19
1 PELAYANAN EKSTRA YANG DILAKUKAN PENGELOLA LOKALISASI BATU 15 TANJUNGPINANG TIMUR TERHADAP PELANGGAN Sukri, Nanik Rahmawati, Marisa Elsera [email protected] Program studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK Prostitusi merupakan fenomena yang ada sudah lama ada di Indonesia dan menjadi salah satu profesi yang sangat tua, prostitusi di Lokalisasi KM 15 Tanjungpinang merupakan lokalisasi ilegal yang secara administratif sudah ditutup namun daerah tersebut diubah menjadi tempat pujasera untuk membangun ekonomi masyarakat setempat. Untuk mempertahankan lokalisasi mucikari meneydiakan layanan ekstra dan PSK muda sehingga lokalisasi KM 15 Tanjungpinang Timur menjadi daya tarik tersendiri. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Pelayanan Ekstra Yang Dilakukan Pengelola Lokalisasi KM 15 Tanjungpinang Timur Terhadap Pelanggannya, sedangkan tujuan dalam penelitian ini mendiskripsikan Pelayanan Ekstra Yang Dilakukan Pengelola Lokalisasi KM 15 Tanjungpinang Timur Terhadap Pelanggan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan aspek metode deskriptif, penetuan informan berdasarkan pendekatan vorposif sampling yaitu pendekatan dengan menggunakan syarat-syarat tertentu. Dari hasil penelitian ini peneliti menemukan adanya layanan ekstra yang disediakan peengelola lokalisasi KM 15 Tanjungpinang Timur terhadap pelanggan nya, diantaranya menyediakan layananan ekstra Selain itu mucikari dalam mempertahankan keberlangsungan lokalisasi juga menyediakan PSK muda yang berasal dari daerah jawa, biasanya mereka pekerja baru ini disebut dengan istilah “barang baru”.munculnya PSK di Lokalisasi KM 15 Tanjungpinang Timur karena permasalahan kemiskinan, pendidikan kemudian dipengaruhi oleh gaya hidup . Kata kunci: PSK dan Lokalisasi

PELAYANAN EKSTRA YANG DILAKUKAN PENGELOLA …repository.umrah.ac.id/576/1/JURNAL.pdf · lokalisasi dan prostitusi sudah lama hidup berdampingan dengan masyarakat kita. Kini, jumlahnya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PELAYANAN EKSTRA YANG DILAKUKAN PENGELOLA …repository.umrah.ac.id/576/1/JURNAL.pdf · lokalisasi dan prostitusi sudah lama hidup berdampingan dengan masyarakat kita. Kini, jumlahnya

1

PELAYANAN EKSTRA YANG DILAKUKAN PENGELOLA

LOKALISASI BATU 15 TANJUNGPINANG TIMUR TERHADAP

PELANGGAN

Sukri, Nanik Rahmawati, Marisa Elsera

[email protected]

Program studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

Prostitusi merupakan fenomena yang ada sudah lama ada di Indonesia dan

menjadi salah satu profesi yang sangat tua, prostitusi di Lokalisasi KM 15

Tanjungpinang merupakan lokalisasi ilegal yang secara administratif sudah

ditutup namun daerah tersebut diubah menjadi tempat pujasera untuk membangun

ekonomi masyarakat setempat. Untuk mempertahankan lokalisasi mucikari

meneydiakan layanan ekstra dan PSK muda sehingga lokalisasi KM 15

Tanjungpinang Timur menjadi daya tarik tersendiri. Adapun rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah Bagaimana Pelayanan Ekstra Yang Dilakukan

Pengelola Lokalisasi KM 15 Tanjungpinang Timur Terhadap Pelanggannya,

sedangkan tujuan dalam penelitian ini mendiskripsikan Pelayanan Ekstra Yang

Dilakukan Pengelola Lokalisasi KM 15 Tanjungpinang Timur Terhadap

Pelanggan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif

dengan aspek metode deskriptif, penetuan informan berdasarkan pendekatan

vorposif sampling yaitu pendekatan dengan menggunakan syarat-syarat tertentu.

Dari hasil penelitian ini peneliti menemukan adanya layanan ekstra yang

disediakan peengelola lokalisasi KM 15 Tanjungpinang Timur terhadap

pelanggan nya, diantaranya menyediakan layananan ekstra Selain itu mucikari

dalam mempertahankan keberlangsungan lokalisasi juga menyediakan PSK muda

yang berasal dari daerah jawa, biasanya mereka pekerja baru ini disebut dengan

istilah “barang baru”.munculnya PSK di Lokalisasi KM 15 Tanjungpinang Timur

karena permasalahan kemiskinan, pendidikan kemudian dipengaruhi oleh gaya

hidup .

