Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.V, No.1, Januari 2016
1
PEMANFAATAN SARI BUAH JAMBU BIJI MERAH (Psidium guajava Linn.)
SEBAGAI ANTIOKSIDAN DALAM BENTUK GRANUL EFFERVESCENT*
Revika Rachmaniar, Haruman Kartamihardja, Merry
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia
*Telah dipresentasikan secara oral pada acara International Seminar of Pharmaceutical Institut
Teknologi Bandung pada Agustus 2015
_____________________________________________________________________________________
Abstrak
Telah dilakukan penelitian pembuatan formulasi granul effervescent dari sari buah jambu biji
merah (Psidium guajava Linn.) sebagai antioksidan dengan menggunakan metode granulasi
basah. Pada penelitian ini formula dibuat dengan variasi konsentrasi Na-CMC sebagai pengikat.
Evaluasi yang dilakukan terhadap granul effervescent di antaranya adalah kecepatan alir, sudut
istirahat, kerapatan curah, kerapatan mampat, kompresibilitas, uji kestabilan granul effervescent,
uji hedonik terhadap 30 responden, dan uji antioksidan dengan menggunakan metode DPPH
(1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Hasil evaluasi granul effervescent menunjukkan bahwa ketiga
formula, yaitu F1, F2, dan F3 memiliki kualitas yang baik sesuai dengan persyaratan granul
effervescent. F3 yang mengandung sari buah jambu biji merah 11%, manitol 35,35%, Na-CMC
0,75%, asam sitrat 9,4%, asam tartrat 18,8%, natrium bikarbonat 23,5%, karmin 0,5%, dan
perisa jambu 0,7% merupakan formula yang menghasilkan granul effervescent terbaik
dibandingkan F1 dan F2 dalam segi kecepatan alir, sudut istirahat, kerapatan curah, kerapatan
mampat, dan kompresibilitas. Uji aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa ketiga formula
granul effervescent sari buah jambu biji merah masih memiliki aktivitas antioksidan. Hasil uji
kesukaan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata pengaruh formula granul
effervescent sari buah jambu biji merah terhadap kesukaan responden dengan tingkat
kepercayaan 95%.
Kata kunci: Psidium guajava, Granul effervescent, Antioksidan
Abstract
The research of the effervescent granules formulation of red guava juice (Psidium guajava
Linn.) as an antioxidant using wet granulation method has been conducted. In this study,
formulas were made with concentration variation of carboxymethylcellulose sodium as the
binder. Evaluation of the effervescent granules were the flow-rate, angle of repose, bulk
density, tapped density, compressibility, stability test of effervescent granules, hedonic test
towards 30 respondents, and the antioxidant test using DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl).
The results showed that the three formulas, F1, F2, and F3 had good quality accordance to the
requirements of effervescent granules. F3 which contained 11% red guava juice, 35,35%
mannitol, 0,75% Carboxymethylcellulose sodium, 9,4% citric acid, 18,8% tartaric acid, 23,5%
sodium bicarbonate, 0,5% Carmine, 0,7% guava essence was a formula that produces the best
effervescent granules than F1 and F2 in the aspect flow of rate, angle of repose, bulk density,
tapped density, compressibility. Antioxidant activity test showed that the three formulas of red
guava juice effervescent granules still had antioxidant activity. Results of hedonic test showed
that there was no significant difference from the effect of red guava juice effervescent granules
formulas to respondents preferences with 95% confidence level.
Keywords: Psidium guajava, Effervescent granules, Antioxidant
___________________________________________________________________________
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.V, No.1, Januari 2016
8
PENDAHULUAN
Buah jambu biji merah adalah salah
satu buah terbaik yang dapat dikonsumsi
setiap hari karena buah jambu biji merah
sangat kaya akan vitamin C. Nama Daerah
untuk jambu biji ini diantaranya Glima
breueh (Aceh), galiman (Sumatera), jambu
klutuk (Jawa), jambu batu (Sunda), jambu
bender (Madura), gojawas (Manado), libu
(Kalimantan), kojabas (Nusa Tenggara),
dan kayawese (Maluku) (Putra, 2013).
Buah jambu biji mempunyai warna
daging yang berbeda, ada yang berwarna
putih, dan ada yang daging buahnya
berwarna merah. Kandungan gizi antara
jambu biji ini juga berbeda, jambu biji
dengan daging berwarna merah mempunyai
kandungan gizi yang lebih komplit dengan
kandungan vitamin C lebih tinggi
(Ramayulis, 2013).
Buah jambu biji merah telah
terbukti dapat mengobati diare, disentri,
demam berdarah, gusi bengkak, sariawan,
jantung, dan diabetes. Buah jambu biji
merah mengandung vitamin C yang cukup
tinggi. Vitamin C sangat baik sebagai zat
antioksidan (Parimin, 2005).
