32
PEMBANGUNAN POLITIK ANTIK BINTARI Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP UNPAD

PEMBANGUNAN POLITIK 2

  • Upload
    antik

  • View
    4.892

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMBANGUNAN POLITIK 2

PEMBANGUNAN POLITIK

ANTIK BINTARIJurusan Ilmu Pemerintahan FISIP UNPAD

Page 2: PEMBANGUNAN POLITIK 2

Karakteristik Studi Pembangunan sebagai bidang kajian ilmu yg khusus:

Karakteristik utama dari bidang studi pembangunan yg multi dan inter-disiplin sejak diresmikan pada tahun 1940an, adalah satu seri perubahan dalam Pemikiran Pembangunan.

Dalam discourse bidang keilmuan teori pembangunan identik dengan sifat perubahan yg evolusiner daripada revolusiner. Pemikiran Pembangunan bukan saja merupakan terjemahan teori tentang fakta tapi merupakan juga tentang nilai, aspirasi, tujuan sosial yg pada akhirnya mencari sesuatu yg berlandaskan moral, etika dan keadilan. Maka PERUBAHAN dalam STUDI PEMBANGUNAN menjurus ke EVOLUSI ide2 yang paralel daripada REVOLUSI ide2. Maka tidak heran apabila konflik, bahasan, debat, posisi dan juga sanggahan moral tersirat dalam bahasan strategi pembangunan dengan teori2 pembangunan yang majemuk.

Pembangunan mencakup teori dan praktek yaitu bagaimana pembangunan seharusnya atau mungkin terjadi dan upaya riil yg dilakukan utk menerapkan berbagai aspek pembangunan dalam praktek.

Page 3: PEMBANGUNAN POLITIK 2

Ada 4 Pendekatan dalam Menelaah Pemikiran Pembangunan:

1. Pendekatan Klasikal – Tradisional

2. Pendekatan Historis – Empiris

3. Pendekatan Radikal Ekonomi Politik – Ketergantungan

4. Pendekatan ‘Bottom – up’ dan Alternatif.

Page 4: PEMBANGUNAN POLITIK 2

Ekonomi

Holistik

Teori Positif (telah terjadi)

Klasikal-Tradisional

Teori Normatif (seharusnya)Pendekatan Alternatif

Dependensia

Historis

dualismmodernisasi

top down New right

RostowDifusi hirarki

Kebijakan neo liberal

bottom up pembangunan lain

swasembadabasic needs

Neo populism

EcodevelopmentSustainable development

Dependensia/teoriketergantungan

Teori sistem dunia Modes of production

Neo Marxisme

Mercantile modelCumulative causation

Evolusi transporplantopolis

Core-peripehery

Sumber: Potter et al, 2002, hlm 62 Framework of Development Theories

Page 5: PEMBANGUNAN POLITIK 2

Memahami konsep pembangunan

Pembangunan mempunyai pengertian dinamis, maka tidak boleh dilihat dari konsep yang statis.Pembangunan juga mengandung orientasi dan kegiatan yang tanpa akhir.Proses pembangunan merupakan suatu perubahan sosial budaya. Pembangunan menunjukkan terjadinya suatu proses maju berdasarkan kekuatan sendiri, tergantung kepada manusia dan struktur sosialnya. Pembangunan tidak bersifat top-down, tetapi tergantung dengan “innerwill”, proses emansipasi diri. Dengan demikian, partisipasi aktif dan kreatif dalam proses pembangunan hanya mungkin bila terjadi karena proses pendewasaan.

Page 6: PEMBANGUNAN POLITIK 2

Secara ilmu, pembangunan ekonomi, politik dapat diklasifikasi secara sosiologis ke dalam tiga kategori

kedua adalah masyarakat

yang bersifat peralihan

Pertama, masyarakat yang masih

bersifat tradisional

ke tiga adalah

masyarakat maju

Page 7: PEMBANGUNAN POLITIK 2

Ke tiga kategori tersebut saling berkaitan, karena berada dalam satu negara. Semua negara di dunia masih mempunyai tiga kategori tersebut, meskipun dalam negara modern sekalipun. Hanya dalam negara maju lebih mempunyai kondisi sosial yang stabil, bila dibandingkan dengan kategori dari yang pertama dan ke dua.

Page 8: PEMBANGUNAN POLITIK 2

Jika dilihat secara mendalam dari pengertian dasarnya, pembangunan merupakan suatu istilah yang dipakai dalam bermacam-macam konteks, dan seringkali digunakan dalam konotasi politik dan ideology tertentu.

