Upload
rahmat-hidayat
View
38
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
yaa
Citation preview
BAB III
METODE PRAKTIKUM
1.1. Alat dan Bahan
Beberapa peralatan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah :
1. Penjerap arang aktif
2. Pompa sampling udara
3. Kromatografi gas dengan detektor FID
4. Pipet
5. Flow meter terkalibrasi
Beberapa bahan yang digunakan antara lain:
1. Standar BTX
2. CS2
3. Gas Nitrogen
4. Hidrogen
5. Udara tekan
1.2. Prosedur Analisis
1.2.1. Pengambilan Sampel
a). Aktive Sampler
Tabung penjerap dibuka kedua ujungnya dan dihubungkan dengan pompa vakum
Tabung penjerap diletakkan dalam kondisi vertikal selama sampling
Flow, waktu dan atau volume udara diukur secara akurat. Sampel diambil dengan
flow rate 1L/menit atau kurang. Volume sampel yang diambil sebaiknya
dilakukan sesuai dengan threshold limit value.
b). Diffuser Sampler
Penjerap ditempatkan sesuai dengan maksud dan tujuan monitoring (apakah untuk
evaluasi worker exposure level, evaluasi hight exposure periode selama hari kerja,
evaluasi control measure seperti ventilasi, scerening kelompok kerja dalam
mengidentifikasi kelompok resiko tinggi, dll).
Sampling dilakukan pada saat shift kerja maksimal.
Lama dan kecepatan sampling disesuaikan dengan kapasitas penjerap yang
digunakan dan parameter yang dianalisis. Misalnya jika menggunakan produk 3M
3500/3510 atau 3520/3530 dapat mengacu ke Technical Data Bulletin Organic
Vapor Monitor Sampling & Analysis.
3.2.2. Analisis kadar BTX
a). Desorpsi Sampel (Active Sampler)
Tabung penjerap yang telah berisi sampel dipindahkan ke dalam botol kecil dan
ditambahkan 1 ml CS2.
Waktu desorpsi jangan melebihi 3 jam.
Aliquot disimpan dalam wadah tertutup dan secepatnya diinjeksikan ke alat
kromatografi gas.
b). Desorpsi Sampel (Diffusive Sampler)
Penjerap (monitor) yang telah berisi sampel dibuka dan ditambahkan 1,5 ml CS2
melalui center port.
Monitor port segera ditutup, dikocok kuat selama 30 menit, dan eluen didekantasi
pada vial 2 ml yang tertutup.
Eluen siap diinjeksikan ke alat kromatografi gas.
c). Injeksi ke Alat Kromatografi Gas
Alat Kromatografi Gas dinyalakan dan diatur kondisi analisis seperti berikut :
1. Kolom : Fused Silica Capilary Column, 007 methyl 5% phenyl silicone.
2. Dimensi kolom : L= 60 M, Ø dalam 0,25 mm, ID 0,25 µm, film thickness.
3. Suhu kolom : awal 600ºC selama 5 menit; akhir 100ºC selama 3 menit; kenaikan
suhu 5ºC/menit.
4. Suhu detektor : 200ºC
5. Gas pembawa : Nitrogen
6. Rasio split : 1/80
7. Volume injeksi : 1µL
8. Linier velocity : 20
9. Detector : FID
3.2.3 Perhitungan
a) Penentuan Bobot Kontaminan (W)
W = Area kontaminanarea standar
× Konsentrasi Standar ×Volume desorpsi
b) Penentuan Konsentrasi
C (mg /m3)= WF x t
atau
C ( ppm)=W x Br x t
atau
¿
Area SampelArea Standar
xKonsentrasi Std ( μgml ) x( T
298 )x 1000
F ( lm )x t (menit)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Analisis Kromatografi Gas
Hasil dari analisis kromatografi gas yang pertama diperoleh data area standar BTX
berdasarakan retensi waktunya. Terdapat empat jenis senyawa dalam standar yang diukur yaitu
CS2, Benzene, Toluene, Xylene. Area standar BTX berdasarkan retensi waktunya tersaji dalam
tabel 1 dan gambar 1 menunjukkan grafik hasil pengukuran kromatografi gas untuk area standar.
