Upload
ngomien
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
JURNAL PENELITIAN
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DALAM MATA
PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENGGUNAAN
MEDIA GAMBAR BAGI SISWA KELAS V SEMESTER II
SLB/C YPALB KARANGANYAR TAHUN
PELAJARAN 2008/2009
SKRIPSI
Oleh :
NURUL HAYATI
NIM: X.5107573
PROGRAM PENDIDIKAN LUAR BIASA
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2009
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENGGUNAAN
MEDIA GAMBAR BAGI SISWA KELAS V SEMESTER II SLB/C YPALB KARANGANYAR TAHUN
PELAJARAN 2008/2009
O leh: Nurul Hayati
ABSTRAK
Nurul Hayati. ”Upaya Meningkatkan Kem ampuan Mem baca Dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Penggunaan Media Gam bar Bagi Siswa Kelas V Semester II SLB/C YPALB Karanganyar Tahun Pelajaran 2008/2009”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Oktober 2009.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan media gambar bagi siswa kelas V SLB/C YPALB Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V semester II SLB/C YPALB Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009 yang berjumlah 5 siswa. Teknik analisis data digunakan analisis perbandingan, artinya peristiwa/kejadian yang timbul dibandingkan kemudian dideskripsikan ke dalam suatu bentuk data penilaian yang berupa nilai. Dari prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan guru dan reaksi serta hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil pengolahan data dari perbaikan pembelajaran membaca pada siswa kelas V SLB/C YPALB Karanganyar melalui media gambar yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan bahwa media gambar dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas V SLB/C YPALB Karanganyar semester II tahun pelajaran 2008/2009. Berdasarkan data awal nilai membaca diketahui rerata nilai membaca sebesar 47,00. Ketuntasan secara klasikal telah mencapai 60,00%. Pada siklus II, rerata nilai membaca sebesar 65,60. Ketuntasan secara klasikal telah mencapai 100%.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca dapat ditingkatkan melalui media gambar pada siswa tuna grahita kelas V SLB-C YPALB Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009. _________________
Kata Kunci: Kemampuan Membaca, Media Gambar, Siswa Tuna Grahita.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum pada Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 telah diatur pada pasal 31 ayat 2 menyebutkan bahwa
“Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran
nasional, yang diatur dengan Undang-Undang.” Pernyataan tersebut sesuai dengan
isi yang dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS).
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara akt if mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat , bangsa, dan negara. (Sisdiknas, 2003: 3)
Menurut pandangan umum sekolah merupakan lembaga pendidikan yang
dapat mengubah tingkah laku siswa menjadi lebih baik dan lebih terarah, baik di
lingkungan sekolah dan luar sekolah. Menurut Wahjosumidjo (2003:vii) “sekolah
sebagai sistem terbuka, sebagai sistem sosial, dan sekolah sebagai agen perubahan,
bukan hanya harus peka penyesuaian diri, melainkan seharusnya pula dapat
mengant isipasikan perkembangan-perkembangan yang akan terjadi dalam kurun
waktu tertentu.”
Setiap satuan pendidikan jalur pendidikan di sekolah harus menyediakan
sarana belajar yang sesuai kurikulum sekolah. Kurikulum sekolah disusun untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap
pengembangan siswa dan kesesuaian dengan lingkungan, kebutuhan pendidikan
nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai
dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan.
Isi kurikulum merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk
mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam
rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional. Isi kurikulum pendidikan
dasar memuat sekurang-kurangnya bahan kajian dan pelajaran tentang: pendidikan
1
2
agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia, membaca dan menulis,
matematika (termasuk menghitung), pengantar sains dan teknologi, ilmu bumi,
sejarah nasional dan sejarah umum, kerajinan tangan dan kesenian, pendidikan
jasmani dan kesehatan, menggambar, serta bahasa Inggris.
Kemampuan membaca merupakan modal dasar bagi siswa dalam
pembelajaran di sekolah, karena dengan membaca siswa dapat memberikan makna
terhadap tulisan. Menurut Dechant yang dikutip Darmiyati Zuhdi (2007:21),
”membaca adalah proses pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud
penulis”. Lebih lanjut Smith mendefinisikan ”membaca sebagai proses komunikasi
yang berupa pemerolehan informasi dari penulis oleh pembaca” (Darmiyati Zuhdi
(2007:21).
Kemampuan membaca dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor
yang ada dalam diri pembaca meliputi kemampuan linguistik (kebahasaan), minat ,
motivasi, dan kumpulan membaca (seberapa baik pembaca dapat membaca),
sedangkan faktor dari luar diri pembaca salah satunya adalah faktor kesiapan guru
dalam pembelajaran (Darmiyati Zuhdi (2007:23-24). Kemampuan membaca bagi
siswa SLB khususnya di SLB/C dimungkinkan dapat berhasil dengan baik dan
maksimal bila didukung oleh penerapan media pembelajaran dari guru yang
merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar membaca dari luar
diri siswa.
Kemampuan membaca merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar bahasa Indonesia. Muara akhir dari membaca bacaan adalah
kemampuan memahami ide, kemampuan menangkap makna yang terdapat dalam
tulisan atau bacaan baik makna lugas maupun makna kias, baik makna parsial
maupun makna utuh. Hal ini berart i proses membaca baik yang dilakukan dalam
hati (tak bersuara) maupun yang dilafalkan (disuarakan) bertujuan untuk
memahami bacaan.
Proses membaca merupakan hal yang tidak mudah. Proses membaca bagi
anak tuna grahita dalam prakt iknya melibatkan proses kognitif yang meliputi
kemampuan mengingat, berpikir dan bernalar. Kemampuan kognitif dimaksudkan
adalah kemampuan menemukan dan memahami informasi yang tertuang dalam
3
bacaan secara tepat dan kritis. Seseorang dikatakan memahami bacaan jika ia dapat
menjawab dengan tepat pertanyaan yang berkaitan dengan bacaan yang bersifat
tersurat (jawabannya secara pasti ada di dalam bacaan) maupun tersirat
(jawabannya tidak terdapat secara jelas di dalam teks bacaan).
Dengan memahami kebutuhan para siswa tuna grahita, maka guru
diharapkan dapat memanfaatkan media pembelajaran yang tepat bagi siswa tuna
grahita yang memiliki keterbatasan dibanding anak normal karena anak tuna
grahita memiliki intelektual rendah dengan ciri-ciri: (1) keterhambatan fungsi
kecerdasan secara umum atau di bawah rata-rata, (2) ketidakmampuan dalam
perilaku adaptif, dan (3) terjadi selama perkembangan sampai usia 18 tahun (Salim
Choiri dan Munawir Yusuf, 2008:56). Hal yang perlu dicatat adalah membantu
siswa untuk meneliti kebutuhan mana yang secara spesifik menimbulkan masalah,
sehingga dengan bantuan media pembelajaran yang tepat , siswa dapat berusaha
meningkatkan kreativitas sehingga kemampuan membaca dapat ditingkatkan sesuai
dengan kondisi anak, sebagaimana yang dikemukakan (Salim Choiri dan Munawir
Yusuf, 2008:56) bahwa anak tuna grahita memiliki ciri-ciri fisik dan penampilan
perkembangan bicara/bahasa terlambat.
Gambaran selintas, guru-guru di SLB/C dalam praktiknya mereka hampir
seluruhnya menerapkan metode pembelajaran yang menggunakan ceramah,
sehingga masih memerlukan pembenahan. Upaya pembenahan tersebut akan sangat
bermanfaat bagi siswa, guru bahkan pihak sekolah. Pembenahan yang harus
dilakukan tidak saja berkaitan dengan media pembelajaran namun juga pada aspek
media pembelajarannya yang digunakan.
Secara terbuka harus diakui bahwa kondisi media pembelajaran di SLB/C
YPALB Karanganyar masih dirasa sangat minim, sehingga dalam proses
pembelajarannya kebanyakan guru masih menggunakan metode ceramah.
Pemilihan metode ceramah masih dianggap paling efekt if untuk segala suasana
oleh sebagian besar guru. Akibat dari model pembelajaran seperti itu, akt ivitas
siswa masih pasif.
Melihat kondisi sepert i itu, peneliti mencoba untuk melakukan penelitian
tindakan kelas pada siswa kelas V. Penelitian tindakan kelas yang dirancang lebih
4
menekankan pemahaman siswa melalui gambar. Gambar merupakan salah satu
media pembelajaran yang amat dikenal di dalam setiap kegiatan pembelajaran. Hal
itu disebabkan kesederhaannnya, tanpa memerlukan perlengkapan, dan tidak perlu
diproyeksikan untuk mengamatinya. Melalui gambar dapat ditunjukkan sesuatu
yang jauh dari jangkauan pengalaman siswa, selain itu juga dapat memberikan
gambaran tentang maksud bacaan yang ada di dalamnya. Melalui gambar, guru
dapat menerjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk yang lebih konkrit untuk siswa
SLB tuna rungu grahita (C). Menurut Gerlach & Ely (dalam Sri Anitah, 2004:22)
mengatakan bahwa “gambar tidak hanya bernilai seribu bahasa, tetapi juga seribu
tahun atau seribu mil.”
Dalam realitas proses pembelajaran, guru merupakan faktor penentu, karena
guru yang mampu mengerahkan dan mendayagunakan fasilitas pembelajaran yang
tersedia. Dengan melihat gejala dan berbagai pemikiran di atas, penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul: UPAYA
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DALAM MATA PELAJARAN
BAHASA INDONESIA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BAGI
SISWA KELAS V SEMESTER II SLB/C YPALB KARANGANYAR TAHUN
PELAJARAN 2008/2009.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas permasalahan yang ada dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Kemampuan membaca merupakan modal dasar anak prasekolah atau bagi siswa
dalam pembelajaran di sekolah, namun dirasa kemampuan siswa dalam
membaca masih rendah.
