7
PEMBANGUNAN SUMBER BENIH JATI DI KALIMANTAN SELATAN Reni Setyo Wahyuningtyas, Junaidah dan Rusmana 1) Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru Jln. A. Yani Km. 28,7 Landasan Ulin, Banjarbaru Kalimantan Selatan 70721 Telp. / Fax. (0511) 4707872 ; Website : www.foreibanjarbaru.or.id E-mail: [email protected] Abstract - Jati (Tectona grandis) merupakan jenis eksotik di Kalimantan. Walaupun bukan jenis asli, namun upaya penanaman jati oleh masyarakat telah dilakukan di beberapa wilayah terutama pada kondisi tanah berkapur. Keberadaan tegakan jati dewasa berumur 40 tahunan dapat ditemukan di Kabupaten Grogot- Kalimantan Timur, sedangkan tegakan berumur 10 tahunan cukup banyak ditemukan di lahan-lahan masyarakat seperti di Kabupaten Kotabaru, Kab. Tanah Laut dan Kab. Rantau/Tapin-Kalimantan Selatan. Dalam rangka mendapatkan klon yang sesuai di Kalimantan dan mendukung program jatinisasi yang pada tahun 2003-2006 sedang digalakkan, Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru telah membangun uji klon jati pada tahun 2005 dan 2007 di Cantung, Kecamatan Kelumpang Hulu-Kab. Kotabaru. Dari hasil uji 17 klon umur 9 tahun 5 bulan diketahui bahwa terdapat 5 klon yang menunjukkan pertumbuhan terbaik yaitu: 1 klon berasal dari Thailand, 4 klon dari Cepu. Sedangkan dari uji 50 klon umur 6 tahun 10 bulan diketahui terdapat 5 klon yang mempunyai pertumbuhan terbaik yaitu: 1 klon dari Thailand, 1 klon dari Rembang, 2 klon dari Thailand dan 1 klon dari Muna, Sulawesi Tenggara. Dalam rangka penyediaan sumber benih unggul masa depan, maka saat ini BPK Banjarbaru sedang melakukan pembangunan Kebun Pangkas ( hedge orchard) sebagai sumber benih unggul jati di Kalimantan. Sebagai tahap awal dari kegiatan tersebut, saat ini telah dilakukan penyediaan materi KP dari bibit asal okulasi (bud grafting). Pada kegiatan okulasi tahap pertama diperoleh persentase jadi bibit grafting berkisar antara 0-57%, sedangkan pada tahap kedua diperoleh persentase jadi bibit antara 0-67%. Bibit dari KP diharapkan dapat menjadi sumber benih unggul untuk mendukung pengembangan jati di Kalimantan. Kata kunci: jati, klon, sumber benih, Kalimantan I. PENDAHULUAN Jati (Tectona grandis Linn F.) merupakan salah satu kayu jenis penghasil kayu berkualitas dan bernilai jual tinggi sehingga banyak diminati masyarakat di Indonesia [1]. Tanaman jati, telah dikembangkan di Pulau Jawa oleh pemerintah Kolonial Belanda sejak pertengahan abad ke-19 dan sejak tahun 1960 hutan jati dikelola oleh Perhutani [2]. Selain tumbuh baik di Jawa, jati juga tumbuh di Madura, Kangean, Sulawesi Tenggara, Muna dan Buton dengan daerah berciri musim kering 3-6 bulan setiap tahun, curah hujan 1.250-2500 mm per tahun, tekstur tanah sedang dan pH netral hingga asam [3]. Seiring dengan kemajuan teknologi dan globalisasi informasi, ketertarikan masyarakat untuk mengembangkan jati juga semakin luas dan tidak hanya terbatas pada jenis habitatnya saja [4]. Secara ekologis jati bukan jenis asli Kalimantan, namun bukan berarti jati tidak ditemukan di pulau ini. Tegakan jati dewasa dengan dbh > 40 cm pernah ditemukan di Desa Petangis, Kecamatan Batu Engau, Kabupaten Paser, Propinsi Kalimantan Timur. Tegakan dengan umur hampir sama juga dapat ditemukan di Kecamatan Kaubun, Kabupaten Kutai Kalimantan Timur. Di lokasi tersebut jati dapat beradaptasi dengan tanah podzolik merah kuning dan aluvial, dengan pH 5-6 dan kesuburan tanah sedang. Penanaman jati di Kalimantan Selatan telah dimulai sebelum tahun 1940-an di daerah Sungai Bakau, Kabupaten Kotabaru yang kemudian bijinya ditanam kembali oleh masyarakat di daerah Sungai Durian, Kabupaten Kotabaru dan pada tahun 2003 lalu telah berumur 40 tahun. Jati juga dianam di beberapa lokasi lain seperti di Kota Banjarbaru dan Rantau-Kabupaten Tapin dengan pertumbuhan yang cukup bagus (termasuk bonita II dan III, berdasarkan tabel tegakan 10 jenis kayu industri tahun 1975 [4].

