Upload
dian-abdillah
View
163
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pembahasan
Citation preview
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan Tablet Sublingual Famotidin 20
mg dengan cara kempa langsung. Dilakukan metode kempa langsung karena metode
ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun,
hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya dan zat aktif yang
tidak tahan terhadap panas dan lembab. Prinsip pembuatan tablet kempa langsung
yaitu menambahkan zat aktif dengan eksipien yang mempunyai sifat alir dan
kompresibilitas yang baik. Syarat-syarat tablet yang baik, adalah sebagai berikut :
1. Tablet harus kuat, tahan terhadap goncangan dan tahan abrasi pada saat
pengemasan dan distribusi.
2. Memiliki keseragaman bobot dan kandungan obat.
3. Tablet dapat terbioavailable.
4. Memiliki karakteristik warna, bau, dan rasa sebagai identitas produk.
5. Memiliki kestabilan yang baik dan dapat tereffikasi.
Famotidin merupakan antagonis kompetitif histamin yang khas pada reseptor
H2, sehingga secara efektif dapat menghambat sekresi asam lambung, menekan
kadar asam dan volume sekresi lambung. Famotidin merupakan antagonis H2 yang
kuat dan sangat selektif dengan masa kerja panjang. Famotidin memiliki kelarutan
sangat mudah larut dalam dimetil formamida dan asam asetat glacial, kurang larut
dalam metanol, sangat kurang larut dalam air, praktis tidak larut dalam aseton,
alkohol, eter, kloroform dan etil asetat.
Pada praktikum ini, akan dibuat 300 tablet dengan formula yang digunakan
adalah sebagai berikut
Setiap tablet famotidin mengandung :
Famotidin 20 mg
Laktosa anhidrat 101,2 mg
Avicel pH 102 108,31 mg
Ac-di-sol 5 mg
Mg stearat 2,5 mg
Sodium sakarin 2,99 mg
Laktosa anhidrat berfungsi sebagai eksipien yang meningkatkan laju alir dan
kompresibilitas granul. Sedangkan Avicel pH 102 digunakan sebagai bahan pengisi-
pengikat dalam bentuk kering karena dari percobaan sebelumnya telah diketahui
bahwa penggunaan avicel PH 102 sebagai pengisi kempa langsung memberikan hasil
yang baik. Kemampuan avicel sebagai zat pengisi cukup tinggi karena partikel
mikrokristalnya yang berasal dari alam disatukan oleh ikatan hidrogen. Ikatan
hidrogen antara hidrogen pada molekul selulosa yang berdekatan membuat padatan
partikelnya lebih kuat dan lebih kohesif. Ketika dicetak avicel akan membentuk
lapisan seperti plastik sehingga menghasilkan tablet yang kompak. Kerapatan curah
avicel PH 102 rendah sehingga kemampuannya sebagai zat pengisi sangat baik. Luas
permukaannya besar sehingga kemampuan untuk menutupi bahan lain atau sebagai
pengikat dalam sediaan tinggi. Avicel PH 102 menghasilkan kerapatan mampat yang
optimal sehingga pencetakan dapat menghasilkan tablet yang memenuhi standar yang
diharapkan. Penggunaan avicel PH 102 memberikan banyak keuntungan karena
selain fungsinya sebagai pengisi pada granulasi basah maupun cetak langsung, juga
dapat berfungsi sebagai self-lubrikan, adsorben, anti adheren, dan mampu
memberikan daya integrasi yang lebih tinggi sehingga memungkinkan produksi skala
besar dengan metode kempa langsung dalam industri farmasi. Bahan ini memiliki
tingkat efisiensi yang lebih baik dalam pembuatan tablet secara komersial. Rentang
konsentrasi avicel PH 102 sebagai pengisi adalah 20 – 90% dari berat total tablet,
sebagai disintegran 5 – 15%, sebagai adsorben 20 – 90% dan sebagai anti adheren 5 –
20%.
Lalu Ac-di-sol sebagai disintegran, Mg stearat sebagai lubrikan sebanyak 2,5
% sedangkan rentang penggunaannya sebagai lubrikan adalah 1 – 10%. Penggunaan
Mg stearat ini dalam jumlah yang cukup kecil karena zat tambahan lain juga
mempunyai sifat lubrikan. Tujuan penambahan adalah untuk mempercepat aliran
bahan dalam corong ke dalam rongga cetakan sehingga mengurangi gesekan selama
proses pengempaan tablet, selain itu juga berguna untuk mencegah melekatnya massa
tablet pada punch dan cetakan. Penambahan lubrikan yang berlebihan akan
menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet. Dan Sodium sakarin
digunakan sebagai pemanis.
