Upload
dinhnhan
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PELAYANAN EKSTRA YANG DILAKUKAN PENGELOLA
LOKALISASI BATU 15 TANJUNGPINANG TIMUR TERHADAP
PELANGGAN
Sukri, Nanik Rahmawati, Marisa Elsera
Program studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK
Prostitusi merupakan fenomena yang ada sudah lama ada di Indonesia dan
menjadi salah satu profesi yang sangat tua, prostitusi di Lokalisasi KM 15
Tanjungpinang merupakan lokalisasi ilegal yang secara administratif sudah
ditutup namun daerah tersebut diubah menjadi tempat pujasera untuk membangun
ekonomi masyarakat setempat. Untuk mempertahankan lokalisasi mucikari
meneydiakan layanan ekstra dan PSK muda sehingga lokalisasi KM 15
Tanjungpinang Timur menjadi daya tarik tersendiri. Adapun rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah Bagaimana Pelayanan Ekstra Yang Dilakukan
Pengelola Lokalisasi KM 15 Tanjungpinang Timur Terhadap Pelanggannya,
sedangkan tujuan dalam penelitian ini mendiskripsikan Pelayanan Ekstra Yang
Dilakukan Pengelola Lokalisasi KM 15 Tanjungpinang Timur Terhadap
Pelanggan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif
dengan aspek metode deskriptif, penetuan informan berdasarkan pendekatan
vorposif sampling yaitu pendekatan dengan menggunakan syarat-syarat tertentu.
Dari hasil penelitian ini peneliti menemukan adanya layanan ekstra yang
disediakan peengelola lokalisasi KM 15 Tanjungpinang Timur terhadap
pelanggan nya, diantaranya menyediakan layananan ekstra Selain itu mucikari
dalam mempertahankan keberlangsungan lokalisasi juga menyediakan PSK muda
yang berasal dari daerah jawa, biasanya mereka pekerja baru ini disebut dengan
istilah “barang baru”.munculnya PSK di Lokalisasi KM 15 Tanjungpinang Timur
karena permasalahan kemiskinan, pendidikan kemudian dipengaruhi oleh gaya
hidup .
Kata kunci: PSK dan Lokalisasi
2
PENDAHULUAN
Prostitusi merupakan fenomena yang ada sudah lama ada di Indonesia dan
menjadi salah satu profesi yang sangat tua, Indonesia sendiri, negara yang
memiliki landasan dasar pancasila sebagai dasar negara, masih ada keberadaan
prostitusi sejak masa ke masa yang dimulai dari masa kerajaan - kerajaan di Jawa,
masa penjajahan Belanda, masa penjajahan Jepang, dan setelah kemerdekaan,
Keberadaan prostitusi tidak pernah selesai dikupas, apalagi dihapuskan.
Sosiolog Musni Umar mengatakan lokalisasi telah ada di Indonesia sejak 1950-an.
Lokalisasi dibuat untuk mengatasi bisnis prostitusi yang merajalela kala itu.
Kondisi serupa terjadi di Gang Dolly, Surabaya. Menurutnya, masa
perkembangan kedua lokalisasi tersebut hampir bersamaan. “Memang soal
lokalisasi dan prostitusi sudah lama hidup berdampingan dengan masyarakat kita.
Kini, jumlahnya semakin berkembang,” tambah dia. Saat ini, bentuk lokalisasi
bukan hanya suatu tempat yang penuh berisi pekerja seks komersial (PSK) saja.
Namun, tempat-tempat hiburan malam berpeluang menjadi lokalisasi.
(http://nasional.republika.co.id/)
Pelacur atau PSK merupakan salah satu perilaku lepas kendali, cabul karena
pelampiasan terhadap lawan jenis tanpa adanya ikatan perkawinan yang sah.
Pelacuran/PSK menjadi salah satu pekerjaan yang menjadi objek hukum serta
nilai norma sosial masyarakat. Hubungan seksual antara dua jenis kelamin yang
berbeda, dilakukan diluar perkawinan dan berganti-ganti pasangan, baik dengan
menerima imbalan uang atau material lainnya maupun tidak, sudah disebut orang
sebagai pelacuran (Tjahyo Purnomo W. dan Ashadi Siregar, 1985:10).
