Upload
seli-yuliawati
View
1
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
a
Citation preview
BAB IIPEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN
2.1 Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Untuk mengetahui definisi dari pembelajaran berbasis bimbingan, maka sebelumnya kita
perlu mengetahui mengapa pembelajaran harus berbasis bimbingan dan mengetahui
apa itu pembelajaran dan apa itu bimbingan.
Secara filosofis, manusia memiliki potensi untuk dikembangkan seoptimal mungkin.
Potensi itu sendiri adalah laten power, yakni kekuatan, kemampuan, keunggulan,
keunikan yang belum tampak, belum menjadi prestasi, belum mewujud dalam bentuk
perilaku. Sedangkan perkembangan optimal adalah perkembangan yang sesuai dengan
potensi yang dimiliki. Prestasi(achievment) sesuai dengan yang diprediksikan.
Secara psikologis manusia itu bersifat unik, memiliki kebebasan, kemerdekaan untuk
mengembangkan keunikannya. Dilihat dari segi manusia sebagai makhluk sosial, dalam
kehidupan sosial budaya akan terjadi perubahan sistem nilai dalam kehidupan sosial
budaya. Nilai menjadi hal yang penting, oleh karenanya bimbingan dan konseling
membantu individu memelihara, menginternalisasikan, memperhalus, dan memaknai
nilai sebagai landasan dan arah mengembangkan diri.
Hal lain yang menjadi alasan perlunya bimbingan adalah kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Peserta didik memerlukan bantuan dari pembimbing untuk menyesuaikan
minat dan kemampuan mereka terhadap kesempatan dunia kerja yang cenderung
semakin berubah dan meluas.
2.1.1 KONSEP BIMBINGAN
Secara harfiah istilah “guidance” dari akar kata “guide” berarti : (1) mengarahkan (to
direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer).
Banyak pengertian bimbingan dikemukakan oleh para ahli diataranya sebagai berikut.
Shertzer dan Stone (1971:40) mengartikan bimbingan sebagai proses pemberian
bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya).”
Sunaryo Kartadinata (1998: 3) mengartikannya sebagai “proses membantu individu
untuk mencapai perkembangan optimal”. Sementara Rochman Natawidjaja (1987: 37)
mengartikan bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang
dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya,
sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai
dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan
pada umumnya. Dengan demikian dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya, dan
dapat memberi sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya.
Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan optimal sebagai makhluk sosial.
Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses
berkesinambungan sebagai upaya membantu untuk memfasilitasi individu agar
berkembang secara optimal.
Membantu merupakan sesuatu yang tidak dirasakan sebagai paksaan, dan makna
bantuan dalam bimbingan menunjukan bahwa yang aktif dalam mengembangkan diri,
mengatasi masalah, atau mengambil keputusan adalah individu atau peserta didik
sendiri, pembimbing hanya sebagai fasilitator. Istilah bantuan dalam bimbingan juga
dapat dimaknai sebagai upaya untuk :
a) Menciptakan lingkungan (fisik, psikis, sosial dan spiritual) yang kondusif bagi
perkembangan siswa
b) Memberikan dorongan dan semangat
c) Mengembangkan keberanian bertindak dan bertanggung jawab
d) Mengembangkan kemampuan untuk memperbaiki dan mengubah perilakunya
sendiri.
Perkembangan optimal adalah perkembangan yang sesuai dengan potensi individu dan
sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar. Perkembangan optimal merupakan
kondisi dinamik, dimana individu mampu mengenal dan memahami diri, berani
menerima kenyataan diri secara subyektif, mengarahkan diri sesuai dengan
kemampuan, kesempatan dan sistem nilai dan melakukan pilihan dan mengambil
keputusan atas tanggung jawab sendiri.
2.1.2 KONSEP PEMBELAJARAN
Pembelajaran adalah penyediaan sistem lingkungan yang mengakibatkan terjadinya
proses belajar pada diri siswa. Sumber lain menyebutkan pembelajaran merupakan
upaya yang dilakukan pendidik agar peserta didik belajar atau membelajarkan diri.
