikut:

No. Unit Peminta Barang (User) Nilai (Rp) 1. Dep. Pemeliharaan I (Har I) 7.285.818.963,01 2. Dep. Pemeliharaan II (Har II) 3.120.483.900,27 3. Dep. Pemeliharaan III (Har III) 1.774.997.150,16 4. Dep. Prasarana Pabrik & Kawasan (PPK) 467.106.027,00 5. Dep. Peralatan & Permesinan (Latsin) 426.427.915,76 Jumlah 13.074.833.956,20

Jumlah tersebut merupakan barang yang datang dari bulan Januari s.d Nopember

2004 dengan rincian waktu, unit peminta barang dan nilai sebagai berikut: Bulan Departemen Jumlah

Har I *) Har II Har III PPK Latsin Total Januari 185.343.503,40 35.043.498,25 12.896.270,00 160.828.126,76 Pebruari 254.351.754,32 44.224.772,00 5.926.170,00 0,00 Maret 36.133.750,00 284.225.463,91 3.001.840,00 0,00 April 280.936.677,96 325.113.931,00 8.750.825,00 0,00 Mei 169.167.459,85 35.886.408,00 21.772.080,00 10.831.000,00 Juni 214.015.118,83 64.909.320,00 9.579.920,00 0,00 Juli 180.239.673,10 158.699.477,00 14.085.100,00 0,00 Agustus 82.184.558,00 128.838.744,00 17.219.912,00 0,00 September 56.117.063,54 88.054.470,00 78.714.000,00 31.652.637,00 Oktober 444.758.581,58 448.509.655,00 82.578.560,00 106.822.656,00 Nopember 120.047.980,00 161.491.411,00 212.581.350,00 116.293.496,00

7.285.818.963,01 3.120.483.900,27 1.774.997.150,16 467.106.027,00 426.427.915,76 13.074.833.956,20

*) yang dicatat saat kedatangan barang adalah nomor terima barang (TB)

Page 146: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 81

Berdasarkan penjelasan dari PT PG diketahui bahwa belum diambilnya barang

tersebut antara lain dikarenakan barang yang akan diganti ternyata masih bisa

diperbaiki dan dipakai lagi serta ketika diperlukan barang tersebut belum datang.

Hal yang sama terjadi juga pada tahun 2003, yaitu jumlah barang yang sudah dibeli

namun belum diambil oleh unit peminta barang sebesar Rp24.557.259.729,22.

Rincian barang yang belum diambil per 31 Desember 2003 terjadi pada

Departemen berikut:

No. Departemen Nilai (Rp) 1. Pemeliharaan I 17.206.023.829,81 2. Pemeliharaan II 1.483.800.946,68 3. Pemeliharaan III 3.249.896.354,95 4. Prasarana Pabrik & Kawasan 1.681.000.489,00 5. Peralatan & Permesinan 936.538.108,78 Jumlah 24.557.259.729,22

Berdasarkan hasil pemeriksaan secara uji petik atas administrasi dan fisik

barang yang belum diambil diketahui bahwa dari jumlah barang yang belum

diambil per 31 Desember 2003 ternyata diantaranya terdapat barang yang berasal

dari pengadaan tahun 2001 dan 2002 dengan rincian sebagai berikut:

Pengadaan tahun No. User

2001 2002 2003 Jumlah

1. Pemeliharaan I 3.000.000,00 1.096.145.639,07 16.106.878.190,74 17.206.023.829,81

2. Pemeliharaan II 0,00 28.161.232,00 1.455.639.714,68 1.483.800.946,68

3. Pemeliharaan III 0,00 433.107.255,59 2.816.789.099,36 3.249.896.354,95

4. Prasarana Pabrik & Kawasan 88.708.907,00 231.921.120,00 1.360.370.462,00 1.681.000.489,00

5. Peralatan & Permesinan 0,00 36.362.253,80 900.175.854,98 936.538.108,78

Jumlah 91.708.907,00 1.825.697.500,46 22.639.853.321,76 24.557.259.729,22

Dari jumlah tersebut diketahui bahwa pada tahun 2004 terjadi mutasi di

Departemen Pemeliharaan I sebesar Rp10.163.945.289,67, di Departemen

Pemeliharaan II sebesar Rp1.009.181.861,71, di Departemen Pemeliharaan III

sebesar Rp2.322.417.840,45, di Departemen Prasarana Pabrik & Kawasan sebesar

Rp1.300.221.196,00 dan di Departemen Peralatan & Permesinan sebesar

Rp897.109.654,98, atau seluruhnya sebesar Rp15.692.875.842,81 sehingga sisa

barang yang belum diambil per 29 Desember 2004 seluruhnya sebesar

Rp8.864.383.886,41.

Page 147: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 82

Seharusnya barang yang sudah dibeli oleh Ro Daan atas permintaan user

dengan kategori intransit atau suku cadang penyangga segera diambil dari gudang

logistik Ro Daan dan langsung dipakai.

Hal tersebut mengakibatkan terjadi pengendapan dana yang tidak efektif

sebesar Rp21.939.217.842,61 (Rp13.074.833.956,20 + Rp8.864.383.886,41).

Hal tersebut disebabkan:

a. Terjadi pembelian barang yang tidak tepat waktu dan tidak tepat sasaran.

b. Perencanaan dan pengendalian pada kelima unit peminta barang tersebut di atas

tidak berjalan dengan baik.

PT PG menjelaskan bahwa sisa barang yang belum diambil oleh unit pemakai

dari Januari s.d Nopember 2004 sebesar Rp13,074 milyar, diantaranya sebesar Rp

1,485 milyar merupakan barang insurance (suku cadang penyangga) dan sisanya

sebesar Rp11,589 milyar akan dipasang oleh Dep Har I, Dep Har II, Dep Har III,

Dep PPK dan Dep Latsin pada tahun 2005 pada saat Perbaikan Tahunan dan untuk

kebutuhan/pemeliharaan rutin. Sedangkan sisa barang yang belum diambil oleh

unit pemakai periode 2001, 2002 dan 2003 sebesar Rp8,864 milyar, diantaranya

sebesar Rp2,477 milyar merupakan barang insurance dan sisanya sebesar Rp6,387

milyar akan dipasang oleh Dep Har I, Dep Har II, Dep Har III, Dep PPK dan Dep

Latsin pada tahun 2005 pada saat Perbaikan Tahunan dan untuk

kebutuhan/pemeliharaan rutin.

