PELATIHAN PENGEMBANGAN MEDIA ANIMASI UNTUK …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1981041920060420… · UNTUK PENGAJARAN BAHASA INGGRIS SMP DI ... Projektor digunakan

  • Upload
    dobao

  • View
    222

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

  • LAPORAN AKHIR

    PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS

    PELATIHAN PENGEMBANGAN MEDIA ANIMASI

    UNTUK PENGAJARAN BAHASA INGGRIS SMP

    DI KECAMATAN BULELENG

    Oleh

    Ni L.Pt. Eka Sulistia Dewi, S.Pd., M.Pd (Ketua)

    NIP 198104192006042002

    Prof. Dr. A.A.I.N. Marhaeni, M.A (Anggota)

    NIP 196403261990032002

    Drs. I Gede Batan, M.A

    NIP 195411031979031001 (Anggota)

    Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)

    Universitas Pendidikan Ganesha

    SPK No. 100/UN48.15/LPM/2014 Tanggal 13 Februari 2014

    JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

    FAKULTAS BAHASA DAN SENI

    UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

    2014

  • HALAMAN PENGESAHAN

    1. Judul : Pelatihan Pengembangan Media

    Animasi untuk Pengajaran Bahasa

    Inggris SMP di Kecamatan Buleleng

    2. Ketua Pelaksana

    a. Nama Lengkap b. Jenis Kelamin c. NIP/ NIDN d. Disiplin Ilmu e. Pangkat/Gol f. Jabatan g. Fakultas/Jurusan h. Alamat i. Telp/Fax/E-mail j. Alamat Rumah k. Telp/Fax/E-mail

    : Ni Luh Putu Eka Sulistia Dewi, S.Pd.,

    M.Pd

    : Perempuan

    : 198104192006042002/0019048101

    : Pendidikan Bahasa Inggris

    : Penata /IIIc

    : Lektor

    : Bahasa dan Seni/Pendidikan Bahasa

    Inggris

    : Jalan Achmad Yani No. 67 Singaraja

    : 0362 21541/036227561/-

    : Jalan Parikesit No. 5 Singaraja

    : 085737266702/-

    /[email protected]

    3.

    4.

    5.

    6.

    Jumlah Anggota Pelaksana

    Lokasi Kegiatan

    Jumlah Biaya Kegiatan

    Lama Kegiatan

    : 2 Orang

    : Fakultas Bahasa dan Seni UNDIKSHA

    : Rp. 8.000.000,-

    : 6 Bulan

    Mengetahui,

    Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

    Prof.Dr. Putu Kerti Nitiasih, M.A.

    NIP. 196206261986032002

    Singaraja, 8 September 2014

    Ketua Pelaksana

    Ni Luh Putu Eka Sulistia Dewi, S.Pd., M.Pd

    NIP. 198104192006042002

    Menyetujui

    Ketua LPM Undiksha

    Prof. Dr. Ketut Suma, M.S.

    NIP 195901011984031003

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

    karuniaNya kami dapat menyelesaikan kegiatan pengabdian pada masyarakat

    dengan judul Pelatihan Pengembangan Media Animasi untuk Pengajaran Bahasa

    Inggris SMP di Kecamatan Buleleng

    Laporan kegiatan ini dapat diselesaikan tepat waktu berkat kerjasama,

    bantuan, motivasi serta kritik dari berbagai pihak yang terkait. Sebagai ucapan

    terima kasih, kami dengan ini menyampaiakan penghargaan kepada:

    1. Ketua Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat Universitas Pendididkan

    Ganesha yang telah berkenan memberikan arahan dan juga bantuan dana

    bagi terlaksananya kegiatan ini.

    2. Guru Bahasa Inggris SMP Kecamatan Buleleng atas partisipasi aktifnya

    selama kegiatan berlangsung

    3. Para panitia yang telah bekerja keras mensukseskan kegiatan pengabdian

    pada masyarakat ini

    4. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan sehingga dapat

    memberi manfaatnya

    Kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna dan memiliki

    keterbatasan dan kekurangan. Untuk itu, masukan, saran, dan kritik yang bersifat

    membangun sangat diharapkan.

