21
PEMBANTUAN DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG ( Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 667/Pid.Sus/2018/PN Mdn ) JURNAL Oleh : PUTRI SITANGGANG 150200320 DEPARTEMEN HUKUM PIDANA Dosen Pembimbing I : Prof.Dr. Madiasa Ablisar,S.H.,M.S [email protected] Dosen Pembimbing II : Nurmalawaty,S.H., M,Hum. [email protected] FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019

PEMBANTUAN DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG …

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMBANTUAN DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG …

PEMBANTUAN DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

( Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 667/Pid.Sus/2018/PN Mdn )

JURNAL

Oleh :

PUTRI SITANGGANG

150200320

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

Dosen Pembimbing I : Prof.Dr. Madiasa Ablisar,S.H.,M.S

[email protected]

Dosen Pembimbing II : Nurmalawaty,S.H., M,Hum.

[email protected]

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Page 2: PEMBANTUAN DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG …
Page 3: PEMBANTUAN DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG …

CURRICULUM VITAE

A. Data Pribadi

Nama Lengkap Putri Sitanggang

Jenis Kelamin Perempuan

Tempat, Tanggal

Lahir

Medan, 23 Mei 1997

Kewarganegaraan Indonesia

Status Belum Menikah

Identitas NIK KTP: 1271216305970001

Agama Kristen

Alamat Jalan Saudara No. 36, Medan.

Kelurahan Beringin

Kecamatan Medan Selayang

No. Telp 082360130720

Email [email protected]

B. Pendidikan Formal

Tahun Institusi Pendidikan Jurusan IPK

2003-2009 SD St. Antonius II Medan - -

2009-2012 SMP Putri Cahaya - -

2012-2015 SMA Cahaya IPA -

2015-2019 Universitas Sumatera Utara Ilmu Hukum 3,47

C. Data Orang Tua

Nama Ayah/Ibu Rafael Sitanggang, SH/ Relly Naibaho, SH.

Pekerjaan Wiraswasta/ Wiraswasta

Alamat Jalan Saudara No. 36, Medan. Kelurahan Beringin.

Kecamatan Medan Selayang

Page 4: PEMBANTUAN DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG …

1

ABSTRAK

PEMBANTUAN DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

(Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 667/Pid.Sus/2018/PN Mdn)

Putri Sitanggang*

Prof.Dr. Madiasa Ablisar,S.H.,M.S**

Nurmalawaty SH,M.Hum***

Kebijakan Hukum Pidana dalam menanggulangi Tindak Pidana Perdagangan Orang merupakan usaha-usaha untuk mewujudkan peraturan perundang-undangan pidana tentang perdagangan orang yang terdiri dari proses pembuatan peraturan hukum, proses penegakan hukum dan proses dilakukan pelaksanaan pidana . Adapun permasalahan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini yaitu bentuk – bentuk perdagangan orang , bentuk-bentuk penyertaan ,ketentuan sanksi pidana didalam dan di luar KUHP serta ketentuan dan penerapan sanksi pidana bagi pembantuan dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang dalam Putusan NO.667/Pid.Sus/2018/PN Mdn. Penelitian dalam skripsi ini menggunakan penelitian hukum normatif. dilakukan penelitian terhadap peraturan perundang-undangan dan berbagai literatur yang berkaitan dengan permasalahan skripsi ini. Metode Pendekatan Penelitian yang akan digunakan dalam skripsi ini adalah Pendekatan yuridis normatif. Alat Pengumpul data yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan studi dokumen atau bahan pustaka yang disusun secara metodologi guna memperoleh data-data yang diperlukan dalam penyusunan sesuai dengan yang telah direncanakan semula yaitu menjawab permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya. Jenis Data yang diperlukan dalam skripsi ini berupa data sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan yang dilakukan dengan mempelajari konsep hukum pidana yang mengatur tindak pidana perdagangan orang dalam literatur atau sumber bacaan hukum pidana. Bentuk-bentuk tindak pidana perdagangan orang yakni pekerja migran , pekerja anak, kejahatan prostitusi, pengangkatan anak, dan pengantin pesanan. Penyertaan digolongkan sebagai orang yang turut melakukan tindak pidana yaitu yang melakukan perbuatan, yang menyuruh melakukan perbuatan, yang turut melakukan perbuatan, yang membujuk supaya perbuatan dilakukan, dan yang membantu perbuatan. Begitu juga dengan pengaturan hukum mengenai Tindak Pidana Perdagangan Orang didalam KUHP yakni Pasal 55 dan 56 KUHP dan dalam Undang-undang No.21 Tahun 2007. Pembahasan terakhir dalam penulisan ini mengenai ketentuan dan penerapan sanksi pidana pembantuan dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang tercantum dalam Pasal 10 Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang dalam Putusan NO.667/Pid.Sus/2018/PN Mdn sudah tepat dalam penerapan pasalnya.