BPK-RI menyarankan agar Bagian Candal pada kelima unit peminta barang

tersebut dalam mengajukan permintaan pembelian barang disesuaikan dengan

kebutuhan senyatanya. Selain itu agar Bagian Candal pada Biro Pengadaan lebih

cermat lagi memproses setiap permintaan pembelian dari unit peminta barang.

5. PT Petrokimia Gresik tidak melakukan rekonsiliasi bank secara teratur

Dalam rangka membentuk pengendalian internal yang baik terhadap

pengelolaan dana, maka perusahaan akan menerapkan prosedur kerja agar tercipta

suatu pengendalian atas penerimaan dan pengeluaran uang. Beberapa ciri

pengendalian internal yang baik atas transaksi penerimaan dan pengeluaran uang

adalah adanya pemisahan fungsi tugas dan tanggungjawab antara yang menerima

Page 148: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 83

dan mengeluarkan uang dengan yang melakukan pencatatan, yang memberikan

otorisasi atas penerimaan dan pengeluaran uang. Selain itu petugas Keuangan harus

melakukan rekonsiliasi bank setiap akhir bulan secara teratur sehingga diharapkan

saldo bank menurut pembukuan selalu sesuai dengan saldo fisik yang ada di

banknya.

PT PG menyimpan dana operasional perusahaan pada 10 bank dalam 37

rekening yang terdiri dari rekening giro aktif sebanyak 29 rekening untuk

operasional perusahaan dan 8 rekening untuk penyaluran Kredit Modal Kerja dan

Kredit Investasi. Kesepuluh bank yang mengelola dana perusahaan tersebut adalah

BCA, BNI, BRI, Standard Chartered Bank, Citybank, Bank Mandiri, Bank Syariah

Mandiri, Bukopin, Bank DBS Indonesia dan Bank Hongkong Shanghai Bank

Corporation (HSBC).

Berdasarkan struktur organisasi PT PG, Biro Keuangan terdiri dari dua

bagian, yaitu Perbendaharaan dan Pajak & Asuransi (Paransi). Bagian

Perbendaharaan membawahi Seksi Penagihan, Seksi Pembayaran dan Seksi

Pengelolaan dana. Rekonsiliasi bank di PT PG merupakan tugas dari Seksi

Pengelolaan Dana dan dijelaskan bahwa selama tahun 2004 rekonsiliasi bank tidak

dilakukan secara teratur setiap bulan. Rekonsiliasi bank hanya dilakukan pada

akhir tahun yaitu bulan Desember bersamaan dengan penyusunan laporan

keuangan akhir tahun perusahaan.

Seksi Penagihan mempunyai tugas mencatat hasil penagihan atau pelunasan

atas penjualan setiap bulan yang antara lain dari distributor dengan mengecek

transaksi penerimaan masuk dari rekening koran bank dan mencocokkan dengan

catatan dari Bagian Pemasaran. Namun Seksi Penagihan kadang-kadang

mengalami kesulitan terhadap pelunasan yang dilakukan distributor dengan cara

transfer bank atau melalui ATM karena tidak ada keterangan yang jelas. Untuk

pelunasan yang belum dapat ditelusuri tersebut dananya tetap tersimpan dalam

rekening bank. Oleh karena tidak pernah dilakukan rekonsiliasi bank secara teratur,

maka setiap bulan akan selalu terdapat selisih atas penerimaan uang antara

pembukuan Akuntansi dengan saldo rekening bank secara fisik sehingga jumlah

penerimaan dana akan terus terakumulasi dan menjadi dana outstanding. Dana

outstanding ini berdampak pada saldo piutang usaha setiap akhir bulan.

Page 149: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 84

Menurut penjelasan Biro Keuangan, timbulnya dana outstanding tersebut

karena belum dilakukan pembukuan atas sejumlah uang masuk di bank atas

pembayaran distributor yang belum dapat diidentifikasikan dan juga karena terjadi

penumpukan (overload) pekerjaan di Seksi Penagihan sehingga terlambat dalam

membukukan uang yang telah diterima.

Bagian Keuangan selama ini memperlakukan dana yang outstanding tersebut

tetap tersimpan dalam rekening bank sebagai rekening yang belum diketahui.

Sedangkan yang menjadi dasar jumlah saldo bank di laporan keuangan interim

adalah saldo bank menurut pembukuan Akuntansi. Pada akhir tahun, dana

outstanding yang belum diketahui sumbernya akan dibukukan sebagai Uang Muka

Penjualan.

Bagian Keuangan mengalami kendala untuk melakukan rekonsiliasi bank

karena yang menangani rekonsiliasi bank hanya dilakukan oleh satu orang petugas

sedangkan jumlah rekening bank yang digunakan ada 29 rekening giro dan

dilakukan setiap bulan.

Dari hasil pemeriksaan dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara saldo bank menurut rekening koran dengan saldo menurut

pembukuan Akuntansi, yaitu saldo rekening bank lebih tinggi dari saldo menurut

buku pada bulan Januari, Juni, Oktober dan Nopember tahun 2004. Rincian

perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pada bulan Januari 2004, saldo rekening koran lebih besar Rp42 milyar

b. Pada bulan Juni 2004, saldo rekening koran lebih besar Rp60 milyar

c. Pada bulan Oktober 2004, saldo rekening koran lebih besar Rp69 milyar

d. Pada bulan Nopember 2004, saldo rekening koran lebih besar Rp87 milyar

PT PG seharusnya melakukan rekonsiliasi bank secara teratur setiap bulan

dan bila terdapat selisih segera menyesuaikannya sehingga saldo bank di

pembukuan selalu sesuai dengan saldo fisik yang ada di bank.

Hal tersebut mengakibatkan:

a. Informasi saldo bank yang terdapat dalam Laporan Keuangan Bulanan tidak

mencerminkan posisi yang sesungguhnya sehingga dapat mempengaruhi

keputusan yang diambil oleh Manajemen sebagai pengguna laporan keuangan

Page 150: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 85

b. Timbulnya dana outstanding yang mempengaruhi nilai saldo piutang usaha

setiap akhir bulan.

c. Tujuan sistem akuntansi sebagai salah satu sarana pengaman asset perusahaan

tidak tercapai.