Ada banyak kata yang mempunyai persamaan makna dengan kata pembangunan, misalnya perubahan sosial, pertumbuhan, progress dan modernisasi. Dari kata-kata tersebut hanya istilah perubahan sosial yang memberi makna perubahan ke arah lebih positif. Oleh karena makna pembangunan bergantung pada konteks siapa yang menggunakannya dan untuk kepentingan apa, uraian mengenai pengertian pembangunan akan dilihat dari konteks sejarah bagaimana istilah tersebut dikembangkan (Fakih,13;2001).

Page 9: PEMBANGUNAN POLITIK 2

Pembangunan dan Modernisasi

Theorist of modernization distinguish between traditional, transitional, and modernized societies.

Development theorists, on the other hand, speak of underdeveloped, developing, and developed societies.

Both of them articulate a set goals in the sense that ideal of modernization or development provides an agenda for action.

Page 10: PEMBANGUNAN POLITIK 2

Both of concept refer to a process-movement from tradition to modernity or from underdevelopment to development.

The citeria that determine the state of societies are value loaded in the sense that they mainly take into account the volume of GNP and degree of industrialization.

Page 11: PEMBANGUNAN POLITIK 2

3 CORE VALUES OF DEVELOPMENT

Sustenance: the ability to meet basic needs Self-esteem: to be a person Freedom from servitude: to be able to choose.

Amartya Sen (pemenang hadial Nobel untuk Ekonomi tahun 1998 mengatakan Pembangunan pada hakikatnya adalah Pembebasan dari tirani, kurangnya kesempatan ekonomi, deprivasi sosial secara sistematik, kurangnya prasarana publik dan ketidaktoleransi atau ‘overactivity’ negara-negara yang represif.

Ada 5 jenis ‘freedom’ pembebasan yg mutlak dan instrumental: political freedom, economic facilities, social opportunities, transparency guarantees dan protective security -- advance the general capability of a person

Page 12: PEMBANGUNAN POLITIK 2

Pembangunan politik

Pembangunan dan modernisasi politik merupakan perubahan politik, tetapi tidak sebaliknya. Dalam konsep pembangunan sediki banyak terkandung adanya upaya yang disengaja, relatif terencana, memiliki sasaran yang relatif jelas, proses yang bersifat evolusioner dan tidak mengandung kekerasan. Pembangunan Politik dilihat sebagai implikasi politik dari pembangunan dan cenderung dibedakan dari pembangunan ekonomi. Sasaran yang hendak dicapai dengan pembangunan politik tidak hanya system politik demokrasi, tetapi juga kemampuan-kemampuan lain yang dianggap penting dipunyai dengan suatu system politik untuk dapat melestarikan dirinya.

Page 13: PEMBANGUNAN POLITIK 2

Istilah perkembangan politik dalam banyak hal bersamaan maknanya dengan konsep perubahan politik. Harold Crough dalam buku Organsky mengidentifikasikan bahwa istilah perkembangan tidak menjelaskan mengenai arah atau tujuan proses ini (politik); mungkin akibatnya baik, mungkin juga jelek.

Page 14: PEMBANGUNAN POLITIK 2

Lucian w. Pye, 1966 ( Comparative government: J.Blondel,

1995;50) The first relates political development to

social and economic development by suggesting that political development is concerned with the politics of industrial societies or with a multidimensional process of social change.

A second group is concerned with what might be called the organization of the political system, by reffering to nation building and to administrative structures.

Page 15: PEMBANGUNAN POLITIK 2

Lucian W pye...

The third links development to political values, such as mass mobilization, the relationship between mobilization and power, and the movement towards democracy

Page 16: PEMBANGUNAN POLITIK 2

Almond & Powell;1966

Pembangunan politik dikemukakan oleh Almond dan Powell (Comparative Politics: A Developmental Approach,13: 1966) adalah respons sistem politik terhadap perubahan-perubahan dalam lingkungan masyarakat dan internasional dan terutama, respons sistem terhadap tantangan-tantangan pembinaan negara, pembinaan bangsa, partisipasi dan distribusi. Pembangunan politik itu sendiri semula dirumuskan berdasarkan istilah-istilah modernisasi politik. Ketiga kriteria pembangunan politik yang diajukan adalah:diferensiasi struktur, otonomi sub sistem dan sekularitas cultural.

Page 17: PEMBANGUNAN POLITIK 2

Pembangunan politik di negara-negara Post Kolonial

Pembangunan Politik bagi negara-negara baru yang muncul setelah tahun 1945-an menjadi pemikiran tersendiri, dimana keberadaannya secara politis tidak dapat terpisah pada proses perubahan-perubahan dan kepentingan politik global, terutama pada kepentingan “ideologisasi” pembangunan politik dari Negara kapitalis dan tuntutan kepada arah perubahan menuju pemerintahan yang demokratis. Juga terhadap pemaknaan kedaulatan negara baru yang independent, yang menjalankan kekuasaan politiknya tanpa intevensi dari pengaruh-pengaruh luar, tentu pada upaya memaknai negara sebagai bangunan kebangsaan yang kokoh.