3
Maka tidak mengherankan apabila salah satu penyebab munculnya PSK adalah
tekanan ekonomi yang diakibatkan kemiskinan sehingga Faktor ekonomi secara
sadar menjadi faktor yang memotivasi. Motif ekonomi ini yang dimaksud adalah
uang. Weisberg (Koentjoro, 2004: 53-55).
Beberapa lokalisasi di Kepri saat ini diantaranya, 1001 malam di Sintai
Tanjunguncang serta Sameyong, Tanjung Sengkuang. Kedua lokasi ini ada di
Batam. Sedangkan untuk Tanjungpinang lokalisasinya ada di KM 15, sementara
Kabupaten Bintan juga ada di beberapa tiktik satu diantaranya di KM 24.
Sedangkan untuk wilayah karimun, lokalisasinya cukup populer karena usianya
yang cukup lama yakni Payalabu di Kelurahan Pangke.(tribunews.com)
Lokalisasi dalam penelitian ini adalah lokalisasi PSK (Pekerja Seks Komersial)
yang berada di KM 15 Tanjungpinang Timur, merupakan lokalisasi yang terletak
diwilayah perbatasaan Kabupaten Bintan. Masyarakat yang tinggal di lingkungan
lokalisasi dan para pekerja seks Komersial (PSK) ini merupakan masyarakat
pendatang dari daerah pulau Jawa dan Bandung yang bermukim di Tanjungpinang
tepatnya di lokalisasi KM 15.
Pelacur belia atau muda yang masih berumur 20 tahun merupakan aset berharga
yang bisa mendatangkan keuntungan besar bagi wismanya, umumnya para
mujikari sangat menyayangi pelacur muda dan potensial lebih-lebih lagi anak baru
mereka lebih menyenagkan hatinya, ada beberapa poin kelebihan yang dimiliki
oleh pelacur muda diantaranya: pelacur muda lebih disukai oleh para tamu, punya
prospek lebih lama untuk dipekerjakan sebelum usia 30-an tahun, dan bisa
mengangkat citra wismanya menjadi terkenal. (Bagong Suyanto, 2010:167). Jadi
4
kelompok umur yang dimiliki PSK sangat bepengaruh dengan ketertarikan
pelanggan dalam memilih PSK di Lokalisasi. Untuk PSK di Lokalisasi KM 15
Berikut daftar PSK dari hasil observasi peneliti.
Umur menjadi salah satu faktor utama bagi pelanggan dalam memilih PSK. Ini
sangat berkaitan dengan pengalaman yang dimiliki pelanggan. Bagi yang pemula
tentunya mereka sangat menginginkan usia-usia belia tetapi bagi yang sudah
berpengalaman mereka akan mencari kepuasan yang ditawakan oleh PSK itu
sendiri. tidak sedikit pelanggan lokalisasi menyatakan bahwa mereka tidak mau
berkencan dengan pelacur cantik, mereka tidak masalah dengan pelacur yang
jelek-jelek yang penting cara mereka melayani tamu. (Bagong Suyanto,2010:168)
Maka tidak mengherankan apabila PSK (Pekerja Seks Komersial) telah menjadi
bisnis yang telah dikembangkan terus-menerus sebagai kebutuhan ekonomi
karena dianggap kebutuhan tidak habis pakai, serta dianggap kebutuhan ekonomi
yang sangat memberikan keuntungan besar. Karena itu terjadinya persaingan
untuk mencari pelanggan sebanyak-banyaknya demi meningkatkan pemasukan
pengelola PSK. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik meneliti dengan
judul Pelayanan Ekstra Yang Dilakukan Pengelola Lokalisasi Batu 15 Tanjung
Pinang Timur Terhadap Pelanggannya.
BAHAN DAN METODE
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
2. Lokasi Penelitian
5
Adapun Lokasi penelitian ini adalah Lokalisasi Prostitusi KM 15 Tanjungpinang
Timur. Karena pelanggan membutuhkan pelayanan ekstra merupakan salah satu
bentuk daya tarik lokalisasi untuk mempertahakan eksistensi mereka di Kota
Tanjungpinang.