Hal tersebut disebabkan:

a. Belum ada kebijakan mengenai kapan dan bagaimana rekonsiliasi bank harus

dilakukan.

b. Terbatasnya sumber daya manusia yang melakukan rekonsiliasi bank.

PT PG menjelaskan pada bulan Desember 2004, rekonsiliasi bank telah

dilakukan dan untuk periode selanjutnya akan melakukan rekonsiliasi bank secara

periodik (bulanan).

BPK-RI menyarankan agar PT PG:

a. Melakukan rekonsiliasi bank secara teratur setiap bulan sehingga dapat

diperoleh informasi keuangan yang akurat dan tepat waktu.

b. Menyusun kebijakan dan prosedur mengenai pelaksanaan rekonsilasi bank dan

kapan rekonsiliasi tersebut harus dilakukan.

6. Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak lanjut

Dalam pemeriksaan tahun buku 2003 terdapat 2 (dua) temuan. Temuan

tersebut seluruhnya telah ditindaklanjuti pada tahun 2004 dan dianggap selesai.

Kedua temuan tersebut dan tindak lanjutnya adalah:

a. Pelaksanaan pembinaan industri kecil kapur dan fosfat alam yang diserahkan

pelaksanaannya kepada PT Graha Cipta Sarana (PT GCS) tidak sesuai dengan

Surat Direktur Produksi No.1400/05/HU.03.03/13/DR/2000 tanggal 19 Mei

2000. Tindak lanjut terhadap temuan tersebut adalah PT PG telah memutus

kontrak dengan PT GCS, karena PT GCS tidak melakukan kewajiban berupa

pembinaan kepada industri kecil. Mulai tahun 2004 pelaksanaan pembinaan

industri kecil kapur dan fosfat alam dilakukan oleh Biro Pengadaan PT PG

b. Perjanjian Kerjasama Sewa Gudang dengan PT Bhanda Ghara Reksa (PT

BGR) belum sepenuhnya selaras dengan SPJB antara PT PG dengan

Distributor Pupuk, terutama mengenai pembagian beban biaya gudang. Tindak

Page 151: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 86

lanjut mengenai pembagian beban biaya gudang, PT PG telah memberlakukan

pemberian sanksi denda terhadap keterlambatan penebusan DO. Hal tersebut

dilakukan agar PT PG tidak menanggung beban sewa gudang atas sisa pupuk

milik Distributor yang masih tersimpan di gudang penyangga.

F. PT Rekayasa Industri (PT Rekind)

1. Perusahaan mengalami kesulitan dalam menyelusuri hasil rekonsiliasi bank

Berdasarkan uji petik yang kami lakukan terhadap saldo bank pada bulan

September dan November 2004 terdapat selisih saldo antara pembukuan (General

Ledger) dengan rekening koran bank yang belum dapat ditelusuri sampai dengan

akhir periode tersebut karena perusahaan mengalami kesulitan dalam

penyelusurannya. Selisih tersebut baru dapat ditelusuri pada saat perusahaan

membuat rekonsiliasi untuk bulan Desember 2004 yang dilakukan pada bulan

Januari 2005.

Sesuai dengan kebijakan perusahaan, rekonsiliasi bank harus dilakukan setiap

akhir bulan, dan jurnal penyesuaian harus dibuat atas perbedaan yang terjadi

sesegera mungkin.

Hal tersebut mengakibatkan pengendalian atas saldo bank kurang memadai

dan sering terjadi kesalahan dalam menentukan kode perkiraan saat proses

penjurnalan (posting) yang menimbulkan selisih antara saldo menurut rekening

koran dengan saldo akuntansi dan keuangan.

Hal ini disebabkan perusahaan menggunakan terlalu banyak rekening bank

untuk mencatat transaksi, yaitu lebih kurang 20 (dua puluh) rekening bank (tidak

termasuk rekening site) serta tidak didukung dengan SDM yang cukup.

Pihak manajemen menjelaskan akan mengevaluasi kembali rekening koran

yang benar-benar tidak aktif dan menutupnya pada tahun 2005, serta akan

meningkatkan pengelolaan rekening secara lebih intensif.

Untuk menghindari supaya masalah-masalah tersebut diatas tidak berulang di

masa yang akan datang dan supaya pengendalian atas saldo bank lebih memadai

Kantor Akuntan Publik Gatot Permadi Joewono menyarankan hal-hal sebagai

berikut:

Page 152: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 87

a. Mempertimbangkan untuk mengurangi jumlah rekening bank yang dimiliki

dengan cara hanya membuka satu Rekening Utama (Main Account) untuk

transaksi penerimaan dan Operasional account untuk transaksi pengeluaran

atau.

b. Menugaskan personal yang secara khusus menangani/bertanggung jawab dalam

pengelolaan rekening bank.

c. Meningkatkan koordinasi antar bagian/divisi/departemen untuk memperlancar

arus dokumen/informasi.

2. Terdapat proposal dalam penyelesaian yang belum dialokasikan

Perusahaan belum melakukan pembebanan atas biaya proposal (proposal

dalam penyelesaian) ke beban pemasaran atau beban jasa atas biaya proposal

sebesar Rp6.826.348.893,00. Dari jumlah tersebut sebesar Rp3.773.529.592,00

(55,28%) merupakan beban proposal yang dikeluarkan sejak tahun 2000 sampai

dengan 2003.

Sesuai dengan kebijakan perusahaan biaya-biaya yang dikeluarkan selama

pembuatan proposal dicatat sebagai Proposal Dalam Penyelesaian dan akan

dibebankan sebagai beban pemasaran untuk proposal yang gagal serta akan

dibebankan ke dalam harga pokok proyek untuk proposal yang berhasil.

Hal tersebut mengakibatkan Laporan Keuangan perusahaan tidak

menggambarkan kondisi yang sebenarnya, dimana laba dan aset perusahaan

dilaporkan lebih saji (overstated) karena kurangnya pembebanan biaya atas

proposal dalam penyelesaian tersebut.

Hal ini disebabkan Bagian Marketing terlambat menginformasikan kepada

Bagian Akuntansi mengenai status proposal, apakah proposal tersebut gagal,

berhasil atau dalam proses, sehingga bagian akuntansi dan keuangan tidak bisa

melakukan penyesuaian saldo proposal dalam penyelesaian tersebut.

