Upload
phamkhuong
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PEMANFAATAN BIOTEK SEMEN UNTUK PEKERJAAN BETON K 250
UTILIZATION OF BIOTECH CEMENT FOR WORK OF CONCRETE K 250
Muhammad Syarif ¹, Victor Sampebulu²,Nasruddin²
¹ Universitas Muslim Indonesia ² Universitas Hasanuddin Makassar
Alamat Korespondensi: Muhammad Syarif Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Muslim Indonesia Makassar, 90245 HP: 085342060304 Email: [email protected]
2
Abstrak
Peningkatan kebutuhan akan perumahan maupun infrastruktur lainnya secara otomatis menuntut kebutuhan akan bahan bangunan yang semakin meningkat pula. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat semen biotek sebagai salah satu semen alternatif selain dari semen portland/pcc melalui pemanfaatan tanah mediteren,limbah sekam padi, limbah ampas tebu dan sampah organik yang pada umumnya tidak lagi termanfaatkan oleh manusia melalui kajian ekperimental. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode water curing dan dry curing. Selanjutnya sebagai rangkaian uji kelayakan peneliti melakukan uji fisis berupa kehalusan butiran, berat jenis dan berat isi, waktu ikat awal dan waktu ikat akhir, konsistensi normal, berat volume, berat unit beton segar per m³, kandungan udara dan bleeding. Pengujian kuat tekan serta kuat tarik belah dalam bentuk slinder beton ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm dengan mutu kuat tekan rencana K-250. Dari hasil uji senyawa kimia semen biotek peneliti telah menemukan senyawa-senyawa kimia yang menyerupai senyawa kimia pada semen portland/pcc pada umumnya berupa CaO sebesar 65,36%, SiO₂ 18,84%, Al₂O₃ 6,33%, Fe₂O₃ 2,29 %, SO₃ 3,64%, MgO 1,35%, C₃S 66,72%, C₂S 3,98%, C₃A 12,9%, C4Af 24,75%. Pengujian kuat tekan dilakukan dengan metode water curing dan dry curing pada umur beton 3,7,14,21 dan 28 hari. Pengujian kuat tarik belah pada umur beton 28 hari. Sebagai kesimpulan dari hasil uji tekan diperoleh 5,00 Mpa pada metode water curing dan 6,10 Mpa pada metode dry curing sedang uji tarik sebesar 0,61 Mpa pada metode water curing dan 0,96 Mpa pada metode dry curing. Pembanding yang digunakan dalam uji kelayakan biotek semen baik secara fisis maupun secara kimiawi adalah semen dari jenis Portland Composit Cement (pcc).
Kata kunci. Tanah mediteren, semen biotek
Abstract To Increasing needs for housing and other infrastructures automatically demand an increasing needs for the building materials as well. This research aims to make biotech cement as an alternative cement instead of the Portland/pcc by making use of the “mediterrent” soil, the rise husk wastes,the sugarcane waste and the organic waste, wich are not utilized by humans through an experimental study. The method of the research was the water and dry curing. Then a series of feasibility tests were conducted in order to examine its physical characteristics,such as its grain fineness, its specific and content weights, its initial and final time banding capacity, its normal consistency, its volume weight, its fresh concrete unit weight per cibic meterand its air and bleeding content. Next the concrete cylinders with the diameter of 15 cm and the heigh of 30 cm and the planned pressing strenght capacity of K-250 was tested its pressing strength and split pulling strength. The chemical fusion test revealed some similarities between the biotech cement and the Portland/pcc cement, such as CaO 65.36%, SiO₂18.84%, Al₂O₃6.33%, Fe₂O₃ 2.29%, SO₃3.64%, MgO 1.35%, C₃S66.72%,C₂S3.98%, C₃A 12.9%, C4Af 6.97%. The test of the pressing strength was done with both the water curing and dry curing at the concrete ages of 3,7,14,21 and 28 days. And the test of the concrete split pulling strength was conducted at the age of 28 days. The result of the test of the concrete pressing strength was using water curing method was 5,00 Mpa and 6,10 Mpa using the dry curing method, while the result of the pulling strength was 0,61 Mpa using water curing method and 0,96 Mpa using the dry curing method. As a standard of comparison for feasibility of the biotech cement, the Portland composite cement was cosen.
Key Words : Mediteren land, Biotech cement.