2. Proses membaca merupakan hal yang tidak mudah, karena berkaitan dengan
proses kognitif yang meliputi kemampuan mengingat, berpikir dan bernalar,
karenanya membaca bagi anak tuna grahita bukan merupakan sesuatu yang
mudah.
5
3. Gambaran selintas, guru-guru di SLB/C dalam praktiknya hampir seluruhnya
menerapkan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah, karena itu
bagi anak tuna grahita akan m empersulit untuk menyerap m ateri pelajaran.
C . Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini mempunyai arah yang jelas dan mudah dilaksanakan,
maka permasalahan perlu dibatasi sebagai berikut:
1. Subyek penelitian:
Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa Kelas V
SLB/C YPALB Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009 yang berjumlah 5
siswa.
2. Obyek penelitian:
Yang menjadi obyek penelitian dalam penelitian ini adalah media gambar dan
kemampuan membaca dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah sepert i telah diuraikan
di depan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah media
gambar dapat meningkatkan kemampuan membaca dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia siswa kelas V SLB/C YPALB Karanganyar Tahun Pelajaran
2008/2009?.”
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan
kemampuan membaca dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan media
gambar bagi siswa kelas V SLB/C YPALB Karanganyar tahun pelajaran
2008/2009.
6
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Untuk membuktikan kebenaran hipotesis tindakan yang telah diajukan dalam
penelitian ini dan pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai sumbangan pemikiran terhadap dunia pendidikan untuk
meningkatkan kemampuan membaca dalam pelajaran bahasa Indonesia bagi
anak tuna grahita, sehingga prestasi belajar bahasa Indonesia dapat
ditingkatkan.
b. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam menerapkan media pembelajaran
untuk meningkatkan kemampuan membaca dalam pelajaran bahasa
Indonesia.
c. Sebagai kreativitas guru dalam melaksanakan inovasi pembelajaran dengan
melaksanakan tindakan kelas.
7
BAB II
KAJIAN TEO RI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Kajian Teori
1. Kemampuan Membaca
a. Pengert ian Kemampuan Membaca
Istilah kemampuan memiliki banyak makna, menurut Poerwadarminta
(2001:628), kemampuan mempunyai arti kesanggupan, kecakapan, kekuatan
dalam melakukan suatu tindakan atau kegiatan. Pendapat lain dikemukakan oleh
Jhonson yang dikutip Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan (2002:8)
menjelaskan bahwa “kemampuan merupakan perilaku rasional untuk mencapai
tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.”
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan
adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan dalam melakukan suatu tindakan atau
kegiatan untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang
diharapkan (rasional).
Menurut Dechant yang dikutip Darmiyat i Zuhdi (2007:21), ”membaca
adalah proses pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud
penulis”. Lebih lanjut Smith mendefinisikan ”membaca sebagai proses
komunikasi yang berupa pemperolehan informasi dari penulis oleh pembaca”
(Darmiyati Zuhdi, 2007:21). Menutur Farida Rahim (2007:2), “membaca adalah
proses menerjemahkan simbol tulisan (huruf) ke dalam kata-kata lisan”.
Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah
proses kom unikasi menerjemahkan simbol tulisan (huruf) dalam pemberian
makna terhadap tulisan untuk memperoleh informasi, sesuai dengan maksud
penulis ke dalam kata-kata lisan.
Berdasarkan pengertian kemampuan dan membaca tersebut di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa kemampuan membaca adalah kesanggupan,
kecakapan, kekuatan dalam menerjemahkan simbol tulisan (huruf) dalam
pemberian makna terhadap tulisan untuk memperoleh informasi, sesuai dengan
maksud penulis ke dalam kata-kata lisan.
7
8
b. Manfaat Membaca
Menurut Farida Rahim (2007:1), “masyarakat yang gemar membaca
memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningaktkan
kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada
masa-masa mendatang.” Adapun manfaat membaca adalah: (1) dapat
menemukan sejumlah informasi dan pengetahuan yang sangat berguna dalam
kehidupan; (2) dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
mutakhir di dunia; (3) dapat mengayakan batin, meluaskan cakrawala
kehidupan; (4) isi yang terkandung dalam teks yang dibacanya dapat segera
dikethaui; (5) membaca intensif dapat menghemat energi, karena tidak
terpancang pada suatu situasi, tempat dan waktu karena tidak menggangu orang
di sekelilingnya.
Kemampuan membaca merupakan tuntutan realitas kehidupan sehari-hari
baik bagi guru maupun siswa. Beribu judul buku dan berjuta koran diterbitkan
setiap hari. Ledakan informasi ini menimbulkan tekanan pada guru untuk
menyiapkan bacaan yang memuat informasi yang relevan untuk siswa-siswanya.
Walupun tidak semua informasi perlu dibaca, tetapi jenis-jenis bacaan tertentu
yang sesuai dengan kebutuhan dan kepent ingan guru dan siswa tentu perlu
dibaca.
Keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan oleh kemampuan dan
kesempatannya dalam membaca, karena membaca merupakan kunci seseorang
meraih berbagai ilmu pengetahuan, teknologi dan wawasan kebudayaan yang
ada di dunia.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa membaca memiliki
banyak manfaat, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Dengan
membaca kita akan memiliki banyak pengetahuan dan dapat menularkan ilmu
yang telah kita peroleh kepada orang lain.
c. Tujuan Membaca
Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena siswa yang membaca
dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan siswa
9
yang tidak mempunyai tujuan. Menurut Burn yang dikutip Farida Rahim
(2007:11), tujuan membaca mencakup:
1) kesenangan; 2) menyempurnakan m embaca nyaring; 3) menggunakan strategi tertentu; 4) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik; 5) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya; 6) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis; 7) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi; 8) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang
diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks;
9) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik;
Membaca semakin penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin
kompleks. Setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca. Misalkan
pengusaha katering tidak perlu harus pergi ke pasar untuk mengetahui harga
bahan-bahan yang akan dibutuhkan. Dia cukup membaca surat kabar untuk
mendapatkan informasi tersebut. Kemudian, dia bisa merencanakan apa saja
yang harus dibelinya.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Membaca
Tujuan membaca, tentu saja berkaitan erat dengan motivasi dalam
membaca dan minat terhadap materi bacaan. Jika motivasi dan minat sangat
rendah atau bahkan sama sekali tidak ada, menetapkan tujuan yang jelas sering
kali tidak menciptakan motivasi dan meningaktkan minat baca, walaupun
sedikit, kehadirannya sangat berart i.
Kemampuan membaca dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor
yang ada dalam diri pembaca meliputi kemampuan linguistik (kebahasaan),
minat, motivasi, dan kumpulan membaca (seberapa baik pembaca dapat
membaca), sedangkan faktor dari luar diri pembaca salah satunya adalah faktor
kesiapan guru dalam pembelajaran (Darmiyati Zuhdi (2007:23-24).”
Ketepatan guru dalam mendiagnosis hal-hal yang diduga sebagai faktor
yang mempengaruhi kemampuan siswa seperti yang penulis uraikan tersebut di
atas dapat menjadi petunjuk bagi guru bahasa Indonesia menangani
permasalahan dalam pengajaran membaca. Pembaca yang efekt if menggunakan
10
berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka
mengkonstruk makna ketika membaca.
Mengenai berbagai faktor penentuan kemampuan membaca, menurut
Yap yang dikutip Darmiyati Zuhdi (2007:25), bahwa kemampuan membaca
seseorang sangat ditentukan oleh faktor kuant itas membacanya, maksudnya
adalah kemampuan membaca seseorang itu sangat dipengaruhi oleh jumlah
waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas membaca. Semakin bayak
waktu membaca setiap hari, besar kemungkinan semakin tinggi tingkat
komprehensinya atau semakin mudah memahami bacaan.
e. Strategi Membaca
Dalam usaha memperoleh pemahaman terhadap bahan bacaan, pembaca
menggunakan stretegi tertentu. Pemilihan strategi berkaitan erat dengan faktor-
faktor yang terlibat dalam pemahaman, yaitu teks dan konteks.
Pada dasarnya, strategi membaca menggambarkan bagaimana pembaca
memproses bacaan sehingga dia memperoleh pemahaman terhadap bacaan
tersebut. Menurut Klein yang dikutip Farida Rahim (2007:36) mengategorikan
model-model strategi membaca ke dalam tiga jenis, yaitu bawah-atas (bottom -
up), atas-bawah (top-down), dan model membaca campuran (eclectic).
Dari ket iga jenis strategi membaca tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut
1) Strategi Bawah-Atas (Bottom-Up)
Dalam strategi batas-atas pembaca memulai proses pemahaman teks
dari tataran kebahasaan yang paling rendah menuju ke yang tinggi. Pembaca
model ini mulai dari mengidentifikasi huruf-huruf, kata, frasa, kalimat dan
terus bergerak ke tataran yang lebih tinggi, sampai akhirnya dia memahami
isi teks. Pemahaman ini dibangun berdasarkan data visual yang berasal dari
teks melalui tahapan yang lebih rendah ke tahapan yang lebih tinggi.
2) Strategi Atas-Bawah (Up-Buttom)
Dalam strategi atas-bawah merupakan kebalikan dari strategi bawah-
atas. Pada strategi atas-bawah, pembaca memulai proses pemahaman teks
dari tataran yang lebih tinggi. Dalam hal ini, pembaca mulai dengan prediksi,
11
kemudian mencari input untuk mendapatkan informasi yang cocok dalam
teks.