Kata kunci: PSK dan Lokalisasi

Page 2: PELAYANAN EKSTRA YANG DILAKUKAN PENGELOLA …repository.umrah.ac.id/576/1/JURNAL.pdf · lokalisasi dan prostitusi sudah lama hidup berdampingan dengan masyarakat kita. Kini, jumlahnya

2

PENDAHULUAN

Prostitusi merupakan fenomena yang ada sudah lama ada di Indonesia dan

menjadi salah satu profesi yang sangat tua, Indonesia sendiri, negara yang

memiliki landasan dasar pancasila sebagai dasar negara, masih ada keberadaan

prostitusi sejak masa ke masa yang dimulai dari masa kerajaan - kerajaan di Jawa,

masa penjajahan Belanda, masa penjajahan Jepang, dan setelah kemerdekaan,

Keberadaan prostitusi tidak pernah selesai dikupas, apalagi dihapuskan.

Sosiolog Musni Umar mengatakan lokalisasi telah ada di Indonesia sejak 1950-an.

Lokalisasi dibuat untuk mengatasi bisnis prostitusi yang merajalela kala itu.

Kondisi serupa terjadi di Gang Dolly, Surabaya. Menurutnya, masa

perkembangan kedua lokalisasi tersebut hampir bersamaan. “Memang soal

lokalisasi dan prostitusi sudah lama hidup berdampingan dengan masyarakat kita.

Kini, jumlahnya semakin berkembang,” tambah dia. Saat ini, bentuk lokalisasi

bukan hanya suatu tempat yang penuh berisi pekerja seks komersial (PSK) saja.

Namun, tempat-tempat hiburan malam berpeluang menjadi lokalisasi.

(http://nasional.republika.co.id/)

Pelacur atau PSK merupakan salah satu perilaku lepas kendali, cabul karena

pelampiasan terhadap lawan jenis tanpa adanya ikatan perkawinan yang sah.

Pelacuran/PSK menjadi salah satu pekerjaan yang menjadi objek hukum serta

nilai norma sosial masyarakat. Hubungan seksual antara dua jenis kelamin yang

berbeda, dilakukan diluar perkawinan dan berganti-ganti pasangan, baik dengan

menerima imbalan uang atau material lainnya maupun tidak, sudah disebut orang

sebagai pelacuran (Tjahyo Purnomo W. dan Ashadi Siregar, 1985:10).

Page 3: PELAYANAN EKSTRA YANG DILAKUKAN PENGELOLA …repository.umrah.ac.id/576/1/JURNAL.pdf · lokalisasi dan prostitusi sudah lama hidup berdampingan dengan masyarakat kita. Kini, jumlahnya

3

Maka tidak mengherankan apabila salah satu penyebab munculnya PSK adalah

tekanan ekonomi yang diakibatkan kemiskinan sehingga Faktor ekonomi secara

sadar menjadi faktor yang memotivasi. Motif ekonomi ini yang dimaksud adalah

uang. Weisberg (Koentjoro, 2004: 53-55).

Beberapa lokalisasi di Kepri saat ini diantaranya, 1001 malam di Sintai

Tanjunguncang serta Sameyong, Tanjung Sengkuang. Kedua lokasi ini ada di

Batam. Sedangkan untuk Tanjungpinang lokalisasinya ada di KM 15, sementara

Kabupaten Bintan juga ada di beberapa tiktik satu diantaranya di KM 24.

Sedangkan untuk wilayah karimun, lokalisasinya cukup populer karena usianya

yang cukup lama yakni Payalabu di Kelurahan Pangke.(tribunews.com)

Lokalisasi dalam penelitian ini adalah lokalisasi PSK (Pekerja Seks Komersial)

yang berada di KM 15 Tanjungpinang Timur, merupakan lokalisasi yang terletak

diwilayah perbatasaan Kabupaten Bintan. Masyarakat yang tinggal di lingkungan

lokalisasi dan para pekerja seks Komersial (PSK) ini merupakan masyarakat

pendatang dari daerah pulau Jawa dan Bandung yang bermukim di Tanjungpinang

tepatnya di lokalisasi KM 15.

Pelacur belia atau muda yang masih berumur 20 tahun merupakan aset berharga

yang bisa mendatangkan keuntungan besar bagi wismanya, umumnya para

mujikari sangat menyayangi pelacur muda dan potensial lebih-lebih lagi anak baru

mereka lebih menyenagkan hatinya, ada beberapa poin kelebihan yang dimiliki

oleh pelacur muda diantaranya: pelacur muda lebih disukai oleh para tamu, punya

prospek lebih lama untuk dipekerjakan sebelum usia 30-an tahun, dan bisa

mengangkat citra wismanya menjadi terkenal. (Bagong Suyanto, 2010:167). Jadi

Page 4: PELAYANAN EKSTRA YANG DILAKUKAN PENGELOLA …repository.umrah.ac.id/576/1/JURNAL.pdf · lokalisasi dan prostitusi sudah lama hidup berdampingan dengan masyarakat kita. Kini, jumlahnya

4

kelompok umur yang dimiliki PSK sangat bepengaruh dengan ketertarikan

pelanggan dalam memilih PSK di Lokalisasi. Untuk PSK di Lokalisasi KM 15

Berikut daftar PSK dari hasil observasi peneliti.

