40
ARTIKEL TOPIK UTAMA PEMBATASAN PENGGUNAAN HAK INGKAR NOTARIS DALAM MENJAGA KERAHASIAAN JABATAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS 1 Oleh: Sarah Meity Pita Sari 2 ABSTRACT This thesis is entitled “Limiting Denial Rights of a Notary’s Roles in Keeping Secrets in Accordance with Indonesia Law Notary No. 30 Year 2004; The aim of this research is to examine the legal concepts and logical background for the existence of a notary’s denial rights. It is also concerned with constraints and reasons in the use of such rights in criminal and civil laws. A Notary is appointed and dismissed by the Government, s/he is authorized and responsible for the provision of certain legal services to public. This study used a macro-in abstract research approach. Preliminary studies of legal acts, history and concepts were conducted; legal and non-legal materials were referred to. Inventory of the materials is based on their principle, hierarchy, authoritative values in order to formulate their internal systematization. The analysis was attempted to discover Rechtsvinding. This study was intended to reconstruct produced laws (Rechtsconstructie), and their interpretations (rechtsinterpretatie). Conclusions of the thesis were drawn in a deductive way, namely based on common sense and concrete phenomena. The conclusions deduced were then applied in real situations. Notary is appointed and dismissed by the government and given the authority and obligation to serve the public in certain cases. Denial rights of a Notary are documented in Article 170 line 1 of Criminal Process Laws, Article 1909 of Private Laws and Article 322 Lines 1 of Criminal Laws. Also, Article 4 line 2 and Article 16 line 1 (e) of UUJN and may be nullified by Article 66 Line 1 of UUJN. 1 Artikel ini adalah ringkasan Tesis yang berjudul “ Pembatasan Penggunaan Hak Ingkar Notaris Dalam Menjaga Kerahasiaan Jabatan Menurut Undang–Undang Nomor 30 tahun 2004 tantang Jabatan Notaris”, yang ditulis oleh Sarah Meity Pita Sari, di bawah bimbingan Joni Emirzon, Mada Apriandi Zuhir dan H. Achmad Syarifudin, pada Program Studi Magister kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, Palembang 2010. 2 Penulis adalah alumnus Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, Tahun Kelulusan 2010 1

Pembatasan Penggunaan Hak Ingkar Notaris Dalam Menjaga Kerahasiaan Jabatan Menurut Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

Embed Size (px)

DESCRIPTION

a. Konsep hukum yang melatar belakangi keberadaan Hak Ingkar Notaris yaitu: Notaris disebut sebagai pejabat umum. Seseorang menjadi pejabat umum, ia diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah dan diberi wewenang dan kewajiban untuk melayani publik dalam hal-hal tertentu. Karena itu notaris sebagai pejabat umum ikut serta melaksanakan kewibawaan dari pemerintah. Pendapatan notaris diperoleh dari honorarium kliennya. Notaris oleh Undang- undang diberi wewenang untuk menciptakan alat pembuktian yang mutlak. Notaris sebagai jabatan kepercayaan wajib untuk menyimpan rahasia mengenai akta yang dibuatnya dan keterangan/pernyataan para pihak yang diperoleh dalam pembuatan akta, kecuali Undang-Undang memerintahkannya untuk membuka rahasia dan memberikan keterangan tersebut kepada pihak yang memintanyab. Dasar pemikiran yang melatar belakangi keberadaan Hak Ingkar Notaris yaitu: Hak ingkar lahir sebagai akibat adanya kewajiban menyimpan rahasia jabatan yang terkandung dalam. Pasal 4 ayat (2) UUJN tentang sumpah jabatan Notaris dan Pasal 16 ayat (1) huruf (e) serta Pasal 54 UUJN. Sedangkan pengaturan yang berkaitan dengan menjaga kerahasiaan dalam rangka jabatan diluar UUJN terdapat dalam Pasal 170 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Pasal 1909 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dan Pasal 322 ayat (1) Kitab Undang–Undang Hukum Pidana.c. Faktor Pembatas Penggunaan Hak Ingkar Notaris Dalam Menjaga Kerahasiaan Jabatan yaitu Ditinjau dari aspek teoritik dan praktek peradilan pada hakikatnya Notaris dalam menjalankan jabatannya dilihat dari dimensi fundamental, Notaris harus menjalankan jabatan sesuai dengan undang-undang, kode etik, aspek kehati-hatian, kecermatan, kejujuran dan amanah. Notaris sebagai Pejabat Umum mempunyai kewajiban untuk merahasiakan isi akta yang dibuatnya, dan mempunyai hak untuk mengundurkan diri sebagai saksi di dalam persidangan berdasarkan Pasal 170 rayat (1) KUHAP, Pasal 1909 ayat (2) dan Pasal 322 ayat (1) KUHP dan Pasal 4 ayat (2) Jo Pasal 16 ayat (1) huruf (e) Jo Pasal 54 UUJN, tentang hak ingkar. Dan dapat juga digugurkan oleh Pasal 66 ayat (1) UUJN. Khusus untuk akta yang dibuat oleh Notaris yang ada keterlibatannya dengan tindak pidana maka Pasal 66 ayat (1) UUJN di gugurkan, karena tidak diperlukan izin/persetujuan dari Majelis Pengawasan Daerah sebagaimana yang diatur dalam Pasal 66 UUJN.d. Rasio Kewajiban Notaris Menjaga Kerahasiaan Aktanya Apabila Dihadapkan Dengan Proses Peradilan Baik Dalam Proses Peradilan Pidana Maupun Perdata: Hak ingkar yang diberikan oleh undang-undang bagi notaris merupakan kewajiban dan berdasarkan sumpah rahasia jabatan serta ketentuan Pasal 54 UUJN. Berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Pasal 66 ayat (1) UUJN; untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut umum atau hakim dengan Persetujuan Majelis Pengawas Daerah berwenang untuk memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan akta yang dibuatnya. maka Notaris wajib hadir memberikan kesaksian tentang apa yang dilihat, diketahui dan didengar tentang suatu peristiwa sehingga pemeriksaan kasus tersebut jadi transparan

Citation preview

Page 1: Pembatasan Penggunaan Hak Ingkar Notaris Dalam Menjaga Kerahasiaan Jabatan Menurut Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

ARTIKEL TOPIK UTAMA

PEMBATASAN PENGGUNAAN HAK INGKAR NOTARIS DALAM

MENJAGA KERAHASIAAN JABATAN MENURUT UNDANG-UNDANG

NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS1

Oleh:

Sarah Meity Pita Sari2

ABSTRACT

This thesis is entitled “Limiting Denial Rights of a Notary’s Roles in Keeping Secrets in Accordance with Indonesia Law Notary No. 30 Year 2004; The aim of this research is to examine the legal concepts and logical background for the existence of a notary’s denial rights. It is also concerned with constraints and reasons in the use of such rights in criminal and civil laws. A Notary is appointed and dismissed by the Government, s/he is authorized and responsible for the provision of certain legal services to public. This study used a macro-in abstract research approach. Preliminary studies of legal acts, history and concepts were conducted; legal and non-legal materials were referred to. Inventory of the materials is based on their principle, hierarchy, authoritative values in order to formulate their internal systematization. The analysis was attempted to discover Rechtsvinding. This study was intended to reconstruct produced laws (Rechtsconstructie), and their interpretations (rechtsinterpretatie). Conclusions of the thesis were drawn in a deductive way, namely based on common sense and concrete phenomena. The conclusions deduced were then applied in real situations. Notary is appointed and dismissed by the government and given the authority and obligation to serve the public in certain cases. Denial rights of a Notary are documented in Article 170 line 1 of Criminal Process Laws, Article 1909 of Private Laws and Article 322 Lines 1 of Criminal Laws. Also, Article 4 line 2 and Article 16 line 1 (e) of UUJN and may be nullified by Article 66 Line 1 of UUJN. Article 66 Line 1 of UUJN may also be nullified when a Notary’s legalized certificates are related to criminal sanction and it does not have be consented by Regional Supervisory Board as regulated in Article 66 of UUJN. There is no obligation for the notary to testify, even before court. This study suggests that if a notary has been called as a witness, he should be able to meet the call to give the testimonial needed to keep holding the oath of office.

Key words: Notary, Denial Rights, Official Pledge, Denial Obligation.

A. Pendahuluan

1 Artikel ini adalah ringkasan Tesis yang berjudul “ Pembatasan Penggunaan Hak Ingkar Notaris Dalam Menjaga Kerahasiaan Jabatan Menurut Undang–Undang Nomor 30 tahun 2004 tantang Jabatan Notaris”, yang ditulis oleh Sarah Meity Pita Sari, di bawah bimbingan Joni Emirzon, Mada Apriandi Zuhir dan H. Achmad Syarifudin, pada Program Studi Magister kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, Palembang 2010.

2 Penulis adalah alumnus Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, Tahun Kelulusan 2010

1

Page 2: Pembatasan Penggunaan Hak Ingkar Notaris Dalam Menjaga Kerahasiaan Jabatan Menurut Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

Profesi Notaris merupakan profesi yang sangat penting dan dibutuhkan

oleh masyarakat yang membutuhkan alat bukti, mengingat fungsi dari notaris

sebagai pembuat alat bukti tertulis berupa akta-akta otentik sebagaimana yang

tercantum dalam pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang

berbunyi: ”Suatu akta otentik ialah suatu akta yang didalam bentuk yang

ditentukan oleh Undang-Undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai

umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta dibuatnya”.

Perjalanan Notaris Indonesia mengalami perkembangan sesuai dengan

perkembangan Negara dan bangsa Indonesia. Sejarah komtemporer Indonesia

mencatat bahwa pada era reformasi terjadi perubahan lembaga notariat yang

cukup signifikan. Perubahan tersebut ditandai dengan berhasilmya pemerintah

orde Reformasi mengundang Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang

Jabatan Notaris (Stb. 1860-3) dan Reglement of Het Notaris Ambt in Indonesia

(Stb 1860:3) tentang Peraturan Jabatan Notaris3.

Dalam Pasal 1 ayat (1) UUJN, Notaris didefinisikan sebagai pejabat umum

yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya

sebagaimana dimaksud dalam UUJN.4 Notaris sebagai pejabat umum memiliki

peranan sentral dalam menegakkan hukum Indonesia, karena selain kuantitas

Notaris yang begitu besar, Notaris dikenal masuk kelompok elit Indonesia. Dasar

utama dari suatu profesi notaries adalah kepercayaan. Nilai lebih dari suatu

profesi adalah sejauh apakah seorang professional mampu menahan godaan atas

kepercayaan yang diembankan kepada mereka padahal godaan untuk

3 Abdul Ghofur Anshori. 2009. Lembaga Kenotariatan Indonesia. Yogyakarta : PT. UII Press. Hlm. 13.

4 Ibid

2

Page 3: Pembatasan Penggunaan Hak Ingkar Notaris Dalam Menjaga Kerahasiaan Jabatan Menurut Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

menyelewengkan kepercayaan begitu besar. Landasan yang berbentuk moralitas

menjadi mutlak untuk dibangun dan notaris sebagai kelompok memiliki andil

yang besar bagi masyarakat luas dalam membangun moralitas5.

Hak ingkar lahir sebagai akibat adanya kewajiban menyimpan rahasia

jabatan yang terkandung dalam pasal 4 ayat (2) UUJN tentang sumpah Jabatan

Notaris: ”Bahwa saya akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh

dalam pelaksanaan jabatan saya”.

Partisipasi notaris dalam gerak pembangunan nasional yang semakin

kompleks dewasa ini tentunya makin luas dan berkembang, sebab kelancaran dan

tuntutan kepastian hukum segenap usaha yang dilakukan oleh pihak–pihak makin

banyak dan makin meluas dan dalam hal ini tentunya tidak terlepas dari pelayanan

hukum yang dihasilkan oleh notaris. Produk tersebut haruslah mencerminkan

keadilan sosial dan tentu saja kepastian hukum itu sendiri6.

Pada sisi lain, Notaris dalam menjalankan jabatannya selaku Pejabat

Umum selain terikat pada suatu Peraturan Jabatan, juga terikat pada sumpah

jabatan yang diucapkannya pada saat diangkat sebagai Notaris, dimana Notaris

wajib untuk merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperolehnya, seperti

ketentuan yang diatur dalam pasal 4 ayat (2), Pasal 16 ayat (1) huruf (e) dan Pasal

54 UUJN. Sedangkan pengaturan yang berkaitan dengan menjaga kerahasiaan

dalam rangka jabatan diluar UUJN terdapat dalam Pasal 170 ayat (1) Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Pasal 1909 ayat (2) Kitab Undang-

5 Ibid. Hlm. 1. 6 Liliana Tedjosaputro. 1994. Etika Profesi Notaris dalam penegakan hukum pidana.

Yogyakarta: Bigraf Publishing. Hlm. 4.

3

Page 4: Pembatasan Penggunaan Hak Ingkar Notaris Dalam Menjaga Kerahasiaan Jabatan Menurut Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

Undang Hukum Perdata, dan Pasal 322 ayat (1) Kitab Undang–Undang Hukum

Pidana.

Sejak Kehadiran institusi Notaris di Indonesia pengawasan terhadap

notaris selalu dilakukan oleh lembaga peradilan dan pemerintah, bahwa tujuan

dari pengawasan agar para Notaris ketika menjalankan tugas jabatannya

memenuhi semua persyaratan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas jabatan

Notaris, demi untuk pengamanan dari kepentingan masyarakat, karena Notaris

diangkat pemerintah bukan untuk kepentingan diri Notaris sendiri tapi untuk

kepentingan masyarakat yang dilayaninya7. Pasal 67 ayat (1) UUJN menentukan

bahwa yang melakukan pengawasan terhadap Notaris dilakukan oleh Menteri.

Dalam melaksanakan pengawasan tersebut Menteri membentuk Majelis Pengawas

yang berjumlah 9 orang8, terdiri atas unsur pemerintah, organisasi Notaris dan

akademisi9.

Berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Pasal 66 ayat (1) Undang–

Undang tentang Jabatan Notaris :

Untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut umum, atau hakim dengan persetujuan Majelis Pengawas Daerah Berwenang:a. mengambil fotokopi Minuta akta dan atau surat–surat yang

dilekatkan pada minuta Akta atau protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris, dan

7 GHS Lumban Tobing (2) .1992. Hak Ingkar dari Notaris dan hubungannya dengan KUHP. Jakarta:Media Notaris. Hlm. 301.

8 Habib Adjie. 2008. Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik terhadap UU No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris. Bandung: PT. Refina Aditama. Hlm 173

9 Dalam penjelasan Pasal 67 ayat (3) huruf c UUJN ditegaskan bahwa yang dimaksud akademik dalam ketentuan ini adalah ahli/akademisi dibidang hukum atau dapat ditafsirkan dosen atau pengajar pada fakultas hukum. Penerapan pasal ini perlu ditegaskan bahwa dosen atau pengajar tersebut betul-betul sebagai dosen atau pengajar pada fakultas hukum dan tidak mempunyai profesi lain seperti advokat atau pengecara atau profesi hukum lainnya. Hal ini untuk menunjukkan netralitas sebagai anggota Majelis Pengawas Notaris dan saling menghargai dalam melaksanakan tugas masing-masing.

4

Page 5: Pembatasan Penggunaan Hak Ingkar Notaris Dalam Menjaga Kerahasiaan Jabatan Menurut Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

b. memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan akta yang dibuatnya atau protokol Notaris yang berada dalam penyimpanan Notaris.

Pengawasan yang dilakukan oleh Majelis tidak hanya pelaksanaan tugas

jabatan Notaris agar sesuai dengan ketentuan UUJN tapi juga Kode Etik notaris

dan tindak tanduk atau perilaku kehidupan Notaris yang dapat mencederai

keluhuran martabat jabatan Notaris. Dalam pengawasan Majelis Pengawas (Pasal

67 ayat 5 UUJN) hal ini menunjukkan sangat luas ruang lingkup pengawasan

yang dilakukan oleh Majelis Pengawas10. Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas

jabatan Notaris dengan ukuran yang pasti pada UUJN dengan maksud agar semua

ketentuan UUJN yang mengatur pelaksanaan tugas Jabatan Notaris dipatuhi oleh

Notaris, dan jika terjadi pelanggaran maka Majelis pengawas dapat menjatuhkan

sanksi kepada Notaris yang bersangkutan. Berdasarkan Uraian Diatas maka

timbulah Permasalahan sebagai berikut: 1) Apa konsep hukum dan dasar

pemikiran yang melatar belakangi keberadaan Hak Ingkar Notaris?; 2) Hal apa

saja yang menjadi faktor pembatas penggunaan hak ingkar Notaris dalam menjaga

kerahasiaan Jabatan?; 3)Apa rasio kewajiban Notaris menjaga kerahasiaan

aktanya apabila dihadapkan dengan proses peradilan baik dalam proses peradilan

pidana maupun perdata?

B. Kerangka Teori dan Konseptual

Penelitian tesis ini menggunakan teori Keadilan yang dikembangkan Jhon

Rawls sebagai Grand Theory. John Rawls memahami bahwa pada kondisi sosial-

ekonomi masyarakat yang tidak sama atau tidak seimbang, hukum harus

10 Habib Adjie. 2008.. Bandung: PT. Refika Aditama. Habib Ajie. 2008. Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik. Hlm.144

5

Page 6: Pembatasan Penggunaan Hak Ingkar Notaris Dalam Menjaga Kerahasiaan Jabatan Menurut Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

memberikan keuntungan bagi masyarakat, sesuai dengan prinsip sosial-ekonomi

dalam masyarakat11.

Selanjutnya terkait dengan teori keadilan ini, Dardji darmo Dihardjo dan

Sidarta menjelaskan bahwa keadilan merupakan salah satu tujuan hukum yang

paling banyak dibicarakan sepanjang perjalanan sejarah filsafat hukum. Kalau

melihat dari tujuan hukum yang berlaku hanya keadilan, tetapi juga kepastian

hukum dan kemanfaatan. Idealnya hukum memang harus mengakomodasikan

ketiganya.12

Mengacu kepada pemikiran hukum Jhon Rawls dan pemikiran hukum

Dardji Darmo Dihardjo dan Sidarta sebagaimana diuraikan diatas, maka dapat

dipahami bahwa notaris selain sebagai salah satu perangkat Hukum, disatu sisi

Notaris mempunyai ”Hak Ingkar” sebagai pejabat umum yang profesional dengan

harus memegang sumpah jabatannya untuk tidak merahasiakan isi aktanya dan

keterangan yang diperolehnya seperti ketentuan yang diatur dalam Undang-

Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, disisi lain Notaris harus

berdiri pada kepentingan negara yang mengacu pada kepentingan publik guna

terselesainya putusan yang adil, bermanfaat dan menjamin kepastian.

Kemudian teori-teori tersebut didukung pula oleh teori kewajiban yang

dikemukakan oleh Immanuel Kant, suatu perbuatan adalah baik jika dilakukan

karena kewajiban. Kant mengatakan juga : suatu perbuatan adalah baik, jika

dilakukan berdasarkan ’imperatif kategoris”. Imperatif kategoris mewajibkan kita 11 Jhon Rawls, dalam Muhammad Syaifuddin, 2009. Menggagas Hukum Humanistis

Komersial. (Upaya Perlindungan Hukum Hak Masyarakat Kurang dan Tidak Mampu atas Pelayannan Kesehatan Rumah Sakit Swasta Berbadan Hukum Perseroan Terbatas) Bayumedia dan AA LAW FIRM (Advocates & Solicitors), Malang, hlm.20.

12 Dardji Darmo Dihardjo dan Sidarta. 1995. Pokok-Pokok Filsafat Hukum. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 153.

6

Page 7: Pembatasan Penggunaan Hak Ingkar Notaris Dalam Menjaga Kerahasiaan Jabatan Menurut Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

begitu saja, tak tergantung dari syarat apa pun. Kant mengatakan bahwa imperatif

kategoris yang terkandung dalam setiap perbuatan moral bisa dirumuskan secara

singkat Du sollst (Engkau harus begitu saja). Hal itu sama artinya dengan

mengatakan bahwa suatu perbuatan adalah baik, hanya kalau dilakukan karena

kewajiban.

Kemudian, Kajian hukum ini menggunakan teori Notaris sebagai Pejabat

Publik13, sebagai Middle Range Theory, dalam hal ini publik yang bermakna

hukum, bukan publik sebagai khalayak umum. Notaris sebagai pejabat publik

tidak berarti sama dengan pejabat publik dibidang pemerintahan yang dikatakan

badan atau pejabat tata usaha negara, hal ini dapat dibedakan dari produk masing-

masing pejabat publik tersebut, Notaris sebagai Pejabat Publik yang produk

akhirnya, yaitu akta otentik yang terikat dalam ketentuan hukum perdata terutama

dalam hukum pembuktian.Akta tidak memenuhi syarat sebagai keputusan tata

usaha negara yang bersifat konkret, individual dan final14, serta tidak

menimbulkan akibat hukum perdata bagi seorang atau badan hukum perdata,

karena akta merupakan formulasi keinginan atau kehendak (Wilsworming) para

pihak yang dituangkan dalam akta notaris yang dibuat dihadapan atau oleh

Notaris, sengketa dalam bidang perdata diperiksa di pengadilan umum (negeri)15.