Belajar yang dimaksud adalah proses perubahan perilaku sebagai akibat dari
pengalaman. Perubahan disini sebagai hasil pembelajaran bersifat positif dan normatif.
Dari pernyataan diatas, maka pembelajaran berbasis bimbingan itu sangatlah penting
untuk diterapkan karena pembelajaran yang baik, tidak hanya berorientasi pada
pencapaian kognitif saja akan tetapi dapat menghasilkan sebuah output berupa lahirnya
perubahan perilaku siswa atau peserta didik yang positif dan normatif. Maka dari itu,
pembelajaran seyogyanya berlandaskan pada prinsip-prinsip bimbingan yaitu yang
didasarkan pada:
a) Needs assesment (sesuai dengan kebutuhan)
b) Dikembangkan dalam suasana membantu (helping relationship):
1. Empati
2. Keterbukaan
3. Kehangatan Psikologis
4. Realistis
c) Bersifat memfasilitasi
d) Berorientasi pada:
1. Learning to be : belajar menjadi
2. Learning to learn : belajar untuk belajar
3. To work : belajar untuk bekerja dan berkarir
4. And to live together : belajar untuk hidup bersama
5. Tujuan utama perkembangan potensi secara optimal
2.2 Model-model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan konseling.
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam
prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling
tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model
pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar,
fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Berikut ini disajikan beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan alternatif
sehingga cocok untuk situasi dan kondisi yang dihadapi. Akan tetapi sajian yang
dikemukakan pengantarnya berupa pengertian dan rasional serta sintaks (prosedur)
yang sifatnya prinsip, modifikasinya diserahkan kepada guru untuk melakukan
penyesuaian, penulis yakin kreativitas para guru sangat tinggi.
1. Koperatif (CL, Cooperative Learning).
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh
ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama,
pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar
berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi
(sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan
berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup
bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara
berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep,
menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok
kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa
heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta
tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk
kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.
2. Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya
jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan
siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan
disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana
menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual
adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan
mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model
lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-
tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi,
membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri,
generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok
atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi,
investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun
pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu,
rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah
pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio,
penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara).
3. Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning)
Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada keterampilan
dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya
adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi,
latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau
ekspositori (ceramah bervariasi).
4. Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih
dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi
pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif,
terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat
berpikir optimal.
Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi,
induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri
5. Problem Solving
Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum
dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan
cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, .atau algoritma). Sintaknya adalah: sajikan
permasalahan yang memenuhi kriteria di atas, siswa berkelompok atau individual
mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan, siswa mengidentifkasi,
mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.
6. Problem Posing
Bentuk lain dari problem posing adalah problem posing, yaitu pemecahan masalah
dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian
yang lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar,
identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-
pertanyaan.
7. Problem Terbuka (OE, Open Ended)
Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan
permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa
beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas
ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan
sosialisasi. Siswa dituntut untuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau
pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam.
Selanjutnya siswa juga diminta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut.
Dengan demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk
yang akan membentuk pola pikir, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir.
Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar,
diagram, table), kembangkan permasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa,
kaitkan dengan materi selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit
dilepas mandiri).
Sintaknya adalah menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan
catat respon siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan.
8. Probing-prompting
Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan
serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses
berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan
pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep-
prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak
diberitahukan.
Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa
secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak
bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses
tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi suasana tegang, namun demikian bisa
dibiasakan. Untuk mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan
disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum,
dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa,
bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang
belajar, ia telah berpartisipasi.
2.3 Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan
konseling.