PEMBANGUNAN SUMBER BENIH JATI DI KALIMANTAN …database.forda-mof.org/uploads/...2014_Pembangunan_Sumber_Beni… · rehabilitasi hutan dan lahan maupun pembangunan tanaman. Makalah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMBANGUNAN SUMBER BENIH JATI DI KALIMANTAN …database.forda-mof.org/uploads/...2014_Pembangunan_Sumber_Beni… · rehabilitasi hutan dan lahan maupun pembangunan tanaman. Makalah

PEMBANGUNAN SUMBER BENIH JATI DI KALIMANTAN SELATAN

Reni Setyo Wahyuningtyas, Junaidah dan Rusmana

1) Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru

Jln. A. Yani Km. 28,7 Landasan Ulin, Banjarbaru Kalimantan Selatan 70721

Telp. / Fax. (0511) 4707872 ; Website : www.foreibanjarbaru.or.id

E-mail: [email protected]

Abstract - Jati (Tectona grandis) merupakan jenis eksotik di Kalimantan. Walaupun bukan jenis asli, namun

upaya penanaman jati oleh masyarakat telah dilakukan di beberapa wilayah terutama pada kondisi tanah

berkapur. Keberadaan tegakan jati dewasa berumur 40 tahunan dapat ditemukan di Kabupaten Grogot-

Kalimantan Timur, sedangkan tegakan berumur 10 tahunan cukup banyak ditemukan di lahan-lahan

masyarakat seperti di Kabupaten Kotabaru, Kab. Tanah Laut dan Kab. Rantau/Tapin-Kalimantan Selatan.

Dalam rangka mendapatkan klon yang sesuai di Kalimantan dan mendukung program jatinisasi yang pada

tahun 2003-2006 sedang digalakkan, Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru telah membangun uji klon jati

pada tahun 2005 dan 2007 di Cantung, Kecamatan Kelumpang Hulu-Kab. Kotabaru. Dari hasil uji 17 klon

umur 9 tahun 5 bulan diketahui bahwa terdapat 5 klon yang menunjukkan pertumbuhan terbaik yaitu: 1 klon

berasal dari Thailand, 4 klon dari Cepu. Sedangkan dari uji 50 klon umur 6 tahun 10 bulan diketahui terdapat 5

klon yang mempunyai pertumbuhan terbaik yaitu: 1 klon dari Thailand, 1 klon dari Rembang, 2 klon dari

Thailand dan 1 klon dari Muna, Sulawesi Tenggara. Dalam rangka penyediaan sumber benih unggul masa

depan, maka saat ini BPK Banjarbaru sedang melakukan pembangunan Kebun Pangkas (hedge orchard)

sebagai sumber benih unggul jati di Kalimantan. Sebagai tahap awal dari kegiatan tersebut, saat ini telah

dilakukan penyediaan materi KP dari bibit asal okulasi (bud grafting). Pada kegiatan okulasi tahap pertama

diperoleh persentase jadi bibit grafting berkisar antara 0-57%, sedangkan pada tahap kedua diperoleh

persentase jadi bibit antara 0-67%. Bibit dari KP diharapkan dapat menjadi sumber benih unggul untuk

mendukung pengembangan jati di Kalimantan.

Kata kunci: jati, klon, sumber benih, Kalimantan

I. PENDAHULUAN

Jati (Tectona grandis Linn F.) merupakan salah satu kayu jenis penghasil kayu berkualitas dan bernilai jual

tinggi sehingga banyak diminati masyarakat di Indonesia [1]. Tanaman jati, telah dikembangkan di Pulau Jawa

oleh pemerintah Kolonial Belanda sejak pertengahan abad ke-19 dan sejak tahun 1960 hutan jati dikelola oleh

Perhutani [2]. Selain tumbuh baik di Jawa, jati juga tumbuh di Madura, Kangean, Sulawesi Tenggara, Muna dan

Buton dengan daerah berciri musim kering 3-6 bulan setiap tahun, curah hujan 1.250-2500 mm per tahun,

tekstur tanah sedang dan pH netral hingga asam [3].