3) Campuran (Electic)
Dalam strategi pemahaman bacaan tidak harus memakai salah satu
strategi saja, siswa dapat mengambil dan memilih yang terbaik dari semua
strategi yang ada, termasuk pandangan-pandangan teori dan model
pengajaran membaca. Begitu juga model bawah-atas dan atas-bawah bisa
digunakan dalam waktu bersamaan jika diperlukan.
Dari kajian teori tentang kemampuan membaca di atas, dalam
penelitian ini indikator aspek kemampuan membaca yang dijadikan alat ukur
meliputi: kemampuan siswa dalam mengucapkan kata-kata dan memahami
makna kata dalam bacaan.
f. Evaluasi Kemampuan Membaca
Untuk mengungkapkan dan mengukur hasil belajar bahasa Indonesia
harus dilakukan evaluasi. Adapun yang dimaksud dengan evaluasi menurut
Moore yang dikutip Farida Rahim (2007:137) adalah suatu proses pengumpulan,
menganalisis data, mempertimbangkan dan membuat keputusan tentang hasil
belajar siswa. Sedangkan pengertian evaluasi menurut Winkel (2001:313)
sebagai berikut:
Evaluasi berarti penentuan sampai seberapa jauh sesuatu berharga, bermutu atau bernilai. Evaluasi terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan terhadap proses belajar mengajar mengandung penilaian terhadap hasil belajar atau proses belajar itu, sampai seberapa jauh keduanya dapat dinilai baik.
Menurut Anastasi yang dikutip Saifuddin Azwar (2001: 2) “evaluasi
berarti penilaian atau pengukuran yang objektif dan standar terhadap sampel
perilaku.”
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi belajar
bahasa Indonesia merupakan penilaian yang standar terhadap tingkat
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam
pelajaran bahasa Indonesia pada kurun waktu tertentu dalam bentuk nilai
(angka).
12
2. Media Pembelajaran
a. Pengert ian Media Pembelajaran
Menurut Oemar Hamalik (1994:12) “media pembelajaran adalah m etode
dan teknik yang digunakan untuk mengefektifkan komunikasi dan interaksi
antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran.”
Menurut Association for Educational Comm unications Technology
(AECT) di Amerika yang dikutip oleh Azhar Arsyad (2002:3) media pendidikan
ialah segala bentuk saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan
pesan/informasi. Sementara itu Gagne yang dikutip Arief S. Sadiman, dkk.
(2003:6): “media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang
dapat merangsangnya untuk belajar.”
Dari ketiga pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan, media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dari guru ke siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses
pembelajaran terjadi dan berlangsung lebih efisien.
Dalam penelitian ini diharapkan media pembelajaran yang digunakan
dalam mengajar siswa dapat efekt if artinya media tersebut akan lebih tepat guna
dan bermanfaat sesuai yang diharapkan dibandingkan dengan mengajar tanpa
menggunakan media.
b. Fungsi Media Pembelajaran
Arief S. Sadiman dkk (2003:16-17) mengemukakan bahwa secara umum
media pendidikan mempunyai kegunaan sebagai berikut:
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra seperti misalnya: a) Obyek terlalu besar – bisa digantikan dengan realitas gambar, film
bingkai, film dan m odel. b) Obyek yang kecil – dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai,
film dan gambar. c) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu high
speed photography atau low speed photography.
13
3) Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik dalam hal ini media berguna untuk: a) Menimbulkan kegairahan belajar. b) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik
dengan lingkungan. c) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut
kemampuan dan minatnya. d) Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan
lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum, dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana latar belakang guru dan siswa sangat berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan.
Dari uraian tersebut di atas media dapat membantu untuk mengatasi
berbagai macam hambatan diantaranya mengurangi sifat verbalisme, mengatasi
keterbatasan ruang, waktu dan tipe belajar murid karena kelemahan di salah satu
indra, mengatasi sifat anak pasif menjadi aktif, membantu mengatasi kesulitan
guru dalam memberikan pelayanan belajar kepada murid memperingan beban
guru, dan mempermudah belajar murid atau siswa.
c. Macam-macam Media Pembelajaran
Media pembelajaran banyak macamnya. Masing-masing ahli media
mengelompokkan jenis media sesuai dengan sudut pandangnya dan latar
belakangnya sendiri:
Nana Sudjana, Ahmad Rivai (2000:7) mengklasifikasikan media sebagai
berikut: “Beberapa jenis media yang biasa digunakan dalam kegiatan
pendidikan dan pengajaran, dapat digolongkan menjadi media gambar atau
grafis, media fotografis, media tiga dimensi, media proyeksi, media audio dan
lingkungan sebagai media pengajaran.”
Dari uraian dan klasifikasi di atas dapat penulis kelompokkan menjadi
beberapa jenis kelompok media yaitu:
1) Media gambar/grafis.
2) Media fotografis.
3) Media tiga dimensi.
4) Media proyeksi.
14
5) Media audio.
6) Media lingkungan.
Arief Sadiman S., dkk. (2003:10) mengutip dari pendapat Rudi Bretz
sebagai berikut:
Bertz mengidentifikasi ciri utama dari media menjadi tiga unsur pokok yaitu suara, visual dan gerak. Visual sendiri dibedakan menjadi tiga yaitu gambar, grafis (line graphic) dan simbol yang merupakan kontinuum dari bentuk yang dapat ditangkap dengan indra penglihatan. Di samping itu Bertz juga membedakan media sinar (telecomunication) dan media rekam (recording) sehingga terdapat delapan (8) klasifikasi media 1) media audio visual gerak 2) media audio visual diam 3) media audio visual semi 4) media visual gerak 5) media visual diam 6) media visual semi gerak 7) media audio 8) media cetak.
Melihat uraian di atas pada dasarnya media dipandang dari ciri-cirinya
ada tiga jenis yaitu suara, visual dan gerak.
3. Media Gambar
a. Pengert ian Media Gambar
Menurut Sri Anitah (2004:22), “media gambar (gambar mati) merupakan
gambar yang dibuat pada kertas karton atau sejenisnya yang tak tembus
cahaya.” Gambar merupakan salah satu media pembelajaran yang amat dikenal
di dalam setiap kegiatan pembelajaran. Hal itu disebabkan kesederhaannnya,
tanpa memerlukan perlengkapan, dan tidak perlu diproyeksikan untuk
mengamatinya. Melalui gambar dapat ditunjukkan sesuatu yang jauh dari
jangkauan pengalaman siswa, selain itu juga dapat memberikan gambaran
tentang peristiwa yang telah berlalu maupun gambaran masa yang akan datang.
Melalui gambar, guru dapat menerjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk yang
lebih konkrit untuk siswa SLB tuna rungu wicara (B). Gerlach & Ely yang
dikutip Sri Anitah (2004: 22) mengatakan bahwa “gambar tidak hanya bernilai
seribu bahasa, tetapi juga seribu tahun atau seribu mil.”
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media gambar adalah
media gambar (gambar mati) dibuat pada kertas karton atau sejenisnya yang tak
tembus cahaya.
15
b. Manfaat Media Gambar
Gambar adalah salah satu media pembelajaran yang amat dikenal di
dalam setiap kegiatan pembelajaran, karena media gambar memberikan manfaat
dalam pembelajaran. Menurut Azhar Arsyad (2002:43), media gambar
memberikan m anfaat sebagai berikut:
1) Menimbulkan daya tarik pada anak. Gambar dengan berbagai warna akan lebih menarik dan membangkitkan minat dan perhatian anak.
2) Mempermudah pengertian anak. Suatu penjelasan yang abstrak akan lebih mudah dipahami bila dibantu gambar.
3) Memperjelas bagian-bagian yang penting. 4) Menyingkat suatu uraian.
Penemuan-penemuan dari penelitian mengenai nilai-guna gambar diam
tersebut, menurut Brown yang dikutip Sri Anitah (2004: 31) mempunyai
sejumlah implikasi bagi pengajaran, yaitu:
1) Bahwa penggunaan gambar dapat merangsang minat atau perhatian anak.
2) Gambar-gambar yang dipilih dan diadaptasi secara tepat , membantu anak memahami dan mengingat isi informasi bahan-bahan verbal yang menyertainya.
3) Gambar-gambar dengan garis sederhana seringkali dapat lebih efekt if sebagai penyampaian informasi ketimbang gambar dengan bayangan, ataupun gambar forografi yang sebenarnya. Gambar-gambar realisme yang lengkap yang membanjiri penonton dengan informasi visual yang terlalu banyak, ternyata kurang baik sebagai perangsang belajar dibandingkan gambar atau potret yang sederhana saja.
4) Warna pada gambar diam biasanya menimbulkan masalah. Sekalipun gambar berwarna lebih memikat perhatian anak daripada yang hitam putih, namun tak selalu gambar berwarna merupakan pilihan terbaik untuk mengajar atau belajar. Suatu studi menyarankan agar penggunaan warna haruslah realistik dan bukan sekedar demi memakai warna saja. Kalau pada suatu gambar hitam putih ditambahkan hanya satu warna, maka mungkin akan mengurangi nilai pengajarannya. Pengajaran menyangkut konsep warna, maka gambar-gambar dengan warna yang realistik memang lebih disukai.