Tabel 1. Area standar BTX berdasarkan retensi waktunya
Gambar 1. Grafik hasil pengukuran kromatografi gas untuk area standar BTX
No. Retensi Waktu Area Standar Nama Senyawa
1. 5,373 369910 CS2
2. 6,116 113334 Benzene3. 7,438 122443 Toluene4. 9,440 2926 Xylene5. 9,635 141577 Xylene6. 10,318 2335 Xylene
Total 752525
Hasil dari pengukuran pada sampel BTX diperoleh grafik serta data mengenai waktu
retensi dan area dari sampel yang diukur. Untuk mengidentifikasi jenis senyawa dari sampel
yang diuji yaitu dengan melihat dan membandingkan pada tabel hasil pengukuran area standar
BTX. Selanjutnya dilakukan penghitungan konsentrasi pada setiap senyawa BTX yang telah
teridentifikasi. Hasil pengukuran terhadap sampel tersaji pada gambar 2.
Gambar 2. Grafik hasil pengukuran kromatografi gas untuk area sampel BTX.
Penghitungan konsentrasi BTX dari dari hasil sampel :
1. Benzene
Diketahui :
Area Sampel : 79293
Area Standar : 113334
Konsentrasi Standar : 850 µg/ml
Flow rate (F) : 1 l/menit
Volume desorbsi : 1 ml
T : 300C jadi dalam kelvin : 300C +273 = 303 0K
suhu kamar 250C jadi dalam 0K : 250C + 273 = 298 0K
Sampling rate :35,5 cc/min
Recovery Coefisien (r) = 0,97
t = 30 menit
¿
Area SampelArea Standar
xKonsentrasi Std ( μgml ) x( T
298 )x 1000
F ( lm )x t (menit)
¿
79293113334
x 850( μgml ) x ( 303
298 ) x1000
1 ( lm) x30 (menit)
=20155 ,74 µg /m3
= 20,156 mg/m3
2. Toluene
Diketahui :
Area Sampel 1 : 389354
Area Sampel 2 : 758145
Area Standar : 122443
Konsentrasi standar Toluen : 920 µg/ml
Recovery Coefisien (r) = 1,01
t = 30 menit
Sampling rate : 27,3 cc/min
Flou rate (F) = 1 L/menit
B= 8,45
¿
389354+758145122443
x 920( μgml ) x ( 303
298 ) x1000
1 (l /menit ) x 30(menit )
¿292220 , 9 µg /m3
= 292,221 mg/m3
3. Xylene
Diketahui
Area standar 1: 2926
Area standar 2 : 141577
Area standar 3 : 2335
Area sampel : 3471
Konsentrasi standar : 1140 µg/ml
¿
Area SampelArea Standar
xKonsentrasi( μgml ) x ( T
298 ) x1000
F ( lm ) x t (menit)
¿
34712926+141577+2335
x 1140( μgml )x ( 303
298 ) x1000
1( lm )x 30(menit )
¿913,33 µg/ m3
= 0,913 mg/m3
4.2 Pembahasan
Standar konsentrasi baku mutu bahan berbahaya dan beracun (B3) di udara diatur oleh
Badan Standardisasi Nasional (BSN) dalam SNI 19-1232-2005 yang menjelaskan tentang Nilai
Ambang Batas (NAB) Zat Kimia di Udara Tempat Bekerja. Standar tersebut mengacu pada Surat
Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor: SE-01/MEN/1997 tentang Nilai Ambang Batas faktor
kimia di udara lingkungan kerja. Standar tersebut ditentukan untuk mengantisipasi efek negatif
dari zat kimia BTX yang kemungkinan terjadi di tempat kerja dan perlu dilakukan untuk
pencegahan dan perlindungan terhadap keselamatan serta kesehatan tenaga kerja.
Kadar konsentrasi senyawa BTX berdasarkan hasil pengukuran pada sampel dengan alat
kromatografi gas yaitu Benzene memiliki konsentrasi 20,156 mg/m3, Toluene 292,221 mg/m3,
dan Xylene 0,913 mg/m3. Nilai ambang batas di udara tempat kerja untuk senyawa Benzene
adalah 32 mg/m3 atau 10 ppm, Teoluene sebesar 188 mg/m3 atau 50 ppm, sedangkan Xylene 434
mg/m3 atau 100 ppm. Perbandingan konsentrasi hasil uji BTX dengan baku mutu tersaji dalam
tabel 2.