    Singaraja, Sepetember 2014

    Tim pelaksana

  • DAFTAR ISI

    JUDUL............................................................................................................ i

    HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii

    KATA PENGANTAR.................................................................................... iii

    DAFTAR ISI................................................................................................... iv

    DAFTAR GAMBAR...................................................................................... v

    BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

    1.1. Analisis Situasi........................................................................................ 1

    1.2. Identifikasi Dan Perumusan Masalah...................................................... 4

    1.3. Tujuan Kegiatan...................................................................................... 4

    1.4. Manfaat Kegiatan.................................................................................... 4

    BAB II METODE PELAKSANAAN............................................................ 6

    BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 9

    3.1 Hasil.......................................................................................................... 9

    3.2 Pembahasan............................................................................................... 15

    BAB IV PENUTUP........................................................................................ 17

    4.1 Simpulan................................................................................................... `17

    4.2 Saran......................................................................................................... 18

    DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 19

    LAMPIRAN

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1: Story Board 11

    Gambar 2: Aplikasi Cartoon Movie Maker 12

    Gambar 3: Contoh Latar Belakang 12

    Gambar 4: Contoh Penambahan Karakter 13

    Gambar 5: Contoh Penambahan Teks 13

    Gambar 6: Contoh Penambahan Suara 14

    Gambar 7: Contoh Frame 14

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Analisis Situasi

    Orientasi terhadap pembentukan kompetensi pada siswa merujuk pada

    pentingnya pembelajaran yang bermakna, yaitu bahwa, pembelajaran tersebut

    benar-benar mengantarkan siswa pada aktivitas-aktivitas penyelesaian masalah

    nyata sehingga dapat dia gunakan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

    Mochtar Buchori (2005) menekankan bahwa pendidikan yang bermakna akan

    menolong anak, sedangkan pendidikan yang tidak bermakna hanya akan menjadi

    beban bagi anak. Dengan demikian, pendidikan melalui pembelajaran yang

    bermakna sangat patut untuk dikembangkan.

    Pembelajaran yang bermakna sudah sepantasnya berbentuk kontekstual.

    Pembelajaran kontekstual bukanlah mengenai suatu metode atau teknik

    pembelajaran, melainkan mengenai suatu filosofi atau pendekatan tentang

    bagaimana semestinya pembelajaran yang bermakna itu terjadi. Hingga saat ini,

    para guru telah banyak mendapat pendidikan maupun pelatihan tentang

    melaksanakan pembelajaran secara kontekstual, sehingga, baik secara kuantitatif

    maupun kualitatif kompetensi profesional guru sudah meningkat. Peningkatan itu

    terlihat dari kemampuan merancang pembelajaran dan melaksanakan

    pembelajaran secara inovatif.

    Selain bermakna dan kontekstual, pembelajaran di tingkat satuan

    pendidikan harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

    menantang, serta memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif dan dapat

    memberikan ruang yang cukup bagi kreatifitas dan kemandirian peserta didik

    sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologisnya.

    Pernyataan tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 2013

    Pasal 19 Angka (1).

    Untuk menciptakan proses pembelajaran sesuai yang tertuang dalam

    peraturan pemerintah tersebut maka diperlukan dukungan tidak hanya dari segi

    sumber daya manusianya tetapi juga sarana dan prasarana. Seperti dalam

  • pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah menengah pertama yang memiliki tujuan

    untuk pengembangan empat aspek dalam kompetensi inti seperti yang tertuang

    dalam Permendikbud No 68 Tahun 2013 tentang KD dan Struktur kurikulum

    SMP/madrasah tsanawiyah yaitu aspek rohani, sikap, konsep, dan aplikasi ilmu.

    Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tidak hanya menekankan pada

    pengetahuan tetapi juga sikap. Untuk itu peran serta tenaga pendidik dan

    kependidikan juga perlu ditingkatkan.

    Disamping dukungan sumber daya manusia, sarana dan prasarana juga

    memiliki peranan yang sangat penting untuk mendukung kelancaran proses

    pembelajaran. Dari hasil observasi lapangan yang dilaksanakan oleh Komang Roy

    Prismayudi (2012) diketahui bahwa beberapa sekolah menengah pertama (SMP)

    di Buleleng telah difasilitasi dengan teknologi yang cukup memadai seperti alat-

    alat elektronik, komputer dan projektor. Namun pada kenyataannya, keberadaan

    alat-alat tersebut belum termanfaatkan secara maksimal oleh guru-guru Bahasa

    Inggris. Projektor digunakan hanya sebatas menampilkan power point sebagai

    sumber belajar. Latihan-latihan yang diberikan juga belum ada yang berbasis

    teknologi, hanya menggunakan LKS saja. Sehingga, teknologi yang ada perlu

    dimaksimalkan pemanfaatannya terutama dalam proses belajar mengajar.

    Disamping itu pula, guru juga perlu untuk melek teknologi. Banyak guru juga

    menyatakan bahwa mereka mengetahui bahwa ada berbagai cara untuk

    memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran, namun mereka belum mengetahui

    secara pasti bagaimana menggunakan teknologi tersebut, seperti dalam pembuatan

    media animasi.

    Sebagai salah satu wujud penguasaan ICT, guru bisa memulai dengan

    mengembangkan media pembelajaran. Selama ini guru menjelaskan dengan

    menggunakan media pembelajaran yang digunakan lebih banyak pada

    penggunaan realia, gambar, lagu, yang tidak menggunakan teknologi sebagai

    perantaranya. Jadi, akan lebih baik apabila keberadaan teknologi informasi dengan

    dukungan sarana prasarana dan SDM yang memadai dipadukan agar proses

    pembelajaran menjadi lebih efektif dan tentunya menyenangkan.

