Upload
dewi-febrianty-kalenggo
View
1.455
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
PELAYANAN STIMULASI DETEKSI INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK
Kementerian Kesehatan menyelenggarakan Pelayanan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh
Kembang (SDIDTK) untuk 500 anak usia 0 – 6 tahun dari 5 wilayah di Provinsi DKI Jakarta pada
tanggal 13 – 14 Juli 2010, dilanjutkan Seminar SDIDTK Anak Mengoptimalkan Potensi Anak
dalam rangkaian peringatan Hari Anak Nasional (HAN) di Jakarta tanggal 15 Juli 2010.
Kegiatan stimulasi ini bertujuan untuk mendeteksi dini penyimpangan pertumbuhan,
perkembangan, gangguan mental emosional, autism, hiperaktivitas, dan gangguan pemusatan
perhatian pada anak. Tenaga pelaksananya Direktorat Kesehatan Anak Kemenkes bekerja sama
dengan Fakultas Kedokteran UI, Trisakti, Atmajaya dan UIN, IPANI, Ikatan Bidan Indonesia,
Ikatan Dokter Anak Indonesia dan serta Sudinkes 5 wilayah DKI Jakarta dengan konsulen dari
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Peralatan yang digunakan adalah alat skrining, microtois,
length board, timbangan bayi dan timbangan berdiri.
Hari Anak Nasional diperingati setiap tanggal 23 Juli dengan tema sentral HAN 2007-2016 adalah
Saya Anak Indonesia Sejati, Mandiri dan Kreatif. Khusus tema HAN tahun 2010, yaitu
“Mengoptimalkan Potensi Anak”. Pelaksanaan peringatan HAN Tahun 2010 diselenggarakan
Direktorat Kesehatan Anak Kemenkes bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran UI, Trisakti,
Atmajaya dan UIN, IPANI, Ikatan Bidan Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia dan Dinas
Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.
dr. Budihardja dalam sambutannya menyampaikan, pelayanan SDIDTK dilakukan sebagai deteksi dini
pada pertumbuhan (status gizi normal, kurang-buruk, makrocephali dan mikrocephali),
perkembangan (kelambatan perkembangan, gangguan daya lihat dan daya dengar), gangguan
mental emosional, autisme, hiperaktivitas dan gangguan pemusatan perhatian.
“Pelayanan SDIDTK menjadi sangat penting karena kelainan tumbuh kembang yang dideteksi secara
dini akan mendapatkan intervensi yang sesuai. Kelainan tumbuh kembang yang terlambat
1
dideteksi dan diintervensi dapat mengakibatkan kemunduran perkembangan anak dan
berkurangnya efektivitas terapi,” jelas dr. Budihardja.
Menurut dr. Budihardja, dalam upaya pemenuhan hak anak, perhatian terhadap Anak Usia Dini
menjadi penting karena merupakan masa emas (Golden Periode), jendela kesempatan (window
opportunity) tetapi juga masa kritis (critical period). Hal ini bermakna, plastisitas otak anak pada
masa ini mempunyai sisi positif dan sisi negatif. Sisi positif otak pada masa ini lebih terbuka
untuk proses pembelajaran dan pengkayaan, namun sisi negatifnya lebih peka terhadap
lingkungan yang tidak mendukung seperti asupan gizi yang tidak adekuat, kurang stimulasi dan
tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai.
Berbagai upaya dilaksanakan untuk meningkatkan potensi anak salah satunya melalui kegiatan
stimulasi perkembangan anak. Tahun 1987 Departemen Kesehatan bersama dengan profesi dan
pihak terkait kesehatan anak menyusun pedoman tumbuh kembang anak. Pedoman ini
mengalami beberapa kali perubahan, hingga ditahun 2005 dihasilkan buku Pedoman dan
Instrument Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) Anak
di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar yang telah diterapkan di 33 provinsi di Indonesia, tambah
dr. Budihardja.
Dijelaskan, sebagaimana tercantum di dalam UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
adalah sejak di dalam kandungan hingga ia berusia 18 tahun. Anak mempunyai hak untuk hidup,
tumbuh dan berkembang, mendapatkan perawatan, pelayanan kesehatan, stimulasi,
pendidikan, perlindungan dari kekerasan serta pemenuhan hak-hak anak lainnya agar menjadi
anak yang sehat, cerdas, berakhlak mulia serta berguna bagi dirinya, keluarga, masyarakat serta
negara.