Page 18: PEMBANGUNAN POLITIK 2

Bagi negara pasca kolonial keterikatan terhadap perubahan politik dunia dan rasa keinginan berdaulat dengan karakteristik sendiri inilah yang kemudian menjadi problem pada bentuk negara dan sistem pemerintahan, juga pada pilihan program “pembangunan” politik yang dilaksanakannya.

seperti kehadiran kelompok sosial atau elite yang mempunyai tradisi pendidikan barat, sebagai bentukan dari Kolonialisme “feodal”, dimana mereka dalam fase kemerdekaan menjadi kelompok politik tersendiri yang berelasi bagi kepentingan “elite” feodalis dan borjuis semata. Sedang di sisi lain terdapat “rakyat” yang tumbuh menjadi kelompok revolusioner dan bersandar pada identitas “lokalitas” kediriannya.

Page 19: PEMBANGUNAN POLITIK 2

Dan dari dua kelompok sosial politik tersebut yang kemudian memunculkan perspektif pembangunan politik yang berbeda, yaitu kelompok “elite” yang mengacu pada pemikiran-pemikiran politik barat (demokrasi Barat) dan kelompok “rakyat” yang tetap bersikukuh pada nilai atau ideologi yang dimiliki (Islam, nasionalis atau sosialis) sebagai anti tesis pemikiran yang berbau “kolonialisme”. Sehingga hadir Negara yang memaknai demokrasi sebagai bangunan monarkhi konstitusional (Malaysia) atau sosialisme kapitalistik (model Vietnam, Cina saat ini), walau fase awal keberadaannya merupakan wujud dari rejim “otoriterian”.

Page 20: PEMBANGUNAN POLITIK 2

Keterpecahan di atas juga diperkuat oleh rekayasa kolonialisme yang tidak pernah berkeinginan menyatukan sikap-sikap kedaerahan yang ada menjadi kesatuan “nasionalisme”, yaitu sebagai identitas atau kesetiaan nasional.

Sejak awal sifat kedaerahan dipelihara dalam makna “altruistik” etnisisme. Kolonialisme selalu tidak memberikan kemungkinan berkembangnya etnisitas menjadi kesatuan (unity}/loyalitas nasional sehingga kedaerahan pada akhirnya berkarakter primordialisme yang melahirkan kecurigaan terhadap sesama anak bangsa atau hanya mementingkan kelompoknya masing-masing dan tidak membentuk identitas nasional dari suatu negara.

Page 21: PEMBANGUNAN POLITIK 2

secara mendasar, pembangunan politik yang dilakukan Negara pada upaya “nation building” menempatkan seluruh karakter sosial, dalam Pemikiran Lucyan Pye ditempatkan pada persamaan (Equality), kapasitas (Capacity) , perbedaan (Differenciation) dan spesialisasi (Specialization).[2]

 

Page 22: PEMBANGUNAN POLITIK 2

Pye mengedepankan sepuluh pendekatan dalam pembangunan politiknya, pertama adanya kondisi politiyang korelasi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Kedua, merupakan tipe/patron dari masyarakat industri barat. Ketiga, sebagai modernisasi politk atau bentuk masyarakat modern.

Keempat, Pembanguan politik yang dilakukan dalam kerangka wujud negara bangsa. Kelima, sebagai pembangunan administrasi dan rasionalisasi hukum. Keenam, sebagai mobilisasi dan partisipasi atau perluasan partisipasi masyarakat. Ketujuh, sebagai pembangunan modernisasi (demokratisasi). Kedelapan, upaya stabilisasi dan perubahan bertahap. Kesembilan, sebagai mobilisasi kekuasaan dan pengelolaan sumberdaya masyarakat. Kesepuluh, sebagai satu aspek dari proses multidemisional dalam perubahan sosial.

 

Page 23: PEMBANGUNAN POLITIK 2

Disini Negara Negara baru ditempatkan pada kebutuhan perubahan menuju demokratisasi dengan pijakan dasarnya adalah konsep politik dalam pendekatan behavioral approach, bukan lagi sebatas institusionalisasi (di jaman kolonialisme). Seperti membangun institusi politik (legislatif, ekskutif dan yudikatif) dan juga keberadaan partai politik, yang dipercaya sebagai wadah aspirasi rakyat untuk berkiprah dikekuasaan walau pada realitasnya banyak partai politik merupakan masalah bagi terbentuknya identitas nasional karena lebih primordial. Partai Politik bahkan malah membentuk sistem rejim berkuasa yang mementingkan kepentingan sendiri dan relasi kelompok pendukungnya.