5) Kalau bermaksud mengajar konsep yang menyangkut soal gerak, sebuah gambar diam (termasuk film rangkai) mungkin akan kurang efekt if dibanding dengan sepotong film bergerak yang menunjukkan gaya (action) yang sama. Dalam hal ini, suatu urutan gambar diam, sepert i yang dibuat dengan kamera foto 35 mm dapat mengurangi telalu banyaknya informasi yang ditampilkan oleh suatu film bergerak.
6) Isyarat yang bersifat non-verbal atau simbol-simbol seperti tanda panah, ataupun tanda-tanda lainnya pada gambar diam dapat memperjelas atau mungkin pula mengubah–pesan yang sebenarnya dimaksudkan untuk dikomunikasikan.
16
c. Prinsip-Prinsip Penggunaan Media Gambar
Menggunakan gambar untuk tujuan-tujuan pelajaran yang spesifik, yaitu
dengan cara memilih gambar tertentu yang akan mendukung penjelasan inti
pelajaran atau pokok-pokok pelajaran. Tujuan khusus itulah yang mengarahkan
minat siswa kepada pokok-pokok terpenting dalam pelajaran.
Memadukan gambar-gambar kepada pelajaran, sebab keefektifan
pemakaian gambar di dalam proses belajar mengajar memerlukan keterpaduan.
Menggunakan gambar-gambar itu sedikit saja, daripada menggunakan
banyak gambar tetapi tidak efektif. Guru hendaknya berhemat dalam
mempergunakan gambar yaitu gambar yang mengandung makna. Jumlah
gambar yang sedikit tetapi selektif, lebih baik daripada dua kali
mempertunjukkan gambar-gambar yang serabutan tanpa pilih-pilih. Jadi yang
terpenting adalah pemusatan perhatian pada gagasan utama.
Mengurangi kata-kata pada gambar, sebab gambar justru sangat penting
dalam mengembangkan kata-kata atau cerita atau gagasan baru. Guru yang baik
akan menyadari bahwa dengan mengurangi deskripsi verbal kepada gambar-
gambar yang dipertunjukkannya akan dirasakan manfaatnya terutama bagi para
siswa pemula belajar membaca.
Mendorong pernyataan yang kreatif, melalui gambar-gambar para siswa
akan didorong untuk mengembangkan keterampilan berbahasa lisan dan tulisan.
Mengevaluasi kemajuan kelas, dapat juga dengan memanfaatkan
gambar-gambar baik secara umum maupun secara khusus. Jadi guru bisa
mempergunakan gambar datar, slides atau transparan untuk melakukan evaluasi
hasil belajar siswa. Pemakaian instrumen tes secara bervariasi akan sangat baik
dilakukan guru, dalam upaya memperoleh hasil tes yang komprehensif serta
menyeluruh.
4. Siswa Tuna Grahita (C)
a. Pengert ian Siswa Tuna Grahita
Ada beberapa istilah mengenai anak tuna grahita, yaitu terbelakang
mental, tuna mental, lemah otak, lemah fikiran, dan m entaly retarded. Dalam
penulisan menggunakan istilah tuna grahita. Siswa tuna grahita adalah mereka
17
yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan kecerdasan atau
kemampuanya berada di bawah rata-rata dari ukuran normal, sehingga
membutuhkan pelayanan pendidikan khusus. Yusak S. (1998: 66) mengemuka-
kan bahwa:
Rertardasi mental adalah keadaan yang menahun dimulai sejak lahir atau masa kanak-kanak dengan ciri khas perkembangan mentalnya
menunjukkan keterlambatan, sehingga kemampuan belajarnya sangat terganggu dan tak dapat menyesuaikan dirinya dengan norma-norma masyarakat.
Moh. Amin (2006: 1) yang menguraikan istilah anak ter-belakang
sebagai berikut:
Sesuai dengan art i anak terbelakang atau terbelakang mental memang mengalami keterbelakangan dalam perkembangan kecerdasan. Kalau anak normal umur 10 tahun mencapai kecerdasan sesuai dengan umurnya, maka anak terbelakang hanya mencapai kecerdasan yang sama dengan anak yang lebih muda umurnya.
Dari pengertian-pengertian sepert i yang dikemukakan di atas, maka
dapat lah disimpulkan bahwa yang dimaksud anak tuna grahita adalah mereka
yang jelas-jelas mengalami keterlambatan dalam perkembangan kecerdasan,
sehingga untuk mengembangkan potensinya secara opt imal diperlukan
pelayanan pendidikan secara khusus. Karena kelainannya itu maka mereka
mengalami kesulitan dalam belajarnya dimana mereka terlihat sering
ketinggalan dari teman-temannya yang normal.
b. Ciri-Ciri Kejiwaan Siswa Tuna Grahita
Moh. Amin (2006: 34) menguraikan ciri-ciri anak tuna grahita sebagai
berikut:
Kapasitas belajarnya amat terbatas dalam pergaulan mereka tidak dapat mengurus, mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian, perkembangan dan dorongan emosi anak tuna grahita berbeda-beda sesuai dengan tingkat ketunagrahitaan masing-masing, struktur maupun fungsi organisme pada umumnya kurang dari anak normal.
Pendapat lain dikemukakan oleh Munzayanah (2000: 24) bahwa:
Karakteristik yang nampak serta banyak terjadi pada siswa penyandang tuna grahita adalah: rasa merusak sebagai dasar perkembangan,
18
mengalami gangguan dalam sosialisasi, iri hati kodrati yang merupakan dasar rasa keadilan, bergaul mencampurkan diri dengan orang lain, sikap yang ingin memisahkan diri atau menarik diri, penyesuaian diri yang kaku dan labil.
Siswa tuna grahita memiliki keterbatasan dibanding anak normal, karena
anak tuna grahita memiliki intelektual rendah dengan ciri-ciri: (1)
keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum atau di bawah rata-rata, (2)
ketidakm ampuan dalam perilaku adaptif, dan (3) terjadi selama perkembangan
sampai usia 18 tahun (Salim Choiri dan Munawir Yusuf, 2008:56). Lebih lanjut
disebutkan bahwa anak tuna grahita memiliki ciri-ciri fisik dan penampilan
perkembangan bicara/bahasa terlambat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri anak tuna grahita
adalah: kapasitas belajarnya amat terbatas dalam pergaulan mereka tidak dapat
mengurus, mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian, mengalami
kesukaran berfikir abstrak, mereka berbicara lancar, mereka masih dapat
mengikuti pelajaran akademik di sekolah biasa ataupun khusus, mengalami
gangguan dalam sosialisasi, iri hati kodrati yang merupakan dasar rasa keadilan,
bergaul mencampurkan diri dengan orang lain, sikap yang ingin memisahkan
diri atau menarik diri, penyesuaian diri yang kaku dan labil, pada umur 16 tahun
baru mencapai umur kecerdasan yang sama dengan anak umur 12 tahun.
B. Kerangka Berpikir
Karangka berpikir merupakan arahan penalaran untuk sampai pada
hipotesis. Adapun kerangka berpikir penelitian ini sebagai berikut:
Keberhasilan atau prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor dari dalam dan dari luar diri yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
siswa. Media gambar merupakan seperangkat pendukung kemampuan membaca
dalam mata pelajaran bahasa Indonesia yang merupakan pengaruh faktor dari luar
diri siswa. Media gambar merupakan salah satu media pembelajaran yang amat
dikenal di dalam setiap kegiatan pembelajaran. Hal itu disebabkan
kesederhaannnya, tanpa memerlukan perlengkapan, dan tidak perlu diproyeksikan
19
untuk mengamatinya. Melalui gambar dapat ditunjukkan sesuatu yang jauh dari
jangkauan pengalaman siswa, selain itu juga dapat memberikan gambaran tentang
maksud dari bacaan. Melalui gambar, guru dapat menerjemahkan ide-ide abstrak
dalam bentuk yang lebih konkrit untuk siswa SLB tuna grahita (C). Siswa kelas V
SLB/C YPALB Karanganyar yang dalam pembelajaran membaca mata pelajaran
bahasa Indonesia didukung dengan media gambar akan memiliki prestasi belajar
yang lebih baik dibanding sebelum menerapkan media gambar.
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut di atas, maka digambar bagan
kerangka berpikir sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Kondisi awal prestasi belajar
Bahasa Indonesia kemampuan membaca
1. Pembelajaran lebih berpusat pada guru.
2. Siswa enggan atau malas belajar membaca.
3. Kemampuan membaca dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.
Tindakan
Siklus I : 1. Guru menerapkan media gambar. 2. Guru memberi motivasi belajar kepada
siswa. 3. Guru memberi penjelasan tentang cara
belajar membaca. SiklusII: 1. Penerapan media gambar lebih
ditingkatkan. 2. Guru memberi motivasi belajar kepada
siswa yangmasih rendah kemampuan membacanya.
3. Guru memberi penjelasan cara belajar membaca yang efekti f dan efisien.
Kondisi Akhir
1. Kemampuan membaca pelajaran bahasa Indoensia meningkat.
2. Siswa lebih senang untuk belajar
membaca.
20
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang masih perlu diuji
kebenarannya, mengenai bukti-bukt i secara ilmiah. Hipotesis tindakan yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Media gambar dapat meningkatkan kemampuan membaca dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa Kelas V SLB/C YPALB Karanganyar Tahun
Pelajaran 2008/2009.”
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dalam bahasa Inggris diart ikan Classroom Action Research (CAR) yaitu penelitian
yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan
penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam
pembelajaran (Susilo, 2007: 16). Penelitian dilaksanakan di kelas V SLB/C
YPALB Karanganyar pada pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia pada
semester II tahun pelajaran 2008/2009.
B. Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini subyek penelitian adalah siswa kelas V SLB/C
YPALB Karanganyar berjumlah 5 siswa, yang terdiri dari 2 siswa laki-laki dan 3
siswa perempuan.
C. Sumber Data
Sumber data penelitian tindakan kelas ini berasal dari siswa kelas V SLB/C
YPALB Karanganyar sebagai subjek penelitian. Data yang berupa kemampuan
membaca dalam mata pelajaran bahasa Indonesia diperoleh dengan menggunakan
tes setelah dalam proses pembelajaran menerapkan media gambar.
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi ini dilakukan untuk mengamati secara langsung proses dan
dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan
agar lebih efektif dan efisien. Observasi dipusatkan pada proses dan hasil
21
22
tindakan pembelajaran beserta peristiwa-peristiwa yang melingkupinya.
Langkah-langkah observasi meliputi: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan
observasi kelas, dan (3) pembahasan balikan.
Pada tahap perencanaan, diperhat ikan mengenai urutan kegiatan
observasi dan penyamaan persepsi antara pengamat dan yang diamati mengenai
fokus, kriteria, atau kerangka pikir interpretasi, di samping teknik observasi
yang akan dilakukan. Pada tahap pelaksanaan observasi kelas, peneliti
mengamati proses pembelajaran dan mengumpulkan data mengenai segala
sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran, baik yang terjadi pada guru,
siswa maupun situasi kelas. Pada tahap diskusi balikan, membahas hasil
pengamatan selama observasi dalam situasi yang saling mendukung (mutually
supportive).
b. Wawancara
Dalam penelitian ini metode wawancara digunakan untuk memperoleh
data tentang tanggapan siswa terhadap penerapan media gambar dapat
meningkatkan kemampuan membaca dalam mata pelajaran bahasa Indonesia
siswa Kelas V SLB/C YPALB Karanganyar.
c. Dokumentasi
Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh
data tentang kemampuan awal membaca siswa yang diambil dari nilai ulangan
kelas V SLB/C YPALB Karanganyar.
d. Tes
Kemampuan membaca dalam mata pelajaran bahasa Indonesia siswa
diukur melalui tes. Setelah dilaksanakan tindakan, siswa dites dengan
menggunakan soal lesan dan tulisan yang menitikberatkan pada segi penerapan
pada akhir pembelajaran setiap siklus. Hasil setiap siklus dianalisis secara
deskript if untuk mengetahui keefektifan tindakan dengan jalan melihat kembali
(merujuk silang) pada indikator keberhasilan yang telah ditentukan.
23
E. Analisi s Data
Data berupa hasil tes diklasifisikan sebagai data kuant itatif. Data tersebut
dianalisis secara desktiprif, yakni dengan membandingkan nilai tes atarsiklus. Yang
dianalisis adalah nilai tes siswa sebelum menggunakan media gambar; dan nilai tes
siswa setelah menggunakan media gambar; sebanyak 2 siklus. Kemudian, data
yang berupa nilai tes antarsiklus tersebut dibandingkan hingga hasilnya dapat
mencapai batas ketercapaian atau indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model yang dilakukan oleh
Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin.
Suharsimi Arikunto (2003: 83) mengemukakan model yang didasarkan atas konsep
pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga
menunjukkan langkah, yaitu:
1. Perencanaan atau planning
2. Tindakan atau acting
3. Pengamatan atau observing
4. Refleksi atau reflecting
Langkah-langkah tersebut dapat diilustrasikan dalam gambar 2 berikut:
Gambar 2. Model Dasar Penelitian Tindakan Kelas Kurt Lewin dalam Suharsimi Arikunto (2003: 84)
Model Kurt Lewin yang terdiri dari empat komponen tersebut kemudian
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Kedua ahli ini memandang
kom ponen sebagai langkah dalam siklus, sehingga mereka menyatukan dua
Tindakan
Refleksi
Perencanaaan
Pengamatan
24
kom ponen yang kedua dan ketiga, yaitu tindakan dan pengamatan sebagai suatu
kesatuan. Hasil dari pengamatan ini kemudian dijadikan dasar sebagai langkah
berikutnya, yaitu refleksi kemudian disusun sebuah modifikasi yang
diaktualisasikan dalam bentuk rangkaian tindakan dan pengamatan lagi, begitu
seharusnya.
F. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus. Tiap siklus
dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Untuk melihat
kemampuan membaca dilakukan tes. Hasil tes sebagai dasar untuk menentukan
tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan kemampuan membaca.
Tabel 1. Prosedur Penelitian
1 Persiapan
2 Deskripsi awal Masalah dan kesulitan belajar
Siklus I
3 Penyusunan Rencana Tindakan
a. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran.
b. Menentukan pokok bahasan.
c. Mengembangkan skenario pembelajaran.
d. Menyiapkan sumber belajar. e. Mengembangkan format
evaluasi. f. Mengembangkan format
observasi.
4 Pelaksanaan
Tindakan
Menerapkan t indakan mengacu
pada skenario pembelajaran. 5 Pengamatan Melakukan observasi dengan
memakai format observasi.
6 Evaluasi/Refleksi a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan.
b. Melakukan pertemuan untuk
membahas hasil evaluasi tentang skenario pem-belajaran dan lain-lain.
25
c. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan siklus
berikutnya.
d. Evaluasi tindakan I. e. Refleksi.
Siklus II
7 Perencanaan dan
penyempurnaan tindakan
a. Atas dasar hasil siklus I,
dilakukan penyempurnaan tindakan.
b. Pengamatan program tindakan
II.
8 Tindakan Pelaksanaan program tindakan II.
9 Pengamatan Pengumpulan data tindakan II. 10 Evaluasi/Refleksi a. Evaluasi tindakan II (berdasar-
kan indikator pencapaian).
b. Reflleksi. Kesimpulan
G. Indikator Kinerja
Indikator pencapaian dalam penelitian ini ditetapkan: nilai kemampuan
membaca 45,00 atau lebih sebagai batas tuntas pembelajaran membaca dan dicapai
oleh minimal 80% dari keseluruhan siswa. Penetapan indikator pencapaian ini
disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti batas minimal nilai yang dicapai dan
ketuntasan belajar bergantung pada guru kelas yang secara empiris tahu betul
keadaan murid-murid di kelasnya (sesuai dengan KTSP).
26
DAFTAR PUSTAKA
Arief S. Sadiman, 2003. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali.
Azhar Arsyad, 2002. Media Pem belajaran. Jakarta: Raja Grapindo Persada.
Cece Wijaya dan Rusyan A. Tabrani, 2002. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Karya.
Darmiyati Zuchdi, 2007. Strategi Meningkatkan Kemampuan Mem baca. Yogyakarta: UNY Press.
Farida Rahim, 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Moh. Amin, 2006. Ortopedagogik C (Pendidikan Anak Terbelakang). Jakarta: Depdikbud.
Munzayanah, 2000. Pendidikan Anak Tuna Grahita. Surakarta: PLB-FKIP UNS.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 2000. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Nasution, 2000. Didaktif Asas-asas Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Oemar Hamalik, 1994. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakt i.
Poerwadarminta, WJS., 2001. Kam us Um um Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Saifuddin Azwar, 2001. Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Salim Choiri, A. dan Munawir Yusuf, 2008. Pendidikan Luar Biasa / Pendidikan Khusus. Surakarta: Panitia Sert ifikasi Guru Rayon 13 Surakarta.
Sri Anitah, 2004. Media Pengajaran. Surakarta: FKIP UNS.
Suharsimi Arikunto, 2003. Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Susilo, 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustak Book Publisher.
Tabrani Rusyan, A., dkk., 1998. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Karya.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Bandung: Citra Umbara.
Yusak S., 1998. Instruduksi Pada Anak Berkelainan. Bandung: Sinar Baru.
Wajosumidjo, 2003. Kepem im pinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Winkel, WS., 2001. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
27
PROPOSAL SKRIPSI
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DALAM MATA
PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENGGUNAAN
MEDIA GAMBAR BAGI SISWA KELAS V SEMESTER II
SLB/C YPALB KARANGANYAR TAHUN
PELAJARAN 2008/2009
Oleh :
NURUL HAYATI
NIM: X.5107573
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERS ITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
28
Proposal Skripsi Program Studi Pendidikan Khusus Jurusan Ilmu
Pendidikan ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing.
Surakarta, Maret 2009
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Maryadi, M.Ag. Drs. Sudakiem, M.Pd.
Mengetahui
Ketua Program PKh – FKIP UNS
Drs. A. Salim Choiri, M.Kes. NIP. 131 124610
ii
29
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Ident ifikasi Masalah ................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ................................................................. 5
D. Perumusan Masalah ................................................................ 5
E. Tujuan Pene litian ...................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ................................................................... 6
BAB II. KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teoritis ........................................................................... 7
1. Kemampuan Membaca ....................................................... 6
2. Media Pembelajaran ............................................................. 12
3. Media Gambar .................................................................... 14
4. Siswa Tuna Granita (C)........................................................ 16
B. Kerangka Berpikir .................................................................... 18
C. Hipotesis Tindakan ................................................................... 20
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Setting Pene litian ..................................................................... 21
B. Subjek Penelitian ...................................................................... 21
C. Sum ber Data ............................................................................. 21
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data .......................................... 21
E. Analisis Data ............................................................................. 23
F. Prosedur Penelitian ................................................................... 24
G. Indikator Kiner ja ...................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 26
iii
30
TUGAS INDIVIDU
BRAILLE
Dosen Pengampu: Dra. Sri Widati
Oleh :
NURUL HAYATI
NIM: X.5107573
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERS ITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
31
TUGAS INDIVIDU
BRAILLE
Dosen Pengampu: Dra. Sri Widati
Oleh :
S I Y A M I
NIM: X.5107599
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERS ITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
32
TUGAS INDIVIDU
BRAILLE
Dosen Pengampu: Dra. Sri Widati
Oleh :
SRI RAHAYU O RBAYANTI NIM: X.5107616
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERS ITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
33
PROPOSAL SKRIPSI
PENGGUNAAN MEDIA CERITA BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA ANAK TUNA GRAHITA
KELAS 4 SLB NEGERI WO NO GIRI TAHUN
PELAJARAN 2008/2009
Oleh :
S U N A R N I NIM: X.5107646
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERS ITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
BAB II
KAJIAN TEO RI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Kajian Teori
1. Kemampuan Membaca
a. Pengert ian Kemampuan Membaca
Istilah kemampuan memiliki banyak makna, menurut Poerwadarminta
(2001:628), kemampuan mempunyai arti kesanggupan, kecakapan, kekuatan
dalam melakukan suatu tindakan atau kegiatan. Pendapat lain dikemukakan oleh
Jhonson yang dikutip Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan (2002:8)
menjelaskan bahwa “kemampuan merupakan perilaku rasional untuk mencapai
tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.”
