pembangkitan

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/3/2019 pembangkitan

    1/18

    1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar belakang masalah

    Energi listrik bagi umat manusia saat ini merupakan kebutuhan utama dalam

    menjalankan semua aspek kegiatan hidupnya, berbagai jenis pembangkit tenaga listrik

    diciptakan oleh para ahli untuk memenuhi kebutuhan energi listrik, berbagai sumber energi

    dimanfaatkan mulai dari tenaga air, tenaga gas bumi, bahan bakar batu bara, bahan bakar

    minyak sampai sumber energi nuklir. Ternyata berbagai jenis teknologi pembangkit tenaga

    listrik ini menimbulkan berbagai masalah baru secara global, menumpuknya gas yang

    menimbulkan efek rumah kaca, pemanasan global dunia, perubahan iklim yang drastis, makin

    terbatasnya persediaan energi terbarukan, dan semakin parahnya kerusakan lingkungan akibat

    polusi dari penggunaan energi yang tidak terkendali.

    Di lain pihak, manusia dihadapkan pada situasi menipisnya cadangan sumber energi

    fosil dan meningkatnya kerusakan lingkungan akibat penggunaan energi fosil. Melihat

    kondisi tersebut maka saat ini sangat diperlukan penelitian yang intensif untuk mencari,

    mengoptimalkan dan menggunakan sumber energi alternatif / terbarukan. Hasil penelitian

    tersebut diharapkan mampu mengatasi beberapa permasalahan yang berkaitan dengan

    penggunaan energi fosil.

    Fuel cell, mungkin sudah tidak asing di telinga kita. Dewasa ini seiring dengan makin

    mahalnya dan terbatasnya minyak bumi (ada yang memperkirakan 40 tahun lagi akan habis),

    penggunaan alternatif energi sangat didengung-dengungkan, dan salah satunya adalah energi

    hidrogen. Fuel cell merupakan sel penghasil listrik dg hidrogen sebagai bahan bakarnya. Di

    masa depan, dengan menggunakan energi alam seperti energi matahari, dan lainnya dan air

    laut sebagai sumber hidrogen, bukan tidak mungkin hidrogen bisa berkembang sebagai

    sumber energi yang gratis dari alam. Jika hal itu terjadi, siapapun pasti akan memilih energi

    hidrogen yang ramah akan lingkungan. Sehingga fuel cell sangat lah diperlukan.

    Hal ini mendorong para ahli energi untuk membuat terobosan baru dalam penciptaan

    sumber energi yang bersifat ramah lingkungan, terbarukan, portable, efektif dan efisien, di

    antaranya adalah fuel-cell yang memanfaatkan gas hidrogen sebagai bahan bakar dan

    pembuatan reaktor Kogenerasi yang dirancang memiliki tingkat efisiensi pemanfaatan output

    thermal dari reaktor sebesar 100%[1]

    .

    Perlu diketahui bahwa PLTN generasi sebelumnya (Generasi I, II, III dan III+) tingkat

    efisiensi pemanfaatan output thermal hanya mencapai efisiensi 33,33%, dan tidak didesain

  • 8/3/2019 pembangkitan

    2/18

    2

    untuk memanfaatkan output thermal sisa untuk keperluan lainnya (aplikasi reaktor),

    melainkan output thermal sisa ini dibuang ke lingkungan. Hal ini jelas akan memberikan

    kontribusi terhadap pemanasan global dunia[1]

    .

    1.2 Batasan masalah

    1.2.1 Sejarah dan pengertian fuel cell (Bagaimana Gambaran Umum Fuel Cell?)

    1.2.2 Prisip kerja Bahan Bakar Sel (Fuel Cell)

    1.2.3 Jenisjenis fuel cell

    1.2.4 Aplikasi Fuel Cell pada zaman sekarang

    1.2.5 Keuntungan dan Kekurangan Fuel Cell

    1.3 Tujuan

    1.3.1 Mengetahui gambaran umum yang dimaksud Sel Pembakaran

    1.3.2 Untuk mengetahui karakteristik dan cara kerja Sel pembakaran

    1.3.3 Mengetahui Keuntungan dan Kelemahan dari Sel Pembakaran

  • 8/3/2019 pembangkitan

    3/18

    3

    BAB 2

    Fuel Cell

    2.1 Sejarah Fuel Cell

    Sir William Groove pertamakali menemukan fuel cell pada tahun 1839. Groove

    mengetahui air dapat dipisahkan menjadi Hidrogen dan Oksigen dengan mengalirkan arus

    listrik didalamnya (sebuah proses yang disebut elektrolisis). Dia membuat hipotesis bahwa

    dengan membalik prosedur anda bisa menghasilkan energi listrik dari air tawar. Dia

    menciptakan Fuel Cell primitif dan menyebutnya suatu gas Voltaic Battrey. 50 tahun

    kemudian, ahli ilmu pengetahuan Ludwing Mond dan Charles Langer mengubah istilahnya

    menjadi Fuel Cell sambil berusaha membuat contoh atau model yang nyata untuk

    menghasilkan daya listrik.[4]

    2.2 Pengertian Fuel Cell

    Fuel cell adalah suatu alat pengubah energi yang bekerja secara elektro-khemikal.

    Alat ini menghasilkan tenaga listrik dari beragam jumlah bahan bakar dari luar (pada sisi

    anoda-nya). Reaksi (kimia) ini berlangsung dalam elektrolit. Biasanya reaktan masuk

    kedalam dan hasil reaksinya mengalir keluar, sementara elektrolitnya tetap berada dalam cell.

    Fuel cell dapat bekerja secara terus menerus dengan sesungguhnya selama aliran-aliran yang

    di perlukan tetap di pertahankan.

    Berbeda dengan baterai yang menyimpan energi listriknya secara kimiawi dalam

    sistem tertutup, fuel cell harus selalu menambah reaktan yang di komsumsinya.

    Gambar 1: Battery (Sistem Tertutup)

    Sumber: Power Plant Engineering

  • 8/3/2019 pembangkitan

    4/18

    4

    Lagi pula, sementara elektroda-elektroda dalam sebuah baterai bereaksi dan berubah

    selagi baterai sedang diisi atau digunakan (change and rechanged), elektroda-elektroda

    sebuah fuel cell adalah katalik dan secara relatif stabil.

    Gambar 2: Sel bahan-bakar sistem terbuka

    Sumber: Power Plant Engineering

    Banyak kombinasi-kombinasi bahan bakar dan oksidan yang bisa digunakan untuk

    fuel cell. Sebuah Hydrogen Cell menggunakan hidrogen sebagai bahan bakar dan oksigen

    sebagai oksidannya. Bahan bakar lainnya termasuk hidrokarbon dan alkohol.

    2.3 KomponenKomponen Penyusun Sel Pembakaran

    2.3.1 Bahan Bakar

    Bahan bakar merupakan bagan penting dari sel pembakaran yang dapat menyediakan

    gas hidrogen pada reaksi diatas. Jenis bahan bakar yang digunakan biasanya berupa Gas

    Alam (CH4) dan bahan bakar minyak. Kedua jenis bahan bakar ini dapat dibakar secara

    elektrokimia untuk menghasilkan energi listrik melalui dua cara yaitu :

    Cara I :

    CH4 (g ) + H2O (g ) => CO (g ) + 3H2 (g )

    Cara II :

    CO (g ) + (H2O (g) => CO2 (g) + H2 (g )

    Dari reaksi diatas bahan bakar yang kita gunakan akan menghasilkan gas hydrogen

    yang nantinya berguna dalam reaksi sel pembakaran.

    Hidrogen yang tersedia di alam hanya terdapat dalam air dan senyawa organik

    berbentuk senyawa hidrokarbon(Metana ,Butana, Propana.), seperti gas alam, batubara, dan

    biomassa. Oleh karena itu hidrogen harus diproduksi melalui penggunaan energi sebelum

    hidrogen itu sendiri tersedia sebagai sumber energi. Pemotongan ikatan-ikatan kimia di dalam

    air akan menghasilkan hidrogen yang dapat dipergunakan sebagai bahan bakar. Hidrogen

    dapat dihasilkan melalui beberapa proses, di antaranya proses elektrolisa, fotoelektrokimia,

    sel fotokimia, steam reforming, dan proses fotobiologi.

  • 8/3/2019 pembangkitan

    5/18

    5

    Hidrogen dapat pula dihasilkan dengan menggandeng sumber-sumber energi terbaru

    seperti : energi air, energi surya, energi angin, dan energi panas bumi. Dalam kaitannya

    dengan energi primer dan sekunder, maka dalam hal ini dapat dibedakan antara produksi

    pembawa energi primer dengan produksi pembawa energi sekunder. Produksi energi primer

    saat ini berarti produksi hidrogen dari bahan bakar fosil melalui reforming gas alam dan

    batubara. Dalam penghasilan hydrogen ini , Senyawa penghasil hydrogen tidak perlu dibakar

    untuk dapat menghasilkan hydrogen cukup dengan reaksi kimia saja. Hal inilah yang

    membuat salah satu keistimewaan dari sel bahan bakar yang tidak menimbulkan polusi.

    Sedangkan Produksi pembawa energi sekundernya adalah Hidrogen itu sendiri yang

    nantinya akan bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan energi listrik.

    2.3.2 Elektrolit

    Adalah suatu zat yang dapat menghantarkan listrik. Pada sel pembakaran

    elektrolit berfungsi membawa electron melalui sel dan ion yang larut didalam

    setengah reaksi di setiap elektroda. Biasanya dipilih larutan basa sebagai

    elektrolit sebab larutan asam biasanya menimbulkan masalah korosi Ada 3

    jenis, elektrolit yang digunakan dalam sel pembakaran diantaranya :

    a) Elektrolit Cair

    Memiliki suhu kerja O sampai 200C

    Contoh : KOH (Kalium Hidroksida)

    b) Elektrolit Lumer

    Memiliki suhu kerja 500C hingga 700C

    Contoh : Alkali karbonat cair ( K2 CO3, Na2 CO3, Li2

    CO3)

    c) Elektrolit Padat

    Memiliki suhu kerja diatas 700C

    Contoh : Zr O2 ditambah CaO atau Y2O3Perubahan jenis elektrolit juga merekayasa jenis material dan sistem

    elektrodanya. Beberapa jenis elektrolit yang telah dikembangkan para penemu

    antara lain cairan alkali (alkali fuel cell/AFC), cairan karbonat (molten

    carbonate fuel cells/MCFC), asam fosfat (phosphoric acid fuel cells/PAFC),

    membran pertukaran proton (proton exchange membrane fuel cells/PEMFC),

    serta oksida padat (solidoxide fuel cells/SOFC).

    2.3.3 Elektroda

  • 8/3/2019 pembangkitan

    6/18

    6

    Elektroda berfungsi menghantarkan hidrogen ke dalam dan keluar dari sel

    serta mempermudah pertukaran antara gas dan ion dalam lautan elekrolit. Anoda

    sebagai kutub negative Sel Pembakaran merupakan elektroda yang akan

    mengalirkan elektron yang lepas dari molekul hydrogen sehingga elektron

    tersebut dapat digunakan di luar sirkuit. Pada materialnya elektroda dilengkapi

    saluran-saluran agar gas hydrogen yang dapat menyebar ke seluruh permukaan

    katalis. Katoda sebagai kutub elektroda positiffuel cell yang juga memiliki

    saluran yang akan menyebarkan oksigen ke seluruh permukaan katalis. Katoda

    juga berperan dalam mengalirkan elektron dari luar sirkuit ke dalam sirkuit

    sehingga Elektron-elektron tersebut dapat bergabung dengan ion hydrogen dan

    oksigen untuk membentuk air. Elektroda dapat berupa konduktor non reaktif

    (karbon, platina). Platina adalah logam berat ,berwarna putih keabu-abuan ,tidak

    korosif, sulit terjadi peleburan dan tahan terhadap sebagian besar bahan kimia .

    Massa jenisnya 21,4 gr.cm3, koefisien muai panjangnya 9. 10

    -6/ C, titik leleh

    1775 C dan titik didih 4530 C resistivitasnya 0,1 mm2/m. Karbon dipilih sebagai

    elektroda karena Tidak lumer, menghantarkan listrik, sifat tidak larut,

    kemurnian kimianya, tahan terhadap kejutan termalkekuatan mekanisnya tinggi

    2.4Prinsip Kerja Sel PembakaranPada prinsipnya sebuah sel pembakaran bekerja dengan prinsip diatas.

    Gambar 3 : Prinsip Kerja Fuel Cell

    Dua buah\ elektrode karbon yang tercelup dalam larutan elektrolit (dalam hal ini asam) dan

    dipisahkan dengan sebuah pemisah gas. Bahan bakar, dalam hal ini hidrogen,

    digelembungkan melewati permukaan satu elektrode melewati elektrode lainnya.

  • 8/3/2019 pembangkitan

    7/18

    7

    Ketika kedua electrode dihubungkan dengan beban luar, beberapa hal akan terjadi terjadi

    yaitu :

    a. Hidrogen menempel pada permukaan katalitik elektrode, membentuk ionion hidrogendan elektron-elektron.

    b. Ion-ion hidrogen (H+) bermigrasi melewati elektrolit dan pemisah gas ke permukaankatalitik elektrode oksigen.

    c. Secara simultan, elektron-elektron bergerak melewati lintasan luar (external circuit)pada permukaan katalitik yang sama.

    d. Oksigen, ion-ion hidrogen, dan elektron bersatu pada permukaan electrodemembentuk air(H2O).

    Bagian terpenting pada fuel cell adalah 2 lapis elektroda dan elektrolit. Elektrolit disini

    adalah zat yang akan membiarkan ion lewat, namun tidak halnya dengan elektron. Pada

    anoda, H2 dialirkan, kemudian platina (Pt) yang terkandung pada pada anoda akan bekerja

    sebagai katalis, yang kemudian akan mengambil elektron dari atom hidrogen. Kemudian,

    ion H+ yang terbentuk akan melewati elektrolit, sedangkan elektron tetap tertinggal di anoda.

    Pada katoda, oksigen dialirkan. Kemudian, ion H+

    yang melewati elektrolit akan berikatan

    dengan oksigen menghasilkan air dengan bantuan platina yang terkandung pada katoda

    sebagai katalis. Reaksi ini akan berlangsung jika ada elektron. Pada anoda, elektrontertinggal, sedangkan pada katoda membutuhkan elektron. Sehingga, jika anoda dan katoda

    dihubungkan maka elektron akan mengalir. Hal ini lah yang menjadi prinsip dasar dari fuel

    cell.

    Tabel 2.4: Mekanisme Reaksi Pada Sel Bahan bakar

    2.5Kelebihan dan Kelemahan Sel Pembakaran Kelebihan Sel Pembakaran2.5.1 Kelebihan

    2.5.1.1Tidak Mengeluarkan Emisi Berbahaya (Zero Emission)

  • 8/3/2019 pembangkitan

    8/18

    8

    Sebuah sistem fuel cell hanya akan mengeluarkan uap air apabila

    memakai hydrogen murni. Tetapi, ketika memakai hidrogen hasil dari

    reforming hidrokarbon / fosil (misalnya batu bara dan gas alam), maka

    harus dilakukan uji emisi untuk menentukan apakah sistem tersebut

    masih dapat dikategorikan zero emission.

    2.5.1.2Efisiensi yang Tinggi (High Efficiency)

    Oleh sebab fuel cell tidak menggunakan proses pembakaran dalam

    konversi energi, maka efisiensinya tidak dibatasi oleh batas maksimum

    temperature operasional (tidak dibatasi oleh efisiensi siklus Carnot).

    Hasilnya, efisiensi konversi energi pada fuel cell melalui reaksi

    elektrokimia lebih tinggi dibandingkan efisiensi konversi energi pada

    mesin kalor (konvensional) yang melalui reaksi pembakaran.

    2.5.1.3Cepat Mengikuti Perubahan Pembebanan (Rapid Load Following)Fuel cell memperlihatkan karakteristik yang baik dalam mengikuti

    perubahan beban. Sistem Fuel cell yang menggunakan hidrogen murni

    dan digunakan pada sebagian besar peralatan mekanik (misalnya motor

    listrik) memiliki kemampuan untuk merespon perubahan pembebanan

    dengan cepat.

    2.5.1.4Temperatur Operasional RendahSistem fuel cell sangat baik diaplikasikan pada industri otomotif yang

    beroperasi pada temperatur rendah. Keuntungannya adalah fuel cell

    hanya memerlukan sedikit waktu pemanasan (warmup time), resiko

    operasional pada temperatur tinggi dikurangi, dan efisiensi

    termodinamik dari reaksi elektrokimia lebih baik

    2.5.1.5Reduksi Transformasi EnergiKetika fuel cell digunakan untuk menghasilkan energi listrik, maka fuel

    cell hanya membutuhkan sedikit transformasi energi, yaitu dari energi

    kimia menjadi energi listrik. Bandingkan dengan mesin kalor yang

    harus mengubah energi kimia menjadi energi panas kemudian menjadi

    energi mekanik yang akan memutar generator untuk menghasilkan

    energi listrik. Fuel cell yang diaplikasikan untuk menggerakkan motor

    listrik memiliki jumlah transformasi energi yang sama dengan mesin

    kalor, tetapi transformasi energi pada fuel cell memiliki efisiensi yang

    lebih tinggi.

  • 8/3/2019 pembangkitan

    9/18

    9

    2.5.2 Kelemahan Sel Pembakaran2.5.2.1 Hidrogen yang Sulit Diproduksi

    Hidrogen sulit untuk diproduksi dan disimpan. Saat ini proses produksi

    hidrogen masih sangat mahal dan membutuhkan input energi yang

    besar, artinya efisiensi produksi hidrogen masih rendah. Untuk

    mengatasi kesulitan ini, banyak 20 negara menggunakan teknologi

    reforming hidrokarbon / fosil untuk memperoleh hidrogen. Tetapi, cara

    ini hanya digunakan dalam masa transisi untuk menuju produksi

    hidrogen dari air yang efisien.

    2.5.2.2Sensitif pada KontaminasiZat Asing Sel bahan bakar membutuhkan hidrogen murni, bebas dari

    kontaminasi zat asing. Zat asing yang meliputi sulfur dan campuran

    senyawa karbon dapat menonaktifkan katalisator dalam sel pembakaran

    dan secara efektif akan menghancurkannya. Pada mesin kalor,

    pembakaran dalam (internal combustion engine), masuknya zat asing

    tersebut tidak menghalangi konversi energi melalui proses pembakaran.

    2.5.2.3Harga Katalisator Platinum yang MahalSel pembakaran yang diaplikasikan pada industri otomotif memerlukan

    katalisator yang berupa Platinum untuk membantu reaksi pembangkitan

    listrik. Platinum adalah logam yang jarang ditemui dan sangat mahal.

    Berdasarkan survey geologis ahli USA, total cadangan logam platinum

    di dunia hanya sekitar 100 juta kg. Dan pada saat ini, diperkirakan

    teknologi sel bahan bakar berkapasitas 50 kW memerlukan 100 gram

    platinum sebagai katalisator. Misalkan penerapan teknologi sel bahan

    bakar berjalan baik (meliputi penghematan pemakaian platinum pada

    sel bahan bakar, pertumbuhan pasar sel bahan bakar rendah, dan

    permintaan platinum rendah) maka sebelum tahun 2030 diperkirakan

    sudah tidak ada lagi logam platinum. Untuk itulah diperlukan

    penelitian untuk menemukan jenis katalisator alternative yang memiliki

    kemampuan mirip katalisator dari platinum.

    2.5.2.4Pembekuan

  • 8/3/2019 pembangkitan

    10/18

    10

    Selama beroperasi, sistem sel bahan bakar menghasilkan panas yang

    dapat berguna untuk mencegah pembekuan pada temperatur normal

    lingkungan. Tetapi, jika temperatur lingkungan terlampau sangat

    dingin (-10 s.d. 20C), maka air 21 murni yang dihasilkan akan

    membeku di dalam sel bahan baker dan kondisi ini akan dapat merusak

    membran sel bahan bakar. Untuk itu harus didesain sebuah sistem yang

    dapat menjaga sel bahan bakar tetap berada dalam kondisi temperatur

    operasi normal.

    2.5.2.5Memerlukan Teknologi Tinggi dan BaruPerlu dikembangkan beberapa material alternatif dan metode

    konstruksi yang baru sehingga dapat mereduksi biaya pembuatan

    sistem fuel cell. Diharapkan dimasa depan dapat dihasilkan sebuah

    sistem fuel cell yang lebih kompetitif dibandingkan mesin bakar /

    otomotif konvensional dan sistem pembangkit listrik konvensional.

    Teknologi baru tersebut akan mampu menghasilkan reduksi biaya,

    reduksi berat dan ukuran, sejalan dengan meningkatnya kehandalan

    dan umur operasi (lifetime) sistem fuel cell. Penggunaan sistem fuel

    cell dalam industri otomotif minimal harus memiliki umur operasi

    4.000 jam (ekivalen 100.000 mil pada kecepatan 25 mil per jam) dan

    dalam industri pembangkit listrik minimal harus memiliki umur operasi

    40.000 jam.

    2.5.2.6Ketiadaan Infrastruktur Infrastruktur produksi hidrogen yang efektifbelum tersedia.

    Tersedianya teknologi manufaktur dan produksi massal yang handal

    merupakan kunci penting usaha komersialisasi sistem fuel cell.

    2.6 EFISIENSI SEL

    Evaluasi kinerja sel bahan bakar diwakili dalam hal rapat arus pada permukaan

    elektroda (kisaran 100-400 mA/cm2) pada suhu tertentu dan tekanan parsial reaktan dan

    tegangan.

    Biarkan, Vo = Tidak ada tegangan beban sel, Volt, DC

    Vc = tegangan sel

    Ic = Arus pada beban, Ampere Cell

    Pc,= Cell kekuasaan, Watt

  • 8/3/2019 pembangkitan

    11/18

    11

    Vp = Polarisasi tegangan = drop tegangan dalam sel?

    = Tidak ada tegangan beban VoPada tegangan beban V,

    A = Permukaan daerah pada permukaan elektroda, m

    Id = Arus densitas sel, = Ic/A. ... A/m ...

    = Efisiensi

    Selama tidak ada arus (tidak ada beban atau sirkuit terbuka), tegangan sel maksimum

    dan disebut tidak ada tegangan beban (Vo).

    Kinerja digambarkan oleh kurva aktual Vc vs Id. Peningkatan temperatur operasi dan

    tekanan parsial, meningkatkan kinerja sel bahan bakar (peningkatan Vc dan Pc). Ada trade-off

    antara kinerja yang lebih tinggi dan biaya yang lebih tinggi (untuk temperatur tinggi, desain

    tekanan).

    Kinerja sebuah sel bahan bakar dievaluasi oleh sel tegangan Vc vs elektroda kurva

    kerapatan Id. Tegangan Cell Vc menurun dengan meningkatnya densitas arus karena

    polarisasi di dalam sel. Oleh karena itu, kurva ini juga disebut kurva polarisasi dari sel bahan

    bakar.

    Polarisasi adalah kimia internal, listrik, efek termal dalam sel bahan bakarmengakibatkan inefisiensi. Polarisasi penyebab kehilangan energi internal dan diukur dengan

    dalam hal polarisasi tegangan Vp.

    Vp = vovc

    VP = Polarisasi tegangan sel = drop tegangan

    = Tidak ada tegangan beban Vo - Pada tegangan beban V.

  • 8/3/2019 pembangkitan

    12/18

    12

    Gambar 4: Kurva Polarisasi

    Sumber: Power Plant Engineering

    Sebagai beban pada sel (Is A = I) meningkat, reaksi elektro-kimia internal mencoba

    untuk menentang menyebabkan juga meningkat. Peningkatan kerugian internal dan drop

    tegangan terminal Vc. Kerugian internal dan inefisiensi meningkat dengan saat ini disebut

    polarisasi. Penurunan tegangan Vp disebut Polarisasi Tegangan VP.

    Power per Cell Pc,

    Power = Voltage Current

    Pc = Vc 4

    Kekuatan kenaikan sel dengan peningkatan kerapatan saat ini, dan mencapai titik

    jenuh di karena efek polarisasi.

    Gambar 5: Kurva keraparan arus-daya

  • 8/3/2019 pembangkitan

    13/18

    13

    Sumber: Power Plant Engineering

    Input daya - kerugian Polarisasi = Output daya

    dan, daya Output / daya Input = Efisiensi ()

    Dalam hal output energi akhir pilihan ini hanya 40% sampai 60% efisien - pengecualian

    pada elektrolisis yang bisa sampai 80% efisien. Argumen advokasi sel bahan bakar adalah

    bahwa siklus ini masih merupakan perbaikan untuk mobil. Efisiensi keseluruhan seperti 40%

    jika menjalankan bahan bakar bukan dari 20% jika menjalankan mesin pembakaran internal.

    Metode sederhana menghitung efisiensi () dari sel bahan bakar

    0selbebanteganganadaTidak

    bebanpadateganganCell

    V

    Vc

    bebananpategangan t

    teganganpolaritas-bebananpategangan t

    Efisiensi sel bahan bakar bervariasi dengan densitas arus pada permukaan elektroda

    karena Efek Polarisasi. Gambar.6 memberikan karakteristik khas. Daya yang hilang diubah

    menjadi limbah panas dan dilepaskan ke atmosfer.

    Gambar 6: Kurva daya dan efisiensi

    Sumber: Power Plant Engineering

  • 8/3/2019 pembangkitan

    14/18

    14

    Setelah mencapai tingkat kejenuhan, dan daya per sel mulai menurun. Kerugian

    meningkat dan akan dikonversi ke limbah panas.

    2.7 Jenis-Jenis Fuel Cell

    Berdasarkan atas perbedaan elektrolit yang digunakan, fuel cell dapat dibagi menjadi

    4 tipe. Keempat tipe tersebut, suhu dan skala energi yang dihasilkan pun berbeda. Empat tipe

    tersebut bisa dipisah menjadi 2, yaitu yang bekerja pada suhu tinggi (dua tipe) dan pada suhu

    rendah (2 tipe), antara lain :

    a. Tipe pada suhu tinggi adalah MCFC (Molten Carbonate Fuel Cell) dan SOFC(Solid Oxide Fuel Cell). Kedua tipe ini berkerja pada suhu 500- 1000C. Pada

    suhu tinggi, reaksi bisa berlangsung cepat, sehingga tidak diperlukan katalis

    (Pt). Namun, pada suhu tinggi diperlukan bahan yang mempunyai durabilitas

    bagus dan tahan terhadap korosi. MCFC bekerja pada suhu 650C, dan

    elektrolit yang digunakan adalah garam karbonat (Li2CO3, K2CO3) dalam

    bentuk larutan. Sedangkan SOFC bekerja pada suhu 1000C, dengan keramik

    padat (misal, ZrO2) sebagai elektrolitnya. MCFC dan SOFC sendiri hingga

    saat ini masih tahap lab, dan belum dikomersilkan. Diharapkan di masa depanbisa diterapkan dalan skala besar. Dan apabila teknologi dimana suhu kerja

    bisa diturunkan berkembang, kemungkin kedua fuel cell tipe ini bisa

    diterapkan dalam skala rumah tangga.

    b. Sedangkan untuk tipe suhu rendah adalah PAFC (Phosphoric acid Fuel Cell)dan PEFC (Proton Exchange Membrane Fuel Cell). Pada kedua tipe ini,

    berkerja pada suhu dibawah 200C. Keunggulan pada tipe ini adalah waktu

    untuk mengaktifkannya cukup cepat dan bisa diterapkan dalam skala kecil.

    Namun, karena memerlukan Pt, yang harganya cukup mahal, sebagai

    elektroda, maka biayanya pun menjadi mahal. PAFC bekerja pada suhu

    200C, dan asam fosfat (H3PO4) sebagai elektrolitnya. Ditemukan pada tahun

    1967, dan sejak tahun 1980-an, khususnya di Jepang dan Amerika, mulai

    dipergunakan pada hotel, rumah sakit, dan tempat lainnya. Diantara 4 tipe fuel

    cell, tipe inilah yang paling cepat untuk dikomersialkan. PEFC bekerja pada

    suhu dibawah 100C, membrane polimer sebagai elektrolitnya. Karena

    menggunakan lapisan tipis membrane polimer, ukuran secara kesulurahan

  • 8/3/2019 pembangkitan

    15/18

    15

    sangatlah kecil. Dewasa ini, penggunaan fuel cell tipe ini sudah cukup luas

    digunakan, mulai dari mobil hingga telepon seluler. Jenis fuel cell ditentukan

    oleh material yang digunakan sebagai elektrolit yang mampu menghantar

    proton. Pada saat ini ada beberapa jenis fuel cell, yaitu:

    a) Alkaline Fuel Cell (AFC)b) Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC)c) Solid Oxide Fuel Cell (SOFC)d) Proton Exchange Membrane, juga disebut dengan Proton Electrolyt

    Membrane (PEM)

    e) Direct Methanol Fuel Cells (DMFC)f) Molten Carbonate Fuel Cell (MCFC)g) Biofuel Cellh) Microbial Fuel Cell

    2.8 Pemanfaatan Sel Pembakaran

    Saat Ini dan Masa Datang Secara umum, pemanfaatan sel bahan bakar antara lain :

    a) Sebagai pembangkit tenaga listrik.b)

    Dikembangkan sebagai batere pada handphone, laptop, MP3 player,kamera digital dan perangkat portabel lainnya.

    Gambar 7: Fuel Cell yang digunakan pada Labtop

  • 8/3/2019 pembangkitan

    16/18

    16

    Gambar 8: Penerapan Fuel Cell pada MP3 player

    c)

    Pemakaian fuel cell pada rumah tangga untuk pembangkit tenagalistrik.

    22 Penerapan fuel cell untuk skala rumah tangga sudah mulai

    diterapkan sejak tahun 2005 yang lalu. Di Jepang sendiri sudah

    terpasang sekitar 600 fuel cell skala rumah tangga. Dengan adanya

    pemakaian fuel cell pada rumah tangga, maka sudah tidak

    diperlukannya lagi kabel pengalir listrik (dari pembangkit listrik ke

    rumah), sehingga loss dayanya menjadi nol. Selain itu, bila panas yang

    dihasilkan bisa dimanfaatkan lagi, salah satunya untuk memanaskan

    air. Dengan koordinasi seperti ini, maka tingkat efisiensi pemanfaatan

    energi fuel cell bisa mencapai 80%.

    d) Digunakan sebagai sumber energi listrik pada mobil.

    Gambar 9: Mobil menggunakan Fuel Cell

    e) Digunakan pada alat transportasi massal, seperti pada bis dan keretaapi.

    Jenis fuel cell yang banyak digunakan pada perangkat elektronik

    mobile

    adalah DMFC (Direct Methanol Fuel Cell). DMFC merupakan salah

  • 8/3/2019 pembangkitan

    17/18

    17

    satu jenis PMFC, dengan methanol sebagai bahan bakarnya.

    Keunggulan dari DMFC ini, terletak pada methanol. Berbeda dengan

    hidrogen, yang sangat sulit untuk dibawa kemana-mana, methanol

    dapat disimpan dalam botol plastik sehingga dapat dibawa ketika

    bepergian. Namun, ada sisi negatif dari methanol, yaitu merupakan zat

    yang berbahaya. Sehingga penggunaan methanol diperlukan kehati-

    hatian tinggi. Mengingat methanol cukup berbahaya bagi manusia,

    maka saat ini sedang dicari alternatif lainnya seperti ethanol atau

    NaBH4 (yang dikembangkan oleh Millennium Cell Corp).

  • 8/3/2019 pembangkitan

    18/18

    18

    BAB 3

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Keuntungan energi hidrogen antara lain bebas polusi (emisi yang dihasilkan hanya

    air), tidak berisik, beroperasi pada efisiensi yang lebih tinggi daripada mesin pembakaran

    internal ketika bahan bakar mulai dikonversi menjadi listrik. Sedangkan kerugian energi

    hidrogen dimana saat ini harganya lebih mahal daripada sumber energi yang lain,

    infrastruktur yang ada saat ini belum dibuat untuk mengakomodasi bahan bakar hidrogen,

    proses ekstraksi hidrogen membutuhkan bahan bakar fosil sehingga menyebabkan polusi,

    dan hidrogen sulit dalam penyimpanan dan distribusi.

    Hidrogen sangat potensial sebagai energi bahan bakar yang mendukung penciptaan

    lingkungan yang bersih dan juga mengurangi ketergantungan mengimport sumber energi.

    Sebelum energi memainkan peranan yang besar dan menjadi alternatif banyak fasilitas dan

    sistem yang harus dipersiapkan, seperti fasilitas untuk memproduksi hidrogen, penyimpanan

    dan pemindahannya. Konsumen akan membutuhkan bahan bakar yang ekonomis, teknologi

    dan pengetahuan dalam penggunaan bahan bakar inisecara aman.

    Perlu diperhatikan bahwa fuel cell (hydrogen fuel) ini sendiri sangat ramah

    lingkungan, namun dalam memproduksi bahan bakar masih harus banyak yang diperhatikan.

    Secara keseluruhan sangat mungkin terjadi penghematan energi. Walaupun sisi ramah

    lingkungannya masih hanya di sisi pemanfaatan, bukan pembuatan fuel hydrogen. Dalam

    dekade mendatang dengan harga minyak yang melangit serta kesadaran efisiensi energi,

    maka teknologi hidrogen (fuel cell) akan menjadi sangat penting.