9
PEMBAHASAN Pada percobaan kali ini dilakukan penentuan kadar glukosa dengan menggunakan metode GOD-PAP. Percobaan ini bertujuan agar praktikan mampu menyiapkan pasien untuk pemeriksaan glukosa darah dan menginterpretasikan hasil laboratorium yang diperoleh. Glukosa berasal dari karbohidrat yang kita makan dan jika tidak langsung digunakan maka akan disimpan sebagai glikogen dalam hati dan otot rangka sebagai cadangan makanan. Kadar glukosa dipengaruhi oleh hormon insulin yang dihasilkan oleh sel β-pankreas dan hormon glikogen yang dihasilkan oleh kelenjar α-pankreas. Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh (wholeblood), vena, ataupun angka criteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glucometer Adanya gangguan pada kerja insulin dan atau kerusakan sel β-pankreas menyebabkan tingginya kadar insulin darah (hiperinsulinemia) dan tingginya kadar gula darah (hiperglikemia). Pengukuran kadar glukosa

pembahasan bioklin.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pembahasan bioklin

Citation preview

Page 1: pembahasan bioklin.doc

PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini dilakukan penentuan kadar glukosa dengan

menggunakan metode GOD-PAP. Percobaan ini bertujuan agar praktikan mampu

menyiapkan pasien untuk pemeriksaan glukosa darah dan menginterpretasikan

hasil laboratorium yang diperoleh.

Glukosa berasal dari karbohidrat yang kita makan dan jika tidak langsung

digunakan maka akan disimpan sebagai glikogen dalam hati dan otot rangka

sebagai cadangan makanan. Kadar glukosa dipengaruhi oleh hormon insulin yang

dihasilkan oleh sel β-pankreas dan hormon glikogen yang dihasilkan oleh kelenjar

α-pankreas.

Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.

Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan

diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan

glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan

darah utuh (wholeblood), vena, ataupun angka criteria diagnostik yang berbeda

sesuai pembakuan oleh WHO. Sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil

pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah

kapiler dengan glucometer

Adanya gangguan pada kerja insulin dan atau kerusakan sel β-pankreas

menyebabkan tingginya kadar insulin darah (hiperinsulinemia) dan tingginya

kadar gula darah (hiperglikemia). Pengukuran kadar glukosa darah tersebutlah

yang dijadikan sebagai dasar pemeriksaan penyakit diabetes mellitus.

Insulin adalah salah satu hormone didalam tubuh manusia yang dihasilkan

atau diproduksi oleh sel beta pulau langerhans di dalam kelenjar pankreas. Insulin

merupakan suatu polipeptida (protein). Dalam keadaan normal, jika kadar glukosa

darah naik, kelenjar pancreas akan mengeluarkan insulin dan masuk kedalam

aliran darah. Gula darah merupakan bahan bakar utama yang akan diubah menjadi

energy dan akan merangsang sel beta pulau langerhans untuk mengeluarkan

insulin. Selama tidak ada insulin, gula darah tidak dapat masuk kedalam sel-sel

jaringan tubuh lainnya seperti otot dan jaringan lemak. Di dalamsel, gula dibakar

menjadi energi yang berguna untuk aktivitas

Page 2: pembahasan bioklin.doc

Penentuan kadar glukosa darah dalam percobaan ini menggunakan metode

enzimatik. Metode enzimatik lebih sering digunakan karena memberikan

spesifisitas maksimum untuk nilai glukosa. Metode enzimatik yang digunakan

adalah metode GOD-PAP, dimana glukosa dapat diukur dari reaksinya dengan

glukosa oksidase yang membentuk asam glukonat dan hidrogen peroksida.

Hidrogen peroksida kemudian bereaksi dengan aseptor oksigen, fenilaminfenazon,

dalam reaksi yang dikatalisis oleh peroksidase untuk kemudian membentuk warna

merah-violet sebagai indikator.