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ** Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara *** Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Page 5: PEMBANTUAN DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG …

2

ABSTRACT

PEMBANTUAN DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

(Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 667/Pid.Sus/2018/PN Mdn)

Putri Sitanggang*

Prof.Dr. Madiasa Ablisar,S.H.,M.S**

Nurmalawaty SH,M.Hum***

The Criminal Law Policy in overcoming the Crime of Trafficking in Persons is an effort to realize criminal legislation concerning trafficking in persons which consists of the process of making legal regulations, law enforcement processes and the process of carrying out criminal acts. The problems contained in this thesis are forms of trafficking in persons, forms of participation, provisions of criminal sanctions in and outside of the Criminal Code and provisions and application of criminal sanctions for assistance in the Criminal Act of Trafficking in Persons NO.667 / Pid.Sus / 2018 / PN Mdn. The research in this paper uses normative legal research. conducted research on legislation and various literature related to the problem of this thesis. The Research Approach Method that will be used in this paper is a normative juridical approach. The data collection tool used in this study is the study of documents or library materials arranged in a methodology in order to obtain the data needed in the preparation in accordance with what was originally planned to answer the problems described earlier. The type of data needed in this thesis is secondary data obtained through library studies conducted by studying the concept of criminal law that regulates criminal acts of trafficking in literature or sources of reading criminal law. Forms of criminal trafficking in persons, namely migrant workers, child labor, prostitution crimes, adoption of children, and ordered brides. Participation is classified as a person who commits a crime, namely one who commits an act, who commits an act, who commits an act, who persuades the act to be carried out, and who assists the deed. Likewise with the legal arrangements regarding the Crime of Trafficking in Persons in the Criminal Code, namely Article 55 and 56 of the Criminal Code and in Law No.21 of 2007. The final discussion in this paper concerning the provisions and application of criminal sanctions for assistance in Criminal Trafficking in Persons is stated in Article 10 Law No. 21 of 2007 concerning Eradication of Criminal Acts on Trafficking in Persons in Decision NO.667 / Pid.Sus / 2018 / PN Mdn is appropriate in the application of the article.

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ** Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara *** Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Page 6: PEMBANTUAN DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG …

3

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejahatan adalah perbuatan yang dilarang oleh undang-undang

dan barang siapa yang melakukan sesuatu perbuatan yang melanggar

undang-undang maka ia akan dihukum. Selain itu kejahatan juga

merupakan suatu bentuk dari pelanggaran kaidah sosial. Pelanggaran

ditentukan dalam batas nilai-nilai yang dijunjung tinggi pada suatu

masyarakat. Pada hampir segenap masyarakat hidup dan harta benda

dinilai tinggi.1 Perdagangan orang bukanlah hal yang baru terjadi. Di

Indonesia jumlah kasus perdagangan orang yang terjadi dari tahun ke

tahun semakin meningkat jumlahnya.

Pada umumnya dalam kasus perdagangan manusia korban yang

paling rentan adalah perempuan. Perempuan biasanya diperjualbelikan

untuk tujuan seksual dengan dijadikan pekerja seks komersial dan tenaga

kerja di sektor lain.Pada saat ini, bentuk- bentuk perdagangan orang di

Indonesia sudah bermacam-macam. Salah satubentuk perdagangan

orang adalah perempuan yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga

di luar negeri atau yang biasa disebut Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

Perdagangan orang atau lebih dikenal “human trafficking” khususnya

yang berkaitan dengan perempuan,merupakan bisnis terbesar ketiga

setelah “drug trafficking” dan“traffickinginweapons”. “humantrafficking”

merupakan bisnis yang menguntungkan karena “low

risk,expendable,reusable and resellable”.2 Sekarang ini subjek hukum

yang terlibat dalam tindak pidana tidak hanya satu orang saja tapi

sekarang ini sudah dilakukan secara bersama-sama atau lebih dari satu

orang, ada yang melakukan tindak pidana dan ada yang sebagai

penyuruh untuk melakukan tindak pidana, baik itu yang menyuruh untuk

melakukan, turut serta melakukan, membujuk untuk melakukan atau

bahkan melakukan perbuatan itu sendiri dan adapula yang melakukan

pembantuan dalam tindak pidana. Sehingga dengan melihat pernyataan

atau cara melakukan tindak pidana diatas dibutuhkan penjelasan yang

lebih merinci mengenai pertanggungjawaban pidana dari orang yang

1Soedjono Dirdjosiswoyo, Ruang Lingkup Krimonologi, Remaja

Karya,Bandung,1984, Halaman27.

