Upload
intan-gandhini-ige
View
18
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pendidikan Dalam Keperawatan
Citation preview
PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN PRAKTIKUM DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau
menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran
(Muhibbin Syah, 2002: 84). Sehingga dalam pembelajaran siswa merupakan penerima saja
kemudian menyimpan informasi dari guru tanpa menimbulkan makna tertentu.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2006: 1) pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai
edukatif dan mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan anak didik. Guru memiliki
peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitasdan kualitas pembelajaran di kelas.
Kualitas pembelajaran sangat dipengaruhi oleh suasana belajar dan fasilitas serta sumber
belajar yang tersedia. Suasana belajar yang demokratis akan memberikan peluang
tercapainya hasil belajar yang optimal, dibandingkan dengan otoriter yang ada pada guru.
Dalam suasana belajar yang demokratis ada kebebasan siswa untuk belajar, mengajukan
pendapat, berdialog dengan teman sekelas dan lain-lain sehingga siswa lebih aktif.
Selain itu pembelajaran di kelas harus diusahakan sebagai laboratorium belajar bagi siswa,
intinya tersedia laboratorium untuk memberi kesempatan kepada siswa sebagai sumber
belajar (Nana Sudjana, 2002). Walaupun kenyataannya seringkali guru sebagai pihak yang
aktif, sehingga kurang memberi kesempatan kepada siswa dalam berbagai pembelajaran
untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik, kreatif, obyektif dan logis.
Siswa tidak hanya berperan sebagai subyek didik tetapi siswa adalah pihak aktif yang
merencanakan pendidikan dan juga harus melaksanakan proses belajar mengajar (Uzer
Usman, 2002). Untuk itu, siswa dituntut memperoleh pengetahuannya melalui keterampilan
proses. Sehingga diperlukan strategi pembelajaran dalam arti siswa termotivasi ikut di dalam
kegiatan belajar mengajar, siswa mendapat materi belajar tanpa merasa terbebani dan dapat
menguasai konsep serta memperoleh pengalaman belajar bermakna.
Peningkatan mutu pengajaran dimulai dengan pembenahan strategi pembelajaran. Strategi
pembelajaran berhubungan dengan cara mengajar yang paling efektif dan efisien dalam
memberikan pengalaman belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan khusus
pembelajaran (Ahmadi, 1991).
Salah satu pembelajaran biologi yang sesuai dengan permasalahan di atas yaitu active
leaning (pembelajaran aktif) dengan praktikum. Menurut Melvin L. Silberman (2006: 9)
pembelajaran aktif (active learning) adalah pembelajaran yang mengajak siswa untuk
melaksanakan kegiatan yang menggunakan koordinasi antara otak kanan dan otak kiri untuk
mempelajarai masalah, memecahkan masalah dan menerangkan apa yang telah dipelajari.
Pembelajaran aktif adalah fase pembelajaran cepat, menyenangkan, suportif dan melibatkan
kemampuan individu dan kelompok. Praktikum adalah suatu bentuk pembelajaran melalui
kegiatan praktik/percobaan.
B. Perumusan Masalah
1. Identifikasi masalah
a. Wilayah Penelitian
Wilayah penelitian dalam proposal ini adalah mengenai strategi pembelajaran.
b. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian dalam proposal ini menggunakan pendekatan kuantitatif.
c. Jenis Masalah
Jenis masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah korelasi yaitu hubungan
pembelajaran aktif dengan praktikum terhadap hasil belajar siswa pada konsep
keanekaragaman hayati.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam proposal ini adalah bagaimana peningkatan hasil belajar siswa
kelas X pada konsep keanekaragaman hayati di SMA Negeri 1 Leuwimunding?
3. Pertanyaan Masalah
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka penulis menyusun beberapa pertanyaan
sebagai berikut:
1) Bagaimana pembelajaran aktif dengan praktikum sebagai strategi pembelajaran pada
konsep keanekaragaman hayati di SMA Negeri 1 Leuwimunding Kabupaten
Majalengka?
2) Bagaimana hasil belajar siswa dengan pembelajaran aktif dengan praktikum di SMA
Negeri 1 Leuwimunding Kabupaten Majalengka?
3) Bagaimana hubungan pembelajaran aktif dengan praktikum dengan hasil belajar siswa
pada konsep keanekaragaman hayati di SMA Negeri 1 Leuwimunding Kabupaten
Cirebon?