3
PENDAHULUAN
Makassar sebagai ibukota propinsi Sulawesi Selatan dengan penduduk berjumlah
1.112.688 jiwa merupakan kota terbesar keempat di Indonesia dan terbesar di Kawasan
Timur Indonesia yang memiliki luas areal 175,79 km2 (BPS,2010) sehingga kota ini sudah
menjadi kota metropolitan. Sebagai pusat pelayanan di KTI, Kota Makassar berperan
sebagai pusat perdagangan dan jasa, pusat kegiatan industri serta pusat kegiatan
pemerintahan Sulawesi Selatan. Peningkatan kebutuhan akan perumahan maupun
infrastruktur lainnya secara otomatis menuntut kebutuhan akan bahan bangunan yang
semakin meningkat pula. Peningkatan akan kebutuhan bahan bangunan harus disikapi
dengan pemanfaatan dan penemuan bahan bangunan yang mampu memberikan alternatif
kemudahan pengerjaan. Dalam penelitian ini penekanannyaberorientasi terhadap
pemanfaatan limbah/daur ulang material yang tidak memberikan banyak konstribusi dalam
kehidupan masyarakat selama ini.
Makassar memiliki beberapa kabupaten yang tersebar di pesisir timur dan selatan
kota Makassar. Salah satu kabupatennya adalah kabupaten daerah tingkat II Jeneponto.
kabupaten ini memiliki sumber tanah mediteren yang cukup banyak dan secara visual
kabupaten ini memiliki lahan kering seluas 40.702 ha atau setara 50,91 %.
(BPS,2011).Tanah mediteren adalah tanah yang sifatnya tidak subur dan yang terbentuk dari
pelapukan batu kapur. Tanah mediteren tidak memiliki unsur hara sama sekali sehingga
tanah ini tidak subur. Kapur dalam tanah ini memiliki kandungan kalsium dan magnesium,
jenis tanah mediteren tidak banyak memberi keuntungan untuk pertanian namun jenis tanah
ini sangat baik digunakan untuk bahan bangunan, (Anonim, 2012). Dari fakta lapangan
menunjukkan kondisi tanah mediteren di Kabupaten Jeneponto belum tersentuh dengan
kajian-kajian penelitian pemberdayaan sumber daya alam. Selanjutanya penelitijuga
mengambil sampel limbah ampas tebu,limbah sekam padi dan sampah organik. Salah satu
permasalahan yang dihadapi warga Negara Indonesia pada umumnya dan masyarakat
Sulawesi Selatan pada khususnya adalah masalah persampahan. Sampah dari hari kehari
semakin meningkat produksinya sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang semakin
meningkat (Umar, 2009). Meningkatnya beban sampah maka secara berangsur-angsur
memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan penduduk (Waryono, 2009).
Tingginya volume beban sampah maka dipandang perlu umtuk melakukan
4
pengelolaan(Suarna, 2008) Makassar telah memproduksi sampah sebesar 3.680,03 m³
perhari dengan jumlah sampah organik sebanyak 2.943,29 m³ atau 79,98 % dari total jumlah
sampah perharinya (Makassar, 2010). Dengan melalui proses pembakaran, sampah organik
akan menjadi abu yang mengandung unsur SiO2 sebanyak 23%-46% , Al2O3 sebanyak
13%-29% dan CaO sebanyak 12%-31% (Priyatna, 2009). Dalam mempermudah penguraian
sampah organik dan anorganik maka peran masyarakat sangat dibutuhkan (Wompere,
2012).
Dengan berpijak pada berbagai teori dan kenyataan dilapangan dan dalam rangka
upaya pemanfaatan limbah industri, limbah rumah tangga dan sumber daya alam yang ada
maka proses penelitian ini diharapkan diperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian yakni:
Mukinkah pemanfaatan tanah mediteren, limbah sampah organik, limbah ampas tebu dan
limbah sekam padi dapat menjadi biotek semen sebagai semen alternatif selain semen
Portland/PCC untuk pekerjaan beton K-250 dan pekerjaan lainnya yang menggunakan
bahan dasar semen.
BAHAN DAN METODE
Lokasi Penelitian
Penelitian ini diawali dengan pengambilan sampel dari fakta lapangan yang
menunjukkan kondisi tanah Mediteren di Kabupaten Jeneponto yang belum tersentuh
dengan kajian-kajian penelitian pemberdayaan sumber daya alam. Selanjutanya juga
mengambil sampel limbah ampas tebu dari pabrik gula Takalar pada Kabupaten Takalar.