  • Prismayudi (2012) telah menghasilkan suatu produk berupa media animasi

    untuk pengajaran berbicara pada siswa kelas VII. Media animasi tersebut telah

    mampu meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga terdapat peningkatan

    dalam hasil belajar mereka, terutama dalam berbicara. Pengintegrasian aspek

    budaya lokal dalam media yang telah dihasilkannya juga memberikan kontribusi

    bagi penguatan wawasan kebudayaan pengunanya, sehingga baik guru maupun

    siswa merespon dengan positif keberadaan media tersebut. Siswa pun menjadi

    lebih mandiri dalam belajar.

    Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) telah mampu meningkatkan

    sarana dan prasarana sekolah terutama yang menunjang proses belajar mengajar.

    13 sekolah menengah pertama yang ada di Kecamatan Buleleng telah difasilitasi

    dengan teknologi yang memadai walaupun tidak dari segi kuntitas. Tiap tiap

    sekolah telah memiliki projector serta computer baik PC maupun laptop. Begitu

    juga para guru Bahasa Inggrisnya telah melek terhadap penggunaan teknologi

    tersebut.

    Kemampuan guru dalam mengoperasikan teknologi tersebut tidaklah

    cukup hanya untuk mendukung proses belajar mengajar. Dipandang perlu bagi

    guru untuk mengetahui bagaimana memanfaatkan teknologi itu lebih jauh, seperti

    sebagai sarana aplikasi media pembelajaran dalam bentuk media animasi,

    sehingga materi dapat disampaikan dengan lebih kontekstual dan bisa membangun

    kepercayaan diri guru serta kemandirian siswa dalam belajar. Hal ini di dukung

    oleh Standar Proses yang tertuang dalam Permendikbud No. 65 Tahun 2013

    bahwa dalam pengembangan rencana pembelajaran, guru hendaknya menerapkan

    teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, dan efektif sesuai situasi

    dan kondisi.

    Selama ini, guru menggunakan teknologi tersebut untuk menampilkan

    presentasi mereka dalam bentuk power point saja. Bahkan, dalam pengajaran

    listening, guru sering merasa kehabisan materi listening sehingga lebih memilih

    untuk membacakan teks atau dialog yang diajarkan. Padahal, dengan strategi itu

    ada kelemahan yang dimiliki yaitu kelemahan dalam manajemen kelas dimana

    siswa cenderung untuk meminta guru mengulang kembali, dan ketidak

  • konsistenan lafal serta kecepatan membacanya yang berpengaruh terhadap

    kemampuan mendengar anak.

    Untuk itu, pelatihan pengembangan media animasi ini diharapkan dapat

    membantu guru Bahasa Inggris untuk lebih kreatif dan inovatif dalam

    memanfaatkan teknologi informasi untuk menunjang proses pembelajaran Bahasa

    Inggris dalam keterampilan berbahasa maupun aspek kebahasaannya sebagai

    dukungan untuk pengimplementasian Kurikulum 2013.

    1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

    Berdasarkan analisis kebutuhan yang telah diuraian di atas, dapat

    diidentifikasi bahwa secara umum guru Bahasa Inggris SMP Kecamatan Buleleng

    masih perlu mendapatkan pelatihan pengembangan media pembelajaran terutama

    berbasis teknologi informasi mengingat ketersediaan sarana dan prasarana yg

    belum dimanfaatkan secara maksimal untuk menunjang proses belajar mengajar.

    Sinergi antara konten dan teknis pengembangan media animasi oleh para ahli

    teknologi informasi uga perlu dikembangkan.

    Dengan demikian, masalah yang hendak ditanggulangi dalam P2M ini

    adalah bagaimana teknologi informasi dapat diintegrasikan dalam media animasi

    dalam pembelajaran Bahasa Inggris SMP di Kecamatan Buleleng.

    1.3 Tujuan Kegiatan

    Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan

    guru dalam mengembangkan media animasi untuk mengajarkan Bahasa Inggris di

    sekolah menengah pertama di Kecamatan Buleleng.

    1.4 Manfaat Kegiatan

    1.4.1 Bagi guru peserta pelatihan, mereka dapat mengembangkan media animasi

    untuk mengajarkan Bahasa Inggris di SMP dengan demikian kemampuan

    guru dalam pemanfaatan teknologi informasi dapat ditingkatkan yang secara

    tidak langsung dapat mengupayakan proses belajar mengajar yang interaktif,

    menantang, menyenangkan, serta menggugah kemandirian sisa dalam

  • belajar. Alhasil, kemampuan siswa dalam berbahasa Inggris dapat lebih

    ditingkatkan.