Tugas guru di sekolah tidak hanya mengajar, banyak tugas yang yang harus dikerjakan,
ia harus membuat perencanaan pengajaran yang sistematis untuk setiap pelajaran yang
akan diberikan. Kemudian dari rencana itu ia melaksanakan pengajaran dan membuat
evaluasi dari proses dan hasil pengajaran yang dilaksanakan. Didalam pelaksanannya
itu, guru tidak hanya memberikan pengajaran, akan tetapi guru juga harus memberikan
bimbingan kepada siswanya agar mereka mencapai perkembangan yang sesuai dengan
kemampuannya.
Bimbingan ketika mengajar yang dapat dilakukan oleh guru berupa menjelaskan tujuan
dan manfaat pelajaran, cara belajar, mata pelajaran yang diberikan, dorongan untuk
berprestasi, membantu mengatasi kesulitan yang dihadapi individu, penyelesaian tugas,
memberikan fasilitas belajar, dan lain-lain.
Berikut ini ada bebrapa prinsip-prinsip bimbingan yang harus diketahui oleh guru sebagai
pengajar sekaligus pembimbing.
1) Proses membantu individu
2) Bertitik tolak pada individu yang dibimbing
3) Didasarkan pada pemahaman atas keragaman individu yang dibimbing
4) Pada batas tertentu perlu ada referal
5) Dimulai dengan identifikasi atas kebutuhan individu
6) Diselenggarakan secara luwes dan fleksibel
7) Sejalan dengan visi dan misi lembaga
8) Dikelola oleh orang yang memiliki keahlian di bidang bimbingan
9) Ada sistem evaluasi yang digunakan
Dalam memberikan bimbingan belajar, guru hendaknya memperhatikan beberapa hal
berikut ini:
1. Bimbingan belajar diberikan kepada semua siswa. Semua siswa baik yang pandai,
cukup, ataupun kurang membutuhkan bimbingan dari guru, sebab secara potensial
semua siswa bisa mempunyai masalah.
2. Sebelum memberikan bantuan, guru terlebih dahulu harus berusaha memahami
kesulitan yang dihadapi siswa, meneliti faktor-faktor yang melatarbelakangi kesulitan
tersebut.
3. Bimbingan belajar yang diberikan guru hendaknya disesuaikan dengan masalah serta
faktor-faktor yang melatarbelakanginya, bantuan hendaknya disesuaikan dengan
jenis masalah serta tingkat kerumitan masalah.
4. Bimbingan belajar hendaknya menggunakan teknik yang bervariasi. Karena
perbedaan individual siswa, perbedaan jenis dan kerumitan masalah yang dihadapi
siswa, perbedaan individual guru serta kondisi sesaat, maka dalam memberikan
bimbingan belajar guru hendaknya menggunakan teknik bimbingan yang bervariasi.
5. Dalam memberikan bimbingan belajar hendaknya guru bekerja sama dengan staf
sekolah lain. Bimbingan belajar merupakan tanggung jawab semua guru serta staf
sekolah lainnya. Agar bimbingan berjalan efektif dan efisien diperlukan kerjasama
yang harmonis antara staf sekolah dalam membantu mengatasi kesulitan siswa.
6. Orang tua adalah pembimbing belajar siswa dirumah. Penanggung jawab utama
siswa adalah orang tuanya. Karena keterbatasan kemampuannya, orang tua
melimpahkan sebagian dari tanggung jawabnya kepada sekolah, tetapi tidak berarti
mereka lepas sama sekali dari tanggung jawab tersebut. Orang tua dituntut untuk
memberikan bimbingan belajar di rumah. Agar ada keserasian antara bimbingan
belajar yang diberikan guru disekolah dengan orang tua dirumah maka diperlukan
kerjasama antara kedua belah pihak.
7. Bimbingan belajar dapat diberikan dalam situasi belajar di kelas, di laboratorium,
ataupun dalam situasi-situasi khusus (konsultasi) baik di sekolah ataupun di luar
sekolah. Bimbingan belajar diberikan pada saat pelajaran berlangsung, yaitu saat
mengerjakan tugas-tugas atau latihan, saat diskusi kelas, praktikum, dan lain-lain.