Umur menjadi salah satu faktor utama bagi pelanggan dalam memilih PSK. Ini

sangat berkaitan dengan pengalaman yang dimiliki pelanggan. Bagi yang pemula

tentunya mereka sangat menginginkan usia-usia belia tetapi bagi yang sudah

berpengalaman mereka akan mencari kepuasan yang ditawakan oleh PSK itu

sendiri. tidak sedikit pelanggan lokalisasi menyatakan bahwa mereka tidak mau

berkencan dengan pelacur cantik, mereka tidak masalah dengan pelacur yang

jelek-jelek yang penting cara mereka melayani tamu. (Bagong Suyanto,2010:168)

Maka tidak mengherankan apabila PSK (Pekerja Seks Komersial) telah menjadi

bisnis yang telah dikembangkan terus-menerus sebagai kebutuhan ekonomi

karena dianggap kebutuhan tidak habis pakai, serta dianggap kebutuhan ekonomi

yang sangat memberikan keuntungan besar. Karena itu terjadinya persaingan

untuk mencari pelanggan sebanyak-banyaknya demi meningkatkan pemasukan

pengelola PSK. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik meneliti dengan

judul Pelayanan Ekstra Yang Dilakukan Pengelola Lokalisasi Batu 15 Tanjung

Pinang Timur Terhadap Pelanggannya.

BAHAN DAN METODE

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

2. Lokasi Penelitian

Page 5: PELAYANAN EKSTRA YANG DILAKUKAN PENGELOLA …repository.umrah.ac.id/576/1/JURNAL.pdf · lokalisasi dan prostitusi sudah lama hidup berdampingan dengan masyarakat kita. Kini, jumlahnya

5

Adapun Lokasi penelitian ini adalah Lokalisasi Prostitusi KM 15 Tanjungpinang

Timur. Karena pelanggan membutuhkan pelayanan ekstra merupakan salah satu

bentuk daya tarik lokalisasi untuk mempertahakan eksistensi mereka di Kota

Tanjungpinang.

3. Populasi dan Sampel

Adapun informan pada penelitian ini adalah PSK yang bekerja di Lokalisasi

Batu15 Tanjungpinang Timur Lebih dari 2 tahun, PSK dan mucikari yang

memberikan pelayanan ekstra longtime terhadap pelanggan, mucikari yang

menyediakan tempat karaoke, dan PSK yang menjadi bukan sekadar langganan

konsumen.

4. Jenis Data

a.) Data Primer

Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari informan melalui teknik

wawancara atau interview secara langsung dari sumbernya.

b.) Data Sekunder

Yaitu merupakan data primer yang telah diolah lanjut dan disajikan baik

oleh pengumpul data primer atau oleh pihak lain. Misalnya jurnal, buku- buku

referensi, penelitian terdahulu.

5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

a.) Observasi

Dalam penelitian ini peneliti mengamati fenomena keseharian PSK di

Lokalisasi untuk dijadikan sebagai data awal dalam penyusunan penelitian.

Oleh karena itu observasi disebut juga metode dengan mengamati dan

mencatat secara langsung fenomena sosial.

Page 6: PELAYANAN EKSTRA YANG DILAKUKAN PENGELOLA …repository.umrah.ac.id/576/1/JURNAL.pdf · lokalisasi dan prostitusi sudah lama hidup berdampingan dengan masyarakat kita. Kini, jumlahnya

6

b.) Wawancara

Bentuk wawancara yang penulis lakukan adalah wawancara bebas

terpimpin atau semi terstruktur yang dilakukan dengan santai dan spontan

sehingga memungkinkan peneliti untuk mengajukan pertanyaan diluar

pedoman wawancara, peneliti menggunakan bantuan alat perekam untuk

membantu pencatatan dan proses penyusunan hasil wawancara

c.) Dokumentasi

Dokumentasi yang digunakan sebagai penunjang penelitian penulis dalam

penelitian ini berupa kamera, tape recorder, catatan wawancara dengan PSK

di Lokaslisasi KM 15 Tanjungpinang Timur.

6. Teknik Analisa Data

apun aktivitas dalam analisis data dalam penelitian ini meliputi, reduksi

data (data reduction), penyajian data (data display) serta penarikan kesimpulan

dan verifikasi.

a.) Reduksi Data (Data Reduction) reduksi data yang dilakukan oleh peneliti

dengan cara sebagai berikut: Memilih data yang dianggap penting, Membuat

kategori data, Mengelompokkan data pada setiap kategori.

b.) Penyajian Data (Display Data) Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk

uraian naratif, bagan, hubungan antarkategori, diagram alur (flow chart) dan

lain sejenisnya (Trianto, 2010:289). Dalam hal ini peneliti melakukan display

data dengan cara penyajian data dengan pola tertentu (dalam bentuk urutan).

c.) Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Pada penelitian kualitatif, verifikasi data

dilakukan terus menerus sepanjang proses penelitian. Pada tahap ini peneliti

masih tetap terbuka untuk menerima masukan data serta berusaha untuk

Page 7: PELAYANAN EKSTRA YANG DILAKUKAN PENGELOLA …repository.umrah.ac.id/576/1/JURNAL.pdf · lokalisasi dan prostitusi sudah lama hidup berdampingan dengan masyarakat kita. Kini, jumlahnya

7

menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan, agar dapat

menarik kesimpulan dari data yang didapat dilapangan.