    1.4.2 Bagi pelaksana P2M, kegiatan ini dapat memberikan dampak positif

    terhadap pengembangan profesionalisme dan kompetensi dosen, serta

    terjalinnya hubungan kolaboratif guru dan dosen dalam pengimplementasian

    ilmu.

  • BAB II

    METODE PELAKSANAAN

    Untuk mencapai tujuan, P2M ini dirancang dengan alur berfikir dan

    rancangan pelaksanaan kegiatan sebagai berikut.

    Alur berfikirnya adalah, bahwa guru merupakan ujung tombak

    keberhasilan pelaksanaan pendidikan/pembelajaran sekolah; oleh karena itu, maka

    mutu guru harus merupakan prioritas utama. Sesuai dengan standar kompetensi

    pendidik dan tenaga kependidikan, seorang guru harus memiliki empat

    kompetensi dasar: sosial, personal, profesional dan pedagogi. Sebagai wujud

    kompetensi pedagogi, guru sudah selayaknya mengetahui bagaimana proses

    pembelajaran itu berlangsung serta apa saja yang menjadi pendukung

    kelangsungan proses belajar mengajar agar mendapatkan hasil yang maksimal.

    Salah satu pendukung pembelajaran adalah ketersediaan media pembelajaran.

    Seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi serta untuk

    memenuhi tuntutan standar nasional pendidikan dasar dan menengah yaitu

    menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menantang, kreatif, dan

    melatih siswa menjadi mandiri maka dipandang perlu untuk mengintegrasikan

    teknologi informasi dan komunikasi kedalam perangkat pembelajaran, salah

    satunya dengan mengembangkan media animasi untuk pengajaran Bahasa Inggris.

    Dalam konteks pembelajaran Bahasa Inggris di SMP, sesuai dengan hasil

    analisis kebutuhan penelitian yang dilaksanakan oleh Prismayudi (2012) bahwa

    ketersediaan sarana teknologi informasi di sekolah-sekolah belum dimanfatkan

    secara maksimal oleh para guru sehingga guru-guru sangat memerlukan bantuan

    untuk memberdayakan sarana yang dimiliki untuk mendukung kelancaran proses

    pembelajaran yang akhirnya mengasilkan hasil yang maksimal. Hal ini juga dapat

    mendukung pengimplementasian Kurikulum 2013.

    Pelatihan pemanfaatan teknologi informasi terutama bagi guru-guru

    sekolah menengah pertama sangat jarang ditemui, sehingga penyebaran informasi

    secara sistematis sulit dilaksankan. Tidak banyak guru yang memiliki inisiatif

    untuk mengembangkan diri secara mandiri. Jadi pelatihan yang terorganisir

    dipandang perlu untuk dilaksanakan agar dapat menstimulasi pengembangan

  • profesionalitas guru, dengan harapan wawasan guru semakin terbuka sehingga

    inisitaif pun semakin besar. Demikian pula, waktu pelatihan yang singkat dan

    relatif tidak berkelanjutan menyebabkan pengetahuan yang diperoleh guru belum

    sampai pada tahap implementasi di kelas. Sehingga, dipandang perlu untuk

    diadakan suatu seminar dan pelatihan sehingga guru sebagai pengguna langsung

    memiliki gambaran yang lebih jelas tentang penerapan teknologi informasi dalam

    pembelajaran Bahasa Inggris terutama di Kelas VII dengan pengembangan media

    animasi.

    Berdasarkan alur berfikir di atas, maka kerangka pemecahan masalah yang

    sekaligus akan menjadi kerangka kerja kegiatan P2M ini adalah sebagai berikut.

    a. Refleksi awal

    b. Penetapan fokus dan target hasil P2M

    c. Pelaksanaan kegiatan

    d. Evaluasi dan refleksi hasil kegiatan

    e. Pelaporan

    Sesuai dengan yang telah diuraikan di atas (pada bagian Pendahuluan

    maupun bagian Analisis Situasi), maka khayalak sasaran strategis P2M ini adalah

    guru Bahasa Inggris kelas VII dari 13 sekolah menengah pertama yang berjumlah

    13 orang (swasta maupun negeri) di Kecamatan Buleleng diantaranya guru dari

    SMP N 1, 2, 3, 4, 5, 5, 6, dan 7 Singaraja serta guru dari 6 SMP swasta di

    Kecamatan Buleleng diantaranya SMP Laboratorium Undiksha, SMP Mutiara,

    SMP Saraswati, SMP Muhammadiah, SMP Santo Paulus, dan SMP Bhaktiyasa

    Sesuai dengan rumusan masalah dan kerangka pemecahan masalah yang

    telah diuraikan di atas, maka metode yang tepat digunakan adalah seminar dan

    workshop dengan tiga tahap, yaitu tahap i) pelatihan, ii) implementasi, dan iii)

    refleksi dan tindak lanjut.