Bimbingan juga dapat diberikan diluar jam pelajaran, sebelum pelajaran dimulai,
setelah pelajaran selesai atau sore hari, disekolah ataupun di rumah.
Secara umum, bimbingan yang dapat diberikan oleh guru atau dosen dalam kegiatan
mengajar di kelas adalah:
1. mengenal dan memahami individu secara mendalam
2. memberikan perlakuan dengan memerhatikan perbedaan individual
3. memperlakukan individu secara manusiawi
4. memberi kemudahan untuk mengembangkan diri secara optimal
5. menciptakan suasana kelas yang menyenangkan
Seorang guru yang menerapkan prinsip-prinsip atau suasana bernuansa bimbingan di
kelas dalam proses belajar mengajar akan tampak kondisi sebagai berikut:
1. Tercipta iklim kelas yang permisif, bebas dari ketegangan dan menempatkan siswa
sebagai subjek pengajaran
2. Adanya arahan atau oientasi agar terselenggaranya belajar yang efektif, baik dalam
bidang studi yang diajarkannya, maupun dalam keseluruhan pembelajaran
3. Menerima dan memperlakukan siswa sebagai individu yang mempunyai harga diri
dengan memahami kekurangan, kelebihan, dan masalah-masalahnya
4. Mempersiapkan serta menyelenggarakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan individu
5. Membina hubungan yang dekat dengan siswa, menerima siswa yang akan
berkonsultasi dan meminta bantuan
6. Guru berusaha mempelajari dan memahami siswa untuk menemukan kekuatan,
kelemahan, kebiasaan, dan kesulitan yang dihadapinya, terutama dalam
hubungannya dengan bidang studi yang diajarkannya
7. Memberikan bantuan kepada siswa yang menghadapi kesulitan, terutama yang
berhubungan dengan bidang studi yang diajarkannya
8. Pemberian informasi tentang masalah pendidikan, pengajaran, dan jabatan atau
karier
9. Memberikan bimbingan kelompok di kelas
10. Membimbing siswa agar mengembangkan kebiasaan belajar yang baik
11. Memberikan layanan perbaikan bagi siswa yang memerlukannya
12. Bekerja sama dengan guru, wali kelas, konselor, dan tenaga pendidik lainnya dalam
memebrikan bantuan yang dibutuhkan oleh siswa
13. Memberikan umpan balik atas hasil evaluasi
14. Memberikan pelayanan rujukan (referal) bagi siswa yang memliki kesulitan yang
tidak dapat diselesaikan oleh guru sendiri
2.4 Teknik-Teknik Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan konseling
Ada beberapa macam teknik bimbingan yang dapat digunakan untuk
membantu perkembangan individu, yaitu konseling, nasihat, bimbingan kelompok,
konseling kelompok, dan mengajar bernuansa bimbingan.
1. Konseling
Konseling merupakan bantuan yang bersifat terapeutik yang diarahkan untuk mengubah
sikap dan perilaku individu. Konseling dilaksanakan melalui wawancara (konseling)
langsung dengan individu. Konseling ditujukan kepada individu yang normal, bukan yang
mengalami kesulitan jiwa, melainkan hanya mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri
dalam pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan sosial.
Dalam konseling terdapat hubungan yang akrab dan dinamis. Individu merasa diterima
dan dimengerti oleh konselor. Dalam hubungan tersebut, konselor menerima individu
secara pribadi dan tidak memberikan penilaian. Individu (konseli) merasakan ada orang
yang mengerti masalah pribadinya, mau mendengarkan keluhan dan curahan
perasaannya.