Pihak manajemen menjelaskan bahwa perusahaan telah membuat laporan

status proposal dan telah dilakukan koreksi atas proposal dalam penyelesaian

tersebut.

Page 153: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 88

Supaya kondisi tersebut di atas tidak terulang terus-menerus dikemudian hari

dan laporan keuangan yang disajikan menggambarkan nilai yang wajar, Kantor

Akuntan Publik Gatot Permadi Joewono merekomendasikan agar perusahaan

(Bagian Marketing) secara periodik sebaiknya membuat laporan status proposal

dan melakukan penyesuaian sebagaimana mestinya.

3. Terdapat droping pajak yang belum dipertanggungjawabkan

Terdapat droping khusus pajak ke site pada tahun 2003 sebesar

Rp404.211.406,00 yang belum dipertanggungjawabkan sampai dengan tanggal 31

Desember 2004, dengan rincian sebagai berikut : Proyek Jumlah

Tangki Amonia Petro NH3 Tank Rp. 282.878.079

Proyek PMS Rimba Belian Rp. 64.036.393 Proyek Langit Biru Balongan Rp. 24.904.125 PIM II Project Rp. 28.486.375 Kaltim-4 Project Rp. 3.906.434 Jumlah Rp. 404.211.406

Seharusnya sesuai dengan kebijakan perusahaan No.330-PL-01 tentang Uang

Muka Project (Droping Dana Project) yaitu uang muka project harus

dipertanggungjawabkan secara bulanan untuk dialokasikan menjadi harga pokok

proyek (proyek dalam penyelesaian).

Hal tersebut mengakibatkan Laporan keuangan perusahaan tidak

menggambarkan kondisi yang sebenarnya, dimana laba dan aset dilaporkan lebih

saji (overstated), uang muka pajak (PPh Pasal 22 impor) kurang saji, sehingga

pajak yang dapat dikreditkan kurang saji (understated).

Hal ini disebabkan perusahaan tidak melakukan pengawasan atas droping-

droping dana proyek yang telah dikeluarkan, sehingga masih terdapat beberapa

transaksi droping dana pajak yang belum dipertanggungjawabkan.

Pihak manajemen menjelaskan perusahaan akan melakukan klarifikasi atas

uang muka tersebut kepada masing-masing proyek pada tahun 2005 dan melakukan

penyesuaian sebagaimana mestinya.

Page 154: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 89

Kantor Akuntan Publik Gatot Permadi Joewono merekomendasikan agar

droping dana tersebut segera dipertanggungjawabkan dan dilakukan penyesuaian

sebagaimana mestinya.

4. Proses Pengadaan Jasa Pengurugan sebesar Rp8.489,25 juta tidak sesuai

dengan kebijakan perusahaan

Proses pengadaan jasa pengurugan (backfill) untuk proyek Balongan Blue

Sky kepada PT Wira Agung dengan nilai kontrak (Addendum II) sebesar

Rp8.489.248.000,00 dilakukan dengan penunjukan langsung sehingga tidak sesuai

dengan kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan.

Sesuai Kebijakan No.430-PL-006 tanggal 10 Juni 1998 tentang Proses

Tender Pengadaan Proyek antara lain menyebutkan :

a. Pelaksanaan pengadaan peralatan/material dan jasa dilakukan dengan cara

pelelangan dan pengadaan langsung (poin 6.a)

b. Pengadaan langsung hanya dapat dilakukan untuk nilai pengadaan tidak lebih

dari Rp50.000.000,00 dan mendapat persetujuan dari direksi (poin 6.a.2)

c. Perusahaan menetapkan kebijakan untuk hal-hal khusus diluar item 6.a tersebut

(poin 6.b).

- Jumlah rekanan kurang dari ketentuan (3 rekanan) sehubungan dengan

kondisi pasar

- Peralatan/material/keahlian hanya tersedia pada sumber yang tunggal

- Rekanan/pemasok sudah ditunjuk sebelum proyek dimulai

- Rekanan/pemasok sudah ditentukan oleh pemberi tugas (owner)

- Kondisi tertentu yang menurut pertimbangan Direksi memerlukannya.

Kebijakan No.430-PL-002d tanggal 22 Agustus 2001 tentang Pembagian Tanggung Jawab dan Wewenang Dalam Bidang Pengadaan.

LOI/PO/Kontrak No. Nilai Kontrak

Perset. Bidder

List

Klarifikasi dan

Evaluasi Negosiasi Disiap. Tinjau

Ulang Persetuju

an

1 Maks. Rp150 jt atau US$15,000

Kadiv Proc.

Team Proyek

Buyer,Const Eng, PPM, PCM Buyer Kadep

Proc.

Kadiv Procur/PM, CM

2 Rp150 jt s.d. Rp500 jt atau US$15,000 s.d. US$50,000

Kadiv Proc.

Team Proyek Idem + PM, PD

Buyer, Kadep

Proc/SC

Idem + MP PD

3 Rp500 jt s.d. Rp1 Myr Kadiv Proc.

Team Proyek Idem + Direksi Idem Idem Direksi

4 Di atas Rp1 Myr Kadiv Proc.

Team Proyek Idem Idem Idem Dirut

Page 155: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 90

Hal tersebut mengakibatkan tidak dapat diyakini apakah harga yang

dibayarkan kepada subkontraktor tersebut merupakan harga yang wajar dan

bersaing.

Hal ini disebabkan :

a. Subkontraktor sebelumnya (PT Sumber Mulia Utama Mandiri) mempunyai

performance kurang baik yang mengakibatkan pekerjaan mengalami

keterlambatan, sehingga perlu dilakukan reinforcement.

b. Harga per meter kubik (m3) yang ditawarkan oleh PT Wira Agung lebih rendah

dan subkontraktor tersebut memiliki jumlah armada angkutan yang lebih

memadai dan siap pakai setiap saat.

c. Pekerjaan Backfill tersebut merupakan pekerjaan awal, sehingga skedulnya

tidak boleh mengalami keterlambatan, karena dikhawatirkan akan berdampak

pada skedul pekerjaan-pekerjaan selanjutnya.

Pihak manajemen menjelaskan bahwa :

a. Proses tender pada awalnya dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan ketentuan

yang berlaku, yaitu dengan mengundang lebih dari 2 (dua) subkontraktor.