Masing-masing bahan ditimbang sesuai yang dibutuhkan, bahan – bahan
tersebut dicampurkan dalam kantong plastik. Penambahan Mg stearat diberikan
terakhir agar dapat melapisi semua bahan. Ukuran yang relatif seragam memudahkan
proses pencampuran karena antara partikel yang satu dengan partikel yang lain akan
memiliki peluang yang sama untuk bercampur. Pencampuran harus berlangsung
secara diffusive mixing, yaitu perpindahan yang terjadi bukan perpindahan secara
kelompok tetapi perpindahan masing – masing partikel secara difusi. Jika yang terjadi
perpindahan secara berkelompok, campuran akan sulit menjadi homogen. Sifat fisik
masing-masing bahan dalam obat tersebut merupakan hal yang sangat kritis, adanya
perubahan sedikit atau kesalahan perbandingan komposisi dapat mengubah sifat alir
dan kegagalan proses pengempaan.
Serbuk yang telah homogen sebelum dpencetakan tablet dilakukan evaluasi
serbuk antara lain uji daya alir dan sudut istirahat, uji susut pengeringan (LOD), dan
uji kerapatan serbuk dan kerapatan mampat.
Pada pengujian daya alir dan sudut istirahat dilakukan dengan menempatkan
15 g serbuk ke dalam alat uji (corong) kemudian diukur waktu yang dibutuhkan oleh
granul untuk mengalir dan diukur waktu, tinggi serta diameter tumpukan granul. Dari
data pengamatan, didapatkan daya alir granul rata-rata sebesar 3,75 gram/detik
dengan sudut istirahat 34,86o. Karena sudut istirahat granul di atas 25o, maka granul
dapat dikatakan baik dan siap untuk dikempa.
Sedangkan pada uji LOD (Loss on Drying), diambil sebanyak 10 gram untuk
mengetahui kadar air yang terkandung dalam granul. Dari hasil pengukuran LOD
didapatkan kadar sebesar 4,2 % pada suhu 70° C, dan massa akhir 9,577 gram. Hasil
ini menunjukkan bahwa kadar air yang terdapat dalam granul masih banyak, dan
belum memenuhi persyaratan pembuatan tablet.
Selanjutnya dilakukan pengujian kerapatan serbuk. Kerapatan granul diuji
dengan memasukkan 15 gram serbuk ke dalam alat uji kemudian diukur volume awal
granul sebelum pemampatan dan diukur pula volume akhir granul setelah
pemampatan. Dari densitas ini dapat dihitung persen kompresibilitas granul dengan
rumus sebagai berikut :
Kompresibilitas (%) = Kerapatan mampat-kerapatan nyata x 100%
Kerapatan mampat
Dari hasil perhitungan, didapatkan kompresibilitas granul sebesar 36,78%.
Dari hasil tersebut, menunjukkan bahwa kompresibilitas granul tidak baik , karena
indeks carr kompresibilitas adalah kurang dari 25%.
Setelah dilakukan uji granul dan granul dinyatakan layak untuk dikempa,
proses yang selanjutnya dilakukan adalah pencetakan tablet sublingual famotidin.
Sebelum pencetakan, yang dilakukan adalah mencampurkan bahan terakhir yaitu
magnesium stearat. Magnesium stearat ini dimasukkan terakhir karena sifatnya yang
sangat higroskopik. Magnesium stearat berfungsi sebagai lubrikan, yaitu untuk
mengurangi gesekan tablet dengan punch dan die, mekanisme kerja lubrikan adalah
dengan melapisi granul agar permukaannya menjadi lebih halus. Pencampuran
dilakukan hingga dirasa telah homogen selama kurang lebih 5 menit.
Selanjutnya dilakukan pencetakan tablet. Pencetakan tablet dilakukan dengan
menggunakan alat rotary punch and dye. Alat ini umumnya digunakan untuk
produksi besar dan mampu mencetak hingga 10.000 tablet per menit. Dalam
pembuatan tablet ini, bentuk yang dicetak yakni sirkular atau tabung pipih. Pada
bentuk ini terdapat break line di tengahnya yang bertujuan agar memudahkan untuk
mematahkan tablet menjadi dua apabila penggunaan dosisnya hanya setengah tablet.