    Seminar: seminar hasil penelitian dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan untuk

    memperkenalkan pentingnya teknologi dalam pendidikan terutama dalam

    pengajaran Bahasa Inggris (Materi seminar terlampir) dan bagaimana

    menghasilkan medai pembelajaran dengan berbantuan teknologi.

  • Workshop: terdiri dari tahap i) pelatihan, ii) implementasi terbatas, dan iii)

    refleksi dan tindak lanjut.

    i) Pelatihan.

    setelah seminar, peserta dilatih untuk mengembangkan media animasi

    oleh ahli teknologi informasi dan komunikasi serta ahli pembelajaran

    Bahasa Inggris. Dalam kegiatan ini, nara sumber yang diundang adalah

    Bapak Made Hery Santosa, Ph.D. Beliau ahli dalam pendidikan

    Bahasa Inggris dan penerapan teknologi informasi dalam pengajaran

    (CV terlampir). Pelatihan berlangsung dalam 1 kali pertemuan yaitu

    pada Jumat, 5 September 2014. Secara berkelompok, peserta belajar

    mengembangkan media animasi untuk mengajar Bahasa Inggris sesuai

    dengan Kompetensi Dasar yang dipilih.

    ii) Implementasi Terbatas

    Produk yang telah dihasilkan diujicobakan secara terbatas melalui peer

    teaching untuk mengetahui kepraktisan dan keefektifan dari media

    yang telah dihasilkan serta prediksi manfaat media terhadap motivasi

    dan kemampuan Bahasa Inggris siswa yang diajarkan nanti.

    iii) Refleksi dan tindak lanjut dilaksanakan setelah tahap implementasi

    terbatas berdasarkan hasil dari tahapan implementasi tersebut.

    Kegiatan berlangsung segera setelah tahapan implementasi terbatas

    berakhir

  • BAB III

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    3.1 Hasil

    Kegiatan P2M ini berlangsung pada 5 September 2014 (Jadwal Kegiatan

    terlampir) diikuti oleh 13 peserta berlangsung di Fakultas Bahasa dan Seni dari

    pukul 08.00 s.d 16.00 WITA dibuka oleh Ketua LPM Undiksha, Prof. Dr. I Ketut

    Suma, Ms. Kegiatan dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap seminar dan workshop.

    Dalam tahap seminar disajikan materi oleh nara sumber utama, Made Hery

    Santosa, Ph.D tentang peranan dan pentingnya teknologi dalam pendidikan,

    terutama dalam pengajaran Bahasa Inggris di sekolah menengah pertama di

    moderatori oleh Putu Indra Kusuma, S.Pd., M.Pd . Selanjutnya, pada tahap

    workshop pada hari yang sama dilaksanakan sesi pelatihan, implementasi terbatas,

    dan fefleksi dengan nara sumber yang sama dan dimoderatori oleh A.A. Gede

    Yuda Paramarta.

    3.1.1 Hasil dari Seminar

    Ada beberapa isu yang disampaikan oleh peserta pelatihan dalam seminar.

    1. Ari Budiarsana menyampaikan bahwa teknologi dalam pembelajaran sangat

    penting. Apalagi seiring dengan perkembangan teknologi dewasa ini banyak

    media yang dapat dibuat secara online untuk mendukung pelaksanaan

    pengajaran, seperti dengan membentuk group di yahoo maupun dengan blog,

    facebook dll. Namun kendala yang dihadapi adalah bagaimana mempertahankan

    agar sistem tersebut agar tetap berjalan. Biasanya semangat itu muncul di awal,

    namun lambat lain akan ditinggalkan.

    Untuk menjawab pertanyaan tersebut, nara sumber menyampaikan bahwa perlu

    adanya penyampaian diawal akan pentingnya sitem yang dibentuk dan adanya

    kejelasan akan proserdur apa yang harus dipenuhi dalam penerapan sistem

    tersebut dan tentunya ada kesepakatan bersama atas apa yang telah disusun.

    Tanpa adanya kesepakatan dan kejelasan dari awal, maka pihak pihak yang ikut

    didalamnya tidak akan memiliki kesadaran, dengan demikian akan sulit

    dikembangkan. Dengan adanya kesepakatan dari awal maka diharapkan semua

    pihak yang membangun sistem tersebut mampu mempertahankan dan akan

    mengembangkannya.

  • 2. Theodora Yuni Arimbi, S.Pd menyampaikan bahwa sering muncul pesimisme

    dikalangan guru-guru tentang penerapan teknologi dikelas. Padahal guru

    menyadari sendiri bahwa teknologi sangatlah penting, apalagi apabila materi

    yang disampaikan sulit untuk ditampilkan secara konkrit. Namun, dengan kondisi

    usia yang semakin berumur keinginan mengikuti teknologi semakin berkurang.