Kandungan nutrisi dalam 100 gram
buah jambu biji merah terdapat energi 51
kkal; karbohidrat 11,88 g; protein 0,82 g;
lemak 0,6 g, dan vitamin C 183,5 mg dan
bagian yang dapat dimakan sebanyak 82%.
Sebagian besar vitamin C jambu biji
terkonsentrasi pada kulit serta daging
bagian luarnya yang lunak dan tebal, serta
kandungan vitamin C jambu biji mencapai
puncaknya menjelang matang (Ramayulis,
2013; Parimin, 2005).
Selain kandungan gizinya, jambu
biji juga mengandung zat fitokimia di
antaranya polifenol, minyak atsiri yang
memberikan bau khas jambu biji (eugenol),
saponin berkombinasi dengan oleanolat,
flavonoid kuersetin, likopen, tanin, asam
ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat,
asam oleanolat, dan asam guajaverin
(Ramayulis, 2013; Putra, 2013).
Berbagai penelitian ilmiah
menunjukkan bahwa senyawa antioksidan
mengurangi resiko terhadap penyakit kronis
seperti kanker dan penyakit jantung
koroner. Karakter utama senyawa
antioksidan adalah kemampuannya untuk
menangkap radikal bebas. Metabolit
sekunder buah jambu biji merah yang
memiliki aktivitas antioksidan adalah
karotenoid dan senyawa fenolik seperti
vitamin C, kuercetin, guavin, asam
protokatekuat, asam ferulat, asam galat, dan
asam kafeat (Prakash, 2001; Kumari, et al,
2013; Rishika dan Sharma, 2012).
Hasil penelitian Norazmir
menunjukkan bahwa pemberian buah
jambu biji merah dengan rentang dosis 0,5-
2,0 g/kg berat badan hewan uji dapat
mengurangi radikal bebas karena buah
jambu biji merah dapat meningkatkan
aktivitas enzim antioksidan dalam darah
hewan uji. Hasil penelitian Maryanto
membuktikan juga bahwa serbuk jambu biji
merah sebanyak 0,72 g/kg berat badan
hewan uji dapat meningkatkan superoksida
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.V, No.1, Januari 2016
9
dismutase (SOD) dalam darah hewan uji
(Nor dan Yatim, 2011; Maryanto, 2013).
Kebutuhan vitamin C anak usia 13-
20 tahun sebanyak 80-100 mg dan orang
dewasa 70-75 mg. Berat buah jambu biji
merah sebesar 275 g/buah dapat mencukupi
kebutuhan vitamin C tiga orang dewasa,
atau dua orang anak usia 13-20 tahun per
harinya. Vitamin C yang tinggi ini
bermanfaat sebagai antioksidan yang
berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh,
mempercepat penyembuhan luka, dan
berperan dalam pembentukan kolagen
intraseluler tubuh. Kolagen merupakan
senyawa protein yang banyak terdapat pada
tulang rawan, kulit dalam, tulang, dentin,
dan endotel vaskular. Vitamin C juga
berperan pada sintesis neurotransmiter
menjadi neurofinefrin yang penting bagi
otak untuk sintesis karnitin yang berfungsi
dalam transpor lemak ke mitokondria untuk
dikonversi menjadi energi (Parimin, 2005;
Ramayulis, 2013; Kumari, et al, 2013;
Rishika dan Sharma, 2012).
Berdasarkan hal tersebut, buah
jambu biji sangat potensial bila dijadikan
suatu produk makanan tambahan. Sekarang
ini di Indonesia telah tersedia produk
makanan tambahan dari buah jambu biji
merah dalam bentuk sediaan jus, jelly, dan
serbuk instan.
Salah satu produk makanan
tambahan yang sekarang ini cenderung
disukai masyarakat adalah produk makanan
tambahan dalam bentuk sediaan
effervescent. Sediaan effervescent adalah
sediaan yang berisikan substansi asam dan
karbonat, yang apabila dimasukkan ke
dalam air akan mengeluarkan gas
karbondioksida. Sediaan effervescent
disukai karena karbonasi yang dihasilkan
dapat memberikan efek kesegaran. Sediaan
effervescent juga memiliki beberapa
kelebihan jika dibandingkan dengan
sediaan oral yang lain, terutama ditinjau
dari segi bioavaibilitasnya. Dengan bentuk
ini obat tidak memerlukan proses
disintegrasi dan disolusi terlebih dahulu
sebelum diserap sehingga kadar efektif obat
dalam darah akan cepat dicapai. Pemikiran
tersebut melatarbelakangi dilakukannya
penelitian tentang formulasi dan evaluasi
granul effervescent sari buah jambu biji
merah sebagai antioksidan.