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Pekerja Seks Komersial (PSK)

Dalam pekerja seks komersial ini dapat di jabarkan dalam beberapa bentuk:

1. Pengertian PSK

Pelacur/Prostitusi berasal dari bahasa latin pro-stitueren atau pro-stauree,

yang berarti membiarkan diri berbuat zina, melakukan persundalan, pencabulan,

pergendakan. Sedangkan prostitute adalah pelacur atau sundal, dikenal pula

dengan istilah WTS atau wanita tuna susila kemudian diperhalus lagi menjadi

pekerja seks komersial atau yang lebih dikenal dengan sebutan PSK (Kartini

Kartono, 2007 : 207).

2 Ciri-ciri PSK dan Fungsi PSK

Ciri-ciri khas dari pelacur ialah sebagai berikut:

1. Wanita, lawan pelacur ialah gigolo (pelacur pria, lonte laki-laki).

2. Cantik, ayu, rupawan, manis, atraktif menarik, baik wajah maupun tubuhnya.

Bisa merangsang selera seks kaum pria.

Fungsi pelacuran yang positif sifatnya di tengah masyarakat, yaitu sebagai

berikut:

1. Menjadi sumber pelancar dalam dunia bisnis

2. Menjadi kesenangan bagi kaum politisi yang harus hidup berpisah dengan istri

dan keluarganya. Juga dijadikan alat untuk mencapai tujuan-tujuan politik

tertentu. (Kartini Kartono, 2009: 241).

Page 8: PELAYANAN EKSTRA YANG DILAKUKAN PENGELOLA …repository.umrah.ac.id/576/1/JURNAL.pdf · lokalisasi dan prostitusi sudah lama hidup berdampingan dengan masyarakat kita. Kini, jumlahnya

8

3 Beberapa Peristiwa Penyebab Timbulnya PSK

Kartini Kartono,(2009:243), Menjelaskan Beberapa peristiwa sosial

timbulnya pelacuran, (antara lain sebagai berikut:

1. Tidak adanya undang-undang yang melarang pelacuran.

2. Adanya keinginan dan dorongan manusia untuk menyalurkan kebutuhan seks,

khususnya di luar ikatan perkawinan.

Koentjoro (2004: 134) menjelaskan ada lima faktor yang melatarbelakangi

seseorang menjadi pekerja seks komersial, yaitu:

1. Materialisme

2. Dukungan orang tua

4 Motif-motif yang Melatarbelakangi PSK

Motif-motif yang melatarbelakangi tumbuhnya pelacuran pada wanita itu

beraneka ragam. Di bawah ini disebutkan beberapa motif yang melatar belakangi

timbulnya PSK antara lain:

1. Adanya kecendrungan melacurkan diri pada banyak wanita untuk

menghindarkan diri dari kesulitan hidup, dan mendapatkan kesenangan

melalui jalan pendek. Kurang pengertian, kurang pendidikan.

2. Ada nafsu-nafsu seks yang abnormal, tidak terintegrasi dalam kepribadian,

dan keroyalan seks. Histeris dan hyperseks, sehingga tidak merasa puas

mengadakan relasi seks dengan satu pria/suami.

3. sang suami jarang mendatangi isteri yang bersangkutan, lama bertugas di

tempat yang jauh, dan lain-lain. (Kartini Kartono, 2009 : 245),

5 Kelas-kelas dalam PSK

Page 9: PELAYANAN EKSTRA YANG DILAKUKAN PENGELOLA …repository.umrah.ac.id/576/1/JURNAL.pdf · lokalisasi dan prostitusi sudah lama hidup berdampingan dengan masyarakat kita. Kini, jumlahnya

9

Louise Brown merupakan seorang dosen Studi Asia di University of

Birmingham, Inggris, yang menulis buku berjudul Perbudakan Seks di Asia.

Menurut Louise, Louise menjabarkan hal tersebut dalam bukunya, 'di bagian

utama pasar (pelacuran) Asia adalah prostitusi kelas atas yang disebut perempuan

panggilan, yang bekerja di hotel dan apartemen mewah dan memberikan layanan

kepada lelaki hidung belang yang kaya raya. "Perempuan penjaja yang berasal

dari kelompok ini jumlahnya paling sedikit dan paling langka di piramida bisnis

seks di Asia

1. Perempuan PSK dari kelas ini memilih melakukan prostitusi karena mereka

bisa meraih uang banyak dalam waktu singkat melalui seks.

2. kelompok yang kedua adalah grup PSK yang menjajakan diri mereka ditemani

dengan mucikari dan biasanya ditemukan di tempat lokalisasi. "Salah satunya

yang ditemukan Pemda DKI di Kalibata Mall..

2.2 Teori Pertukaran Sosial

George C Homans (1974) dengan konsep social behaviorism, dengan

prinsip maximization of utility dan diminishing marginal utility(dipinjam dari

kosep-konsep Ilmu ekonomi), serta hubungan antara stimuli dengan respon

(dipinjam dari konsep-konsep psikologi). Homans menemukan bahwa semakin

manusia itu diberikan penghargaan di dalam melakukan sesuatu, maka semakin

solid perilaku tersebut terbangun secara berpola. Teori pertukaran sosial ini

dilandaskan pada prinsip transaksi ekonomis yang elementer, yaitu orang

menyediakan barang atau jasa dan sebagai imbalannya berharap memperoleh

barang atau jasa yang diinginkan.