Adalah kewajiban keluarga, masyarakat, dan pemerintah untuk memenuhi hak-hak anak tanpa
kecuali, tanpa diskriminasi, serta menghargai pendapat anak. Oleh karenanya diperlukan
2
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan upaya yang optimal dari berbagai pihak dalam
pemenuhan hak anak tersebut sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang maksimal sesuai
dengan potensi yang dimilikinya. Pemenuhan hak anak ini juga sebagaimana tercantum di dalam
UUD 1945 pasal 28, Konvensi Hak-hak Anak (Ratifikasi,berlaku dgn Kepres No.36 thn 1990), serta
UU Kesehatan No 36 tahun 2009.
Amanat akan pemenuhan hak-hak anak usia dini oleh pemerintah tertuang dalam Strategi Nasional
Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif dan dalam pelaksanaannya mengacu pada
pedoman umum pengembangan anak usia dini holistik – integratif yang disusun oleh
Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional beserta dengan Kementerian dan
lintas sektor terkait dengan pengembangan anak usia dini. Dengan mengacu pada strategi
nasional dan pedoman umum pengembangan anak usia dini diharapkan semua anak terpenuhi
kebutuhan esensial secara utuh meliputi kesehatan dan gizi, pendidikan, dan pengasuhan sesuai
segmentasi umur.
Stimulasi perkembangan dan kelainan pertumbuhan perkembangan anak semakin marak
dibicarakan menyusul semakin banyak kasus yang ditemukan pada semua golongan. Sayangnya,
kasus-kasus yang ditemukan sudah terlambat bahkan amat terlambat. Hal ini berdampak negatif
bagi masa depan anak, beban bagi orang tua dan juga hilangnya pontensi tenaga kerja dimasa
depan.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI.
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks:
52921669, Call Center: 021-500567 , 30413700, atau alamat e-mail
[email protected], [email protected], [email protected].
3
Gangguan Tumbuh Kembang Anak dan Penyebabnya
OPINI | 26 October 2010 | 14:27 Dibaca: 2713 Komentar: 0 Nihil
Di dalam kehidupan sehari-hari kita menemui berbagai macam karakter, sikap dan tingkah laku
anak-anak yang berbeda-beda. Di antara berbagai macam karakter, sikap dan tingkah laku anak-
anak yang berbeda-beda tersebut, terkadang kita juga menjumpai beberapa anak yang memiliki
karakter, sikap dan tingkah laku yang agak berbeda dari kebanyakan anak-anak. Hal ini
terkadang kurang di perhatikan dan disadari oleh kita semua. KIta hanya tahu bahwa anak itu
bodoh dan tidak memiliki kemampuan, tanpa kita berfikir dan sadari “mungkin” saja anak itu
mengalami gangguan tumbuh kembang atau mengalami cedera otak.
Berikut sedikit informasi tentang beberapa gangguan tumbuh kembang anak yang sering terjadi dan
penyebabnya.
1. Mental Retardasi (MR)
MR (keterbelakangan mental) adalah suatu keadaan dimana kemampuan intelektual di bawah rata-
rata dan di sertai dengan penurunan perilaku adaptasi dan manivestasinya selama masa
perkembangan. Biasanya kelihatan saat umur anak di atas 3 tahun.
MR dapat di klasifikasikan menjadi 3 :
a. Educable (mampu untuk di didik) = IQ 50 s/d 75.
b. Try Enable (mampu untuk di latih) = IQ 25 s/d 49.
c. Custodial (mampu rawat) = IQ 0 s/d 24.
Penyebab MR (Mental Retardasi) adalah :
Pre Natal (saat kehamilan) : anoxia (kurang oksigen), infeksi ibu seperti toksoplasma rubella,
sipilis, kekurangan gizi.
Natal (saat kelahiran) : anoxia, prematur, lahir dengan di vakum, dll.
Post Natal (saat pertumbuhan 0-3 tahun) : anoxia, trauma kepala, kuarang gizi, dll.
2. Down Sindrome
4
Down Sindrome adalah gangguan mental syndrome akibat dari jumlah kromosom yang tidak normal
dan memiliki ciri yang khas seperti wajah mongoloid. 90% kasus di sebabkan karena kelebihan
kromosom ke-21, perpindahan komponen kromosom 21 pindah ke kromosom yang lain
sehingga pada manusia normal mempunyai 2 garis kromosom yang sama (linear) menjadi tidak
seimbang karena salah satu kromosomnya menjadi 47 (pada normalnya 46).