2Moh. Hatta, Tindak Pidana Perdagangan Orang Dalam Teori dan Praktek, Liberty

Yogyakarta, Yogyakarta, 2012, Halaman 2

Page 7: PEMBANTUAN DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG …

4

melakukan, menyuruh untuk melakukan, turut serta melakukan,

membujuk untuk melakukan adapula yang melakukan pembantuan dalam

tindak pidana atau mereka semua disebut dengan penyertaan tindak

pidana.

Melihat dalam Pasal 57 KUHP terjadi ketidak larasan atau terjadi

ketimpangan dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang dalam hal

pertanggungjawaban pidana pelaku pembantu kejahatan. Dalam Pasal 57

KUHP menjelaskan bahwa dalam hal pembantuan, maksimum pidana

pokok terhadap kejahatan dikurang sepertiga sedangkan dalam Undang-

undang Nomor 21 Tahun 2007 Pasal 10 menjelaskan bahwa setiap orang

yang membantu atau melakukan percobaan. Dalam Pasal ini orang yang

membantu melakukan kejahatan di hukum atau pertanggungjawabannya

itu disamakan dengan orang yang melakukan secara langsung atau

disebut sebagai pelaku kejahatan.

B. Rumusan Masalah

Setelah mengemukakan latar belakang pemilihan judul tersebut, maka hal

yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini antara lain:

1. Bagaimana Bentuk-bentuk Perdagangan Orang dan Pengaturan Hukum

dalam UU NO.21 Tahun 2007 ?

2.Bagaimana Bentuk-bentuk Penyertaan dan Ketentuan Sanksi Pidana di dalam

dan di luar KUHP ?

3.Bagaimana Penerapan Sanksi Pidana bagi Pembantuan Tindak Pidana

Perdagangan Orang dalam Putusan Pengadilan Negeri Medan Putusan

NO.667/Pid.Sus/2018/PN Mdn Tahun 2018 ?

Page 8: PEMBANTUAN DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG …

5

II. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Bentuk-bentuk Perdagangan Orang dan Pengaturan Hukum dalam UU

NO.21 Tahun 2007

Ada beberapa bentuk tindak perdagangan orang yang harus diwaspadai,

karena terkadang masyarakat tidak sadar bahwa dirinya sudah menjadi korban

dari perdagangan orang. Adapun bentuk perdagangan orang secara umum yang

ditemukan di Indonesia yakni antara lain :

1. Pekerja Migran

Pekerja migran adalah orang yang bermigrasi dari wilayah kelahirannya

ke tempat lain dan kemudian bekerja di tempat yang baru tersebut dalam jangka

waktu relatif menetap. Menurut Everet S. Lee dalam Muhadjir Darwin bahwa

keputusan berpindah tempat tinggal dari satu wilayah ke wilayah lain adalah

konsekuensi dari perbedaan dalam nilai kefaedahan antara daerah asal dan

daerah tujuan. Perpindahan terjadi jika ada faktor pendorong dari tempat asal

dan faktor penarik dari tempat tujuan.3

Di Indonesia, pengertian ini menunjuk pada orang Indonesia yang bekerja

di luar negeri atau yang dikenal dengan Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Karena

persoalan TKI ini seringkali menyentuh para buruh wanita yang menjadi pekerja

kasar di luar negeri, TKI biasanya diidentikkan dengan Tenaga Kerja Wanita

(TKW atau Nakerwan).

2. Pekerja Anak

Perdagangan anak dapat diartikan sebagai segala bentuk tindakan dan

percobaan tindakan yang melibatkan perekrutan, transportasi baik di dalam

maupun antar negara, pembelian, penjualan, pengiriman, dan penerimaan anak

dengan menggunakan tipu daya, kekerasan, atau dengan pelibatan hutang untuk

tujuan pemaksaan pekerjaan domestik, pelayanan seksual, perbudakan, buruh

ijon, atau segala kondisi perbudakan lain, baik anak tersebut mendapatkan

bayaran atau tidak, di dalam sebuah komunitas yang berbeda dengan komunitas

di mana anak tersebut tinggal ketika penipuan, kekerasan, atau pelibatan hutang

tersebut pertama kali terjadi.