Pada tahap selanjutnya adalah pengambilan sampel sekam padi juga di Kabupaten Takalar
sedang untuk sampel sampah organik diambil dari Kota Makassar dalam hal ini pada
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Antang.
Desain dan Variabel Penelitian
Variabel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengujian kelayakan biotek
semen berupa kehalusan butiran, berat jenis dan berat isi, waktu ikat awal dan waktu ikat
akhir, konsistensi normal serta berat volume.Hardened Concrete, indikatornya meliputi berat
unit per m³, perencanaan dan penilaian kuat tekan serta kuat tarik.Fresh Concrete
Condition; indikatornya meliputi berat unit per m³, kandungan udara dan bleeding.
5
Pemeriksaan kuat tekan beton dilaksanakan pada umur benda uji 3 hari, 7 hari, 14 hari, 21
hari, dan 28 harisedang untuk pemeriksaan kuat tarik belah pada umur benda uji 28 hari.Uji
kuat tekan dan tarik belah berupa sejumlah percobaan berbentuk slinder dengan dimensi
tinggi 30 cm dan diameter 15 cm.
Populasi dan Sampel
Penekanan populasi dalam penelitian ini berupa tanah dengan mengambil jenis
tanah mediteren, sampah dari jenis sampah organik, tebu dengan mengambil limbah pada
pabrik pembuatan gula pasir (blotong), padi dengan mengambil limbah/ampas (sekam padi).
Pengumpulan Data
Penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa tahap yaitu tahap pra lapangan dan
persiapan.Tahap ini meliputi penyusunan rancangan penelitian, menjejaki dan meniliai
kondisi awal yaitu melakukan pengamatan lapangan terhadap kondisi tanah mediteren,
limbah tebu, limbah sekam padi dan limbah sampah organik. Tahap pekerjaan lapangan dan
pengumpulan data meliputi pengumpulan material dan pengelolaannya yang dilaksanakan
pada suatu area yang dipandang efektif dalam proses penguraian material baku, pengujian
mutu kuat tekan dan tarik belah dilaksanakan pada laboratorium Struktur dan Bahan
Fakultas Teknik Sipil Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, pengujian unsur
kimia dilaksanakan pada laboratoriumPT. Sucofindo dan Dinas Energi dan Sumber Daya
MineralMakassar keduanya telah terpercaya dan terbiasa melakukan analisis senyawa kimia.
Proses analisis data hasil uji meliputi tahap penentuan kesimpulan hasil uji.
Dari analisis yang dilakukan tersebut peneliti telah menarik kesimpulan dari fakta analisis
untuk selanjutnya memaparkan hasilnya dalam sebuah kesimpulan penelitian.
Analisis Data
Selain menguji dan mengevaluasi hasil tekan dan tarik beton slinder serta uji sifat
fisis semen biotek, peneliti juga melakukan suatu hipotesis “Bahwa apakah terjadi
perbedaan yang nyata antara kuat tekan pada metode perawatan water curing dan dry curing
terhada beton semen biotek maupun terhadap beton semen pcc”. Dalam menjawab hipotesis
tersebut maka setelah peneliti melakukan kajian-kajian eksperimental dilapangan dan
dilaboratorium baik terhadap kajian fisis dan kajian kimianya maka selanjutnya peneliti
melakukan pendekatan kajian uji statistik sebagai salah satu langkah untuk menyesuaikan
hasil uji material terhadap pendekatan analisis. Dalam uji statistik tersebut peneliti
6
menggunakan metode uji Tee (T),dari hasil uji diperoleh asumsi bahwa Ho Ditolak karena
terdapat perbedaan yang nyata antara rata-rata uji tekan metode dry curing dan water curing
terhadap beton semen biotek dengan beton semen pcc.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1 memperlihatkan hasil analisissenyawa kimia semenbiotek dengan
parameter berupa CaO sebesar 65,36%, SiO₂ 18,84%, Al₂O₃ 6,33%, Fe₂O₃ 2,29 %, SO₃
3,64%, MgO 1,35%, C₃S 66,72%, C₂S 3,98%, C₃A 12,9%, C4Af 24,75%. Pada tabel 2
diperlihatkan senyawa kimia bahan utama pembentuk semen biotek yaitu tanah mediteren,
limbah ampas tebu, limbah sekam padi dan sampah organik. Hasil analisis kelayakan serta
sifat fisis semen biotek dan semen pcc yang meliputi kehalusan ,berat jenis, berat isi, waktu
ikat awal(initial setting),waktu ikat akhir (final setting)ditinjukkan dalam table 3.