Penyebab yang lainnya adalah faktor usia pada saat ibu hamil. Berdasarkan penelitian dimana usia
ibu melahirkan >= 40 tahun lebih beresiko melahirkan anak dengan down syndrome dari
pada ibu-ibu muda.
3. Autis
Autis adalah gangguan tumbuh kembang anak pada masa kanak-kanak dengan karakteristik sebagai
berikut :
Kurang atau tidak adanya respon terhadap orang lain.
Penurunan dalam berkomunikasi atau berbicara.
Bereaksi yang aneh terhadap berbagai aspek lingkungan.
Gangguan berbicara seperti ecolalia.
Melakukan sesuatu tanpa tujuan.
Autis kelihatan di saat umur anak di atas 3 tahun.
Penyebab autis secara pasti belum di ketahui, di duga autis disebabkan karena adanya gangguan
reticular system aktif (system saraf pusat), faktor genetik, metabolic dan biochemical.
Banyak orang tua yang melaporkan anak autis mengalami kemajuan pesat setelah tidak
mengkonsumsi susu sapi dan terigu. Kenapa demikian ? alasannya karena hampir semua anak
autis menderita Multiple Food Alergi / Alergi Makanan, sehingga perlu dilakukan pengaturan
dukungan nutrisi yang sesuai dan seimbang, sebagai contoh yang paling sering terjadi menurut
pengalaman saya, kebanyakan anak autis lebih sering cenderung bersikap hiperaktif bila di beri
susu sapi, cokelat, dan makanan yang terbuat dari terigu.
Pengaturan nutrisi dan diet untuk anak autis berikut contoh bahan makanan dan minuman yang
dilarang, adalah :
5
Diet bebas Gluten dan Kasein. Gluten : Makanan yang mengandung terigu ( Mie, roti,
biskuit ).Kasein : mentega,mozarella butter, butter, susu sapi, yoghurt, susu kambing, susu
bubuk, keju, laktalbumin, cream.
Diet bebas gula : gula pasir, soft drink, sirup, fruit juice kemasan.
Diet bebas jamur/fermentasi : minuman fermentasi, kecap, vermipan, tauco, baking soda, keju,
soft drink.
Diet bebas zat aditif : pewarna makanan, penambah rasa, dan pengawet makanan.
Diet bebas fenol dan salisilat : buah berwarna cerah, anggur, apel, almond, cherry, plum, prune,
jeruk, tomat.
Diet rotasi dan eliminasi : diketahui dan dilakukan setelah melakukan test alergi.
Pengaturan alat masak dan saat pemberian makanan : Alat masak dari bahan yang tidak
mengandung logam berat. Makanan yang tinggi protein di berikan saat makan pagi untuk
mencegah anak hiperaktif.
Pemberian suplemen yang sesuai.
Catatan : sebaiknya sebelum melakukan diet, lakukanlah test alergi terlebih dahulu.
4. ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder)
ADHD adalah suatu kondisi yang di gunakan untuk menggambarkan anak-anak dengan itelegensi
rata-rata atau di bawah rata-rata yang mempunyai tingkat perkembangan yang tidak sesuai
pada area atensi dengan adanya implusive dan hiperaktif.
Penyebab gangguan ini tidak di ketahui secara pasti, faktor penyebabnya mungkin berhubungan
dengan kerusakan sistem saraf pusat selama atau sebelum kehamilan, faktor genetik, hiperaktif
di sebabkan oleh kurangnya penyaringan stimulasi eksternal.
5. Gangguan Congenital
Gangguan Congenital adalah suatu kondisi yang di tandai dengan malformasi pada anggota tubuh
yang terjadi selama proses kehamilan. Penyebab secara pasti masih belum di ketahui,
kemungkinan faktor genetik atau metabolisme.
6. Cerebral Palsy
CP (Cerebral Palsy) adalah kelainan anggota gerak yang di sebabkan oleh gangguan otak/cidera otak
yang sifatnya tidak progresif, sehingga berdampak pada sistem motorik anak.
6
Penyebabnya :
a. Prenatal (saat kehamilan)
• Infeksi seperti : Rubella, toksoplasma, cipilis.