Dalam konseling berisi proses belajar yang ditujukan agar konseli (individu) dapat
mengenal diri, menerima, mengarahkan, dan menyesuaikan diri secara realistis dalam
kehidupannya di kampus ataupun luar kampus. Dalam konseling tercipta hubungan
pribadi yang unik dank has, dengan hubungan tersebut individu diarahkan agar dapat
membuat keputusan, pemilhan, dan rencana yang bijaksana, serta dapat berkembang
dan berperan lebih baik di lingkungannya. Konseling membantu individu agar lebih
mengerti dirinya sendiri, mampu mengeksplorasi dan memimpin diri sendiri, serta
menyelesaikan tugas-tugas kehidupannya. Proses konseling lebih bersifat emosional
diarahkan pada perubahan sikap, perubahan pola-pola hidup sebab hanya dengan
perubahan-perubahan tersebut memungkinkan terjadi perubahan perilaku dan
penyelesaian masalah.
1. Nasihat
Nasihat merupakan salah satu teknik bimbingan yang dapat diberikan oleh konselor
ataupun pembimbing. Pemberian nasihat hendaknya memerhatikan hal-hal sebagai
berikut.
1) Berdasarkan masalah atau kesulitan yang dihadapi oleh klien (individu)
2) Diawali dengan menghimpun data yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi
3) Nasihat yang diberikan bersifat alternatif yang dapat dipilih oleh individu, disertai
kemungkinan keberhasilan dan kegagalan
4) Penentuan keputusan diserahkan kepada individu, alternatif mana yang akan
diambil, serta
5) Hendaknya, individu mau dan mampu mempertanggungjawabkan keputusan yang
diambilnya
1. Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok merupakan bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam
situasi kelompok. Bimbingan kelompok dapat beruapa penyampaian informasi ataupun
aktivitas kelompok membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan
sosial.
Bimbingan kelompok dilaksanakan dalam tiga kelompok, yaitu kelompok kecil (2-6
orang), kelompok sedang (7-12 orang), dan kelompok besar (13-20 orang) ataupun kelas
(20-40 orang). Pemberian informasi dalam bimbingan kelompok terutama dimaksudkan
untuk meningkatkan pemahaman tentang kenyataan, aturan-aturan dalam kehidupan,
dan cara-cara yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan tugas , serta meraih masa
depan dalam studi, karier, ataupun kehidupan. Aktivitas kelompok diarahkan untuk
memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman lingkungan,
penyesuaian diri, serta pengembangan diri.
Pemberian informasi banyak menggunakan alat-alat dan media pendidikan seperti, OHP,
kaset audio-video, film, bulletin, brosur, majalah, buku, dan lain-lain. Kadang-kadang
konselor mendatangkan ahli tertentu untuk memberikan ceramah (informasi) tentang
hal-hal tertentu.
Pada umumnya aktivutas kelompok menggunakan prinsip dan proses dinamika
kelompok seperti dalam kegiatan diskusi, sosiodrama, bermain peran, simulasi dan
lainnya. Bimbingan melalui aktivitas kelompok lebih efektif karena selain peran individu
lebih aktif, juga memungkinkan terjadinya pertukaran pemikiran, pengalaman, rencana,
dan penyelesaian masalah.
1. Konseling Kelompok
Koseling kelompok merupakan bantuan kepada individu dalam situasi kelompok yang
bersifat penvegahan dan penyembuhan, serta diarahkan pada pemberian kemudahan
dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Konseling kelompok merupakan bersifat
pencegahan dalam arti, bahwa individu yang bersangkutan mempunyai kemampuan
normal atau berfungsi secara wajar dalam masyarakat, tetapi, memiliki beberapa
kelemahan dalam kehidupannya sehingga mengganggu kelancaran berkomunikasi
dengan orang lain. Konseling kelompok bersifat memberi kemudahan bagi pertumbuhan
dan perkembangan individu, dalam arti memberikan kesempatan, dorongan, juga
pengarahan kepada individu-individu yang bersangkutan untuk mengubah sikap dan
perilakunya selaras dengan lingkungannya.