Setelah dilakukan evaluasi teknis dan komersial serta survey kesiapan

armada/peralatan kepada seluruh peserta tender, ditetapkan PT Sumber Mulia

Utama Mandiri sebagai pemenang tender tersebut.

b. Berdasarkan hasil evaluasi atas pekerjaan yang telah dilakukan oleh PT Sumber

Mulia Utama Mandiri yang dinyatakan kurang bagus dan mengalami

keterlambatan serta dengan mempertimbangkan usulan dari tokoh-tokoh

masyarakat Indramayu untuk memberikan kesempatan kepada subkontraktor

lokal, maka ditunjuk PT Wira Agung.

Atas permasalahan tersebut di atas Kantor Akuntan Publik Gatot Permadi

Joewono menyarankan kepada perusahaan untuk melakukan hal-hal berikut ini:

a. Melaksanakan proses pengadaan peralatan/material dan jasa dimasa yang akan

datang sesuai dengan kebijakan yang telah digariskan perusahaan.

b. Manajemen sebaiknya melakukan kajian yang lebih mendalam saat

memberikan ijin penyimpangan atas kebijakan yang telah ditetapkan serta

mengeluarkan kebijakan khusus jika penyimpangan tersebut tidak bisa

Page 156: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 91

dihindari, sebagaimana yang diatur dalam Kebijakan No.430-PL-006 butir 6.b

untuk menghindari adanya permintaan yang sama dari proyek-proyek lainnya.

c. Jika pekerjaan suatu subkontraktor dinilai kurang bagus dan tidak sesuai

dengan skedul yang telah disepakati, sebaiknya kepada subkontraktor tersebut

dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5. Prosedur pembayaran kepada subkontraktor sebesar Rp16.094,39 juta tidak

sesuai dengan kebijakan perusahaan

Terdapat pembayaran kepada Subkontraktor (PT Sumber Mulia Utama

Mandiri dan PT Wira Agung) melalui dropping khusus dengan total pembayaran

masing-masing sebesar Rp7.634.891.483,00 dan Rp8.459.497.998,00 dilakukan di

kantor site (proyek), sehingga tidak sesuai dengan kebijakan perusahaan.

Sesuai Kebijakan No.330-pl-03-a tanggal 8 Januari 2002 tentang Kebijakan

Pembayaran, antara lain menyebutkan :

a. Kepala Departemen Akuntansi (cq. Bagian Verifikasi) bertanggung jawab

untuk memonitor tagihan yang jatuh tempo

b. Kepala Departemen Keuangan (cq. Bagian Treasury) bertanggung jawab untuk

memonitor proses pembayaran

c. Pembayaran diatas Rp150 juta dilakukan di Kantor Pusat (poin 2.7)

d. Batasan Wewenang dan Otorisasi (poin 3)

Verifikasi (3.1)

Nominal Dokumen Tagihan Checked Review & Persetujuan

s.d. Rp. 100 Juta s.d. US$ 10 Ribu

Bagian Verifikasi

Kadep Akuntansi + Kadep Keuangan

diatas Rp.100 Juta diatas US$ 10 Ribu

Bagian Verifikasi

Kadep Akuntansi + Kadep Keuangan + Kadiv Keu & Akt.

Pembayaran (3.2)

Nominal Dokumen Pembayaran Persetujuan

s.d. Rp. 250 Juta s.d. US$ 20 Ribu

Kadep Keuangan atau Kadep Akuntansi + Kadiv Keu & Akt

diatas Rp.100 Juta s.d. Rp.1 Milyar diatas US$ 20 Ribu s.d. US$ 100 Ribu

Kadiv Keu & Akt. + Direktur PUK atau Direksi Lainnya

Diatas Rp.1 Milyar Diatas US$.100 Ribu

Direktur PUK atau Direktur Lainnya + Direktur Utama.

Page 157: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 92

Hal tersebut mengakibatkan proses pembayaran dan pencatatan hutang

kepada kedua sub kontraktor tersebut tidak termonitor pada departemen keuangan

(cq. treasury) dan departemen akuntansi (cq. bagian verifikasi).

Hal ini disebabkan adanya Memo Persetujuan Direksi No.BBSP-ME-RJ/Int-

078 tanggal 27 Mei 2003 perihal Persetujuan Penyimpangan Kebijakan Perusahaan

No. 330-PL-03 tanggal 8 Januari 2002 mengenai “Verifikasi, Batasan Wewenang

dan Otorisasi Pembayaran”.

Pihak manajemen menjelaskan bahwa :

a. Tidak dilakukannya pembayaran dari Kantor Pusat Jakarta langsung kepada

masing-masing subkontraktor semata-mata karena adanya kekhawatiran dari

tim proyek mengenai proses pembayaran di kantor pusat yang umumnya

memakan waktu cukup lama.

b. Pengajuan progres dan pembayaran pada awalnya akan dilaksanakan setiap 2

(dua) minggu, tetapi dengan memperhatikan persyaratan tersebut serta kondisi

sosial masyarakat Indramayu, tim proyek menganggap keterlambatan

pembayaran dapat menimbulkan masalah yang serius untuk kelancaran

pekerjaan proyek pada tahap selanjutnya, seperti aksi pemogokan dan

keributan lainnya.

c. Pekerjaan pengurugan merupakan pekerjaan tahap awal yang sangat

menentukan untuk tahapan pekerjaan selanjutnya, sehingga penyelesaian

pekerjaan ini merupakan prioritas utama dari tim proyek.

d. Adanya biaya operasional harian yang sangat besar yang harus dikeluarkan

antara lain kepada pemilik truk berikut bahan bakar serta pengemudinya yang

harus ditanggung terlebih dahulu oleh kedua subkontraktor tersebut.

Atas permasalahan tersebut di atas Kantor Akuntan Publik Gatot Permadi

Joewono menyarankan kepada perusahaan hal-hal berikut ini:

a. Sebaiknya tidak mengijinkan dengan mudah adanya penyimpangan atas

Verifikasi, Batasan Wewenang dan Otorisasi Pembayaran tersebut, karena akan

berdampak tidak memadainya pengendalian atas hutang tersebut.

Page 158: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 93

b. Sebaiknya monitor pembayaran dan pencatatan atas hutang tersebut tetap

dilakukan oleh Departemen Akuntansi dan Departemen Keuangan Kantor

Pusat.