Lebih lanjut Habib Adjie16, menjelaskan bahwa pejabat publik didalam

bidang pemerintahan produknya, yaitu surat keputusan atau ketetapan yang terkait

dalam ketentuan hukum administrasi negara yang memenuhi syarat sebagai 13 Habib Ajie. 2008. Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat

Publik. PT. Refika Aditama. Bandung. Hlm. 3114 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986. Tentang Peradilan Tata Usaha

Negara.15 Habib Adjie. Op.Cit. Hlm. 33. 16 Ibid

7

Page 8: Pembatasan Penggunaan Hak Ingkar Notaris Dalam Menjaga Kerahasiaan Jabatan Menurut Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

penetapan tertulis yang bersifat, individual, dan final, yang menimbulkan akibat

hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata, dan sengketa dalam hukum

administrasi diperiksa di Pengadilan Tata Usaha Negara. Juga dapat disimpulkan

bahwa Notaris sebagai pejabat publik yang bukan Pejabat atau Badan Tata Usaha

Negara17.

Mengacu kepada pemikiran hukum teoretik Habib Adjie yang memahami

Notaris adalah: Pejabat publik yang mempunyai wewenang yang produk akhirnya

adalah akta otentik, selain berhak membuat akta, karena akta merupakan

formulasi keinginan atau kehendak (wilsworming) para pihak yang dituangkan

dalam akta Notaris18. Didalam penyelesaian suatu perkara perdata maupun pidana

Notaris mempunyai hak untuk mengundurkan diri sebagai saksi dan hak untuk

berkewajiban tidak berbicara/tidak memberikan keterangan mengenai akta yang

dibuatnya (mempunyai Hak ingkar) sesuai dengan ketentuan Pasal 4 ayat (2) Jo

pasal 16 ayat (1) huruf (e) Jo pasal 54 UUJN No.30/2004.

Penelitian tesis ini juga menggunakan teori perlindungan Hukum yang

dikembangkan oleh Philipus M.Hadjhon. Menurut Hadjon, perlindungan hukum

adalah suatu kondisi subjektif yang menyatakan hadirnya keharusan pada diri

sejumlah subjek hukum untuk segera memperoleh sejumlah sumber dana, guna

kelangsungan eksistensinya subjek hukum yang dijamin dan dilindungi oleh

hukum, agar kekuatannya secara terorganisasi dalam proses pengambilan

17 Ibid. Hlm. 31. 18 Ibid

8

Page 9: Pembatasan Penggunaan Hak Ingkar Notaris Dalam Menjaga Kerahasiaan Jabatan Menurut Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

keputusan politik maupun ekonomi, khususnya pada distribusi sumber daya, baik

pada peringkat individu maupun struktual19.

Mengacu kepada Pemikiran hukum teoretik Habib Adjie, sebagai Applied

Theory dapat dipahami bahwa Notaris sebagai pejabat publik tidak berarti sama

dengan pejabat publik dibidang pemerintahan yang dikatakan badan atau pejabat

tata usaha negara, hal ini dapat dibedakan dari produk masing-masing pejabat

publik tersebut, Notaris sebagai pejabat publik yang produk akhirnya yaitu akta

otentik yang terikat dalam ketentuan hukum perdata terutama dalam hukum

pembuktian20.

Kajian hukum ini memuat dan mengembangkan konsep-konsep hukum

sebagai berikut:

1. Pembatasan menurut Kamus adalah: Proses, perbuatan, cara membatasi,

syarat-syarat yang menentukan atau membatasi penerapan kaidah

kebahasaan

2. Notaris adalah Pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta

otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang.

3. Hak ingkar yaitu : hak untuk tidak berbicara yang berkaitan dengan

permasalahan akta yang dibuat oleh Notaris. Notaris dalam melaksanakan

jabatannya ada kemungkinan dipanggil sebagai saksi sehubungan dengan

akta yang dibuatnya. Didalam hal ini Notaris dihadapkan pada suatu

keadaan untuk menyimpan rahasia jabatan dan memberikan kesaksian.

19 Philipus M Hadjon. 1987. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia. Surabaya: PT Bina Ilmu. Hlm.2.

20 Habib Adjie. Op.Cit. Hlm. 31.

9

Page 10: Pembatasan Penggunaan Hak Ingkar Notaris Dalam Menjaga Kerahasiaan Jabatan Menurut Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

C. Metode Penelitian

Kajian hukum ini adalah penelitian hukum In Abstracto/makro yang

berarti penelitian ini lebih menitikberatkan pada nilai, asas, norma atau kaidah

yang ada. Adapun pengertian penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran

berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatif. Logika keilmuan dalam

penelitian normatif dibangun berdasarkan disiplin ilmiah dan cara-cara kerja ilmu

hukum normatif21.

Jenis dan sumber bahan-bahan hukum yang digunakan sebagai bahan

dalam penelitian tesis ini, mencakup: Pertama, Bahan hukum primer, yaitu bahan-

bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari: Norma atau kaidah dasar, yaitu

pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 30 tahun

2004 tentang Jabatan Notaris, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;

Kedua, Bahan hukum Sekunder terdiri dari bahan hukum yang menjelaskan bahan

hukum primer, seperti : Hasil penelitian, Jurnal ilmiah, Pertemuan ilmiah,

Pendapat para pakar yang relevan dengan pembahasan permasalahan dalam

penelitian ini, dan sebagainya; dan ketiga, Bahan Hukum Tersier terdiri dari22:

Kamus Hukum, Ensiklopedia, Indeks Kumulatif, Majalah, Surat kabar, dan

sebagainya. Dan Bahan Non Hukum Yaitu, bahan-bahan penelitian yang

membantu untuk memperjelas berbagai aspek yang berkaitan dengan hak ingkar

notaris, rasio kewajiban notaris menjaga kerahasiaan aktanya, seperti buku-buku

21 Johny Ibrahim. 2006. Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif. Malang: Bayumedia. Hlm.47

22 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 1990. Penelitian Hukum Normatif statu tinjauan singkat. Jakarta:PT.Rajawali Pers. Hlm 15.

10

Page 11: Pembatasan Penggunaan Hak Ingkar Notaris Dalam Menjaga Kerahasiaan Jabatan Menurut Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

hukum,wawancara lisan dan lain-lain. Berkaitan dengan bahan non hukum, data

diambil secara purposive sunpling dengan menggunakan metode wawancara

secara guiding interview.

Bahan hukum yang berhasil dihimpun diolah dengan melakukan

inventarisasi (penghimpunan, penataan, dan pemaparan), serta sistematisasi.

Inventirisasi bahan hukum didasarkan pada asas-asas perundang-undangan,hirarki

perundang-undangan,dan sifat otoritas (normatif atau ilmiah) yang terkandung

pada bahan hukum yang bersangkutan untuk memperoleh sistematisasi internal.