Konseling kelompok merupakan proses antarpribadi yang dinamis, terpusat pada
pemikiran dan perilaku yang sadar, serta melibatkan fungsi-fungsi terapi, sperti permisif,
orientasi pada kenyataan, katarsis, saling mempercayai, salingmemperlakukan dengan
hangat, saling pengertian, saling menerima dan mendukung. Fungsi-fungsi terapi itu
diciptakan dan dikembangkan dalam suatu kelompok kecil melalui cara saling
mempedulikan diantara para peserta konseling kelompok. Individu dalam konseling
kelompok pada dasarnya adalah individu normal yang memiliki berbagai kepedulian dan
kemampuan, serta persoalan yang dihadapi bukanlah gangguan kejiwaan yang tergolong
sakit, hanya kekeliruan dalam penyesuaian diri. Individu dalam konseling kelompok
menggunakan interaksi kelompok untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan
terhadap nilai-nilai dan tujuan-tujuan tertentu untuk mempelajari atau menghilangkan
sikap-sikap dan perilaku yang tidak tepat.
1. Belajar Bernuansa Bimbingan
Individu akan lebih berhasil dalam belajar apabila guru/dosen menerapkan prinsip-prinsip
dan memberikan bimbingan waktu belajar. Secara umum bimbingan yang dapat
diberikan guru/dosen sambil mengajar adalah: (1) mengenal dan memahami individu
secara mendalam, (2) memberikan perlakuan dengan memerhatikan perbedaan
individual, (3) memperlakukan individu secara manusiawi, (4) member kemudahan untuk
mengembangkan diri secara optimal, dan (5) menciptakan suasana kelasyang
menyenangkan.
Suasana kelas dan proses belajar-mengajar yang menerapkan prinsip-prinsip bernuansa
bernuansa bimbingan tampak sebagai berikut.
1. Tercipta iklim kelas yang permisif, bebas dari ketegangan dan menempatkan individu
sebagai subjek pengajaran.
2. Adanya arahan/orientasi agar terselenggaranya belajar yang efektif, baik dalam
bidang studi yang diajarkannya, maupun dalam keseluruhanperkuliahan.
3. Menerima dan memperlakukan individu sebagai individu yang mempunyai harga diri
dengan memahami kekurangan, kelebihan, dan masalah-masalahnya.
4. Mempersiapkan serta menyelenggarakan perkuliahan sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan individu.
5. Membina hubungan yang dekat dengan individu, menerima individu yang akan
berkonsultasi dan meminta bantuan
6. Dosen/guru berusaha mempelajari dan memahami individu untuk menemukan
kekuatan, kelamahan, kebiasaan, dan kesulitan yang dihadapinya, terutama dalam
hubungannya dengan bidang studi yang diajarkannya.
7. Memberikan bentuan kepada individu yang menghadapi kesulitan, terutama yang
berhubungan dengan bidang studi yang diajarkannya.
8. Pemberian informasi tentang masalah pendidikan, pengajaran, dan jabatan/karier
9. Memberikan bimbingan kelompok di kelas
10. Membimbing individu agar mengembangkan kebiasaan belajar yang baik
11. Memberikan layanan perbaikan bagi individu yang memerlukannya
12. Bekerja sama dengan dosen, wali kelas,konselor, dan tenaga pendidik lainnya dalam
memberikan bantuan yang dibutuhkan oleh individu.
13. Memberikan umpan balik atas hasil evaluasi
14. Memberikan pelayanan rujukan (referal)bagi individu yang memiliki kesulitan yang
tidak dapat diselesaikan oleh dosen sendiri.