4. Pembatasan Masalah
Untuk memperoleh hasil penelitian yang valid dan terarah maka masalah yang hendak
dikemukakan dibatasi. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
a) Pembelajaran aktif dengan praktikum sebagai strategi pembelajaran.
b) Hasil belajar siswa pada penelitian ini hanya pada ranah kognitif dan ranah
psikomotoris. Ranah kognitif terutama pada aspek pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, dananalisis. Sedangkan ranah psikomotoris terutama pada aspek gerakan
refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keterampilan kompleks,
dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
c) Hubungan pembelajaran aktif dengan praktikum sebagai strategi pembelajaran di SMA
Negeri 1 Leuwimunding Kabupaten Majalengka.
d) Konsep keanekaragaman hayati terutama pada macam tingkat keanekaragaman (gen,
jenis dan ekosistem). Sedangkan praktikumnya yaitu pada hewan serangga yang ada
pada dua ekosistem yang berbeda perlakuannya (satu yang terawat dan yang lain
tidak terawat/liar).
C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mempunyai tujuan sebagai berikut:
1) Untuk mengkaji pembelajaran aktif dengan praktikum pada konsep keanekaragaman
hayati di SMA Negeri 1 Leuwimunding Kabupaten Majalengka?
2) Untuk mengkaji hasil belajar siswa dengan pembelajaran aktif dengan praktikum pada
konsep keanekaragaman hayati di SMA Negeri 1 Leuwimunding Kabupaten
Majalengka?
3) Untuk mengkaji hubungan pembelajaran aktif dengan praktikum dengan hasil belajar
siswa pada konsep keanekaragaman hayati di SMA Negeri 1 Leuwimunding Kabupaten
Majalengka?
D. Manfaat penelitian
1. Siswa lebih memahami materi keanekaragaman hayati melalui praktikum sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar.
2. Pembelajaran aktif dengan praktikum diharapkan dapat membantu guru untuk
mempermudah menyampaikan materi Biologi.
3. Bahan informasi dan kajian ulang bagi mahasiswa dan pembaca agar terdorong
untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
E. Kerangka Pemikiran
Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut keaktifan guru dalam
menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah
terprogramkan. Agar tercapai suatu kegiatan pembelajaran guru harus menyadari bahwa
pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks karena melibatkan aspek pedagogis,
psikologis dan didaktis secara bersamaan (E. Mulyasa, 2004: 117-118).
Materi pembelajaran baru disesuaikan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada,
sehingga pembelajaran harus dimulai dengan hal yang sudah dikenal dan di pahami peserta
didik, kemudian guru menambahkan unsur-unsur pembelajaran dan kompetensi baru yang
disesuaikan dengan pengetahuan dan kompetensi yang sudah dimiliki peserta didik.
Pembelajaran aktif (active learning) adalah pembelajaran yang mengajak siswa untuk
melaksanakan kegiatan yang menggunakan koordinasi antara otak kanan dan otak kiri untuk
mempelajarai masalah, memecahkan masalah dan menerangkan apa yang telah dipelajari
(Melvin L. Silberman, 2006: 9). Pembelajaran aktif adalah fase pembelajaran cepat,
menyenangkan, suportif dan melibatkan kemampuan individu dan kelompok. Praktikum
adalah suatu bentuk pembelajaran melalui kegiatan praktik/percobaan.
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku baik peningkatan pengetahuan, perbaikan sikap,
maupun peningkatan keterampilan yang dialami siswa setelah menyelesaikan kegiatan
pembelajaran (Syuaeb Kurdi dan Abdul Aziz, 2006: 27).
Bagan 1. Kerangka Pemikiran
Kegiatan pembelajaran
Guru Konsep keanekaragaman hayati Siswa
Pembelajaran aktif dengan praktikum
Hasil belajar siswa
Evaluasi
F. Hipotesis
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 67) menyatakan bahwa “ Hipotesis dapat diartikan
sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara pada permasalahan penelitian sampai terbukti
dengan melalui data yang terkumpul setelah penelitian dilakukan“. Berdasarkan rujukan
tersebut penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut :
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara pembelajaran aktif dengan praktikum
terhadap hasil belajar siswa pada konsep keanekaragaman hayati di kelas X SMA
Negeri 1 Leuwimunding Kabupaten Majalengka.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar
1. Pengertian Belajar
Menurut Slameto (2003: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Belajar merupakan proses yang aktif, yakni melihat, mengamati, dan memahami sesuatu
serta proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Dengan perkataan lain bahwa dalam
proses belajar pada siswa ditandai dengan proses berubahnya tingkah laku siswa melalui
berbagai pengalaman yang diperolehnya. Sehingga mengajar bukanlah menyampaikan
pengajaran dan keterampilan siswa (Nana Sudjana, 2002: 28-29). Pengalaman diperoleh
berkat interaksi antara individu dengan lingkungan (Oemar Hamalik, 2004: 29).
Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan
kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,
keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.
Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah
kegiatan belajar mengajar, menilai proses, dan hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam
cakupan tanggung jawab guru. Jadi, hakikat belajar adalah perubahan (Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain, 2006: 10-11).
Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah perubahan tingkah laku dalam
dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat
pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai
dan sikap (Arief S. Sadiman, 2006: 2). Bukti bahwa seseorang telah belajar adalah
terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi
tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku memiliki unsur subjektif
dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah segangkan unsur motoris
adalah unsur jasmaniah (Oemar Hamalik, 2004: 30).
Menurut Sumadi Suryabrata (1991: 248-249) identifikasi ciri-ciri dari kegiatan belajar
yaitu:
a. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang
mengajar (dalam arti behavioral changes), baik aktual maupun potensial.
b. Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kemampuan baru, yang berlaku
dalam waktu yang relatif lama.
c. Perubahan itu terjadi karena usaha.
Menurut John Holt (dalam Melvin L. Silberman, 2006: 26) belajar semakin baik
jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal berikut:
1. Mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata mereka sendiri
2. Memberikan contohnya
3. Mengenalnya dalam bermacam bentuk dan kondisi
4. melihat kaitan antara informasi itu dengan fakta atau gagasan lain
5. menggunakannya dengan beragam cara
6. memprediksikan sejumlah konsekuensinya
7. menyebutkan lawan atau kebalikannya.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2004: 165-167) beberapa prinsip umum
belajar yaitu: 1) belajar merupakan bagian dari perkembangan, 2) belajar berlangsung
seumur hidup, 3) keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, faktor
lingkungan, kematangan serta usaha dari individu sendiri, 4) belajar mencakup semua
aspek kehidupan, 5) kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu, 6)
belajar berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru, 7) belajar yang berencana dan
disengaja menuntut motivasi yang tinggi, 8) perubahan belajar bervariasi dari yang
paling sederhana sampai dengan yang sangat kompleks, 9) dalam belajar dapat terjadi
hambatan-hambatan dan 10) untuk kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bantuan
atau bimbingan dari orang lain.
Gagne berpendapat bahwa dalam belajar terdiri dari tiga tahap yang meliputi
sembilan fase. Tahapan itu sebagai berikut: (1) persiapan untuk belajar, (2) pemerolehan
dan unjuk perbuatan (performansi), dan (3) alih belajar. Pada tahap persiapan dilakukan
tindakan pengarahan perhatian, pengharapan dan mendapatkan kembali informasi. Pada
tahap pemerolehan dan performansi digunakan untuk persepsi selektif, sandi semmantik,
pembangitan kembai dan respons, seperti penguatan. Tahap alih belajar meliputi
pengisyaratan untuk membangkitkan dan memberlakukan secara umum (Dimyati dan
Mudjiono, 2006: 12).
2. Teori-teori Belajar
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2004 : 167) teori- teori belajar bersumber dari teori
atau aliran-aliran psikologi. Secara garis besar dikenal ada tiga rumpun besar psikologi
yaitu : teori disiplin mental, behaviorisme, dan kognitif- gestalt - field.
1. Teori disiplin mental
Menurut rumpun psikologi ini individu memiliki kekuatan kemampuan, atau potensi-
potensi tertentu. Belajar adalah pengembangan dari kekuatan-kekuatan kemampuan
dan potensi-potensi tersebut. Bagaimana proses pengembangan kekuatan-kekuatan
tersebut tiap aliran atau teori mengemukakan pandangan yang berbeda.
2. Teori behaviorisme
Rumpun teori ini disebut behaviorisme karena sangat menekankan perilaku atau
tingkah laku yang dapat diamati. Teori- teori dalam rumpun ini bersifat molekular,
karena memandang kehidupan individu terdiri atas unsur- unsur seperti halnya
molekul- molekul.
3. Teori cognitif- gestalt- field
Rumpun ketiga adalah kognitif-gestalt–field. Kalau rumpun behaviorisme bersifat
molekular (menekankan unsur- unsur), maka rumpun ini bersifat molar atau bersifat
keseluruhan dan keterpaduan. Teori kognitif, dikembangkan oleh para ahli psikologi
kognitif, teori ini berbeda dengan behaviorisme, bahwa yang utama pada kehidupan
manusia adalah mengetahui (knowing) dan bukan respons.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Ngalim Purwanto (1997: 102) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
1. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual. Yang
termasuk ke dalam faktor individual antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan,
kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi.
2. faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial. Yang termasuk ke dalam
faktor sosial antara lain: faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara
mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar-mengajar, lingkungan dan
kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.
Menurut Muhibbin Syah (2002: 132) secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar siswa dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
1) faktor internal (faktor dari dalam siswa) yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani
siswa.
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan sekitar siswa.
3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning) yakni jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
pembelajaran meteri-materi pelajaran.
B. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut keaktifan guru dalam
menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah
terprogramkan. Agar tercapai suatu kegiatan pembelajaran guru harus menyadari bahwa
pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks karena melibatkan aspek pedagogis,
psikologis dan didaktis secara bersamaan (E. Mulyasa, 2004: 117-118).
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif dan mewarnai interaksi yang
terjadi antara guru dan anak didik. Interaksi yang terjalin antara guru dan anak didik
diharapkan dapat menghasilkan suatu kegiatan pembelajaran yang interaktif, sehingga siswa
tidak hanya mendengar, melihat, atau menstranfer begitu saja informasi-informasi dari guru.
Akan tetapi, mereka berperan aktif dalam pembelajaran supaya siswa terbiasa untuk
mencoba menemukan sendiri pengetahuan atau informasi sehingga bermakna dan
mengendap dalam memori lebih lama (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006: 1).
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik (E. Mulyasa,
2002: 100).
Perubahan perilaku dalam proses belajar ini merupakan akibat dari interaksi dengan
lingkungan. Interaksi ini biasanya berlangsung secara disengaja. Kesengajaan ini tercermin
dari adanya faktor-faktor berikut:
1. Kesiapan (readiness): yaitu kapasitas baik fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu
2. Motivasi: yaitu dorongan dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu, dan
3. Tujuan yang ingin dicapai (Muhammad Ali, 2002: 15).
Menurut Jerome S. Bruner, dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga eposide atau
fase.
a. Fase informasi (tahap penerimaan materi)
Dalam fase informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah
keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari.
b. Fase transformasi (tahap pengubahan materi)
Dalam fase transformasi, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah, atau
ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada
gilirannya dapat dimanfaatkan sebagai hal-hal yang lebih luas.
c. Fase evaluasi (tahap penilaian materi)
Dalam vase evaluasi, seorang siswa akan menilai sendiri sampai sejauh manakah
pengetahuan (informasi yang telah ditransformasikan) dapat dimanfaatkan untuk
memahami gejala-gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi (Muhibbin Syah,
2002: 113-114).
Menurut Pieget, pembelajaran terdiri dari empat langkah berikut.
(1) Langkah satu: menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri.
(2) Langkah dua: memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut.
(3) Langkah tiga: mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan
pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah.
(4) Langkah empat: melalui pelaksanaan tiap kegiatan, memahami keberhasilan dalam
melakukan revisi (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 14).
C. Pembelajaran Aktif
Menurut Melvin L. Silberman (2006: 9) pembelajaran aktif (activelearning) adalah
pembelajaran yang mengajak siswa untuk melaksanakan kegiatan yang menggunakan
koordinasi antara otak kanan dan otak kiri untuk mempelajarai masalah, memecahkan
masalah dan menerangkan apa yang telah dipelajari.
Dalam pembelajaran siswa sebagai pusat dari kegiatan pembelajaran dan pembentukan
kompetensi. Peserta didik harus didorong untuk menafsirkan informasi yang diberikan oleh
guru, sampai informasi tersebut diterima oleh akal sehat sehingga dalam proses pembelajaran
siswa tidak hanya berpangku tangan menerima informasi dari guru, akan tetapi mereka ikut
berperan aktif atau terlibat interaksi di dalam kegiatan pembelajaran tersebut (E. Mulyasa,
2004: 119).
Menurut Melvin L. Silberman (2006: 12-14) tehnik-tehnik pembelajaran aktif
dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Bagaimana menjadikan siswa aktif sejak awal, misalnya pembentukan tim, penilaian
mendadak dan keterlibatan belajar secara langsung.
b. Bagaimana membantu siswa mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap secar
aktif, misalnya proses belajar satu kelas penuh, diskusi kelas, pengajuan pertanyaan,
kegiatan belajar kolaboratif, pengajaran oleh teman sekelas, kegiatan belajar mandiri,
kegiatan belajar aktif dan pengembangan keterampilan.
c. Bagaimana menjadikan belajar tak terlupakan, misalnya peninjauan (review), penilaian
diri, perencanaan masa mendatang dan ungkapan perasaan terakhir.