METODOLOGI
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian adalah blender, timbangan
analitik (Henherr dan Ohaus), sentrifugator
(Centrifuge PLC Series), mortir dan
stamper, pengayak mesh 12 dan 14, oven
(Memmert), eksikator, stopwatch,
spektrofotometer Ultraviolet-Visible
(Shimadzu UV-1800), kuvet kuarsa
(Hellma), pipet piston (Socorex), alat
pengukur kecepatan alir, pH meter (Mettler
Taledo), moisture balance (Precisa), tanur
(Barnstead thermolyne), dan alat-alat gelas
yang biasa digunakan di Laboratorium
Fitokimia, Laboratorium Teknologi Sediaan
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.V, No.1, Januari 2016
10
Non-Steril, dan Laboratorium Instrumen
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan
dalam penelitian adalah buah jambu biji
merah (Manoko), akuades, etanol pro
analisis (Merck), natrium bikarbonat, asam
sitrat, asam tartrat, manitol, Na-CMC,
Karmin CI. No. 75470, perisa jambu,
pereaksi DPPH (Sigma-Aldrich), vitamin
C, dan pereaksi-pereaksi untuk skrining
fitokimia.
Determinasi Tanaman
Tanaman jambu biji merah yang
diperoleh dari Manoko-Lembang,
dideterminasi di Laboratorium Sekolah
Ilmu dan Teknologi Hayati-Institut
Teknologi Bandung untuk membuktikan
bahwa benar tanaman itu merupakan
tanaman jambu biji merah.
Skrining Fitokimia dan Karakterisasi
Ekstrak
Kandungan metabolit sekunder
yang terdapat dalam sari buah jambu biji
merah (Psidium guajava Linn.) dapat
diketahui melalui penapisan fitokimia yaitu
pengujian alkaloid, fenolat, tanin,
flavonoid, monoterpen dan seskuiterpen,
steroid dan triterpenoid, kuinon, saponin
(DepKes RI, 2000; Farnsworth, 1966).
Karakterisasi ekstrak dilakukan
untuk mengetahui mutu dan kualitas
ekstrak. Pengujian yang dilakukan adalah
penetapan susut pengeringan dan kadar abu
(DepKes RI, 2000).
Pembuatan Sari Buah Jambu Biji Merah
Buah seberat 1380 gram dicuci
bersih dan dipotong-potong. Kemudian
ditambahkan akuades sebanyak 1,38 liter
dan diblender. Hasilnya disentrifugasi
dengan kecepatan 4000 rpm selama 20
menit, dan filtratnya dipanaskan
menggunakan oven pada suhu 900 C sampai
menjadi sari kental.
Formulasi dan Pembuatan Granul
Effervescent Sari Buah Jambu Biji
Merah
Pembuatan granul effervescent
dilakukan dengan menggunakan metode
granulasi basah. Metode ini menggunakan
proses granulasi terpisah antara komponen
asam dan komponen basa. Formula dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Formula Granul Effervescent Buah Jambu Biji Merah
Bahan Formula 1 (%) Formula 2 (%) Formula 3 (%)
Sari buah 11 11 11
Manitol 35,85 35,6 35,35
Na CMC 0,25 0,5 0,75
Asam sitrat 9,4 9,4 9,4
Asam tartat 18,8 18,8 18,8
Natrium bikarbonat 23,5 23,5 23,5
Karmin 0,5 0,5 0,5
Perisa jambu 0,7 0,7 0,7
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.V, No.1, Januari 2016
11
a. Langkah pembuatan granul effervescent
adalah sebagai berikut:
b. Sari kental buah jambu biji merah
digerus dengan manitol sampai kering.
c. Pada granulasi komponen asam,
pertama-tama dilakukan pengeringan
asam sitrat dan asam tartrat pada suhu
450 C hingga kadar air < 0,5%.
d. Asam sitrat digerus dalam mortir yang
telah dilapisi manitol, ditambahkan
asam tartrat dan digerus hingga
homogen.
e. Sari ditambahkan dan digerus hingga
homogen. Sebagian perisa jambu dan
karmin ditambahkan sambil digerus
hingga homogen. Manitol dimasukkan
dan digerus hingga homogen.
f. Na-CMC ditambahkan dan digerus
hingga homogen, akuades ditambahkan
sedikit demi sedikit ke dalam campuran
sambil digerus hingga diperoleh massa
yang dapat dikepal.
g. Massa digranulasi dengan ayakan mesh
12, kemudian dikeringkan pada suhu
450 C.
h. Pada granulasi komponen basa,
dilakukan dengan mengeringkan
natrium bikarbonat pada suhu 450
C
hingga kadar air < 0,5%, kemudian
digerus dalam mortir yang telah dilapisi
manitol hingga homogen.
i. Sebagian perisa jambu dan karmin
ditambahkan sambil digerus hingga
homogen. Manitol dimasukkan dan
digerus hingga homogen.
j. Na-CMC ditambahkan dan digerus
hingga homogen, akuades ditambahkan
sedikit demi sedikit ke dalam campuran
sambil digerus hingga diperoleh massa
yang dapat dikepal. Massa digranulasi
dengan ayakan mesh 12, kemudian
dikeringkan pada suhu 450 C.
k. Setelah granul kering, kedua komponen
asam dan basa diayak kembali dengan
ayakan mesh 14 dan dicampurkan.
l. Kemudian granul dikemas, dan
dilakukan pengujian kualitas granul
effervescent.