Seiring dengan kemajuan teknologi dan globalisasi informasi, ketertarikan masyarakat untuk mengembangkan

jati juga semakin luas dan tidak hanya terbatas pada jenis habitatnya saja [4]. Secara ekologis jati bukan jenis

asli Kalimantan, namun bukan berarti jati tidak ditemukan di pulau ini. Tegakan jati dewasa dengan dbh > 40

cm pernah ditemukan di Desa Petangis, Kecamatan Batu Engau, Kabupaten Paser, Propinsi Kalimantan Timur.

Tegakan dengan umur hampir sama juga dapat ditemukan di Kecamatan Kaubun, Kabupaten Kutai Kalimantan

Timur. Di lokasi tersebut jati dapat beradaptasi dengan tanah podzolik merah kuning dan aluvial, dengan

pH 5-6 dan kesuburan tanah sedang.

Penanaman jati di Kalimantan Selatan telah dimulai sebelum tahun 1940-an di daerah Sungai Bakau, Kabupaten

Kotabaru yang kemudian bijinya ditanam kembali oleh masyarakat di daerah Sungai Durian, Kabupaten

Kotabaru dan pada tahun 2003 lalu telah berumur 40 tahun. Jati juga dianam di beberapa lokasi lain seperti di

Kota Banjarbaru dan Rantau-Kabupaten Tapin dengan pertumbuhan yang cukup bagus (termasuk bonita II dan

III, berdasarkan tabel tegakan 10 jenis kayu industri tahun 1975 [4].

Page 2: PEMBANGUNAN SUMBER BENIH JATI DI KALIMANTAN …database.forda-mof.org/uploads/...2014_Pembangunan_Sumber_Beni… · rehabilitasi hutan dan lahan maupun pembangunan tanaman. Makalah

Berbeda dengan produk jati dengan kualitas baik yang sudah lama dikenal dihasilkan dari Pulau Jawa, maka jati

yang dikembangkan pada tanah podzolik merah kuning di beberapa daerah di Kalimantan Timur tumbuh relatif

berbeda. Jati yang ditanam di Samboja, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur pada umur 7 tahun

memiliki riap tinggi 1,56 m/tahun dan riap diameter 1,4 cm/tahun. Sedangkan jati di Wanariset Sebulu,

Kabupaten Kutai Kartanegara pada umur 7,5 tahun memiliki riap tinggi 0,84 m/tahun dan riap diameter 1,19

cm/tahun. Walaupun dari segi pertumbuhan baik, tetapi dari segi kualitas kayunya masih rendah. Hal ini

disebabkan banyaknya mata kayu dan adanya cacat kayu karena serangan penggerek batang (Xyleutes ceramicus

Wlk.) dan ulat daun (Pyrausta machaeralis Wlk.) [5].

Selain di Propinsi Kalimantan Timur, jati juga banyak ditemukan di Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten

Pulau Laut Propinsi Kalimantan Selatan. Pada areal Hutan Rakyat Murni (HRM) Kabupaten Tanah Laut, jati

sudah ditanam sejak tahun 2003 pada luasan sekitar 16,89 Ha atau 0,04% dari luas HR di daerah ini. Pada

lokasi tersebut rerata dbh jati berkisar 16 cm pada umur 5 tahun, namun kondisi tanaman kurang dipelihara,

banyak percabangan, serasah menumpuk sehingga rawan terjadi kebakaran di musim kemarau. Padahal jati

dapat tumbuh baik di Kalimantan jika dipelihara dengan baik, terbukti di Banjarbaru dapat ditemukan jati

dengan dbh 50 cm pada umur yang sama [6].

Sehubungan dengan program pembangunan Hutan Rakyat di Propinsi Kalimantan Selatan sejak tahun 2000 lalu

dengan salah satu jenis tanaman yang dikembangkan adalah jati [7] serta adanya keinginan yang besar oleh

masyarakat untuk menanam jati baik secara swadaya maupun keproyekan, menyebabkan kebutuhan bibit jati

berkualitas semakin meningkat.

Peningkatan luas areal pertanaman jati, khususnya untuk hutan rakyat tentu membutuhkan bibit yang berkualitas

dalam jumlah banyak dan berkesinambungan, sedangkan bibit yang berkualitas unggul dalam bentuk biji

ataupun klon dapat diperoleh melalui seleksi dan persilangan [8]. Menurut Direktur Bina Perbenihan Tanaman

Hutan, program penanaman memerlukan dukungan ketersediaan benih dalam jumlah yang memadai dan tepat

waktu, karena keberhasilan kegiatan penanaman dalam rangka rehabilitasi hutan dan lahan tidak terlepas dari

ketersediaan sumber benih yang mampu menghasilkan benih berkualitas, yaitu sumber benih bersertifikat [9].