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan
adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan dalam melakukan suatu tindakan atau
kegiatan untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang
diharapkan (rasional).
Menurut Dechant yang dikutip Darmiyat i Zuhdi (2007:21), ”membaca
adalah proses pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud
penulis”. Lebih lanjut Smith mendefinisikan ”membaca sebagai proses
komunikasi yang berupa pemperolehan informasi dari penulis oleh pembaca”
(Darmiyati Zuhdi, 2007:21). Menutur Farida Rahim (2007:2), “membaca adalah
proses menerjemahkan simbol tulisan (huruf) ke dalam kata-kata lisan”.
Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah
proses kom unikasi menerjemahkan simbol tulisan (huruf) dalam pemberian
makna terhadap tulisan untuk memperoleh informasi, sesuai dengan maksud
penulis ke dalam kata-kata lisan.
Berdasarkan pengertian kemampuan dan membaca tersebut di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa kemampuan membaca adalah kesanggupan,
kecakapan, kekuatan dalam menerjemahkan simbol tulisan (huruf) dalam
pemberian makna terhadap tulisan untuk memperoleh informasi, sesuai dengan
maksud penulis ke dalam kata-kata lisan.
1
2
b. Manfaat Membaca
Menurut Farida Rahim (2007:1), “masyarakat yang gemar membaca
memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningaktkan
kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada
masa-masa mendatang.” Adapun manfaat membaca adalah: (1) dapat
menemukan sejumlah informasi dan pengetahuan yang sangat berguna dalam
kehidupan; (2) dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
mutakhir di dunia; (3) dapat mengayakan batin, meluaskan cakrawala
kehidupan; (4) isi yang terkandung dalam teks yang dibacanya dapat segera
dikethaui; (5) membaca intensif dapat menghemat energi, karena tidak
terpancang pada suatu situasi, tempat dan waktu karena tidak menggangu orang
di sekelilingnya.
Kemampuan membaca merupakan tuntutan realitas kehidupan sehari-hari
baik bagi guru maupun siswa. Beribu judul buku dan berjuta koran diterbitkan
setiap hari. Ledakan informasi ini menimbulkan tekanan pada guru untuk
menyiapkan bacaan yang memuat informasi yang relevan untuk siswa-siswanya.
Walupun tidak semua informasi perlu dibaca, tetapi jenis-jenis bacaan tertentu
yang sesuai dengan kebutuhan dan kepent ingan guru dan siswa tentu perlu
dibaca.
Keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan oleh kemampuan dan
kesempatannya dalam membaca, karena membaca merupakan kunci seseorang
meraih berbagai ilmu pengetahuan, teknologi dan wawasan kebudayaan yang
ada di dunia.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa membaca memiliki
banyak manfaat, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Dengan
membaca kita akan memiliki banyak pengetahuan dan dapat menularkan ilmu
yang telah kita peroleh kepada orang lain.
c. Tujuan Membaca
Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena siswa yang membaca
dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan siswa
3
yang tidak mempunyai tujuan. Menurut Burn yang dikutip Farida Rahim
(2007:11), tujuan membaca mencakup:
1) kesenangan; 2) menyempurnakan m embaca nyaring; 3) menggunakan strategi tertentu; 4) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik; 5) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya; 6) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis; 7) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi; 8) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang
diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks;
9) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik;
Membaca semakin penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin
kompleks. Setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca. Misalkan
pengusaha katering tidak perlu harus pergi ke pasar untuk mengetahui harga
bahan-bahan yang akan dibutuhkan. Dia cukup membaca surat kabar untuk
mendapatkan informasi tersebut. Kemudian, dia bisa merencanakan apa saja
yang harus dibelinya.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Membaca
Tujuan membaca, tentu saja berkaitan erat dengan motivasi dalam
membaca dan minat terhadap materi bacaan. Jika motivasi dan minat sangat
rendah atau bahkan sama sekali tidak ada, menetapkan tujuan yang jelas sering
kali tidak menciptakan motivasi dan meningaktkan minat baca, walaupun
sedikit, kehadirannya sangat berart i.
Kemampuan membaca dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor
yang ada dalam diri pembaca meliputi kemampuan linguistik (kebahasaan),
minat, motivasi, dan kumpulan membaca (seberapa baik pembaca dapat
membaca), sedangkan faktor dari luar diri pembaca salah satunya adalah faktor
kesiapan guru dalam pembelajaran (Darmiyati Zuhdi (2007:23-24).”
Ketepatan guru dalam mendiagnosis hal-hal yang diduga sebagai faktor
yang mempengaruhi kemampuan siswa seperti yang penulis uraikan tersebut di
atas dapat menjadi petunjuk bagi guru bahasa Indonesia menangani
permasalahan dalam pengajaran membaca. Pembaca yang efekt if menggunakan
4
berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka
mengkonstruk makna ketika membaca.
Mengenai berbagai faktor penentuan kemampuan membaca, menurut
Yap yang dikutip Darmiyati Zuhdi (2007:25), bahwa kemampuan membaca
seseorang sangat ditentukan oleh faktor kuant itas membacanya, maksudnya
adalah kemampuan membaca seseorang itu sangat dipengaruhi oleh jumlah
waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas membaca. Semakin bayak
waktu membaca setiap hari, besar kemungkinan semakin tinggi tingkat
komprehensinya atau semakin mudah memahami bacaan.
e. Strategi Membaca
Dalam usaha memperoleh pemahaman terhadap bahan bacaan, pembaca
menggunakan stretegi tertentu. Pemilihan strategi berkaitan erat dengan faktor-
faktor yang terlibat dalam pemahaman, yaitu teks dan konteks.
Pada dasarnya, strategi membaca menggambarkan bagaimana pembaca
memproses bacaan sehingga dia memperoleh pemahaman terhadap bacaan
tersebut. Menurut Klein yang dikutip Farida Rahim (2007:36) mengategorikan
model-model strategi membaca ke dalam tiga jenis, yaitu bawah-atas (bottom -
up), atas-bawah (top-down), dan model membaca campuran (eclectic).
Dari ket iga jenis strategi membaca tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut
1) Strategi Bawah-Atas (Bottom-Up)
Dalam strategi batas-atas pembaca memulai proses pemahaman teks
dari tataran kebahasaan yang paling rendah menuju ke yang tinggi. Pembaca
model ini mulai dari mengidentifikasi huruf-huruf, kata, frasa, kalimat dan
terus bergerak ke tataran yang lebih tinggi, sampai akhirnya dia memahami
isi teks. Pemahaman ini dibangun berdasarkan data visual yang berasal dari
teks melalui tahapan yang lebih rendah ke tahapan yang lebih tinggi.
2) Strategi Atas-Bawah (Up-Buttom)
Dalam strategi atas-bawah merupakan kebalikan dari strategi bawah-
atas. Pada strategi atas-bawah, pembaca memulai proses pemahaman teks
dari tataran yang lebih tinggi. Dalam hal ini, pembaca mulai dengan prediksi,
5
kemudian mencari input untuk mendapatkan informasi yang cocok dalam
teks.
3) Campuran (Electic)
Dalam strategi pemahaman bacaan tidak harus memakai salah satu
strategi saja, siswa dapat mengambil dan memilih yang terbaik dari semua
strategi yang ada, termasuk pandangan-pandangan teori dan model
pengajaran membaca. Begitu juga model bawah-atas dan atas-bawah bisa
digunakan dalam waktu bersamaan jika diperlukan.
Dari kajian teori tentang kemampuan membaca di atas, dalam
penelitian ini indikator aspek kemampuan membaca yang dijadikan alat ukur
meliputi: kemampuan siswa dalam mengucapkan kata-kata dan memahami
makna kata dalam bacaan.
f. Evaluasi Kemampuan Membaca
Untuk mengungkapkan dan mengukur hasil belajar bahasa Indonesia
harus dilakukan evaluasi. Adapun yang dimaksud dengan evaluasi menurut
Moore yang dikutip Farida Rahim (2007:137) adalah suatu proses pengumpulan,
menganalisis data, mempertimbangkan dan membuat keputusan tentang hasil
belajar siswa. Sedangkan pengertian evaluasi menurut Winkel (2001:313)
sebagai berikut:
Evaluasi berarti penentuan sampai seberapa jauh sesuatu berharga, bermutu atau bernilai. Evaluasi terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan terhadap proses belajar mengajar mengandung penilaian terhadap hasil belajar atau proses belajar itu, sampai seberapa jauh keduanya dapat dinilai baik.