Evaluasi Granul Effervescent
Tahapan dari Evaluasi Granul
Effervescent adalah sebagai berikut :
a. Kecepatan Alir
Granul dimasukkan ke dalam corong,
lalu alat dihidupkan. Waktu alir granul
dicatat, setelah itu dihitung aliran granul
(Aulton, 2002).
b. Sudut Istirahat
Dengan melakukan prosedur yang sama
pada prosedur kecepatan alir di atas, diukur
tinggi puncak taburan granul (h) dan
diameter lingkaran yang terbentuk dari
taburan granul diukur. Sudut istirahat yang
terbentuk dari taburan granul tersebut
dihitung antara bidang datar dengan tinggi
granul (Aulton, 2002). Rumus untuk sudut
istirahat, yaitu::
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.V, No.1, Januari 2016
12
c. Kerapatan Curah
Sebanyak 30 g (B) granul dimasukkan
ke dalam gelas ukur 100 ml, dicatat
volumenya (Vo). Kerapatan curahnya
(Aulton, 2002) dihitung dengan rumus:
d. Kerapatan Mampat
Sebanyak 30 g (B) granul dimasukkan
ke dalam gelas ukur 100 ml, dicatat
volumenya (Vo). Selanjutnya dilakukan
pengetukan. Volume pada ketukan ke 10,
50, dan 100 diukur, lalu dilakukan
perhitungan kerapatan mampat (Aulton,
2002) dengan rumus:
e. Kompresibilitas
Kompresibilitas massa cetak dapat
dihitung setelah kerapatan nyata dan
kerapatan mampat diketahui. Rumus untuk
kompresibilitas, yaitu:
f. Waktu Larut
Granul sebanyak 5 gram dari tiap
formula dilarutkan ke dalam 200 mL
akuades pada suhu 15-250
C. Waktu larut
dihitung dengan menggunakan stopwatch
dimulai dari granul tercelup ke dalam
akuades sampai semua granul terlarut dan
gelembung-gelembung di sekitar wadah
mulai menghilang (British Pharmacopoeia,
2002).
Pengujian Kestabilan Fisik Granul
Effervescent
Pengujian kestabilan fisik granul
effervescent dilakukan selama 28 hari dan
diamati setiap minggunya. Pengujian ini
meliputi:
a. Organoleptik
Pengujian dilakukan dengan cara
visual, yaitu dengan melihat perubahan
bentuk, warna dan aroma dari masing-
masing formula granul effervescent
(Burhan, et al, 2012).
b. Kelarutan granul
Pengujian terhadap uji kelarutan dan warna
granul dilakukan pada sediaan granul
effervescent yang telah dilarutkan ke dalam
air, dan dilakukan untuk masing-masing
formula (Lieberman, et al, 1989).
c. pH larutan
Sediaan granul effervescent yang telah
dilarutkan dalam akuades, diukur pHnya
dengan menggunakan pH meter (Kailaku,
et al, 2012).
Uji Antioksidan
Uji aktivitas antioksidan dilakukan
terhadap sari buah jambu biji merah,
granul effervescent, granul effervescent
tanpa sari jambu biji merah, dan vitamin C
sebagai pembanding dengan metode
penangkapan radikal DPPH (1,1-difenil-2-
pikrilhidrazil) oleh antioksidan secara
spektrofotometri visible dengan prosedur
sebagai berikut:
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.V, No.1, Januari 2016
13
a. Pembuatan larutan DPPH 20 ppm
DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil)
sebanyak 5 mg dilarutkan ke dalam 50 ml
etanol p.a. kemudian dipipet sebanyak 10
ml, dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml
dan dilarutkan dalam etanol p.a sampai
tanda batas.
b. Persiapan Sampel
Sampel sebanyak 50 mg dilarutkan
dalam 10 ml etanol p.a (5000 ppm),
kemudian dibuat larutan uji dengan
konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20
ppm, dan 25 ppm. Masing–masing
konsentrasi diambil 1 ml kemudian
ditambahkan 2 ml larutan DPPH 20 ppm.
Sampel inkubasikan selama 30 menit.
Absorbansi DPPH diukur dengan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 517 nm. Aktivitas antioksidan
diukur sebagai penurunan serapan larutan
DPPH akibat adanya penambahan sampel.