Selanjutnya, untuk bahan non hukum inventarisasi dan sistematisasinya

dilaksanakan dengan mengintegrasikannya dengan hasil inventarisasi internal

bahan hukum, sehingga diperoleh pemahaman yang tepat terhadap hak ingkar

notaris dalam menjaga kerahasiaan.

Teknik analisis bahan hukum pada penelitian hukum pada dasarnya adalah

teknik yang digunakan untuk melakukan penemuan hukum (Rechtsvinding) dalam

proses penelitian hukum. Pada penelitian ini analisis bahan hukum dilakukan

dengan melakukan kontruksi hukum (Rechtsconstructie), Penafsiran hukum

(Rechtsinterpretatie).

D. Temuan dan Analisis

1. Konsep Hukum Dan Dasar Pemikiran Yang Melatarbelakangi

Keberadaan Hak Ingkar Notaris

a. Konsep Hukum Yang Melatarbelakangi Keberadaan Hak Ingkar Notaris

11

Page 12: Pembatasan Penggunaan Hak Ingkar Notaris Dalam Menjaga Kerahasiaan Jabatan Menurut Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

Notaris adalah Pejabat Umum (openbaar ambtenaar). Menurut Soegondo

Notodisoerjo23,Seseorang menjadi pejabat umum, ia diangkat dan diberhentikan

oleh pemerintah dan diberi wewenang dan kewajiban untuk melayani publik

dalam hal-hal tertentu. Karena itu notaris sebagai pejabat umum ikut serta

melaksanakan kewibaan dari pemerintah. Notaris disebut sebagai pejabat umum

dikarenakan kewenangannya untuk membuat akta otentik. Meskipun disebut

sebagai pejabat umum namun notaris bukanlah pegawai negeri sebagaimana

dimaksud oleh peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang

kepegawaian. Notaris merupakan swasta yang terikat dengan peraturan jabatannya

dan selanjutnya notaris bebas dalam menjalankan profesinya.

Notaris diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah namun notaris tidak

menerima gaji dan pensiun dari pemerintah, Pendapatan notaris diperoleh dari

honorarium kliennya. Notaris oleh Undang- undang diberi wewenang untuk

menciptakan alat pembuktian yang mutlak, dalam pengertian apa yang disebut

dalam akta otentik itu pada pokoknya dianggap benar24.

Notaris fungsional menerima tugasnya dari negara dalam bentuk delegasi

dari negara. Hal ini merupakan salah satu rasio notaris diindonesia memakai

lambang negara yaitu Burung Garuda. Oleh karena menerima tugas dari negara,

maka yang diberikan kepada mereka yang diangkat sebagai Notaris dalam bentuk

sebagai pejabat negara25. Dengan demikian Notaris berperan melaksanakan

sebagian tugas negara dalam bidang hukum keperdataan, dan kepada Notaris

23 Soegondo Notodisoerjo.1982. Hukum Notariat di Indonesia. Jakarta: PT. Rajawali Pers. Hlm 44.

24 Abdul Ghofur Anshori. Op.Cit. Hlm. 1725 Habib Adjie. Op.Cit. Hlm. 9

12

Page 13: Pembatasan Penggunaan Hak Ingkar Notaris Dalam Menjaga Kerahasiaan Jabatan Menurut Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

dikualifikasikan sebagai Pejabat Umum yang berwenang untuk membuat akta

otentik, dan akta merupakan formulasi keinginan atau kehendak para pihak yang

dituangkan dalam akta Notaris yang dibuat dihadapan atau oleh Notaris, dan

kewenagan lainnya sebagaimana dimaksud dalam UUJN26.

Notaris sebagai jabatan kepercayaan wajib untuk menyimpan rahasia

mengenai akta yang dibuatnya dan keterangan/pernyataan para pihak yang

diperoleh dalam pembuatan akta, kecuali Undang-Undang memerintahkannya

untuk membuka rahasia dan memberikan keterangan tersebut kepada pihak yang

memintanya.

Menurut Habib Adjie, Notaris mempunyai Kewajiban Ingkar bukan untuk

kepentingan diri Notaris tapi untuk kepentingan para pihak yang telah

mempercayakan kepada notaris, bahwa Notaris dipercaya oleh para pihak mampu

menyimpan semua keterangan atau pernyataan para pihak yang pernah diberikan

dihadapan Notaris yang berkaitan dalam pembuatan akta27.

Yang menjadi dasar untuk hak ingkar bagi jabatan-jabatan kepercayaan

terletak pada kepentingan masyarakat, seorang Notaris berkewajiban

merahasiakan semua apa yang diberitahukan kepadanya selaku notaris yang

dipercaya publik. Jabatan notaris adalah kepercayaan (vertrouwensambt), yaitu ia

berkewajiban merahasiakan segala sesuatu yang diberitahukan oleh kliennya, baik

karena ketentuan hukum formal, maupun dikarenakan ketentuan hukum material.

b. Dasar Pemikiran Yang Melatarbelakangi Keberadaan Hak Ingkar Notaris

26 Pasal 1 angka 1 dan Pasal 15 ayat (1) UUJN27 Habib Adjie. Op.Cit. Hlm. 36

13

Page 14: Pembatasan Penggunaan Hak Ingkar Notaris Dalam Menjaga Kerahasiaan Jabatan Menurut Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

Istilah hak ingkar merupakan terjemahan dari verschoningsrecht yang

artinya adalah hak untuk dibebaskan dari memberi keterangan sebagai saksi dalam

suatu perkara baik itu perkara perdata maupun perkara pidana. Hak ini merupakan

pengecualian dari prinsip umum bahwa setiap orang yang dipanggil menjadi saksi

wajib memberikan kesaksian.28

Tiap-tiap orang yang dipanggil sebagai saksi, mempunyai kewajiban untuk

memberikan keterangan-keterangan. Seseorang yang berdasarkan undang-undang

dipanggil sebagai saksi, yang sengaja tidak memenuhi kewajibannya sebagai saksi

diancam pidana sebagai melakukan satu kejahatan. Pengecualiannya ialah apabila,

seorang yang dipanggil itu, mempunyai hak untuk menolak memberikan

keterangan-keterangan sebagai saksi, berdasarkan hubungan-hubungan tertentu

yang disebutkan dalam undang-undang.