6. Proses penggajian karyawan lokal di Site tidak sesuai dengan kebijakan

perusahaan

Bagian Personalia dan Chief Administration & Finance (Proyek Kujang 1B),

tidak membuat skala penggajian untuk karyawan lokal, yang berarti tidak ada

standar gaji yang dapat dijadikan patokan dalam perekrutan karyawan.

Berdasarkan data gaji karyawan lokal bulan September 2004, jumlah karyawan

yang direkrut di site adalah sebanyak 88 orang dengan gaji (THP) rata-rata sebesar

Rp3.110.908,00 per orang. Dari jumlah tersebut terdapat 6 (enam) orang pegawai

yang memperoleh gaji diatas rata-rata gaji pegawai lainnya yaitu berkisar antara

Rp5.000.000,00 s.d. Rp14.000.000,00.

Sesuai Kebijakan No.230-pl-15-a tanggal 14 Juni 1999 tentang Personalia

dan Umum di Site Project, antara lainn menyebutkan :

a. Sistem Penggajian yang disusun dan dibuat Project Site harus mengikuti dan

berpedoman kepada ketentuan yang ditentukan dari Home Office, dengan

mempertimbangkan budget, demand & Supply, kompleksitas serta lokasi

proyek.

b. Seluruh sistem penggajian karyawan lokal dituangkan dalam skala penggajian

yang disusun oleh Bagian Personalia dan/atau Chief Administration & Finance

dan diketahui oleh Site Manager dan atas persetujuan Project Manager.

c. Untuk selanjutnya dalam pelaksanaan sehari-hari Bagian Personalia dan Bagian

yang membutuhkan tenaga kerja yang merekrut karyawan baru menjadikan

skala gaji tersebut sebagai pedoman penetapan besarnya gaji yang

bersangkutan.

Hal tersebut mengakibatkan terdapat beberapa karyawan lokal yang jumlah

penghasilannya diatas rata-rata penghasilan karyawan lokal lainnya.

Page 159: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 94

Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan pemahaman bagian

personalia site atau Chief Administration & Finance atas kebijakan yang telah

digariskan oleh kantor pusat (home office).

Pihak manajemen menjelaskan bahwa terhadap 6 (enam) orang pegawai yang

gajinya diatas rata-rata atau tidak sesuai dengan Skala Gaji tersebut dikarenakan

skill yang dimiliki oleh karyawan yang bersangkutan dan besarnya gaji berdasarkan

atas negosiasi antara karyawan dengan manajemen Proyek Kujang 1B.

Kantor Akuntan Publik Gatot Permadi Joewono menyarankan kepada

perusahaan untuk meningkatkan pengendalian intern atas pelaksanaan pekerjaan

proyek, manajemen proyek seharusnya melakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Mempelajari dan mengaplikasikan seluruh kebijakan yang telah digariskan oleh

kantor pusat yang berkaitan dengan proyek.

b. Perekrutan pegawai baru sebaiknya didasarkan pada standar gaji yang telah

digariskan, bukan atas dasar negosiasi.

c. Meninjau kembali penggajian karyawan yang penghasilannya diatas rata-rata

karyawan lainnya tersebut.

7. Pengadaan barang/material dan jasa di Site dilakukan tanpa tender

Proses pengadaan barang dan jasa di proyek Kujang 1B dengan total

pembayaran tahun 2004 sebesar Rp.920.448.693,00 (11 subkontraktor) dilakukan

tanpa tender dan belum mendapat persetujuan dari Direktur Operasi. Hal ini

bertentangan dengan kebijakan yang telah digariskan oleh kantor pusat.

Sesuai Kebijakan No.430-pl-015-d tanggal 22 Agustus 2001 tentang

Pembagian Tanggung Jawab dan Wewenang dalam Bidang Pengadaan, antara lain

menyebutkan bahwa pengadaan tanpa tender hanya dapat dilakukan dengan

persetujuan Manajer Konstruksi (CM) dan Direktur Operasi jika keadaan khusus

terjadi.

Hal tersebut mengakibatkan memungkinkan proyek mendapatkan rekanan

yang tidak optimal baik dari segi kualitas maupun biaya, sehingga dapat merugikan

dan mengganggu kelancaran pelaksanaan proyek.

Page 160: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 95

Hal ini disebabkan adanya tuntutan dari masyarakat setempat yang tergabung

dalam Tim Swadaya Masyarakat Dawuan (TSMD) untuk membagi paket-paket

pekerjaan kepada rekanan lokal.

Pihak manajemen menjelaskan bahwa sesuai dengan rencana awal,

pengadaan barang dan jasa tersebut (pekerjaan paving) akan dibagi menjadi paket-

paket kecil yang akan dikerjakan oleh subkontraktor lokal secara bertahap sesuai

dengan kesiapan lapangan danmisi yang diutamakan adalah pemerataan pekerjaan

kepada rekanan lokal dengan klasifikasi K3 dan K2. Saat dimulainya pekerjaan ini,

Site Project mengadakan tender untuk pekerjaan paving pertama yang melibatkan 8

(delapan) rekanan lokal dan setelah melalui proses yang cukup rumit dihasilkan

pemenang CV Bina Tirta Sarana. Berhubung kondisi rekanan lokal yang kurang

kondusif, maka untuk paket pekerjaan berikutnya (sekitar 20 paket) akan

dikerjakan langsung oleh rekanan lokal yang tergabung dalam TSMD selaku

penanggungjawab keamanan dan distribusi kepada rekanan lokal dengan ketentuan

dan persyaratan (teknis dan komersial) yang sama dengan hasil tender sebelumnya.

Construction Manager Proyek Kujang 1B telah menindaklanjuti dengan membuat

surat kepada Direktur Operasi untuk melaporkan dan sekaligus meminta

persetujuan mengenai hal tersebut di atas sesuai dengan surat No. K1B-M-RS/RI-

0014 tanggal 10 Januari 2005

Kantor Akuntan Publik Gatot Permadi Joewono menyarankan untuk

meningkatkan pengendalian intern atas pelaksanaan proyek dimasa yang akan

datang, seharusnya manajemen proyek terlebih dahulu meminta persetujuan kantor

pusat jika terdapat hal-hal yang dilaksanakan diluar ketentuan yang telah

digariskan.