Sebagai pembanding digunakan vitamin C
dengan konsentrasi 0,6 ppm, 0,8 ppm, 1
ppm, 1,2 ppm, dan 1,4 ppm. Nilai serapan
larutan DPPH terhadap sampel tersebut
dinyatakan dengan persen inhibisi (%
inhibisi) dengan persamaan sebagai berikut:
Selanjutnya nilai hasil perhitungan
dimasukkan ke dalam persamaan linier
dengan konsentrasi (ppm) sebagai absis
(sumbu X) dan nilai % inhibisi sebagai
ordinatnya (sumbu Y). Dari persamaan
yang diperoleh ditentukan harga IC50
(Djamilah, 2010).
Uji Kebocoran Kemasan
Granul yang sudah dikemas lalu
diperiksa kebocorannya dengan cara:
kemasan berisi granul dimasukkan ke
dalam beaker glass kemudian ditambahkan
larutan metilen biru hingga menutupi semua
kemasan. Beaker glass tersebut disimpan
dalam eksikator selama 30 menit. Setelah
itu, kemasan dibuka dan granul effervescent
di dalamnya diamati (Wibowo, 2007).
Uji Hedonik
Uji hedonik atau uji kesukaan
dilakukan pada tiga puluh responden yang
dipilih secara acak. Untuk mengetahui
formula mana yang paling disukai dan
mengemukakan tingkat kesukaannya
berdasarkan skala numerik, responden
diminta untuk mengisi kuisioner (Sudjana,
2002).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Determinasi Tanaman
Buah jambu biji merah diperoleh
dari perkebunan Manoko, Lembang, Jawa
Barat. Hasil determinasi diketahui bahwa
tumbuhan yang digunakan sebagai
penelitian adalah benar buah jambu biji
merah (Psidium guajava L.).
Skrining Fitokimia dan Karakterisasi
Ekstrak
Penapisan fitokimia atau yang biasa
disebut skrining fitokimia merupakan tahap
awal untuk melakukan identifikasi
kandungan kimia atau metabolit sekunder
yang terdapat dalam tumbuhan. Pada
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.V, No.1, Januari 2016
14
pengujian fitokimia, golongan senyawa
kimia yang terkandung di tumbuhan dapat
diketahui. Skrining fitokimia ini dilakukan
terhadap buah dan sari buah jambu biji
merah. Hasil penapisan fitokimia dapat
dilihat pada Tabel 2.
Berdasarkan Tabel 2, senyawa yang
berperan terhadap aktivitas antioksidan
adalah senyawa fenolat, tanin, dan
flavonoid. Karakterisasi ekstrak dilakukan
untuk mengetahui mutu dan kualitas dari
ekstrak. Pemeriksaan yang dilakukan pada
karakterisasi adalah penetapan susut
pengeringan dan kadar abu.
Pemeriksaan susut pengeringan
bertujuan memberikan batasan maksimal
tentang besarnya senyawa yang hilang pada
proses pengeringan. Dari hasil penelitian
susut pengeringan ekstrak adalah sebesar
21%.
Tujuan pemeriksaan kadar abu
adalah untuk memberikan gambaran
kandungan mineral internal dan eksternal
yang berasal dari proses awal sampai
terbentuknya ekstrak. Dari hasil penelitian
kadar abu total pada ekstrak adalah sebesar
4%.
Pembuatan Sari Buah Jambu Biji Merah
Buah jambu biji merah sebanyak
1380 gram menghasilkan sari kental
sebanyak 41,18 gram. Rendemen hasil
penyarian dihitung dengan membagi jumlah
total sari kental yang diperoleh dengan
berat buah jambu biji merah yang
digunakan. Rendemen sari buah jambu biji
merah adalah 2,98%.
Uji Antioksidan Sari
Panjang gelombang serapan
maksimum DPPH yang didapat pada
penelitian ini adalah 517 nm. Serapan
maksimum DPPH yang telah ditambah
sampel diukur pada panjang gelombang ini.
Parameter hasil interpretasi metode
pengujian aktivitas antioksidan dengan
DPPH adalah IC50 (Inhibition
Concentration 50) yaitu konsentrasi
sampel yang mampu meredam aktivitas
DPPH sebesar 50% dari konsentrasi awal.
Nilai IC50 diperoleh dengan menggunakan
persamaan regresi linier yang menyatakan
hubungan antara konsentrasi pada sumbu X
dengan aktivitas peredaman DPPH
(dinyatakan dengan % inhibisi) pada sumbu
Y.
Tabel 2. Hasil Skrining Fitokimia
Golongan senyawa Buah Sari
Alkaloid - -
Fenolat + +
Tanin + +
Flavonoid + +
Monoterpen dan Sesquiterpen + +
Steroid dan Triterpenoid + -
Kuinon + +
Saponin - -
Keterangan: (+) = terdeteksi (-) = tidak terdeteksi
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.V, No.1, Januari 2016
15
Hasil pengujian aktivitas
antioksidan sari yang ditunjukkan dengan
nilai IC50 adalah sebesar 11,96 ppm,
sedangkan nilai IC50 vitamin C adalah
sebesar 1,22 ppm. Dari data ini dapat
disimpulkan bahwa aktivitas antioksidan
sari buah jambu biji merah adalah kurang
lebih sepersepuluh dari vitamin C.