Kuat tarik belah yang menggunakan semen pcc dengan metode perawatan water
curing mempunyai kemampuan lebih diatas dari beton yang menggunakan metode dry
curing, metode water curing menghasilkan 2,16 Mpa sedang metode dry curing
menghasilkan 2,01 Mpa. Kuat tarik belah yang menggunakan biotek semen dengan metode
perawatan water curing mempunyai kemampuan dibawah dari beton yang menggunakan
metode dry curing.Metode water curing menghasilkan 0,61 Mpa sedang metode dry curing
menghasilkan 0,96 Mpa.Gambar 1 memperlihatkan beton semen biotek dan beton semen
pcc yang telah di uji tarik belah.
Hasil pengujian kuat tekan slinder betonyang menggunakan semen pcc padametode
water curing menghasilkan 21,08 Mpa sedang untuk metode dry curing menghasilkan 20,22
Mpa. Untuk beton semenbiotekpada metode perawatan water curing menghasilkan 5,00
Mpa sedang untuk metode dry curing menghasilkan 6,10 Mpa. Grafikhasil pengujian kuat
tekan (Compressive Strengh) dapat dilihat pada gambar 2A yang merupakan grafik hasil
uji tekan sampel beton semen biotek dan beton semen pcc metode water curing dan dry
curing berdasarkan umur beton rencana. Grafikhasil pengujian kuat tarik (Spilitting Test)
ditunjukkan pada gambar 2B yang merupakan grafik hasil uji tarik belah sampel
berdasarkan umur beton rencana yaitu umur 28 hari.
7
PEMBAHASAN
Bahwa dari hasil hidrasi campuran baggase ash dengan semen portland dapat
diperolehsetting time yang bertambah (Haryono dkk, 2005). Abu ampas tebu yang didapat
dengan mengatur secara sempurna pembakarannya akan mengandung silikat amorphous
yang sangat tinggi, yaitu sekitar 88,9% sampai 96,7% (Wibowo dkk, 2006). Abu sekam
padi meskipun tidak dapat digolongkan sebagai matriks semen karena tidak mengandung
C3S dan C2S tetapi dapat digunakan sebagai pengganti sebagian semen untuk menghasilkan
CSH sekunder dalam pembuatan komposit semen (Bakri, 2009). Penggunaan fly ash jenuh
merupakan salah satu cara untuk mengurangi pengupan tinggi dalam proses hidrasi terhadap
kepadatan semen dalam beton (Sampebulu, 2012). Seluruh bahan dibakar didalam pipe iron
rotary machine yang dilengkapi dengan fire high pressure dan dikontrol tekanannya
menggunakan thermometer infra red (IR 1500), material yang dibakar meliputi tanah
mediteren hingga mencapai tekanan 1400° C selama 240 menit, limbah sekam padi hingga
mencapai suhu 500° C selama 120 menit, blotong hingga mencapai suhu 500° C selama
120 menit dan limbah sampah organik dibakar hingga mencapai suhu 950° C selama 180
menit
Pengujian waktu ikat awal(initial setting) diuji dengan metode jarum vicat diameter
1 mm dimana telah menembus pasta semen pcc sedalam 24 mm pada menit ke-105 setelah
jarum tersebut dilepaskan sedang untuk biotek semen sedalam 25 mm pada menit ke-90 .
Kadar air yang digunakan untuk pengujian pengikatan awal semen pcc adalah kadar air
konsistensi normal 25 % sedang untuk semen biotek sebesar 37 %. Menurut standar ASTM
C-191, waktu pengikatan awal tidak boleh kurang dari 45 menit. Waktu pengikatan
akhir(final setting)semen pcc berada pada menit ke 180 sedang untuk semen biotekberada
pada menit ke 330. Menurut standar ASTM C-191, waktu pengikatan akhir tidak boleh lebih
dari 375 menit. Air berpengaruh pada sifat workabilitas adukan beton, kekuatan, susut, dan
keawetan betonnya. Untuk menghitung nilai bleeding agar dapat membandingkan nilai
bleeding beton segar pada beton dengan semen pcc terhadap nilai bleeding pada beton
semen biotekdigunakan rumus; Bleeding = V / A ( ml / cm² ) dimana , V adalah volume
air bleeding dari benda uji dalam ml dan A adalah luas permukaan benda uji dalam cm².