Pada percobaan ini digunakan alat spektrofotometer untuk mengukur

absorbansi sampel. Spektrofotometer UV-Vis adalah alat yang digunakan untuk

mengukur transmitansi, reflektansi dan absorbsi dari cuplikan sebagai fungsi dari

panjang gelombang. Spektrofotometer UV-Vis menggunakan cahaya sebagai

tenaga yang mempengaruhi substansi senyawa kimia. Cahaya yang digunakan

merupakan foton yang bergetar dan menjalar secara lurus dan merupakan tenaga

listrik dan magnet yang keduanya saling tagak lurus. Tenaga foton bila

mmepengaruhi senyawa kimia, maka akan menimbulkan tanggapan (respon),

sedangkan respon yang timbul untuk senyawa organik ini hanya respon fisika

atau Physical event. Tetapi bila sampai menguraikan senyawa kimia maka dapat

terjadi peruraian senyawa tersebut menjadi molekul yang lebih kecil atau hanya

menjadi radikal yang dinamakan peristiwa kimia atauChemical event.

Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis adalah interaksi yang terjadi antara

energi yang berupa sinar monokromatis dari sumber sinar dengan materi yang

berupa molekul. Besar energi yang diserap tertentu dan menyebabkan elektron

tereksitasi dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi yang memiliki energi lebih

tinggi. Serapan tidak terjadi seketika pada daerah ultraviolet-visible untuk semua

struktur elektronik, tetapi hanya pada sistem-sistem terkonjugasi, struktur

elektronik dengan adanya ikatan π dan non bonding elektron .Prinsip kerja

spektrofotometer berdasarkan hukum Lambert Beer, yaitu bila cahaya

monokromatik (Io) melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut

diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It).

Page 3: pembahasan bioklin.doc

Hukum lambert-beer menyatakan bahwa konsentrasi suatu zat berbanding

lurus dengan jumlah cahaya yang diabsorpsi, atau berbanding terbalik dengan

logaritma cahaya yang ditranmisikan.

Keterangan :

A = absorban

a = absorptivitas

b = jalannya sinar pada larutan

c = konsentrasi

T = Transmitan

Transmitans (T) didefinisikan sebagai rasio cahaya yang ditransmisikan (I)

terhadap cahaya yang dating (Io).

Pipet piston digunakan untuk mengambil sampel dalam jumlah yang

akurat. Hal ini dikarenakan jumlah larutan yang diambil sangat sedikit (10 μL).

Selain itu pipet piston memiliki ketelitian, sensitivitas, dan spesifisitas yang tinggi

dibandingkan dengan pipet gelas. Sentrifuga digunakan untuk mensentrifugasi

sampel darah hingga antara plasma dan serum terpisah. Serum yang kemudian

diambil dan digunakan sebagai sampel uji karena di dalam serum tidak ada

fibrinogen yang dapat menyebabkan penggumpalan darah yang akan mengganggu

proses pemeriksaan.

Percobaan diawali dengan menyiapkan sampel serum yang akan diuji ke

dalam tabung reaksi sesuai komposisi sebagai berikut:

Sampel Standar Blanko

Serum 10µL - -

Standar - 10µL -

Aquades - - 10µL

Reagen 1,0 mL 1,0 mL 1,0 mL

Page 4: pembahasan bioklin.doc

Serum sampel yang digunakan merupakan kadar glukosa puasa, yaitu

pengukuran yang dilakukan setelah pasien dipuasakan selama 8-12 jam.

Pengukuran kadar glukosa saat puasa dalam diagnosis DM sangatlah penting

karena pada penderita DM umumnya kadar glukosa darah pada saat puasa tetap

tinggi untuk itu digunakan sampel serum pasien yang sedang berpuasa. Selain itu

dalam pemeriksaan ini digunakan sampel serum dikarenakan sampel serum lebih

mudah dideteksi karena tidak mengandung zat antikoagulan darah yang dapat

menganggu pengukuran. Kemudian sampel uji dalam tabung reaksi tersebut

diinkubasi pada suhu 30oC selama 10 menit, hal ini dilakukan agar reagen dan

sampelnya bereaksi sempurna.

Reaksi yang berlangsung:

Glukosa + O2 + H2O Asam glukonat + H2O2

2H2O2 + 4-aminofenazon + fenol 4-(p-benzoquinone-mono-

imino)fenazon + 4H2O

Larutan serum sampel kemudian berubah warna menjadi merah-violet, hal ini

menunjukkan reaksi berjalan yang menandakan telah terbentuknya 4-(p-

benzoquinone-mono-imino)fenazon.