Page 24: PEMBANGUNAN POLITIK 2

Nation building, sebagai proses perubahan multidimensional yang bersifat etnosentris merupakan sebuah pemaknaan stabilisasi menuju demokratisasi, yang di dalamnya memungkinkan hadirnya kekuatan-kekuatan politik di luar kekuasaan negara, yakni “civil society”.

Disini tentu saja mengedepankan tuntutan atas relasi-relasi diantaranya hubungan Negara dengan masyarakatnya, terutama tentang bentuk partisipasi politik masyarakat. Hubungan antar kelompok-kelompok sosial yang ada sebagai bingkai pewujudan kesatuan dan loyalitas kepada kekuasaan Negara, termasuk hubungan masyarakt (civil society) dengan kekuatan militer. Namun kesemuanya mengarah pada dua aktor politik yang kondusif untuk berpartisipasi dalam bentuk-bentuk pembangunan politik, sekaligus sebagai dinamika menuju demokratisasi, yaitu negara (state) dan masyarakat sipil

Page 25: PEMBANGUNAN POLITIK 2

Mengapa terjadi perbedaan pencapaian pembangunan politik dari berbagai negara dan bandingkan dengan negara lain?

Page 26: PEMBANGUNAN POLITIK 2

Secara nyata telah terjadi perbedaan Pembangunan Politik secara umum dari berbagai negara didunia, hal ini tidak terlepas dari perbedaan penyingkapan negara yang bersangkutan terhadap beberapa hal terkait aspek internal dan aspek eksternal.

Page 27: PEMBANGUNAN POLITIK 2

Aspek internal yang mempengaruhi perbedaan pembangunan politik suatu negara dengan negara lain adalah Moralitas dan Mentalitas Penguasa pemerintahan, tingkat ekonomi dan kemakmuran, latar belakang kolonial, sejarah berdirinya negara dan Sistem Pemerintahan.

Page 28: PEMBANGUNAN POLITIK 2

Tidak bisa dipungkiri bahwa Moralitas dan mentalitas Penguasa Pemerintahan dalam hal ini tingkat Korupsi membedakan kemajuan pembangunan politik suatu negara, Indonesia dan Singapura misalnya Lee Kuan Yew satu generasi dengan Suharto, sama-sama memerintah dengan corak otoriter, dan ini disadari sangat dibutuhkan dalam masa-masa awal berdirinya negara untuk membangun, tapi kita lihat sekarang pembangunan dikedua negara berbeda termasuk di bidang politik, Singapura tumbuh menjadi negara maju dan Indonesia masih bestatus sebagai negara berkembang bahkan menengah kebawah.

Page 29: PEMBANGUNAN POLITIK 2

Latar belakang kolonial mempengaruhi pembangunan politik sebuah negara, Indonesia yang dijajah Belanda serta Singapura dan Malaysia yang dijajajh Inggris memiliki perkembangan yang berbeda, gaya penjajahan Inggris dan Belanda memang berbeda, Indonesia ketika di jajah Inggris yang cuma sebentar merasakan kemajuan yaitu dengan adanya Kebun Raya dan pembanguan infrastruktur.

Page 30: PEMBANGUNAN POLITIK 2

Aspek Eksternal tak bisa dipungkiri Negara-negara Barat mempunyai kepentingan terhadap negara-negara dunia ketiga, Lewat isu HAM dan demokrasi, Barat memperlakukan Dunia Ketiga tak lebih dari sekadar anak didik yang bisa terus ditekan hingga melampaui batas titik normal. Indonesia dan negara Dunia Ketiga lainnya kian terpuruk, bahkan Indonesia khususnya, hampir-hampir mencapai titik nadir kebangkrutan sebagai bangsa, yang dimulai semenjak satu dekade terakhir Orde Baru hingga hari ini.

Page 31: PEMBANGUNAN POLITIK 2

Standar ganda yang dimainkan oleh Barat dengan Amerika Serikat sebagai Sponsor utama yang diterapkan kepada negara-negara tertentu telah membuat pembangunan politik suatu negara dengan negara lain berbeda. Baru-baru ini misalnya ketika Hamas berhasil memenangkan pemilu yang demokratis di Palestina, Amerika dan para sekutunya tidak mengakui Hamas sebagai penguasa baru pemerintahan Palestina dan berusaha menghancurkan dan mengadudomba dengan pihak Fatah rezim yang berkuasa sebelumnya.

Campur tangan Barat terhadap negara-negara lain mempengaruhi pembangunan politik, kehancuran Afganistan dan Irak adalah korban campur tangan barat.

Page 32: PEMBANGUNAN POLITIK 2

TERIMAKASIH