    Tanggapan nara sumber terhadap isu tersebut adalah bahwa resistensi terhadap

    informasi baru yang diterima sering ditimbulkan bukan karena faktor usia,

    melainkan adanya persepsi dari awal akan ketidakmampuan diri dalam menerima

    informasi tersebut. Adanya pengaruh dari budaya lokal terkadang memberi

    dampak negatif terhadap sikap kita terhadap lemampuan diri sendiri. Konsep de

    ngaden awak bisa seringkali membuat kita merasa selalu tidak mampu dan terus

    menganggap diri akan dikatakan sok apabila menunjukkan kemampuan. Pepatah

    cina menyampaikan bahwa jika ingin belajar janganlah membawa gelas yang

    sudah penuh berisi air. Kosongkan gelas tersebut sehingga mudah unutk

    mengisinya kembali.

    3. Mujayanah memberikan tanggapan bahwa tidak banyak sekolah maupun kelas

    yang tidak terfasilitasi dengan peralatan yang memadai seperti LCD maupun

    komputer untuk mengimplementasikan media yang telah dibuat. Sehingga, sering

    kali guru yang awalnya sudah semangat menjadi patah arang.

    Tanggapan nara sumber adalah memang hal tersebut dihadapi oleh banyak guru.

    Namun sebaiknya itu tidak menjadi alsan untuk tetap berkreasi dan berinovasi.

    Banyak aplikasi yang tidak menuntut kita bekerja secara online. Media yang

    dihasilkan juga bisa dibuat dalam bentuk print out. Disamping itu pula, dewasa

    ini siswa sudah banyak difasilitasi oleh media belajar yang canggih, seperti smart

    phone, laptop/PC dll sehingga media yang kita buat bisa dijadikan sebagai bahan

    untuk self assissted learning sehingga bisa digunakan secara mandiri oleh siswa.

    Dari seminar ini dapat diketahui bahwa peserta pelatihan mendapatkan

    tambahan wawasan tentang penggunaan teknologi di kelas, terutama dalam

    mengajarkan Bahasa Inggris. Penerapan teknologi tidak memandang usia , namun

    sejauh mana individu tersebut mau membuka diri pada perkembangan teknologi

    itu sendiri dan mau mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan. Walaupun

    terkendala fasilitas atau sarana penunjang di kelas, pemanfaatan teknologi dalam

    pembelajaran masih tetap bisa di laksanakan seperti dengan model self assissted

    learning. Media animasi yang diantaranya adalah GIFs, GOAnimate, Animoto,

  • Wideo, Dvolver, Voki, Digital Film, Muvizu, Moovly, Mixamo, Powtoon, dan

    CSM diharapkan mampu menjembatani guru dalam menyampaikan konsep yang

    sulit disampaikan dengan konkrit. Dari medai tersebut ada yang berbayar untuk

    berlangganan dan ada pula yang gratis untuk diunduh. Sekarang tergantung dari

    keperluan guru dan tujuan yang ingin dicapai. Sehingga, guru dapat melaksanakan

    proses belajar mengajar dengan efektif dn efisien, dan siswa diharapkan

    termotivasi untuk belajar dan dapat dengan mudah memahami pelajaran itu

    sendiri. Dan tidak kalah pentingnya adalah, siswa diharapkan menjadi pembelajar

    yang lebih mandiri.

    3.1.2 Hasil dari Workshop

    Pada saat pelatihan, peserta diajak terlebih dahulu merancang media

    animasi yang akan dibuat dengan mengisi story board sehingga animasi yang

    dibuat memiliki tujuan.

    Gambar 1: Story Board

    Ada beberapa topik yang dipilih oleh para peserta, seperti asking and

    giving opinion, deskripsi tempat, asking appologize, dan rencana kegiatan harian

    (produk terlampir dalam CD)

    Adapun aplikasi yang digunakan untuk mengembangkan media animasi

    adalah Cartoon Movie Maker. Seperti yang tampak pada Gambar 2.

  • Gambar 2: Aplikasi Cartoon Movie Maker

    Dengan berpatokan pada rancangan yang telah dibuat, peserta pun mulai

    mengembangkan sendiri media animasi mereka. Peserta boleh mengunakan

    tamplete yang sudah tersedia di aplikasi tersebut atau menggunakan templete yang

    dibuat sendiri. Peserta juga dapat memilih karakter atau membuat karakter sendiri.

    Suara maupun musik dapat ditambahkan dengan sangat sederhana. Peserta dapat

    merekam suara sendiri sehingga akan lebih autentik dan bermakna.

    Berikut digambarkan langkah-langkah pembuatan media animasi.

    Gambar 3: Contoh Latar Belakang

  • Gambar 4: Contoh Penambahan Karakter

    Gambar 5: Contoh Penambahan Teks

  • Gambar 6: Contoh Penambahan Suara

    Gambar 7: Contoh Frame

    Menurut peserta, aplikasi cartoon movie maker sangat mudah untuk

    digunakan dalam mengembangkan media animasi. Peserta bisa menyesuaikan

    animasi yang dibuat dengan tujuan pembelajaran. Animasi menjadi lebih

    bermakna dan autentik karena pengguna dapat menambahkan sendiri gambar

    maupun suara sesuai aslinya. Sehingga, dari segi kepraktisannya dan

    keefektifannya, peserta berpendapat bahwa media animasi tersebut layak untuk

  • dikembangkan dan menurut para peserta, media animasi tersebut akan sangat

    mudah untuk disiapkan dan pastinya akan membuat siswa termotivasi untuk

    belajar.