Menurut Anastasi yang dikutip Saifuddin Azwar (2001: 2) “evaluasi
berarti penilaian atau pengukuran yang objektif dan standar terhadap sampel
perilaku.”
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi belajar
bahasa Indonesia merupakan penilaian yang standar terhadap tingkat
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam
pelajaran bahasa Indonesia pada kurun waktu tertentu dalam bentuk nilai
(angka).
6
2. Media Pembelajaran
a. Pengert ian Media Pembelajaran
Menurut Oemar Hamalik (1994:12) “media pembelajaran adalah m etode
dan teknik yang digunakan untuk mengefektifkan komunikasi dan interaksi
antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran.”
Menurut Association for Educational Comm unications Technology
(AECT) di Amerika yang dikutip oleh Azhar Arsyad (2002:3) media pendidikan
ialah segala bentuk saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan
pesan/informasi. Sementara itu Gagne yang dikutip Arief S. Sadiman, dkk.
(2003:6): “media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang
dapat merangsangnya untuk belajar.”
Dari ketiga pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan, media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dari guru ke siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses
pembelajaran terjadi dan berlangsung lebih efisien.
Dalam penelitian ini diharapkan media pembelajaran yang digunakan
dalam mengajar siswa dapat efekt if artinya media tersebut akan lebih tepat guna
dan bermanfaat sesuai yang diharapkan dibandingkan dengan mengajar tanpa
menggunakan media.
b. Fungsi Media Pembelajaran
Arief S. Sadiman dkk (2003:16-17) mengemukakan bahwa secara umum
media pendidikan mempunyai kegunaan sebagai berikut:
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra seperti misalnya: a) Obyek terlalu besar – bisa digantikan dengan realitas gambar, film
bingkai, film dan m odel. b) Obyek yang kecil – dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai,
film dan gambar. c) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu high
speed photography atau low speed photography.
7
3) Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik dalam hal ini media berguna untuk: a) Menimbulkan kegairahan belajar. b) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik
dengan lingkungan. c) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut
kemampuan dan minatnya. d) Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan
lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum, dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana latar belakang guru dan siswa sangat berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan.
Dari uraian tersebut di atas media dapat membantu untuk mengatasi
berbagai macam hambatan diantaranya mengurangi sifat verbalisme, mengatasi
keterbatasan ruang, waktu dan tipe belajar murid karena kelemahan di salah satu
indra, mengatasi sifat anak pasif menjadi aktif, membantu mengatasi kesulitan
guru dalam memberikan pelayanan belajar kepada murid memperingan beban
guru, dan mempermudah belajar murid atau siswa.
c. Macam-macam Media Pembelajaran
Media pembelajaran banyak macamnya. Masing-masing ahli media
mengelompokkan jenis media sesuai dengan sudut pandangnya dan latar
belakangnya sendiri:
Nana Sudjana, Ahmad Rivai (2000:7) mengklasifikasikan media sebagai
berikut: “Beberapa jenis media yang biasa digunakan dalam kegiatan
pendidikan dan pengajaran, dapat digolongkan menjadi media gambar atau
grafis, media fotografis, media tiga dimensi, media proyeksi, media audio dan
lingkungan sebagai media pengajaran.”
Dari uraian dan klasifikasi di atas dapat penulis kelompokkan menjadi
beberapa jenis kelompok media yaitu:
1) Media gambar/grafis.
2) Media fotografis.
3) Media tiga dimensi.
4) Media proyeksi.
8
5) Media audio.
6) Media lingkungan.
Arief Sadiman S., dkk. (2003:10) mengutip dari pendapat Rudi Bretz
sebagai berikut:
Bertz mengidentifikasi ciri utama dari media menjadi tiga unsur pokok yaitu suara, visual dan gerak. Visual sendiri dibedakan menjadi tiga yaitu gambar, grafis (line graphic) dan simbol yang merupakan kontinuum dari bentuk yang dapat ditangkap dengan indra penglihatan. Di samping itu Bertz juga membedakan media sinar (telecomunication) dan media rekam (recording) sehingga terdapat delapan (8) klasifikasi media 1) media audio visual gerak 2) media audio visual diam 3) media audio visual semi 4) media visual gerak 5) media visual diam 6) media visual semi gerak 7) media audio 8) media cetak.
Melihat uraian di atas pada dasarnya media dipandang dari ciri-cirinya
ada tiga jenis yaitu suara, visual dan gerak.
3. Media Gambar
a. Pengert ian Media Gambar
Menurut Sri Anitah (2004:22), “media gambar (gambar mati) merupakan
gambar yang dibuat pada kertas karton atau sejenisnya yang tak tembus
cahaya.” Gambar merupakan salah satu media pembelajaran yang amat dikenal
di dalam setiap kegiatan pembelajaran. Hal itu disebabkan kesederhaannnya,
tanpa memerlukan perlengkapan, dan tidak perlu diproyeksikan untuk
mengamatinya. Melalui gambar dapat ditunjukkan sesuatu yang jauh dari
jangkauan pengalaman siswa, selain itu juga dapat memberikan gambaran
tentang peristiwa yang telah berlalu maupun gambaran masa yang akan datang.
Melalui gambar, guru dapat menerjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk yang
lebih konkrit untuk siswa SLB tuna rungu wicara (B). Gerlach & Ely yang
dikutip Sri Anitah (2004: 22) mengatakan bahwa “gambar tidak hanya bernilai
seribu bahasa, tetapi juga seribu tahun atau seribu mil.”
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media gambar adalah
media gambar (gambar mati) dibuat pada kertas karton atau sejenisnya yang tak
tembus cahaya.
9
b. Manfaat Media Gambar
Gambar adalah salah satu media pembelajaran yang amat dikenal di
dalam setiap kegiatan pembelajaran, karena media gambar memberikan manfaat
dalam pembelajaran. Menurut Azhar Arsyad (2002:43), media gambar
memberikan m anfaat sebagai berikut:
1) Menimbulkan daya tarik pada anak. Gambar dengan berbagai warna akan lebih menarik dan membangkitkan minat dan perhatian anak.
2) Mempermudah pengertian anak. Suatu penjelasan yang abstrak akan lebih mudah dipahami bila dibantu gambar.
3) Memperjelas bagian-bagian yang penting. 4) Menyingkat suatu uraian.
Penemuan-penemuan dari penelitian mengenai nilai-guna gambar diam
tersebut, menurut Brown yang dikutip Sri Anitah (2004: 31) mempunyai
sejumlah implikasi bagi pengajaran, yaitu:
1) Bahwa penggunaan gambar dapat merangsang minat atau perhatian anak.
2) Gambar-gambar yang dipilih dan diadaptasi secara tepat , membantu anak memahami dan mengingat isi informasi bahan-bahan verbal yang menyertainya.
3) Gambar-gambar dengan garis sederhana seringkali dapat lebih efekt if sebagai penyampaian informasi ketimbang gambar dengan bayangan, ataupun gambar forografi yang sebenarnya. Gambar-gambar realisme yang lengkap yang membanjiri penonton dengan informasi visual yang terlalu banyak, ternyata kurang baik sebagai perangsang belajar dibandingkan gambar atau potret yang sederhana saja.
4) Warna pada gambar diam biasanya menimbulkan masalah. Sekalipun gambar berwarna lebih memikat perhatian anak daripada yang hitam putih, namun tak selalu gambar berwarna merupakan pilihan terbaik untuk mengajar atau belajar. Suatu studi menyarankan agar penggunaan warna haruslah realistik dan bukan sekedar demi memakai warna saja. Kalau pada suatu gambar hitam putih ditambahkan hanya satu warna, maka mungkin akan mengurangi nilai pengajarannya. Pengajaran menyangkut konsep warna, maka gambar-gambar dengan warna yang realistik memang lebih disukai.
5) Kalau bermaksud mengajar konsep yang menyangkut soal gerak, sebuah gambar diam (termasuk film rangkai) mungkin akan kurang efekt if dibanding dengan sepotong film bergerak yang menunjukkan gaya (action) yang sama. Dalam hal ini, suatu urutan gambar diam, sepert i yang dibuat dengan kamera foto 35 mm dapat mengurangi telalu banyaknya informasi yang ditampilkan oleh suatu film bergerak.
6) Isyarat yang bersifat non-verbal atau simbol-simbol seperti tanda panah, ataupun tanda-tanda lainnya pada gambar diam dapat memperjelas atau mungkin pula mengubah–pesan yang sebenarnya dimaksudkan untuk dikomunikasikan.
10
c. Prinsip-Prinsip Penggunaan Media Gambar
Menggunakan gambar untuk tujuan-tujuan pelajaran yang spesifik, yaitu
dengan cara memilih gambar tertentu yang akan mendukung penjelasan inti
pelajaran atau pokok-pokok pelajaran. Tujuan khusus itulah yang mengarahkan
minat siswa kepada pokok-pokok terpenting dalam pelajaran.
Memadukan gambar-gambar kepada pelajaran, sebab keefektifan
pemakaian gambar di dalam proses belajar mengajar memerlukan keterpaduan.
Menggunakan gambar-gambar itu sedikit saja, daripada menggunakan
banyak gambar tetapi tidak efektif. Guru hendaknya berhemat dalam
mempergunakan gambar yaitu gambar yang mengandung makna. Jumlah
gambar yang sedikit tetapi selektif, lebih baik daripada dua kali
mempertunjukkan gambar-gambar yang serabutan tanpa pilih-pilih. Jadi yang
terpenting adalah pemusatan perhatian pada gagasan utama.