Pada pembuatan kali ini dicetak sebanyak 173 tablet. Padahal jumlah batch tablet
yang seharusnya tercetak adalah sebanyak 300 tablet. Ini berarti terdapat persen susut
yang cukup besar yaitu 42.34%, kemungkinan hal ini dikarenakan bobot tablet yang
kurang tepat dan penggunaan sebagian granul untuk proses pengujian.
Berat tablet teoritis yang seharusnya dicetak adalah seberat 250 mg setiap
tablet dan di dalamnya mengandung 20mg famotidin. Namun karena keterbatasan alat
punch and die, maka bobot maksimal tablet yang dapat tercetak hanyalah sekitar 150
mg.
Setelah proses pencetakan tablet selesai, selanjutnya dilakukan evaluasi
sediaan tablet. Pengujian pertama yakni uji keseragaman ukuran. Pengujian ini
dimaksudkan untuk mengukur keseragaman ukuran diameter, tebal, dan bobot dari
tablet. Pengukuran diameter dan tebal dilakukan dengan menggunakan jangka sorong
digital dengan ketelitian hingga 0,01 mm.
Berdasarkan pengujian, untuk diameter didapatkan rata-rata 8,12 mm
sedangkan untuk tebal didapatkan rata-rata 4,206 mm dan rata-rata perbandingan
tebal dan diameter tablet adalah 1.9 kalinya. Berdasarkan Farmakope Indonesia edisi
III dinyatakan bahwa kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali
dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
tablet yang dihasilkan sudah baik dan memenuhi persyaratan uji keseragaman ukuran.
Rentang variasi ukuran yang dihasilkan pun tidak terlalu besar karena
diameter tablet akan selalu mengikuti diameter dari die yang digunakan, dan variasi
akan terjadi hanya karena pengembangan tablet yang terisi oleh udara. Sedangkan
variasi ukuran tebal tergantung dari tekanan yang diberikan oleh punch dan laju alir
dari serbuk, jika laju alir buruk maka akan banyak terjadi variasi tebal tablet karena
pengisian die yang tidak sempurna. Karena laju alir dari serbuk sangat baik, maka
rentang variasi tebal yang dihasilkan pun menjadi kecil.
Setelah dilakukan uji keseragaman ukuran, kemudian dilakukan pengujian
keseragaman bobot pada masing-masing tablet. Pada evaluasi keseragaman bobot,
didapatkan bobot rata-rata sebesar 144.8mg. Ketentuan Farmakope Indonesia III
mengenai keseragaman bobot adalah sebagai berikut:
Berdasarkan Farmakope Indonesia III, untuk uji keseragaman bobot pada tablet yang
dibuat dengan bobot rata-rata 26-150 mg dinyatakan bahwa tidak boleh ada lebih dari
2 tablet yang bobotnya menyimpang dari 10% bobot rata-rata dan tidak boleh ada 1
tablet pun yang bobotnya menyimpang dari 20% bobot rata-rata. Ini berarti tidak
boleh ada lebih dari 2 tablet yang bobotnya lebih dari 165 mg dan kurang dari 135
mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang
dari 120 mg.
Dari hasil pengujian keseragaman bobot, terdapat 4 tablet yang memiliki
penyimpangan bobot diatas 10% yaitu tablet dengan berat 170.0 mg, tablet dengan
berat 126.6 mg;121.0 mg dan 116.2 mg. Kemudian terdapat satu tablet yang memiliki
penyimpangan bobot diatas 20%, yaitu tablet dengan berat 116.2 mg.
Evaluasi keseragaman bobot menunjukkan bahwa hasil yang didapatkan tidak
memenuhi persyaratan keseragaman bobot, kemungkinan variasi bobot ini terjadi
karena keterbatasan pengaturan ukuran mesin. Sejak awal target bobot yang
seharusnya adalah 250 mg, karena keterbatasan alat maka pembuatan tablet menjadi
dengan bobot 150mg. Secara teoritis hampir seluruh tablet kadar zat aktifnya akan
tidak sesuai dengan seharusnya. Hal ini terjadi dikarenakan keterbatasan alat cetak
yang tidak memungkinkan untuk mencetak tablet dengan bobot awal, yaitu 250mg.