3. Populasi dan Sampel
Adapun informan pada penelitian ini adalah PSK yang bekerja di Lokalisasi
Batu15 Tanjungpinang Timur Lebih dari 2 tahun, PSK dan mucikari yang
memberikan pelayanan ekstra longtime terhadap pelanggan, mucikari yang
menyediakan tempat karaoke, dan PSK yang menjadi bukan sekadar langganan
konsumen.
4. Jenis Data
a.) Data Primer
Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari informan melalui teknik
wawancara atau interview secara langsung dari sumbernya.
b.) Data Sekunder
Yaitu merupakan data primer yang telah diolah lanjut dan disajikan baik
oleh pengumpul data primer atau oleh pihak lain. Misalnya jurnal, buku- buku
referensi, penelitian terdahulu.
5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
a.) Observasi
Dalam penelitian ini peneliti mengamati fenomena keseharian PSK di
Lokalisasi untuk dijadikan sebagai data awal dalam penyusunan penelitian.
Oleh karena itu observasi disebut juga metode dengan mengamati dan
mencatat secara langsung fenomena sosial.
6
b.) Wawancara
Bentuk wawancara yang penulis lakukan adalah wawancara bebas
terpimpin atau semi terstruktur yang dilakukan dengan santai dan spontan
sehingga memungkinkan peneliti untuk mengajukan pertanyaan diluar
pedoman wawancara, peneliti menggunakan bantuan alat perekam untuk
membantu pencatatan dan proses penyusunan hasil wawancara
c.) Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan sebagai penunjang penelitian penulis dalam
penelitian ini berupa kamera, tape recorder, catatan wawancara dengan PSK
di Lokaslisasi KM 15 Tanjungpinang Timur.
6. Teknik Analisa Data
apun aktivitas dalam analisis data dalam penelitian ini meliputi, reduksi
data (data reduction), penyajian data (data display) serta penarikan kesimpulan
dan verifikasi.
a.) Reduksi Data (Data Reduction) reduksi data yang dilakukan oleh peneliti
dengan cara sebagai berikut: Memilih data yang dianggap penting, Membuat
kategori data, Mengelompokkan data pada setiap kategori.
b.) Penyajian Data (Display Data) Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk
uraian naratif, bagan, hubungan antarkategori, diagram alur (flow chart) dan
lain sejenisnya (Trianto, 2010:289). Dalam hal ini peneliti melakukan display
data dengan cara penyajian data dengan pola tertentu (dalam bentuk urutan).
c.) Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Pada penelitian kualitatif, verifikasi data
dilakukan terus menerus sepanjang proses penelitian. Pada tahap ini peneliti
masih tetap terbuka untuk menerima masukan data serta berusaha untuk
7
menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan, agar dapat
menarik kesimpulan dari data yang didapat dilapangan.
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Pekerja Seks Komersial (PSK)
Dalam pekerja seks komersial ini dapat di jabarkan dalam beberapa bentuk:
1. Pengertian PSK
Pelacur/Prostitusi berasal dari bahasa latin pro-stitueren atau pro-stauree,
yang berarti membiarkan diri berbuat zina, melakukan persundalan, pencabulan,
pergendakan. Sedangkan prostitute adalah pelacur atau sundal, dikenal pula
dengan istilah WTS atau wanita tuna susila kemudian diperhalus lagi menjadi
pekerja seks komersial atau yang lebih dikenal dengan sebutan PSK (Kartini
Kartono, 2007 : 207).
2 Ciri-ciri PSK dan Fungsi PSK
Ciri-ciri khas dari pelacur ialah sebagai berikut:
1. Wanita, lawan pelacur ialah gigolo (pelacur pria, lonte laki-laki).
2. Cantik, ayu, rupawan, manis, atraktif menarik, baik wajah maupun tubuhnya.
Bisa merangsang selera seks kaum pria.
Fungsi pelacuran yang positif sifatnya di tengah masyarakat, yaitu sebagai
berikut:
1. Menjadi sumber pelancar dalam dunia bisnis
2. Menjadi kesenangan bagi kaum politisi yang harus hidup berpisah dengan istri
dan keluarganya. Juga dijadikan alat untuk mencapai tujuan-tujuan politik
tertentu. (Kartini Kartono, 2009: 241).