Pasal 1909 K.U.H.Perdata mewajibkan setiap orang yang cakap menjadi

saksi, untuk memberikan kesaksian di muka pengadilan. Ketentuan ini tidak

berlaku terhadap mereka, yang berdasarkan ketentuan-ketentuan peraturan

perundangundangan dapat dibebaskan dari kewajiban untuk memberikan

kesaksian yaitu sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 1909 K.U.H.Perdata

dan Pasal 146 dan Paal 277 H.I.R., mereka dapat menpergunakan haknya untuk

mengundurkan diri sebagai saksi, dengan jalan menuntut penggunaan nak

Ingkarnya (verschoningsrecht).29 Hak Ingkar merupakan pengecualian terhadap

ketentuan umum yang disebut tadi yakni bahwa setiap orang yang dipanggil

28 Hal ini sebagagaiman dinyatakan secara implisit dalam Pasal 27 Undang-undang Dasar 1945, dimana dinyatakan bahwa setiap warga negara wajib menjunjung tinggiHukum dengan tidak ada kecualinya

29 Tobing, Op.Cit, Hlm. 120

14

Page 15: Pembatasan Penggunaan Hak Ingkar Notaris Dalam Menjaga Kerahasiaan Jabatan Menurut Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

sebagai saksi, wajib memberikan kesaksian. Demikian pula dalam Hukum Acara

Pidana diatur seseorang yang dapat mengundurkan diri sebagai saksi yang

mempunyai hak ingkar dalam Pasal 168 dan Pasal 170 Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Notaris adalah Pejabat Umum yang diangkat dan diberhentikan oleh

Pemerintah dan diberi wewenang dan kewajiban untuk melayani publik dalam

hal-hal tertentu, Karena itu notaris sebagai Pejabat Umum ikut serta melaksanakan

kewibawaan dari Pemerintah30. Notaris Juga sebagai Jabatan Kepercayaan wajib

untuk menyimpan rahasia mengenai akta yang dibuatnya dan keterangan para

pihak yang diperoleh dalam pembuatan akta, kecuali Undang-Undang

memerintahkannya untuk membuka rahasia dan memberikan keterangan tersebut

kepada pihak yang memintanya. Oleh karena itu Notaris mempunyai Kewajiban

Ingkar bukan untuk kepentingan diri Notaris tapi untuk kepentingan para pihak

yang telah mempercayakan kepada Notaris.

Hak ingkar lahir sebagai akibat adanya kewajiban menyimpan rahasia

jabatan yang terkandung dalam. Pasal 4 ayat (2) UUJN tentang sumpah jabatan

Notaris “Bahwa saya akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh

dalam pelaksanaan jabatan saya”, artinya Notaris wajib merahasiakan segala

sesuatu yang berkenaan dengan akta yang akan dibuat, mulai dari persiapan

pembuatan akta sampai dengan isi akta, dan Pasal 16 ayat (1) huruf (e) “Dalam

menjalankan jabatannya, Notaris berkewajiban merahasiakan segala sesuatu

mengenai akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna

pembuatan akta sesuai dengan sumpah/janji jabatan, kecuali undang-undang

30 Soegondo Notodisoerjo. Loc.Cit.

15

Page 16: Pembatasan Penggunaan Hak Ingkar Notaris Dalam Menjaga Kerahasiaan Jabatan Menurut Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

menentukan lain, serta Pasal 54 UUJN. Sedangkan pengaturan yang berkaitan

dengan menjaga kerahasiaan dalam rangka jabatan diluar UUJN terdapat dalam

Pasal 170 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Pasal 1909 ayat

(2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dan Pasal 322 ayat (1) Kitab Undang–

Undang Hukum Pidana.

2. Faktor Pembatas Penggunaan Hak Ingkar Notaris Dalam menjaga

Kerahasiaan Jabatan

Notaris dalam menjalankan jabatannya dilihat dari dimensi fundamental,

Notaris harus menjalankan jabatan sesuai dengan undang-undang, kode etik,

aspek kehati-hatian, kecermatan, kejujuran dan amanah. Apabila aspek ini

terabaikan dalam pembuatan akta, maka Notaris tersebut akan menanggung akibat

atas pelanggaran prinsip fundamental yang harus dipenuhinya.

Notaris dalam melaksanakan jabatan ada kemungkinan dipanggil sebagai

saksi sehubungan dengan akta yang dibuatnya. Dalam hal ini Notaris dihadapkan

pada suatu keadaan untuk tidak dapat memberikan keterangan berdasarkan

sumpah rahasia jabatan dan/atau memberikan kesaksian sebatas yang dia lihat dan

dia dengar, baik di tingkat penyidikan maupun pengadilan.

Notaris sebagai Pejabat Umum mempunyai kewajiban untuk merahasiakan

isi akta yang dibuatnya, dan mempunyai hak untuk mengundurkan diri sebagai

saksi di dalam persidangan berdasarkan Pasal 170 rayat (1) KUHAP, Pasal 1909

ayat (2) dan Pasal 322 ayat (1) KUHP dan Pasal 4 ayat (2) Jo Pasal 16 ayat (1)

huruf (e) Jo Pasal 54 UUJN, tentang hak ingkar. Hak ingkar yang dimiliki Notaris

berdasarkan Pasal 170 ayat (1) KUHAP, Pasal 1909 ayat (2) Perdata, dan Pasal

16

Page 17: Pembatasan Penggunaan Hak Ingkar Notaris Dalam Menjaga Kerahasiaan Jabatan Menurut Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

322 ayat (1) KUHP Jo Pasal 4 ayat (2) Pasal 16 ayat (1) huruf (e) Jo Pasal 54

UUJN, dapat juga digugurkan oleh Pasal 66 ayat (1) UUJN31.

Terhadap perkara pidana Notaris wajib hadir memberi kesaksian dengan

persetujuan Majelis Pengawas Daerah. Karena dalam perkara Pidana yang dicari

adalah kebenaran materiil, Notaris wajib memberikan kesaksian tentang apa yang

dilihat, dan diketahui tentang suatu peristiwa sehingga pengungkapan kasus

tersebut menjadi transparan dan kebenaran materiil dapat dicapai32. Akan tetapi,

apabila yang dinyatakan adalah seputar tentang kerahasiaan suatu akta yang tidak

mungkin diungkapkan dalam persidangan maka lebih baik Notaris tersebut

meminta untuk mengundurkan diri sebagai saksi berkenaan dengan kerahasiaan

aktanya berdasarkan ketentuan Pasal 170 ayat (1) KUHAP dan Pasal 1909 ayat 2

KUHPerdata.

3. Rasio kewajiban Notaris menjaga kerahasiaan aktanya apabila

dihadapkan dengan proses peradilan baik dalam proses peradilan pidana

maupun perdata

Dalam praktik sering pula Notaris dijadikan atau didudukkan sebagai

Tergugat oleh pihak yang lainnya, yang merasa bahwa tindakan hukum yang

tersebut dalam akta dikategorikan sebagai tindakan atau perbuatan hukum Notaris

atau Notaris bersama-sama pihak lainnya yang juga tersebut dalam akta33.

Dalam kaitan ini Notaris boleh digugat, dan gugatan ini langsung

ditujukan kepada Notaris sendiri (Tergugat tunggal), tapi dalam hal ini ada

31 GHS Lumban Tobing (2).1992. Hak Ingkar dari Notaris dan hubungannya dengan KUHP. Jakarta: Media Notaris. Hlm. 121.

32 Sudikno Mertokusumo. 1988. Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta : PT. Liberty Yogyakarta. Hlm. 107

33 Habib Adjie. 2008. Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik terhadap UU No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris. Bandung: PT. Refina Aditama. Hlm.21.

17

Page 18: Pembatasan Penggunaan Hak Ingkar Notaris Dalam Menjaga Kerahasiaan Jabatan Menurut Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

batasannya atau parameternya untuk menggugat Notaris, yaitu jika para pihak

yang menghadap Notaris (para pihak/penghadap yang namanya tersebut/tercan-

tum dalam akta) ingin melakukan pengingkaran (atau ingin mengingkari): Hari,

tanggal, bulan dan tahun menghadap, Waktu (pukul) menghadap, Tanda tangan

yang tercantum dalam minuta akta, Merasa tidak pernah menghadap, Akta tidak

ditandatangani di hadapan Notaris, Akta tidak dibacakan, Alasan lain berdasarkan

formalitas akta.

Pengingkaran atas hal-hal tersebut dilakukan dengan cara menggugat

Notaris (secara perdata) ke Pengadilan Negeri, maka para pihak tersebut wajib

membuktikan hal-hal yang ingin diingkarinya, dan Notaris wajib

mempertahankan aspek-aspek tersebut, sehingga dalam kaitan ini perlu dipahami

dan diketahui Kaidah Hukum Notaris yaitu ”akta Notaris sebagai akta otentik

mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna, sehingga jika ada orang/pihak

yang menilai atau menyatakan bahwa akta tersebut tidak benar, maka

orang/pihak yang menilai atau menyatakan tersebut wajib membuktikan penilaian

atau pernyataannya sesuai aturan hukum”.34

Jika gugatan terhadap pengingkaran tersebut tidak terbukti, maka akta

Notaris tersebut tetap berlaku dan mengikat para pihak dan pihak-pihak yang

terkait sepanjang tidak dibatalkan oleh para pihak sendiri atau berdasarkan

putusan pengadilan, demikian pula jika gugatan tersebut terbukti, maka akta

Notaris terdegradasi kedudukannya dari akta otentik menjadi akta di bawah

34 ? Kaidah Hukum Notaris ini sejalan dengan ketentuan Pasal 163 HIR/283 Rbg bahwa barangsiapa yang mendalilkan mempunyai suatu hak, atau guna menguatkan haknya atau untuk membantah hak orang lain, menunjuk kepada sesuatu peristiwa, diwajibkan membuktikan hak atau peristiwa tersebut

18

Page 19: Pembatasan Penggunaan Hak Ingkar Notaris Dalam Menjaga Kerahasiaan Jabatan Menurut Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

tangan, sebagai akta di bawah tangan maka nilai pembuktiannya tergantung para

pihak dan hakim yang akan menilainya. Jika pedegradasian kedudukan akta

tersebut ternyata merugikan pihak yang bersangkutan (Penggugat) dan dapat

dibuktikan oleh Penggugat. Maka Penggugat dapat menuntut ganti rugi kepada

Notaris yang bersangkutan35. Jika Notaris tidak dapat membayar ganti rugi yang

dituntut tersebut, maka berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap tersebut Notaris dapat dinyatakan Pailit. Kepailitan Notaris

tersebut dapat dijadikan dasar untuk memberhentikan sementara Notaris dari

jabatannya, jika berada dalam proses pailit (Pasal 9 ayat [1] huruf a UUJN), dan

diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya, jika dinyatakan pailit

berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

(Pasal 12 huruf a UUJN)36.maka kepada Notaris yang bersangkutan atau kepada

pemegang protokolnya masih tetap berkewajiban untuk mengeluarkan salinannya

atas permintaan para pihak atau penghadap atau para ahli warisnya37.

Peranan Notaris dalam proses peradilan yaitu sebagai saksi dan saksi ahli.

Jika Notaris berperan sebagai saksi ahli maka hal tersebut tidak akan melanggar

rahasia jabatan karena keterangan dibatasi hanya pada pengetahuan dan

keahliannya yang komprehensif dan mendalam tentang ilmu hukum dan

kenotariatan. Namun bila Notaris berperan sebagai saksi, maka ia akan

memberikan keterangan yang menyangkut substansi akta, manakala ada ketentuan

eksepsional yang mengharuskan Notaris untuk memberikan kesaksian.

Keterangan saksi diberikan dalam kapasitasnya sebagai orang yang mengalami/

35 Habib Adjie. Op.Cit. Hlm. 22. 36 Ibid 37 Ibid

19

Page 20: Pembatasan Penggunaan Hak Ingkar Notaris Dalam Menjaga Kerahasiaan Jabatan Menurut Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

mengetahui kejadian atau fakta yang sebenarnya dari suatu peristiwa yang tengah

diperiksa. Dalam proses peradilan perdata yang dicari kebenaran formil, yaitu

kebenaran hanya didasarkan pada hal-hal yang dikemukakan sebagai bukti oleh

para pihak dipengadilan, keterangan saksi bukanlah alat bukti utama. Hal yang

diutamakan dalam peradilan perdata adalah bukti tulisan, terutama tulisan dalam

bentuk akta otentik. Hal ini ditegaskan dalam pasal 1866 KUHPerdata38.

Untuk memanggil Notaris sebagai saksi dalam perkara Perdata tidak

terlalu perlu, pada umumnya cukup aktanya sebagai alat bukti. Keterangan saksi

diperlukan jika ada pihak-pihak yang tidak mengakui terjadinya bukti tulisan

tersebut. Penjatuhan hukuman pidana terhadap Notaris, tidak serta merta akta

yang bersangkutan menjadi batal demi hukum. Suatu hal yang tidak tepat secara

hukum jika ada putusan pengadilan pidana dengan amar putusan membatalkan

akta Notaris, dengan alasan Notaris terbukti melakukan suatu tindak pidana

pemalsuan. Dengan demikian yang harus dilakukan oleh mereka yang akan atau

berkeinginan untuk menempatkan Notaris sebagai terpidana, atas akta yang dibuat

oleh atau di hadapan Notaris yang bersangkutan, maka tindakan hukum yang

harus dilakukan adalah membatalkan akta yang bersangkutan melalui gugatan

perdata39.

Dalam perkara pidana yang dicari kebenaran materil, maka Notaris wajib

hadir memberikan kesaksian tentang apa yang dilihat, diketahui dan didengar

tentang suatu peristiwa sehingga pemeriksaan kasus tersebut jadi transparan.

Berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Pasal 66 ayat (1) UUJN; untuk

38 Sudikno Mertokusumo. 1988. Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta: PT. Liberty Yogyakarta. Hlm. 116.

39 Ibid

20

Page 21: Pembatasan Penggunaan Hak Ingkar Notaris Dalam Menjaga Kerahasiaan Jabatan Menurut Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut umum atau hakim dengan

persetujuan Majelis Pengawas Daerah berwenang untuk memanggil Notaris untuk

hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan akta yang dibuatnya.

E. Penutup

Berdasarkan temuan dan analisis yang diuraikan pada sebelumnya,

dapat diambil kesimpulan dan diajukan saran-saran, sebagai berikut:

1. Kesimpulan.

Berdasarkan temuan dan analisis dapat diambil kesimpulan, sebagai berikut:

a. Konsep hukum yang melatar belakangi keberadaan Hak Ingkar

Notaris yaitu: Notaris disebut sebagai pejabat umum. Seseorang menjadi

pejabat umum, ia diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah dan diberi

wewenang dan kewajiban untuk melayani publik dalam hal-hal tertentu.

Karena itu notaris sebagai pejabat umum ikut serta melaksanakan

kewibawaan dari pemerintah. Pendapatan notaris diperoleh dari

honorarium kliennya. Notaris oleh Undang- undang diberi wewenang

untuk menciptakan alat pembuktian yang mutlak. Notaris sebagai jabatan

kepercayaan wajib untuk menyimpan rahasia mengenai akta yang

dibuatnya dan keterangan/pernyataan para pihak yang diperoleh dalam

pembuatan akta, kecuali Undang-Undang memerintahkannya untuk

membuka rahasia dan memberikan keterangan tersebut kepada pihak yang

memintanya

b. Dasar pemikiran yang melatar belakangi keberadaan Hak Ingkar

Notaris yaitu: Hak ingkar lahir sebagai akibat adanya kewajiban

21

Page 22: Pembatasan Penggunaan Hak Ingkar Notaris Dalam Menjaga Kerahasiaan Jabatan Menurut Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

menyimpan rahasia jabatan yang terkandung dalam. Pasal 4 ayat (2)

UUJN tentang sumpah jabatan Notaris dan Pasal 16 ayat (1) huruf (e) serta

Pasal 54 UUJN. Sedangkan pengaturan yang berkaitan dengan menjaga

kerahasiaan dalam rangka jabatan diluar UUJN terdapat dalam Pasal 170

ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Pasal 1909 ayat (2)

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dan Pasal 322 ayat (1) Kitab

Undang–Undang Hukum Pidana.

c. Faktor Pembatas Penggunaan Hak Ingkar Notaris Dalam Menjaga

Kerahasiaan Jabatan yaitu Ditinjau dari aspek teoritik dan praktek

peradilan pada hakikatnya Notaris dalam menjalankan jabatannya dilihat

dari dimensi fundamental, Notaris harus menjalankan jabatan sesuai

dengan undang-undang, kode etik, aspek kehati-hatian, kecermatan,

kejujuran dan amanah. Notaris sebagai Pejabat Umum mempunyai

kewajiban untuk merahasiakan isi akta yang dibuatnya, dan mempunyai

hak untuk mengundurkan diri sebagai saksi di dalam persidangan

berdasarkan Pasal 170 rayat (1) KUHAP, Pasal 1909 ayat (2) dan Pasal

322 ayat (1) KUHP dan Pasal 4 ayat (2) Jo Pasal 16 ayat (1) huruf (e) Jo

Pasal 54 UUJN, tentang hak ingkar. Dan dapat juga digugurkan oleh Pasal

66 ayat (1) UUJN. Khusus untuk akta yang dibuat oleh Notaris yang ada

keterlibatannya dengan tindak pidana maka Pasal 66 ayat (1) UUJN di

gugurkan, karena tidak diperlukan izin/persetujuan dari Majelis

Pengawasan Daerah sebagaimana yang diatur dalam Pasal 66 UUJN.

22

Page 23: Pembatasan Penggunaan Hak Ingkar Notaris Dalam Menjaga Kerahasiaan Jabatan Menurut Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

d. Rasio Kewajiban Notaris Menjaga Kerahasiaan Aktanya Apabila

Dihadapkan Dengan Proses Peradilan Baik Dalam Proses Peradilan

Pidana Maupun Perdata: Hak ingkar yang diberikan oleh undang-

undang bagi notaris merupakan kewajiban dan berdasarkan sumpah

rahasia jabatan serta ketentuan Pasal 54 UUJN. Berdasarkan ketentuan

yang diatur dalam Pasal 66 ayat (1) UUJN; untuk kepentingan proses

peradilan, penyidik, penuntut umum atau hakim dengan Persetujuan

Majelis Pengawas Daerah berwenang untuk memanggil Notaris untuk

hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan akta yang dibuatnya.

maka Notaris wajib hadir memberikan kesaksian tentang apa yang dilihat,

diketahui dan didengar tentang suatu peristiwa sehingga pemeriksaan

kasus tersebut jadi transparan

2. Saran

1. Notaris sebagai Pejabat Umum yang diangkat dan diberhentikan oleh

pemerintah dan juga merupakan Jabatan kepercayaan sebaiknya tetap

menyimpan rahasia mengenai akta yang dibuatnya dan semua keterangan

atau pernyataan para pihak yang pernah diberikan dihadapan notaris yang

berkaitan dalam pembuatan akta.

2. Dalam Proses peradilan baik dalam proses peradilan pidana maupun

perdata hendaknya Notaris dapat mempergunakan hak ingkar pada tiap-

tiap pertanyaan yang diajukan dalam proses peradilan,tidak harus untuk

keseluruhannya atau menolak untuk menjadi saksi, karena Notaris dapat

langsung mempergunakan hak ingkarnya pada pertanyaan-pertanyaan

23

Page 24: Pembatasan Penggunaan Hak Ingkar Notaris Dalam Menjaga Kerahasiaan Jabatan Menurut Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

tertentu yang diketahui dapat melanggar kewajiban untuk menjaga sumpah

jabatan. Dan Apabila notaris tersebut dipanggil sebagai saksi, Hendaknya

ia dapat memenuhi panggilan untuk memberikan keterangan yang

diperlukan dengan tetap memegang sumpah jabatan.

Daftar Pustaka

Buku

Andasasmita, Komar. 1991. Notaris I Peraturan Jabatan Notaris, Kode Etik dan

Asosiasi Notaris. Bandung: Ikatan Notaris Indonesia.

Anshori, Abdul Ghofur. 2009. Lembaga Kenotariatan Indonesia Prespektif

Hukum dan Etika. Yogyakarta: UII Press.

Adjie, Habib. 2008. Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap UU

No.30 tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris. Bandung: PT. Refika

Aditama.

-----------------. 2008. Sanksi Perdata Dan administratif Terhadap Notaris Sebagai

Pejabat Publik. Bandung: PT. Refika Aditama.

Dihardjo, Dardji Darmo dan Sidarta. 1995. Pokok-Pokok Filsafat Hukum. Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama.

Mertekusumo, Sudikno. 1998. Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta:

Liberty.

Notodisuryo, Sugondo. 1982. Hukum Notariat di Indonesia. Jakarta: PT.Raja

grafindo.

Syaifuddin, Muhammad. 2009. Menggagas hukum Humanistis Komersial.

24

Page 25: Pembatasan Penggunaan Hak Ingkar Notaris Dalam Menjaga Kerahasiaan Jabatan Menurut Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

(Upaya Perlindungan Hukum Hak Masyarakat Kurang dan Tidak Mampu atas Pelayannan Kesehatan Rumah Sakit Swasta Berbadan Hukum Perseroan Terbatas) Bayumedia dan AA LAW FIRM (Advocates & Solicitors), Malang.

Soekanto, Soerjono. 1984. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press

Tedjosaputro Liliana. 1995. Etika Profeasi Notaris Dalam Penegakan

Hukum Pidana. Yogyakarta: Cetakan I. Bigraf Publishing.

Tobing, G.H.S Lumban. 1982. Peraturan Jabatan Notaris. Jakarta :

PT. Erlangga.

Peraturan Perundang-Undangan

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor:

M.03.HT.03.10 TAHUN 2007 Tentang Pengambilan Minuta Akta dan

Pemanggilan Notaris

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana (KUHP)

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wet Boek).

Undang-Undang RI Nomor 30 tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.

25