Oleh karena itu, dalam rangka mendukung penyediaan sumber benih unggul jati di Kalimantan, maka Balai

Penelitian Kehutanan (BPK) Banjarbaru berupaya membangun sumber benih jati yang diharapkan dalam jangka

panjang dapat menjadi sumber benih andalan untuk mendukung program penanaman baik dalam rangka

rehabilitasi hutan dan lahan maupun pembangunan tanaman.

Makalah ini menyajikan pembangunan sumber benih jati yang dimulai dari pembangunan uji klon pada tahun

2005 dan 2007 di Cantung-Kabupaten Kotabaru, Propinsi Kalimantan Selatan serta upaya pembangunan Kebun

Pangkas (hedge orchard) sebagai sumber benih unggul jati di Kalimantan. Sebagai tahap awal dari kegiatan

tersebut juga dipaparkan pembuatan bibit asal okulasi (bud grafting) di persemaian.

II. PEMBANGUNAN UJI KLON JATI

Untuk mendapatkan klon yang unggul dikembangkan di suatu tempat, maka perlu dilakukan uji klon. Saat ini

BPK Banjarbaru telah membangun uji klon jati di daerah Cantung yang secara administratif termasuk wilayah

Desa Sungai Kupang, Kecamatan Kelumpang Hulu, Kabupaten Kotabaru. Dasar pemilihan lokasi ini adalah

karena jati di lokasi ini menunjukkan pertumbuhan lebih baik dibanding daerah lainnya. Hal ini disebabkan

solum tanah di daerah ini 1 meter, banyak terdapat gunung kapur di sekelilingnya sehingga pH tanah diduga

lebih sesuai untuk pertumbuhan jati (tidak asam) serta didukung aerasi tanahnya bagus atau tidak tergenang

[10]. Uji klon jati mulai dibangun secara bertahap yaitu pada tahun 2005 yang melibatkan 17 klon jati dan

tahun 2007 yang melibatkan 50 klon jati.

A. Uji 17 klon jati

Uji klon jati ini dibangun pada bulan Maret tahun 2005, melibatkan 17 klon jati dari berbagai asal. Rancangan

yang digunakan adalah acak kelompok (RCBD), single tree plot, dengan 3 blok (ulangan), jarak tanam 3 x 3

meter.

Page 3: PEMBANGUNAN SUMBER BENIH JATI DI KALIMANTAN …database.forda-mof.org/uploads/...2014_Pembangunan_Sumber_Beni… · rehabilitasi hutan dan lahan maupun pembangunan tanaman. Makalah

Klon-klon yang diujicobakan pada uji ini antara lain : 1) klon D-PW04 (Cepu), 2) klon 3 TG 10 (Thailand), 3)

klon O/T (Thailand), 4) klon U/G (…), 5) klon 006/DLO (Donoloyo-Wonogiri), 6) klon SP 010 (Cepu), 7) klon

PW 023/I (Cepu), 8) klon 008. AN.GK (Madiun), 9) klon PW/B/4 (Cepu), 10) klon RH 012 (Raha-Muna), 11),

klon 3 TO/P (Thailand), 12) klon PW-SP/007 (Cepu), 13) klon PW/G (Cepu), 14) klon BM (Madiun), 15) klon

O4 GK/TH (Thailand), 16) klon FU 44 (Cepu) dan 17) klon…/16/P (Cepu).

Berdasarkan hasil evaluasi pertumbuhan jati umur 9 tahun 5 bulan diperoleh 5 klon terbaik sehingga dihasilkan

rerata pertumbuhan tinggi dan diameter serta volume. Volume Jati diperoleh dengan menghitung volume

batang kayu Jati menggunakan angka bentuk 0,64 [11]. Data pertumbuhan dan volume uji 17 klon jati di

Cantung disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1. Pertumbuhan tinggi dan diameter jati dari 17 klon pada umur 9 tahun 5 bulan

Gambar 2. Volume jati dari 17 klon pada umur 6, 8 dan 9 tahun

Hasil analisis uji pada umur 6, 8 dan 9 tahun, diketahui bahwa terdapat 5 klon jati yang menunjukkan

pertumbuhan lebih baik dibandingkan lainnya yaitu : klon D-PW04 (Cepu), klon 3TG10 (Thailand), klon SP

010 (Cepu), klon PW/B/4 (Cepu) dan klon PW-SP/007 (Cepu).