2.5 Ciri-Ciri Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan konseling.
Pembelajaran berbasis bimbingan memiliki ciri-ciri berikut:
1. Diperuntukkan bagi semua peserta didik dalam arti kata merupakan suatu kinerja
yang berorientasi sepenuhnya terhadap kebutuhan individual peserta didik
2. Sangat memperhatikan keamanan psikologis peserta didik baik dalam proses
pembelajaran atau disaat prosesi istrahat
3. Memperlakukan peserta didik sebagai individu yang unik dan sedang berkembang;
4. Mengakui murid sebagai individu yang bermartabat dan berkemampuan;
5. Penuh penghargaan
6. Pemberian reward untuk semua prestasi peserta didik baik itu prestasi yang besar
ataupun yang kecil sekalipun. Contohnya disaat ada murid yang tiba- tiba bisa
menjawab pertanyaan gurunya lalu disana diberilah reward ‘pujian’. Tujuannya agar
murid mampu secara komprehensif mengendalikan emosi semangatnya agar tetap
stabil dan tidak menurun. Karna terbukti disaat seseorang dipuji atas kebisaannya
maka gelora semangat akan muncul secara menggebu. Maka dari itu hal inilah yang
harus dimanfaatkan untuk pembimbingan anak.
7. Menghindari hukuman fisik agar tidak terjadi kecacatan mental dini dalam dunia
pendidikan. Disaat orang disentuh fisiknya tidak lebih baik dari pada disentuh secara
psikologis atau mental.
8. Demokratis bahwa disetiap pembelajaran yang berbau bimbingan pembimmbingan
wajib mendengarkan suara peserta didik terlebihdahulu.agar terjadi komunikasi yang
baik dan mendapat pemecahan masalah yang mendalam dan runut.
9. Terarah ke pengembangan segenap aspek perkembangan anak secara menyeluruh
dan optimal; dan
10. Disertai dengan berbagai sikap guru yang positif dan mendukung aktualisasi
berbagai minat, potensi, dan kapabilitas murid sesuai dengan norma-norma kehidupan
yang dianut.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Secara filosofis, manusia memiliki potensi untuk dikembangkan seoptimal mungkin.
Potensi itu sendiri adalah laten power, yakni kekuatan, kemampuan, keunggulan,
keunikan yang belum tampak, belum menjadi prestasi, belum mewujud dalam bentuk
perilaku. Sedangkan perkembangan optimal adalah perkembangan yang sesuai dengan
potensi yang dimiliki. Prestasi(achievment) sesuai dengan yang diprediksikan.
bimbingan adalah suatu proses berkesinambungan sebagai upaya membantu untuk
memfasilitasi individu agar berkembang secara optimal. Perkembangan itu bisa meliputi
kepribadian, akademik dan lain sebagainya yang selanjutnya akan disebut sebagai tugas
perkembangan.
Dengan demikian pembelajaran berbasis bimbingan itu sangatlah penting untuk
diterapkan karena pembelajaran yang baik, tidak hanya berorientasi pada pencapaian
kognitif saja akan tetapi dapat menghasilkan sebuah output berupa lahirnya perubahan
perilaku siswa atau peserta didik yang positif dan normatif.
Adapun Bimbingan ketika mengajar yang dapat dilakukan oleh guru berupa menjelaskan
tujuan dan manfaat pelajaran, cara belajar, mata pelajaran yang diberikan, dorongan
untuk berprestasi, membantu mengatasi kesulitan yang dihadapi individu, penyelesaian
tugas, memberikan fasilitas belajar, dan lain-lain
Dengan demikian Individu akan lebih berhasil dalam belajar apabila guru/dosen
menerapkan prinsip-prinsip dan memberikan bimbingan waktu belajar.
3.2 SARAN
Dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran haruslah memperhatikan
kondisi siswa, lingkungan dan sebagainya. Karena hal tersebut merupakan factor-faktor
yang penting dalam upaya tercapainya keoptimalan belajar.
Belajar bukan semata-mata dalam hal kognitif, tapi banyak hal yang harus
dikembangkan melalui proses belajar tersebut seperti dalam hal kepribadian siswa.
Dengan model pembelajaran berbasis bimbingan dan konseling, akan membantu
mengembangkan potensi-potensi siswa secara menyeluruh sehingga proses
pembelajaran akan dirasakan optimal.
Mari bergerak menuju perubahan yang lebih baik lakukan yang terbaik dan berikan yang
terbaik tidak usah menjadi yang terbaik.