Dengan nilai IC50 11,96 ppm, sari
buah jambu biji merah memiliki aktivitas
antioksidan yang sangat kuat dan berpotensi
untuk dikembangkan. Grafik hubungan
antara konsentrasi dengan % inhibisi dapat
dilihat pada Gambar 1 dan 2.
Evaluasi Granul Effervescent
Evaluasi Granul Effervescent
meliputi: pengujian kadar air, kecepatan
alir, sudut istirahat, kompresibilitas.
Pengujian ini dimaksudkan untuk
mengetahui kualitas dari produk granul
effervescent. Hasil pengujian kadar air ini
dapat dilihat pada Tabel 3.
Menurut Lieberman, et al. (1989),
syarat kadar air granul effervescent adalah
kurang dari atau sama dengan 0,5%. Kadar
air sediaan granul effervescent yang tinggi
ini dikarenakan kelembaban relatif ruangan
produksi yang melebihi standar produksi
Gambar 1. Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Vitamin C dengan % Inhibisi
Gambar 2. Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Sari Jambu Biji Merah dengan %
inhibisi
y = 9.315x + 38.599
R² = 0.975
42
44
46
48
50
52
54
0 0.5 1 1.5
% I
nhib
isi
Konsentrasi (ppm)
y = 0.6646x + 42.065
R² = 0.9736
0
10
20
30
40
50
60
70
0 5 10 15 20 25 30
% I
nhib
isi
Konsentrasi (ppm)
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.V, No.1, Januari 2016
16
sediaan effervescent yaitu 41%, untuk
pembuatan sediaan effervescent
kelembaban relatif maksimum adalah 25%.
Hasil pengujian kecepatan alir dan sudut
istirahat dapat dilihat pada Tabel 4 yang
menunjukkan bahwa formula 3 merupakan
formula yang memiliki kecepatan alir dan
sudut istirahat terbaik. Hasil pengujian
kerapatan curah dan kerapatan mampat
dapat dilihat pada Tabel 5.
Dari data pada Tabel 5 dapat
dihitung daya kempa granul dengan
menggunakan rumus Indeks Konsolidasi
Carr, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Kompresibilitas adalah sifat untuk
membentuk massa yang stabil dan kompak
bila diberi tekanan (Lachman et al, 1994).
Berdasarkan kriteria Indeks
Konsolidasi Carr (Aulton, 2002), semua
formula memiliki aliran yang sangat baik.
Formula 3 merupakan formula yang
memiliki kompresibilitas terbaik.
Dilihat dari kecepatan alir, sudut
istirahat, dan kompresibilitas, ketiga
formula menunjukkan sifat granul yang
baik dalam hal daya alir dan daya
pengempaan, terutama formula 3. Hal ini
disebabkan oleh kadar Na-CMC yang
meningkat sehingga kekompakan granul
semakin baik.
Waktu larut merupakan salah satu
sifat fisik sediaan effervescent yang khas,
dengan persyaratan waktu larut ≤ 5 menit
(British Pharmacopoeia, 2002). Pengujian
Tabel 3. Hasil Pengujian Kadar Air Granul Effervescent
Formula Kadar Air %
1 1,48
2 1,43
3 2,05
Tabel 4. Hasil Pengujian Kecepatan ALir dan Sudut Istirahat
Formula Kecepatan alir (gram/detik) Sudut Istirahat (0)
1 6,21 35,29
2 8,75 35,22
3 10,60 34,88
Tabel 5. Hasil Pengujian Kerapatan Curah dan Kerapatan Mampat
Formula Kerapatan Curah (g/ml) Kerapatan Mampat (g/ml)
1 0,56 0,61
2 0,54 0,58
3 0,56 0,59
Tabel 6. Hasil Pengujian Kompresibilitas
Formula Indeks Konsolidasi Carr (%)
1 8,20
2 6,90
3 5,08
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.V, No.1, Januari 2016
17
waktu larut effervescent dilakukan untuk
mengetahui lama waktu yang dibutuhkan
untuk melarutkan sediaan effervescent
dalam air sehingga produk effervescent
dapat diterima luas di masyarakat atau
dengan kata lain konsumen tidak terlalu
lama menunggu dalam penyiapan larutan
dari produk effervescent. Hasil pengujian
waktu larut dapat dilihat pada Tabel 7.
Dari data pengujian diperoleh
perbedaan waktu larut antar formula.