Besarnya nilai bleeding untuk beton semen biotek adalah 8,49 ml/cm³ dan 10,75 ml/cm³
untuk beton semen pcc. Berat unit beton segar semen biotek adalah 2258 kg/m³ dan berat
8
beton kering adalah 2122 kg/m³ sedang beton segar untuk semen pcc adalah 2596 kg/m³
dan beton keringnya adalah 2402 kg/m³.
KESIMPULAN DAN SARAN
Bahwa untuk saat ini semen biotek belum dapat direkomendasikan dalam
penggunaan pekerjaan struktural. Dari hasil uji tekan, uji tarik belah beton slinder serta uji
fisis semen biotek berupa waktu ikat akhir (final setting) maka dapat diasumsikan bahwa
pada beton semen biotek telah ditemukan indikasi peningkatan kemampuan menahan beban
(sesuai grafik uji tekan) sehingga untuk mencapai kemampuan menahan beban sesuai kuat
rencana diperlukan waktu lebih lama dari waktu rencana (lebih dari 28 hari). Salah satu
penyebab rendahnya mutu semen biotek adalah karena adanya pemakaian blotong/ampas
tebu dimana hal ini memacu terbentuknya silika gel. Dengan adanya silika gel didalam
kandungan semen biotek menyebabkan kandungan airnya dihisap oleh silika gel tersebut
dan membentuk gelembung matriks bodi beton /internal force yang pada akhirnya
menyebabkan terjadinya perlemahan didalam proses pengikatan dan kemampuan kekuatan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan selesainya penelitian dan penulisan tesis pada program Pasca Sarjana
Universitas Hasanuddin ini maka penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada bapak Dr. Ir. Victor Sampebulu’ M Eng, selaku ketua prodi sekaligus
merangkap pembimbing dan Dr. Eng. Nasruddin, ST.MT selaku pembimbing peneliti
demikian juga kepada tim penguji yaitu bapak Dr. Eng. Baharuddin Hamzah , ST.MT,
bapak Prof. Dr. Muhammad Wihardi Tjaronge , ST.M. Eng, dan bapak Prof. Dr. Ir. Herman
Parung, M. Eng.Ucapan terimasih juga kepada rekan-rekan mahasiswa pasca prodi teknik
arsitektur Unhas serta handai taulan yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
9
DAFTAR PUSTAKA
Bakri. (2009). Komponen Kimia Dan Fisik Abu Sekam Padi Sebagai SCM Untuk Pembuatan Komposit Semen. Jurnal Perennial (Chemical and Physical Component of Rice Husk Ash as SCM for Cement Composite Manufacture) Lab. Keteknikan dan Diversifikasi Produk Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Makassar 90245 diakses tanggal 22 Oktober 2011 dari http://www. scribd.com/doc/51461354/ Kimia-Dan-Fisik-Abu-Sekam-Padi-Bakri
Badan Pusat Statistik Kota Makassar(2010). Makassar Dalam Angka Badan Pusat Statistik Jeneponto (2010), Kabupaten Jeneponto Dalam Angka. Badan Standarisasi Nasional SNI No. 03-6825 (2002)Metode Pengujian Kekuatan Tekan
Mortar Semen Portland Untuk Pekerjaan Sipil Haryono Sri dan Luky Primantary. (2005). Pemnafaatan Limbah Ampas Tebu (Baggase
Ash) Sebagai Bahan Subtitusi Semen Untuk Meningkatkan Kuat Tekan Dan Durabilitas Beton Pada Lingkungan Agresif.
Priyatna dalam Edi Hartono. (2009). Jurnal Penggunaan Campuran Abu Sampah Organik dan Limbah Karbit sebagai Bahan Pengganti Semen pada Mortar
Sampebulu, Victor. (2012). “Increase on Strenghts of Hot Weather Concrete by Self-Curing of Wet Porous Aggregat” diakses tanggal 12 Pebruari 2012 dari http://puslit2.petra.ac.id /ejournal/index. php/civ
Suarna, I Wayan. (2008). Model Penanggulangan Masalah Sampah Perkotaan dan Pedesaan. Jurnal Pusat Penelitian Ilmiah Lingkungan Hidup Universitas Udayana. Diakses tanggal 22 Oktober 2011 dari http://www.dies.unud.ac.id/wp
Tanah Mediteren. (2012). (http://www.blogsas com/8-jenis-tanah-di-indonesia, diakses tanggal 9 Januari 2012).