Page 10: PELAYANAN EKSTRA YANG DILAKUKAN PENGELOLA …repository.umrah.ac.id/576/1/JURNAL.pdf · lokalisasi dan prostitusi sudah lama hidup berdampingan dengan masyarakat kita. Kini, jumlahnya

10

Homans percaya bahwa proses pertukaran ini dapat dijelaskan melalui

lima pernyataan proposisional yang saling berhubungan. Proposisi yang pertama

adalah Proposisi sukses, dimana dalam setiap tindakan semakin sering tindakan

itu mendapatkan ganjaran maka semakin sering seseorang melakukan tindakan

tersebut (Homans, 1974). Dalam proposisi ini Homans menyatakan bahwa

bilamana seseorang berhasil memperoleh ganjaran(atau menghindari hukuman)

maka ia akan cenderung untuk mengulangi tindakan tersebut. Ahli psikologi B.F

Skinner menemukan prinsip ini dalam studi perilaku burung merpati yang diberi

jagung ketika mematu objek tertentu. Homans percaya bahwa prinsip-prinsip

elementer yang serupa dapat diterapkan pada tindakan manusia. Kehidupan

sehari-hari terdiri dari perilaku orang yang telah menemukan ganjaran.

(Poloma,2010)

Kemudian yang kedua adalah Proposisi stimulus, jika seseorang

melakukan sesuatu di masa lalu kemudian ia mendapatkan ganjaran, maka

semakin sering orang melakukan hal itu kembali (Homans,1974). Yang dimaksud

adalah obyek atau tindakan yang memperoleh ganjaran yang diingkinkan. Sebagai

ilustrasi, seorang mahasiswa yang menginginkan nilai ujian yang baik. Mahasiswa

itu sadar bahwa dia harus tetap mengikuti kuliah dan merelakan beberapa jam

untuk konsentrasi belajar agar berhasil dalam ujian.(Poloma,2010)

Selanjutnya Proposisi nilai, semakin tinggi nilai suatu tindakan, maka

semakin senang orang melakukan tindakan tersebut (Homans, 1974). Proposisi ini

khusus berhubungan dengan ganjaran atau hukuman yang merupakan hasil

tindakan. Proposisi sukses menyatakan bahwa sang mahasiswa akan belajar

memperoleh nilai baik. Proposisi stimulus menyatakan bahwa cara belajar tertentu

Page 11: PELAYANAN EKSTRA YANG DILAKUKAN PENGELOLA …repository.umrah.ac.id/576/1/JURNAL.pdf · lokalisasi dan prostitusi sudah lama hidup berdampingan dengan masyarakat kita. Kini, jumlahnya

11

leih mungkin melahirkan suskes dengan cara lain. Proposisi nilai mengatakan

bahwa orang menginginkan ganjaran yang diberikan oleh stimulus. Ilustrasinya

adalah, mahasiswa memiliki kesempatan untuk melihat sebuah konser. Pada

waktu yang sama ia harus belajar. Proposisi Homans ini menganggap bahwa sang

mahasiswa akan melakukan tindakan yang menghasilkan ganjaran yang

diinginkannya.

Proposisi selanjutnya adalah Proposisi Deprivasi-Satiasi,jika seseorang

mendapatkan ganjaran yang sama disetiap perbuatan yang dilakukan, maka

individu tersebut akan merasa bosan terhadap apa yang didapatkannya dari

tindakan tersebut, (Homans, 1974). Proposisi ini merupakan penyempurnaan

kondisi-kondisi dimana penampilan suatu tindakan tertentu mungkin terjadi.

Melanjutkan contoh yang telah disebutkan diatas, maka akan tampak bahwa hal

itu merupakan masalah. Proposisi nilai tidak merincikan mengapa mahasiswa

menganggap menghadiri konser lebih disukai daripada mendapat nilai baik saat

ujian. Apa yang dinyatakan Homans sebagai kunci penjelasan ialah kejenuhan

dengan ganjaran tertentu. Dalam kasus ini, menghadiri konser lebih dianggap

bernilai daripada memperoleh nilai baik saat ujian. Dengan kata lain, manusiapun

dapat merasa haus akan ganjaran tertentu atau sampai pada keadaan dimana ia

tidak memperdulikan hal itu. Deprivasi-kejenuhan berkaitan dengan apa yang kita

beri nilai pada suatu waktu tertentu.