Masing-masing bagian terdiri berbagai macam strategi yang kesemuanya berjumlah 101
strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran aktif bertujuan untuk menumbuhkan jiwa
kemandirian dan kreativitas dalam belajar sehingga siswa mampu membuat inovasi-inovasi
(Trianto, 2007: 133).
D. Praktikum
Menurut Hadi Margono (2000: 6) laboratorium adalah suatu tempat atau ruang yang
dilengkapi dengan peralatan tertentu untuk melakukan suatu percobaan atau penyelidikan.
Sedangkan menurut Nuryani Rustaman (1996: 163) laboratorium adalah suatu tempat di
mana penyelidikan dan percobaan di lakukan, dalam pengertian sempit laboratorium sering
diartikan sebagai ruang atau tempat yang berupa gedung yang dibatasi oleh dinding dan atap
yang di dalamnya terdapat sejumlah alat atau bahan praktikum.
Praktikum dapat dilakukan kepada siswa setelah guru memberikan arahan, aba-aba, petunjuk
untuk melaksanakan. Kegiatan ini berbentuk praktik dengan mempergunakan alat-alat
tertentu, dalam hal ini guru melatih keterampilan siswa dalam penggunaan alat-alat yang
telah diberikan kepadanya serta hasil dicapai mereka (Martinis Yamin, 2006: 148).
Menurut Nuryani Rustaman (1996: 160-161) ada empat alasan mengenai pentingnya
kegiatan praktikum IPA.
1. Praktikum membangkitkan motivasi belajar siswa. Belajar siswa di pengaruhi oleh
motivasi, siswa yang termotivasi untuk belajar akan bersungguh-sungguh dalam
mempelajari sesuatu.
2. Praktikum mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen. Untuk melakukan
eksperimen ini diperlukan beberapa keterampilan dasar seperti mengamati,
mengestimasi, mengukur dan memanipulasi peralatan Biologi.
3. Praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Para pakar pendidikan IPA
meyakini bahwa cara yang terbaik untuk belajar pendekatan ilmiah adalah dengan
menjadi siswa sebagai Scientis.
4. Praktikum menunjang materi pelajaran. Kegiatan praktikum memberi kesempatan bagi
siswa untuk menemukan teori dan membuktikan teori.
Kegiatan ilmiah mempunyai ciri yaitu melakukan penalaran disertai dengan pengujian secara
empirik. Penalaran merupakan kegiatan mental dalam mengembangkan pikiran terhadap
suatu fakta atau prinsip. Usaha mengembangkan pikiran tersebut terdapat dalam bentuk
menentukan hubungan sebab akibat atau korelasi, membuat suatu keputusan, melakukan
prediksi, menyusun kesimpulan dan lain-lain (Hadi Margono, 2000: 6).
E. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana (1999: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Syuaeb
Kurdi dan Abdul Aziz (2006: 27) hasil belajar merupakan perubahan perilaku baik
peningkatan pengetahuan, perbaikan sikap, maupun peningkatan keterampilan yang
dialami siswa setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran.
Gagne mengemukakan lima kategori tipe hasil belajar, yakni (a) verbal information, (b)
intelektual skill, (c) cognitive strategy, (d) attitude dan (e) motor skill. Sementara itu
Benyamin Bloom berpendapat bahwa tujuan pendidikan yang hendak kita capai
digolongkan atau dibedakan menjadi tiga bidang, yakni (a) bidang kognitif, (b) bidang
afektif dan (c) bidang psikomotor (Nana Sudjana, 2002: 45-46).
Menurut Benyamin Bloom (dalam Nana Sudjana, 1999: 22-31) klasifikasi hasil belajar di
bagi menjadi 3 ranah yaitu:
1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa
sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki
penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ranah ini terdiri dari lima aspek yakni
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.
3) Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan
bertindak. Ada enam aspek pada ranah ini yakni, gerakan refleks, keterampilan
gerakan dasar, kemampuan perseptual, keterampilan kompleks, gerakan ekspresif
dan interpretatif.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari
dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.
Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor
kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Hasil
belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi
oleh lingkungan. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa juga ada faktor lain,
seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan,
sosial ekonomi, faktor fisik, dan psikis (Sudjana, 2002: 39-40).
F. Konsep Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati menurut World Wide Fund for Nature(WWF) 1989, adalah
kekayaan hidup di bumi, mencakup jutaan tumbuhan, hewan, mikroorganisme, materi
genetika yang dikandungnya, dan ekosistem yang dibangunnya menjadi suatu lingkungan
hidup. Keanekaragaman itu dapat diketahui dari variasi bentuk, ukuran, jumlah, warna dan
sifat-sifat lain dari makhluk hidup. Keanekaragaman itu dapat terjadi dari perbedaan dan
persamaan ciri dan sifat dari makhluk hidup tersebut.
