6
Pemajakan Atas Penghasilan dari Pekerjaan dan Penghasilan lain- lain A. Pemajakan atas penghasilan dari pekerjaan bebas Penghasilan dari pekerjaan bebas adalah penghasilan yang diperoleh dari jasa-jasa professional. Dalam UN Model dan Model P3B Indonesia istilah jasa-jasa professional (professional services) terutama meliputi ilmu pengetahuan, kesusastraan, kesenian, kegiatan pendidikan atau pengajaran serta pekerjaan bebas dari dokter, insinyur, pengacara, dokter gigi, arsite, dan akuntan. Ketentuan khusus pemajakan atas penghasilan dari pekerjaan bebas hanya dapat ditemukan dalam Pasal 14 UN Model dan Model P3B Indonesia. Sedangkan dalam OECD Model ketentuan tersebut sudah dihapus. Dalam OECD Model pemajakan atas penghasilan dari pekerjaan bebas dikembalikan tunduk pada ketentuan umum pemajakan atas laba usaha. UN Model dan Model P3B Indonesia pada prinsipnya mengatur bahwa penghasilan yang diperoleh penduduk dari suatu negara pihak pada persetujuan (negara domisili) sehubungan dengan jasa professional atau pekerjaan bebas lainnya hanya akan dikenakan pajak di negara tersebut (negara domisili) kecuali jika ia memiliki tempat usaha tetap yang tersedia baginya secara teratur di negara pihak pada persetujuan lainnya (negara sumber) untuk tujuan melakukan kegiatn-kegiatannya atau ia berada di negara lainnya (negara sumber) untuk suatu masa atau periode secara keseluruhan melebihi

Pemajakan Atas Penghasilan Dari Pekerjaan Dan Penghasilan Lain(BARU)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pajak internasional