Page 12: PELAYANAN EKSTRA YANG DILAKUKAN PENGELOLA …repository.umrah.ac.id/576/1/JURNAL.pdf · lokalisasi dan prostitusi sudah lama hidup berdampingan dengan masyarakat kita. Kini, jumlahnya

12

PEMBAHASAN

1. Pelayanan Ekstra Yang Dilakukan Pengelola Lokalisasi Batu 15

Tanjungpinang Timur Terhadap Pelanggan

Lokalisasi Batu 15 terletak di Kelurahan Air Raja Kecamatan Tanjungpinang

Timur, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau. Pada awalnya tempat ini

diperuntukkan untuk pemukiman penduduk pada tahun 1990 yang didiami 20

KK. Namun seiring dengan perkembangan zaman wilayah ini kemudian berubah

menjadi wilayah lokalisasi yang kemudian ditutup. Pada tahun 2007 untuk

membangkitkan ekonomi masyarakat dibangun pujasera pada masa pemerintahan

walikota Suryatati A. Manan, kemudian di sahkan oleh Menteri Sosial Bachtiar

Chamsyah, namun pujasera yang dibentuk dibumbui dengan aktivitas-aktivitas

seksual terselubung yang pada akhirnya aktivitas seksual lebih memiliki daya

tarik dibandingkan dengan pujasera, sehingga rumah-rumah penduduk yang

semula untuk pemukiman berubah menjadi rumah-rumah bordir yang

mempekerjakan para wanita pekerja seks komersial. Pada akhirnya wilayah ini

lebih dikenal dengan istilah lokalisasi dibandingkan dengan pujasera.

Walaupun lokasi ini dikatakan sebagai wilayah yang telah ditutup namun sampai

hari ini aktivitas-aktivitas jual beli layanan seksual masih tetap bertahan, wacana

penutupan terus didengungkan tetapi tindakan nyata dari pemerintah masih belum

dilaksanakan, maka tidak mengherankan apabila dunia pelacuran berkembang

dimasyarakat dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran, tingginya

permintaan terhadap dunia prostitusi diiringi dengan kemampuan dalam

Page 13: PELAYANAN EKSTRA YANG DILAKUKAN PENGELOLA …repository.umrah.ac.id/576/1/JURNAL.pdf · lokalisasi dan prostitusi sudah lama hidup berdampingan dengan masyarakat kita. Kini, jumlahnya

13

melakukan penawaran ditandai dengan kemampuan pelanggan dalam membeli

pelayanan seks.

Sementara akar masalah penyebab munculnya dunia prostitusi sangat kompleks

mulai dari materialisme, modeling, dukungan orang tua, lingkungan permasih dan

faktor ekonomi. (Koentjoro, 2004: 134).

2. Pelayanan Ekstra Longtime di Lokalisasi KM 15 Tanjungpinang Timur.

Dalam dunia prostitusi ada beberapa layanan yang disediakan pengelola lokalisasi

terhadap pelanggannya, salah satu istilah yang ramai dikenal dikalangan penikmat

dunia prostitusi adalah longtime dengan menyediakan jasa layanan terhadap

pelanggan dengan bebas menggunakan PSK diluar batas normal sebagai

`bagaimana layanan seksual shorttime, yang memang lebih singkat waktunya dan

harganya lebih murah. Maka di Lokalisasi KM 15 Tanjungpinang Timur

pengelola lokalisasi menyediakan layanan ini terhadap pelanggan mereka yang

memang memiliki uang banyak dan waktu luang. Karena sifat dari pelayanan

longtime PSK bisa diajak kencan diluar, makan, karaoke dan lainnya disamping

itu waktu mereka lebih santai untuk berdua tanpa ada batasan waktu sebagai mana

layanan shortime maksimal tiga jam.

3. Layanan Ekstra Dengan Menyediakan PSK Muda

Selain layanan seksual longtime, mucikari juga menyediakan PSK-PSK yang

masih muda, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi pelanggan lokalisasi.

Mucikari memiliki peran penting lainnya dalam mempertahankan eksitensi

mereka dengan cara menghadirkan PSK yang baru tentunya ini direkrut dari luar

Tanjungpinang, umumnya mereka berasal dari jawa barat dan jawa timur.

Page 14: PELAYANAN EKSTRA YANG DILAKUKAN PENGELOLA …repository.umrah.ac.id/576/1/JURNAL.pdf · lokalisasi dan prostitusi sudah lama hidup berdampingan dengan masyarakat kita. Kini, jumlahnya

14

Mereka yang terjerat dalam dunia prostitusi umumnya memiliki tingkat ekonomi

rendah sekaligus dijebak dengan tawaran-tawaran pekerjaan dengan gaji yang

menggiurkan. Untuk masuk kedunia prostitusi mucikari sangat mudah

mempengaruhi mereka dengan tawaran sejumlah materi sehingga mereka tergoda

hidup mewah dengan pekerjaan yang mudah tetapi pemasukan berlimpah.

Dalam beberapa fenomena terkadang mucikari menganak emaskan bagi PSK yang

mampu menarik banyak pelanggan, mereka dipenuhi keinginannya dan dijaga

bahkan sebagai PSK yang masih muda mampu mengangkat nama dari lokasi yang

dikelola oleh mucikari tersebut. Mucikari juga terkadang melakukan pemalsuan

umur terhadap mereka yang menjadi PSK seolah-olah mereka masih muda yang

memang tertutup oleh kecantikan mereka. Oleh karena itu posisi mucikari dalam

mempertahankan lokalisasi dari pelanggan sangat lah sulit dibutuhkan kemapuan

dalam mengendalikan PSK

mulai dari kecantikan dan kemapuan dalam melayani pelanggan, sehingga

walaupun mucikari sebagai pihak perentara dalam transaksi tetapi mucikari adalah

pemilik-pemilik PSK yang menjadi bawahannya. Oleh karena itu dalam

pandangan PSK, mucikari mendominasi dan superior terutama secara materi yang

bahkan dianggap sebagai patron sebagai tempat bergantung.