3. Kejahatan Protistusi

3Muhadjir Darwin, Pekerja Migran dan Seksualitas, Yogyakarta ; Center for Population

and Policy Studies Gadjah Mada University, Yogyakarta, 2003, Halaman 3

Page 9: PEMBANTUAN DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG …

6

Secara harfiah, prostitusi berarti pertukaran hubungan seksual dengan

uangatau hadiah sebagai suatu transaksi perdagangan. Secara hukum, prostitusi

didefinisikan sebagai penjualan jasa seksual yang meliputi tindakan seksual tidak

sebesar kopulasi dan hubungan seksual. Pembayaran dapat dilakukan dalam

bentuk uang atau modus lain kecuali untuk suatu tindakan seksual timbal balik.

Banyak yang merasa bahwa jenis defenisi dengan penegakan semua dukungan

bahasa termasuk selektif hukum sesuai dengan keinginan dan angan-angan dari

badan penegak terkemuka untuk mengontrol mutlak perempuan.

Keinginan untuk mempunyai anak adalah naluri manusiawi dan alamiah, tetapi

kadang naluri ini terbentur pada takdir ilahi, dimana kehendak manusia dalam

mempunyai anak tidak tercapai. Usaha yang dilakukan untuk memenuhi

keinginan tersebut melalui adopsi atau pengangkatan anak.4

Pengaturan tentang pengangkatan anak di Indonesia diatur di dalam

Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 1973 dan disempurnakan

dengan SEMA RI Nomor 6 Tahun 1983.

4. Perbudakan Berkedok Pernikahan dan Pengantin Pesanan

Biasanya, praktik perbudakan berkedok pernikahan dan pengantin

pesanan

dilakukan oleh pria warga negara asing dengan wanita warga negara Indonesia.

Salah satu modus operasi perdagangan orang yang lain adalah pengantin

pesanan (mail border bride) yang merupakan pernikahan paksa dimana

pernikahannya diatur orang tua. Perkawinan pesanan ini menjadi perdagangan

orang apabila terjadi eksploitasi baik secara seksual maupun ekonomi melalui

penipuan, penyesengsaraan, penahanan dokumen, sehingga tidak dapat

melepaskan diri dari eksploitasi, serta ditutupnya akses informasi dan komunikasi

dengan keluarga.5

6. Implantasi Organ

Indonesia sudah dinyatakan sebagai kawasan potensial

untukperdagangan anak dan perempuan. Sepanjang 2003 – 2004 ditemukan

sedikitnya 80 kasus perdagangan anak berkedok adopsi yang melibatkan

jaringan dalam negeri.6 Dalam beberapa kasus ditemukan adanya bayi yang

belakangan diketahui di adopsi untuk diambil organ tubuhnya dan sebagian

4 Farhana,Aspek Hukum Perdagangan Orang di Indonesia, PT. Sinar Grafika, Jakarta,

2012, Halaman 46 5Farhana, Op.Cit, Halaman 47

6http :// www.sinarharapan.co.id/berita/0508/04/sh01.html, 3 Oktober 2013

Page 10: PEMBANTUAN DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG …

7

besar bayi yang diadopsi tersebut dikirim ke sejumlah negara diantaranya ke

Singapura, Malaysia, Belanda, Swedia, dan Prancis. Hal ini diungkap mantan

ketua Gugus Tugas Penghapusan Perdagangan Anak dan Perempuan

Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan.

2. Bentuk-bentuk Penyertaan dan Ketentuan Sanksi Pidana di dalam dan di

luar KUHP

Penyertaan Dalam KUHP ( Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP )

Dalam suatu praktik kejahatan bisa terlibat lebih dari satu orang pelaku

didalamnya. Hukum pidana mengatur hal tersebut sebagai masalah penyertaan

melakukan tindak pidana.Penyertaan ( deelneming ) terjadi apabila dalam suatu

tindak pidana terlibat lebih dari satu orang, sehingga harus dicari pertanggung

jawaban masing-masing orang yang tersangkut dalam tindak pidana tersebut.

Pasal 55 KUHP mengenai golongan yang disebut dengan mededader (disebut

para peserta, atau para pembuat), dan Pasal 56 KUHP mengenai medeplichtige

(pembuat pembantu).

Pasal 55 KUHP berbunyi:

a. Dihukum sebagai orang yang melakukan peristiwa pidana :

1) Orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan atau turut melakukan

perbuatan itu

2) Orang yang dengan pemberian, perjanjian, salah memakai kekuasaan atau

pengaruh, kekerasan, ancaman atau tipu daya atau dengan memberi

kesempatan, daya upaya atau keterangan, sengaja membujuk untuk

melakukan sesuatu perbuatan.

b. Terhadap orang-orang diatas yang boleh dipertanggungkan kepadanya hanya

perbuatan yang dengan sengaja dibujuk oleh mereka itu, serta dengan

akibatnya.