8
3 Beberapa Peristiwa Penyebab Timbulnya PSK
Kartini Kartono,(2009:243), Menjelaskan Beberapa peristiwa sosial
timbulnya pelacuran, (antara lain sebagai berikut:
1. Tidak adanya undang-undang yang melarang pelacuran.
2. Adanya keinginan dan dorongan manusia untuk menyalurkan kebutuhan seks,
khususnya di luar ikatan perkawinan.
Koentjoro (2004: 134) menjelaskan ada lima faktor yang melatarbelakangi
seseorang menjadi pekerja seks komersial, yaitu:
1. Materialisme
2. Dukungan orang tua
4 Motif-motif yang Melatarbelakangi PSK
Motif-motif yang melatarbelakangi tumbuhnya pelacuran pada wanita itu
beraneka ragam. Di bawah ini disebutkan beberapa motif yang melatar belakangi
timbulnya PSK antara lain:
1. Adanya kecendrungan melacurkan diri pada banyak wanita untuk
menghindarkan diri dari kesulitan hidup, dan mendapatkan kesenangan
melalui jalan pendek. Kurang pengertian, kurang pendidikan.
2. Ada nafsu-nafsu seks yang abnormal, tidak terintegrasi dalam kepribadian,
dan keroyalan seks. Histeris dan hyperseks, sehingga tidak merasa puas
mengadakan relasi seks dengan satu pria/suami.
3. sang suami jarang mendatangi isteri yang bersangkutan, lama bertugas di
tempat yang jauh, dan lain-lain. (Kartini Kartono, 2009 : 245),
5 Kelas-kelas dalam PSK
9
Louise Brown merupakan seorang dosen Studi Asia di University of
Birmingham, Inggris, yang menulis buku berjudul Perbudakan Seks di Asia.
Menurut Louise, Louise menjabarkan hal tersebut dalam bukunya, 'di bagian
utama pasar (pelacuran) Asia adalah prostitusi kelas atas yang disebut perempuan
panggilan, yang bekerja di hotel dan apartemen mewah dan memberikan layanan
kepada lelaki hidung belang yang kaya raya. "Perempuan penjaja yang berasal
dari kelompok ini jumlahnya paling sedikit dan paling langka di piramida bisnis
seks di Asia
1. Perempuan PSK dari kelas ini memilih melakukan prostitusi karena mereka
bisa meraih uang banyak dalam waktu singkat melalui seks.
2. kelompok yang kedua adalah grup PSK yang menjajakan diri mereka ditemani
dengan mucikari dan biasanya ditemukan di tempat lokalisasi. "Salah satunya
yang ditemukan Pemda DKI di Kalibata Mall..
2.2 Teori Pertukaran Sosial
George C Homans (1974) dengan konsep social behaviorism, dengan
prinsip maximization of utility dan diminishing marginal utility(dipinjam dari
kosep-konsep Ilmu ekonomi), serta hubungan antara stimuli dengan respon
(dipinjam dari konsep-konsep psikologi). Homans menemukan bahwa semakin
manusia itu diberikan penghargaan di dalam melakukan sesuatu, maka semakin
solid perilaku tersebut terbangun secara berpola. Teori pertukaran sosial ini
dilandaskan pada prinsip transaksi ekonomis yang elementer, yaitu orang
menyediakan barang atau jasa dan sebagai imbalannya berharap memperoleh
barang atau jasa yang diinginkan.
10
Homans percaya bahwa proses pertukaran ini dapat dijelaskan melalui
lima pernyataan proposisional yang saling berhubungan. Proposisi yang pertama
adalah Proposisi sukses, dimana dalam setiap tindakan semakin sering tindakan
itu mendapatkan ganjaran maka semakin sering seseorang melakukan tindakan
tersebut (Homans, 1974). Dalam proposisi ini Homans menyatakan bahwa
bilamana seseorang berhasil memperoleh ganjaran(atau menghindari hukuman)
maka ia akan cenderung untuk mengulangi tindakan tersebut. Ahli psikologi B.F
Skinner menemukan prinsip ini dalam studi perilaku burung merpati yang diberi
jagung ketika mematu objek tertentu. Homans percaya bahwa prinsip-prinsip
elementer yang serupa dapat diterapkan pada tindakan manusia. Kehidupan
sehari-hari terdiri dari perilaku orang yang telah menemukan ganjaran.