Tabel 2. Kadar konsentrasi senyawa BTX dan baku mutunya
No. Nama Senyawa Konsentrasi (mg/m3) Baku Mutu (mg/m3)1. Benzene 20,156 32
2. Toluene 292,221 1883. Xylene 0,913 434
Nilai konsentrasi Benzene berada di bawah standar baku mutu, sehingga masuk dalam
kategori aman. Untuk Tolune nilai konsentrasinya berada di atas baku mutu, sehingga kondisi ini
sangat membahayakan bagi para pekerja. Untuk Xylene nilai konsentrasinya jauh berada di
bawah baku mutu, hal ini sangat aman bagi para pekerja.
Secara umum senyawa Benzene masih berada di bawah standar baku mutu, namun
konsentrasinya mendekati baku mutu. Efek toksik Benzene pada konsentrasi yang sangat tinggi
melalui inhalasi atau dosis oral yang besar, mengakibatkan depresi sistem susunan syaraf dan
dapat berakibat kematian. Pada tingkat permulaan Benzene terutama berpengaruh terhadap
susunan syaraf pusat. Tanda-tanda utamanya adalah : perasaan mengantuk, pusing, sakit kepala,
vertigo, dan kehilangan kesadaran.
Pada pemajanan akut tingkat sedang dapat menyebabkan sindrom prenarkosis yang khas,
yaitu sakit kepala, perasaan pusing atau mabuk, dan kadang-kadang mengalami iritasi ringan
pada saluran napas dan cerna. Pemajanan akut dengan konsentrasi tinggi dapat menyebabkan
sesak napas, euforia, tinitus, dan anestesia yang dalam. Bila tidak segera ditolong, dapat terjadi
kegagalan pernafasan dan kejang. Efek toksik yang paling berarti pada paparan benzena adalah
kerusakan sumsum tulang yang terjadi secara laten dan sering ireversibel, mungkin disebabkan
oleh metabolit benzena epoksida. Sebagai akibatnya menimbulkan kerusakan genetik dari DNA
pada perkembangan tunas-tunas sel dalam tulang rawan, meningkatkan pertumbuhan myeloblast
(precursor sel-sel darah putih) dan penurunan jumlah hitung sel darah merah dan platelet.
Paparan benzena dalam waktu lama juga dapat menyebabkan kanker pada organ pembuat darah,
kondisi ini disebut leukemia.
Kondisi konsentrasi Toluene yang berada diatas baku mutu sangat bernahaya bagi
kesehatan para pekerja. Toluena merupakan zat cair membias, tanpa warna, berbau khas dan
terbakar dengan nyala berasap. Toluene bersifat non polar. Toluene tidak larut dalam air, tetapi
larut dalam pelarut organik seperti dietil eter, karbon tetra klorida atau heksana.
Toluene merupakan polutan organik yang beracun. Toluene atau persenyawaan toluene
yang masuk ke dalam tubuh akan ikut dalam proses metabolisme tubuh. Hal ini dapat
menyebabkan kerusakan peredaran darah, sistem pernapasan tidak berfungsi normal, iritasi pada
mata, pusing, tidak sadar dan kejang-kejang. Efek negatif dari toluena secara lebih rinci
diuraikan dalam tabel 3 dibawah ini:
Tabel 3. Efek Toluene dalam Tubuhppm Efek Setelah Terakumulasi Dalam Tubuh 8 jam
100 ppm Sakit kepala, pusing, kelelahan, mengantuk
200 ppm Koordinasi lemah, kesadaran menurun
600 ppm Mengantuk, kontrol emosi kurang
800 ppm Gelisah, otot lemah, insomnia beberapa hari
> 10.000 ppm Kehilangan kesadaran, merusak jantung, mati
Sumber : Department of Health and Human Service, 2009
Nilai konsentrasi Toluene dari sample yang diuji yaitu 292,221 mg/m3, jika berdasarkan tabel 3 maka efek dari Toluene setelah terakumulasi dalam tubuh selama 8 jam akan mengakibatkan sakit kepala, pusing, kelelahan, dan mengantuk.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa nilai konsentrasi Benzene
Toluene Xylene dari sampel yang diuji pada praktikum kali ini sebesar 20,156 mg/m3, 292,221
mg/m3 , 0,913 mg/m3. Konsentrasi Toluene melebihi nilai ambang batas, sedangkan konsentrasi
Benzene dan Xylene berada di bawah nilai ambang batas. Efek dari Toluene setelah terakumulasi
dalam tubuh selama 8 jam akan mengakibatkan sakit kepala, pusing, kelelahan, dan mengantuk.