Pasal 56 KUHP berbunyi :

a. Dihukum sebagai orang yang membantu melakukan kejahatan:

1) Barangsiapa dengan sengaja membantu melakukan kejahatan itu.

2) Barangsiapa dengan sengaja memberi kesempatan, dayaupaya, atau

keterangan untuk melakukan kejahatan.

Pasal 55 KUHP juga menyebut beberapa golongan turut serta melakukan tindak

pidana,yaitu:

1. Yang melakukan perbuatan (pleger,dader)

Page 11: PEMBANTUAN DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG …

8

2. Yang menyuruh melakukan perbuatan(doenpleger,middelijke dader)

3. Yang turut serta melakukan perbuatan (mededader/medepleger)

4. Yang membujuk supaya perbuatan dilakukan (uitlokken,uitlokker)

Selanjutnya pasal 56 KUHP menyebutkan:

5. Yang membantu perbuatan (medeplichtige)

Dalam pasal 55 KUHP di atas, terhadap orang tersebut dihukum sebagai

orang yang melakukan. Jadi penyuruh, pembujuk, dan orang yang turut serta

melakukan dianggap sebagai pelaku atau pembuat tindak pidana, sehingga

ancaman pidananya sama. Sedangkan pembantu melakukan tindak pidana

ancaman pidananya dikurangi sepertiga.

Penyertaan Di Luar KUHP ( UU NO.21 Tahun 2007 )

Penyertaan sebagaimana yang diatur di dalam dan di luar KUHP

memungkinkan seorang peserta dapat dihukum atas perbuatannya walaupun

perbuatan tersebut hanya memenuhi sebagian saja dari perumusan tindak

pidana, atau peserta itu hanya memberikan sumbangan maupun bantuan dalam

bentuk-bentuk perbuatan tertentu kepada orang lain untuk melakukan tindak

pidananya. Penyertaan itu sendiri dapat dibagi menurut sifatnya yaitu Bentuk

penyertaan dapat berdiri sendiri dan Bentuk penyertaan yang tidak dapat berdiri

sendiri. Bentuk penyertaan dapat berdiri sendiri adalah mereka yang melakukan

dan yang turut serta melakukan tindak pidana. Pertanggungjawaban masing-

masing peserta dinilai sendiri-sendiri atas segala perbuatan yang dilakukan.

Bentuk penyertaan tidak dapat berdiri sendiri adalah pembujuk, pembantu, dan

yang menyuruh untuk melakukan tindak pidana. Pertanggungjawaban dari

peserta yang satu digantungkan pada perbuatan peserta lain apabila peserta

satu dihukum maka peserta yang lain juga.

Dalam hal bentuk penyertaan tindak pidana dalam Undang-undang No.

21 Tahun 2007 Tentang pemberantasan Tindak pidana perdagangan orang

diatur dalam Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11 dan Pasal 23. Penulis akan

menjelaskan salah satu Pasal terkait bentuk penyertaan diatas yaitu Pasal 10

Pasal 10 menjelaskan bahwa :

“Setiap orang yang membantu atau melakukan percobaan untuk

melakukan tindak pidana perdagangan orang, dipidana dengan pidana

yang sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4,

Pasal 5, dan Pasal 6”.

Page 12: PEMBANTUAN DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG …

9

Sehingga seseorang yang melakukan pembantuan atau melakukan

percobaan untuk melakukan tindak pidana perdagangan orang,

pertanggungjawabannya disamakan dengan yang melakukan kejahatan secara

tunggal. Hal pembantuan dalam Undang-undang No. 21 Tahun 2007 ada

penambahan yaitu pembantuan tidak hanya sebelum atau pada saat kejahatan

perdagangan orang dilakukan tetapi juga sesudah kejahatan perdagangan orang

dilakukan, seperti yang disebutkan dalam Pasal 23 UU RI No. 21 Tahun 2007

yang berbunyi:

“Setiap orang yang membantu pelarian pelaku tindak pidana perdagangan orang

dari proses peradilan pidana dengan:

a. Memberikan atau meminjamkan uang,barang, atau harta kekayaan lainnya

kepada pelaku.

b. Menyediakan tempat tinggal bagi pelaku.

c. Menyembunyikan pelaku.

d. Menyembunyikan informasi keberadaan pelaku.

Ketentuan Sanksi Pidana Dalam KUHP ( Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP

Sanksi Pidana adalah suatu hukuman sebab akibat, sebab adalah

kasusnya dan akibat adalah hukumnya, orang yang terkena akibat akan

memperoleh sanksi baik masuk penjara ataupun terkena hukuman lain dari pihak

berwajib. Sanksi Pidana merupakan suatu jenis sanksi yang bersifat nestapa

yang diancamkan atau dikenakan terhadap perbuatan atau pelaku perbuatan

pidana atau tindak pidana yang dapat menggangu atau membahayakan

kepentingan hukum.

Pasal 55 KUHP:

1) Dihukum sebagai orang yang melakukan peristiwa pidana:

1e. Orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan, atau turut melakukan

perbuatan itu;

2e.Orang yang dengan pemberian, perjanjian, salah memakai kekuasaan atau

pengaruh, kekerasan, ancaman atau tipu daya atau dengan memberi

kesempatan, daya upaya atau keterangan, sengaja membujuk untuk

melakukan sesuatu perbuatan.

Page 13: PEMBANTUAN DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG …

10

2) Tentang orang-orang yang tersebut dalam sub 2e itu yang boleh

dipertanggungjawabkan kepadanya hanyalah perbuatan yang dengan sengaja

dibujuk oleh mereka itu, serta dengan akibatnya.

Pasal 56 KUHP:

Dihukum sebagai orang yang membantu melakukan kejahatan:

1. Barangsiapa dengan sengaja membantu melakukan kejahatan itu;

2. Barangsiapa dengan sengaja memberikan kesempatan, daya upaya, atau

keterangan untuk melakukan kejahatan itu.

Pertanggungjawaban pidana bagi pembuat pembantu nyata-nyata lebih

ringan dari pada pertanggungjawaban pidana bagi bentuk-bentuk peserta

lainnya. Hanya terhadap pidana tambahan saja dipersamakan dengan bentuk-

bentuk peserta lainnya (ayat 3). Beratnya pidana pokok yang dapat dijatuhkan

pada pembuat pembantu dibatasi, yaknihukuman pokok dikurang 1/3

(sepertiga)atau tidak boleh melampaui 2/3 (dua per tiga) dari pidana pokok yang

diancamkan pada kejahatan yang bersangkutan (ayat 1). Demikian juga bagi

kejahatan yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup,

bagi pembuat pembantu dalam kejahatan yang bersangkutan, dibatasi tidak

boleh dijatuhkan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, melainkan

hanya boleh dijatuhkan pidana penjara sementara setinggi-tingginya 15 tahun

(ayat 2).

Ketentuan Sanksi Pidana Di Luar KUHP

Berdasarkan penjelasan diatas mengenai Ketentuan sanksi pidana

dalam tindak pidana perdagangan orang terdapat perbedaan dalam ketentuan

sanksi pidana dalam KUHP dan ketentuan sanksi pidana pembantuan tindak

pidana perdagangan orang di luar KUHP ( Undang-undang No. 21 Tahun 2007

Tentang pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang ).

Dalam hal Ketentuan sanksi pidana penyertaan tindak pidana dalam

Undang-undang No. 21 Tahun 2007 Tentang pemberantasan Tindak pidana

perdagangan orang diatur dalam Pasal 10 dan Pasal 23.

Pasal 10 menjelaskan bahwa :

“Setiap orang yang membantu atau melakukan percobaan untuk

melakukan tindak pidana perdagangan orang, dipidana dengan pidana

yang sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4 ”.

Page 14: PEMBANTUAN DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG …

11

3. Penerapan Sanksi Pidana bagi Pembantuan Tindak Pidana Perdagangan

Orang dalam Putusan Pengadilan Negeri Medan Putusan

NO.667/Pid.Sus/2018/PN Mdn Tahun 2018

Bahwa dalam Persidangan, Majelis Hakim tidak menemukan hal-hal yang

dapat menghapuskan pertanggungjawaban pidana, baik sebagai alasan

pembenar dan atau alasan pemaaf, maka Terdakwa harus

mempertanggungjawabkan perbuatannya. Bahwa oleh karena Terdakwa mampu

bertanggungjawab, maka harus dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana.

Mengingat Pasal 10 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Undang-undang Nomor 48

Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-undang Nomor 49 Tahun

2009 tentang Peradilan Umum dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981

Tentang Hukum Acara Pidana serta peraturan-peraturan lain yang berkaitan

dengan perkara ini;

Mengadili :

a. Menyatakan Terdakwa Dapot Marihot Sitompul Alias Tompul tersebut telah

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Setiap

orang yang membantu atau melakukan percobaan untuk melakukan tindak

pidana perdagangan orang”;

b. Menghukum pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara

selama 3 (tiga) tahun dan denda sejumlah Rp. 150.0000.000,- (seratus lima

puluh juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar diganti

dengan pidana penjara selama 4 (empat) bulan;

c. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani Terdakwa

dikurangkan seluruhnya dari pidana penjara yang dijatuhkan;

d. Memerintahkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan;

e. Memerintahkan barang bukti berupa :

- 1 (satu) unit Mobil Merek Toyota New Avanza 1,3 G Tahun 2012 Nomor

Polisi BK 1508 QP, warna hitam Metalic No. Rangka MHKM1BA3JCK043252,

Nomor Mesin DK62548 an. Togap Manurung

- 1 (satu) buah STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor) Mobil

Merek Toyota New Avanza 1,3 G Tahun 2012 Nomor Polisi BK 1508 QP, warna

Hitam Metalic, No. Rangka MHKM1BA3JCK043252, Nomor mesin DK62548 an.

Togap Manurung ; Dikembalikan kepada Pemiliknya An. Togap

Manurung;

Page 15: PEMBANTUAN DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG …

12

- 1 (satu) buah Handphone merk Nokia Type R-908 Code 059T2V2,

Dirampas untuk dimusnahkan ;

f. Membebankan kepada Terdakwa membayar biaya perkara sejumlah Rp.

5.000,-(lima ribu rupiah);

Page 16: PEMBANTUAN DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG …

13

III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis menganalisa permasalahan dalam kajian ini, maka untuk

menutup penulisan ini, penulis membuat beberapa kesimpulan dari

permasalahan yang di teliti, yaitu :

1. Dalam hal bentuk-bentuk perdagangan orang secara umum yang

ditemukan di Indonesia yakni berupa Pekerja Migran, Pekerja Anak,

Kejahatan Prostitusi, Adopsi (Pengangkatan Anak), Perbudakan berkedok

Pernikahan maupun Pengantin Pesanan, Implamantasi Organ dan sudah

menjadi rahasia umum bahwa Perempuan dan Anak adalah objek utama

dalam Perdagangan Orang di Indonesia. Pengaturan Hukum dalam UU

No.21 Tahun 2007definisinya adalah tindakan perekrutan, pengangkutan,

penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang

dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan,

penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau

rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga

memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang

lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara,

untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.

2. Bentuk- bentuk Penyertaan (deelneming) diatur dalam Buku Kesatu

tentang Aturan Umum, Bab V Pasal 55-62 KUHP. Suatu penyertaan

dikatakan terjadi jika dalam suatu peristiwa tindak pidana terlibat lebih

dari satu orang terdiri atas mereka yang melakukan (pleger), mereka

menyuruh melakukan (doen pleger), mereka yang turut serta melakukan

(medepleger).Ketentuan sanksi pidana di dalam KUHP terdapat di Pasal

55 dan Pasal 56 KUHP, dan dalam Pasal 10, Pasal 11, Pasal 14,

merupakan ketentuan sanksi tindak pidana perdagangan orang di luar

KUHP terdapat dalam UU NO.21 Tahun 2007.

3. Pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan putusan dalam perkara

dengan nomor putusan 667/Pid.Sus/2018/PN.Mdn yaitu dengan

didasarkan pada alat bukti, keterangan saksi-saksi, keterangan terdakwa

dan berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan dan juga

mempertimbangkan alasan-alasan yang memberatkan dan alasan-alasan

yang meringankan dari diri terdakwa, dan dengan keyakinan Hakim maka

putusan yang dijatuhkan dalam kasus ini adalah pidana penjara masing-

Page 17: PEMBANTUAN DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG …

14

masing 3 tahun dan denda sejumlah Rp.150.000.000,- ,dengan ketentuan

apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana penjara 4

(empat) bulan, menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah

dijalani Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana penjara yang dijatuhkan,

memerintahkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan.

Demikian diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim

sehingga pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan dinilai penulis sudah

tepat karena telah sesuai dan memenuhi unsur-unsur pasal tersebut.

B. Saran

1. Dalam Undang-undang No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Perdagangan Orang terdapat beberapa kelemahanyang perlu

dilakukan perubahan dan perbaikan, seperti perlu ditambahkannya aturan

mengenai penyelidikan dikarenakan pada tahap penyelidikan tersebut

merupakan titik yang sangat krusial dimana saksi korban pertama kali

melaporkan apa yang dialaminya sehingga laporan tersebut nantinya

akan menjadi sumber informasi yang sangat penting bagipenegak hukum untuk

dapat mengetahui kronologis peristiwa pidana yang terjadi mulai dari

bagaimana peristiwa itu bermula sampai mengarah kepada pihak yang

melakukan.

2. Hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap orang yang turut serta dalam

tindak pidana perdagangan orang disarankan untuk mempertimbangkan

berbagai aspek yang menyebabkan terjadinya tindak pidana, kepentingan

masyarakat terhadap pemberantasan tindak pidanaterhadap orang yang

turut serta dalam tindak pidana perdagangan orang. Hal ini penting

dilaksanakan agar pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa benar-benar

adil.

3. Pemerintah daerah baik tingkat provinsi, kabupaten dan kota di Indonesia

seharusnya membuat peraturan tersendiri tentang penanganan

perdagangan orang didaerahnya masing-masing sebagaimana yang telah

dibuat oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara perdagangan orang harus

dianggap sebagai ancaman yang sangat besar bagi penerus-penerus bangsa.

Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat selaku Pembuat Undang-undang

harus terus mengikuti perkembangan yang ada dalam masyarakat mengenai

perdagangan orang yang belum terjangkau oleh undang-undang yang berlaku

Page 18: PEMBANTUAN DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG …

15

saat ini berlaku dengan melakukan perubahan-perubahan terhadap undang-

undang yang ada.

Page 19: PEMBANTUAN DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG …

16

Daftar Pustaka

A. Buku

Abdulkadir, Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. PT.Citra Aditya

Bakti. Bandung.

Abidin, A.Z. 2006. Bentuk-Bentuk Khusus Perwujudan Delik. PT. Raja Grafindo.

Jakarta.

Adami, Chazawi. 2002. Pelajaran Hukum Pidana. PT. Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Anwar, Moch. 1982. Beberapa Ketentuan Umum Dalam Buku Pertama KUHP,

Alumni. Bandung.

Darwin, Muhadjir. 2003. Pekerja Migran dan Seksualitas. Centre for

Populationand Policy Studies Gadjah Mada University. Yogyakarta.

Edywarman. 2015. Monograf Metodologi Penelitian Hukum : Panduan Penulisan

Skripsi, Tesis dan Disertasi. PT. Softmedia. Medan.

Eka Putra, Muhammad. 2010. Dasar-Dasar Hukum Pidana. USU Press. Medan.

_______________. 2016. Percobaan dan Penyertaan. USU Press. Medan.

E. Utrecht. 1965. Rangkuman Sari Kuliah Hukum Pidana II. Universitas.

Bandung.

Farhana. 2012. Aspek Hukum Perdagangan Orang di Indonesia. Sinar Grafika.

Jakarta.

Hamzah, Andi. 2001. Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana.

GhaliaIndonesia. Jakarta.

Page 20: PEMBANTUAN DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG …

17

Henny, Nuraeny. 2011. Tindak Pidana Perdagangan Orang Kebijakan Hukum

Pidana dan Pencegahannya. Sinar Grafika. Jakarta.

Ilyas, Amir. 2012. Asas-AsasHukuk Pidana Memahami Tindak Pidana dan

Pertanggungjawaban Pidana sebagai Syarat Pemidanaan. Rangkang

Education Yogyakarta &PuKAP- Indonesia. Yogyakarta.

P.A.F Lamintang.1997. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Citra Aditya

Bakti. Bandung.

Prodjodikoro, Wirjono. 1989. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia. PT. Eresco.

Bandung.

Ronny HanitijoSoemitro. 2001. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri.

Ghalia Indonesia. Jakarta.

Sianturi S.R. 2002. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya.

Storia Grafika. Jakarta.

Soedjono, Dirdjosisworo. 1984. Ruang Lingkup Kriminologi. Penerbit Remaja

Karya. Bandung.

Soekanto, Soerjono& Sri Mamudji. 2001. Penelitian Hukum Normatif. Rajawali

Press. Jakarta.

Suharto, Edi. 2013. Permasalahan Pekerja Migran : Perspektif Pekerjaan Sosial.

Rajawali Press. Jakarta.

B. PeraturanPerundang-undangan

KitabUndang-UndangHukumPidana.StaatsbladTahun 1915 Nomor

732.DiterjemahkanolehR. Soesilo, Cet. 9. Jakarta: PT Karya Nusantara.

1986.

Undang-UndangNo.21Tahun2007tentangPemberantasanTindakPidana

Perdagangan Orang.

Page 21: PEMBANTUAN DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG …

18

C. Website

http://news.okezone.com/read/2015/06/11/337/1163986/human-trafficking-di-

Indonesia-tertinggi-di-dunia

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0508/04/sh01.html