(Poloma,2010)
Kemudian yang kedua adalah Proposisi stimulus, jika seseorang
melakukan sesuatu di masa lalu kemudian ia mendapatkan ganjaran, maka
semakin sering orang melakukan hal itu kembali (Homans,1974). Yang dimaksud
adalah obyek atau tindakan yang memperoleh ganjaran yang diingkinkan. Sebagai
ilustrasi, seorang mahasiswa yang menginginkan nilai ujian yang baik. Mahasiswa
itu sadar bahwa dia harus tetap mengikuti kuliah dan merelakan beberapa jam
untuk konsentrasi belajar agar berhasil dalam ujian.(Poloma,2010)
Selanjutnya Proposisi nilai, semakin tinggi nilai suatu tindakan, maka
semakin senang orang melakukan tindakan tersebut (Homans, 1974). Proposisi ini
khusus berhubungan dengan ganjaran atau hukuman yang merupakan hasil
tindakan. Proposisi sukses menyatakan bahwa sang mahasiswa akan belajar
memperoleh nilai baik. Proposisi stimulus menyatakan bahwa cara belajar tertentu
11
leih mungkin melahirkan suskes dengan cara lain. Proposisi nilai mengatakan
bahwa orang menginginkan ganjaran yang diberikan oleh stimulus. Ilustrasinya
adalah, mahasiswa memiliki kesempatan untuk melihat sebuah konser. Pada
waktu yang sama ia harus belajar. Proposisi Homans ini menganggap bahwa sang
mahasiswa akan melakukan tindakan yang menghasilkan ganjaran yang
diinginkannya.
Proposisi selanjutnya adalah Proposisi Deprivasi-Satiasi,jika seseorang
mendapatkan ganjaran yang sama disetiap perbuatan yang dilakukan, maka
individu tersebut akan merasa bosan terhadap apa yang didapatkannya dari
tindakan tersebut, (Homans, 1974). Proposisi ini merupakan penyempurnaan
kondisi-kondisi dimana penampilan suatu tindakan tertentu mungkin terjadi.
Melanjutkan contoh yang telah disebutkan diatas, maka akan tampak bahwa hal
itu merupakan masalah. Proposisi nilai tidak merincikan mengapa mahasiswa
menganggap menghadiri konser lebih disukai daripada mendapat nilai baik saat
ujian. Apa yang dinyatakan Homans sebagai kunci penjelasan ialah kejenuhan
dengan ganjaran tertentu. Dalam kasus ini, menghadiri konser lebih dianggap
bernilai daripada memperoleh nilai baik saat ujian. Dengan kata lain, manusiapun
dapat merasa haus akan ganjaran tertentu atau sampai pada keadaan dimana ia
tidak memperdulikan hal itu. Deprivasi-kejenuhan berkaitan dengan apa yang kita
beri nilai pada suatu waktu tertentu.
12
PEMBAHASAN
1. Pelayanan Ekstra Yang Dilakukan Pengelola Lokalisasi Batu 15
Tanjungpinang Timur Terhadap Pelanggan
Lokalisasi Batu 15 terletak di Kelurahan Air Raja Kecamatan Tanjungpinang
Timur, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau. Pada awalnya tempat ini
diperuntukkan untuk pemukiman penduduk pada tahun 1990 yang didiami 20
KK. Namun seiring dengan perkembangan zaman wilayah ini kemudian berubah
menjadi wilayah lokalisasi yang kemudian ditutup. Pada tahun 2007 untuk
membangkitkan ekonomi masyarakat dibangun pujasera pada masa pemerintahan
walikota Suryatati A. Manan, kemudian di sahkan oleh Menteri Sosial Bachtiar
Chamsyah, namun pujasera yang dibentuk dibumbui dengan aktivitas-aktivitas
seksual terselubung yang pada akhirnya aktivitas seksual lebih memiliki daya
tarik dibandingkan dengan pujasera, sehingga rumah-rumah penduduk yang
semula untuk pemukiman berubah menjadi rumah-rumah bordir yang
mempekerjakan para wanita pekerja seks komersial. Pada akhirnya wilayah ini
lebih dikenal dengan istilah lokalisasi dibandingkan dengan pujasera.