Seharusnya dilakukan uji lanjutan yaitu uji kadar zat aktif di dalam tablet agar dapat
dilakukan penyesuaian dosis, namun hal ini tidak dilakukan.
Evaluasi selanjutnya adalah uji kekerasan tablet, kekerasan adalah parameter
yang menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti
goncangan, kikisan dan terjadi keretakan talet selama pembungkusan, pengangkutan
dan pemakaian. Tablet yang baik memiliki kekerasan antara 40-80 N, namun hal
tersebut tidak mutlak, kekerasan tablet yang kurang dari 40 N masih dapat diterima
dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan, kekerasan tablet
lebih besar dari 80 N masih dapat diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu
hancur/disintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa rata-rata kekerasan tablet adalah 34,125
N, ini menunjukkan bahwa kekerasan tablet tersebut kurang baik karena hasilnya
terlalu rendah. Kekerasan tablet yang rendah ini dikhawatirkan akan mempengaruhi
parameter friabilitas karena tablet yang kekerasannya rendah identik dengan tablet
yang rapuh.
Pengujian yang keempat adalah uji kerapuhan atau friabilitas. Kerapuhan
merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet
terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan
diukur dengan friabilator. Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari
sejumlah tablet selama diputar dalam friabilator selama waktu tertentu.
Uji kerapuhan berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi yang
terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar harga persentase kerapuhan, maka
semakin besar massa tablet yang hilang. Adanya kehilangan massa akibat rapuh akan
mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat dalam tablet
Pada pengujian frialbilitas, digunakan tablet dengan bobot total 6,101g. Nilai
persentase friabilitas yang baik adalah tidak boleh lebih dari 1%. Setelah diuji,
didapatkan friabilitas sebesar 8,48%. Kerapuhan tablet sangatlah tinggi dan tidak
memenuhi persyaratan farmakope. Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi
konsentrasi zat aktif dalam tablet menjadi tidak akurat. Kemungkinan terjadinya
kerapuhan adalah karena tablet tidak memiliki sifat kompresibilitas yang baik dan hal
ini dapat diatasi dengan penambahan zat pengikat.
Pengujian yang terakhir adalah uji waktu hancur. Pengujian waktu hancur
dilakukan untuk melihat seberapa lama tablet akan hancur pada kondisi yang
menyerupai tubuh manusia. Berdasarkan FI III, waktu hancur yang baik adalah tidak
lebih dari 15 menit. Karena tablet famotidin ini merupakan tablet sublingual, maka
waktu hancurnya diharapkan kurang dari 20 detik.
Prosedur untuk melakukan uji waktu hancur adalah dengan menyiapkan air
dalam beaker glass sebanyak 800 mL dan dipanaskan hingga suhu 37oC, kemudian
alat juga disiapkan dengan suhu sekitar 37oC. Kemudian disiapkan 6 tablet yang
dimasukan kedalam tabung-tabung cakram. Lalu mesin dinyalakan dan dicatat waktu
hancurnya hingga seluruh tablet hancur.
Pengujian dilakukan pada suhu 37oC dimaksudkan agar menyerupai suhu
tubuh manusia dimana tablet akan hancur. Dalam FI III disyaratkan suhu uji harus
37oC±2oC. Cakram digunakan untuk mencegah agar tablet tidak keluar dari tabung,
desain cakram dibuat sedemikian rupa sehingga pada saat tabung masuk kedalam air
aliran air yang masuk kedalam tabung melalui cakram akan menjaga agar tablet tetap
ditengah tabung. Pada saat pemasangan cakram harus dipastikan bahwa cakram
benar-benar dalam keadaan kering agar tidak terjadi penempelan tablet pada cakram.
Jika terjadi penempelan maka tablet akan sangat lama hancur karena tertahan oleh
cakram.
Setelah mesin dinyalakan dicatat waktu hancur tablet adalah 10 detik. Sebagai
tablet sublingual, waktu hancur dari tablet famotidin ini sudah cukup memenuhi
syarat. Kecepatan hancur tablet yang baik sangat dipengaruhi oleh adanya
disintegran, dalam formulasi kali ini digunakan Avicel PH 102 yang bersifat
menyerap air dan mengembang dalam air sehingga dapat memecahkan tablet dengan
sangat baik dan cepat.
Setelah dilakukan serangkaian pengujian diatas, tablet yang telah dicetak
dapat dikemas dalam wadah yang sesuai dan diberi etiket serta label yang sesuai.