B. Uji 50 klon jati

Uji klon jati ini dibangun pada bulan Oktober 2007 dengan melibatkan 50 klon jati dari berbagai asal.

Rancangan yang digunakan adalah acak kelompok (RCBD), jumlah blok/ulangan 15 namun tidak semua klon

ada dalam setiap ulangan, jarak tanam yang digunakan adalah 3x3 m.

Berdasarkan hasil evaluasi pertumbuhan jati umur 6 tahun 10 bulan diperoleh rerata pertumbuhan tinggi,

diameter serta volume (m3) seperti disajikan pada Gambar 3 dan Gambar 4.

D-PW 04

3 TG 10

O/T U/G006/D

LOSP

010PW

023/I008.AN.GK

PW/B/4

RH 012 B

3 TO/P

PW-SP/00

7

…../16/P

FU 44004

GK/TH

BM PW/G

Tinggi total (m) 015 015 013 010 014 015 014 012 014 013 015 014 015 013 014 013 014

dbh (cm) 026 023 018 012 016 025 021 015 023 018 017 023 021 017 017 016 023

000

005

010

015

020

025

030

Rataan pertumbuhan jati dari 17 klon umur 9 tahun 5 bulan di Cantung-Kotabaru, Kalsel

000

010

020

030

040

050

060

volu

me

(m

3)

Volume (m3) jati dari 17 klon pada 3 waktu pengamatan

6 tahun 7 bulan 8 tahun 8 bulan 9 tahun 5 bulan

Page 4: PEMBANGUNAN SUMBER BENIH JATI DI KALIMANTAN …database.forda-mof.org/uploads/...2014_Pembangunan_Sumber_Beni… · rehabilitasi hutan dan lahan maupun pembangunan tanaman. Makalah

Gambar 3. Pertumbuhan tinggi dan diameter jati dari 50 klon pada umur 6 tahun 10 bulan

Hasil analisis uji klon pada umur 6 tahun 10 bulan, diketahui terdapat 5 klon jati yang menunjukkan

pertumbuhan terbaik yaitu : klon P3K11 (Rembang), TOL 07 (Thailand), 07 Bantilan (Jawa), 6 Margasari

(Jawa), dan RH 14 (Muna). Namun demikian untuk mengetahui apakah rangking terbaik tersebut stabil, maka

perlu dilakukan pengamatan secara berkala.

Gambar 4. Volume jati dari 50 klon pada umur 6 tahun 10 bulan

III. Pembuatan bibit grafting (bud grafting)

Kemampuan suatu klon tumbuh bagus di suatu daerah belum tentu didukung tingkat kemudahannya untuk

dikembangbiakkan dengan teknik bud grafting. Walaupun dalam satu jenis, jati memiliki daya gabung yang

berbeda-beda, jati yang memiliki daya gabung baik akan menghasilkan persen keberhasilan okulasi yang besar.

Perbedaan daya gabung jati tersebut akan merespon penempelan mata atau okulasi yang dilakukan secara

berbeda pula [12].

000

005

010

015

020

025

01.7

2A A

FB

02.7

1 H

03. R

AA

FA

6 M

AR

GA

SA

RI

05.7

1 M

DI

07 B

AN

TIL

AN

09K

B

CE

PU

2

DLO

01

JP20

06D

JO

KD

I I

KE

ND

AL

P3K

11 PIR

PW

05

PW

16

PW

BO

RB

KM

B48

NO

25

RH

14

SP

74

T09

TC

001

TH

AIL

AN

D

TO

L10

WA

NA

GA

MA

2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50

Rataan pertumbuhan jati dari 50 klon pada umur 6 tahun 10 bulan di Cantung, Kotabaru

TT (m) dbh (cm) TBC (m)

00

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

01.7

2A A

FB

02.7

1 H

03. R

AA

FA

6 M

AR

GA

SA

RI

05.7

1 M

PI

07 B

AN

TIL

AN

09K

B

CE

PU

2

DLO

01

JP20

06D

JO

KD

I I

KE

ND

AL

P3K

11 PIR

PW

05

PW

16

PW

BO

RB

KM

B48

NO

25

RH

14

SP

74

T09

TC

001

TH

AIL

AN

D

TO

L10

WA

NA

GA

MA

2

volu

me

(m3 )

Volume (m3) jati dari 50 klon pada umur 6 tahun 10 bulan

Page 5: PEMBANGUNAN SUMBER BENIH JATI DI KALIMANTAN …database.forda-mof.org/uploads/...2014_Pembangunan_Sumber_Beni… · rehabilitasi hutan dan lahan maupun pembangunan tanaman. Makalah

Oleh karena itu ujicoba pembuatan bibit grafting dari klon-klon terpilih perlu dilakukan di persemaian. Kegiatan

ini selain bertujuan untuk membangun Kebun Pangkas (hedge orchard), juga untuk mendapatkan data apakah

suatu klon mudah diperbanyak secara vegetatif atau tidak.

Pembibitan jati dengan okulasi dilakukan dengan menempelkan mata/tunas (scion) klon terpilih pada rootstock

(batang bawah). Keuntungan teknik okulasi adalah cara pengerjaan mudah, cepat dan menunjukkan persentase

hidup yang tinggi mencapai 88% [13]. Selain itu perbanyakan vegetatif akan menghasilkan anakan sama persis

dengan genotip induknya [14].

Dalam perbanyakan vegetatif, kemampuan kecepatan stek bertunas dan berakar menjadi pertimbangan dalam

pengembangan perhutanan klon. Keberhasilan okulasi dipengaruhi oleh jenis tanaman (klon) yang akan

menentukan kemampuan untuk menghasilkan kallus parenkim [15]. Dalam beberapa kasus, banyak klon yang

tumbuh baik di lapangan tetapi kemampuan bertunas dan berakar lambat, demikian sebaliknya. Mengingat hal

tersebut, klon yang diambil di lapangan bukan hanya klon-klon dengan pertumbuhan terbaik, tetapi klon-klon

lain juga diambil untuk diketahui kemampuan stek bertunas dan berakar. Koleksi seluruh klon juga bertujuan

untuk mendapatkan backup tanaman di lapangan, mengingat lokasi uji klon dibangun di lahan masyarakat.

Sampai saat ini dari seluruh klon yang diuji di Cantung, sebanyak 34 klon telah berhasil dibuat bibit grafting

nya. Jumlah bibit yang dihasilkan sebanyak 95 bibit dan masih dalam tahap pemeliharaan di persemaian. Dari

hasil pengamatan, persentase hidup klon sangat bervariasi mulai dari 10,0-66,67%. Variasi persentase hidup

bibit hasil okulasi tersebut salah satunya disebabkan oleh kondisi rootstock yang sangat beragam. Ukuran

rootstock jati yang tersedia di persemaian beragam ukurannya antara 0,5-1,5 cm, sedangkan scion yang tersedia

berukuran lebih besar (1-1,5 cm). Hal ini diduga menyebabkan ketidaksesuaian ukuran antara scion dan

rootstock.

Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan okulasi jati adalah kompatibilitas ukuran yang sesuai antara

rootstock dan scion [16]. Perbedaan ukuran menyebabkan proses metabolisme tanaman tidak akan berjalan

dengan sempurna. Semakin luas bidang sambungan yaitu bidang pertautan antara kambium scion dengan

rootstock akan menjamin keberhasilan grafting [17]. Klon jati yang berhasil dikembangbiakkan dengan grafting

disajikan pada Tabel 2 dan pertumbuhan bibit okulasi disajikan pada Gambar 5.

Tabel 2. Klon jati yang telah diokulasi di persemaian

No. Klon No. Klon

1 02.66 AHA (Madiun) 18 THAILAND (Thailand)

2 02.71 H (Jawa) 19 TOL07 (Thailand)

3 03.57 HMT (Randu Blatung) 20 ...16/P (Cepu)

4 07.01HSA (Madiun) 21 008.AN.GK (Madiun)

5 09KB (Muna) 22 04.GK/TH (Thailand)

6 CEPU4 (Cepu) 23 3.TO/P (Thailand)

7 KDI I (Muna) 24 OT (Thailand)

8 PIR (Rembang) 25 PW/B/4 (Cepu)

9 PW16 (Gunung Kidul) 26 FU 44 (Cepu)

10 PW3B (Birma) 27 3 TG.10 (Thailand)

11 PWK (Muna) 28 RH.O12.B (Raha-Muna)

12 RH 09KB (Muna) 29 PW.023/I (Cepu)

13 RH14 (Muna) 30 D-PW 04 (Cepu)

14 SP110 (Cepu) 31 PW/G (Cepu)

15 SP74 (Cepu) 32 BM (Madiun)

16 T09 (Thailand) 33 006 DLO (Donoloyo-Cepu)

17 T256 (Thailand) 34 U/G

Gambar 5. Proses munculnya tunas pada stek jati hasil okulasi

Page 6: PEMBANGUNAN SUMBER BENIH JATI DI KALIMANTAN …database.forda-mof.org/uploads/...2014_Pembangunan_Sumber_Beni… · rehabilitasi hutan dan lahan maupun pembangunan tanaman. Makalah

IV. Pembangunan Kebun Pangkas, Perbanyakan dalam Rangka Pengembangan Klon Unggul

Hasil evaluasi di lapangan dan persemaian dapat menjadi informasi awal klon-klon yang unggul. Karena belum

tentu klon yang unggul di lapangan mudah untuk dikembangbiakkan di persemaian. Klon tersebut tidak

direkomendassikan karena sulit diperbanyak secara vegetativ. Sebaliknya klon-klon unggul yang mudah

diperbanyak akan dijadikan materi Kebun Pangkas (hedge orchard).

Kebun Pangkas (KP) yang umumnya dihasilkan dari uji klon dengan menggunakan materi terseleksi melalui

okulasi dan stek pucuk ini memiliki peran yang sangat penting dalam perhutanan klon. Karena dengan KP,

materi tanaman dari pohon induk terpilih dapat tersedia setiap saat [18]. Di persemaian klon-klon unggul yang

telah berhasil dikembangbiakkan dengan grafting, kemudian dipelihara dan dipangkas untuk merangsang

pertumbuhan tunas/cabang dalam jumlah banyak. Pemangkasan yang berulang-ulang ini bertujuan untuk

mendapakan tunas yang tetap muda (juvenil) dalam jumlah yang banyak. Setelah pemangkasan ini, akan tumbuh

tunas-tunas yang bersifat juvenil dan mud ah berakar bila budidayakan dengan cara stek [19].

Sampai saat ini, kegiatan pembuatan kebun pangkas masih dalam tahap pemeliharaan bibit okulasi. Bibit hasil

okulasi telah berumur 1,5 bulan dan akan dilakukan pemangkasan pertama. Rencananya kegiatan pembangunan

kebun pangkas akan diteruskan sehingga dihasilkan bibit jati unggul dari klon-klon terpilih.

V. PENUTUP

Pembangunan sumber benih jati berkualitas di Kalimantan pada level kebun pangkas (hedge orchard)

diharapkan menjadi sumber benih yang dapat diandalkan terutama untuk memenuhi kebutuhan bibit di

Kalimantan. Program ke depan, perlu dilakukan uji klon di beberapa lokasi pengembangan dengan melibatkan

lebih sedikit klon yang terbukti memiliki pertumbuhan terbaik di Cantung serta mudah dikembangbiakkan

secara vegetatif. Klon yang menunjukkan pertumbuhan terbaik pada uji klon tersebut diharapkan dapat menjadi

penyusun kebun pangkas tahap II dan dapat digunakan sebagai materi sumber benih berkualitas untuk target-

target lokasi pengembangan dengan karakteristik yang berbeda di Kalimantan.

DAFTAR REFERENSI

[1] H. Simon, “Hutan Jati dan Kemakmuran”, Problematika dan Strategi Pemecahannya. Bigraf. Publishing,

Yogyakarta, Indonesia.

[2] I.N. Nurjaya, “Sejarah Hukum Pengelolaan Hutan di Indonesia”, Jurisprudence, vol.2, no.1, 2005, pp. 35-

55.

[3] L. Baskorowati dan M.A Fauzi, “Biologi Jati”, Benih Unggul untuk Pengembangan Hutan Jati Rakyat”,

November 2013, FORDA PRESS, Bogor, Indonesia. pp. 5-16.

[4]. D. Rachmanady, T. Yuwati dan Rusmana, ”Kajian Pertumbuhan Jati (Tectona grandis) di Kalimantan”,

Prosiding Workshop Nasional Jati, Mei 2003, Yogyakarta, Indonesia. pp. 71-80.

[5]. Sigit, B.P., Yusliansyah, Ngatiman, R. Gunawan, A. Suyana dan A. Kholil, “Prospek Pengembangan Jati

(Tectona grandis L.f) di Kalimantan Timur”, Ekspose Hasil-hasil Penelitian Balai Penelitian dan

Pengembangan Kehutanan Kalimantan, Oktober 2002, Samarinda, Indonesia, pp. 69-74.

[6]. M.A. Soendjoto, Suyanto, H. Noor, A. Purnama, A. Rafiqi dan S. Sjukran, “Keanekaragaman Tanaman

pada Hutan Rakyat di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan”, BIODIVERSITAS, vol. 9, no. 2, pp.

142-147.

[7]. Anonim, Data dan Fakta Pembangunan Kehutanan di Kalimantan Selatan, Januari 2007, Dinas

Kehutanan Propinsi Kalimantan Selatan, pp. 20-28.

[8]. AYPBC Widyatmoko dan A. Rimbawanto, “Identifikasi Asal-Usul Benih Jati”, Benih Unggul Untuk

Pengembangan Hutan Jati Rakyat, November 2013, FORDA PRESS, Bogor, Indonesia. pp. 53-58.

[9]. Direktur Bina Perbenihan Tanaman Hutan, “Kebutuhan Benih (Volume) per Wilayah Per Jenis Dalam

Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan”, http://forda-mof.org/files/2.%20Paper%20KEBUTUHAN%20

BENIH%20Direktur%20Bina%20Perbenihan.pdf

Page 7: PEMBANGUNAN SUMBER BENIH JATI DI KALIMANTAN …database.forda-mof.org/uploads/...2014_Pembangunan_Sumber_Beni… · rehabilitasi hutan dan lahan maupun pembangunan tanaman. Makalah

[10]. K. Budiningsih, “Melongok Budidaya Tanaman Jati di Kalimantan Selatan”, Prosiding Workshop

Nasional Jati, Mei 2003, Yogyakarta, Indonesia. pp. 85-89

[11]. Arsa, R.D, “Pendugaan Volume Batang Bebas Cabang Pohon Jati Menggunakan Persamaan Taper di KPH

Kendal Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah”, Skripsi Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta. dalam

Sugeng Pudjiono, Hamdan Adma Adinugraha Mahfudz, “Pembangunan Kebun Pangkas Jati sebagai Salah

Satu Sumber Benih untuk Mendapatkan Bibit Unggul Guna Mendukung Keberhasilan Program

Penanaman”, Info BPK Manado, Juni 2012, vol. 2 no 1.

[12]. R. Sadono, M. L. Silalahi, “Penentuan Tingkat Kompetensi Tajuk Tegakan Jati Hasil Uji Keturunan Umur

11 Tahun di KPH Ngawi”, Jurnal Ilmu Kehutanan, vol. IV, no.2, 2010, 80-86.

[13]. M.A., “Perbanyakan tanaman jati (Tectona grandis) secara vegetatif”, Prosiding Pelatihan Pengelola

Persemaian Jati Provinsi Sulawesi Tenggara, Nopember 2004, Kendari, pp. 21-27.

[14]. M. Na’iem, “Prospek Perhutanan Klon Jati di Indonesia”, Prosiding Seminar Nasional Status Silvikultur,

Fakultas Kehutanan UGM, 2000, Yogyakarta, Indonesia, pp. 173-179.

[15]. S. Pudjiono, “Penyerapan Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif pada Pemuliaan Pohon”, Makalah Gelar

Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Kerjasama Dinas Kehutanan Propinsi Riau dengan Balai Besar

Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, Agustus 2008.

[16]. A. Wibowo, “Pengaruh Pemangkasan Pucuk dan Daun Jati terhadap Kemampuan Tumuhnya Tunas di

Kebun Pangkas Jati Cepu”, Laporan Praktikum Fisiologis Pohon, Program S2 UGM 1998, Yogyakarta,

Indonesia.

[17]. Mahfudz, H. Moko, A. Ajarul, “ Pengaruh Sumber Scion terhadap Pertumbuhan Bibit Jati Asal Grafting”,

Prosiding Pertemuan Forum Komunikasi Jati IV, April 2006, Yogyakarta, Indonesia, pp. 43-47.

[18]. Mahfuds, “ Penyediaan Benih unggul Jati untuk Mendukung Pengembangan Hutan Rakyat”, Prosiding

Seminar Potensi dan tantangan Pembudidayaan Jati di Sumatera, November 2007, Palembang, Indonesia,

pp 37-45.

[19] A. Wibowo, “Pengaruh Pemangkasan Pucuk dan Daun Jati terhadap Kemampuan Tumuhnya Tunas di

Kebun Pangkas Jati Cepu “,Laporan Praktikum Fisiologis Pohon. S2 1998, Pascasarjana. UGM,

Yogyakarta.