Walaupun lokasi ini dikatakan sebagai wilayah yang telah ditutup namun sampai
hari ini aktivitas-aktivitas jual beli layanan seksual masih tetap bertahan, wacana
penutupan terus didengungkan tetapi tindakan nyata dari pemerintah masih belum
dilaksanakan, maka tidak mengherankan apabila dunia pelacuran berkembang
dimasyarakat dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran, tingginya
permintaan terhadap dunia prostitusi diiringi dengan kemampuan dalam
13
melakukan penawaran ditandai dengan kemampuan pelanggan dalam membeli
pelayanan seks.
Sementara akar masalah penyebab munculnya dunia prostitusi sangat kompleks
mulai dari materialisme, modeling, dukungan orang tua, lingkungan permasih dan
faktor ekonomi. (Koentjoro, 2004: 134).
2. Pelayanan Ekstra Longtime di Lokalisasi KM 15 Tanjungpinang Timur.
Dalam dunia prostitusi ada beberapa layanan yang disediakan pengelola lokalisasi
terhadap pelanggannya, salah satu istilah yang ramai dikenal dikalangan penikmat
dunia prostitusi adalah longtime dengan menyediakan jasa layanan terhadap
pelanggan dengan bebas menggunakan PSK diluar batas normal sebagai
`bagaimana layanan seksual shorttime, yang memang lebih singkat waktunya dan
harganya lebih murah. Maka di Lokalisasi KM 15 Tanjungpinang Timur
pengelola lokalisasi menyediakan layanan ini terhadap pelanggan mereka yang
memang memiliki uang banyak dan waktu luang. Karena sifat dari pelayanan
longtime PSK bisa diajak kencan diluar, makan, karaoke dan lainnya disamping
itu waktu mereka lebih santai untuk berdua tanpa ada batasan waktu sebagai mana
layanan shortime maksimal tiga jam.
3. Layanan Ekstra Dengan Menyediakan PSK Muda
Selain layanan seksual longtime, mucikari juga menyediakan PSK-PSK yang
masih muda, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi pelanggan lokalisasi.
Mucikari memiliki peran penting lainnya dalam mempertahankan eksitensi
mereka dengan cara menghadirkan PSK yang baru tentunya ini direkrut dari luar
Tanjungpinang, umumnya mereka berasal dari jawa barat dan jawa timur.
14
Mereka yang terjerat dalam dunia prostitusi umumnya memiliki tingkat ekonomi
rendah sekaligus dijebak dengan tawaran-tawaran pekerjaan dengan gaji yang
menggiurkan. Untuk masuk kedunia prostitusi mucikari sangat mudah
mempengaruhi mereka dengan tawaran sejumlah materi sehingga mereka tergoda
hidup mewah dengan pekerjaan yang mudah tetapi pemasukan berlimpah.
Dalam beberapa fenomena terkadang mucikari menganak emaskan bagi PSK yang
mampu menarik banyak pelanggan, mereka dipenuhi keinginannya dan dijaga
bahkan sebagai PSK yang masih muda mampu mengangkat nama dari lokasi yang
dikelola oleh mucikari tersebut. Mucikari juga terkadang melakukan pemalsuan
umur terhadap mereka yang menjadi PSK seolah-olah mereka masih muda yang
memang tertutup oleh kecantikan mereka. Oleh karena itu posisi mucikari dalam
mempertahankan lokalisasi dari pelanggan sangat lah sulit dibutuhkan kemapuan
dalam mengendalikan PSK
mulai dari kecantikan dan kemapuan dalam melayani pelanggan, sehingga
walaupun mucikari sebagai pihak perentara dalam transaksi tetapi mucikari adalah
pemilik-pemilik PSK yang menjadi bawahannya. Oleh karena itu dalam
pandangan PSK, mucikari mendominasi dan superior terutama secara materi yang
bahkan dianggap sebagai patron sebagai tempat bergantung.