Dalam hasil wawancara peneliti dengan pelanggan di Lokalisasi KM 15

menjelaskan bahwa mereka menggunakan jasa PSK karena unsur kebutuhan

biologis yang belum terpenuhi karena belum menikah sehingga PSK adalah salah

satu solusinya berikut hasil wawancara peneliti dengan informan pengguna jasa

PSK Lokalisasi KM 15 Aming (nama samaran):

4. Layanan Prostitusi dengan Menyediakan PSK Simpanan Pelanggan.

Page 15: PELAYANAN EKSTRA YANG DILAKUKAN PENGELOLA …repository.umrah.ac.id/576/1/JURNAL.pdf · lokalisasi dan prostitusi sudah lama hidup berdampingan dengan masyarakat kita. Kini, jumlahnya

15

Layanan simpanan sering dilakukan oleh pelanggan untuk memperoleh jasa

seksual dari PSK yang semacam dikhususkan oleh mucikari, sehingga dalam

layanan seperti ini mereka hanya fokus kepada satu pelanggan atau beberapa

pelanggan, mereka tidak diwajibkan untuk melayani pelanggan-pelanggan biasa

yang memang hanya butuh jasa mereka sesaat belaka, tetapi yang mereka

butuhkan adalah pelanggan yang menunjukkan pengorbanan berupa materi

terhadap mereka dengan memperlakukan mereka layaknya suami istri. Tentunya

untuk menjadi simpanan ini haruslah mampu membangun hubungan baik dengan

pelanggan agar mereka senantiasa tertarik terhadap PSK, pilihan PSK sendiri

cendrung mereka yang bermateri, kaya dan tidak jarang diharapkan memiliki

kekuasaan dan kedudukan.

Sementara dalam proposisi nilai lebih melihat kepada tinggi rendanya nilai suatu

tindakan, tentunya ini sangat bergantung kepada selera dari pelanggan lokalisasi

dalam menggunakan jasa PSK di KM 15 Tanjungpinang Timur, karena kepuasan

mereka dalam menggunakan jasa PSK bergantung kepada kepuasaan, proposisi

nilai ini lebih mengedepankan masalah kepentingan yang mengedepankan

kepuasan yang diperoleh, maka prostitusi tidak akan laris tanpa menjual kepuasan

kepada pelanggannya. Oleh karena itu tiga proposisi ini menjadi bagian penting

peneliti dalam memahami fenomena pelayanan ekstra pengelola lokalisasi di KM

15 Tanjungpinang Timur terhadap pelanggan.

KESIMPULAN

Pelayanan yang dilakukan oleh pengeola lokalisasi KM 15 Terhadap

pelanggannya dalam membahas masalah ini tentunya ada keterkaitan yang

menyebabkan eksisnya lokalisasi ditengah kehidupan masyarakat ssat ini

Page 16: PELAYANAN EKSTRA YANG DILAKUKAN PENGELOLA …repository.umrah.ac.id/576/1/JURNAL.pdf · lokalisasi dan prostitusi sudah lama hidup berdampingan dengan masyarakat kita. Kini, jumlahnya

16

diantaranya adalah mucikari, PSK dan pelanggan. Dalam membahas masalah

pelayanan tentunya yang sangat beperan dalam menarik pelanggan adalah

mucikari dan PSK yang memiliki peranan masing-masing dalam memajukan

lokalisasi sehingga ramai dikunjungi oleh pelanggan. Sehingga dalam penemuan

peneliti ada dua faktor berperan penting dalam memajukan Lokalisasi KM 15

Tanjungpinang Timur.

Penawaran prostitusi bersifat longtime dengan menyediakan jasa layanan terhadap

pelanggan dengan bebas menggunakan PSK diluar batas normal sebagai

bagaimana layanan seksual shorttime, yang memang lebih singkat waktunya dan

harganya lebih murah. Maka di Lokalisasi KM 15 Tanjungpinang Timur

pengelola lokalisasi menyediakan layanan ini terhadap pelanggan mereka yang

memang memiliki uang banyak dan waktu luang. Karena sifat dari pelayanan

longtime PSK bisa diajak kencan diluar, makan, karaoke dan lainnya disamping

itu waktu mereka lebih santai untuk berdua tanpa ada batasan waktu sebagai mana

layanan shortime maksimal tiga jam.

Kemudian dalam dunia prostitusi menyediakan PSK yang masih muda sehingga

memiliki daya tarik tersendiri PSK muda yang bekerja dilokalisasi KM 15

Tanjungpinang Timur adalah dengan merekrut mereka yang bersedia jadi pelacur

dipulau jawa, tentunya mereka yang direkrut haruslah sesuai dengan selera

pelanggan yang menyukai wanita-wanita yang berusia muda, wanita-wanita yang

muda juga memiliki kerja yang panjang disamping itu mampu menarik pelanggan

atau biasanya mereka pekerja baru ini disebut dengan istilah “barang baru”.