Kuvet yang digunakan sebanyak empat buah. Satu kuvet berisi larutan

blanko, satu kuvet larutan standar, dan kuvet lain berisi larutan sampel. Sampel

dipipetkan ke dalam kuvet. Pada saat melakukan pengukuran absorbansi, cara

memegang kuvet harus diperhatikan. Bagian kuvet yang dapat dipegang adalah

bagian yang keruh, sedangkan bagian yang bening harus dijaga tetap bersih agar

tidak mempengaruhi hasil pengukuran. Apabila bagian bening pada kuvet menjadi

kotor karena lemak dari tangan, maka akan menghalangi datangnya cahaya pada

saat pengukuran berlangsung dan selanjutnya akan mengganggu hasil percobaan

Proses pengambilan standar, sampel, maupun larutan reagen harus

dilakukan dengan mikropipet (pipet piston). Hal ini dikarenakan jumlah larutan

yang diambil sangat sedikit (10 μL). Selain itu pipet piston memiliki ketelitian,

sensitivitas, dan spesifisitas yang tinggi.

GOD

POD

Page 5: pembahasan bioklin.doc

Kemudian dilakukan pengukuran absorbansi blanko yang harus

menghasilkan absorbansi 0 agar tidak mengganggu pada pengukuran standar dan

sampel. Selanjutnya dilakukan pengukuran absorbansi terhadap standar dan

sampel. Pengukuran absorbansi sampel (Asampel) dan standar (Astandar) dilakukan

terhadap blanko reagen dan panjang gelombang yang digunakan sebesar 546 nm,

pengukuran dilakukan secara duplo. Dari pengukuran absorbansi yang dilakukan

didapatkan absorbansi sampel sebesar 0,092 dan 0.143 serta absorbansi standar

(Astandar) adalah 0,122. Rata-rata absorbansi sampel (Asampel) adalah 0,1175.

Kemudian dilakukan perhitungan konsentrasi glukosa dalam serum menggunakan

rumus :

Csampel = Csampel

Dari perhitungan konsentrasi glukosa dalam serum menggunakan rumus diatas

diketahui bahwa konsentrasi glukosa dalam (mmol/I) adalah 5,345 mmol/I dan

konsentrasi glukosa dalam (mg/dl) yaitu 96,31 mg/dl pada sampel serum. Menurut

perkeni dan American Diabetic Association seseorang didiagnosa terkena

penyakit Diabetes mellitus jika hasil pemeriksaan gula darah:

1. Kadar gula darah sewaktu lebih atau sama dengan 200 mg/dL

2. Kadar gula darah puasa lebih atau sama dengan 126 mg/dL

Kadar gula darah lebih atau sama dengan 200 mg/dL pada 2 jam setelah

beban glukosa 75 gram pada tes toleransi glukosa.

Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat dibandingkan dengan literatur

yang didapatkan bahwa kadar gula darah dari pasien yang berpuasa pada

percobaan dapat didiagnosa bahwa pasien tidak terkena penyakit Diabetes

mellitus dikarenakan kadar gula darahnya dari pemeriksaan yang dilakukan

kurang dari batas kadar gula pasien penderita DM <126 mg/dl atau sebesar 96,31

mg/dl.

Page 6: pembahasan bioklin.doc

SIMPULAN

Dalam menyiapkan pasien untuk menjalankan pemeriksaan glukosa darah

hendaknya memperhatikan faktor – faktor seperti kondisi fisik pasien, diet , intake

obat, merokok, dan postur tubuh pasien. Dari hasil pemeriksaan glukosa darah di

laboratorium biokimia klinik dapat diketahui bahwa kadar glukosa pada darah

pasien yang sedang puasa adalah sebesar 5,345 mmol/I atau sama dengan 96,31

mg/dl sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien dalam kondisi normal, tidak

mengalami hiperglikemia dikarenakan kadar glukosa darahnya dalam rentang

normal kadar gula ketika puasa yaitu <126 mg/dl