Dalam hasil wawancara peneliti dengan pelanggan di Lokalisasi KM 15
menjelaskan bahwa mereka menggunakan jasa PSK karena unsur kebutuhan
biologis yang belum terpenuhi karena belum menikah sehingga PSK adalah salah
satu solusinya berikut hasil wawancara peneliti dengan informan pengguna jasa
PSK Lokalisasi KM 15 Aming (nama samaran):
4. Layanan Prostitusi dengan Menyediakan PSK Simpanan Pelanggan.
15
Layanan simpanan sering dilakukan oleh pelanggan untuk memperoleh jasa
seksual dari PSK yang semacam dikhususkan oleh mucikari, sehingga dalam
layanan seperti ini mereka hanya fokus kepada satu pelanggan atau beberapa
pelanggan, mereka tidak diwajibkan untuk melayani pelanggan-pelanggan biasa
yang memang hanya butuh jasa mereka sesaat belaka, tetapi yang mereka
butuhkan adalah pelanggan yang menunjukkan pengorbanan berupa materi
terhadap mereka dengan memperlakukan mereka layaknya suami istri. Tentunya
untuk menjadi simpanan ini haruslah mampu membangun hubungan baik dengan
pelanggan agar mereka senantiasa tertarik terhadap PSK, pilihan PSK sendiri
cendrung mereka yang bermateri, kaya dan tidak jarang diharapkan memiliki
kekuasaan dan kedudukan.
Sementara dalam proposisi nilai lebih melihat kepada tinggi rendanya nilai suatu
tindakan, tentunya ini sangat bergantung kepada selera dari pelanggan lokalisasi
dalam menggunakan jasa PSK di KM 15 Tanjungpinang Timur, karena kepuasan
mereka dalam menggunakan jasa PSK bergantung kepada kepuasaan, proposisi
nilai ini lebih mengedepankan masalah kepentingan yang mengedepankan
kepuasan yang diperoleh, maka prostitusi tidak akan laris tanpa menjual kepuasan
kepada pelanggannya. Oleh karena itu tiga proposisi ini menjadi bagian penting
peneliti dalam memahami fenomena pelayanan ekstra pengelola lokalisasi di KM
15 Tanjungpinang Timur terhadap pelanggan.
KESIMPULAN
Pelayanan yang dilakukan oleh pengeola lokalisasi KM 15 Terhadap
pelanggannya dalam membahas masalah ini tentunya ada keterkaitan yang
menyebabkan eksisnya lokalisasi ditengah kehidupan masyarakat ssat ini
16
diantaranya adalah mucikari, PSK dan pelanggan. Dalam membahas masalah
pelayanan tentunya yang sangat beperan dalam menarik pelanggan adalah
mucikari dan PSK yang memiliki peranan masing-masing dalam memajukan
lokalisasi sehingga ramai dikunjungi oleh pelanggan. Sehingga dalam penemuan
peneliti ada dua faktor berperan penting dalam memajukan Lokalisasi KM 15
Tanjungpinang Timur.
Penawaran prostitusi bersifat longtime dengan menyediakan jasa layanan terhadap
pelanggan dengan bebas menggunakan PSK diluar batas normal sebagai
bagaimana layanan seksual shorttime, yang memang lebih singkat waktunya dan
harganya lebih murah. Maka di Lokalisasi KM 15 Tanjungpinang Timur
pengelola lokalisasi menyediakan layanan ini terhadap pelanggan mereka yang
memang memiliki uang banyak dan waktu luang. Karena sifat dari pelayanan
longtime PSK bisa diajak kencan diluar, makan, karaoke dan lainnya disamping
itu waktu mereka lebih santai untuk berdua tanpa ada batasan waktu sebagai mana
layanan shortime maksimal tiga jam.
Kemudian dalam dunia prostitusi menyediakan PSK yang masih muda sehingga
memiliki daya tarik tersendiri PSK muda yang bekerja dilokalisasi KM 15
Tanjungpinang Timur adalah dengan merekrut mereka yang bersedia jadi pelacur
dipulau jawa, tentunya mereka yang direkrut haruslah sesuai dengan selera
pelanggan yang menyukai wanita-wanita yang berusia muda, wanita-wanita yang
muda juga memiliki kerja yang panjang disamping itu mampu menarik pelanggan
atau biasanya mereka pekerja baru ini disebut dengan istilah “barang baru”.