Mereka yang terjerat dalam dunia prostitusi umumnya memiliki tingkat ekonomi

rendah sekaligus dijebak dengan tawaran-tawaran pekerjaan dengan gaji yang

Page 17: PELAYANAN EKSTRA YANG DILAKUKAN PENGELOLA …repository.umrah.ac.id/576/1/JURNAL.pdf · lokalisasi dan prostitusi sudah lama hidup berdampingan dengan masyarakat kita. Kini, jumlahnya

17

menggiurkan. Untuk masuk kedunia prostitusi mucikari sangat mudah

mempengaruhi mereka dengan tawaran sejumlah materi sehingga mereka tergoda

hidup mewah dengan pekerjaan yang mudah tetapi pemasukan berlimpah.

SARAN

Berdasarkan pemaparan terkait permasalahan Pelayanan Yang Dilakukan

Pengelola Lokalisasi Batu 15 Tanjungpinang Timur Terhadap Pelanggan, ada

beberapa saran yang menjadi bahan pertimbangan diantaranya adalah:

1. Lokalisasi di KM 15 Tanjungpinang Timur adalah lokalisasi yang ilegal

karena pada tahun 2007 telah ditutup oleh pemerintah kota saat itu, sehingga

pada pemerintahan saat ini diperlukan langkah-langkah strategis untuk

melakukan penutupan lokalisasi karena sering kali penutupan lokalisasi

tertengar tetapi tindakang nyata dari pemerintah tidak direalisasikan.

2. Satpol PP sebagai perpanjangan tangan pemerintah hendaknya melakukan

razia tanpa letih untuk menghilangkan praktik-praktik prostitusi sehingga kota

Tanjungpinang menjadi daerah bebas lokalisasi yang merupakan sumber

penyakit sosial dan penyakit kelamin.

3. Pemerintah wajib mengidentifikasi PSK yang terkena penyakit kelamin

terutama HIV/Aids sehingga tidak terjadi penyebaran mematikan tersebut

ditengah-tengah masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani, 2007. Sosiologi Sistematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi

Aksara

Adang &Yesmil Anwar, 2010, Kriminologi, Refika Aditama, Bandung.

Page 18: PELAYANAN EKSTRA YANG DILAKUKAN PENGELOLA …repository.umrah.ac.id/576/1/JURNAL.pdf · lokalisasi dan prostitusi sudah lama hidup berdampingan dengan masyarakat kita. Kini, jumlahnya

18

Suyanto, Bagong, 2010, masalah sosial anak, Jakarta: Kencana Perenada Media

Group

Budirahayu, Tuti 2009, Sosiologi Prilaku Meyimpang, Surabaya: PT. Revka

Patera Media

Hull, Terence H., Endang Sulistiyaningsih & Gavin W. Jones, 1997. Pelacuran di

Indonesia, sejarah dan perkembangannya. Jakarta: Sinar Harapan.

Horton, Paul B.- Hunt, Chester L. (1992). Sosiologi, (terj.). edisi keenam,

Jakarta:Penerbit Erlangga.

Kartono, K. 2011. Patologi Sosial. Jakarta : PT. Radja Grafindo Persada.

Koentjoro. 1998. Pelacuran Anak-Anak dan Jaringannya,sebuah studi kasus

jogjakarta

Koentjoro. 2004. On The sport tutur dari sang pelacur. Jogjakarta: Tinta.

Ritzer, G dan Douglass J.G (2008). Teori Sosiologi Dari Teori Klasik Sampai

Perkembangan Mutakhir Sosiologi Modern. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Troung, T.D. (1992). Seks, Uang, Kekuasaan, Pariwisata Pelacuran Di Asia

Tenggara. Jakarta: LP3ES

Paul B Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Soekanto, Soerjono. (1998). Sosiologi Suatu Pengantar; Jakarta: Yayasan

Penerbit Universitas Indonesia.

Jajuli. (2010) Motivasi dan dampak psikologis (studi kasus psk di gunung

kemungkus sragen jawa tengah). Fakultas Dakwah. Universitas Negeri

Islam Sunan Kali Jaga.

Aktavia, Ayu, Risa 2014. Kajian Moral dan Kewarganegaraan Volume 02 Nomor

02 Tahun 2014. Strategi bertahan pekerja seks komersial di lokalisasi

Jarak Surabaya.

Page 19: PELAYANAN EKSTRA YANG DILAKUKAN PENGELOLA …repository.umrah.ac.id/576/1/JURNAL.pdf · lokalisasi dan prostitusi sudah lama hidup berdampingan dengan masyarakat kita. Kini, jumlahnya

19

Rahmat Nuryono. Aktivitas Ekonomi Penyakit Susila: Faktor Penyebab Dan

Penanggulangannya: Jurnal Madani Edisi I/Mei 2007.

http://pojoksatu.id/lipsus/2016/06/02/ (Diakses pada tanggal 8 agustus 2016)

http://beritatanjungpinang.com/2013/11/lokalisasi-batu-15 (diakses pada tanggal 8

agustus 2016)

http://beritatanjungpinang.com/2013/06/bisnis-pelacuran (diakses pada tanggal 8

agustus 2016)