    Disisi lain, dari pelatihan dan implementasi terbatas (peer teaching) dapat

    diketahui bahwa aplikasi cartoon media player ini masih memiliki kelemahan

    dimana gambar yang dihasilkan tidak bergerak dan untuk memutar animasi masih

    bersifat manual dimana untuk menampilkan media masih dalam bentuk frame per

    frame. Namun kemelahan ini tidak akan menutupi dampak positif yang dimiliki

    oleh media yang dihasilkan. Menurut peserta, kehadirin media animasi ini akan

    sangat bermanfaat baik bagi guru maupun siswa. Dan, media ini sendiri nantinya

    ada kemungkinan untuk dapat digunakan tidak hanya oleh guru saja, namun siswa

    pun akan dapat dengan mudah mengaplikasinya untuk tugas mereka, sperti dalam

    mempresentasikan hasil karya mereka dalam keterampilan menulis maupun

    berbicara. Sehingga, tidak hanya keterampilan berbahasa yang dapat ditingkatkan,

    namun kreatifitas dan kemapuan penerapan teknologi jugi dapat ditampilkan.

    3.2 Pembahasan

    Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 2013 tentang standar nasional

    pendidikan dasar dan menengah Pasal 19 Angka (1) menyebutkan bahwa

    pembelajaran di tingkat satuan pendidikan harus diselenggarakan secara interaktif,

    inspiratif, menyenangkan, menantang, serta memotivasi peserta didik untuk

    berpartisipasi aktif dan dapat memberikan ruang yang cukup bagi kreatifitas dan

    kemandirian peserta didik sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik

    serta psikologisnya. Media pembelajaran dipandang sebagai sarana untuk dapat

    mewujudkan penyelenggaraan pembelajaran yang dituntut oleh peraturan tersebut.

    Dengan penggunaan media animasi, baik siswa maupun guru dituntut untuk

    berkreasi dan siswa pun dapat menjadi pembelajar yang lebih mandiri.

    Selain meningkatkan motivasi belajar dan mengajar, media animasi dalam

    pembelajaran juga bertujuan untuk memaksimalkan efek visual dan memberikan

    interaksi berkelanjutan sehingga pemahaman bahan ajar bisa ditingkatkan. Media

    Animasi dalam pembelajaran yang digunakan baik pada penjelasan konsep

    maupun contoh-contoh, selain berupa animasi statis auto-run atau diaktifkan

  • melalui tombol, juga bisa berupa animasi interaktif dimana pengguna (siswa)

    diberi kemungkinan berperan aktif dengan merubah posisi bagian tertentu dari

    animasi tersebut. Urutan kegiatan belajaranya dapat meliputi : melihat contoh,

    mengerjakan soal latihan, menerima informasi, meminta penjelasan, dan

    mengerjakan soal/evaluasi.

    Kelebihan ini pun sudah tampak pada medai animasi yang dihasilkan oleh peserta

    pelatihan. Selain itu, kelebihan yang tampilkan oleh medai animasi yang dihasilkan oleh

    peserta sesuia dengan apa yang diajukan oleh Tri Macoalo. Media Animasi dalam

    pembelajaran mampu menyampaikan sesuatu konsep yang kompleks secara visual dan

    dinamik. Media Animasi digital mampu menarik perhatian pelajar dengan mudah.

    Animasi mampu menyampaikan suatu pesan dengan lebih baik dibanding penggunaan

    media yang lain. Animasi digital juga dapat digunakan untuk membantu menyediakan

    pembelajaran secara maya. Media Animasi dalam pembelajaran mampu menawarkan satu

    media yang lebih menyenangkan. Animasi mampu menarik perhatian, meningkatkan

    motivasi serta merangsang pemikiran pelajar yang lebih berkesan. Persembahan secara

    visual dan dinamik yang disediakan oleh teknologi animasi mampu memudahkan dalam

    proses penerapan konsep atau pun demonstrasi.