Citation preview

Pemajakan Atas Penghasilan dari Pekerjaan dan Penghasilan lain-lain

A. Pemajakan atas penghasilan dari pekerjaan bebasPenghasilan dari pekerjaan bebas adalah penghasilan yang diperoleh dari jasa-jasa professional. Dalam UN Model dan Model P3B Indonesia istilah jasa-jasa professional (professional services) terutama meliputi ilmu pengetahuan, kesusastraan, kesenian, kegiatan pendidikan atau pengajaran serta pekerjaan bebas dari dokter, insinyur, pengacara, dokter gigi, arsite, dan akuntan.Ketentuan khusus pemajakan atas penghasilan dari pekerjaan bebas hanya dapat ditemukan dalam Pasal 14 UN Model dan Model P3B Indonesia. Sedangkan dalam OECD Model ketentuan tersebut sudah dihapus. Dalam OECD Model pemajakan atas penghasilan dari pekerjaan bebas dikembalikan tunduk pada ketentuan umum pemajakan atas laba usaha.UN Model dan Model P3B Indonesia pada prinsipnya mengatur bahwa penghasilan yang diperoleh penduduk dari suatu negara pihak pada persetujuan (negara domisili) sehubungan dengan jasa professional atau pekerjaan bebas lainnya hanya akan dikenakan pajak di negara tersebut (negara domisili) kecuali jika ia memiliki tempat usaha tetap yang tersedia baginya secara teratur di negara pihak pada persetujuan lainnya (negara sumber) untuk tujuan melakukan kegiatn-kegiatannya atau ia berada di negara lainnya (negara sumber) untuk suatu masa atau periode secara keseluruhan melebihi .. hari dalam jangka waktu dua belas bulan (melebihi test time). Lamnaya time test atau jumlah hari dalm tanda titik-titik tersebut ditentukan kedua negara ketika melakukan perundingan P3B.Jika ia mempunyai tempat usaha tetap di negara lain (negara sumber) untuk suatu masa atau periode tersebut diatas, penghasilannya dapat dikenakan pajak di negara lainnya (negara sumber) tetapi hanya sebatas penghasilan berasal dari tempat bentuk usaha tetap tersebut berada (negara sumber) selama masa-masa tersebut diatas. Dengan kata lain negara sumber dapat memajaki apabila orang yang melakukan pekerjaan bebas tersebut mempunyai BUT atau berada di negara sumber melebihi test time. Jika tidak mempunyai BUT dan tidak melebihi time test maka negara sumber tidak boleh memajaki. Sifat pemajakan untuk penghasilan sehubungan dengan pekerjaan bebas adalah hak pemajakan penuh (exclusively taxing rights). Jadi apabila negara sumber boleh memajaki, maka pemajakannya sesuai dengan UU domestic negara tersebut. Apabila orang yang melakukan pekerjaan bebas tersebut terutang pajak di negara sumber karena mempunyai tempat usaha tetap, maka mekanisme pemajakannya tunduk pada ketentuan pemajakan BUT. Sedangkan apabila orang tersebut terutang pajak karena keberadann di negara sumber melebii test time maka mekanisme pemajakannya berdasarkan ketentuan UU PPh dikenakan pemotongan PPh Pasal 26.B. Pemajakan atas penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerjaPemajakan atas penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja/karyawan sering disebut dengan istilah pemajakan atas dependent personal service. Menurut rumusan Model P3B gaji, upah dan imblan serupa lainnya yang diperoleh penduduk suatu negara pihak pada persetujuan (negara domisili) sehubungan dengan pekerjaan akan dikenakan pajak di negara tersebut (negara domisili) kecuali pekerjaan tersebut dilakukan di negara lainnya (negara sumber) maka atas penghasilan tersebut dapat dikenakan di negara lainnya (negara sumber). Jadi negara sumber dapat memajaki sepanjang pekerjaan dilakukan di negara sumber.Namun demikian, imbalan yang diperoleh penduduk dari suatu negara pihak pada persetujuan (negara domisili) dari pekerjaan yang dilakukan di negara pihak pada persetujuan lainnya (negara sumber) hanya akan dikenakan pajak di negara domisili, jika:a. Penerima imbalan tersebut berada di negara lainnya (negara sumber) untuk suatu masa atau periode tidak melebihi. hari dalam jangka waktu dua belas bulan (tidak melebihi test time) dimulai atau berakhir dalam tahun pajak yang bersangkutanb. Imbalan tersebut dibayarkan oleh, atau atas nama, seorang pemberi kerja yang bukan merupakan penduduk negara lainnya (bukan penduduk negara sumber)c. Imbalan tersebut tidak menjadi beban suatu bentuk usaha tetap atau tempat usaha tetap yang dimiliki oleh pemberi kerja di negara lainnya (di negara sumber)Ketiga syarat tersebut bersifat kumulatif, artinya jika ketiga syarat tersebut dipenuhi negara sumber tidak boleh memajaki. Namun apabila satu atau lebih syarat tidak dipenuhi makan negara sumber dapat memajaki. Apabila negara sumber dapat memajaki maka sifat pemajakannya adalah hak pemajakan penuh (exclusively taxing rights). Dengan hak pemajakan penuh negara sumber dapat memajaki seluruh penghasilan sesuai UU domestic.C. Pemajakan atas penghasilan Direktur Berdasarkan OECD Model, imbalan yang diterima direktur dan pembayaran-pembayaran serupa lainnya yang diperoleh penduduk negara pihak pada persetujuan (negara domisili) dalam kedudukannya sebagai anggota dewan direktur dari sebuah perusahaan yang merupakan penduduk negara persetujuan lainnya ( di negara sumber). Dalam UN Model ditambahkan ketentuan bahwa ketentuan tersebut juga diberlakukan untuk gaji, upah dan imbalan serupa lainnya sesorang yang menjabat dalam posisi menajerial tingkat (top level management). Sedangkan dalam Model P3B indonesia cakupannya adalah anggota dewan direksi atau organ serupa lainnya. Yang dimaksud dengan imblan direktur adalah imbalan yang terkait dengan kedudukannya sebagai direktur. Untuk imbalan berasal dari perusahaan sehubungan dengan fungsi sehari-hari yang bersifat manajerial atau teknis dapat dikenakan pajak sesuai dengan ketentuan pemajakan atas penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja (Dependent personal service)Pemajakan untuk imbalan direktur berbeda dengan pemajakan untuk penghasilan dari pekerjaan bebas dan penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja. Dalam pemajakan atas penghasilan dari direktur tidak diperlukan time test. Artinya penghasilan ini dapat dipajaki di negara sumber tanpa melihat berapa lama direktur ini berada di Indonesia. Sifat hak pemajakan untuk atas penghasilan dari direktur adalah hak pemajakan penuh, sehingga negara domisili dapat mengenakan pajak secara keseluruhan (tanpa pembatasan) sesuai dengan UU Domestik.D. Pemajakan Atas Penghasilan Artis dan OlahragawanBerdasarkan rumusan Model P3B, penghasilan yang diperoleh penduduk dari suatu negara pihak pada persetujuan (negara domisili) sebagai penghibur, seperti artist eater, film, radio, televise atau pemain music atau sebagai olahragawan, dari kegiatan-kegiatan sebagai orang pribadi dilakukan di negara pihak lainnya pada persetujuan (negara sumber), dapat dikenakan pajak di negara lainnya (di negara sumber)Penghasilan artis dan olahragawan dikenakan pajak di negara sumber tanpa mendasarkan pada berapa lama artis dan olahragawan tersebut berada di negara sumber (tanpa memerlukan time test). Sifat pemajakan untuk atas penghasilan artis dan olahragawan adalah hak pemajakan penuh, sehingga negara domisili dapat mengenakan pajak secara keseluruhan (tanpa pembatasan) sesuai dengan UU DomestikApabila penghasilan sehubungan dengan kegiatan-kegiatan perseorangan yang dilakukan oleh seorang artis atau olahragawan dalam kapasitasnya tersebut di atas dibayarkan tidak kepada artis atau olahragawan tersebut melainkan kepada orang dan badan lainnya, maka penghasilan tersebut dapat dikenakan pajak di negara pihak pada persetujuan dimana dilakukan kegiatan-kegiatan dari entertainer atau olahragawan tersebut berlangsung. Penghasilan ini tidak dianggap sebagai penghasilan dari laba usaha (pasal 7 Model P3B Indonesia) atau penghasilan dari pekerjaan bebas (pasal 14 Model P3B Indonesia) ataupun penghasilan pekerjaan dalam hubungan kerja (pasal 14 Model P3B Indonesia).