8. Terdapat penyerahan pekerjaan kepada bukan penawar terendah

Penyerahan Pekerjaan kepada bukan penawar terendah untuk pengadaan jasa

Man Power Supply (MPS) untuk Proyek Kujang 1B belum mendapat ijin khusus

dari Direksi atau owner. Hal ini tidak sesuai dengan kebijakan No.430-pl-007-b

tanggal 15 Mei 1997 tentang Kebijakan Evaluasi dan Penentuan Pemenang Tender

Pengadaan Proyek.

Page 161: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 96

Sesuai Kebijakan No.430-pl-007-b tanggal 15 Mei 1997 tentang Kebijakan

Evaluasi dan Penentuan Pemenang Tender Pengadaan Proyek antara lain

menyebutkan penyerahan pekerjaan kepada bukan penawar terendah dan

bertanggung jawab tidak diijinkan kecuali dengan ijin khusus dari Direksi atau

owner (bila diperlukan).

Hal tersebut diatas dapat merugikan pihak lain (pemenang pertama) yang

pada gilirannya dapat menimbulkan potensi masalah (tuntutan) dari pemenang

pertama.

Hal ini disebabkan Project memilih peringkat ke 3 (tiga) sebagai pemenang

dengan alasan pemerataan, dimana pemenang pertama diketahui telah banyak

terlibat langsung dengan PT Pupuk Kujang.

Pihak manajemen menjelaskan bahwa tender pada paket ini hanya melibatkan

rekanan lokal yang telah punya pengalaman sebagai labor supply. Pada analisa dan

evaluasi tender tersebut sama sekali tidak menampilkan harga karena harga sudah

ditentukan berdasarkan skala gaji dan UMR. Dari hasil tender dihasilkan

rekomendasi bahwa PT Hurip Utama dan Dwi Putra memenuhi syarat untuk

menjadi rekanan. Walaupun PT Hurip Utama memiliki skor yang lebih tinggi

(pengalaman lebih lama), tetapi Project memutuskan untuk menunjuk CV Dwi

Putra sebagai subkontaktor untuk labor supply tersebut dengan pertimbangan

pemerataan mengingat bahwa PT Hurip Utama telah banyak terlibat langsung

dengan PT Pupuk Kujang dengan ruang lingkup pekerjaan yang lebih besar.

Construction Manager Proyek Kujang 1B telah menindaklanjuti dengan membuat

surat kepada Direktur Operasi untuk melaporkan dan sekaligus meminta

persetujuan mengenai hal tersebut di atas sesuai dengan surat No.K1B-M-RS/RI-

0014 tanggal 10 Januari 2005

Kantor Akuntan Publik Gatot Permadi Joewono menyarankan Untuk masa

yang akan datang, manajemen proyek seharusnya memberitahukan dan meminta

persetujuan terlebih dahulu ke kantor pusat jika ada hal-hal yang pelaksanaannya

menyimpang dari kebijakan yang telah digariskan kantor pusat.

Page 162: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 97

9. Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak lanjut

Dalam pemeriksaan tahun buku 2003 terdapat 3 (tiga) temuan atas kepatuhan

terhadap pengendalian intern. Dari 3 (tiga) temuan tersebut telah ditindaklanjuti

seluruhnya dan dianggap selesai.

G. PT Mega Eltra (PT ME)

Dalam pemeriksaan tahun buku 2004 tidak ada temuan yang perlu diungkapkan.

1. Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak lanjut

Persediaan Hand Traktor belum laku dijual

Persediaan barang dagangan berupa Hand traktor di cabang-cabang sebanyak

14 unit dengan harga pokok Rp126.000.000,00 masih belum laku dijual.

Hasil pemeriksaan tahun 2004 menunjukkan bahwa Persedian Hand Tractor

tersisa sebanyak 7 unit.

PT ME menjelaskan di tahun 2005 diharapkan akan melakukan penjualan

sedikit dibawah harga pokok dengan perhitungan kerugian tersebut akan ditutupi

oleh retensi yang masih di tahan sebesar Rp11.800.000,00. Kegiatan ini secara

teknis sudah tidak dikembangkan lagi, perusahaan hanya akan menyelesaikan

penjualan hand tractor yang masih tersisa.

KAP Riza, Wahono & Rekan menyarankan agar Manajemen PT ME

meninjau kembali kerjasama penjualan hand traktor tersebut.

2. Hasil pemeriksaan tahun 2002 yang masih dalam proses tindak lanjut

Dalam pemeriksaan tahun buku 2002 terdapat 2 (dua) temuan atas kepatuhan

terhadap pengendalian intern. Dari 2 (dua) temuan tersebut telah ditindaklanjuti

dan dianggap selesai sebanyak 1 (satu) temuan, sedangkan sisanya sebanyak 1

(satu) temuan yang masih dalam proses tindak lanjut, yaitu:

Page 163: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 98

Pengendalian atas Piutang Usaha dan Piutang Lain-lain senilai Rp16.116,38

juta kurang memadai

a. Piutang Usaha

Sampai dengan pemeriksaan 31 Desember 2004, terdapat piutang usaha

macet dan piutang usaha berpotensi macet yaitu :

Piutang Usaha Macet- Kantor Pusat Rp 1,905,786,017.00- Kantor Cabang Surabaya Rp 1,237,480,762.00- Kantor Cabang Bandung Rp 417,034,061.00- Kantor Cabang Medan Rp 414,322,842.00- Kantor Cabang Palembang Rp 167,879,123.00- Kantor Cabang Padang Rp 25,907,380.00

4,168,410,185.00Penyisihan s.d 31 Desember 2004 Rp (4,168,410,185.00) Piutang Usaha Berpotensi Macet- Kantor Cabang Lampung Rp 3,166,599,795.00

Kantor Cabang Surabaya Rp 2,045,533,728.00Kantor Cabang Medan Rp 729,937,136.00Kantor Cabang Pekanbaru Rp 526,992,000.00Kantor Cabang Palembang Rp 429,055,500.00Kantor Cabang Semarang Rp 239,163,720.00Kantor Cabang Bandung Rp 228,315,011.00Kantor Cabang Padang Rp 172,950,212.00

7,538,547,102.00Penyisihan s.d 31 Desember 2004 Rp (2,531,237,436.00)Saldo Piutang Berpotensi Macet Rp 5,007,309,666.00

Piutang tersebut diatas pada umumnya terjadi sebelum tahun 2003

Pada tahun 2004 piutang usaha berpotensi macet mengalami kenaikan

sebesar Rp1.186.991.184,00 atau 19% dari tahun sebelumnya. Piutang usaha

tersebut berpotensi macet karena tidak sesuai dengan jadwal pembayaran dan

sama sekali tidak membayar lagi dan jaminan yang diterima cabang sebagian

besar belum dapat dijual karena masih harus diproses secara hukum.