• Anoxia (kekurangan oksigen).
• Trauma kehamilan.
b. Natal (saat kelahiran)
• Prematur
• Lahir dengan divakum
• Anoxia
c. Post Natal (saat pertumbuhan 0-3 tahun)
• Trauma kepala
• Anoxia
CP (Cerebral Palsy) ada beberapa macam, yaitu :
- CP Spastik : kerusakan terjadi di otak besar.
- CP Atetoik : lokasi gangguan ada di otak besar.
- CP Ataksia : terjadi gangguan pada otak kecil.
- CP Flaccid : gangguan pada otot.
7
5 VAKSIN IMUNISASI DASAR BAYI
Pemerintah setiap tahun terus berupaya untuk menurunkan angka kejadian penyakit seperti
Poliomyelitis (kelumpuhan), Campak (measles), Difteri (indrak), Pertusis (batuk rejan / batuk seratus
hari), Tetanus, Tuberculosis (TBC) dan Hepatitis B dengan menggalakan program pencegahan
penyakit yaitu imunisasi pada bayi dan anak. Imunisasi bisa diartikan suatu usaha untuk membuat
seseorang menjadi kebal terhadap penyakit tertentu dengan menyuntikan vaksin. Yakni kuman
hidup yang dilemahkan / kuman mati / zat yang bila dimasukkan ke tubuh akan merangsang
menciptakan kekebalan terhadap penyakit tertentu.
5 macam Vaksin imunisasi dasar
Untuk imunisasi dasar yang harus diberikan pada bayi antara lain.
Vaksin Polio; Bibit penyakit yang menyebabkan polio adalah virus, vaksin yang digunakan oleh
banyak negara termasuk Indonesia adalah vaksin hidup (yang telah diselamatkan) vaksin
berbentuk cairan. pemberian pada anak dengan meneteskan pada mulut. Kemasan sebanyak 1
cc / 2 cc dalam 1 ampul.
Vaksin Campak; Bibit penyakit yang menyebabkan campak adalah virus. Vaksin yang digunakan
adalah vaksin hidup. Kemasan dalam flacon berbentuk gumpalan yang beku dan kering untuk
dilarutkan dalam 5 cc pelarut. Sebelum menyuntikkan vaksin ini, harus terlebih dahulu
dilarutkan dengan pelarut vaksin (aqua bidest). Disebut beku kering oleh karena pabrik
pembuatan vaksin ini pertama kali membekukan vaksin tersebut kemudian mengeringkannya.
Vaksin yang telah dilarutkan potensinya cepat menurun dan hanya bertahan selama 8 jam.
Vaksin BCG; Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang berasal dari bakteri. Bentuknya vaksin beku
kering seperti vaksin campak berbentuk bubuk yang berfungsi melindungi anak terhadap
penyakit tuberculosis (TBC). Dibuat dari bibit penyakit hidup yang telah dilemahkan, ditemukan
oleh Calmett Guerint. Sebelum menyuntikkan BCG, vaksin harus lebih dulu dilarutkan dengan 4
cc cairan pelarut (NaCl 0,9%). Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan dalam waktu 3 jam.
8
Vaksin akan mudah rusak bila kena sinar matahari langsung. Tempat penyuntikan adalah
sepertinya bagian lengan kanan atas.
Vaksin Hepatitis B; Bibit penyakit yang menyebabkan hepatitis B adalah virus. Vaksin hepatitis B
dibuat dari bagian virus yaitu lapisan paling luar (mantel virus) yang telah mengalami proses
pemurnian. Vaksin hepatitis B akan rusak karena pembekuan dan pemanasan. Vaksin hepatitis B
paling baik disimpan pada temperatur 2,8°C. Biasanya tempat penyuntikan di paha 1/3 bagian
atas luar.
Vaksin DPT; Terdiri toxoid difteri, bakteri pertusis dan tetanus toxoid, kadang disebut “triple
vaksin”. Berisi vasin DPT, TT dan DT. Vaksin DPT disimpan pada suhu 2,8°C kemasan yang
digunakan : Dalam - 5 cc untuk DPT, 5 cc untuk TT, 5 cc untuk DT. Pemberian imunisasi DPT,
DT, TT dosisnya adalah 0,5 cc. Dalam pemberiannya biasanya berupa suntikan pada lengan atau
paha.
9