Formula 3 membutuhkan waktu larut yang
lebih lama dibandingkan formula 1 dan
formula 2 karena formula dengan
konsentrasi Na-CMC yang besar akan lebih
lambat larut. Hal ini dikarenakan dalam air
Na-CMC dapat membentuk suatu larutan
koloid. Koloid tersebut kemudian
menghalangi granul effervescent untuk
bereaksi dengan air, sehingga perlu
dilakukan pengadukan untuk mempercepat
waktu larut granul effervescent.
Hasil Pengujian Kestabilan Fisik Granul
Effervescent
Pengujian Kestabilan Fisik Granul
Effervescent bertujuan untuk melihat
kestabilan produk selama 28 hari
penyimpanan. Pengujian ini meliputi
pengujian organoleptik, pengujian kelarutan
granul, dan pengujian pH larutan.
Hasil pengujian organoleptik
menunjukkan bahwa semua formula
memiliki stabilitas bentuk, warna, dan
aroma yang baik selama penyimpanan.
Semua sediaan granul effervescent yang
dilarutkan dalam air menghasilkan larutan
berwarna merah bata. Semua formula
memiliki kelarutan dan warna larutan yang
stabil selama penyimpanan.
Pengamatan pH perlu dilakukan
karena jika larutan effervescent yang
terbentuk terlalu asam dapat mengiritasi
lambung, sedangkan jika terlalu basa
menimbulkan rasa pahit dan tidak enak.
Hasil pengujian pH larutan dapat dilihat
pada Tabel 8.
Penurunan pH pada pengujian
dikarenakan gas CO2 yang terbentuk pada
saat reaksi effervescent akan larut dalam air
membentuk asam karbonat yang akan
mengurai ion H+ dalam larutan sehingga
menyebabkan keasaman pada larutan dan
berakibat nilai pH menjadi lebih rendah
atau lebih asam (Chang, 2003).
Hasil Uji Antioksidan Formula
Hasil pengujian aktivitas
antioksidan granul effervescent sari buah
jambu biji merah dapat dilihat pada Tabel 9
yang memperlihatkan bahwa ketiga formula
granul effervescent sari buah jambu biji
merah masih memiliki aktivitas antioksidan
setelah melalui berbagai tahapan dalam
granulasi. Namun, aktivitas antioksidan dari
masing-masing formula tersebut mengalami
penurunan dibandingkan dengan aktivitas
antioksidan sari tunggalnya. Hal ini dapat
disebabkan pengaruh tahapan granulasi,
seperti proses penggerusan, pemanasan, dan
sebelum pengemasan ada penarikan air dari
udara oleh zat-zat yang bersifat higroskopis
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.V, No.1, Januari 2016
18
sehingga mempengaruhi sebagian senyawa
aktif. Hal ini dapat diatasi dengan lebih
memperhatikan tahapan pembuatan granul
effervescent terutama pada proses
pengemasan sebaiknya dilakukan di
ruangan yang kelembabannya terkontrol.
Suatu senyawa dikatakan sebagai
antioksidan sangat kuat apabila IC50 kurang
dari 50 ppm, kuat apabila IC50 berkisar
antara 50-100 ppm, sedang apabila nilai
IC50 berkisar antara 100-150 ppm, lemah
apabila IC50 berkisar antara 150-200 ppm
(Molyneux, 2004), sehingga dalam
klasifikasi ini, semua formula granul
effervescent sari buah jambu biji merah
termasuk ke dalam kategori antioksidan
yang kuat setelah 28 hari penyimpanan.
Hasil Uji Kebocoran Kemasan
Tingkat kebocoran kemasan
aluminium foil strip yang digunakan dalam
penelitian ini rendah. Hal ini dapat dilihat
dari hasil uji kebocoran kemasan, yaitu
tidak ada satu pun kemasan yang bocor dari
9 kemasan uji yang diambil secara acak.
Hasil Uji Hedonik
Berdasarkan analisis statistik uji
kesukaan dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang nyata pengaruh
formula granul effervescent sari buah jambu
biji merah terhadap kesukaan responden
dengan tingkat kepercayaan 95%. Hal ini
dikarenakan perbandingan asam dan basa di
semua formula sama sehingga
menghasilkan rasa yang sama.
SIMPULAN
Granul effervescent sari buah
jambu biji merah (Psidium guajava L.)