Di dalam keanekaragaman terdapat variasi diantara makhluk hidup. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi variasi adalah faktor keturunan dan faktor bawaan. Faktor keturunan
merupakan faktor yang disebabkan oleh alam, misalnya: faktor genetik, sedangkan faktor
bawaan merupakan faktor yang disebabkan karena ulah manusia, misalnya: mutasi gen dan
kawin silang.
Ada dua faktor penyebab terjadinya keanekaragaman yaitu faktor keturunan dan faktor
lingkungan. Faktor keturunan disebabkan oleh adanya gen yang akan memberikan dasar sifat
bawaan. Sifat bawaan ini diwariskan turun menurun dari induk kepada keturunannya. Sifat
bawaan kadang tidak muncul karena adanya lingkungan. Antara faktor bawaan dan faktor
lingkungan saling berinteraksi. Contoh: sebuah tanaman yang di tanam dalam pot setara stek
dengan media yang berbeda, maka secara genetik tanaman itu sama.
Secara garis besar, keanekaragaman hayati terbagi menjadi tiga tingkat, yaitu keanekaraman
gen, keanekaragaman jenis (spesies) dan keanekaragaman ekosistem.
1. Keanekaragaman gen
Gen merupakan substansi genetik yang terdapat dalam sel. Gen berfungsi untuk
mengatur dan mengendalikan sifat-sifat dari induk (parental)kapada keturunannya
(filial). Keanekaragaman gen tidak hanya terjadi pada makhluk hidup yang berbeda
jenisnya tetapi juga pada makhluk hidup yang sejenis. Perbedaan (variasi) gen
menyebabkan sifat yang tidak tampak disebut genotipe dan sifat yang tampak disebut
fenotipe. Variasi makhluk hidup dapat terjadi akibat perkawinan sehingga susunan gen
keturunannya berbeda di susunan gen induknya. Selain itu, variasi makhluk hidup dapat
pula terjadi karena interaksi gen dengan lingkungan.
Contoh : perbedaan pada mangga antara mangga manalagi dengan mangga arum manis.
2. Keanekargaman jenis (spesies)
Jenis (spesies) adalah kelompok individu yang mempunyai banyak persamaan sifat
(dikenal dari morfologi) dan mampu saling kawin antar sesamanya secara bebas yang
akan menghasilkan keturunan yang subur (fertil). Keanekaragaman spesies mencakup
jenis-jenis tumbuhan, hewan serta mikroorganisme yang ada dalam satu wilayah.
Keanekaragaman hayati antar jenis (spesies) mudah diamati karena perbedaan sifatnya
jelas.
Contoh : perbedaan dari suku familia gramineae (rumput-rumputan) dapat dijumpai padi,
jagung, gandum, alang-alang dan sebagainya.
3. Keanekaragaman ekositem
Keanekaragaman ekosistem menggambarkan jenis-jenis populasi organsime yang ada
dalam suatu wilayah tertentu dan interaksi diantara komponen biotik dan abiotik.
Interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungan fisiknya menimbulkan
keanekaragaman ekosistem. Keadaan/kondisi lingkungan beranekaragaman berdasarkan
pada ketinggian tempat dan garis lintang.
Contoh : macam ekosistem di Indonesia
a. Ekosistem padang rumput
Ekosistem ini didominasi oleh rumput yang dikelilingi oleh semak-semak. Pada
ekosistem ini terdapat berbagai jenis hewan karnivora dan herbivora.
b. Ekosistem pantai
Ekosistem ini didominasi oleh formasi pes ceprae dan formasi barringtonia yang
berbentuk pohon atau perdu. Pada ekosistem ini tedapat berbagai jenis serangga dan
burung pantai.
c. Ekosistem hutan berdaun jarum
Ekosistem hutan berdaun jarum didomonasi oleh pohon berdaun jarum dan terletak
di daerah pegunungan. Ciri ekosistem ini antara lain umumnya berada di daerah
beriklim sedang (subtropis) yang bersuhu dingin. Hewan di daerah ini antara lain
beruang.
d. Ekosistem lumut
Ekosistem lumut didominasi oleh tumbuhan lumut dan terletak di daerah
bertemperatur rendah, misalnya di puncak gunung dan di kutub. Hewan yang
terdapat di daerah tersebut adalah hewan yang berbulu tebal.
e. Ekosistem padang pasir
Ciri ekosistem ini antara lain didominasi tumbuhan kaktus, terdapat pada daerah
beriklim panas. Hewan yang ada antara lain reptilia, mamalia kecil dan burung.
f. Ekosistem hutan hujan tropis
Ekosistem ini terdapat di daerah tropis. Ekosistem ini berupa lautan belantara yang
paling banyak terdapat macam spesies sehingga merupakan ekosistem yang paling
mantap.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada semester genap yaitu selama 2
bulan, pada bulan Februari sampai April 2009. Adapun tempat yang akan dijadikan
penelitian adalah SMA Negeri 1 Leuwimunding yang berada di Kabupaten Majalengka.