Mereka yang terjerat dalam dunia prostitusi umumnya memiliki tingkat ekonomi
rendah sekaligus dijebak dengan tawaran-tawaran pekerjaan dengan gaji yang
17
menggiurkan. Untuk masuk kedunia prostitusi mucikari sangat mudah
mempengaruhi mereka dengan tawaran sejumlah materi sehingga mereka tergoda
hidup mewah dengan pekerjaan yang mudah tetapi pemasukan berlimpah.
SARAN
Berdasarkan pemaparan terkait permasalahan Pelayanan Yang Dilakukan
Pengelola Lokalisasi Batu 15 Tanjungpinang Timur Terhadap Pelanggan, ada
beberapa saran yang menjadi bahan pertimbangan diantaranya adalah:
1. Lokalisasi di KM 15 Tanjungpinang Timur adalah lokalisasi yang ilegal
karena pada tahun 2007 telah ditutup oleh pemerintah kota saat itu, sehingga
pada pemerintahan saat ini diperlukan langkah-langkah strategis untuk
melakukan penutupan lokalisasi karena sering kali penutupan lokalisasi
tertengar tetapi tindakang nyata dari pemerintah tidak direalisasikan.
2. Satpol PP sebagai perpanjangan tangan pemerintah hendaknya melakukan
razia tanpa letih untuk menghilangkan praktik-praktik prostitusi sehingga kota
Tanjungpinang menjadi daerah bebas lokalisasi yang merupakan sumber
penyakit sosial dan penyakit kelamin.
3. Pemerintah wajib mengidentifikasi PSK yang terkena penyakit kelamin
terutama HIV/Aids sehingga tidak terjadi penyebaran mematikan tersebut
ditengah-tengah masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani, 2007. Sosiologi Sistematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi
Aksara
Adang &Yesmil Anwar, 2010, Kriminologi, Refika Aditama, Bandung.
18
Suyanto, Bagong, 2010, masalah sosial anak, Jakarta: Kencana Perenada Media
Group
Budirahayu, Tuti 2009, Sosiologi Prilaku Meyimpang, Surabaya: PT. Revka
Patera Media
Hull, Terence H., Endang Sulistiyaningsih & Gavin W. Jones, 1997. Pelacuran di
Indonesia, sejarah dan perkembangannya. Jakarta: Sinar Harapan.
Horton, Paul B.- Hunt, Chester L. (1992). Sosiologi, (terj.). edisi keenam,
Jakarta:Penerbit Erlangga.
Kartono, K. 2011. Patologi Sosial. Jakarta : PT. Radja Grafindo Persada.
Koentjoro. 1998. Pelacuran Anak-Anak dan Jaringannya,sebuah studi kasus
jogjakarta
Koentjoro. 2004. On The sport tutur dari sang pelacur. Jogjakarta: Tinta.
Ritzer, G dan Douglass J.G (2008). Teori Sosiologi Dari Teori Klasik Sampai
Perkembangan Mutakhir Sosiologi Modern. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Troung, T.D. (1992). Seks, Uang, Kekuasaan, Pariwisata Pelacuran Di Asia
Tenggara. Jakarta: LP3ES
Paul B Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Soekanto, Soerjono. (1998). Sosiologi Suatu Pengantar; Jakarta: Yayasan
Penerbit Universitas Indonesia.
Jajuli. (2010) Motivasi dan dampak psikologis (studi kasus psk di gunung
kemungkus sragen jawa tengah). Fakultas Dakwah. Universitas Negeri
Islam Sunan Kali Jaga.
Aktavia, Ayu, Risa 2014. Kajian Moral dan Kewarganegaraan Volume 02 Nomor
02 Tahun 2014. Strategi bertahan pekerja seks komersial di lokalisasi
Jarak Surabaya.
19
Rahmat Nuryono. Aktivitas Ekonomi Penyakit Susila: Faktor Penyebab Dan
Penanggulangannya: Jurnal Madani Edisi I/Mei 2007.
http://pojoksatu.id/lipsus/2016/06/02/ (Diakses pada tanggal 8 agustus 2016)
http://beritatanjungpinang.com/2013/11/lokalisasi-batu-15 (diakses pada tanggal 8
agustus 2016)
http://beritatanjungpinang.com/2013/06/bisnis-pelacuran (diakses pada tanggal 8
agustus 2016)