Tabel 7. Hasil Pengujian Waktu Larut
Formula Waktu Larut
1 3 menit 38 detik
2 4 menit 08 detik
3 4 menit 55 detik
Tabel 8. Hasil Pengujian pH Granul Effervescent
Formula pH Granul Effervescent Pada Hari Ke-
1 3 7 14 21 28
F1 4,83 4,69 4,68 4,68 4,68 4,68
F2 4,83 4,67 4,64 4,59 4,59 4,59
F3 4,70 4,64 4,53 4,53 4,53 4,53
Tabel 9. Nilai IC50 Granul Effervescent Sari Buah Jambu Biji Merah
Formula IC50 (ppm) Pada Hari Ke-
1 28
Tanpa Sari 26,26 197,60
1 22,62 71,24
2 24,46 63,49
3 23,54 68,08
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.V, No.1, Januari 2016
19
dibuat dalam tiga formula. Hasil
pemeriksaan kualitas granul effervescent
sari buah jambu biji merah ini
menunjukkan bahwa ketiga formula, yaitu
dengan variasi konsentrasi Na-CMC
sebagai pengikat berturut-turut adalah
0,25%, 0,5%, dan 0,75% memiliki kualitas
yang baik sesuai dengan persyaratan granul
effervescent. Ketiga formula masih
memiliki aktivitas antioksidan, tapi
aktivitas dari masing-masing formula
tersebut mengalami penurunan setelah 28
hari penyimpanan. Hasil uji kesukaan
menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan pengaruh formula granul
effervescent sari buah jambu biji merah
yang nyata terhadap kesukaan responden
dengan tingkat kepercayaan 95%.
DAFTAR PUSTAKA
Aulton, M.E. 2002. Pharmaceutics. The
Science Of Dosage Form Design,
Churchill Livingstone, New York,
pp. 360-368.
Burhan, L., Yamlean, P., dan Supriati, H.
2012. Formulasi Sediaan Granul
Effervescent Sari Buah Sirsak
(Annona muricata L),
http://www.ejournal.unsrat.ac.id/inde
x.php/pharmacon/article/download/..
./382, diakses 17 Oktober 2013.
Chang, R. 2003. Kimia Dasar Konsep-
Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2,
Penerjemah: Suminar, S.A.
Jakarta:Erlangga. pp.123.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
2000. Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Djamilah, A. 2010. “Isolasi Dan Penentuan
Struktur Molekul Serta Uji
Bioaktivitas Senyawa Dari Ekstrak
Etil Asetat Daun Sukun (Artocarpus
Altilis).” Skripsi. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Jurusan Kimia Universitas
Indonesia, Depok.
Fransworth, N.R. 1966. “Biological and
Phoyochemical Screening of Plant.”
J Pharm Sci. 55(3):257-265.
Kailaku, S.I., Jayeng, S., dan Hernani.
2012. “Formulasi Granul Efervesen
Kaya Antioksidan Dari Ekstrak Daun
Gambir.” Jurnal Pascapanen.
9(1):27-34.
Kumari, N., Gautam., and Ashutosh, C.
2013. Psidium guajava A fruit or
Medicine- An Overview. The
Pharma Innovation- Journal. 2(8).
Maryanto, S. 2013. “The Effects Of Red
Guava (Psidium guajava Linn.)
Fruits On Lipid Peroxidation In
Hypercholesterolemic Rats.” Basic
Research Journal Of Medicine And
Clinical Sciences. 2(11):116-121.
Molyneux, P. 2004. “The Use Of The
Stable Free Radical
Diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) For
Estimating Antioxidant Activity.”
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.V, No.1, Januari 2016
20
Journals Science And
Technology.26:211-219.
Lieberman, H.A., Lachman, L., dan
Schwartz, J. 1989. Pharmaceutical
Dosage Forms: Tablet Vol 1. New
York:Marcel Dekker. pp. 285-320.
Nor, N and Yatim, A. 2011. “Effects of
Pink Guava (Psidium guajava) Puree
Supplementation on Antioxidant
Enzyme Activities and Organ
Function of Spontaneous
Hypertensive Rat.” Journal of Sains
Malaysiana. 40(4):369-372.
Parimin, S.P. 2005. Jambu Biji : Budidaya
dan Ragam Pemanfaatannya Jakarta:
Penebar Swadaya. Hlm. 5-15.
Prakash, A. 2001. Antioxidant activity.
Medallion Laboratories Analytical
Progress. 19(2).
Putra, W.S. 2013. 68 Buah Ajaib
Penangkal Penyakit.
Yogyakarta:Katahati. Hlm 76-77.
Ramayulis, R. 2013. Jus Super Ajaib.
Jakarta Timur: Penebar Plus. Hlm.
30-33.
Rishika, D., and Sharma, R. 2012. “An Update
Of Pharmacological Activity Of
Psidium Guajava In The
Management Of Various Disorders.”
International Journal Of
Pharmaceutical Sciences And
Research. 3(10):3581.
Sudjana. 2002. Desain dan Analisis
Eksperimen Edisi IV Tarsito.
Bandung. Hlm. 61-66.
The Council Of Europe. 2002. British
Pharmacopoeia 2002 Volume II.
London. pp. 1872.
Wibowo, A. 2007. “Formulasi Dan
Teknologi Sediaan Granul
Effervescent Minuman Berenergi
Dengan Menggunakan Komponen
Dasar Asam Tartrat.” Skripsi.
Fakultas Farmasi Universitas
Padjadjaran, Bandung.