Mengurangi kata-kata pada gambar, sebab gambar justru sangat penting
dalam mengembangkan kata-kata atau cerita atau gagasan baru. Guru yang baik
akan menyadari bahwa dengan mengurangi deskripsi verbal kepada gambar-
gambar yang dipertunjukkannya akan dirasakan manfaatnya terutama bagi para
siswa pemula belajar membaca.
Mendorong pernyataan yang kreatif, melalui gambar-gambar para siswa
akan didorong untuk mengembangkan keterampilan berbahasa lisan dan tulisan.
Mengevaluasi kemajuan kelas, dapat juga dengan memanfaatkan
gambar-gambar baik secara umum maupun secara khusus. Jadi guru bisa
mempergunakan gambar datar, slides atau transparan untuk melakukan evaluasi
hasil belajar siswa. Pemakaian instrumen tes secara bervariasi akan sangat baik
dilakukan guru, dalam upaya memperoleh hasil tes yang komprehensif serta
menyeluruh.
4. Siswa Tuna Grahita (C)
a. Pengert ian Siswa Tuna Grahita
Ada beberapa istilah mengenai anak tuna grahita, yaitu terbelakang
mental, tuna mental, lemah otak, lemah fikiran, dan m entaly retarded. Dalam
penulisan menggunakan istilah tuna grahita. Siswa tuna grahita adalah mereka
11
yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan kecerdasan atau
kemampuanya berada di bawah rata-rata dari ukuran normal, sehingga
membutuhkan pelayanan pendidikan khusus. Yusak S. (1998: 66) mengemuka-
kan bahwa:
Rertardasi mental adalah keadaan yang menahun dimulai sejak lahir atau masa kanak-kanak dengan ciri khas perkembangan mentalnya
menunjukkan keterlambatan, sehingga kemampuan belajarnya sangat terganggu dan tak dapat menyesuaikan dirinya dengan norma-norma masyarakat.
Moh. Amin (2006: 1) yang menguraikan istilah anak ter-belakang
sebagai berikut:
Sesuai dengan art i anak terbelakang atau terbelakang mental memang mengalami keterbelakangan dalam perkembangan kecerdasan. Kalau anak normal umur 10 tahun mencapai kecerdasan sesuai dengan umurnya, maka anak terbelakang hanya mencapai kecerdasan yang sama dengan anak yang lebih muda umurnya.
Dari pengertian-pengertian sepert i yang dikemukakan di atas, maka
dapat lah disimpulkan bahwa yang dimaksud anak tuna grahita adalah mereka
yang jelas-jelas mengalami keterlambatan dalam perkembangan kecerdasan,
sehingga untuk mengembangkan potensinya secara optimal diperlukan
pelayanan pendidikan secara khusus. Karena kelainannya itu maka mereka
mengalami kesulitan dalam belajarnya dimana mereka terlihat sering
ketinggalan dari teman-temannya yang normal.
b. Ciri-Ciri Kejiwaan Siswa Tuna Grahita
Moh. Amin (2006: 34) menguraikan ciri-ciri anak tuna grahita sebagai
berikut:
Kapasitas belajarnya amat terbatas dalam pergaulan mereka tidak dapat mengurus, mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian, perkembangan dan dorongan emosi anak tuna grahita berbeda-beda sesuai dengan tingkat ketunagrahitaan masing-masing, struktur maupun fungsi organisme pada umumnya kurang dari anak normal.
Pendapat lain dikemukakan oleh Munzayanah (2000: 24) bahwa:
Karakteristik yang nampak serta banyak terjadi pada siswa penyandang tuna grahita adalah: rasa merusak sebagai dasar perkembangan,
12
mengalami gangguan dalam sosialisasi, iri hati kodrati yang merupakan dasar rasa keadilan, bergaul mencampurkan diri dengan orang lain, sikap yang ingin memisahkan diri atau menarik diri, penyesuaian diri yang kaku dan labil.
Siswa tuna grahita memiliki keterbatasan dibanding anak normal, karena
anak tuna grahita memiliki intelektual rendah dengan ciri-ciri: (1)
keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum atau di bawah rata-rata, (2)
ketidakm ampuan dalam perilaku adaptif, dan (3) terjadi selama perkembangan
sampai usia 18 tahun (Salim Choiri dan Munawir Yusuf, 2008:56). Lebih lanjut
disebutkan bahwa anak tuna grahita memiliki ciri-ciri fisik dan penampilan
perkembangan bicara/bahasa terlambat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri anak tuna grahita
adalah: kapasitas belajarnya amat terbatas dalam pergaulan mereka tidak dapat
mengurus, mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian, mengalami
kesukaran berfikir abstrak, mereka berbicara lancar, mereka masih dapat
mengikuti pelajaran akademik di sekolah biasa ataupun khusus, mengalami
gangguan dalam sosialisasi, iri hati kodrati yang merupakan dasar rasa keadilan,
bergaul mencampurkan diri dengan orang lain, sikap yang ingin memisahkan
diri atau menarik diri, penyesuaian diri yang kaku dan labil, pada umur 16 tahun
baru mencapai umur kecerdasan yang sama dengan anak umur 12 tahun.
B. Kerangka Berpikir
Karangka berpikir merupakan arahan penalaran untuk sampai pada
hipotesis. Adapun kerangka berpikir penelitian ini sebagai berikut:
Keberhasilan atau prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor dari dalam dan dari luar diri yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
siswa. Media gambar merupakan seperangkat pendukung kemampuan membaca
dalam mata pelajaran bahasa Indonesia yang merupakan pengaruh faktor dari luar
diri siswa. Media gambar merupakan salah satu media pembelajaran yang amat
dikenal di dalam setiap kegiatan pembelajaran. Hal itu disebabkan
kesederhaannnya, tanpa memerlukan perlengkapan, dan tidak perlu diproyeksikan
13
untuk mengamatinya. Melalui gambar dapat ditunjukkan sesuatu yang jauh dari
jangkauan pengalaman siswa, selain itu juga dapat memberikan gambaran tentang
maksud dari bacaan. Melalui gambar, guru dapat menerjemahkan ide-ide abstrak
dalam bentuk yang lebih konkrit untuk siswa SLB tuna grahita (C). Siswa kelas V
SLB/C YPALB Karanganyar yang dalam pembelajaran membaca mata pelajaran
bahasa Indonesia didukung dengan media gambar akan memiliki prestasi belajar
yang lebih baik dibanding sebelum menerapkan media gambar.
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut di atas, maka digambar bagan
kerangka berpikir sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Kondisi awal prestasi belajar
Bahasa Indonesia kemampuan membaca
1. Pembelajaran lebih berpusat pada guru.
2. Siswa enggan atau malas belajar membaca.
3. Kemampuan membaca dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.
Tindakan
Siklus I : 1. Guru menerapkan media gambar. 2. Guru memberi motivasi belajar kepada
siswa. 3. Guru memberi penjelasan tentang cara
belajar membaca. SiklusII: 1. Penerapan media gambar lebih
ditingkatkan. 2. Guru memberi motivasi belajar kepada
siswa yangmasih rendah kemampuan membacanya.
3. Guru memberi penjelasan cara belajar membaca yang efekti f dan efisien.
Kondisi Akhir
1. Kemampuan membaca pelajaran bahasa Indoensia meningkat.
2. Siswa lebih senang untuk belajar
membaca.
14
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang masih perlu diuji
kebenarannya, mengenai bukti-bukt i secara ilmiah. Hipotesis tindakan yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Media gambar dapat meningkatkan kemampuan membaca dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa Kelas V SLB/C YPALB Karanganyar Tahun
Pelajaran 2008/2009.”
15
DAFTAR PUSTAKA
Arief S. Sadiman. 2003. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali.
Azhar Arsyad. 2002. Media Pem belajaran. Jakarta: Raja Grapindo Persada.
Cece Wijaya dan Rusyan A. Tabrani. 2002. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Karya.
Darmiyati Zuchdi. 2007. Strategi Meningkatkan Kemampuan Mem baca. Yogyakarta: UNY Press.
Farida Rahim. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Moh. Amin. 2006. Ortopedagogik C (Pendidikan Anak Terbelakang). Jakarta: Depdikbud.
Munzayanah. 2000. Pendidikan Anak Tuna Grahita. Surakarta: PLB-FKIP UNS.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 2000. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Nasution. 2000. Didaktif Asas-asas Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Oemar Hamalik. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakt i.
Poerwadarminta, WJS. 2001. Kam us Um um Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Saifuddin Azwar. 2001. Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Salim Choiri, A. dan Munawir Yusuf. 2008. Pendidikan Luar Biasa / Pendidikan Khusus. Surakarta: Panitia Sert ifikasi Guru Rayon 13 Surakarta.
Sri Anitah. 2004. Media Pengajaran. Surakarta: FKIP UNS.
Suharsimi Arikunto. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Susilo. 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustak Book Publisher.
Tabrani Rusyan, A., dkk. 1998. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Karya.
Yusak S. 1998. Instruduksi Pada Anak Berkelainan. Bandung: Sinar Baru.
Wajosumidjo. 2003. Kepem im pinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Winkel, WS. 2001. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
16
KAJIAN TEORI
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DALAM MATA
PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENGGUNAAN
MEDIA GAMBAR BAGI SISWA KELAS V SEMESTER II
SLB/C YPALB KARANGANYAR TAHUN
PELAJARAN 2008/2009
Tugas: Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Sunardi, M.Sc.
Oleh :
NURUL HAYATI
NIM: X.5107573
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERS ITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009