    Yang tidak kalah pentingnya adalah penerapak cartoon movie maker untuk

    menghasilkan media animasi inijuga mampu membuat pembelajaran lebih kontekstual

    dan bermakna. Adanya peluang untuk menggunakan objek sesui dengan aslinya

    memberikan kesempatan bagi pembelajayan yang autentik dan bermakna. Ignas (2012)

    dalam jurnal Canadian Journal of Native Education menyatakan bahwa Scince is not

    found in textbooksmaterilas that do not usually include the world view, experiences,

    and knowledge and wisdome of indigenous peoplebut it is also found in the world

    whithin which indegenous students live. Ini berrati bahwa segala sesuatu yang ada

    dilingkungan siswa tersebut dapat menjadi sumber belajar relevan. Dengan pembelajaran

    yang lebih relevan, siswa dapat meningkatkan perfoema belajarnya. Dan, adanya

    kenyataan materi pembelajaran tersebut sulit untuk ditampilkan di kelas secara konkrit,

    media animasi masi mampu menjawab tantangan tersebut.

  • BAB IV

    PENUTUP

    4.1 Simpulan

    Dari kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dapat disimpulkan bahwa

    guru Bahasa Inggris sekolah menengah pertama di Kecamatan Buleleng telah

    memiliki kemampuan yang baik dalam pengembangan media animasi untuk

    pengajaran Bahasa Inggris terutama di Kelas VII yang dapat dilihat dari produk

    yang dihasilkan dan tingkat kehadiran peserta (100%) yang menunjukkan

    motivasi dan partisipasi yang tinggi.

    Aplikasi cartoon movie maker yang digunakan untuk mengembangkan

    animasi sangat mudah untuk diimplementasikan. Peserta bisa menyesuaikan

    animasi yang dibuat dengan tujuan pembelajaran. Animasi menjadi lebih

    bermakna dan autentik karena pengguna dapat menambahkan sendiri gambar

    maupun suara sesuai aslinya. Sehingga, dari segi kepraktisannya dan

    keefektifannya, peserta berpendapat bahwa media animasi tersebut layak untuk

    dikembangkan dan menurut para peserta, media animasi tersebut akan sangat

    mudah untuk disiapkan dan pastinya akan membuat siswa termotivasi untuk

    belajar.

    Disisi lain, dari pelatihan dan implementasi terbatas (peer teaching) dapat

    diketahui bahwa aplikasi cartoon media player ini masih memiliki kelemahan

    dimana gambar yang dihasilkan tidak bergerak dan untuk memutar animasi masih

    bersifat manual dimana untuk menampilkan media masih dalam bentuk frame per

    frame. Namun kemelahan ini tidak akan menutupi dampak positif yang dimiliki

    oleh media yang dihasilkan. Menurut peserta, kehadirin media animasi ini akan

    sangat bermanfaat baik bagi guru maupun siswa. Dan, media ini sendiri nantinya

    ada kemungkinan untuk dapat digunakan tidak hanya oleh guru saja, namun siswa

    pun akan dapat dengan mudah mengaplikasinya untuk tugas mereka, sperti dalam

    mempresentasikan hasil karya mereka dalam keterampilan menulis maupun

    berbicara. Sehingga, tidak hanya keterampilan berbahasa yang dapat ditingkatkan,

    namun kreatifitas dan kemapuan penerapan teknologi jugi dapat ditampilkan.

  • 4.2 Saran

    Dari kegiatan ini ada bebrapa saran yang dapat diajukan.

    1. Bagi guru Bahasa Inggris agar tidak henti-hentinya berusaha untuk membuat

    pembelajaran interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, serta memotivasi

    peserta didik untuk berpartisipasi aktif dan dapat memberikan ruang yang cukup

    bagi kreatifitas dan kemandirian peserta didik. Dan guru diharapkan tidak

    menutup diri dari perkembangan teknologi, karena teknologi tidak memandang

    usia, tergantung bagaimana indvidu menyikapinya. Selanjutnya, guru diharapkan

    tetap mengembangkan kompetensinya, dan mampu menularkan apa yang telah

    dipelajari dari pelatihan ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih luas.

    2. Bagi pelaksana P2M, agar melakukan perbaikan sesuai hasil refleksi untuk

    meningkatkan kualitas dan kuantitas kolaboratif kampus-sekolah.

  • Daftar Pustaka

    Macoalo. _____. Media Animasi dalam Pembelajaran. Online. Tersedia di

    http://blogmediapembelajaranguru.blogspot.com/2012/06/media-

    animasi-dalam-pembelajaran.html di unduh pada hari Rabu, 4

    September 2013

    Ignas, V. 2003. Opening Doors to the Future: Applaying Local Knowledge in

    Curriculum Development. Canadian Journal of Native Education.

    Volume 28 Numbers 1 and 2

    Prismayudi, R, K., 2012. Developing Genre Based Animation Media for Teaching

    Speaking in the Seventh Grade Students of SMP N 1 Sukasada in the

    Academic Year 2011/2012. Skripsi. Undiksha.

    Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan

    Dasar dan Menengah

    Permendikbud No 68 Tahun 2013 tentang KD dan Struktur kurikulum

    SMP/madrasah tsanawiyah

  • LAMPIRAN: Daftar Hadir Peserta

  • Lampiran: Dokumentasi

  • Lampiran: Lembar Monitoring