B. Kondisi Umum Wilayah Penelitian
SMA Negeri 1 Leuwimunding terletak di jalan Raya Utara desa Leuwimunding kecamatan
Leuwimunding kabupaten Majalengka. Adapun lokasi SMA Negeri 1 Leuwimunding
berbatasan dengan lokasi-lokasi sebagai berikut:
a. Sebelah barat berbatasan dengan sawah
b. Sebelah timur berbatasan dengan jalan raya Leuwimunding
c. Sebelah selatan berbatasan dengan puskesmas Leuwimunding
d. Sebelah utara berbatasan dengan kapolsek Leuwimunding.
Lokasi SMA Negeri 1 Leuwimunding cukup strategis, karena dapat dijangkau oleh semua
warga desa Leuwimunding dan juga mudah dijangkau oleh warga sekitar desa
Leuwimunding, baik melalui jalan kaki ataupun melalui kendaraan sebab lokasi sekolah
tersebut yang dekat dengan jalan raya yang strategis.
C. Langkah-langkah Penelitian
1. Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang penulis kumpulkan berasal dari dua sumber yaitu
teoritik dan empirik.
a. Data Teoritik, yaitu sumber data yang berasal dari literatur yang berkaitan dengan
permasalahan yang sedang dikaji.
b. Data Empirik, yaitu sumber data yang berasal dari lokasi penelitian adalah SMA
Negeri 1 Leuwimunding Kabupaten Majalengka.
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 102) populasi adalah keseluruhan subyek
penelitian.
Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah keseluruhan siswa kelas X SMA
Negeri 1 Leuwimunding.
b. Sampel
Untuk menentukan jumlah sampel, penulis mengacu dari ketentuan yang
dikemukakan Suharsimi Arikunto (2006: 107) yaitu: “untuk sekedar ancer-ancer
maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi totalitas. Selanjutnya jika subyeknya
besar dapat diambil 10-15% atau 20-25% dan atau lebih, tergantung kemampuan
peneliti”.
Adapun untuk menentukan sampelnya penulis menggunakan cara purposive
sampling yaitu kelas X, yng berjumlah 40 orang.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan
terhadap obyek, baik secara langsung maupun tidak langsung (Moh. Ali, 1993:
9). Penulis melakukan observasi terhadap kegiatan praktikum.
b. Angket
Penulis menyebarkan sejumlah pertanyaan kepada sampel yang telah
ditentukan. Hal ini dilakukan untuk mengumpulkan data tentang tanggapan dan
respon siswa terhadap pembelajaran aktif dengan praktikum.
c. Tes tertulis
Teknik ini digunakan untuk mengukur kemampuan dan pencapaian peningkatan
hasil belajar siswa. Tes tertulis ini berupa pre test dan post test.
4. Prosedur Penelitian
Dari desain penelitian di atas, langkah pertama adalah studi pendahuluan. Di mana
studi pendahuluan ini dijadikan tahap awal permasalahan di sekolah terutama dalam
pembelajaran. Kemudian menyusun instrument, instrument yang digunakan terlebih
dahulu diuji di kelas yang berbeda (bukan kelas eksperimen), kemudian mengambil
sehingga instrument layak digunakan karena kevalidannya. Selanjutnya diberikan
kepada siswa untuk dijadikan instrument. Instrument yang digunakan dalam
penelitian ini berupa observasi, angket dan tes tertulis.
Setelah dilakukan pengambilan data langkah selanjutnya yaitu menganalisis data yang
telah diperoleh sehingga dapat mengetahui hasil dari penelitian tersebut, kemudian
dilakukan penyusunan laporan penelitian.
Bagan 2. Prosedur Penelitian
Studi Pendahuluan
Studi Teoritik
Studi Empirik
Penyusunan Instrumen
Uji coba instrumen
Pengambilan data
Menetapkan strategi pembelajaran
pembelajaran aktif dengan praktikum
Observasi
Test
Angket
Mengumpulkan Data
Analisis Data
Menyusun laporan penelitian
Menarik kesimpulan
5. Analisis Data
Dengan menganalisis data yang diperoleh melalui angket, observasi dan tes. Penulis
lakukan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, yaitu cara menghubungkan antara teori
dengan peristiwa yang terjadi di lokasi penelitian. Data yang diperoleh melalui angket
dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan rumus:
P = x 100% (Anas Sudjiono, 2003: 4)
Keterangan:
P : jumlah
f : frekuensi
N : jumlah responden
100% : bilangan tetap
Dari perhitungan di atas selanjutnya ditafsirkan dengan ketentuan menurut Suharsimi
Arikunto (2002: 245) adalah sebagai berikut:
80% - 100% : tinggi
60% - 80 % : cukup
40% - 60% : agak rendah
20% - 40% : rendah
05 - 20% : sangat rendah
Kemudian data di analisis menurut pendekatan kuantitatif. Adapun kriteria yang harus
diujikan terhadap instrumen penelitian sebelum diuji hipotesisnya sebagai berikut:
a. Uji Validitas
Untuk mengetahui validitas dari setiap item angket atau tes penelitian maka perlu adanya
uji validitas yang menggunakan rumus Korelasi Produk Momen (Suharsimi Arikunto, 2006:
170).
rxy =
Keterangan :
rxy : validitas soal
N : jumlah responden/sampel
: jumlah skor pertanyaan No. ke 1 dikalikan skor total
: jumlah skor pertanyaan No. 1
: jumlah skor total
Jika r hitung kecil dari r tabel maka soal tidak valid. Sebaliknya jika r hitung lebih
besar r tabel maka item soal dianggap valid.
Adapun r skala yang digunakan adalah:
- skala 4 untuk jawaban yang paling benar
- skala 3 untuk jawaban yang benar
- skala 2 untuk menjawab yang mendekati benar
- skala 1 untuk jawaban yang sama
Validitas instrumen dalam rumus Product Moment menggunakan bantuan program SPSS
versi 11.00.
b. Uji Reliabilitas
Setelah mengetahui kelayakanan setiap item soal maka diuji apakah data dari angket
ataupun soal tes tersebut dapat dipercaya atau tidak maka perlu adanya uji reliabilitas yaitu
menggunakan rumus alpha Cronbach (Suharsimi Arikunto, 2006: 196).
r11 =
Keterangan:
r11 : reliabilitas instrument
K : banyaknya butir pertanyaan
: jumlah varian butir
: varian total
Kriteria: apabila r mendekati angka 1 maka variabel yang digunakan stabil dan apabila r jauh
dari angka 1 maka variabel yang digunakan tidak stabil.
Klasifikasi reliabilitas soal (harga r) menurut Suharsimi Arikunto yaitu:
0,00 – 0,20 : sangat rendah
0,20 – 0,40 : rendah
0,40 – 0,60 : cukup
0,60 – 0,80 : tinggi
0,80 – 1,00 : sangat tinggi
Reliabilitas angket dapat di hitung dengan rumus diatas mengunakan program SPSS for
windows versi 11.00.
c. Analisis Butir Soal
Analisis butir soal dapat dilakukan dengan menghitung daya pembeda dan tingkat
kesukarannya.
Untuk menghitung daya pembeda digunakan rumus:
DP = x 100%
Keterangan:
DP = indeks daya pembeda satu butir tertentu
BA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas
BB = jumlah jawaban benar pada kelompok bawah
NA = jumlah siswa
TK = x 100%
Keterangan:
TK = indeks tingkat kesukaran satu butir soal tertentu
BA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas
BB = jumlah jawaban benar pada kelompok bawah
NA = jumlah siswa kelompok atas
NB = jumlah siswa kelompok bawah
Kaedah analisis butir soal:
Untuk daya pembeda:
Negatif – 9% = sangat buruk, harus dibuang
10% - 19% = buruk, sebaiknya dibuang
20 – 25% = angka baik, kemungkinan untuk di revisi
30 – 49% = baik
50% ke atas = sangat baik
Untuk tingkat kesukaran:
0% - 15% = sangat sukar, sebaiknya dibuang
16% - 30% = sukar
31% -70% = sedang
71% - 85% = mudah
86% - 100% = sangat mudah, sebaiknya dibuang
d. Uji Asumsi
Uji asumsi meliputi:
1. Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menentukan apakah data tersebut tergolong parametris
atau non parametris.
2. Uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk menentukan apakah data tersebut berasal dari populasi
dengan varian yang sama atau tidak
Untuk uji normalitas dan homogenitas penulis menggunakan program SPSS for
Windows versi 12.00.
e. Uji Hipotesis