Kondisi piutang tersebut di atas dapat diuraikan sebagai berkut:

1) Piutang usaha macet

Piutang usaha macet di Kantor Pusat, sebesar Rp1.905.786.017,00

merupakan transaksi penjualan tahun 1986, piutang usaha macet Cabang

Surabaya, Cabang Medan, Cabang Palembang, Cabang Padang dan Cabang

Page 164: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 99

Bandung sebesar Rp2.262.624.168,00 merupakan transaksi penjualan

tahun 1997 dan sebelumnya yang diakibatkan pada saat tersebut sistem

pengendalian intern perusahaan sangat lemah.

2) Piutang usaha berpotensi macet

Piutang usaha berpotensi macet di cabang-cabang tersebut diatas sebesar

Rp7.538.547.102,00 merupakan transaksi penjualan tahun 1999 sampai

dengan tahun 2001 yang disebabkan lemahnya analisa kredit kepala cabang

pada saat melakukan penjualan kredit. Piutang usaha tersebut berpotensi

macet karena tidak sesuai dengan jadwal pembayaran dan sama sekali tidak

membayar lagi dan jaminan yang diterima cabang sebagian besar tidak

dapat dijual karena pemilik jaminan bukan kreditur yang bersangkutan.

Dalam upaya mengeliminir dan mencegah terulang lagi adanya piutang

macet dan memperbaiki sistem penjualan, perusahaan telah berupaya untuk

membuat aturan dan Prosedur Operasional Baku (POB) Penjualan Dalam

Negeri No.240-550-010-001 sesuai surat Direksi PT Mega Eltra

No.041/Intern/2004 tanggal 12 April 2004.

KAP Riza, Wahono & Rekan menyarankan agar:

- Mengidentifikasikan dan meneliti saldo piutang-piutang tersebut diatas.

- Manajemen harus berusaha lebih meningkatkan upaya penagihan melalui

jalur hukum dengan melengkapi data-data yang diperlukan untuk

memudahkan proses jalur hukum tesebut.

- Manajemen harus melakukan evaluasi terhadap kepala cabang dan pelaku

bisnis lainnya di PT ME.

- Manajemen harus tegas dalam menjatuhkan sanksi kepada pejabat yang

bertanggung jawab melakukan kesalahan yang mengakibatkan perusahaan

mengalami kerugian.

- Khusus untuk piutang berpotensi macet agar dapat ditetapkan cara

penyelesaiannya, dengan memperhitungkan biaya yang akan dikeluarkan

dengan hasil yang diterima.

Page 165: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 100

b. Piutang Lain-lain

Sampai dengan pemeriksaan 31 Desember 2004, terdapat piutang lain-

lain macet yaitu :

1. PT Wawasan Sakti Rp 615.338.632,002. PT Ayudya Kusuma Dharma Rp 7.771.577.141,003. PT Metro Corporation Indonusa Rp 165.535.338,00

PT ME menjelaskan sebagai berikut :

- PT Wawasan Sakti.

Pada tanggal 23 Agustus 1996 piutang ini telah diserahkan ke BUPLN

(Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara) tetapi sampai pemeriksaan

berakhir belum ada keputusan dari BUPLN. Terhadap piutang tersebut telah

dilakukan penyisihan kerugian piutang 100%.

- PT Ayudya Kusuma Dharma.

Berdasarkan audit BPKP atas Laporan Keuangan per 31 Desember 2000,

penyelesaian saldo piutang PT Ayudya Kusuma Dharma atas kerjasama

pengadaan dan penjualan sapi impor sebesar Rp8.480.841.141,00 dilakukan

dengan cara penyerahan asset berupa tanah karena kesulitan penyelesaian

melalui pembayaran tunai. Realisasi yang telah dapat diselesaikan dalam

tahun 2004 adalah tanah dan bangunan yang telah mendapat kepastian

hukum dengan NJOP sebesar + Rp710 juta. Disamping itu manajemen

sedang melakukan penelitian atas keabsahan surat-surat/kepemilikan atas

penyerahan asset-asset berupa tanah didaerah Cariu, Jonggol dan Cijayanti

seluas + 12,4 HA, sehingga saldo piutang per 31 Desember 2004 menjadi

sebesar Rp7.771.577.141,00 Terhadap piutang tersebut telah dilakukan

penyisihan kerugian piutang 100%.

- PT Metro Corporation Indonusa.

Merupakan transaksi dari tahun 1993 atas kerjasama impor bahan baku

garmen dengan pola bagi hasil dengan nilai transaksi sebesar

Rp2.248.526.898,00. Sampai dengan tahun 2001 telah diselesaikan sebesar

Rp1.824.508.040,00 dan tahun 2002 sebesar Rp75.203.520,00. Saldo per 31

Desember 2002 sebesar Rp348.815.338,00, pada tahun 2003 dibayar

sebesar Rp183.280.000,00. Saldo per 31 Desember 2003 sebesar

Page 166: 08. PT PUSRI

BPK RI/AUDITAMA V 101

Rp165.535.338,00. Terhadap piutang tersebut telah dilakukan penyisihan

kerugian piutang 100%.

KAP Riza, Wahono & Rekan menyarankan agar:

- Manajemen harus berusaha lebih meningkatkan upaya penagihan.

- Manajemen sebaiknya melakukan penagihan melalui jalur hukum dengan

melengkapi data-data yang diperlukan untuk memudahkan proses jalur

hukum tesebut.

- Manajemen harus melakukan evaluasi terhadap kepala cabang dan pelaku

bisnis lainnya di PT ME.

- Manajemen harus tegas dalam menjatuhkan sanksi kepada pejabat yang

bertanggung jawab melakukan kesalahan yang mengakibatkan perusahaan

mengalami kerugian.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA