Upload
ary-kassa
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/3/2019 pembangkitan
1/18
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Energi listrik bagi umat manusia saat ini merupakan kebutuhan utama dalam
menjalankan semua aspek kegiatan hidupnya, berbagai jenis pembangkit tenaga listrik
diciptakan oleh para ahli untuk memenuhi kebutuhan energi listrik, berbagai sumber energi
dimanfaatkan mulai dari tenaga air, tenaga gas bumi, bahan bakar batu bara, bahan bakar
minyak sampai sumber energi nuklir. Ternyata berbagai jenis teknologi pembangkit tenaga
listrik ini menimbulkan berbagai masalah baru secara global, menumpuknya gas yang
menimbulkan efek rumah kaca, pemanasan global dunia, perubahan iklim yang drastis, makin
terbatasnya persediaan energi terbarukan, dan semakin parahnya kerusakan lingkungan akibat
polusi dari penggunaan energi yang tidak terkendali.
Di lain pihak, manusia dihadapkan pada situasi menipisnya cadangan sumber energi
fosil dan meningkatnya kerusakan lingkungan akibat penggunaan energi fosil. Melihat
kondisi tersebut maka saat ini sangat diperlukan penelitian yang intensif untuk mencari,
mengoptimalkan dan menggunakan sumber energi alternatif / terbarukan. Hasil penelitian
tersebut diharapkan mampu mengatasi beberapa permasalahan yang berkaitan dengan
penggunaan energi fosil.
Fuel cell, mungkin sudah tidak asing di telinga kita. Dewasa ini seiring dengan makin
mahalnya dan terbatasnya minyak bumi (ada yang memperkirakan 40 tahun lagi akan habis),
penggunaan alternatif energi sangat didengung-dengungkan, dan salah satunya adalah energi
hidrogen. Fuel cell merupakan sel penghasil listrik dg hidrogen sebagai bahan bakarnya. Di
masa depan, dengan menggunakan energi alam seperti energi matahari, dan lainnya dan air
laut sebagai sumber hidrogen, bukan tidak mungkin hidrogen bisa berkembang sebagai
sumber energi yang gratis dari alam. Jika hal itu terjadi, siapapun pasti akan memilih energi
hidrogen yang ramah akan lingkungan. Sehingga fuel cell sangat lah diperlukan.
Hal ini mendorong para ahli energi untuk membuat terobosan baru dalam penciptaan
sumber energi yang bersifat ramah lingkungan, terbarukan, portable, efektif dan efisien, di
antaranya adalah fuel-cell yang memanfaatkan gas hidrogen sebagai bahan bakar dan
pembuatan reaktor Kogenerasi yang dirancang memiliki tingkat efisiensi pemanfaatan output
thermal dari reaktor sebesar 100%[1]
.
Perlu diketahui bahwa PLTN generasi sebelumnya (Generasi I, II, III dan III+) tingkat
efisiensi pemanfaatan output thermal hanya mencapai efisiensi 33,33%, dan tidak didesain
8/3/2019 pembangkitan
2/18
2
untuk memanfaatkan output thermal sisa untuk keperluan lainnya (aplikasi reaktor),
melainkan output thermal sisa ini dibuang ke lingkungan. Hal ini jelas akan memberikan
kontribusi terhadap pemanasan global dunia[1]
.
1.2 Batasan masalah
1.2.1 Sejarah dan pengertian fuel cell (Bagaimana Gambaran Umum Fuel Cell?)
1.2.2 Prisip kerja Bahan Bakar Sel (Fuel Cell)
1.2.3 Jenisjenis fuel cell
1.2.4 Aplikasi Fuel Cell pada zaman sekarang
1.2.5 Keuntungan dan Kekurangan Fuel Cell
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui gambaran umum yang dimaksud Sel Pembakaran
1.3.2 Untuk mengetahui karakteristik dan cara kerja Sel pembakaran
1.3.3 Mengetahui Keuntungan dan Kelemahan dari Sel Pembakaran
8/3/2019 pembangkitan
3/18
3
BAB 2
Fuel Cell
2.1 Sejarah Fuel Cell
Sir William Groove pertamakali menemukan fuel cell pada tahun 1839. Groove
mengetahui air dapat dipisahkan menjadi Hidrogen dan Oksigen dengan mengalirkan arus
listrik didalamnya (sebuah proses yang disebut elektrolisis). Dia membuat hipotesis bahwa
dengan membalik prosedur anda bisa menghasilkan energi listrik dari air tawar. Dia
menciptakan Fuel Cell primitif dan menyebutnya suatu gas Voltaic Battrey. 50 tahun
kemudian, ahli ilmu pengetahuan Ludwing Mond dan Charles Langer mengubah istilahnya
menjadi Fuel Cell sambil berusaha membuat contoh atau model yang nyata untuk
menghasilkan daya listrik.[4]
2.2 Pengertian Fuel Cell
Fuel cell adalah suatu alat pengubah energi yang bekerja secara elektro-khemikal.
Alat ini menghasilkan tenaga listrik dari beragam jumlah bahan bakar dari luar (pada sisi
anoda-nya). Reaksi (kimia) ini berlangsung dalam elektrolit. Biasanya reaktan masuk
kedalam dan hasil reaksinya mengalir keluar, sementara elektrolitnya tetap berada dalam cell.
Fuel cell dapat bekerja secara terus menerus dengan sesungguhnya selama aliran-aliran yang
di perlukan tetap di pertahankan.
Berbeda dengan baterai yang menyimpan energi listriknya secara kimiawi dalam
sistem tertutup, fuel cell harus selalu menambah reaktan yang di komsumsinya.
Gambar 1: Battery (Sistem Tertutup)
Sumber: Power Plant Engineering
8/3/2019 pembangkitan
4/18
4
Lagi pula, sementara elektroda-elektroda dalam sebuah baterai bereaksi dan berubah
selagi baterai sedang diisi atau digunakan (change and rechanged), elektroda-elektroda
sebuah fuel cell adalah katalik dan secara relatif stabil.
Gambar 2: Sel bahan-bakar sistem terbuka
Sumber: Power Plant Engineering
Banyak kombinasi-kombinasi bahan bakar dan oksidan yang bisa digunakan untuk
fuel cell. Sebuah Hydrogen Cell menggunakan hidrogen sebagai bahan bakar dan oksigen
sebagai oksidannya. Bahan bakar lainnya termasuk hidrokarbon dan alkohol.
2.3 KomponenKomponen Penyusun Sel Pembakaran
2.3.1 Bahan Bakar
Bahan bakar merupakan bagan penting dari sel pembakaran yang dapat menyediakan
gas hidrogen pada reaksi diatas. Jenis bahan bakar yang digunakan biasanya berupa Gas
Alam (CH4) dan bahan bakar minyak. Kedua jenis bahan bakar ini dapat dibakar secara
elektrokimia untuk menghasilkan energi listrik melalui dua cara yaitu :
Cara I :
CH4 (g ) + H2O (g ) => CO (g ) + 3H2 (g )
Cara II :
CO (g ) + (H2O (g) => CO2 (g) + H2 (g )
Dari reaksi diatas bahan bakar yang kita gunakan akan menghasilkan gas hydrogen
yang nantinya berguna dalam reaksi sel pembakaran.
Hidrogen yang tersedia di alam hanya terdapat dalam air dan senyawa organik
berbentuk senyawa hidrokarbon(Metana ,Butana, Propana.), seperti gas alam, batubara, dan
biomassa. Oleh karena itu hidrogen harus diproduksi melalui penggunaan energi sebelum
hidrogen itu sendiri tersedia sebagai sumber energi. Pemotongan ikatan-ikatan kimia di dalam
air akan menghasilkan hidrogen yang dapat dipergunakan sebagai bahan bakar. Hidrogen
dapat dihasilkan melalui beberapa proses, di antaranya proses elektrolisa, fotoelektrokimia,
sel fotokimia, steam reforming, dan proses fotobiologi.
8/3/2019 pembangkitan
5/18
5
Hidrogen dapat pula dihasilkan dengan menggandeng sumber-sumber energi terbaru
seperti : energi air, energi surya, energi angin, dan energi panas bumi. Dalam kaitannya
dengan energi primer dan sekunder, maka dalam hal ini dapat dibedakan antara produksi
pembawa energi primer dengan produksi pembawa energi sekunder. Produksi energi primer
saat ini berarti produksi hidrogen dari bahan bakar fosil melalui reforming gas alam dan
batubara. Dalam penghasilan hydrogen ini , Senyawa penghasil hydrogen tidak perlu dibakar
untuk dapat menghasilkan hydrogen cukup dengan reaksi kimia saja. Hal inilah yang
membuat salah satu keistimewaan dari sel bahan bakar yang tidak menimbulkan polusi.
Sedangkan Produksi pembawa energi sekundernya adalah Hidrogen itu sendiri yang
nantinya akan bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan energi listrik.
2.3.2 Elektrolit
Adalah suatu zat yang dapat menghantarkan listrik. Pada sel pembakaran
elektrolit berfungsi membawa electron melalui sel dan ion yang larut didalam
setengah reaksi di setiap elektroda. Biasanya dipilih larutan basa sebagai
elektrolit sebab larutan asam biasanya menimbulkan masalah korosi Ada 3
jenis, elektrolit yang digunakan dalam sel pembakaran diantaranya :
a) Elektrolit Cair
Memiliki suhu kerja O sampai 200C
Contoh : KOH (Kalium Hidroksida)
b) Elektrolit Lumer
Memiliki suhu kerja 500C hingga 700C
Contoh : Alkali karbonat cair ( K2 CO3, Na2 CO3, Li2
CO3)
c) Elektrolit Padat
Memiliki suhu kerja diatas 700C
Contoh : Zr O2 ditambah CaO atau Y2O3Perubahan jenis elektrolit juga merekayasa jenis material dan sistem
elektrodanya. Beberapa jenis elektrolit yang telah dikembangkan para penemu
antara lain cairan alkali (alkali fuel cell/AFC), cairan karbonat (molten
carbonate fuel cells/MCFC), asam fosfat (phosphoric acid fuel cells/PAFC),
membran pertukaran proton (proton exchange membrane fuel cells/PEMFC),
serta oksida padat (solidoxide fuel cells/SOFC).
2.3.3 Elektroda
8/3/2019 pembangkitan
6/18
6
Elektroda berfungsi menghantarkan hidrogen ke dalam dan keluar dari sel
serta mempermudah pertukaran antara gas dan ion dalam lautan elekrolit. Anoda
sebagai kutub negative Sel Pembakaran merupakan elektroda yang akan
mengalirkan elektron yang lepas dari molekul hydrogen sehingga elektron
tersebut dapat digunakan di luar sirkuit. Pada materialnya elektroda dilengkapi
saluran-saluran agar gas hydrogen yang dapat menyebar ke seluruh permukaan
katalis. Katoda sebagai kutub elektroda positiffuel cell yang juga memiliki
saluran yang akan menyebarkan oksigen ke seluruh permukaan katalis. Katoda
juga berperan dalam mengalirkan elektron dari luar sirkuit ke dalam sirkuit
sehingga Elektron-elektron tersebut dapat bergabung dengan ion hydrogen dan
oksigen untuk membentuk air. Elektroda dapat berupa konduktor non reaktif
(karbon, platina). Platina adalah logam berat ,berwarna putih keabu-abuan ,tidak
korosif, sulit terjadi peleburan dan tahan terhadap sebagian besar bahan kimia .
Massa jenisnya 21,4 gr.cm3, koefisien muai panjangnya 9. 10
-6/ C, titik leleh
1775 C dan titik didih 4530 C resistivitasnya 0,1 mm2/m. Karbon dipilih sebagai
elektroda karena Tidak lumer, menghantarkan listrik, sifat tidak larut,
kemurnian kimianya, tahan terhadap kejutan termalkekuatan mekanisnya tinggi
2.4Prinsip Kerja Sel PembakaranPada prinsipnya sebuah sel pembakaran bekerja dengan prinsip diatas.
Gambar 3 : Prinsip Kerja Fuel Cell
Dua buah\ elektrode karbon yang tercelup dalam larutan elektrolit (dalam hal ini asam) dan
dipisahkan dengan sebuah pemisah gas. Bahan bakar, dalam hal ini hidrogen,
digelembungkan melewati permukaan satu elektrode melewati elektrode lainnya.
8/3/2019 pembangkitan
7/18
7
Ketika kedua electrode dihubungkan dengan beban luar, beberapa hal akan terjadi terjadi
yaitu :
a. Hidrogen menempel pada permukaan katalitik elektrode, membentuk ionion hidrogendan elektron-elektron.
b. Ion-ion hidrogen (H+) bermigrasi melewati elektrolit dan pemisah gas ke permukaankatalitik elektrode oksigen.
c. Secara simultan, elektron-elektron bergerak melewati lintasan luar (external circuit)pada permukaan katalitik yang sama.
d. Oksigen, ion-ion hidrogen, dan elektron bersatu pada permukaan electrodemembentuk air(H2O).
Bagian terpenting pada fuel cell adalah 2 lapis elektroda dan elektrolit. Elektrolit disini
adalah zat yang akan membiarkan ion lewat, namun tidak halnya dengan elektron. Pada
anoda, H2 dialirkan, kemudian platina (Pt) yang terkandung pada pada anoda akan bekerja
sebagai katalis, yang kemudian akan mengambil elektron dari atom hidrogen. Kemudian,
ion H+ yang terbentuk akan melewati elektrolit, sedangkan elektron tetap tertinggal di anoda.
Pada katoda, oksigen dialirkan. Kemudian, ion H+
yang melewati elektrolit akan berikatan
dengan oksigen menghasilkan air dengan bantuan platina yang terkandung pada katoda
sebagai katalis. Reaksi ini akan berlangsung jika ada elektron. Pada anoda, elektrontertinggal, sedangkan pada katoda membutuhkan elektron. Sehingga, jika anoda dan katoda
dihubungkan maka elektron akan mengalir. Hal ini lah yang menjadi prinsip dasar dari fuel
cell.
Tabel 2.4: Mekanisme Reaksi Pada Sel Bahan bakar
2.5Kelebihan dan Kelemahan Sel Pembakaran Kelebihan Sel Pembakaran2.5.1 Kelebihan
2.5.1.1Tidak Mengeluarkan Emisi Berbahaya (Zero Emission)
8/3/2019 pembangkitan
8/18
8
Sebuah sistem fuel cell hanya akan mengeluarkan uap air apabila
memakai hydrogen murni. Tetapi, ketika memakai hidrogen hasil dari
reforming hidrokarbon / fosil (misalnya batu bara dan gas alam), maka
harus dilakukan uji emisi untuk menentukan apakah sistem tersebut
masih dapat dikategorikan zero emission.
2.5.1.2Efisiensi yang Tinggi (High Efficiency)
Oleh sebab fuel cell tidak menggunakan proses pembakaran dalam
konversi energi, maka efisiensinya tidak dibatasi oleh batas maksimum
temperature operasional (tidak dibatasi oleh efisiensi siklus Carnot).
Hasilnya, efisiensi konversi energi pada fuel cell melalui reaksi
elektrokimia lebih tinggi dibandingkan efisiensi konversi energi pada
mesin kalor (konvensional) yang melalui reaksi pembakaran.
2.5.1.3Cepat Mengikuti Perubahan Pembebanan (Rapid Load Following)Fuel cell memperlihatkan karakteristik yang baik dalam mengikuti
perubahan beban. Sistem Fuel cell yang menggunakan hidrogen murni
dan digunakan pada sebagian besar peralatan mekanik (misalnya motor
listrik) memiliki kemampuan untuk merespon perubahan pembebanan
dengan cepat.
2.5.1.4Temperatur Operasional RendahSistem fuel cell sangat baik diaplikasikan pada industri otomotif yang
beroperasi pada temperatur rendah. Keuntungannya adalah fuel cell
hanya memerlukan sedikit waktu pemanasan (warmup time), resiko
operasional pada temperatur tinggi dikurangi, dan efisiensi
termodinamik dari reaksi elektrokimia lebih baik
2.5.1.5Reduksi Transformasi EnergiKetika fuel cell digunakan untuk menghasilkan energi listrik, maka fuel
cell hanya membutuhkan sedikit transformasi energi, yaitu dari energi
kimia menjadi energi listrik. Bandingkan dengan mesin kalor yang
harus mengubah energi kimia menjadi energi panas kemudian menjadi
energi mekanik yang akan memutar generator untuk menghasilkan
energi listrik. Fuel cell yang diaplikasikan untuk menggerakkan motor
listrik memiliki jumlah transformasi energi yang sama dengan mesin
kalor, tetapi transformasi energi pada fuel cell memiliki efisiensi yang
lebih tinggi.
8/3/2019 pembangkitan
9/18
9
2.5.2 Kelemahan Sel Pembakaran2.5.2.1 Hidrogen yang Sulit Diproduksi
Hidrogen sulit untuk diproduksi dan disimpan. Saat ini proses produksi
hidrogen masih sangat mahal dan membutuhkan input energi yang
besar, artinya efisiensi produksi hidrogen masih rendah. Untuk
mengatasi kesulitan ini, banyak 20 negara menggunakan teknologi
reforming hidrokarbon / fosil untuk memperoleh hidrogen. Tetapi, cara
ini hanya digunakan dalam masa transisi untuk menuju produksi
hidrogen dari air yang efisien.
2.5.2.2Sensitif pada KontaminasiZat Asing Sel bahan bakar membutuhkan hidrogen murni, bebas dari
kontaminasi zat asing. Zat asing yang meliputi sulfur dan campuran
senyawa karbon dapat menonaktifkan katalisator dalam sel pembakaran
dan secara efektif akan menghancurkannya. Pada mesin kalor,
pembakaran dalam (internal combustion engine), masuknya zat asing
tersebut tidak menghalangi konversi energi melalui proses pembakaran.
2.5.2.3Harga Katalisator Platinum yang MahalSel pembakaran yang diaplikasikan pada industri otomotif memerlukan
katalisator yang berupa Platinum untuk membantu reaksi pembangkitan
listrik. Platinum adalah logam yang jarang ditemui dan sangat mahal.
Berdasarkan survey geologis ahli USA, total cadangan logam platinum
di dunia hanya sekitar 100 juta kg. Dan pada saat ini, diperkirakan
teknologi sel bahan bakar berkapasitas 50 kW memerlukan 100 gram
platinum sebagai katalisator. Misalkan penerapan teknologi sel bahan
bakar berjalan baik (meliputi penghematan pemakaian platinum pada
sel bahan bakar, pertumbuhan pasar sel bahan bakar rendah, dan
permintaan platinum rendah) maka sebelum tahun 2030 diperkirakan
sudah tidak ada lagi logam platinum. Untuk itulah diperlukan
penelitian untuk menemukan jenis katalisator alternative yang memiliki
kemampuan mirip katalisator dari platinum.
2.5.2.4Pembekuan
8/3/2019 pembangkitan
10/18
10
Selama beroperasi, sistem sel bahan bakar menghasilkan panas yang
dapat berguna untuk mencegah pembekuan pada temperatur normal
lingkungan. Tetapi, jika temperatur lingkungan terlampau sangat
dingin (-10 s.d. 20C), maka air 21 murni yang dihasilkan akan
membeku di dalam sel bahan baker dan kondisi ini akan dapat merusak
membran sel bahan bakar. Untuk itu harus didesain sebuah sistem yang
dapat menjaga sel bahan bakar tetap berada dalam kondisi temperatur
operasi normal.
2.5.2.5Memerlukan Teknologi Tinggi dan BaruPerlu dikembangkan beberapa material alternatif dan metode
konstruksi yang baru sehingga dapat mereduksi biaya pembuatan
sistem fuel cell. Diharapkan dimasa depan dapat dihasilkan sebuah
sistem fuel cell yang lebih kompetitif dibandingkan mesin bakar /
otomotif konvensional dan sistem pembangkit listrik konvensional.
Teknologi baru tersebut akan mampu menghasilkan reduksi biaya,
reduksi berat dan ukuran, sejalan dengan meningkatnya kehandalan
dan umur operasi (lifetime) sistem fuel cell. Penggunaan sistem fuel
cell dalam industri otomotif minimal harus memiliki umur operasi
4.000 jam (ekivalen 100.000 mil pada kecepatan 25 mil per jam) dan
dalam industri pembangkit listrik minimal harus memiliki umur operasi
40.000 jam.
2.5.2.6Ketiadaan Infrastruktur Infrastruktur produksi hidrogen yang efektifbelum tersedia.
Tersedianya teknologi manufaktur dan produksi massal yang handal
merupakan kunci penting usaha komersialisasi sistem fuel cell.
2.6 EFISIENSI SEL
Evaluasi kinerja sel bahan bakar diwakili dalam hal rapat arus pada permukaan
elektroda (kisaran 100-400 mA/cm2) pada suhu tertentu dan tekanan parsial reaktan dan
tegangan.
Biarkan, Vo = Tidak ada tegangan beban sel, Volt, DC
Vc = tegangan sel
Ic = Arus pada beban, Ampere Cell
Pc,= Cell kekuasaan, Watt
8/3/2019 pembangkitan
11/18
11
Vp = Polarisasi tegangan = drop tegangan dalam sel?
= Tidak ada tegangan beban VoPada tegangan beban V,
A = Permukaan daerah pada permukaan elektroda, m
Id = Arus densitas sel, = Ic/A. ... A/m ...
= Efisiensi
Selama tidak ada arus (tidak ada beban atau sirkuit terbuka), tegangan sel maksimum
dan disebut tidak ada tegangan beban (Vo).
Kinerja digambarkan oleh kurva aktual Vc vs Id. Peningkatan temperatur operasi dan
tekanan parsial, meningkatkan kinerja sel bahan bakar (peningkatan Vc dan Pc). Ada trade-off
antara kinerja yang lebih tinggi dan biaya yang lebih tinggi (untuk temperatur tinggi, desain
tekanan).
Kinerja sebuah sel bahan bakar dievaluasi oleh sel tegangan Vc vs elektroda kurva
kerapatan Id. Tegangan Cell Vc menurun dengan meningkatnya densitas arus karena
polarisasi di dalam sel. Oleh karena itu, kurva ini juga disebut kurva polarisasi dari sel bahan
bakar.
Polarisasi adalah kimia internal, listrik, efek termal dalam sel bahan bakarmengakibatkan inefisiensi. Polarisasi penyebab kehilangan energi internal dan diukur dengan
dalam hal polarisasi tegangan Vp.
Vp = vovc
VP = Polarisasi tegangan sel = drop tegangan
= Tidak ada tegangan beban Vo - Pada tegangan beban V.
8/3/2019 pembangkitan
12/18
12
Gambar 4: Kurva Polarisasi
Sumber: Power Plant Engineering
Sebagai beban pada sel (Is A = I) meningkat, reaksi elektro-kimia internal mencoba
untuk menentang menyebabkan juga meningkat. Peningkatan kerugian internal dan drop
tegangan terminal Vc. Kerugian internal dan inefisiensi meningkat dengan saat ini disebut
polarisasi. Penurunan tegangan Vp disebut Polarisasi Tegangan VP.
Power per Cell Pc,
Power = Voltage Current
Pc = Vc 4
Kekuatan kenaikan sel dengan peningkatan kerapatan saat ini, dan mencapai titik
jenuh di karena efek polarisasi.
Gambar 5: Kurva keraparan arus-daya
8/3/2019 pembangkitan
13/18
13
Sumber: Power Plant Engineering
Input daya - kerugian Polarisasi = Output daya
dan, daya Output / daya Input = Efisiensi ()
Dalam hal output energi akhir pilihan ini hanya 40% sampai 60% efisien - pengecualian
pada elektrolisis yang bisa sampai 80% efisien. Argumen advokasi sel bahan bakar adalah
bahwa siklus ini masih merupakan perbaikan untuk mobil. Efisiensi keseluruhan seperti 40%
jika menjalankan bahan bakar bukan dari 20% jika menjalankan mesin pembakaran internal.
Metode sederhana menghitung efisiensi () dari sel bahan bakar
0selbebanteganganadaTidak
bebanpadateganganCell
V
Vc
bebananpategangan t
teganganpolaritas-bebananpategangan t
Efisiensi sel bahan bakar bervariasi dengan densitas arus pada permukaan elektroda
karena Efek Polarisasi. Gambar.6 memberikan karakteristik khas. Daya yang hilang diubah
menjadi limbah panas dan dilepaskan ke atmosfer.
Gambar 6: Kurva daya dan efisiensi
Sumber: Power Plant Engineering
8/3/2019 pembangkitan
14/18
14
Setelah mencapai tingkat kejenuhan, dan daya per sel mulai menurun. Kerugian
meningkat dan akan dikonversi ke limbah panas.
2.7 Jenis-Jenis Fuel Cell
Berdasarkan atas perbedaan elektrolit yang digunakan, fuel cell dapat dibagi menjadi
4 tipe. Keempat tipe tersebut, suhu dan skala energi yang dihasilkan pun berbeda. Empat tipe
tersebut bisa dipisah menjadi 2, yaitu yang bekerja pada suhu tinggi (dua tipe) dan pada suhu
rendah (2 tipe), antara lain :
a. Tipe pada suhu tinggi adalah MCFC (Molten Carbonate Fuel Cell) dan SOFC(Solid Oxide Fuel Cell). Kedua tipe ini berkerja pada suhu 500- 1000C. Pada
suhu tinggi, reaksi bisa berlangsung cepat, sehingga tidak diperlukan katalis
(Pt). Namun, pada suhu tinggi diperlukan bahan yang mempunyai durabilitas
bagus dan tahan terhadap korosi. MCFC bekerja pada suhu 650C, dan
elektrolit yang digunakan adalah garam karbonat (Li2CO3, K2CO3) dalam
bentuk larutan. Sedangkan SOFC bekerja pada suhu 1000C, dengan keramik
padat (misal, ZrO2) sebagai elektrolitnya. MCFC dan SOFC sendiri hingga
saat ini masih tahap lab, dan belum dikomersilkan. Diharapkan di masa depanbisa diterapkan dalan skala besar. Dan apabila teknologi dimana suhu kerja
bisa diturunkan berkembang, kemungkin kedua fuel cell tipe ini bisa
diterapkan dalam skala rumah tangga.
b. Sedangkan untuk tipe suhu rendah adalah PAFC (Phosphoric acid Fuel Cell)dan PEFC (Proton Exchange Membrane Fuel Cell). Pada kedua tipe ini,
berkerja pada suhu dibawah 200C. Keunggulan pada tipe ini adalah waktu
untuk mengaktifkannya cukup cepat dan bisa diterapkan dalam skala kecil.
Namun, karena memerlukan Pt, yang harganya cukup mahal, sebagai
elektroda, maka biayanya pun menjadi mahal. PAFC bekerja pada suhu
200C, dan asam fosfat (H3PO4) sebagai elektrolitnya. Ditemukan pada tahun
1967, dan sejak tahun 1980-an, khususnya di Jepang dan Amerika, mulai
dipergunakan pada hotel, rumah sakit, dan tempat lainnya. Diantara 4 tipe fuel
cell, tipe inilah yang paling cepat untuk dikomersialkan. PEFC bekerja pada
suhu dibawah 100C, membrane polimer sebagai elektrolitnya. Karena
menggunakan lapisan tipis membrane polimer, ukuran secara kesulurahan
8/3/2019 pembangkitan
15/18
15
sangatlah kecil. Dewasa ini, penggunaan fuel cell tipe ini sudah cukup luas
digunakan, mulai dari mobil hingga telepon seluler. Jenis fuel cell ditentukan
oleh material yang digunakan sebagai elektrolit yang mampu menghantar
proton. Pada saat ini ada beberapa jenis fuel cell, yaitu:
a) Alkaline Fuel Cell (AFC)b) Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC)c) Solid Oxide Fuel Cell (SOFC)d) Proton Exchange Membrane, juga disebut dengan Proton Electrolyt
Membrane (PEM)
e) Direct Methanol Fuel Cells (DMFC)f) Molten Carbonate Fuel Cell (MCFC)g) Biofuel Cellh) Microbial Fuel Cell
2.8 Pemanfaatan Sel Pembakaran
Saat Ini dan Masa Datang Secara umum, pemanfaatan sel bahan bakar antara lain :
a) Sebagai pembangkit tenaga listrik.b)
Dikembangkan sebagai batere pada handphone, laptop, MP3 player,kamera digital dan perangkat portabel lainnya.
Gambar 7: Fuel Cell yang digunakan pada Labtop
8/3/2019 pembangkitan
16/18
16
Gambar 8: Penerapan Fuel Cell pada MP3 player
c)
Pemakaian fuel cell pada rumah tangga untuk pembangkit tenagalistrik.
22 Penerapan fuel cell untuk skala rumah tangga sudah mulai
diterapkan sejak tahun 2005 yang lalu. Di Jepang sendiri sudah
terpasang sekitar 600 fuel cell skala rumah tangga. Dengan adanya
pemakaian fuel cell pada rumah tangga, maka sudah tidak
diperlukannya lagi kabel pengalir listrik (dari pembangkit listrik ke
rumah), sehingga loss dayanya menjadi nol. Selain itu, bila panas yang
dihasilkan bisa dimanfaatkan lagi, salah satunya untuk memanaskan
air. Dengan koordinasi seperti ini, maka tingkat efisiensi pemanfaatan
energi fuel cell bisa mencapai 80%.
d) Digunakan sebagai sumber energi listrik pada mobil.
Gambar 9: Mobil menggunakan Fuel Cell
e) Digunakan pada alat transportasi massal, seperti pada bis dan keretaapi.
Jenis fuel cell yang banyak digunakan pada perangkat elektronik
mobile
adalah DMFC (Direct Methanol Fuel Cell). DMFC merupakan salah
8/3/2019 pembangkitan
17/18
17
satu jenis PMFC, dengan methanol sebagai bahan bakarnya.
Keunggulan dari DMFC ini, terletak pada methanol. Berbeda dengan
hidrogen, yang sangat sulit untuk dibawa kemana-mana, methanol
dapat disimpan dalam botol plastik sehingga dapat dibawa ketika
bepergian. Namun, ada sisi negatif dari methanol, yaitu merupakan zat
yang berbahaya. Sehingga penggunaan methanol diperlukan kehati-
hatian tinggi. Mengingat methanol cukup berbahaya bagi manusia,
maka saat ini sedang dicari alternatif lainnya seperti ethanol atau
NaBH4 (yang dikembangkan oleh Millennium Cell Corp).
8/3/2019 pembangkitan
18/18
18
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Keuntungan energi hidrogen antara lain bebas polusi (emisi yang dihasilkan hanya
air), tidak berisik, beroperasi pada efisiensi yang lebih tinggi daripada mesin pembakaran
internal ketika bahan bakar mulai dikonversi menjadi listrik. Sedangkan kerugian energi
hidrogen dimana saat ini harganya lebih mahal daripada sumber energi yang lain,
infrastruktur yang ada saat ini belum dibuat untuk mengakomodasi bahan bakar hidrogen,
proses ekstraksi hidrogen membutuhkan bahan bakar fosil sehingga menyebabkan polusi,
dan hidrogen sulit dalam penyimpanan dan distribusi.
Hidrogen sangat potensial sebagai energi bahan bakar yang mendukung penciptaan
lingkungan yang bersih dan juga mengurangi ketergantungan mengimport sumber energi.
Sebelum energi memainkan peranan yang besar dan menjadi alternatif banyak fasilitas dan
sistem yang harus dipersiapkan, seperti fasilitas untuk memproduksi hidrogen, penyimpanan
dan pemindahannya. Konsumen akan membutuhkan bahan bakar yang ekonomis, teknologi
dan pengetahuan dalam penggunaan bahan bakar inisecara aman.
Perlu diperhatikan bahwa fuel cell (hydrogen fuel) ini sendiri sangat ramah
lingkungan, namun dalam memproduksi bahan bakar masih harus banyak yang diperhatikan.
Secara keseluruhan sangat mungkin terjadi penghematan energi. Walaupun sisi ramah
lingkungannya masih hanya di sisi pemanfaatan, bukan pembuatan fuel hydrogen. Dalam
dekade mendatang dengan harga minyak yang melangit serta kesadaran efisiensi energi,
maka teknologi hidrogen (fuel cell) akan menjadi sangat penting.