Umar, Ibnu. (2009). Pengelolaan Sampah Secara Terpadu Diwilayah Perkotaan, Jurnal Nasional diakses tanggal 22 Oktober 2011 dari http://uwityangyoyo. wordpress.com/2009/04/05/pengelolaan-sampah-secara-terpadu-di-wilayah-perkotaan/
Wibowo, Nurwadji dkk. (2006). Pengembangan Alat Pengolah Limbah Abu Ampas Tebu. Waryono, Tarsoen. (2008). Konsepsi Penanganan Sampah Perkotaan Secara Terpadu
Berkelanjutan. Diakses tanggal 22 Oktober 2011 dari http://staff.blog.ui.ac.id Wompere. (2012). Butuh Regulasi Pengelolaan Sampah. Jurnal Nasional diakses tanggal 22
Oktober 2011 dari http://www. jurnas.com/halaman/16/2012-01-13/195452
10
Tabel 1 Komposisiunsur kimia semen biotek dan semen pcc
ASTM ( % ) SNI ( % )
1 Kapur Ca O 63,9 65 65,362 Silika SiO2 20,6 20 18,843 Alm Oksida Al2 O3 5,07 6 6,334 Fery Oksida Fe2 O3 2,9 6 2,295 Sulfur SO 3 2,53 4 3,646 Alkali Na 2O + K2O 0,88 1,017 Magnesium Oksida MgO 1,53 6 1,358 Loss On Ignation LOI 1,58 5 24,75
1 Trikalsium Silikat C3S 50 - 70 35 - 55 66,722 Dikalsium Silikat C2S 15 -30 15 - 35 3,983 Trikalsium Alluminat C3A 5 - 10 7 -15 12,94 Trikalsium Alluminat Ferry C4 AF 5 - 15 5 -10 6,97
Komposisi Semen PCCSumber Semen BiotekParamaeterNo
Sumber: Peneliti, Syarif 2013, SNI 15-7064-2004 dan SNI 15-2049-2004, ASTM C14
Tabel 2 Komposisi unsur kimia bahan utama semenbiotek
Sampah Organik
Tanah Mediteren
Sekam Padi Blotong
1 Kapur (Ca O) 19,53 40,93 2,04 12,882 Silika (SiO2) 32,56 13,11 71,27 38,063 Alm Oksida (Al2 O3) 4,37 13,71 0,91 3,674 Fery Oksida (Fe2 O3) 2,79 1,18 2,34 4,045 Sulfur (SO 3) 0,05 - - 0,016 Alkali (Na 2O + K2O) 2.42 0.1 0.81 0.577 Magnesium Oksida (MgO) 3,72 1,12 1,11 1,478 Mangan MnO 0,08 - - 0,629 Titanium Oksida TiO3 0,1 - - 0,1110 Phospor P2O5 0,8 - - 1,1211 Hilang Pijar HP 26,94 - 21,51 -
Jenis Sampel ( % )ParameterNo
Sumber: Peneliti, Syarif 2013
11
Tabel 3Hasil uji sifat fisis semen biotek dan semen pcc Hasil Uji Fisis: Berat Jenis SemenBiotek 3,16 Semen Pcc 3,01
Waktu ikat awal Semen biotek 90 menit Semen pcc 105 menit
Berat volume padat Semen biotek 1224 kg/ltr Semen pcc 1267 kg/ltr
Fresh Concrete: Bleding beton Dengan semen biotek 8,49
ml/cm³ Dengan semen pcc 10,75
ml/cm³
Kehalusan: - Semen Biotek
Lolos ayakan 100= 27 % Lolos ayakan 200 = 59 %
Waktu ikat akhir
Semen biotek 330 menit Semen pcc 180 menit
Berat volume gembur Semen biotek 1047 kg/ltr Semen pcc 1091 kg/ltr
Kandungan udara beton per m³ Dengan semen biotek 1,48 % Dengan Semen pcc 1,70 %
Kehalusan: - Semen Pcc Lolos ayakan 100= 27 % Lolos ayakan 200= 33 %
Konsistensi Normal Semen biotek 37 % Semen pcc 25 %
Berat unit beton segar per m³ Dengan Semen biotek 2258
kg/m³ Dengan semen pcc
2596kg/m³ Berat unit beton kering per m³ Dengan Semen biotek 2122
kg/m³ Dengan semen pcc
2402kg/m³
Sumber: Peneliti, Syarif 2013
Gambar 1 Hasil uji tarik slinder beton semen biotekdan beton semen pcc
BETON SEMEN BIOTEK BETON SEMEN PCC